• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Akses Informasi, Sosial (Pendidikan, Kepercayaan, Norma, Kebiasaan) dan Ekonomi terhadap Pengambilan Keputusan Ibu dalam Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Akses Informasi, Sosial (Pendidikan, Kepercayaan, Norma, Kebiasaan) dan Ekonomi terhadap Pengambilan Keputusan Ibu dalam Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH AKSES INFORMASI, SOSIAL DAN EKONOMI TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN IBU DALAM PERSALINAN

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN

TESIS

Oleh

GRISELLI SARAGIH 107032194/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

THE INFLUENCE OF THE ACCESS OF INFORMATION, SOCIAL ISSUES AND ECONOMY ON DECISIONS MAKING BY THE MOTHERS IN

DELIVERY PROCESS IN THE WORKING AREA OF PUSKESMAS TERJUN MEDAN MARELAN SUBDISTRICT

THESES

By

GRISELLI SARAGIH 107032194/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : PENGARUH AKSES INFORMASI, SOSIAL DAN EKONOMI TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN IBU DALAM PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN

Nama Mahasiswa : Griselli Saragih Nomor Induk Mahasiswa : 107032194/IKM

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Yeni Absah, S.E., M.Si) (dr. Ria Masniari Lubis, M.Si)

Ketua Anggota

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(4)

PENGARUH AKSES INFORMASI, SOSIAL DAN EKONOMI TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN IBU DALAM PERSALINAN

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

OLEH

GRISELLI SARAGIH 107032194/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(5)

Telah diuji

Pada Tanggal : 12 Februari 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Yeni Absah, S.E., M.Si Anggota : 1. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si

(6)

PERNYATAAN

PENGARUH AKSES INFORMASI, SOSIAL DAN EKONOMI TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN IBU DALAM PERSALINAN

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, April 2013

(7)

ABSTRAK

Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2012 di wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan belum sesuai dengan target yaitu 83% (target 90%). Kondisi ini diduga disebabkan akses informasi, sosial seperti pendidikan, kepercayaan, norma, kebiasaan dan penghasilan masyarakat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh akses informasi, sosial (pendidikan, kepercayaan, norma, kebiasaan) dan ekonomi terhadap pengambilan keputusan ibu dalam persalinan di wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan. Jenis penelitian adalah explanatory research. Populasi adalah seluruh ibu bersalin di wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan berjumlah 976 orang. Sampel adalah ibu yang sudah melahirkan baik yang ditolong tenaga kesehatan maupun tenaga non kesehatan 92 orang. Data dikumpulkan melalui kuesioner, dianalisis melalui tahapan univariat, bivariat menggunakan uji chi-square, dan multivariat menggunakan uji statistik regresi logistik berganda pada taraf kemaknaan α = 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan variabel akses informasi, kepercayaan, norma dan kebiasaan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan ibu dalam persalinan. Kepercayaan dominan memengaruhi pengambilan keputusan ibu dalam persalinan di wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan. Sedangkan variabel pendidikan dan ekonomi tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan ibu dalam persalinan.

Disarankan kepada pimpinan Puskesmas Terjun Medan Marelan mengoptimalkan bidan desa untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada ibu/keluarga yang kurang memperoleh akses informasi kesehatan dengan memberikan pendidikan kesehatan atau brosur untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman bahwa tenaga kesehatan paling tepat sebagai penolong persalinan, melakukan kunjungan rumah serta melibatkan kader/tokoh masyarakat sebagai penyuluh sewaktu kegiatan perwiritan dan PKK. Dukun bayi diberi sosialisasi supaya membawa ibu memeriksanakan kehamilan atau bersalin ke sarana kesehatan dan hanya bertugas memandikan bayi dan membantu ibu yang baru melahirkan untuk memulihkan kesehatannya.

(8)

ABSTRACT

The coverage of delivery assisted by the health workers in 2012 in the working area of Puskesmas (Community Health Center) Terjun, Medan Marelan Subdistrict was 83% and it has not yet meet the target of 90%. This condition is presumed to have caused by the access of information, social issues such as education, belief/trust, norm, customs and community income.

The purpose of this explanatory study was to analyze the influence of the access of information, social issues (education, belief/trust, norm, customs) and economy on decision making by the mothers in delivery process. The population was all of the 976 mothers delivering their babies. The samples were 92 mothers. The data were obtained through questionnaire distribution. The data obtained were analyzed through univariate analysis, bivariate analysis using Chi-square test, and multivariate analysis using multiple logistic regression tests at a = 0.05.

The result of this study showed that the variables of the access of information, belief norm and customs had influence on the decision making by the mothers in delivery process. The belief/trust dominantly influenced the decision making by the mothers in delivery process in the workking area of Puskesmas Terjun, Medan Marelan Subdistrict.

The management of Puskesmas Terjun, Medan Marelan Subdistrict is suggested to optimize the rural midwives to improve the health service for the mothers/family who get less health information access through the providing health education or brochures to improve the mothers knowledge and understanding about rural midwife as delivery attendant, to do home visits, to involve the cadres/community leaders as the extension workers to socialize that the delivery attendants are the most appropriate health workers in improving the mother and child health durin,g the perwiritan and PKK activities.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah Bapa Yang Maha Kuasa atas berkat dan limpahan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Pengaruh Akses Informasi, Sosial (Pendidikan, Kepercayaan, Norma, Kebiasaan) dan Ekonomi terhadap Pengambilan Keputusan Ibu dalam Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan”.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., M.Sc (CTM).,Sp.A.,(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara atas kesempatan penulis menjadi mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(10)

Utara yang telah membimbing kami dan memberikan masukan serta saran dalam penyelesaian tesis ini.

4. Dr. Yenni Absah, S.E., M.Si, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Anggota Komisi Pembimbing dr. Ria Masniari Lubis, M.Si atas segala ketulusannya dalam menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatian selama proses proposal hingga penulisan tesis ini selesai.

5. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M., Ph.D dan dr. Muhammad Rusda, Sp.OG (K), selaku Tim Penguji yang telah banyak memberikan saran, bimbingan dan perhatian selama penulisan tesis.

6. Bapak Kepala Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

7. Para Dosen, staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Ucapan terima kasih yang tulus saya tujukan kepada ayahanda Ukin Hendrik Saragih dan Ibunda Ramentina Purba serta keluarga besar yang telah memberikan dukungan moril serta doa dan motivasi selama penulis menjalani pendidikan. 9. Teristimewa buat suami tercinta Defri Andri Yonata Sitepu, SE menjadi

(11)

10.Teman-teman seperjuangan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, atas bantuannya dan memberikan semangat dalam penyusunan tesis ini.

Akhirnya saya menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini, dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, April 2013 Penulis

(12)

RIWAYAT HIDUP

Griselli Saragih, lahir pada tanggal 21 Februari 1985 di Bangun Tobing Kecamatan STM Hilir Kota Medan, beragama Kristen, anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda Ukin Hendrik Saragih dan Ibunda Ramentina Purba, bertempat tinggal di Desa Bangun Tobing Kecamatan STM Hilir.

Penulis mulai melaksanakan pendidikan SD GKPS Bangun Tobing tamat pada tahun 1997, melanjutkan pendidikan SMP RK Lubuk Pakam tamat pada tahun 2000 dan melanjutkan pendidikan SMA tamat pada tahun 2003. Pada tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan D-III Kebidanan di Akademi Kebidanan Imeda Medan, tamat pada tahun 2006. Tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan D-IV Bidan Pendidik di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan tamat pada tahun 2009. Kemudian pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan Pascasarjana Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi Fakulatas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(13)

DAFTAR ISI

2.5.1 Definisi Keputusan Persalinan ... 25

2.5.2 Faktor yang Memengaruhi Keputusan Persalinan ... 29

2.6Landasan Teori ... 31

(14)

3.5Variabel dan Definisi Operasional ... 38

3.6Metode Pengukuran ... 40

3.7Metode Analisis Data ... 42

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 45

4.1Deskripsi Wilayah Kerja Puskesmas Terjun ... 45

4.1.1 Keadaan Geografis ... 45

4.1.2 Fasilitas Pelayanan Kesehatan ... 45

4.2Analisis Univariat ... 46

4.2.1 Karakteristik Responden ... 46

4.2.2 Akses Informasi ... 47

4.2.3 Sosial ... 49

4.2.3.1Kepercayaan ... 49

4.2.3.2Norma ... 51

4.2.3.3Kebiasaan ... 52

4.2.4 Keputusan dalam Penolong Persalinan ... 53

4.3Analisis Bivariat ... 55

4.4Analisis Multivariat ... 58

BAB 5. PEMBAHASAN ... 61

5.1Pengaruh Akses Informasi terhadap Pengambilan Keputusan Ibu dalam Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan ... 61

