TUGAS AKHIR
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
IMPLEMENTASI SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN PERPAJAKAN PADA KANTOR PELAYANAN PERPAJAKAN PRATAMA MEDAN KOTA
DISUSUN OLEH:
NAMA : ASRI’E WAHDITIA S PUTRI NIM : 082600044
UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT MENYELESAIKAN PROGRAN STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UATARA
MEDAN 2011
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI ... i
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Kata Pengantar ... 1
B. Tujuan dan Manfaat ... 4
C. Uraian Teoritis ... 6
1 . Pengertian Sistem ... 6
2 . Pengertian Sistem Administrasi Perpajakan ... 6
3 . Pengertian Pajak ... 6
4 . Pengertian Implementasi ... 7
5 . Sejarah Perpajakan ... 8
D. Ruang Lingkup ... 9
E. Metode Penelitian ... 10
1. Tahapan Persiapan ... 10
2. Studi Literatur ... 11
3. Observasi Lapangan ... 11
4. Pengumpulan Data ... 11
5. Analisis data dan Evaluasi ... 11
1. Metode Wawancara (interview) ... 12
2. Metode Observasi ... 12
3. Metode Dokumentasi ... 12
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan ... 13
BAB II GAMBARAN LOKASI UMUM PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI ... 15
A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ... 15
1. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Kota ... 15
2. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota ... 17
3. Tugas dan Fungsi Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ... 20
Subbagian Umum ... 20
Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) ... 21
Seksi Pelayanan ... 21
Seksi Penagihan ...22
Seksi Pemeriksaan ... 23
Seksi Ekstensifikasi ... 24
Seksi Pengawasan dan Konsultasi ...24
Kelompok Pejabat Fungsional ... 25
Nilai-nilai dan Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak ...26
Kewajiban dan larangan dalam Kode Etik Pegawai DJP ...28
a. Setiap Pegawai mempunyai kewajiban untuk ...28
b. Setiap Pegawai dilarang ...29
BAB III GAMBARAN UMUM ...30
A. Sistem Administrasi Perpajakan Modern Secara Teori ... 30
1. Administrasi Perpajakan ... 30
1.1 Pengertian Administrasi Perpajakan ... 30
1.2 Peranan Administrasi Perpajakan ... 31
1.3 Perkembangan Sistem Perpajakan Di Indonesia ...32
2. Administrasi Perpajakan Modern ...34
2.1 Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern ...34
2.2 Program Reformasi Administrasi Perpajakan ...35
2.3 Karakteristik Administrasi Perpajakan Modern ...36
2.4 Dimensi penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern ...38
B. Sistem Administrasi Perpajakn Modern Pada KPP Pratama Medan Kota ...46
1. Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern ...46
2. KPP Pratama Medan Kota setelah diterapkannya SIPMOD ...47
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI...48
A. Implementasi Sistem Administrasi Perpajakan Modern...48
C. Pengaruh Implementasi Terhadap Pelayanan di KPP Pratama Medan Kota
Dalam Penggunaan e-SPT...68
D.Permasalahan...69
BAB V PENUTUP ...71
A. Kesimpulan...71
B. Saran...73
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pelaksanaan perpajakan, Wajib Pajak tidak memperoleh imbalan secara
langsung atas pembayaran pajak yang di lakukannya. Wajib Pajak diberi kepercayaan
untuk menghitung, membayar, memperhitungkan dan melaporkan sendiri besarnya pajak
yang terutang, sementara pihak fiskus diberi kewajiban untuk melakukan pengawasan,
pembinaan terhadap Wajib Pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya. Oleh
kerena itu faktor pelayanan menjadi sangat penting dan perlu disadari bahwa permintaan
pelayanan dari masyarakat atas hak dan kewajiban perpajakan cenderung meningkat
sejalan dengan kebijakan perpajakan dan laju pembangunan nasional.
Pajak bersifat dinamik dan mengikuti perkembangan kehidupan social dan
Ekonomi Negara serta masyarakatnya. Tuntutan akan peningkatan penerimaan,
perbaikan-perbaikan dan perubahan mendasar dalam segala aspek perpajakan yang
menjadi alasan dilakukannya reformasi perpajakan dari waktu ke waktu yang berupa
penyempurnaan terhadap kebijakan perpajakan dan sistem administrasi perpajakan. Agar
basis pajak dapat semakin diperluas, sehingga potensi penerimaan pajak yang tersedia
dapat di pungut secara optimal dengan menjunjung atas keadilan sosial dan memberikan
Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern pertama kali ditandai dengan
dibentuknya Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar,
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Wajib Pajak Besar Satu dan Kantor Pelayanan Pajak.
Wajib Pajak Besar Dua yang mulai beroperasi sejak 9 September 2002. Kanwil dan KPP
secara khusus menangani administrasi perpajakan. Wajib Pajak Besar badan tingkat
nasional dengan kriteria peredaran usaha, pembayaran pajak atau jumlah tunggakan pajak
yang terbesar.
Kantor Pelayanan Pajak yang modern, didukung organisasi yang ramping,
teknologi informasi yang memeberikan percepatan pelayanan professional dengan
penerapan kode etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang ketat. Keberhasilan
pembentukan Kantor Wilayah dan Kantor Pelayanan Pajak Modern tersebut akan
dilanjutkan ke kantor-kantor lainnya di seluruh Indonesia secara bertahap. Penerapan
sistem administrasi perpajakan modern di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak Jakarta Khususnya dimulai pada tanggal 30 Agustus 2004, dimana diresmikan juga
Kantor Pelayanan Pajak Madya yang mengadministrasikan Wajib Pajak Besar.
Badan tingkat Kantor Wilayah yang pertama kali dibentuk ialah Kantor Pelayanan
Pajak Madya Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta I. Pada akhir tahun 2005
diharapkan Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang mengadministrasikan wajib Pajak
Badan lainnya dan Wajib Pajak Orang Pribadi diterapkan diseluruh Kantor Pelayanan
Pajak dilingkungan Kantor Wilayah direktorat Jenderal Pajak Jakarta I. Pada tahun 2006
dilakuakan kembali perubahan modernisasi Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak dan
Pembentukan satu Kantor Pelayanan Pajak Madya diseluruh Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak diJakarta Sehingga pada tahun 2009, penerapan Sistem Administrasi
Perpajakan Modern sampai dengan pembentukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama, yang
saat ini sudah dapat beroperasi diseluruh Indonesia.
Dengan Reformasi Administrasi Perpajakan atau Perubahan Administrasi
Perpajakan, diharapkan Wajib Pajak dapat Memperoleh manfaat antara lain :
1. Wajib Pajak akan memperoleh pelayanan yang lebih baik karena didukung oleh
pegawai pajak yang profesional.
2. Wajib Pajak akan mengetahui secara mudah melalui media masa dengan
membuka situs perpajakan.
3. Permasalahan Perpajakan yang dihadapi Wajib Pajak dapat diselesaikan secara
lebih cepat sehingga kepastian hukum lebih terjamin.
4. Hak dan Kewajiban Perpajakan Wajib Pajak dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
5. Wajib Pajak dapat menghitung sendiri jumlah pajak yang harus dibayarkan dan
dapat mengetahui kurang atau lebihnya pajak yang dikenakan.
Berdasarkan uraian diatas, penulisan tertarik untuk mengadakan penelitian yang
hasilnya akan dituangkan dalam skripsi minor yang berjudul :
B. Tujuan dan Manfaat
Tujuan
Adapun tujuan dari praktik kerja lapanagn ini adalah :
1. Mendeskripsikan penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern di
Lingkungan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.
2. Mengetahui seberapa besar nya pengaruh penerapan Sistem Administrasi
Perpajakan Modern dalam meningkatkan pelayanan perpajakan di lingkungan
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.
