• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU DIET SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERHADAP PENYAKIT TIDAK MENULAR PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERILAKU DIET SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERHADAP PENYAKIT TIDAK MENULAR PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh:

FYONNA PUTRI CAHYA SARI 20120320169

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)

i

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh:

FYONNA PUTRI CAHYA SARI 20120320169

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(3)
(4)

iii

NIM : 20120320169

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 08 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,

(5)

iv

haturkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang telah memberikan kemudahan serta kelancaran bagi penulis dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Kepada Ibu Dosen ku tercinta, Ibu Arianti, M.kep., Sp. Kep. MB yang senantiasa meluangkan waktunya dalam membimbing kami, kesabaran yang luar biasa. Terimakasih banyak Ibu, kami tidak akan pernah melupakan jasa Ibu terhadap kami.

3. Kepada Dosen penguji Ibu Nurvita Risiana, S.kep., Ns., M Sc, terimakasih banyak atas pengarahan yang sifatnya dapat membangun penulis agar menciptakan Karta Tulis Ilmiah ini dengan baik.

4. Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada kedua orang tua, Bapak R. Agus Pranggono dan Ibu Esti Nur Wahyuni yang tak pernah letih memberikan doa serta dukungan, penulis tidak akan mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tanpa doa restu kedua orang tua. 5. Ucapan terimakasih kepada segenap Dosen serta Asisten Dosen

Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah mendidik dan membimbing kami selama kurang lebih 4 tahun lamanya, tanpa perjuangan Bapak/Ibu, kami tidak akan mampu mencapai cita-cita kami.

6. Terimakasih kepada adik kandungku Rayfinggahatta Nuriansyah, Bulek Prawati Nur Heni dan segenap keluarga yang senantiasa selalu mendoakan penulis hingga dapat menyelesaikan tugas Karya Tulis Ilmiah ini dengan tepat waktu.

(6)

v

semangatnya, kalian semua luar biasa. Mudah-mudahan kita semua dapat mencapai kesuksesan baik di Dunia maupun di Akherat kelak.

Aamiin yarobbal’alamin.

Yogyakarta, 08 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,

(7)

vi

(8)

vii

limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya. Sholawat serta salam penulis junjungkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW, kepada keluarga, sanak saudara dan in sya Allah kepada kita semua yang senantiasa kita nantikan syafaatnya di Dunia sampai di Yaumul Kiamah nanti.

Alhamdulillahirobbil’alamin penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah yang berjudul “Perilaku Diet Sebagai Faktor Risiko Terhadap

Penyakit Tidak Menular Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta” dengan tepat waktu.

Karya Tulis Ilmiah ini tidak akan berarti jika orang disekitar penulis tidak mendoakan, membimbing serta memotivasi diri penulis, penulis haturkan terimakasih kepada:

1. Ibu Sri Sumaryani, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Mat, HNC, selaku Ketua Prodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Ibu Arianti, M.kep., Ns., Sp. Kep. MB, selaku pembimbing dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah. Karya Tulis Ilmiah ini tidak akan berarti tanpa bimbingan dan ketulusan Ibu dalam membimbing kami.

3. Ibu Nurvita Risdiana, S.kep., Ns., M Sc, selaku penguji dalam sidang Karya Tulis Ilmiah. Karya Tuli Ilmiah ini tidak akan lebih baik tanpa ketulusan ibu dalam menguji dan memberikan masukan kepada penulis. 4. Kepada seluruh Dosen PSIK (Program Studi Ilmu Keperawatan) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang senantiasa selalu mendidik serta membimbing kami, meluangkan waktu serta tenaga kepada kami kurang lebih selama kurang lebih 4 tahun ini.

(9)

viii

Yogyakarta, 08 Agustus 2016

(10)

ix

B. Diet yang Berisiko terhadap Penyakit Tidak Menular………. 13

C. Perilaku……….. 23

D. Kelompok yang Rentan terhadap Masalah Kesehatan……… 27

(11)

x

J. Etika Penelitian………. 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil………... 53

B. Pembahasan………. 56

C. Kelebihan Peneliti………... 76

D. Kelemahan Peneliti…...…..……… 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………... 77

B. Saran………... 78

DAFTAR PUSTAKA……… 79

(12)

xi

Tabel 2.2 Kadar Serat Pangan dalam Sayuran, Buah-buahan, Kacang-kacangan dan Produk Olahannya………... 16 Tabel 2.3 Kategori Diet Garam………... 18

Tabel 2.4 Klasifikasi Kadar Lipoprotein

(mg/dl)………... 22

Tabel 2.5 Total Lipoprotein untuk Penderita Diabetes

Melitus………... 22

Tabel 2.6 Hubungan Diet dengan Beberapa Jenis

Kanker………... 23

Tabel 3.1 Definisi Operasional………... 45

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2016 (n= 392)………... 53 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT)

Responden di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tahun

2016 (n=392)………... 53

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Perilaku Diet Berdasarkan Waktu Makan (n= 392)………... 53 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Perilaku Diet Berdasarkan Jenis Makanan

(n= 392)………... 54 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Perilaku Diet Berdasarkan Cara

(13)
(14)

xiii

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

Badan Litbangkes : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

IMT : Indeks Massa Tubuh

CVI : Conten Validity Index

Posbindu : Pos Pembinaan Terpadu

RI : Republik Indonesia

PERKENI : Perhimpunan Endokrinologi Indonesia

DEPKES : Departemen Kesehatan

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia

(15)

xiv

Lampiran 3. Lembar Formulir Identitas Responden Lampiran 4. Lembar Kuisioner Food Recall 1 X 24 Jam Lampiran 5. Data Primer Excel

Lampiran 6. Surat Permohonan Ijin Penelitian

(16)
(17)

i

atherosclerosis, hypertension, coronary heart disease, stroke), diabetes mellitus and cancer. There were some risk factors of NCDs, among others were physical activity, tobacco use excessive and unhealthy diet. The purpose of this study was to determine the dietary behaviors at risk of non-communicable diseases.

This study was descriptive survey. Total population in this study were 20 845 and the sample in this study were 392 students by using simple random sampling technique. In this study, using a questionnaire food recall for 1 X 24 hours.

The results showed that the presence of risk factors for non-communicable diseases, such as college students do not eat on time, most of the foods they eat were carbohydrates, fats, protein and fiber and food preparations majority by frying.

(18)

ii

dalam dunia kesehatan karena merupakan salah satu dari penyebab kematian. PTM meliputi; penyakit kardiovaskuler (jantung, atherosklerosis, hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke), diabetes melitus dan kanker. Adapun beberapa faktor risiko PTM, diantaranya adalah lain adalah aktivitas fisik, penggunaan tembakau berlebihan dan diet yang tidak sehat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku diet yang berisiko terhadap penyakit tidak menular.

Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan survei. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 20.845 dan sampel dalam penelitian ini sebanyak 392 mahasiswa dengan menggunakan teknik simple random sampling. Pada penelitian ini menggunakan kuisioner food recall selama 1 X 24 jam.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya faktor risiko terhadap penyakit tidak menular, seperti mahasiswa makan tidak tepat waktu, sebagian besar jenis makanan yang dikonsumsi adalah karbohidrat, lemak, protein dan serat dan cara pengolahan makanan mayoritas dengan cara digoreng.

(19)

1

Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan salah satu atau masalah

kesehatan Dunia dan Indonesia yang sampai saat ini masih menjadi perhatian dalam Dunia kesehatan karena penyakit ini merupakan salah satu dari penyebab kematian (Jansje, Ticoalu & Samodra, 2012). Penyakit Tidak Menular (PTM)

juga dikenal sebagai penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang, mereka memiliki durasi yang panjang dan umumnya berkembang lambat.

Menurut Bustan (2007), dalam Buku Epidemiologi Penyakit Tidak Menular mengemukakan bahwa yang tergolong ke dalam PTM antara lain adalah; Penyakit kardiovaskuler (jantung, atherosklerosis, hipertensi, penyakit jantung

koroner dan stroke), Diabetes Mellitus (DM) serta kanker.

