• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETEPATAN DAN KESESUAIAN KODE EXTERNAL CAUSE KASUS KECELAKAAN SEPEDA MOTOR BERDASARKAN ICD-10 DI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KETEPATAN DAN KESESUAIAN KODE EXTERNAL CAUSE KASUS KECELAKAAN SEPEDA MOTOR BERDASARKAN ICD-10 DI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

KETEPATAN DAN KESESUAIAN KODE EXTERNAL CAUSE KASUS KECELAKAAN SEPEDA MOTOR BERDASARKAN ICD-10 DI RS PKU

MUHAMMADIYAH GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Disusun Oleh: HIBATIWWAFIROH

1314030

PROGRAM STUDI

PEREKAM INFORMASI KESEHATAN (D-3) SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

▸ Baca selengkapnya: kode icd 10 kematian mudigah

(2)
(3)
(4)

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‘aalamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah kepada hamba-Nya yang senantiasa memohon dan meminta hanya kepada-Nya. Dengan segala kemudahan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah (KTI) di RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta sesuai dengan masa waktu yang telah ditentukan. Tak lupa sholawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di hari kiamat.

Proses penulisan KTI ini tentunya ada hal-hal yang penulis tidak dapat melakukannya sendiri. Penyelesaian KTI tentang Ketepatan dan Kesesuaian Kode ExternalCause Kasus Kecelakaan Sepeda Motor Berdasarkan ICD-10 di RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta dapat terselesaikan dengan bantuan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kuswanto Hardjo, dr., M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

2. Sis Wuryanto, A.Md.Perkes., SKM., MPH selaku Ketua Prodi Perekam dan

Informasi Kesehatan, koordinator dan penguji karya tulis ilmiah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta yang telah meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan saran..

3. Kori Puspita Ningsih, A.Md.,SKM selaku pembimbing karya tulis ilmiah

yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.

4. Seluruh dosen Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta yang sudah

mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah.

5. Ahmad Faesol, dr., H., Sp.Rad., M.Kes selaku Direktur RS PKU

Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta.

6. Sri Subekti RL, A.Md selaku Kepala Unit Rekam Medik RS PKU

Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta.

7. Seluruh Staf Rekam Medis RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman

Yogyakarta.

8. Rekan-rekan seperjuangan dan semua pihak yang telah membantu dalam

pembuatan karya tulis ilmiah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

9. Kedua orang tua tercinta serta keluarga besar yang telah banyak memberikan

doa dan motivasi yang tak henti-hentinya kepada penulis.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada kita semua, sebagai imbalan atas segala amal kebaikan dan bantuannya.

(5)

v

Dengan keterbatasan waktu yang ada penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan. Besar harapan penulis semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua.

Yogyakarta, Agustus 2017

(6)

vi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR SINGKATAN ... x

DAFTAR CODING ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

INTISARI ... xiii ABSTRACT ... xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 3 C. Tujuan Penelitian ... 3 D. Manfaat Penelitian ... 4 E. Keaslian Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori... 7 1. Rekam Medis ... 7 2. Diagnosis... 8 3. ExternalCause ... 9 4. Coding ... 11 5. ICD-10 ... 12 B. Landasan Teori ... 14

C. Kerangka Konsep Penelitian ... 15

D. Pertanyaan Penelitian ... 15

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 16

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 16

D. Definisi Operasional ... 17

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 18

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data (Validitas Data)... 20

G. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 21

H. Pelaksanaan Penelitian ... 25

(7)

vii BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum ... 28 B. Hasil Pembahasan ... 33 C. Keterbatasan Penelitian ... 49 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 59 B. Saran... 60 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kode Penyebab Luar Cedera Kecelakaan Sepeda Motor ... 13 Tabel 4.1 Jenis Layanan Unggulan RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta ... 32 Tabel 4.2 Jenis Pelayanan Rawat Jalan RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta ... 32 Tabel 4.3 Jenis Kelas Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta ... 32 Tabel 4.4 Jenis Layanan Penunjang RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta ... 33

Tabel 4.5 SDM coder rawat inap RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman

Yogyakarta ... 33

Tabel 4.6 Kesesuaian Kode ExternalCause Kasus Kecelakaan Sepeda Motor pada

BRM dengan SIMRS ... 39

Tabel 4.7 Rekapitulasi Ketepatan Kode ExternalCause Kasus Kecelakaan Sepeda

Motor ... 40 Tabel 4.8 SOP Pengodean diagnosa RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta ... 43 Tabel 4.9 Hasil Observasi Coder Rawat Inap ... 43 Tabel 4.10 SOP Pengodean diagnosa RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta ... 43 Tabel 4.11 Hasil Observasi Coder ... 44 Tabel 4.12 Lembar Kronologi Kejadian pada BRM ... 47

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 Kerangka Konsep ... 15 Gambar 4.1 Struktur Organisasi Unit Rekam Medis ... 31 Gambar 4.2 Grafik Latar Belakang Pendidikan Coder ... 34 Gambar 4.3 User Interface SIMRS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta ... 38

Gambar 4.4 Grafik Kesesuaian Kode External Cause pada BRM dengan SIMRS

PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta... 39

Gambar 4.5 Grafik ketepatan Kode External Cause Kasus Kecelakaan Sepeda

Motor ... 41

Gambar 4.6 Fishbone Faktor Ketidaksesuaian dan Ketidaktepatan Kode External

Cause ... 42 Gambar 4.7 Formulir Triage RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta ... 45 Gambar 4.8 Formulir Asesmen Gawat Darurat RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta ... 46 Gambar 4.9 Grafik Rekapitulasi Lembar Kronologis Kejadian pada BRM ... 47

(10)

x

DAFTAR SINGKATAN

BRM : Berkas Rekam Medis

DRG’s : Diagnosis Related Groups

ICD-10 : International Statistical Classification of Diseases and Related

Health Problems of Tenth Revision

Kepmenkes : Keputusan Menteri Kesehatan

Korlantas : Korps lalu lintas

Permenkes : Peraturan Menteri Kesehatan

Permenpan : Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Republik Indonesia

RSKB : Rumah Sakit Khusus Bedah

SDM : Sumber Daya Manusia

SIMRS : Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

SPO : Standar Prosedur Operasional

(11)

xi

DAFTAR CODING

Coding 1 Latar belakang pendidikan coder dan pelatihan ... 34 Coding 2 SK atau SPO yang secara khusus membahas pengodean externalcause36 Coding 3 Formulir pendukung dalam menetapkan external cause ... 37 Coding 4 Pengodean menggunakan ICD-10 elektronik... 37 Coding 5 Penyebab dari ketidaktepatan dan ketidaksesuaian dari segi SDMnya .. 42 Coding 6 Lembar kronologis kejadian tersebut bukan formulir dari rekam medis tetapi merupakan syarat dari BPJS ... 46 Coding 7 Buku bantu yang digunakan coder untuk mempermudah dalam pengodean ... 48

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 01 Surat Izin Studi Pendahuluan untuk Kepala Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Sleman

Lampiran 02 Surat Izin Studi Pendahuluan untuk RS PKU Muhammadiyah

Gamping Sleman Yogyakarta

Lampiran 03 Permohonan Izin Studi Pendahuluan ke Badan Perencanaan

Daerah (Bappeda)

Lampiran 04 Surat Rekomendasi Studi Pendahuluan Badan Kesatuan Bangsa

dan Politik (Kesbangpol)

Lampiran 05 Surat Izin Studi Pendahuluan Badan Perencanaan Daerah

(Bappeda)

Lampiran 06 Surat Izin Studi Pendahuluan RS PKU Muhammadiyah Gamping

Sleman Yogyakarta

Lampiran 07 Surat Izin Penelitian untuk Kepala Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Sleman

Lampiran 08 Surat Izin Penelitian untuk RS PKU Muhammadiyah Gamping

Sleman Yogyakarta

Lampiran 09 Permohonan Izin Penelitian ke Badan Perencanaan Daerah

(Bappeda)

Lampiran 10 Surat Rekomendasi Izin Penelitian Badan Kesatuan Bangsa dan

Politik (Kesbangpol)

Lampiran 11 Surat Izin Penelitian Badan Perencanaan Daerah (Bappeda)

Lampiran 12 Surat Izin Penelitian RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman

Yogyakarta

Lampiran 13 Keterangan Persetujuan Etik Penelitian

Lampiran 14 Lembar Bimbingan Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 15 Persetujuan Responden