3. Menjelaskan kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi Sistem
Administrasi Perpajakan Modern serta upaya-upaya dalam penanggulangan.
Manfaat
Bagi Mahasiswa
1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dibidang perpajakan .
2. Agar dapat melihat penerapan teori-teori yang didapat selama perkuliahan.
3. Agar dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa, Dalam melaksanakan Praktik
Kerja Lapangan Mandiri Mahasiswa dapat menuangkan keterampilan dan
mengaplikasikan dengan baik dalam melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan
dengan pengetahuan dan teknologi dalam menghadapi masalah yang timbul.
4. Dengan melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini dapat menjadi wadah
bagi mahasiswa untuk menjadi mahasiswa yang siap memasuki dunia kerja yang
semakin sulit, karena telah dibekali keterampilan, pengalaman-pengalaman dunia
kerja dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri tersebut.
Bagi Universitas
1. Dapat meningkatkan kerja sama antara Universitas dengan Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Kota.
2. Dapat memperkenalkan sumber daya Universitas Sumatera Utara.
3. Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dengan instansi
yang bersangkutan khususnya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
4. Mempromosikan sumber daya manusia yang ahli di bidangnya di lingkungan
Universitas Sumatera Utara
Bagi Instansi
1. Sebagai bahan evaluasi bagi instansi pemerintah khususnya Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Kota dalam rangka meningkatkan pelayanan perpajakan.
2. Sebagai informasi untuk bahan perbandingan dengan permasalahan yang sama
pada waktu sebelumnya, sekarang dan dimasa yang akan datang.
3. Sebagai saran untuk meningkatkan hubungan kerja sama antara instansi
Bagi masyarakat
1. Sebagai informasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang
perpajakan.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang perpajakan untuk semua kalangan
masyarakat.
C. Uraian Teoritis
1 . Pengertian Sistem
Menurut Kumoronto dalam Mardiasmo, (1994:8) Sistem adalah suatu kumpulan
atau himpunan dari unsur, komponen, atau variabel-variabel yang terealisasi, saling
berinteraksi, saling bergantung satu sama lain dan terpadu.
2 . Pengertian Sistem Administrasi Perpajakan
Administrasi Perpajakan adalah cara-cara atau prosedur pengenaan dan
pemungutan pajak. Administrasi perpajakan dalam arti sebagai prosedur yang meliputi
tahap-tahap antara lain pendaftaran wajib pajak, penetapan pajak, dan pemungutan pajak.
Tahap-tahap yang tidak solid dapat merupakan sumber kecurangan (tax evation).
3 . Pengertian Pajak
Menurut Rochmat Soemitro dalam Mardiasmo, (2009:1) Pajak adalah iuran rakyat
kepda kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
4 . Pengertian Implementasi
Penerapan sistem perpajakan yang diperoleh dari teori-teori yang dikemukakan
oleh beberapa ahli antara lain adalah :
Menurut Rochmat Soemitro dalam Mardiasmo, (2009:3) Terdapat beberapa teori
yang menjelaskan atau memberikan justifikasi pemberian hak kepada Negara untuk
memungut pajak. Teori-teori tersebut antara lain :
a. Teori Asuransi
Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya. Oleh karena
itu rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai suatu Premi Asuransi karena
memperoleh jaminan perlindungan tersebut.
b. Teori Kepentingan
Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingn (misalnya
perlindungan) masing-masing orang. Semakin besar kepentingan seseorang terhadap
Negara, makin tinggi pajak yang harus dibayar.
c. Teori Daya Pikul
Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak harus dibayar sesuai
Untuk mengukur daya pikul dapat digunakan 2 pendekatan yaitu :
i. Unsur objektif, dengan melihat besarnya penghasilan atau kekayaan
yang dimiliki oleh seseorang.
ii. Unsur subjektif, dengan memperhatikan besarnya kebutuhan materiil
yang harus dipenuhi
d. Teori Bakti
Dasar keadilan pemungut pajak terletak pada hubungan rakyat dengan negaranya.
Sebagai Negara yang berbakti, rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak
adalah sebagi suatu kewajiaban.
e. Teori Asas Daya Beli
Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Yang dimana Negara akan
menyalurkan kembali kemasyarakat dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan
masyarakat. Dengan demikian kepentingan seluruh masyarakat lebih diutamakan.
4 . Sejarah Perpajakan
Reformasi perpajakan sebagai perubahan peraturan lama sampai keakar-akarnya,
dasar falsafah dan sistem pemungutan di terapkan di Indonesia. Karena bagaimanapun
juga dengan mengandalkan sistem perpajakan yang sebelum nya akan menghalangi usaha
penigkatan efisiensi industri dalam Negri, dimana sistem perpajakan yang ada belum
dianggap efektif untuk menjangkau segala aspek perpajakan. Reformasi perpajakan yang
dilakukan oleh susatu negara merupakan suatu cara untuk memperbaiki dan
meningkatkan perekonomian Global melalui pajak.
Dalam pelengkap data-data yang dibutuhkan, riset atau penelitian untuk
pengambilan data-data yang telah ditetep kan oleh Direktorat Jendral Pajak. Dalam hal ini
berkaitan dengan pelayanan yang diberikan oleh pegawai Direktorat Jendral Pajak.
Penerapan Kode Etik Pegawai sangatlah penting mengingat agar meningkatkan
pelayanan perpajakan pada kantor pelayanan pajak pratama medan kota.
Dalam implementasi ini dibutuhkan penerapan Sistem Informasi Pelayanan
Modern (SIPMOD) yang merupakan sistem atau aplikasi yang memang diciptakan dan
untuk mempermudah proses pelayanan serta meningkatkan kualitas pelayanan perpajakan
agar masyarakat mendapatkan kepuasan terhadap pelayanan perpajakan di Kantor
Pelayanan Pratama Medan Kota. Maka sejak perpajakan dilakukan Reformasi Perpajakan
menjadi Modernisasi Wajib Pajak atau Badan dapat menghitung, melaporkan, dan
mengetahui secara langsung atas pelaporan kewajiban wajib pajak atas tanda bukti
pengabdian wajib pajak atau badan kepada Negara.
D. Ruang Lingkup
Administrasi pajak dalam arti pajak merupakan iuran wajib pajak kepada Kas
Negara yang berdasarkan undang-undang. Sehingga dapat dipaksakan dengan tidak
mendapatkan kontraprestasi langsung, sebagai prosedur meliputi prosedur-prosedur
antara lain pendaftaran wajib pajak, penetapan pajak dan penagihan pajak, yang dimana
melaksanakan tahap-tahap tersebut terdapat yang tidak solid dapat merupakan sumber
kecurangan (tax evation).
Adapun yang menjadi ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini (PKLM)
yaitu melakukan pengumpulan data yang menyangkut Sistem Administrasi Perpajakan
Modern yang di mulai dari :
1. Pelaksanaan Sistem Administrasi Perpajakan Modern dalam meningkatkan
Pelayanan Perpajakan pada tujuan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.
2. Apakah Sistem Administrasi Perpajakan Modern dapat meningkatkan Pelayanan
Pajak Pratama Medan Kota.
3. Kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan Sistem Administrasi Perpajakan
Modern dan upaya-upaya dalam penanggulangannya.
E. Metode Penelitian
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta perolehan informasi sesuai dan
benar dengan pada metode yang digunakan, maka tahapan nya adalah :
1. Tahapan Persiapan
Dalam tahapan ini penulis melakukan berbagai persiapan yang menyangkut
penelitian ini, mulai dari penentuan judul, tempat penelitian, mencari bahan-bahan
yang di gunakan untuk pembuatan proposal, dan konsultasi dengan dosen
pembimbing.