5.2Pengaruh Sosial terhadap Pengambilan Keputusan Ibu dalam Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan ... 62

5.2.1 Pengaruh Pendidikan terhadap Pengambilan Keputusan Ibu dalam Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan ... 62

5.2.2 Pengaruh Kepercayaan terhadap Pengambilan Keputusan Ibu dalam Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan ... 63

5.2.3 Pengaruh Norma terhadap Pengambilan Keputusan Ibu dalam Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan ... 65

5.2.4 Pengaruh Kebiasaan terhadap Pengambilan Keputusan Ibu dalam Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan ... 67

(15)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

5.4Kesimpulan ... 71

5.5Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian ... 39

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 40

4.1 Karakteristik Responden ... 47

4.2 Distribusi Frekuensi Akses Informasi yang Diperoleh Responden ... 48

4.3 Kategori Akses Informasi yang Diperoleh Responden ... 49

4.4 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Variabel Kepercayaan ... 50

4.5 Kategori Kepercayaan Responden ... 51

4.6 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Variabel Norma ... 51

4.7 Kategori Norma di Keluarga Responden ... 52

4.8 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Variabel Kebiasaan . 52 4.9 Kategori Kebiasaan Keluarga Responden ... 53

4.10 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Keputusan dalam Penolong Persalinan ... 54

4.11 Hubungan Akses Informasi, Sosial (Pendidikan, Kepercayaan, Norma, Kebiasaan) dan Ekonomi dengan Pengambilan Keputusan Ibu dalam Persalinan ... 55

(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 2.1 Landasan Teori Menurut Anderson (1974), Sarafino (2002), Teori

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Surut Izin Penelitian ... 76

2. Surat Keterangan Selesai Penelitian... 77

3. Kuesioner Penelitian ... 78

4. Hasil Pengolahan Data ... 82

(19)

ABSTRAK

Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2012 di wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan belum sesuai dengan target yaitu 83% (target 90%). Kondisi ini diduga disebabkan akses informasi, sosial seperti pendidikan, kepercayaan, norma, kebiasaan dan penghasilan masyarakat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh akses informasi, sosial (pendidikan, kepercayaan, norma, kebiasaan) dan ekonomi terhadap pengambilan keputusan ibu dalam persalinan di wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan. Jenis penelitian adalah explanatory research. Populasi adalah seluruh ibu bersalin di wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan berjumlah 976 orang. Sampel adalah ibu yang sudah melahirkan baik yang ditolong tenaga kesehatan maupun tenaga non kesehatan 92 orang. Data dikumpulkan melalui kuesioner, dianalisis melalui tahapan univariat, bivariat menggunakan uji chi-square, dan multivariat menggunakan uji statistik regresi logistik berganda pada taraf kemaknaan α = 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan variabel akses informasi, kepercayaan, norma dan kebiasaan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan ibu dalam persalinan. Kepercayaan dominan memengaruhi pengambilan keputusan ibu dalam persalinan di wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan. Sedangkan variabel pendidikan dan ekonomi tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan ibu dalam persalinan.

Disarankan kepada pimpinan Puskesmas Terjun Medan Marelan mengoptimalkan bidan desa untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada ibu/keluarga yang kurang memperoleh akses informasi kesehatan dengan memberikan pendidikan kesehatan atau brosur untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman bahwa tenaga kesehatan paling tepat sebagai penolong persalinan, melakukan kunjungan rumah serta melibatkan kader/tokoh masyarakat sebagai penyuluh sewaktu kegiatan perwiritan dan PKK. Dukun bayi diberi sosialisasi supaya membawa ibu memeriksanakan kehamilan atau bersalin ke sarana kesehatan dan hanya bertugas memandikan bayi dan membantu ibu yang baru melahirkan untuk memulihkan kesehatannya.

(20)

ABSTRACT

The coverage of delivery assisted by the health workers in 2012 in the working area of Puskesmas (Community Health Center) Terjun, Medan Marelan Subdistrict was 83% and it has not yet meet the target of 90%. This condition is presumed to have caused by the access of information, social issues such as education, belief/trust, norm, customs and community income.

The purpose of this explanatory study was to analyze the influence of the access of information, social issues (education, belief/trust, norm, customs) and economy on decision making by the mothers in delivery process. The population was all of the 976 mothers delivering their babies. The samples were 92 mothers. The data were obtained through questionnaire distribution. The data obtained were analyzed through univariate analysis, bivariate analysis using Chi-square test, and multivariate analysis using multiple logistic regression tests at a = 0.05.

The result of this study showed that the variables of the access of information, belief norm and customs had influence on the decision making by the mothers in delivery process. The belief/trust dominantly influenced the decision making by the mothers in delivery process in the workking area of Puskesmas Terjun, Medan Marelan Subdistrict.

The management of Puskesmas Terjun, Medan Marelan Subdistrict is suggested to optimize the rural midwives to improve the health service for the mothers/family who get less health information access through the providing health education or brochures to improve the mothers knowledge and understanding about rural midwife as delivery attendant, to do home visits, to involve the cadres/community leaders as the extension workers to socialize that the delivery attendants are the most appropriate health workers in improving the mother and child health durin,g the perwiritan and PKK activities.

(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Makin tinggi angka kematian ibu disuatu negara maka dapat dipastikan bahwa derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin merupakan kelompok rentan yang memerlukan pelayanan maksimal dari petugas kesehatan, salah satu bentuk pelayanan yang harus diberikan kepada ibu melahirkan adalah penolong oleh tenaga kesehatan (Azwar, 2009).

Pada tahun 2010 sekitar 800 perempuan meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan dan kelahiran anak, termasuk pendarahan hebat setelah melahirkan, infeksi, gangguan hipertensi, dan aborsi tidak aman. Dari 800 kematian, 440 terjadi di sub-Sahara Afrika dan 230 di Asia Selatan. Risiko seorang wanita di negara berkembang meninggal karena penyebab yang berhubungan dengan kehamilan selama hidupnya adalah sekitar 25 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tinggal di negara maju.

(22)

(WHO) tahun 2008, AKI di negara-negara Asia menyumbang hampir sepertiga jumlah kematian ibu global. Sebanyak 98% dari seluruh kematian ibu di Asia terjadi di India, Bangladesh, Indonesia, Nepal, dan Myanmar.

Secara umum kematian ibu di dunia disebabkan oleh perdarahan (25%), infeksi pasca persalinan (15%), aborsi tidak aman (13%), gangguan tekanan darah tinggi (12%), partus lama (8%), penyebab obstetrik langsung lainnya (8%), dan penyebab tidak langsung (19%) (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2007). Berdasarkan data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2010, penyebab langsung kematian ibu terjadi 90% pada saat persalinan dan segera setelah persalinan yaitu perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi puerperium (8%), abortus (5%), trauma obstetrik (5%), emboli (5%), partus lama / macet (5%), dan lain-lain (11%). Kematian ibu juga diakibatkan beberapa faktor risiko keterlambatan (tiga terlambat), diantaranya terlambat dalam pemeriksaan kehamilan, terlambat dalam memperoleh pelayanan persalinan dari tenaga kesehatan, dan terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat dalam keadaan emergensi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

(23)

angka kematian ibu adalah 102/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Biro Pusat Statistik, 2010).

Angka Kematian Ibu (AKI) di Sumatera Utara selama empat tahun terakhir dinilai cukup tinggi yakni melebihi AKI secara nasional yakni 228/100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2007 AKI mencapai 231/100.000 kelahiran hidup. Tahun 2008 meningkat menjadi 258/100.000 kelahiran hidup dan tahun 2009 menjadi 260/100.000 kelahiran hidup. Angkanya mencapai 249/100.000 kelahiran hidup per Agustus 2010 (Dinas Kesehatan Sumatera Utara, 2010).

