SMAUMUM
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian pe1rsyaratan dalam memper'oleh gelar Sarjana Psikolo!Ji
Oleh:
Alivia Rusiana
NIM: 103070028981
QMᄋMMMセセ@
..
--.,···--·---i
I
utM s1Amf HlOJWAI
u1.u,11 Jl\l1IHnA
I
1 _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ , _ _ _ _ _ _J
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(Penelitian Pada Siswi Berjilbab di Madrasah Aliyah Pembagunan UIN Jakarta dan SMAN 46 Jakarta)
Skripsi diajukan sebagai tugas akhir Strata-1 (S-1) pada Fakultas Psikologi untuk memenuhi persyaratan gelar Sarjana Psikologi
imbin I
DR. I Mujib, M.Ag NIP.
150283344
Disusun oleh Alivia Rysiana
103070028981
Dibawah bitnbingan
FAKUL TAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS !SLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 18 September 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Jakarta, 18 Septarnber 2007 Sidang Munaqasyah
Prof. Dr . a dan Yasun M.Si NIP. 1 0 351 146
DR. A dul Mujib, M.Ag NIP.150 283 344
Anggota:
Sekretaris Mera ngkap Anggota
Peog"ji LL⦅
W
セ@DR. aオNZcNセ@ Mujib. M.Ag
NIP.150 283 344
,
11/
="+'-''*""-""00-U
fare:na:nya fi'atifu te:na:n:;
J?Efu tahu amaf-amaffu taf mu11:;fi11 dlfafufan ora:n:; lai:n, mafa afu .riliufiXa:n dlrifu de:n:;a:n Jlefega dtm heramaf
J?Efu tahu J?Effafi' .sefafu mefifi'atfu,
kare:na:nya aku mafu !iifa J?Effafi' me:ndlfPatifu
ュ・ヲNセォオヲ。QQ@
maf.riat J?Efu tahu kematia.n me:nantifu,*(Hasan al Bashri )*
''Jjifa -wa:nita yan:; ca:ntik aJafafi' ;perliia.sa:n, mafi.'a ·wa:nita ya:n:; mufia aJafafi' ;perliia.sa:n ya:n:; .sa:n:;at maha.r''.
*(Aidh Bin Abdullah Al-Qarni)*
B. September 2007
C. Alivia Rusiana: 103070028981
D. Perbedaan Motivasi Pemakaian Jilbab Antara Remaja yang Bersekolah di SMA Islam dan SMA Umum
E. xiv+88 halaman
F. Pemakaian jilbab pada remaja, belakangan ini mulai banyak diminati. Hal ini disebabkan karena faktor kesadaran atau rnotivasi yang turnbuh dalam diri para rernaja muslim bahwa pemakaian jilbab
adalah sebuah kewajiban sebagai seorang muslimah. Tetapi ada juga sebagagian remaja yang memakai jilbab karena adanya dorongan atau motivasi dari lingkungannya yang mengaharuskan memakai jilbab.
Motivasi pemakaian jilbab adalah dorongan untuk memakai busana muslimah sesuai pertimbangan-pertimbangan tertentu dengan tujuan agar dapat memuaskan kebutuhan diri yang dianggap penting dalam hidupnya yaitu memakai jilbab. Timbulnya motivasi dalam pemakaian jilbab ini adalah karena ada beberapa faktor kebutuhan yang berperan yaitu kebutuhan akan adanya rasa aman, kebutuhan akan
penghargaan diri, kebutuhan aktualisasi diri dan ォ・セ「オエオィ。ョ@ untuk mencari teman. Hipotesis dalam penelitian ini adalah "Apakah ada perbedaan motivasi pemakaian jilbab antara remaja yang bersekolah di SMA Islam dan SMA Umum"
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh remaja pemakai jilbab yang bersekolah di SMAN 46 dan Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta. Metode yang digunakan adalah non-probability sampiling dengan teknik purposif sampling. lnstrumen yang cligunakan adalah skala motivasi pemakaian jilbab yang terdiri dari 40 item pernyataan dengan indeks reliabilitas sebesar 0.919. untuk mengetahui perbedaan dua kelompok digunakan statistik t-test.
Dari hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara remaja yang bersekolah di SMA Islam dan SMA Umum (t= 3.126), hal ini menunjukkan bahwa pada siswi yang
muslim.
Bismillaahirrahmaanirrahiim ...
A/hamdu/il/aahirabbil'aalamiin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Dia Yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu Allah SWT, karena dengan Kasih Sayang-Nya lah skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam kepada Kekasih Allah, Nabi Muhammad SAW yang selalu menjadi tauladan dan motivator untuk seluruh ummatnya hingga akhir zaman.
Seluruh proses dalam upaya untuk menuntut ilmu dan me:nyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari do'a dan bantuan berbagai pihak. Maka, sudah
sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
Mama, Papa, adik-adikku Nurul dan lrfan yang telah memberikan dukungan melalui do'a, nasihat, pengalaman hidup, dan semangat yang selalu ada dalam setiap perjalanan hidup penulis. Semoga Allah membalas segala kebaikan dan kesabaran yang telah diberikan.
lbu Ora. Hj. Netty Hartati, M.Si, Dekan Fakultas Psikologi. lbu Ora. Zahrotun Nihayah, M.Si Pudek I dan Prof. Ors. Hamdan Yasun, M.Si selaku dosen pembimbing akademik.
hingga penulis menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Psil<ologi UIN Syahid Jakarta.
Keluarga besar SMAN 46 Jakarta dan Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta. Terima kasih banyak atas kerjasamanya sehingga dapat membantu melancarkan proses penelitian skripsi ini.
Keluarga besar Sastrakusuma dan Bani Tamyiz yang selalu mendo'akan penulis agar ilmu yang telah dipelajari dapat berguna bagi diri sendiri, orang lain, bangsa dan agama.
Mama Rio, Ayah dan Kak Ria. Bersyukur telah dipertemukan dan menjadi keluarga ke-dua untuk penulis. Terima kasih atas nasihat clan pelajaran hidup yang selalu diberikan sehingga memotivasi penulis untuk tetap optimis.
K' io ku, Anrio Marfizal. Terima kasih ya atas semangat, pE>rhatian, kesetiaan dan do'a yang diberikan hingga hari ini dan semoga akan tetap ada.
Je vais toujours t' aimer.
Jakarta, September 2007 M Ramadhan 1428 H
Halaman Judul. ... i
Halaman Persetujuan ... ii
Ha la man Pengesahan ... iii
Motto dan Persembahan ... iv
Abstrak ... v
Kata Pengantar. ... vii
Daftar lsi. ... x
Daftar Tabel. ... xiii
Daftar Bagan ... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1-11 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. ldentifikasi Masalah ... 8
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
1.5. Sistematika Penulisan ... 1 O BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ... 12-47 2.1. Jilbab ... 12
2.1.1. Pengertian Jilbab ... 12
2.1.2. Ketentuan, Tujuan dan Hukum Pemakaian Jilbab ... 15
2.1.3. Fungsi dan Keutamaan Jilbab ... 18
2.1.4. Kriteria Jilbab Menu rut Al-Qur'an dan As-Sunnah ... 20
2.2. Motivasi. ... 21
2.3. Kerangka Berpikir. ... .41
2.4. Hipotesis ... .46
BAB 3 METODE PENELITIAN ..... .48-60 3.1. Jen is Penelitian ... .48
3.1.1. Pendekatan dan Metode Penelitian ... .48
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel. ... .48
3.2.1. Variabel Penelitian ... .48
3.2.2. Definisi Operasional. ... .48
3.3. Populasi dan Sampel. ... 50
3.3. 1. Populasi ... 50
3.3.2. Sampel.. ... 50
3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel. ... 51
3.3.4. Karakteristik Sampel. ... 52
3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 52
3.4. 1. Metode Pengumpulan Data dan lnstrumen Penelitian ... 52
3.4.2. Penilaian dan Skoring lnstrumen ... 53
3.5. Teknii Uji lnstrumen ... 54
3.5.1. Uji Validitas Skala ... 54
3.5.2. Uji Reliabilitas Skala ... 56
3.6. Prosedur Penelitian ... 58
3.6.1. Tahap Persiapan ... 58
3.6.2. Tahap Pelaksanaan ... 59
4.2.2. Uji Homogenitas ... 65 4.3. Tingkat Motivasi Pemakaian Jilbab ... 66 4.4. Hasil Umum Penelitian ... 68 4.5. Hasil Utama Penelitian (Analisis Data Berdasarkan Aspek-aspek
Motivasi Pemakaian Jilbab) ... 70
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN •..•...•...•..•...•....• 80-88 5.1. Kesimpulan ... 80 5.2. Diskusi. ... 81 5.3. Saran ... 87
Tabel2 Tabel3 Tabel4 Tabel5 Tabel6 Tabel7
Tabel 8 Tabel9 Tabel 10 Tabel 11
Tabel 12 Tabel 13 Tabel 14 Tabel 15 Tabel 16 Tabel 17 Tabel 18
Skoring lnstrumen ... 54
Blue Print Skala Motivasi Pemakaian Jilbab (Pasca Try Out) .. 56
Kaid ah Reliabilitas Guilford ... 58
Gamba ran Umum Responden Berdasarkan Usia ... 61
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Asal SMP ... 62
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Awai Responden Memakai Jilbab ... 63
Uji Normalitas ... 64
Uji Homogenitas ... 65
Tingkat Motivasi Pemakaian Jilbab Siswi SMAN 46 ... 66
Tingkat Motivasi Pemakaian Jilbab Siswi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN ... 67
Nilai Uji t.. ... 68
Nilai Statistik ... 69
Nilai Uji t Aspek Safety Need ... 71
Nilai Uji t Aspek Self Esteem Need ... ... 72
Nilai Uji t Aspek Self Actualization Need ... 73
Nilai Uji t Aspek Need of Affiliation ... ... 75
[image:13.518.39.441.150.574.2]Bagan 1 Kerangka Berpikir Perbedaan Motivasi Pemakaian
1.1
Latar Belakang Masalah
Remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa
dewasa. Pada masa ini banyak remaja yang ingin mencoba segala sesuatu
yang baru mereka ketahui dan mencari sensasi-sensasi. Mereka ingin
mengetahui bagaimana rasanya menjadi dewasa; mengikuti aliran musik
yang sedang trend di kalangan anak muda, mencoba untuk bisa lebih
mengenal Jawan jenisnya, merokok, bereksperimen dengan pengetahuan
yang sudah mereka dapat dan selalu ingin mengetahui segala sesuatu yang
belum mereka ketahui agar mereka bisa ikut merasakan juga. Tidak hanya
itu, masa remaja jug a tidak Jepas dari proses belajar, dimana remaja sud ah
mulai belajar bekerjasama, menolong, berempati, mencintai dan menghargai
terhadap sesama.
