(Studi Kasus RS Islam Yogyakarta PDHI)
Lokasi : Jl. Solo Km 12,5, Tirto Martani, Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta
Disusun Oleh : ELAN HADI WIBOWO
20060110033
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
i
(Studi Kasus RS Islam Yogyakarta PDHI)
Lokasi : Jl. Solo Km 12,5, Tirto Martani, Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta
Disusun Oleh : ELAN HADI WIBOWO
20060110033
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
ii
(Studi Kasus RS Islam Yogyakarta PDHI)
Lokasi : Jl. Solo Km 12,5, Tirto Martani, Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta
Disusun guna melengkapi persyaratan untuk mencapai derajat kesarjanaan Strata-1 (S1)
Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh : ELAN HADI WIBOWO
20060110033
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
v
kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik”
(Evelyn Underhill)
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya
bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari
sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya
kepada Tuhanmulah engkau berharap”
(QS. Al-Insyirah : 6-8)
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kamu. Dan
boleh jadi kamu mencintai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kamu. Allah
Maha mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui”
(QS. Al-Baqarah : 216)
“Barang siapa bertakwa pada Allah, maka Allah memberikan jalan keluar kepadanya dan memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Barang
siapa yang bertakwa pada Allah, maka Allah jadikan urusannya menjadi
mudah. Barang siapa yang bertakwa pada Allah akan dihapuskan
dosa-dosanya dan mendapatkan pahala yang agung”
(QS. Ath-Thalaq : 2,3,4)
“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, kehilangan jiwa (kematian) dan buah-buahan.
Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar”
vi
memberikan dukungan ataupun dorongan, baik secara moral maupun secara
materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini meskipun masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Persembahan karya tulis ini, penulis
haturkan kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberikan hambanya kekuatan, kesabaran dan
semangat dalam menghadapi segala cobaan serta memberikan kesehatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Almarhum Ibu dan Bapak, terimakasih sudah membesarkan dan mendidikku.
Do’aku menyertaimu, semoga tenang di Surga-Nya, amin.
3. Kakak dan Adik, mas dodi, mas teguh, mba indah dan adikku intan yang
selalu memberikan motivasi untuk segera menyelesaikan Skripsi.
4. Megawati, kekasih yang terkadang menyebalkan tapi merindukan.
5. Bapak Emil Adly, terimakasih atas bimbingannya selama ini, semoga Allah
membalas semua kebaikannya, amin.
6. Bapak Wahyu Widodo, terimakasih atas kebaikannya, semoga Allah selalu
memberikan kesehatan, amin
7. Ibu Anita Widianti, terimakasih atas segala bantuannya selama ini, semoga
Allah selalu memberikan kesehatan dan pahala yang berlipat ganda, amin.
8. Seluruh Dosen-dosen Teknik Sipil yang telah mengajarkan dan memberikan
ilmu selama ini, semoga bisa menjadi ilmu yang bermanfaat.
9. Karyawan-karyawan Jurusan Teknik Sipil dan Fakultas Teknik yang sudah
sering kurepotkan, semoga sehat dan sukses selalu.
10. Ibu Anna, terimakasih atas ijin penelitian di Rumah Sakit Islam Yogyakarta
PDHI.
11. Teman-teman ‘Wisma Damai’ yang selalu mengingatkan dan bertanya kapan
ix
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
INTISARI ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 2
C. Tujuan Penelitian ... 2
D. Manfaat Penelitian ... 3
E. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah... 3
F. Keaslian Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
A. Definisi Parkir ... 5
B. Jenis Parkir ... 7
C. Kapasitas Parkir ... 12
D. Kegiatan Parkir ... 13
E. Survei-survei Perparkiran ... 17
F. Pengendalian Parkir ... 18
G. Pengendalian Permintaan ... 19
H. Penelitian Sebelumnya ... 23
BAB III LANDASAN TEORI ... 30
A. Parkir ... 30
B. Satuan Ruang Parkir (SRP) ... 30
x
B. Lokasi Penelitian ... 52
C. Waktu Penelitian ... 53
D. Pengambilan Data ... 53
E. Pelaksanaan Penelitian ... 54
F. Rekapitulasi Data Penelitian ... 54
G. Analisis Data Penelitian ... 55
H. Tahap Survei ... 55
BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 60
A. Analisa Data Sekunder ... 60
B. Akumulasi Parkir ... 61
C. Volume Parkir ... 70
D. Tingkat Turnover ... 75
E. Indeks Parkir ... 76
F. Headway ... 79
G. Durasi Parkir ... 82
H. Kapasitas Ruang Parkir ... 86
I. Kebutuhan Ruang ... 87
J. Analisis Data Parkir ... 88
K. Analisa Data Rekomendasi ... 89
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 91
A. Kesimpulan ... 91
B. Saran ... 92
iv
ini terletak di Jl. Solo Dusun Cupuwatu, Kelurahan Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman KM 12,5 Daerah Istimewa Yogyakarta. Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI diharapkan untuk menyediakan fasilitas parkir sepeda motor yang memadai agar dapat menampung seluruh kendaraan karyawan dan pengunjung sehingga tidak menimbulkan kesemrawutan yang dapat mengganggu kelancaran proses pemeriksaan kesehatan yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah sepeda motor, karakteristik parkir (akumulasi parkir, volume parkir, tingkat turnover, indeks parkir, headway, durasi parkir, kebutuhan ruang parkir), dan rekomendasi.
Penelitian dilakukan dengan melakukan survei di lokasi penelitian, yaitu dengan mengukur luas area parkir, jumlah petak parkir dan mencatat plat nomor sepeda motor yang masuk dan keluar di titik/area pengamatan. Survei dilaksanakan selama 3 (tiga) hari, yaitu hari Jum’at, Minggu dan Selasa pada tanggal 16, 18, dan 20 Desember 2016. Data diambil pada pukul 07.00 – 22.00 WIB.
Hasil analisis data selama penelitian, diperoleh jumlah maksimal sepeda motor terbanyak 645 kendaraan pada hari Selasa, akumulasi parkir maksimal sebanyak 350 kendaraan pada hari Jum’at pukul 19.30 – 19.45, volume parkir terbesar 645 kendaraan pada hari Selasa, tingkat turnover terbesar 3,51 kendaraan/petak/hari pada hari Selasa, indeks parkir terbesar 190,2 % pada hari Jum’at, headway total rata-rata terbesar 3,24 menit/kendaraan pada hari Minggu, durasi parkir total rata-rata 130 menit pada hari Minggu dan kebutuhan ruang parkir 525 m2. Luas lahan parkir 545,94 m2 sedangkan kapasitas ruang parkir yang disediakan 276 m2 tidak mencukupi untuk menampung 525 m2. Sisa lahan parkir sebesar 269,94 m2, oleh karena itu peneliti merekomendasikan sisa lahan parkir sebelah utara dan timur dapat digunakan untuk menambahkan kebutuhan ruang parkir agar mampu menampung semua kendaraan karyawan dan pengunjung serta membuka pintu masuk/keluar sebelah timur agar memudahkan manuver tanpa harus berputar arah untuk keluar dari area parkir sepeda motor.
1
A. Latar Belakang
Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI adalah salah satu Rumah Sakit yang
didirikan oleh Persaudaraan Djama’ah Haji Indonesia (PDHI) dan merupakan
fasilitas pelayanan publik yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Rumah Sakit
ini terletak di Jl. Solo Dusun Cupuwatu, Kelurahan Purwomartani, Kecamatan
Kalasan, Kabupaten Sleman KM 12,5 Daerah Istimewa Yogyakarta dan
Operasional Pembangunannya dipimpin oleh Prof. DR. dr. H. Lamsudin, M.Med.,
Sc.,Sp. Sk sebagai Panitia Pembangunan yang dibentuk pada tanggal 1 Oktober
1992 (masih berstatus Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin) dan diresmikan
pada tanggal 2 Agustus 1997.
Seiring dengan meningkatnya pasien dan kepemilikan kendaraan bermotor
setiap tahunnya akan membawa konsekuensi pertambahan area parkir yang
diperlukan. Kenaikan kepemilikan kendaraan ini terkadang tidak diimbangi
dengan tersedianya prasarana yang memadai. Salah satu sarana transportasi adalah
lahan parkir, baik lahan parkir di badan jalan (on street parking) maupun tempat
parkir di lapangan atau gedung parkir (off street parking).
Oleh karenanya, Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI dituntut untuk
menyediakan fasilitas parkir yang memadai agar dapat menampung kendaraan
karyawan dan pengunjung yang datang sehingga tidak terjadi gangguan terhadap
lalu lintas dirumah sakit tersebut. Dengan demikian masyarakat sebagai pengguna
pelayanan kesehatan dapat terlayani dengan baik.
Kondisi ruang parkir di Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI saat ini
dengan Luas lahan parkir sepeda motor 545,94 m2 (100 kendaraan parkir
pengunjung, 24 kendaraan parkir karyawan, dan 60 kendaraan parkir sementara)
cukup baik/teratur, akan tetapi pada jam-jam tertentu ruang parkir terkadang tidak
mampu menampung kendaraan terutama kendaraan roda dua (sepeda motor).
Apabila masalah kebutuhan parkir kendaraan tersebut tidak segera diatasi maka
ini akan dapat mengganggu kelancaran proses pemeriksaan kesehatan yang ada.
Untuk mengatasi hal tersebut tentunya perlu dilakukan evaluasi kinerja ruang
parkir, sehingga tidak kita jumpai lagi kendaraan yang tidak mendapatkan tempat
parkir. Hal ini tentunya juga bertujuan untuk mewujudkan kenyamanan dan
kerapian parkir di Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui :
1. Berapa jumlah kendaraan roda dua (sepeda motor) yang parkir di Rumah
Sakit Islam Yogyakarta PDHI ?
2. Bagaimana kinerja parkir (akumulasi parkir, volume parkir, tingkat turnover,
indeks parkir, headway, durasi parkir, dan kebutuhan ruang parkir) di Rumah
Sakit Islam Yogyakarta PDHI ?
3. Bagaimana rekomendasi yang dapat diberikan kepada pihak pengelola parkir
Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, penelitian ini
bertujuan untuk :
1. Mengetahui berapa jumlah kendaraan roda dua (sepeda motor) di Rumah
Sakit Islam Yogyakarta PDHI.
2. Mengkaji karakteristik parkir sepeda motor di Rumah Sakit Islam Yogyakarta
PDHI yang meliputi : akumulasi parkir, volume parkir, tingkat turnover,
indeks parkir, headway, durasi parkir, dan kebutuhan ruang parkir.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian tentang Evaluasi Kinerja
Ruang Parkir pada Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI antara lain :
1. Menambah pengetahuan tentang perparkiran di Rumah Sakit serta
mengaplikasikan ilmu Teknik Sipil, khususnya program studi transportasi
dalam kehidupan nyata.
2. Memberikan informasi secara teknis pentingnya kebutuhan parkir untuk
mengantisipasi pertumbuhan parkir pada Rumah Sakit Islam Yogyakarta
PDHI.
3. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam merencanakan
pengembangan area parkir di Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI.
4. Menjadi referensi bagi penulis selanjutnya yang ingin menganalisis tentang
penelitian yang sejenis.
E. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah
Agar penelitian lebih terarah dan mencapai sasaran yang diharapkan, maka
pembahasannya meliputi :
1. Jenis kendaraan yang akan diteliti pada lahan parkir Rumah Sakit Islam
Yogyakarta PDHI adalah sepeda motor.
2. Perhitungan analisis parkir hanya berdasarkan data primer dan sekunder yang
diperoleh selama waktu penelitian.
3. Data kendaraan parkir diambil 3 (tiga) kali pada hari Jum’at, Minggu, dan
Selasa pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 22.00 WIB.
4. Peneliti tidak meneliti besarnya biaya parkir.
5. Pedoman penelitian mengacu pada Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan
Darat No.272/HK.105/DRJD/96 tentang Pedoman Perencanaan dan
F. Keaslian Penelitian
Peneliti serupa dengan ini pernah dilakukan sebelumnya adalah
“EVALUASI KAPASITAS PARKIR RS PKU MUHAMMADIYAH UNIT 2 YOGYAKARTA” oleh Indra (2016), yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah lokasi penelitian dan penelitian ini hanya tertuju
pada jenis kendaraaan sepeda motor. Dengan demikian, setahu penulis judul
mengenai “EVALUASI KARAKTERISTIK PARKIR SEPEDA MOTOR (Studi
Kasus RS Islam Yogyakarta PDHI)” pada tahun 2016 belum pernah ditulis oleh
5
A. Definisi Parkir
Kata parkir berasal dari kata park yang berarti taman. Menurut kamus
bahasa indonesia, parkir diartikan sebagai tempat menyimpan. Menurut
undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada pasal 1
ayat (15), parkir adalah keadaan kendaraan berhenti atau tidak bergerak untuk
beberapa saat dan ditinggalkan pengemudinya. Menurut Hobbs (1995), parkir
diartikan sebagai suatu kegiatan meletakan atau menyimpan kendaraan di suatu
tempat tertentu dalam jangka waktu yang tergantung kepada selesainya keperluan
dari pengguna kendaraan tersebut. Sedangkan menurut Warpani (1990), defenisi
parkir adalah meletakan keadaan pada suatu tempat atau areal untuk jangka waktu
(durasi parkir) tertentu. Lalu lintas berjalan menuju suatu tempat dan setelah
mencapai tempat tersebut, maka diperlukan tempat parkir. Kekurangan dalam hal
penyediaan fasilitas parkir yang memadai sesuai dengan permintaan yang
diharapkan dan diijinkan dapat menyebabkan kemacetan.
Di dalam Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor :
272/HK.105/DRJD/96 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir
disebutkan bahwa fasilitas parkir adalah lokasi yang ditentukan sebagai tempat
pemberhentian kendaraan yang tidak bersifat sementara untuk melakukan
kegiatan pada suatu kurun waktu. Tempat parkir di badan jalan (on street parking)
adalah fasilitas parkir yang menggunakan tepi jalan. Fasilitas parkir di luar jalan
(off street parking) adalah fasilitas parkir kendaraan di luar tepi jalan umum yang
dibuat khusus atau penunjang kegiatan yang dapat berupa tempat parkir atau
gedung parkir.
Dengan meningkatnya tingkat perjalanan maka kebutuhan akan ruang
parkir dikhawatirkan juga semakin meningkat. Hal ini tidak menutup
kemungkinan akan perlunya kualitas lahan dan tata ruang yang digunakan untuk
kapasitas parkir. Dalam membahas masalah perparkiran, perlu diketahui beberapa
istilah penting, antara lain :
1. Kapasitas Parkir adalah kapasitas parkir (nyata)/kapasitas yang terpakai
dalam satu-satuan waktu atau kapasitas parkir yang disediakan (parkir
kolektif) oleh pihak pengelola.
2. Kapasitas Normal adalah kapasitas parkir (teoritis) yang dapat digunakan
sebagai tempat parkir yang dinyatakan dalam kendaraan. Kapasitas parkir
dalam gedung perkantoran tergantung dalam luas lantai bangunan, maka
makin besar luas lantai bangunan, makin besar pula kapasitas normalnya.
3. Durasi Parkir adalah lamanya suatu kendaraan parkir pada suatu lokasi.
4. Kawasan Parkir adalah kawasan pada suatu area yang memanfaatkan badan
jalan sebagai fasilitas dan terdapat pengendalian parkir melalui pintu masuk.
5. Kebutuhan Parkir adalah jumlah ruang parkir yang dibutuhkan yang besarnya
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tingkat pemilikan kendaraan pribadi,
tingkat kesulitan menuju daerah yang bersangkutan, ketersediaan angkutan
umum, dan tarif parkir.
6. Lama Parkir adalah jumlah rata-rata waktu parkir pada petak parkir yang
tersedia yang dinyatakan dalan ½ jam, 1 jam, 1 hari.
7. Puncak Parkir adalah akumulasi parkir rata-rata tertinggi dengan satuan
kendaraan.
8. Jalur Sirkulasi adalah tempat yang digunakan untuk pergerakan kendaraan
yang masuk dan keluar dari fasilitas parkir.
9. Jalur Gang adalah jalur dari dua deretan ruang parkir yang berdekatan.
10. Retribusi Parkir adalah pungutan yang dikenakan pada pemakai kendaraan
B. Jenis Parkir
Lalu lintas baik yang bergerak pada suatu saat akan berhenti. Setiap
perjalanan akan sampai pada tujuan sehingga kendaraan harus parkir. Sarana
perparkiran merupakan bagian dari sistem transportasi dalam perjalanan mencapai
tujuan karena kendaraan yang digunakan memerlukan parkir.
Sarana parkir ini pada dasarnya dapat diklasifikasikan menjadi (Direktorat
Jenderal Perhubungan Darat, 1998) :
1. Parkir menurut penempatannya
a. Parkir di jalan (on street parking)
Parkir di tepi jalan umum adalah jenis parkir yang penempatannya di
sepanjang tepi badan jalan dengan ataupun tidak melebarkan badan jalan
itu sendiri bagi fasilitas parkir. Parkir jenis ini sangat menguntungkan bagi
pengunjung yang menginginkan parkir dekat dengan tempat tujuan.
Tempat parkir ini dapat ditemui dikawasan pemukiman berkepadatan
cukup tinggi serta pada kawasan pusat perdagangan dan perkantoran yang
umumnya tidak siap untuk menampung pertambahan dan perkembangan
jumlah kendaraan yang parkir. Kerugian parkir jenis ini dapat mengurangi
kapasitas jalur lalu lintas yaitu badan jalan yang digunakan sebagai tempat
parkir. Parkir ini terdiri dari (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat,
1998) :
1) Parkir di daerah perumahan
Akibat dari terus meningkatnya volume kendaraan di jalan serta
hambatan yang diakibatkan oleh parkir kendaraan seperti
terganggunya kelancaran lalu lintas dan penurunan kelas jalan, hampir
pada pusat kota kebijaksanaan mengenai perparkiran mutlak
diperlukan. Dalam sistem parkir di perumahan, sebenarnya terdapat
disbenefit/kerugian dari berjejernya parkir disepanjang trotoar jalan,
namun hal tersebut tertutupi dengan berkurangnya kecepatan
kendaraan akibat keberadaan parkir di jalan tersebut yang secara tidak
langsung akan meningkatkan keselamatan bagi penghuni di sekitar
ruang parkir dan parkir dijalanpun dapat dilakukan. Namun pada
daerah pemukiman yang berada dekat dengan pusat kota, kontrol
tersebut tetap diperlukan jika kondisi transportasi tetap efektif.
Terdapat dua cara kontrol terhadap sistem parkir ini yaitu parkir gratis
bagi penghuni (dengan menempelkan tanda tertentu yang dapat berupa
stiker dan ditempelkan di kendaraan) dan bayaran dengan kartu yang
dicap harian.
2) Parkir di pusat kota, tidak terkontrol (uncontrolled)
Pada parkir jenis ini terdapat 4 macam alternatif cara parkir kendaraan
yaitu :
a) Paralel terhadap jalan
b) Tegak lurus terhadap jalan
c) Diagonal atau membentuk sudut terhadap jalan
d) Di tengah jalan yang cukup lebar, baik secara diagonal maupun
tegak lurus terhadap jalan.
Untuk jalan yang tidak terlalu lebar, dapat digunakan sistem paralel.
Sistem diagonal sebenarnya dapat menampung lebih banyak mobil
tetapi untuk itu disepanjang pinggiran jalan harus diperkeras. Parkir
diagonal memang tidak umum, namun sebenarnya dapat menampung
lebih banyak kendaraan. Di sisi lain, cara ini juga akan banyak
mengurangi lebar jalan. Kesulitan lainnya adalah waktu untuk keluar
dari area parkir (manuver) yang akan memakan waktu lebih lama jika
dibandingkan dengan sistem parkir paralel. Sampai dengan saat ini
nampaknya parkir paralel dirasakan paling tepat karena selain tidak
terlalu banyak memakan tempat untuk manuver juga jauh lebih sedikit
mengambil lebar jalan dan kecil kemungkinan menyebabkan
kecelakaan (Pusdiklat Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998).
3) Parkir di pusat Kota, terkontrol (controlled)
Ada tiga jenis metode kontrol yang dapat dipergunakan oleh
perencana tranportasi :
Petunjuk umum yang dapat digunakan untuk pembatasan waktu
(lamanya) parkir adalah :
1.a 1 (satu) jam untuk daerah perkotaan.
2.a 2 (dua) jam untuk daerah pinggiran dan sekitarnya.
3.a 10-20 menit di daerah tertentu misalnya seperti Bank dan
kantor pos.
b) Disc Parking
Dengan sistem ini pemilik kendaraan diminta untuk memperagakan
kartu atau disc yang memperlihatkan waktu kedatangan kendaraan
pada ruang parkir.
c) Parkir meter
Terdiri atas jam pengukur waktu, dimana jam berfungsi untuk
mengukur lamanya parkir tersebut berputar sesuai dengan jumlah
uang yang dimasukkan. Jadi seolah-olah si pemarkir membeli
waktu pada ruang parkir tersebut. Alat pengukur tersebut
disamping memperlihatkan pembatasan waktu, sekaligus
mengumpulkan uang pula.
b. Parkir di luar jalan (off street parking)
Untuk menghidari terjadinya hambatan akibat parkir kendaraan di jalan
maka parkir kendaraan di jalan maka parkir di luar jalan (off street
parking) menjadi pilihan terbaik. Terdapat dua jenis parkir di luar jalan,
yaitu :
1) Pelataran parkir
Pelataran parkir di daerah pusat kota sebenarnya merupakan suatu
bentuk yang tidak ekonomis. Karena itu di pusat kota seharusnya
jarang terdapat peralatan parkir yang dibangun oleh gedung-gedung
yang berkepentingan, dimana masalah keuntungan ekonomi dari
parkir bukan lagi merupakan suatu hal yang penting.
Saat ini bentuk yang dipakai adalah gedung parkir bertingkat, dengan
jumlah lantai yang optimal 5, serta kapasitas sekitar 500 sampai 700
mobil. Terdapat dua alternatif biaya parkir yang akan diterima oleh
pemakai kendaraan, tergantung pada pihak pengelola parkir, yaitu
pihak pemerintah setempat menerapkan biaya nominal atau
pemerintah setempat menyerahkan pada pihak operator komersial
yang menggunakan biaya struktural. Biasanya pemerintah lokal
mengatasi defisit parkir di luar jalan tadi dengan Dana Pajak (Rate
Fund) atau dari surplus parkir meter. Berbeda dengan pihak swasta
yang terlibat dalam properti, pihak swasta yang terlibat dalam bisnis
perparkiran ini tidak menerima subsidi dari pemerintah sehingga tidak
ada cara lain untuk tetap dapat berbisnis di bidang ini dan
mendapatkan profit. Hal inilah yang perlu mendapatkan pengawasan
dari pemerintah dalam pelaksanaannya, sebab penerapan tarif oleh
pengelola yang tujuannya adalah untuk mendapatkan keuntungan akan
menerapkan tarif yang lebih tinggi dari tarif yang seharusnya. Hal ini
tentu akan merugikan masyarakat sebagai pengguna jasa parkir dan
mengurangi kenyamanan dalam penggunaannya.
Gambar 2.1. Model-Model Pola Parkir Sumber : Miro, 1997
2. Parkir menurut statusnya
a. Parkir umum adalah perparkiran yang menggunakan tanah, jalan, dan
lapangan yang memiliki/dikuasai dan pengelolaannya diselenggarakan
badan jalan umum yang dikuasai atau milik pemerintah yang termasuk
bagian dari tempat parkir umum ini adalah parkir di tepi jalan umum.
b. Parkir khusus adalah perparkiran yang menggunakan tanah-tanah yang
tidak dikuasai oleh Pemerintah Daerah yang pengelolanya diselenggarakan
oleh pihak lain baik berupa badan usaha maupun perorangan. Tempat
parkir khusus ini berupa kendaraan bermotor dengan mendapatkan ijin dari
Pemerintah Daerah. Parkir khusus meliputi gedung parkir, peralatan
parkir, tempat parkir gratis dan garasi. Gedung parkir adalah tempat parkir
pada suatu bangunan atau bagian bangunan. Peralatan parkir adalah tempat
parkir yang tidak memungut bayaran dari pemilik kendaraan yang parkir di
suatu lokasi. Tempat penitipan kendaraan atau garasi adalah
tempat/bangunan atau bagian bangunan milik perorangan, Pemerintah
Daerah atau badan hukum yang diperuntukkan sebagai tempat
penyimpanan kendaraan bermotor dengan memungut bayaran/sewa dan
dengan diselenggarakan secara tetap.
c. Parkir darurat/insidentil adalah perparkiran di tempat-tempat umum baik
yang menggunakan lahan tanah, jalan-jalan, lapangan-lapangan milik
Pemerintah Daerah maupun swasta karena kegiatan insendentil.
d. Taman parkir adalah suatu areal bangunan perparkiran yang dilengkapi
fasilitas sarana perparkiran yang pengelolanya diselenggarakan oleh
Pemerintah Daerah.
e. Gedung parkir adalah bangunan yang dimanfaatkan untuk tempat parkir
kendaraan yang penyelenggaraannya oleh pemerintah atau pihak ketiga
yang telah mendapat ijin dari Pemerintah Daerah.
3. Parkir menurut jenis kendaraannya
Menurut jenis kendaraan yang diparkir, terdapat beberapa macam parkir yang
bertujuan mempermudah pelayanan, yaitu :
a. Parkir untuk kendaraan roda dua tidak bermesin (sepeda).
b. Parkir untuk becak, andong, dan dokar.
d. Parkir untuk kendaraan roda tiga, empat atau lebih dan bermesin (bemo,
mobil, truk, dan lain-lain).
4. Parkir menurut tujuannya
a. Parkir penumpang yaitu parkir untuk menaikkan dan menurunkan
penumpang.
b. Parkir barang yaitu parkir untuk bongkar/muat barang.
Keduanya sengaja dipisahkan agar satu sama lain masing-masing kegiatan
tidak saling menunggu.
5. Parkir menurut jenis kepemilikan dan pengoperasiannya
Menurut jenis kepemilikan dan pengoprasian parkir dapat digolongkan
menjadi :
a. Parkir milik dan yang mengoperasikan Pemerintah Daerah.
b. Parkir milik Pemerintah Daerah dan yang mengoperasikan adalah swasta.
c. Parkir milik dan yang mengoperasikan swasta.
C. Kapasitas Parkir
Kapasitas parkir adalah banyaknya kendaraan yang dapat ditampung oleh
suatu lahan parkir selama waktu pelayanan. Dalam mengukur kebutuhan parkir
digunakan Satuan Ruang Parkir (SRP), menurut pedoman teknis penyelenggaraan
parkir. Satuan ruang parkir adalah ukuran luas efektif untuk meletakan kendaraan
(mobil penumpang, bus/truk, sepeda motor), termasuk ruang bebas dan lebar
bukaan pintu (Departemen Perhubungan Darat, 1998).
Besar ruang parkir yang diperlukan untuk menampung kendaraan parkir
tergantung jumlah dan jenis kendaraan, sudut parkir, pola parkir dan karakteristik
penggunaan tempat parkir (Departemen Perhubungan Darat, 1998). Untuk itu
kapasitas parkir harus diperhitungkan dengan sedemikian rupa sehingga tidak
hanya didasarkan pada volume maksimum pada kondisi sibuk, namun juga harus
durasi waktu maupun akumulasi parkir selama selang waktu tertentu hal ini sangat
penting karena penentuan kapasitas yang tidak optimal pada akhirnya akan
mengakibatkan perencanaan daerah parkir yang tidak optimal pula.
Kondisi ini akan mewujudkan kemungkinan suatu lahan parkir dapat
menampung sejumlah kendaraan pada kondisi jam sibuk namun pada waktu
lainnya akan banyak ruang kosong atau dapat pula terjadi sebaliknya dimana pada
jam normal sekalipun, banyak kendaraan yang tidak tertampung.
Secara umum pola parkir dapat dibagi menjadi tiga jenis pola parkir
menurut sudut parkirnya, (Departemen Perhubungan Darat, 1998) yaitu sebagai
berikut :
1. Pola parkir paralel (0o).
2. Pola parkir membentuk 90o.
3. Pola parkir membentuk sudut 30o, 45o, dan 60o.
Pola parkir yang diterapkan di pelataran parkir untuk jenis sepeda motor
golongan III (Departemen Perhubungan Darat, 1998) adalah sebagai berikut :
1. Parkir kendaraan satu sisi.
2. Parkir kendaraan dua sisi.
3. Pola parkir pulau.
D. Kegiatan Parkir
Kegiatan parkir adalah kecenderungan pengguna kendaraan untuk
melakukan perparkiran dan dapat dibagi menjadi 2 (dua) seperti yang ada dibawah
ini :
1. Kegiatan Parkir yang tetap
a. Pusat Perdagangan
Parkir di pusat perdagangan ini ada dua macam yaitu pekerja dan
pengunjung. Pekerja umumnya parkir untuk jangka waktu panjang dan
Tabel 2.1. Ukuran Kebutuhan Ruang Parkir Perdagangan
Luas areal total (100 m2) 10 20 50 100 500 1000 1500 2000
Kebutuhan (SRP) 59 67 88 125 415 777 1140 1502
Sumber : KD. No.272/HK.105/DRJD/96
b. Pusat Perkantoran
Parkir di pusat perkantoran adalah parkir jangka panjang kebutuhan luas
parkirnya disesuaikan dengan jumlah karyawan.
Tabel 2.2 Ukuran Kebutuhan Ruang Parkir Perkantoran
Jumlah Karyawan 1000 1250 1500 1750 2000 2500 3000 4000 5000
Kebutuhan (SRP)
Administrasi 235 236 237 238 239 240 242 246 249
Pelayanan Umum 288 289 290 291 291 293 295 298 302
Sumber : KD. No.272/HK.105/DRJD/96
c. Pasar Swalayan
Parkir di pasar swalayan terbagi menjadi dua yaitu pekerja dan
pengunjung. Pekerja parkir lebih lama dibandingkan pengunjung.
Tabel 2.3. Ukuran Kebutuhan Ruang Parkir Swalayan
Luas Areal Total (100 m2) 50 75 100 150 200 300 400 500 1000
Kebutuhan (SRP) 225 250 270 310 350 440 520 600 1050
Sumber : KD. No.272/HK.105/DRJD/96
d. Pasar
Parkir di pasar terdiri dari para pedagang, pekerja dan pengunjung. Untuk
para pedagang dan pekerja durasi parkir lebih panjang daripada para
pengunjung.
Tabel 2.4. Ukuran Kebutuhan Ruang Parkir Pasar
Luas Areal Total (100 m2) 40 50 75 100 200 300 400 500 1000
Kebutuhan (SRP) 160 185 240 300 520 750 970 1200 2300
Sumber : KD. No.272/HK.105/DRJD/96
e. Sekolah/Perguruan tinggi
Parkir sekolah/perguruan tinggi terdiri dari pekerja/guru dosen dan
siswa/mahasiswa parkir biasanya dalam jangka waktu pendek, sedangkan
untuk pekerja/guru/dosen jangkanya lebih panjang.
Tabel 2.5. Ukuran Kebutuhan Ruang Parkir Sekolah/Perguruan Tinggi
Jumlah Mahasiswa (Org) 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 11000 12000
Kebutuhan (SRP) 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240
f. Tempat Rekreasi
Tempat parkir di tempat rekreasi biasanya sangatlah ramai pada hari libur
sehingga jumlahnya meningkat dari hari biasa
Tabel 2.6. Ukuran Kebutuhan Ruang Parkir Rekreasi
Luas Areal Total (100 m2) 50 100 150 200 400 800 1600 3200 6400
Kebutuhan (SRP) 103 109 115 122 146 196 295 494 892
Sumber : KD. No.272/HK.105/DRJD/96
g. Hotel dan Penginapan
Kebutuhan untuk ruang parkir ini berdasrkan jumlah kamar, tarif
penyewaan kamar dan acara-acara seperti seminar dan pernikahan.
Tabel 2.7. Ukuran Kebutuhan Ruang Parkir Hotel dan Penginapan
Jumlah Kamar (Buah) 100 150 200 250 350 400 550 600 650
Sumber : KD. No.272/HK.105/DRJD/96
h. Rumah Sakit
Kebutuhan Rumah Sakit biasanya berdasarkan tarif rumah sakit itu sendiri
serta jumlah kamar yang tersedia.
Tabel 2.8. Ukuran Kebutuhan Ruang Parkir Rumah Sakit
Jumlah Tempat Tidur (Buah) 50 75 100 150 200 300 400 500 1000
Kebutuhan (SRP) 97 100 104 111 118 132 146 160 230
Sumber : KD. No.272/HK.105/DRJD/96
2. Kegiatan Parkir yang bersifat sementara
a. Bioskop
Ruang parkir untuk gedung bioskop disesuaikan dengan jumlah pekerjanya
serta jumlah seat/tempat duduk yang ada di teaternya. Durasi parkir
berkisar 1,5 jam sampai 2 jam sehingga waktu keluar yang bersamaan
membuat pintu keluar dan jalan keluar harus cukup besar atau lebih dari
satu sehingga memudahkan pengunjung untuk keluar.
Tabel 2.9. Ukuran Kebutuhan Ruang Parkir Bioskop
Jumlah Tempat duduk (Buah) 300 400 500 600 700 800 900 1000
Kebutuhan (SRP) 198 202 206 210 214 218 222 227
b. Gelanggang Olahraga
Dalam pertandingan ini durasi biasanya 2 (dua) jam atau justru lebih dari
itu. Keluar yang bersamaan juga mengharuskan pintu keluar yang besar
untuk tempat ini.
Tabel 2.10. Ukuran Kebutuhan Ruang Parkir Gelanggang Olahraga
Jumlah Tempat duduk (Buah) 1000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 15000
Kebutuhan (SRP) 230 235 290 340 390 440 490 540 790
Sumber : KD. No.272/HK.105/DRJD/96
Berdasarkan ukuran ruang parkir yang dibutuhkan yang belum tercakup di
atas dapat dilihat pada Tabel 2.11 dibawah ini :
Tabel 2.11. Ukuran Kebutuhan Ruang Parkir
Peruntukan Satuan (SRP untuk mobil penumpang)
SRP/100 m2 luas lantai efektif
SRP/100 m2 luas lantai efektif
SRP/100 m2 luas lantai efektif
3,5 – 7,5
E. Survei-survei Perparkiran
Survei kebutuhan parkir dapat dibedakan menjadi beberapa macam
(Hobbs, 1995).
1. Perhitungan di tapal batas perencanaan (condon count)
Survei perhitungan di tapal batas dilakukan dengan merencanakan daerah
yang akan di survei dikelilingi (di tapal-tapal batas) oleh pos-pos pengawasan
dan perhitungan yang didirikan pada semua persimpangan jalan. Kemudian
pada tiap pos, dilakukan perhitungan terpisah antara kendaraan yang masuk
dan yang keluar, per jam atau per periode waktu yang lebih pendek.
Penjumlahan secara aljabar semua kendaraan yang masuk atau keluar
menghasilkan akumulasi seluruh kendaraan pada area tersebut. Akumulasi ini
menunjukkan jumlah kendaraan yang diparkir dan yang berjalan pada area
tersebut, dan jumlah ini merupakan ukuran fasilitas parkir yang dibutuhkan.
2. Wawancara langsung
Survei wawancara langsung dilakukan dengan melakukan wawancara secara
langsung terhadap pengendara kendaraan yang berparkir pada daerah studi
tentang asal dan tujuan perjalanan serta maksud melakukan parkir. Informasi
ini bersama dengan informasi lama waktu parkir, memungkinkan perumusan
karakteristik parkir utama.
3. Survei cara patroli
Survei cara patroli dilakukan dengan membagi beberapa bagian wilayah studi
sehingga dapat dipatroli setiap setengah jam, satu jam atau interval waktu
lainnya yang lebih memadai. Pada tiap kali patroli, dihitung jumlah
akumulasi parkir selama survei.
4. Survei fasilitas yang ada
Survei fasilitas parkir adalah survei tentang inventarisasi ruang parkir yang
tersedia atau yang memungkinkan untuk dikembangkan selanjutnya.
Inventarisasi merinci tentang tipe parkir dan pembatasan waktu parkir (F.D.
F. Pengendalian Parkir
Salah satu kebijakan parkir adalah menerapkan pembatasan kegiatan
parkir. Pembatasan kegiatan parkir dilakukan terhadap parkir dipinggir jalan yang
diterapkan terutama di jalan-jalan utama dan pusat-pusat kota. Kebijakan ini akan
sangat efektif untuk meningkatkan tingkat pelayanan jaringan jalan atau untuk
menyeimbangkan antara permintaan dan pembayaran kembali atas investasi
keuangan untuk pembangunan prasarana dan perawatan fasilitas yang ada.
(Direktorat Jenderal Perhubungan Darat : 1995;113).
Pada umumnya semakin dekat arah pergerakan menuju pusat kota, akan
semakin banyak menemui hambatan-hambatan pada saat mengemudikan
kendaraan. Hambatan hambatan tersebut di sebabkan oleh semakin besarnya
tingkat kegiatan-kegiatan yang ada, dimana salah satu penghambat yang penting
adalah parkir dipinggir jalan. Berbeda dengan pergerakan menuju arah yang
keluar dari pusat kota, yaitu semakin ke jauh dari pusat kota semakin sedikit pula
hambatan-hambatan yang ditemui.
Sejauh ini, aspek yang dibahas dari pengendalian parkir adalah dengan
orientasi komersil. Sedangkan tujuan dari pengendalian parkir itu sendiri adalah
(Direktorat Jenderal Perhubungan Darat : 1998;146) :
1. Mencegah terjadinya hambatan arus kendaraan.
2. Mengurangi kecelakaan.
3. Membuat penggunaan tempat parkir menjadi lebih efektif.
4. Memelihara benda sejarah, sekiranya berada di suatu kota dengan nilai
sejarah yang tinggi.
5. Bertindak sebagai mekanisme pembatas terhadap penggunaan jalan di daerah
yang padat.
Saat ini bahkan pengendalian parkir merupakan satu-satunya metode untuk
membatasi pergerakan kendaraan yang dapat dilakukan oleh seorang perencana
sistem transportasi yang komperhensif dan terintegrasi. Dulu, pengendalian parkir
diterapkan terutama untuk mengurangi hambatan kendaraan dan untuk
dengan mengganti parkir di jalan (on street parking) menjadi parkir di luar jalan
(on street parking).
Pengendalian parkir telah dimanfaatkan untuk mempengaruhi demand
kota yang terjadi, mencegah orang untuk melakukan perjalanan dengan
menggunakan mobil dan mengalihkannya ke penggunaan transportasi publik.
Namun sampai saat ini, pencegahan pembawaan mobil tersebut tidak diterapkan
pada semua kendaraan, hanya pada mereka yang memang tidak membutuhkan
kendaraan. Seseorang yang hanya mengendarai kendaraannya selama beberapa
saat untuk bekerja dengan tingkat isian kendaraan 1,5 orang per mobil, kemudian
meninggalkan kendaraannya tersebut sampai dengan waktu yang lama, perlu
dicegah pergerakan dengan kendaraan pribadinya tersebut. Bagi mereka yang
melakukan perjalanan dan parkir, pencegahan tidak dilakukan.
Jadi tujuan dari kebijakan perparkiran di pusat kota adalah meningkatkan
para pemarkir jangka pendek (misalnya para pemarkir untuk shopping) dan
mencegah pemarkir jangka panjang (misalnya komuter).
G. Pengendalian Permintaan
Bila permintaan parkir telah melampaui penyediaan tempat parkir, yang di
tandai dengan banyaknya pelanggaran terhadap parkir di tempat yang seharusnya
tidak boleh parkir ganda.
Pengendalian utama yang sejauh ini telah dibahas adalah mengenai
tempatnya. Akan tetapi harga dan biaya adalah penting juga mengingat
pengendalian tersebut dapat digunakan secara bersama agar penawaran tempat
parkir yang tersedia dapat disesuaikan dengan permintaan. Parkir dikendalikan
melalui suatu kombinasi atas suatu pembatasan-pembatasan tempat, waktu dan
biaya. Pengendalian dengan waktu dan biaya berkaitan dengan usaha untuk
menyeimbangkan penawaran, permintaan dan pembayaran kembali atas investasi
keuangan untuk pembangunan prasarana dan perawatan. Pembatasan-pembatasan
1. Pembatasan lokasi/tempat parkir kendaraan, terutama dimaksudkan untuk
mengendalikan arus lalu lintas kendaraan pribadi di suatu daerah tertentu atau
untuk membebaskan suatu daerah/koridor tertentu dari kendaraan yang parkir
dipinggir jalan karena alasan kelancaran lalu lintas.
2. Pembatasan waktu parkir pada suatu koridor tertentu, misalnya pada suatu
koridor pada jam sibuk pagi harus bebas parkir karena tempat parkir tersebut
digunakan untuk mengalirkan arus lalu lintas.
3. Penetapan tarif parkir optimal sehingga pendapatan asli daerah dapat
dioptimalkan sedang arus lau lintas tetap dapat bergerak dengan lancar.
4. Pembatasan waktu parkir biasanya diwujudkan dengan penetapan tarif
progresif menurut lamanya waktu parkir.
5. Pembatasan-pembatasn pengeluaran ijin penggunaan parkir.
6. Pembatasan waktu terhadap akses parkir.
Dan di dalam Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor :
272/HK.105/DRJ/96 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir
disebutkan bahwa terdapat aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh setiap orang
yang memarkirkan kendaraan pada tempat yang sudah ditentukan, adapun
tempat-tempat yang dilarang yaitu :
1. Sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah tempat penyeberangan pejalan kaki
atau tempat penyeberangan sepeda yang telah ditentukan.
Gambar 2.2. Larangan Parkir Pada Zebra Cross (KD No.272/HK.105/DRJD/96)
2. Sepanjang 25 meter sebelum dan sesudah tikungan tajam dengan radius
Gambar 2.3. Larangan Parkir Pada Tikungan Tajam (KD No.272/HK.105/DRJD/96)
3. Sepanjang 50 meter sebelum dan sesudah jembatan.
Gambar 2.4. Larangan Parkir Pada Jembatan (KD No.272/HK.105/DRJD/96)
4. Sepanjang 100 meter sebelum dan sesudah perlintasan kereta api sebidang.
Gambar 2.5. Larangan Parkir Pada Lintasan Kereta Api (Diagonal) (KD No.272/HK.105/DRJD/96)
Dan dapat juga di lihat pada Gambar 2.6 posisi diagonal rel kereta terhadap
jalan raya sehingga kendaraan yang parkir bisa menjadikan pedoman.
5. Sepanjang 25 meter sebelum dan sesudah persimpangan.
Gambar 2.7. Larangan Parkir Pada Simpang (KD No.272/HK.105/DRJD/96)
6. Sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah akses bangunan gedung.
Gambar 2.8. Larangan Parkir Pada Akses Bangunan Gedung (KD No.272/HK.105/DRJD/96)
7. Sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah keran pemadam kendaraan.
H. Penetian Sebelumnya
1. Joko Supriyanto (2014) melakukan penelitian tentang “EVALUASI
KINERJA PARKIR DI RSU HAJI SURABAYA” untuk mengetahui pemodelan parkir, Satuan Ruang Parkir (SRP), dan analisa kebutuhan parkir.
Penelian ini diawali dengan melakukan studi pendahuluan, studi pustaka,
pengumpulan data (primer dan sekunder) pada tanggal 27 Maret 2014 dan 3
April 2014 dengan melakukan analisa data dan pembahasan sehingga
didapatkan kebutuhan ruang parkir untuk masing-masing kendaraan. Dari
hasil analisa dan perhitungan maka dapat diambil kesimpulan :
a. Berdasarkan hasil penelian diketahui jumlah kendaraan yang parkir saat
jam sibuk pada periode akhir bulan tanggal 27 Maret 2014 yaitu 1349 unit
sepeda motor dan 339 unit mobil. Sedangkan pada periode awal bulan
tanggal 3 April 2014 yaitu 1422 unit sepeda motor dan 327 unit mobil.
b. Karakteristik sepeda motor dan mobil yang terjadi pada jam puncak parkir
sepeda motor dan mobil terjadi pada periode awal bulan tanggal 3 April
2014. Saat jam puncak parkir sepeda motor terjadi pada pukul 08.00 -
08.29 WIB, sedangkan untuk mobil terjadi pada pukul 09.00-09.59 WIB.
Sehingga kinerja parkir di RSU Haji Surabaya untuk saat ini masih
bermasalah.
c. Setelah direncanakan perhitungan tarif parkir dengan menggunakan tarif
parkir umum/progresif dan tarif parkir berdasrkan perda Surabaya No. 9
Tahun 2012 Pasal 8 (tentang retribusi tempat khusus parkir). Dapat ditarik
kesimpulan bahwa tarif parkir umum/progresif lebih menguntungkan
secara materi jika diterapkan sistem perparkiran RSU Haji Surabaya.
d. Dari analisa penelian diketahui kekurrangan SRP (Satuan Ruang Parkir)
untuk sepeda motor sebanyak 241 SRP, sedangkan untuk mobil sebanyak
64 SRP. Untuk itu rekomendasi yang dapat diberikan ke pihak pengelola
parkir RSU Haji Surabaya sebaiknya mulai menyiapkan lahan/tempat
parkir baru untuk sepeda motor seluas 550 m2 dan untuk mobil seluas 1100
m2 guna menutupi kekurangan SRP tersebut.
2. Basuki Hidayat (2014) melakukan penelitian tentang “STUDI
KARAKTERISTIK LAHAN PARKIR DI RUMAH SAKIT MITRA
KELUARGA CIBUBUR” penelitian ini dilakukan dengan metode survai
selama 7 hari dengan waktu pengamatan 12 jam/hari yaitu pada pukul 07.00
WIB sampai dengan pukul 19.00 WIB untuk mengetahui karakteristik parkir
dan kebutuhan jumlah parkir di Rumah Sakit Mitra Keluarga Cibubur. Dari
hasil penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Karakteristik parkir
1) Volume parkir mobil maksimum 346 kendaraan dan 262 kendaraan
untuk volume parkir motor.
2) Akumulasi parkir mobil maksimum 111 kendaraan/jam dan 80
kendaraan/jam untuk akumulasi parkir motor.
3) Indeks parkir mobil maksimum pada hari minggu sebesar 38,58% dan
30,62% untuk indeks parkir motor.
4) Durasi parkir mobil yang paling lama yaitu selama dua jam atau
36,88% dari kendaraan yang parkir dan dua jam atau 37,20% dari
kendaraan yang parkir untuk durasi parkir motor.
5) Pergantian parkir (turnover parking) mobil tertinggi pada hari minggu
pergantian parkir sebanyak 1,48 kendaraan/petak. Pergantian parkir
(turnover parking) motor tertinggi terjadi pada hari minggu dengan
pergantian parkir sebanyak 1,24 kendaraan/petak.
b. Kebutuhan jumlah parkir
Berdasrkan bakuan kebutuhan Satuan Ruang Parkir (SRP) pada Rumah
Sakit Mitra Keluarga Cibubur yang berjumlah 150 tempat tidur adalah 111
Satuan Ruang Parkir (SRP), sehingga lahan parkir di Rumah Sakit Mitra
Keluarga Cibubur memenuhi standar bakuan kebutuhan satuan ruang
parkir (SRP) yaitu berjumlah 234 satuan ruang parkir (SRP) sehingga
3. Thomas Dedy Mahotama Dan Jeanne Ellyawati (2015) melakukan penelitian
tentang “PENATAAN KEMBALI TATA LETAK FASILITAS PARKIR SEPEDA MOTOR DI STASIUN KERETA API LEMPUYANGAN YANG
BERORIENTASI KONSUMEN” pada penelian ini bertujuan untuk
mengetahui karakteristik parkir dan membuat desain tata letak yang ideal agar
memberikan kenyamanan bagi penggunan fasilitas parkir sepeda motor di
Stasiun Kereta Api Lempuyangan. Penelitian dilakukan dengan
mengumpulkan data primer dan sekunder yang bersumber dari PT. Reska
Multi Usaha Area 3 Yogyakarta selaku pengelola fasilitas parkir Stasiun
Kereta Api Lempuyangan. Berdasarkan analisis hasil penelitian yang
dilakukan di fasilitas parkir SKA Lempuyangan selama 7 x 24 jam (1
minggu) pada hari sabtu tanggal 31 Oktober 2015 hingga hari Sabtu tanggal 7
November 2015 dapat diambil kesimpulan :
a. Fasilitas parkir Stasiun Kereta Api (SKA) Lempuyangan tidak memiliki
permasalahan dengan kapasitas parkir dilihat dari akumulasi parkir sebesar
321 kendaraan dibandingkan dengan kapasitas tata letak saat ini sebesar
446 kendaraan serta penggunaan parkir sebesar 71,97 %. Namun fasilitas
parkir SKA Lempuyangan memiliki permasalahan dengan tata letak parkir
dimana fasilitas belum dilengkapi dengan garis pembatas petak dan gang
akses parkir yang tidak tersedia bagi 193 sepeda motor.
b. Solusi tata letak A cenderung mengutamakan kapasitas maksimum yaitu
438 kendaraan namun tetap memiliki kenyamanan yang cukup dengan
tersedianya akses gang sebesar 1,3 m. Sedangkan tata letak alternatif B
cenderung mengutamakan kenyamanan dengan lebar akses gang sebesar
2,5 m minimum dan 3 m maksimum namun memiliki kapasitas yang lebih
kecil yaitu sebanyak 355 kendaraan.
c. Penelitian ini menitikberatkan peningkatan pelayanan fasilitas parkir
sehingga meningkatkan kepuasan konsumen dalam menggunakan fasilitas
parkir SKA Lempuyangan sebagai tujuan akhirnya. Faktor yang menjadi
tolak ukur pelayanan sebuah fasilitas adalah kenyamanannya. Dalam
harus dikurangi demi meningkatkan kenyamanan fasilitas. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa apabila dilihat dari sisi pendapatan maka Alternatif A
lebih tepat dipilih untuk mengatasi permasalahan tata letak di fasilitas
parkir sepeda motor SKA Lempuyangan karena memiliki opportunity cost
yang lebih rendah. Namun apabila dilihat dari sisi kenyamanan maka
Alternatif B lebih tepat dipilih untuk mengatasi permasalahan karena
memberikan ruang gerak yang lebih longgar.
Dari penelitian yang dilakukan di fasilitas parkir SKA Lempuyangan
selama 1 minggu pada hari Sabtu tanggal 31 Oktober 2015 hingga hari
Sabtu tanggal 7 November 2015 terdapat beberapa saran yang dapat
dilakukan demi meningkatkan pelayanan failitas parkir antara lain :
a. Sebaiknya PT. Reska Multi Usaha area 3 yogyakarta melakukan penataan
ulang menggunakan alternatif A untuk fasilitas parkir SKA lempuyangan
karena hanya dengan opportunity cost yang kecil dapat memberikan
dampak yang besar terhadap pelayanan fasilitas parkir.
b. Memberikan akses gang bagi semua petak parkir agar memudahkan
pengendara motor untuk memarkirkan serta mengeluarkan motor dari
petak parkir.
c. Menggunakan SRP yang telah ditentukan oleh dinas perhubungan yaitu 2
m x 0,75 m sehingga terdapat jarak yang cukup antar kendaraan sehingga
tidak menyebabkan kendaraan bersenggolan satu sama lain ketika
bermanuver.
d. Memberikan garis batas untuk setiap petak parkir serta akses gang
sehingga pengendara dapat memarkirkan sepeda motor dengan rapi dan
tidak tergantung dengan petugas parkir.
e. Memberikan rambu petunjuk arah arus kendaraan sehingga arus kendaraan
lancar dan tidak membuat bingung pengendara dari masuk hingga keluar
4. Dwi sri wiyanti (2015) meneliti tentan “Analisis Kebutuhan Ruang Parkir
Berdasarkan Analisis Kapasitas Ruang Parkir Di RSUD Banyumas”. Dalam
penelitian ini data primer diperoleh dengan cara melakukan survei 7 hari
pada hari minggu s/d sabtu, jam 06.30 – 21.30 dan data sekunder yang
diperoleh dari manajemen untuk menganalisis standar kebutuhan ruang
parkir. Berdasarkan hasil penelian yang meliputi pengumpulan data serta
analisis data maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dibawah ini :
a. Kebutuhan SRP mobil minimal tersedia sejumlah 113 SRP dengan ideal
dari akumulasi puncak yaitu 193 SRP, sedangkan jumlah SRP yang
tersedia hanya 95 SRP. Kebutuhan ruang parkir sepeda motor minimal
tersedia 510 SRP dengan ideal SRP dari hasil akumulasi puncak yaitu 614
SRP, sedangkan jumlah SRP yang tersedia hanya 320 SRP.
b. Perhitungan kebutuhan lahan parkir berdasarkan perbandingan akumulasi
maksimal dengan SRP yang ada, dikalikan dengan luas lahan yang
tersedia, dihasilkan luas lahan parkir mobil 6.290 m2, luas lahan parkir
yang tersedia 3.096 m2, kebutuhan luas lahan parkir sepeda motor 1.621
m2, luas lahan parkir yang tersedia 845 m2.
5. Richie (2011) melakukan penelitian tentang “EVALUASI KEBUTUHAN
RUANG PARKIR MOBIL DAN MOTOR DI RSUP DR SARJDITO
YOGYAKARTA”. Kapasitas Rumah Sakit Dr Sardjito adalah 813 tempat tidur. Penelitian tersebut dilakukan dengan cara menganalis akumulasi parkir,
volume parkir, tingkat turnover, indeks parkir dan kebutuhan parkir.
Penelitian dilakukan selama 3 hari yaitu pada hari sabtu 19 februari 2011,
minggu 27 februari 2011 dan senin 28 februari 2011 dengan cara mencatat
nomor plat kepolisian mobil dan sepeda motor yang keluar masuk di area
parkir RSUP Dr Sardjito. Dari hasil penelitian tersebut dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
a. Volume parkir maksimal di area parkir kendaraan Rumah Sakit Dr Sardjito
b. Akumulasi parkir maksimal di area parkir kendaraan RSUP Dr Sardjito
Yogyakarta terjadi pada hari senin 28 februari 2011 dengan rincian :
1) Area parkir mobil pengunjung sebanyak 292 kendaraan/15 menit,
2) Area parkir mobil IRD sebanyak 69 kendaraan/15 menit,
3) Area parkir motor pengunjung sebanyak 475 kendaraan/15 menit,
4) Area parkir motor IRD sebanyak 234 kendaraan/15 menit.
c. Tingkat turnover parkir maksimal di area parkir kendaraan RSUP Sardjito
Yogyakarta terjadi pada hari senin 28 februari 2011 dengan rincian :
1) Area parkir mobil pengunjung sebanyak 12 kendaraan/hari/ruang,
2) Area parkir mobil IRD sebanyak 12 kendaraan/hari/ruang,
3) Area parkir motor pengunjung sebanyak 4 kendaraan/hari/ruang, dan
4) Area parkir motor IRD sebanyak 5 kendaraan/hari/ruang.
5) Indeks parkir maksimal diarea parkir kendaraan RSUP DR Sardjito
Yogyakarta terjadi pada hari senin 28 februari 2011 dengan rinciaan:
a) Area parkir mobil pengunjung 112,31%,
b) Area parkir mobil IRD 153,33%,
c) Area parkir motor pengunjung 67,86%, dan
d) Area parkir motor IRD 104,00%.
d. Puncak durasi parkir kendaraan RSUP DR Sardjito Yogyakarta adalah :
1) Area parkir mobil pengunjung terjadi pada hari senin 28 februari 2011
yaitu 340 kendaraan dengan interval 30-60 menit,
2) Area parkir mobil IRD terjadi pada hari senin 28 februari 2011 156
kendaraan dengan interval 30-60 menit,
3) Area parkir motor pengunjung terjadi pada hari senin 28 februari 2011
yaitu 819 kendaraan dengan interval 30-60 menit, dan
4) Area parkir motor IRD terjadi pada hari sabtu 19 februari 2011 yaitu
258 kendaraan dengan interval 30-60 menit.
5) Kebutuhan ruang parkir (KRP) untuk kendaraan di RS DR Sardjito
6) Akumulasi maksimal sebesar 292 SRP pada hari senin. Daya tampung
sebanyak 260 SRP, sehingga di area parkir mobil pengunjung perlu
penambahan ruang parkir saat akumulasi maksimal.
7) Akumulasi maksimal sebesar 51 SRP pada hari sabtu dan 69 SRP
pada hari senin. Daya tampung sebanyak 45 SRP, sehingga di area
parkir mobil IRD perlu penambahan ruang parkir saat akumulasi
maksimal.
8) Akumulasi maksimal sebesar 234 SRP pada hari senin. Daya tampung
sebanyak 225 SRP, sehingga di area parkir motor IRD perlu
30
BAB III LANDASAN TEORI
A. Parkir
Berdasarkan dari definisi-definisi parkir maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa parkir adalah suatu keadaan tidak bergerak suatu kendaraan bermotor atau
tidak bermotor yang dapat merupakan awal dari perjalanan dengan jangka waktu
tertentu sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya yang membutuhkan suatu areal
sebagai tempat pemberhentian yang diselenggarakan baik oleh pemerintah
maupun pihak lain yang dapat berupa perorangan maupun badan usaha.
B. Satuan Ruang Parkir (SRP)
Suatu Satuan Ruang Parkir (SRP) adalah ukuran luas efektif untuk
meletakan kendaraan (mobil penumpang, bus/truk, atau sepeda motor), termasuk
ruang bebas dan buka pintu. Untuk hal-hal tertentu bila tanpa penjelasan, SRP
adalah SRP mobil penumpang. Satuan Ruang Parkir (SRP) digunakan untuk
mengukur Kebutuhan Ruang Parkir (KRP). Tetapi untuk menentukan Satuan
Ruang Parkir (SRP) tidak terlepas dari pertimbangan-pertimbangan seperti halnya
satuan-satuan lain.
Untuk menentukan Besaran Ruang Parkir dapat digunakan Rumus 3.1 dan
Rumus 3.2 sebagai berikut :
SRP4 = f {D,Ls,Lm,Lp} ... (3.1)
SRP2 = f {D,Ls,Lm} ... (3.2)
Dengan :
SRP4 = Satuan Ruang Parkir untuk kendaraan roda 4 (cm)
SRP2 = Satuan Ruang Parkir untuk kendaraan roda 2 (cm)
D = Dimensi kendaraan standar (cm)
Ls = Ruang kebebasan samping (arah lateral) (cm)
Lm = Ruang bebas membujur (arah memanjang) (cm)
Penentuan Satuan Ruang Parkir (SRP) untuk masing-masing jenis
kendaraan telah dianalisis sedemikian rupa dan dengan beberapa pendekatan.
Penentuan Satuan Ruang Parkir (SRP) dibagi atas tiga jenis kendaraan (mobil
penumpang, bus/truk dan sepeda motor) dan berdasarkan penentuan Satuan Ruang
Parkir (SRP) untuk mobil penumpang diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) golongan
seperti pada tabel 3.1 di bawah ini :
Tabel 3.1. Penentuan Satuan Ruang Parkir (SRP)
No. Jenis Kendaraan Pengguna dan/atau Peruntukan Fasilitas Parkir
Untuk mobil penumpang diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) golongan yang
didasarkan atas lebar bukaan pintu kendaraan yang dapat di lihat pada Tabel 3.2
berikut ini :
Tabel 3.2. Lebar Bukaan Pintu Kendaraan
Jenis Bukaan Pintu Penggunaan dan/atau Peruntukan
Fasilitas Parkir Gol.
Pintu depan/belakang
terbuka tahap awal 55 cm
Karyawan/pekerja kantor
Tamu/pengunjung pusat kegiatan
perkantoran, perdagangan, pemerintah,
universitas
I
Pintu depan/belakang
terbuka penuh 75 cm
Pengunjung tempat olagraga, pusat
hiburan/rekreasi, hotel, pusat
perdagangan, rumah sakit, bioskop
II
Pintu depan terbuka penuh
dan ditambah untuk
pergerakan kursi
Orang cacat
III
Sumber : Ditjen Perhubungan Darat, 1998
Dari uraian diatas dapat ditetapkan besar Satuan Ruang Parkir (SRP) untuk
tiap jenis kendaraan tidak terlepas dari pertimbangan-pertimbangan hal sebagai
berikut :
1. Satuan Ruang Parkir (SRP) Mobil Penumpang
Dimensi Kendaraan Standar Untuk Mobil Penumpang seperti pada Gambar
3.1.
Sumber : Ditjen Perhubungan Darat, 1998
Keterangan : a = Jarak gandar
b = Depan tergantung (fron overhang)
c = Belakang tergantung (rear overhang)
d = Lebar jejak
h = Tinggi total
B = Lebar total
L = Panjang total
Satuan Ruang Parkir (SRP) untuk mobil penumpang ditunjukkan dalam
Gambar 3.2 dibawah ini :
Sumber : Ditjen Perhubungan Darat, 1998
Gambar 3.2. Satuan Ruang Parkir (SRP) Mobil Penumpang (dalam cm)
Keterangan : B = Lebar total kendaraan
L = Panjang total
O = Lebar bukaan pintu arah longitudinal
a1, a2 = Jarak bebas
R = Jarak bebas arah lateral
Bp = Lebar SRP
Lp = Panjang SRP
SRP
B O R
L a1
a2
Bp
Lp
Golongan Satuan Ruang Parkir Mobil Penumpang dapat dilihat pada Tabel
3.3 sebagai berikut :
Tabel 3.3. Golongan Satuan Ruang Parkir Mobil Penumpang
Gol. I
Sumber : Ditjen Perhubungan Darat, 1998
2. Satuan Ruang Parkir (SRP) Bus dan Truk
Untuk kendaraan bus dan truk dapat dibagi ke dalam 3 (tiga jenis) golongan
kendaraan berdasarkan ukuran yaitu kecil, sedang dan besar.
Satuan Ruang Parkir (SRP) untuk bus dan truk dapat dilihat pada gambar 3.3.
Gambar 3.3. Satuan Ruang Parkir (SRP) Bus dan Truk (Munawar, 2004)
SRP
B = lebar kendaraan R = jarak bebas samping
L = panjang kendaraan Bp = lebar minimum SRP
O = lebar bukaan pintu Lp = panjang minium SRP
a1/a2 = jarak bebas depan/belakang
Golongan Satuan Ruang Parkir (SRP) Bus dan Truk dapat dilihat pada Tabel
3.4 sebagai berikut :
Tabel 3.4 Golongan Satuan Ruang Parkir (SRP) Bus dan Truk
Ukuran
Bus/Truk Dimensi (cm)
Kecil
B = 170 a1 = 10 Bp = 280 = B + O + R
O = 80 L = 470
Lp = 500 = L + a1 + a2
R = 30 a2 = 20
Sedang
B = 200 a1 = 20 Bp = 320 = B + O + R
O = 80 L = 800
Lp = 840 = L + a1 + a2
R = 40 a2 = 20
Besar
B = 250 a1 = 30 Bp = 380 = B + O + R
O = 80 L = 1200
Lp = 1250 = L + a1 + a2
R = 50 a2 = 20
Sumber : Ditjen Perhubungan Darat, 1998
3. Satuan Ruang Parkir (SRP) Sepeda Motor
Satuan Ruang Parkir (SRP) Sepeda Motor ditunjukkan dalam gambar 3.4
berikut ini:
Sumber : Ditjen Perhubungan Darat, 1998
C. Sistem Pola Parkir
Untuk melakukan suatu kebijaksanaan yang berkaitan dengan parkir,
terlebih dahulu perlu dipikirkan pola parkir yang akan diimplementasikan. Pola
parkir tersebut akan baik apabila sesuai dengan kondisi yang ada. Pola parkir
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pola Parkir Mobil Penumpang :
a. Parkir Kendaraan Satu Sisi
Pola parkir ini diterapkan apabila ketersedian ruang sempit.
1) Membentuk Pola 90o
Pola parkir ini mempunyai daya tampung lebih banyak jika
dibandingkan dengan pola parkir paralel, tetapi kemudahan dan
kenyamanan pengemudi melakukan manuver masuk dan keluar ke
ruangan parkir lebih sedikit jika dibandingkan dengan pola parkir
dengan sudut yang lebih kecil dari 90o.
Gambar 3.5. Pola Parkir Satu Sisi dengan Sudut 90o
(KD. No.272/HK.105/DRJD/96)
2) Membentuk Sudut 30o, 45o, 60o
Pola parkir ini mempunyai daya tampung lebih banyak jika
dibandingkan dengan pola paralel. Kemudahan dan kenyamanan
pengemudi melakukan manuver masuk dan keluar ke ruangan parkir
lebih besar jika dibandingkan dengan pola parkir dengan sudut 90o.
Gambar 3.6. Pola Parkir Satu Sisi dengan Sudut 30o, 45o, 60o
b. Parkir Kendaraan Dua Sisi
Pola parkir ini diterapkan apabila ketersediaan ruang cukup memadai.
1) Membentuk Sudut 90o
Pada pola parkir ini, arah gerakan lalu lintas kendaraan dapat satu arah
atau dua arah.
Gambar 3.7. Pola Parkir Dua Sisi dengan Sudut 90o
(KD. No.272/HK.105/DRJD/96)
2) Membentuk Sudut 30o, 45o, 60o
Gambar 3.8. Pola Parkir Dua Sisi dengan Sudut 30o, 45o, 60o
(KD. No.272/HK.105/DRJD/96)
c. Pola Parkir Pulau
Pola parkir ini diterapkan apabila ketersediaan ruang cukup luas.
1) Membentuk Sudut 90o
Gambar 3.9. Pola Parkir Pulau dengan Sudut 90o
2) Membentuk Sudut 45o
a) Bentuk Tulang Ikan Tipe A
Gambar 3.10. Pola Parkir Pulau dengan Sudut 45o Tipe A
(KD. No.272/HK.105/DRJD/96)
b) Bentuk Tulang Ikan Tipe B
Gambar 3.11. Pola Parkir Pulau dengan Sudut 45o Tipe B
(KD. No.272/HK.105/DRJD/96)
c) Bentuk Tulang Ikan Tipe C
Gambar 3.12. Pola Parkir Pulau dengan Sudut 45o Tipe C
2. Pola Parkir Bus/Truk
Posisi kendaraan dapat dibuat menyudut 60o ataupun 90o, tergantung dari luas
area parkir. Dari segi efektivitas ruang, posisi sudut 90o lebih
menguntungkan.
a. Pola Parkir Satu Sisi
Gambar 3.13. Pola Parkir Bus/Truk dengan Satu Sisi (KD. No.272/HK.105/DRJD/96)
b. Pola Parkir Dua Sisi
Gambar 3.14. Pola Parkir Bus/Truk dengan Dua Sisi (KD. No.272/HK.105/DRJD/96)
3. Pola Parkir Sepeda Motor
Pada umumnya posisi kendaraan adalah 90o. Dari segi efektifitas ruang,
posisi sudut 90o paling menguntungkan.
a. Pola Parkir Satu Sisi
Pola ini diterapkan apabila ketersediaan ruang sempit.
b. Pola Parkir Dua Sisi
Pola ini diterapkan apabila ketersediaan ruang cukup memadai (lebar ruas
>5,6 m).
Gambar 3.16. Pola Parkir Sepeda Motor dengan Dua Sisi (KD. No.272/HK.105/DRJD/96)
c. Pola Parkir Pulau
Pola parkir ini diterapkan apabila ketersediaan ruang cukup luas.
Gambar 3.17. Pola Parkir Sepeda Motor dengan Pola Parkir Pulau
(KD. No.272/HK.105/DRJD/96)
Keterangan : h = Jarak terjauh antara tepi luar satuan ruang parkir
w = Lebar terjauh satuan ruang parkir pulau
b = Lebar jalur gang
4. Jalur Sirkulasi, Gang dan Modul
Perbedaan antara jalur sirkulasi dengan jalur gang adalah terletak pada
penggunaannya. Acuan umum yang dipakai yaitu :
a. Panjang sebuah jalur gang tidak lebih dari 100 meter.
b. Jalur gang yang dimaksudkan untuk melayani lebih dari 50 kendaraaan
dianggap sebagai jalur sirkulasi.
Lebar minimum jalur sirkulasi :
b. Untuk jalur dua arah = 6,5 meter.
Gambar 3.18. Sket Jalur Sirkulasi Gang dan Modul (KD. No.272/HK.105/DRJD/96)
Gambar diatas menunjukkan pada posisi sudut 90o, sedangkan Gambar
3.19 menunjukkan pada posisi membentuk sudut sehingga bisa
menggunakan sudut tertentu sesuai dengan kondisi lahan yang tersedia.
Gambar 3.19. Sket Jalur Sirkulasi Gang dan Modul (KD. No.272/HK.105/DRJD/96)
Adapun untuk ukuran yang dapat digunakan sebagai pedoman dapat
dilihat pada Tabel 3.5 dibawah ini :
Tabel 3.5. Lebar Jalur Gang
SRP
Lebar Jalur Gang (m)
< 30o < 45o < 60o 90 %
1 arah 2 arah 1 arah 2 arah 1 arah 2 arah 1 arah 2 arah
a.SRP mobil pnp 2,5m x 5,0m
b.SRP mobil pnp 2,5m x 5,0m
c.SRP sepeda motor 0,75x2,0m
d.SRP bus/truk 3,40m x 12,5m Sumber : KD. No.272/HK.105/DRJD/96
Keterangan : * = Lokasi parkir tanpa fasilitas pejalan kaki
5. Pintu Keluar dan Masuk
Ukuran lebar pintu keluar dan masuk dapat ditentukan, yaitu lebar 3 meter
dan panjangnya harus dapat menampung 3 (tiga) mobil berurutan dengan
jarak antar mobil (spacing) sekitar 1,5 meter, oleh karena itu panjang dan
lebar pintu keluar-masuk minimum 15 meter.
a. Pintu Masuk dan Keluar Terpisah
Satu Jalur : Dua Jalur :
b = 3,00 – 3,50 m b = 6,00 m
d = 0,80 – 1,00 m d = 0,80 – 1,00 m
R1 = 6,00 – 6,50 m R1 = 3,50 – 5,00 m
R2 = 3,50 – 4,00 m R2 = 1,00 – 2,50 m
Gambar 3.20. Pintu Parkir Masuk dan Keluar yang terpisah (KD. No.272/HK.105/DRJD/96)
Sedangkan untuk akses pintu parkir masuk dan keluar pada satu pintu
dapat dilihat pada Gambar 3.21.
b. Pintu Masuk dan Keluar menjadi satu