PERKEMBANGAN POPULASI SIPUT SETENGAH CANGKANG
(Parmarion sp.) DAN UMUR TANAMAN TERHADAP
KERUSAKAN DAN PRODUKSI KUBIS BUNGA
SKRIPSI
OLEH:
DHIKY AGUNG ENDIKA 060302029
HPT
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
M E D A N
PERKEMBANGAN POPULASI SIPUT SETENGAH CANGKANG
(Parmarion sp.) DAN UMUR TANAMAN TERHADAP
KERUSAKAN DAN PRODUKSI KUBIS BUNGA
SKRIPSI
OLEH:
DHIKY AGUNG ENDIKA 060302029
HPT
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatra Utara, Medan.
Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Dra. M. Cyccu Tobing, MS) (Ir. Yuswani P. Ningsih, MS)
Ketua Anggota
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
M E D A N
ABSTRACT
Dhiky Agung Endika, ” The Population Development and Damage by The
Semi-Slug (Parmarion Sp.) at Cauliflower”, under supervised by Maryani Cyccu Tobing and Yuswani P Ningsih. One of the problems of cauliflower production was pest. The semi slug has reported damaged cauliflower and then caused lost of production. The aim of this research was to studied the influence of population development of semi-slug (Parmarion sp.) and plant age on damage and production of cauliflower. The research was conducted in the public agriculture area, Dolat rakyat village-Tongkoh, Karo Regional, North Sumatera on july until december 2010. The method of this research was Block Randomized Design factorial which consisted of two factors : plant age (2,4,6 after planted) and the Population of semi-slug (0,3,6,9 the semi slug) with 12 treatments combination and three replications.
ABSTRAK
Dhiky Agung Endika, ” Perkembangan Populasi Siput Setengah Cangkang
(Parmarion Sp.) dan Umur Tanaman terhadap Kerusakan Tanaman Kubis Bunga ”, dibawah bimbingan Maryani Cyccu Tobing dan Yuswani P Ningsih. Kubis bunga adalah sayuran yang banyak dikonsumsi di Indonesia. Salah satu kendala produksi kubis bunga adalah hama. Siput setengah cangkang dilaporkan banyak merusak tanaman kubis bunga sehingga menurunkan produksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh populasi siput Parmarion sp. dan umur tanaman terhadap kerusakaan dan produksi tanaman kubis bunga. Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanian milik rakyat desa Dolat Rakyat-Tongkoh, Kabupaten Karo, Sumatera Utara pada bulan Julil-Desember 2010. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok faktorial yang terdiri dari 2 faktor yaitu umur tanaman (2,4,6 minggu setelah tanam) dan jumlah siput (0,3,6,9 ekor siput yang diinfestasikan) dengan 12 kombinasi perlakuan dan tiga ulangan
RIWAYAT HIDUP
Dhiky Agung Endika lahir pada tanggal 05 Agustus 1988 di Medan dari Ibunda Asmawati Slomun dan Ayahanda Edi Sutriesno. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara.
Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: - Lulus dari Sekolah Dasar Singosari Medan pada tahun 2000. - Lulus dari SLTP Eria Medan pada tahun 2003.
- Lulus dari SMA Negeri 2 Medan pada tahun 2006.
- Pada tahun 2006 diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan melalui jalur SPMB.
Penulis pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan yaitu: - Anggota Komus (Komunikasi muslim) HPT tahun 2006-2010
- Anggota IMAPTAN (Ikatan Mahasiswa Perlindungan Tanaman) tahun 2006-2010.
- Asisten Laboratorium Hama Tanaman Pangan & Hortikultura tahun 2009-2010
- Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN IV, Kebun Bah Birung Ulu, Kabupaten Simalungun pada tahun 2010.
- Melaksanakan penelitian skripsi di lahan pertanian milik rakyat desa Dolat Rakyat-Tongkoh, Kabupaten Karo pada bulan April-Desember
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “ PERKEMBANGAN POPULASI
DAN KERUSAKAN AKIBAT SIPUT SETENGAH CANGKANG (Parmarion
sp.) PADA TANAMAN KUBIS BUNGA ” yang disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Hama dan penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Komisi Pembimbing, Prof. Dr. Dra. Maryani Cyccu Tobing, MS selaku Ketua dan Ir.Yuswani P. Ningsih, MS. selaku Anggota yang telah membantu, mengarahkan dan memberi saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tulisan ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Desember 2010
DAFTAR ISI
ABSTRACT………... i
ABSTRAK………... ii
RIWAYAT HIDUP... iii
KATA PENGANTAR……….. iv
DAFTAR ISI………. v
DAFTAR GAMBAR………. vi
DAFTAR TABEL……….... vii
DAFTAR LAMPIRAN………... viii
PENDAHULUAN………... 1
Latar Belakang………. 1
Tujuan Penelitian………. 3
Hipotesa Penelitian……….. 3
Kegunaan Penelitian……… 4
TINJAUAN PUSTAKA……… 5
Biologi dan Karakteristik Parmarion sp. ……… 5
Gejala Serangan………... 7
Pengendalian………. 9
BAHAN DAN METODE……… 11
Tempat dan Waktu Penelitian………. 11
Bahan dan Alat………... 11
Metode Penelitian……… 13
Pelaksanaan Penelitian……… 13
Penyemaian………. 13
Pengolahan Tanah……… 13
Penanaman……….. 14
Pemeliharaan……….... 14
Inokulasi Siput Setengah Cangkang…………..………... 14
Pemupukan……….. 15
Pengamatan………. 16
Peubah Amatan……… 17
Persentase tanaman terserang………. 18
Jumlah hasil produksi ……… 18
Jumlah populasi siput setengah cangkang... 18
HASIL DAN PEMBAHASAN... ... 19
Kerusakan (%) Akibat Siput Setengah Cangkang (Parmarion sp.)... 19
Persentase Tanaman Yang Terserang……….. 21
Perkembangan populasi siput setengah cangkang………. 24
Hasil produksi (kg)... 27
KESIMPULAN DAN SARAN……… 29
Kesimpulan………. 29
Saran……… 29
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan
Hlm
1
.
Gambar Parmarion sp. dewasa 62. Gambar Kelompok telur Parmarion sp. 6 3. Gambar Gejala serangan Parmarion sp. 8
DAFTAR TABEL
No.
Keterangan
Hlm
1.
Tabel 1 beda uji rataan pengaruh interaksi antara umur tanaman (U) dengan jumlah ulat (S) terhadap kerusakan (%) akibat siputsetengah cangkang pada pengamatan I – VIII………. 19
2.
Tabel 2 beda uji rataan pengaruh interaksi antara umur tanaman (U)dengan jumlah ulat (S) terhadap persentase tanaman terserang
pada pengamatan I – VIII………. 22
3.
Tabel 3 jumlah kelompok telur siput setengah cangkang yangditemukan mulai dari pengamatan I-VIII………... 24
4.
Tabel 4 perkembangan siput setengah cangkang pra dewasamulai pengamatan I-VIII……… 25
5.
Tabel 5 hasil beda uji rataan pengaruh umur tanaman denganjumlah siput terhadap produksi kubis bunga (kg)……….. 27
6.
Tabel 6 beda uji rataan pengaruh interaksi antara umur tanaman (U)dengan jumlah ulat (S) terhadap kehilangan hasil kubis bunga (%)
LAMPIRAN
No.