Bagi sebagian remaja, yang tidak mengikuti perkembangan trend yang
sedang in, mereka akan disebut kampungan atau tidak セQ。オャ@ dan tidak hanya
itu saja, tidak jarang dari mereka dikucilkan dari lingkungan teman-temannya.
mengenakan dan melakukan segala sesuatu yang sedanu trend dan yang membuat mereka tampil percaya diri serta dapat diterima dalam lingkungan teman-temannya.
Hal tersebut menurut Hurlock (1980:213) disebabkan karena remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-ternan sebaya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh ternan-ternan sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih besar
daripada pengaruh keluarga. Misalnya, sebagian besar remaja mengetahui bahwa bila mereka memakai model pakaian yang sama dengan pakaian anggota kelompok yang populer, maka kesempatan baginya untuk diterima oleh kelompok menjadi lebih besar.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Fuad Kauma (199B:9). Menurutnya, ada beberapa kecenderungan yang dialami oleh anak pada masa pubertas, hal ini diakibatkan masih labilnya emosi mereka, salah satunya adalah kecenderungan untuk meniru.
Bicara mengenai kecenderungan untuk meniru pada remaja, pakaian merupakan salah satu perhatian yang selalu ditiru oleh remaja. Lihat saja jika kita sedang berjalan di salah satu mall, cafe atau tempat berkumpulnya
sama. Hal ini dikarenakan jiwa yang selalu ingin meniru apapun yang dilihat
oleh remaja. Jenis pakaian apa yang sedang dikenakannya, bisa
menentukan remaja tersebut bergaul dengan "teman yang bagaimana", bisa
mengetahui status sosial orang tuanya dan bahkan bisa rnengetahui
kepribadian remaja tersebut. Seperti kita ketahui, model pakaian di seluruh
dunia selalu bergerak memutar. Artinya, pakaian yang dulu pernah dipakai
oleh remaja di tahun 1970-1980-an, saat ini bisa saja pakaian itulah yang
sedang digandrungi para remaja di tahun 2000-an. Padahal di tahun
1990-an, pakaian tersebut dianggap kuno dan ketinggalan zaman.
Begitu juga dengan pemakaian jilbab di kalangan remaja, dahulunya
dianggap sebagai sesuatu yang dianggap fanatik, hanya sebagai simbol
agama dan bisa terlihat kurang menarik jika memakainya atau dengan kata
lain remaja yang memakai jilbab bisa merusak penampilan dan
mempengaruhi ketertarikan lawan jenis untuk berdekatan dengan remaja
putri tersebut. Tidak heran, banyak orang tua yang melarang putrinya untuk
memakai jilbab dikarenakan ketakutan orang tua, apabila putrinya memakai
jilbab tidak ada laki-laki yang ingin dekat dengan anaknya atau tidak
mendapatkan pekerjaan yang layak.
Begitu juga dengan pemakaian jilbab di sekolah-sekolah negeri. Di tahun
negeri. Hal ini sesuai dengan SK (Surat Keputusan) Dirjen Dikdasmen No 052 Tahun 1982 (dalam Alatas,2001) yang berisi tentang pelarangan pemakaian jilbab di sekolah negeri, karena masyarakat atau pemerintah menganggap pemakaian jilbab adalah pakaian suatu aliran Islam tertentu yang radikal.
Berawal dari perjuangan siswa-siswa yang ingin tetap memakai jilbab di sekolah negeri, akhirnya pemerintah mengeluarkan SK No 100 Tahun 1991 (dalam Alatas,2001) yang berisi tentang hak kebebasan siswa yang ingin memakai jilbab di sekolah negeri. Dengan dikeluarkannya SK tersebut, akhirnya sedikit demi sedikit terlihat beberapa siswa yang bebas memakai jilbab di sekolah. Mereka membuktikan bahwa dengan memakai jilbab, tidak
menghalangi dan membatasi mereka untuk tetap aktif dan berprestasi (Alatas,2001 :78).
to date. Hal ini dikarenakan jiwa remaja yang selalu ingin meniru berbagai hal dan tentunya dengan berbagai pertimbangan-pertimbanga1n ketika mereka memutuskan untuk meniru apa yang mereka lihat.
Remaja saat inipun tidak terlalu khawatir lagi apabila ingin mengenakan jilbab. Pasalnya, sekarang banyak perusahaan-perusahaan yang boleh mempekerjakan karyawannya yang berjilbab. Begitupun di sekolah-sekolah swasta maupun negeri, saat ini sudah diwajibkan untuk memakai pakaian muslim pada hari jum'at. Diharapkan agar dengan memakai pakaian muslim, para siswa bisa merubah diri mereka untuk lebih cerdas secara spiritual disamping cerdas secara intelektual tentunya.
mengambil keputusan untuk memakai jilbab, kemungkinan bisa disebabkan
karena adanya pengaruh dari lingkungan pergaulannya. Tetapi ada juga
siswa yang ketika bepergian di luar sekolah, tetap mengenakan jilbab karena
berpandangan bahwa "sud ah terbiasa" memakai jilbab. Sebagaimana yang
diceritakan oleh salah satu remaja yang bersekolah di SMA Muhammadiyah
3 Jakarta, bahwa dirinya mengambil keputusan untuk mernakai jilbab dalam
keseharian dikarenakan bersekolah di SMA Islam. Dia menjelaskan lebih
lanjut, jika saja dirinya tidak bersekolah di SMA tersebut, ada kemungkinan
dia tidak ada keinginan untuk benar-benar memakai jilbab. Karena kebiasaan
yang didapat dari sekolah itulah, akhirnya dia termotivasi untuk memakai
jilbab dalam kesehariannya.
Jadi dari pengamatan penulis dapat disimpulkan bahwa, rnotivasi dalam
memakai jilbab pada remaja yang bersekolah di SMA Islam, dikarenakan
adanya motivasi yang timbul dari lingkungannya yaitu aturan sekolah.
Berbeda dengan remaja yang bersekolah di SMA Umum, sebagian dari
siswanya ada yang memakai jilbab ada juga yang tidak. Karena di SMA
tersebut, pemakaian jilbab tidak menjadi kewajiban, serta materi-materi yang
diajarkan pun hanya pengetahuan umum dan pelajaran agama biasanya
hanya satu kali dalam seminggu. Dengan alasan itulah menurut pengamatan
memakai jilbabnya dikarenakan adanya kesadaran atau motivasi dalam diri
mereka sendiri. Tetapi tidak dipungkiri juga bahwa peran keluarga, teman
sepergaulan ataupun pengaruh lingkungan lainnya yang menyebabkan
remaja yang bersekolah di SMA Umum mengambil keputusan untuk
memakai jilbab. Sebagaimana yang diceritakan oleh salah satu remaja yang
bersekolah di SMAN 46, mengaku bahwa dirinya berkein9inan untuk
memakai jilbab awalnya karena mengamati sahabatnya yang terlebih dulu
memakai jilbab, dari situlah dia mulai mempelajari ayat-ayat Qur'an, hadits
ataupun buku-buku tentang jilbab yang akhirnya menyadarkan remaja
tersebut bahwa memakai jilbab adalah kewajiban bagi setiap wanita muslim
dan tidak ada paksaan dari lingkungannya untuk memakai jilbab.
