• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Perancangan Buku Ruang Terbuka Hijau Surabaya Dengan Teknik Essay Photography Guna Meningkatkan Kesadaan Lingkungan Hijau Masyarakat Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Perancangan Buku Ruang Terbuka Hijau Surabaya Dengan Teknik Essay Photography Guna Meningkatkan Kesadaan Lingkungan Hijau Masyarakat Surabaya."

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

 

SURABAYA DENGAN TEKNIK

ESSAY PHOTOGRAPHY

 

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA     

INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA STIKOM SURABAYA   

(2)

vii  

ABSTRAK

Kota Surabaya dapat menjadi obyek pembelajaran cara sebuah kota metropolis dapat mengelolah wilayahnya sehingga memiliki eksistensi ruang terbuka hijau yang sesuai, mengingat pentingnya peran Ruang Terbuka Hijau bagi lingkungan. Hal ini terkait bagaimana pemerintahan Kota Surabaya dapat mempertahankan dan mengupayakan eksistensi ruang terbuka hijau di tengah kebutuhan lahan yang sangat tinggi sebagai Kota Metropolitan. Ruang terbuka hijau sangat penting diperlukan khususnya di wilayah perkotaan, Manfaat pentingnya menjaga lingkungan hijau khususnya di wilayah perkotaan adalah : manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible), yaitu membentuk keindahan dan kenyamanan (teduh, segar, sejuk) dan mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, buah, bunga, dan buah), manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible), yaitu pembersihan udara yang sangat efektif, pemeliharaan akan kelangsungan persediaan air tanah, pelestarian fungsi lingkungan beserta segala isi flora dan fauna yang ada (konservasi hayati atau keaneragaman hayati).

Kata Kunci: Buku Essay Photography, Ruang Terbuka Hijau, Kota Surabaya, Enjoyable.

(3)

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Batasan Masalah ... 8

1.4 Tujuan Penelitian ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 8

1.5.2 Manfaat Praktis ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Penelitian Terdahulu ... 10

2.2 Ruang Terbuka Hijau (Open Green Space) ... 11

2.3 Kota Surabaya ... 12

2.4 Definisi Tentang Buku ... 12

2.4.1 Anatomi Buku ... 13

2.4.2 Karakter Buku dengan Gambar ... 20

2.5 Fotografi ... 22

2.5.1 Tahapan Dalam Fotografi ... 23

2.5.2 Teknik Memotret ... 25

2.6 Esai Fotografi ... 27

2.6.1 Perbedaan Esai Fotografi dengan sekumpulan Foto biasa) ... 29

(4)

xiii  

2.7.1 Penerapan Sistem Grid ... 33

2.7.2 Anatomi Grid ... 34

2.7.3 Jenis-Jenis Grid ... 36

2.8 Warna ... 37

2.8.1 Psikologi Warna ... 38

2.9 Tipografi ... 39

2.9.1 Prinsip dalam Tipografi ... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43

3.1 Metodologi Penelitian ... 43

3.2.6 Pedoman Desain Buku ... 45

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.3.1 Data dan Sumber Data ... 45

3.4 Teknik Analisis Data ... 48

BAB IV PEMBAHASAN ... 50

4.1 Hasil dan Analisis Data ... 50

4.1.2 Hasil Wawancara (Interview) ... 50

4.1.2 Hasil Observasi ... 52

(5)

4.4.1 Tabel Analisis SWOT (Buku Ruang Terbuka Hijau) ... 61

4.5 Keyword ... 62

4.6. Diskripsi Konsep ... 63

4.7 Alur Perancangan ... 64

4.8 Konsep Perancangan Karya ... 64

4.8.1 Tujuan Kreatif ... 64

4.8.2 Strategi Kreatif ... 65

4.9 Perancangan Media ... 71

4.9.1 Strategi Media ... 72

4.10 Implementasi Karya ... 77

4.10.1 Desain Cover Buku ... 6

4.10.2 Desain Halaman Buku ... 6

4.10.3 Desain Poster ... 6

4.10.4 Desain Flyer ... 6

4.10.5 Desain Kartu Nama ... 6

4.10.6 Desain Minni Banner ... 6

BAB V PENUTUP ... 96

5.1 Kesimpulan ... 96

5.2 Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98

LAMPIRAN ... 100

(6)

1

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ruang terbuka hijau yang ideal adalah 30% dari luas wilayah. Hampir di semua kota besar di Indonesia, Ruang terbuka hijau saat ini baru mencapai 10% dari luas kota. Padahal ruang terbuka hijau diperlukan untuk kesehatan, arena bermain, olahraga dan komunikasi publik. Pembinaan ruang terbuka hijau harus mengikuti struktur nasional atau daerah dengan standar-standar yang ada (rustam2000.wordpress.com/)

Menurut ketentuan UU NO. 26 Tahun 2007 tentang penataan Ruang dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tentang pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan disebutkan bahwa pengertian Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Dan dalam undang-undang ini disyaratkan luas RTRH minimal 30% dari luas wilayah (Negara, Provinsi, Kota/Kabupaten).

(7)

Surabaya merupakan kota metropolitan yang masih belum bisa lepas dari persoalan tata kota. Tri Rismaharini dalam masa kepemimpinannya, telah membuat banyak sekali perubahan dan prestasi luar bisa, utamanya dalam meningkatkan pelayanan publik terutama yang terkait luar biasa dengan tata ruang publik atau taman kota. Banyak taman-taman yang dapat dijumpai di Kota Surabaya, dengan konsep All-in-one entertaiment par, dan berbagai tempat lainnya yang dulunya mati, gersang, dan tak terawat sekarang menjadi bersih, hijau, dan tertata rapi. Selain pembuatan taman kota, juga dilakukan pembangunan jalur pedestrian dengan konsep modern di sepanjang jalan Basuki Rahmat yang dilanjutkan ke jalan Tunjungan, Blauran dan Panglima Sudirman (portalindionesia.com/).

Manfaat pentingnya menjaga lingkungan hijau khususnya di wilayah perkotaan adalah : manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible), yaitu membentuk keindahan dan kenyamanan (teduh, segar, sejuk) dan mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, buah, bunga, dan buah), manfaat tidak lansung (berjangka panjang dan bersifat intangible), yaitu pembersihan udara yang sangat efektif, pemeliharaan akan kelangsungan persediaan air tanah, pelestarian fungsi lingkungan beserta segala isi flora dan fauna yang ada (konservasi hayati atau keaneragaman hayati).

(8)

   

membuat program baru, yaitu sebuah program yang mendukung untuk mempertahankan Ruang Terbuka Hijau di Surabaya sebagai jantung kota dengan membuat program Surabaya Green and Clean.

Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Surabaya mendukung program Permasalahan lingkungan hidup. Misalnya, pemanasan global dan meningkatnya jenis dan kualitas penyakit akibat berlubangnya lapisan ozon yang disarankan diseluruh dunia, kedua, isu lingkungan hidup juga menyangkut ekspioitas terhadap sumber daya global seperti lautan dan atmosfir. Ketiga, permasalahan lingkungan disuatu negara akan berdampak pula bagi wilayah disekitarnya. Keempat, banyak kegiatan eksploitasi atau degradasi lingkungan memiliki skala lokal atau nasional, dan dilakukan di banyak tempat disuluruh dunia sehingga dapat dianggap sebagai masalah global misalnya erosi dan degradasi tanah, penebangan hutan, polusi air, dan sebagainya. Kelima, proses yang menyababkan terjadinya eksploitasi yang berlebihan dan degradasi lingkungan berhubungan dengan dimana proses-proses politik dan sosial-ekonomi yang lebih luas, dimana proses-proses tersebut merupakan bagian dari ekonomi-politik global (Agung dan Yanyan, 2005:144).

Adapun standar dan tujuan dari Ruang Terbuka Hijau (RTH) berdasarkan Peraturan Menteri Pekerja Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang penyediaan dan pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dikawasan perkotaan :

a. menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air,

(9)

c. meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai saran pengaman lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah dan bersih.