2. Studi Literatur
Penulis mengumpulkan data-data yang menjadi masalah yang akan di bahas
melalui sumber bacaan seperti : buku perpajakan, buku undang-undang
perpajakan, artikel ilmiah maupun literature yang berhubungan dengan objek
penelitian.
3. Observasi Lapangan
Dalam tahapan ini penulis melakukan peninjauan/ pengamatan secara langsung
pada objek peneliatian dan meninjau secara langsung kondisi dan keadaan objek
tempat pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri untuk mengetahui
Sistem Kerja yang berlaku pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
4. Pengumpulan Data
Dalam tahapan ini penulis mengupulkan data melalui dua cara, yaitu data yang
diperoleh secara langsung dari lapangan (data primer) dan data yang diperoleh
dari sumber lain yang diolah oleh peneliti (data sekunder) yang bertujuan untuk
mengumpulkan data yang berhubungan dengan penyusunan Laporan Tugas
Akhir.
5. Analisis data dan Evaluasi
Setelah penulis selesai memperoleh data yang di perlukan, penulis akan
F. Metode Pengumpulan Data
1. Metode Wawancara (interview)
Dalam metode ini penulis mengajukan pertanyaan secara langsung kepada para
pegawai yang berhubungan dengan maslah yang dibahas.
2. Metode Observasi
Dalam metode ini penulis langsung turun ke lapangan untuk melakukan
peninjauan dengan cara mengamati, mendengar serta mencatat mengenai hal-hal
yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.
3. Metode Dokumentasi
Dalam tahap ini penulis meminta dokumen atau data-data pendukung yg
berhubungan dengan data objek penelitian.
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan
Dalam pembahasan penulis laporan ini, penulis menyajikan pembahasan kedalam
5 bab. Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan Laporan Pratik Kerja
Lapangan Mandiri yakni :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis memberikan gambaran mengenai keseluruhan isi dari
laporan. Bab ini terdiri dari Judul, Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan
dan Manfaat, Uraian Teoritis, Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan, Metode
Pratek Kerja Lapangan, Metode Pengumpulan Data dan Sistematika Penulisan.
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PENELITIAN
Dalam bab ini penulis menguraikan secara singkat mengenai lokasi penelitian,
struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi, serta gambaran mengenai
pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.
BAB III GAMBARAN DATA SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN
Dalam bab ini penulis memaparkan data yang berkaitan dengan Sistem
Administrasi Perpajakan Modern, tujuan Sistem Administrasi Perpajakan Modern,
bagaimana penerapannya, program modernisasi perpajakan, dimensi penerapan
Administrasi Perpajakan Modern, Implementasi Sistem Administrasi Perpajakan
serta pelayanannya setelah diterapkannya sistem Administrasi Perpajakan Modern
pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI
Pada bab ini penulis akan menganalisa data yang di peroleh, serta menganalisis
masalah yang timbul, alternative pemecahan masalah juga evaluasi terhadap
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini akan disimpulkan uraian-uraian dari bab-bab sebelumnya dan
saran-saran yang mungkin dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang ada.
BAB II
GAMBARAN LOKASI UMUM PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
1. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Kota
KPP Pratama Medan Kota merupakan salah satu unsur pelaksana kegiatan
operasional pemberian pelayanan di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Unsur
pelaksana tersebut merupakan unit Eselon III, yang dipimpin oleh kepala kantor dan
bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera
Utara I yang bertugas untuk menghimpun penerimaan negara dari sektor pajak.
Sebelum bulan Mei tahun 2008, KPP Pratama Medan Kota dikenal dengan nama KPP
Medan Kota yang menggunakan Sistem Informasi Pelayanan atau disebut dengan (SIP).
Setelah KPP Pratama Medan Kota menggunakan Sistem Informasi Pelayanan (SIP), atas
keputusan DJP untuk merubah Sistem Perpajakan KPP Pratama Medan Kota merubah
kembali atau memperbaharui lagi sistem pajak menjadi Sistem Menejemen dan Informasi
Objek Pajak atau disebut dengan (SISMIOP) yang di mana SISMIOP mengurus Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
KPP Pratama Medan Kota menggunakan SISMIOP, DJP pun merubah kembali Sistem
Perpajakan yang dimana penggabungan SIP dengan SIPMOP menjadi Sistem Manajemen
dan Informasi Objek Pajak (SISMIOP). Sistem Informasi Pelayanan Modern ini berbasis
SISMIOP, BPHTB. Yang dimana dalam prakteknya aplikasi ini juga memudahkan user
dalam melihat data wajib pajak orang pribadi atau pun badan, karena data tersebut
dilengkapi dengan SIPWEB yang berfungi mengetahui data pajak sacara on-line.
Sejalan dengan reformasi dan modernisasi yang digulirkan oleh Direktorat Jenderal Pajak
dimana salah satu programnya adalah pembentukan Kantor Pelayanan Pajak Modern
yang berbasis pada komunikasi dan teknologi informasi terkini, dan didukung oleh
sumber daya manusia yang handal, maka berdasarkan KEP-95/PJ/2008 tanggal 27 Mei
2008, sejak itu KPP Medan Kota berubah nama menjadi KPP Pratama Medan Kota.
Diharapkan Kantor Pelayanan Pajak Modern ini dapat menjadi model pelayanan yang
mengedepankan pelayanan prima dan mencapai kepuasan wajib pajak sehingga
terwujudnya kepatuhan sukarela wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban
perpajakannya.
Pada saat dilakukannya Tugas Akhir ini (2011) KPP Pratama Medan Kota mempunyai
tugas untuk melaksanakan kegiatan operasional pelayanan perpajakan di bidang Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi
dan Bangunan, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya dalam daerah wewenangnya
berdasarkan kebijaksanaan teknis yang ditetapkan Direktorat Jenderal Pajak.
2. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota
Struktur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Kota adalah struktur organisasi lini dan staf, yang dipimpin oleh seorang
kepala kantor dibawah naungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
Sumatera Utara I, dimana seluruh pegawai adalah pegawai negeri sipil di bawah
naungan Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Setiap organisasi baik instansi pemerintah ataupun swasta selalu mempunyai
tujuan dan berusaha agar tujuan tersebut dapat tercapai. Di pihak lain, untuk
mencapai tujuan secara efektif diperlukan adanya kerja sama yang harmonis dan
terkoordinasi diantara pegawai yang ada dalam organisasi, baik secara vertikal
maupun horizontal. Oleh karena itu dalam setiap organisasi diperlukan adanya
suatu struktur organisasi.
Kantor Pelayanan Pajak merupakan salah satu instansi pemerintah yang
bernaung dibawah Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Republik
Indonesia yang mempunyai tugas mengadministrasikan serta mengoptimalkan
penerimaan negara dari sektor pajak.
Berikut struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota :
a. Kepala kantor
b. Subbagian Umum
c. Seksi Pelayanan
e. Seksi Pemeriksaan
f. Seksi Ekstensifikasi
g. Seksi Pengawasan dan konsultasi I
h. Seksi Pengawasan dan konsultasi II
i. Seksi Pengawasan dan konsultasi III
j. Kelompok Jabatan Fungsional
Struktur Oerganisasi yang mendukung operasional Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Kota dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
b. Seksi Pengawasan dan konsultasi II
c. Seksi Pengawasan dan konsultasi III
d. Kelompok Jabatan Fungsional
Bagan Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pratama Medan Kota
. KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
KANTOR PELAYANAN PAJAK
SUBBAGIAN UMUM
SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI I
SEKSI PELAYANAN SEKSI PENGOLAHAN DATA DAN INFORMASI
SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI IV
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI II
SEKSI PENGEWASAN DAN KONSULTASI III SEKSI PENAGIHAN
SEKSI EKSTENSIFIKASI PERPAJAKAN SEKSI PEMERIKSAAN
3. Tugas dan Fungsi Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
Adapun masing-masing seksi tersebut diatas mempunyai tugas pokok dan fungsi
sebagai berikut :
a) Subbagian Umum
Subbagian umum memiliki tugas sebagai berikut:
- Penatausahaan surat masuk dan surat keluar.
