• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam meningkatkan disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyah Kamilul Awwabin Sepatan-Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam meningkatkan disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyah Kamilul Awwabin Sepatan-Tangerang"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

SEPATAN-TANGERANG

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh Siti Eva Shafiah

105018200735

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2010 M

(2)

DI MADRASAH TSANAWIYAH KAMILUL AWWABIN SEPATAN-TANGERANG

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh Siti Eva Shafiah

105018200735

Di bawah Bimbingan :

Drs. Syafril M.Pd. NIP. 19460601 196705 1 001

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2010 M

(3)

dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 16 Juni 2010 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S 1 (S.Pd) dalam bidang Manajemen Pendidikan.

Jakarta, 25 Juni 2010

Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan Kependidikan Islam) Tanggal Tanda Tangan

Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed. M.Phil ………… ………

NIP. 19560530 198503 1 002

Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan

Drs. Mu’arif SAM, M.Pd ………… ………

NIP : 19650717 199403 1 005

Penguji I

Dra. Yefnelty Z, M.Pd …………. ………

NIP : 19531101 198203 2 001

Penguji II

Drs. Mu’arif SAM, M.Pd ………… ………

NIP : 19650717 199403 1 005

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. DR. Dede Rosyada. M.A NIP : 19571005 198703 1 003

(4)

Nama : Siti Eva Shafiah NIM : 105018200735

Tempat/tanggal lahir : Tangerang, 13 Juni 1987 Program Studi : Manajemen Pendidikan Jurusan : Kependidikan Islam

Judul Skrpisi : Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor dalam Meningkatkan Disiplin Guru

Dosen Pembimbing : Drs. Syafril M.Pd

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1) di UIN Sayarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 29 Mei 2010

Siti Eva Shafiah

(5)

DISIPLIN GURU DI MADRASAH TSANAWIYAH KAMILUL AWWABIN SEPATAN-TANGERANG”, yang disusun oleh SITI EVA SHAFIAH, NIM. 105018200735 Program Studi Kependidikan Islam Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diuji kebenarannya oleh Dosen Pembimbing Skripsi pada tanggal ……….. 2010.

Dosen Pembimbing

Drs. Syafril M.Pd NIP. 19460601 196705 1 001

(6)

Kamilul Awwabin Sepatan-Tangerang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam meningkatkan disiplin guru. Masalah penelitian ini adalah bagaimana peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam meningkatkan disiplin guru di MTs Kamilul Awwabin Sepatan Tangerang?

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, karena data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Dengan metode ini konsekuensinya bagi penulis adalah harus mampu menganalisis data yang terhimpun sehingga pada kesimpulan logis dan realistis. Metode ini penulis lakukan dengan cara pengumpulan data dengan teknik observasi, dokumentasi, wawancara dan angket.

Hasil peneliti menunujukan bahwa peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam meningkatkan disiplin guru di MTs Kamilul Awwabin Sepatan-Tangerang mendapatkan kategori cukup dan disiplin kerja guru mendapatkan kategori masih kurang karena dilihat dari hasil observasi dan data daftar hadir di MTs Kamilul Awwabin.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan kepala sekolah hendaknya terus berusaha menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dalam kegiatan supervisi yang telah dilaksanakan dengan terus melakukan pembinaan dan bimbingan secara lebih efektif dan efesien, kepala sekolah dan para guru hendaknya selalu berusaha meningkatkan kemampuan diri dengan harapan semoga pendidikan generasi penerus bangsa akan semakin berkualitas pada masa yang akan datang.

Kata kunci : Kepala Sekolah sebagai Supervisor dan Disiplin Guru

(7)

semoga terlimpah kepada Nabi SAW, keluarga dan para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti jejaknya sampai akhir zaman. Alhamdulillahirabbil ’Alamiin, berkat pertolongan Allah SWT dan dengan izin serta kekuasaan-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi, yang merupakan salah satu persyaratan kelulusan studi Strata 1 (S1), Jurusan Kependidikan Islam Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan bimbingan, petunjuk dan dorongan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Rusdy Zakaria M.Ed. M.Phil, Ketua Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

3. Drs. Muarif SAM M.Pd, Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

4. Drs. Syafril M.Pd, Pembimbing Skripsi, terima kasih yang tak terhingga atas saran, kritikan dan masukannya yang telah mengarahkan dan memberikan bimbingan kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Seluruh Dosen dan Staf Kependidikan Islam Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan bantuan dan masukannya dalam penyelesaian skripsi ini.

6. H. M. Komarudin M.Pd, selaku Kepala Madrasah Tsanawiyah Kamilul Awwabin, Munan S.Pd.I, selaku kepala Tata Usaha dan dewan guru beserta staf Madrasah Tsanawiyah Kamilul Awwabin yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian dan

(8)

bantuan baik moril maupun materil hingga penulis dapat menyelesaikan kuliah.

8. Kakak dan kakak ipar (Hilman Zaini-Fitri Prihatini, Siti Salamah-Dadang Hermawan, Rosia Mariana-M.Wildan Syueb, Rahmat Irfani-Isma Srihana, Harri Solehat-Hilda Rosida, Tri Anwari Sajid, Siti Afianti Robiah) yang telah memberikan semangat, bantuan dan do’anya. Keponakan-keponakan yang lucu (Muhammad Tijan Abdurrahman, Muhammad Hufadz Gibran, Nadini Fatihah Rahmah, Siti Rhaina Fahrunisa, Yazida Farah Lina, Putra Ridho Fasha, Muhammad Riza Algifari, Ghaitsa Walida Umri) yang telah memberikan keceriaan.

9. Sahabat-sahabat seperjuangan Kependidikan Islam Manajemen Pendidikan A dan B 2005, Special to my best friend (Annisa Dzikri, Desy Nurbaity, Sakinatunnajah, Ujang Syarif Hidayatullah, Khoirul Shaleh, Rizki Mubarok, Rahmat Hidayat, Uni Zahra, Hikmah dan Solhah) yang telah banyak membantu dan memberikan masukan yang berkenaan dengan penulisan skripsi ini. Kehadiran kalian membuat warna dalam hidup ini, semangat dan keceriaan kalian tidak akan pernah terlupakan. 10. Kepada teman-teman PPKT di Madrasah Tsanawiyah Soebono

Mantofani-Jombang (Anik, Jamal, Amin, Qory, Wati, Jalal, Fazha) yang telah menemaniku dalam suka dan duka.

Akhirnya dengan segala keterbatasan penulis hanya dapat mengembalikan segalanya kepada Allah SWT untuk membalas kebaikan mereka. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Amin Ya Robbal ‘Alamin

Jakarta, 29 Mei 2010

(9)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

UJI REFERENSI ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

1. Pembatasan Masalah ... 5

2. Perumusan Masalah ... 6

D. Manfaat Hasil Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Kepala Sekolah sebagai Supervisor ... 7

1. Supervisi Pendidikan ... 7

a. Pengertian Supervisi Pendidikan ... 7

b. Tujuan Supervisi Pendidikan ... 9

c. Fungsi Supervisi Pendidikan ... 10

d. Prinsip Supervisi Pendidikan ... 11

e. Tugas dan Tanggung Jawab Kepala sekolah Sebagai Supervisor ... 14

2. Jenis Supervisi Pendidikan ... 16

(10)

2. Macam-macam Disiplin ... 19

3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru ... 20

4. Supervisi dan Peningkatan Disiplin Guru ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ... 25

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

C. Metode Penelitian ... 26

D. Populasi dan Sampel ... 26

E. Teknik Pengumpulan data ... 27

F. Instrumen Penelitian ... 28

G. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ... 30

1. Teknik Pengolahan Data ... 30

2. Teknik Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum ... 33

1. Sejarah Berdiri Madrasah Tsanawiyah Kamilul Awwabin ... 34

2. Data Kepala Sekolah, Guru, Karyawan dan Siswa ... 34

3. Sarana dan Prasarana ... 37

B. Deskripsi dan Analisis Data ... 38

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55

LAMPIRAN ... 57

(11)

Tabel Judul Tabel 1 Daftar penelitian

2 Kisi-kisi pedoman wawancara dengan kepala sekolah. 3 Kisi-Kisi instrumen kepala sekolah sebagai supervisor. 4 Kisi-kisi disiplin guru.

5 Nilai skor

6 Data guru dan karyawan madrasah kamilul awwabin. 7 Data siswa madrasah tsanawiyah kamilul awwabin. 8 Sarana dan prasarana.