Keterangan
Hlm
1. Bagan Penelitian ... 32
2. Lampiran data Tingkat Kerusakan pengamatan I... 33
3. Lampiran data Tingkat Kerusakan pengamatan II... 36
4. Lampiran data Tingkat Kerusakan pengamatan III... 39
5. Lampiran data Tingkat Kerusakan pengamatan IV... 42
6. Lampiran data Tingkat Kerusakan pengamatan V... 45
7. Lampiran data Tingkat Kerusakan pengamatan VI... 48
8. Lampiran data Tingkat Kerusakan pengamatan VII... 51
9. Lampiran data Tingkat Kerusakan pengamatan VIII... 54
10. Lampiran data Hasil Tingkat Kerusakan... 57
11. Lampiran Data persentase tanaman terserang pengamatan I………. . 59
12. Lampiran Data persentase tanaman terserang pengamatan II……… . 62
13. Lampiran Data persentase tanaman terserang pengamatan III…….. . 65
14. Lampiran Data persentase tanaman terserang pengamatan VI…….. . 68
15. Lampiran Data persentase tanaman terserang pengamatan V…….... 71
16. Lampiran Data persentase tanaman terserang pengamatan VI…….. 74
17. Lampiran Data persentase tanaman terserang pengamatan VII……. 77
18. Lampiran Data persentase tanaman terserang pengamatan VIII…... 80
19. Lampiran Data hasil persentase tanaman terserang………... 83
20. Lampiran Data perkembangan kelompok telur siput……… 85
21. Lampiran Data perkembangan siput pra dewasa ……….. 87
22. Lampiran Data produksi (kg)……… 89
23. Lampiran Data kehilangan hasil produksi ( % )……… 91
ABSTRACT
Dhiky Agung Endika, ” The Population Development and Damage by The
Semi-Slug (Parmarion Sp.) at Cauliflower”, under supervised by Maryani Cyccu Tobing and Yuswani P Ningsih. One of the problems of cauliflower production was pest. The semi slug has reported damaged cauliflower and then caused lost of production. The aim of this research was to studied the influence of population development of semi-slug (Parmarion sp.) and plant age on damage and production of cauliflower. The research was conducted in the public agriculture area, Dolat rakyat village-Tongkoh, Karo Regional, North Sumatera on july until december 2010. The method of this research was Block Randomized Design factorial which consisted of two factors : plant age (2,4,6 after planted) and the Population of semi-slug (0,3,6,9 the semi slug) with 12 treatments combination and three replications.
ABSTRAK
Dhiky Agung Endika, ” Perkembangan Populasi Siput Setengah Cangkang
(Parmarion Sp.) dan Umur Tanaman terhadap Kerusakan Tanaman Kubis Bunga ”, dibawah bimbingan Maryani Cyccu Tobing dan Yuswani P Ningsih. Kubis bunga adalah sayuran yang banyak dikonsumsi di Indonesia. Salah satu kendala produksi kubis bunga adalah hama. Siput setengah cangkang dilaporkan banyak merusak tanaman kubis bunga sehingga menurunkan produksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh populasi siput Parmarion sp. dan umur tanaman terhadap kerusakaan dan produksi tanaman kubis bunga. Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanian milik rakyat desa Dolat Rakyat-Tongkoh, Kabupaten Karo, Sumatera Utara pada bulan Julil-Desember 2010. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok faktorial yang terdiri dari 2 faktor yaitu umur tanaman (2,4,6 minggu setelah tanam) dan jumlah siput (0,3,6,9 ekor siput yang diinfestasikan) dengan 12 kombinasi perlakuan dan tiga ulangan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kubis bunga merupakan salah satu komoditi sayuran yang banyak dikonsumsi di Indonesia. Bertambahnya jumlah penduduk akan meningkatkan jumlah kebutuhan pangan asal sayuran, termasuk didalamnya kubis bunga (Cahyono, 2001). Sebagai tanaman dwimusim, bagian kubis bunga yang dikonsumsi adalah kelopak bunganya. Bunga membentuk bagian yang padat berwarna putih atau agak krem, diameternya dapat mencapai 30 cm. Kandungan gizinya yaitu: air, protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, besi, vitamin A , tiamin, riboflavin, nikotinamide, dan asam askorbat. Asumsi gizi yang cukup tinggi membuat kubis bunga disukai (Ashari, 1995).
Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, kubis bunga juga dipasarkan secara meluas ke luar negeri antara lain Jepang, Singapura, Malaysia, dan Taiwan. Bahkan kubis bunga telah menduduki jajaran kelompok 6 besar sayuran segar yang menjadi andalan komoditi ekspor Indonesia ke beberapa negara. Bersamaan dengan bawang merah, tomat, kentang, cabai, dan kubis (Cahyono, 2001).
Namun, produksi kubis bunga di Indonesia masih terkendala oleh beberapa permasalahan. Harga jual yang tidak stabil serta gangguan dari hama dan penyakit merupakan kendala terpenting dalam budidaya kubis bunga ini. Beberapa hama penting tanaman kubis bunga yaitu ulat daun (Plutella xylostela), ulat tanah (Agrotis
ipsilon), ulat grayak (Spodoptera litura), dan ulat krop (Crocidolomia pavonata)
adalah penyakit mati bujang (Phytium ultimum), busuk daun (Xanthomonas
campetris), dan busuk pangkal batang (Rhizoctonia solani) (Ashari, 1995).
Namun demikian, di sentra tanaman sayur Rejang Lebong, Bengkulu diketahui terjadi kerusakaan kubis bunga yang cukup parah akibat serangan respo atau siput (Parmarion puppilaris). Kerapatan siput setengah cangkang ini lebih tinggi pada tanaman tua dari pada tanaman muda. Bahkan pada kerapatan populasi siput setengah cangkang > 5 ekor per tanaman kubis bunga yang sedang membentuk bunga menyebabkan kehilangan hasil (yang siap dipasarkan) > 50%. Sehingga petani setempat menganggap siput setengah cangkang merupakan hama utama pada tanaman kubis bunga (Apriyanto, 2003).
Siput setengah cangkang ini juga dilaporkan banyak ditemukan di pegunungan Tengger menyerang pertanaman sayur-sayuran dan menimbulkan kerusakan pada tanaman muda. Di Jawa Tengah jenis siput ini juga menyebabkan kerusakan pada pertanaman tembakau, bahkan pernah terjadi kerusakan pada persemaian milik rakyat seluas 1,5 ha (Rahayu dkk, 2000). Selanjutnya, Tim Laboratorium Moluska Bidang Zoologi memfokuskan penelitian pada jenis siput yang menjadi hama. Di Jawa Tengah, lokasi pertama yang dikunjungi adalah perkebunan teh Kaligua Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes. Di hamparan kebun teh terdapat kebun sayur, terutama kubis & kacang-kacangan, pada kubis ditemukan siput (Parmarion
pupillaris). Siput itu ditemukan pula menyerang labu siam. Melihat kondisi
penyerangan pada tanaman kubis diperkirakan tingkat kerusakannya sedang (Mujiono, 2009).
setengah cangkang merusak krop pada tanaman kubis bunga sehingga menurunkan harga jual.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keberadaan siput setengah cangkang (Parmarion sp.) pada tanaman kubis bunga ini cukup merugikan, namun informasi mengenai siput setengah cangkang ini sangat sedikit sekali. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai kerusakaan yang ditimbulkan siput serta perkembangan populasinya pada tanaman kubis bunga di lapangan.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh umur tanaman, jumlah siput dan interaksinya terhadap kerusakaan, persentase tanaman terserang, perkembangan populasi siput setengah cangkang dan produksi tanaman kubis bunga.