- Menyusun tanggapan/tindak lanjut terhadap Surat Hasil Pemeriksaan
/Laporan Hasil Pemeriksaan Dari Itjen Depkeu/BPK/BPKP/Unit
Fungsional Pemeriksa lainnya.
- Menyusun tanggapan terhadap surat pengaduan anggota masyarakat
melalui pos maupun secara langsung.
- Menyusun laporan berkala KPP, meliputi Laporan Ketertiban Pegawai,
Laporan Penggunaan Anggaran, Laporan Pemakaian Barang-Barang Milik
Negara, dan lain sebagainya.
- Meneliti pelanggaran disiplin pegawai yang terjadi sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980.
- Pengadministrasian hak-hak pegawai, antara lain hak cuti, asuransi
kesehatan, pengangkatan pegawai, pengajuan pensiun, dan sebagainya.
- Pengadministrasian gaji pegawai.
- Pemeliharaan aset-aset negara serta pengadaan barang-barang kebutuhan
kantor.
- Pengelolaan dan penggunaan anggaran, serta mengelola Sistem Akuntansi
Instansi.
b) Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
Seksi PDI sebagai sumber data dan informasi memiliki tugas sebagai berikut:
- Menyusun rencana penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak,
perkembangan ekonomi dan keuangan.
- Menatausahakan penerimaan pajak.
- Membuat Laporan Penerimaan Pajak ke Kantor Wilayah.
- Pembuatan dan penyampaian Surat Perhitungan (SPh) kirim ke Kantor
Pelayanan Pajak lain.
- Perbaikan komputer dan aplikasi komputer.
- Penatausahaan Alat Keterangan.
- Penatausahaan surat-surat masuk pada Seksi Pengolahan Data dan
Informasi.
- Pengaturan jaringan komputer ke seluruh pegawai serta pangawasan
terhadap penggunaan jaringan komputer.
c) Seksi Pelayanan
Seksi pelayanan merupakan tempat melayani berbagai kebutuhan perpajakan
wajib pajak, tugas-tugas seksi pelayanan antara lain:
- Menatausahakan surat-surat permohonan dari Wajib Pajak dan surat-surat
lainnya pada Tempat Pelayanan Terpadu (TPT).
- Menatausahakan surat-surat masuk untuk Seksi Pelayanan.
- Menyelesaikan registrasi wajib pajak, dan/atau pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak (PKP) serta permohonan NPWP.
- Menyelesaikan permohonan penghapusan NPWP dan pencabutan
pengukuhan PKP.
- Menerbitkan surat keputusan pembetulan produk hukum.
- Pemberitahuan Wajib Pajak pindah keluar / pindah masuk.
- Menatausahakan SPT Tahunan PPh atau SPT Masa PPN atau SPT Masa
PPh Pemotongan dan Pemungutan yang telah diterima kembali dalam
rangka pengawasan kepatuhan wajib pajak.
- Menanggapi permohonan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT
Tahunan PPh.
- Melayani peminjaman/pengiriman berkas dari/ke KPP lain.
- Melaksanakan pemenuhan permintaan konfirmasi dan klarifikasi.
- Mencetak surat tegoran sehubungan dengan SPT Tahunan PPh, SPT Masa
PPh, SPT Masa PPN, dan SPOP yang tidak disampaikan atau disampaikan
tidak sesuai dengan batas waktu yang ditentukan.
- Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan Surat Tagihan Pajak (STP).
- Melaksanakan penyuluhan Perpajakan.
- Melaksanakan pelayanan kebutuhan informasi perpajakan yang dibutuhkan
oleh Wajib Pajak .
d) Seksi Penagihan
Seksi penagihan memiliki tugas sebagai berikut:
- Menatausahakan surat yang masuk ke seksi penagihan.
- Melakukan pengawasan terhadap tunggakan dan angsuran/pelunasan
pajak.
- Menerbitkan dan menyampaikan surat tegoran kepada Wajib Pajak.
- Menerbitkan dan melaksanakan surat paksa.
- Menerbitkan SPMP (Surat Perintah Melakukan Penyitaan) dan
melaksanakan penyitaan.
- Menerbitkan surat permintaan pemblokiran rekening wajib pajak kepada
pimpinan bank.
- Melakukan proses lelang atas harta kekayaan penunggak pajak yang telah
disita.
- Melakukan penelitian administratif dan penelitian setempat terhadap
piutang pajak yang diperkirakan tidak dapat ditagih/tidak mungkin ditagih
lagi.
- Melakukan penelitian atas usulan penghapusan piutang pajak.
- Menjawab konfirmasi data tunggakan wajib pajak.
e) Seksi Pemeriksaan
Untuk lebih meningkatkan kepatuhan wajib pajak, perlu dilakukan pemeriksaan
terhadap laporan pajak. Oleh sebab itu, seksi pemeriksaan memegang peranan
penting bagi kelancaran administrasi perpajakan, yang tugasnya antara lain:
- Mengusulkan wajib pajak yang akan dilakukan pemeriksaan.
- Menerbitkan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3), surat pemberitahuan
pemeriksaan pajak dan surat pemanggilan pemeriksaan pajak.
- Menatausahakan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dan Nota
Penghitungan (Nothit).
- Mengusulkan dilakukannya penyidikan pajak.
- Membuat laporan tentang Wajib Pajak Patuh.
f) Seksi Ekstensifikasi
Seksi Ekstensifikasi merupakan seksi baru dalam struktur KPP modern,
sebelumnya seksi ini ada di Kantor Pelayanan PBB. Seksi ini menjadi tulang
punggung KPP dalam melakukan pencarian data dalam rangak penambahan
jumlah wajib pajak. Dalam pelaksanaannya, seksi ini sering berhubungan dengan
Subjek Pajak dan Objek Pajak PBB, antara lain :
- Menatausahakan surat yang masuk ke seksi Ekstensifikasi.
- Melakukan penelitian kantor dan penelitian lapangan atas permohonan
objek pajak baru.
- Menerbitkan surat himbauan ber-NPWP.
- Mencari data dari pihak ketiga dalam rangka pembentukan/pemutakhiran
bank data perpajakan.
- Mencari data potensi perpajakan dalam pembuatan monografi fiscal.
- Melaksanakan pendataan individual objek PBB.
- Membuat Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB).
- Menyelesaikan permohonan Mutasi Sebagian dan Mutasi Seluruhnya
Objek dan Subjek Pajak PBB.
- Menyelesaikan permohonan penundaan pengembalian SPOP dan
permohonan Surat Keterangan Nilai Jual Objek Pajak.
g) Seksi Pengawasan dan Konsultasi
KPP Pratama Medan Kota memiliki 4 Seksi Pengawasan dan Konsultasi
(Waskon) yang dibedakan atas wilayah kerja. Untuk pembagian sektor usaha
disesuaikan oleh masing-masing Seksi Waskon. Tugas dan taggung jawab Seksi
Waskon yaitu:
- Melakukan pengawasan penerbitan surat teguran kepada wajib pajak yang
belum menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).
- Melaksanakan penelitian dan analisa kepatuhan material wajib pajak.
- Melakukan penghapusan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak
benar.
- Pengusulan wajib pajak/pkp fiktif.
- Pengusulan wajib pajak patuh.
- Melakukan penelitian untuk mengusulkan penerbitan Surat Keterangan
Fiskal (SKF).
- Pemberian ijin penggunaan mesin teraan meterai.
- Melakukan bimbingan dan memberikan konsultasi teknis kepada wajib
pajak.
- Melakukan kunjungan kerja ke lokasi wajib pajak dalam rangka
pengawasan dan pemutakhiran data wajib pajak.