9 Koordinasi semua usaha dan kegiatan sekolah. 10 Kepemimpinan kepala sekolah.

11 Perluasan pengalaman guru. 12 Peningkatan potensi guru. 13 Pemberian fasilitas.

14 Penilaian pada setiap kegiatan.

15 Analisa dalam kegiatan belajar mengajar.

16 Memberian pengetahuan dan keterampilan kepada guru. 17 Peningkatan kemampuan mengajar.

18 Diskusi kelompok/musyawarah. 19 Kunjungan kelas.

20 Pembicaraan individual. 21 Solusi dalam suatu masalah. 22 Pelatihan metode pembelajaran. 23 Ketepatan waktu ke sekolah. 24 Teguran indisiplin

25 Ijin mengajar.

(12)

30 Tanggung jawab sebagai guru. 31 Pemeriksaan satuan pembelajaran.

32 Nilai rata-rata peran kepala sekolah sebagai supervise meningkatkan disiplin guru di MTs Kamilul Awwabin.

(13)

Lampiran Judul Lampiran 1 Pedoman Observasi.

2 Pedoman Dokumentasi. 3 Pedoman Wawancara. 4 Angket.

5 Surat Pengajuan Proposal Skripsi. 6 Judul Pengajuan Proposal Skripsi. 7 Surat Bimbingan Skripsi.

8 Surat Pemohonan Izin Penelitian. 9 Surat Izin Observasi.

10 Surat Izin Wawancara.

11 Surat Perubahan Judul Skripsi.

12 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian. 13 Skor Keseluruhan Hasil Angket

14 Stuktur Organisasi. 15 Daftar Hadir Mengajar. 16 Uraian Tugas Guru.

17 Tata Tertib Guru dan Pegawai. 18 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

(14)
(15)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang sangat dibutuhkan bagi masyarakat. Sekolah mempunyai peran yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan Negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung pada kebudayaan tersebut mengenali, menghargai dan memanfaatkan Sumber Daya Manusia. Hal tersebut berkaitan erat kualitas pendidikan yang diberikan masyarakat kepada peserta didik.

Tujuan pendidikan pada umumnya menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadi dan masyarakat. Tujuan pendidikan juga berfungsi untuk membentuk perkembangan, pola pikir dan tingkah laku anak didalamnya.

Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin mempunyai tanggung jawab secara keseluruhan administrasi sekolah, antara lain bidang personalia. Tanpa personil yang profesional, program pendidikan yang dibangun di atas konsep-konsep yang bagus dan dirancang dengan teliti pun dapat tidak berhasil.

(16)

sekolah itu sendiri. Di samping itu kepala sekolah harus memiliki rencana ke depan dan peran kepala sekolah sebagai seorang administrator, manajer, leader, dan supervisor. Sebagai supervisor kepala sekolah membantu mengembangkan potensi guru dan staf sekolah dalam bentuk belajar bersama dalam mewujudkan program yang efektif. Dengan adanya supervisi, kepala sekolah akan mampu mengontrol setiap kegiatan yang berlangsung di sekolah baik dari kegiatan belajar mengajar, kedisiplinan kerja guru dan hal lain yang menopang suksesnya penyelenggaraan pendidikan ditingkatan sekolah khususnya sekolah yang ia pimpin. “Supervisi merupakan suatu aktifitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.”1 Pembinaan ini berdasarkan atas kerjasama antara pihak sekolah dengan kepala sekolah, sebagaimana tercantum dalam tujuan supervisi itu sendiri yaitu pengembangan disiplin guru dalam bekerja di sekolah.

Tugas kepala sekolah sebagai supervisor yaitu mengontrol disiplin guru dalam melihat tugasnya, apabila terdapat kesalahan dalam proses belajar mengajar, maka kepala sekolah segera memperbaikinya agar pembelajaran dapat mencapai sasaran yang sudah ditentukan yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan demikian, seorang pendidik akan dapat mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa baik aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketiga aspek itu merupakan sasaran evaluasi pendidikan terhadap siswa dalam satu program (semester). Seorang pendidik mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mendidik siswa dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini, seorang kepala sekolah sebagai seorang supervisor diharapkan untuk mengontrol jalannya proses pembelajaran, agar tercipta suasana kondusif sekaligus dapat mengkoordinasikan dan bekerjasama dengan guru-guru dalam mendidik siswa di sekolah, sehingga akan muncul kedisiplinan yang cukup tinggi pada setiap guru di sekolah tersebut. Seorang kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya harus memiliki empat kompetensi

1

(17)

yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi supervisi dan kompetensi sosial. Adapun kompetensi supervisi yaitu:

1. Mampu melakukan supervisi sesuai prosedur dan teknik-teknik yang tepat:

a. Mampu merencanakan supervisi sesuai kebutuhan guru.

b. Mampu melakukan supervisi bagi guru dengan menggunakan teknik-teknik supervisi yang tepat.

c. Mampu menindaklanjuti hasil supervisi kepada guru melalui antara lain pengembangan profesional guru, penelitian tindakan kelas dan sebagainya.2

Madrasah Tsanawiyah Kamilul Awwabin merupakan sekolah menengah pertama yang berada di bawah naungan Yayasan Kamilul Awwabin. Telah kita ketahui bersama bahwa madrasah berbeda dengan sekolah umum, ini bisa dilihat dari mata pelajaran yang ada di madrasah dan sekolah-sekolah umum. Madrasah lebih menekankan pada aspek keagamaan sedangkan sekolah-sekolah umum lebih banyak mata pelajaran yang bermuatan eksak dan sosial.

Madrasah Tsanawiyah Kamilul Awwabin dipimpin oleh H. M. Komarudin, M.Pd, beliau adalah salah satu putra daerah yang concern terhadap dunia pendidikan. Madrasah yang dipimpinnya berdiri kurang lebih 20 tahun yang telah banyak menjadikan putra-putri bangsa yang berakhlakul karimah sehingga ikut berperan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Penulis pernah menjadi pegawai piket selama satu bulan di Madrasah Tsanawiyah Kamilul Awwabin. Berdasarkan hasil observasi, setiap tahun pelajaran baru, Madrasah Tsanawiyah Kamilul Awwabin menerima kurang lebih 300 siswa/i baru. Ini menunjukkan bahwa madrasah ini menjadi pilihan orang tua untuk menyekolahkan anaknya di madrasah ini. Dengan banyaknya minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya, maka pihak sekolah atau madrasah dituntut untuk lebih meningkatkan kualitasnya baik dari faktor pembelajaran (kurikulum) yang nantinya akan bermuara pada kompetensi anak didik dan faktor servis atau pelayanan yang diberikan kepada anak

2

(18)

didik/masyarakat agar merasa nyaman dalam melakukan kegiatan pembelajaran.

Terselenggaranya kegiatan belajar mengajar yang kondusif tidak terlepas dari faktor kerjasama semua pihak yang ada di sekolah tersebut. Guru selain sebagai pengajar dan pendidik pun mempunyai tanggung jawab lain yaitu membantu kepala sekolah agar proses pembelajaran di sekolah lebih baik lagi dalam semua aspek.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kepala sekolah MTs Kamilul Awwabin sudah melakukan supervisi terhadap guru tetapi kontribusinya belum terlalu berpengaruh terhadap kinerja guru. Hal ini disebabkan olehantara lain: (1) supervisi dianggap kegiatan formalitas yang harus dilakukan kepala sekolah, (2) kegiatan supervisi untuk memenuhi syarat administrasi, (3) banyaknya tugas yang dikerjakan kepala sekolah, (4) anggapan bahwa guru yang masa tugasnya lama dianggap baik dalam mengajarnya, dan (5) kegiatan supervisi dianggap hanya mencari kesalahan seorang guru.

Sebagai pengajar guru berfungsi merencanakan program pengajaran, melaksanakan program pengajaran, dan mengevaluasi program pengajaran yang telah dilaksanakan. Sebagai pendidik guru bertugas mendidik agar siswa menjadi manusia dewasa yang berakhlak mulia, sedangkan sebagai pemimpin guru dituntut mampu menjadi pemimpin yang baik bagi diri sendiri, siswa, maupun masyarakat. Begitu pentingnya peran guru, maka seorang guru harus profesional dan menunjukkan kinerja yang baik untuk meningkatkan mutu pelayanan pada siswa dalam proses pembelajaran di kelas.