Hipotesa Penelitian
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
2. Sebagai sumber informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi dan Karakteristik Siput Setengah Cangkang (Parmarion sp.)
Menurut Hoong (1995), klasifikasi siput setengah cangkang adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia Phylum : Mollusca Class : Gastropoda Ordo : Pulmonata Family : Helicarionidae Genus : Parmarion
Parmarion sp. termasuk siput setengah telanjang karena masih terlihat adanya
Gambar 1. Parmarion sp. dewasa
Siput setengah cangkang ini bersifat hermaprodit. Setiap individu memiliki kedua alat reproduksi baik jantan maupun betina dan dapat menghasilkan telur. Daur hidup siput umumnya sekitar 1 tahun dalam stadia belum dewasa atau pradewasa dan pada tahun kedua sebagai stadia dewasa. Stadia pra dewasa lebih kecil dalam ukuran dan warnanya lebih cerah, tetapi menyerupai dewasa dalam bentuk. Siput dewasa meletakkan telur secara berkelompok dengan 10-15 butir per kelompok. Jumlah telur yang dihasilkan sebanyak 300 butir. Telur tersebut akan menetas lebih kurang selama 10 hari pada cuaca hangat atau sampai 100 hari pada cuaca dingin. Rata-rata pematangan telur adalah sekitar 1 bulan (Jones, 2002).
Gambar 2. Kelompok telur Parmarion sp.
dapat mengabsorbsi air secara langsung dari kulitnya atau dengan minum dari sumber air. Siput setengah cangkang mula-mula makan pada malam hari, namun dapat juga datang pada cuaca berkabut, setelah hujan atau setelah pengairan (Clement & May, 2002). Siput setengah cangkang ini juga memiliki sifat mampu mengakumulasi logam berat (Cu, Mn, Sn dan Zn), mudah diperoleh, mobilitas yang rendah, aktifitas sepanjang tahun, dan daerah penyebaraannya luas (Nugroho & Notosoedarmo, 2002).
Siput setengah cangkang mensekresikan lendir, untuk melindungi dirinya dari kehilangan air yang cepat. Siput juga menghasilkan lendir di depan kaki untuk berjalan merayap. Jalur lendir, yang pada saat tertentu mengkilap dan terlihat di
sekitar tanah dan tumbuh-tumbuhan sering menjadi bukti awal adanya populasi siput (Donahue & Brewer, 1998).
Gejala Serangan
Siput setengah cangkang memakan daun, batang, bunga dan buah pada tanaman. Kerusakan pada tanaman biasanya terlihat dari adanya lubang dan bekas gigitan pada permukaan buah, sayuran dan daun (Hooks & Hinds, 2009). Banyak sayur-sayuran di lapangan yang sesuai atau disukai untuk dirusak siput. Siput setengah cangkang banyak merusak brokoli, kubis dan kubis bunga. Siput setengah cangkang merusak bagian kepala atau krop yang telah masak, pada akhirnya kehilangan hasil panen dan tidak dapat diterima oleh konsumen karena telah terkontaminasi lendir dan kotoran siput (Glen, 2005).
merusak persemaian atau tanaman yang baru saja tumbuh bahkan pada umur lanjut pada tanaman kubis bunga. Siput setengah cangkang ini juga memakan bahan organik yang telah busuk ataupun tanaman yang masih hidup (Isnaningsih, 2008).
Gambar 3. Gejala serangan Parmarion sp.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Percobaan
Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat- Tongkoh, Kabupaten Karo, Sumatera Utara dengan jenis tanah Andosol, ketinggian tempat 1.340 m dpl. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Desember 2010.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kubis bunga varietas lokal, siput setengah cangkang, tanah, air, pupuk kandang, pupuk NPK, Urea, ZA, TSP, KCl dan insektisida.
Alat yang dipergunakan adalah cangkul, gembor, meteran, papan nama, alat tulis dan alat pendukung lainnya.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari dua faktor.
Faktor I : Umur tanaman
U1 = 2 minggu setelah tanam (mst) U2 = 4 minggu setelah tanam (mst) U3 = 6 minggu setelah tanam (mst)
S1 = 3 ekor siput / plot S2 = 6 ekor siput / plot S3 = 9 ekor siput / plot
Sehingga kombinasi perlakuan yang diperoleh adalah U1S0 U2S0 U3S0
U1S1 U2S1 U3S1 U1S2 U2S2 U3S2 U1S3 U2S3 U3S3
Masing–masing perlakuan diulang sebanyak empat kali, yang diperoleh dari : (t-1) (r-1) > 15 Populasi tanaman per plot = 30
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linier, sebagai berikut :
Yijk = µ + αi +βj + Σij
Dimana :
αi = Pengaruh perlakuan ke-i βj = pengaruh kelompok ke-j
Σij = galat percobaan dari perlakuan ke-i pada kelompok ke-j
(Bangun, 1990).
Pelaksanaan Penelitian
Penyemaian benih
Tanah untuk media semai dibersihkan, diolah, diratakan dan dibuat bedengan dengan ketinggian 10 cm dengan ukuran 3 x 1 m. Ditaburkan pupuk NPK ke seluruh bedengan, kemudian ditutup dengan tanah. Selanjutnya benih ditaburkan secara merata ke seluruh bedengan, lalu ditaburi tipis-tipis dengan tanah dan disiram.
Pengolahan Tanah
Pembersihan
Sebelum tanah diolah, lahan hendaknya dibersihkan terlebih dahulu dari gulma-gulma yang ada. Dikumpulkan disuatu tempat untuk dibakar atau dijadikan kompos.
Pengolahan tanah
Pembagian plot
Pembagian plot dilakukan dengan membagi plot yang berukuran 2 x 4 m, dan lebar parit antar plot yaitu 40 cm.
Penanaman
Bibit varietas lokal yang ditanam adalah bibit yang telah berumur 25-30 hari setelah benih ditanam atau yang telah memiliki 3–4 helai daun. Bibit yang digunakan adalah bibit yang sehat, pertumbuhannya baik dan segar, daun–daun yang tidak rusak, tumbuhnya kuat dan tegak, serta tidak terserang hama dan penyakit. Bibit ditanam dengan jarak tanam 45 x 65 cm, dengan populasi 30 tanaman setiap plotnya.
Pemeliharaan
Penyulaman dilakukan pada pagi atau sore hari bila ada tanaman yang mati atau rusak sebelum siput setengah cangkang diinokulasikan. Tanaman disiangi dari gulma setiap minggunya dan sebelum dilakukan pemupukan.
Inokulasi Siput Setengah Cangkang
Siput setengah cangkang yang akan diinokulasikan adalah siput setengah cangkang pada stadia paling merusak dengan ukuran ± 3-5 cm yang diambil dari pertanaman kubis.