Berdasarkan uraian diatas World Health Organisation [WHO] (2013),

mengemukakan bahwa PTM merupakan penyebab utama kematian di semua daerah kecuali di Afrika, tetapi proyeksi saat ini menunjukkan bahwa pada tahun 2020 peningkatan terbesar kematian PTM akan terjadi di Afrika. Sejauh ini PTM

merupakan penyebab utama kematian di Dunia, mewakili 63 % dari semua kematian tahunan. Penyakit Tidak Menular (PTM) membunuh lebih dari 36 juta

(20)

dari hasil wawancara (apakah pernah didiagnosis oleh tenaga kesehatan dan minum obat hipertensi) terjadi peningkatan dari 7,6% tahun 2007 menjadi 9,5%

tahun 2013. Hal yang sama untuk stroke pada saat wawancara (berdasarkan jawaban responden yang pernah didiagnosis tenaga kesehatan dan gejala) juga

meningkat dari 8,3 per 1000 (2007) menjadi 12,1 per 1000 (2013). Sama halnya untuk DM, berdasarkan hasil wawancara juga terjadi peningkatan dari 1,1 persen (2007) menjadi 2,4% (2013) (Litbangkes, 2013 dalam Riskesdas, 2013).

Kematian pada PTM seperti penyakit kardiovaskular yaitu sebanyak 17,3 juta orang per tahun, diikuti oleh kanker 7,6 juta dan DM ada 1,3 juta. Ketiga

kelompok jenis penyakit ini menyebabkan sekitar 80% dari semua kematian PTM dan terdapat empat faktor risiko penting yang dapat berisiko terhadap PTM antara lain adalah aktivitas fisik, penggunaan tembakau berlebihan dan diet yang tidak

sehat (WHO, 2013). Diet yang tidak sehat tersebut salah satunya adalah ketidaktepatan dalam waktu makan.

Terkait dengan ketidaktepatan waktu makan, menurut Sholeha (2014), dalam penelitiannya bahwa terdapat hubungan antara restraint eating terhadap IMT (p = 0.002; r = 0.334), koefisien korelasi bernilai positif berarti hubungan antara

keduanya searah, dimana skor restraint eating memiliki IMT tinggi. Individu yang sering menahan makan atau sering melewatkan waktu makan dengan tujuan

(21)

disengaja dan berkelanjutan untuk tujuan menurunkan berat badan atau pemeliharaan berat badan hal ini dapat berisiko terjadinya gangguan makan dan

dapat mengakibatkan penambahan berat badan (Huberts, 2012 dalam Sholeha, 2014). Selain ketidaktepatan waktu makan, cara pengolahan makanan juga

merupakan perilaku diet yang dapat menyebabkan timbulnya PTM. Menurut Kandou (2009) dalam Tomastola (2014), mengatakan bahwa makanan yang dapat memicu peningkatan tekanan darah serta kolesterol banyak ditemukan pada

bahan makanan yang mengandung lemak jenuh atau lemak trans dan dapat dengan mudah ditemukan pada bahan makanan yang berasal dari hewan dan

makanan yang diolah dengan cara digoreng.

Berdasarkan permasalahan tersebut WHO (2012), berespon terhadap sistem kesehatan berupa deteksi dini atau screening kanker khususnya kanker servik,

selain itu pemberian terapi obat untuk mencegah gagal jantung dan stroke, melakukan perawatan paliatif serta kebijakan menurunkan pemasaran dari

makanan untuk anak-anak. Menteri Kesehatan RI juga mengemukakan bahwa program pengendalian diabetes mellitus dilaksanakan secara integrasi dalam program pengendalian PTM terintegrasi yaitu dengan pendekatan faktor risiko

(22)

gula-garam-lemak), I= Istirahat yang cukup dan K= Kuatkan Iman dalam menghadapi stres)] serta patuh di Posbindu dan Balai Gaya Hidup Sehat (Infodatin, 2014).

Adapun berbagai kelompok yang rentan terhadap permasalahan tersebut, salah satunya ialah kelompok dewasa muda. Menurut Dariyo (2003) dalam

Melati (2011), mengatakan bahwa secara umum mereka yang tergolong dewasa muda (Young adulthood) ialah mereka yang berusia 20-40 tahun. Mahasiswa termasuk ke dalam kelompok dewasa muda, hal ini sependapat dengan Sarwono

(1978), yang mengemukakan bahwa mahasiswa merupakan setiap orang yang secara resmi terdafttar dan mengikuti pelajaran di Perguruan Tinggi dengan batas

usia sekitar 18-30 tahun. Berbicara tentang perguruan tinggi, kota Yogyakarta merupakan kota pendidikan dimana setiap tahun dihadiri oleh mahasiswa dari berbagai daerah dengan tujuan untuk melanjutkan Perguruan Tinggi.

Hal ini sangat memungkinkan untuk terjadinya perubahan atau adaptasi dengan lingkungan yang baru yakni lingkungan setempat. Salah satu tugas

perkembangan dewasa muda ialah masa penyesuaian diri dengan cara hidup yang baru. Hal ini seharusnya menjadi perhatian bagi kita semua, dimana beradaptasi dengan lingkungan setempat dapat merubah gaya hidup mahasiswa. Perubahan

gaya hidup seperti saat ini yang dapat mengakibatkan berbagai macam masalah kesehatan dikemudian hari. Gaya hidup seperti perilaku diet yang tidak sehat

(23)

Pandangan islam terkait dengan gaya hidup sehat seperti makanan yang sehat sudah dijelaskan dalam Al-Quran dalam Surat Al-Maidah ayat 88 Allah SWT

berfirman, yang artinya:

"dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rizkikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepadaNya".

Berdasarkan ayat Al Quran tersebut, hendaklah kita menghindari makanan

yang tidak baik untuk mencegah terjadinya penyakit yang tidak diharapkan seperti; penyakit tidak menular (PTM). Hal ini terbukti bahwa penyakit PTM

seperti; hipertensi pada usia dewasa muda (21-40 tahun) diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak sehat, seperti; merokok, kurang olah raga mengkonsumsi

makanan yang kurang bergizi dan stress (Nisa, 2012 dalam Rachmawati, 2013). Selain itu, hipertensi juga sering berkaitan dengan obesitas dan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Sekitar 75% hipertensi secara langsung berhubungan

dengan kelebihan berat badan (Ting Fei Ho, 2009 dalam Anggraini, 2014). Indeks Massa Tubuh merupakan salah satu indikator yang paling sering digunakan dan

praktis untuk mengukur tingkat populasi orang dewasa, dimana IMT dikategorikan menjadi underweight, normal, overweight, beresiko, obesitas I, dan obesitas II (Sugondo, 2007 dalam Anggraini, 2014).

Penelitian lain juga menjelaskan bahwa hadirnya stroke pada usia muda berhubungan erat dengan gaya hidup kaum muda pada akhir-akhir ini, seperti

(24)

(Burhanuddin, Wahiduddin & Jumriani, 2012). Menurut Debette (2011) dalam Jumriani (2012) mengungkapkan bahwa kadar kolesterol di bawah 200 mg/dl

dianggap aman, sedangkan di atas 240 mg/dl sudah berbahaya dan menempatkan seseorang pada risiko terkena penyakit jantung dan stroke

Hal ini terbukti saat dilakukan studi pendahuluan pada tanggal 5 dan 6 Mei 2015 tepatnya di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta didapatkan 20 responden dari berbagai Prodi maupun Fakultas. Studi pendahuluan dilakukan

dengan metode wawancara. Penulis hendak memberikan berbagai macam pertanyaan terkait dengan perilaku diet mahasiswa baik itu pengetahuan, sikap,

keyakinan maupun niat mahasiswa dalam menentukan pola makan setiap harinya. Hasil dari wawancara didapatkan 55 % tinggal di kost, 25 % tinggal dikontrakan, 10% di unires (university residence), 10% tinggal di rumah. Dua puluh responden

diantaranya sering jajan diluar, seperti (fast food) sebanyak 80 % dan suka memasak atau makan di rumah sebanyak 20%..

