TUGAS AKHIR
Nama : Ahmad Reza Zulfikar
NIM : 09.51016.0019
Program Studi : DIV Komputer Multimedia
SEKOLAH TINGGI
MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER
SURABAYA
xii
3.2 Perancangan Karya ... 33
3.2.1 Pra Produksi ... 34
BAB IV IMPLEMENTASI KARYA ... 42
4.1 Pra Produksi ... 42
4.2 Produksi ... 44
4.2 Pasca Produksi ... 45
BAB V PENUTUP ... 50
5.1 Kesimpulan ... 50
5.2 Saran ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 52
BIODATA PENULIS ... 54
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Screenshot dari film “Pintu Terlarang” ... 29
Gambar 3.2 Screenshot dari film “The Raid” ... 30
Gambar 3.3 Penarikan Kesimpulan ... 33
Gambar 3.4 Alur Perancangan Karya ... 33
Gambar 3.5 Storyboard“Psikopath Test” ... 40
Gambar 4.0 Proses Penataan Stock Shoot ... 46
Gambar 4.1 Proses Color Grading ... 47
Gambar 4.2 Proses sound editing ... 47
Gambar 4.3 Proses rendering ... 48
Gambar 4.4 Desain Pin ... 49
Gambar 4.5 Desain pada Mug ... 49
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Analisis STP ... 35
Tabel 3.2 Analisis Kelebihan dan Kekurangan ... 36
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1 1.1 Latar Belakang Permasalahan
Nels Ericson dalam makalahnya yang berjudul U.S. Department of Justice: Office of Juvenile Justice and Delinquency Prevention, Mem-bully adalah penggunaan kekuatan, ancaman, atau pemaksaan untuk mengintimidasi dalam
memaksakan atas hak orang lain. Perilaku ini sering diulang dan menjadi
kebiasaan (2013: 2). Perbuatan ini bukanlah aktivitas normal pada anak-anak yang
akan berlalu dengan sendirinya seiring mereka dewasa. Menurut hasil studi yang
dilakukan National Youth Violence Prevention Resource Center Sanders, perilaku
bullying yang tidak ditangani dengan baik pada masa anak-anak justru dapat menyebabkan gangguan perilaku yang lebih serius di masa remaja dan dewasa,
seperti: pelecehan seksual, kenakalan remaja, keterlibatan dalam geng kriminal,
kekerasan terhadap pacar/teman kencan, pelecehan atau bullying ditempat kerja,
kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan/kekerasan terhadap anak, kekerasan
terhadap orang tua sendiri. (Anesty, 2012)
Jika terus dilakukan maka korban dapat mengalami gangguan anti sosial.
Menurut Roxanne Dryden-Edwards, MD dalam Antisocial Personality Disorder, gangguan kepribadian antisosial merupakan bentuk gangguan pada pikiran,
tingkah laku, dan perasaan yang sama sekali berbeda dari kepribadian aslinya.
Psikopat secara harfiah berarti sakit jiwa. Psikopat berasal dari kata
psyche yang berarti jiwa dan pathos yang berarti penyakit. Pengidapnya juga sering disebut sebagai sosiopat karena perilakunya yang antisosial dan merugikan
orang-orang terdekatnya. (Nevid, 2005)
Contohnya, pelaku penembakan Adam Lanza di Sekolah Dasar Sandy
Hook, Amerika Serikat, merupakan salah satu bukti bahwa psikopat pada
umumnya adalah mereka yang memiliki gangguan kepribadian antisosial.
Orang-orang di sekitar Adam memberikan pengakuan bahwa ia memang tidak
mempunyai ketertarikan untuk berkomunikasi dan cenderung bertingkah aneh
ketika berada di lingkungan sosial.
Psikopat tak sama dengan gila (skizofrenia/psikosis) karena seorang
psikopat sadar sepenuhnya atas perbuatannya. Gejalanya sendiri sering disebut
dengan psikopati, pengidapnya seringkali disebut orang gila tanpa gangguan
mental. Menurut penelitian sekitar 1% dari total populasi dunia mengidap
psikopati. Pengidap ini sulit dideteksi karena sebanyak 80% lebih banyak yang
berkeliaran daripada yang mendekam di penjara atau di rumah sakit jiwa,
pengidapnya juga sukar disembuhkan. (Nevid, 2005)
Seorang ahli psikopati dunia yang menjadi guru besar di Universitas
British Columbia, Vancouver, Kanada bernama Robert D. Hare telah melakukan
penelitian psikopat sekitar 25 tahun. Ia berpendapat bahwa seorang psikopat selalu
membuat kamuflase yang rumit, memutar balik fakta, menebar fitnah, dan
kebohongan untuk mendapatkan kepuasan dan keuntungan dirinya sendiri.
Permasalahan inilah yang akan diangkat dalam pembuatan Tugas Akhir ini.
Sebagai bumbu, film ini menggunakan genre thriller slasher. Genre ini memang
sangat kurang di Indonesia. Bahkan di tahun 2013 film Indonesia bergenre thriller
slasher bisa dikatakan tidak ada.
Pada tahun 2012, Indonesia bisa berbangga hati karena salah satu karya
anak bangsa yang berjudul Rumah Dara sukses di pasaran dan kancah
internasional. Rumah Dara berhasil menyabet piala di beberapa festival film di
luar negeri. Film karya The Mo Brother ini awalnya merupakan film pendek. Film
pendek yang masuk dalam film omnibus berjudul Takut: Faces of Fear. Karena
pecinta film banyak yang menyukai film pendek ini maka dibuatlah film
panjangnya.
Dalam tugas akhir ini akan dibuat sebuah film bergenre thriller slasher yang
mengangkat kisah fiktif mengenai KDRT. Digunakan cerita fiktif agar
penggunaan nama serta kasus KDRT yang tengah dibuat tidak merugikan pihak
manapun.
Menurut Tim Dirks, genre thriller adalah genre film yang mengejar tujuan
satu tujuan dimana terdapat bumbu-bumbu ketegangan untuk memberikan sensasi
dan menjaga mood audiens hingga klimaks (Kurniasari, 2013). Ketegangan
biasanya muncul ketika karakter utama ditempatkan dalam situasi yang
mengancam atau misi melarikan diri dari situasi yang mustahil dan berbahaya
(Frans, 2008). Genre ini selalu mengedepankan ketegangan yang dibuat tak jauh
dari unsur logika. Karena sepanjang jalan cerita penonton akan disuguhkan
Film bergenre slasher adalah subgenre film horror. Slasher mempunyai ciri
melibatkan seorang pembunuh psikopat misterius mengintai dan membunuh
urutan korban biasanya dengan cara grafis kekerasan, seringkali dengan alat
pemotong seperti pisau, kapak, atau gergaji (Prastista, 2008). Hilman dalam
bukunya yang berjudul Memahami Film (Pratista, 2008), genre slasher terpisah
menjadi dua sub-bagian: satu bagian mengenai identitas pembunuh yang diketahui
sejak awal dan hanya dimunculkan bagian masa lalu dan pembunuhnya, dan satu
lagi adalah identitas pembunuh yang tidak diketahui dan pada akhirnya
memunculkan akhir cerita yang tidak diduga.
Film ini bercerita mengenai kepribadian seorang perempuan yang agak
terganggu karena KDRT yang dilakukan ayah pada ibunya sehingga membuat
ibunya meninggal. Perempuan yang bernama Ami ini mengalami gangguan jiwa
saat ayahnya yang baru keluar dari penjara mencoba memerkosa dia. Kenangan
itu menghantui Ami hingga dia dewasa.
