KECAMATAN PAJANGAN KABUPATEN BANTUL
Skripsi
Disusun Oleh : Ihsan 20110220063
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
iv
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI ... 7
A. Tinjauan Pustaka ... 7
B. Kerangka Pemikiran ... 22
C. Hipotesis ... 23
III. METODE PENELITIAN ... 24
A. Metode Dasar ... 24
B. Penentuan Lokasi Penelitian ... 24
C. Metode Pengambilan Responden ... 25
D. Jenis data dan Teknik Pengumpulan Data ... 26
E. Asumsi dan Pembatasan Masalah ... 27
F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 27
G. Teknik Analisis Data ... 30
IV. KEADAAN UMUM WILAYAH ... 34
A. Data Monografi Kecamatan Pajangan ... 34
B. Data Monografi Desa Sendangsari ... 39
C. Profil KWT “Tri Manunggal” ... 40
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48
A. Profil Konsumen Emping Jagung KWT “Tri Manunggal” ... 48
B. Sikap Konsumen Terhadap Desain Label Kemasan Emping Jagung “Tri Manunggal”. ... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 74
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Luas dan Produksi Tanaman Kecamatan Pajangan ... 2
Tabel 2. Pengukuran Kategori Terhadap Setiap Atribut Label Kemasan ... 31
Tabel 3. Struktur Penduduk Kecamatan Pajangan Berdasarkan Umur ... 35
Tabel 4. Struktur Penduduk Kecamatan Pajangan Berdasarkan Tingkat
Pendidikan... 36
Tabel 5. Struktur Penduduk Kecamatan Pajangan Menurut Mata Pencaharian ... 37
Tabel 6. Luas dan Produksi Tanaman di Kecamatan Pajangan Tahun 2014 ... 38
Tabel 7. Jarak KWT “Tri Manunggal” ke pusat Ibukota Kecamatan, Kabupaten dan Kota ... 42
Tabel 8. Profil Konsumen Emping Jagung “Tri Manunggal” Berdasarkan Jenis
Kelamin ... 48
Tabel 9. Profil Konsumen Emping Jagung “Tri Manunggal” Berdasarkan Umur 49
Tabel 10. Profil Konsumen Emping Jagung “Tri Manunggal” Berdasarkan
Pendidikan... 50
Tabel 11. Profil Konsumen Emping Jagung “Tri Manunggal” Berdasarkan
Pekerjaan ... 51
Tabel 12. Profil Konsumen Emping Jagung “Tri Manunggal” Berdasarkan
Pendidikan ... 52
Tabel 13. Hasil Penilaian Konsumen Real Terhadap Tiap-tiap Atribut Kemasan
Emping Jagung “Tri Manunggal” ... 55
Tabel 14. Hasil Skoring Penilaian Konsumen Potensial Terhadap Tiap-tiap
Atribut Kemasan Emping Jagung “Tri Manunggal” ... 60
Tabel 15. Perolehan Rata-rata Skor Tiap-tiap Atribut ... 64
Tabel 16. Hasil Analisis U Mann Whitney Antara Sikap Konsumen Real dan
Gambar 1. Desain Lama Label Kemasan Emping Jagung ... 3
Gambar 2. Desain Label Kemasan Emping Jagung yang Diubah ... 4
Gambar 3. Desain baru label kemasan emping jagung yang diajukan ... 5
Gambar 4. Model Pengambilan Keputusan Konsumen. ... 9
Gambar 5. Bauran Pemasaran Menurut Kotler ... 10
Gambar 6. Bagan Kerangka Pemikiran ... 23
Gambar 7. Denah Lokasi KWT “Tri Manunggal” ... 42
Gambar 8. Struktur Organisasi KWT “Tri Manunggal” ... 43
KECAMATAN PAJANGAN KABUPATEN BANTUL
Consumer Attitude on Desain Packaging Label of Emping Jagung Production KWT “Tri Manunggal” Sendang Sari Village Pajangan Subdistrict
Bantul Regency
Ihsan
Retno Wulandari, SP. M.Sc / Ir. Diah Rina Kamardiani, M.P
Agribusiness Department of Agriculture Faculty University Muhammadiyah of Yogyakarta
ABSTRACT
The aims of this research is to determine the real consumers attitude and potential consumers attitude to emping jagung’s design label packaging attribute that being proposed, also to find out if there is attitude differentiation between real consumers and potential consumers. This research is using descriptive data analysis with quantitative method scoring methode and U Mann Whitney test. Data are collected by observation, interview, and give questionaire to real consumers and potential consumers. Technique to determine the respondents is by survey to 35 real consumers while potential consumers are determined 10 each person from every canteens in north campuss of UMY. Results of this research show that real consumers attitude to the six attributes are good. Meanwhile, there are variants results from potential consumers: colour combination attribute is on good enough category, while on label size attribute is on not proper category, for picture ilustration attribute and layout attribute is in proper category, and for completeness category is in complete enough category. Based on U Mann Whitney test, found that there is a differentiation between real consumers attitude and potential consumers on some attributes. Attitude differentiation is in colour, size label, brand, and information completeness.
viii
INTISARI
SIKAP KONSUMEN TERHADAP DESAIN LABEL KEMASAN PRODUK EMPING JAGUNG PRODUKSI KWT “TRI MANUNGGAL” DESA SENDANG SARI KECAMATAN PAJANGAN KABUPATEN BANTUL. 2016. IHSAN (Skripsi dibimbing oleh Retno Wulandari, SP. M.Sc & Ir. Diah Rina Kamardiani, M.P). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap konsumen real dan konsumen potensial terhadap atribut desain label kemasan produk emping jagung yang diajukan, dan perbedaannya antara sikap konsumen real dengan sikap konsumen potensial tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif. Metode analisis yang digunakan adalah uji U Mann Whitney. Data pada penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara dan pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk kuesioner terhadap responden yang dibagi ke dalam dua kelompok yaitu konsumen real/pelanggan dan konsumen potensial. Teknik pengambilan responden yang digunakan pada penelitian ini dengan mensurvei responden
real/pelanggan yaitu sebanyak 35 orang dan konsumen potensial diambil dengan kuota sebanyak 40 orang yang masing – masing diambil 10 orang dari tiap kantin
lobby utara UMY. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap konsumen real
dilihat dari paduan warna, ukuran label, merek, ilustrasai gambar, tata letak dan kelengkapan informasi termasuk ke dalam kategori bagus. Sementara hasil yang bervariasi dapat dilihat pada sikap konsumen potensial, berdasarkan hasil rata-rata skor dari keenam atribut yang yang dinilai, untuk atribut paduan warna termasuk ke dalam kategori cukup bagus, untuk atribut ukuran label dan merek termasuk ke dalam kategori tidak sesuai. Untuk atribut ilustasi gambar dan tata letak termasuk ke dalam kategori sesuai, dan untuk atribut kelengkapan informasi termasuk ke dalam kategori cukup lengkap. Berdasarkan hasil perhitungan Uji U Mann Whitney terdapat perbedaan antara sikap konsumen real dan potensial pada atribut paduan warna, ukuran label, merek dan kelengkapan informasi.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dunia usaha saat ini telah diwarnai dengan berbagai
persaingan di segala bidang. Termasuk persaingan bisnis yang semakin ketat yang
mengakibatkan perubahan sikap konsumen dalam pengambilan keputusan untuk
membeli dan mengkonsumsi suatu produk. Sikap konsumen merupakan salah satu
konsep yang paling penting yang digunakan pemasar untuk memahami konsumen.
Dengan mengetahui sikap konsumen, pemasar dapat mengembangkan produk
baru dan memformulasikan serta melakukan evaluasi strategi promosional.