Berbicara tentang fast food, yang dimaksud dengan fast food adalah makanan yang disiapkan dalam waktu singkat kurang dari 1 menit setelah pemesanan. Menu yang ditawarkan pada restoran fast food pada umumnya terbatas dan

sebagian besar sistem pelayanannya berupa self-service by the customer (Yuliati, 1998 dalam Heryanti, 2009). Secara umum fast food dapat dibedakan menjadi

(25)

makan padang, pecel lele, ayam bakar, bakso, siomay dan lainnya (Saputra, 2000 dalam Heryanti, 2009). Fast food biasanya mengandung zat gizi yang terbatas

atau rendah, diantaranya adalah kalsium, riboflavin, vitamin A, magnesium, vitamin C, folat dan serat. Selain itu, kandungan lemak dan natrium cukup tinggi

dalam berbagai fast food (Worthington, 2000). Hal ini tentunya dapat berisiko terhadap penyakit jika seseorang mengonsumsi fast food secara berlebihan. Seseorang memerlukan karbohidrat, lemak, protein dan serat dalam jumlah yang

ideal agar dapat berfungsi dengan baik.

Hasil dari studi pendahuluan terkait dengan frekuensi mahasiswa untuk jajan

diluar kurang lebih 2-3 kali dalam sehari, berbagai alasan yang mereka sampaikan mengapa mereka sering mengkonsumsi makanan cepat saji antara lain adalah malas keluar rumah, rasanya enak, malas memasak, simpel, cepat, mudah didapat,

disibukkan dengan kuliah, tidak bisa memasak, fasilitas dapur yang terbatas sehingga mereka tidak bisa memasak, lingkungan atau teman yang suka jajan

sehingga mereka terpengaruh untuk jajan diluar, selain itu juga beralasan bahwa mahasiswa yang terburu-buru untuk berangkat kuliah dan ada juga yang mengatakan makanan cepat saji merupakan makanan dengan harga yang

terjangkau. Hal ini dibenarkan oleh WHO (2015), mengatakan bahwa orang-orang zaman sekarang mengkonsumsi makanan berenergi tinggi, bebas gula,

garam dan tidak banyak makan buah serta sayuran.

(26)

Maka dari itu peneliti ingin melakukan sebuah penelitian yang berjudul “Perilaku

Diet sebagai Faktor Risiko Terhadap Penyakit Tidak Menular (PTM) pada

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian data diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian

tentang “ Bagaimanakah perilaku diet yang dapat berisiko terhadap penyakit tidak

menular (PTM) pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta? ”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku diet yang berisiko terhadap penyakit tidak menular (PTM) pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta UMY.

2. Tujuan khusus

a. Diketahuinya frekuensi dan prosentase karakteristik jenis kelamin dan

Indeks Massa Tubuh (IMT) pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

b. Diketahuinya frekuensi dan prosentase waktu makan pada mahasiswa di

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

c. Diketahuinya frekuensi dan prosentase jenis-jenis makanan yang

dikonsumsi mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(27)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian dalam ilmu keperawatan, khususnya dalam melakukan intervensi promotif dan preventif

terhadap masalah kesehatan pada mahasiswa.

2. Bagi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai data kesehatan dasar mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi mahasiswa untuk melakukan tindakan preventif khususnya dalam melakukan pencegahan terhadap berbagai risiko terjadinya penyakit dengan menerapkan perilaku diet

yang sehat.

4. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah pengalaman langsung bagi peneliti.

5. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau tambahan sumber referensi bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian yang

akan diteliti.

(28)

1. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Abdurrahman (2014) yang berjudul

Faktor-faktor pendorong perilaku diet tidak sehat pada wanita usia dewasa

awal studi kasus pada mahasiswi Universitas Mulawarman” Penelitian tersebut merupakan penelitian deskriptif. Metode penelitian yang digunakan

Abdurrahman merupakan metode penelitian kualitatif, penelitian ini menggunakan informan yang dianggap sebagai orang yang berkompeten untuk memberikan data yang dibutuhkan Abdurrahman.

Prosedur pengambilan subjek dalam penelitian ini dengan menggunakan pengambilan sampel berdasarkan pengambilan sampel snowball sampling

teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara mendalam. Wawancara dilakukan dengan subjek sebanyak 3 orang yaitu mahasiswi usia dewasa awal yang memiliki IMT (Indeks Massa Tubuh)

normal tetapi melakukan diet yang tidak sehat. Hasil penelitian ditemukan bahwa pada subjek pertama ditemukan faktor internal yang dominan

mendorong perilaku diet tidak sehat karena pengaruh dari lingkungan sosial. Pada subjek kedua faktor internal yang dominan mendorong perilaku diet tidak sehat motivasinya yang takut memiliki tubuh yang gemuk,

sedangkan faktor yang dominan mendorong perilaku diet tidak sehat karena pengaruh dari lingkungan sosial. Pada subjek ketiga faktor internal yang

(29)

diketahui bahwa konsep diri, persepsi, motivasi, lingkungan sosial dan status sosial ekonomi keluarga mempengaruhi faktor pendorong diet tidak sehat

pada mahasiswi.

2. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Knudin dan Amelia (2012) dengan

penelitian yang berjudul “Gambaran perilaku diet pada remaja SMAN 1

Pekanbaru”. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, metode deskriptif

merupakan metode yang digunakan untuk melukiskan secara sistematis,

faktual dan akurat karakteristik suatu variabel atau populasi tertentu. Tempat dan waktu penelitian dilakukan di SMAN 1 Pekanbaru periode Mei hingga

Juni 2012. Populasi yang diteliti adalah siswa-siswi kelas 1,2 dan aksel SMAN 1 Pekanbaru yang berjumlah 509 orang. Besar sampel pada penelitian dihitung berdasarkan rumus Taro Yamane.

Berdasarkan teknik pengambilan sampel menggunakan cara

peopotionate stratified random sampling dan berdasarkan perhitungan sampel

tersebut maka jumlah sampel minimal penelitian ini sebanyak 84 siswa. Metode pengumpulan data dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Instrumen yang digunakan adalah kuisioner. Teknik pengolahan

data dengan cara satu pengeditan, langkah ini digunakan untuk memeriksa kembali data yang diperoleh mencakup kelengkapan atau kesempurnaan data,

(30)

tabulasi, data terkumpul dimasukkan dalam tabel frekuensi sesuai dengan kategori masing-masing sehingga memudahkan untuk dilakukan analisis.

Analisa data dalam penelitian ini adalah pertama: pengolahan data, data yang telah dikumpulkan dalam kuisioner dilakukan pengeditan guna

menghindari data yang kosong ataupun salah serta dilakukan pengeditan guna menghindari data yang kosong ataupun salah serta dilakukan pengkodean, selanjutnya dilakukan entri data dengan menggunakan sistem komputerisasi

guna pengolahan dan analisis data. Kedua, pembahasan data; data diolah secara komputerisasi kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi yang dihitung dalam satuan persen.

Perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah Peneliti akan

melakukan sebuah penelitian yang berjudul ”Perilaku Diet Sebagai Faktor

Risiko Terhadap Penyakit Tidak Menular (PTM) Pada Mahasiswa

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta”. Jenis penelitian ini adalah

deskriptif dengan pendekatan Survei. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

teknik simple random sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuisioner berupa food recall selama 1X 24 jam. Pengolahan data yang digunakan dalam

(31)

13

Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu atau masalah kesehatan

dunia dan Indonesia yang sampai saat ini masih menjadi perhatian dalam dunia kesehatan karena merupakan salah satu penyebab dari kematian (Jansje & Samodra 2012). Penyakit tidak menular (PTM), juga dikenal sebagai penyakit

kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang, mereka memiliki durasi yang panjang dan pada umumnya berkembang secara lambat (Riskesdas, 2013).

Menurut Bustan (2007), dalam Buku Epidemiologi Penyakit Tidak Menular mengatakan bahwa yang tergolong ke dalam PTM antara lain adalah; Penyakit kardiovaskuler (jantung, atherosklerosis, hipertensi, penyakit jantung koroner dan

stroke), diabetes melitus serta kanker.