Harapan dengan dibuatnya film bergenre thriller slasher berjudul “Psychopath Test” yaitu untuk menambah referensi bagi filmmaker yang lain dan
variasi genre thriller slasher di Indonesia serta diharapkan masyarakat paham
bahwa kekerasaan dalam rumah tangga dapat berdampak buruk bagi anak.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, bisa dirumuskan masalah yang akan
dikaji, yaitu bagaimana membuat film bergenre thriller slasher dengan
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan perumusan masalah, maka pembatasan masalah dari proyek
tugas akhir ini adalah:
1. Membuat film dengan durasi + 60 menit.
2. Membuat film yang ditujukan pada pecinta film pendek berumur 18 - 35
tahun.
3. Film yang didalamnya terdapat cerita mengenai pem-bully-an dan psikopat.
1.4 Tujuan
Pembuatan film pendek ini bertujuan:
1. Membuat film thriller slasher berjudul “Psycopath Test”.
2. Membuat film bergenre thriller slasher dengan mengangkat cerita tentang
pem-bully-an dan psikopat.
1.5 Manfaat
Beberapa manfaat yang ingin dicapai dalam pembuatan film pendek ini
digolongkan menjadi dua bagian yaitu :
1. Manfaat teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
masyarakat tentang dampak pem-bully-an dan psikopat melalui film. b. Sebagai film referensi bagi mahasiswa yang akan membuat film bergenre
2. Manfaat praktis
a. Film yang mengangkat tentang terganggunya kejiwaan seseorang
diharapkan bisa diangkat dalam sebuah film komersial Indonesia.
b. Investor perfilman Indonesia mau membiayai film bergenre thriller
slasher.
c. Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa apa yang terlihat belum
7 2.1 Dampak Pem-bully-an
Dampak yang dialami korban bullying tersebut bukan hanya dampak fisik
tapi juga dampak psikis. Bahkan dalam kasus-kasus yang ekstrim seperti insiden
yang terjadi, dampak fisik ini bisa mengakibatkan kematian.
Hilda menjelaskan bullying tidak hanya berdampak terhadap korban, tapi
juga terhadap pelaku, individu yang menyaksikan dan iklim sosial yang pada
akhirnya akan berdampak terhadap reputasi suatu komunitas. Terdapat banyak
bukti tentang efek-efek negatif jangka panjang dari tindak bullying pada para
korban dan pelakunya. Pelibatan dalam bullying sekolah secara empiris
teridentifikasi sebagai sebuah faktor yang berkontribusi pada penolakan teman
sebaya, perilaku menyimpang, kenalakan remaja, kriminalitas, gangguan
psikologis, kekerasan lebih lanjut di sekolah, depresi, dan ideasi bunuh diri.
Efek-efek ini telah ditemukan berlanjut pada masa dewasa baik untuk pelaku maupun
korbannya (Marsh, 2003).
Bullying juga berpengaruh pada sekolah dan masyarakat. Sekolah tempat bullying terjadi seringkali dicirikan dengan:
1. Para siswa yang merasa tidak aman di sekolah
2. Rasa tidak memiliki dan ketidakadaan hubungan dengan masyarakat sekolah
4. Pembentukan gang formal dan informal sebagai alat untuk menghasut
tindakan bullying atau melindungi kelompok dari tindak bullying
5. Tindakan hukum yang diambil menentang sekolah yang dilakukan oleh siswa
dan orang tua siswa
6. Turunnya reputasi sekolah di masyarakat
7. Rendahnya semangat juang staf dan meningginya stress pekerjaan
8. Iklim pendidikan yang buruk Marsh dalam Sanders (Anesty, 2009).
Hasil studi yang dilakukan National Youth Violence Prevention Resource
Center Sanders (Anesty, 2009) menunjukkan bahwa bullying dapat membuat
remaja merasa cemas dan ketakutan, mempengaruhi konsentrasi belajar di sekolah
dan menuntun mereka untuk menghindari sekolah. Bila bullying berlanjut dalam
jangka waktu yang lama, dapat mempengaruhi self-esteem siswa, meningkatkan
isolasi sosial, memunculkan perilaku menarik diri, menjadikan remaja rentan
terhadap stress dan depreasi, serta rasa tidak aman. Dalam kasus yang lebih
ekstrim, bullying dapat mengakibatkan remaja berbuat nekat, bahkan bisa
membunuh atau melakukan bunuh diri (commited suicide).
Ericson (2006) mengemukakan bahayanya jika bullying menimpa korban
secara berulang-ulang. Konsekuensi bullying bagi para korban, yaitu korban akan
merasa depresi dan marah, Ia marah terhadap dirinya sendiri, terhadap pelaku
bullying, terhadap orang-orang di sekitarnya dan terhadap orang dewasa yang
tidak dapat atau tidak mau menolongnya. Hal tersebut kemudan mulai
dengan cara-cara yang konstruktif untuk mengontrol hidupnya, ia mungkin akan
mundur lebih jauh lagi ke dalam pengasingan.
Terkait dengan konsekuensi bullying, penelitian Banks (1993, dalam
Northwest Regional Educational Laboratory, 2001; dan dalam Anesty, 2009)
menunjukkan bahwa perilaku bullying berkontribusi terhadap rendahnya tingkat
kehadiran, rendahnya prestasi akademik siswa, rendahnya self-esteem, tingginya
depresi, tingginya kenakalan remaja dan kejahatan orang dewasa. Dampak negatif
bullying juga tampak pada penurunan skor tes kecerdasan (IQ) dan kemampuan
analisis siswa. Berbagai penelitian juga menunjukkan hubungan antara bullying
dengan meningkatnya depresi dan agresi.
2.2 Psikopat
Psikopat secara harfiah berarti sakit jiwa. Psikopat berasal dari kata psyche
yang berarti jiwa dan pathos yang berarti penyakit. Pengidapnya juga sering disebut sebagai sosiopat karena perilakunya yang antisosial dan merugikan
orang-orang terdekatnya.
Psikopat tak sama dengan gila (skizofrenia/psikosis) karena seorang
psikopat sadar sepenuhnya atas perbuatannya. Gejalanya sendiri sering disebut
dengan psikopati, pengidapnya seringkali disebut orang gila tanpa gangguan
mental. Menurut penelitian sekitar 1% dari total populasi dunia mengidap
psikopati. Pengidap ini sulit dideteksi karena sebanyak 80% lebih banyak yang
berkeliaran daripada yang mendekam di penjara atau di rumah sakit jiwa,
Seorang ahli psikopati dunia yang menjadi guru besar di Universitas British
Columbia, Vancouver, Kanada bernama Robert D. Hare telah melakukan
penelitian psikopat sekitar 25 tahun. Ia berpendapat bahwa seorang psikopat selalu
membuat kamuflase yang rumit, memutar balik fakta, menebar fitnah, dan
kebohongan untuk mendapatkan kepuasan dan keuntungan dirinya sendiri
(Barlow, 2006).
Dalam kasus kriminal, psikopat dikenali sebagai pembunuh, pemerkosa, dan
koruptor. Namun, ini hanyalah 15-20 persen dari total psikopat. Selebihnya adalah
pribadi yang berpenampilan sempurna, pandai bertutur kata, mempesona,
mempunyai daya tarik luar biasa dan menyenangkan (Nevid, 2005).
2.3 Film
Menurut Askurifal Baksin dalam bukunya Membuat Film Indie Itu Gampang (2003: 1) dijelaskan, bahwa film adalah salah satu sarana komunikasi massa, selain jaringan radio, televisi dan telekomunikasi. Film membawa
pesan-pesan komunikasi untuk diperlihatkan pada penonton, sesuai yang ingin diberikan
oleh sutradara, entah dalam drama, horor, komedi dan action. Film dapat berupa deretan kata-kata (Kristanto, 2011). Kata-kata itu yang dapat saja diperoleh dari
novel, kisah nyata atau kisah rekaan, riwayat hidup, sandiwara radio atau komik
sebagai sumber penceritaan. Film akan mencerminkan kehidupan masyarakat saat
itu, seperti kehidupan sosial suatu masyarakat, impian suatu masyarakat, dan
Zaharuddin G. Djalle dalam bukunya The Making of 3D Animation Movie using 3D Studio Max (2006: 1), menjelaskan bahwa film biasa digunakan untuk merekam suasana, mengemukakan sesuatu dan memenuhi kebutuhan umum
sehingga film dapat dianggap sebagai media audio visual yang paling efektif
dalam menyampaikan pesannya.