Mengingat perkembangan teknologi yang semakin dinamis, manusia dituntut
dengan cepat dan tepat untuk bertindak agar tidak kalah bersaing. Saat ini bila
bicara mengenai produk, maka tidak terlepas dari atribut produk yang
menyertainya. Atribut produk yang dimaksud adalah kemasan. (Shimp, 2003)
Kemasan atau packaging, menjadi salah satu unsur yang sangat penting bagi produk. Pengemasan bukan hanya sekadar pembungkus makanan, tetapi lebih dari
itu yaitu packaging is branding. Kemasan menjadi salah satu pemicu penjualan sebuah produk karena fungsinya langsung berhadapan dengan konsumen. (Shimp,
2003)
Saat ini industri-industri makanan ringan sudah sangat banyak membanjiri
pasaran. Bantul merupakan sentra penghasil jagung terbesar di DIY. Produk
emping jagung dipilih karena Kecamatan Pajangan merupakan sentra penghasil
jagung terbesar yang ada di Kabupaten Bantul, hal tersebut dapat dilihat dari luas
2
melebihi tanaman padi. Luas dan produksi tanaman dapat dilihat pada Tabel 1
berikut :
Tabel 1. Luas dan Produksi Tanaman Kecamatan Pajangan
No Jenisnya Luas
Sumber : Data Monografi Kecamatan Pajangan Tahun 2014
Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa tanaman jagung merupakan tanaman
dengan produksi terbesar di Kecamatan Pajangan. Dengan hasil produksi yang
melimpah tersebut maka jagung banyak diolah menjadi makanan ringan oleh
industri-industri rumah tangga. Salah satu industri rumah tangga yang
memproduksi makanan ringan/snack yaitu Kelompok Wanita Tani (KWT) “Tri
Manunggal” yang berlokasi di Desa Sendangsari Kecamatan Pajangan Kabupaten
Bantul dengan produk-produknya yaitu emping gadung, kerupuk jagung dan
produk yang paling banyak diproduksi yaitu emping jagung .
Pada saat ini sudah banyak sekali rumah produksi yang memproduksi
emping jagung, dengan rasa dan harga yang rata-rata bersaing, maka perlu ada
nilai tambah yang diusung pada produk emping jagung ini agar memiliki nilai
lebih dari produk emping jagung lainnya. Salah satu elemen yang dapat
dinilai dan diposisikan sebagai hal yang tidak penting dan kadang luput dari
perhatian. Hal itulah yang terjadi pada produk emping jagung yang diproduksi
oleh KWT “Tri Manunggal” yang masih sangat sederhana dalam pengemasannya.
Kemasan lama emping jagung yang dipakai sebelumnya oleh KWT “Tri Manunggal” dapat dilihat pada Gambar 1
Gambar 1. Desain Lama Label Kemasan Emping Jagung
Berkaitan dengan hal tersebut pada bulan Februari 2014 Himpunan
Organisasi Sosial Ekonomi Pertanian (HIMASEPTA) Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta mencoba membantu dengan melakukan
program pengabdian berupa pembuatan dan pembaharuan desain label kemasan
produk emping jagung berupa penambahan warna. Dari program tersebut pihak
KWT “Tri Manunggal” menyetujui kemasan yang telah diperbaharui, dan desain label kemasan tersebut mulai diimplementasikan pada Agustus 2014. Namun dari
implementasi program tersebut dirasa masih kurang efisien. Berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan terhadap Ibu Sumiati selaku ketua KWT “Tri
4
efisien karena biaya yang dikeluarkan untuk perubahan kemasan tersebut lebih
tinggi dibandingkan dengan menggunakan kemasan yang Selain itu untuk
pembuatan kemasan yang berlabel sablon KWT “Tri Manunggal” harus
mengeluarkan budget yang cukup besar karena kuota minimal pencetakan yang terbilang tinggi yaitu seribu kemasan. Berdasarkan hal tersebut pihak KWT “Tri
Manunggal” merasa perlu melakukan perubahan kemasan terutama dalam hal
pelabelan. Kemasan yang diubah warnanya dapat dilihat pada Gambar 2
Gambar 2. Desain Label Kemasan Emping Jagung yang Diubah
Dari permasalahan tersebut penulis mencoba berdiskusi dengan pihak KWT
“Tri Manunggal” dan menawarkan solusi alternatif yaitu berupa pembuatan label
kemasan yang menggunakan stiker yang lebih praktis dan efisien dalam
penggunaannya, sehingga plastik yang tersedia bisa dipakai untuk mengemas
produk olahan yang lainnya, serta lebih murah dalam pencetakannya dan tidak
mempunyai kuota minimal dalam pencetakannya. Desain label kemasan yang
Gambar 3. Desain Baru Label Kemasan Emping Jagung yang Diajukan
Berdasarkan hal tersebut, sebelum label yang diajukan diimplementasikan
pada produk emping jagung “KWT Tri Manunggal” maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui sikap konsumen terhadap label kemasan produk
emping jagung yang diajukan tersebut. Kemudian apakah terdapat perbedaan
antara sikap konsumen real dengan sikap konsumen potensial terhadap desain label kemasan produk emping jagung, sehingga nanti dapat memberikan solusi
dalam pertimbangan pengambilan keputusan label emping jagung yang akan
dipakai selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sikap konsumen real dan potensial terhadap atribut desain label kemasan produk emping jagung?
6
C. Tujuan
1. Mengetahui sikap konsumen real dan konsumen potensial terhadap atribut desain label kemasan produk emping jagung.
2. Mengetahui perbedaan antara sikap konsumen real dengan sikap konsumen potensial terhadap atribut desain label kemasan produk emping
jagung.
D. Kegunaan
1. Bagi penulis penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan baik
teori maupun praktek di bidang pemasaran khususnya mengenai pengaruh
kemasan produk terhadap sikap konsumen.
2. Bagi industri rumah tangga yang bersangkutan penelitian ini memberikan
rekomendasi dalam pertimbangan pengambilan keputusan dalam hal
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Sikap Konsumen
a. Definisi Sikap
Sikap merupakan ekspresi yang mencerminkan perasaan (inner feeling), apakah seseorang senang atau tidak senang, suka atau tidak suka dan setuju atau
tidak setuju terhadap suatu objek. Objek yang dimaksud bisa berupa merek,
layanan, pengecer, perilaku tertentu, dan lain-lain (Schifman dan Kanuk 1997).
Sikap merupakan kecenderungan yang dipelajari, ini berarti bahwa sikap
yang berkaitan dengan perilaku membeli terbentuk sebagai hasil dari pengalaman
langsung mengenai produk, informasi secara lisan yang diperoleh dari orang lain
atau terpapar oleh iklan di media masa, internet dan berbagai bentuk pemasaran
langsung. Sikap dihasilkan dari perilaku tetapi sikap tidak sama dengan perilaku.
Sikap dapat mendorong konsumen kearah perilaku tertentu atau menarik
konsumen dari perilaku tertentu.
Sikap merupakan salah satu konsep yang paling penting yang digunakan
pemasar untuk memahami konsumen. Menurut Allport dalam Setiadi (2013)
mengungkapkan bahwa sikap adalah suatu mental dan saraf sehubungan dengan
kesiapan untuk menanggapi, diorganisasi melalui pengalaman dan memiliki
pengaruh yang mengarahkan dan atau dinamis terhadap perilaku. Definisi yang
dikemukakan oleh Allport tersebut mengandung makna bahwa sikap adalah
mempelajari kecenderungan memberikan tanggapan terhadap suatu objek, baik
8
sikap konsumen terhadap kemasan suatu merek berarti mempelajari
kecenderungan konsumen untuk mengevaluasi merek, baik disenangi maupun
tidak disenangi secara konsisiten.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Praja, A.S. (2008) yang
melakukan penelitian mengenai sikap konsumen terhadap produk pangan olahan
berlabel perguruan tinggi pertanian. Variabel atribut produk pada penelitian ini
terdiri dari dua variabel yaitu variabel label dan sikap. Untuk variabel label terdiri
dari produk pangan olahan berlabel Laboratorium Agribisnis UMY sebagai
produsen, produk pangan olahan berlabel Laboratorium Agribisnis UMY sebagai
pembina dan produk olehan pangan tanpa label Laboratorium Agribisnis UMY
(kontrol). Metode yang dipakai adalah metode eksperimen. Sikap konsumen
terhadap produk diukur dengan menggunakan model multi atribut Fishbein dan di analisis dengan menggunakan analisis U Mann-Whitney. Dari hasil Analisis U
Mann-Whitney membuktikan bahwa perbedaan sikap anatara konsumen yang
diberi produk berlabel Laboratorium Agribisnis UMY sebagai pembina dengan
konsumen yang diberi produk tanpa informasi perguruan tinggi tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan karena nilai p (0,940) lebih dari 5%
begitu juga pada konsumen yang diberi produk berlabel PTP dengan konsumen
yang diberi produk tanpa label dengan nilai p (0,209). Akan tetapi, perbedaan
sikap antara konsumen yang diberi produk berlabel Laboratorium Agribisnis
UMY sebagai produsen dengan konsumen yang diberi produk Laboratorium
Agribisnis UMY sebagai pembina dengan nilai p (0,026) kurang dari 5% artinya
dengan perbedaan sikap antara konsumen yang diberi produk tanpa label PT
dengan nilai p (0,037).
b. Konsumen
Konsumen sebuah produk pada dasarnya dikategorikan ke dalam dua yaitu
konsumen real dan konsumen potensial. Konsumen real atau yang biasa disebut dengan pelanggan adalah seorang individu yang secara kontinyu dan berulang kali
datang ke tempat yang sama untuk memuaskan keinginannya dengan memiliki
suatu produk atau mendapatkan suatu jasa dan memuaskan produk atau jasa
tersebut (Lupiyoadi, 2001). Sedangkan konsumen potensial adalah konsumen
yang berminat melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan
perusahaan dimasa yang akan datang. Sistaningrum (2002).
c. Proses Pengambilan Keputusan Konsumen
Proses pengambilan keputusan konsumen yang spesifik terdiri dari
pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan
pembelian dan prolaku pasca pembelian. Proses pengambilan keputusan
konsumen dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4. Model Pengambilan Keputusan Konsumen.