B. Diet Yang Berisiko Terhadap Penyakit Tidak Menular (PTM)

1. Penyakit kardiovaskuler

Penyakit kardiovaskuler adalah istilah untuk semua penyakit yang mempengaruhi jantung dan pembuluh darah (British Hearth Foundation

[BHF], 2014). Hal ini sependapat dengan yang disampaikan Scottish Intercollegiate Guidelines Network [SIGN] (2007), bahwa penyakit

(32)

Terdapat duafaktor risiko dari penyakit kardiovaskuler, antara lain ialah: Pertama, faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti; merokok, aktivitas

fisik, pola makan atau diet yang buruk dan kedua, faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi seperti; peningkatan tekanan darah, obesitas, riwayat

diabetes melitus dan sebagainya. Menurut Beck (2011) mengemukakan bahwa diet yang buruk tersebut meliputi:

a. Hiperkolesterol

Hubungan antara diet dengan kenaikan kadar kolesterol serum telah terbukti secara nyata. Faktor paling penting adalah masukan lemak hewani

yang tinggi dari makanan sehingga menyebabkan kenaikan kadar lipid serum. Fraksi lipoprotein kolesterol yang berdensitas rendah atau Low Density Lipoprotein (LDL) merupakan faktor yang terkait dalam

peningkatan risiko penyakit jantung (Beck, 2011).

Kandungan kolesterol dalam diet merupakan masalah penting jika

jumlahnya terlalu tinggi atau kalau seseorang memiliki kepekaan khusus terhadap substansi ini (Beck, 2011). Kadar kolesterol di bawah 200 mg/dl dianggap aman, sedangkan di atas 240 mg/dl sudah berbahaya dan

menempatkan seseorang pada risiko terkena penyakit jantung dan stroke (Debette, 2011 dalam Jumriani, 2012). Berikut merupakan standar nomal

fraksi lemak.

(33)

a) Trigliserida <150 mg/ dL b) Cholesterol total < 200 mg/ dL c) Cholesterol HDL> = 40 mg/ dL d) Cholesterol LDL <100 mg/ dL

Sumber: PERKENI, 2005 dalam Bustan, 2007.

Tingginya kadar kolesterol dalam darah juga berhubungan dengan konsumsi lemak jenuh dalam proporsi yang tinggi, seperti lemak jenuh dalam pelbagai susu, telur dan daging sementara konsumsi lemak tak-jenuh yang terdapat di dalam minyak nabati, seperti minyak jagung dan

minyak kedelai, relatif lebih sedikit. Penurunan kadar kolesterol darah dimungkinkan dengan cara mengurangi konsumsi lemak hewani.

Cara ini dapat dicapai dengan mengurangi makan-makanan yang berlemak, seperti sate kambing, sate babi, gulai kambing, lapis legit, tarcis, kue-kue kering, makanan gorengan, keju, mentega, margarin dan

full cream dan tidak menggoreng makanan. Kolesterol hanya ditemukan pada merah telur mengandung sekitar 250 gram kolesterol, otak, jerohan,

hati, produk susu, krim dan lain-lain serta udang kepiting, cumi-cumi dan susu full-cream (Beck, 2011).

b. Kandungan serat yang rendah

Serat dalam makanan (dietary fiber) merupakan bahan tanaman yang tidak dapat dicerna oleh enzim dalam saluran pencernaan manusia. Serat

(34)

Menurut Santoso (2011), dalam jurnal penelitiannya mengemukakan bahwa serat dapat larut air dan menjerat lemak di dalam

usus halus, dengan begitu serat dapat menurunkan tingkat kolesterol dalam darah sampai 5% atau lebih. Di dalam saluran pencernaan serat

dapat mengikat garam empedu (produk akhir kolesterol) kemudian dikeluarkan bersamaan dengan feses, dan dengan demikian serat pangan mampu mengurangi kadar kolesterol dalam plasma darah sehingga

diduga akan mengurangi dan mencegah resiko penyakit kardiovaskuler. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah sumber serat pangan yang

sangat mudah ditemukan dalam bahan makanan. Berikut merupakan contoh serat pangan (Santoso, 2011).

(35)

Jeruk bali

c. Kacang-kacangan dan Produk olahannya Kacang kedelai Adimunca (2005) dalam Santoso (2011).

c. Diet tinggi garam

Menurut Manan dan Rismayanti (2012), garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh mengonsumsi garam terhadap hipertensi melalui peningkatan volume

plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan

hemodinamik (sistem peredaran) yang normal.

Pada hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, di samping ada faktor lain yang berpengaruh. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan

pada suku bangsa dengan mengonsumsi garam yang minimal. Mengonsumsi garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan

prevalensi hipertensi yang rendah, sedangkan jika mengonsumsi garam antara 5-15 gram perhari prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh mengonsumsi terhadap timbulnya hipertensi terjadi

(36)

biasanya penggunaan garam dalam jumlah berlebih (lebih dari ½ sendok teh atau 2 gram garam dapur sehari) pada saat memasak. Berikut

merupakan tabel diet rendah garam:

Tabel 2.3: Kategori Diet Garam

Kategori Jumlah dalam (gram) per hari

Berat 3,75-7,5

menengah 1,25-3,75

Ringan ≤1,25

Sumber: Wahdah dalam Rosiana (2014)

Jenis-jenis makanan yang mengandung garam antara lain adalah makanan asin (ham, lidah asap, ikan asin, ebi, telur asin, keju, dendeng,

abon, korned, sardencis dan sebagainya), sayuran dan buah yang diasinkan (sayur asin, sawi asin, asinan sayuran dan buah, acar dan sebagainya), berbagai bahan penyedap dan aditif (garam dapur, bumbu

masak, vetsin, soda kue, kecap, saus tomat, tauco, petis, terasi dan lain-lain), makanan cemilan (roti, kue, biskuit dan lain-lain yang diolah

dengan soda kue atau garam dapur) dan makanan nabati yang diasinkan pindakas (mentega kacang), kacang asin, margarin biasa dan lain-lain (Beck, 2011).

d. Hiperglikemia

Menurut Kamus Kesehatan (2015), hiperglikemia adalah suatu

kondisi yang terjadi pada orang dengan diabetes bila kadar glukosa darah mereka terlalu tinggi. Menurut Kurniati (2011), mengatakan bahwa pada

(37)

Hiperglikemi merupakan salah satu faktor terpenting dalam patogenesis timbulnya komplikasi kronik, khususnya vaskuler diabetik.

Metabolisme abnormal yang menyertai diabetes menyebabkan disfungsi arteri. Abnormalitas meliputi hiperglikemia kronis, dislipidemia dan

resistensi insulin. Faktor-faktor ini membuat arteri rentan terhadap atherosklerosis (Kurniati, 2011). Dikatakan hiperglikemia dimana ketika kadar glukosa darah puasa lebih dari 126 mg/dl dan kadar glukosa darah

2 jam setelah makan lebih dari 200 mg/dl (Soegondo, 2009 dalam Mashudi, 2011).

e. Konsumsi kopi

Minum kopi berbahaya bagi penderita hipertensi karena senyawa kafein bisa menyebabkan tekanan darah meningkat tajam. Cara kerja

kafein dalam tubuh dengan mengambil alih reseptor adenosin dalam sel saraf yang akan memicu produksi hormon adrenalin dan menyebabkan

peningkatan tekanan darah, sekresi asam lambung dan aktivitas otot, serta perangsang hati untuk melepaskan senyawa gula dalam aliran darah untuk menghasilkan energi tinggi ekstra (Manan & Rismayanti, 2012).