(24)

Meskipun banyak ibu hamil yang pernah memeriksakan kehamilannya ke tenaga medis, namun masih banyak persalinan yang ditolong oleh tenaga non medis, khususnya yang terjadi di desa. Usaha yang dapat menekan AKB dan AKI adalah upaya Gerakan Sayang Ibu (GSI), Safe Motherhood, dan penempatan bidan di desa-desa. Dengan usaha-usaha ini diharapkan angka penolong persalinan oleh tenaga medis dapat ditingkatkan (Depertemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009).

Sarana pelayanan kesehatan untuk ibu hamil telah tersedia dengan sistem rujukan berjenjang dengan mata rantai rujukan mulai dari POSYANDU, POLINDES, PUSKESMAS, hingga ke rumah sakit kabupaten. Pada tiap-tiap jenjang tersebut dilengkapi dengan adanya bidan di desa, bidan/dokter di PUSKESMAS, dokter spesialis obstetrik dan ginekologi serta dokter spesialis anak pada rumah sakit dengan alat-alat yang cukup canggih, namun pemanfaatan sarana tersebut masih rendah. Terdapat 60-80% ibu bersalin belum menggunakan sarana pelayanan kesehatan disebabkan merasa tidak membutuhkan, jarak yang jauh dengan transportasi terbatas, biaya mahal yang harus ditanggung oleh keluarga, sumber informasi dan kepercayaan terhadap dukun yang masih sangat tinggi (Rochjati, 2003).

(25)

pertolongan persalinan istri, sehingga terjadi subordinasi pengambilan keputusan untuk kepentingan dirinya (Azwar, 2009).

Menurut Sarwono (2008) yang mengutip teori Anderson, mengemukakan bahwa keputusan untuk menggunakan pelayanan kesehatan itu ada tiga komponen, yaitu (1) komponen predisposisi terdiri dari demografi, struktur sosial dan kepercayaan kesehatan, (2) komponen enabling (pendukung) terdiri dari sumber daya keluarga (penghasilan keluarga, kemampuan membeli jasa pelayanan dan keikutsertaan dalam asuransi kesehatan), (3) komponen need, merupakan komponen yang paling langsung berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan. Berdasarkan analisis teori tersebut, maka determinan keputusan ibu hamil untuk melakukan pertolongan persalinan dipengaruhi oleh faktor akses informasi, sosial dan ekonomi.

American Journal of Obstetrics & Gynecology memberikan bukti terkuat

(26)

yang memengaruhi seorang ibu dalam pengambilan keputusan dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan, khususnya penolong persalinan. Faktor tersebut adalah pendidikan dan pendapatan. Semakin tinggi pendidikan keluarga maka semakin tinggi pula kesadaran untuk mencari pelayanan kesehatan. Demikian pula halnya dengan tingkat pendapatan. Pola pencarian pelayanan kesehatan lebih tinggi pada keluarga dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi. Pengambilan keputusan ibu hamil untuk menentukan penolong persalinan juga dipengaruhi oleh informasi kesehatan yang diterimanya.

Penelitian Bangsu (2001) di Bengkulu, bahwa keputusan masyarakat memilih pertolongan oleh dukun bayi cenderung dipengaruhi oleh kemudahan mendapatkan pelayanan. Kemudahan pelayanan bersifat ’all in” yaitu menolong persalinan, membantu pekerjaan ibu hamil pada hari persalinan, memandikan bayi dan bahkan bersedia merawat bayi hingga lepas tali pusar sampai kondisi ibu mulai pulih.

Berdasarkan data dari Profil PUSKESMAS Terjun Tahun 2012, diketahui jumlah tenaga kesehatan meliputi 14 perawat, 14 bidan, satu dokter umum, satu PUSKESMAS pembantu, pencapaian cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yakni sebesar 83%. Sedangkan target Departemen Kesehatan Republik Indonesia sebesar 90%. Hal ini menunjukkan program cakupan ibu bersalin di PUSKESMAS Terjun belum dapat mencapai target.

(27)

PUSKESMAS sebanyak 14 orang dan dukun terlatih sebanyak 11 orang. Untuk mendukung proses persalinan ibu hamil terdapat 11 balai pengobatan swasta atau klinik bersalin dengan jumlah bidan 34 orang. Pada umumnya ibu bersalin dan keluarga memilih tempat persalinan sarana kesehatan yaitu klinik/ PUSKESMAS 81%, namun ditemukan 19% ibu bersalin di rumahnya.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti pada bulan Juni 2012 dengan petugas kesehatan PUSKESMAS Terjun dikatakan bahwa di wilayah kerja PUSKESMAS Terjun angka melahirkan di rumah masih tinggi, baik yang ditolong oleh bidan maupun non bidan. Masih tingginya persalinan yang ditolong oleh non bidan disebabkan penilaian masyarakat yang kurang percaya terhadap kemampuan tenaga kesehatan untuk penolong persalinan, karena adanya ibu yang meninggal pada saat melahirkan yang ditolong oleh tenaga kesehatan. Menurut petugas keadaan ini sebenarnya bukan kesalahan penolong persalinan, namun keterlambatan ibu mendapat penolong persalinan dan kondisi ibu yang memiliki riwayat risiko tinggi.

(28)

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh akses informasi, sosial (pendidikan, kepercayaan, norma, kebiasaan) dan ekonomi terhadap pengambilan keputusan ibu dalam persalinan di wilayah kerja PUSKESMAS Terjun Kecamatan Medan Marelan.

1.2. Permasalahan

Belum tercapainya target cakupan ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan 83% (target 90%) yang diduga berkaitan dengan faktor akses informasi, sosial dan ekonomi, sehingga rumusan permasalahan penelitian adalah bagaimana pengaruh akses informasi, sosial (pendidikan, kepercayaan, norma, kebiasaan) dan ekonomi terhadap pengambilan keputusan ibu dalam persalinan di Wilayah Kerja PUSKESMAS Terjun Kecamatan Medan Marelan.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh akses informasi, sosial (pendidikan, kepercayaan, norma, kebiasaan) dan ekonomi terhadap pengambilan keputusan ibu dalam persalinan di wilayah kerja PUSKESMAS Terjun Kecamatan Medan Marelan.

1.4. Hipotesis

(29)

1.5. Manfaat Penelitian

1. Diperoleh gambaran mengenai siapa penolong persalinan yang dipilih masing-masing keluarga ibu bersalin.

2. Diketahui faktor yang memengaruhi penilaian ibu hamil/bersalin tentang pertolongan persalinan yang dapat menjadi masukan bagi PUSKESMAS Terjun Medan Marelan dalam upaya peningkatan cakupan pertolongan persalinan.

(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Persalinan

. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 1998). Persalinan merupakan proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan ibu maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai (Bandiyah, 2009).

2.1.1. Bentuk Persalinan

Selama kehamilan berlangsung dapat terjadi kontraksi ringan pada seluruh rahim, tanpa rasa sakit dan tanpa koordinasi yang disebut "Braxton Hicks" (kontraksi palsu). Kontraksi ini lebih lanjut akan menjadi kekuatan untuk persalinan. Menurut Bandiyah (2009), bentuk-bentuk persalinan dapat dikelompokkan:

a. Persalinan spontan. Bila persalinan berlangsung dengan tenaga sendiri

(31)

Manuaba, (1998) ada beberapa istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan janin yang dilahirkan yaitu sebagai berikut:

a. Abortus (terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar kandungan).

b. Persalinan prematuritas (persalinan sebelum umur hamil 28 sampai 36 minggu). c. Persalinan aterm (persalinan antara umur hamil 37 sampai 42 minggu).

d. Persalinan serotinus (persalinan melampaui umur hamil 42 minggu). e. Persalinan presipitatus (persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam). 2.1.2. Penolong Persalinan

Berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1997), dalam program KIA dikenal beberapa jenis tenaga yang memberikan pertolongan persalinan bagi ibu hamil. Jenis tenaga tersebut adalah:

1. Tenaga kesehatan: dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, dan perawat. 2. Dukun :

a. Terlatih ialah dukun yang mendapat latihan dari tenaga kesehatan dan dinyatakan lulus.

b. Tidak terlatih ialah dukun yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan atau dukun yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus (Manalu, 2007).

(32)

telah diakui secara regular dalam program pendidikan bidan diakui secara yuridis, ditempatkan, dan mendapatkan kualifikasi, serta terdaftar di sektor dan memperoleh izin melaksanakan praktik kebidanan (Salmah, 2006).