(19)

Proses belajar mengajar di Madrasah Tsanawiyah Kamilul Awwabin berjalan dengan baik, namun terdapat pula hal-hal yang harus dievaluasi seperti kedisiplinan guru dalam mengajar. Sebagaimana hasil observasi (pra penelitian) yang penulis lakukan dengan kepala madrasah dan sebagian guru, terdapat persepsi yang menyatakan bahwa guru kurang disiplin dalam menjalankan tugasnya seperti kurang disiplin dalam mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan kurang disiplin waktu dalam mengajar tatkala kepala sekolah tidak berada di sekolah atau tidak mengontrol kerja guru, khususnya dalam hal terselenggaranya proses belajar mengajar.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti kebenaran persepsi tersebut dengan mengambil judul penelitian tentang “Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor dalam Meningkatkan Disiplin Guru di Madrasah Tsanawiyah Kamilul Awwabin Sepatan-Tangerang”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis mengidentifikasi beberapa masalah, antara lain:

1. Kurangnya disiplin guru dalam pembuatan Rencana Program Pembelajaran. 2. Kurangnya disiplin guru pada ketepatan waktu dalam mengajar.

3. Rendahnya peran kepala sekolah sebagai supervisor.

C.Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah penulisan skripsi dalam penelitian ini, maka penulis membatasi masalah pada:

(20)

b. Disiplin guru dibatasi pada disiplin guru dalam menjalankan tugasnya yaitu disiplin mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan disiplin ketepaatan waktu dalam mengajar.

2. Perumusan Masalah

Berdasakan identifikasi dan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam meningkatkan disiplin guru di Madrasah Tsanawiyah Kamilul Awwabin Sepatan-Tangerang.”

D.Manfaat Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat bagi:

1. Bagi penulis : untuk menambah wawasan dan literatur mengenai kajian peran kepala sekolah dan disiplin guru.

(21)

BAB II KAJIAN TEORI A.Kepala Sekolah sebagai Supervisor

1. Supervisi Pendidikan

a. Pengertian Supervisi Pendidikan

Kata supervisi diadopsi dari bahasa Inggris ”Supervisi” yang berarti ”pengawasan/kepengawasan”. Orang yang melaksanakan pekerjaan supervisi disebut supervisor. Supervisi asal kata dari ”Super” yaitu atas, lebih dan ”Visi” yaitu lihat/penglihatan, pandangan. Sebagai supervisor memiliki kelebihan dalam banyak hal seperti penglihatan, pandangan, pendidikan, pengalaman, kedudukan/pangkat/jabatan posisi dan sebagainya.3

Supervisi merupakan bimbingan, pelayanan dan bantuan khususnya kepada guru agar guru tersebut dapat meningkatkan keahliannya dan menghasilkan murid yang berkualitas. Di bawah ini terdapat pengertian supervisi dari berbagai ahli, yaitu:

a. Kimball Wiles, supervisi merupakan bantuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik dan merupakan kegiatan untuk membantu dan melayani guru agar mereka dapat melaksanakan tugasnya lebih baik.

b. Gregorio, supervisi adalah proses peningkatan pengajaran, dengan jalan bekerjasama dengan orang-orang yang bekerjasama dengan murid.

c. Thomas H Bringgs, supervisi berusaha meningkatkan hasil belajar murid melalui gurunya.

d. H. Lucio dan McNall, supervisi merupakan bagian/aspek dari administrasi, khususnya yang mengenai usaha peningkatan guru sampai kepada taraf penampilan tertentu.

3

(22)

e. G Eya dan A. Netzer, supervisi adalah tahapan/fase dalam administrasi sekolah, terutama mengenai keberhasilan dalam usaha mencapai harapan/ tujuan tertentu dalam pengajaran.4

Menurut Piet A Sahertian, mengemukakan bahwa ”supervisi sekarang ini pada umumnya kelihatan sebagai kepemimpinan yang mendorong dan melibatkan semua staff sekolah dalam bentuk belajar bersama mewujudkan program-program sekolah yang lebih efektif.”5 Menurut Ngalim Purwanto, ”supervisi adalah segala bantuan dari para pemimpin sekolah, yang dituju kepada perkembangan kapemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan.”6 Menurut Hadari Nawawi ”Supervisi Pendidikan adalah pelayanan yang disediakan oleh pemimpin untuk membantu guru-guru (orang yang dipimpin) agar menjadi guru-guru atau personal yang semakin cakap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu pendidikan khususnya agar mampu meningkatkan efektifitas proses mengajar-belajar di sekolah.”7

Dari pengertian supervisi dari berbagai ahli merupakan bantuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar, proses pengajaran dan usaha mencapai tujuan tertentu dalam melibatkan semua staf sekolah dalam bentuk belajar bersama mewujudkan program sekolah yang lebih efektif. Supervisi juga merupakan suatu usaha layanan dan bantuan berupa bimbingan dari atasan kepada seluruh komponen sekolah, yaitu: guru, tata usaha dan siswa yang langsung mempengaruhi ataupun tidak langsung terhadap kegiatan proses belajar mengajar untuk mengembangkan kemampuan dan memperbaiki serta meningkatkan PBM di sekolah. Adapun yang melaksanakan supervisi ini disebut supervisor.

4

M. Moh. Rifai, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Jemmars, 1986), hlm. 125-126.

5

Piet A Sahertian dan Ida Aleida Sahertian, Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hlm. 56.

6

M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan..., hlm. 76.

7

(23)

b. Tujuan Supervisi Pendidikan

Tujuan supervisi untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar. Menurut Piet A. Sahertian tujuan ”supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas yang pada gilirannya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa.”8

”Menurut Wijono tujuan umum adalah untuk membentuk kepemimpinan dalam menjamin kelangsungan dan ketetapan penyesuaian kembali dalam program pendidikan yang berlangsung dari masa ke masa, dari tingkat ke tingkat dalam suatu sistem dan dari pengalaman belajar yang satu ke tingkat pengalaman belajar lain.”9

Menurut Yusak Burhanuddin, tujuan supervisi ialah mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar. Dilihat dari tujuan supervisi menurut Yusak burhanudin dapat dirinci menjadi:

1) Meningkatkan efektifitas dan efesiensi belajar mengajar.

2) Mengendalikan penyelenggaraan bidang teknis edukatif di sekolah sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan kebijakan yang telah ditetapkan.

3) Menjamin agar kegiatan sekolah berlangsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga berjalan lancar dan memperoleh hasil dan optimal.

4) Menilai keberhaslan sekolah dalam pelaksanaan tugasnya.

5) Memberikan bimbingan langsung untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan dan kekhilafan serta membantu memecahkan masalah yang dihadapi sekolah, sehingga dapat dicegah kesalahan yang lebih jauh.10 Menurut Burhanuddin dalam bukunya Analisis Administrasi Manajemen dan Kepenmimpinan Pendidikan, tujuan supervisi adalah:

1) Supervisi, dengan segala ikhtiarnya, berusaha mencari dan mengembangkan metode-metode belajar menagajar.

2) Supervisi, diarahkan pada penciptaan iklim psikis lingkungan belajar mengajar yang menyenangkan.

3) Supervisi mengkoordianasikan semua usaha pendidikan dan bahan-bahan yang disediakan secara terus menerus.

8

Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan (Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia), (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 19.

9

Wijono, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan kebudayaan, 1989), hlm. 223.

10

(24)

4) Supervisi akan mengarahkan kerja sama seluruh staf didalam memenuhi kebutuhan mereka maupun situasi yang dihadapi, memberikan kesempatan yang lebih luas untuk bertumbuh dengan jalan melakukan perbaikan-perbaikan dan tindakan pencegahan terhadap kesulitan-kesulitan pengajaran yang muncul, serta memikul tanggung jawab yang baru.

5) Supervisi akan membantu, mengbangkitkan, memimpin dan mengembangkan daya kreatifitas yang ada.11

Berdasarkan uraian tersebut bahwa supervisi bertujuan menghasilkan perubahan-perubahan tingkah laku para petugas sekolah, khususnya guru-guru agar mereka mampu menjalankan tugasnya di sekolah sebagai tenaga kependidikan yang profesional. Tujuan supervisi pendidikan merupakan perbaikan dan pengembangan proses belajar mengajar, ini berarti bahwa tujuan supervisi tidak hanya untuk memperbaiki mutu mengajar guru, tetapai juga membina pertumbuhan profesi guru dalam arti luas, termasuk di dalamnya pengadaan fasilitas-fasilitas, pelayanan kepemimpinan dan pembinaan human relation yang baik kepada semua pihak yang terkait dan supervisi bertujuan membantu seluruh staf sekolah agar mereka mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.

c. Fungsi Supervisi Pendidikan

Menurut Piet A. Sahertian, fungsi utama supervisi pendidikan ditujukan pada perbaikan dan peningkatan kualitas pengajaran. Baik Franseth Jane maupun Ayer (dalam Enecylopedia of Educational Research: Chester Harris, 1958: 1442), mengemukakan bahwa fungsi utama supervisi ialah membina program pengajaran yang ada sebaik-baiknya sehingga selalu ada usaha perbaikan. 12

Menurut Swearingen, ada delapan fungsi supervisi pendidikan, yaitu: 1) Mengkoordinasi semua usaha sekolah.