2.4 Genre pada film
Film sebagai hiburan masyarakat telah berkembang kearah industri dan
menghasilkan beberapa sineas atau pemuat film. Dalam pembuatan film sineas
tadi memiliki sebuah idealisme dalam menentukan tema untuk membungkus
cerita agar dapat diterima oleh penontonnya. Ada beberapa genre antara lain:
drama, action, horror, thriller, fantasi, perang dan ilmiah.
Namun dalam perjalanannya, genre-genre film diatas sering dicampur satu
sama lain (mix genre) seperti horor-komedi, western-komedi, horror-science
fiction dan sebagainya. Selain itu genre juga bisa masuk ke dalam bagian dirinya
yang lebih spesifik yang kemudian dikenal dengan sub-genre, contohnya dalam
genre komedi dikenal sub-genre seperti screwball comedy, situation comedy
(sit-com), slapstick, black comedy atau komedi satir dan sebagainya.
Dalam tugas akhir ini digunakan dua genre utama yaitu genre thriller dan
2.4.1 Genre Thriller
Kata thriller berasal dari kata bahasa Inggris yang dapat diartikan secara
bebas sebagai "petualangan yang mendebarkan". Tipe alur ceritanya biasanya
berupa para jagoan yang berpacu dengan waktu, penuh aksi menantang, dan
mendapatkan berbagai bantuan yang kebetulan sangat dibutuhkan yang harus
menggagalkan rencana-rencana kejam para penjahat yang lebih kuat dan lebih
lengkap persenjataannya.
Thriller seringkali mengambil tempat (dalam seluruh atau sebagian cerita) di
lokasi-lokasi eksotis seperti kota-kota di luar negeri, gurun, kutub bumi atau di
tengah-tengah lautan. Para jagoan dalam cerita ini biasanya adalah orang-orang
berwatak keras yang terbiasa menghadapi bahaya: para petugas penegak hukum,
mata-mata, tentara, pelaut atau pilot/penerbang. Namun kadang-kadang para
jagoan ini adalah juga orang biasa yang terbawa pada bahaya secara tidak sengaja.
Walau para jagoan ini biasanya adalah pria, jagoan-jagoan wanita menjadi
semakin lumrah belakangan ini.
Cerita-cerita thriller seringkali sangat mirip dengan cerita-cerita misteri, tapi
dapat dibedakan lewat struktur alur ceritanya. Dalam sebuah thriller, seorang
jagoan harus menggagalkan rencana seorang musuh daripada membuka tabir
sebuah tindakan kriminal yang telah terjadi. Thriller juga berlangsung dalam skala
yang lebih besar: tindakan-tindakan kriminal yang harus digagalkan/dihentikan
adalah pembunuhan berantai atau massal, terorisme, pembunuhan orang-orang
penting atau usaha-usaha untuk menggulingkan pemerintahan suatu negara.
thriller yang standar. Kalau sebuah cerita misteri berakhir ketika misteri tersebut
berhasil dibongkar, sebuah cerita thriller berakhir ketika sang jagoan akhirnya
berhasil mengalahkan sang penjahat, menyelamatkan dirinya sendiri dan nyawa
orang lain. Dalam thriller yang dipengaruhi oleh film noir dan tragedi, jagoannya
seringkali kehilangan nyawa dalam usahanya tersebut.
Belakangan ini, ketika thriller semakin banyak dipengaruhi oleh
tampilan-tampilan horor dan horor-psikologis dalam budaya pop, sebuah elemen yang
menakutkan atau menjijikkan telah menjadi hal yang wajar untuk meningkatkan
ketegangan. Perbedaan yang sama juga memisahkan thriller dari tipe-tipe cerita
lainnya: petualangan, mata-mata, hukum, perang, fiksi kelautan dan lain-lain.
Thriller tidak ditentukan dari inti perkaranya, tapi lebih dari bagaimana inti
perkara tersebut dipecahkan. Banyak cerita thriller yang melibatkan petualangan
mata-mata dan agen rahasia, tapi tidak semua cerita mata-mata adalah cerita
thriller.
Thriller dapat meliputi sub-tipe berikut ini (yang bisa meliputi elemen dari
tipe cerita lainnya):
1. Action Thriller - karya tipe ini seringkali berupa situasi berpacu dengan
waktu, menampilkan banyak adegan kekerasan dan seorang tokoh antagonis
yang jelas. Film-film tipe ini menggunakan banyak senjata, ledakan dan
perlengkapan yang sangat banyak untuk merekam adegan-adegannya.
Film-film ini seringkali memiliki elemen Film-film misteri dan Film-film kriminal, tapi
ini adalah film-film James Bond, The Transporter, dan novel/film Jason
Bourne (Bourne Identity, Bourne Supremacy, Bourne Ultimatum).
2. Conspiracy Thriller - karya tipe ini menampilkan seorang jagoan yang
menghadapi sebuah kelompok musuh yang berkuasa dimana suatu kebenaran
dari perjuangannya itu hanya jagoan tersebut yang tahu. The Chancellor
Manuscript dan The Aquitane Progression karya Robert Ludlum masuk
dalam kategori ini, seperti juga film-film Three Days of the Condor dan JFK.
3. Crime Thriller - karya tipe ini adalah gabungan dari thriller dan film kriminal
yang menampilkan cerita tegang dari sebuah atau beberapa tindakan kriminal
yang sukses atau gagal. Film-film ini lebih berfokus pada tokoh penjahatnya
daripada pada pihak polisi. Tipe ini biasanya menekankan faktor adegan aksi
daripada aspek psikologis. Topik utama dari film-film ini termasuk
pembunuhan, perampokan, pengejaran, baku-tembak, dan pengkhianatan.
Contohnya adalah film The Killing, Seven, Reservoir Dogs, Inside Man, and
The Asphalt Jungle.
4. Disaster Thriller - karya tipe ini menceritakan konflik yang terjadi karena
bencana yang disebabkan oleh alam maupun oleh manusia, seperti banjir,
gempa bumi, badai, letusan gunung berapi, dan bencana alam lainnya, atau
bencana nuklir sebagai bencana yang disebabkan oleh manusia. Contoh film
tipe ini seperti Twister, Perfect Storm, dan Volcano.
5. Psychological Thriller - karya tipe ini memiliki elemen thriller yang
menitikberatkan pada tekanan psikologis yang dihadapi masing-masing
banyak pengembangan karakter tokoh-tokoh dan alur cerita yang penuh
kejutan. The Illusionist, The Number 23, The Sixth Sense, dan The Prestige
adalah contoh-contoh film tipe ini.
6. Eco-Thriller - dalam karya ini sang tokoh protagonis harus menghindarkan
atau memperbaiki sebuah bencana alam atau bencana biologis, disamping
harus berhadapan dengan musuh-musuh atau tantangan-tantangan yang ada di
cerita thriller lainnya. Komponen lingkungan hidup seringkali menjadi pesan
utama atau tema dari cerita. Contoh tipe thriller ini adalah The Loop karya
Nicholas Evans, Echoes in the Blue karya C. George Muller, dan Elephant
Song karya Wilbur Smith. Semua karya ini menonjolkan masalah-masalah
lingkungan hidup yang nyata.
7. Erotic Thriller - tipe ini menggabungkan unsur erotis dan thriller. Tipe ini
menjadi laris sejak era 1980-an dan berkembangnya penetrasi pasar VCR
(salah satu tipe perangkat pemutar kaset video). Termasuk dalam tipe ini
adalah film-film Basic Instinct dan Fatal Attraction.