Sumber : Kotler dalam Setiadi, 2013
Pada penelitian ini akan lebih berfokus pada evaluasi alternatif yang
dilakukan konsumen terhadap produk emping jagung, dan yang dievaluasi oleh
konsumen pada penelitian ini adalah atribut-atribut yang melekat pada kemasan
10
2. Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran (marketing mix) merupakan salah satu konsep utama dalam pemasaran modern. Bauran pemasaran sebagai seperangkat alat pemasaran
taktis yang dapat dikendalikan, yang dipadukan oleh perusahaan untuk
menghasilkan tanggapan yang diinginkan dalam pasar sasaran (Kotler, 2007). Mc
Carthy dalam Kotler (2007) mengklasifikasikan alat pemasaran yang dimaksud
menjadi empat kelompok yang luas yang disebut dengan 4P pemasaran, yaitu
produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). Bauran pemasaran dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 5. Bauran Pemasaran Menurut Kotler
Sumber : Kotler, 2007
Bauran pemasaran produk berarti kombinasi barang dan jasa yang
ditawarkan oleh perusahaan kepada pasar sasaran. Salah satu dari bauran produk
yang akan dijadikan penelitian ini adalah kemasan.
3. Kemasan
a. Pengertian dan Ruang Lingkup Kemasan
Kemasan dapat didefinisikan sebagai seluruh kegiatan merancang dan
memproduksi wadah atau bungkus atau kemasan suatu produk. Kemasan juga
dapat diartikan sebagai wadah atau pembungkus yang berguna mencegah atau
mengurangi terjadinya kerusakan-kerusakan pada bahan yang dikemas atau yang
dibungkusnya, sehingga kemasan/ packaging secara umum adalah bagian terluar yang membungkus suatu produk dengan tujuan untuk melindungi produk dari
cuaca, guncangan dan benturan-benturan terhadap benda lain. Setiap bentuk benda
yang membungkus suatu benda di dalamnya dapat disebut dengan kemasan/
packaging. Kemasan meliputi tiga hal, yaitu merek, kemasan itu sendiri dan label. Para pemasar umumnya menempatkan kemasan urutan kelima dalam
marketing mix yaitu: produk, harga, tempat, promosi, kemasan. Adapun hal-hal yang telah berperan dalam menunjang pertumbuhan pengemasan sebagai
sarana pemasaran adalah penjualan produk dengan sistem self service, tingkat kemakmuran konsumen, pengakuan konsumen terhadap perusahaan, dan
kesempatan inovasi. Sehingga kemasan yang dirancang dengan baik akan
memberikan kesan yang menyenangkan bagi konsumen dan merupakan nilai
promosional bagi perusahaan. Lockyer dalam Muharam (2011)
Menurut Kotler dalam Akbar (2009) pengemasan adalah kegiatan
merancang dan memproduksi wadah atau bungkus sebagai sebuah produk.
Swatha dalam Akbar (2009) mengartikan packaging adalah kegiatan-kegiatan umum dan perencanaan barang yang melibatkan penentuan desain pembuatan
12
Saladin dalam Akbar (2009) Mengartikan kemasan adalah wadah atau
bungkus. William J. Stanton dalam Akbar (2009) mennjelaskan bahwa kemasan
didefinisikan sebagai seluruh kegiatan merancang dan membungkus produksi
bungkus atau kemasan suatu produk.
Menurut William J. Stanton dalam Akbar (2009) ada tiga alasan mengapa
kemasan diperlukan :
1) Kemasan memenuhi sasaran keamanan dan kemanfaatannya. Kemasan
melindungi produk dalam perjalanannya dari produsen ke konsumen, dan
dalam beberapa kasus bahkan sewaktu dipakai oleh konsumen.
2) Kemasan bisa melaksanakan program pemasaran perusahaan. Melalui
kemasan identifikasi produk menjadi lebih efektif dan dengan sendirinya
mencegah pertukaran oleh produk pesaing. Kemasan merupakan satu-satunya
cara perusahaan membedakan produknya.
3) Manajemen bisa mengemas produknya sedemikian rupa untuk meningkatkan
memperoleh laba. Ada bentuk dan ciri kemasan yang demikian menarik
sehingga pelanggan bersedia membayar lebih mahal hanya untuk
memperoleh kemasan istimewa ini
b. Fungsi Kemasan
Fungsi kemasan menurut Winardi dalam Akbar (2009) :
1) Untuk melindungi benda perniagaan yang bersangkutan terhadap
kerusakan-kerusakan dari saat diproduksinya sampat saat benda tersebut dikonsumsi.
2) Untuk memudahkan pengerjaan dan penyimpanan benda-benda perniagaan
Kemudian menurut Simamora dalam Akbar (2009) pengemasan mempunyai
dua fungsi penting yaitu :
1) Fungsi protektif : berkenaan dengan proteksi produk, perbedaan iklim,
prasarana transportasi, dan saluran distribusi yang semua berimbas pada
pengemasan. Dengan pengemasan protektif, para konsumen tidak perlu harus
menanggung resiko pembelian produk rusak atau cacat.
2) Fungsi promosional : peran kemasan pada umumnya dibatasi pada
perlindungan produk. Namun kemasan juga digunakan sebagai sarana
promosional. Menyangkut promosi, perusahaan mempertimbangkan
preferensi konsumen menyangkut warna, ukuran, dan penampilan.
Selain itu, menurut Lamb dkk dalam Akbar (2009) ada empat fungsi
pengemasan yaitu sebagai berikut :
1) Memuat dan melindungi produk. Fungsi yang paling jelas dari pengemasan
adalah untuk memuat produk cair, bentuk butiran atau sebaliknya dapat
dibagi. Pengemasan juga memungkinkan pabrik mengermas dengan berbagai
macam ukuran seperti ons atau kiloan. Sedangkan kemasan untuk pelindung
produk baik dari sinar matahari yang mungkin bisa merusak produk,
kerusakan, kebocoran, penguapan, cuaca, ataupun hama.
2) Mempromosikan produk. Suatu kemasan membedakan sebuah produk dari
produk pesaing baik dari segi warna, desain, bentuk, bahan untuk mencoba
mempengaruhi pendapat konsumen.
3) Memudahkan penyimpanan, penggunaan, dan kenyamanan. Para grosir dan
14
disimpan pada rak, kemudahan penggunaan seperti mudah dipegang, dibuka,
ataupun ditutup kembali.
4) Memudahkan pendaur - ulangan dan pengurangan kerusakan lingkungan.
Pendaur - ulangan adalah salah satu fungsi kemasan yang penting pasca
dikonsumsi oleh konsumen. Sebab hal ini mengurangi kerusakan lingkungan,
selain itu kemasan yang bisa didaur ulang akan mempunyai nilai jual dan ini
bisa berdampak positif untuk membuka lapangan pekerjaan.
c. Jenis-jenis Kemasan
Menurut Saladin dalam Akbar (2009) kemasan meliputi tiga tingkat bahan
yaitu :
1) Kemasan primer yaitu wadah yang langsung menyentuh bahan produk.
2) Kemasan sekunder yaitu : bahan yang melindungi kemasan primer dan
dibuang bila produk hendak dipakai.
3) Kemasan pengiriman yaitu kemasan yang diperlukan untuk menyimpan,
untuk pengiriman atau identifikasi.
d. Syarat-syarat Kemasan
Menurut Winardi dalam Akbar (2009) Pertanyaan yang perlu
dipertimbangkan dalam hubungan dengan pengemasan antaranya adalah :
1) Dari sejumlah besar bahan kemasan yang tersedia bahan manakah yang
paling baik digunakan untuk menonjolkan wadah produk yang dihasilkan.
2) Warna, desain, bentuk serta ukuran-ukuran kemasan yang harus digunakan.