Jadi menurut pengamatan penulis dapat disimpulkan bahwa, motivasi dalam
memakai jilbab pada remaja yang bersekolah di SMA Urnum, dikarenakan
adanya motivasi yang timbul dari dalam yaitu dirinya sendiri.
Atas dasar inilah, penulis ingin mengetahui lebih jelas dan mendalam,
apakah ada perbedaan motivasi pemakaian jilbab yang signifikan antara
1.2 ldentifikasi Masalah
ldentifikasi permasalahan dimaksudkan sebagai penegasan batas-batas permasalahan, sehingga cakupan penelitian tidak keluar clari tujuannya. Adapun penelitian tentang perbedaan motivasi pemakaian jilbab pada remaja yang bersekolah di SMA Islam dan SMA Umum ini dimungkinkan muncul beberapa permasalahan yaitu:
1. Apa motivasi memakai jilbab pada remaja yang bersekolah di SMA Islam? 2. Apa motivasi memakai jilbab pada remaja yang bersekolah di SMA
Um um?
3. Faktor kebutuhan apa yang dominan memunculkan motivasi dalam pemakaian jilbab pada remaja yang bersekolah di SMA Islam dan SMA Um um?
4. Apakah ada perbedaan motivasi pemakaian jilbab antara remaja yang bersekolah di SMA Islam dan SMA Umum?
1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini ditentukan batasan-batasan sebagai lberikut:
tertentu dengan tujuan agar dapat memuaskan kebutuhan diri yang dianggap penting dalam hidupnya yaitu memakai jilbab
2. Ruang lingkup penelitian adalah remaja puteri yang bersekolah di SMA Islam seperti Madrasah Aliyah dan SMA Umum seperti SMA Negeri.
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, perumusan masalah dalam proposal penelitian ini adalah Apakah ada perbedaan motivasi pemakaian jilbab antara remaja yang bersekolah di SMA Islam dan SMA Umum.
1.4 Tujuan dan Manfaat Peneliftan
Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui perbedaan motivasi pemakaian jilbab antara remaja yang bersekolah di SMA Islam dan SMA Umum.
[image:23.521.32.437.182.487.2]Sedangkan dari segi praktis, penelitian ini diharapkan merniliki kontribusi bagi pemahaman terhadap perilaku umat Islam sebagai bagian dari upaya
pemanfaatan ilmu psikologis dalam bidang-bidang keagarnaan.
1.5 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB1 : Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang permasalahan, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB 2 : Kajian pustaka. Pada bab ini diuraikan エ・ョエ。ョセj@ deskripsi teoritis mengenai pengertian jilbab; ketentuan, tujuan clan hukum
pemakaian jilbab, fungsi dan keutamaan jilbab, kriteria jilbab menurut Al-Qur'an dan as-sunnah. Selain itu, dibahas jug a
mengenai pengertian motivasi, fungsi dan peranan motivasi, faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi serta motivasi dalam
pandangan Islam, motivasi pemakaian jilbab, kerangka berpikir serta hipotesis.
BAB4
pengumpulan data, teknik uji instrumen penelitian, uji persyaratan dan prosedur penelitian.
: Berisikan tentang hasil penelitian yang dilakukan berupa presentasi dan analisa data yang meliputi gambaran umum responden penelitian, presentasi data dan pembahasan hasil.
2.1. Jilbab
2.1.1 Pengertian Jilbab
a. Menurut Etimologi
Menurut Said Aqil Husein Al-Munawaar (1988:216), kata-kata jilbab dalam bahasa Arab berasal dari kata jalabba yang berarti menarik. Sedangkan menurut Mahmud Yunus (1973:89) berarti "membawa". Kata ini menjadi sumber kata jilbab, karena badan wanita itu menarik pandangan dan perhatian umum yang bisa membawa orang melihatnya ke arah perbuatan negatif bila mereka tidak punya pengendalian diri. Berclasarkan hal ini, maka Islam memerintahkan untuk menutupnya.
Sedangkan menurut Nina Surtiretna (1995:52), kata jilbab berasal dari
Pendapat lain mengatakan bahwa jilbab berasal dari kata Jalaabib, jilbab berarti busana yang lapang dan dapat menutup aurat wanita. Hanya wajah dan kedua telapak sampai pergelangan tangan, yang dikecualikan untuk ditutupi (lsmiaulia, 1994:44).
b. Menurut Terminologi
Secara terminologi, dalam kamus yang dianggap standar dalam Bahasa Arab, akan kita dapati pengertian jilbab sebagai berikut:
1. Lisanu/ Arab : Jilbab berarti selendang atau pakaian lebar yang dipakai wanita untuk menutupi kepala, dada dan bagian belakang tubuhnya.
2. Al-Mujamal-Wasit: Jilbab berarti pakaian yang dalam (gamis) atau
selendang (khimar') atau pakaian untuk melapisi segenap pakaian wanita bagian luar untuk menutupi semua tubuh seperti halnya mantel.
3. Mukhtar Shihah : Jilbab berasal dari kata ja/bu artinya menarik atau menghimpun, sedangkan jilbab berarti pakaian lebar seperti mantel.
bagian tubuh (survaningsih.wordpress.com/2006/11/16/pengertian-jilbab-dan-pembahasan-ahli-tafsir/-37k-).
Pengertian jilbab secara syariat Islam adalah pakaian wanita yang dapat menutupi seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan .. Jenis kain dan potongan pakaian tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga tidak tampak bentuk dan lekuk-lekuk tubuhnya yang menimbulkan rangsangan
(lstadiyanto, 1986: 13).
Menurut kitab al-Kasysyaf oleh az-Zamakhsyari (dalam Abu
Syuqqah, 1998:33), jilbab adalah pakaian yang luas dan lebih luas dari kerudung dan lebih sempit dari rida' (selendang). la dililitkan oleh wanita di kepalanya dan dibiarkan darinya apa yang dijulurkan ke dadanya. Sedangkan menurut Imam Raghib, ahli kamus Al-Qur'an yang termasyhur mengartikan jilbab sebagai pakaian longgar yang terdiri atas baju panjang dan kerudung yang menutup badan kecuali muka dan telapak tangan (Surtiretna,1995:53).
Sedangkan terminologi jilbab sebenarnya telah dijelaskan dalam sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Aisyah:
"Hai Asmaa! Sesungguhnya perempuan itu apabila le/ah dewasa dan sampai
usia, maka tidak patut menampakkan dirinya melainkan ini dan ini." sambil
menunjuk muka dan kedua telapak tangan hingga pergelangannya sendiri. Dalam hadits ini diterangkan untuk tidak menampakkan tubuh perempuan, maka pakaian adalah alat yang tentunya harus sesuai dengan ketentuan Rasulullah SAW yaitu menutupi seluruhnya kecuali muka dan telapak tangan (lsmiaulia, 1991 :44).
Sekalipun ada beberapa pendapat tentang pemaknaan jilbab, mulai dari pengertian yang menutup seluruh tubuh wanita sampai pada pengertian yang hanya menutup kepala saja. Namun dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan jilbab adalah kerudung penutup rambut yang dilengkapi dengan pakaian yang longgar dan dapat menutupi seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan, sehingga tidak tampak lekuk tubuh wanita yang dapat menarik perhatian.
2.1.2. Ketentuan, Tujuan dan Hukum Pemakaian Jilbab a. Ketentuan Pemakaian Jilbab
Artinya: "Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan
jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka Jebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun Jagi Maha Penyayang." (Q.S. al-Ahzab:59)
Artinya: "Katakanlah kepada wanita yang beriman : "Hencfak/ah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan
janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka mEmutupkan kain kerudung ke dadanya ... ". (Q.S An-Nur:31)
disyarialkan bagi kesempurnaan keadaan kelika keluar. Di dalam
kesempurnaan keadaan lerdapal kesempurnaan pembedaan, penjagaan dan penghormalan.
b. Tujuan Pemakaian Jilbab
Tujuan syariah (maqasih al-syariah) lerhadap pemakaian jilbab melipuli empal hal pokok, yailu: menulup aural, mencegah lerjadinya fitnah, pembedaan dengan lawan jenis dan pemuliaan hak perernpuan.
c. Hukum Pemakaian Jilbab
Dalam perkembangannya, hukum pemakaian jilbab adalah salah salu isyu . kelslaman yang banyak diperdebatkan. Murthada Mutahhari (dalam
Shahab, 1996:61) mengalakan bahwa jilbab ad al ah salah salu hukum yang legas dan pasti seluruh wanila muslimah diwajibkan oleh Allah untuk memakainya.