Menurut Harvey Molotch (1985:251) pada buku “The City as a Growth Machine” dalam “The Urban Sociologi Reader”, di edit oleh Lin, Jan dan Cristhoper Mele, terdapat proses komplek dari kegiatan penataan ruang kota modern dimana terdapat suatu kelompok kapitalis yang tidak akan berhenti dalam kegiatan memproduksi keuntungan atas ruang yang dimiliki dan keberhasilannya membangun ruang yang dapat dikonsumsi oleh dindividu atau karena sekelompok masyarakat mampu membuat bangunan seperti rumah, apartement, hotel dengan sistem sewa maupun beli. Selanjutnya Harvey juga mengungkapkan bahwa pembangunan kota bukan proses monolotik tetapi jalan untuk para sekelompok masyarakat tertentu yang ingin meningkatkan tingkat investasi dalam kegiatan pembangunan ruang serta banyaknya bank-bank yang dimiliki pemerintah dari sebagian kombinasi institusi keuangan swasta yang memiliki keterlibatan pemerintah izin pengelolahan kepada investor/pengembang dalam pembebasan lahan. Pengembang yang melakukan pembangunan fisiknya dan masyarakat yang tergusur oleh pengembang karena lahannya dikenai proyek pembangunan menjadi kombinasi masalah yang muncul.

(10)

   

mangrove sekarang berada di Gunung Anyar dan di Pamurbaya yang sebagiannya sudah menjolok ke laut dan sebagian lainnya masuk ke dalam daratan. Ini merupakan gambaran tentang kerusakan tata ruang Kota Surabaya. Dari sini bisa dilihat bawasannya pemerintahan kota tidak lagi berkuasa atas reboisasi hutan mangrove di pesisir pantai timur hanya 100 meter (syarat minimal). Selain itu, tidak semua kecamatan pantai timur tersebut. Pemkot Surabaya lalai pada perlindungan kawasan hutan mangrove dan reklamasi pantai kenjeran, pemkot Surabaya melakukan kebijakan reboisasi hutan mangrove kerusakan habitat dan ekologi di kawasan pantai Kenjeran sudah terjadi.

(11)

Kota Surabaya dapat menjadi obyek pembelajaran cara sebuah kota metropolis dapat mengelolah wilayahnya sehingga memiliki eksistensi ruang terbuka hijau yang sesuai, mengingat pentingnya peran Ruang Terbuka Hijau bagi lingkungan. Hal ini terkait bagaimana pemerintahan Kota Surabaya dapat mempertahankan dan mengupayakan eksistensi ruang terbuka hijau di tengah kebutuhan lahan yang sangat tinggi sebagai Kota Metropolitan.

Buku merupakan media yang efektif untuk mengaplikasikan karya, melalui buku masyarakat juga dapat membacanya berulang-ulang. Buku adalah sumber ilmu pengetahuan dan sumber bangunan watak bangsa (Muktiono, 2003:2). Buku dapat dijadikan pula sebagai saran informasi untuk memahami sesuatu dengan mudah.

Singkatnya, buku mempunyai peran yang tidak kecil dalam mendorong perkembangan sosial, budaya, teknologi, politik dan ekonomi (Muktiono, 2003:4-5). Media buku dipilih karena menjadi salah satu rujukan sebagai sumber informasi yang jelas bagi masyarakat baik konsumen buku yang membahas secara mendalam tentang Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Surabaya guna meningkatkan kesadaran masyarakat Surabaya

(12)

   

peristiwa yang aktual dan membentuk sebuah cerita didalamnya, sehingga fotografi tidak hanya dapat menciptakan keindahan saja, tetapi dapat berfungsi sebagai alat komunikasi visual yang dapat menyampaikan pesan kepada publik. dengan mengedepankan teknik fotografi Essay.

Teknik fotografi yang digunakan untuk perancangan buku essay fotografi ruang terbuka hijau adalah dengan menggunakan esai foto. Esai foto merupakan sebuah “cabang” foto jurnalistik. Dalam esai foto, sebuah masalah disampaikan kepada publik dengan menampilkan lebih dari satu foto. Pengertian yang sederhana esai foto merupakan sebuah narasi atau informasi lebih, dengan komposisi foto dan esai berimbang dalam bentuk sekumpulan foto yang dirangkai dalam satu topik. Pengambilan foto yang menggambarkan suasana RTH di Kota Surabaya akan dikemas dan diaplikasikan dalam sebuah buku dengan menggunakan konsep esai foto. Pengambilan gambar dengan visual melalui. Konsep esai foto dalam bentuk buku, diharapkan dapat memperkenalkan, melestarikan dan menjadi wawasan bagi pembaca.

(13)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah :

“Bagaimana Merancang Buku Esai Fotografi Ruang Terbuka Hijau Kota Surabaya Guna Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Kota Surabaya ?”

1.3 Batasan Masalah

Dari permasalahan yang dirumuskan diatas maka batasan masalah yang akan dikerjakan pada perancangan ini adalah :

1. Pengambilan foto meliputi : Taman Bungkul, Taman Bulak Banteng, dan Taman Keputih.

2. Objek foto meliputi : beberapa orang yang sedang beraktifitas dijalanan, sedang menikmati taman-taman yang ada Surabaya

3. Mengulas secara garis besar tentang ruang terbuka hijau di Kota Surabaya bagaimana cara memanfaatkan dan menyadarkan masyarakat.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mendiskripsikan kebijakan Pemerintahan kota dalam memanfaatkan ruang terbuka hijau di Kota Surabaya, dan menghasilkan buku fotografi esai Ruang Terbuka Hijau kota Surabaya melalui buku ini dapat menyadarkan masyarakat tentang lingkungan hijau.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

(14)

   

1. Perancangan buku ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti lainnya yang berminat dalam melakukan penelitian terhadap masalah yang sama khususnya perancangan komunikasi visual berupa buku.

2. Dapat digunakan sebagai referensi keilmuan dengan konsep perancangan buku fotografi esai Ruang Terbuka Hijau kota Surabaya.

1.5.2 Manfaat Praktis

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian terdahulu yang pernah dilakukan Nurul Hidayat mahasiwa jurusan Filsafat Politik Islam, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Dalam penelitiannya mengangkat tentang “Kebijakan Pemerintahan Kota Dalam Memanfaatkan Ruang Terbuka Hijau Di Kota Surabaya”. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa kebijakan pemerintahan kota dalam memanfaatkan ruang terbuka hijau di Kota Surabaya sudah diatur dalam Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2002 tentang pengelolahan Ruang Terbuka Hijau yang proporsinya haruslah mencapai 30% dari luasan kota. Ruang Terbuka Hijau tidak hanya berupa hutan kota, melainkan kawasan hijau yang berfungsi sebagai pertamanan, rekreasi, pemakamam, pertanian, jalur hijau, dan pekarangan. Di dalam ruang terbuka hijau diwajibkan sehingga terjadi perlindungan terhadap terhadap kondisi lahan. Akan tetapi di Kota Surabaya proporsi ruang terbuka hijau masih kurang lebih 23% dari luasan kota, belum mencapai target yang sudah ditetapkan pada peraturan daerah yaitu proporsi 30% dari luasan kota. Hal tersbut disebebakan system pemerintahan yang kurang transparan.

(16)

bisa dipergunakan sebagai media edukasi, dan bermain. Hal itu disebabkan merupakan lahan kontervensi, pemerintahan kota tidak berhak untuk membangun lagi, selain itu pemerintahan kota masih mengejar target 30% ruang terbuka hijau di wilayah Kota Surabaya, dengan menambah taman-taman, penanaman pohon dilahan kosong, dan lain-lain. Apabila target tersebut sudah mencapai 30%, pemerintahan Kota Surabaya merevilitasi taman-taman yang masih tertinggal.

Dan banyak faktor penghambat dari permasalahan pemerintahan terdahulu yaitu lahan kontervensi antara pihak pemerintah kota dan pihak swasta. Sehingga tidak leluasa rencana untuk mengindahkan ruang terbuka hijau. Serta dari tingkat kesadaran masyarakat yang kurang begitu memperhatikan manfaat dari menjaga lingkungan.

Perbedaan tujun penelitian saat ini dengan penelitian terdahulu ada didalam fokus pembahasan dan jenis penelitian bilamana penelitian terdahulu menggunakan penelitian kualitatif (skripsi) dan sekarang menggunakan penelitian kuantitatif (Tugas Akhir), Pada penelitian saat ini lebih memfokuskan buku visual dengan teknik Essay Photography mempunyai daya tarik tersendiri untuk memberitahukan kepada masyakarakat akan pentingnya kesadaran lingkungan hijau.