Tugas pokok bidan desa adalah (1) Melaksanakan kegiatan PUSKESMAS di desa wilayah kerjanya berdasarkan urutan prioritas masalah yang dihadapi, sesuai dengan kewenangan yang dimiliki dan diberikan, (2) Menggerakkan dan membina masyarakat desa di wilayah kerjanya agar tumbuh kesadarannya untuk dapat berperilaku hidup sehat. Bidan selama ini adalah tenaga kesehatan yang menjembatani antara pelayanan kesehatan tradisional dengan pelayanan kesehatan modern. Pada banyak situasi, terkadang mereka dihadapkan pada kasus rujukan dukun bayi terlambat yang dari sudut kompetensi dan kemampuan teknik yang mereka miliki, mereka sudah tidak boleh menanganinya dan kemudian dirujuk ke rumah sakit dalam kondisi sangat gawat (DEPKES RI, 2007).

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1997), dukun beranak adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki keterampilan menolong persalinan secara tradisional dan memperoleh keterampilan tersebut secara turun temurun, belajar secara praktis atau cara lain yang menjurus kearah peningkatan keterampilan tersebut serta melalui petugas kesehatan (Manalu, 2007).

(33)

dengan paraji (Jawa Barat), atau dukun beranak (DKI Jakarta). Praktek tenaga kesehatan (nakes) adalah praktek pribadi/perorangan yang dilakukan oleh perawat atau bidan yang dilakukan tidak di rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, polindes, posyandu, atau klinik.

2.1.3. Tempat Persalinan

Dalam setiap keluarga, kelahiran merupakan suatu anugerah, oleh karena itu tempat persalinan perlu disiapkan dengan sebaik-baiknya, agar proses persalinan dapat berlangsung dengan bersih dan aman. Menurut Nolan (2004), ibu hamil akan memilih tempat persalinan yang nyaman baginya. Tempat persalinan antara lain: 1. Persalinan di rumah

(34)

perdarahan atau kejang-kejang dapat lebih parah. Di rumah, perawatan bayi prematur juga sulit. (Echalucu, 2007).

2. PUSKESMAS

Pelayanan kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pembiayaan kesehatan tersebut, tetapi juga sangat bergantung kepada sistem pelayanan kesehatan yang tidak tepat paling dirasakan oleh masyarakat miskin. Puskesmas dengan ruang rawat inap berfungsi sebagai tempat persalinan dan memperoleh pelayanan kesehatan, didukung oleh sarana, dan petugas kesehatan (bidan).

3. Rumah bersalin/ rumah sakit

Ibu yang memilih melahirkan di rumah bersalin atau rumah sakit merasa tenang karena ada dokter dan bidan yang berjaga disana, sebagian lainnya merasa bahwa melahirkan dengan peralatan teknologi tinggi lebih aman. Diharapkan semua pertolongan persalinan memenuhi kriteria 3 bersih, yaitu :

a. Bersih tempat persalinan.

b. Bersih alat yang dipakai dalam pertolongan persalinan. c. Bersih penolong persalinan (DEPKES RI, 2002).

2.2. Akses Informasi

(35)

dapat muncul selama periode kehamilan, sehingga ibu akan lebih berhati-hati untuk memilih penolong persalinan. Perempuan yang tidak memiliki informasi kesehatan lebih cenderung untuk memilih dukun dibandingkan dengan perempuan yang memiliki akses terhadap informasi kesehatan. Akses tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan yang diberikan oleh tenaga kesehatan, buku-buku atau majalah kesehatan, dan lain-lain (Juariah, 2009).

Jarak (fisik dan sosial) dapat menjadi faktor yang mempengaruhi seorang perempuan dalam memilih penolong selama masa kehamilan, persalinan dan nifas. Perempuan yang memilih dukun beralasan karena dukun tinggal dekat dengan rumah mereka. Jadi walaupun di kampung yang sama ada bidan, mereka tetap memilih dukun sebagai penolong. Sebaliknya, perempuan yang memilih bidan beralasan mereka sudah familiar dengan bidan tersebut karena sejak hamil mereka sudah memeriksakan kehamilannya ke bidan (Juariah, 2009).

2.3. Sosial

(36)

posisi-posisi sosial tertetu berdasarkan suatu sistem nilai dan norma yang berlaku pada sistem masyarakat pada waktu tertentu. Menyambung pengertian dari Sudarno di atas, Winandi dalam Ibrahim (2003) menyebutkan bahwa struktur sosial terdiri atas seperangkat unsur yang mempunyai ciri-ciri tertentu dan seperangkat hubungan di antara unsur-unsur tersebut.

Adapun dari aspek sosial ibu dalam pemilihan penolong persalinan antara lain:

1. Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan alasan berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. Perempuan yang tidak lagi meyakini atau sudah mulai longgar keyakinanya dengan adat istiadat, biasanya kalangan ini memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

(37)

Perempuan dan kalangan ini biasanya hanya akan memilih tenaga kesehatan sebagai penolong selama kehamilan, persalinan maupun nifasnya (Juariah, 2009).

2. Kepercayaan

Rousseau (1998) mendefinisikan kepercayaan (trust) adalah wilayah psikologis yang merupakan perhatian untuk menerima apa adanya berdasarkan harapan terhadap perhatian atau perilaku yang baik dari orang lain. McKenzie (2006) mendefinisikan kepercayaan adalah variabel yang sangat memengaruhi status kesehatan karena kalau tingkat kepercayaan masyarakat terhadap petugas kesehatan rendah, maka usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan semakin sulit dilakukan.

Masyarakat cenderung menghubungi sarana kesehatan sesuai dengan pengalaman atau informasi yang diperoleh dari orang lain tentang tersedianya jenis-jenis pelayanan kesehatan. Pilihan terhadap sarana pelayanan kesehatan tersebut dengan sendirinya didasari atas kepercayaan atau keyakinan akan kemajuan sarana tersebut (Notoatmodjo, 2003).

Dimensi kepercayaan menurut Sarafino (2002) terdiri dari motivasi dan emosional.

a. Motivasi dalam kepercayaan

(38)

kesimpulan tertentu, misalnya terus makan makanan yang mengandung lemak atau merokok kretek, cenderung memakai proses bias; mereka mencari tahu alasan-alasan menerima dukungan informasi dan mengurangi penyampaian informasi.

Penelitian memperlihatkan proses berpikir yang tidak rasional pada beberapa tipe keputusan yang berhubungan dengan kesehatan. Pertama, orang dengan sakit kronis, seperti diabetes, yang cenderung menggunakan pola berpikir tidak logis pada situasi yang berkaitan dengan kesehatannya cenderung tidak mengikuti saran medis dalam memanajemen kesehatannya (Christensen, 1999). Mungkin perasaan terancam yang tinggi memotivasi mereka menggunakan penyangkalan. Sama halnya, individu-individu yang kelihatan menggunakan informasi yang tidak relevan, seperti secara atraktif pasangan seksual menilai resiko berhubungan seks dengan orang tersebut (Blandon & Gerrard, 1997). Kedua, resiko orang yang merokok kretek lebih rendah daripada yang bukan perokok ketika diminta untuk menilai resiko mereka sendiri terhadap penyakit yang berhubungan dengan rokok, seperti kanker paru-paru. Kepercayaan seperti itu sangat resisten terhadap perubahan (Kreuter & Stretcher, 1995).

b. Emosional dalam kepercayaan

(39)

berhubungan dengan kesehatan. Menurut teori konflik, urutan kognitif yang digunakan orang untuk sampai pada suatu keputusan stabil dimulai saat suatu peristiwa petualangan mereka atau pada gaya hidup. Petualangan juga dapat menjadi satu ancaman, seperti gejala sakit atau satu berita sejarah tentang bahaya merokok, atau suatu peluang, seperti kesempatan mengikuti suatu program gratis pada acara untuk menghentikan rokok. Langkah pertama dalam urutan kognitif termasuklah menilai tantangan, yang pada dasarnya menjawab pertanyaan: “Adakah resiko serius jika saya tidak berubah?” Jika jawabannya ‘tidak’ perilaku tetap sama dan proses pengambilan keputusan berakhir; tetapi jika jawabannya adalah ‘ya’, proses berlanjut misalnya, dengan sebuah alternatif survey untuk menyetujui tantangan.