- Melaksanakan rekonsiliasi data wajib pajak (data matching).
- Membuat Surat Keterangan Bebas (SKB).
h) Kelompok Pejabat Fungsional
Kelompok fungsional memiliki tugas antara lain:
- Melakukan pemeriksaan sederhana lapangan atau pemeriksaan lengkap.
- Melakukan pemeriksaan sederhana kantor.
- Membuat Nota Penghitungan (Nothit) pajak, Daftar Kesimpulan Hasil
Pemeriksaan (DKHP) dan alat keterangan (alket).
- Membuat Laporan Hasil Pemeriksaan.
i) Nilai-nilai dan Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak
Dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-111/PJ/2008 tanggal 23
Juni 2008 tentang Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2008-2012
telah ditetapkan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pajak (Renstra DJP) untuk periode
5 (lima) tahun terhitung mulai tahun 2008 sampai dengan tahun 2012, yang berisi visi,
misi, nilai, tujuan, sasaran, strategi, program, dan indikator kinerja Direktorat Jenderal
Pajak untuk periode tersebut.
Berdasarkan Renstra DJP tersebut, visi Direktorat Jenderal Pajak adalah
”Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan
modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan
profesionalisme yang tinggi” dan misi Direktorat Jenderal Pajak adalah
”Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan
yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien”.
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi tersebut, DJP berpedoman kepada
nilai-nilai sebagai berikut:
1. Integritas
Menjalankan tugas dan pekerjaan dengan selalu memegang teguh Kode Etik dan
prinsip-prinsip moral yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten dan
menepati janji.
2. Profesionalisme
Memiliki kompetensi di bidang profesi dan menjalankan tugas dan
pekerjaan sesuai dengan kompetensi, kewenangan, serta norma-norma profesi, etika
dan sosial
3. Inovasi
Memiliki pemikiran yang bersifat terobosan dan atau alternatif pemecahan
masalah yang kreatif, dengan memperhatikan aturan dan norma yang berlaku
4. Teamwork
Memiliki kemampuan untuk bekerja sama dengan orang atau pihak lain,
serta membangun network untuk menunjang tugas dan pekerjaan. Keempat nilai-nilai
Pajak dan menjadi acuan perilaku bagi seluruh sumber daya manusia DJP dalam
melaksanakan tugas dan pekerjaannya.Dalam pelaksanaan tugas diharapkan seluruh
jajaran DJP menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut dan mengaplikasikannya sehingga
dapat diperoleh kinerja yang maksimal, dan memudahkan DJP dalam mencapai visi dan
misinya. Kewajiban dan Larangan Dalam Kode Etik Pegawai DJP Kode Etik Pegawai
DJP sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1/PM.3/2007
tanggal 23 Juli 2007 tentang Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak adalah
pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan, yang mengikat Pegawai Direktorat
Jenderal Pajak dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya serta dalam pergaulan
hidup sehari-hari.
Kode Etik Pegawai DJP berisi kewajiban dan larangan pegawai yang bertujuan untuk:
a. meningkatkan disiplin Pegawai
b. menjamin terpeliharanya tata tertib
c. menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan iklim kerja yang kondusif
d. menciptakan dan memelihara kondisi kerja serta perilaku yang professional,
dan
e. meningkatkan citra dan kinerja Pegawai.
Kewajiban dan larangan dalam Kode Etik Pegawai DJP:
a. Setiap Pegawai mempunyai kewajiban untuk:
(1) Menghormati agama, kepercayaan, budaya, dan adat istiadat orang lain.
(2) Bekerja secara profesional, transparan, dan akuntabel.
(3) Mengamankan data dan atau informasi yang dimiliki Direktorat Jenderal
Pajak.
(4) Memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak, sesama Pegawai, atau pihak
lain dalam pelaksanaan tugas dengan sebaik-baiknya;
(5) Mentaati perintah kedinasan;
(6) Bertanggung jawab dalam penggunaan barang inventaris milik Direktorat
Jenderal Pajak;
(7) mentaati ketentuan jam kerja dan tata tertib kantor.
(8) menjadi panutan yang baik bagi masyarakat dalam memenuhi kewajiban
perpajakan.
(9) bersikap, berpenampilan, dan bertutur kata secara sopan.
b. Setiap Pegawai dilarang:
(1) bersikap diskriminatif dalam melaksanakan tugas;
(3) menyalahgunakan kewenangan jabatan baik langsung maupun tidak langsung.
(4) menyalahgunakan fasilitas kantor;
(5) menerima segala pemberian dalam bentuk apapun, baik langsung maupun tidak
langsung, dari Wajib Pajak, sesama Pegawai, atau pihak lain, yang menyebabkan
Pegawai yang menerima, patut diduga memiliki kewajiban yang berkaitan dengan
jabatan atau pekerjaannya.
(6) menyalahgunakan data dan atau informasi perpajakan;
(7) melakukan perbuatan yang patut diduga dapat mengakibatkan gangguan, kerusakan
dan atau perubahan data pada sistem informasi milik Direktorat Jenderal Pajak
(8) melakukan perbuatan tidak terpuji yang bertentangan dengan norma kesusilaan dan
dapat merusak citra serta martabat Direktorat Jenderal Pajak.
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sistem Administrasi Perpajakan Modern Secara Teori
1. Administrasi Perpajakan
1.1 Pengertian Administrasi Perpajakan
Menurut Rochmat Soemitro dalam Mardiasmo, (2009:1) Pajak adalah iuran rakyat
kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Menurut PJA. Adriani dalam Santoso Brotodiharjo, (1991:2) Pajak adalah iuran
kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya
menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung
dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
umum berhubung dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Menurut Smeet dalam De Economische Betekenis der Belastingen, ( 2008:3)
Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum yang
dapat dipaksakan tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukan dalam hal yang
Administrasi pajak dalam arti sebagai prosedur meliputi tahap-tahap antara lain
pendaftaran wajib pajak, penetapan pajak dan penagihan pajak. Tahap-tahap yang tidak
solid dapat merupakan sumber kecurangan.
1.2 Peranan Administrasi Perpajakan.
Mengenai peran administrasi perpajakan, Liberty Pandiangan (1991)
mengemukakan bahwa administrasi perpajakan diupayakan untuk merealisasikan
peraturan perpajakan dan penerimaan Negara sebagaimana diamanatkan anggaran
pengeluaran dan belanja Negara (APBN).
Administrasi perpajakan berperan penting dalam sistem perpajakan di suatu
Negara. Suatu Negara dapat dengan sukses mencapai sasaran yang diharapkan dalam
menghasilkan penerimaan pajak yang optimal, karena administrasi perpajakan mampu
dengan efektif melaksanakan sistem perpajakan di suatu Negara yang dipilih.
Carlos A. Silvani (1992), menyebutkan administrasi pajak dikatakan efektif bila
mampu mengatasi masalah-masalah :
a) Wajib pajak yang tidak terdaftar (unregister tax payers).
Dengan administrasi pajak yang efektif akan mampu mendeteksi dan menindak
dengan menerapkan sanksi tegas bagi masyarakat yang telah memenuhi ketentuan
menjadi wajib pajak tapi belum terdaftar. Penambahan jumlah wajib pajak secara
signifikan akan meningkatkan jumlah wajib pajak.
b) Wajib pajak yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).
Administrasi perpajakan akan efektif apabila dapat mengetahui penyebab wajib
pajak tidak menyampaikan SPT melalui pemeriksaan pajak.
c) Penyelundup Pajak (tax evaders).
Penyelundup pajak yaitu wajib pajak yang melaporkan pajak lebih kecil dari yang
seharusnya menurut ketentuan perundang-undangan akan lebih terdeteksi dengan
dukungan adanya bank data tentang wajib pajak dan seluruh aktivitas usahanya
sangat diperlukan.
d) Penunggak Pajak (Delinqueit tax Parvers).