2) Memperlengkapi kepemimpinan sekolah. 3) Memperluas pengalaman guru.

4) Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif.

5) Memberikan fasilitas dan penilaian yang terus menerus.

11

Burhanuddin, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), Cet.I, hlm. 295.

12

(25)

6) Menganalisa situasi belajar dan mengajar.

7) Memberi pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota/staff. 8) Membantu meningkatkan kemampuan mengajar guru.13

Fungsi supervisi pendidikan sangat berperan sekali dalam memberikan perbaikan secara positif dalam meningkatkan mutu pengajaran. Jika dipahami dengan baik oleh supervisor maka diharapkan kegiatan supervisi yang dilakukan sesuai dengan fungsi tersebut. Fungsi supervisi yang dilakukan bukan untuk mencari kesalahan guru tapi membantu guru untuk membantu meningkatkan mutu pembelajaran.

d. Prinsip Supervisi Pendidikan

Menurut Piet A Sahertian, kepala sekolah harus melakukan prinsip-prinsip supervisi. Adapun prinsip-prinsip yang harus dilakukan adalah:

1) Prinsip ilmiah

Prinsip ilmiah mengandung ciri-ciri sebagai berikut:

a) Kegiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan data objektif yang diperoleh dalam kenyataan pelaksanaan proses belajar mengajar.

b) Untuk memperoleh data perlu diterapkan alat perekam data, seperti angket, observasi, percakapan pribadi dan lain-lain.

c) Setiap kegiatan supervisi secara sistematis, berencana dan kontinu. 14 2) Prinsip demokratis

Servis dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan hubungan kemanusiaan yang akrab dan kehangatan sehingga guru-guru merasa aman untuk mengembangkan tugasnya, tidak adanya tekanan bagi guru. Demokratis mengandung makna menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru, bukan berdasarkan atasan dan bawahan, tapi berdasarkan rasa kesejawatan.

13

Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Pendidikan di Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), Cet.I, hlm. 72

14

(26)

3) Prinsip kerja sama

Prinsip kerja sama ini guru dapat mengembangkan segala sesuatu dengan cara usaha bersama atau menurut istilah supervisi memberikan pendorongan, menstimulasi guru, sehingga mereka tumbuh bersama.

4) Prinsip konstruktif dan kreatif

Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi kreativitas yang dimilikinya dan menjadi guru profesional jika supervisi mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan bukan melalui cara-cara menakutkan.

Dalam melaksanakan tugasnya kepala sekolah selaku supervisor harus berpegang pada prinsip-prinsip yang kokoh demi kesuksesan atau memiliki pedoman bagi pelaksanaan tugasnya, maka dari itu kepala sekolah harus memiliki prinsip yaitu:

1) Prinsip Fundamental/Dasar

Setiap pemikiran, sikap dan tindakan seorang supervisor harus berdasarkan sesuatu yang kokoh kuat serta dapat dipulangkan kepadanya. Bagi bangsa Indonesia, pancasila adalah falsafah dan dasar negara kita, sehingga bagi supervisor, pancasila adalah prinsip fundamentalnya. Setiap supervisor pendidikan indonesia harus bersikap konsisten dan konsekuen dalam pengamalan sila-sila Pancasila secara murni dan konsekuen. 15 Dengan prinsip fundamental tersebut kepala sekolah memiliki pedoman untuk menjadi panutan dan konsekuen.

2) Prinsip Praktis

Sesuai prinsip fundamental sebagai pedoman seorang supervisor, maka dalam pelaksanaan sehari-sehari yang kepala sekolah lakukan berpedoman pada prinsip positif dan prinsip negatif.

a)Prinsip positif merupakan pedomanan yang harus dilakukan seorang supervisor agar berhasil dalam pembinaannya.

1. Supervisi harus konstruktif dan kratif.

2. Supervisi harus dilakukan berdasarkan hubunganprofesional, bukan berdasarkan hubungan pribadi.

3. Supervisi hendaklah progresif, tekun, sabar, tabah dan tawakal.

4. Supervisi hendaklah dapat mengembangkan potensi untuk mencapai tujuan.

5. Supervisi hendaklah senantiasa memperhatikan kesejahteraan serta hubungan baik yang dinamik.

6. Supervisi hendaklah bertolak dari keadaan yang kini nyata ada menuju sesuatu yang dicita-citakan.

7. Supervisi harus jujur, objektif dan siap mengevaluasi diri sendiri demi kemajuan.

15

(27)

b)Prinsip negatif merupakan pedomanan yang tidak boleh dilakukan oleh seorang supervisor dalam pelaksanaan supervisi.

1. Supervisi tidak boleh memaksakan kemauannya (otoriter) kepada orang-orang yang disupervisi.

2. Supervisi tidak boleh melakukan berdasarkan hubungan pribadi, keluarga, perkoan dan sebagainya.

3. Supervisi hendaklah tidak menutup kemungkinan terhadap perkembangan dan hasrat untuk maju bagi bawahannya dengan dalih apa pun.

4. Supervisi tidak boleh menutup kemungkinan terhadap hasrat berkembang dan ingin maju dari bawahannya dengan segala dalih apapun.

5. Supervisi tidak boleh mengeksploitasi bawahan dan bersifat otoriter. 6. Supervisi tidak boleh menuntut prestasi di luar kemampuan

bawahanya/ cita-cita muluk yang hampa.

7. Supervisi tidak boleh egois, tidak jujur dan menutup diri terhadap kritik dan saran dari bawahannya.16

Masalah yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi di lingkungan pendidikan ialah bagaimana cara mengubah pola pikir yang bersifat otokrat dan korektif menjadi sikap yang konstruktif dan kreatif. Suatu sikap yang menciptakan situasi dan relasi di mana guru-guru merasa aman dan merasa diterima sebagai subjek yang dapat berkembang sendiri. Untuk itu supervisi harus dilaksanakan berdasarkan data, fakta yang obyektif.

e. Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah sebagai Supervisor Supervisi sesungguhnya dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah yang berperan sebagai supervisor, tetapi dalam sistem organisasi pendidikan modern diperlukan supervisor khusus yang lebih independent, dan dapat meningkatkan objektivitas dalam pembinaaan dan pelaksanaan tugasnya.

Kepala sekolah sebagai supervisor dapat dilakukan secara efektif antara lain melalui diskusi kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan individual, dan simulasi pembelajaran.

1) Diskusi kelompok, Diskusi kelompok merupakan suatu kegiatan yang dilakukan bersama guru-guru dan bisa juga melibatkan tenaga

16

(28)

administrasi, untuk memecahkan berbagai masalah di sekolah, dalam mencapai suatu keputusan. Banyak masalah yang dipecahkan dalam diskusi kelompok, seperti peningkatan kemampuan tenaga kependidikan, dan masalah hasil temuan kepala sekolah pada kegiatan observasi di dalam atau di luar kelas.

2) Kunjungan kelas, Kunjungan kelas dapat digunakan oleh kepala sekolah sebagai salah satu teknik untuk mengamati kegiatan pembelajaran secara langsung. Kunjungan kelas merupakan teknis yang sangat bermanfaat untuk mendapatkan informasi secara langsung tentang berbagai hal yang berkaitan dengan profesionalisme guru dalam melakukan tugas pokoknya mengajar, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran, media yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran, serta mengetahui secara langsung kemampuan peserta didik dalam pembelajaran, serta mengetahui secara langsung kemampuan peserta didik dalam menagkap materi yang diajarkan.

3) Pembicaraan individual, merupakan teknik bimbingan dan konseling yang dapat digunakan oleh kepala sekolah untuk memberikan konseling kepada guru, baik berkaitan dengan kegiatan pembelajaran maupun masalah yang menyangkut profesionalisme guru.

4) Simulasi pembelajaran, merupakan suatu teknik supervisi berbentuk demontrasi pembelajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah, sehingga guru dapat menganalisa penampilan yang diamatinya sebagai instrospeksi diri, walaupun sebenarnya tidak ada cara mengajar yang paling baik. 17

Pada prinsipnya setiap tenaga kependidikan harus disupervisi secara periodik dalam melaksanakan tugasnya. Jika jumlah guru cukup banyak maka kepala sekolah dapat meminta bantuan wakilnya atau guru senior untuk membantu melaksanakan supervisi. Keberhasilan kepala sekolah sebagai

17

(29)

supervisor antara lain dapat ditunjukkan oleh meningkatnya kesadaran tenaga kependidikan untuk meningkatkan kinerjanya dan meningkatnya keterampilan kependidikan dalam melaksanakan tugasnya.