Menurut Goleman (2007) sistem pemahaman impulsif yang berpengaruh besar, adalah pikiran emosional. Lebih lanjut, dikemukakan ciri utama pikiran emosional, yakni respons yang cepat tetapi ceroboh. Pikiran emosional jauh lebih cepat dari pada pikiran rasional, langsung melompat tanpa mempertimbangkan sekejap pun apa yang dilakukannya. Kecepatan itu, mengesampingkan pikiran hati-hati dan analitis yang merupakan ciri khas akal yang berpikir atau tindakan pikiran rasional.

3. Norma

(40)

kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk. Pada dasarnya, norma disusun agar hubungan di antara manusia dalam masyarakat dapat berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan (Iswantara, 2004).

Norma merupakan hasil buatan manusia sebagai makhluk sosial. Pada awalnya, aturan ini dibentuk secara tidak sengaja. Lama-kelamaan norma-norma itu disusun atau dibentuk secara sadar. Norma dalam masyarakat berisi tata tertib, aturan, dan petunjuk standar perilaku yang pantas atau wajar. Iswantara (2004), mengemukakan aturan atau ketentuan yang mengatur tingkah laku manusia dalam masyarakat disebut norma, sedangkan adat istiadat adalah norma yang tidak tertulis namun sangat kuat mengikat sehingga anggota-anggota masyarakat yang melanggar adat istiadat akan mendapat sanksi keras yang secara langsung dikenakan kepada pelanggaran adat tersebut.

Menurut Notoatmodjo (2003), yang mengutip pendapat Elling, mengatakan bahwa faktor-faktor sosial yang memengaruhi perilaku kesehatan antara lain : (1) Self Concept, yakni tingkatan kepuasan atau ketidak puasan diri sendiri ketika

(41)

menggunakan pelayanan dukun akan memengaruhi perilaku individu lainnya dalam memilih pertolongan persalinan pada saat mereka sudah berkeluarga.

Berdasarkan kekuatan yang mengikatnya, norma dibagi menjadi empat bagian yaitu:

a. Cara (Usage)

Norma yang menunjuk pada suatu bentuk perbuatan yang memiliki sangsi amat lemat. Contoh : aturan cara makan. jika di pertemuan ada yang makan tidak memakai sendok/alat lainnya. dan ada juga yang makan memakai sendok/alat lannya. jika makan menggunakan sendok, tidak akan menjadi permasalahan. tapi bila tidak memakai sendok/alat lainnya mengakibatkan orang di sekitarnya merasa terganngu melihatnya dan akhirnya mencela cara makan yang demikian. b. Kebiasaan (Folkways)

(42)

c. Tata kelakuan (Mores)

Apabila suatu kebiasaan tidak semata-mata dianggap sebagai cara berperilaku saja, bahkan diterima sebagai norma-norma pengatur. Maka kebiasaan tersebut dikenal sebagai tata kelakuan (mores). (menjadi pedoman perilaku) Peranan tata kelakukan dalam kehidupan bermasyarakat sangatlah penting. Alasannya adalah sebagai berikut:

1) Tata kelakuan akan memberikan batas-batas pada perilaku individu. 2) Tata kelakuan akan mengidentifikasi individu dengan kelompoknya. 3) Tata kelakuan akan menjaga solidaritas antar anggota masyarakat. d. Adat istiadat (Custom)

Tata kelakuan yang kekal serta kuat integtasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat. Adat istiadat merupakan aneka kelaziman dalam suatu daerah yang mengikuti pasang naik dan pasang surut situasi masyarakat. Adat istiadat tergantung pada situasi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.

4. Kebiasaan

(43)

Kebiasaan dapat dikelompokkan ke dalam kebiasaan berpikir adalah kebiasaan beretika dan kebiasaan sosial. Kebiasaan ini cukup banyak, misalnya kebiasaan menjaga kebersihan, bersikap jujur, menjalani hidup dengan baik, serta segala bentuk kebiasaan yang memiliki korelasi dengan etika berperilaku dan kebiasaan sosial yang menjadi ciri tersendiri bagi manusia.

Kebiasaan dipengaruhi tiga faktor yaitu faktor lingkungan. 1)Lingkungan atau tempat tinggal memengaruhi dalam beraktivitas yang akhir membentuk suatu kebiasaan. 2)Faktor usia, walaupun ini bukan faktor penentu, usia dapat memengaruhi kebiasaan seseorang. 3)Pengalaman dalam bersosialisasi/pergaulan. Jika seseorang memiliki kematangan emosional yang baik, maka akan berbentuk pribadi yang baik yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan setempat, sehingga dimanapun kita berada dapat terjalin keharmonisan dalam pergaulan dengan masyarakat yang memengaruhi perilaku kita dalam masyarakat yang mengarah pada kebiasaan (Notoatmodjo, 2003).

Ada beberapa tahapan dalam membentuk kebiasaan yaitu:

a. Memfokuskan perhatian. Kebiasaan seseorang muncul dari perhatian seseorang yang mana perhatian tersebut akan difokuskan untuk perilaku dan tujuan tertentu yang kemudian perilaku tersebut akan diulang-ulang.

(44)

membuat seseorang itu akan melakukan suatu pekerjaan tanpa harus berpikir lagi karena pekerjaan tersebut.

2.4. Ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi dibanding keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan memengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi pendidikan dan merupakan alasan perempuan untuk lebih memilih dukun sebagai penolong persalinan, karena mereka beralasan bahwa dukun lebih murah dibanding tenaga kesehatan lainnya. Mereka menganggap dukun murah karena mereka dapat membayarnya dengan beras, kelapa atau ayam yang tersedia di rumah mereka. Mereka tidak ingin memilih bidan karena mereka harus membayar bidan dengan uang yang kadang-kadang tidak tersedia di rumah mereka (Juariah, 2009). Sebaliknya, perempuan yang menganggap bahwa biaya ke dukun sama dengan ke bidan, hanya cara pembayarannya yang berbeda cenderung akan memilih bidan. Mereka berpendapat bahwa, jika memilih bidan mereka harus membayar dengan uang yang relatif banyak dalam sekali waktu, tetapi jika mereka memilih dukun, mereka harus membayar secara berkesinambungan sampai periode nifas (Juariah, 2009).

(45)

bekerja; (b) penghasilan diperoleh dari dinas sosial; (c) jumlah penghasilan sangat rendah atau tidak stabil sehingga kurang untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Penelitian oleh Ongko (1998) dalam Tukiman (2001) tentang demand masyarakat ke balai kesehatan masyarakat salah satunya dipengaruhi oleh faktor harga.

2.5. Keputusan Persalinan

2.5.1. Definisi Keputusan Persalinan

Pengambilan keputusan yang optimal menurut Robbins (2001) adalah rasional. Artinya seseorang membuat pilihan memaksimalkan nilai yang konsisten dalam batas-batas tertentu. Pilihan-pilihan dibuat mengikuti model pengambilan keputusan rasional enam langkah sebagai berikut:

1. Menetapkan masalah

2. Mengidentifikasikan kriteria keputusan 3. Mengalokasikan bobot pada kriterianya 4. Mengembangkan alternatif

5. Mengevaluasi alternatif

6. Memilih alternatif yang terbaik

(46)

penetapan keputusan. Tetapi telah disepakati, bahwa faktor-faktor personal amat menentukan apa yang diputuskan itu, antara lain kognisi, motif dan sikap. Kognisi artinya kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki. Motif amat mempengaruhi pengambilan keputusan. Sikap merupakan faktor penentu lainnya dalam proses pengambilan keputusan (Rakhmat, 2005).

Langkah-langkah pengambilan keputusan dalam bidang pelayanan kesehatan (health care) yang meliputi manfaat dari tindakan, risiko tindakan, alternatif terhadap tindakan ke depan, tidak melakukan tindakan apapun, dan keputusan. Berdasarkan teori pengambilan keputusan, maka relevansinya dengan pengambilan keputusan pada ibu hamil terhadap pemilihan penolong persalinan didasari pada bebera hal, antara lain:

1 Berdasarkan pemikiran yang rasional tentang pentingnya memilih penolong persalinan yang tepat dan tidak menimbulkan masalah lain berdasarkan kemampuan pikirannya dan berdasarkan studi empiris yang ada.