2.2 Ruang Terbuka Hijau (Green Openspace)

(17)

terbuka hijau seperti taman kota, hutan, dan sebagainya (Hakim dan Utomo, 2004). Bagian dari ruang-ruang terbuka (Open Space) suatu wilayah perkotaan yang disii oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi guna mendukung manfaat langsung atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTRH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan dan keindahan wilayah perkotaan tersebut.

2.3 Kota Surabaya

Nama “Surabaya” muncul di era majapahit awal. Tercetusnya nama itu diyakini berasal dari kata Sura atau Suro (Hiu) dan Boyo (Buaya), dua makhluk yang dalam mitos local, berperang satu sama lain untuk mendapatkan gelar “yang terkuat dan paling kuat” di daerah sesuai dengan buatan Jayabaya. Sumber bersejarah lainnya menjelaskan bahwa symbol Sura (hiu) dan Baya (Buaya) sebenarnya untuk mengambbarkan peristiwa heroic yang terjadi di Ujung Galuh (nama masa lalu Surabaya), yang merupakan pertempuran antara pasukan yang dipimpin oleh Raden Widjaja dan tentara pasukan Tartar pada 31 Mei 1293 yang diperingati sebagai hari jadi Kota Surabaya (Direktori Pariwisata Surabaya, 2013:7).

2.4 Definisi Tentang Buku

(18)

 

 

untuk anak-anak umumnya adalah buku bergambar, karena anak-anak lebih mudah memahami buku tersebut dengan banyak gambar daripada tulisan, sedangkan orang dewasa lebih fleksibel untuk memahami apa yang ada pada buku walaupun tanpa gambar sekalipun (Muktiono, 2003:25). Buku Memiliki kelebihan yaitu, dapat disentuh dan dirasakan dan membuat mata tetap rileks (Audinovic, 2013).

Secara bahasa, buku berati lembar kertas yang berjilid, baik itu berisi tulisan/gambar maupun kosong (Depdiknas, 2001). Buku dapat berati sekumpulan tulisan/ gambar yang dikumpulkan dan disusun sedemikian rupa hingga membentuk sebuah lembaran yang dijilid. Dengan begitu buku merupakan sarana yang tepat untuk menjelaskan tentang hasil Fotografi Essay yang dapat dilihat, disimak dan dinikmati keindahannya melalui seni fotografi.

2.4.1 Anatomi Buku

Menurut Iyan Wibowo dalam bukunya berjudul “Anatomi Buku” (2007:37), disebutkan bahwa buku memiliki beberapa bagian-bagian yang menjadi kelengkapan buku antara lain :

1. Cover Buku (Sampul Buku) a. Cover depan

(19)

depan biasanya berisi judul, nama penulis, nama pemberi pengantar atau sambutan, serta logo dan nama penerbit.

b. Cover Belakang

Biasanya berisi judul buku, sinopsis, biografi penulis, ISBN (International Standard Book Number) beserta bardocode-nya, dan alamat penerbit sekaligus logonya.

c. Punggung Buku

Buku yang memiliki ketebalan tertentu biasanya memiliki punggung buku (khusus buku tebal). Punggung buku berisi nama pengarang, nama penerbit, dan logo penerbit.

d. Endorsement

Semacam dukungan atau pujian terhadap buku dari pembaca atau ahli atau orang terkenal untuk menambah daya pikat buku yang ditulis di cover buku atau cover belakang

e. Lidah Cover

Biasanya berii foto beserta riwayat hidup pengarang dan atau ringkasan buku yang dihadirkan untuk kepentingan estetika dan keekslusifan buku

2. Perwajahan Buku a. Ukuruan buku

(20)

 

 

b. Bidang Cetak

Dlama setiap halaman isi buku, kita melihat bagian yang kosong di setiap pinggiran-pinggirannya, atau biasa disebut margin. Selain untuk keindahan, bagian tersebut berfungsi mengamankan materi dari kesalahan cetak (misalnya terpotong). Sedangkan bagian yang berisi tulisan (materi) bisa dinamakan bidang cetak.

c. Pemilihan Huruf

Jenis huruf (font), ukuran huruf edan jarak antar baris (lead) sangat penting dalam pembuatan buku. Ketiga hal tersebut selain untuk kepentingan estetika, akan menentukan enak tidaknya buku dibaca. d. Teknik penomoran halaman

Masalah halaman berkaitan dengan kemudahan pembaca dalam menandai materi (isi).

e. Pemilihan warna

Beberapa buku terkadang membutuhkan pewarnaan pada bagian gambar tertentu yang memang dibutuhkan, untuk penegasan atau sekedar keindahan

f. Keindahan dan Kesesuaian Ilustrasi

Beberapa buku, terutama yang diperuntukan bagi anak-anak banyak membutuhkan ilustrasi yang berfungsi menggambarkan materi, sehingga membantu imajinasi pembaca memahami pesan di dalam buku.

(21)

Tidak semua buku dicetak dengan menggunakan kertas yang sama. Untuk buku anak-anak yang mengandung banyak ilustrasi dan berwarna, biasanya membutuhkan kertas yang lebih tebal. Hal ini memberngaruhi penjilidan di akhir proses penerbitan buku.

3. Halaman Preliminaries (Halaman Pendahulu) a. Halaman Judul

Halaman ini berada di halaman wal, setelah kita membuka cover buku, antara lain berisi judul, sub judul, nama penulis, nama penerjemah, nama penerbit, dan logo. Akan tetapi, sebagian buku terbitan memiliki halaman perancis (sub judul) yang terletak sebelum halaman judul, dan hanya berisi judul buku.

b. Hak Cipta (Copyright)

Halaman hak cipta berisi judul, identitas penerbit, penulis, termasuk tim yang terlibat selama proses publikasi, misalnya editor, penata letak, desainer sampul, illustrator, dan lain-lain. Halaman hak cipta ini biasanya juga disertai pernyataan larangan atau izin untuk memperbanyak (menggandakan) buku tersebut. Akan tetapi, kami pernah menemukan buku yang seakan-akan menolak hak cipta dengan menyebutkan bahwa buku tersebut boleh di fotokopi. Secara umum memang aneh tapi begitulah adanya perbedaan pendapat.

(22)

 

 

Halaman ini biasanya berisi motto dan atau ucapan terima kasih dari penulis.

d. Sambutan

Halaman ini berisi semacam sambutan yang disampaikan oleh lembaga atau perseorangan yang berkompeten. Ada pula yang menyebutnya sebagai sekapur sirih dan lain sebagainya.

e. Kata Pengantar

Kata pengantar berisi sedikit ulasan atas buku atau ulasan atas penulis, yang ditulis penerbit atau siapapun yang berkompeten dan berkaitan dengan isi buku.

f. Prakata

Prakat ditulis sendiri oleh penulis sebagai pemandu sebelum pembaca memasuki materi atau isi buku. Prakata biasanya berisi tentang uraian tujuan serta metode penulisan.

g. Daftar Isi

Memudahkan pembaca mencari halaman isi yang berkaitan dengan tema tertentu dari materi buku

h. Selain itu juga beberapa hal yang termasuk dalam halaman Preliminaries, tetapi tergantung kebutuhan sesuai dengan materi (isi) buku (tidak selalu ada), yaitu : Daftar Tabel, daftar singkatan, dan akronim, halaman daftar lambing, halaman daftar ilustrasi, halaman pendahuluan.

(23)

a. Judul Bab

Biasanya, jenis beserta ukuran font (font size lebih besar) judul bab dibuat berbeda dengan judu sub bab apalagi dengan isinya.

b. Penomoran Bab

Penomoran ini berbeda beda pada beberapa buku. Pad abuku yang berisi ilmu pengetahuan teoritis biasanya penomoran bab menggunakan angka romawi atau angka arab. Akan tetapi, pada buku-buku sastra atau buku-buku-buku-buku ilmu penegtahuan popular, biasanya lebih banyak menggunakan simbol-simbol atau beberapa tulisan, satu, dua, tiga, dan seterusnya.

c. Alinea

Setiap paragraph baru akan diatndai dengan adanya alinea. d. Penomroan Teks

Dalam penomroan teks, kita harus selalu konsisten dan sesuai aturan penomoran teks. Mislanya dengan huruf (A, 1, a, (1), (a)) dan dengan angka (1.1, 1.2, 1.2.3) atau dengan teknik lain

e. Perincian

Dalam emlakukan perincian hamper sama dengan system penomoran teks. Perincian banyak dijuampai pada soal-soal ujian. Perincian dapat berupa penjabaran, dapat pula berupa pilihan, dapat menggunakan nomor, dan dapat pula menggunakan angka.