Di lain pihak, Muhammad Azad menyebutkan bahwa pemakaian jilbab lidak dimaksudkan sebagai ajaran hukum secara umum yang berlaku setiap saal, letapi lebih merupakan pedoman moral untuk menghadapi keadaan zaman dan lingkungan sosial yang senanliasa berubah. Asghar Ali sendiri
memberikan mereka martabat dan kepribadian. Pada saali yang sama mereka tidak dihalangi untuk memperlihatkan daya tarik rnereka dihadapan orang-orang yang menghargai mereka. Dengan demikian, baginya Al-Qur'an tidak menetapkan batasan-batasan yang tidak berguna terhadap perempuan tetapi hanya mendorong mereka agar memakai pakaian yang terhormat, menutup tubuh mereka dengan benar dan menghindarkan diri dari daya tarik seksual mereka diatas segalanya.
Pemakaian jilbab itu sendiri tentu tidak dirnaksudkan untuk membungkus pikiran dan kreativitas serta membatasi gerak dan kesempatan pemakainya. Sebaliknya, dengan jilbab rasa percaya diri dan optimisme dapat
ditumbuhkan. Tentu tidak diharapkan orang-orang di balik jilbab itu mengalami ambivalensi; urusan keakhiratan di dalam jilbab dan urusan keduniaan di luar jilbab (Umar, 1996:54 ).
2.1.3. Fungsi dan Keutamaan Jilbab
Fungsi dari memakai jilbab pada wanita adalah agar dapat mencerminkan kepribadian sebagai seorang muslimah dan memeluk teguh agamanya. Selain itu, jilbab berfungsi pula sebagai cara untuk mengefektifkan pendidikan moral. Secara lahiriah, jilbab juga lebih sejuk dan manis
Sedangkan keutamaan jilbab adalah sebagaimana yang diterangkan dalam Q.S Al-Ahzab:33 :
Artinya: " .... Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait! Dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya."
Penjelasan ayat di atas adalah bahwa yang dikatakan wanita suci itu
sebenarnya hanya wanita muslim saja. Lantaran kesuciannya, mereka tidak akan membuka auratnya sembarangan, termasuk rambut. Islam mengatur sedemikian rupa, demi meninggikan derajat dan memelihara kehormatan serta kesucian mereka sendiri sebagai wanita mukminat. Syariah Allah menginginkan wanita berada pada kedudukan kemanusiaan yang mulia, tidak jatuh menjadi komoditi yang diperjualbelikan dalam pengertian yang luas. Untuk itu, ia harus mengenal dirinya, agar bertambah keimanannya kepada Allah dan pada gilirannya nanti, akan menunjang keharmonisan hidup untuk keberhasilan dalam keluarga maupun masyarakat
2.1.4. Kriteria Jilbab Menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah
Kriteria jilbab bukanlah berdasarkan kepantasan atau mode yang sedang trend, melainkan berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah. ,lika kedua sumber hukum Islam ini telah memutuskan suatu hukum, maka seorang muslim atau muslimah terlarang membantahnya (Al-Ghifari,2002:51 ).
Syeikh Muhammad Nashiruddin al-Abani dalam bukunya "Jilbab al-Mar'ah
a/-Muslimah Fil Kitabi Was Sunatl" (Jilbab Wanita Muslimah) (dalam Abu
Al-Ghifari,2002:52) mengharuskan jilbab itu memenuhi delapan syarat, yaitu: 1. Menutup seluruh badan selain yang dikecualikan (muka dan telapak
tangan).
2. Bukan berfungsi sebagai perhiasan. 3. Kainnya harus tebal dan tidak tipis.
4. Harus longgar, tidak ketat, sehingga tidak menggambarkan sesuatu dari tubuhnya.
5. Tidak diberi wewangian atau parfum. 6. Tidak menyerupai laki-laki.
7. Tidak menyerupai pakaian wanita kafir.
2.2 Motivasi
2.2.1 Pengertian Motivasi
Motivasi memegang peranan penting dalam pemakaian jilbab pada remaja. Karena dengan motivasi itulah seorang remaja dapat dengan yakin
mengambil keputusan untuk memakai jilbab. Motivasi tersebut dapat
diperoleh melalui pengalaman pribadi, kebutuhan hidup, rnelalui pemahaman agama ataupun melalui dorongan dari orang lain. Para ahli psikologi telah banyak yang memberikan pengertian mengenai motivasi.
Pengertian motif dan motivasi keduanya sukar dibedakan secara tegas. Kesulitan dalam mendefinisikan arti motivasi menu rut Atkinson dalam bukunya An Introduction, seperti yang dikutip oleh Ngalim Purwanto adalah karena istilah itu tidak memiliki arti yang tetap di dalam psikologi
kontemporer. Hal itu pulalah yang menyebabkan Sartain rnenggunakan kata motif dan drive untuk istilah yang sama (Purwanto, 1986:70).
diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata "motif' itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila
kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak (Sardiman, 1994:73).
Menurut Alisuf Sabri (1993:129) motivasi adalah segala sesuatu yang
menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong orang untuk memenuhi suatu kebutuhan. Sesuatu yang dijadikan motivasi itu merupakan suatu keputusan yang telah ditetapkan individu sebagai suatu kebutuhan atau tujuan nyata yang ingin dicapai.
Menurut Gleitman & Reber dalam Muhibbin Syah (2004:1216) mengatakan
bahwa pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme, baik
manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam
pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah
laku secara terarah.
Motivasi (dorongan diri) adalah kekuatan yang mampu memunculkan
aktivitas dalam diri manusia. Hal ini dimulai dari adanya perilaku yang
diarahkan pada tujuan tertentu yang menjadikan aktivitas tersebut adalah
suatu tugas yang harus dilaksanakan. Motivasi inilah yang mampu
mendorong manusia dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya,
sebagaimana ia pula mendorong manusia dalam melaksanakan banyak
kegiatan penting yang bermanfaat yang sesuai dengan keinginannya (Musfir,
2005:96).
Menu rut Vroom (dalam Purwanto, 1995:72) menjelaskan bahwa motivasi
mengacu kepada suatu proses mempengaruhi pilihan-pilihan individu
terhadap bermacam-macam bentuk kegiatan yang dihadapi. Kemudian John
P. Chambel dan kawan-kawan menambahkan rincian clalam clefinisi tersebut
dengan mengemukakan bahwa motivasi mencakup di clalamnya arah atau
tujuan tingkah laku, kekuatan respons clan kegigihan tingkah laku.
sebagai kekuatan kompleks, dorongan, kebutuhan, pernyataan ketegangan (tension states), atau mekanisme-mekanisme lainnya yang memulai dan menjaga kegiatan yang diinginkan ke arah pencapaian tujuan-tujuan pribadi
(www .bpkpenabur.or.id/jurnal/02/017-034 .pdf).
Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman, 1994:73), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini, mengandung tiga elemen penting:
1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam system "neurophysiologicaf' yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri
manusia), penampakkannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam
hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu al<si, yakni tujuan.
Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi
l<emunculannya karena terangsang I terdorong oleh adanya tujuan.
Tujuan ini akan menyangl<ut soal l<ebutuhan.
Dengan l<etiga elemen di atas, mal<a dapat dil<atakan bahwa motivasi
sebagai sesuatu yang l<omplel<s. Motivasi akan menyebabkan terjadinya
suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan
berhubungan dengan persoalan kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk
kemudian bertindak melakukcin sesuatu. Hal ini didorong karena adanya
tujuan, kebutuhan atau keinginan.
Kebutuhan-kebutuhan yang mendorong tingkah laku dalarn mencapai suatu
tujuan inilah yang diungkap oleh Maslow (dalam Woolfolk, 1998) sebagai
"Hirarki Kebutuhan Manusia". Menurutnya, setiap manusia mempunyai hirarki
(tingkatan) kebutuhan dimulai dari kebutuhan yang paling rendah hingga
kebutuhan yang paling tinggi untuk dipenuhi.
Maslow (dalam Zahar, 2006:44) menggolongkan kebutuhan mulai dari
1. Kebutuhan fisiologi (Physiological Needs)
2. Kebutuhan akan perasaan aman dan keselamatan (Safety Needs) (Kebutuhan fisiologi dan rasa aman termasuk kedalam kebutuhan dasar).
3. Kebutuhan untuk memiliki dan mencintai (Belongingness and Love Needs)
4. Kebutuhan akan penghargaan diri (Self Esteem Need)
5. Kebutuhan akan kebebasan bertingkah laku dan untuk menjadikan diri sendiri sesuai dengan citra dirinya sendiri (Self actualization Need). (Ketiga kebutuhan terakhir termasuk pada kebutuhan pertumbuhan).
Sedangkan motivasi menurut David McClelland diartikan sebagai keadaan yang timbul dari dalam individu, sebagai akibat dari adanya interaksi antara motif dan aspek situasi yang diamati dan relevan dengan motif tersebut, serta dapat mengaktifkan perilaku. David McClelland membagi tiga macam
kebutuhan dalam motivasi yang dia tulis dalam bukunya Human Motivation, pada tahun 1988, yaitu:
1. Kebutuhan untuk berprestasi (n-ach) ia mempunyai kebutuhan yang kuat untuk selalu mendapatkan feedback alas sesuatu pekerjaan dan membutuhkan akan suatu prestasi.
sangat kuat untuk memimpin dan merealisasikan ide-ide yang dimiliki. la juga merupakan kebutuhan untuk mewujudkan status personal dan prestis.