3) Rancangan sebuah kemasan yang dapat mempermudah penggunaan produk
4) Apakah dapat dirancang sebuah kemasan dilihat dari fungsi sehingga
kemasan itu dapat dipakai untuk tujuan lain setelah barang yang ada dalam
kemasan itu habis dikonsumsi.
5) Pertimbangan perancangan kemasan untuk momen tertentu misalnya untuk
hadiah ulang tahun dan momen tertentu lainnya
e. Bahan Kemasan
Bahan kemasan yang dipergunakan untuk membuat kemasan akan sangat
berpengaruh terhadap desain dan bentuk kemasan yang akan dibuat sekaligus
berpengaruh terhadap kemasan produk yang dikemas, misalnya : suatu produk
yang berupa cairan tidak akan aman atau dapat dikemas dalam bentuk kertas,
produk-produk yang tidak tahan terhadap sinar ultraviolet, tidak akan baik bila
dikemas dalam plastik atau kaca transparan.
Menurut Syarif dan Irawati dalam Akbar (2009) membagi kemasan menjadi
beberapa golongan sebagai berikut :
1) Gelas
Mudah pecah, transaparan (sehingga tidak cocok untuk produk yang tidak
tahan pada sinar ultraviolet).
2) Metal
Biasanya dibuat dari almunium. Kemasan dari logam mempunyai kekuatan
yang tinggi sehingga cocok untuk mengemas produk-produk yang
membutuhkan kemasan yang muat, misalnya: untuk mengemas produk yang
membutuhkan tekanan udara yang cukup ini untuk pendorong keluarnya
16
3) Kertas
Kemasan dari kertas ini tidak tahan terhadap kelembaban dan air jadi mudah
rusak, jadi bahan kemasan kertas tidak cocok untuk
mengemasmproduk-produk yang memiliki kadar air tinggi atau dalam keadaan cair.
4) Plastik
Kemasan ini dapat berbentuk film, kantung, wadah, dan bentuk lainnya
seperti botol kaleng, stoples dan kotak. Penggunaan plastik sebagai kemasan
semakin luas karena ongkos produksinya relative murah, mudah dibentuk
dan dimodifikasi.
Pada kemasan emping jagung ini kemasaan yang dipakai yaitu kemasan
plastik dengan jenis Polypropylene ( PP ). Jenis plastik Polypropylene ini memiliki ciri-ciri transparan tetapi tidak jernih atau berawan, keras tetapi
fleksibel, kuat, permukaan berlilin, tahan terhadap bahan kimia, panas dan
minyak, melunak pada suhu 140oC. Jenis plastik ini merupakan pilihan bahan
plastik yang baik untuk kemasan pangan, tempat obat, botol susu, sedotan. (Badan
POM Indonesia, 2012)
f. Daya Tarik Kemasan
Daya tarik kemasan sangat penting guna tertangkapnya stimulus oleh
konsumen yang disampaikan ke produsen sehingga diharapkan konsumen tertarik
pada produk tersebut.
Menurut Wirya dalam Akbar (2009) daya tarik kemasan dapat digolongkan
1) Daya Tarik Visual
Daya tarik visual mengacu pada penampilan kemasan atau label suatu
produk mencakup warna, bentuk, ilustrasi, merek, tata letak.
a) Warna
Warna adalah suatu mutu cahaya yang dapat dipantulkan dari suatu obyek
ke mata manusia. Warna terbagi dalam kategori terang (mudah), sedang, gelap.
Fungsi pemilihan warna antara lain :
1. Untuk identifikasi produk sehingga berbeda dengan produk pesaing.
2. Untuk menarik perhatian, warna terang atau cerah akan memantulkan cahaya
lebih jauh dibandingkan dengan warna gelap.
3. Untuk menimbulkan pengaruh, misalnya untuk meningkatkan selera
konsumen terhadap produk makanan.
4. Untuk mengembangkan assosiasi tertentu terhadap produknya.
5. Untuk menciptakan suatu citra dalam mengembangkan produknya.
6. Untuk menghiasi produk.
7. Untuk memastikan keterbacaan yang maksimum dalam menggunakan warna
kontras.
8. Untuk mendorong tindakan.
9. Untuk proteksi terhadap cahaya yang membahayakan.
10. Untuk mengendalikan temperatur barang didalamnya.
18
b) Bentuk dan Ukuran
Bentuk dan ukuran kemasan disesuaikan dengan produknya pertimbangan
yang digunakan adalah pertimbangan mekanis, kondisi penjualan, perkembangan
penjualan dan cara-cara penggunaan kemasan tersebut.
c) Merek
Tanda - tanda identifikasi seperti merek dengan logo perusahaan adalah
meningkatkan daya tarik konsumen. Merek atau logo ini dipandang dapat
menaikkan gengsi atau status seorang pembeli.
d) Tata Letak
Tata letak adalah paduan semua unsur grafis meliputi warna, bentuk, merek
ilustrasi, tipografi, menjadi suatu kesatuan baru yang disusun dan ditempatkan
pada halaman kemasan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaturan tata
letak adalah :
1. Keseimbangan
2. Titik pandang yang menjadikan satu unsur yang paling menarik
3. Perbandingan ukuran yang serasi
4. Tata urutan alur keterbatasan yang sesuai
e) Ilustrasi
Merupakan alat komunikasi sebuah kemasan bahas universal yang dapat
menembus rintangan perbedaan bahasa. Ilustrasi ini termasuk fotografi dan
gambar - gambar untuk menarik konsumen.
f) Kelengkapan informasi
Merupakan keseluruhan informasi pada sebuah kemasan yang merupakan
nama merek dan sejumlah informasi lainnya dari suatu produk seperti bahan baku
produk dan nilai kandungan gizi pada produk. (Kotler dan Armtsrong, 1999)
2) Daya Tarik Praktis
Daya tarik praktis merupakan efektifitas efisiensi suatu kemasan yang
ditujukan kepada konsumen maupun distributor atau pengecer. Daya tarik
kemasan menurut Wirya dalam Akbar (2009) antara lain :
a) Kemasan yang menjamin dapat melindungi produk
b) Kemasan yang mudah dibuka atau ditutup kembali untuk disimpan
c) Kemasan dengan fungsi yang sesuai
d) Kemasan yang dapat digunakan kembali
e) Kemasan yang mudah dibawa, dipegang, dijinjing
f) Kemasan yang memudahkan pemakaian dalam menghabiskan dan
mengisinya kembali
g. Desain Kemasan
Desain kemasan adalah bisnis kreatif yang mengkaitkan bentuk, struktur,
material, warna, citra, tipografi, dan elemen-elemen desain dengan informasi
produk agar produk dapat dipasarkan. Desain kemasan berlaku untuk
membungkus, melindungi, mengirim, dan membedakan sebuah produk di pasar.
Pada akhirnya desain kemasan berlaku sebagai pemasaran produk dengan
mengkomunikasikan kepribadian atau fungsi produk konsumsi secara unik.
(Klimchuck, 2006)
Lockyer (1990) dalam Muharam (2011) menjelaskan bahwa fungsi desain
terletak antara fungsi-fungsi pemasaran dan operasi. Fungsi ini menerjemahkan
20
oleh unit operasi dibuat ke dalam bentuk sedemikian rupa sehingga memuaskan
kebutuhan tersebut. Desain kemasan harus berfungsi sebagai sarana estetika untuk
berkomunikasi dengan semua orang dari berbagai latar belakang, minat, dan
pekerjaan yang berbeda. Apabila kualitas desain rendah, produk tersebut tidak
akan memuaskan kebutuhan.
h. Label
Pada sebuah kemasan juga perlu terdapat sebuah label. Sesuai dengan
peraturan pemerintah No. 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan
menyatakan bahwa “Label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan
yang berbentuk gambar, tulisan atau kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang
disertakan pada pangan, dimasukan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan
bagian dari kemasan pangan”. Dari label yang tercantum pada kemasan,
konsumen dapat mengetahui informasi mengenai tentang produk yang ada di
dalam kemasan tersebut.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Akbar (2009), yang
melakukan penelitian mengenai Hubungan Antara Kemasan Dengan Minat
Membeli Produk Minuman Sari Apel PT. Kusuma Agrowisata Batu-Malang.
Variabel atribut produk pada penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel
kemasan dan minat membeli. Sample yang digunakan pada penelitian ini adalah
mahasiswa-mahasiswi Fakultas Psikologi UIN Malang angkatan 2008-2009 yang
pernah meminum sari apel produk PT. Kusuma Agrowisata Batu Malang
sebanyak 53 orang. Analisis yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan
korelasi product moment Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
hasil korelasi menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan dan cukup kuat
antara kemasan (X) ( R= 0,437 dengan p= 0,001) dengan minat membeli (Y)
terhadap produk Sari apel PT. Kusuma Agrowisata.