(24)

 

 

Setiap kutipan harus mencantumkan sumber. Jika kutipan agak banyak maka harus dibuat dengan font berbeda, baik ukuran, dan jenis font nya, atau bisa juga dengan cara diberi background.

g. Ilustrasi

Ilustrasi harus memiliki keterkaitan dengan materi. Sebab, pemberian ilustrasi bertujuan membantu menjelaskan materi melalui gambar. h. Tabel

Penempatan table harus berdekatan dengan materi yang berkaitan. Jika tidak memungkinkan karena menyesuaikan layout, sebaiknya diberi nomor.

i. Judul Lelar

Judul lelar biasanya ditempatkan di atas atau dibawah teks, kadang diletakan bersebelahan dengan nomor halaman buku. Judul lelar biasanya berisi judul buku (pada setiap halaman genap) dan judul baba tau nama pengarang (pada setiap halaman ganjil).

j. Inisial

Inisial adalah huruf pertama dalam di awal paragraph setelah judul bab yang dibuat sangat besar melebihi ukuran huruf lain.

k. Catatan Samping

biasanya berada di akhir kutipan tidak langsung. l. Catatan Kaki

(25)

a. Catatan Penutup

Semacam catatan kaki yang berada di akhir materi atau setelah bab terakhir.

b. Daftar Istilah

Biasanya berisi istilah-istilah asing dan penjelasannya yang dipakai dalam materi buku

c. Indeks

Daftar kata istilah penting yang dilengkapi dengan nomor halman. Indeks disusun secara alfabetis dan terletak pada bagian akhir buku. Kita dapat mencari informasi dari istilah yang terdapat dalam indeks sebagaimana tidak semua buku memerlukan indeks

d. Daftar Pustaka

Berisi daftar buku-buku yang dijadikan referensi dalam menulis materi buku

e. Biografi penulis

Penjelasan tentang latar belakang penulis yang melahirkan buku 2.4.2 Karakter Buku dengan gambar

(26)

 

 

1. Gambar, dapat menyampaikan sesuatu informasi atau pesan dengan lebih jelas daripada teks

2. Mutu, bukan hanya dilihat dari segi estetika tetapi juga dari segi perkembangan target audience dari aspek afektif dan kognitif.

3. Urutan cerita atau fakta dari gambar-gambar yang dilihat perlu ada.

4. Bahasa, bahasa yang digunakan hendaklah yang mudah dipahami. Akan lebih baik jika terdapat unsur-unsur yang nantinya dapat menambah perbendaharaan kata

5. Perkataan dan ungkapan, hendaklah disajikan berulang-ulang sebagai tujuan pengukuhan

6. Gaya penyajian, perlu jelas dan teratur serta mempunyai unsur hiburan. 7. Keharmonisan antara teks dan gambar, mengingat hal ini sangat penting pastikan gabungan antara gambar dan tulisan saling melengkapi.

8. Ciri fisik buku ini adalah : a. cover yang menarik b. mutu kertas yang baik c. penjilidan yang kuat

d. ukuran dan jenis huruf yang mudah dibaca dan dipahami

e. cetak huruf tidak menutupi gambar agar tidak membingungkan (iyan WB, 2007:87).

(27)

Perkembangan fotografi di Indonesia bermula dari masa penjajahan, dimana fotografernya sendiri berasal dari masyarakat Indonesia dengan kelas sosial menengah keatas sebagai penyalur hobi dan mengabadikan momen-momen penting perkembangan sejarah dan kebudayaan Indonesia pada saat itu. Fotografi menjadi popular hingga saat ini, karena proses penghasilan gambar dan cahaya pada film ini dapat diperbanyak dan hasilnya memberikan informasi serta pesan kepada orang lain sebagai sumber Audience. dengan menggunakan media fotografi, hingga saat ini monumen-monumen sejarah dan cerita tentang kebudayaan Indonesia dapat kita pahami melalui media fotografi sebagai alat komunikasi massa (Wijaya, 2011:67)

Fotografi atau gambar dianggap memainkan pernan penting sebagai media komunikasi yang integral dari banyak aspek didalam kehidupan manusia, fungsi komunikasi dalam hal ini untuk melayani beragam fungsi yang prnting. Komunikasi dapat memuaskan kehidupan kita yang ada dalam berbagai kebutuhan fisik, identitas diri, kebutuhan sosial dan praktis.

2.5.1 Tahapan dalam Fotografi

Tahapan dalam fotografi ada empat, yaitu komposisi, fokus, kecepatan dan diafragma (Alwi, 2004:42), Berikut penjelasannya:

1. Komposisi

(28)

 

 

a. Point Of Interest

Merupakan sesuatu hal yang paling menonjol pada foto, yang membuat orang langsung melihat kepadanya dan tertarik untuk melihatnya atau disebut juga menjadi pusat perhatian audience.

a) Framing

Menggunakan lensa fix, dilakukan dengan cara fotografer maju-mundur, mendekat-menjauh dari objek. Tetapi dengan lensa zoom atau tele maka framing dilakukan dengan cara memutar ring zoom atau tele maka framing dilakukan dengan cara memutar ring zoom ke kanan-kiri atau ke depan-belakang searah dengan objek foto.

b) Balance

Adalah keseimbangan yang harus dipertimbangkan pada objek foto. Komposisi juga disusun berdasarkan jarak pemotretan yang dilakukan dengan variasi long shot, medium shot, dan close u. juga sudut pengambilan dengan variasi hing angle dan low angle, lalu penempatan objek lain dengan objek utama, dengan variasi foreground dan background dan posisi kamera yang di letakan vertical maupun horizontal.

2. Fokus

(29)

tidak tajam dan tidak jelas, menjadi fokus dan tajam serta jelas bentuk dan tampilannya

3. Kecepatan (speed)

Adalah gerakan tirai yang membuka-menutup sesuai angka yang dipilih pada tombol kecepatan. Tirai ada pada bagian belakang dalam kamera. Kecepatan diibaratkan kelopak mata manusia, kalau kelopak mata manusia membuka berati manusia bisa melihat begitu juga sebaliknya bila kelopak mata menutup. Rumus kecepatan adalah “makin besar kecepatan (ditunjukan dengan angka yang besar), makin sebentar atau sedikit cahaya yang bisa masuk ke kamera dengan membakar film”. Sebaliknya, “makin kecil (kecepatan (ditunjukan dengan angka yang kecil ), makin lama atau banyak cahaya yang bisa masuk ke dalam kamera dan membakar film”. 4. Diafragma (Aparture)

(30)

 

 

lensa” sebaliknya, makin kecil difragma (ditunjukan dengan angka besar), maka makin sedikit cahaya yang bisa lolos ke dalam kamera melalui lensa. 2.5.2 Teknik Memotret

Teknik memotret adalah suatu cara dalam memotret setelah diketahui bagaimana tahapan memotret (Alwi, 2004: 60-66). Teknik memotret bermacam-macam, tetapi yang paling banyak digunakan untuk pemotretan foto sebagai berikut :

1. Freeze

Merupakan teknik memotret pada objek bergerak yang menginginkan objek tersebut berhenti ( diam atau freeze) setelah dipotret. Karena itu menggunakan kecepatan tinggi diatas 1/60 sesuai gerakan objek foto. Memotret freeze bisa dilakukan menggunakan lampu flash.

2. Blur

Merupakan teknik memotret pada objek bergerak untuk memperoleh hasil foto objek yang bergerak tersebut menjadi blur atau tidak fokus (goyang), sementara objek yang tidak bergerak diam dan tajam. Karena itu kecepatan yang digunakan adalah kecepatan rendah atau dibawah 1/60.

3. Depth Of Field (Ruang Tajam)

(31)

4. Panning

Merupakan teknik memotret dengan menggerakan kamera sesuai gerakan objek foto. Tujuannya adalah gerakan tersebut terekam oleh kamera hanya lintasannya saja pada latar belakang objek foto secara blur bergaris.

5. Zooming

Merupakan teknik memotret untuk memperoleh hasil foto dengan kesan objek mendekat atau menjauih kamera, untuk itu digunakan lensa zoom kecepatan yang dipakai adalah kecepatan rendah dibawah 1/60.