3. Kebutuhan untuk beraffiliasi (n-affif) merupakan kebutuhan untuk mempunyai hubungan persahabatan yang baik dan kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain. Dorongan untuk berafiliasi
menghasilkan kebutuhan untuk disukai dan mendapatkan penghargaan dari popularitas. Orang-orang seperti ini biasanya mereka yang tergabung dalam sebuah tim dalam pekerjaan atau permainan (http://www.businessballs.com/davidmcclelland.htm).
2.2.2. Fungsi dan Peranan Motivasi a. Fungsi Motivasi
Dalam pandangan Nana Syaodih Sukmadinata (2003), bahwa motivasi memiliki 2 fungsi, yaitu:
1. Fungsi Mengarahkan (Directional Function)
Dalam mengarahkan kegiatan, motivasi berperan mendekatkan atau menjauhkan individu dari sasaran atau tujuan yang akain dicapai. Apabila sasaran atau tujuan tersebut merupakan sesuatu yang diinginkan individu, maka motivasi berperan mendekatkan (approach motivation) dan apabila tujuan tidak diinginkan individu, maka motivasi berperan menjauhkan sasaran atau tujuan (avoidance motivation). Karena motivasi berkenaan dengan kondisi yang cukup kompleks, maka akan terjadi pula bahwa motivasi sekaligus berperan mendekatkan dan menjauhkan sasaran atau tujuan (approach-avoidance motivation).
2. Fungsi Mengaktifkan dan Meningkatkan Kegiatan (Activating and Energizing Function)
Suatu perbuatan atau kegiatan yang tidak bermotif atau motifnya sangat lemah akan dilakukan dengan tidak sungguh-sungguh dan tidak
terencana, sehingga kemungkinan tidak akan membawa hasil.
aktivitas tersebut akan dilakukan dengan sungguh-sungguh dan
terencana dan kemungkinan akan membawa hasil ケ。ョセQ@ besar.
b. Peranan Motivasi
Motivasi pada manusia berperan sebagai perantara untuk menyesuaikan dan
menyeimbangkan diri dengan keadaan lingkungan tempat manusia
beradaptasi. Sarlito Wirawan (1996:57) mengemukakan bahwa setiap
perbuatan yang dilakukan manusia dimulai dengan adanya suatu
ketidakseimbangan dalam diri manusia. Keadaan tidak seimbang ini tidak
menyenangkan bagi individu yang bersangkutan, sehingga timbul kebutuhan
untuk meniadakan ketidakseimbangan itu. Kebutuhan inilah yang akan
menimbulkan dorongan atau motivasi untuk berbuat sesuatu. Setelah
perbuatan itu dilakukan dan bila sesuai dengan kebutuhan maka tercapailah
keadaan seimbang dalam diri individu dan timbul perasaan puas, senang,
aman dan sebagainya.
2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Woolfolk (1998:374) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
menjadi dua bagian, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Menu rut Woolfolk, motivasi intrinsik merupakan motivasi yang timbul dari
1) Kebutuhan (Needs). Ada tiga macam kebutuhan menurut McClelland, kebutuhan untu berprestasi ach), kebutuhan untuk berkuasa (n-pow) dan kebutuhan untuk berafiliasi HョM。ヲヲゥセN@
2) Minat (Interest). Ada dua macam minat, yaitu personal interest· dan situasional interest. Personal Interest merupakan minat yang ada
dalam diri seperti minat dalam berolahraga, musik atau membaca sejarah sedangkan situasional interest merupakan minat yang lebih pendek umurnya pada sebuah aktivitas, teks atau rnateri yang bisa menarik perhatian orang.
3) Rasa ingin tahu (Curiosity). Rasa ingin tahu muncul ketika perhatian terpusat pada kosongnya ilmu pengetahuan. lnformasi yang sedikit tentang sesuatu hal memotivasi orang untuk mendapatkan informasi tersebut guna mengusir perasaan kosong (ilmu pengetahuan)
terse but.
4) Kesenangan (Enjoyment). Pekerjaan yang dilakukan menimbulkan rasa senang pada diri perilaku.
Sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang timbul dari faktor eksternal diluar diri, seperti:
Reward (ganjaran) yang diberikan tidak selalu bersifat material, namun
bisa juga bersifat immaterial seperti pujian, apresiasi dan motivasi. Pujian seorang guru kepada murid ataupun pujian orangtua kepada prestasi anaknya bisa menambah semangat belajar anaknya yang pada akhirnya akan meningkatkan prestasi belajarnya
(Najati,2003:185)
2. Hukuman (Punishment) adalah sebuah proses yang melemahkan atau menekan sebuah perilaku.
Najati (2003:238) menerangkan bahwa para praktisi pendidikan masa awal Islam begitu memperhatikan pentingnya sikap lemah lembut dan kasih sayang ketika mendidik anak-anak dan muric!. Seandainya pada kondisi tertentu harus menetapkan hukuman, maka hukuman tersebut tetap harus pada garis yang wajar dan tidak terlalu kejam.
Muhibbin Syah (1995:137) juga mengelompokkan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ke dalam 2 kategori, sebagai berikut:
1. Motivasi lntrinsik
intrinsik dapat menjadikan seseorang tidak merasa terpaksa dalam mengikuti suatu aktivitas.
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang muncul apabila ada
rangsangan dari luar. Pada motivasi ini seseorang melakukan aktivitas atas dasar nilai yang terkandung dalam objek yang menjadi sasaran atau tendensi tertentu. Karena itu, motivasi ekstrinsik ini juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalam aktivitasnya dimulai dan
diteruskan berdasarkan dorongan-dorongan dari luar yang secara tidak mutlak berkaitan dengan aktivitas tersebut.
2.2.4. Motivasi Dalam Pandangan Psikologi Islam
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir (2002:247) menjelaskan bahwa dalam psikologi Islam, pembahasan motivasi hidup tidak terlepas dari tahapan kehidupan manusia. Secara garis besar, kehidupan manusia terbagi atas tiga tahap:
1. Tahapan pra kehidupan dunia, yang disebut dengan alam perjanjian ('a/am al-'ahd, 'a/am al-mitsaq). Pada alam ini terdapat rencana dan design Tuhan yang memotivasi kehidupan manusia di dunia. lsi motivasi
2. Tahapan kehidupan dunia, untuk aktualisasi atau realisasi diri terhadap amanah yang telah diberikan pada alam pra-kehidupan dunia. Pada alam ini, realisasi atau aktualisasi diri manusia termotivasi oleh pemenuhan amanah. Kualitas hidup seseorang sangat tergantung pada kualitas pemenuhan amanah.
3. Tahapan alam pasca-kehidupan dunia, yang disebut dengan hari
pembalasan. Pada kehidupan ini, manusia diminta oleh Allah SWT untuk mempertanggungjawabkan semua aktivitasnya, apakah aktivitas yang dilakukan sesuai dengan amanah atau tidak.
Dengan demikian, tampak jelas bahwa motivasi hid up manusia hanyalah realisasi atau aktualisasi amanah Allah SWT semata.
Sedangkan 'Utsman Najati (2001:44) menyatakan bahwa dalam Islam, dorongan-dorongan dari perilaku bersifat instingtif yang berbentuk dorongan naluriah, yaitu:
1. Dorongan naluri untuk mempertahankan diri
Bentuk dari dorongan ini terwujud secara biologis dalam wujud dorongan mencari makanan apabila lapar, menghindarkan diri dari bahaya, menjaga diri agar tetap sehat, mencari perlindungan dan lain sebagainya.
kedinginan dan kepanasan. lni tercermin dalam firman Allah QS Thaha ayat 118-119 yang berbunyi:
Artinya: "Sesungguhnya kamu (Adam) tidak akan lapardi dalamnya (surga) dan tidak akan telanjang. Dan sesungguhnya kamu tidak akan
merasa dahaga tidak (pula) akan ditimpa sinar matahari di da/amnya".
Ayat di atas menjelaskan bahwa sesungguhnya Allah SWT memang telah menetapkan manusia sebagaimana fitrahnya. Allah telah memberikan Kasih Sayang-Nya terhadap semua makhluknya yaitu dengan melindungi manusia dari berbagai macam bahaya dan memenuhi berbagai
kebutuhan manusia. Termasuk kebutuhan untuk mempertahankan diri. Untuk mempertahankan diri, manusia membutuhkan makanan dan
pakaian, dan untuk itu manusia harus mempunyai motivasi atau dorongan untuk mendapatkannya.
2. Dorongan naluri untuk mengembangkan diri
melahirkan sinergi yang berdinamika. Dinamika diri terarah pada usaha pengembangan diri yang terwujud dalam bentuk pencapaian diri dalam aspek pengetahuan bahkan pada aktualisasi diri.
3. Dorongan naluri untuk mempertahankan jenis.
Manusia maupun hewan secara sadar maupun tidak sadar selalu menjaga agar keturunannya tetap berkembang dan hidup. Dorongan nafsu ini terjelma dari adanya perjodohan dan perkawinan serta dorongan untuk memelihara dan mendidik anak.