Kafein mempunyai sifat antagonis endogenus adenosin, sehingga dapat menyebabkan vasokonstriksi dan peningkatan resistensi pembuluh

(38)

dosis kecil mempunyai adaptasi yang rendah terhadap efek kafein (Manan & Rismayanti, 2012).

f. Kebiasaan konsumsi minuman beralkohol

Menurut Suprihatin (2012), orang yang suka mengkonsumsi alkohol berisiko terkena hipertensi sebanyak 1,477 kali dibandingkan orang yang tidak mengkonsumsi alkohol. Kenaikan tekanan darah akibat alkohol

belum jelas. Tetapi, diduga peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam

menaikkan tekanan darah (Depkes RI, 2006 dalam Anggara, 2013). 2. Penyakit Diabetes melitus (DM)

Menurut Perhimpunan Endokrinologi Indonesia [PERKENI] (2011)

dalam Martha (2012) mengatakan bahwa diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang

terjadi karena kelainan sekresi insulin atau kedua-duanya. Definisi lain yang dimaksud dengan diabetes melitus (DM) adalah gangguan kesehatan yang berupa kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula

(glukosa) darah akibat kekurangan ataupun resistensi insulin (Bustan, 2007). Adapun berbagai faktor risiko terjadinya diabetes melitus antara lain

(39)

a. Kebiasaan makan gula

Gula adalah suatu karbohidrat dan menghasilkan energi. Pada diet

tinggi gula terjadi defisiensi tiamin, riboflavin, niasin dan vitamin. Sebagai contoh, tiamin sangat mutlak diperlukan untuk fungsi sistem saraf. Diet rendah tiamin dapat menyebabkan fatik, iritabilitas, gangguan

mental dan depresi. Gula dapat pula memperberat stress fisik dan mental melalui efeknya pada gula darah. Bila seseorang mengkonsumsi

makanan yang mengandung gula dan sejam kemudian merasakan gejala rendahnya kadar gula darah, maka ia akan berusaha mengkonsumsi makanan yang mengandung gula lagi untuk menghilangkan kelaparan.

Hal ini terus berlangsung dalam lingkaran. Makanan yang banyak mengandung gula menyebabkan kadar gula darah meningkat dengan

cepat. Untuk mempertahankan keseimbangan, tubuh melepaskan hormon dari pankreas yang disebut insulin (Swarth, 2006 dalam Martha, 2012). b. Dislipidemia

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan lemak dalam darah. Kelainan

(40)

penderita diabetes lebih meningkatkan timbulnya risiko penyakit kardiovaskuler.

Tabel 2.4: Klasifikasi Kadar Lipoprotein (Mg/dl) Kolesterol LDL Keterangan Kolesterol total Keterangan <200 Kolesterol HDL Keterangan <40 Sumber: NCEP ATP 111, 2004 dalam martha, 2012.

Tabel 2. 5: Total Lipoprotein Untuk Penderita Diabetes Melitus Kolesterol Total Sumber: NIDDK, 2008 dalam Martha, 2012.

3. Penyakit Kanker

Menurut Bustan (2007), dalam Buku Epidemiologi Penyakit tidak

menular mengemukakan bahwa kanker memiliki beberapa istilah seperti, a. Tumor : benjolan atau pembengkakan; terdiri dari tumor ganas dan tumor

jinak

(41)

Berdasarkan uraian diatas yang dimaksud dengan karsinoma adalah kanker yang mengenai jaringan epitel, termasuk sel-sel kulit, ovarium,

payudara, serviks, kolon, pankreas dan esofagus (Bustan, 2007). Menurut Bustan (2007), bahwa terdapat prosentase dari faktor risiko yang dapat

mengakibatkan kanker, antara lain adalah merokok sebanyak 30 %, minuman beralkohol sebanyak 3-13 %, food additives 1%, pekerjaan 4%, asbes 3%, radiasi 8%, obat-obatan 4%, polusi behavior sex 7% dan diet

makanan sebesar 35-50%. Berikut merupakan tabel hubungan diet dengan beberapa jenis kanker:

Tabel 2.6: Hubungan Diet Dengan Beberapa Jenis Kanker

No Jenis kanker Faktor diet fruit) dan sayur-sayuran (vegetables)

2. Stomach a. Risiko : smoked foods, salt-canned foods, nitrate or ntrite preserved foods

b. Protektif : milk, green and yellow vegetables, vitamin C containing foods

3. Colon dan

rectum

a. Risiko total fat, saturated fat (?), alkohol (?) b. Protektif fiber, crucirerous vegetables

4. Liver - Risiko : aflatoxins in foods, chronic hepatitis B, alkohol

5. Pancreas - Risiko: Alcohol (?), coffee (?), meat (?)

6. Call bladder - Risiko: diets leading to obesity, high fat (?), excess calories (?)

7. Lungs - Risiko: Diets low in Vit. A foods, alcohol

8. Bladder - Risiko: Coffee, low Vit. A diets, saccharin

9. Kidney - Risiko: Paparan cadmium (berasal dari: diet, rokok, pekerjaan)

(42)

11. Ovary - Risiko: High-fat diet

12. Prostat a. Risiko: High-fat diet, high protein foods b. Protektif: Vit. A diet

Sumber: Bustan (2007).

C. Perilaku

1. Definisi Perilaku

Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang

mempengaruhi kesehatan individu, kelompok atau masyarakat (Blum, 1974 dalam Notoatmojo, 2007). Hal ini sependapat dengan Notoatmojo (2007), bahwa perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme)

terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan.

Seorang ahli lain (Becker, 1979 dalam Notoatmojo, 2007) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan. Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk

mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup antara lain:

a. Makanan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu seimbang disini dalam arti kualitas (mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh), dan kuantitas dalam arti jumlahnya cukup untuk memenuhi

kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga tidak lebih). Secara kualitas mungkin di Indonesia dikenal dengan ungkapan empat sehat lima

(43)

b. Olah raga teratur, juga mencakup kualitas (gerakan) dan kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olah raga.

c. Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam penyakit.

d. Tidak minum-minuman keras dan narkoba

e. Istirahat yang cukup. dengan meningkatkan kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk penyesuaian dengan lingkungan modern, mengharuskan

orang untuk bekerja keras dan berlebihan, sehingga waktu istirahat berkurang. Hal ini juga dapat membahayakan kesehatan.

f. Mengendalikan stress. Stess akan terjadi pada siapa saja dan akibatnya bermacam-macam bagi kesehatan. Stress tidak dapat kita hindari, yang penting dijaga agar stress tidak menyebabkan gangguan kesehatan.

g. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya penyesuaian diri kita dengan lingkungan.

2. Faktor yang mempengaruhi perilaku:

Menurut Notoatmodjo (2007), mengatakan bahwa meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar

organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat bergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal

(44)

stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni:

a. Determinan atau faktor internal, yakni; karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya: tingkat

kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya.

b. Determinan atau faktor eksternal, yakni; lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan

ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

Menurut Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007), pada buku yang berjudul Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku membagi perilaku manusia kedalam 3 domain, antara lain adalah:

a. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Overt behaviour) (Notoatmodjo, 2007).

b. Sikap (attitude)

(45)

dilihat, tapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi

terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap merupakan

kesiapann untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).

c. Praktik atau Tindakan (practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu berbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara

lain adalah falisitas (Notoatmodjo, 2007).

D. Kelompok Yang Rentan Terhadap Masalah Kesehatan

1. Definisi dewasa muda

Dariyo (2003), mengatakan bahwa secara umum mereka yang tergolong dewasa muda (young adulthood) ialah mereka yang berusia 20-40 tahun.

Menurut Lemme (1995), menegaskan kembali bahwa masa dewasa muda dimulai sekitar usia 18 sampai 22 tahun dan berakhir pada usia 35 sampai 40

(46)

2. Ciri-ciri masa dewasa awal

Masa dewasa dikatakan sebagai masa sulit bagi individu karena pada

masa ini seseorang dituntut untuk melepaskan ketergantungannya terhadap orang tua dan berusaha untuk dapat mandiri. Ciri-ciri masa dewasa awal yaitu

masa pengaturan, masa usia reproduktif, masa bermasalah, masa ketegangan emosional, masa keterasingan sosial, masa komitmen, masa ketergantungan, masa perubahan nilai, masa penyesuaian diri dengan hidup baru dan masa

kreatif(Jahja, 2011).

