33 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
[image:1.516.86.441.167.550.2]4.1. Setting Penelitian
Gambar 4.1 peta lokasi penelitian
pada gambar tersebut di atas. Desa Karangan berjarak ± 170 km dari ibukota provinsi yakni Kota Pontianak. Kecamatan ini mayoritas dihuni oleh suku Dayak Kanayatn, Dayak Bekati, Dayak Benyadu, sebagian kecil Melayu, serta Tionghoa. Di Kecamatan Mempawah Hulu pada tahun 2015, tercatat memiliki prevalensi hipertensi tertinggi diantara 12 Kecamatan lainnya di Kabuaten Landak yaitu sebesar 12,45% (Dinkes Kab. Landak). Menurut keterangan petugas Penyakit Tidak Menular (PTM) Puskesmas Karangan prevalensi penderita hipertensi banyak di temukan di Desa Karangan.
dihari pertama hanya melakukan verifikasi data dengan cara
pengukuran tekanan darah kepada calon partisipan.
Pelaksanaan diawali kegiatan penelitian dihari pertama pada tanggal 25 April 2016 di Puskesmas Karangan dilakukan pengambilan informasi mengenai calon partisipan yang akan di ambil sebagai partisipan mengenai riwayat hipertensi dan alamat calon partisipan kepada petugas PTM (Penyakit Tidak Menular) pukul 08.00-09.00 WIB, kemudian dilanjutkan pada pukul 10.00-13.00 WIB dan pukul 17.00-19.00 WIB untuk melakukan observasi calon partisipan, serta melakukan pengukuran tekanan darah pada calon partisipan di masing-masing rumah partisipan. Pada hari kedua (26 April 2016) dilakukan wawancara dan observasi pada pukul 10.00-12.00 WIB dengan 3 partisipan.
wawancara di Puskesmas Karangan sebagai permintaan Kepala Puskesmas Karangan dan wawancara sebagai data penunjang mengenai penyakit hipertensi di Desa Karangan. Pada akhir kegiatan wawancara, peneliti juga melakukan pengukuran kadar kolesterol dan mengukur Indeks Masa
[image:4.516.82.464.182.602.2]Tubuh (IMT) partisipan sebagai informasi tambahan peneliti.
Tabel 4.1. Karakterisitik Partisipan
Insial Jenis Kelamin Umur Pekerjaan Riwayat Penyakit
Tn. A Laki-laki 54 PNS Tidak ada
Ny. B Perempuan 48 PNS Tidak ada
Ny. C Perempuan 50 IRT Tidak ada
Ny. D Perempuan 73 IRT Tidak ada
Ny. E Perempuan 73 IRT Tidak ada
Ny. F Perempuan 57 IRT Tidak ada
Ny. G Perempuan 48 IRT Tidak ada
Ny. H Perempuan 48 Pedagang Tidak ada
Ny. I Perempuan 77 IRT Tidak ada
Ny. J Perempuan 60 IRT Tidak ada
Berdasarkan Tabel diatas 4.1, peneliti mendapatkan 11 partisipan sebagai informan penelitian dan dari 11 partisipan, 2 partisipan laki-laki dan 9 partisipan perempuan yang memiliki pekerjaan Pegawai Negeri Sipil (PNS), Ibu Rumah Tangga (IRT), pedagang, dan petani, dengan umur berkisar antara 48 sampai 77 tahun. Partisipan yang memiliki riwayat penyakit hanya 1 partisipan yaitu riwayat penyakit stroke. Partisipan berdomisili asli di Desa Karangan dan dari Dusun yang berbeda-beda yang diambil secara acak. Berikut adalah karakteristik dari partisipan peneliti.