Pemupukan
Pemupukan tanaman dilakukan dua kali yakni sebelum tanam dan pada umur ± 4 minggu setelah tanam dengan kebutuhan untuk seluruh tanaman adalah :
Pupuk kandang = 1, 2 Ton/ 400 m² Urea = 4 kg/ 400 m²
ZA = 10 kg/ 400 m² TSP = 10 kg / 400 m² KCl = 8 kg / 200 m²
Dosis pupukn yang diberikan sesuai dengan rekomendasi Pengendalian Hama Terpadu-Sayuran Dataran Tinggi (PHT-SDT) untuk tiap tanaman adalah 4 gram Urea + 9 gram ZA, 9 gram TSP dan 7 gram KCl. Pemupukan sebelum tanam diberikaan pupuk kandang (1 kg), setengah dosis pupuk N (Urea 2 gram + 4,5 gram ZA), TSP (9 gram) dan KCl (7 gram) dengan cara diletakkan di dalam lubang tanam. Sisa pupuk N (Urea 2 gram + 4,5 gram ZA) diberikan pada saat tanaman berumur ± 4 minggu dengan cara menaburkannya dalam lubang setengah lingkaran yang dibuat di sekitar pangkal batang kemudian ditutup tanah tipis-tipis (Sastrosiswojo, 1993).
Pengamatan
Peubah Amatan
Persentase kerusakan tanaman
Pengamatan kerusakan tanaman dilakukan seminggu setelah inokulasi siput setengah cangkang di lapangan dan diamati dengan interval pengamatan 7 hari selama 8 kali pengamatan. Untuk serangan Organisme Penganggu Tanaman yang menimbulkan kerusakaan pada suatu tanaman, maka perhitungan persentase tingkat kerusakan tanaman kubis bunga sebagai berikut :
∑ n x v
P = X 100 % Z x N
P = kerusakan tanaman (%)
n = jumlah tanaman yang memiliki nilai v yang sama Z = nilai kategori serangan tertinggi (v = 9)
N = jumlah tanaman yang diamati
Nilai (skor) kerusakan (v) berdasarkan luas daun seluruh tanaman terserang, yaitu : 0 = tidak ada kerusakan sama sekali
1 = luas kerusakan > 0 - ≤ 20 % 3 = luas kerusakan > 20 - ≤ 40 % 5 = luas kerusakan > 40 - ≤ 60 % 7 = luas kerusakan > 60 - ≤ 80 % 9 = luas kerusakan > 80 - ≤ 100 %
Persentase tanaman yang terserang
Persentase tanaman kubis bunga yang terserang diperoleh dengan cara menghitung berapa banyak tanaman kubis bunga yang terserang atau rusak akibat siput setengah cangkang, dengan interval pengamatan 7 hari selama 8 kali pengamatan, dihitung dengan rumus :
a
P = X 100 % N
P = Persentase tanaman terserang ( % ) N = a + b
a = Jumlah tanaman yang terserang/plot b = Jumlah tanaman yang diamati/plot
(Program Nasional Pelatihan dan Pengembangan Pengendalian Hama Terpadu, 1993)
Hasil produksi
Hasil produksi diperoleh dengan cara menimbang bobot atau hasil panen setiap plot. Pengamatan dilakukan pada saat panen. Kemudian dihitung kehilangan hasil produksi dengan rumus :
Kehilangan hasil produksi = Bobot tanaman yang terserang X 100 % Bobot hasil panen / plot
Jumlah populasi siput setengah cangkang
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Persentase kerusakan tanaman
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh umur tanaman(U) terhadap tingkat kerusakan akibat siput setengah cangkang pada pengamatan I-VIII berpengaruh sangat nyata pada kubis bunga sedangkan pengaruh jumlah siput (S) menunjukkan hasil tidak berbeda nyata. Hasil beda uji rataan pengaruh interaksi antara umur tanaman dengan jumlah siput terhadap kerusakan akibat siput setengah cangkang (Parmarion sp) pada tanaman dapat dilihat pada Tabel 1 (Lampiran 2-9).
Tabel 1. Beda uji rataan pengaruh interaksi antara umur tanaman (U) dengan jumlah ulat (S) terhadap kerusakan (%) akibat siput setengah cangkang pada pengamatan I - VIII. U2 = 4 minggu setelah tanam (mst) U3 = 6 minggu setelah tanam (mst) S0 = Tanpa siput
Pada pengamatan VIII tingkat kerusakan tanaman (%) yang tertinggi terdapat pada perlakuan U3S3 (umur tanaman 6 minggu diinfestasikan 9 ekor siput) sebesar 45,05% dan yang terendah pada perlakuan tanpa siput (kontrol) sebesar 0,00%.
Siput setengah cangkang menyerang bagian daun pada fase perkembangan vegetatif dan terus meningkat hingga pembentukan krop pada tanaman kubis bunga. Kerusakaan ditandai oleh adanya daun yang berlubang yang disertai bekas lintasan siput berupa lendir (mucus). Hal ini tidak berbeda dengan pernyataan Hooks & Hinds (2009) bahwa siput setengah cangkang memakan daun, batang, bunga dan buah pada tanaman. Kerusakan pada tanaman biasanya terlihat dari adanya lubang dan bekas gigitan pada permukaan buah, sayuran dan daun.
2. Persentase Tanaman Yang Terserang
Tabel 2. Beda uji rataan pengaruh interaksi antara umur tanaman (U) dengan jumlah ulat (S) terhadap persentase tanaman terserang pada pengamatan I - VIII.
Pengamatan U/S S0 S1 S2 S3 Total Rataan
U2 = 4 minggu setelah tanam (mst) U3 = 6 minggu setelah tanam (mst) S0 = Tanpa siput
S1 = 3 ekor siput / plot
S2 = 6 ekor siput / ploS3 = 9 ekor siput / plot
tanaman 6 minggu, jumlah daun kubis bunga semakin bertambah dan lebar. Keadaan tersebut memungkinkan siput untuk bersembunyi di sela-sela daun. Dalam kondisi lembab seperti ini siput dapat aktif makan walaupun pada siang hari, sedangkan pada tanaman berumur 2 minggu, siput masuk kedalam tanah pada siang hari atau bersembunyi diantara gulma di sekitar tanaman. Pada tanaman muda siput aktif makan malam hari jika dalam kondisi lembab. Hal ini sesuai dengan pernyataan Clement & May (2002) bahwa siput setengah cangkang aktif pada malam hari dan menyukai kondisi lingkungan yang lembab.
3. Perkembangan populasi siput setengah cangkang
• Kelompok Telur
Perkembangan populasi siput setengah cangkang dapat diketahui dengan ditemukannya kelompok telur di sekitar pertanaman kubis bunga. Semakin banyak jumlah siput yang diinfestasikan ke dalam plot semakin berpengaruh terhadap banyaknya jumlah kelompok telur yang ditemukan. Jumlah kelompok telur yang ditemukan dapat dilihat pada Tabel 3 (Lampiran 20)
Tabel 3. Jumlah kelompok telur siput setengah cangkang yang ditemukan pada tiap perlakuan mulai dari pengamatan I-VIII hasil rataan dari 3 ulangan.
Perlakuan I II III IV V VI VII VIII
Kelompok telur siput setengah cangkang yang ditemukan berada pada tanah bagian bawah naungan daun kubis bunga dan terdiri dari ± 30 butir telur, berwarna kuning keemasan serta terlihat bening. Hal ini sesuai dengan literatur (Jones, 2002) bahwa siput setengah cangkang dewasa menghasilkan sampai 300 butir telur, yang terdiri dari 10-50 butir setiap kelompoknya.
• Perkembangan siput pradewasa (ekor)
Perkembangan populasi siput juga ditandai dengan banyaknya telur yang menetas menjadi siput pradewasa. Jumlah siput pradewasa yang ditemukan dapat dilihat pada tabel 4 (Lampiran 21).
Tabel 4. Perkembangan siput setengah cangkang pra dewasa pada tiap perlakuan mulai pengamatan I-VIII hasil rataan dari 3 ulangan.