(47)

beberapa penyelesaian alternatif yang masuk akal untuk dipilih yang masing-masing memiliki argumen yang baik, dan (h) bila waktu terbatas dan ada tekanan untuk segera diambil keputusan yang tepat.

3. Berdasarkan pilihan yang ada, yaitu adanya pertimbangan-pertimbangan membuat pilihan alternatif lain setelah mengkaji untuk ruginya.

4. Berdasarkan perbedaan budaya, yaitu adanya perbedaan latar belakang budaya yang dianutnya sehingga keputusan yang diambil didasarkan oleh norma, kaedah dan adat istiadat yang ada (Rivai, 2004).

Menurut Tjiptoherijanto (1994), hubungan antara keinginan sehat dan permintaan akan pelayanan kesehatan hanya kelihatannya saja sederhana, tetapi sebenarnya sangat kompleks. Penyebab utamanya adalah karena persoalan kesenjangan informasi. Adanya keinginan sehat menjadi konsumsi perawatan kesehatan melibatkan berbagai informasi, yaitu aspek yang menyangkut status kesehatan yang membaik, informasi tentang macam perawatan yang tersedia dan informasi tentang efektifitas pelayanan tersebut. Dari informasi inilah masyarakat kemudian terpengaruh untuk melakukan permintaan dan penggunaan (utility) pelayanan kesehatan.

(48)

jika penyakit tertentu telah dipastikan, agar sembuh dan sehat seperti sediakala atau penyakit tidak bertambah parah (peran sakit-sick role behavior).

Salah satu tenaga kesehatan yang terlibat langsung terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak adalah bidan yang mempunyai tugas penting dalam memberikan bimbingan, asuhan dan penyuluhan kepada ibu hamil, persalinan dengan tanggung jawabnya sendiri serta memberikan asuhan kepada bayi baru lahir. Asuhan ini termasuk tindakan pencegahan, deteksi kondisi abnormal pada ibu dan anak, serta melaksanakan tindakan kegawatdaruratan medik (Sheila & Anthea, 2006).

Keputusan ibu untuk memilih penolong persalinan baik menggunakan tenaga kesehatan (bidan, dokter) juga dukun yang pernah menolong persalinan ibu hamil. Perbedaan kedua penolong persalinan tersebut terletak pada tempat dimana akan dilakukan proses persalinan. Biasanya dukun persalinan berada di lokasi perumahan dengan peralatan seadanya atau tradisional. Sedangkan tenaga kesehatan cenderung memiliki peralatan yang memadai, khusus rumah sakit didukung oleh alat-alat persalinan yang sudah canggih atau sesuai standar (Suprapto, 2005).

(49)

2.5.2. Faktor yang Memengaruhi Keputusan Persalinan

Menurut pendapat Azwar (2009), pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh seseorang, dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial budaya, dan sosial ekonomi orang tersebut. Bila tingkat pendidikan, sosial budaya dan sosial ekonomi baik maka secara relatif pemanfaatan pelayanan kesehatan akan tinggi.

Pemanfaatan pelayanan kesehatan erat kaitannya dengan pengambilan keputusan dalam memanfaatkan pelayanan tersebut. Menurut Robbins yang dikutip oleh Juliwanto (2009), faktor-faktor personal sangat menentukan apa yang diputuskan itu, termasuk dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan. Faktor tersebut diantaranya kognisi, motif dan sikap. Kognisi artinya kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki. Motif sangat memengaruhi pengambilan keputusan. Sikap merupakan faktor penentu lainnya dalam proses pengambilan keputusan.

Dever (1984) menambahkan faktor yang memengaruhi keputusan ibu hamil dalam memilih pelayanan kesehatan adalah:

1. Faktor Sosio Kultural

a. Norma dan nilai yang ada di masyarakat adalah norma, nilai sosial dan keyakinan yang ada di masyarakat akan memengaruhi seseorang dalam bertindak, termasuk dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.

(50)

teknologi dapat menurunkan pemanfaatan pelayanan kesehatan, misalnya, pemanfaatan rumah sakit bisa menurun sebagai akibat dari tingginya teknologi dalam obat-obatan.

2. Faktor Organisasional

a. Ketersediaan sumber daya yang mencukupi dari segi kualitas maupun kuantitas sangat memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu pelayanan bisa digunakan apabila jasa tersebut tersedia.

b. Keterjangkauan lokasi (akses geografi) yang dapat dilihat dari jarak, waktu tempuh maupun biaya tempuh dapat memengaruhi pemanfaatan pelayananan kesehatan.

c. Keterjangkauan sosial (akses sosial) dapat dibagi dalam dua dimensi yaitu (1) Kemampuan menerima (acceptability) termasuk di dalamnya faktor psikologi, faktor sosial dan faktor budaya seperti: etnis, jenis kelamin, umur, kepercayaan. (2) Kemampuan menghasilkan (affordability) termasuk didalamnya faktor ekonomi seperti: kemampuan membayar, dan ada tidaknya asuransi kesehatan.

d. Karakteristik struktur pelayanan dan proses, berbagai macam bentuk praktek pelayanan kesehatan dan cara memberikan pelayanan kesehatan mengakibatkan pola pemanfaatan yang berbeda.

3. Faktor yang Berhubungan dengan Konsumen

(51)

dipengaruhi oleh: (1) faktor sosiodemografi meliputi umur, jenis kelamin, ras, etnis, status perkawinan, dan sosioekonomi (pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan), (2) faktor sosiopsikologi meliputi persepsi sakit, sikap dan kepercayaan tehadap perawatan medis.

4. Faktor yang berhubungan dengan Penyedia Layanan (Provider)

Faktor ini dipengaruhi oleh: (1) faktor ekonomi, berkaitan dengan kondisi permintaan dan penawaran terhadap pelayanan kesehatan, (2) Karakteristik provider meliputi tipe palayanan kesehatan, sikap petugas, keahlian petugas dan fasilitas yang dimiliki oleh penyedia layanan (Dever, 1984).

2.6. Landasan Teori

Sebagai acuan dalam menentukan variabel penelitian serta menyusunnya dalam suatu kerangka konseptual, maka keseluruhan teori-teori yang telah dipaparkan di atas dirangkum dalam suatu landasan teori seperti diuraikan berikut ini. Christensen (1999) dalam Sarafino (2002) menjelaskan bahwa penelitian memperlihatkan proses berpikir yang tidak rasional pada beberapa tipe keputusan yang berhubungan dengan kesehatan. Pertama, orang dengan sakit kronis, seperti diabetes, yang cenderung menggunakan pola berpikir tidak logis pada situasi yang berkaitan dengan kesehatannya cenderung tidak mengikuti saran medis dalam memanajemen kesehatannya.

(52)

persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek. Teori HBM oleh Rosenstock (1974) bahwa variabel demografi; seperti usia, jenis kelamin, ras, pekerjaan, dan jarak memengaruhi kepercayaan seseorang dalam menentukan keputusan kesehatan.

Pengambilan keputusan merupakan pilihan yang harus dilakukan ibu hamil dalam pertolongan persalinan, dan merupakan bentuk nyata dari perilaku ibu hamil dalam memilih pertolongan persalinan. Menurut Sarwono (2008) yang mengutip pendapat Andersen (1968) dalam teori “Andersen’s Behavioral model of Health Service Utilization”, bahwa keputusan untuk mencari alternatif pelayanan

kesehatan itu ada tiga komponen yaitu: predisposisi, enabling (pendukung), dan need. 1) Komponen predisposisi terdiri dari tiga unsur yaitu: demografi (usia, jenis kelamin, status perkawinan dan jumlah anggota keluarga), struktur sosial (jenis pekerjaan, status sosial, pendidikan, ras, dan kesukuan), dan budaya dan kepercayaan kesehatan.

2) Komponen enabling (pendukung) mempunyai dua unsur: sumber daya keluarga (penghasilan keluarga, kemampuan membeli jasa pelayanan dan keikutsertaan dalam asuransi kesehatan), dan sumber daya masyarakat (jumlah sarana pelayanan kesehatan, jumlah tenaga kesehatan, rasio penduduk dan tenaga kesehatan, lokasi sarana kesehatan).