Tugas dan tanggung jawab kepala sekolah perlu banyak kemampuan dan pengalaman diantaranya sebagai pemimpin pendidikan ia harus menguasai teori pendidikan, perkembangan dan proses-proses kepala sekolah berperan pula untuk mengembangkan kemampuan staf sekolah. Ia senantiasa harus bekerjasama dengan staf dalam memecahkan masalah maupun pembuatan keputusan melalui hubungan tatap muka individual dan kelompok.

Menurut buku Pedoman Penyelenggara Administrasi Pendidikan di Sekolah, tugas kepala sekolah sebagai supervisor adalah:

1) Merancang, mengarahkan dan mengkoordinasi semua aktivitas agar sekolah berjalan dengan baik menuju tercapainya tujuan sekolah.

2) Membimbing para guru agar menunaikan tugasnya dengan penuh semangat dan kegembiraan.

3) Membimbing para murid untuk belajar rajin, tertib dan giat.

4) Menjaga suasana baik dalam sekolah, antara guru, murid, pegawai, kelas sehingga tercapainya suasana kekeluargaan.

5) Melaksanakan hubungan, baik ke dalam maupun ke luar.

6) Menjaga adanya koordinasi antar seksi organisasi sekolah dan sebagainya.18

Dari uraian di atas bahwa supervisi yang dilaksanakan oleh kepala sekolah, maka ia harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Pengawasan dan pengendalian ini merupakan kontrol agar kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dan pegendalian juga merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar para kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya.

18

(30)

2. Jenis Supervisi Pendidikan a. Supervisi Manajerial

Supervisi manajerial adalah berfokus pada pemantauan dan pembinaan terhadap pengelolaan dan administrasi sekolah. Dengan demikian fokus supervisi ini ditujukan pada pelaksanaan bidang garapan manajemen sekolah, yang antara lain meliputi:

a. Manajemen kurikulum dan pembelajaran, b. Kesiswaan,

c. Sarana dan prasarana, d. Ketenagaan,

e. Keuangan,

f.Hubungan sekolah dengan masyarakat, dan g. Layanan khusus.19

Supervisi manajerial berfokus pada suatu pengamatan yaitu aspek-aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung terlaksananya pembelajaran dan agar lebih efektif.

Dalam melakukan supervisi terhadap hal-hal di atas, pengawas sekaligus juga dituntut melakukan pematauan terhadap pelaksanaan standar nasional pendidikan yang meliputi delapan komponen, yaitu:

1) Standar isi

2) Standar kompetensi lulusan 3) Standar proses

4) Standar pendidik dan tenaga kependidikan 5) Standar sarana dan prasarana

6) Standar pengelolaan 7) Standar pembiayaan 8) Standar penilaian.20

Tujuan supervisi terhadap kedelapan aspek tersebut adalah agar sekolah tersebut dapat terakreditasi dengan baik dan dapat memenuhi standar nasional pendidikan. Dalam konteks kehidupan internasional kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan sistem penjaminan mutu pendidikan nasional agar dapat menghasilkan lulusan yang dapat bersaing dalam persaingan internasional.

19

Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, Metode dan Teknik Supervisi, 2008, hlm. 8.

20

(31)

b. Supervisi Akademik

Supervisi akademik adalah “serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran.”21

Dengan demikian, pengertian supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya. Supervisi akademik tidak bisa terlepas dari penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola pembelajaran. Apabila di atas dikatakan, bahwa supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran, maka menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa dihindarkan prosesnya.

Menurut Alfonso, Firth, dan Neville, ada tiga konsep pokok dalam pengertian supervisi akademik, yaitu:

1) Supervisi akademik harus secara langsung mempengaruhi dan mengembangkan perilaku guru dalam mengelola proses pembelajaran. 2) Perilaku supervisor dalam membantu guru mengembangkan

kemampuannya harus didesain secara ofisial, sehingga jelas waktu mulai dan berakhirnya program pengembangan tersebut.

3) Tujuan akhir supervisi akademik adalah agar guru semakin mampu memfasilitasi belajar bagi murid-muridnya.22

Dari tiga konsep tersebut supervisi akademik harus mampu mengembangkan perilaku guru dalam mengelola proses pembelajaran agar lebih efektif dan efisien.

21

Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, Metode dan Teknik Supervisi…, hlm.9.

22

(32)

B.Disiplin Guru

1. Pengertian Disiplin

Masalah disiplin merupakan suatu hal yang penting bagi seorang guru. Tanpa adanya kedisiplinan yang besar di dalam setiap diri guru maka alam kelabu akan selalu menutupi dunia pendidikan dan pengajaran.

Menurut Subari pengertian disiplin mempunyai batasan-batasan, yaitu: a. Kreasi dan kesiapan kondisi pokok untuk bekerja.

b. Kontrol diri sendiri...

c. Melatih dan belajar tingkah laku yang dapat diterima. d. Sejumlah pengontrolan guru terhadap murid.

e. Penurunan yang dipaksa.

f.Pengontrolan dan pengarahan energi yang menghasilkan tingkah laku yang produktif. 23

Batasan-batasan tersebut terlihat bahwa ada disiplin yang menekankan pada tujuan, ada yang meninjaunya dari sudut katanya. Dari tujuan kedua dari dirumuskan pengertian disiplin adalah melakukan suatu peraturan dengan kesadaran sendiri untuk terciptanya tujuan peraturan itu.

Menurut D. Sumarmo, ”disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban.”24

Dalam buku Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, ”disiplin merupakan faktor yang esensial dalam menegembangkan potensi individu dan menciptakan kehidupan yang harmonis dan menimbulkan hasil dalam proses kelompok.”25Menurut Sondang P. Siagian, ”disiplin merupakan tindakan manajemen untuk mendorong para anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan tersebut.”26Menurut T. Hani Handoko, ”disiplin merupakan kegiatan manajemen yang menjalankan standar-standar organisasional.”27

Pada tingkat individu, disiplin mempunyai tiga aspek, yaitu: pertama, pemahaman yang baik mengenai sistem aturan dan norma, yang menumbuhkan kesadaran dan ketaatan pada aturan, aturan, kriteria atau standar

23

Subari, Supervisi Pendidikan (Dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar), (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hlm. 163-164

24

D. Soemarmo, Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib Sekolah 1998, (PT. Sekala Jalmakarya, 1997), hlm. 20.

25

Piet A. Sahertian, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), Cet.I, hlm. 126.

26

Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara ,2008), Cet.XV, hlm. 305.

27

(33)

yang merupakan syarat untuk mencapai keberhasilan. Kedua, sikap mental yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak. Ketiga, perilaku yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati, untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib.28

Berdasarkan pengertian disiplin yang sudah dijelaskan maka dapat disimpulkan, disiplin guru adalah suatu keadaan tertib dan teratur yang diupayakan oleh guru dalam melakukan tugasnya di sekolah yaitu mentaati peraturan yang ada dengan senang hati, tanpa ada pelanggaran yang merugikan baik secara langsung terhadap diri guru sendiri maupun sesama teman dan juga terhadap sekolah.

2. Macam-macam Disiplin

Dalam buku Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, disiplin dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

a. Disiplin tradisional, adalah disiplin yang bersifat menekan, menghukum, mengawasi, memaksa dan akibatnya merusak penilaian terdidik.

b. Disiplin modern, pendidikan hanya menciptakan situasi yang memungkinkan agar si terdidik dapat mengatur dirinya.

c. Displin liberal, adalah disiplin yang diberikan sehingga anak merasa memiliki kebebasan tanpa batas.29

Menurut T. Hani Handoko dan Sondang P Siagian, disiplin memiliki dua macam, yaitu:

a. Disiplin preventif, adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para karyawan agar mengikuti berbagai standar dan aturan sehingga penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah.

b. Disiplin korektif, adalah kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran terhadap aturan-aturan yang mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut.30

Disiplin memiliki beberapa macam disiplin diantaranya disiplin yang bersifat menekan dan mengawasi dan ada pula yang menciptakan situasi yang memungkinkan agar si terdidik dapat mengatur dirinya.

28

D. Soemarmo, Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib Sekolah 1998…, hlm. 21.

29

Piet A. Sahertian, Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah…, hlm. 127.

30

(34)

3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru

Pada dasarnya terdapat seperangkat tugas yang harus dilaksanakan oleh guru berhubungan dengan profesinya sebagai pengajar. Tugas guru ini sangat berkaitan dengan profesionalnya. Secara garis besar, tugas guru dapat ditinjau dari tugas-tugas yang langsung berhubungan dengan tugas utamanya, yaitu menjadi pengelola dalam proses pembelajaran dan tugas-tugas lain yang tidak secara langsung berhubungan dengan proses pembelajaran, tetapi akan menunjang keberhasilannya menjadi guru yang andal dan dapat diteladani.