8. Horror Thriller - dalam tipe ini, konflik antara tokoh-tokoh di dalamnya
terjadi secara mental, emosional dan fisik. Dua contoh terbaru dari tipe
thriller ini adalah film-film Saw dan 28 Days Later karya Danny Boyle. Apa yang paling membedakan Horror Thriller adalah elemen ketakutan yang
dijunjung sepanjang cerita. Tokoh-tokoh utamanya tidak hanya berhadapan
dengan musuh yang lebih kuat, tapi pada akhirnya mereka menjadi korban
musuh/monster. Contoh film lainnya adalah Psycho karya Alfred Hitchcock dan Silence of the Lambs karya Thomas Harris.
9. Legal Thriller - Para pengacara jagoan berhadapan dengan musuh-musuh
mereka dalam tipe thirller ini, baik di dalam maupun di luar ruang
persidangan, baik membahayakan kasus yang mereka perjuangkan maupun
nyawa mereka sendiri. The Pelican Brief karya John Grisham adalah contoh terkenal dari film bertipe ini.
2.4.2 Genre Slasher
Genre film slasher bisa terpisah menjadi dua sub-bagian: satu bagian
mengenai identitas pembunuh yang diketahui sejak awal dan hanya dimunculkan
bagian masa lalu dan pembunuhnya, dan satu lagi adalah identitas pembunuh yang
tidak diketahui dan pada akhirnya memunculkan akhir cerita yang tidak diduga.
Vera Dika (Dika, 1987) dalam bukunya yang berjudul Games of Terror,
mendefinisikan film slasher berdasarkan struktur plotnya yang klise. Dia
mengkategorikan film jagal secara luas mengikuti formula ini:
Kejadian masa lalu
1. Sebuah grup anak muda bersalah dalam sebuah kejadian (kebanyakan
melibatkan pembunuhan).
2. Pembunuh melihat kesalahan itu, biasanya pembunuh itu mempunyai
kedekatan dengan yang terbunuh.
3. Pembunuh merasakan kehilangan
Kejadian sekarang
1. Sebuah peristiwa memperingatkan kejadian lampau tersebut.
2. Kekuatan pembunuh itu muncul kembali.
3. Pembunuh mengidentifikasi anggota yang bersalah.
4. Secara opsional, seorang tua memperingatkan grup anak muda tersebut.
5. Grup itu memutuskan untuk tidak peduli.
6. Muncul satu atau beberapa orang yang mulai memperdulikan. Pahlawan film
mulai terlihat disini.
7. Pembunuh mulai menguntit dan meneror grup itu.
8. Anggota grup itu pada beberapa film terdapat satu orang dari pihak berwajib.
9. Satu-persatu, anggota grup muda itu dibunuh oleh sang pembunuh.
10. Pahlawan film itu melihat pembunuhan itu (serta pembunuhnya).
11. Pehlawan film melakukan perlawanan dengan pembunuh.
12. Pahlawan film membunuh atau mengalahkan sang pembunuh.
13. Pahlawan film selamat.
14. Tapi pahlawan film tidak bebas, dalam sekuel ia bisa mati terbunuh, bisa juga
tidak.
Dia kemudian melanjutkan pada penonton film yang bisa dibagi menjadi tiga
bagian:
1. Katarsis—Berusaha lepas dari ketakutan yang ada pada hari itu.
2. Rekreasi—Mencari sebuah pengalaman yang menegangkan dan menakutkan.
3. Pemindahan—Gairah seksual penonton yang ingin melihat karakter yang
2.5Proses Produksi
Pada tahap ini sangat dibutuhkan pemahan dari ilmu sinematrografi. Dimana
disesuaikan oleh kebutuhan dokumenter. Beberapa hal yang harus diperhatikan
antara lain:
1. Tata kamera
Dalam penataan kamera secara teknik yang perlu diperhatikan salah satunya
adalah camera angle atau sudut kamera. Menurut gerzon, dalam pemilihan sudut pandang kamera dengan tepat akan mempertinggi visualisasi dramatik
dari suatu cerita. Sebaliknya jika pengambilan sudut pandang kamera
dilakukan dengan serabutan bisa merusak dan membingungkan penonton,
karena makna bisa jadi tidak tertangkap dan sulit dipahami. Oleh karena itu
penentuan sudut pandang kamera menjadi faktor yang sangat penting dalam
membangun cerita yang berkesinambungan.
Askurifai Baskin (2009) menjelaskan tipe angel kamera di bagi menjadi 2
jenis antara lain :
a. Angle Kamera Obyektif
Adalah kamera dari sudut pandang penonton outsider, tidak dari sudut
pandang pemain tertentu. Angle kamera obyektif tidak mewakili
siapapun. Penonton tidak dilibatkan, dan pemain tidak merasa ada
kamera, tidak merasa ada yang melihat. Beberapa sudut obeyektif antara
1) High Angle
Kamera ditempatkan lebih tinggi daripada subjek untuk
mendapatkan kesan bahwa subjek yang diambil gambarnya
memiliki status sosial yang rendah, kecil, terabaikan, lemah
dan berbeban berat.
2) Eye Angle
Kamera ditempatkan sejajar sejajar dengan mata subjek.
Pengambilan gambar dari sudut eye level hendak menunjukkan bahwa kedudukan subjek dengan penonton
sejajar.
3) Low Angle
Kamera ditempatkan lebih rendah daripada subjek,untuk
menampilkan kedudukan subjek yang lebih tinggi daripada
penonton, dan menampilkan bahwa si subjek memiliki
kekuasaan, jabatan, kekuatan, dan sebagainya
4) Frog Aye
Merupakan teknik penggngambilan gambar yang dilakukan
dngan ketinggian kamera sejajar dengan dasar kedudukan
objek. Penggambilan ini dilakukan agar menimbulkan efek
penuh misteri dan untuk memperlihatkan suatu
b. Angle Kamera Subyektif
Kamera dari sudut pandang penonton yang dilibatkan, misalnya melihat
ke penonton. Atau dari sudut pandang pemain lain, misalnya film horor.
Angle kamera subyektif dilakukan dengan beberapa cara:
1) Kamera berlaku sebagai mata penonton untuk menempatkan mereka
dalam adegan, sehingga dapat menimbulkan efek dramatik.
2) Kamera berganti-ganti tempat dengan seseorang yang berada dalam
gambar. Penonton bisa menyaksikan suatu hal atau kejadian melalui
mata pemain tertentu. Penonton akan mengalami sensasi yang sama
dengan pemain tertentu. Jika sebuah kejadian disambung dengan
close up seseorang yang memandang ke luar layar, akan memberi
kesan penonton sedang menyaksikan apa yang disaksikan oleh
pemain yang memandang ke luar layar tersebut.
3) Kamera bertindak sebagai mata dari penonton yang tidak kelihatan.
Seperti presenter yang menyapa pemirsa dengan memandang
langsung ke kamera. Relasi pribadi dengan penonton bisa dibangun
dengan cara seperti ini.
c. Angle kamera point of view
Yaitu suatu gabungan antara obyektif dan subyektif. Angle kamera p.o.v
diambil sedekat shot obyektif dalam kemampuan meng-approach sebuah
subyektif, sehingga memberi kesan penonton beradu pipi dengan pemain
yang di luar layar. Contoh paling jelas adalah mengambil close up
pemain yang menghadap ke pemain di luar layar dan sebelumnya
didahului dengan Over Shoulder Shot.
2. Ukuran Gambar (frame size) atau Komposisi
Bagi seorang pembuat film dokumenter harus memiliki pemahaman
tentang bagaimana harus membuat ukuran gambar (frame size) atau komposisi yang baik dan menarik dalam setiap adegan filmnya.
Pengaturan komposisi yang baik dan menarik adalah jaminan bahwa
gambar yang ditampilkan tidak akan membuat penonton bosan dan
enggan melepaskan dalam sekejap mata pun terhadap gambar yang
kita tampilkan.