3. Tugas perkembangan dewasa muda

Menurut Hurlock (2002), harapan masyarakat untuk orang-orang dewasa awal cukup jelas digariskan dan telah diketahui oleh mereka bahkan sebelum mereka mencapai kedewasaan secara hukum. Pada usia itu, lebih daripada

usia lain, mereka benar-benar telah mengetahui harapan-harapan yang ditujukan masyarakat pada mereka. Tugas-tugas perkembangan masa dewasa

awal dipusatkan pada harapan-harapan masyarakat yang mencakup mendapatkan suatu pekerjaan, memilih seorang teman hidup, belajar hidup bersama dengan suami atau istri membentuk suatu keluarga, membesarkan

anak-anak, mengelola sebuah rumah tangga, menerima tanggung jawab sebagai warga negara dan bergabung dalam suatu kelompok sosial yang

cocok.

(47)

memilih dan mencari pasangan hidup, belajar menyesuaikan diri dan hidup secara harmonis dengan pasangan, mulai membentuk keluarga dan memulai

peran baru sebagai orang tua, membesarkan anak dan memenuhi kebutuhan mereka, belajar menata rumah tangga dan memikul tanggung jawab,

mengembangkan karir atau melanjutkan pendidikan, memenuhi tanggung jawab sebagai warga Negara, menemukan kelompok sosial yang sesuai dari tugas diatas terlihat bahwa tugas terpenting dan masa dewasa muda adalah

untuk membentuk hubungan intim yang dekat dengan orang lain

E. Cara Pengolahan Makanan

1. Macam-macam teknik pengolahan makanan: a. Dibakar

Menurut Siagian (2010), dalam Buku Epidemiologi Gizi mengatakan

bahwa membakar dan membakar hangus pangan menghasilkan substansi yang mutagenik pada pengujian in vitro. Dewasa ini telah ditemukan

bahwa hanya dilakukan pemanasan tanpa pembakaran, namun produk daging tetap dapat menghasilkan serangkaian substansi yang mutagenik. Relevansi dari substansi ini dengan kesehatan manusia belum diketahui.

b. Dibakar dan digoreng

Menurut Beck (2011), dalam Buku Ilmu Gizi dan Diet mengatakan

(48)

hilang lebih sedikit. Pada memasak dengan cara menggoreng, sejumlah minyak akan merembes masuk ke dalam daging sehingga nilai kalori

daging tersebut bertambah.

Menggantikan penggunaan lemak hewani untuk menggoreng dengan

lemak nabati, seperti minyak jagung dan minyak kedelai. Makanan seharusnya direbus atau ditumis dengan sedikit minyak. Pemakaian santan yang kental juga harus dihindari, hindari (mentega, margarin dan minyak

goreng) serta gunakan (minyak jagung atau minyak kedelai) untuk menumis atau memasak (Beck, 2011).

c. Direbus dan menanak

Panas dihantarkan dari air ke dalam daging. Aroma dan unsur-unsur gizi yang larut air akan hilang karena terlarut di dalam air rebusan.

Memasak daging dengan cara menanak (mengetim) mencegah kehilangan seperti diatas karena panas dihantarkan dari uap panas ke dalam daging

dan daging tidak terendam langsung di dalam air rebusan (Beck, 2011). d. Diasapi dan digarami

Makanan dapat diawetkan dengan cara diasapi dan digarami.

Pengasapan adalah salah satu cara memasak, memberi aroma, atau proses pengawetan makanan, terutama daging, ikan. Makanan diasapi dengan

(49)

Sebelum diasapi, daging biasanya direndam di dalam air garam (Beck, 2011).

F. Diet Ala Rosulullah SAW

Menurut kamus besar bahasa indonesia [KBBI] (2015), yang dimaksud

dengan diet adalah aturan makanan khusus untuk kesehatan dan biasanya dilakukan atas petunjuk dokter atau konsultan dan secara umum diet bermakna sebuah usaha untuk menurunkan berat badan dengan mengatur pola makan dan

mengatur mengonsumsi nutrisi tertentu. Berdasarkan uraian tersebut Baginda Rasullulah Muhammad SAW pun ternyata telah melakukan diet yang sehat,

Beliau tak pernah sakit perut di sepanjang hayatnya karena pandai menjaga pola makan setiap hari (Sarkub, 2012).

Menurut Sarkub (2012), menyampaikan bahwa menu makan Rosulullah

SAW antara lain adalah Rasulullah SAW membuka menu sarapannya dengan air segar atau air dingin yang dicampur dengan madu. Di dalam Al-Qur’an, madu

merupakan syifaa (obat) yang diungkapkan dengan isim nakiroh, menunjukkan arti umum dan menyeluruh. Pada dasarnya madu bisa menjadi obat atas berbagai penyakit. Madu berfungsi untuk membersihkan lambung, mengaktifkan

usus-usus, dan menyembuhkan sembelit, wasir, luka bakar, dan peradangan.

Menjelang siang hari Rasulullah SAW mengkonsumsi tujuh butir kurma

ajwa (matang). Beliau pernah bersabda, “Barang siapa yang makan tujuh butir

(50)

pembunuhan di perang Khaibar, racun yang tertelan oleh beliau kemudian bisa dinetralisir oleh zat-zat yang terkandung dalam kurma. Pada sore hari, menu

makan Rasulullah biasanya adalah cuka dan minyak zaitun ditambah dengan makanan pokok seperti roti. Manfaatnya banyak sekali, diantara mencegah lemah

tulang, kepikunan, melancarkan sembelit, menghancurkan kolesterol, dan melancarkan pencernaan (Sarkub, 2012).

Di malam hari, menu utama makan malam Rasulullah adalah sayur-sayuran.

Secara umum, sayuran memiliki kandungan zat dan fungsi yang sama, yaitu menguatkan daya tahan tubuh dan melindunginya dari serangan penyakit. Setelah

makan malam Rasulullah SAW tidak langsung tidur. Beliau beraktivitas terlebih dahulu supaya makanan yang dikonsumsi masuk lambung dengan cepat dan mudah dicerna. Caranya bisa juga dengan Shalat. Rasulullah SAW bersabda:

“Cairkan makanan kalian dengan berdzikir kepada Allah dan Shalat, serta

janganlah kalian langsung tidur setelah makan, karena dapat membuat hati kalian

menjadi keras” (Sarkub, 2012).

Terkait dengan diet makan yang sehat pun sudah dijelaskan dalam Al- Quran, Allah berfirman dalam surat Al Maidah ayat 88 yang artinya”

“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah

rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman

(51)

Menurut Beck dalam Buku Ilmu Gizi dan Diet (Hubungannya dengan penyakit-penyakit untuk Perawat & Dokter) (2011), mengatakan bahwa

kecukupan gizi untuk orang dewasa antara lain adalah: 1. Mengurangi konsumsi rata-rata total lemak

Lemak merupakan bentuk energi yang paling pekat dalam makanan, sehingga pengurangan konsumsi lemak juga akan mengurangi kandungan energi dalam makanan dan dengan demikian, pada beberapa kasus, akan

mencegah terjadinya obesitas. Konsumsi lemak yang tinggi dari makanan kemungkinan akan menaikan kadar lipid darah yang disertai peningkatan

risiko terserang penyakit jantung koroner. Juga terdapat bukti epidemiologi yang menunjukan kaitan antara diet tinggi lemak dengan peningkatan insidensi kanker payudara dan kolon (Beck, 2011).

Untuk mengurangi masukan zat ini, pilihlah potongan daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit; gunakan sekali-kali saja daging potong dingin, hot

dog, bacon dan sosis. Batasi penggunaan kuning telur (walaupun putih telur), yang tidak mengandung lemak dan kolesterol, dapat digunakan dengan sering; dua putih telur nilai masaknya sama dengan satu telur utuh); batasi

penggunaan krim, susu asam, keju krim, keju lembut ber-krim dan pilihlah margarin daripada mentega. keju yang dibuat dari susu skim dan keju keras,

seperti Parmesan, kolesterol dan lemak jenuhnya lebih rendah dari pada keju-keju American, cheddar dan Swiss(Moore, 1997).