Menurut Moch.Uzer Usman terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.

a. Tugas guru sebagai suatu profesi meliputi mendidik dalam arti meneruskan dan mengembangkan nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan IPTEK, sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan pada siswa.

b. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sehingga orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya.

c. Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti guru berkewajiban mencerdaskan bangsa Indonesia seutuhnya berdasarkan pancasila.31

”Guru dalam tugasnya mendidik dan mengajar murid-muridnya adalah berupa membimbing memberikan petunjuk, teladan, bantuan, latihan, penerangan, pengetahuan, kebenaran, kejujuran, sikap-sikap dan sifat-sifat yang baik dan terpuji dan sebagainya.” 32

Karena itulah guru harus bisa memahami isi jiwa, sifat mental, minat dan kebutuhan setiap muridnya agar dia bisa memberikan bimbingan dan pelajaran sebaik-baiknya serta sesuai terhadap sifat-sifat individual setiap anak.

Guru pada umumnya merupakan perintis pembangunan disegala bidang kehidupan dalam masyarakat. Tugas dan tanggung jawab yang besar dan mulia itu, perlulah guru berusaha memiliki sifat-sifat yang baik dan menyadari disiplin kerja guru.

31

Moch. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), Cet.XXIII, hlm. 7.

32

(35)

Pengendalian proses pembelajaran peserta didik merupakan tugas dan tanggung jawab guru. Ada beberpa kemampuan yang dituntut dari guru agar dapat menumbuhkan minat, yaitu sebagai berikut:

a. Mampu menjabarkan bahan pembelajaran ke dalam berbagai bentuk cara penyampaian

b. Mampu merumuskan tujuan pembelajaran kognitif tingkat tinggi seperti analisis, sintesis dan evaluasi.

c. Menguasai berbagai cara mengajar yang efektif sesuai dengan tipe dan gaya belajar yang dimiliki oleh peserta didik

d. Memiliki sikap yang positif terhadap tugas profesinya

e. Terampil dalam membuat alat peraga pembelajaran sederhana sesai dengan kebutuhan

f.Terampil menggunakan model dan metode pembelajaran g. Terampil dalam melakukan interaksi dengan peserta didik h. Memahami sikap dan karakteristik peserta didik

i.Terampil menggunakan sumber-sumber belajar j.Terampil mengelola kelas.33

Kemampuan ini sangat menunjang sekali dalam meningkatkan kualitas sekolah dan peserta didik agar lebih terampil dan memiliki sikap yang positif.

4. Supervisi dan Peningkatan Disiplin Kerja Guru

Dari penejelasan sebelumnya supervisi pendidikan didefinisikan sebagai proses pemberian layanan bantuan kepada guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas pengelolaan proses pembelajaran secara efektif dan efisien. Dengan adanya pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah diharapkan memberi dampak terhadap terbentuknya sikap professional guru. Sikap professional guru merupakan hal yang amat penting dalam memelihara dan meningkatkan profesionalitas guru, karena selalu berpengaruh pada prilaku dan aktivitas keseharian guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Dalam pelaksanaan kegiatan supervisi ada beberapa faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya supervisi atau cepat lambatnya hasil supervisi antara lain: 34

a. Lingkungan masyarakat tempat sekolah itu berada.

33

Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 28 34

(36)

Lingkungan dimana sekolah berada, apakah sekolah itu di kota besar, di kota

kecil, atau pelosok.

b. Besar kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah.

Apakah sekolah itu merupakan kompleks sekolah yang besar, banyak

jumlah guru dan muridnya, memiliki halaman dan tanah yang luas, atau

sebaliknya.

c. Tingkatan dan jenis sekolah.

Setiap jenjang sekolah yang di pimpin itu SD atau sekolah lanjutan, SLTP,

SMU atau SMK dan sebagainya semuanya memerlukan sikap dan sifat

supervisi tertentu.

d. Keadaan guru-guru dan pegawai yang tersedia.

Hal ini dilihat dari guru-guru bagaimana kehidupan sosial ekonomi, hasrat

kemampuannya, dan sebagainya.

e. Kecakapan dan keahlian kepala sekolah itu sendiri.

Di antara faktor-faktor yang lain, yang terakhir ini adalah yang terpenting. Bagaimanapun baiknya situasi dan kondisi yang tersedia, jika kepala sekolah itu sendiri tidak mempunyai kecakapan dan keahlian yang diperlukan, semuanya itu tidak akan ada artinya. Sebaliknya, adanya kecakapan dan keahlian yang dimiliki oleh kepala sekolah, segala kekurangan yang ada akan menjadi perangsang yang mendorongnya untuk selalu berusaha memperbaiki dan menyempurnakannya.

(37)

Selanjutnya dalam peningkatan disiplin kerja guru dapat juga dilakukan dengan menerapkan langkah-langkah supervisi, hal ini diterapkan dalam rangka membina disiplin kerja guru antara lain:35

a. Merumuskan standar, standar tingkah laku disiplin haruslah dirumuskan oleh kepala sekolah sebagai Pembina, demikian juga standar disiplin kerja. Dalam merumuskan standar tersebut, sangat baik manakala guru diikutsertakan, sehingga guru akan merasa memiliki terhadap ketentuan-ketentuan yang dikenakan kepada dirinya.

b. Mengadakan pengukuran, langkah selanjutanya pengawasan terhadap didiplin kerja guru adalah mengadakan pengukuran. Yang dimaksud pengukuran yaitu melihat secara nyata perilaku disiplin guru, dalam pelaksanaanya bias menggunakan alat ukur yang lazim dipakai berupa tes dan non tes.

c. Membandingkan hasil pengukuran dengan standar, hasil pengukuran disiplin kerja guru kemudian dibandingkan dengan standar. Jika berdasarkan pengukuran guru mempunyai perilaku disiplin yang sama atau lebih tinggi dari yang distandarkan, maka dapat dilakukan daur ulang dengan menetapkan standar baru yang lebih tinggi. Sebaliknya, kurang dari standar dilakukan perbaikan.

d. Mengadakan perbaikan, perbaikan terhadap disiplin guru terutama dilakukan jika dalam perbandingan antara hasil pengukuran dengan standar yang telah ditetapkan ditemukan minus. Kepala sekolah haruslah mengadakan perbaikan meningkatkan disiplin berdasarkan kekurangan-kekurangan yang ada.

Adapun berbagai cara perbaikan dalam meningkatkan disiplin kerja tersebut adalah sebagai berikut:

a. Membuat guru punya rasa aman dan hidup layak b. Menciptakan kondisi kerja yang menyenangkan c. Membuat guru merasa diikutsertakan

d. Memperlakukan guru secara wajar e. Membuat guru merasa mampu

35

(38)

f.Memberikan pengakuan dan penghargaan atas sumbangan yang ia berikan g. Membuat guru merasa diikutsertakan dalam membuat kebijakan sekolah h. Memberikan kesempatan kepada guru untuk mempertahankan self

respect.36

(39)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Peran kepala sekolah sebagai supervisor di Madrasah Tsanawiyah Kamilul Awwabin Sepatan-Tangerang.

2. Disiplin guru di Madrasah Tsanawiyah Kamilul Awwabin Sepatan-Tangerang.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MTs Kamilul Awwabin Sepatan-Tangerang yang beralamat Jln. Raya Mauk Km. 11 Komplek Masjid Awwabin Sepatan-Tangerang 15520. Adapun penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 – April 2010.

Tabel 1

Pelaksanaan Penelitian

No Kegiatan Oktober November Desember Januari Februari Maret April

1 Studi kepustakaan

2 Observasi

(pra penelitian)

3 Penyusunan

proposal

No Kegiatan Oktober November Desember Januari Februari Maret April

4 Bimbingan bab 1,

(40)

5 Penyusunan

instrument

penelitian

6 Penelitian

lapangan

(pengamatan)

7 Penyebaran

angket

8 Wawancara

9 Pengumpulan

data

10 Pengolahan data

11 Penyelesaian

C. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, karena data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Dengan metode ini konsekuensinya bagi penulis adalah harus mampu menganalisis data yang terhimpun sehingga pada kesimpulan logis dan realistis.

D. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh guru di MTs Kamilul Awwabin dan menggunakan sampel jenuh artinya mengambil penelitian pada seluruh guru MTs Kamilul Awwabin yang berjumlah 33 guru dan adapun untuk kepala sekolah dilakukan penelitian dengan cara wawancara.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

(41)

dengan seksama terhadap pelaksanaan dan juga mengamati lingkungan sekolah.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pengumpulan bukti atau keterangan seperti gambaran umum Madrasah Tsanawiyah Kamilul Awwabin, Rencana Pelaksanaan Program, rekapitulasi data kehadiran guru dan tata tertib guru. 3. Wawancara

Wawancara disebut juga dengan interview adalah sebuah dialog tanya jawab yang dilakukan pewawancara untuk memperoleh informasi atau data dari terwawancara. Dalam hal ini penulis pengadakan wawancara dengan kepala sekolah yaitu berupa tentang supervisor meliputi (kegiatan kepala sekolah sebagai supervisor dalam meningkatkan disiplin guru), dan disiplin guru meliputi (disiplin waktu dan disiplin pembuatan RPP), hambatan dalam meningkatkan disiplin guru, solusi dalam menghadapi hambatan disiplin guru.

Tabel 2

Kisi-kisi pedoman wawancara dengan kepala sekolah

No Indikator No.

Pertanyaan

Jumlah Pertanyaan 1. a. Keadaan disiplin guru (disiplin

ketepatan waktu). b. Disiplin pembuatan RPP

c. Kegiatan kepala sekolah dalam meningkatkan disiplin guru.

d. Hambatan dalam meningkatkan disiplin guru.

e. Solusi dalam menghadapi hambatan disiplin guru.

(42)

Aspek tentang disiplin guru selain melalui daftar hadir dan pengamatan, juga melalui angket tertutup yaitu jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sudah disediakan. Responden hanya memilih salah satu alternatif jawaban. Angket ini disebarkan kepada seluruh guru di MTs Kamilul Awwabin Sepatan-Tangerang.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan oleh penulis adalah angket likert dan dalam angket ini penulis memberikan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam meningkatkan disiplin guru. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel kisi-kisi instrumen penelitian di bawah ini:

Tabel 3 Kisi-kisi angket

variabel peran kepala sekolah sebagai supervisor

(43)

2.Supervisor a. Memberikan fasilitas

Jumlah Pertanyaan 14

Tabel 4 1. Disiplin waktu. a. Kehadiran ke sekolah.

b. Teguran indisiplin waktu. c. Izin bagi yang tidak hadir

dalam mengajar.

a. Membuat RPP pada setiap mata pelajaran.

b. Mempersiapan kelengkapan pembelajaran

19

(44)

Pembelajaran (RPP).

c. Tugas sebagai guru.

d. Tanggung jawab sebagai guru.

G.Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data

Dalam melakukan pengolahan data penulis menempuh cara sebagai berikut: a. Editing

Mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah di serahkan oleh para pengumpul data. Jadi setelah angket diisi oleh responden dan dikembalikan kepada penulis, kemudian penulis segera memeriksa satu-persatu angket yang dikembalikan dari nomor satu sampai nomor terakhir.

Tujuan dari editing adalah untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada didaftar pertanyaan yang sudah diperiksa.

b. Tabulating

Yaitu membuat tabel-tabel atau kartu-kartu tabulasi untuk memasukan jawaban-jawaban responden yang kemudian, dicari prosentasenya untuk kemudian dianalisa.

c. Skoring

Data hasil penyebaran angket, sebelum dianalisis terlebih dahulu dikuantifikasikan dengan skala likert.

Skala likert merupakan jenis skala yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian. Variabel penelitian yang diukur dengan skala likert ini dijabarkan menjadi indikator variabel yang kemudian dijadikan sebagai titik tolak penyusunan item-item instrumen, bisa berbentuk pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrument ini, memiliki gradasi dari tertinggi (sangat positif) sampai pada terendah (sangat negatif).1

1

(45)

Penulis memberikan skor terhadap butir-butir pertanyaan yang terdapat dalam angka butir jawaban yang terdapat dalam angket mempunyai empat alternatif jawaban positif, yaitu:

Jawaban (sangat sering) dengan skor = 5 Jawaban (sering) dengan skor = 4 Jawaban (cukup sering) dengan skor = 3 Jawaban (kadang-kadang) dengan skor = 2 Jawaban (tidak pernah) dengan skor = 1 Adapun alternatif jawaban negatif adalah:

Jawaban (sangat sering) dengan skor = 1 Jawaban (sering) dengan skor = 2 Jawaban (cukup sering) dengan skor = 3 Jawaban (kadang-kadang) dengan skor = 4 Jawaban (tidak pernah) dengan skor = 5

2. Teknik Analisis Data

Untuk mengelola data dari hasil penelitian, maka penulis menggunakan teknik analisis data. Berdasarkan jenis data yang terkumpul, maka teknik yang digunakan untuk mencapai tujuan ini adalah menggunakan teknik distribusi frekuensi relatif.

Tabel distribusi frekuensi relatif, dinamakan juga tabel persentase sebab frekuensi yang disajikan bukanlah frekuensi yang sebenarnya, melainkan frekuensi yang dituangkan dalam bentuk angka persenan. Teknik deskripsi persentase data menggunakan dengan rumus:

p = f x 100% N

Keterangan:

f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N = Number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu) p = Angka persentase 2

2

(46)

Sedangkan untuk menyimpulkan peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam meningkatkan disiplin guru di MTs Kamilul Awwabin Sepatan-Tangerang penulis menggunakan statistik deskriptif yakni melalui mean (rata-rata) yang didapatkan melalui rumus persentase sebagai berikut:

M = NS x 100% NH

Keterangan: M = Mean NS = Nilai Skor NH = Nilai Harapan

Sedangkan untuk menentukan kategori atas skor yang telah diperoleh mengenai peran kepala sekolah dalam disiplin guru dalam meningkatkan disiplin guru di MTs Kamilul Awwabin Sepatan-Tangerang dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 5 Nilai skor

No Interval Skor Kategori

1 81-100% Sangat Baik

2 61-80% Baik

3 41-60% Cukup

4 21-40% Kurang

(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Kamilul Awwabin 1. Sejarah Berdiri Madrasah Tsanawiyah Kamilul Awwabin

Pondok Pesantren Awwabin di bawah naungan Yayasan Kamilul Awwabin adalah sebuah lembaga pendidikan keagamaan yang berorientasi pada doktrin Ahlussunah Waljama’ah dengan berpedoman kepada Kitabullah dan Sunnah Rasul yang memandang sangat perlu akan pendidikan .

Sejak didirikan tahun 1976 ( Pontren tahun 1976, Madrasah Diniyah tahun 1986, Madrasah Tsanawiyah 1976) oleh KH. Sanusi (Alm) Bin KH. Jasin (Alm) dan sekarang dipimpin oleh putera Bapak KH. M. Komarudin, M.Pd. Bin KH Sanusi (Alm) telah banyak menghasilkan insan-insan yang berkualitas dan mampu meneruskan perjuangan dalam rangka memerangi kebodohan serta menjadikan manusia yang kamil, Mu’min yang ka’afah berbudaya sehingga berguna bagi nusa, bangsa dan agama.

Dengan fasilitas yang diberikan oleh Yayasan Kamilul Awwabin, seperti Pondok Pesantren baik putra maupun putri, madrasah yang dimulai dari madrasah diniyah, madrasah tsanawiyah dan dengan sistem pendidikan salafi dan Nasional, dipandang mampu memberikan kontribusi yang sangat baik dalam upaya mendukung program pemerintah dalam mengentaskan kebodohan bagi masyarakat luas.

a. Visi

Madrasah Tsanawiyah Kamilul Awwabin merupakan lembaga pendidikan murah yang unggul dalam mutu lulusan, sukses dalam pembinaan, kreatif dalam pemberdayaan, serta responsif terhadap pembaharuan, agar tercipta manusia Indonesia yang berilmu, berketerampilan dan berahlak mulia.

b. Misi

(48)

2) Membantu pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan melalui unit–unit sekolah yang bermutu.