Perlakuan I II III IV V VI VII VIII
masih dalam jumlah yang kecil dibandingkan jumlah kelompok telur yang ditemukan. Pada kondisi tertentu telur siput terlihat menetas 1 minggu setelah ditemukan. Hal ini berbeda dengan yang diutarakan Jones (2002) bahwa telur siput akan menetas menjadi siput pradewasa lebih kurang selama 10 hari pada cuaca hangat atau sampai 100 hari pada cuaca dingin. Rata-rata pematangan telur adalah sekitar 1 bulan. Perbedaan keadaan lingkungan atau iklim merupakan faktor yang mempengaruhi lama pematangan telur. Cuaca yang hangat akan mempercepat proses pematangan telur siput Parmarion Sp.
• Produksi kubis bunga (kg)
Data hasil produksi kubis bunga dapat dilihat pada lampiran 21. Hasil beda uji rataan pengaruh umur tanaman dengan jumlah siput terhadap produksi kubis bunga disajikan pada Tabel 5 (Lampiran 22).
Tabel 5. Hasil beda uji rataan pengaruh umur tanaman dengan jumlah siput terhadap produksi kubis bunga (kg)
Tabel 5 menunjukkan bahwa produksi terendah terjadi pada perlakuan U3S3 (umur tanaman 6 minggu diinfestasikan 9 ekor siput ) dan yang tertinggi pada U1S0, U2S0, U3S0 (tanpa siput). Hal ini menunjukkan semakin tinggi jumlah siput diinfestasikan pada tanaman tua akan menyebabkan produksi kubis bunga menurun.
Data hasil pengamatan pengaruh umur tanaman (U) dengan jumlah siput (S) terhadap kehilangan hasil produksi kubis bunga akibat siput setengah cangkang dapat dilihat pada lampiran 23. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa kehilangan hasil produksi akibat siput setengah cangkang pada masa panen berpengaruh sangat nyata pada kubis bunga yang diaplikasikan siput. Hasil beda uji rataan pengaruh interaksi antara umur tanaman dengan jumlah siput terhadap kehilangan hasil produksi kubis bunga akibat siput setengah cangkang (Parmarion sp) pada tanaman dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Beda uji rataan pengaruh interaksi antara umur tanaman (U) dengan jumlah ulat (S) terhadap kehilangan hasil produksi kubis bunga (%) akibat siput setengah cangkang.
Pada Tabel 6. Dapat dilihat bahwa perlakuan U3S3 (umur tanaman 6 minggu diinfestasikan 9 ekor siput ) berbeda sangat nyata terhadap perlakuan lainnya. Hal ini dikarenakan siput setengah cangkang cenderung merusak pada fase pertumbuhan generatif (pembentukan krop). Pada perlakuan U3S3 jumlah siput yang diinfestasi 9 ekor atau lebih banyak daripada perlakuan lainnya. Semakin banyak jumlah siput yang diinfestasi akan semakin besar kehilangan hasil prodiksi. Persentase kehilangan hasil produksi tertinggi terdapat pada perlakuan U3S3 sebesar 32.22%. Parmarion Sp. menyerang bagian krop kubis bunga yang menyebabkan Kehilangan hasil produksi. Pernyataan ini sesuai dengan yang dikemukakan Glen (2005) bahwa siput setengah cangkang merusak bagian kepala atau krop yang telah masak, pada akhirnya kehilangan hasil panen dan tidak dapat diterima oleh konsumen karena telah terkontaminasi lendir siput dan kotorannya. Kehilangan hasil produksi kubis bunga akibat siput setengah cangkang sangat dipengaruhi oleh kerapatan populasi siput serta kondisi lingkungan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Apriyanto (2003) bahwa pada kerapatan populasi siput setengah cangkang > 5 ekor per tanaman kubis bunga yang sedang membentuk bunga menyebabkan kehilangan hasil (yang siap dipasarkan) > 50.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Persentase kerusakaan tanaman akibat siput setengah cangkang yang tertinggi terdapat pada perlakuan U3S3 ( umur tanaman 6 minggu diinfestasikan 9 ekor siput) sebesar 45,05 % dan terendah pada perlakuan U1S0 (tanpa siput), U2S0 (tanpa siput), U3S0 (tanpa siput) sebesar 0,00%. 2. Persentase tanaman terserang yang tertinggi terdapat pada perlakuan U3S3
sebesar 42,22 % dan terendah pada perlakuan U1S0, U2S0, dan U3S0 sebesar 0,00%.
3. Kelompok telur siput paling banyak terdapat pada perlakuan U3S3 sebanyak 3 kelompok dan mulai tampak terlihat pada pengamatan III sedangkan siput pra dewasa paling banyak terdapat pada perlakuan U3S3 sebanyak 6,67 ekor dan pertama sekali terlihat di pengamatan IV.
4. Kehilangan hasil produksi kubis bunga akibat siput setengah cangkang yang tertinggi terdapat pada perlakuan U3S3 sebesar 32,22% dan terendah pada perlakuan U1S0, U2S0, dan U3S0 sebesar 0,00%.
5. Semakin tinggi jumlah siput pada fase generatif akan meningkatkan persentase kerusakaan tanaman sehingga produksi menurun.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Apriyanto, D. 2003. Konsoidensi 2 Spesies Respo di Sentra Produksi Sayur Rejang Lebong, Bengkulu. Jurnal-Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 5 (1):7–11.
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta.
Bangun, M. K. 1990. Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.
Cahyono, B. 2001. Kubis Bunga dan Brocolli. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Clement, D. L & L. May. 2002. Slugs & Snails. Maryland Cooperative extension. College Park–Eastern Shore.
Donahue, J. D & M. J. Brewer. 1998. Slugs, Snails and Slug Sawflies. University of Wyoming. Laramie.
Glen, D. 2005. Slugs in Arable Crops. Bayer Crop Science Ltd. Slugs. Cambridge. pp. 5– 6.
Hooks, C. R. R & J. Hinds. 2009. Managing Slugs in the Garden and Beyond. University of Maryland Cooperative Extension Entomology. College Park– Eastern Shore.
Hollingsworth, R. G., J. W. Armstrong & E. Campbell. 2002. Caffeine as a Repellent for Slugs & Snails. Nature. 417:915–916.
Hoong, H. W. 1995. A Review of the Land – Snail Fauna of Singapore. The Raffles Bulletin of Zoology. 43(1):91–113.
Isnaningsih, N. R. 2008. Siput Telanjang (SLUG) Sebagai Hama Tanaman Budidaya. Fauna Indonesia. 8(2):21–24.
Jones, S. 2002. Snails and Slug. www. aos. org. Diunduh pada 14 Januari 2010.
Kalshoven, L. G. E. 1981. Pest of Crop in Indonesia. Diterjemahkan oleh P. A. van der Loan. Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta 701 p.
Mujiono, N. 2009. Siput Hama Pertanian. www. biologi. lipi. go. id.(Diunduh 14 Januari 2010).
Nugroho, R. A & S. Notosoedarmo. 2002. Konsentrasi logam berat Cu, Mn, Sn dan Zn pada siput terestrial Parmarion puppilaris Humb. Di Gintungan, Jawa Tengah. www. uajy. ac. id. Diunduh pada 14 Januari 2010.
Rahayu, B., S. Indarti & T. Harjaka. 2000. Beberapa Catatan Mengenai Hama Baru : Penggulung Daun Teh Siput Tanpa Cangkang, Parmarion pupillaris. Jurnal Perlindungan Tanaman. 6(1):61–64.