Lampiran 16 Persetujuan Triangulasi Sumber

Lampiran 17 Checklist Observasi

Lampiran 18 Coding Wawancara

Lampran 19 Pedoman Wawancara

Lampiran 20 SPO Pemberian Kode ICD-10

Lampiran 21 Ceklist Kesesuaian Kode External Cause Kasus Kecelakaan

Sepeda Motor Pada BRM dengan SIMRS

Lampiran 22 Ceklist Ketepatan Kode External Cause Kasus Kecelakaan

(13)

xiii

KETEPATAN DAN KESESUAIAN KODE EXTERNAL CAUSE KASUS KECELAKAAN SEPEDA MOTOR BERDASARKAN ICD-10 DI RS PKU

MUHAMMADIYAH GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA

Hibatiwwafiroh1, Kori Puspita Ningsih2

INTISARI

Latar Belakang: Kasus kecelakaan merupakan salah satu penyebab terbanyak terjadinya cedera di seluruh dunia dan Indonesia diperkirakan akan menempati peringkat ke 3 pada tahun 2020. Dari beberapa kecelakaan yang terjadi salah satunya adalah kecelakaan sepeda motor. Hal ini didukung data Korlantas bahwa angka kejadian kecelakaan sepeda motor pada triwulan I tahun 2017 di Indonesia

mencapai 24.068 kasus. Berdasarkan WHO pengodean external cause sampai

dengan karakter ke 5, namun di RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman

pengodean external cause belum sampai karakter ke 5 yang menunjukkan

aktivitas korban kecelakaan. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pelaksanaan, ketepatan, kesesuaian, dan penyebab ketidaktepatan

pengodean external cause kasus kecelakaan sepeda motor berdasarkan ICD-10 di

RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman. Metode Penelitian: Rancangan

penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan cross sectional.

Jumlah subjek 7 responden dan objek yang diteliti adalah berkas rekam medis

sebanyak 55 sampel. Hasil: Pengodean dilaksanakan oleh coder dengan latar

belakang D3 rekam medis yang berpedoman pada SPO menggunakan ICD-10

elektronik dan dientri pada SIMRS. Keterangan externalcause dapat dilihat pada

formulir triage, asesmen gawat darurat, intregeted note, resume medis dan

kronologis kejadian. Tingkat kesesuaian kode external cause pada berkas rekam

medis dengan SIMRS (Kategori A) sebesar 64%, sedangkan ketidaksesuaiannya

(Kategori B) sebesar 5%. Tingkat ketepatan kode external cause sampai dengan

karakter ke 5 (Kategori C) sebesar 0%, sedangkan kode externalcause tidak tepat

pada karakter ke 2 sampai ke 5 (Kategori E) sebesar 56%. Adapun faktor yang mempengaruhi ketidaktepatan yaitu tidak ada informasi aktivitas saat kecelakaan pada formulir triage dan SIMRS tidak memfasilitasi pengodean sampai karakter

ke 5. Kesimpulan: tidak adanya pengkajian aktivitas saat kecelakaan pada

formulir triage dan SIMRS tidak memfasilitasi pengodean sampai dengan karakter ke 5.

Kata Kunci: Ketepatan, Kesesuaian, External Cause 1

Mahasiswa D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

2

Dosen Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

(14)

xiv

ACCURACY AND CONFORMITY CODE EXTERNAL CAUSE OF MOTORCYCLE CASE ACCIDENT BY ICD-10 IN RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA

Hibatiwwafiroh1,Kori Puspita Ningsih2

ABSTRACT

Background: The case of an accident is one of the most common cause of injury in the world and Indonesia is expected to rank 3rd in 2020. Of the several accidents that happened one of them is motorcycle accident. This is supported by data Korlantas that the incidence of motorcycle accidents in the first quarter 2017

in Indonesia reached 24 068 cases. Based on the WHO coding externalcause until

the character to 5, but in RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman coding external cause not yet up to 5 characters showing activity accident victims. Objective: This study aimed to investigate the implementation, accuracy,

conformity, and causes inaccuracy coding external cause motorcycle accident

case based on ICD-10 in RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman. Methods:

The research was qualitative descriptive with cross sectional. The amount of

subjects 7 respondents and the object under study is a medical record file as many

as 55 samples. Results: The coding performed by the coder with education D3

medical records, based on the SPO and using ICD-10 electronics and entered by

the SIMRS. The external cause information can be seen in the form of triage,

emergency department assessment, intregeted notes,medical resume and

chronology. Conformity code external cause of the medical record file with

SIMRS (Category A) by 64%, while incompatibility (Category B) by 5%. The

accuracy code of external cause until the character to 5 (Category C) of 0%,

whereas the code external cause not just in character to 2 to 5 (Category E) of

56%. The factors that affect the imprecision that is no activity when the accident information on the form facilitates triage and SIMRS no coding until the character

to 5. Conclusion: the absence of assessment activities in an accident on the form

facilitates triage and SIMRS no coding until the character to 5. Keywords: Accuracy, Conformity, External Cause

1

Student of Medical Record and Health Information Study Program Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

2

Lecturer of Medical Record and Health Information Study Program Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Coats yang disitasi oleh Yuliana (2014)(1), kasus kecelakaan

merupakan salah satu yang menjadi penyebab terbanyak terjadinya cedera diseluruh dunia, yaitu menempati urutan ke-9 pada DALY’s dan diperkirakan akan menempati peringkat ke-3 di tahun 2020; sedangkan di negara berkembang menempati urutan ke-2. Dari beberapa kecelakaan yang terjadi salah satunya adalah kecelakaan transportasi. Hal ini didukung oleh data Korps lalu lintas atau Korlantas (2017), angka kejadian kecelakaan pada triwulan 1 (satu) tahun 2017 di seluruh Indonesia mencapai 24.068 kasus dengan sebagian besar yang terlibat dalam kecelakaan merupakan pengemudi sepeda motor.

Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang meliputi rumah sakit, balai sanatorium dan puskesmas (Permenpan No. 30 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Perekam Medis dan Angka Kreditnya). Salah satu bentuk fasilitas pelayanan kesehatan adalah dengan adanya rumah sakit untuk menunjang kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat. Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang memberikan perawatan dan pengobatan yang paripurna kepada pasiennya (Permenkes RI No.340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit). Setiap sarana pelayanan kesehatan perlu adanya upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Upaya tersebut harus disertai dengan adanya sarana penunjang yang memadai dan mendukung dari beberapa faktor yang terkait. Salah satu faktor yang ikut mendukung keberhasilan upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan adalah terlaksana penyelenggaraan rekam medis yang baik dan benar.

Rekam medis merupakan berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien di sarana pelayanan kesehatan (Hatta, 2013). Berkas rekam medis sangat

(16)

2

menentukan terciptanya laporan kesehatan yang valid, untuk itu proses penulisan, pengolahan, dan pelaporan rekam medis harus terjaga kualitasnya. Dengan demikian perekam medis memegang peranan penting sebagai pengumpul, pengolah, dan penyaji informasi kesehatan, salah satunya terkait data morbiditas. Dalam pelaksanaan mutu pelayanan rumah sakit perekam medis mempunyai kewenangan untuk melaksanakan sistem klasifikasi klinis dan kodefikasi penyakit yang berkaitan dengan kesehatan dan tindakan medis sesuai dengan terminologi medis yang benar agar informasi yang dihasilkan benar dan akurat (Permenkes RI No. 55 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Perekam Medis). Keakuratan dalam memberikan kode diagnosis sangat bergantung pada ketepatan coder dalam membaca diagnosis, maupun ketepatan penulisan dan keterbacaan diagnosis yang ditulis oleh para tenaga kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ikhwan, dkk (2016) bahwa dari total 50 sampel dokumen rekam medis pasien rawat inap terdapat 41 penyebab luar cedera yang tidak dikode dan 9 diagnosis cedera yang tidak ditulis penyebab luarnya, sehingga peneliti tidak dapat memverifikasi ketepatan kodenya. Dalam kecelakaan tersebut perlu adanya keterangan yang jelas terkait aktifitas yang dilakukan oleh korban, hal ini digunakan untuk klaim jaminan kesehatan, seperti yang dipaparkan dalam pasienbpjs.com (2016), bahwa kecelakaan tunggal yang tidak dijamin oleh Jasa Raharja bisa dijamin oleh BPJS Ketenagakerjaan jika kategori kecelakaannya adalah kecelakaan yang berkaitan dengan kasus kecelakaan kerja, seperti kecelakaan ketika berangkat kerja atau kecelakaan ketika pulang dari pekerjaan. Hal ini sesuai dengan WHO (2012) yang menyebutkan bahwa karakter ke 4 (empat) menunjukkan korban dari kecelakaan tersebut dan karakter ke 5 (lima) menjelaskan aktifitas yang sedang dilakukan oleh korban. Berdasarkan hasil penelitian dilakukan oleh Yuliana (2014), diketahui bahwa dari total 75 sampel rekam medis rawat inap spesialis bedah ortopedi RSKB Banjarmasin Siaga dengan kasus cedera yang memiliki penyebab luar 100% tidak dikode. Namun peneliti telah melakukan pengolahan data pada 75 sampel tersebut dan menemukan bahwa prosentase cedera yang paling tinggi dikarenakan oleh kecelakaan angkutan darat (V01-V89) sebesar 43% sedangkan yang paling rendah dikarenakan sebab luar lainnya, seperti terpotong pisau, diserang orang lain, dan