4.2. Analisis Data
4.2.1. Faktor Penggunaan Garam a. Penggunaan Garam
Berikut dibawah kutipan pernyataan dari 10 partisipan yang menyatakan menggunakan garam dan 1 partisipan menggunakan penyedap rasa:
“Wah tidak tentu juga, tergantung banyak masakannya,
“Kalau untuk masak sayur sehari-hari biasa setengah sendok teh (P2.19)”
“Secukupnya rasa sayur, biasa setengah sendok teh (P3.19)”
“Tidak nentu juga ya liat sayuran yang dimasak kalau
banyak ya banyak juga garamnya kalaus sedikit ya sedikit juga garamnya tapi biasa ada satu sendok teh sekali kasi garam saat masak (P4.19)”
“Seberapa saya mau biasa satu sendok teh sekali kasi
garam (P5.21)”
“Satu sendok teh sekali kasi garam waktu masak (P6.19)” “Biasa ya cuma setengah sendok teh sekali kasi garam di
masakan (P7.19)”
“Sering tapi dibantu pembantu di rumah juga masaknya.
Satu sendok teh sekali kasi garamnya (P8.15.20)”
“Biasa satu sendok teh (P10.19)”
“Satu sendok teh kadang satu setengah sendok teh sekali
“Tidak pakai garam kami hanya pakai penyedap rasa
seperti masako. Biasa sekali kasi satu bungkus abis (P9.15.21)”
Berikut adalah intensitas partisipan memasak dalam
satu hari:
“Tidak nentu kadang 2 dan kadang 3 kali dalam satu hari
tergantung kesibukan juga dan lihat sayuran masih ada atau sudah habis (P1.27)”
“Biasa 2 kali pagi jam 10 dan malam (P2.24)”
“2 kali saja (P3.23)”
“Cukup 2 kali aja (P4.28)”
“2 kali (P5.25)”
“Terkadang 3 kali kadang juga 2 kali dalam sehari (P6.23)”
“2 kali aja (P7.24)”
“Sehari biasa 2 kali (P8.24)”
“2 kali aja (P9.25)”
“3 kali sehari karena sekali makan langsung abis (P10.22)”
Intensitas partisipan makan dalam satu hari berapa
kali dinyatakan oleh 11 partisipan:
“Biasa 3 kali (P1.34)”
“3 sampai 4 kali (P2.28)”
“3 kali (P3.26)”
“2 sampai 3 kali sehari (P4.31)”
“3 kali (P5.28)”
“Minimal 3 kali dalam sehari kami makan (P6.27)”
“3 kali (P7.27)”
“Kadang 2 kadang juga 3 kali sehari tergantung perut
ingin makan berapa kali (P8.27)”
“Makan sehari 3 kali, tapi kalau udah sering lapar 4
kali dalam sehari (P9.28)”
“3 kali (P10.26)”
“3 kali (P11.27)”
Banyaknya garam yang digunakan saat memasak berkisar antara ½ sendok teh – 1 sendok teh. Peneliti mencoba menimbang garam untuk memperkirakan jumlah penggunaan garam dalam ukuran gram (gr). Peneliti menemukan bahwa ½ sendok teh garam = 2,5 gr, sedangkan 1 sendok teh = 5 gr. Intensitas partisipan memasak dalam satu hari berkisar antara 2- 3 kali/hari dan intensitas partisipan makan dalam satu hari berkisar antara 2-4 kali/hari. Intensitas makan dan memasak partisipan akan dihubungkan dengan kadar garam yang diperoleh dalam satu hari.