(53)

berbagai gejala penyakit, dan jenis penyakit, dan fungsi-fungsi tubuh yang terganggu.

Dalam penelitian ini, konsep determinan perilaku pemilihan pelayanan kesehatan hanya dilihat dari faktor predisposisi dan enabling, sedangkan faktor kebutuhan (need) tidak peneliti jadikan sebagai variabel penelitian mengingat faktor need dalam pemilihan penolong persalinan dilihat kurang relevan, karena unsur yang

terdapat dalam need tersebut berupa jenis penyakit, lama sakit dan lebih mengarah penolong persalinan bukan merupakan jenis penyakit atau kondisi penyakit yang dialami oleh individu tetapi menyangkut masalah sumber daya manusia kesehatan Berdasarkan uraian landasan teori tersebut, maka kerangka teori penelitian sebagai berikut.

Gambar 2.1 Landasan Teori Menurut Anderson (1974), Sarafino (2002), Teori WHO dalam Notoatmodjo (2007)

Merujuk pada teori Anderson dalam Sarwono (2008) tersebut, dan berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan penulis, terkait dengan perilaku ibu

Predisposisi 1. Umur 2. Pendidikan 3. Suku/ras

4 Manfaat-manfaat kesehatan

Pengambilan Keputusan P li Pendukung

1. Sumber daya keluarga 2. Sumber daya masyarakat Kebutuhan

(54)

Akses Informasi

Pengambilan Keputusan dalam Persalinan Sosial

1. Pendidikan 2. Kepercayaan 3 Norma Ekonomi

terhadap keputusan persalinan berdasarkan penolong di Kecamatan Terjun Medan Marelen berbeda-beda tergantung orang yang memberikan informasi. Namun, keputusan ibu tersebut lebih dipengaruhi oleh akses informasi, sosial (pendidikan, kepercayaan, norma, kebiasaan) dan ekonomi.

2.7. Kerangka Konsep

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan terarah akan alur penelitian ini digambarkan dalam kerangka konsep seperti berikut ini:

Variabel Bebas Variabel Terikat

(55)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey, yang bersifat explanatory research yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh akses informasi, sosial

(pendidikan, kepercayaan, norma, kebiasaan) dan ekonomi terhadap pengambilan keputusan ibu dalam menentukan penolong persalinan di wilayah kerja PUSKESMAS Terjun Kecamatan Medan Marelan. Explanatory research merupakan jenis penelitian untuk menjelaskan hubungan antara faktor-faktor atau variabel-variabel melalui pengujian hipotesa (Singarimbun, 1995).

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja PUSKESMAS Terjun Kecamatan Medan Marelan. Alasan pengambilan tempat penelitian adalah berdasarkan observasi awal, masih ditemukan ibu bersalin yang ditolong oleh dukun.

3.2.2 Waktu Penelitian

(56)

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian atau objek yang akan diteliti (Arikunto, 2000). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin di wilayah kerja PUSKESMAS Terjun Kecamatan Medan Marelan pada bulan Januari sampai September 2012 berjumlah 976 orang.

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari ibu- ibu yang sudah melahirkan baik yang ditolong tenaga kesehatan maupun tenaga non kesehatan (dukun bayi) di wilayah kerja PUSKESMAS Terjun Kecamatan Medan Marelan dengan besar sampel diambil menggunakan rumus uji hipotesis proporsi populasi tunggal (Lemeshow, 1997); sebagai berikut:

(

)

Po = Proporsi ibu bersalin yang ditolong tenaga kesehatan (78,2%=0,78%) (Juliwanto, 2008)

Pa = Proporsi yang diharapkan berbeda 10%, sehingga proposi yang diharapkan 88,2%=0,88%.

Dengan menggunakan rumus tersebut di atas, maka jumlah sampel dalam penelitian ini dapat dikalkulasikan sebagai berikut :

(57)

(

)

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diperoleh jumlah sampel minimal sebanyak 92 orang. Kriteria inklusi adalah bersedia menjadi responden, ibu memiliki jumlah anak minimal 2 orang dengan alasan agar dapat diketahui kebiasaan ibu dalam memilih penolong persalinan, alamat ibu bersalin tinggal di wilayah kerja PUSKESMAS Terjun dan dapat dijangkau (jelas). Cara pengambilan sampel terlebih dahulu menentukan identitas sampel yang lengkap dan sesuai dengan kriteria penelitian berjumlah 214 orang. Kemudian sampel diambil dengan teknik simple random sampling menggunakan undian.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

(58)

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari PUSKESMAS Terjun Kecamatan Medan Marelan berupa profil dan dokumentasi serta sumber-sumber lain yang berkaitan dengan persalinan ibu.

3.4.3. Pengujian Validitas dan Reliabilitas 1. Pengujian Validitas

Dilakukan pengujian kuesioner terhadap 30 orang ibu bersalin pada bulan Desember 2012 di PUSKESMAS Labuhan Medan Kecamatan Medan Deli yang memiliki kriteria yang sama dengan sampel penelitian ini. Uji validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment yang mana bila rhitung > rtabel, berarti pertanyaan valid dan bila rhitung < rtabel berarti pertanyaan tidak valid (Hidayat, 2010).

2. Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat ukur dapat di percaya dan dapat diandalkan. Uji reliabilitas ini menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Apabila nilai Alpha Cronbach >0,6, dikatakan reliabel (Gozhali, 2005).

(59)

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian

Akses Informasi 0, 819 Reliabel

Akses Informasi 1 0,511 Valid

Kepercayaan 0,959 Reliabel

Kepercayaan 1 0,897 Valid

Kebiasaan 0,919 Reliabel

Kebiasaan 1 0,921 Valid

Kebiasaan 2 0,871 Valid

Kebiasaan 3 0,695 Valid

Kebiasaan 4 0,858 Valid

Kebiasaan 5 0,856 Valid

Pengambilan Keputusan 0,784 Reliabel

Peng. Keputusan 1 0,717 Valid

Peng. Keputusan 2 0,717 Valid

Peng. Keputusan 3 0,483 Valid

Peng. Keputusan 4 0,482 Valid

(60)

Hasil uji validitas dan reliabilitas diperoleh nilai r > rtabel, (0,361) sehingga seluruh item pertanyaan dinyatakan valid. Demikian dengan uji reliabilitas diperoleh nilai r Cronbach Alpha > r (0,6), sehingga seluruh item pertanyaan dinyatakan reliabel.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

Pada penelitian ini variabel bebas adalah akses informasi, sosial (pendidikan, kepercayaan, norma, kebiasaan), ekonomi dan variabel terikat adalah pengambilan keputusan ibu dalam menentukan penolong persalinan. Adapun definisi operasional variabel penelitian pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Definisi

Operasional Indikator Pengukuran

Akses Informasi d. Perguruan Tinggi

Ordinal

dan kedekatan emosional Ordinal

c. Norma (X4) Aturan dalam keluarga yang bersifat mengikat dalam memilih penolong persalinan

(61)

Tabel 3.2 Lanjutan

Pemeriksaan kehamilan Ordinal

Ekonomi (X6) Tersedianya dana untuk biaya persalinan

Penghasilan per bulan Ordinal

Keputusan dalam kesehatan dan non kesehatan (dukun

3.6 Metode Pengukuran

Pengukuran variabel bebas yang terdiri dari akses informasi, sosial (pendidikan, kepercayaan, kebiasaan, norma) dan ekonomi menggunakan skala Likert adalah sebagai berikut:

3.6.1 Pengukuran Variabel Independen

1. Variabel akses informasi diukur berdasarkan sembilan pertanyaan. Pada soal satu, dua, tiga, lima sampai sembilan apabila menjawab ya diberi skor dua dan tidak diberi skor satu dan soal empat apabila menjawab ya diberi skor satu dan tidak diberi skor dua, kemudian dikategorikan:

(62)

b) Tidak baik yaitu bila responden mendapat skor yang dicapai <50% dari total jawaban, yaitu 9-13.