6. Multi Exposure

Merupakan teknik memotret untuk memperoleh hasil foto dengan kesan menumpuk objek yang difoto lebih dari satu kali berada pada satu frame (bingkai film).

7. Window Light

Merupakan teknik memotret dengan memanfaatkan cahaya dari satu sumber, bisa dari cahaya jendela (window), bisa juga cahaya dari sumber lain yang searah seperti halnya cahaya jendela.

8. Silhouete

Merupakan teknik memotret dengan menetapkan kamera menghadap langsung sumber cahaya, sementara objek foto di tengah-tengah sumber cahaya dengan kamera. Hasil fotonya, objek foto gelap sementara latar belakang (sumber cahaya) terang.

(32)

 

 

Esai foto atau foto esai adalah sebuah “cabang” dari fotografer jurnalistik. Esai foto menampilkan lebih dari satu foto yang menggambarkan sebuah permasalahan kepada publik. Arti yang lebih sederhana, esai foto adalah sebuah narasi yang berbentuk sekumpulan foto kemudian dirangkai dalam satu topik dan bertujuan untuk menyampaikan pendapat atau opini secara sekaligus, fakta dan peristiwa (duniaesai.com).

Michael Davis, mantan picture editor di National Geographic mengatakan foto essay cenderung mengenai satu tipe atau aspek dari banyak tempat, banyak hal, atau orang dan membutuhkan alur yang menyatu. Dalam membuat foto essay membutuhkan “kejernihan melihat”. Dalam menentukan sudut pandang secara keseluruhan, melihat duduk perkara, terkadang dengan mengaitkan hal-hal yang sering kali tidak tampak terlalu jelas kaitannya antara satu hal dengan hal yang lainnya, bisa juga dengan kaitan waktu atau kaitan kejadian

Dalam membuat sebuah esai foto, dibutuhkan seleksi dan pengaturan yang sesuai agar foto dapat membentuk suatu cerita lewat satu tema. Secara keseluruhan, permasalahan yang diangkat lebih dalam, lebih utuh, lebih imajinatif dna memberikan ruang dimensi yang luas dibandingkan yang dapat dicapai foto tunggal. Subjek untuk foto esai bisa beragam bisa dari kejadian, tokoh, gagasan atau suatu tempat. Cara penuturannya juga beragam dari segi kronologis dan tematik. Esai bentuknya fleksibel yang terpenting adalah foto-foto tersebut saling melengkapi dan menjadi satu tema dalam bentuk alur cerita.

(33)

memancing pembaca untuk ingin tahu kelanjutan dari cerita tersebut. Selanjutnya foto-foto yang membangun badan cerita dan emngiringi pembaca untuk tetap membacanya. Kemudian foto yang melengkapi cerita dan foto penutup yang berfungsi mengikat sekaligus memberikan kesan dan arti.

Beberapa jenis foto yang ada dalam rangkaian esai fotografi:

1. Establishing shot menggambarkan tempat atau setting tempat kejadian yang menggunakan lensa wide angle untuk memberikan kesan tiga dimensi 2. Detail shot foto detail dari benda atau bagian dari orang yang penting

misalnya close-up wajah orang atau benda-benda yang melekat pada manusia, menggunakan lensa makro atau tele.

3. Interaction shot berisikan tentang interaksi antara dua orang atau lebih sedang berbicara maupun melakukan suatu kegiatan, menggunakan lensa tele.

4. Climax sebuah foto yang menggambarkan puncak dari sebuah acara atau kegiatan.

5. Closer atau clincher foto yang menutup cerita yang memberikan kesan, pesan, insipirasi atau motivasi

2.6.1 Perbedaan Esai Foto dengan Sekumpulan Foto Biasa

Ada beberapa hal mendasar yang membedakan esai foto dengan kumpulan foto biasa, menurut Budi Andana Marahimin ( lifestyle.kompasmania.com). Hal ini dapat dirumuskan menjadi empat point yang dapat disampaikan sebagai berikut :

(34)

 

 

Bisa saja kita memotret suatu acara dan menghasilkan suatu foto yang kuat secara tunggal. Namum apabila tidak didukung tema yang kuat, foto-foto tersebut tidak dapat dirangkai. Sehingga tema merupakan sebuah keharusan dalam membuat suatu esai foto

2. Esai foto cenderung berbau opini dan menggali emosi bagi yang melihat. Fotografer sebaiknya melakukan pendalaman dengan melakukan pengungkapan ke lokasi dan terjun langsung ketengah problema serta menangkap secara detail baik itu secara simbolik maupun snapshot. Sehingga sang fotografer tidak kehilangan momen-momen penting dan yang sering tidak terdekteksi dalam satu kali sesi pemotretan saja.

3. Esai foto memerlukan narasi agar memperkuat tema

Narasi atau copywrite atau teks foto adalah sebuah keharusan dalam membuat suatu esai foto bisa menjadi sulit dimengerti maknanya oleh yang melihat.

4. Esai foto mendapat nilai tambah bila tampil dengan tata letak yang diperhitungkan baik, Tata letak yang baik (ukuran, jenis, font, dll) akan menonjolkan interaksi antara foto dan membentuk kesatuan yang utuh. 2.6.2 Merangkai Esai Foto

Menurut Nonot S. Utama dalam kutipan sebuah “Majalah Foto Media” (2002:58) selama melakukan pemotretan, beberapa hal dibawah ini dapat menjadi panduan dalam merangkai foto :

(35)

Dipakai untuk menggambarkan suasana objek dan lingkungan disekelilingnya.

2. Foto Medium Shot

Digunakan untuk memperlihatkan suatu kejadian 3. Foto Close Up

Digunakan untuk memperlihatkan emosi dari subjek itu 4. Foto Utama atau Lead

Foto yang paling menonjol dari keseluruhan. 5. Foto Potrait

Menggambarkan tokoh kunci dari sebuah foto esai. 6. Foto Interaksi

Menggambarkan bagaimana subjek melakukan interaksi hubungan dengan lingkungan

7. Foto Sekuen

Memamparkan tahapan perkembangan pada subjek dalam pemotretan 8. Foto Detail

Bertujuan sebagai foto yang memperkuat emosi

9. Close

(36)

 

 

2.7 Layout

Dalam buku layout yang ditulis oleh Gavin Ambrose dan Paul Harris (2005:11), Layout adalah pengaturan elemen desain dalam kaitannya dengan ruang atau bidang dimana elemen tersebut berada, dan dalam keserasian dengan tampilan secara keseluruhan dari segi estetis. Sasaran utama dalam layout adalah untuk menampilkan elemen visual maupun tekstual tersebut yang di komunikasikan dengan cara yang teratur, sehingga memungkinkan pembaca untuk menangkapnya dengan mudah. Tidak ada aturan emas dalam mengatur layout , karena ada berbagai penanganan yang berbeda bagi tiap media yang berbeda.

Menurut Lia Anggraini dan Kirana Nathalia (2014:74-86) dalam bukunya “Desain Komunikasi Visual; Dasar-dasar Panduan Untuk Pemula” secara umum, layout merupakan tata letak ruang atau bidang, layout dapat dilihat pada majalah, website, iklan televisi, bahkan susunan furniture di salah satu ruangan kita. Dalam desain komunikasi visual, layout merupakan salah satu hal yang utama. Sebuah desain yang baik harus mempunyai layout terpadu.

Dalam sebuah layout, terdapat beberapa elemen seperti elemen teks, elemen visual, dan elemen lainnya. Tujuan utama layout adalah menampilkan elemen gambar dan teks agar menjadi komunikatif dan dapat memudahkan pembaca menerima informasi yang disajikan. Berikut ini prinsip-prinsip layout :

(37)

Yakni urutan perhatian dalam layout atau aliran pandangan ketika melihat layout. layout yang baik dapat mengarahkan kita ke dalam informasi yang disajikan pada layout. maka disini urutan pe-layout-an sebaiknya diatur sesuai prioritas. Misalnya dari informasi paling penting hingga ke informasi yang kruang penting.

2. Emphasis

Yaitu penekanan di bagian-bagian tertentu pada layout. penekanan ini berfungsi agar pembaca dapat lebih terarah atau focus pada bagian yang kurang penting. Emphasis/penekanan dapat diciptakan dengan cara berikut a. memberikan ukuran huruf yag jauh lebih besar dibandingkan

elemen-elemen layout lainnya pada halaman tersebut

b. menggunakan warna yang kontras/berbeda dengan latar belakang elemen lainnya.

c. Meletakan hal yang penting tersebut pada posisi yang menarik perhatian.

d. Menggunakan bentuk atau style yang berbeda dengan sekitarnya

3. Keseimbangan (balance)

(38)

 

 

keseimbangan asimetris obyek-obyek yang berlawanan tidak sama atau seimbang. Bisa saja salah satu sisi obyek lebih ekcil ukurannyaatau lebihs eidkit jumlahnya dari sisi yang berlawanan. Keuntungan dari keseimbangan asimetris adalah dapat memberikan kesan yang tidak kaku atau snatai (casual).

4. Unity

Yaitu menciptakan kesatuan desain keseluruhan. Seluruh elemen yang digunakan harus saling berkaitan dan disusun secara tepat.

2.7.1 Penerapan Sistem Grid

Grid merupakan garis-garis vertical maupun horizontal yang membagi halaman menjadi beberapa unit. Melalui system grid ini, seorang perancang grafis dapat membuat sebuah sistematika guna menjaga konsistensi dalam pengulangan komposisi yang sudah diciptakan. Setiap proyek desain mempunyai keadaan atau masalah yang berbeda-beda. Oleh karena itu, sistem grid ini dapat menunjukan elemen-elemen tertentu yang diperlukan oleh desainer.

2.7.2 Anatomi Grid

1. Format

format adalah area dimana nantinya desain akan berada. Mislanya, format dalam sebuah majalah adalah halaman majalah itu sendiri. Namun, pada website, formatnya berupa browser website. Format menentukan letak area elemen desain seperti teks, image, dan media lain.

(39)

Margins adalah ruang negative antara sisi luar format dan batas luar dari konten. Margin yang lebih besar menciptakan banyak spasi. Selain itu, margin yang besar dapat membantu pembaca memusatkan perhatian pada ruang positif (konten).

3. Flowlines

Flowlines adalah agris horizontal yang memecah ruang menjadi beberapa bidang horizontal.

4. Modules

Modules adalah unit individu ruang yang dipisahkan oleh interval yang teratur. Modules merupakan blok bangunan dasar dari grid. Ketika modules diulang-ulang maka akan tercipta kolom dan baris. Idealnya lebar modul disesuaikan ukuran baris teks.

5. Spatial Zones (zona spasial)

Zona spasial adalah bidang modul yang berdekatan. Setiap bidang diberi fungsi tertentu dalam desian. Sebagai contoh, sebuah bidang horizontal yang panjang dapat digunakan untuk menempatkan gambar yang horizontal panjang. Sementara itu, sebuah bidang vertical yang panjang dapat digunakan untuk membuat bold teks panjang, dan lain-lain.

6. Columns (kolom)

(40)

 

 

7. Rows (baris)

Rows merupakan baris yang sama dengan kolom, tetapi dalam format horizontal.

8. Folio

Folio tercipta saat nomor halaman ditempatkan secara konsisten dalam margin, biasanya diatas atau di bawah komposisi

9. Running header & footer

Running Header adalah panduan bagian atas untuk naskah yang dibaca. Di sini, kita akan menemukan informasi seperti judul, bab judul, judul bagian, penulis, dan lain-lain. Running footer merupakan informasi yang sama seperti running header, tetapi ditempatkan di bagian bawah format.

10. Marker

Marker adalah indikator penempatan informasi subordinat atau informasi yang harus tampil secara konsisten. Marker dapat digunakan untuk menunjukan lokasi folio, nomor halaman, dan lain-lain.

2.7.3 Jenis-Jenis Gird

1. Manuscript Grid

Manuscript Grid adalah grid dengan struktur yang paling sederhana. Grid ini hanya menggunakan satu kolom. Struktur utama pada grid ini ditentukan oleh

satu kotak kolom di tengah. Pada grid ini dapat diletakan seperti catatan kaki,

nomor halaman dan informasi skunder lainnya. Walaupun manuscript Grid ini

terbilang sangat sederhana bukan berate pengolahannya tidak membutuhkan

(41)

stimulasi merupakan factor-faktor yang sangat penting agar pembaca tetap tertarik

pada isi bacaan.

2. Column Grid (Grid Kolom)

Untuk Jenis layout yang satu ini menempatkan beberapa kolom dalam

formatnya, lebih fleksibel. Kolom-kolom pada grid ini, bisa saling berhubungan

atau saling terlepas. Pada grid kolom ini dapat diletakan elemen teks dan visual

baik pada kolom yang sama maupun yang terpisah, dan bisa hanya meletakan

gambar di salah satu kolom sementara dikolom lainnya hanya teks. Bisa juga di

dalam satu kolom tidak diisi penuh.

3. Modular Grid (Grid Modular)

Modular Grid adalah Column Grid dengan penambahan divisi horizontal

(row/baris). Dengan demikian akan terlihat pembagian yang konsisten antara

kolom dan barisnya. Pertemuan antara devisi vertical dan horizontal itulah yang

disebut dengan istilah modul. Grid ini digunakan pada formal publikasi yang lebih

kompleks, yang membutuhkan pengaturan lebih daripada column grid.

2.8 Warna

(42)

 

 

berubah sebagai karya yang luar biasa. Oleh karena itu kita harus mengerti arti warna.

Warna-warni tercipta karena adanya cahaya. Tanpa adanya cahaya, manusia tidak akan dapat membedakan warna. Seperti halnya jika kita memasuki sebuah ruangan yang gelap dan tertutup tanpa adanya cahaya, maka mata kita tidak akan dapat membedakan warna-warni yang ada di dinding tersebut. Pada tahun 1666 pengetahuan tentang warna di definisikan oleh Sir Isaac Newton. Dimana ketika itu Newton secara tidak sengaja melihat spectrum warna yang dihasilkan oleh cahaya yang terpancar melalui sebuah gelas prisma (Nuryawan 2009:101). Warna di kelompokan menjadi beberapa kelompok warna, yaitu :

a. Warna primer menurut teori warna pigmen dari Brewster adalah warna-warna dasar. Warna-warna-warna lain dibentuk dari kombinasi warna-warna-warna-warna primer. Warna merah, biru, kuning adalah warna primer yang dikenal dan dipakai dalam dunia seni rupa.

b. Warna sekunder adalah warna yang dihasilkan dari campuran dua warna primer dalam sebuah ruang warna. Contohnya seperti, merah + hijau = kuning, merah + biru = magenta dan hijau + biru = cyan

c. Warna netral, adalah warna-warna yang tidak lagi memiliki kemurnian warna atau dengan kata lain bukan merupakan warna sekunder maupun primer

(43)

e. Warna panas adalah kelompok warna dalam rentang setengah lingkaran di dalam lingkaran warna mulai dari merah hingga kuning. Warna ini menjadi symbol riang, semangat, marah dan lain-lain.

f. Warna dingin adalah kelompok warna dalam rentang setengah lingkaran di dalam lingkran warna mulai dari hijau jingga ungu. Warna ini menjadi symbol kelembutan, sejuk, nyaman dan lain-lain.

2.8.1 Psikologi Warna

Seluruh warna spectrum telah disiapkan untuk suatu rangsangan sifat dan emosi manusia. Menurut Marian L. David (1987:135), warna mempunyai asosiasi dengan pribadi seseorang. Mengingat pentingnya warna maka kita perlu mengetahui arti warna, yaitu :

a. Kuning Jingga : Kebahagiaan, penghormatan, kegembiraan, optimisme, terbuka.

b. Kuning : Cerah, bijaksana, terang, bahagia, hangat, penegcut, gelisah, berseri.

c. Kuning Hijau : Persahabatan, muda, kehangatan, baru, gelisah, berseri. d. Hijau Biru : tenang, santai, diam, lembut, setia, kepercayaan.

e. Hijau Muda : Kurang pengalaman, tumbuh, cemburu, iri hati, kaya, segar, istirahat, tenang.

f. Biru : damai, setia, konservatif, pasif terhormat, depresi, lembut, menahan diri, ikhlas.

(44)

 

 

h. Ungu : misteri, kuat, supremasi, formal, melankolis, pendiam, agung (mulia).

i. Merah Ungu : tekanan, intrik, drama, terpencil, penggerak, teka-teki.

j. Coklat : hangat, tenang, alami, bersahabat, kebersamaan, tenang, sentosa, rendah hati.

k. Hitam : kuat, duka cita, resmi, kematian, keahlian, tidak menentu. l. Abu-abu : tenang dan netral

m. Putih : senang, harapan, murni, lugu, bersih, spiritual, pemaaf, cinta, terang. 2.9 Tipografi (Typhography)

Typhography sama halnya dengan warna. Typhography merupakan salah satu elemen yang penting dalam desain. Typhography berfungsi sebagai elemen pelengkap dalam desain, bisa dikatakan typhography merupakan visual language atau bahasa yang dapat dilihat. Tipografi dibagi menjadi 2 macam, yaitu tipografi dalam logo (latter marks), dan tipografi yang digunkaan dalam media-media aplikasi logo (corporate typeface atau corporate typhograph).

Menurut Adi Kusrianto (2010:45) ada beberapa juta typeface yang beredar di pasaran dan dimiliki oleh designer graphic. Agar mudah untuk mengenali jenis tipografi sesuai bentuk dan fungsinya. Maka sejak dulu para ahli tipografi telah mengkelompokan aksara-aksara menurut kriteria masing-masing, berikut ini beberapa kriteria utama sesuai bentuk anatomi yang diharapkan akan membantu pembaca untuk mengenalinya kemudian dapat memanfaatkan fungsinya dengan tepat.

(45)

Huruf serif memilikigaris-garis kecil yang disebut counterstroke pada ujung hampir semua letter. Garis-garis kecil itu porsinya berdiri horizontal terhadap badan tipografi. huruf serif ini dikenal lebih legible dan readable karena garis-garis horizontal pada masing-masing kaki huruf itu untuk menuntun pandangan mata pembaca pada baris teks yang tengah di bacanya. 2. Tipografi Sans Serif

Huruf sans serif adalah huruf yang tanpa serif (garis kait) dan bersifat solid. Huruf tanpa kait ini memiliki sifat yang streamline, fungsional, dan konteporer. Dalam dunia desain, typography terdiri dari berbagai macam jenis huruf. Tampilan fisik dari jenis-jenis huruf yang berbeda dan memiliki karakter masing-masing memiliki potensi dalam merefleksikan sebuah kesan. Jenis-jenis huruf tersebut digunakan sesuai dengan kebutuhan dan karakter dari sebuah desain. Ada pula huruf-huruf yang khusus diciptakan untuk keperluan sebuah rancangan grafis. Huruf ini disebut dengan custom typeface (Sihombing 2001:53-71).

2.9.1 Prinsip dalam Tipografi

Menurut Sihombing (2001:53-71) ada dua prinsip pokok tipografi yang sangat mempengaruhi keberhasilan suatu desain yaitu Legibility, dan Readability. 1. Legability

(46)

 

 

huruf. Untuk menghindari hal ini, maka seorang desainer harus mengenal dan mengerti karakter daripada bentuk suatu huruf dengan baik.

2. Readability

(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian

Pembuatan buku ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

Hal ini karena data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data

yang berasal dari teknik pengumpulan data berupa observasi langsung,

wawancara, catatan lapangan, dokumentasi pribadi, catatan memo, dan dokumen

resmi lainnya. Menurut Moleong (Arifin, 2007: 26), penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahamu fenomena tentang apa yang dialami

oleh subyek penelitian. Misalnya, perilaku, persepsi, pandangan, motivasi,

tindakan sehari-hari, secara holistik dan dengan metode Descriptif dalam bentuk

kata-kata dan bahasa (Narative) pada suatu konteks khusus yang alamiah dan

dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Dipilihnya pendekatan kualitatif

karena pembuatan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang Ruang

Terbuka Hijau (RTH) di Kota Surabaya guna meningkatkan kesadaran

masyarakat untuk tetap menjaga dan memanfaatkan RTH sebagai lahan yang

memberikan nilai moral dan pendidikan. Sehingga menjadi penting sebagai media

(48)

 

3.2 Perancangan Penelitian

Perancangan yang disusun secara logis dan sistematis titik tolak utama

dalams ebuah penelitian. Hal ini bertujuan agar hasil dari perancangan dapat turut

menyadarkan masyarakat tentang Ruang Terbuka Hijau (RTH) dapat

dipertanggungjawabkan. Kerangka Tugas Akhir harus disusun dengan jelas

sehingga menghasilkan kemudahan dalam memecahkan masalah serta

memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan dalam proses perancangan.

Prosedur perencanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

3.2.1 Riset Lapangan

Tahap ini merupakan tahap awal untuk mendapatkan beragam informasi

yang berkaitan dengan informasi tentang Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang telah

ditentukan, yang nantinya akan dipakai sebagai data informasi tentang RTH. Riset

lapangan meliputi: informasi tentang pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau,

meningkatkan pelayanan publik terutama yang terkait luar biasa dengan tata ruang

publik atau taman kota, hingga wawancara dengan subjek yang memiliki

kompetensi pemahaman terhadap RTH sebagai perbandingan utama dalam proses

pengumpulan data.

3.2.2 Program

Pada tahap ini, dilakukan identifikasi masalah berdasarkan data yang telah

diperoleh, sehingga menghasilkan data/informasi yang dapat diajukan sebagai

(49)

3.2.3 Gagasan Desain

Tahap ini meliputi pembuatan rancangan konsep baik secara verbal maupun

secara visual. Gagasan desain dibuat berdasarkan makna, fungsi, dan manfaat

yang terkandung dalam Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang akan diwujudkan

melalui Body Copy setiap halaman buku.

3.2.4 Alternatif Desain

Perancangan pembuatan beberapa alternatif desain yang komperehensif

berdasarkan hasil Bodycopy yang telah disusun sebelumnya.

3.2.5 Konsultasi

Dari beberapa alternatif desain yang telah dibuat, maka selanjutnya

dikonsultasikan kepada pihak-pihak terkait untuk mendapatkan desain terpilih.

3.2.6 Pedoman Desain Buku

Dari alternatif desain yang telah konsultasikan, kemudian dilakukan

beberapa perbaikan yang dianggap perlu guna menunjang kesesuaian dan

pemenuhan kriteria dari segi komunikasi, teknologi, ekonomi, teknis hingga pada

proses visualisasi yang nantinya akan diimplementasikan pada buku.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

3.3.1 Data dan Sumber Data

Data yang diperoleh memiliki peranan yang penting untuk menentukan

(50)

 

khususnya untuk bisa menikmati fasilitas yang telah disediakan oleh

Pemerintahan Kota Surabaya. Data ini berguna untuk mengetahui konsep awal

yang akan digunakan untuk merancang Buku Fotografi Essay Ruang Terbuka

Hijau Kota Surabaya. Sumber dari penelitian ini terdiri atas data primer yang

merupakan data utama dari data sekunder sebagai data pendukung.

3.3.2 Data Primer

Merupakan data yang dikumpulkan langsung di lapangan oleh peneliti.

Sumber data primer diperoleh melalui informan yang telah ditentukan. Informan

adalah orang (sumber) yang mengetahui secara pasti kondisi atau latar belakang

objek yang akan diteliti, dalam hal ini adalah subjek yang telah memiliki

kompetensi pemahaman yang mendalam terhadap Ruang Terbuka Hijau (RTH).

3.3.3 Data Sekunder

Pengumpulan data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder

dari data yang dibutuhkan, artinya data tersebut didapatkan dari sumber-sumber

lain yang mendukung, sumber data sekunder diharapkan berperan membantu

mengungkapkan data yang diharapkan. Sumber data sekunder dalam penelitian ini

dapat didapatkan melalui studi literatur dalam buku, catatan, jurnal, artikel,

maupun dokumen-dokumen lainnya yang memiliki keterkaitan dengan penelitian.

3.3.4 Wawancara

Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan

(51)

penelitian (Emzir, 2010:50). Pada hakikatnya wawancara ialah kegiatan untuk

memperolah informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang

diangkat dalam penelitian atau merupakan proses pembuktian terhadap informasi

atau keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya.

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi dan keterangan

langsung dari sumber, yaitu tanya jawab kepada informan. Dalam pembuatan ini,

informan yang dipilih adalah informan yang terkait dengan Rancangan Tata

Ruang Wilayah (RTRW) seperti Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan, dan

Badan Perencanaan Dan Pembangunan Kota Surabaya. Untuk melengkapi

informasi yang diperoleh, dipilih beberapa orang dari masyarakat umum sekitar

kawasan tersebut, secara acak ataupun atas saran dan rekomendasi dari informan.