Program Nasional Pelatihan dan Pengembangan Pengendalian Hama Terpadu. 1993. Pengendalian Hama Terpadu Sayuran Dataran Tinggi (PHT-SDT). Eds.(II). Balai Penelitian Hortikultura Lembang. Bandung.
LAMPIRAN
1.
Bagan Penelitian
Lampiran 2. DATA TINGKAT KERUSAKAN Pengamatan I
Transformasi Data Arc Sin √x + 0,5
Tabel Dwikasta Total
U/S S0 S1 S2 S3 Total Rataan
U2 2.12 13.66 23.80 31.52 71.11 17.78
Uji Jarak Duncan Faktor U
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15
Uji Jarak Duncan Faktor S
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15 3.22
LSR 0,05 0.06 0.06 0.06 0.06
Perlakuan S0 S1 S2 S3
Uji Jarak Duncan U x S
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15 3.22 3.28 3.31 3.34 3.37 3.38 3.41 3.44 3.45
LSR 0,05 0.70 0.73 0.75 0.77 0.78 0.79 0.80 0.81 0.81 0.81 0.82 0.82
Perlakuan U3S0 U2S0 U1S0 U1S1 U2S1 U1S2 U3S1 U2S2 U1S3 U3S2 U2S3 U3S3
Rataan 0.00 0.00 0.00 3.05 3.85 4.61 6.14 7.23 8.20 8.35 9.80 11.37
.a .b
c .d
.e
f
.g
h
lampiran 3.DATA TINGKAT KERUSAKAN Pengamatan II
Transformasi Data Arc Sin √x + 0,5
Tabel Dwikasta Total
Uji Jarak Duncan Faktor U
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15
Uji Jarak Duncan Faktor S
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15 3.22
LSR 0,05 0.07 0.07 0.07 0.08
Perlakuan S0 S1 S2 S3
Uji Jarak Duncan U x S
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15 3.22 3.28 3.31 3.34 3.37 3.38 3.41 3.44 3.45
LSR 0,05 0.83 0.87 0.89 0.91 0.93 0.94 0.95 0.96 0.96 0.97 0.98 0.98
Perlakuan U3S0 U2S0 U1S0 U1S1 U2S1 U1S2 U3S1 U2S2 U1S3 U3S2 U2S3 U3S3
Rataan 0.00 0.00 0.00 6.26 6.90 10.22 10.49 11.13 12.15 12.52 13.47 16.54
.a
.b
c
d
e
f
Lampiran 4. DATA TINGKAT KERUSAKAN Pengamatan III
Transformasi Data Arc Sin √x + 0,5
Tabel Dwikasta Total
Uji Jarak Duncan Faktor U
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15
Uji Jarak Duncan Faktor S
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15 3.22
LSR 0,05 0.12 0.13 0.13 0.14
Perlakuan S0 S1 S2 S3
Uji Jarak Duncan U x S
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15 3.22 3.28 3.31 3.34 3.37 3.38 3.41 3.44 3.45
LSR 0,05 1.49 1.56 1.60 1.64 1.67 1.68 1.70 1.72 1.72 1.74 1.75 1.76
Perlakuan U3S0 U2S0 U1S0 U1S1 U2S1 U1S2 U3S1 U2S2 U1S3 U3S2 U2S3 U3S3
Rataan 0.00 0.00 0.00 9.20 10.07 14.09 14.15 16.08 16.12 17.18 17.54 19.21
a b
c d
e
Lampiran 5. DATA TINGKAT KERUSAKAN Pengamatan IV
TABEL DWIKASTA RATAAN
Transformasi Data Arc Sin √x + 0,5
Tabel Dwikasta Total
Uji Jarak Duncan Faktor U
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15
Uji Jarak Duncan Faktor S
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15 3.22
LSR 0,05 0.19 0.20 0.20 0.21
Perlakuan S0 S1 S2 S3
Uji Jarak Duncan U x S
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15 3.22 3.28 3.31 3.34 3.37 3.38 3.41 3.44 3.45
LSR 0,05 2.28 2.40 2.46 2.51 2.56 2.58 2.61 2.63 2.64 2.66 2.69 2.69
Perlakuan U3S0 U2S0 U1S0 U1S1 U2S1 U1S2 U3S1 U2S2 U1S3 U3S2 U2S3 U3S3
Rataan 0.00 0.00 0.00 12.64 14.08 17.60 17.91 19.85 20.49 21.90 23.03 25.19
a b
c d
e
Lampiran 6. DATA TINGKAT KERUSAKAN Pengamatan V
TABEL DWIKASTA RATAAN
Transformasi Data Arc Sin √x + 0,5
Tabel Dwikasta Total
Uji Jarak Duncan Faktor U
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15
Uji Jarak Duncan Faktor S
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15 3.22
LSR 0,05 0.17 0.18 0.18 0.19
Perlakuan S0 S1 S2 S3
Uji Jarak Duncan U x S
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15 3.22 3.28 3.31 3.34 3.37 3.38 3.41 3.44 3.45
LSR 0,05 2.03 2.14 2.19 2.24 2.29 2.31 2.33 2.35 2.35 2.38 2.40 2.40
Perlakuan U3S0 U2S0 U1S0 U1S1 U2S1 U1S2 U3S1 U2S2 U1S3 U3S2 U2S3 U3S3
Rataan 0.00 0.00 0.00 16.36 17.85 21.83 22.37 26.56 27.59 28.57 29.33 30.75
a b
c d
e
Lampiran 7. DATA TINGKAT KERUSAKAN Pengamatan 6
TABEL DWIKASTA RATAAN
Transformasi Data Arc Sin √x + 0,5
Tabel Dwikasta Total
Uji Jarak Duncan Faktor U
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15
Uji Jarak Duncan Faktor S
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15 3.22
LSR 0,05 0.14 0.15 0.15 0.15
Perlakuan S0 S1 S2 S3
Uji Jarak Duncan U x S
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15 3.22 3.28 3.31 3.34 3.37 3.38 3.41 3.44 3.45
LSR 0,05 1.67 1.76 1.80 1.84 1.88 1.89 1.91 1.93 1.93 1.95 1.97 1.97
Perlakuan U3S0 U2S0 U1S0 U1S1 U2S1 U1S2 U3S1 U2S2 U1S3 U3S2 U2S3 U3S3
Rataan 0.00 0.00 0.00 20.00 21.66 25.58 27.18 30.90 31.82 32.08 33.49 37.10
.a
b .c
d e
f
Lampiran 8. DATA TINGKAT KERUSAKAN Pengamatan VII
TABEL DWIKASTA RATAAN
Tabel Dwikasta Total
Uji Jarak Duncan Faktor U
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15
Uji Jarak Duncan Faktor S
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15 3.22
LSR 0,05 0.16 0.17 0.18 0.18
Perlakuan S0 S1 S2 S3
Uji Jarak Duncan U x S
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15 3.22 3.28 3.31 3.34 3.37 3.38 3.41 3.44 3.45
LSR 0,05 1.97 2.08 2.13 2.18 2.22 2.24 2.26 2.28 2.28 2.31 2.33 2.33
Perlakuan U3S0 U2S0 U1S0 U1S1 U2S1 U1S2 U3S1 U2S2 U1S3 U3S2 U2S3 U3S3
Rataan 0.00 0.00 0.00 23.59 25.61 29.49 30.67 33.66 34.42 35.24 36.09 41.18