2. Varibel sosial diukur berdasarkan empat aspek yaitu pendidikan, kepercayaan, norma dan kebiasaan.

a. Pendidikan diukur berdasarkan satu pertanyaan, yang dibedakan atas : 1) Tinggi yaitu bila responden tamat SLTA dan Perguruan Tinggi/Diploma. 2) Rendah yaitu bila responden tidak sekolah/tamat SD dan SLTP.

b. Kepercayaan diukur berdasarkan pengalaman, keterampilan dan kedekatan emosional sebanyak lima pertanyaan dengan alternatif jawaban apabila menjawab sangat setuju diberi skor lima dan setuju diberi skor empat, ragu-ragu diberi skor tiga, tidak setuju diberi skor empat dan sangat tidak setuju/diberi skor satu, kemudian dikategorikan:

1) Mendukung, apabila responden mendapat skor ≥50% dari total jawaban, yaitu 16-25.

2) Tidak mendukung. apabila responden mendapat skor <50% dari total jawaban, 5-15.

c. Norma diukur berdasarkan indikator anjuran dan larangan sebanyak lima pertanyaan. Pada soal dua, tiga dan lima apabila menjawab ya diberi skor dua dan tidak diberi skor satu dan soal satu dan empat apabila menjawab ya skor satu dan tidak diberi skor dua, kemudian dikategorikan

(63)

2) Tidak Mendukung, apabila jawaban responden mendapat skor < 50% dari total jawaban, yaitu 5-7.

d. Kebiasaan diukur berdasarkan indikator pengobatan kehamilan dan pemeriksaan kehamilan sebanyak lima pertanyaan dengan alternatif jawaban bila menjawab dokter diberi skor tiga, keduanya diberi skor dua, dukun diberi skor satu, kemudian dikategorikan:

1) Mendukung, apabila jawaban responden mendapat skor ≥50% dari total jawaban, yaitu 11-15.

2) Tidak mendukung, apabila jawaban responden mendapat skor <50% dari total jawaban, yaitu 5-10.

3. Ekonomi yaitu pendapatan keluarga berbentuk uang untuk mempersiapkan biaya persalinan per bulan yang dikategorikan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Propinsi Sumatera Utara No. 188.44/988/KPTS/Tahun 2011 tentang Penetapan Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumatera Utara tahun 2012 yaitu sebesar Rp 1.200.000,- per bulan. Dengan demikian pendapatan keluarga responden dapat dibedakan atas :

a) Di atas UMP (≥Rp. 1.200.000) b) Di bawah UMP (<Rp. 1.200.000)

3.7 Metode Analisis Data

(64)

kebiasaan) dan ekonomi serta variabel dependen yaitu keputusan dalam persalinan melalui tabel distribusi dan frekwensi.

2. Analisis bivariat digunakan untuk mendapatkan informasi tentang hubungan variabel independen yaitu akses dan sosial ekonomi dengan variabel dependen (keputusan dalam persalinan) dengan menggunakan uji Chi Square pada taraf signifikan α = 0,05.

(65)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Wilayah Kerja PUSKESMAS Terjun 4.1.1. Keadaan Geografis

PUSKESMAS Terjun terletak di Jalan Kapten Rahmat Buddin No. 188 Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan. Batas wilayah Kecamatan Medan Marelan sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Belawan. 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Labuhan. 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Deli. 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Hamparan Perak.

Luas wilayah kerja PUSKESMAS Terjun 447 Ha meliputi lima kelurahan dengan jumlah penduduk 125.487 jiwa. Masyarakat sebagian besar bekerja sebagai petani, yaitu sebanyak 7.402 jiwa dan paling banyak dijumpai di Kelurahan Terjun. Suku bangsa yang terbanyak adalah suku Melayu sebanyak 30.490 jiwa.

4.1.2.Fasilitas Pelayanan Kesehatan

(66)

4.2. Analisis Univariat

4.2.1. Karakteristik Responden

(67)

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Sosiodemografi No. Karakteristik Responden Jumlah (n) Persentase (%)

1. Umur

Reproduksi sehat (20-35 tahun) 55 59,8 Reproduksi kurang sehat (<20 dan

> 35 tahun)

4.2.2. Akses Informasi

Akses informasi dapat diketahui dari tabel frekuensi perolehan nilai responden dan jawaban terhadap pernyataan pada kuesioner bahwa responden menyatakan cenderung tidak memperoleh informasi tentang penolong persalinan dari media cetak (koran/ majalah) (76,1%), dari media elektronik (radio/ TV) (53,3%) dan dari dukun bayi (81,5%) maupun dari tokoh masyarakat (73,9%).

(68)

(51,1%). Responden juga lebih banyak memperoleh informasi tentang anjuran untuk memeriksakan kehamilan di sarana kesehatan (88%) dan anjuran untuk bersalin di sarana kesehatan (88%).

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Akses Informasi yang Diperoleh Responden

No Akses Informasi Ya Tidak Total

n % n % n %

1. Ibu memperoleh informasi tentang penolong persalinan dari media cetak (koran/ majalah)

22 23,9 7

0 76,1 92 100 2. Ibu memperoleh informasi

tentang penolong persalinan dari media elektronik (radio/ TV)

43 46,7 4

9 53,3 92 100 3. Ibu memperoleh informasi

tentang penolong persalinan dari dokter/ bidan

78 84,8 1

4 15,2 92 100 4. Ibu mendapat informasi tentang

penolong persalinan dari dukun bayi

17 18,5 75 81,5 92 100 5 Ibu mendapat informasi tentang

penolong persalinan (tenaga kesehatan) dari keluarga/ kerabat/ saudara

68 73,9 2

4 26,1 92 100 6 Ibu mendapat informasi tentang

penolong persalinan dari kader 47 51,1 4

5 48,9 92 100 7 Ibu mendapat informasi tentang

penolong persalinan (tenaga kesehatan) dari tokoh masyarakat

24 26,1 6

8 73,9 92 100 8 Ibu memperoleh informasi

tentang anjuran untuk memeriksakan kehamilan di sarana kesehatan

81 88,0 1

1 12,0 92 100 9 Ibu memperoleh informasi

tentang anjuran untuk bersalin di sarana kesehatan

81 88,0 1

(69)

Untuk mengetahui distribusi kategori akses informasi tertera pada Tabel 4.3 diketahui lebih banyak responden memperoleh informasi dengan baik yaitu 71 orang (77,2%), selebihnya merupakan akses informasi tidak tidak yaitu 21 orang (22,8%).

Tabel 4.3 Kategori Akses Informasi yang Diperoleh Responden

No Kategori Akses Informasi n (%)

1. Baik 71 77,2

2. Tidak Baik 21 22,8

Total 92 100

4.2.3. Sosial

Untuk mengetahui variabel sosial diukur berdasarkan pendidikan, kepercayaan, norma dan kebiasaan dapat diketahui dari tabel frekuensi perolehan nilai responden dan jawaban terhadap pernyataan pada kuesioner yang diberikan berikut ini.

4.2.3.1. Kepercayaan

(70)

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Variabel

(71)

mendukung tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan 69 orang (75%) dan selebihnya tidak mendukung 23 orang (25%).

Tabel 4.5 Kategori Kepercayaan Responden

No Kategori Kepercayaan n (%)

1. Mendukung 69 75,0

2. Tidak mendukung 23 25,0

Total 92 100

4.2.3.2. Norma

Untuk mengetahui norma yang berlaku dalam keluarga responden terhadap penolong persalinan seperti pada Tabel 4.6 diketahui bahwa responden yang dianjurkan untuk memilih bidan sebagai penolong persalinan (91,3%) dan yang dilarang memilih dukun bayi sebagai penolong persalinan (71,7%). Sedangkan yang dianjurkan memilih dukun bayi sebagai penolong persalinan (17,4%) dan yang dilarang memilih bidan (21,7%).

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Variabel Norma

No Norma Ada Tidak Total

n % n % n %

1. Ibu pernah dilarang untuk memilih bidan sebagai penolong persalinan

20 21,7 72 78,3 92 100 2. Ibu dianjurkan untuk memilih

bidan sebagai penolong persalinan

84 91,3 8 8,7 92 100 3. Ibu dilarang untuk memilih

dukun bayi sebagai penolong persalinan

66 71,7 66 71,7 92 100 4. Ibu dianjurkan untuk memilih

dukun bayi sebagai penolong persalinan

16 17,4 76 82,6 92 100 5 Ibu dianjurkan untuk memilih

dokter kandungan sebagai penolong persalinan

Gambar

Gambar  2.1  Landasan Teori Menurut Anderson (1974), Sarafino (2002),  Teori
Gambar  2.2  Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1  Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian
Tabel 3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait