• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Efektivitas Mesin Extruder Matador EX 920 Dengan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) Di PT. Central Proteina Prima Tbk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peningkatan Efektivitas Mesin Extruder Matador EX 920 Dengan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) Di PT. Central Proteina Prima Tbk"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Terapan

Oleh :

JOST IRIANTO SIANTURI

045204012

PROGRAM STUDI TEKNIK MANAJEMEN PABRIK

P R O G R A M D I P L O M A IV

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DI PT. CENTRAL PROTEINA PRIMA Tbk

KARYA AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Terapan

Oleh :

JOST IRIANTO SIANTURI

045204012

Disetujui Oleh,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

( Ir. Poerwanto, M.Sc ) ( Ir. Ukurta Tarigan, MT )

PROGRAM STUDI TEKNIK MANAJEMEN PABRIK

P R O G R A M D I P L O M A IV

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

“SERTIFIKAT EVALUASI KARYA AKHIR” No. : ..……/ H5.2.1.4.2.8/KRK/2010

Kami yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bahwa setelah melakukan : - Evaluasi hasil Seminar DRAFT Karya Akhir

- Pemeriksaan Terhadap Perbaikan DRAFT Karya Akhir terhadap mahasiswa :

Nama : Jost Irianto Sianturi

N I M : 045204012

Tempat dan tanggal lahir : Medan, 21 Agustus 1985

Judul Karya Akhir : Peningkatan Efektivitas Mesin Extruder Matador EX 920 Dengan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) Di PT. Central Proteina Prima Tbk

menetapkan ketentuan-ketentuan berikut sebagai hasil evaluasi :

Dapat menerima perbaikan Karya Akhir Program studi Teknik Manajemen Pabrik dan kepada penulisnya diizinkan untuk mengikuti Sidang Sarjana yang akan diadakan Program studi Teknik Manajemen Pabrik FT USU.

Medan, ... Tim Pembanding,

Pembanding I, Pembanding II, Pembanding III,

Ir. Sugih Arto Pujangkoro, MM Buchari, ST, M.Kes Ir. Nurhayati Sembiring, MT Tanggal, ... Tanggal, ... Tanggal, ...

Pembimbing I, Pembimbing II, Ketua ,

(4)

berhubungan dengan efektivitas mesin/peralatan yang diakibatkan oleh six big losses. Pada mesin Extruder Matador ini masalah yang sering terjadi adalah menurunnya kemampuan kerja dari mesin diakibatkan oleh terjadinya kegosongan pakan yang menjadi kerak-kerak pada permukaan plat-plat sehingga mengakibatkan menurunnya efisiensi kerja mesin Extruder Matador, hal ini mengakibatkan kondisi mesin menjadi menyimpang dari keadaan semula.

Total Productive Maintenance (TPM) adalah suatu prinsip manajemen untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi perusahaan dengan menggunakan mesin secara efektif. Tidak tepatnya penanganan dan pemeliharaan mesin akan mengakibatkan kerugian-kerugian disebut dengan Six Big Losess yaitu

breakdown losses, set-up and adjustment losses, reduced speed losses, idling and minor stoppages, rework losses dan yield scrap losses.

Tahapan pertama dalam usaha peningkatan efisiensi produksi pada perusahaan ini adalah dengan melakukan pengukuran efektifitas mesin Extruder Matador dengan menggunakan metode Overall Equipment Effectifitas (OEE) yang kemudian dilanjutkan dengan pengukuran OEE six big losses untuk mengetahui besarnya efisiensi yang hilang pada keenam faktor six big losses. Dari keenam faktor tersebut selanjutnya dicari faktor apa yang memberikan kontribusi terbesar yang mengakibatkan besarnya efisiensi pada mesin Extruder Matador.

Dengan diagram sebab akibat dapat dianalisa masalah sebenarnya yang menjadi penyebab utama tingginya kerugian yang mengakibatkan rendahnya efisiensi mesin Extruder Matador.

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil perhitungan OEE pada mesin Extruder Matador selama periode Januari 2009 – Oktober 2009 diperoleh nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) berkisar antara 11,51% sampai 85,78%. Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan mesin Extruder Matador

dalam mencapai target dan dalam pencapaian efektivitas penggunaan mesin/peralatan belum mencapai kondisi yang ideal (≥85%).

(5)

Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha

Esa yang telah memberikan kasih dan setia-Nya kepada penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan Karya Akhir dengan judul “Peningkatan Efektivitas Mesin

Extruder Matador EX920 Dengan Metode Overall Equipment Effectivess di PT. Central Proteina Prima Tbk.

Dalam penyusunan Karya Akhir ini, penulis banyak mendapat bimbingan

dan arahan dari berbagai pihak antara lain :

1. Bapak Ir. Poerwanto, MSc, selaku dosen pembimbing I yang telah banyak

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan karya akhir

ini.

2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT, selaku dosen pembimbing II yang telah

menyediakan waktu dan perhatian untuk membimbing penulis dalam

menyelesaikan karya akhir ini.

Karya Akhir ini disusun berdasarkan Buku Pedoman Karya akhir Program

Pendidikan Diploma IV Tahun 2007 yang telah direvisi.

Medan, Maret 2010 Penulis,

(6)

Dalam penulisan karya akhir ini, penulis banyak mendapat bantuan dari

berbagai pihak sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini

dengan kerendahan hati dan ketulusan hati penulis mengucapkan banyak terima

kasih kepada:

3. Bapak/Ibu Dosen Depertemen Teknik Industri atas ilmu dan nasehat yang

diberikan selama mengikuti perkuliahan.

4. Ibu Rosnani Ginting, MT, selaku ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Ir. Poerwanto, MSc, selaku dosen pembimbing I yang telah banyak

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan karya akhir

ini.

6. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT, selaku dosen pembimbing II yang telah

menyediakan waktu dan perhatian untuk membimbing penulis dalam

menyelesaikan karya akhir ini.

7. Bapak Tagor Situmorang, selaku pembimbing perusahaan di PT. Central

Proteina Prima Tbk dan seluruh pihak yang membantu penulis dalam

melakukan riset di PT. Central Proteina Prima Tbk.

8. Seluruh staf dan karyawan PT. Central Proteina Prima Tbk yang telah

memberikan bantuan baik berupa informasi dan dukungan moril selama

(7)

10.Seluruh keluarga besarku yang senantiasa memberikan dukungan baik berupa

doa serta dukungan semangat yang sangat berarti sekali bagi terselesaikannya

draft karya akhir ini.

11.Seluruh sahabat-sahabat Program Studi Teknik Manajemen Pabrik D4 ’04,

yang telah banyak memberikan dukungannya dalam menyelesaikan draft

karya akhir ini.

Medan, Maret 2010

Penulis,

(8)

BAB HALAMAN

LEMBAR SAMPUL

LEMBAR PENGESAHAN

RINGKASAN

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I. PENDAHULUAN……….………. I-1

1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1

1.2. Pokok Permasalahan ... I-2

1.3. Tujuan Pemecahan Masalah... I-3

1.4. Pembatasan Masalah ... I-3

1.5. Asumsi-asumsi yang Digunakan... I-4

1.6. Sistematika Penulisan Karya Akhir ... I-4

II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1

(9)

BAB HALAMAN

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2

2.3. Lokasi Perusahaan... II-3

2.4. Organisasi dan Manajemen ... II-4

2.5. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-6

2.6. Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-15

2.6.1. Tenaga Kerja ... II-15

2.6.2. Jam Kerja ... II-16

2.6.3. Sistem Pengupahan ... II-19

2.7. Proses Produksi ... II-20

2.7.1. Bahan ynag Digunakan ... II-21

2.7.2. Bahan Baku ... II-22

2.7.3. Bahan Tambahan... II-23

2.7.4. Bahan Penolong ... II-23

2.7.5. Uraian Proses Produksi ... II-24

2.8. Mesin dan Peralatan ... II-31

2.8.1. Mesin Produksi ... II-31

2.8.2. Peralatan ... II-38

2.8.3. Utilitas ... II-39

(10)

BAB HALAMAN

III. LANDASAN TEORI ... III-1

3.1. Pengertian dan Tujuan Maintenance ... III-1

3.1.1. Pengertian Maintenance ... III-1

3.1.2. Tujuan Maintenance ... III-2

3.2. Jenis-jenis Maintenance ... III-3

3.2.1. Planned Maintenance (Pemeliharaan Terencana) ... III-3

3.2.2. Unplanned Maintenance (Pemeliharaan Tak Terencana)... III-5

3.2.3. Autonomous Maintenance (Pemeliharaan Mandiri)... III-6

3.3. Tugas dan Pelaksanaan Kegiatan Maintenance ... III-7

3.4. Total Productive Maintenance (TPM) ... III-9

3.4.1. Pendahuluan ... III-9

3.4.2. Pengertian Total Productive Maintenance ... III-10

3.4.3. Manfaat Dari Total Productive Maintenance ... III-10

3.5. Analisa Produktivitas : Six Big Losses (Enam Kerugian Besar) ... III-11

3.6. Overall Equipment Effectiveness (OEE)... III-13

3.7. Diagram Sebab Akibat (Cause and Effect Diagram)... III-20

IV. METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1

(11)

BAB HALAMAN

4.2. Jenis Penelitian ... IV-1

4.3. Rancangan Penelitian ... IV-1

4.4. Variabel Penelitian ... IV-6

4.5. Instrumen Penelitian ... IV-6

4.6. Pelaksanaan Penelitian ...IV-6

4.7. Pengolahan dan Analisa Data ... IV-7

V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1

5.1. Pengumpulan Data ... V-1

5.2. Pengolahan Data ... V-5

5.2.1. Penentuan Ideal Cycle Time... V-5

5.2.2. Perhitungan Avialibility... V-7

5.2.3. Perhitungan Performance Efficiency... V-9

5.2.4. Perhitungan Rate of Quality Product... V-10

5.2.5. Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) ... V-12

5.2.6. Perhitungan OEE Six Big Losses... V-14

5.2.6.1. DowntimeLosses... V-14

5.2.6.2. Speed Loss... V-18

(12)

BAB HALAMAN

5.2.7. Pengaruh Six Big Losses... V-25

5.2.8. Diagram Sebab Akibat... V-27

VI. ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1

6.1. Analisa Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) ... VI-1

6.2. Analisa Perhitungan OEE Six Big Losses... VI-1

6.3. Analisa Diagram Sebab Akibat... VI-2

6.4. Usulan Penyelesaian Masalah ... VI-7

6.4.1. Usulan Penyelesaian Masalah Six Big Losses... VI-7

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

7.1. Kesimpulan ... VII-1

7.2. Saran ... VII-4

DAFTAR PUSTAKA

(13)

TABEL HALAMAN

2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja ... II-16

5.1. Data Waktu Kerusakan (Breakdown) Mesin Extruder Matador... V-2

5.2. Data Waktu Pemeliharaan Mesin Extruder Matador... V-3

5.3. Data Waktu Setup Mesin Extruder Matador... V-4

5.4. Data Produksi Mesin Extruder Matador... V-5

5.5. Data Ideal Cycle Time mesin Extruder Matador ...V-6

5.6. Data Availability mesin Extruder Matador ...V-8

5.7. Performance Efficiency Mesin Extruder Jan-Okt 2009………… V-9

5.8. Rate of Quality Product Mesin Extruder Periode Jan 2009 - Okt 2009...V-11

5.9. Perhitungan Overall Equipment Effectivenes (OEE) Mesin Extruder Matador

Periode Jan 2009 - Okt 2009...V-13

5.10. Breakdown Loss pada mesin Extruder Matador Periode Jan 2009 – Okt

2009...V-15

5.11. Set up and Adjustment Lossesdimesin Extruder Periode Feb 2009 –

Mei 2009 ...V-17

5.12. Data Nonproductive diMesin Extruder Matador Periode Jan 2009 –

Okt 2009...V-18

5.13. Idling an Minor Stoppages diMesin Extruder Matador Periode Jan 2009 –

(14)

TABEL HALAMAN

5.14. Reduced Speed Loss diMesin Extruder Matador Periode Jan 2009 –

Okt 2009...V-21

5.15. ReworkLossMesin Extruder Matador Periode Jan 2009 - Okt 2009 ...V-23

5.16. Yield/scrap Loss Mesin Extruder Matador Periode Jan 2009 - Okt 2009 .V-24

5.17. Persentase Faktor Six Big Losses mesin Extruder Matador Periode

Jan 2009 - Okt 2009 ...V-25

6.1. Persentase Faktor Six Big Losses mesin Extruder Matador Periode

Jan 2009 - Okt 2009 ...VI-2

6.2. Usulan Penyelesaian Masalah ... VI-7

(15)

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PT. Central Proteina Prima Tbk... II-6

2.2. Blok Diagram Pembuatan Pellet ... II-31

2.3. Gambar Mesin Extruder... II-39

3.1. Overall Equipment Effectivenessand Goals... III-14

3.2. Alur Pengukuran Nilai OEE ... III-20

3.3. Diagram Sebab Akibat ... III-22

4.1. Tahapan Proses Pemecahan Masalah... IV-4

4.2. Blok Diagram Perhitungan Overall Equipment Effectiveness ……... IV-5

5.1. Persentase Availability mesin Extruder Matador... V-8

5.2. Persentase Performance Efficiency mesin Extruder Matador... V-10

5.3. Persentase . Rate of Quality Product mesin Extruder Matador... V-12

5.4. Persentase Overall Equipment Effectiveness mesin Extruder Matador.... V-13

5.5. Persentase Breakdown Loss mesin Extruder Matador... V-15

5.6. Persentase Set up and Adjustment Losses mesin Extruder Matador... V-17

5.7. Persentase Idling an Minor Stoppages mesin Extruder Matador... V-20

5.8. Persentase Reduced Speed Loss mesin Extruder Matador... V-21

5.9. Persentase . ReworkLoss mesin Extruder Matador... V-23

5.10. Persentase Yield/scrap Loss mesin Extruder Matador... V-25

5.11. Persentase . Six Big Losses mesin Extruder Matador... V-26

(16)

GAMBAR HALAMAN

5.13. Cause Effect Diagram ReworkLoss mesin Extruder Matador... V-27

6.1. Persentase Six Big Losses ... VI-2

6.2. Bar Chart Six Big Losses Mesin Extruder Matador Periode Jan 2009 –

(17)

LAMPIRAN HALAMAN

1. Data Mesin Extruder Matador ...L-1

2. Form Karya Akhir ….…...L-2

3. SK Tugas Sarjana...L-3

4. Surat Balasan dari Perusahaan ...L-4

5. Surat Penjajakan Perusahaan ...L-5

6. Lembar Asistensi Dosen Pembimbing ...L-6

(18)

berhubungan dengan efektivitas mesin/peralatan yang diakibatkan oleh six big losses. Pada mesin Extruder Matador ini masalah yang sering terjadi adalah menurunnya kemampuan kerja dari mesin diakibatkan oleh terjadinya kegosongan pakan yang menjadi kerak-kerak pada permukaan plat-plat sehingga mengakibatkan menurunnya efisiensi kerja mesin Extruder Matador, hal ini mengakibatkan kondisi mesin menjadi menyimpang dari keadaan semula.

Total Productive Maintenance (TPM) adalah suatu prinsip manajemen untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi perusahaan dengan menggunakan mesin secara efektif. Tidak tepatnya penanganan dan pemeliharaan mesin akan mengakibatkan kerugian-kerugian disebut dengan Six Big Losess yaitu

breakdown losses, set-up and adjustment losses, reduced speed losses, idling and minor stoppages, rework losses dan yield scrap losses.

Tahapan pertama dalam usaha peningkatan efisiensi produksi pada perusahaan ini adalah dengan melakukan pengukuran efektifitas mesin Extruder Matador dengan menggunakan metode Overall Equipment Effectifitas (OEE) yang kemudian dilanjutkan dengan pengukuran OEE six big losses untuk mengetahui besarnya efisiensi yang hilang pada keenam faktor six big losses. Dari keenam faktor tersebut selanjutnya dicari faktor apa yang memberikan kontribusi terbesar yang mengakibatkan besarnya efisiensi pada mesin Extruder Matador.

Dengan diagram sebab akibat dapat dianalisa masalah sebenarnya yang menjadi penyebab utama tingginya kerugian yang mengakibatkan rendahnya efisiensi mesin Extruder Matador.

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil perhitungan OEE pada mesin Extruder Matador selama periode Januari 2009 – Oktober 2009 diperoleh nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) berkisar antara 11,51% sampai 85,78%. Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan mesin Extruder Matador

dalam mencapai target dan dalam pencapaian efektivitas penggunaan mesin/peralatan belum mencapai kondisi yang ideal (≥85%).

(19)

1.1. Latar Belakang Permasalahan

PT. Central Proteina Prima Tbk adalah perusahaan yang bergerak dalam

pengolahan produk makanan ternak ikan. Proses pembuatan pakan ternak ikan ini

sendiri tidak terlepas dari kinerja mesin Extruder Matador yang berfungsi sebagai

pencetak pakan ikan floating.

Mesin pencetak pakan floating yang digunakan di PT. Central Proteina

Prima Tbk adalah mesin Extruder Matador. Pada mesin Extruder Matador ini

masalah yang sering terjadi adalah menurunnya kemampuan kerja dari mesin

diakibatkan oleh terjadinya kegosongan pakan yang menjadi kerak-kerak pada

permukaan plat-plat sehingga mengakibatkan menurunnya efisiensi kerja mesin

Extruder Matador, hal ini mengakibatkan kondisi mesin menjadi menyimpang

dari keadaan semula.

Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya peningkatan hasil produksi

baik dalam hal kualitas maupun kuantitas. Salah satu faktor pendukung

peningkatan hasil produksi tersebut adalah dengan meningkatkan nilai efisiensi

dari mesin dan peralatan yang ada. Pemeliharaan kondisi mesin-mesin dan

peralatan-peralatan pendukung sistem produksi juga merupakan komponen

penting dalam manajemen pemeliharaaan mesin/peralatan di lantai pabrik.

Proses peningkatan efisiensi sering dilakukan pada mesin Extruder

(20)

permasalahan yang sesungguhnya. Hal ini disebabkan karena tidak diketahui

dengan jelas permasalahan yang terjadi dan faktor-faktor yang menyebabkannya..

Untuk itu diperlukan suatu metode yang mampu mengungkapkan permasalahan

dengan jelas agar dapat dilakukan peningkatan kerja peralatan dengan optimal.

Atas dasar itu, maka perlu dilakukan perhitungan efisiensi mesin/peralatan

yang dapat menyentuh atau menjangkau seluruh aspek yang terkait dengan kinerja

mesin. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kinerja mesin atau

peralatan yang ada.

.

1.2. Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang menjadi fokus

pembahasan dalam penelitian ini adalah terjadinya shutdown pada mesin Extruder

Matador yang tidak terencana yang diakibatkan oleh kerusakan mesin yang terjadi

pada saat proses produksi sedang berjalan. Hal ini terjadi karena masih rendahnya

efektifitas penggunaan mesin/peralatan dan ketidakmampuan dalam pengelolaan

perawatan secara tepat, sehingga perlu dilakukan pengidentifikasian terhadap

faktor-faktor dominan dari kerugian yang diakibatkan oleh kerusakan mesin, dan

melakukan analisa terhadap penyebab besarnya kontribusi faktor-faktor tersebut.

Hasil identifikasi kemudian dapat menjadi masukan bagi perusahaan untuk

(21)

1.3. Tujuan Pemecahan Masalah

Tujuan penelitian ini terbagi atas tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat efektifitas

penggunaan mesin/peralatan produksi secara menyeluruh dengan metode Overall

Equipment Effektivitas.

2. Tuhuan Khusus

- Untuk mengetahui tingkat efektifitas mesin Extruder Matador secara

menyeluruh yang akan memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan untuk

program peningkatan produktivitas dan efisiensi perusahaan.

- Untuk mendapatkan nilai OEE dari mesin produksi pada lini produksi yang

ditentukan.

- Untuk mengetahui besarnya masing-masing faktor yang terdapat pada Six Big

Losses yang memberikan kontribusi terbesar dari keenam faktor tersebut.

1.4. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan ini, maka dibuat

batasan-batasan masalah sebagai berikut:

1. Penelitian hanya dilakukan pada stasiun gilingan dan penelitian difokuskan

pada mesin Extruder Matador

(22)

dibahas.

4. Penelitian yang dilakukan tidak sampai ke perhitungan biaya

5. Penelitian yang dilakukan hanya sampai kepada pemberian usulan perbaikan.

1.5. Asumsi-asumsi yang Digunakan

1. Tidak terjadinya perubahan sistem produksi selama penelitian ini berlangsung.

2. Pengukuran yang dilakukan dianggap sebagai langkah awal dimulainya

program perbaikan mesin/peralatan sehingga pengukuran yang bertujuan

menganalisa permasalahan yang berkaitan dengan produktifitas dan efisiensi

yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

3. Metode kerja dan teknologi yang digunakan tidak berubah.

.

1.6. Sistematika Penulisan Karya Akhir

Untuk memudahkan penulisan, pembahasan dan penilaian Karya Akhir

ini, maka dalam pembuatannya akan dibagi menjadi beberapa bab dengan

(23)

tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi yang digunakan dan

sistematika penulisan.

BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini berisi tentang sejarah dan gambaran umum perusahaan,

organisasi, manajemen perusahaan dan uraian proses produksi.

BAB III : LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan teori-teori yang menunjang, penyelesaian

masalah yaitu studi kepustakaan yang berkaitan dengan teori-teori

yang merupakan landasan bagi pemecahan persoalan dan hasil

studi kepustakaan lainnya yang dianggap turut membantu

pemecahan masalah.

BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang langkah-langkah atau tahap-tahap yang

dijadikan acuan untuk menyelesaikan permasalahan dalam

melakukan penelitian sesuai dengan teori-teori yang digunakan

(24)

cara pengolahan data yang diperoleh sesuai dengan model yang

telah ditetapkan dan langkah-langkah yang digunakan.

BAB VI : ANALISA

Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil yang diperoleh dari

pemecahan masalah.

BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memberikan kesimpulan dari keseluruhan pembahasan

yang dilakukan dan saran-saran yang diharapkan dapat berguna

(25)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Central Proteina Prima Tbk merupakan pabrik makanan ternak yang

pada awalnya bernama PT. Charoen Pokphand Indonesia yang berganti nama

pada bulan januari 2009, berdiri di Bangkok pada tahun 1953 atas prakarsa dua

orang bersaudara, Chia ek chow dan Chia seow whooy. Perusahaan ini

menyediakan bibit tanaman bagi petani dan kemudian membeli kembali hasil

panen yang dihasilkan para petani, kemudian memprosesnya menjadi makanan

ternak.

Jaringan perusahaan PT. Central Proteina Prima Tbk semakin luas dan pada

tahun 1970, dengan semakin meningkatnya permintaan produk pakan ternak di

asia, perusahaan ini pun melebarkan sayapnya sampai ke Hongkong, Singapura,

Taiwan, Malaysia, dan Indonesia.

PT. Central Proteina Prima Tbk merupakan anak perusahaan dari Charoen

Pokphand Overseas Invesment Co.ltd. Hongkong, yang bergerak di bidang

produksi pakan ternak serta di bidang peternakan ayam dan tambak udang.

PT. Central Proteina Prima Tbk yang berfasilitas PMA (penanaman modal

asing), ini didirikan pertama kali di Jakarta atas izin dari pemerintah Republik

Indonesia berdasarkan surat keputusan menteri perindustrian Republik Indonesia

(26)

1972 dengan kapasitas produksi 20.000 ton per tahun, dengan hasil produk berupa

makanan ternak kuda, lembu, dan ayam.

Dengan meningkatnya konsumsi pangan dan pertambahan jumlah penduduk

yang pesat maka kebutuhan akan pakan ternak semakin meningkat. Menanggapi

perkembangan ini, PT. Central Proteina Prima Tbk memperluas kegiatan usaha

dan juga pasarnya dengan mendirikan dua pabrik baru, masing–masing di

Surabaya pada tahun 1976 dan di Medan pada tahun 1979.

Pada tahun 1988, karena didorong oleh semakin meningkatnya pasaran

ekspor udang, maka PT. Central Proteina Prima Tbk menambah pakan udang ke

dalam rangkaian produksi pakan unggasnya yang sudah sedemikian berkembang.

Hal ini ditandai dengan membuka sebuah pabrik baru di Medan dengan kapasitas

40.000 ton pakan udang setiap tahunnya. Pabrik ini mulai beroperasi pada tahun

1990.

Dewasa ini, PT. Central Proteina Prima Tbk merupakan produsen pakan

ternak terkemuka di Indonesia dengan suatu jaringan pabrik produksi, fasilitas

penelitian dan pengembangan, serta pusat–pusat pembibitan unggas yang tersebar

di Jakarta, Medan, dan Surabaya.

2.2. Ruang lingkup bidang usaha

Kegiatan operasional pada PT. Central Proteina Prima Tbk dibagi menjadi

(27)

1. Farming Division

Divisi ini mengelola bidang usaha pengembangbiakan ternak, pengolahan

makanan ternak serta pemasarannya.

2. Aqua Culture Division

Divisi ini mengelola bidang usaha pertambakan udang, pengolahan makanan

udang dan ikan serta pemasarannya.

Pada saat ini perusahaan mengeluarkan tiga merek dagang makanan udang

dengan nama Bintang, Novo, dan CP, yang masing–masing memiliki 8 jenis

produk.

2.3. Lokasi perusahaan

Penelitian ini dilakukan pada PT. Central Proteina Prima Tbk, yang

berlokasi di jalan Medan–Tanjung morawa Km. 8,5 RT. 04/RW. O2, kelurahan

Tumbang Deli, kecamatan Medan Amplas, dengan luas tanah 17. 595 m2.

Pemilihan lokasi ini sangat tepat untuk industri bila ditinjau dari beberapa

aspek seperti :

1. Transportasi

Pabrik berada di tepi jalan raya antar lintas Sumatera dan juga di tepi pintu

masuk jalan tol Medan–Belawan. Ini berarti mempermudah transportasi

(28)

2. Keperluan Tanah dan Air

Perusahaan ini dibangun di atas tanah milik perusahaan itu sendiri, bukan

menyewa atau kontrak. Untuk keperluan air tidak menjadi masalah karena

sumber air ada di lokasi pabrik.