.a b
.c d
e
f
Lampiran 9. DATA TINGKAT KERUSAKAN Pengamatan VIII
TABEL DWIKASTA RATAAN
Tabel Dwikasta Total
Uji Jarak Duncan Faktor U
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15
Uji Jarak Duncan Faktor S
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15 3.22
LSR 0,05 0.21 0.22 0.23 0.24
Perlakuan S0 S1 S2 S3
Uji Jarak Duncan U X S
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15 3.22 3.28 3.31 3.34 3.37 3.38 3.41 3.44 3.45
LSR 0,05 2.57 2.70 2.77 2.83 2.88 2.91 2.94 2.96 2.97 3.00 3.02 3.03
Perlakuan U3S0 U2S0 U1S0 U1S1 U2S1 U1S2 U3S1 U2S2 U1S3 U3S2 U2S3 U3S3
Rataan 0.00 0.00 0.00 29.93 32.04 35.44 36.46 38.35 39.17 40.15 41.28 45.05
.a
b c
d
e
Lampiran 10. Data hasil tingkat kerusakan
Faktor U
Perlakuan Tingkat kerusakan
I II III IV V VI VII VIII
U1 3.96 7.16 9.85 12.68 16.45 19.35 21.88 26.13
U2 5.22 7.88 10.92 14.24 18.43 21.51 23.84 27.92
U3 6.46 9.89 12.63 16.25 20.42 24.09 26.77 30.42
Faktor S
Perlakuan Tingkat kerusakan
I II III IV V VI VII VIII
S0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
S1 4.35 7.88 11.14 14.88 18.86 22.95 26.62 32.81
S2 6.73 11.29 15.78 19.78 25.65 29.52 32.80 37.98
Faktor U X S
Perlakuan Persentase Serangan Keong
I II III IV V VI VII VIII
U1S0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
U2S0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
U3S0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
U1S1 3.05 6.26 9.20 12.64 16.36 20.00 23.59 29.93
U2S1 3.85 6.90 10.07 14.08 17.85 21.66 25.61 32.04
U3S1 6.14 10.49 14.15 17.91 22.37 27.18 30.67 36.46
U1S2 4.61 10.22 14.09 17. 60 21.83 25.58 29.49 35.44
U2S2 7.23 11.13 16.08 19.85 26.56 30.90 33.66 38.35
U3S2 8.35 12.52 17.18 21.90 28.57 32.08 35.24 40.15
U1S3 8.20 12.15 16.12 20.49 27.59 31.82 34.42 39.17
U2S3 9.80 13.47 17.54 23.03 29.33 33.49 36.09 41.28
Lampiran 11. Persentase tanaman terserang
Transformasi Data Arc Sin
Tabel Dwikasta
Uji Jarak Duncan Faktor U
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15
Uji Jarak Duncan Faktor S
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15 3.22
LSR 0,05 0.11 0.12 0.12 0.12
Perlakuan S0 S1 S2 S3
Uji Jarak Duncan U x S
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15 3.22 3.28 3.31 3.34 3.37 3.38 3.41 3.44 3.45
LSR 0,05 1.32 1.39 1.43 1.46 1.49 1.50 1.52 1.53 1.53 1.55 1.56 1.56
Perlakuan U3S0 U2S0 U1S0 U1S1 U2S1 U1S2 U3S1 U2S2 U3S2 U1S3 U2S3 U3S3
Rataan 0.00 0.00 0.00 3.33 3.33 6.67 6.67 6.67 7.78 11.10 11.10 13.33
.a
b .c
d
e
f
Lampiran 12. Persentase tanaman terserang Pengamatan II
TABEL DWIKASTA RATAAN
Tabel Dwikasta Total
Uji Jarak Duncan Faktor U
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15
Uji Jarak Duncan Faktor S
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15 3.22
LSR 0,05 0.16 0.16 0.17 0.17
Perlakuan S0 S1 S2 S3
Uji Jarak Duncan U x S
SY 0.64 -1.87 -1.97 -2.02 3.49 4.57 6.76 6.74 7.83 8.93 12.25 12.24 14.46
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 14 16
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15 3.22 3.28 3.31 3.34 3.37 3.38 3.41 3.44 3.45
LSR 0,05 1.87 1.97 2.02 2.07 2.10 2.12 2.14 2.16 2.17 2.19 2.21 2.21
Perlakuan U3S0 U2S0 U1S0 U1S1 U2S1 U1S2 U3S1 U2S2 U3S2 U1S3 U2S3 U3S3
Rataan 0.00 0.00 0.00 5.56 6.67 8.88 8.88 9.99 11.10 14.44 14.44 16.67
.a
b
c
d
e
f
75
Tabel Dwikasta Total
Uji Jarak Duncan U x S
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15 3.22 3.28 3.31 3.34 3.37 3.38 3.41 3.44 3.45
LSR 0,05 2.16 2.27 2.33 2.39 2.43 2.45 2.47 2.50 2.50 2.53 2.55 2.56
Perlakuan U3S0 U2S0 U1S0 U1S1 U2S1 U3S1 U1S2 U2S2 U3s2 U1S3 U2S3 U3S3
Rataan 0.00 0.00 0.00 7.78 9.99 11.10 12.22 12.22 14.44 17.78 18.89 22.22
.a b
c d
.e f
Lampiran 14. Data Persentase Tanaman Terserang Pengamatan IV
TABEL DWIKASTA RATAAN
Tabel Dwikasta Total
Uji Jarak Duncan Faktor U
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15
Uji Jarak Duncan Faktor S
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15 3.22
LSR 0,05 0.13 0.13 0.14 0.14
Perlakuan S0 S1 S2 S3
Uji Jarak Duncan U x S
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15 3.22 3.28 3.31 3.34 3.37 3.38 3.41 3.44 3.45
LSR 0,05 1.53 1.61 1.65 1.69 1.72 1.74 1.75 1.77 1.77 1.79 1.80 1.81
Perlakuan U3S0 U2S0 U1S0 U1S1 U2S1 U3S! U1S2 U2S2 U3S2 U1S3 U2S3 U3S3
Rataan 0.00 0.00 0.00 9.99 13.33 13.33 14.44 15.56 17.78 20.00 23.33 24.44
a .b
.c d
e .f
g
Lampiran 15. Data Persentase Tanaman Terserang Pengamatan V
TABEL DWIKASTA RATAAN
Tabel Dwikasta Total
Uji Jarak Duncan Faktor U
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15
Uji Jarak Duncan Faktor S
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15 3.22
LSR 0,05 0.14 0.15 0.15 0.16
Perlakuan S0 S1 S2 S3
Uji Jarak Duncan U x S
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15 3.22 3.28 3.31 3.34 3.37 3.38 3.41 3.44 3.45
LSR 0,05 1.71 1.80 1.85 1.89 1.92 1.94 1.96 1.97 1.98 2.00 2.01 2.02
Perlakuan U3S0 U2S0 U1S0 U1S1 U2S1 U3S1 U1S2 U2S2 U3S2 U1S3 U2S3 U3S3
Rataan 0.00 0.00 0.00 13.33 15.56 15.56 16.67 17.78 22.22 26.67 27.78 30.00
.a b
.c d
e .f
g