2. Data Kepala Sekolah, Guru, Karyawan dan Siswa

Kepala Madrasah Tsanawiyah Kamilul Awwabin KH. M. Komarudin menyelesaikan pendidikan terakhir Strata 2 di Muhammadiyah Prof Dr. Hamka pada Fakultas pendidikan, konsentrasi evaluasi pendidikan. Beliau menjabat sebagai kepala sekolah mulai dari berdirinya MTs Kamilul Awwabin tahun 1987 sampai sekarang. Guru di MTs Kamilul Awwabin berjumlah 33 orang dan 5 karyawan, jenis kelamin laki-laki berjumlah 23 dan perempuan 16. Latar belakang pendidikan tertinggi yang dimiliki oleh guru S1 berjumlah 21 guru, sedangkan D3 berjumlah 1 guru dan 1 karyawan, D2 berjumlah 10 guru dan 1 karyawan, SLTA berjumlah 2 guru, sedangkan MTs berjumlah 1 karyawan dan SD berjumlah 1 karyawan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6

Data guru dan karyawan Madrasah Tsanawiyah Kamilul Awwabin pada tahun ajaran 2009-2010

Alamat dan Pendidikan

Terakhir Jabatan/mengajar TMT PN/GB/

No Nama L/P TTL

Nomor Telepon Jenjang Mata Pelajaran HN/SW

1 H.M.Komarudin,M.Pd L Tangerang,

13-11-1949

085214872042 SLTA Aqidah.A/Qurdits 1986 HN

3 Abidin, S.Pd.i L Tangerang,

5 Muhayar,S.Ag L Tangerang,

10-11-1972

7 Masturoh,S.Ag P Cikampek,

15-081968

085214056835 S 1 B.Indonesia/qurdits 2000 PN

10 Susi Elvawati,Ama P Palembang,

18-09-1977

Sukadiri /

(49)

11 H.A.Nahrawi,S.Pd.i L Tangerang, 07-10-1979

Pisangan /

08176007179 S 1 Fiqih 2003 HN

12 Anharudin,S.Ag L Bugel,

06-05-1966 Bugel S 1 B.Arab 1993

14 Saprudi,S.Pd L Tangerang,

16-02-1977 Sarakan S 1 B.Inggris 2004 HN

15 Taslimah, S.Pd.i P Tangerang,

21-06-1983

Sepatan /

02193570587 S 1 P.Ibadah/KTK 1998 HN

16 Jaojah,Ama P Tangerang,

14-04-1977 Jatiwaringin D 2 PPKN 1998 HN

27 Ningsih Haryani,

S.Hum P

11-12-1984 Mekarjaya SLTA Penjas 2007 HN

(50)

Tabel 7

Data siswa Madrasah Tsanawiyah Kamilul Awwabin pada tahun ajaran 2009-2010

Kelas Jumlah Perempuan

Jumlah Laki-Laki

1.1 22 15 1.2 13 28 1.3 18 22 1.4 18 19 1.5 17 23 1.6 19 21

Jumlah 107 128

2.1 16 17 2.2 15 16 2.3 15 12 2.4 12 14

Jumlah 58 59

3.1 18 23 3,2 10 24 3.3 16 18 3.4 16 18 3.5 17 19

Jumlah 77 84

Jumlah

Keseluruhan 242 271

TOTAL 513 SISWA

(51)

2008-2009. pada tingkat kelulusan di Madrasah Tsanawiyah dengan jumlah 98% dilihat dari data kelulusan Ujian Nasional pada tahun 2008-2009 dan pada tingkat ekonomi siswa di MTs Kamilul Awwabin cukup rendah secara umum memiliki mata pencaharian sebagai petani, pekerja serabutan, pencari kayu bakar dan sebagian kecil sebagai pedagang, pegawai negeri sipil serta tenaga pendidik honorer.

5. Sarana dan Prasarana

Agar program Madrasah Tsanawiyah Kamilul Awwabin tersebut dapat terlaksana dengan baik sekolah ini memiliki fasilitas–fasilitas pendukung sebagai berikut:

Tabel 8

Sarana dan prasarana

o

Sarana dan Prasarana Jumlah

1 Masjid 1

2 Ruang Kelas 15

3 Ruang Lab Komputer 1

4 Ruang Lab Bahasa 1

5 Ruang Guru/kantor 1

6 Ruang Administrasi 1

7 Ruang BK 1

8 Ruang UKS 1

7 Lapangan 1

8 Perpustakaan 1

9 WC 8

10 Kantin 1

(52)

B. Deskripsi dan Analisis Data

Dari angket yang penulis sebarkan kepada responden yang dilakukan di MTs Kamilul Awwabin, setelah diperiksa dan diteliti tidak ada yang hilang, cacat ataupun rusak, maka hasilnya dapat dideskripsi dan dianalisis di dalam tabel-tabel, sebagai berikut:

1. Variabel Peran Kepala Sekolah sebagai Supervisor Tabel 9

Koordinasi usaha sekolah

No Jawaban Frekuensi Persentase (%) A Sangat Sering 10 30,3%

B Sering 8 24,2%

C Cukup Sering 8 24,2% D Kadang-kadang 4 12,1% E Tidak Pernah 3 9,0%

Jumlah 33 100%

Berdasarkan tabel 9 di atas, dapat dilihat bahwa responden yang menjawab sangat sering 30,3%, yang menjawab sering 24,2%, yang menjawab cukup sering 24,2%, yang menjawab kadang-kadang 12,1% dan yang menjawab tidak pernah 9,0%. Dengan menjawab responden tersebut kita dapat mengetahui bahwa kepala sekolah sangat sering melakukan koordinasi semua usaha sekolah dalam bidang apapun guna meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tersebut.

Tabel 10

Kepemimpinan kepala sekolah

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

A Sangat Sering 7 21,2%

(53)

C Cukup Sering 9 27,3% D Kadang-kadang 3 9,0% E Tidak Pernah 4 12,1%

Jumlah 33 100%

Berdasarkan tabel 10 di atas, dapat dilihat bahwa guru yang menjawab sering melakukan 30,3%, menjawab cukup sering melakukan 27,3%, menjawab sangat sering melakukan 21,2%, menjawab tidak pernah melakukan 12,1% dan menjawab kadang-kadang melakukan 9.0%. Dapat dilihat bahwa kepala sekolah sering melakukan kepemimpinan dengan baik.

Tabel 11

Perluasan pengalaman guru

No Jawaban Frekuensi Persentase (%) A Sangat Sering 6 18,2%

B Sering 7 21,2%

C Cukup Sering 12 36,4% D Kadang-kadang 5 15,2% E Tidak Pernah 3 9,0%

Jumlah 33 100%

(54)

Tabel 12

Peningkatan potensi guru

No Jawaban Frekuensi Persentase (%) A Sangat Sering 5 15,2%

B Sering 8 24,2%

C Cukup Sering 15 45,5% D Kadang-kadang 1 3,0% E Tidak Pernah 4 12,1%

Jumlah 33 100%

Berdasarkan tabel 12 di atas, dapat dilihat bahwa guru yang menjawab cukup sering memberikan 45,5%, menjawab sering memberikan 24,2%, menjawab sangat sering memberikan 15,2%, menjawab tidak pernah memberikan 12,1% dan menjawab kadang-kadang memberikan 3,0%. Dapat dilihat bahwa kepala sekolah cukup sering memberikan tempat untuk meningkatkan potensi guru dalam bidang apapun agar guru dapat mengembangkan kreatifitas yang dimilikinya dalam bidang pendidikan.

Tabel 13

Pemberian fasilitas sekolah

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

A Sangat Sering 8 24,2%

B Sering 10 30,3%

C Cukup Sering 7 21,2%

D Kadang-kadang 6 18,2%

E Tidak Pernah 2 6,0%

Jumlah 33 100%

Gambar

Tabel 1 Pelaksanaan Penelitian
gambar dan bukan angka-angka. Dengan metode ini konsekuensinya bagi
gambaran umum Madrasah Tsanawiyah Kamilul Awwabin, Rencana
Tabel 3 Kisi-kisi angket
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat acara dilaksanakan 2 orang audiens bertanya tentang cara perawatan luka dan makanan yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka SC.. • Menjawab

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriana Wulandari (2010) yang melakukan hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang perawatan

TRADING BUY : Posisi beli untuk jangka pendek / trading , yang menitikberatkan pada analisa teknikal dan isu-isu yang beredar. NEUTRAL : Tidak mengambil posisi pada saham

Dinding bata tidak berfungsi sebagai beban melainkan berfungsi sebagai penerima beban saat terjadi pembebanan geser, ini dibuktikan dari hasil pengujian terjadinya

(9,126 > 2,334), maka pada tingkat kekeliruan 5% diputuskan untuk menolak Ho dan menerima Ha yang berarti kinerja keuangan yang terdiri dari price earnings

Berdasarkan hasil penelitian dan pemba- hasannya, maka kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut : Indeks partisipasi masyarakat terhadap olahraga di Kabupaten Wonogiri

Hal ini terkait dengan keluhan dari mitra kami mengenai kurangnya pengetahuan akan metode pemasaran yang dapat dilakukan oleh mitra dan juga kurangnya pengetahuan

Taman Bacaan Masyarakat sebagai medium pengembangan budaya baca merupakan tempat mengakses berbagai bahan bacaan: seperti buku pelajaran, buku keterampilan praktis,