3.3.5 Observasi

Penelitian dengan metode ini yaitu pengamatan atau observasi (observation

research) biasnaya dilakukan untuk melacak secara sistematis dan langsung,

gejala-gejala komunikais terkait dengan persoalan-persoalan sosial, politis, dan

kultural masyarakat (Pawito, 1007:11). Hasil observasi berupa kejadian. Kondisi

atau suasana tertentu dan perasaan emosi sesorang. Dalam hal ini observasi

dilakukan dengan cara mengamati fenomena budaya masyarakat tentang

bagaimana memanfaatkan fasilitas yang diberikan pemkot surabaya berupa Ruang

Terbuka Hijau (RTH). Hal ini dilakukan untuk mendalami informasi atau data

(52)

 

3.3.6 Dokumentasi

Dalam melakukan sebuah penelitian, perlu mendokumentasikan berupa foto

untuk memperdalam data penelitian. Dokumentasi ini dilakukan dengan cara

mendokumentasikan Kawasan RTH yang berupa foto, arsip, rekaman suara

narasumber dan seluruh gambar-gambar objek penelitian serta bahan-bahan

tertulis yang berhubungan dengan perancangan media promosi ini. Dokumentasi

sangat penting sebagai bukti penelitian sekaligus informasi yang mendukung data

penelitian tersebut.

3.4 Teknik Analisis Data

Pada teknik analisis data ini peneliti menggunakan model spradly dengan

menggunakan analisis taksonomi yaitu analisis dimana peneliti bukan hanya

penjelajahan umum, melainkan menganalisis yang memusatkan perhatian pada

domain tertentu, yang nantinya sangat berguna untuk menggambarkan masalah

yang menjadi sasaran studi. Pengumpulan data ini dilakukan secara terus menerus

melalui pengamatan wawancara dan mendokumentasi sehingga data yang

terkumpul menjadi banyak ( Moleong, 2008: 84-110). Menurut Moleong, analisis

data dilakukan dengan beberapa tahap, yakni reduksi, penyajian data, dan

kesimpulan.

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Teknik reduksi merupakan teknik penyederhanaan jawaban-jawaban dari

seluruh pertanyaan yang telah diajukan kepada pihak-pihak tertentu atau instansi

(53)

Oleh karena itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci dan segera dilakukan

analisis data melalui reduksi data, yakni merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya

sehingga diperoleh gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti pada

tahapan penelitian selanjutnya.

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah selesai selanjutnya adalah tahap menyajikan data yaitu objek-objek

yang dianggap memiliki potensi khusus untuk dapat diangkat potensi tersebut .

Data akan dikelompokkan sesuai dengan unsur desain komunikasi visual yaitu

data verbal dan data visual. Selanjutnya kesimpulan yang berisi uraian singkat

sesuai dengan hasil penyajian.

3. Verifikasi Kesimpulan

Tahap selanjutnya adalah penarikan kesimpulan berdasarkan temuan dan

melakukan verifikasi data. Pada dasarnya kesimpulan awal yang sudah diperoleh

masih bersifat sementara dan kesimpulan tersebut akan berubah jika

ditemukannya bukti-bukti yang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya.

Proses untuk memperoleh bukti-bukti inilah yang dimaksud dengan verifikasi

data. Setelah melalui proses verifikasi akan didapatkan berbagai keyword yang

dibutuhkan oleh peneliti, yang selanjutnya akan dikembangkan kagi sebuah

(54)

Mohon Maaf Untuk Bab IV Silahkan Datang Ke

Perpustakaan Institut Bisnis dan Informatika Stikom

(55)

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penciptaan buku esai fotografi

ruang terbuka hijau surabaya :

1. Gagasan dalam penciptaan buku esai fotografi ini adalah untuk memberikan

wawasan baru tentang pentingnya fungsi serta peranan menjaga lingkungan

hijau. Dan mengajak masyarakat untuk ikut serta di dalamnya.

2. Desain dalam perancangan ini adalah enjoyable dengan menampilkan visual

yang menarik serta indah di pandang yang memiliki makna bahwa ruang

terbuka hijau perlu kita jaga khususnya di wilayah perkotaan

3. Implementasi perancangan mengacu pada buku esai fotografi dan media

pendukung dengan tema enjoyable

4. Media utama yang digunakan adalah buku esai fotografi dan untuk media

pendukung promosi buku menggunakan poster, x-banner dan kartu nama

5. Media buku esai fotografi dan pendukungnya dirancang sesuai dengan tema

rumusan desain, yaitu enjoyable dari ruang terbuka hijau sebagai tempat

wisata baru yang ada di surabaya serta menggunakan warna yang

melambangkan kesejukan, ketenangan dan keharmonisan yang kemudian

(56)

 

5.2 Saran

Adapun saran dari penciptaan buku esai fotografi topeng dalang ini adalah :

1. Memperdalam pembahasan tentang bagaimana pentingnya menjaga ruang

terbuka hijau khususnya di wilayah perkotaan

2. Mengembangkan buku esai ini lebih banyak dan dapat ditingkatkan lagi foto

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Adi, Kusrianto. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi, 2007

Alwi, Audy Mirza. 2004 Foto Jurnalistik: Metode Memotret dan Mengirim Foto ke Media Massa. Jakarta: Bumi Aksara

Endarmoko, E. 2006. Tesaurus Bahasa Indonesia, Jakarta:PT Bumi Aksara

Hurlock, Elizabeth, B.1991. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga

Muktiono, Joko D. 2003. Aku Cinta Buku. Menumbuhkan Minat Baca Pada Anak. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Moleong. Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya

Rustan, Surianto. 2008. Layout Dasar dan Penerapannya. Jakarta: Gramedia

Rustan, Surianto. 2011. Font & Tipografi. Jakarta.: PT:G Gramedia

Prisma Haris Nurwayan, Winny Gunarti, Sri Rahayu Darmawani. 2009. Kombinasi Warna Komplementer. Jakarta Barat: PT. Gramedia

Pujriyanto. 2005. Desain Grafis Komputer: Teori Grafis Komputer. Yogyakarta:

Andi

Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia. 1988. Instruksi Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1988 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan. Jakarta : Depdagri.

Djamal, Zoer`aini I. 2005. Tantangan Lingkungan & Lansekap Hutan Kota. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumber Jurnal :

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20249496-R050912.pdf ( Diakases pada tanggal

10 Maret 2016 )

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-21195-Chapter1-346687.pdf (

(58)

 

 

Gambar

gambar tertentu yang memang dibutuhkan, untuk penegasan atau
Gambar, dapat menyampaikan sesuatu informasi atau pesan dengan lebih
gambar di salah satu kolom sementara dikolom lainnya hanya teks. Bisa juga di

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 4.44 merupakan desain layout yang berisi tentang penjelasan deskripsi dari jenis – jenis pakem batik mangrove dalam versi bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris yang

Pada metode ini peneliti dapat memplajari berbagai literature yang ada hubungannya dengan proses perancangan buku pengenalan reptil iguana hijau berbasis fotografi

Dalam perancangan buku travel guide wisata belanja pakaian grosir di kota Surabaya berbasis fotografi diperlukan beberapa proses penelitian agar dapat ditemukan

Dari permasalahan kurangnya kepedulian masyarakat Surabaya dan pernyataan bahwa monumen patut dilestarikan, sebuah Pembuatan Buku Monumen Bersejarah Sebagai Upaya

laminasi doff dingin Media utama dalam rancangan buku ilustrasi karakter jajanan tradisional khas surabaya dengan teknik vektor guna meningkatkan minat anak pada produk lokal

Pembahasan di metode penelitian yang digunakan dalam perancangan karya yaitu teknik pengumpulan data serta teknik pengolahannya dalam pembuatan buku Ilustrasi Batik

laminasi doff dingin Media utama dalam rancangan buku ilustrasi karakter jajanan tradisional khas surabaya dengan teknik vektor guna meningkatkan minat anak pada produk lokal

Konsep “Pleasure” bertujuan untuk menunjukkan bahwa buku city guide wisata Cagar Budaya kota Surabaya dapat memberikan kesan yang menyenangkan bagi para pembacanya dalam