4. Produk Emping Jagung
Emping jagung adalah penganan yang dibuat dari jagung ditumbuk,
dibentuk bundar tipis-tipis, dikeringkan, dan digoreng seperti kerupuk. Produk
emping jagung merupakan salah satu pangan olahan yang diproduksi oleh KWT
“Tri Manunggal” yang beralamat di Desa Sendangsari Kecamatan Pajangan
Kabupaten Bantul. Bahan baku pembuatan emping jagung adalah jagung yang
diperoleh diperoleh dari petani-petani yang berada di wilayah Desa Sendangsari
dan sekitarnya. Menurut Balai Informasi Teknologi LIPI (2009), pada proses
pengolahan produk emping jagung, jagung yang baik untuk pembuatan emping
adalah jagung ketan (waxy corn). Cara terbaik pembuatan emping jagung adalah dengan menggiling biji jagung yang telah dikukus, baru kemudian dibuat
lembaran tipis dan dicetak ke bentuk yang diinginkan. Pengolahan jagung menjadi
emping jagung ini tidak terlalu rumit dan juga prosesnya cepat serta tidak
membutuhkan peralatan yang terlalu banyak. Dalam pemasarannya KWT “Tri
Manunggal” memasarkan produk emping jagung ini ke dalam dua jenis.
Pemasaran emping jagung yang sudah matang dipasarkan untuk lokal dan wilayah
DIY dan sekitarnya, sedangkan untuk wilayah yang jauh lebih banyak dikirim
masih mentah. Pada pengemasan produk emping jagung juga dilakukan ke dalam
dua perlakuan. Untuk produk yang mentah yang akan dikirim jauh dikemas ke
dalam kemasan karung plastik ukuran besar. Sementara untuk produk emping
22
B. Kerangka Pemikiran
Produk emping jagung merupakan salah satu produk pangan olahan yang
diproduksi oleh KWT “Tri Manunggal” yang berlokasi di Desa Sendangsari
Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul. Produk emping jagung yang dihasilkan
oleh KWT “Tri Manunggal” memiliki kendala dalam kemasannya yang dirasa
masih sederhana dan kurang menarik, maka dari itu HIMASEPTA UMY pada
tahun 2014 berusaha memberi bantuan berupa perubahan desain kemasan emping
jagung dengan menambahkan warna sablon pada kemasan emping jagung KWT
“Tri Manunggal”. Akan tetapi dari implementasi dari program bantuan yang
diterima oleh KWT “Tri Manunggal” dalam memperbaiki desain kemasan dirasa
masih kurang efisien, karena dalam pencetakan kemasan tersebut KWT “Tri
Manunggal” harus mengeluarkan budget yang cukup besar. Berdasarkan masalah
tersebut penulis mencoba memberikan solusi alternatif berupa perubahan desain
kemasan dengan label stiker untuk produk emping jangung yang diproduksi KTW
“Tri Manunggal” tersebut.
Adapun atribut kemasan yang akan diteliti pada penelitian ini adalah paduan
warna, bentuk, merek, tata letak, ilustrasi gambar dan kelengkapan informasi.
Atribut-atribut tersebut dipilih berdasarkan teori daya tarik kemasan secara visual.
Dalam upaya menaikan pendapatan, KWT “Tri Manunggal” perlu melakukan
perluasan pemasaran produk emping jagung kepada kepada konsumen potensial.
Konsumen yang akan diteliti dibedakan menjadi dua kategori yaitu
Pada penelitian ini penulis bermaksud mengetahui dan menganalisis sikap
konsumen terhadap desain label kemasan emping jagung yang diusulkan. Selain
itu penulis ingin mengetahui perbedaan sikap konsumen real dan konsumen potensial. Berikut ini merupakan alur pemikiran dari penelitian “Sikap Konsumen
Terhadap Kemasan Produk Emping Jagung di KWT “Tri Manunggal” Desa
Sendangsari Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul” :
.
Gambar 6. Bagan Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis
Diduga tidak ada perbedaan sikap terhadap kemasan emping jagung antara
sikap konsumen real dengan konsumen potensial.
24
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analisis. Metode deskriptif analisis merupakan kegiatan mengumpulkan,
mengolah, dan mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum atau generalisasi (Sugiyono, 2009).
Penelitian ini mendeskripsikan sikap dari atribut kemasan emping jagung
KWT “Tri Manunggal”, atribut tersebut adalah paduan warna, ukuran label,
merek, ilustrasi gambar, tata letak dan kelengkapan informasi. Kemudian
mendeskripsikan perbedaan antara sikap konsumen real/pelanggan dan konsumen potensial.
B. Penentuan Lokasi Penelitian
Penentuan lokasi penelitian yaitu di KWT “Tri Manunggal” di Desa
Sendangsari Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul. Hal ini dilakukan dengan
pertimbangan bahwasanya KWT “Tri Manunggal” sebagai mitra program
pengabdian yang diperbaharui desain kemasannya pada tahun 2014 dan saat ini
merasa perlu melakukan perubahan kembali kemasannya. Produk yang akan
digunakan adalah produk emping jagung yang merupakan produk industri rumah
tangga yang diprodusi oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) “Tri Manunggal” yang berada di Desa Sendangsari Kecamatan Pajangan, Bantul. Sementara untuk
konsumen real/pelanggan diambil di tempat kerja responden yaitu di kantor Kecamatan Sedayu dan di kantor Badan Keamanan Pangan dan Pelaksana
Penyuluh (BKP3) Bantul. Hal tersebut berdasarkan informasi yang didapat dari
ketua KWT “Tri Manunggal” bahwasanya konsumen real/pelanggan emping jagung rata-rata adalah karyawan yang bekerja disana. Sedangkan lokasi
pengambilan data untuk konsumen potensial diambil di Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta yaitu tepatnya di kantin lobby yang berada di sisi Utara. Hal ini diputuskan dengan pertimbangan bahwasanya Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta merupakan tempat yang strategis dan juga
merupakan lingkungan terdekat dari peneliti. Selain itu juga Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta dapat menjadi mitra sebagai bentuk perluasan pasar
dari produk-produk KWT “Tri Manunggal”.
C. Metode Pengambilan Responden
Penentuan responden dalam penelitian ini dibagi ke dalam dua kategori,
yaitu konsumen real atau pelanggan dan konsumen potensial. Untuk konsumen
real diambil secara sensus berdasarkan informasi hasil wawancara terhadap ketua KWT “Tri Manunggal” jumlah konsumen real yang ada yaitu ada 35 orang. Konsumen real 35 orang ini adalah konsumen yang pernah atau sering membeli emping jagung di Kecamatan Sedayu dan di kantor BKP3 Bantul. Untuk
pengambilan konsumen potensial diambil sebanyak 40 orang di Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. Jumlah ini dipilih agar dapat memenuhi syarat
perhitungan statistik yang baik, dengan penyebaran skor yang mendekati kurva
normal (Guiford & Frucher (1981). Kerlinger & Lee (2000) juga menyebutkan
26
mengambil responden minimal sebanyak 30 orang. Konsumen potensial diambil
di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yaitu tepatnya di kantin lobby yang berada di sisi gedung utara. Untuk pengambilan konsumen potensial diambil dengan mengambil masing-masing 10 orang dari 4 kantin yang ada di kampus
utara UMY yaitu kantin Fakultas Pertanian, kantin Fakultas Kedokteran, kantin
Fakultas Teknik, dan kantin Fakultas Agama Islam. Cara ini dilakukan dengan
pertimbangan waktu karena lokasi kantin utara yang diambil lebih dekat dengan
lokasi peneliti. Kemudian waktu yang diambil adalah hari Senin – Kamis yang
merupakan hari kuliah aktif mahasiswa.
D. Jenis data dan Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan hasil jawaban kuisioner
yang dibagikan kepada responden. Sementara data sekunder diambil dari data
monografi dan data-data pendukung lainnya.
2. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini
meliputi:
1) Observasi, merupakan salah satu metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara pengamatan terhadap perilaku & lingkungan, baik
individu atau kelompok yang diamati. Observasi yang dilakukan berupa
pengamatan lokasi penelitian yaitu KWT “Tri Manunggal”.
2) Kuesioner, yaitu data-data yang diperoleh dengan dasar jawaban yang
pertanyaan-pertanyaan untuk menjelaskan identitas responden, dan
pertanyaan mengenai penilaian atribut kemasan emping jagung dengan
jawaban yang sudah disediakan oleh peneliti yang diberikan kepada
responden untuk kemudian diisi.