3. Keadaan Tanah

Tanah Lokasi pabrik merupakan dataran rendah dan memenuhi syarat untuk

membangun pabrik, tidak berbukit atau rawa–rawa.

2.4. Organisasi Dan Manajemen

Struktur organisasi merupakan susunan yang terdiri dari fungsi–fungsi dan

hubungan–hubungan yang menyatakan keseluruhan kegiatan untuk mencapai

suatu tujuan. Secara fisik struktur organisasi dapat dinyatakan dalam bentuk

gambaran grafik yang memperlihatkan hubungan unit–unit organisasi dan garis–

garis wewenang yang ada.

Dari suatu struktur organisasi kita dapat memperoleh gambaran tentang

beberapa hal yaitu :

1. Struktur organisasi dapat memperlihatkan karakteristik utama dari perusahaan

yang bersangkutan

2. Struktur organisasi dapat memperlihatkan gambaran pekerjaan dan hubungan

yang ada dalam perusahaan.

3. Struktur organisasi dapat digunakan untuk merumuskan rencana kerja yang

ideal sebagai pedoman untuk dapat mengetahui siapa bawahan dan siapa

(29)

Struktur organisasi suatu perusahaan tentu akan berbeda dengan struktur

organisasi perusahaan lainnya, hal ini tergantung pada besar kecilnya perusahaan.

PT. Central Proteina Prima Tbk membutuhkan suatu struktur organisasi yang

tepat agar dapat secara efektif dan efisien mengatur dan menjelaskan tugas – tugas

anggota organisasinya. Adapun bentuk struktur organisasi yang dilaksanakan PT.

Central Proteina Prima Tbk adalah berbentuk lini fungsional . Struktur organisasi

(30)
(31)

2.5. Tugas, Wewenang Dan Tanggung Jawab

Uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari masing–masing jabatan

yang ada di PT. Central Proteina Prima Tbk adalah sebagai berikut :

1. General Manager

General Manager merupakan pucuk pimpinan tertinggi di dalam perusahaan

yang bertanggung jawab atas semua aktivitas yang ada di perusahaan dan

memegang wewenang dalam memutuskan setiap kebijaksanaan perusahaan.

Maju mundurnya perusahaan tergantung pada sistem kepemimpinan yang

dibawakannya. General Manager bertanggungjawab kepada vice president

yang berkedudukan di pusat (Jakarta).

a. Menetapkan langkah–langkah pokok dalam melaksanakan kebijaksanaan

perusahaan dan sasaran–sasaran perusahaan.

b. Mengambil keputusan–keputusan dan tindakan yang tepat demi

kepentingan dan kelangsungan jalannya perusahaan sehingga segala

aktivitas organisasi menuju tujuan perusahaan.

c. Mengadakan hubungan kerja dengan pihak luar perusahaan, baik pihak

swasta maupun pemerintah.

d. Memimpin dan mengawasi kegiatan perusahaan setiap harinya

e. Menkoordinir tugas–tugas yang didelegasikan kepada tiap–tiap bagian dan

menjalin hubungan kerja yang baik dengan para karyawan perusahaan

(32)

2. Internal Control

Internal control bertugas memeriksa dan mengawasi kegiatan perusahaan

ataupun setiap tindakan yang dilakukan oleh direktur utama maupun para

manajer. Dalam operasional perusahaan, internal control berfungsi sebagai staff

ahli yang berwenang untuk memberikan saran–saran bagi perkembangan

kemajuan perusahaan.

Internal Control ini berkedudukan di pusat (Jakarta) dan biasanya

diterjunkan langsung ke perusahaan berdasarkan instruksi vice president dari

Jakarta, yang biasanya 4 kali dalam setahun.

3. Marketing Manager

Marketing manager perusahaan bertanggung jawab atas kelancaran

penjualan dan tercapainya target penjualan. Selain itu juga marketing manager

bertanggung jawab kepada pemimpin perusahaan untuk melaporkan mengenai

hasil penjualan baik secara lisan maupun tulisan.

Adapun tugas-tugas dari marketing manager adalah sebagai berikut :

a. Merencanakan strategi pemasaran yang baik yaitu mencakup jenis produk,

harga, pendistribusian, dan promosi produk yang telah dipasarkan serta

produk yang akan dipasarkan

b. Mengadakan penelitian pasar untuk mengetahui tingkat kebutuhan

konsumen, marketing share, dan tingkat persaingan sehingga dapat

ditentukan kebijaksanaan atau rencana jumlah penjualan.

(33)

4. Production Manager bertanggung jawab atas seluruh pelaksanaan kegiatan

produksi. Tugas-tugas dari Production Manager ini adalah :

a. Mengawasi dan merencanakan produksi agar sesuai dengan spesifikasi dan

standar mutu yang telah ditentukan.

b. Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan produksi untuk mendeteksi

kekurangan dan penyimpangan sehingga dapat dilakukan perbaikan.

5. Export Import Manager

Export import manager bertugas dan bertanggung jawab atas segala

aktivitas pengiriman dan penerimaan barang–barang dari dan keluar negeri

dengan terlebih dahulu memeriksa barang–barang tersebut apakah ada yang rusak

atau hilang.

6. Purchasing Manager

Tugas–tugas dari Purchasing manager adalah :

a. Mengkordinir seluruh aktivitas yang berhubungan dengan pembelian,

penyimpanan, dan pendistribusian bahan–bahan yang dipergunakan oleh

perusahaan.

b. Merencanakan sistem pengadaan dan persediaan bahan.

c. Mempersiapkan permintaan kebutuhan bahan, dan menetapkan harga

standar bahan.

7. Finance Manager

Finance Manager bertugas untuk :

(34)

b. Memeriksa dan menganalisa semua transaksi keuangna baik pemasukan

maupun pengeluaran.

c. Memeriksa dan menganalisa semua transaksi keuangan baik pemasukan

maupun pengeluaran.

d. Menerima order dari bagian marketing.

e. Mengkoordinir pemberian diskon penjualan kepada langganan melalui

kerjasama dengan sales head.

8. Accounting Manager

Tugas – tugas yang dibebankan kepada Accounting Manager adalah :

a. Mengkoordinir seluruh kegiatan pencatatan mengenai pembukuan dan

kekayaan perusahaan, baik keluar maupun kedalam perusahaan.

b. Menyusun dan memeriksa laporan realisasi anggaran bulanan, tri wulan,

tahunan maupun insidentil.

9. Sales Head

Sales Head bertugas untuk :

a. Melakukan riset dan penelitian terhadap kebutuhan konsumen akan jenis

produk yang diminati.

b. Melakukan riset dan penelitian kemungkinan adanya peluang pasar baru di

beberapa lokasi daerah pemasaran.

c. Bertanggung jawab atas distribusi produk ke beberapa daerah pemasaran.

(35)

10.Quality Control Head

Tugas–tugas yang dibebankan kepada Quality Control Head adalah :

a. Melakukan pengawasan terhadap mutu bahan baku hingga menjadi produk

jadi.

b. Mengendalikan standar penggunaan bahan yang telah ditetapkan.

c. Melakukan analisa dan perbandingan mutu terhadap produk sejenis dari

perusahaan saingan.

d. Mengadakan riset terhadap proyek–proyek pengembangan mutu produk

dan jenis produk.

11.Production Head

Adapun tugas – tugas dari Production Head adalah sebagai berikut :

a. Mengkordinir dan mengawasi seluruh bagian pengolahan yang ada di

lantai pabrik, agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana.

b. Melakukan perencanaan pekerjaan dan waktu produksi.

c. Mengkordinir pembagian tugas bawahannya.

d. Merencanakan pemakaian bahan baku, bahan tambahan dan bahan

penolong.

e. Memberikan laporan kegiatan produksi secara rutin kepada Production

(36)

12.Personnel And General Affair (Ga) Head

Personnel And General Affair (Ga) Head adalah kepala administrasi bagian

umum yang mengurus pelaksanaan kerja bagian umum dan personalia. Adapun

tugas–tugasnya adalah sebagai berikut :

a. Mengawasi rencana dan pelaksanaan program pelayanan umum dan

pemeliharaan lokasi pabrik, meliputi perencanaan dan pembangunan

bangunan baru, rehabilitasi dan sarana lain, perawatan taman, lingkungan

serta kebersihan kantor dan pelayanan.

b. Mengawasi tugas–tugas penyelesaian izin dan rekomendasi dari instansi

pemerintah yang berwenang yang wajib dimiliki perusahaan

c. Mengawasi aktivitas sehari-hari yang berhubungan dengan fungsi

administrasi personalia, hubungan dengan tamu.