(52)

Pilihlah makanan yang bervariasi dengan sekurang-kurangnya tiga sajian sayur-sayuran, dua sajian buah-buahan dan enam sajian hasil padi-padian

setiap harinya. Buah-buahan adalah sumber yang baik dari vitamin c, karotenoid dan serat serta hal ini dapat mengurangi risiko kanker. Selain itu

buah-buahan dan sayur-sayuran pada umumnya rendah natrium. dan merupakan sumber kalium yang sedang sampai sangat baik dan merupakan zat yang diperlukan untuk menurunkan risiko hipertensi (Moore, 1997).

Buah-buahan, sayur-sayuran dan padi-padian juga cenderung rendah lemak dan berserat sedang sampai tinggi, sehingga dapat menurunkan risiko

obesitas, penyakit jantung, kanker dan memperbaiki fungsi usus besar

(Moore, 1997). Hal ini sependapat dengan Beck (2011), berbagai jenis buah sayuran itu kaya akan berbagai macam nutrien, seperti vitamin dan mineral,

dan juga mengandung serat makanan (dietary fiber). Sebuah penelitian ditemukan bahwa peningkatan insidensi penyakit yang terjadi di negara maju

merupakan akibat dari kurangnya diet serat (Beck, 2011) 3. Mengurangi konsumsi rata-rata gula

Gula murni (gula pasir dan lain-lain hasil pengilangan pabrik)

memberikan sekitar 20 persen dari masukan energi setiap harinya. Gula ini menghasilkan energi tanpa memberikan jenis-jenis nutrien lain seperti vitamin

dan mineral. Gula murni dapat mengakibatkan karies dentis dan berhubungan pula dengan penyakit jantung koroner (Beck, 2011).

(53)

Masukan garam dari makanan bagi kebanyakan orang melampaui kebutuhan fisiologis tubuh. Sumber utama garam adalah makanan yang sudah

diolah. Salah satu faktor yang menaikkan tekanan darah pada sebagian orang adalah konsumsi garam yang tinggi. Pengurangan konsumsi garam akan

membawa manfaat bagi kelompok orang trsebut (Beck, 2011). 5. Mengurangi rata-rata konsumsi alkohol

Menurut Beck (2011), alkohol mempunyai kandungan kalori yang tinggi,

namun bukan makanan yang diperlukan tubuh. Konsumsi alkohol yang berlebihan menimbulkan penyakit sirosis hepatis, pankreatitis dan berkaitan

dengan peningkatan insidensi karsinoma oesofagus serta lambung dan penyakit jantung koroner (Beck, 2011). Alkohol dapat meningkatkan risiko hipertensi dan bebeapa jenis neoplasia, minuman keras dapat mengakibatkan

sirosis hepatis, malnutrisi dan pankreatitis (Moore, 2007). 6. Olah raga teratur

Menurut Moore (1997), olah raga adalah suatu cara yang sangat berharga untuk mengontrol berat badan, dan olah raga dapat memperbaiki fungsi kardiovaskular dan menimbulkan perasaan segar. Anjuran melakukan olah

raga aerobik paling sedikit tiga sampai lima kali dalam seminggu (20 sampai 60 menit per sesi, tergantung pada intensitas latihan). Olah raga dengan

menggunakan pemberat, seperti; jalan cepat, dapat membantu memperlambat pergerakan osteoporosis.

(54)

8. Pertahankan konsumsi kalsium yang cukup

Konsumsinya paling sedikit 800 sampai 1000 mg/hari (kira-kira sama

dengan 3 gelas susu atau yogurt atau 4 oz keju), terutama pada wanita yang dapat membantu mengurangi osteoporosis (Moore, 1997).

H. Aturan Waktu Makan dan Kaitannya dengan Metabolisme Tubuh

1. Aturan waktu makan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia [KBBI] (2015), mengatakan

bahwa yang dimaksud dengan waktu ialah saat tertentu untuk melakukan sesuatu. Sesuatu yang dimaksud dalam hal ini adalah waktu makan. Menurut

Kementerian Kesehatan RI (2011), telah melakukan pembagian waktu yang tepat untuk makan sehari-hari yakni makan pagi, siang dan malam. Makan pagi atau sarapan tepat pada pukul 06.00-08.00 WIB, sedangkan makan siang

pukul 12.00-13.00 WIB serta makan malam pada pukul 18.00-19.00 WIB. 2. Aturan makan berkaitan dengan metabolisme tubuh

Metabolisme identik dengan kemampuan tubuh kita membakar energi (Drajat, 2006 dalam purnamasari, 2013). Secara umum, Drajat (2006) dalam Purnamasari (2013), merekomendasikan kontribusi, energi dan zat gizi makan

dibagi menjadi, makan pagi sebanyak 25%, makan siang 30%, makan malam 25% dan selingan pagi dan sore masing-masing 10% metabolisme makan pagi

.

(55)

tubuh, tidak selaras dengan cara kerja atau kemampuan fungsi pencernaan dan tidak selaras dengan siklus sistem pencernaan. Apabila metabolisme tubuh

tidak seimbang, maka penyerapan gizi tidak optimal (energi yang terbentuk akan sedikit atau kurang energi), pembuangan sisa makanan dan sisa-sisa

metabolisme tidak optimal (toksemia yaitu akibat toksin berlebihan di dalam tubuh) hal ini akan mengakibatkan peradangan organ vital, penyakit infeksi, alergi kronis dan kelebihan berat badan serta pembelahan sel menjadi lebih

cepat dan sering (penyakit degenerasi dan penuaan dini) (Gunawan, 2001). Seperti yang disampaikan oleh Ratnawati (2001) dalam purnamasari

(2013), bahwa orang yang makan pagi-pagi memiliki metabolisme yang lebih tinggi misalnya jika tidak makan pagi dan langsung makan siang, metabolisme kita menurun sebesar 5%. Orang yang makan pagi secara teratur

memiliki berat tubuh yang lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak makan pagi. Dengan demikian, makan pagi membantu mengendalikan berat

tubuh tetapi bukan berarti kita bisa seenaknya makan apa saja di pagi hari. Kita harus berhati-hati dengan makan secukupnya dan memilih jenis makanan yang sehat dan rendah lemak (Ratnawati, 2001 dalam Purnamasari, 2013).

I. Perawat

1. Definisi perawat

(56)

pelayanan keperawatan. Pendapat lain mengatakan bahwa perawat adalah orang yang telah menyelesaikan pendidikan professional keperawatan dan

diberi kewenangan untuk melaksanakan peran serta fungsinya (Wardhono, 1998).

2. Peran perawat

Peran perawat menurut etika dan hukum keperawatan, antara lain adalah;

a. Care giver (pelaksana)

Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan

keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar

manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya (Palestin, 2006 dalam Irawati, 2011).

b. Teacher (pendidik)

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan

sehingga terjadi perubahan perilaku dan klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan (Palestin, 2006 dalam Irawati, 2011).

c. Leader (pemimpin)

(57)

memiliki keahlian dalam praktik keperawatan, memberikan asuhan keperawatan prima, dipercaya oleh rekan sejawat dan memberikan

harapan bagi yang lainnya, serta dapat menjelaskan visi dan misinya sebagai tenaga keperawatan. Perawat yang memiliki kepemimpinan juga

harus dapat mengkondisikan lingkungan kerja yang kondusif dan dinamis serta merencanakan pengembangan karier perawat yang jelas dengan cara aktif memberikan dukungan untuk pengembangan diri perawat (Palestin,

2006 dalam Irawati, 2011).

Seorang pemimpin juga harus dapat memotivasi perawat menjadi

pekerja yang ulet dan mempunyai pandangan ke depan sehingga meningkatkan profesionalisme mereka. Di dalam perkembangan sistem kesehatan yang progresif, investasi pada pengembangan kepemimpinan

akan memberikan hasil yang signifikan pada pengembangan organisasi yang efektif (Palestin, 2006 dalam Irawati, 2011).

d. Rehabilitator

Peran perawat sebagai rehabilitator yaitu mengajar dan melaksanakan keperawatan bila tindakan peningkatan kesehatan,

pencegahan, penyembuhan dan pengobatan tidak berhasil. Perawat mengembangkan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan dapat

berfungsi normal (Palestin, 2006 dalam Irawati, 2011).