Upaya pencairan tunggakan pajak dilakukan melalui pelaksanaan tindakan
penagihan secara intensif dalam administrasi pajak yang baik akan lebih efektif
melaksanakan upaya tersebut.
1.3 Perkembangan Sistem Perpajakan Di Indonesia.
Usaha ekstensifikasi dan intensifikasi pajak untuk meningkatkan jumlah
penerimaan Negara dengan tidak mengandalkan pada penerimaan dari sektor migas
kemudian dilakukan Reformasi Perpajakan sebagai perubahan peraturan lama sampai
keakar-akarnya. Dasar filsafah dan sistem pemungutan diterapkan di Indonesia karena
bagaimanapun juga dengan mengandalkan sistem perpajakan yang sebelumnya akan
menghalangi usaha peningkatan efisiensi industri dalam Negeri, yang dimana sistem
perpajakan yang dianggap belum efektif menjangkau segala aspek perpajakan.
Menurut Chaizi Nasucha (1991) reformasi administrasi perpajakan adalah
penyempurnaan atau perbaikan kinerja administrasi, baik secara individu, kelompok,
maupun kelembagaan agar lebih efisien, ekonomis, dan cepat. Chaizi Nasucha
melakukan reformasi perpajakan”, yaitu untuk mensinergikan faktor internal dan
eksternal yang mempengaruhi kinerja organisasi lingkungan eksternal yang dimaksud
adalah kebijakan fiskal, antara lain hal-hal yang tidak dimasukkan dalam dasar pengenaan
pajak, pembelanjaan dan pelayanan publik. Dalam ekonomi yang mulai berkembang,
administrasi perpajakan harus difokuskan kepada wajib pajak besar secara maksimal dan
memberikan kontribusi kepada wajib pajak kecil.
Reformasi perpajakan yang dilakukan oleh suatu Negara merupakan suatu cara
untuk memperbaiki dan meningkatkan perekonomian global melalui pajak. Reformasi
dalam perpajakan akan berimplikasi terhadap luasnya dasr pengenaan pajak (Tax Base),
dalam hal ini menambah jenis penghasilan sebagai objek pajak dan mempengaruhi
pengenaan tarif pajak (Tax Rate), dan usaha memperbaiki administrasi perpajakan
menjadi lebih sempurna.
Tujuan Reformasi Perpajakan:
a. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada wajib pajak (taxpayer’s quality service)
sebagai sumber aliran dana untuk mengisi kas Negara.
b. Menekankan terjadinya penyelundupan pajak (tax evation) oleh wajib pajak.
c. Meningkatkan kepatuhan bagi wajib pajak dalam penyelenggaraan kewajiban
perpajakannya.
d. Menerapkan konsep good governance, adanya transparansi, responsibility,
keadilan, dan akuntabilitas dalam meningkatkan kinerja instansi pajak sekaligus
publikasi jelasnya pos penggunaan pengeluaran dana pajak.
e. Meningkatkan penegakan hukum pajak, baik kepada fiskus maupun kepada wajib
pajak.
2. Administrasi Perpajakan Modern
2.1 Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern.
Sejak tahun 2001, Direktorat Jenderal Pajak telah memulai beberapa langkah
reformasi administrasi perpajakan jangka menengah (3-5 tahun) sebagai prioritas
reformasi perpajakan yang menjadi landasan bagi terciptanya administrasi perpajakan
yang modern, efisien dan dipercaya masyarakat dengan tujuan tercapainya :
a. Tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi,
b. Tingkat kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang tinggi, dan
c. Produktivitas pegawai yang tinggi.
Diungkapkan oleh Hadi Purnomo bahwa sejak tahun 2001, Direktorat Jenderal Pajak
telah memulai beberapa langkah reformasi adminitrasi perpajakan yang menjadi landasan
bagi terciptanya administrasi perpajakan yang modern, efisien dan dipercaya masyarakat.
2.2 Program Reformasi Administrasi Perpajakan.
Program-program reformasi administrasi perpajakan jangka menengah Direktorat
Jenderal Pajak adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan Kepatuhan Perpajakan
1) Meningkatkan Kepatuhan Sukarela.
1. Program kampanye sadar dan peduli pajak.
2. Program pengembangan pelayanan perpajakan.
2) Memelihara Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru.
1. Program pengembangan pelayanan prima.
2. Program penyederhanaan pemenuhan kewajiban perpajakan.
3) Menangkal KetidakPatuhan Perpajakan (Combatting Noncompliance)
1. Program merevisi pengenaan sanksi.
2. Program menyiapkan berbagai kelompok Wajib Pajak tidak patuh.
3. Program meningkatkan efektivitas pemeriksaan.
4. Program modernisasi aturan dan metode Pemeriksaan dan Penagihan.
5. Program penyempurnaan Ekstensifikasi.
6. Program pemanfaatan teknologi terkini dan pengembangan IT Masterplan.
7. Program pengembangan dan pemanfaatan bank data.
8. Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat terhadap Administrasi Perpajakan.
b. Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat Terhadap Administrasi Perpajakan.
1) Meningkatkan Citra Direktorat Jenderal Pajak.
1. Program merevisi Undang-undang Ketentuan Umum Perpajakan.
2. Program penerapan Good Corporate Governance.
3. Program perbaikan mekanisme keberatan dan banding.
4. Program penyempurnaan prosedur pemeriksaan.
2) Melanjutkan Pengembangan Administrasi Large Taxpayer Office (LTO) atau
Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar.
1. Program peningkatan pelayanan, pemeriksaan dan penagihan pada LTO.
2. Program peningkatan jumlah Wajib Pajak terdaftar pada LTO.
3. Program penerapan sistem administrasi KPP LTO pada Kanwil LTO
c. Meningkatkan Produktivitas Aparat Perpajakan.
1. Program Reorganisasi Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan fungsi dan kelompok
wajib pajak.
2. Program peningkatan kemampuan pengawasan dan pembinaan oleh Kantor
Pusat/Kanwil Direktorat Jenderal Pajak.
3. Program penyusunan kebijakan baru untuk manajemen Sumber Daya Manusia
4. Program peningkatan mutu sarana dan prasarana kerja.
5. Program penyusunan rencana kerja oprasional.
2.3 Karakteristik Administrasi Perpajakan Modern
Berbagai fasilitas untuk kenyamanan dan kemudahan pelayanan kepada wajib
pajak dilakukan dengan mengoptimalkan pemanfaatan perkembangan dan kemajuan
teknologi informasi. Fasilitas tersebut antara lain Website, Call Center, Complaint,
Center, e-Filling, e-SPT, One-Line Payment. Untuk memudahkan pelayanan dan
pengawasan terhadap Wajib Pajak serta meningkatkan produktivitas aparat, akan
didukung oleh sistem administrasi yang berbasis teknologi. Secara bertahap sistem
informasi baru ini, yaitu Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SI-DJP) akan
diterapkan. Sistem ini menerapkan Case Management (Manajemen Kasus) dan Work
Flow System (Alur Kerja), sehingga memungkinkan setiap proses kegiatan menjadi
Karakteristik sistem administrasi perpajakan modern ini adalah:
1) Seluruh kegiatan administrasi dilaksanakan melalui sistem administrasi
perpajakan yang bebasis teknologi terkini.
2) Seluruh wajib pajak diwajibkan membayar melalui kantor pos dan bank persepsi
yang telah menerapkan system MPN (Modul Penerimaan Negara).
3) Wajib pajak tertentu diwajibkan melaporkan perpajakannya dengan menggunakan
media computer (e-SPT).