b. Gemar Rasa Asin
Berikut dibawah kutipan pernyataan 6 partisipan yang gemar dengan rasa asin
“Iya suka, seperti ikan asin. Ya karna enak. Ya biasa
seminggu sekali (P1.38.41.44)”
“Iya suka. Soalnya kalau makanan tidak terasa asin rasa
tidak enak. Ya setiap makanan pasti ada sayuran yang berasa asin (P3.30.33.38)”
“Dulu sih suka kurang asin saja langsung di tambah
Satu minggu 3-4 kali saja lagi, tidak setiap hari (P5.32.41)”
“Suka. Kurang asin itu tidak enak di lidah. Satu hari sekali udah pasti ada (P6.32.35.40)”
“Kurang lah sekarang tapi ada seperti ikan asin itu.Ya
nikmat aja waktu di santap. Kadang-kadang aja (P7.31.35.39)”
“Kurang asin kurang enak. Kadang suka kadang juga
tidak suka. Setiap hari udah pasti (P11.31.35.39)”
4.2.2. Faktor Lemak Jenuh
a. Konsumsi daging
Berikut dibawah kutipan pernyataan 11 partisipan yang
sering konsumsi daging:
“Sering sih, biasa seminggu bisa dua kali, makanan babi,
ayam aja sih kalau sapi jarang saat ada masanya saja, kalau kambing tidak pernah (P1.49)”
“Jarang, lebih sering ikan, kalau ayam kadang-kadang
juga, kambing sapi tidak pernah makannya. Biasa ikan hampir setiap hari kalau yang lainnya seperti ikan kadang-kadang (P2.37.44)”
“Kalau daging kambing sapi itu jarang biasa hanya saat
ada pesta saja, selain itu tidak ada, yang paling sering ikan. Setiap hari selalu ada ikan saat makan (P3.47.54)”
“Jarang lah seperti daging sapi kambing tapi kalau ayam
satu minggu sekali (P4.41)”
“Suka daging sapi dulu sampai lemaknya di cari, kalau
“Jarang hanya seperti ikan aja hampir setiap minggu,
kalau seperti sapi kambing satu tahun sekali aja waktu hari-hari tertentu (P6.45)”
“Daging ayam aja yang sering makannya dengan ikan,
kalau daging kambing sapi itu jarang hanya saat ada pesta aja. Satu minggu sekali ada bang tapi kadang juga tidak ada tergantung duit di dompet aja (P7.44.51)”
“Ayam sering, ikan apa lagi sama seringnya tapi kambing
dengan sapi waktu ada acara nikahan aja. Satu minggu sekali aja seringnya (P8.39.46)”
“Kambing sapi jarang, tapi ayam setiap hari kami
makannya (P9.40)”
“Sering hampir semua daging di makan kami di rumah.
Tidak nentu juga tapi hampir setiap hari makan daging, yang paling sering itu daging babi dengan ayam (P10.36.41)”
“Daging babi yang sering daging yang lain
kadang-kadang. Satu minggu biasa tiga kali (P11.43.49)”
mengkonsumsi daging babi, khususnya bagi partisipan non muslim. Sebanyak 11 partisipan gemar mengkonsumsi daging kambing dan atau sapi tapi dengan intensitas satu bulan hingga satu tahun sekali, sedangkan konsumsi ikan semua partisipan mengkonsumsinya dengan intensitas sering hampir
setiap hari.
b. Penggunaan minyak goreng
Berikut pernyataan partisipan yang menggunakan minyak goreng lebih dari satu kali gunakan:
“Satu kali pakai, tapi terkadang dilihat minyaknya masih
bagus ya di pakai ulang lagi untuk menggoreng ikan atau yang lainnya bisa 2 atau 3 kali dipakai kalau sudah kelihatan tidak bagus baru di buang (P3.82)”
“Biasa tiga kali pakai baru diganti. Biasa dipakai lagi kalau
udah di pakai, karena kan masih bagus (P5.87.81)”
“Sering berulang kali biasa minyak bekas dari teman
dipakai lagi untuk hemat.Tidak nentu biasa 3 atau 5 kali baru di ganti (P6.69.75)”
“Berulang kali dipakai kalau saya seperti ikan itu
“Kadang sekali pakai kadang juga berulang kali pakainya
dilihat minyaknya masih bagus dipakai lagi atau tidak. Tiga kali pakai baru di buang (P8.67.74)”
“Iya berulang kali pakai kami. Dua kali (P9.68.72)”
“Ya kalau masih bagus pakai ulang tapi kalau udah tidak
bagus dilihat tidak dipakai lagi. Dua kali baru diganti lagi minyaknya (P10.64.70)”
“Pakai sekali saja tapi kadang di pakai ulang lagi bisa
hemat juga. Tiga kali baru diganti dengan yang baru (P11.75.82)”
Sebanyak 3 partisipan menggunakan minyak goreng hanya 1 kali saja, sisanya 8 partisipan menggunakan minyak goreng berulang kali, (2-4 kali dalam 1 kali pembelian) karena dianggap masih baik untuk digunakan dan lebih hemat.