Lampiran 16. Data Persentase Tanaman Terserang Pengamatan VI
TABEL DWIKASTA RATAAN
Tabel Dwikasta Total
Uji Jarak Duncan Faktor U
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15
Uji Jarak Duncan Faktor S
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15 3.22
LSR 0,05 0.20 0.21 0.22 0.22
Perlakuan S0 S1 S2 S3
Uji Jarak Duncan U x S
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15 3.22 3.28 3.31 3.34 3.37 3.38 3.41 3.44 3.45
LSR 0,05 2.42 2.54 2.61 2.67 2.72 2.74 2.77 2.79 2.80 2.82 2.85 2.86
Perlakuan U3S0 U2S0 U1S0 U1S1 U2S1 U3S1 U1S3 U2S2 U3S2 U1S3 U2S3 U3S3
Rataan 0.00 0.00 0.00 15.56 16.67 17.78 18.89 20.00 23.33 28.89 30.00 33.33
.a
b .c
d e
f
Lampiran 17. Data Persentase Tanaman Terserang Pengamatan VII
TABEL DWIKASTA RATAAN
Tabel Dwikasta Total
Uji Jarak Duncan Faktor U
SY 0.19 19.18 20.82 23.30
Uji Jarak Duncan Faktor S
Uji Jarak Duncan U x S
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15 3.22 3.28 3.31 3.34 3.37 3.38 3.41 3.44 3.45
LSR 0,05 1.87 1.97 2.02 2.06 2.10 2.12 2.14 2.16 2.17 2.19 2.21 2.21
Perlakuan U3S0 U2S0 U1S0 U1S1 U2S1 U3S1 U1S3 U2S2 U3S2 U1S3 U2S3 U3S3
Rataan 0.00 0.00 0.00 16.67 18.89 18.89 22.22 23.33 26.67 32.22 34.44 37.78
.a .b
.c .d
e f
.g
h
Lampiran 18. Data persentase tanaman terserang pengamatan VIII
TABEL DWIKASTA RATAAN
Transformasi data Arc sin √x + 0,5
Tabel Dwikasta Total
Uji Jarak Duncan Faktor U
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15
Uji Jarak Duncan Faktor S
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15 3.22
LSR 0,05 0.37 0.39 0.40 0.41
Perlakuan S0 S1 S2 S3
Uji Jarak Duncan U x S
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15 3.22 3.28 3.31 3.34 3.37 3.38 3.41 3.44 3.45
LSR 0,05 2.16 2.27 2.33 2.38 2.43 2.45 2.47 2.50 2.50 2.53 2.55 2.55
Perlakuan U3S0 U2S0 U1S0 U1S1 U2S1 U3S1 U1S2 U2S2 U3S2 U1S3 U2S3 U3S3
Rataan 0.00 0.00 0.00 18.89 20.00 22.22 24.44 27.78 31.11 35.56 37.78 42.22
.a
b .c
.d e
f g
Lampiran 19. Data Hasil Persentase Tanaman Terserang
Faktor U
Perlakuan Persentase Serangan Keong
I II III IV V VI VII VIII
U1 5.28 7.22 9.44 11.10 14.18 15.83 17.78 19.72
U2 5.28 7.78 10.27 13.05 15.28 16.67 19.17 21.39
U3 6.94 9.16 11.94 13.89 16.94 18.61 20.83 23.89
Faktor S
Perlakuan Persentase Serangan Keong
I II III IV V VI VII VIII
S0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
S1 4.44 7.04 9.62 12.21 14.81 16.67 18.15 20.37
S2 7.04 9.99 12.96 15.93 18.89 20.74 24.07 27.78
Faktor U X S
Perlakuan Persentase Serangan Keong
I II III IV V VI VII VIII
U1S0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
U2S0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
U3S0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
U1S1 3.33 5.56 7.77 9.99 13.33 15.56 16.67 18.89
U2S1 3.33 6.67 9.99 13.33 15.56 16.67 18.89 20.00
U3S1 6.67 8.88 11.10 13.33 15.56 17.78 18.89 22.22
U1S2 6.67 8.88 12.22 14.44 16.67 18.89 22.22 24.44
U2S2 6.67 9.99 12.22 15.56 17.78 20.00 23.33 27.78
U3S2 7.77 11.10 14.43 17.78 22.22 23.33 26.67 31.11
U1S3 11.10 14.44 17.78 20.00 26.67 28.89 32.22 35.56
U2S3 11.10 13.47 18.89 23.33 27.78 30.00 34.44 37.78
Lampiran 20.data perkembangan kelompok telur siput
ulangan perlakuan PENGAMATAN
DATA HASIL RATAAN KELOMPOK TELUR
PERLAKUAN I II III IV V VI VII VIII
U1S0 0 0 0 0 0 0 0 0
U2S0 0 0 0 0 0 0 0 0
U3S0 0 0 0 0 0 0 0 0
U1S1 0 0 0 0.33 0.67 0.67 0.67 1
U2S1 0 0 0 0 0.33 0.67 1 1.33
U3S1 0 0 0.33 0.33 0.67 0.67 0.67 1.67
U1S2 0 0 0.67 1 1 1 1 1
U2S2 0 0 0 0.33 0.67 1 1.33 1.67
U3S2 0 0 0.33 1 1.323 1.67 1.67 2
U1S3 0 0 0.33 1 1.33 1.33 1.67 1.67
U2S3 0 0 0.33 0.67 1 1.33 1.67 2
Lampiran 21. data perkembangan siput pra dewasa
ulangan perlakuan PENGAMATAN
DATA HASIL RATAAN SIPUT PRA DEWASA (EKOR)
Perlakuan I II III IV V VI VII VIII
U1S0 0 0 0 0 0 0 0 0
U2S0 0 0 0 0 0 0 0 0
U3S0 0 0 0 0 0 0 0 0
U1S1 0 0 0 0 0 1 2 2.33
U2S1 0 0 0 0 0 0 1.33 2
U3S1 0 0 0 0 0 0.67 2 2.67
U1S2 0 0 0 0 0.67 2 2.33 2.67
U2S2 0 0 0 0.33 0.33 1.67 2.33 2.33
U3S2 0 0 0 0 0.33 2 2.33 3
U1S3 0 0 0 0.33 1 2.33 3.33 3.67
U2S3 0 0 0 0.33 0.67 2 3 4.67
Lampiran 22. Data hasil produksi ( % )
TABEL DWIKASTA RATAAN
Uji Jarak Duncan Faktor U
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15
LSR 0,05 0.25 0.26 0.27
Perlakuan U1 U2 U3
Rataan 20.57 19.81 19.59
.a
.b
.c
Uji Jarak Duncan Faktor S
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15 3.22
LSR 0,05 0.08 0.09 0.09 0.09
Perlakuan S0 S1 S2 S3
Lampiran 23. Data kehilangan hasil produksi ( % )
TABEL DWIKASTA RATAAN
Transformasi data Arc sin √x + 0,5
Tabel Dwikasta Total
Uji Jarak Duncan Faktor U
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15
Uji Jarak Duncan Faktor S
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15 3.22
LSR 0,05 0.21 0.22 0.23 0.23
Perlakuan S0 S1 S2 S3
Uji Jarak Duncan U x S
SSR 0,05 2.92 3.07 3.15 3.22 3.28 3.31 3.34 3.37 3.38 3.41 3.44 3.45
LSR 0,05 2.54 2.67 2.74 2.80 2.85 2.87 2.90 2.93 2.94 2.96 2.99 3.00
Perlakuan U3S0 U2S0 U1S0 U1S1 U3S1 U2S1 U1S2 U2S2 U3S2 U1S3 U2S3 U3S3
Rataan 0.00 0.00 0.00 8.89 11.11 12.22 14.44 16.67 18.89 25.56 28.89 32.22
.a b
c
d
e f