Secara sederhana, Askurifai Baskin menjelaskan, komposisi berarti
pengaturan (aransemen) unsur-unsur yang terdapat dalam gambar
untuk membentuk satu kesatuan yang serasi (harmonis) di dalam
sebuah bingkai. Batas bingkai pada gambar yang terlihat pada view finder atau LCD kamera, itulah yang disebut dengan framing.
Dalam mengatur komposisi, seorang kameramen harus
mempertimbangkan di mana dia harus menempatkan obyek yang
diharapkan akan menjadi POI (Point of Interest atau obyek utama yang menjadi pusat perhatian) dan seberapa besar ukurannya dalam
disebut dengan shot size adalah pengukuran sebuah gambar yang ditentukan berdasarkan objek, pengaturan besar dan posisi objek
dalam frame (bingkai), dan posisi kamera yang diinginkan.
Dalam teori perfilman Gerzon (2008) menjelaskan beberapa shot
dasar yang sering digunakan dalam pengambilan gambar, antara
lain:
a. Extreme Long Shot (ELS)
Gambar ini memiliki komposisi sangat jauh, panjang, luas dan
berdimensi lebar. Tujuannya unutk memperkenalkan seluruh
lokasi adegan dan isi cerita, menampilkan keindahan suatu
tempat.
b. Very Long Shot (VLS)
Gambar ini mempunyai komposisi panjang , jauh, dan luas
tetapi lebih kecil daripada ELS. Dengan tujuan menggambarkan
adegan kolosal atau obyek yang banyak.
c. Long Shot (LS)
Merupakan teknik yang memperlihatkan komposisi obyek secara
total, dari ujung kepala hingga ujung kaki (bila obyek
manusisa). Dengan tujuan memperkenalkan tokoh secara
d. Medium Long Shot (MLS)
Komposisi gambar ini cenderung lebih menekankan kepada
obyek, dengan ukuran ¼ gambar (LS) yang bertujuan
memberikan kesan padat pada gambar.
e. Medium Shot (MS)
Ialah gambar yang memiliki komposisi subjek (manusia) dari
tangan hingga ke atas kepala seingga penonton dapat melihat
jelas ekspresi dan emosi yang meliputinya. Gambar ini sering
dilakukan untuk master shot pada saat moment interview. f. Medium Close Up (MCU)
Adalah komposisi gambar yang memperlihatkan setengah porsi
subjek dengan latar yang masih bisa dinikmati sehingga
memberikan kesatuan antara komposisi subjek dengan latar.
g. Close Up (CU)
Ialah komposisi yang memperjelas ukuran gambar contoh pada
gambar manusia biasanya antara kepala hingga leher. Hal ini
menunjukan penggambaran emosi atau reaksi terhadap suatu
adegan.
h. Big Close Up (BCU)
Adakah memiliki komposisi lebih dalam dari pada CU sehingga
kebencian pada wajah. Tanpa kata-kata, tanpa bahasa tubuh,
tanpa intonasi, BCU sudah mewujudkan semuanya itu.
i. Extreme Close Up (ECU)
Adalah penggambilan gambar close up secara mendetail dan berani. Kekuatan ECU ini terletak pada kedekatan dan
ketajaman yang hanya focus pada suatu bagian objek saja.
j. Over Shoulder Shot (OSS)
Adalah komposisi penggambilan gambar dari punggung atau
bahu seseorang. Orang yang digunakan bahunya menempati
frame kurang lebih sebesar 1/3 bagian. Komposisi ini membantu
untuk menentukan posisi setiap orang dalam frame dan
mendapatkan “fell” saat menatap seseorang dari sudut pandang
orang lain.
3. Gerakan Kamera Komposisi
Dalam buku Askurifal Baskin (2009), Untuk menciptakan gambar yang dinamis dan dramatis, kita perlu mengenal macam -macam
gerakan kamera. Antara lain:
a. Zooming
b. Tilting
Adalah suatu gerakan kamera keatas (up) dan kebawah (down)
tanpa memindahkan posisi kamera. Gerakan ini penonton
memiliki kesan penasaran yang ditimbulkan dengan cara
perlahan.
c. Paning
Adalah gerakan kamera ke kanan (pan right) dan ke kiri (pan left) tanpa memindahkan posisi kamera. Efek yang ditimbulkan sam dengan gerakan tilting.
d. Follow
Adalah gerakan kamera mengikuti objeknya. Sehingga gambar
yang dihasilkan lebih berfariasi, agar gambar tak terlalu shaking
26
Pada Bab III ini dijelaskan metode yang digunakan dalam pengambilan dan
pengolahan data serta proses perancangan karya dalam pembuatan film bergenre
thriller slasher berjudul Psycopath Test.
3.1 Metodologi
Metodologi penelitian pada dasarnya merupakan metode ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Indranata, 2008: 2).
Untuk mendapatkan hasil yang ingin dicapai sesuai dengan tujuan penelitian,
maka dalam pembuatan film bergenre thriller slasher berjudul Psychopath Test
ini diperlukan suatu metode.
Penelitian pada dasarnya berarti rangkaian kegiatan atau proses
mengungkapkan rahasia sesuatu yang belum diketahui, dengan mempergunakan
metode atau cara bekerja yang sistematik dan terarah. Dalam menyelesaikan
Tugas Akhir ini digunakan metodologi kualitatif. Metode kualitatif adalah suatu
cara mengeksplorasi kedalaman, kekayaan dan kompleksitas fenomena
(Indranata: 4). Karena itu tipe penelitian ini tidaklah mengutamakan uji
hipotesis/teori seperti metode kuantitatif yang berusaha menemukan sebab-akibat
tetapi mengembangkan teori. Menurut Borg dan Gall (1988) mengungkapkan
yang termasuk metode kuantitatif adalah metode penelitian eksperimen dan survei,
(Indranata, 2008: 2). Iskandar Indranata menjelaskan penelitian kualitatif
obyeknya adalah manusia atau segala sesuatu yang dipengaruhi manusia. Data
kualitatif tidak memiliki pembanding yang pasti karena kebenaran yang ingin
dibuktikan bersifat relatif. Data itu dapat berupa pandangan atau pendapat,
konsep-konsep, keterangan, kesan-kesan, tanggapan-tanggapan dan lain-lain
tentang sesuatu atau keadaan yang berhubungan dengan kehidupan manusia
(Indranata, 2008: 5).
Menurut Lincoln dan Guba (1985) metode kualitatif mempunyai sembilan
ciri sebagai berikut: (1) penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar
alamiah atau konteks dari suatu keutuhan, (2) dalam penelitian kualitatif, peneliti
sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama, (3)
penelitian kualitatif menggunakan metode berupa pengamatan, wawancara atau
penelaahan dokumen, (4) data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar,
dan bukan angka, (5) penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara
induktif, (6) penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan segi proses daripada
hasil, (7) penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus-menerus
disesuaikan dengan kenyataan di lapangan, (8) penelitian kualitatif lebih
menghendaki agar pengertian dan hasil interpretasi yang diperoleh dirundingkan
dan disepakati oleh manusia yang dijadikan sebagai sumber data, (9) penelitian
kualitatif menghendaki ditetapkan adanya batas dalam penelitian atas dasar fokus
Dalam hal ini penelitian fokus pada bagaimana membuat film bergenre
thriller slasher dan dampak permasalahan kekerasan dalam rumah tangga di
masyarakat yang berkaitan dengan film di Indonesia.
3.1.1 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi
keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan
data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan. Teknik yang digunakan
adalah sebagai berikut:
1. Studi Literatur
Studi literatur merupakan mengambil ilmu dari buku-buku yang mendukung
dan sesuai dengan film bergenre thriller slasher dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini terutama yang berkaitan dengan kekerasan dalam rumah
tangga hingga menyebabkan psikologi abnormal. Studi pustaka yang
dilakukan adalah melalui buku rujukan mengenai kasus kekerasan dalam
rumah tangga, psikologi abnormal, pembuatan film dan skenario.