c. Konsumsi makanan berminyak
Berikut dibawah kutipan Partisipan yang sering mengkonsumsi yang berminyak seperti gorengan menyatakan:
“Suka. Biasa seminggu sekali sih, jarang tapi mau
“Suka sih tapi kalau hanya ya di makan kalau tidak ada ya tidak di cari. Kadang-kadang saat ada aja (P2.60.65)”
“Suka. Setiap hari ya karna saya jualan gorengan
setidaknya saya mencobanya saat menggoreng (P3.71.74)”
“Suka dan sering. Dua hari sekali itu pasti makan
gorengan (P4.61.64)”
“Suka kami tempe tahu itu. Tidak juga sering ada biasa
satu minggu tiga kali lah (P5.72.75)” “Tidak suka saya (P6.64)”
“Sering itu karna enak juga bang. Satu minggu dua kali
udh pasti ada lah itu makan gorengan (P7.68.72)”
“Nah itu paling sering hampir setiap hari (P8.61)”
“Suka. Satu minggu sekali ada (P9.60.63)”
“Suka tapi jarang. Ya kalau ada satu minggu dua kali tapi
juga tidak ada karna tidak nentu (P10.54.57)”
“Kadang tidak teralu suka tapi karena udah di kasi sama
Dari 11 partisipan, 10 partisipan gemar mengkonsumsi gorengan secara berkala (2-3 kali perminggu bahkan setiap
hari) dan 1 partisipan mengaku tidak menyukai gorengan.
d. Pengolahan Makanan
Berikut pernyataan partisipan yang mengolah makan
dengan di goreng maupun digoreng dan direbus:
“Digoreng. Kalau yang digoreng kayak sayuran hijau
(P1.58.62)”
“Digoreng. Yang digoreng biasa ikan, kadang juga ikan di
rebus terus kalau sayur direbus begitu saja (P2.50.54)”
“Kadang direbus kadang di goreng. Yang biasa digoreng
seperti ikan, tahu, tempe terus yang biasa direbus sayuran seperti dimasak bening (P3.59.64)”
“Digoreng dan direbus. Kalau ikan atau daging yang
lainnya digoreng terus sayuran direbus (P4.51.55)”
“Sukanya digoreng. Yang digoreng itu ya ikan terus yang
di rebus sayuran tapi yang di rebus rasa tidak enak jadi biasa digoreng maklum lah kita kan udah tua (P5.60.64)” “Digoreng. Hampir semua makanan digoreng punya saya,
“Kadang direbus kadang juga digoreng. Paling sayur
kangkung direbus terus yang digoreng ikan gitu (P7.57.62)”
“Digoreng semua orang dirumah tidak suka direbus (P8.51)”
“Digoreng.Yang direbus sayur gitu sisanya seperti daging
digoreng semua (P9.50.54)”
“Digoreng kadang direbus juga biar ada variasi masakan
setiap hari (P10.48)”
“Kadang direbus kadang juga digoreng. Daging kadang
digoreng kadang juga direbus, gitu juga sebaliknya dengan sayur (P11.53.58)”
Olahan makanan lebih banyak digoreng dibandingkan direbus. 6 partisipan mengolah makanan mereka dengan digoreng dan 5 partisipan melakukan variasi mengolah makanan, kadang digoreng, kadang pula direbus.