3) Wawancara, digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui hal-hal dari
responden secara lebih mendalam. Dalam penelitian ini wawancara yang
dilakukan kepada ketua KTW “Tri Manunggal dalam pencarian informasi
berupa profil KWT serta pencarian inforamsi mengenai konsumen
real/pelanggan.
E. Asumsi dan Pembatasan Masalah
1. Asumsi
Diasumsikan harga dan rasa dari produk emping jagung dianggap sama
dengan produk emping jagung lainnya untuk kelas industri rumahan.
2. Pembatasan Masalah
a. Konsumen real hanya berdasarkan data hasil wawancara dari ketua KWT
“Tri Manunggal”.
b. Konsumen potensial hanya diambil di kantin di sisi gedung utara UMY.
c. Penelitian ini berfokus pada penilaian konsumen terhadap atribut kemasan.
F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Emping Jagung
Emping jagung adakah produk makanan olahan siap makan yang terbuat
28
2. Konsumen Real
Konsumen real atau pelanggan adalah konsumen yang secara berulang kali membeli produk emping jagung dari KWT “Tri Manunggal” dengan skala
pembelian minimal 1 bulan sekali. Konsumen real/pelanggan dari emping
jagung KWT “Tri Manunggal” berdasarkan informasi dari ketua KWT “Tri
Manunggal” adalah para karyawan dari kantor Kecamatan Sedayu dan
Karyawan dari kantor Badan Keamanan Pangan dan Pelaksana Penyuluh
(BKP3) Bantul.
3. Konsumen Potensial
Konsumen potensial adalah konsumen yang belum pernah melakukan
pembelian terhadap produk emping jagung yang diproduksi oleh KWT “Tri
Manunggal”. Konsumen potensial untuk emping jagung KWT “Tri
Manunggal” diambil di kantin lobby Fakultas Pertanian, Fakultas Teknik,
Fakultas Agama Islam dan Fakultas Kedokteran UMY. Responden yang
diambil merupakan mahasiswa dan karyawan UMY.
4. Sikap Konsumen
Sikap konsumen yaitu sikap terhadap kemasan produk emping jagung
berdasarkan atribut pada kemasan yang diajukan. Sikap konsumen dihitung
menggunakan analisis skor dari masing-masing atribut yang ada pada label
kemasan emping jagung. Atribut yang dinilai meliputi paduan warna,
bentuk kemasan, merek, tata letak, ilustrasi gambar dan kelengkapan
a. Paduan Warna
Paduan warna adalah bagian dari label pada kemasan produk emping jagung
yang diproduksi oleh KWT “Tri Manunggal”. Atribut paduan warna
kemasan diukur dengan menggunakan skor (5) jika sangat bagus, (4) jika
bagus, (3) jika kurang bagus, (2) jika tidak bagus, dan skor (1) jika sangat
tidak bagus.
b. Ukuran Label
Ukuran label adalah ukuran label berupa stiker yang memuat informasi
produk pada plastik yang digunakan untuk membungkus emping jagung
yang diproduksi oleh KWT “Tri Manunggal”. Ukuran label disesuaikan
dengan ukuran label yang sebelumnya dipakai. Atribut ukuran kemasan
diukur dengan menggunakan skor (5) jika sangat sesuai, (4) jika sesuai, (3)
jika kurang sesuai, (2) jika tidak sesuai, dan skor (1) jika sangat tidak
sesuai.
c. Merek
Merek adalah nama brand berupa tulisan “Tri Manunggal” yang digunakan
untuk memberikan identitas dari emping jagung yang diproduksi oleh KWT
“Tri Manunggal”. Atribut merek diukur dengan menggunakan skor (5) jika
sangat sesuai, (4) jika sesuai, (3) jika kurang sesuai, (2) jika tidak sesuai,
dan skor (1) jika sangat tidak sesuai.
d. Ilustrasi Gambar
Ilustrasi gambar adalah bagian dari label pada kemasan emping jagung yang
diproduksi oleh KWT “Tri Manunggal” yang diilustrasikan dengan gambar
30
(5) jika sangat sesuai, (4) jika sesuai, (3) jika kurang sesuai, (2) jika tidak
sesuai, dan skor (1) jika sangat tidak sesuai.
e. Tata Letak
Tata letak adalah kesesuaian atau keselarasan dari penempatan semua
atribut yang ada label pada kemasan emping jagung yang diproduksi oleh
KWT “Tri Manunggal”. Atribut tata letak kemasan diukur dengan
menggunakan skor (5) jika sangat sesuai, (4) jika sesuai, (3) jika kurang
sesuai, (2) jika tidak sesuai, dan skor (1) jika sangat tidak sesuai.
f. Kelengkapan Informasi
Kelengkapan informasi adalah seluruh informasi yang terdapat pada produk
emping jagung yang diproduksi oleh KWT “Tri Manunggal” yang meliputi bahan baku, tanggal kadaluarsa, dan alamat produksi produk emping
jagung. Atribut kelengkapan informasi kemasan diukur dengan
menggunakan skor (5) jika sangat lengkap, (4) jika lengkap, (3) jika kurang
lengkap, (2) jika tidak lengkap, dan skor (1) jika sangat tidak lengkap.
G. Teknik Analisis Data
1. Pengukuran Sikap Konsumen
Sikap konsumen terhadap desain label kemasan diukur dengan
menggunakan analisis skor yang dikategorikan ke dalam 5 pencapaian skor yang
meliputi sangat baik, baik, cukup baik, buruk dan sangat buruk maka digunakan
Rumus interval :
=
= 0,8
Keterangan :
M = skor tertinggi yang mungkin terjadi N = skor terendah yang mungkin terjadi B = jumlah kategori skor
Pengukuran kategori terhadap masing-masing atribut pada desain label kemasan
produk emping jagung dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Pengukuran Kategori Terhadap Setiap Atribut Label Kemasan
No Kategori Berdasarkan Atribut Kisaran Skor
1. Paduan Warna
2. Ukuran Label, Merek, Ilustrasi Gambar, Tata Letak
Sangat tidak sesuai 1,00-1,80
Berdasarkan tabel 2, dapat dijelaskan bahwa untuk mengukur atribut
paduan warna menggunakan kategori sangat tidak bagus untuk skor terendah dan
sangat bagus untuk skor tertinggi. Kemudian untuk atribut ukuran label, merek,
ilustrasi gamber dan tata letak menggunakan kategori sangat tidak sesuai untuk
skor terendah dan sangat sesuai untuk skor tertinggi, sedangkan untuk atribut
kelengkapan informasi menggunakan kategori sangat tidak lengkap untuk skor
32
2. Analisis Uji Beda Antar Sikap Konsumen Terhadap Desain Label Kemasan
Analisis yang dipakai pada penelitian ini adalah uji statistik U Mann
Whitney. Uji statistik ini digunakan untuk menguji dua sampel bebas yakni
konsumen real dan konsumen potensial
Langkah-langkah uji statistik yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Memberikan ranking untuk masig-masing kelompok ( R1, R2)
b. Tingkat signifikansi α = 0,01
c. Data dianalisis dengan menggunakan SPSS berdasarkan rumus :
= +
= + Dimana:
n1 = Jumlah konsumen real
n2 = Jumlah konsumen potensial U1 = Jumlah peringkat konsumen real U2 = Jumlah peringkat konsumen potensial R1 = Jumlah Ranking pada sampel konsumen real
R2 = Jumlah Ranking pada sampel konsumen potensial
d. Pengambilan keputusan
Ho diterima jika p > α yang artinya tidak ada perbedaan antara sikap
konsumen Real dan konsumen potensial terhadap desain label kemasan emping jagung yang diajukan.
Ho ditolak jika p < α yang artinya ada perbedaan antara sikap konsumen
Dimana :
Nilai p adalah ukuran probabilitas kekuatan dari bukti untuk menolak atau
menerima hipotesis nol (Ho). Semakin kecil nilai p yang diperoleh maka
semakin kuat bukti tersebut untuk menolak hipotesis nol (Ho). Dalam
aplikasinya kita membandingkan dengan nilai α (0,01) yang digunakan, sehingga :
Jika nilai p > α, maka hipotesis nol (Ho) diterima
34
IV. KEADAAN UMUM WILAYAH
A. Data Monografi Kecamatan Pajangan
1. Kondisi Geografis dan Administrasi
Kecamatan Pajangan merupakan salah satu kecamatan yang terletak di
Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Luas daerah atau wilayah
Kecamatan Pajangan sebesar 332.475.900 ha yang terdiri dari tanah sawah
2.654.175 ha, tanah kering sebesar 26.401.220 ha, tanah hutan 26.203.260 ha, dan
tanah keperluan fasilitas umum sebesar 7.654 ha. Kecamatan Pajangan dibagi
menjadi tiga desa, yaitu Desa Triwidadi, Desa Sendangsari, dan Desa Guwosari.