2. Studi Eksisting
Studi Eksisting merupakan sebagai referensi dalam mengerjakan Tugas
Akhir. Studi Eksisting berguna untuk memperdalam ide dan konsep
diwujudkan dalam karya di Tugas Akhir. Beberapa video yang menjadi
a. Film Indonesia berjudul Pintu Terlarang (2008).
Pada kajian studi eksisting ini, film Indonesia yang disutradarai oleh Joko
Anwar berjudul “Pintu Terlarang” merupakan karya yang akan dikaji. Pintu
Terlarang merupakan film panjang yang bergenre drama psychology thriller.
Dipilihnya karya ini karena penggunaan genre yang sama dengan genre
pada film pendek yang akan dibuat. Gambar 3.1 merupakan screenshot dari film “Pintu Terlarang”.
Gambar 3.1 Screenshot dari film “Pintu Terlarang” (sumber: olahan peneliti)
Pada film ini unsur drama dan thriller dapat berjalan seimbang. Yang
yang membuatnya jatuh cinta. Sedangkan unsur thriller disini adalah scene-scene menegangkan saat si tokoh membunuh orang-orang yang ia curigai.
b. Film Indonesia berjudul “The Raid”
The Raid merupakan film karya anak bangsa yang berhasil menembus
kancah internasional. Film yang disurtadarai oleh Garteh evans ini berkisah
mengenai seorang pasukan yang awalnya disepelekan orang senior karena
dirasa tidak mampu diandalkan. Namun kemampuan dia dalam melawan
musuh dan bertahan patut diacungi jempol. Bahkan dia mampu membantu
teman yang susah saat penyerangan.
Gambar 3.2 Screenshot film “The Raid” (sumber: olahan peneliti)
Film ini bercerita tentang Rama seorang calon ayah dan perwira elit baru
dalam time lit polisi yang dipimpin oleh Sersan Jaka. Mereka tiba di blok
apartemen Tama dibawah petunjuk Letnan Wahyu. Setelah berpapasan
untuk istrinya yang sakit, mereka menerobos ke dalam gedung dan secara
hati-hati mengamankan para penjahat penghuni gedung dengan dibungkam
dan diikat. Mulai dari lantai dasar lalu bergerak naik, mereka secara
terencana menyusup dalam blok apartemen sampai mereka mencapai lantai
enam. Sayangnya tim ini tercium oleh pengintai. Dia lari dan memberitahu
temannya sebelum ia ditembak dan meninggal oleh peluru dari Letnan
Wahyu. Peringatan tersebut mencapai Tama dan anak buah kepercayaannya,
Mad Dog.
3.1.2 Teknik Analisis Data
Dalam buku yang berjudul Metodologi Penelitian Pendidikan (Sukardi,
2006: 72) dikatakan bahwa ada beberapa elemen penting dalam analisis data yang
penting dalam analisis data kualitatif yang perlu terus diingat oleh setiap peneliti
dalam melakukan kegiatan analisis data adalah sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang didapat dari
studi literature dan studi eksisting. Data yang dipilih merupakan hasil yang
terkait dengan tema persahabatan dan pembunuhan.
2. Menampilkan Data
Miles & Huberman membatasi suatu “penyajian” sebagai sekumpulan
informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan
dan pengambilan tindakan (Santrock, 1998: 23). Dalam penelitian ini, berikut
a. Analisis Data Studi Literatur
Hasil Dari buku “My Life as Film Director” milik Haqi Achmad, diperoleh
data mengenai seluk beluk skenario. Bagaimana membangun cerita yang
berasal dari ide dituangkan menjadi blueprint suatu film.
Dari buku “The Art of Moviemaking: Script to Screen” milik Richard Beck Peacock, diperoleh data mengenai perubahan media sebuah skenario dari
media cetak ke media audio-visual. Di dalam buku itu dijelaskan pula proses
pembuatan film seperti proses pra produksi, produksi dan pasca produksi.
Tidak hanya itu, diakhir sesi disisipkan tanya jawab penulis buku pada
beberapa ahli. Sebagai contoh, di bab yang membahas “The Cinematographer” disisipi tanya jawab si penulis, Richard dengan Bill Pope, DOP (Director of Photography) dari film “The Matrix (1999)”.
Dari buku “Psikologi Abnormal” milik V. Mark Durand dan David H. Barlow,
diperoleh data mengenai psikopat atau yang lebih dikenal dengan sebutan
penderita antisocial personality disorder (gangguan kepribadian antisosial) yang lebih sering melibatkan ketidakpedulian terhadap hak-hak orang lain.
b. Analisis Data Studi Eksisting
Setelah melakukan studi eksisting, maka ada beberapa data yang diperoleh.
Dalam film “Pintu Terlarang” genre thriller dan slasher dapat digabungkan.
Sedang dalam film “The Raid”, data yang bisa diambil adalah adegan fight
c. Verifikasi Data
Pada langkah verifikasi dilakukan menarikan kesimpulan. Kesimpulan inilah
yang digunakan dalam merancang konsep dalam tugas akhir ini.
Gambar 3.3Penarikan kesimpulan
(sumber: olahan peneliti)
3.2 Perancangan Karya
Adapun langkah-langkah dalam urutan pembuatan film pendek berjudul
Percaya adalah sebagai berikut
Gambar 3.4 Alur Perancangan Karya
Pembuatan film pendek ini diawali dengan pencarian ide dan ditambah data yang
berasal dari studi literatur dan studi eksisting. Setelah fix, konsep pun jadi. Maka
langkah selanjutnya adalah membuat sinopsis. Sinopsis berkembang menjadi
skenario. Pada skenario yang telah final, bisa diketahui shot list, setting lokasi,
peralatan syuting yang akan dipakai dan dana yang diperlukan. Semua itu masuk
ke dalam proses pra produksi. Untuk produksi, yang dilakukan adalah merekam
gambar dan suara. Untuk memudahkan editing, saat syuting, jangan lupa menulis
laporan pada script continuity report. Pada proses pasca produksi, dilakukan pemilihan gambar, yang lalu disusun sesuai skenario, dan diberi audio yang
mendukung. Jika telah fix, maka langkah selanjutlah adalah render.
3.2.1 Pra Produksi
1. Ide dan Konsep
Berdasarkan bagan perancangan karya di atas, tahap pertama dalam
pembuatan film pendek ini yaitu pencarian ide. Ide dapat diperoleh dari
gambar dan foto, penelitian, brainstorming, pengamatan terhadap orang maupun hewan serta tempat dan benda, alur cerita yang sudah
ada (Wright, 2005: 39-43).
Berawal dari seringnya menonton film di bioskop mau pun meminjam
DVD/VCD di rental dan menemukan fakta bahwa kebanyakan genre
film Indonesia adalah drama dan horor.
Lalu tercetus ide membuat film dengan genre yang jarang digunakan
yaitu thriller dan slasher. Seperti yang telah dijelaskan di bab II, salah
dari inti perkaranya, tapi lebih dari bagaimana inti perkara tersebut
dipecahkan. Proses menceritakan perkara dari awal hingga mencapai
akhir membutuhkan durasi yang lama. Apalagi jika film itu
menceritakan tentang seorang detektif yang sedang mengungkap
sebuah kasus.
Untuk membantu memperjelas konsep maka dicari analisa STP
(Segmenting, Targeting, Positioning), analisa Kelebihan Kekurangan
dan analisa konsep cerita.
a. Analisa STP (Segmenting, Targeting, Positioning)
Analisa STP (Segmentation, Targeting, positioning) sangat penting
untuk menentukan target audience. Segmentation dan targeting
merupakan pembagian target audience berdasarkan letak geografis,
segi demografis, serta segi psikografis. Sedangkan positioning
merupakan penempatan karya dalam fungsinya untuk audience.