d. Menangani dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan

kepersonaliaan baik intern maupun ekstern serta mempersiapkan data–data

dan formulir-formulir yang dibutuhkan untuk memproses hal–hal yang

berkaitan dengan kepersonaliaan baik informatif maupun administratif.

e. Menyusun, menyimpan, dan menjaga data–data karyawan dari semua

departemen agar kerahasiaannya dapat terjamin.

f. Menyiapkan surat–surat dan dokumen yang diperlukan sehubungan

dengan tugas–tugas personalia dan membuat agendanya serta

(37)

g. Menyelesaian administrasi dalam hubungannya dengan prosedur

penerimaan karyawan, promosi, pengalihan tugas, penilaian prestasi kerja,

pemberhentian karyawan, serta kontrak kerja karyawan.

h. Melaksanakan program kerja Jamsostek serta membuat laporan

administrasi lainnya yang berkaitan dengan semua masalah Astek

termasuk Claim kepada Perum Astek.

i. Menjalankan kebijaksanaan dan prosedur serta mengerjakan dan

merapikan data Personal Information system yang telah ditetapkan oleh

Human Resources Departemen Kantor Pusat Jakarta.

j. Membuat laporan perhitungan gaji, upah lembur, tunjangan karyawan dan

semua yang berhubungan dengan pendapat karyawan dan hak karyawan.

k. Memelihara dan menjaga hubungan baik dengan semua departemen serta

instansi dan serikat kerja.

13.Material and Analysis Section Head

Tugas–tugasnya adalah:

a. Melakukan pengujian laboratorium terhadap bahan baku, bahan

setengah jadi, dan produk jadi.

b. Melakukan analisa dan kontrol terhadapa bahan baku, bahan

setengah jadi dan produk jadi.

c. Menyusun laporan hasil analisa bahan baku, bahan setengah jadi,

(38)

14.Production Supervisor

Production Supervisor bertugas :

a. Mengendalikan persediaan bahan baku, bahan tambahan, bahan

penolong.

b. Mengendalikan persediaan barang jadi.

c. Menentukan jenis produk yang akan diproduksi setiap hari.

15.Maintenance Supervisor

Maintenance Supervisor bertugas:

a. Menjamin kelancaran operasi mesin secara keseluruhan.

b. Melakukan pemeriksaan dan perawatan mesin–mesin produksi.

c. Memperbaiki dan bertanggung jawab atas kerusakan mesin–mesin

produksi.

16.Factory Administration Supervisor

Tugas–tugas yang dibebankan kepadanya adalah sebagai berikut:

a. Mengawasi dan mencatat kegiatan pemasukan dan pengeluaran

barang dari dan ke gudang. Barang–barang ini termasuk bahan baku,

bahan tambahan, bahan penolong serta produk jadi.

b. Mengontrol keadaan bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong

serta produk jadi.

c. Bertanggung jawab atas kerusakan bahan baku, bahan tambahan,

bahan penolong serta produk jadi.

d. Membuat laporan persediaan bahan baku, bahan tambahan, bahan

(39)

17.Section Hed Level Staff

Section Hed Level Staff (SHLS) membantu tugas–tugas yang dibebankan

kepada Personel and GA Head antara lain adalah:

a. Melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap sistem kerja supir,

baik untuk kerja rutin mengantar dan menjemput karyawan maupun

tugas–tugas untuk GA serta Departemen lainnya.

b. Melaksanakan tugas bagian umum yang berkaitan dengan pelayanan

kepada semua departemen seperti perbaikan lampu, air, AC, meja,

kursi, kebersihan ruangan dan lain–lain.

c. Memeriksa dan meneliti jam kerja lembur supir serta mengoreksi

melalui catatan absensi setiap bulannya.

d. Melakukan pengaturan serta pengawasan terhadap kerja office boy

dalam tugasnya sehari–hari.

e. Mengumpulkan kartu absensi dan membagikannya kepada semua

departemen setiap awal bulannya.

f. Pengurusan kenderaan, misalnya reparasi.

g. Membuat laporan telepon untuk setiap bulannya.

18.Sales Administration

Sales Administration bertugas untuk:

1. Mencatat data–data penjualan produk dari setiap daerah pemasaran

dan menyusun laporan hasil penjualan produk setiap bulannya.

2. Mencatat jumlah produk yang didistribusikan ke setiap daerah

(40)

yang telah didistribusikan ke setiap daerah pemasaran setiap

bulannya.`

19.Sales Area I

Tugas dari Sales Area I adalah melakukan kegiatan daerah pemasaran

(riset pasar, melakuakn promosi, dan lain–lain) untuk pemasaran Area I.

20.Sales Area II

Tugas dari Sales Area II adalah melakukan kegiatan pemasaran untuk

pemasaran Area II.

21.Sales Area III

Tugas dari Sales Area III adalah melakukan kegiatan pemasaran untuk

pemasaran Area III.

22.Sales Area IV

Tugas dari Sales Area IV adalah melakukan kegiatan pemasaran untuk

pemasaran Area IV.

23.Karyawan

Karyawan merupakan pelaksana harian kegiatan–kegiatan perusahaan sesuai

dengan pengarahan atasannya dan sesuai dengan bidangnya masing–masing.

2.6. Tenaga Kerja, Jam Kerja dan Sistem Pengupahan.

2.6.1. Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja yang digunakan pada PT. Central Proteina Prima Tbk

(41)

sebanyak 32 orang, dan tenaga kerja harian sebanyak 57 orang. Perincian jumlah

tenaga kerja ini adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Perincian Jumlah Tenaga Kerja

PT. . Central Proteina Prima Tbk

13. Material & Production Analysis Section Head 2

14. Production Supervisor 2

15. Maintenance Supervisor 2

16. Factory Administration Supervisor 2

17. Section Head Level Staff 1

18. Karyawan Administration Penjualan 4

19. Sales Area I 5

20. Sales Area II 5

21. Sales Area III 5

22. Sales Area IV 5

23. Karyawan Quality Control 20

24. Karyawan Production 54

25. Karyawan Maintenance 20

26. Karyawan Factory Administration 3

27. Karyawan Personalis 21

28. Karyawan Export Import 3

29. Karyawan Purchasing 7

30 Karyawan Finance 7

31 Karyawan Accounting 7

TOTAL 191

(42)

2.6.2. Jam Kerja

Jumlah hari kerja pada PT. Central Proteina Prima Tbk adalah lima hari

kerja dalam seminggu (Senin sampai Jumat) untuk bagian produksi dan non

produksi, sedangkan bagian keamanan bekerja setiap hari (Senin sampai Minggu).

Pembagian jam kerja untuk setiap bagian adalah sebagai berikut:

a. Satu shift untuk bagian non–produksi (8 jam sehari) dengan perincian

sebagai berikut:

o Jam 08.00 – 12.00 WIB : Kerja Aktif

o Jam 12.00 – 13.00 WIB : Istirahat

o Jam 13.00 – 17.00 WIB : Kerja Aktif

b. Dua shift untuk bagian produksi (14 jam sehari), dimana shift sama

dengan bagian non produksi, sedangkan shift II adalah sebagai berikut:

o Jam 17.00 – 20.00 WIB : Kerja Aktif

o Jam 20.00 – 21.00 WIB : Istirahat

o Jam 21.00 – 24.00 WIB : Kerja Aktif

c. Bagian keamanan (Satpam) dibagi menjadi tiga kelompok dengan anggota

tiap kelompok berjumlah 3 orang, dan dilakukan pergantian setiap 7 jam.

Selain itu, ketentuan jam kerja lembur pada PT. Central Proteina Prima Tbk

adalah sebagai berikut:

a. Kerja pagi dan sore:

o Melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu untuk 5 hari

(43)

o Melebihi 7 jam sehari atau 40 jam seminggu dan hari Sabtu

adalah 6 jam sehari untuk 6 hari kerja dalam semingu.

b. Kerja pada malam hari :

o Melebihi 7 jam sehari untuk 5 hari kerja seminggu atau 6 hari

kerja dalam seminggu.

2.6.3. Sistem Pengupahan

Penetapan upah dasar pada PT. Central Proteina Prima Tbk diberikan

sesuai ketentuan yang dikeluarkan pemerintah melalui Departemen Tenaga Kerja

mengenai UMR (Upah Minimum Regional) yang berlaku yaitu Rp.8000 per hari.

Pemberian upah ditetapkan setelah melihat jam kerja, hari kerja, lembur dan

golongan.

Adapun sistem pengupahan karyawan perusahaan dibagi atas:

1) Karyawan tetap untuk karyawan bulanan

Karyawan tetap adalah karyawan yang bekerja tetap pada perusahaan yang

setiap bulannya menerima gaji pada akhir bulan.

2) Gaji harian untuk karyawan harian

Karyawan harian adalah karyawan yang bekerja dan mendapat upah

menurut jam kerja dalam sehari dan dibayarkan setiap akhir minggu.