4) Monitoring kepatuhan wajib pajak dilaksanakan secara intensif dengan
pemanfaatan profil wajib pajak
2.4 Dimensi penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern
Penerapan sistem administrasi perpajakan modern melalui program dan kegiatan
didalam kerangka reformasi administrasi perpajakan. Administrasi perpajakan jangka
menengah berikut ini diuraikan dalam dimensi-dimensi variable Sistem Administrasi
Perpajakan Modern yakni terdapat :
a. Struktur Organisasi
1. Pembentukan Organisasi Berdasarkan Fungsi
Sebagai wujud pembenahan fungsi pelayanan pengawasan dan pemeriksaan,
stuktur organisasi disusun menurut jenis pajaknya, yang dimana Pajak Penghasilan (PPh)
dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Tidak Langsung Lainnya (PTLL) dilayani
di KPP, sedangkan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB) dilayani Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB),
dengan ini diterapkannya sistem administrasi perpajakan modern struktur organisasi
dirancang dengan paradigma berdasarkan fungsi dengan pemisahan fungsi yang jelas
antara Kanwil dan KPP, yang dimana KPP bertanggung jawab melaksanakan fungsi
pelayanan, pengawasan, dan pemeriksaan. Sedangkan Kanwil bertanggung jawab
melaksanakan fungsi pengawasan pelaksanaan operasional KPP, keberatan, banding, dan
penyidikan. Dengan pembentukan organisasi berdasarkan fungsi maka di Kanwil tidak di
jumpai lagi bidang Pajak Penghasilan (PPh), bidang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Tidak Langsung Lainnya (PPN/PTLL), dan bidang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
Sekarang pelayanan PPh, PPN/PTLL dengan PBB dan BPHTB hanya dilayani oleh satu
KPP saja.
2. Spesifikasi tugas dan tanggung jawab atara lain :
a) Account Representative (AR)
Penunjukan Account Representative yang khusus melayanin dan mengawasi
pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak secara Langsung. Dengan pembagian
tugas disesuaikan dengan kelompok usaha Wajib Pajak secara langsung. Dengan
pembagian tugas disesuaikan dengan kelompok usaha Wajib Pajak, Account
Representative memiliki pemahaman tentang bisnis dan kebutuhan pemenuhan kewajiban
untuk wajib pajak. Account Representative bertanggung jawab untuk memberikan
jawaban atas setiap pertanyaan yang diajukan Wajib Pajak secara efektif dan profesional,
terutama mengenai : Rekening Wajib Pajak untuk semua jenis pajak, dengan kemajuan
proses pemeriksaan dan restitusi interprestasi dan penegasan atas suatu peraturan (Ruling)
kemajuan proses keberatan dan banding perubahan peraturan yang berkaitan dengan
kewajiban perpajakan wajib pajak.
b) Pemeriksaan pajak hanya dilakukan oleh tenaga fungsisonal pemeriksaan
dengan alokasi tenaga fungsional pemeriksaan disesuaikan dengan tingkat
resiko pemeriksaan dan dilakukan pelatihan teknis yang mendukung
profesionalisme tenaga pemeriksaan berdasarkan kelompok usaha Wajib pajak.
3. Meyelesaikan dan menyempurnakan Implementasi Sistem Informasi
Perpajakan (SIP) menjadi Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT).
Sistem Informasi Perpajakan (SIP) dikembangkan menjadi Sistem Administrasi
Perpajakan Terpadu (SAPT) yang di kendalikan oleh manajemen kasus (case
management system) dalam sistem pemantauan proses administrasi perpajakan (workflow
system) mengacu pada otomasi kantor mencakup pelayanan, pengawasan pembayaran
dan pemeriksaan dengan pengendalian proses, otorisasi, pengawasan pelaksanaan tugas
serta laporan yang dirancang sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
4. Monitoring rutin melalui Rekening Wajib Pajak (Taxpayer’s account)
Transparansi pelayanan dan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak
didukung dengan Taxpayer’s account yang berfungsi untuk mencatat secara otomatis
setiap perubahan yang terjadi terhadap hak dan kewajiban wajib pajak sebagai akibat dari
pembayaran pajak, penetapan, keberatan, pemindahbukuan, surat pemberitahuan (SPT),
dan dokumen perpajakan lainnya sehingga memudahkan pengawasan atas hak dan
kewajiban perpajakan bagi masing masing Wajib Pajak.
5. Jalur pengawasan tugas pelayanan dan pemeriksaan
Menetapkan standar kerja dan pelayanan perpajakan, menerapkan Kode Etik
Pegawai bagi Pegawai Pajak dan dibentuknya Komite Kode Etik serta kerjasama dengan
Komite Ombudsman Nasional semakin melengkapi perangkat pengawasan tugas
pelayanan dan pemeriksaan.
b. Modernisasi Prosedur Organisasi
1. Pelayanan satu pintu melalui AR
Pertunjukan Account Representative (AR) yang bertanggungjawab secara
khusus melayani dan mengawasi administrasi perpajakan beberapa Wajib Pajak dengan
mengembangkan konsep pelayanan satu pintu sehingga mengurangi persinggungan
antara Wajib Pajak dengan petugas pajak yang kemungkinan dapat menimbulkan ekses
negative. Account Representative juga menangani pemohon Surat Keterangan Bebas
(SKB) pajak, Pemindahbukuan setoran pajak (Pbk), ruling dan penerbitan produk hukum.
2. Penyederhanaan prosedur administrasi dan meningkatkan standar waktu dan
kualitas pelayanan dan pemeriksaan pajak.
Kegiatan yang dilakukan antara lain:
a. menyederhanakan formulir Surat Pemberitahuan (SPT).
b. mempercepat proses penyelesaian keberatan dan banding atas produk pajak.
c. pengukuhan Wajib Pajak Patuh untuk mempercepat permohonan restitusi.
e. meninjau kembali kewajiban pemeriksaan atas setiap Surat Pemberitahuan
Lebih Bayar (SPT LB) dan mempercepat restitusi Surat Pemberitahuan Lebih
Bayar (SPT LB) yang beresiko rendah.
f. pemusatan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
3. Dukungan teknologi informasi modern dalam perbaikan pelayanan,
pengawasan, pemeriksaan dan penagihan pajak, antara lain:
a. SAPT terintegrasi dengan pendekatan fungsi dan prosedur administrasi yang
telah diatur dalam case management dan workflow system didukung e-system,
terutama e-payment, e-spt, dan e-filing yang membantu kecepatan, ketepatan
dan keamanan proses perekaman data administrasi pemenuhan kewajiban
perpajakan Wajib Pajak.
b. Otomasi proses pemeriksaan dengan bantuan workflow management dalam
SAPT membantu menghindari duplikasi data, kesalahan pencatatan dan
pengawasan procedural pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan didukung juga dengan aplikasi Audit Command
Language (ACL).
c. Pembangunan bank data dalam konsep masterplan secara nasional dan kerja
sama pertukaran data dengan instansi lain mewujudkan transparansi data.
d. Otomasi penagihan pajak melalui SAPT sehingga prosedur pengawasan dan
administrasi tunggakan pajak dapat selalu dilakukan. Pelaksanaan penagihan
dilakukan juru sita pajak dengan metode hard and soft collection, dimana soft
collection dapat dilakukan dengan bantuan Account Representative.
e. Melaksanakan pelatihan teknologi informasi.
f. Penggunaan teknologi informasi dan e-system lainnya.