(17)

3

sebagainya, sebesar 14%. Oleh karena fasilitas pelayanan kesehatan perlu untuk menindak lanjuti perawatan luka kecelakaan tersebut dengan menjelaskan

penyebab luar (externalcause).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta yang dilakukan pada tanggal 29 Mei 2017 dengan melakukan

wawancara kepada Kepala Instalasi Rekam Medis dan coder RS PKU

Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta bahwa pengodean external cause

belum menggunakan karakter ke 5 (lima) yang menunjukkan aktifitas korban

kecelakaan. Pengodean externalcause hanya sampai dengan karakter ke 4 (empat)

yang menunjukkan jenis korban kecelakaan. Dari latar belakang di atas, penulis tertarik menggali lebih dalam untuk menyusun penelitian dengan judul

“Ketepatan dan Kesesuaian Kode External Cause Kasus Kecelakaan Sepeda

Motor Berdasarkan ICD-10 di RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah dalam

penelitian yaitu “Bagaimana Ketepatan dan Kesesuaian Kode External Cause

Kasus Kecelakaan Sepeda Motor di RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Kesesuaian dan Ketepatan Kode External Cause Kasus

Kecelakaan Sepeda Motor Berdasarkan ICD-10 di RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pelaksanaan pengodean external cause kasus kecelakaan

sepeda motor berdasarkan ICD-10 di RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta.

b. Mengetahui Ketepatan kode external cause kasus kecelakaan sepeda

motor berdasarkan ICD-10 di RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta.

(18)

4

c. Mengetahui Kesesuaian Kode External Cause Kasus Kecelakaan Sepeda

Motor pada Berkas Rekam Medis dengan SIMRS di RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta.

d. Mengetahui faktor penyebab ketidaktepatan dan ketidaksesuaian kode

external cause kasus kecelakaan sepeda motor berdasarkan ICD-10 di RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu perkembangan ilmu

pengetahuan kesehatan khususnya terkait pengodean externalcause.

2. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pengalaman bagi penulis dalam melaksanakan penelitian selanjutnya dan menambah wawasan berfikir dalam rangka menerapkan teori yang dipelajari di akademik.

3. Bagi Institusi

a. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi kepustakaan dalam pembelajaran dan dapat dikembangkan mahasiswa lain untuk penelitian selanjutnya.

b. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, sebagai bahan atau informasi dan penilaian (evaluasi) pelayanan dan peningkatan kinerja petugas rekam medis dimasa yang akan datang.

E. Keaslian Penelitian

1. Rochim (2016), melakukan suatu penelitian dengan judul “Faktor penyebab

ketidakterisian kode diagnosis karakter ke 5 dan kode external cause pada

kasus fraktur di RS PKU Muhammadiyah Gamping”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah mengetahui faktor penyebab ketidakterisian kode karakter ke

(19)

5

Gamping. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan

rancangan cross sectional. Sampel yang digunakan adalah sampel subjek

yaitu petugas pengodean dan kepala Instalasi Rekam Medis. Hasil penelitian berupa faktor ketidakterisian kode karakter ke 5 adalah darisegi SDM,

SIMRS, dan Kebijakan. Faktor ketidakterisian kode external cause adalah

segi SDM dan kebijakan.

Persamaan: penelitian terkait kode external cause, tempat penelitian dan

metode penelitian. Perbedaan: terdapat perbedaan waktu dan sampel penelitian, peneliti lebih fokus pada kasus fraktur sedangkan penulis lebih fokus pada kecelakaan sepeda motor pasien gawat darurat.

2. Ikhwan (2016), melakukan penelitian dengan judul “Tinjauan Ketepatan

Kode Diagnosis Cedera dan Penyebab Luar Cedera (ExternalCauses) Pasien

Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Siti Hajar Mataram). Tujuan dari penelitian tersebut adalah mengetahui ketepatan kode diagnosis cedera dan penyebab luar cedera pasien rawat inap berdasarkan ICD-10. Jenis penelitian yang

digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan retrospektif. Penelitian

dilakukan di Rumah Sakit Islam Siti Hajar Mataram pada Juni 2014. Besar sampel 50 berkas rekam medis yang diambil dengan teknik non random sampling. Pengumpulan data dengan cara observasi dan data dianalisis secara deskriptif. Hasill penelitian menunjukkan bahwa 3 kode tidak akurat dan 47 kode akurat dan 41 kode penyebab luar cedera tidak ditulis dan 9 diagnosis cedera pada berkas rekam medis tidak ditulis penyebab luarnya. Ketidaktepatan kode diagnosis cedera pada formulir ringkasan masuk dan keluar pasien terdiri dari kesalahan pemilihan Blok, Sub blok dan kesalahan pada digit ke-4 dan ke-5.

Persamaan : penelitian terkait external cause. Perbedaan: terdapat perbedaan lokasi, waktu dan sampel penelitian serta rancangan yang digunakan penulis

adalah crosssectional.

3. Yuliana (2014), melakukan suatu penelitian dengan judul “Review for

External Cause Coding of Injury Case on Medical Record Inpatient of Orthopedic Specialist Surgery in RSKB Banjarmasin Siaga in 2013”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah mengetahui Metode yang digunakan adalah

(20)

6

metode penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus (casestudy) yang

dilakukan dengan cara meneliti suatu kasus yang terdiri atas objek tunggal. Populasi dalam penelitian ini adalah rekam medis rawat inap spesialis bedah ortopedi dengan kasus cedera di RSKB Banjarmasin Siaga dari bulan Januari-April tahun 2013 sebanyak 92 rekam medis. Hasil penelitian berupa belum

ada SPO kode external cause namun sudah ada SPO pengodean dan

pengindeksan penyakit namun belum sesuai dengan implementasinya.

Kelengkapan penulisan diagnosis external cause adalah 82% dan 18% tidak

seluruhnya ditulis. External cause kasus cedera pada operasi spesialis

ortopedi karena kecelakaan transportasi darat adalah 43%, kecelakaan

transportasi lainnya sebesar 23% dan externalcause lain sebesar 14%. Faktor

yang memengaruhi kode external cause adalah kurangnya media yang

digunakan, sumber daya manusia yang tidak sesuai, diagnosis yang dibutuhkan tidak terbaca, tidak lengkap, dan tidak sesuai dengan peraturan, dan tidak adanya audit pengkodean diagnosis.

Persamaan: terkait external cause. Perbedaan: terdapat perbedaan lokasi, waktu, metode dan rancangan penelitian.

(21)

28 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

1. Gambaran Umum RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta

a. Sejarah RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta

RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta milik Pimpinan Pusat Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan sebagai Ketua Persyarikatan Muhammadiyah atas inisiatif muridnya, K.H. Sudjak, yang pada awalnya berupa klinik dan poliklinik pada tanggal 15 Februari 1923 dengan lokasi pertama di kampung Jagang Notoprajan No.72 Yogyakarta. Awalnya bernama PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem)

dengan maksud menyediakan pelayanan kesehatan bagi kaum dhuafa’.

Pendirian pertama atas inisiatif H.M. Sudjak yang didukung sepenuhnya oleh K.H. Ahmad Dahlan. Seiring dengan waktu, nama PKO berubah menjadi PKU (Pembina Kesejahteraan Umat).