3) Gaji borongan untuk karyawan borongan

Karyawan borongan adalah karyawan yang bekerja dan mendapat upah atas

suatu beban pekerjaan yang diborongkan kepadanya dan upah dibayarkan

(44)

Disamping gaji pokok, diberikan juga uang makan, uang pengobatan serta

lembur dan asuransi tenaga kerja.

Perincian tentang tunjangan–tunjangan yang diberikan adalah sebagai

berikut:

a. Tunjangan Hari Raya dan Natal

Tunjangan Hari Raya dan Natal untuk pekerja yang mempunyai masa

kerja satu tahun penuh secara terus menerus biasanya adalah satu bulan gaji.

Sedangkan untuk pekerja yang mempunyai masa kerja belum mencapai satu

tahun, maka tunjangan ditetapkan menurut perhitungan banyaknya bulan

selama yang bersangkutan bekerja dibagi atas 12 bulan dan dikalikan upah

per bulan

b. Tunjangan makan, diberikan kepada pekerja perbulan besarnya Rp.45.000

dan dibayarkan bersama–sama dengan pembayaran upah pekerja.

c. Bonus tahunan akan diberikan berdasarkan kemampuan perusahaan dan

sepenuhnya ditetapkan oleh perusahaan dengan memperhatikan prestasi

kerja masing–masing karyawan.

d. Tunjangan kematian, tunjangan melahirkan, uang pengobatan.

e. Kepada pekerja yang mencapai masa kerja yang berturut–turut 10 tahun,

maka perusahaan akan memberikan tanda penghargaan dalam bentuk

tanda mata yang akan ditentukan perusahaan.

Selain gaji pokok dan upah tambahan, kepada karyawan dilakukan juga

(45)

a. Pajak PPh sebesar 15%.

b. Hutang karyawan kepada koperasi perusahaan.

Dalam meningkatkan kesejahteraan karyawannya, perusahaan memberikan

Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) serta setiap pekerja dimasukan ke

Astek (Asuransi Tenaga Kerja).

2.7. Proses Produksi

Pakan udang merupakan makanan udang yang berbentuk butiran–butiran

kecil dengan ukuran tertentu. Tujuan pembuatan makanan udang ini adalah untuk

memberikan makanan yang bergizi bagi udang sehingga proses pertumbuhan dan

perkembangan udang dapat berlangsung dengan cepat.

Didalam pembuatan makanan udang ini tidak semudah membuat makanan

ternak lainnya, seperti makanna ayam dan ikan. Butiran makanan udang ini harus

benar–benar dijaga kualitasnya, karena udang termasuk ternak yang suka memilih

makanan. Sedikit tidak sesuai dengan makanannya, maka udang cenderung tidak

mau makan, sehingga makanan tersebut terbuang sia–sia. Oleh karena itu

perusahaan telah melakukan riset dan penelitian sehingga didapat butiran

makanan udang seperti sekarang ini, dimana makanan ini mengandung gizi yang

tinggi dan menarik minat udang.

2.7.1. Bahan–bahan yang Digunakan

Udang merupakan sumber protein yang bernilai tinggi dan mahal harganya.

(46)

Indonesia maupun ke luar negeri, maka perusahaan ini mengelola berbagai bahan

baku serta bahan–bahan tambahan lain yang diharapkan dapat menghasilkan

makanan yang berkualitas dan dapat memberikan kepuasan pada para pelanggan.

Dalam rangka mencapai kepuasan pelanggan, maka bahan–bahan yang

dipergunakan dalam pembuatan makanan udang ini harus dijaga agar jangan

sampai rusak dan perlu diawasi dengan cermat, sehingga dapat dihindarkan dari

hal–hal yang dapat merugikan pihak perusahaan maupun masyarakat. Selain itu,

untuk mendapatkan bahan baku maupun bahan tambahan yang baik, maka pihak

perusahaan selain melakukan pemesanan dari dalam negeri juga memesan bahan-

bahan dari luar negeri.

2.7.2. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan utama yang membentuk bagian integral dari suatu

produk dimana bahan tersebut memiliki persentase terbesar dibandingkan dengan

bahan–bahan lainnya.

Adapun bahan baku yang dipergunakan dalam pembuatan makanan udang

oleh PT. . Central Proteina Prima Tbk adalah sebagai berikut:

1. Jagung

Jagung merupakan bahan baku utma dalam pakan ternak, karena

memberikan energi metabolisme terbesar, dan kandungan air diatas 15%.

2. Bangkil kacang kedelai(Bkk)

(47)

3. Tepung Ikan

Tepung ikan mengandung protein, lemak, kalsium serta memberikan

energi metabolisme tambahan bagi udang

4. Tepung Kepala Udang

Tepung kepala udang digunakan sebagai sumber protein dan mengandung

unsur fosfor, kalsium dan lemak

5. Tepung cumi-cumi

Tepung cumi–cumi merupakan sumber protein, lemak dan pembangkit

selera udang

6. Tepung terigu

Tepung terigu digunakan sebagai sumber karbohidrat bagi udang.

2.7.3. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan–bahan yang digunakan dalam proses

produksi dan ditambahkan ke dalam proses pembuatan produk yang sama

persentase komposisinya kecil tetapi cukup mempengaruhi kualitas produk.

Kebanyakan dari bahan–bahan tambahan yang digunakan dalam

pembuatan makanan udang ini didatangkan dari luar negri. Adapun tambahan

yang digunakan dalam proses produksi pembuatan makanan pada PT. . Central

Proteina Prima Tbk adalah sebagai berikut:

1. Minyak ikan

(48)

3.Vitamin, mineral dan obat – obatan

2.7.4. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan–bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan

suatu produk atau bahan yang bukan merupkan komposisi tetapi digunakan

sebagai pelengkap produk dimana keberadaannya menambah nilai produk

tersebut.

Adapun bahan penolong dalam pembuatan makanan udang ini antar lain :

1. Karung Plastik

Karung plastik digunakan sebagai wadah kemasan makanan udang yang

dihasilkan dengan muatan 25 Kg.

2.Benang Jahit

Benang jahit digunakan untuk pengikat / penutup karung plastik setelah diisi

dengan makanan udang..

3. Bahan bakar

4.Minyak pelumas

5.Air

2.7.5. Uraian Proses Produksi

Proses pembuatan makanan udang PT. Central Proteina Prima Tbk

dilakukan dengan dua line produksi yang biasanya dapat menghasilkan 700 ton

pakan udang setiap bulannya. Tahapan–tahapan proses dalam memproduksi

(49)

1. Penuangan

Penuangan bahan dilakukan secara manual melalui intake yaitu intake I dan

intake II. Bahan baku yang halus seperti terigu dan remix (dust) yang merupakan

sisa hasil pengayakan pellet yang undersize dituang pada intake I, sedangkan

bahan baku yang kasar seperti tepung ikan, bungkil kacang kedelai, tepung kepala

udang, dan tepung cumi–cumi dituang pada intake II.

Bahan baku yang dituang pada intake II dibawa ke bucket elevator setinggi

28,8 meter dengan chain conveyor. Dari bucket elevator dengan menggunakan

pipa gravitasi, bahan baku ini masuk ke drum sieve untuk dibersihkan dari

kotoran–kotoran, kemudian masuk ke spout magnet yang berguna untuk

menangkap besi dan logam lain yang bercampur dengan bahan. Bahan baku ini

kemudian dibawa ke rotary distributor dengan screw conveyor, dan selanjutnya

diisikan pada bin penampungan bahan baku.

Bahan baku yang dituangkan pada intake I langsung dibawa ke bucket

elevator setinggi 17,5 meter dengan chain conveyor, dan kemudian masuk ke

spout magnet dengan menggunakan pipa gravitasi. Bahan baku ini kemudian

dibawa ke rotary distributor dengan screw conveyor, lalu diisikan pada bin

penampungan.

Bin penampungan bahan baku ada 12 buah dengan kapasitas masing –

masing 4 ton. Masing masing bahan balu yang ada di bin penampungan ditimbang

(50)

bahan baku yang telah ditimbang dibawa screw conveyor ke bin vertikal mixer

untuk selanjutnya dilakukan proses pengadukan.

2. Pengadukan

Campuran bahan baku seberat 2 ton diaduk pada vertikal mixer, yang

berguna untuk mengaduk bahan dari kedua intake agar tercampur rata. Waktu

pengadukan dilakukan selama 10 menit. Setelah 10 menit slide bin mixer dibuka

dan hasil pengadukan dibawa dengan screw conveyor, bucket elevator, pipa

gravitasi ke hammer mill untuk selanjutnya dilakukan proses penggilingan.

3. Penggilingan

Proses penggilingan dilakukan dengan hammer mill. Hasil penggilingan

dibawa ke bucket elevator setinggi 17,5 meter dengan pipa gravitasi dimasukkan

ke otomixer untuk dilakukan proses penghalusan lebih lanjut.

4. Penghalusan

Hasil gilingan kemudian dihaluskan dengan otomixer, yang merguna untuk

membuat hasil gilingan lebih homogen dan lebih halus lagi sehingga bisa

melewati ayakan 60 mesh. Dari pengamatan yang dilakukan oleh supervisor, 95

% dari proses ini menghasilkan campuran bahan bisa melewati ayakan 60 mesh

tersebut. Hasil pengadukan dan penggilingan ini selanjutnya dibawa ke

pengayakan dengan bucket elevator.

5. Pengayakan

Pada prose pengayakan, adonan campuran bahan baku diayak dengan

menggunakan ayakan 60 mesh. Hasil ayakan dimasukkan ke bin mixer horizontal,

(51)

penggilingan kembali (Regrinding) sampai melewati ayakan 60 mesh. Hasil

ayakan dibawa ke bin mixer horizontal dengan screw conveyor untuk diaduk.

6. Pengadukan

Pada bin mixer selanjutnya dituangkan bahan–bahan tambahan seperti

minyak ikan, ikan segar (ikan giling), obat–obatan, serta vitamin dan mineral yang

sudah ditimbang terlebih dahulu di laboratorium dengan ketentuan menurut

komposisi yang telah ditetapkan. Selanjutnya campuran ini diaduk sampai rata

dengan horizontal mixer selama 15 menit.

Kemudian pintu slide dibuka dan hasil adonan ditampung pada hooper

(penampungan sementara), kemudian adonan dibawa ke bucket elevator dengan

screw conveyor. Dari bucket elevator setinggi 27,5 meter adonan masuk ke bin

pellet untuk dilakukan proses pembutiran melalui pipa gravitasi.

7. Pembutiran

Adonan campuran yang berada pada bin pellet dibawa ke conditioner

dengan screw feeder untuk dipanaskan dengan steam dari boiler, yang mana

pemanasan ini bertujuan untuk memudahkan proses pembutiran.

Steam yang dimasukkan ke dalam conditioner suhunya berkisar 70-80 C.

Tekanan steam diatur dengan regulator steam, dengan tekanan berkisar 4-5,2

kg/m. Adonan kemudian dimasukkan ke pellet mill melalui screw feeder untuk

menghasilkan pellet.

8. Pematangan

Pellet yang dihasilkan dari mesin pellet selanjutnya dibawa ke holding bin

(52)

ini dilakukan dengan suhu suhu 80 C selama 45 menit. Tujuan dari proses

pematangan ini adalah agar butiran pellet yang dihasilkan matang sampai ke

dalam (bukan sekedar matang di pinggirnya saja) serta agar kadar aiar pellet yang

dihasilkan berkisar 15 %.

Selanjutnya pellet ini akan dimasukkan ke driyer dengan conveyor untuk

dilakukan proses pengeringan.

9. Pengeringan

Pellet yang keluar dengan kadar air 15% masuk ke pengeringan melalui

rotary yang diputar oleh elektromotor. Proses pengeringan dilakukan dengan 2

tingkat yaitu driyer A dan B. Steam dialirkan dari boiler dengan tekanan berkisar

5 kg/m, suhu maksimum drier 125 C. Udara panas dalam driyer dihisap dengan

menggunakan blower.

Setelah melewati driyer A, pellet dimasukkan ke driyer B dengan rotary

feeder, yang mana proses dalam driyer B sama dengan driyer A. Jumlah kadar air

yang berkurang 6-8 % setiap kali pengeringan dengan lama waktu pengeringan

berkisar 20-25 menit.

Selanjutnya pellet yang telah dikeringkan dibawa ke mesin pendingan

(cooler) dengan menggunakan screw conveyor..

10. Pendinginan

Proses pendinginan dilakukan dengan menghembuskan udara panas dan

dihisap oleh blower melalui double cyclone dan air losk. Di dalam cooler

(53)

yang keluar dari cooler diangkat ke pengayakan melalui bucket elevator setinggi

25 meter, dengan pipa gravitasi dimasukkan ke pengayakan.

11. Pengayakan Pellet

Proses pengayakan ini gunanya untuk memisahkan pellet yang oversize

dengan undersize (terlalu kecil). Sesuai dengan nomor pellet yang diinginkan.

Ukuran mesh antara 4-9 mesh, tergantung dari nomor pakan yang dibuat.

Pellet yang oversize dibawa ke penghancuran (crumbler) sedangkan yang

undersize ditampung dalam goni untuk remix (digunakan sebagai bahan banu

lagi).

Pellet hasil ayakan dibawa ke bin packing melalui pipa gravitasi. Apabila

bin packing telah penuh slide terbuka secara otomatis, lalu pellet masuk ke dust

separator untuk dibersihkan dari abu. Udara dihembuskan dari blower

mengakibatkan pellet turun ke bawah (ke bin timbangan) sedangkan abu naik

dihisap dengan blower melalui double cyclone.

12. Penghancuran (Crumbling)

Sisa ayakan yang oversize dibawa ke bin crumber dengan bucket elevator

setinggi 24 meter. Proses penghancuran ini hanya dilakukan pada line 2. Dari bin

crumber, dengan menggunakan rotary distributor sisa ayakan dibawa ke mesin

crumber. Pellet hasil ayakan yang oversize dihancurkan dengan mesin penghancur

(crumber machine) yang berguna untuk makanan udang yang kecil. Setelah bahan

(54)

13. Pengarungan

Produk jadi berupa crumble dan pellet yang berada dalam bin timbangan

dicurahkan kedalam karung plastik sambil ditimbang secara otomatis,dengan

berat netto sesuai dengan nomor pakan yang dibuat.

Setelah pengarungan, produk jadi dibawa ke penjahitan karung melalui belt

konveyor.

14. Penjahitan Karung

Penjahitan karung dilakuakan dengan mesin jahit karung (sewing

machine). Selanjutnya produk jadi yang selesai dijahit diangkut kegudang bahan

(55)

Adapun blok diagram proses pembuatan pellet dapat dilihat pada Gambar

2.2.

(56)

2.8. Mesin dan Peralatan

2.8.1. Mesin Produksi.

Mesin produksi yang digunakan di PT. Central Proteina Prima Tbk adalah:

1. Intake

Tipe : TECO AWV-BEV

Kapasitas : 14 ton/jam

Jumlah : 2 unit

Daya : 7,5 Hp

Tegangan : 380 Volt

Kuat Arus : 12 A

Kecepatan Putaran : 1460 rpm

Fungsi : Sebagai tempat penuangan bahan baku.

2. Driyer Machine

Tipe : Berico/1570 Ceo

Kapasitas : 73 ton/jam

Jumlah : 1` unit

Daya : 25 Hp

Tegangan : 380 Volt

Kuat Arus : 16,2 A

Kecepatan Putaran : 1445 rpm

(57)

3. Hammer Mill Machine

Tipe : Van Aarsen 1400-2D

Kapasitas : 15 ton/jam

Jumlah : 5 unit

Daya : 270 Hp

Tegangan : 380 Volt

Kuat Arus : 209,8 A

Kecepatan Putaran : 3000 rpm

Fungsi : Mencampur bahan menjadi homogen

4. Pellet Mill Machine

Tipe : Van Aarsen Compact 900

Kapasitas : 18-20 ton/jam

Jumlah : 3 unit

Daya : 340 Hp

Tegangan : 380 Volt

Kuat Arus : 168,6 A

Kecepatan Putaran : 1450 rpm

Fungsi : Membentuk pellet dari adonan campuran bahan.

5. Cooler Mill Machine

Tipe : Van Aarsen

Kapasitas : 20 ton/jam

(58)

Daya : 75 Hp

Tegangan : 380 Volt

Kuat Arus : 168,6 A

Kecepatan Putaran : 1450 rpm

Fungsi : Mendinginkan bahan hasil mesin pellet.

6. Crumber Machine

Tipe : Van Aarsen KR 16.2

Kapasitas : 15 ton/jam

Jumlah : 3 unit

Daya : 75 Hp

Tegangan : 380 Volt

Kuat Arus : 168,6 A

Kecepatan Putaran : 1450 rpm

Fungsi : Memecahkan bahan baku menjadi bentuk butiran.

7. Sieve

Tipe : Mogensen Invica /E 1534

Kapasitas : 20 ton/jam

Jumlah : 12 unit

Daya : 5 Hp

Tegangan : 380 Volt

Kuat Arus : 2,9 A

Kecepatan Putaran : 1490 rpm

(59)

8. Bagging scale

Tipe : Chronos Richardson/UK 38668/95

Kapasitas : 50 Kg/Bags

Jumlah : 5 unit

Daya : 3 Hp

Tegangan : 380 Volt

Kuat Arus : 0,6 A

Kecepatan Putaran : 1400 rpm

Fungsi : Sebagai penimbangan produk pellet.

9. Fill Bags Clossing Machine

Tipe : New long D – 52, super line SF - E

Kapasitas : 50 Kg/Bags

Jumlah : 5 unit

Daya : 5 Hp

Tegangan : 220 Volt

Kuat Arus : 1 A

Kecepatan Putaran : 1400 rpm

Fungsi : Menjahit bags (pengepakan).

10. Extruder Matador

Tipe : Berico/1565 Ceo

Kapasitas : 20 ton/jam

(60)

Daya : 7,5 Hp

Tegangan : 380 Volt

Kuat Arus : 12 A

Kecepatan Putaran : 1450 rpm

Fungsi : Mencetak pakan ikan berbentuk pellet.

11. Chain Conveyer

Tipe : Van Aarsen 280.330.70

Kapasitas : 80 m3/jam Daya : 5,5 Hp

Kecepatan Putaran : 27 rpm

Fungsi : Membawa bahan baku ke elevator.

12. Bucket Elevator

Tipe : Van Aarsen 260

Kapasitas : 70 m3/jam Daya : 5,5 Hp

Kecepatan Putaran : 92 rpm

Fungsi : Membawa material yang diangkut oleh chain.

13. Screw Conveyer

Tipe : Van Aarsen

Kapasitas : 50 m3/jam Daya : 4,5 Hp

Kecepatan Putaran : 25 rpm

(61)

14. Automatic Dusting Cleaner

Tipe : CAE 215

Kapasitas : 30 m3/jam Daya : 5,5 Hp

Kecepatan Putaran : 27 rpm

Fungsi : Menyaring debu bahan baku.

15. Blower

Tipe : IDF

Kapasitas : 90 m3/jam Daya : 20 Hp

Kecepatan Putaran : 960 rpm

Fungsi : Membersihkan partikel logam pada bahan baku.

16. Spout Magnet

Tipe : IDF

Kapasitas : 90 m3/jam Daya : 20 Hp

Kecepatan Putaran : 960 rpm

Fungsi : Memisahkan partikel logam dpada bahan baku.

17. Drum Sieve

Tipe : E.6534

Kapasitas : 60-70 ton

Daya : 20 Hp

(62)

Mesin Extruder Matador adalah mesin yang berfungsi untuk membentuk

atau mencetak pakan ternak ikan. Pembentuk ini terjadi dengan sistem penekanan

antara barrel dengan die yaitu setelah bahan pakan keluar dari conditioner dan

masuk ke barrel. Di dalam barrel bahan pakan akan diaduk sambil ditransfer,

setelah bahan pakan sampai di screw, bahan akan tertekan dengan die yang sudah

terpasang dan pakan akan keluar dari die dipotong dengan pisau yang diputar oleh

motor. Adapun gambar mesin Extruder Matador dapat dilihat pada Gambar 2.3

(63)
(64)

Keterangan Gambar 2.3 :

1. Tong bahan baku

2. Motor Inlet Freeder

3. Inlet Freeder

4. Katub Steem

5. Conditioner

6. Motor Conditioner

7. Barrel

8. Motor Barrel

9. Motor Pisau

10.Screw Barrel

11.Pembatas Barrel

12.Saluran Air dan Minyak

13.Pump oil

14.Pump Water

15.Motor Bin dicharge

2.8.2. Peralatan

Adapun peralatan yang digunakan untuk mendukung kegiatan proses

produksi ialah :

1. Wet Corn Silo

(65)

Jumlah : 3 Unit

Fungsi : Tempat penyimpanan jagung basah sementara.

2. Dry Corn Silo

Kapasitas : 2400 ton

Jumlah : 8 Unit

Fungsi : Tempat penyimpanan jagung kering sementara.

3. Forklift

Kapasitas : 2500 Kg

Jumlah : 3 Unit

Fungsi : Membawa produk jadi ke gudang produk jadi.

2.8.3. Utilitas

Untuk kelancaran kegiatan proses produksi, diperlukan unit pendukung

seperti :

1. Genset

Fungsi : Membantu pembsngkit listrik bagi mesin produksi.

Tegangan : 1155 KVA

Kuat Arus : 920 KWA

Kecepatan Putaran : 1500 rpm

2.Boiler

Fungsi : Penghasil uap untuk didistribusikan ke pellet mill.

3.Trafo

(66)

BAB III LANDASAN TEORI

3.1. Pengertian dan Tujuan Maintenance

3.1.1. Pengertian Maintenance

Pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas

pabrik seperti mesin dan peralatan serta mengadakan perbaikan atau penyesuaian

atau penggantian yang diperlukan agar terdapat suatu keadaan operasi produksi

yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan (Assauri, 1993). Kegiatan

pemeliharaan ini dapat menjamin bahwa selama proses produksi berlangsung,

tidak akan terjadi kemacetan yang disebabkan oleh mesin atau fasilitas produksi.

Suatu industri manufaktur mesin-mesin dan peralatan yang telah tersedia

dan siap pakai dibutuhkan setiap saat proses produksi akan dimulai. Fungsi

mesin/peralatan yang digunakan dalam proses produksi tersebut akan mengalami

kerusakan sejalan dengan semakin menurunnya kemampuan mesin/peralatan

tersebut, tetapi usia kegunaannya dapat diperpanjang dengan melakukan

perbaikan secara berkala melalui suatu aktivitas pemeliharan yang tepat.

Menurunnya kemampuan mesin/peralatan ada dua jenis, yaitu:

1. Natural Deterioration yaitu menurunnya kinerja mesin/peralatan secara alami

akibat terjadi pemburukan/keausan pada fisik mesin/peralatan selama waktu

pemakaian walaupun penggunaan secara benar.

2. Accelerated Deterioration yaitu menurunnya kinerja mesin/peralatan akibat

(67)

mesin/peralatan karena mengakibatkan tindakan dan perlakuan yang tidak

seharusnya dilakukan terhadap mesin/peralatan

Kerusakan yang terjadi pada mesin/peralatan dapat terjadi karena banyak

sebab dan terjadi pada waktu yang berbeda sepanjang umur mesin/peralatan

tersebut digunakan. Oleh karena itu dalam usaha mencegah dan berusaha untuk

menghilangkan kerusakan yang timbul ketika proses produksi berjalan,

dibutuhkan cara dan metode untuk mengantisipasinya dengan melakukan kegiatan

pemeliharaan mesin/peralatan.

Pemeliharaan adalah semua tindakan teknis dan administratif yang

dilakukan untuk menjaga agar kondisi mesin/peralatan tetap baikdan dapat

melakukan segala fungsinya dengan baik, efisiensi, dan ekonomis sesuai dengan

tingkat keamanan yang tinggi.

Pada dasarnya hasil yang diharapakan dari kegiatan pemeliharaan

mesin/peralatan (equipment maintenance) mencakup dua hal sebagai berikut:

1. Condition maintenance yaitu mempertahankan kondisi mesin/peralatan agar

berfungsi dengan baik sehingga komponen-komponen yang terdapat dalam

mesin juga berfungsi dengan umur ekonomisnya.

2. Replecement maintenance yaitu melakukan tindakan perbaikan dan

penggantian komponen mesin tepat pada waktunya sesuai dengan jadwal yang

Gambar

Gambar 2.3   Mesin Extruder Matador
Gambar 3.1. Overall Eqiupment Effectiveness and Goals
Gambar 3.2. Alur Pengukuran Nilai OEE
tabel 5.1 Tabel 5.1. Data Waktu Kerusakan (Breakdown) Mesin Extruder Matador
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sangat relevan dengan penelitian yang diajukan, yaitu melakukan desain dan implementasi RFID tag tertanam dengan biosensor sebagai transducer yang

Dalam penelitiannya, Santika, (2015) mnejelaskan bahwa selain kesadaran Wajib Pajak yang menjadi faktor internal dari Wajib Pajak, faktor eksternal yaitu kualitas

Penginjil Matius bersaksi bahwa setelah Yesus bersyukur kepada Bapa di Surga karena hikmatNya diperuntukkan bagi kaum kecil dan sederhana melalui Yesus sebagai Putera, kini

Tujuan penelitian ini adalah memberikan kemudahan untuk staf pengelola absen ataupun dosen dalam merekapitulasi hasil perkuliahan dan daftar hadir perkuliahan yang

Setelah dapat dihitung sikap karyawan terhadap aitem pertanyaan atau dimensi iklim organisasi ke-I, maka dilakukan interpretasi skor dari nilai terendah hingga nilai

™ Perencanaan pembangunan Mixed-use Building dengan dua massa bangunan atau lebih dengan fasilitas dua fungsi hunian (rumah susun) dan dagang (pasar modern) yang berbeda namun

Pada bagian ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh Dining Experience terhadap Customer Satisfaction di Restoran The Sixty Two Resto