Dorongan naluri untuk melestarikan keturunan ini dibagi ke dalam 2 bagian, yaitu:
1. Dorongan sexual. Hal ini tercermin dalam QS An-Nahl ayat 72:
Artinya: "Allah menjadikan kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu anak-anak dan cucu-cucu".
hamba-Nya, untuk dapat menghasilkan keturunan-keturunan yang dapat meneruskan generasi sebelumnya dan agar dapat meneruskan keberlangsungan hidup di dunia agar manusia tidak hidup sendirian.
2. Dorongan keibuan. Hal ini tersirat dalam QS Al-Ahqaaf ayat 15:
"Kami perinlahkan kepada manusia supaya berbuat .baik kepada kedua orang tua (ibu Bapaknya). /bunya yang mengandung dengan susah payah dan me/ahirkannya dengan susah payah pu/a. Mengandungnya sampai menyapihnya se/ama tiga pu/uh bu/an ... ".
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah memerintahkan manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tua dengan kebaikan apa saja yang tidak terikat oleh persyaratan tertentu. Karena fitrah orang tua itu sendiri sudah cukup untuk mewajibkan keduanya memelihara anak secara otomatis berkat dorongan fitrah tersebut tanpa
memerlukan motivasi lain.
Dalam motivasi pemakaian jilbab pada remaja, banyak faktor yang ikut andil dalam pengambilan keputusan tersebut. Bagi sebagian remaja, mengambil keputusan untuk berjilbab tidaklah mudah. Hal itu disebabkan karena dunia remaja adalah dunia dimana seseorang sedang mencari jati diri atau identitas diri.
Bagi sebagian remaja, keputusan dalam memakai jilbab disebabkan karena adanya dorongan atau kebutuhan dari dalam diri. Misalnya, kesadaran bahwa hal itu merupakan kewajiban sebagai seorang mm;limah. Kesadaran tersebut timbul dari hasil belajar mandiri, ditambah dengan
informasi-informasi dari lingkungan yang mendukung. Tetapi bagi sebagian remaja yang lain, keputusan untuk memakai jlbab disebabkan karena adanya dorongan-dorongan dari luar diri. Misalnya, kebutuhan akan penghargaan dari orang lain.
Dalam motivasi pemakaian jilbab pada remaja, penulis mengacu kepada teori motivasi yang dikemukakan oleh Abraham Maslow yaitu motivasi yang
Karena menurut Murry, Maslow dan Mc Clelland menyebutkan bahwa needs (kebutuhan) dianggap sebagai motif. Needs atau wants adalah suatu
disposisi potensial dalam diri individu yang harus direspon atau ditanggapi dan dipenuhi sesuai dengan sifat, intensitas clan jenisnya. Apabila "needs" belum direspon, maka ia selalu potensial untuk muncul sampai dengan terpenuhinya maksud dari "needs" tersebut (Asnawi, 2002:13).
Selain itu, Maslow (1970) menambahkan bahwa setiap manusia akan selalu berusaha menampilkan perilaku yang dapat diterima atau perilaku yang akan mendatangkan ganjaran dan akan menghindari hal-hal yang akan
mendatangkan hukuman. lni dilakukan sebagai proses untuk memperoleh keseimbangan dalam hidup. Lebih lanjut Maslow menyatakan bahwa sifat-sifat baik dan teratur yang ditampilkan tersebut merupakan bentuk dari kebutuhan rohani atau kebutuhan fitrah (natural) yang untuk memenuhinya tergantung kepada kesempumaan perkembangan kepribadian individu dan kematangannya (Maslow, 1970:37).
Maka beberapa motivasi psikologis yang membuat remaja memakai jilbab adalah:
1) Kebutuhan akan perasaan aman (safety need). Sesungguhnya, jilbab itu tidaklah disyariatkan kepada wanita agar merasa gerah dan
kehormatan. Ketika wanita memakai hijab syar'i, maka dengan sendirinya ia menjadi pelindung bagi diri pemakainya. Sebab, tujuan dari berjilbab adalah menghindari fitnah. Adapun pakaian yang sempit akan memperlihatkan lekuk seluruh tubuh wanita atau sebagainya. Dengannya akan memberi gambaran pada pandangan kaum lelaki yang berujung kepada kerusakan dan timbulnya fitnah (Muhammad lbn Ismail, 2007:27&51).
2) Kebutuhan akan penghargaan diri (self esttem need). Penghargaan diri tidak selalu bersifat material. Tetapi juga bersifat immaterial seperti pujian, apresiasi ataupun motivasi. Pujian orang tua terhadap anak yang ingin memakai jilbab berguna untuk menambah semangat akan keyakinannya dalam memakai jilbab. Kenyataan seperti itu
dikemukakan pula oleh Rasulullah saw ketika berpesan kepada para sahabat agar memberikan balasan kepada orang-orang yang telah berbuat baik. Beliau berkata, "Siapapun yang berbuat kebaikan kepada kalian, balas/ah ia. Jika kalian tidak mendapatkan sesuatu
untuk membalasnya, do'akanlah ia, hingga kalian merasa benar-benar
telah membalasnya" (H.R Abu Dawud dan an-Nasa'i). Selain itu,
3) Kebutuhan untuk bertingkah laku dan menjadi diri sendiri sesuai dengan citra dirinya sendiri (self actualization). lndividu mengenal dirinya sendiri, mengetahui bakat, potensi dan kemampuan diri, ambisinya dalam hidup disesuaikan dengan kapasitas dan kapabilitasnya serta selalu berusaha untuk mewujudkan
kesempurnaan insaniyah. Selain itu, manusia terutama sekali adalah makhluk makna dan nilai (yakni makhluk aktualisasi diri). Seseorang membutuhkan kesadaran akan makna dan tujuan yang menggerakkan hidup. Dalam aktualisasi diri, seseorang tergerak untuk mengetahui siapa sebenarnya dirinya dan apa tujuan dari hidupnya serta
bagaimana cara untuk mencapai tujuan tersebut. Begitupun dengan remaja, mereka mulai memahami agama (Islam) dan ingin menerima agama (Islam) sebagai sesuatu yang bermakna berdasarkan
4) Kebutuhan untuk mencari teman atau bersosialisasi (need of affiliation) Menurut Davis dan Newstrom (dalam Abdul Mujib,
2002:246) kebutuhan beraffiliasi adalah dorongan untuk berhubungan dengan orang lain secara efektif. Dalam perkembangan remaja,
penampilan diri terutama di hadapan teman-teman sebaya merupakan petunjuk yang kuat dari minat remaja dalam sosialisasi. Begitupun dalam pemakaian jilbab pada remaja. Mereka memakai jilbab dengan tujuan agar dapat diterima dalam lingkungan sosialnya atau tuntutan dari lingkungannya yang mengaharuskan memakai jilbab.
Dari penjelasan di alas, dapat dijelaskan bahwa motivasi pemakaian jilbab adalah dorongan untuk memakai busana muslimah sesuai pertimbangan- . pertimbangan tertentu dengan tujuan agar dapat memuaskan kebutuhan diri yang dianggap penting dalam hidupnya yaitu memakai jilbab.
2.3 Kerangka Berpikir
Setiap orang mempunyai motivasi, baik itu motivasi yang sifatnya intrinsik maupun ekstrinsik yang mempunyai fungsi untuk mengarahkan dan
diinginkan tersebut. Sebaliknya, apabila seseorang mempunyai motivasi untuk menghindari sesuatu, maka motivasi itu sendiri bergerak menjauhi keinginan yang tidak ingin dicapai.
Dalam motivasi pemakaian jilbab, seorang remaja diharuskan untuk mengambil suatu pilihan. Apakah remaja tersebut ingin benar-benar ber-ikhtiar untuk memakai jilbab ataukah hanya sekedar mengikuti trend dan
berbagai pertanyaan yang timbul ketika remaja ingin memakai jilbab.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut yang akhirnya menimbulkan konflik dalam diri remaja yang di dalamnya terdapat proses untuk memilih.
maupun tekanan pihak tertentu. Adapula yang dengan maksud riya, karena hendak menonjolkan eksistensi dan perbedaan dirinya agar terkesan eksklusif serta adanya berbagai motivasi lain yang mendorong seseorang untuk memakai jilbab.
Agar dapat mengukur motivasi pemakaian jilbab pada rernaja, indikator yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah kebi.Jtuhan aktualisasi diri, kebutuhan akan penghargaan, kebutuhan akan rasa aman dan kebutuhan untuk mencari teman.
Alasan penulis menggabungkan kedua teori tersebut adalah pertama, karena Abraham Maslow dan David McClelland menyebutkan bahwa needs
Walaupun teori kebutuhan yang diungkapkan oleh Maslow adalah bersifat hirarki (bertingkat), tetapi penulis hanya mengambil kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya mayoritas yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan remaja yang ingin memakai jilbab. Yaitu kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan penghargaan diri, kebutuhan aktualisasi diri dan kebutuhan untuk mencari teman.