(58)

Peran perawat sebagai pembuat keputusan adalah untuk memberikan perawatan yang efektif, perawat menggunakan keahliannya berfikir kritis

melalui proses keperawatan. Sebelum mengambil tindakan keperawatan, baik dalam pengkajian kondisi pasien, pemberian perawatan dan

mengevaluasi hasil, perawat menyusun rencana tindakan dengan menetapkan pendekatan terbaik bagi tiap klien. Perawat membuat keputusan itu sendiri atau berkolaborasi dengan klien, keluarga dan

berkonsultasi dengan profesi kesehatan yang lainnya (Palestin, 2006 dalam Irawati, 2011).

3. Perawat sebagai pendidik (teacher) dalam perilaku diet sehat

Menurut Susanto (2012) dalam Hapsari (2013), megemukakan bahwa perawat sebagai pendidik bertugas menjalankan perannya dalam

memberikan pengetahuan, informasi dan pelatihan ketrampilan kepada pasien, keluarga pasien maupun anggota masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Perawat sebagai pendidik

bertugas untuk memberikan pengajaran baik dalam lingkungan klinik, komunitas, sekolah, maupun pusat kesehatan masyarakat (Brunner &

(59)

meningkatkan derajat kesehatannya serta dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit di suatu saat nanti.

(60)

K. Hipotesis

Terdapat perilaku diet yang tidak sehat pada Mahasiswa Universitas

(61)

43

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan survei. Metode deskriptif tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa kini (Nursalam, 2011). Menurut Nursalam (2013), bahwa yang dimaksud dengan survei adalah suatu

rancangan yang digunakan untuk menyediakan informasi yang berhubungan dengan prevalensi, distribusi, dan hubungan antar variabel dalam satu populasi.

Pada survei, tidak ada intervensi. Survei mengumpulkan informasi dari tindakan seseorang, pengetahuan, kemauan, pendapat, perilaku dan nilai.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Nursalam (2013), populasi dalam penelitian merupakan subjek

(misalnya manusia; klien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh mahasiswa-mahasiswi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, sebanyak 20.845 yang

terdiri dari (laki-laki: 11.425 & perempuan: 9.420). 2. Sampel dan Teknik pengambilan sampling

(62)

penelitian dari populasi yang ada sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2007). Teknik sampling dalam

penelitian ini menggunakan simple random sampling yaitu teknik pengambilan sampel secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada pada

populasi (Sugiyono, 2003).

RUMUS:

=

=

=

= 392.46

= Dibulatkan menjadi 392

Keterangan : n : Besar sampel N: Besar populasi

d : Tingkat signifikasi (Nursalam, 2013)

Berdasarkan perhitungan sampel yang sudah dilakukan, jadi jumlah

(63)

a. Mahasiswa-mahasiswi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta menyetujui dalam menjadi responden

b. Seluruh mahasiswa-mahasiswi dari berbagai fakultas maupun prodi yang masih aktif kuliah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

c. Melakukan pengisian kuisioner dengan lengkap

C. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu

Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 26 April 2016 - 17 Juni 2016.

2. Lokasi

Pengambilan data dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, yang beralamatkan di Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto,

Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

D. Variabel

Menurut Soeparto, dalam Nursalam (2013), mengatakan bahwa yang dimaksud dengan variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu (benda, manusia dan lain-lain).Variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independent (bebas). Variabel

Independent (bebas) merupakan variabel yang mempengaruhi atau nilainya

menentukan variabel lain. Pada penelitian ini variabelnya adalah Perilaku Diet.

(64)

Menurut Nursalam (2013), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari

suatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci definisi operasional. Dapat diamati artinya memungkinkan

peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi oleh orang lain (Nursalam, 2002 dalam Nursalam, 2013).

Tabel 3.1 :Definisi Operasional Variabel Definisi

operasional

Instrumen Skala Hasil Ukur

Perilaku diet Perilaku Diet merupakan sikap

merupakan kuisioner yang telah digunakan dalam penelitian Febriani pada tahun

2012 dengan judul penelitian “Keseimbangan Gizi Makanan dengan Aktivitas

(65)

tersebut telah dimodifikasi kembali oleh peneliti seperti mendapat penambahan serta pengurangan isi maupun format dalam kuisioner.

Menurut Nursalam (2013), mengatakan bahwa pada jenis pengukuran ini peneliti mengumpulkan data secara formal kepada subjek untuk menjawab

pertanyaan secara tertulis. Pertanyaan yang diajukan dapat juga dibedakan menjadi pertanyaan terstruktur, peneliti hanya menjawab sesuai dengan pedoman yang sudah ditetapkan dan tidak terstruktur, yaitu subjek menjawab secara bebas

tentang sejumlah pertanyaan yang diajukan secara terbuka oleh peneliti (Nursalam, 2013).

G. Teknik Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam penelitian (Nursalam,

2013). Pengumpulan data pada penelitian ini telah dilakukan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, adapun prosedur pengumpulan data, sebagai

berikut:

1. Prosedur pengumpulan data a. Tahap persiapan

1) Meminta izin kepada Pihak yang berwenang di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2) Menyiapkan kuisioner termasuk didalamnya terdapat lembar persetujuan (inform consent).

(66)

b. Tahap pelaksanaan

1) Peneliti melakukan pendekatan kepada responden untuk memberikan

penjelasan bila responden bersedia maka dipersilahkan untuk menandatangani lembar persetujuan (inform consent)

2) Responden diberikan penjelasan cara pengisian kuisioner

3) Peneliti dan asisten peneliti mendampingi responden dalam melakukan pengisian kuisioner dengan tujuan agar jika ada sesuatu

yang kurang jelas, responden dapat langsung menanyakan kepada peneliti maupun asisten peneliti

4) Responden harus mengisi kuisioner dengan lengkap atas pertanyaan yang telah diberikan oleh peneliti

5) Peneliti dan asisten peneliti melakukan pengecekan dan

mengklarifikasi apabila responden kurang tepat dalam melakukan pengisian kuisioner

2. Teknik pengumpulan data

Menurut Nursalam (2013), mengatakan bahwa ada 5 tugas peneliti dalam pengumpulan data, antara lain adalah:

a. Memilih subjek

Subjek dapat dipilih selama pengumpulan data. penentuan

Gambar

Tabel 2.2: Kadar serat pangan dalam sayuran, buah-buahan,
Tabel 2.3: Kategori Diet Garam
Tabel 2.4: Klasifikasi Kadar Lipoprotein (Mg/dl)
Tabel 2.6: Hubungan Diet Dengan Beberapa Jenis Kanker
+7

Referensi

Dokumen terkait

Koentjaraningrat (1984) menambah- kan model pengasuhan yang biasa dilaku- kan para orang tua Jawa pada anak-anak- nya, yaitu: (1) “menyuap” anak dengan menjanjikannya

Penarikan kesimpulan dilakukan terhadap temuan penelitian setelah dilaksanakan proses pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif model Two Stay Two Stray (TSTS).

Hasil penelitian tentang hubungan perilaku makan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa AKPER Manggala Husada Jakarta yang dilakukan sebanyak 143 mahasiswa, dapat

P ha se Login Batabase Login Login Tampil Menu MS Tampil Menu PS Tampil Menu BO Kelola data sentra Input data sentra Tampil data sentra Kelola data pinjaman Input status

Soetomo Surabaya tahun 2014, diketahui bahwa salah satu variabel yang diduga mempengaruhi ketahanan hidup penderita kanker serviks yaitu stadium bergantung pada waktu

Sumari (Tergugat/Terbanding) yang berupa obyek sengketa, akan tetapi para Penggugat/para Pembanding bermaksud menarik kembali hibah yang telah diberikan kepada

biaya investasinya lebih murah dibandingkan denga jenis konfugurasi lainya. Tetapi disebuah bandara yang menggunakan konfigurasi jaringan radial pada sistem kelistrikanya,

Berdasarkan hasil penelitian dan pem- bahasan yang telah dijabarkan diatas dapat disimpulkan bahwa senam bugar lansia memberikan pengaruh yang sangat signi- fikan terhadap