4.2.2.1. Hasil Pengukuran Tekanan Darah, Indeks Massa Tubuh (IMT), Kadar Kolesterol Partisipan
keseluruhan dengan diklasifikasikan menurut WHO (2008) tekanan sistol 140-159 (hipertensi ringan) sebanyak 6 partisipan, 160-179 (hipertensi sedang) sebanyak 4 partisipan, dan ≥180 (hipertensi berat) sebanyak 1 partisipan.
Tabel 4.2.2.1 Hasil Pengukuran Tekanan Darah, Indeks Massa Tubuh (IMT), Kadar Kolesterol Partisipan
Inisial Tekanan Darah (mmHg)
Indeks Massa Tubuh (IMT)
Kadar Kolersterol (mg/dl)
Tn. A 150/90 Overweight 210
Ny. B 150/100 Overweight 230
Ny. C 150/90 Normal 159
Ny. D 160/100 Overweight 213
Ny. E 160/90 Normal 290
Ny. F 140/90 Normal 140
Ny. G 140/95 Obesitas 228
Ny. H 160/90 Overweight 252
Ny. I 160/90 Normal 205
Ny. J 140/90 Normal 257
4.2.3 Faktor Merokok dan Konsumsi Alkohol
Berikut kutipan pernyataan 1 partisipan yang mengkonsumsi alkohol:
“Kadang-kadang, tapi tidak sering (anaknya menyeloteh, “bohong sering itu” dijawab P1 “jarang lah”) minumannya ya tuak(P1.84)”
Berdasarkan kebiasaan merokok dan mengkonsumsi minuman beralkohol, dari kedua partisipan laki-laki hanya satu partisipan yang gemar minuman beralkohol berupa tuak dan satu partisipan lainnya tidak merokok maupun mengkonsumsi minuman beralkohol.
4.2.4 Faktor Kafein
Berikut pernyataan partisipan dengan kebiasaan meminum kopi:
“Kalau kopi sering minumnya. Sehari tiga kali, kadang
empat kali sehari di tempat kerja ngopi juga (P1.96.99)”
“Kopi suka saya.Sehari sekali saat pagi jak saya minum pagi (P4.75.78)”
“Suka paling suka saya biasa sampai tiga empat kali
“Suka sekali saya. Satu hari tiga kali, pagi siang malam
pasti kopi ada (P6.79.82)”
“Suka sekali saya bang. Tiga kali dalam sehari (P7.87.90)”
“Suka. Paling sedikit dua kali dalam sehari pagi dengan sore (P8.77.80)”
“Satu hari satu kali. Suka, akhir-akhir ini saya suka minum kopi tidak tau kenapa heran saya (P10.74.79)” “Kopi saya minum. Satu hari dua kali minum saya
(P11.91.94)”
Partisipan yang gemar minum kopi berjumlah 8 orang partisipan konsumsi kopi perhari dapat mencapai 2-4 gelas kopi. Sebanyak 3 orang partisipan jarang meminum kopi dengan alasan tidak terlalu menyukai kopi.
4.2.5 Faktor Kurang Aktivitas Fisik
Berikut pernyataan 6 partisipan yang tidak pernah melakukan aktivitas fisik:
“Udah tidak sekarang dulu iya, ya sekarang udah tua jadi
“Tidak, berjalan aja udah capek apa lagi olahraga. Di
rumah aja sekarang tidak kemana-mana (P5.98.103)” “Tidak pernah. Ya di rumah aja (P6.85.89)”
“Tidak pernah (P9.80)”
“Tidak pernah lakukan olahraga saya. Ya ada di rumah
tidak kemana-mana (P10.81.86)” “Tidak suka lagi sekarang (P11.97)”
5 partisipan menyenangi olahraga tapi hanya aktivitas jalan kaki di pagi hari maupun olahraga yang diadakan tahunan:
“Biasa sering juga, di tempat kerja biasa ada olahraga
saya ikut. Kadang-kadang dua kali dalam seminggu (P1.104.109)”
“Suka tapi jarang saya olahraga biasa saat jalan kaki
subuh saja. Ya tidak nentu hanya saat pergi ke pasar saja atau kerja (P2.79.83)”
“Biasa seminggu dua kali ada lah. Suka sih, tapi jarang
dilakukan saja (P3.93.97)”
“Sering seperti jalan pagi aja sih. Setiap hari jalan pagi
“Suka seperti voli, tenis meja. Kalau mau ada
pertandingan aja, kalau untuk sehari-hari tidak pernah (P8.83.86)”
Dari data aktivitas fisik, hanya 1 partisipan yang kerap melakukan olahraga di tempat kerja sedangkan 1 partisipan melakukan olahraga hanya saat akan diadakan pertandingan saja namun tidak setiap hari, dan 9 partisipan lainnya tidak melakukan olahraga dengan alasan usia yang sudah tua, sehingga tidak kuat untuk melakukan olahraga.
4.2.6 Faktor Psikis (Stres)
Berikut 8 partisipan yang menyatakan sering banyak pikiran (stres) saat alaminya:
“Ada sih, kadang-kadang. Karena biasa mikirkan hidup
(P1.118.120)”
“Pernah juga kadang-kadang. Ya mikirkan kehidupan
saja (P2.93.95)”
“Ada sih udah pasti ada. Kadang-kadang mikirkan anak,
“Wah sering itu. Ya biasa karna uang lah, duit udah
tidak ada pusing mau nyarinya (P6.93.95)
“Pernah. Karena biasa mikir kehidupan sekarang suami
udah tidak ada jadi cari uang sendiri untuk hidup saya dan anak (P7.107.109)”
“Pernah sih tapi tidak sampai kebawa kepikiran gitu. Mikir keluarga, rumah tangga gitu (P8.96.99)”
“Ya kadang ada kadang juga tidak ada. Kadang
kepikiran seperti apa lagi nanti kehidupan saya gitu aja (P10.91.94)”
“Pernah, bahkan hampir mau stress saya. Karena
tingkah laku anak-anak yang bikin pusing (P11.105.108)”
4.2.7 Faktor Riwayat Keturunan
Berikut pernyataan partisipan yang memiliki orang tua pernah menderita hipertensi:
“Bapak saya dulu pernah ada, bahkan pernah stroke (P1.128)”
“Ibu saya suka tensi nya naik turun setiap cek (P2.105)”
“Ada dari bapak saya dulu tekanan darah tinggi
(P3.122)”
“Iya memang kedua orang tua saya dulu punya tekanan
darah tinggi (P4.102)”
“Ada bapak saya dulu ada tekanan darah tinggi
(P5.119)”
“Ada, kedua orang tua saya itu dulu ada tekanan darah
tinggi (P7.123)”
“Bapak saya punya tekanan darah tinggi (P8.109)” “Iya ada dari ibu (P9.101)”
“Kedua orang tua dulu riwayat tekanan darah tinggi
Berdasarkan riwayat hipertensi dari orang tua, 2 partisipan tidak memiliki orang tua yang terkena hipertensi, sedangkan 9 partisipan memiliki riwayat hipertensi dari orang tuanya. Menurut pernyataan beberapa partisipan, orang tua
mereka yang terkena hipertensi meninggal karena stroke.
4.3. Pembahasan
4.3.1. Faktor Penggunaan Garam
tekanan darah. Karena garam membantu menahan air dalam tubuh. Dengan begitu, akan meningkatkan
volume darah tanpa adanya penambahan ruang.
Selain penggunaan garam, penggunaan MSG yang terdapat dalam penyedap rasa juga menjadi pencetus munculnya penyakit hipertensi. Dalam hasil penelitian ada partisipan yang tidak menggunakan garam namun menggunakan penyedap rasa sebagai pemberi rasa pada masakan. Sekali pun tidak menggunakan garam namun menggunakan penyedap yang mengandung MSG akan tetap menimbulkan tekanan darah.
responden yang asupan natriumnya sering (61,3%) dari pada reponden yang asupan natriumnya tidak sering (9,1%). Sehingga penggunaan garam salah satu yang menjadi penyebab penyakit hipertensi di
Desa Karangan.
Begitu pula dengan hasil penelitian yang ditemukan oleh Sigarlaki (2006) tentang hasil yang didapatkan bahwa responden yang menderita prehipertensi yang menyukai makanan asin (4,9 %), sementara yang menderita hipertensi grade I (29,41 %), dan yang menderita hipertensi grade II yang menyukai makanan asin (14,7%). Sehingga penggunaan garam menjadi salah satu penyebab peningkatan tekanan darah.
4.3.2. Faktor Lemak Jenuh
karena termasuk daging yang mahal sehingga dikonsumsi saat pada acara tertentu saja seperti acara nikahan atau acara keagamaan muslim. Gorengan, penggunaan minyak goreng berulang kali lebih dari 2
kali termasuk dalam lemak jenuh.
goreng-gorengan serta daging kambing) sebanyak lebih dari 1 kali/hari memiliki tekanan sistolik dan diastolik rata-rata tinggi yaitu 146/99,5 mmHg. Sehingga konsumsi minyak ada hubungan dengan terjadinya tekanan darah tinggi pada masyarakat Desa
Karangan.
Dalam penelitian ini juga menunjukan hasil bahwa Indeks Masa Tubuh (IMT) atau kegemukan (obesitas) ada hubungan dengan timbulnya penyakit hipertensi di Desa karangan dibuktikan dengan hasil pengukuran IMT 1 partisipan obesitas, 4 partisipan overweight dan 6 partisipan normal (Tabel.4.2.1.1). Hasil ini sejalan dengan penelitian Dien dkk (2015) yang menyatakan hasil ada hubungan indeks masa tubuh dengan tekanan darah pada.
Selain itu penelitian Anggara dkk (2012) menunjukan bahwa ada hubungan antara IMT dengan hipertensi dengan nilai (p < 0,05). Menjadi hal yang menarik juga pada beberapa partisipan dalam tabel 4.2.1.1 ditemukan pengukuran tekanan darah ≥ 140/90
meminum obat anti hipertensi, karena dalam penrnyataan hasil partisipan telah rutin mengkonsumsi
obat anti hipertensi maupun obat herbal.
4.3.3. Faktor Konsumsi Alkohol
Kebiasaan meminum minuman beralkohol ini sering dilakukan oleh partisipan laki-laki (2 orang). Kebiasaan ini sulit dihilangkan, karena sangat ketergantungan untuk penikmatnya. Salah satu partisipan laki-laki menyatakan sering konsumsi alkohol seperti tuak. Tuak merupakan salah satu minuman khas suku Dayak yang produksi melalui beras ketan yang difermentasi. Konsumsi tuak bagi suku Dayak bertujuan untuk melepas lelah setelah kerja dan kandungan alkoholnya ±20%. Minuman ini sering dikonsumsi oleh laki-laki suku Dayak namun dapat juga diminum perempuan. Namun sekarang tuak sering diminum dalam jumlah banyak sehingga menjadi tidak baik untuk tubuh.
minum alkohol lebih dari 5 kali atau lebih perhari akan menderita hipertensi (Muhammad, 2009). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ainum dkk (2015) yang menyatakan hasil uji statistik chi square membuktikan bahwa ada hubungan antara jenis alkohol yang dikonsumsi dengan kejadian hipertensi pada laki-laki di lingkup kesehatan Universitas Hasanuddin angkatan 2010-2012 dengan nilai p=0,002. Selain itu penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Arif dkk (2013) yang menyatakan terdapat hubungan anatara kebiasaan olahraga dengan kejadian hipertensi pada lansia tahun 2013. Sehingga alkohol menjadi salah satu penyebab hipertensi di Desa Karangan
4.3.4. Faktor Kafein
kebiasaan minum kopi (Widyanto dkk, 2013). Kebiasaan meminum kopi di masyarakat Desa Karangan juga menjadi hal yang rutin untuk pembuka hari, di saat istirahat maupun penutup hari juga minum kopi. Intensitas minum kopi di masyarakat Desa Karangan bisa lebih dari 3 kali/hari.
Kandungan kafein dalam kopi dalam mengecilkan pembuluh darah darah yang dapat meningkatkan tekanan darah (Samiadi, 2015). Sehingga kafein ada hubungan dengan timbulnya penyakit hipertensi di Desa Karangan.
4.3.5. Faktor Kurang Aktivitas Fisik
Kebiasaan masyarakat di Desa Karangan untuk usia lansia jarang melakukan aktivitas olahraga dengan berbagai alasan penurunan fungsi tubuh secara fisiologis akibat penuaan. Namun, beberapa masyarakat mau melakukan aktivitas olahraga kecil dengan jalan kaki di pagi hari. Kegiatan ini dapat memberikan dampak yang baik untuk tubuh terutama penderita penyakit hipertensi. Selain menjadi kolesterol lemak dalam tubuh juga dapat menjadi kegemukan (obesitas).
Menurut Muhammad (2009) apabila tubuh tidak melakukan olahraga beresiko meningkatnya kolesterol dalam tubuh dan kegemukan (obesitas). Sehingga aktivitas kecil maupun besar sangat dibutuhkan oleh tubuh. Kurang aktivitas fisik dapat menjadi penyebab timbulnya penyakit hipertensi. Dalam literatur Widyanto dkk (2013) menjelaskan olahraga teratur dapat mengurangi kekakuan pembuluh darah.
kebiasaan kurang berolahraga dengan kejadian hipertensi dengan nilai (p=0,028). Sehingga kurang aktivitas fisik dapat menjadi salah satu faktor
penyebab penyakit hipertensi.
4.3.6. Faktor Psikis (Stres)
Stres merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit hipertensi. Masyarakat di Desa Karangan dari data peneliti sering terkena stres ringan sampai berat karena memikirkan kehidupan keluarga mereka. Selain itu stres yang dialami oleh para partisipan memikirkan ekonomi karena partisipan suaminya meninggal jadi setiap hari harus mencari uang untuk keluarganya. Intensitas stres partisipan setiap hari ada tapi hanya berselang waktu 1 sampai 2 jam saja. Menurut pengakuan partisipan terkadang sering marah tidak jelas di rumah.
stres tak terkendali dapat sebagai penyebab penyakit hipertensi. Hasil penelitian ini juga berhunbungan dengan penelitian Sigarlaki (2006) penyebab stres didapatkan bahwa sebagian besar responden mengaku penyebab stres terbanyak yang dialami adalah karena ekonomi (47,05 %). Dapat dikatakan pengaruh stres dapat menjadi salah satu penyebab tekanan darah meningkat.
4.3.7. Faktor Riwayat Keturunan
Partisipan peneliti memiliki riwayat penyakit hipertensi dari orang tua. Menurut pernyataan partisipan orang tua mereka sudah sampai komplikasi penyakit stroke.
hipertensi juga. Faktor genetik yang diduga menyebabkan penurunan resiko terjadinya hipertensi
terkait pada kromosom 12p.
4.4. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan didalamnya, seperti partisipan tidak mengijinkan peneliti untuk pengambilan gambar dengan alasan partisipan takut akan di tipu. Hanya dua dari sebelas partisipan yang bersedia di lakukan dokumentasi saat penelitian. Jarak antara rumah peneliti dan lokasi penelitian sangat jauh sehingga peneliti memutuskan untuk menginap di salah satu rumah warga setempat. Peneliti sulit mendapatkan partisipan laki-laki dengan kriteria yang di tentukan peneliti karena saat ingin di temui sedang kerja dan menolak untuk di minta untuk dijadikan partisipan.