Batas wilayah Kecamatan Pajangan adalah sebagai berikut :
Sebelah utara : Kecamatan Kasihan dan Kecamatan Sedayu
Sebelah timur : Kecamatan Bantul
Sebelah selatan : Kecamatan Pandak
Sebelah barat : Sungai Progo (Kabupaten Kulonprogo)
Wilayah Kecamatan Pajangan berada pada ketinggian 100 meter di atas
permukaan laut dan memiliki suhu kisaran 23 sampai 26 °C. Berdasarkan data
monografi kecamatan tahun 2014, Kecamatan Pajangan memiliki 50 hari dengan
curah hujan terbanyak dan curah hujannya adalah 1500 mm/tahun. Bentuk atau
2. Keadaan Penduduk
a. Struktur Penduduk Menurut Umur
Struktur penduduk menurut umur merupakan penggolongan penduduk
berdasarkan pada umur. Struktur penduduk menurut umur dapat dibedakan
menjadi 3 yaitu :
1) Penduduk belum produktif, yaitu penduduk yang belum potensial untuk
bekerja. Penduduk ini berkisar antara umur 0-14 tahun.
2) Penduduk produktif, yaitu penduduk yang sudah mampu bekerja dan
mempunyai produktivitas yang tinggi. Penduduk ini berkisar antara umur
15-59 tahun.
3) Penduduk sudah tidak produktif, yaitu penduduk yang masih mampu
bekerja tetapi produktivitasnya sudah menurun. Penduduk ini merupakan
penduduk yang telah berumur lebih dari 60 tahun.
Tabel 3. Struktur Penduduk Kecamatan Pajangan Berdasarkan Umur Tahun 2014
Kisaran Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
0-14 8.128 23,6
15-59 23.066 66,9
>60 3.273 9,5
Jumlah 34.467 100
Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang berusia
produktif sebesar 66,9%, hal ini menunjukkan bahwa Kecamatan Pajangan
mempunyai potensi tenaga kerja yang banyak dengan jumlah 23.066 orang.
Kecamatan Pajangan pada akhir tahun 2014 berpenduduk sejumlah 9.664
KK terdiri dari 35.100 jiwa. Berdasarkan jenis kelamin penduduk Kecamatan
36
Sebagian besar penduduk Kecamatan Pajangan adalah petani. Data Monografi
Kecamatan Pajangan tahun 2014 menyebutkan 13.992 orang penduduk
Kecamatan Pajangan bekerja di sektor pertanian.
b. Struktur Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Maju tidaknya suatu daerah dapat dilihat dari tinggi rendahnya pendidikan
sebagian besar penduduk di daerah tersebut. Tingkat pendidikan akan
mempengaruhi pola pikir seseorang, semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk
di daerah tersebut akan lebih cepat menerima perubahan baik dari segi teknologi
maupun pengetahuan, sedangkan penduduk yang memiliki pendidikan rendah
cenderung bertahan pada pola pikir lama yang dianutnya, sehingga penduduk
tersebut sulit menerima perubahan walaupun perubahan itu memberikan dampak
positif. Berikut ini merupakan tabel struktur penduduk Kecamatan Pajangan
berdasarkan tingkat pendidikan.
Tabel 4. Struktur Penduduk Kecamatan Pajangan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2014
Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
Belum Sekolah 1.415 4,9
Tidak Tamat Sekolah 1.347 4,6
Tamat SD/Sederajat 12.115 41,8
Tamat SMP/Sederajat 6.615 22,8
Tamat SMA/Sederajat 6.514 22,5
Diploma 425 1,5
S1 dan S2 551 1,9
Buta Huruf 6 0,02
Jumlah 28.988 100
Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk
Kecamatan Pajangan menamatkan pendidikan pada tingkat pendidikan SD dengan
penduduk Kecamatan Pajangan tergolong rendah ditambah dengan masih adanya
penduduk yang buta huruf sebanyak 6 orang.
c. Struktur Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Struktur penduduk menurut mata pencaharian merupakan penggolongan
penduduk berdasarkan jenis pekerjaan yang dilakukan sehari-hari.
Mata pencaharian penduduk Kecamatan Pajangan cukup beragam yaitu
sebagai petani, nelayan, pengusaha, pengerajin, buruh, pedagang, pengangkutan,
PNS, ABRI, pensiunan dan peternak. Sebagian besar penduduk adalah bermata
pencaharian sebagai petani sebanyak 13.992 orang dengan persentase 41,8 dan
nelayan merupakan mata pencaharian dengan jumlah terendah yaitu sebanyak 27
orang dengan persentase 0,1. Mata pencaharian sebagai pengrajin menempati
urutan ke lima dengan jumlah 2.400 orang dengan persentase 7,2. Struktur
penduduk Menurut mata pencaharian dapat dilihat dalam Tabel 5.
Tabel 5. Struktur Penduduk Kecamatan Pajangan Menurut Mata Pencaharian Tahun 2014
Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)
Petani 13.992 41,8
Nelayan 27 0,1
Pengusaha Sedang/Besar 3.454 10,3
Pengrajin/Industri Kecil 2.400 7,2
Buruh Industri 3.270 9,8
Buruh Bangunan 1.676 5,0
Buruh Perkebunan 2.240 6,7
Pedagang 207 0,6
Pengangkutan 571 1,7
Pegawai Negeri Sipil 109 0,3
ABRI 136 0,4
Pensiunan (PNS/ABRI) 352 1,1
Peternak 5.076 15,1
38
3. Keadaan Pertanian
Pertanian merupakan salah satu sumber pendapatan penduduk Kecamatan
Pajangan. Pembangunan di sektor pertanian sangat penting karena menyangkut
pemenuhan kebutuhan pangan yang sangat mendasar bagi rakyat. Kelangkaan
pangan bisa berakibat fatal sekaligus dapat mengguncang stabilitas perekonomian
daerah. Dengan luas tanah sawah yang mencapai 2.654.175 ha diharapkan
masyarakat mampu memanfaatkan lahan secara optimal sehingga mendapatkan
hasil panen yang masksimal. Pemasaran produk pertanian juga sangat penting
untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Jenis tanaman dan hasil panen di
Kecamatan pajangan dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Luas dan Produksi Tanaman di Kecamatan Pajangan Tahun 2014
Jenis Tanaman Luas yang
Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa produk pertanian di Kecamatan
Pajangan adalah padi sawah, jagung, sayur-sayuran, buah-buahan, kacang hijau,
sorgum atau cantel, dan garut. Produksi pertanian yang paling dominan adalah
jagung dengan jumah 275 ton dan sayuran merupakan produksi terendah dengan
B. Data Monografi Desa Sendangsari
1. Kondisi Geografis dan Administrasi
Desa Sendangsari terletak di Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul secara
geografis terletak dibukit selarong, dengan luas Desa sendangsari 1.176 ha. Desa
sendangsari terdiri dari 18 pedukuhan serta 91 RT. Letak Desa Sendangsari
sebelah utara bersebelahan dengan Desa Triwidadi, selatan bersebelahan dengan
Desa Guwosari, timur bersebelahan dengan Desa Bangunjiwo dan barat
bersebelahan dengan Desa Triwidadi. Desa Sendangsari mempunyai jarak dengan
pusat pemerintahan yang terbilang dekat. Jarak Desa Sendangsari dengan Ibukota
Kecamatan 3 km, jarak dengan Ibukota Kabupaten 15 km dan jarak dengan
Ibukota Provinsi 20 km. Jumlah penduduk yang ada di Desa Sendangsari
berjumlah 11.450 jiwa dengan sebaran laki-laki berjumlah 5400 jiwa dan
perempuan berjumlah 6.050 jiwa.
Secara umum Kecamatan Pajangan yang didalamnya meliputi Desa
Sendangsari arah pengembangannya merupakan kawasan Industri dan
permukiman yang meliputi: Kawasan Hutan Lindung (disekitar permukiman)
dengan pengembangan hutan rakyat dan Agroforesti Kawasan Pariwisata ( wisata
alam, wisata budaya, wisata Industri) Kawasan pengembangan industri kecil
/home Industry. Desa Sendangsari merupakan wilayah sebagai gudang seniman yang menjadikanya memiliki keunikan tersendiri. Dusun Krebet yang menjadi
sentra kerajinan batik kayu juga merupakan salah satu pedukuhan di Desa
40
2. Keadaan Pertanian
Keadaan pertanian Desa Sendangsari meliputi daerah sawah dan
perkebunan. Jenis tanaman pertanian yang ada seperti padi, jagung, kacang tanah,
kedelai, ketela (singkong) dan beberapa jenis empon-emponan (jahe dan kunyit).