Pada tahun 1928 klinik dan poliklinik PKO Muhammadiyah pindah lokasi ke Jalan Ngabean No.12 B Yogyakarta (sekarang Jalan K.H. Ahmad Dahlan). Pada tahun 1936 klinik dan poliklinik PKO Muhammadiyah pindah lokasi lagi ke Jalan K.H. Dahlan No. 20 Yogyakarta hingga saat ini. Pada tahun 1970-an status klinik dan poliklinik berubah menjadi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Bersamaan dengan berkembangnya berbagai amal usaha di bidang kesehatan, termasuk di dalamnya adalah RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta maka Pimpinan Pusat perlu mengatur gerak kerja dari amal usaha Muhammadiyah bidang kesehatan melalui Surat Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah No 86/SK-PP/IV-B/1.c/1998 tentang Qaidah Amal Usaha Muhammadiyah Bidang Kesehatan. Dalam Surat Keputusan tersebut diatur tentang misi utamanya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar dapat mencapai derajat kesehatan yang lebih baik, sebagai bagian dari upaya menuju terwujudnya kehidupan yang sejahtera dan sakinah sebagaimana dicita-citakan Muhammadiyah.

(22)

29

Berbagai perubahan yang berkembang di luar lingkungan maupun yang terjadi secara internal di dalam organisasi RS PKU Muhammadiyah. tentang keselamatan pasien, keterbatasan akses pelayanan kesehatan pada sebagian masyarakat tertentu, perkembangan

ilmu dan teknologi, huge burden disease, hingga semakin terbukanya

batas-batas informasi yang berimbas terhadap makin kritisnya pelanggan terhadap pelayanan kesehatan serta perubahan regulasi pemerintah, diantisipasi dengan berbagai langkah dari perbaikan saran prasarana dan Sumber Daya Insani, sehingga menjadikan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta selain mampu bersaing dengan sarana pelayanan kesehatan yang lain juga patuh terhadap regulasi pemerintah.

b. Visi dan Misi

1) Visi

Mewujudkan RS Pendidikan Utama dengan keunggulan dalam pelayanan kesehatan, pendidikan dan riset dengan sistem jejaring dan kemitraan yang kuat pada tahun 2018.

2) Misi

a) Misi Pelayanan Publik/Sosial;

b) Misi Pendidikan; dan

c) Misi Penelitian dan Pengembangan

3) Misi Dakwah

RS PKU Muhammadiyah Gamping Memiliki Semboyan dalam pelayanan yaitu “AMANAH” yang merupakan kependekan dari: Antusias, Mutu, Aman, Nyaman, Akurat dan Handal.

2. Gambaran Umum Rekam Medis

a. Sejarah Rekam Medis RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman

Yogyakarta

Rekam medis sudah dikenal sejak zaman paleolithicum yaitu pada

tahun ± 25.000 SM yang berupa lukisan di dinding gua batu tentang

amputasi jari dan trephinasi di Spayol. Kemudian pada zaman Mesir

Kuno seorang tabib tersohor yang bernama Thoth dan diagungkan

(23)

30

bapak Pengobatan (Patron of Medicine). Kedua tabib Mesir Kuno itu

banyak menulis buku tentang kesehatan dalam gulungan papyrus.

Papyrus merupakan semacam kertas berserat yang berasal dari tumbuhan di tepi sungai Nil dengan tulisan berbentuk simbol gambar yang

dinamakan hieroglyph. Papyrus berfungsi sebagai sarana komunikasi dan

sumber edukasi kedokteran atau kesehatan yang sangat berharga.

Di Indonesia kata Medical Record semula diterjemahkan dengan

berbagai istilah. Ada yang menyebutnya sebagai “list” (dari kata Belanda lijst = daftar, status, atau catatan medis. Kemudian nama itu berubah menjadi rekam medis (1989) sesuai dengan usulan Prof.dr.Anton Mulyono yang saat itu menjabat sebagai Ka.Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Sejak organisasi profesi Perhimpunan Profesional Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Indonesia (PORMIKI) yang didirikan tahun 1989, organisasi ini telah menggunakan kata ‘informasi’ sesudah kata perekam medis. Penggunaan kata ‘manajemen informasi’ ini telah membawa perubahan yang bermakna yang semakin nyata tentang apa yang dilakukan seorang profesional serta bagaimana ia memosisikan dirinya dalam lingkungan informasi. Sinergi dari kesiapan untuk menerapkan teknologi informasi dan tuntutan untuk bekerja secara lebih luas, lebih baik dalam mengelola informasi yang menjadi syarat dari perubahan yang mendasar bagi profesi MIK kini dan mendatang.

Seiring perkembangan zaman RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta pada tahun 2009 menggunakan teknologi komputer namun masih terdapat beberapa pengelolaan rekam medis yang belum menggunakan sistem komputer seperti penggunaan buku register. Tahun 2010 RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta pengelolaan Rekam Medis sudah sepenuhnya menggunakan sistem komputer.

(24)

31

b. Struktur Organisasi Unit RM

Gambar 4.1 Struktur Oraganisasi Unit Rekam Medis RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta

Sumber: Unit Rekam Medis RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman

Yogyakarta Pelaksana Penerimaan Pasien 1. Penerimaan Pasien Rawat Jalan BPJS 2. Penerimaan Pasien

Rawat Jalan Umum

3. Penerimaan Pasien UGD 4. Penerimaan Pasien Rawat Inap Direktur Wakil Direktur Pelayanan dan Jangmed

Manajer Yan. Medik dan Jang Medik

Pelaksana Pengelolaan Rekam Medis

1. Pengelolaan Rekam

Medis Pasien Rajal

2. Pengelolaan Rekam

Medis Pasien Ranap

3. SKM dan Visum et

Repertum

4. Pelaporan

5. filing

Supervisor Admisi dan Rekam Medis

Pelaksana Pengelolaan Klaim 1. Pengelolaan Klaim BPJS Rawat Jalan 2. Pengelolaan Klaim BPJS Rawat Inap 3. Pengelolaan Berkas Klaim BPJS 4. Pengelolaan Klaim Jamkesda dan Jamkesos

(25)

32

c. Jenis-Jenis Pelayanan RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman

Yogyakarta

1) Layanan Unggulan

Tabel 4.1 Jenis Layanan Unggulan RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta

Layanan Unggulan Cardiovascular Center

Ekstra Mural

Sumber: http://pkugamping.com

2) Rawat Jalan

Tabel 4.2 Jenis Pelayanan Rawat Jalan RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta

Rawat Jalan

Klinik Bedah Umum

Klinik Bedah Tulang (Orthopedi) Klinik Bedah Digestive

Klinik Penyakit Dalam Klinik Paru-Paru Klinik Jantung

Klinik Obsgyn Kandungan Klinik Penyakit Anak Klinik Penyakit Mata Klinik Penyakit Syaraf Klinik T H T

Klinik Kulit & Kelamin Klinik Gigi

Klinik Jiwa Klinik Anastesi

Klinik Terapi Tumbuh Kembang

Sumber: http://pkugamping.com

3) Rawat Inap

Tabel 4.3 Jenis Kelas Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta

Rawat Inap

Klas VVIP (12 kamar) Klas VIP (17 kamar) Klas I (16 kamar) Klas II (24 kamar) Klas III (65 kamar)

(26)

33

4) Penunjang

Tabel 4.4 Jenis Layanan Penunjang RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta

Penunjang Farmasi Laboratorium Hemodialisa Fisioterapi Radiologi Gizi Bina Rohani Sumber: http://pkugamping.com

5) Instalasi Gawat Darurat (IGD)

6) IntensifCareUnit (ICU)

B. Hasil

1. Pelaksanaan Pengodean External Cause Kasus Kecelakaan Sepeda Motor

Berdasarkan ICD-10 di RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta

a. Man

Petugas rekam medis yang melaksanakan pengodean (coder) pada

unit rekam medis RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta terdiri dari 5 orang dengan kualifikasi sebagai berikut:

Tabel 4.5 SDM coder rawat inap RS PKU Muhammadiyah Gamping

Sleman Yogyakarta

Jenis Petugas Jumlah Kualifikasi Tugas Coder syarat klaim pasien rawat inap JKN 4 orang D3 Rekam Medis Melaksanakan pengodean

diagnosa pada lembar

verifikasi dan entri pada INA CBG’s untuk pasien JKN Coder pasien rawat inap (JKN dan Non JKN) 1 orang D3 Rekam Medis Melaksanakan pengodean

diagnosa pada berkas

rekam medis dan entri pada SIMRS untuk semua pasien rawat inap (pasien JKN dan Non JKN)

Sumber: Hasil observasi di Unit Rekam Medis RS PKU Muhammadiyah

Gamping Sleman Yogyakarta

Hal tersebut didukung dengan hasil wawancara kepada responden B yang dilakukan pada tanggal 02 Agustus 2017 di Unit Rekam Medis RS

(27)

34

PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta. Berikut hasil

wawancara terkait latar belakang pendidikan dan pelatihan coder (coding

1).

Hasil pernyataan yang disampaikan responden B tersebut diperkuat oleh pernyataan triangulasi sumber pada tanggal 03 Agustus 2017 di Unit Rekam Medis RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta sebagai berikut:

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa coder rawat

inap berlatar belakang pendidikan D3 rekam medis. Lebih jelasnya terdapat pada grafik berikut:

Gambar 4.2 Grafik Latar Belakang Pendidikan Coder RS PKU

Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta

“Untuk pendidikan kita D3 Rekam Medis dek, kalau untuk pelatihan belum pernah. Yang pernah mas D”

Responden B

“Latar belakang D3 Rekam Medis, kalau untuk pelatihan sebagian sudah namun bukan dari rumah sakit melainkan ikut pelatihan diluar, seperti Pormiki. Sebagian yang lain belum ikut pelatihan dikarenakan pegawai baru. Mungkin waktu di kuliah pernah ikut pelatihan”.

(28)

35

Berdasarkan tabel dan grafik tersebut diketahui bahwa latar belakang

pendidikan coder di RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman

Yogyakarta 100% D3 Rekam Medis.

b. Methode

Pelaksanaan pengodean di RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta menggunakan ICD-10 elektronik. Berdasarkan hasil

observasi berikut langkah-langkah pengodean di RS PKU

Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta sebagai berikut:

1. Coder menentukan lead term external cause dengan membaca pada formulir resume medis, jika keterangan pada resume medis tersebut

tidak lengkap maka coder melihat pada formulir triage atau asesmen

gawat darurat.

2. Coder menggunakan buku ICD-10 Volume III untuk menemukan istilah atau diagnosa yang dicari.

3. Coder membaca dan mengikuti petujuk tanda baca yang tertera di diagnosa tersebut.

4. Semua diagnosa yang mempengaruhi perawatan diberi nomor kode

ICD-10

5. Kode yang dicantumkan harus berurutan secara benar yaitu dimulai

dari diagnosa utama hingga diagnosa sekunder

6. Coder menggunakan volume I (tabular list) untuk memeriksa kebenaran kode yang dipilih

7. Pengisian kode:

a. Untuk pasien JKN Coder mengode pada lembar verifikasi guna

klaim pembiayaan;

b. Untuk semua pasien pulang rawat inap (JKN dan Non JKN),

coder mencantumkan nomor kode diagnosa tersebut di berkas rekam medis pada formulir Resume Pasien Pulang (RM 40) guna data morbiditas pasien.

8. Coder melakukan entry kode diagnosa ke dalam komputer sebagai proses indeksing.

(29)

36

Pada pelaksanaannya menganut SPO dengan Nomor Dokumen 053-MR/X/2016 tentang Pemberian Kode ICD-10 yang diterbitkan pada tanggal 31 Oktober 2016. Berikut merupakan hasil wawancara yang peneliti laksanakan pada tanggal 02 Agustus 2017 dengan responden A

terkait SK atau SPO yang secara khusus membahas pengodean external

cause (coding 2):

Hal senada disampaikan oleh triangulasi sumber di RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta pada tanggal 03 Agustus 2017 berikut:

Berdasarkan hasil wawancara tersebut diketahui bahwa SPO pengodean yang berlaku adalah SPO terkait pemberian kode ICD-10 yang diterbitkan pada tanggal 31 Oktober 2016.

c. Material

Pelaksanaan pengodean external cause di RS PKU Muhammadiyah

Gamping Sleman Yogyakarta berpedoman pada formulir rumah sakit yang meliputi:

1) Lembar triage (RM 03.a);

2) Assesmen dawat darurat (RM 03.b);

3) Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) (RM 08); dan

4) Resume pasien pulang (RM 40).

Serta berpedoman pada formulir dari luar rumah sakit (penjamin biaya pasien) yang meliputi:

1) Kronologis kejadian dan

2) Lembar jasa raharja.

“Belum ada dek”.

Responden A

“Tidak ada SPO yang secara khusus membahas external cause,

adanya SPOnya ya pengodean diagnosa berdasar ICD-10 dan tindakan berdasar ICD-9CM”.

(30)

37

Seperti yang dijelaskan oleh responden A dan responden D pada saat wawancara tanggal 02 Agustus 2017 terkait formulir pendukung dalam

menetapkan external cause (coding 3) berikut:

Penjelasan tersebut diperkuat dengan hasil wawancara triangulasi sumber pada tanggal 03 Agustus 2017 berikut:

Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa formulir pendukung

yang digunakan untuk menetapkan external cause meliputi formulir

triage (RM 03.a), assesmen gawat darurat (RM 03.b), CPPT (RM 08), resume pasien pulang (RM 40), kronologis kejadian dan lembar jasa raharja.

d. Machine

Pengodean diagnosa maupun tindakan di RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta menggunakan ICD elektronik sehingga lebih cepat dalam mengode, seperti yang disampaikan oleh responden A

terkait pengodean menggunakan ICD-10 elektronik (coding 4) berikut:

“Formulir pendukung dari external cause yaitu lembar triage (gawat

darurat yang ditulis perawat), assesment gawat darurat (ditulis dokter), kronologis kejadian dan resume”.

Responden A

“Penjelasan external cause bisa dilihat dari lembar gawat darurat,

karena yang ada di berkas rekam medis hanya lembar gawat darurat, kalaupun ada di CPPT. Kalau di resume hanya post kll. Lebih lengkap di lembar gawat darurat”.

Triangulasi Sumber “Formulir kegawat daruratan dan resume pasien pulang. Atau formulir yang berasal dari wawancara dokter dengan pasien gawat darurat”.

Responden D

“Iya, kami menggunakan ICD elektronik”.

(31)

38

Hal tersebut diperkuat dengan hasil wawancara kepada triangulasi sumber yang dilaksanakan pada tanggal 03 Agustus 2017 sebagai berikut:

Berdasarkan hal tersebut di atas diketahui bahwa pengodean diagnosa di RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta menggunakan ICD-10 elektronik kemudian dientri pada SIMRS, namun

SIMRS tersebut belum memfasilitasi kode diagnosa maupun external

cause sampai dengan karakter ke 5, seperti gambar berikut:

Gambar 4.3 User Interface SIMRS PKU Muhammadiyah Gamping

Sumber: Unit Rekam Medis RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman

Yogyakarta

2. Kesesuaian Kode External Cause Kasus Kecelakaan Sepeda Motor pada

Berkas Rekam Medis dengan SIMRS

Berdasarkan hasil pengolahan data yang peneliti lakukan dari 55 sampel

berkas rekam medis diketahui bahwa kesesuaian kode external cause kasus

kecelakaan sepeda motor pada berkas rekam medis dengan SIMRS diperoleh hasil sebagai berikut:

“Hampir pakai elektronik semua, paling penggunaan ICD-10 manualnya kalau komputernya dipakai semua, tapi jarang banget terjadi”.

(32)

39

Tabel 4.6 Kesesuaian Kode External Cause Kasus Kecelakaan Sepeda Motor

pada Berkas Rekam Medis dengan SIMRS

KATEGORI JUMLAH PROSENTASE %

(Kategori A) Jika kode external cause pada berkas rekam medis sama dengan SIMRS

35 64 %

(Kategori B) Jika kode external cause pada berkas rekam medis tidak sama dengan SIMRS

3 5 %

(Kategori C) Jika kode external cause pada berkas rekam medis tidak dikode, namun pada SIMRS dikode

12 22 %

(Kategori D) Jika kode external cause pada berkas rekam medis dikode, namun pada SIMRS tidak dikode

3 5 %

(Kategori E) Jika tidak ada kode externalcause pada berkas rekam medis maupun SIMRS

5 4 %

TOTAL 55 100%

Sumber: Hasil Perhitungan Sampel Berkas Rekam Medis RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta

Lebih jelasnya perbandingan kesesuaian antar kategori tersebut dapat dilihat dalam grafik berikut:

Gambar 4.4 Grafik kesesuaian kode externalcause pada BRM dengan

(33)

40

Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa tingkat kesesuaian kode external cause pada berkas rekam medis dengan SIMRS dari 55 sampel

paling banyak pada kategori A (kode externalcause pada berkas rekam medis

sesuai atau sama dengan kode externalcause pada SIMRS) sebesar 64% atau

35 berkas rekam medis dari 55 sampel berkas rekam medis.

3. Ketepatan Kode External Cause Kasus Kecelakaan Sepeda Motor

Berdasarkan ICD-10 di RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta

Berdasarkan hasil pengolahan data yang peneliti lakukan dari 55 sampel berkas rekam medis kasus kecelakaan sepeda motor diketahui bahwa

ketepatan kode external cause kasus kecelakaan sepeda motor diperoleh hasil

sebagai berikut:

Tabel 4.7 Rekapitulasi Ketepatan Kode External Cause Kasus Kecelakaan

Sepeda Motor RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta

KATEGORI JUMLAH PERSENTASE %

(Kategori A) Jika kode external cause pada berkas rekam medis tepat sampai dengan karakter ketiga

2 4%

(Kategori B) Jika kode external cause pada berkas rekam medis tepat sampai dengan karakter keempat

8 15%

(Kategori C) Jika kode external cause pada berkas rekam medis tepat sampai dengan karakter kelima

0 0%

(Kategori D) Jika tidak ada kode externalcause pada berkas rekam medis namun ada keterangan bahwa pasien korban kecelakaan sepeda motor

14 25%

(Kategori E) Jika kode external cause pada berkas rekam medis tidak tepat pada karakter ke2 sampai dengan ke 5

31 56%

TOTAL 55 100%

Sumber: Hasil Observasi Unit Rekam Medis RS PKU Muhammadiyah

Gamping Sleman Yogyakarta

Lebih jelasnya perbandingan kesesuaian antar kategori tersebut dapat dilihat dalam grafik berikut:

(34)

41

Gambar 4.5 Grafik Ketepatan Kode ExternalCause Kasus Kecelakaan

Sepeda motor

Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat diuraikan bahwa dari 55 sampel berkas rekam medis terdapat 31 berkas rekam medis dari 55 berkas rekam

medis atau 56% kode external cause pada berkas rekam medis tidak tepat

pada karakter kedua sampai dengan kelima(Kategori E).

4. Faktor Penyebab Ketidaksesuaian dan Ketidaktepatan Kode External Cause

Kasus Kecelakaan Sepeda Motor Pasien Gawat Darurat Berdasarkan ICD-10 di RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta

Pada penelitian ini peneliti menganalisis faktor penyebab ketidaktepatan

dan ketidaksesuaian kode external cause kasus kecelakaan sepeda motor

berdasarkan dari sumber daya manusia, metode yang dilaksanakan, material dan mesin yang digunakan.

(35)

42

Gambar 4.6 Fishbone Faktor Ketidaktepatan dan Ketidaksesuaian Kode ExternalCause

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara menunjukkan bahwa faktor yang mendasari ketidaktepatan dan ketidaksesuaian tersebut adalah:

a. Man

Faktor penyebab dari ketidaktepatan dan ketidaksesuaian kode external cause kasus kecelakaan sepeda motor adalah volume pekerjaan

yang tinggi sehingga kurang teliti dalam menggali externalcause, selain

itu tidak konsentrasi karena coder rawat inap hanya 1 orang. Seperti yang

disampaikan responden D terkait penyebab dari ketidaktepatan dan

ketidaksesuaian dari segi SDMnya (coding 5) berikut:

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa dalam pengodean yang tepat dan lengkap untuk menghasilkan laporan morbiditas pasien

yang akurat perlu adanya tambahan coder pasien rawat inap.

“Karena volume pekerjaan, jadi tidak konsen untuk menggali lebih

dalam external causenya. Selain itu kadang tidak bisa dibaca tulisan

dokternya atau dokter memberi external causenya tidak terlalu

spesifik”.

(36)

43

b. Methode

Pelaksanaan pengodean di RS PKU Muhammadiyah menggunakan

ICD-10 elektronik yang dilakukan oleh Coder syarat klaim pasien rawat

inap JKN dan coder pasien rawat inap (pasien JKN dan non JKN). Pada

pelaksanaannya menganut SPO dengan Nomor Dokumen 053-MR/X/2016 tentang Pemberian Kode ICD-10 yang diterbitkan pada tanggal 31 Oktober 2016.

Tabel 4.8 SPO Pengodean diagnosa RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta

Sumber: Unit Rekam Medis RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman

Yogyakarta

Tabel 4.9 Hasil Observasi coder pasien rawat inap

No Aspek Yang Diamati Ya Tidak Keterangan

1

Untuk pasien pulang rawat

inap, coder mencantumkan

nomor kode tersebut ke dalam kolom kode diagnosa pada Resume Pasien Pulang.

2 Coder mengentri kode externalcause pada SIMRS √

Sumber: Hasil Observasi di Unit Rekam Medis RS PKU

Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta

Berdasarkan SPO dan hasil observasi tersebut diketahui bahwa

pengodean kode external cause tersebut sudah sesuai dengan pedoman

SPO. Selain hal tersebut SPO menjelaskan bahwa pengodean menggunakan buku ICD-10. Seperti kutipan SPO berikut:

Tabel 4.10 SPO Pengodean diagnosa RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta

PROSEDUR 2. Coder menggunakan buku ICD X Volume II

sebagai kamus petunjuk.

3. Coder menggunakan buku ICD X Volume III untuk menemukan istilah/diagnosa yang dicari.

Sumber: Unit Rekam Medis RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman

Yogyakarta

Prosedur 8. Untuk pasien pulang rawat inap, petugas koding

mencantumkan nomor kode tersebut ke dalam kolom kode diagnosa pada Resume Pasien Pulang (RM 40).

(37)

44

Berdasarkan observasi berikut SPO tidak menjelaskan bahwa pengodean boleh menggunakan ICD-10 elektronik melainkan tertulis menggunakan buku ICD-10.

Tabel 4.11 Hasil Observasi Coder

No Aspek Yang Diamati Ya Tidak Keterangan 1 Coder melaksanakan pengodean

sesuai SPO. √

a. Coder menggunakan buku

ICD-10 Volume II sebagai kamus petunjuk.

ICD-10 elektronik

b. Coder menggunakan buku

ICD-10 Volume III untuk

menemukan istilah atau

diagnosa yang dicari.

ICD-10 elektronik

Sumber: Hasil Observasi di Unit Rekam Medis RS PKU Muhammadiyah

Gamping Sleman Yogyakarta

c. Material

Pelaksanaan pengodean external cause di RS PKU Muhammadiyah

Gamping Sleman Yogyakarta berpedoman pada formulir rumah sakit yang meliputi:

1) Lembar triage (RM 03.a);

2) Assesmen dawat darurat (RM 03.b);

3) Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) (RM 08); dan

4) Resume pasien pulang (RM 40).

Serta berpedoman pada formulir dari luar rumah sakit (penjamin biaya pasien) yang meliputi:

1) Kronologis kejadian dan

2) Lembar jasa raharja.

Pada lembar triage (RM 03.a) belum ada kolom informasi terkait aktivitas saat kecelakaan melainkan hanya kolom jenis kecelakaan, tempat kejadian, tanggal dan waktu kejadian. Seperti gambar berikut:

(38)

45

Gambar 4.7 Formulir Triage RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman

(39)

46

Gambar 4.8 Formulir Assesmen Gawat Darurat RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta

Sumber: RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta

Namun pada beberapa berkas rekam medis tidak tercantum lembar kronologis kejadiannya, hal ini dikarenakan lembar kronologis kejadian tersebut bukan formulir dari rekam medis tetapi merupakan syarat dari

BPJS (coding 6). Seperti yang disampaikan oleh responden B berikut:

“Lembar kronologi kejadian ikut dipersyaratan pasien, karena pasien sebelumnya mungkin rawat jalan jadi ikut ke scan dibagian rawat jalan, kalau tidak ya tercecer”.

(40)

47

Hal tersebut didukung oleh hasil wawancara kepada triangulasi sumber berikut:

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa lembar kronologis kejadian bukan termasuk lembar rekam medis yang menjadi arsip rumah sakit, melainkan hanya sebagai persyaratan guna klaim ke BPJS.

Tabel 4.12 Lembar Kronologi Kejadian pada BRM Lembar Kronologis Kejadian Jumlah

Ada 30

Tidak Ada 25

Total 55

Sumber: Hasil Observasidi Unit Rekam Medis RS PKU Muhammadiyah

Gamping Sleman Yogyakarta

Lebih jelasnya untuk perbandingan tersebut dapat dilihat dalam grafik berikut:

Gambar 4.9 Grafik rekapitulasi lembar kronologis kejadian pada BRM “Lembar kronologi hanya untuk persyaratan klaim, bukan untuk disimpan di BRM. Jadi itu untuk ke BPJS. Kronologi masuk ke berkas rekam medis setelah selesai pelayanan atau malah masuk ke bendelan klaim. Kalaupun masuk BRM harus fotocopy dulu.

(41)

48

Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa berkas rekam medis yang ada lembar kronologi kejadiannya sebanyak 30 berkas rekam medis dari 55 berkas rekam medis atau setara dengan 55%. Sedangkan yang tidak ada lembar kronologi kejadiannya sebanyak 25 berkas rekam medis dari 55 berkas rekam medis atau setara dengan 45%.

d. Mesin

Pengodean diagnosa di RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta menggunakan ICD-10 elektronik sehingga lebih cepat dalam mengode kemudian dientri pada SIMRS, namun SIMRS tersebut belum

memfasilitasi kode diagnosa maupun external cause sampai dengan

karakter ke 5 dikarenakan belum adanya pengembangan SIMRS.

Selain pengodean menggunakan ICD-10 kadang kala coder

menggunakan buku bantu berupa daftar diagnosa yang diinput pada excel. Seperti yang disampaikan oleh responden B terkait buku bantu

yang digunakan coder untuk mempermudah dalam pengodean (coding 7)

berikut:

Hal tersebut diperkuat oleh hasil wawancara kepada triangulasi sumber berikut:

Berdasarkan hal tersebut di atas dapat diketahui bahwa ada buku

bantu yang digunakan coder namun jarang dipakai selain itu belum di SK

kan karena hanya inisiatif dari para petugas.

“Ada buku pintar, misal ada singkatan yang tidak tahu biasanya lebih ke google, lebih cepat waktunya”.

Responden B

“Ada buku bantu tapi kebanyakan dipakai di depan, untuk koding SEP. Kalau disini prosentasenya sedikit, langsung lihat di ICD-10. Dan itu hanya inisiatif dari petugas, jadi tidak di SK kan.

(42)

49

C. Pembahasan

1. Pelaksanaan Pengodean External Cause Kasus Kecelakaan Sepeda Motor

Berdasarkan ICD-10 di RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta

a. Man

Menurut Permenkes Nomor: 55 Tahun 2013 tentang

Penyelenggaraan Pekerjaan Perekam Medis, Perekam medis merupakan seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan formal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Perekam medis mempunyai kewenangan sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya, salah satu dari kompetensi tersebut adalah melaksanakan klasifikasi dan kodifikasi penyakit, masalah yang berkaitan dengan kesehatan dan tindakan medis sesuai klasifikasi yang berlaku di Indonesia.

Pelaksanaan pengodean diagnosa maupun tindakan di RS PKU

Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta dilaksanakan oleh coder

dengan latar belakang pendidikan D3 rekam medis.

b. Methode

Standar Prosedur Operasional (SPO) merupakan suatu perangkat instruksi/langkah-langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu dengan memberikan langkah yang benar dan terbaik berdasarkan konsensus bersama untuk melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang dibuat oleh fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan standar profesi (Undang-Undang No. 36, 2014). Pelaksanaan pengodean diagnosa di RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta menganut pada SPO dengan Nomor Dokumen 053-MR/X/2016. Pada SPO tersebut dituliskan bahwa pengodean menggunakan buku ICD-10, namun pada pelaksanaannya menggunakan ICD-10 elektronik.

(43)

50

c. Materiil

1) Triage

Menurut KARS (2012) pada Standar APK 1.1.1, pasien dengan kebutuhan darurat atau mendesak diidentifikasi dengan proses triase berbasis bukti kemudian pasien sesegera mungkin diperiksa dan mendapat asuhan. Formulir triage merupakan formulir yang digunakan untuk menyaring pasien yang menentukan prioritas penanganan. Untuk pasien gawat darurat, asesmen keperawatan berdasarkan kebutuhan dan kondisinya.

Keterangan external cause pada lembar triage di RS PKU

Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta terdapat pada kolom bagian keluhan utama dan jenis trauma yang dituliskan oleh perawat jaga UGD. Pada kolom jenis trauma dijelaskan lebih mendetail seperti jenis kecelakaan, tanggal kejadian dan waktu kejadian. Namun pada lembar triage tersebut belum menjelaskan aktivitas korban saat kecelakaan.

2) Assesmen Gawat Darurat

Menurut KARS (2012) pada Elemen Penilaian AP.1, ketika

pasien diterima di rumah sakit untuk mendapatkan

pelayanan/pengobatan rawat inap atau rawat jalan, harus diidentifikasi kebutuhan pelayanannya melalui suatu proses asesmen secara lengkap untuk menetapkan alasan kenapa pasien perlu datang berobat ke rumah sakit. Agar asesmen kebutuhan pasien konsisten, rumah sakit menetapkan dalam kebijakan, isi minimal dari asesmen yang harus dilaksanakan oleh dokter, perawat dan staf disiplin klinis lainnya. Setiap formulir asesmen yang digunakan mencerminkan

kebijakan dari rumah sakit tersebut. Formulir assesmen gawat

darurat merupakan formulir yang digunakan untuk pengkajian tindak lanjut dari hasil penyaringan pasien agar lebih mendalami kebutuhan pasien. Untuk pasien gawat darurat, asesmen medis berdasarkan kebutuhan dan kondisi pasien.

(44)

51

Keterangan external cause pada lembar asesmen gawat darurat

di RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta terdapat pada kolom anamnesis yang termasuk dalam kategori survei primer. Dalam lembar asesmen gawat darurat ini di isi oleh dokter yang berjaga di UGD.

3) Resume Pasien Pulang

Menurut KARS (2012) pada Standar PPK. 3, pasien sering membutuhkan pelayanan tindak lanjut guna memenuhi kebutuhan kesehatan berkelanjutan atau untuk mencapai sasaran kesehatan mereka. Informasi kesehatan umum diberikan oleh rumah sakit dapat

dimasukkan bila membuat resume kegiatan harian setelah pasien

pulang. Resume atau discharge summary merupakan ringkasan dari

seluruh masa perawatan dan pengobatan pasien sebagaimana yang telah diupayakan oleh para tenaga kesehatan dan pihak terkait yang ditandatangani oleh dokter yang merawat pasien (Hatta, 2013).

Keterangan externalcause pada lembar resume pasien pulang di

RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta terdapat pada kolom alasan dirawat yang dituliskan oleh dokter sesuai dengan keterangan pada lembar triage dan asesmen gawat darurat.

4) Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi

Menurut KARS (2012) pada Elemen Penilaian AP.1.5, Catatan perkembangan pasien terintegrasi merupakan proses perencanaan asuhan pasien menggunakan asesmen awal pasien dan asesmen ulang secara periodik untuk menetapkan dan menyusun prioritas pengobatan, prosedur, asuhan keperawatan, dan asuhan lain untuk memenuhi kebutuhan pasien. Rencana asesmen ulang pasien harus mencerminkan tujuan yang bersifat individual, obyektif dan sasaran asuhan yang realistik untuk memungkinkan asesmen ulang dan revisi rencana pelayanan. Rencana asuhan tersebut dicantumkan dalam rekam medis pasien dan dikembangkan dalam waktu 24 jam setelah pasien diterima dirawat inap. Pengintegrasian dan koordinasi aktivitas asuhan pasien menjadi tujuan agar menghasilkan proses

(45)

52

asuhan yang efektif dan efisien pada penggunaan sumber daya manusia dan sumber daya lain dan kemungkinan hasil asuhan pasien yang lebih baik. Aktivitas asuhan pasien termasuk pemberian

perintah, prosedur diagnostik, operasi dan prosedur lain

diperintahkan oleh yang berwenang agar bisa dilaksanakan tepat waktu. Perintah dapat ditulis pada suatu lembar perintah yang kemudian dimasukkan ke rekam medis pasien secara periodik atau pada waktu pemulangan pasien.

Coder pasien rawat inap RS PKU Muhammadiyah Gamping

Sleman Yogyakarta melihat keterangan externalcause salah satunya

pada lembar CPPT (RM 08).

5) Kronologis Kejadian

Menurut Hatta (2013), tujuan adanya rekam medis adalah untuk menunjang kepentingan administratif termasuk dalam pembiayaan, hukum, finansial, riset, edukasi dan dokumentasi dalam suatu pelayanan kesehatan.

Lembar kronologis kejadian untuk pasien JKN dengan kasus trauma di RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta berfungsi sebagai salah satu syarat klaim ke BPJS. Pada lembar ini termasuk dalam formulir eksternal rumah sakit, namun formulir

tersebut dibuat oleh coder BPJS sehingga tidak ada peraturan khusus

dari pihak RS.

6) Lembar Jasa Raharja

Lembar Jasa raharja merupakan lembar yang diterbitkan oleh perusahaan milik negara yang bergerak dibidang asuransi kecelakaan (jasaraharja.co.id).

Pelaksanaan pengodean external cause di RS PKU

Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta coder syarat klaim

pasien JKN terkadang melihat surat keterangan dari jasa raharja. Namun surat keterangan tersebut diterbitkan dalam kurun waktu yang cukup lama, sehingga coder BPJS lebih sering berpedoman

(46)

53

pada lembar triage (RM 03.a), asesmen gawat darurat (RM 03.b), resume pasien pulang (RM 40) dan lembar kronologis kejadian. d. Machine

SIMRS merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup seluruh pelayanan kesehatan diseluruh tingkat administrasi yang dapat memberikan informasi kepada pengelola untuk proses manajemen pelayanan kesehatan rumah sakit (Rustiyanto, 2011).

Pengodean diagnosa di RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta menggunakan ICD-10 elektronik yang dientrikan pada SIMRS. Namun SIMRS tersebut belum memfasilitasi kode ICD-10 sampai dengan karakter ke 5 (lima).

2. Kesesuaian Kode External Cause Kasus Kecelakaan Sepeda Motor pada

Berkas Rekam Medis dengan SIMRS

Coding merupakan pemberian suatu kode penyakit, kode tindakan

operasi, kode dokter, kode wilayah, kode kematian atau kode-kode yang berkaitan dengan proses pelayanan kesehatan (Rustiyanto, 2011). Menurut WHO (2012), pengelompokan diagnosis bertujuan untuk epidemiologi praktis, data statistik tentang penyakit harus dikelompokkan sebagai Penyakit epidemi; Konstitusional atau penyakit umum; Penyakit lokal berdasarkan lokasi; Penyakit perkembangan; dan Cedera. Ketika menetapkan kode cedera

tersebut diharuskan untuk melaporkan external cause cedera tersebut

(Grebner dan Suarez, 2013).

External causes merupakan klasifikasi kejadian lingkungan dan keadaan

sekitarnya sebagai sebab dari suatu cedera, keracunan dan efek yang merugikan, pertentangan atau permusuhan, ketidakcocokan, atau berlawanan (WHO, 2012).

Pengodean di RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta terbagi menjadi 2 (dua) yakni pengodean syarat klaim pasien rawat inap JKN dan pengodean pasien rawat inap JKN dan Non JKN untuk data morbiditas pasien.

(47)

54

Berdasarkan analisis kode externalcause kasus kecelakaan sepeda motor

di RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta diperoleh hasil

bahwa persentase kesesuaian kode external cause antara berkas rekam medis

dengan SIMRS sebesar 64% atau 35 berkas rekam medis dari 55 sampel berkas rekam medis, sedangkan persentase yang tidak sesuai sebesar 3% atau sama dengan 5 berkas rekam medis dari 55 sampel berkas rekam medis. Persentase kesesuaian antara berkas rekam medis dengan SIMRS di RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta lebih rendah dibandingkan penelitian di RSA UGM oleh Lestari (2014), dengan tingkat kesesuaian 89% atau sama dengan 89 berkas rekam medis dari 100 sampel, hal ini dikarenakan volume pekerjaan yang tinggi sehingga coder kurang

berkonsentrasi dalam mendalami external cause.

3. Ketepatan Kode External Cause Kasus Kecelakaan Sepeda Motor

Berdasarkan ICD-10 di RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta

Keakuratan pengodean penting untuk evaluasi bagi unit kerja pelaporan dan proses perencanaan pelayanan kesehatan, memudahkan dalam penyimpanan dan pengambilan data terkait karakteristik diagnosa pasien, serta sebagai sistem penagihan pembayaran (Hatta, 2013). Menurut Grebner dan Suarez (2013), dalam pedoman pengodean menjelaskan tentang

penggunaan kode external cause yang terstandarisasi adalah kode sekunder

untuk digunakan dalam rangkaian pelayanan kesehatan maupun untuk tujuan penelitian data cedera dan evaluasi strategi pencegahan cedera. Kode tersebut mengidentifikasi penyebab, maksud, dan lokasi di mana cedera terjadi, bersamaan dengan status pasien dan aktivitas yang sedang dilakukan. Kode aktivitas yang tertera dalam WHO (2012) merupakan kode tambahan yang berhubungan dengan kecelakaan transportasi darat (V01-V89) yang diletakkan pada karakter ke 5 (lima).

Berdasarkan analisis ketepatan kode external cause kasus kecelakaan

sepeda motor pasien gawat darurat di RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta yang dilaksanakan oleh peneliti, persentase ketepatan

(48)

55

kode external cause kasus kecelakaan sepeda motor sampai dengan karakter

ke 4 (empat) sebesar 15% atau sama dengan 8 berkas rekam medis dari 55 sampel berkas rekam medis, sedangkan persentase tepat sampai karakter ke 5 (lima) sebesar 0% atau sama dengan 0 berkas rekam medis dari 55 sampel

berkas rekam medis dan persentase kode external cause yang tidak tepat

sebesar 56% atau sama dengan 31 berkas rekam medis dari 55 sampel berkas rekam medis.

Persentase ketepatan kode externalcause kasus kecelakaan sepeda motor

pasien gawat darurat di RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta lebih tinggi dibandingkan dengan RSKB Siaga Banjarmasin pada penelitian Yuliana (2014) dengan tingkat ketepatan 0% atau sama dengan 0 berkas rekam medis dari 72 sampel berkas rekam medis atau sama dengan

100% external causenyatidak dikode.

Hasil dari ketidaktepatan dan ketidaksesuaian kode external cause kasus

kecelakaan sepeda motor dapat digunakan sebagai evaluasi serta dapat dijadikan pertimbangan dalam membuat kebijakan bahwa pengodean yang dilaksanakan tepat dan lengkap, sehingga laporan data morbiditas yang dihasilkan akurat.

4. Faktor Penyebab Ketidaktepatan dan Ketidaksesuaian Kode External Cause

Kasus Kecelakaan Sepeda Motor Berdasarkan ICD-10 di RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta

Faktor penyebab ketidaktepatan dan ketidaksesuaian kode externalcause

pada penelitian ini menggunakan teori analisis fishbone. Analasis fishbone

(tulang ikan) adalah analisis yang digunakan untuk mengategorikan berbagai sebab potensial suatu masalah dengan cara yang mudah dimengerti, sehingga dapat membantu dalam menganalisis apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses dengan cara memecah proses menjadi sejumlah kategori yang berkaitan dengan proses, mencakup manusia, metode, material dan mesin (Queensland Health, 2010).

Gambar

Gambar 4.1 Struktur Oraganisasi Unit Rekam Medis RS PKU  Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta
Tabel 4.1 Jenis Layanan Unggulan RS PKU Muhammadiyah  Gamping Sleman Yogyakarta
Gambar 4.2 Grafik Latar Belakang Pendidikan Coder RS PKU  Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta
Gambar 4.3 User Interface SIMRS PKU Muhammadiyah Gamping   Sumber: Unit Rekam Medis RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Jika nilai p ≤ 0,05 maka ada hubungan antara pengetahuan terminologi medis dengan ketepatan kode diagnosis yang dihasilkan oleh masing-masing petugas rekam medis di RS

Menganalisis hubungan pengetahuan terminologi medis petugas rekam medis dengan ketepatan kode diagnosis yang dihasilkan oleh petugas rekam medis di RS PKU

Hubungan antara Status Kepegawaian dengan Kesesuaian Kode Diagnosis pada Lembar Poliklinik dan Software INA- CBGs Pasien Rawat Jalan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kecemasan pada pasien gagal ginjal kronis di unit hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Unit II Gamping

Ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kecemasan pada pasien gagal ginjal kronis di unit hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Unit II Gamping

karena tingkat kecelakaan semakin tinggi maka untuk pengodean harus disertai dengan external cause karena sebagai penyebab kematian pada surat sertifikat kematian jika pasien kasus