Tabel 3.1 Analisis STP
Psikografis Kelas sosial : menengah
Positioning
masa lalunya yang buruk ini diposisikan sebagai karya untuk menambah film bergenre thriller slasher di Indonesia.
b. Analisis Kelebihan dan Kekurangan
Analisis kelebihan dan kekurangan ini terdapat dalam karya. Dalam
analisis ini juga terdapat analisis tentang kesempatan yang mungkin
diperoleh, juga analisis tentang hal-hal apa saja yang masih harus
diperbaiki.
Tabel 3.2 Analisis Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan Kekurangan
Dari table diatas, dapat diketahui dalam film pendek ini kelebihan
dengan menggunakan genre thriller dan slasher lalu mengangkat
cerita mengenai pembunuhan yang mewarnai persahabatan antar 2
orang. Selain itu dalam segi kekurangan, karena menggunakan
talent yang tidak berasal dari dunia teater, mimik wajah kurang
menjiwai.
2. Karakter
Dalam film pendek ini ada 6 karakter dengan 3 karakter utama dan 3
karakter pembantu dan yang lainnya adalah cameo.
Mahasiswi pendiam yang sering menjadi bahan ejekan di kampus.
b. Dipo
Pacar Freesa ini punya maksud terselubung saat ia mengajak
timnya mengerjakan tugas di rumah Ami.
c. Freesa
Perempuan ini suka mengintimidasi Ami dan merupakan salah satu
orang yang sering mengejek Ami.
d. Restu
Adik Dipo yang meninggal karena ulah Ami. Karena hal inilah
Dipo ingin balas dendam pada Ami.
e. Benni
Mahasiswa yang sering titip nilai di mahasiswa lain. Tapi karena si
Elang ikut mengerjakan, dia ikut ke rumah Ami.
f. Elang
Mahasiswa killer yang tidak peduli dengan sekitar. Tapi karena
menjadi mahasiswa akhir dia mulai mengejar dengan ikut
mengerjakan tugas.
3. Skenario
Skenario adalah naskah tulis untuk sandiwara, film, atau sinetron
secara rinci dari adegan-adegan yang disusun (Atmowiloto, 2011: 178).
karakterisasi pemain, melainkan juga gambaran perkiraan pembiayaan,
atau bahkan kira-kira siapa yang akan memainkan.
Tabel 3.3 Skenario Psikopath Test
Scene 1
INT. Siang – Rumah – Kamar Ami
Seorang laki-laki tua masuk ke kamar Ami dan mengunci pintu. Ami sedang berganti baju. Ami dihempaskan ke tempat tidur. Laki-laki tua menaiki Ami. Ami meronta-ronta minta tolong.
Scene 2
INT. Pagi – Rumah – Kamar Ami
Ami membuka mata. Ia baru saja bermimpi buruk. Ami mengusap keringat di dahinya sembari minum air mineral yang tersedia di samping tempat tidurnya. Ami duduk di tepi tempat tidur.
Scene 3
INT. Pagi – Kampus – Lorong
Ami, seorang perempuan yang dikepang dua, berjalan kaku di sepanjang lorong. Tatapannya ke bawah, ia tidak memperhatikan sekelilingnya. Beberapa orang memperhatikan namun hanya lewat saja.
Scene 4
INT. Pagi – Kampus – Ruang kelas
Dosen mengajar di depan. Dua orang yang tepat duduk di depan Ami sedang berpacaran. Mereka bergandengan tangan. Tiba – tiba
seseorang masuk kelas. Dia terlambat tapi dosen tidak banyak komentar. Dia bernama Benni. Setelah Benni masuk, muncul Elang dari belakang Benni. Ia juga terlambat tapi dosen juga tak banyak reaksi. Dua orang itu duduk di belakang Ami. Saat Ami menoleh, Benni menendang bagian belakang bangku Ami.
BENNI
Apa kamu liat – liat !!!
Ami kembali konsen ke depan.
PAK DOSEN
secara berkelompok. Bapak telah menentukan kelompok – kelompok ini. Sekarang coba kalian dengarkan. Kelompok 1, Udin, Rita, Fransiska, Jeremi dan Lala; Kelompok 2 Ami, Elang, Benni, Dipo dan
Freesa; Kelompok 3…. BENNI
(ngerasani Ami) Sekelompok sama dia Lang
ELANG
Enak toh. Kita bisa nitip nama di dia dan nggak usah kerja
FREESA (langsung nyahut)
Enak aja. Nggak ada yang boleh nitip nama, semua harus kerja (melirik Ami)
Ck! Ada dia. Untung sekelompok sama Dipo, kalau nggak aku minta tukar orang
Bakal jadi berita menarik kalau ada yang kerja bareng makhluk aneh ini. Apalagi kerja di rumahnya. Kita bakal dapat nobel perdamaian.
PAK DOSEN Kelas saya akhiri sekarang
Pak dosen meninggalkan kelas. Diikuti Elang, Benni dan hampir seluruh mahasiswa. Tinggal Ami, Dipo dan Freesa di kelas. Setelah Dipo merapikan buku dan memasukkan ke tas, Freesa menggandeng dan (agak) menyeret Dipo keluar kelas. Ami sendirian di kelas. Ia sedang menulis.
Skenario dibuat ketika sinopsis telah selesai dirancang. Dalam skenario
ini terdapat setting lokasi, nama tokoh, apa yang sedang dikerjakan
tokoh dan dialog. Setelah skenario fix, dibuatlah storyboard.
4. Storyboard
Storyboard adalah kumpulan grafis dalam bentuk ilustrasi atau gambar
yang ditampilkan secara berurutan untuk tujuan mempravisualkan film,
animasi ataupun interaktif.
Gambar di atas merupakan salah satu storyboard film pendek berjudul “Psycopath Test”.
5. Jadwal
No. Kegiatan Okt Nov Des Jan
1. Pra Produksi
2. Produksi
3. Pasca Produksi
4. Laporan
6. Anggaran Dana
Pengeluaran Keterangan Jumlah
Pra produksi Cek lokasi Rp 200.000,-
Pulsa Rp 100.000.-
Pinjam alat suting Rp 3.500.000,-
Produksi Konsumsi Rp 1000.000,-
Parkir, uang jalan,
bensin
Rp 500.000,-
Pasca produksi Konsumsi editor Rp 500.000,-
42
Pada bab ini akan dijelaskan tentang implementasi karya sesuai dengan
permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya. Untuk lebih jelasnya maka
akan diuraikan tentang proses produksi dan pasca produksi dalam film pendek
yang berjudul ”Psycopath Test”, sebagai berikut:
4.1 Pra-produksi
Gambar 4.1 Pra Produksi
Gambar di atas merupakan alur perancangan untuk pra produksi dalam
menyelesaikan film pendek ini. Berikut merupakan tahap-tahap alur perancangan
pra produksi:
1. Tahap pertama dalam pembuatan film pendek ini yaitu pencarian ide. Ide
dapat diperoleh dari gambar dan foto, penelitian, brainstorming, pengamatan terhadap orang maupun hewan serta tempat dan benda, alur
Berawal dari seringnya menonton film di bioskop mau pun meminjam
DVD/VCD di rental dan menemukan fakta bahwa kebanyakan genre film
Indonesia adalah drama dan horor.
Lalu tercetus ide membuat film dengan genre yang jarang digunakan yaitu
thriller. Seperti yang telah dijelaskan di bab II, salah satu ciri film bergenre
thriller adalah fokus cerita yang tidak ditentukan dari inti perkaranya, tapi
lebih dari bagaimana inti perkara tersebut dipecahkan. Proses menceritakan
perkara dari awal hingga mencapai akhir membutuhkan durasi yang lama.
Apalagi jika film itu menceritakan tentang seorang detektif yang sedang
mengungkap sebuah kasus. Eksperimen membuat film pendek bergenre
thriller akan digabung dengan genre slasher.
Data berasal dari kesimpulan studi literatur dan studi eksisting. Kesimpulan
ini kemudian dijadikan penguat cerita.
2. Kemudian dibuat beberapa cerita yang kemudian dianalisis. Pada bab III
telah diketahui cerita yang terpilih. Lalu cerita dikembangkan menjadi
sebuah sinopsis.
3. Dari sinopsis, cerita berkembang menjadi skenario dan storyboard. Pada
skenario dapat diketahui karakter yang akan diperankan oleh talent dan
lokasi yang akan digunakan sebagai setting. Sedangkan pada storyboard
dapat diketahui shot list yang akan digunakan.
4. Untuk mencari talent yang pas untuk memrankan karakter pada film pendek,
5. Ketika skenario siap difilmkan, maka yang dilakukan adalah membuat script breakdown. Script breakdown adalah uraian tiap adegan dalam skenario menjadi daftar berisi sejumlah informasi tentang seegala hal yang
dibutuhkan untuk keperluan syuting (Effendi, 2009: 17). Hal ini dibuat agar
tidak terjadi pembengkakan dana dan waktu yang terbuang percuma.
Ketika script breakdown telah selesai dibuat, maka jadwal syuting dapat
disusun berdasarkan pengelompokan sejumlah informasi yang diperoleh dari
script breakdown. Informasi yang dimaksud adalah setting lokasi, waktu, dan
talent. Pengambilan gambar bisa saja tidak dilakukan urut sesuai dengan skenario.
4.2 Produksi
Pada proses pra produksi, telah dilakukan persiapan menjelang produksi.
Sebelum melakukan proses pengambilan gambar, pemain perlu berlatih dialog
yang lebih sering disebut proses reading. Hal ini sering dilakukan sebelum pengambilan gambar sebagai pengingat dialog untuk pemain.
Hasil video dari kamera DSLR dipindah ke perangkat komputer untuk
diolah sedemikian rupa. Jika menggunakan kamera rekam biasa, hasil gambar
tersimpan dalam kaset minidv harus dipindahkan dengan mengcapture terlebih
dahulu dari kaset minidv dengan menggunakan alat khusus, tetapi bila
menggunakan kamera DSLR, kita hanya perlu memindahkannya dengan kabel
data atau sambungan usb dari kartu memori.
1. Camera DSLR dengan kemampuan merekam video
2. Lensa 18-250 dan fix 50
3. Microphone dan boomer
4. Tripod dan Monopod
5. Komputer editing
6. Memory kamera
Beberapa variasi shot yang digunakan dan diterapkan dalam film pendek
pendek ini diantaranya adalah Extreme Long Shot, Long Shot, Medium Shot, Medium Close Up, Close Up. Untuk pergerakan kamera menggunakan Panning, Tilting dan Zooming. Sedangkan untuk sudut pengambilan gambar yang digunakan Eye Level, Low Angle dan High Angle.
4.3 Proses Pasca produksi
Pada tahapan pasca produksi ini silakukan proses editing dan spesial efek
dengan beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu:
1. Proses pemilihan video
Proses awal dimana menyeleksi beberapa stock shoot yang telah diambil. Materi pemilihan berdasarkan kelayakan gambar secara visual dan audio.
2. Proses Penataan stock shoot
Gambar 4.0 Proses penataan stock shoot
(sumber: olahan peneliti)
Untuk menata suatu scene, stock shot dihubungkan satu dengan yang lain. Sebuah scene disusun mulai dengan sebuah long shot, dilanjutkan dengan sebuah close up dan diakhiri dengan sebuah long shot lagi atau cut away. Tetapi kebiasaan ini sekarang sudah tidak lagi ditaati secara ketat. Yang
tetap dipertahankan orang dalam membuat scene, bukan lagi shot- shotnya,
tetapi arti scene itu sendiri.
3. Proses Colour Grading
Dalam proses ini adalah proses merubah atau memodifikasi warna terhadap
gambar sehingga menimbulkan kesan tertentu. Pemilihan warna digunakan
Gambar 4.1 Proses Colour Grading
(sumber: olahan peneliti)
4. Sound Editing
Dalam proses ini penambahan backsound dilakukan guna mendukung
tatanan visual.
Gambar 4.2proses sound editing
(sumber: olahan peneliti)
Proses sound editing pada film pendek ini menggunakan musik free lisence
yang didapat dari berbagai situs musik di internet. Pada prosesnya sound
suara asli yang dihasilkan dari gambar dan chanel kedua adalah suara
tambahan yang diberikan.
5. Rendering
Proses rendering adalah proses akhir dari pasca produksi dimana semua proses editing stock shoot disatukan menjadi sebuah format media. Dalam proses rendering memiliki pengaturan tersendiri sesuai hasil yang diinginkan. Sedangkan dalam film pendek berjudul “Psycopath Test”
menggunakan format media AVI.
Gambar 4.3 proses rendering
(sumber: olahan peneliti)
6. Mastering
Mastering merupakan proses dimana file yang telah di-render dipindahkan ke dalam media kaset, VCD, DVD atau media lainya. Film pendek ini
menggunakan media VCD.
7. Publikasi
Setelah selesai mengolah seluruh hasil film, maka penulis melakukan
Gambar 4.4 desain pin
(sumber: olahan peneliti)
Gambar 4.5 desain pada mug
(sumber: olahan peneliti)
Gambar 4.6 Desain poster
50 5.1 Kesimpulan
Dari laporan ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Beragamnya genre dan tema film pendek di Indonesia dapat dilakukan
oleh para sineas perfilman dengan cara menggali cerita-cerita baru.
Salah satunya adalah dengan mengangkat tema persahabatan dengan
konflik yang jarang digunakan di perfilman Indonesia.
2. Pembuatan film pendek ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap pra
produksi, tahap produksi, dan tahap pasca produksi. Dalam proses
pengerjaan ketiga tahap tersebut, diperlukan suatu perencanaan alur
kerja terlebih dahulu, agar tidak terjadi kesalahan ketika melakukan
proses pembuatan.
5.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat dibangun dari pembuatan pendek ini yaitu:
1. Tema persahabatan dan cinta dalam film pendek ini dapat
dikembangkan dengan penambahan konflik-konflik serta penyelesaian
konflik yang lebih jelas.
2. Menggunakan talent yang berasal dari dunia teater akan lebih
mengeksplor cerita lewat mimik dan gesture tubuh.
52
Biran, M.Y. 2010. Teknik Menulis Skenario Film Cerita. Jakarta: Fakultas Film dan Televisi IKJ.
Djalle, Zaharuddin G. 2006. The Making of 3D Animation Movie using 3D Studio Max. Bandung: Penerbit Andi.
Javandalasta, Panca. 2011. Mahir Bikin Film. Yogyakarta: Mumtaz Media. Indranata, Iskandar. 2008. Pendekatan Kualitatif Untuk Pengendalian Kualitas.
Jakarta: UI Press
Kurniasari, Ira. 2013. Pembuatan Film Pendek Berjudul Percaya. Surabaya: STIKOM Surabaya
Nevid, Jeffrey, S. 2005. Psikologi Abnormal jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga. Prakosa,G. 2008. Film Pinggiran:Antologi Film Pendek, Film Eksperimental, dan
Film Dokumenter. Jakarta Pusat: Koperasi Sinematografi IKJ. Pratista, Hilman. 2008. Memahami Film. Jakarta: Homerian Pustaka.
Sumber internet:
Anesty. (2012, June). Dampak bullying bagi siswa. Retrieved February 11, 2014, from: http://www.psychologymania.com
Cahyono. (2011, May 01). Sekilas Tentang Film Pendek. Retrieved November 12, 2012, from: http://filmpelajar.com
Candra. (2011, March 12). Sejarah Film Pendek. Retrieved November 12, 2012, from: http://www.la-lights.com
Ericson. (2013, July 24). Cambridgeshire County Council: Children and families. Retrieved February 11, 2014, from: www.cambridgeshire.uk
Koesoemadinata. (2009, September 22).Menulis Plot. Retrieved November 12, 2012, from: http://billykoesoemadinata.wordpress.com