C. Profil KWT “Tri Manunggal”
1. Sejarah KWT “Tri Manunggal”
KWT “Tri Manunggal” merupakan sebuah kelompok wanita tani yang
memproduksi pangan olahan lokal pertanian yang berdiri pada tanggal 8 Januari
2003 atas binaan dari Dinas Pertanian serta Badan Ketahanan Pangan dan
Pelaksana Penyuluhan (BKP3) Bantul dengan 20 anggota lainnya membentuk
sebuah kelompok wanita tani dengan nama “Tri Manunggal”. Pada awal
pembentukan KWT “Tri Manunggal” jenis usaha yang dilakukan pertamakali
adalah pemanfaatan pekarangan yaitu dengan menanam tanaman empon-emponan
serta pengolahan hasil pertanian berupa jahe instan dan geplak jahe.
Kemudian pada tahun 2005 KWT “Tri Manunggal” mendapatkan bantuan
alat produksi untuk membuat emping jagung dari Pemerintah Kabupaten Bantul
melalui BKP3 Bantul tahun 2006 mulai aktif memproduksi emping jagung.
Kemudian, agar memenuhi standar keamanan makanan untuk dipasarkan maka
produk tersebut memerlukan Sertifikat Pangan – Industri Rumah Tangga (P-IRT)
. Pada tanggal 6 Desember 2013 produk minuman jahe instan dan geplak jahe mendapatkan sertifikat produksi pangan industri rumah tangga (SPP-IRT) dengan
nomor IRT 212340201043 untuk produk minuman jahe instan dan nomor
Untuk produk emping jagung dan emping garut mendapatkan sertifikat
produksi pangan industri rumah tangga (SPP-IRT) dengan nomor P-IRT
215340203043 pada 21 Oktober 2009 yang kemudian dicantukan pada kemasan
produk tersebut. KWT “Tri Manunggal” ini didirikan tidak sekedar untuk mencari
tambahan penghasilan, akan tetapi KWT “Tri Manunggal” didirikan dengan
tujuan untuk menggali potensi produk pangan berbahan pangan lokal yang ada di
wilayah setempat, meningkatkan pengetahuan kreatifitas masyarakat dalam
produksi pangan yang bermutu, bergizi, serta aman dikonsumsi oleh semua
masyarakat. Selain itu KWT “Tri Manunggal” juga menerapkan produksi olahan
pangan lokal dengan CPPB-PIRT ( Cara Pengolahan Pangan yang Baik Produk
Industri Rumah Tangga), memantapkan kepercayaan konsumen terhadap produk
olahan KWT, meningkatkan nilai jual produk KWT dan meningkatkan nilai jual
produk pangan lokal yang ada di daerah sekitar industri serta sebagai sarana
pemanfaatan pekarangan yang ada di Kecamatan Pajangan.
2. Lokasi KWT “Tri Manunggal”
KWT “Tri Manunggal” berlokasi di Desa Beji Kulon Rt 01/ Rw 14 Desa
Sendangsari Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul. Letaknya memang cukup
jauh dari Ibukota Yogyakarta yaitu 18 km, 9 km dari Ibukota Kabupaten Bantul
42
Tabel 7. Jarak KWT “Tri Manunggal” ke pusat Ibukota Kecamatan, Kabupaten dan Kota
No Jarak Jarak Tempuh
(km)
Waktu Tempuh (jam)
1 Jarak dari Ibukota Kecamatan
Pajangan 6 0,2
2 Jarak dari Ibukota Kabupaten Bantul 9 0,3
3 Jarak dari Ibukota Yogyakarta 18 0,6
Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui bahwa lokasi KWT “Tri Manunggal”
cukup jauh dari pusat kota, tetapi lokasi KWT “Tri Manunggal” cukup mudah
diakses karena dekat dengan desa wisata Krebet yaitu sekitar 1,2 km atau hanya 3
menit dengan kendaraan bermotor. Arah lokasi KWT “Tri Manunggal” dari Desa
Wisata Krebet ke Selatan, kemudian ada perempatan Pabrik tekstil kemudian di
sebelah kanan jalan akan terlihat papan indentitas KWT “Tri Manunggal”. Berikut
adalah denah lokasi KWT “Tri Manunggal” :
.
3. Kepengurusan KWT “Tri Manunggal”
a. Struktur Organisasi
Sebuah kelompok diperlukan sebuah struktur organisasi untuk mencapai
tujuannya. Dengan adanya sebuah struktur organisasi, pelaksanaan kegiatan yang
dilakukan oleh KWT “Tri Manunggal” dapat terlaksana secara efisien karena
adanya peran anggota di tiap divisi kerja. Saat ini jumlah anggota yang aktif di
KWT “Tri Manunggal” berjumlah 10 orang yang terdiri atas ketua, sekretaris,
bendahara dan anggota-angota. Mereka memilih tetap tinggal didalam kelompok
karena menganggap adanya keselarasan antara tujuan kelompok dan pribadi..
Struktur organisasi KWT “Tri Manunggal” adalah sebagai berikut:
Gambar 8. Struktur Organisasi KWT “Tri Manunggal”
Pelindung
Pembina
Ketua
Sekretaris Bendahara
44
b. Tugas dan Wewenang
1) Pelindung
Pelindung yaitu Kepala Dukuh Beji Kulon yang bertugas memberikan arah
kebijakan, masukan, nasehat dan pertimbangan- pertimbangan dalam suatu
ide dan program yang dilakukan oleh KWT “Tri Manunggal”.
2) Pembina
Pembinaan dilakukan oleh PPL BPP Pajangan yaitu Bapak Slamet, S.P.K.P
Tugas pembina yaitu melakukan sosialisasi dan melakukan memberikan
pembinaan dalam pelaksanaan program-program yang diselenggarakan oleh
KWT “Tri Manunggal”.
3) Ketua
Ketua dari KWT “Tri Manunggal” adalah Ibu Sumiyati,SP. Selain ketua,
beliau juga merupakan salah satu penyuluh sehingga beliau sangat paham
dalam mengkordinir anggota-anggotanya baik dari segi keorganisasian dan
pembinaan mengenai pengolahan produk. Tugas Ibu Sumiyati sebagai ketua
yaitu bertanggung jawab terhadap jalannya organisasi yakni KWT “Tri
Manunggal” serta mengkoordinir setiap anggota yang tergabung di KWT
“Tri Manunggal”.
4) Sekretaris
Sekretaris dari KWT “Tri Manunggal” adalah Ibu Ifa Nur Viyanti.
Sekretaris mempunyai tugas mencatat dan membuat pembukuan yang
menyangkut administrasi KWT Ttimanunggal serta bertanggung jawab atas
Akan tetapi saat ini laporan pembukuan kurang berjalan dengan semestinya
karena fungsi pengelolaan administrasi lebih banyak dilakukan oleh Ibu
Sumiyati Sendiri.
5) Bendahara
Bendahara mempunyai tugas bertanggung jawab atas ketertiban dan
kelancaran keuangan KWT “Tri Manunggal”, membuat rekapitulasi dana
keuangan dan melaporkannya kepada ketua. Tugas pengelolaan keuangan
KWT “Tri Manunggal” tersebut secara struktural dipegang oleh Ibu
Muryanti. Akan tetapi saat ini laporan pembukuan kurang berjalan dengan
semestinya karena fungsi pengelolaan keuangan lebih banyak dilakukan
oleh Ibu Sumiyati sendiri.
4. Kegiatan KWT “Tri Manunggal”
Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh KWT diantaranya pertemuan rutin,
dan praktek olahan.
a. Pertemuan Rutin
Pertemuan rutin diadakan setiap dua minggu sekali bulannya yang diadakan
di rumah ketua KWT “Tri Manunggal” yaitu rumah Ibu Sumiyati dan anggota
yang tergabung di KWT “Tri Manunggal”. Pada agenda pertemuan rutin ini
kaegiatan yang dilakukan adalah kegiatan arisan.
b. Kegiatan Produksi
Untuk Produksi emping jagung saat ini dilakukan oleh Ibu Sumiyati dengan
beberapa bantuan dari pihak keluarga. Produksi hanya dilakukan di rumah Ibu