Dalam pemakaian jilbab pada remaja yang bersekolah di SMA Islam dan SMA Umum, kemungkinan terdapat motivasi yang berbeda dalam hal alasan pemakaiannya. Pada remaja yang bersekolah di SMA Islam, diperkirakan para siswi yang ingin memakai jilbab tidak mempunyai konflik yang begitu besar ketika ingin memakai jilbab dibanding remaja yang bersekolah di SMA Umum, dikarenakan lingkungan dimana mereka bergaul jelas berbeda. Karena peran lingkunganlah yang paling berpengaruh dalam memutuskan seseorang memakai jilbab.
Pada remaja yang bersekolah di SMA Umum, diperkirakan motivasi untuk memakai jilbab berdasarkan pada kesadaran yang timbul dari dalam dirinya untuk memenuhi kewajibannya sebagai seorang muslimah. Karena
sekolah yang akhirnya menyadarkan penulis akan pentingnya memakai jilbab.
Sedangkan pada remaja yang bersekolah di SMA Islam, rnotivasi untuk memakai jilbab kemungkinan disebabkan karena adanya :faktor kebiasaan yang telah diterapkan di sekolah yaitu diharuskan memakai jilbab. Karena faktor kebiasaan itulah, sebagian remaja yang memakai jilbab yang
bersekolah di SMA Islam meneruskan memakainya pada saat di luar sekolah.
Bagan 1
Bagan Perbedaan Motivasi Pemakaian Jilbab Antara Remaja yang Bersekolah di SMA Islam dan SMA Umum
I
I
Remaja yang bersekolah di SMA Islam =
memiliki motivasi dari
luar diri I lingkungan
sekolah ..
Motivasi Pemakaian Jilbab
.
Perbedaan Motivasi Pemakaian Jilbab Antara Remaja Yang Bersekolah Di SMA Islam dan SMAUmum-Remaja yang bersekolah diSMA Umum= memiliki motivasi dari dalarn diri.
-Berdasarkan kerangka berpikir inilah penulis menyusun hipotesis apakah "Ada perbedaan motivasi pemakaian jilbab yang signifikan antara remaja yang bersekolah di SMA Islam dan SMA Umum".
2.4 Hipotesis
Ho : Tidak ada perbedaan motivasi pemakaian jilbab yang signifikan antara remaja yang bersekolah di SMA Islam dan SMA Umum.
3.1 Jenis Penelitian
3.1.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, menurut Saifuddin Azwar (2005:5) penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian komparatif. Karena penelitian ini berupaya untuk menentukan sebab atau alasan adanya perbedaan dalam tingkah laku atau status
kelompok individu.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
3.2.1. Variabel Penelitian Variabel bebas : Remaja
SMA Umum yang dimaksud adalah SMAN 46 Jakarta sedangkan untuk SMA Islam yaitu Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta
Variabel terikat : Motivasi pemakaian jilbab
Motivasi yang dimaksud adalah motivasi yang berdasarkan adanya kebutuhan-kebutuhan hidup yaitu kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan penghargaan diri, kebutuhan aktualisasi diri dan kebutuhan untuk mencari teman dalam keputusannya memakai jilbab.
3.2.2. Definisi Operasional
Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sl<or yang diperoleh dari responden dari skala motivasi pemal<aian jilbab yang indikatornya berdasarkan empat kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut yaitu:
1) Kebutuhan akan perasaan aman (safety need)
2) Kebutuhan akan penghargaan diri (self esteem neiid)
3) Kebutuhan akan kebebasan bertingkah laku dan rnenjadi diri sendiri sesuai dengan citra dirinya sendiri (self actualization need)
4) Kebutuhan untuk mencari teman atau mencari pegangan pada orang lain (need of affiliation)
yang dilakukan dengan menggunakan SPSS 11.00. Jika dari hasil penghitungan data terlihat t hitung > t tabel, maka dapat dikatakan ada perbedaan motivasi pemakaian jilbab yang signifikan antara remaja yang bersekolah di SMA Islam dan SMA Umum. Sebaliknya, jika terlihat t hitung < t tabel maka dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan motivasi pemakaian jilbab yang signifikan antara remaja yang bersekolah di SMA Islam dan SMA Um um.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Menurut Consuelo G. Sevilla et al.,(1993:160) populasi adalah kelompok besar yang merupakan sasaran generalisasi pada penelitian. Yang termasuk populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang memakai jilbab yang
3.3.2 Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 40 orang, terdiri dari 20 responden remaja yang bersekolah di SMA Islam (Madrasah Aliyah
Pembangunan UIN Jakarta) dan 20 responden remaja yang bersekolah di SMA Umum (SMAN 46 Jakarta). Alasan penulis memakai jumlah sampel yang digunakan di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN hanya berjumlah 20 siswi adalah karena jumlah sampel yang bersekolah di SMAN 46 hanya ada 20 siswi. Oleh karena itu, untuk mempemludah perhitungan dalam melihat perbedaan motivasi pemakaian jilbab kedua sekolah dan untuk
menyeimbangkan jumlah sampel masing-masing sekolah, penulis mengacu kepada jumlah sampel yang lebih sedikit populasinya. Hal ini sejalan dengan pendapat Sevilla bahwa jumlah sampel minimal suatu penelitian kausal komparatif adalah 15 responden per kelompok (Sevilla. 1993:163).
3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel non-acak atau non-probability sampling yaitu responden tidak memiliki peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Serta rnenggunakan teknik purposif sampling yaitu pengambilan sampel yang digunakan apabila peneliti
3.3.4 Karakteristik Sampel
1. Remaja yang bersekolah di SMA Islam (Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta) dan SMA Umum (SMAN 46 Jakarta).
2. Rentang usia remaja antara 13 -17 tahun (Hurlock, 1980:206) 3. Memakai jilbab di sekolah dan dalam keseharian.
4. Jilbab yang dipakai adalah segala macam model jilbab; yang dijulurkan ke dada ataupun jilbab pendek (bergo).
3.4 Teknik Pengumpulan Data
3.4.1 Metode Pengumpulan Data dan lnstrumen Penelitian
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner atau angket. Angket yang digunakan adalah model angket tertutup, yang berisi pernyataan mengenai motivasi pemakaian jilbab yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden hanya memberikan tanda check list(,/) pada kolom yang sesuai. Sedangkan skala motivasi dalam penelitian iini tersusun dari beberapa butir pernyataan yang disusun berdasarkan teori yang
Tabel1
Blue print skala motivasi pemakaian jilbab pada remaja (uji coba)
No Asoek Favourable Unfavourable Jumlah
1 Kebutuhan akan rasa 1, 2, 3, 4, 5, 11, 12, 13, 14, 20 aman (safety need) 6, 7,8, 9, 10 15, 1Ei, 17, 18,
19,20
2 Kebutuhan akan 21, 22, 23, 31, 32, 33, 34, 17 penghargaan (self 24, 25, 26, 35, 3Ei, 37
esteem) 27, 28, 29, 30
3 Kebutuhan akan 38, 39, 40, 47, 48, 49, 50, 19 kebebasan bertingkah 41, 42, 43, 51, 52, 53, 54,
laku & menjadi diri 44,45,46 55,5() sendiri (self
actualization)
4 Kebutuhan untuk 57, 58, 59, 67,6B,69, 70 14 mencari teman atau 60, 61, 62,
mencari pegangan pada 63,64,65,66 orang lain (need of
. affiliation)
JUMLAH 39 31 70
3.4.2 Penilaian dan Skoring lnstrumen
Skala ini menggunakan model skala Likert dengan metode penilaian terakhir. Menurut Consuelo G. Sevilla, et al.,(1993:225) model skala Likert,
[image:67.525.28.454.144.470.2]untuk menghindari responden menjawab pernyataan yang bersifat "mengamankan" jawaban. Cara penilaian adalah mulai dari 1 sampai 4.
Tabel2 Sk ormg ns rumen I t
Pilihan SS
s
TS STS
-Favourable 4 3 2 1
Unfavourable 1 2 3 4
3.5 Teknik Uji lnstrumen
Uji instrumen diberikan kepada 40 responden dengan perincian 20
responden remaja yang bersekolah di SMAI Muhammadiyah 3 Jakarta dan 20 responden remaja yang bersekolah di SMA Hang Tuah I Jakarta dengan jumlah item sebanyak 70 butir.
3.5.1 Uji Validitas Skala
Rumus Product Moment Pearsons
rxy
=
2._xy - ( 2_x)(2_y)
I
n'1
[2_y2 - (2._x)z / n [2_y2- (2_y)2
I
n]
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi skor item dengan skor skala
n
=
Jumlah responden (sampel) L:x = Jumlah skor itemLY
= Jumlah skor skalaDari data try out indeks validitas item skala motivasi pemakaian jilbab yang diuji cobakan pada responden (n=40) diperoleh hasil sebagai berikut:
Namun item yang diikutsertakan dalam penelitian hanya sebanyak 40 item. Item yang tidak digunakan yaitu item no 4 dan 21.
Berikut Blue Print Skala Motivasi Pemakaian Jilbab pasca try out dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel3
Blue Print Skala Motivasi Pemakaian Jilbab Pasca Try Out
No Aspek Favourable Unfavourable Jumlah
1 Kebutuhan akan rasa 1, 2, 5,6, 8, 9 12, 14, 16 9 aman (safetv need)
2 Kebutuhan akan 22, 23, 25, 32, 33, 34, 35, 12 penghargaan (self 26, 27,28,30 37
esteem)
3 Kebutuhan akan 39, 40, 41, 48, 49, 51, 53, 12 kebebasan bertingkah 43,44,45,46 54
laku & menjadi diri sendiri (self
actualization)
4 Kebutuhan untuk 57, 58,62,64 67,69, 70 7 mencari teman atau
mencari pegangan pada orang lain (need of affiliation)
JUMLAH 24 16 40
3.5.2 Uji Reliabilitas Skala
[image:70.525.26.456.147.538.2]faktor errordaripada faktor perbedaan yang sesungguhnya. Selain itu pengukuran yang tidak reliabel jug a tidak akan konsisten pula dari waktu ke waktu. Prosedur yang digunakan untuk mengukur reliabilitas tes ini adalah dengan internal konsistensi menggunakan formula Alpha Croanbach.
Rumus Alpha Croanbach
a
=
2f1 -
s12 + s22 )l
sx2S12 dan S22
=
Varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2Sx2 = Varians skor skala
Tabel4
Kaidah Reliabilitas Guilford
Koefisien Kriteria
> 0,90 Sangat Reliabel
0,70-0,89 Reliabel
0,40-0,69 Cukup Reliabel
0,20-0,39 Tidak Reliabel
3.6 Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mencoba merencanakan langkah-langkah yang diharapkan dapat menunjang kelancaran penelitian, yaitu sebagai berikut:
3.6.1. Tahap Persiapan
1. Merumuskan permasalahan. 2. Menentukan variabel.
3. Melakukan studi pustaka untuk mendapatkan gambaran dan landasan teoritis yang tepat mengenai variabel penelitian.
4. Menentukan, menyusun dan menyiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam uji coba penelitian ini, yaitu skala motivasi pemakaian jilbab dengan jumlah pernyataan sebanyak 70 item.
validitas dan reliabilitas instrumen. Uji coba dilakukan pada tanggal 4 - 8 Juni 2007, yang diberikan kepada remaja berjilbab yang bersekolah di SMAI Muhammadiyah 3 Jakarta dan SMA Hang Tuah I Jakarta.
3.6.2 Tahap Pelaksanaan
Setelah melakukan proses try out penelitian dan alat ukur memenuhi standar validitas dan reliabilitas, maka skala tersebut disebarkan kepada 40
responden remaja (masing-masing kelompok 20 responden) berjilbab yang bersekolah di SMAN 46 dan yang bersekolah di Madrasah Aliyah
Pembangunan UIN. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 23 Juli 2007 - 6 Agustus 2007.
3.6.3 Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang cliajukan. Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui perbedaan motivasi pemakaian jilbab antara remaja yang bersekolah di SMA Islam dan SMA Umum. Pada tahap ini dilakukan scoring, analisa data clengan menggunakan metode statistik t-test (uji-t) dengan taraf signifikansi 2,5%. Pengolahan data ini dilakukan clengan bantuan SPSS 11.00. Alasan peneliti menggunakan rumus ini adalah karena !-test atau uji t digunakan untuk mengamati
apakah ada perbedaan yang signifikan rata-rata dari dua kelompok yang
diamati (Sevilla, 1993:241)
t
X1
X2
Rumus t-test
t='X1-x2
s
x1-i2
= Perbedaan mean antar kedua kelompok
= Mean (rata-rata) motivasi sampel 1
=
Mean (rata-rata) motivasi sampel 24.1. Gambaran Umum Responden
Penelitian ini melibatkan 40 responden (masing-masing kelompok 20 responden). yaitu remaja yang bersekolah di SMA Islam (l\lladrasah Aliyah Pembanguan UIN) dan remaja yang bersekolah di SMA Umum (SMAN 46). Dari data yang diperoleh terdapat gambaran umum masing-masing
kelompok. Usia 14 Thn 15 Thn 16 Thn 17 Thn Jumlah Tabel5
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia
SMAN46
F % F
0 0 2
3 15 8
4 20 10
13 65 0
20
100
20
MPUIN % 10 40 50 0
100
[image:75.522.24.445.152.613.2]remaja yang bersekolah di SMAN 46, tidak terdapat responden remaja pemakai jilbab yang berumur 13 dan 14 tahun. Sedangkan untuk kategori remaja berjilbab pada Madrasah Aliyah Pembangunan UIN diketahui
mayoritas sebanyak 50% berusia 16 tahun, 40% berusia 15 tahun dan 10% berumur 14 tahun. Untuk remaja yang bersekolah di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN, tidak terdapat responden remaja pemakai jilbab yang berumur 17 tahun.
Tabel6
Gambaran Umum Responden
Berdasarkan Asal Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Asal SMP SMAN46 MP UIN
F % F %
Um urn 15 75 5 25
Tsanawiyah 5 25 11 55
Pesantren 0 0 4 20
Jumlah
20
100
20
100
Berdasarkan asal SMP, diperoleh gambaran bahwa 75% remaja SMAN 46 yang memakai jilbab berasal dari SMP Umum, 25% berasal dari Tsanawiyah dan tidak terdapat responden remaja pemakai jilbab yang berasal dari
[image:76.519.28.435.226.524.2]Tabel7
Gambaran Umum Responden
Berdasarkan Awai Responden Memakai Jilbab
Awai Memakai SMAN46 IMP UIN
Jilbab F % F
SD 3 15 8
SMP 4 20 7
SMA 13 65 5
Jumlah 20 100 20
%
40
a5
25
100
Berdasarkan label di alas, dapat dilihat bahwa remaja SMAN 46 ketika
memutuskan untuk memakai jilbab mayoritas berawal sejak bersekolah di
Sekolah Menengah Alas (SMA) yang berjumlah 65%, 20% responden
memakai jilbab sejak SMP dan 15% responden memakai jilbab sejak SD.
Sedangkan bagi remaja Aliyah Madrasah Pembangunan (MP) UIN ketika
memutuskan untuk memakai jilbab mayoritas berawal sejak bersekolah di
Sekolah Dasar (SD) yang berjumlah 40%, 35% responden memakai jilbab
sejak SMP dan 25% responden memakai jilbab sejak Sllt1A (Aliyah).
4.2. Uji Persyaratan
4.2.1. Uji Normalitas
Untuk mengetahui kepastian sebaran data yang diperoleh harus dilakukan uji
statistik petama yang harus digunakan dalam rangka analisis data adalah uji asumsi statistik berupa uji normalitas.
Adapun dalam uji ini, memakai uji Komogrov - Smirnov untuk menguji
keselarasan (goodness of fit). Dalam hal ini yang diperhatikan adalah tingkat kesesuaian antara distribusi nilai sampel (skor yang 、ゥッ「ウeセイカ。ウゥI@ dengan distribusi teoritis tertentu (normal, uniform, eksponensia I poisson). Jadi hipotesis statistiknya adalah bahwa distribusi frekuensi hasil pengamatan bersesuaian dengan distribusi frekuensi harapan (teoritis).
Berikut adalah hipotesisnya:
[image:78.521.25.438.112.625.2]Ho : populasi berdistribusi tidak normal (jika probabilitas > 0.05) Hi : populasi berdistribusi normal (jika probabilitas < 0.05)
Tabel8 Uji Normalitas
Kolmnnorov-Smirnov{a) Shaoiro-Wilk
--Statistic di Sia.
S t a l i 3 di Sin.
Motivasi
Pemakaian Jilbab .132 40 .079 .974 40 .468
..
a L1ll1efors S1gn1ficance Correction
Data dari skala motivasi pemakaian jilbab sebesar 0,79 dengan
ska la motivasi pemakaian jilbab diterima dan skala motivasi pemakaian jilbab berdistribusi normal.
4.2.2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas ini digunakan untuk mengetahui variabilitas mean dari data dalam suatu kelompok. Dalam penelitian ini, uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan rumus One-Way Anova. Adapun hipotesis yang dapat diajukan adalah:
[image:79.518.28.444.156.619.2]Ho : Varians data bersifat tidak homogen Qika probabilitas > 0.05) Hi : Varians data bersifat homogen Qika probabilitas < 0.05)
Tabel9 Uji Homogenitas
I
LeveneStatistic df1 df2 Sia.
Motivasi Pemakaian Based on Mean .044 1 38 .835
Jilbab Based on Median .025 1 38 .875 Based on Median and
with adjusted df .025 ·1 37.202 .875 Based on trimmed
mean .025 ·1 38 .876
alpha 5% maka diketahui bahwa nilai probabilitas skala motivasi pemal<aian
jilbab nilai