Dalam menjalankan administrasi perpajakan dan meningkatkan pelayanan
dikembangkan aplikasi seperti e-Regristration, e-Counseling, Complaint Center,
Helpdesk, Call Center, Touch Screen yang di dukung Knowledge Base yang berisi
Frequently Asked Question (FAQ), dan saluran komunikasi dan penyuluhan yang lebih
intensif melalui berbagai sarana seperti telepon, e-mail, portal website, pencatatan dan
penyimpanan dokumen yang lebih dapat diandalkan menggunakan Sistem Manajemen
Arsip Terpadu (SMART), dukungan peralatan perkantoran yang modern, lengkap,
dimana tiap pegawai dilengkapi personal computer dan akses informasi yang lebih cepat
baik dalam lingkungan intern maupun kepada Wajib Pajak dimana tiap terdapat
perubahan ketentuan menyangkut Wajib Pajak akan segera dikonsolidasikan secara
internal, diinterpretasikan dan selanjutnya segera diinformasikan.
c. Modernisasi strategi organisai
1. Kampanye sadar dan peduli pajak
Kampanye dan sosialisasi perpajakan sebagai bagian dari good governance
framework melalui berbagai pajak pihak, seperti perguruan tinggi, tokoh agama, dan juga
melalui media masa, portal website, serta pemasangan billboard di tempat-tempat strategi
dan meningkatkan kinerja penyuluhan sebagai information service dan public relation.
2. Simplifikasi administrasi perpajakan
Dukungan teknologi informasi mempercepat proses pelayanan dan pemeriksaan
informasi dan juga pelayanan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) dan pembayaran
pajak secara online mengurangi administrative cost dan compliance cost.
3. Intensifikasi penerimaan pajak
Intensifikasi penerimaan pajak dapat dilakukan yaitu dengan:
a. melakukan pemeriksaan terhadap sector industry tertentu yang tingkat
kepatuhannya masih rendah dan atau potensi perpajakannya masih di gali.
b. meningkatkan kegiatan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan untuk
memberikan detterent effect yang positip.
c. melaksanakan kegiatan penagihan pajak melalui penyitaan rekening Wajib
Pajak/Penanggung Pajak, pencegahan dan penyanderaan.
4. Mengembangkan mekanisme internal quality control atas pelaksanaan
pelayanan dan pemeriksaan dan melaksanaan pelatihan tentang metode dan teknik
pelayanan prima, membangun system komunikasi yang efektif untuk mendapatkan
feedback.
5. Merancang, mengusulkan dan merealisasikan kebutuhan investasi sehubungan
dengan reorganisasi dan penerapan system adminitrasi perpajakan modern.
6. Menelaah pelaksanaan reorganisasi, pengukuran kinerja, pengukuran kepuasan
Wajib Pajak, pertemuan rutin dan kunjungan rutin untuk mendapatkan feedback.
Penyempurnaan Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) antara lain
dengan menerapkan system pengukuran kinerja administrasi perpajakan, pembentukan
unit pengukuran kinerja, dan pembentukan gambaran/sifat pokok skema kompensasi baru
berupa Tunjangan Kegiatan Tambahan (TKT) bagi pegawai pajak.
d. Modernisasi budaya organisasi
beberapa kegiatan modernisasi budaya organisasi yaitu :
1. Program penerapan pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good
governance)
Tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good governance) dicirikan
oleh adanya Kode Etik Pegawai Direktorat Jendral Pajak, Program-program tersebut
meliputi :
a) Menerapkan kode etik terhadap seluruh pegawai Direktorat Jendral Pajak,
pembentukan Komite Kode Etik, meningkatkan efektivitas pengawasan oleh
Inspektorat Jendral Departemen Keuangan dan kerja sama dengan Komisi
Ombudsaman Nasional.
b) penyiapan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan profesional
antara lain melalui fit and proper test secara ketat, penempatan pegawai yang
disesuaikan dengan kapasitas dan kapabilitasnya, reorganiosasi, kaderisasi,
pelatihan dan program pengembangan self capacity, reward and punishmen,
reformasi moral dan etika
2. Pemberian Tunjangan Kegiatan Tambahan (TKT) kepada Pegawai Pajak
Pemberian TKT selain tunjangan lain telah diberikan, besarnya TKT
sedangkan TKT Pejabat Fungsional dibedakan untuk Pemeriksa Pajak Ahli dan
Pemeriksa Pajak Terampil.
3. Fasilitas Perkantoran Modern
Perkantoran modern dengan keseluruhan operasi berbasis teknologi dengan
pengadaan sarana dan prasarana yang memenuhi persyaratan mutu dan menunjang upaya
Modernisasi Administrasi Perpajakan di seluruh Indonesia
B. Sistem Administrasi Perpajakn Modern Pada KPP Pratama Medan Kota
1. Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern
Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern, dilakukan untuk
mengoptimalkan pelayanan kepada Wajib Pajak, begitu juga pada Kantor Pelayanan
Pratama Medan Kota Penerapan system tersebut mancakup aspek aspek perubahan
struktur organisasi dan system kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota,
perubahan implementasi pelayanan kepada Wajib Pajak, fasilitas pelayanan yang
memanfaatkan teknologi informasi, dan Kode Etik Pegawai dalam rangka menciptakan
aparatur pajak yang bersih dan bebas Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN).
Kode Etik Pegawai wajib ditaati oleh semua pegawai, mulai yang paling
bawah sampai atas. Para kepala pun harus menandatangani sebagai bukti bahwa dia harus
mentaati kode etik tersebut. Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern ini
membawa konsekuensi terjadinya perubahan yang mendasar baik menyangkut strukur
organisasi maupun paradigma pelayanan kepada Wajib Pajak. Struktur organisasi baru ini
relative lebih ramping, rentang kendali (span of control) lebih singkat dimana KPP
Pratama Medan Kota juga menangani pemeriksaan, tidak seperti selama ini pemeriksaan
ditangani oleh unit yang berbeda seperti Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak atau
Kantor Wilayah DJP.
2. KPP Pratama Medan Kota setelah diterapkannya SIPMOD
Wujud dari perbaikan fungsi pelayanan, pengawasan dan pemeriksaan, struktur
organisasi pada KPP Pratama Medan Kota disusun menurut Wilayah Kerja, fungsi, dan
jenis pajak. Perbaikan mutu pelayanan secara berkesinambungan merupakan hal yang
mutlak harus dilakukan. Pada KPP Pratama Medan Kota ditunjuk beberapa pegawai
Pajak sebagai Account Representative (AR) yang berfungsi untuk menjembatani antara
KPP dengan Wajib Pajak serta mengoptimalkan fungsi bimbingan, konsultasi, dan
pembinaan kepada Wajib Pajak. Dengan kata lain AR adalah pegawai yang di tunjuk dan
berwenang untuk sebagai liaison officer antara KPP dengan Wajib Pajak, yang
bertanggung jawab dan berwenang untuk memberikan pelayanan secara langsung,
edukasi, asistensi, serta mendorong dan mengawasi pemenuhan hak dan kewajiban Wajib
Pajak.
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI
A. Implementasi Sistem Administrasi Perpajakan Modern
Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, penerapan Sistem
Administrasi Perpajakan Modern dilakukan dengan cara menyeluruh. Artinya, mulai dari
Seksi Pelayanan, Seksi Pengelolaan data Dan Informasi (PDI), Seksi Pengawasan dan
Konsultasi (WasKon), Seksi Ekstensifikasi, Seksi Penagihan hingga ke Seksi Sub. Bag
Umum menerapkan Sistem Administrasi Perpajakan Modern yang biasa di sebut dengan
SIPMOD. SIPMOD adalah sistem yang digunakan untuk semua seksi di KPP Pratam
Medan Kota, SIPMOD juga menggunakan Password yang dimana Password hanya
diberikan kepada satu pegawai yang satu pegawai memiliki satu user dan satu password
yang password tersebut dilarang untuk diberitahukan kepada siapa pun atau user lainnya.
Jadi dari input hingga output di KPP Pratama Medan Kota ini menggunakan SIPMOD,
dan pusat segala basis data sekaligus operator di kantor ini adalah di Seksi PDI.
Pada Seksi PDI semua data yang di peroleh diolah dengan sebuah aplikasi yang
merupakan produk hokum yang dapat memudahkan proses pengerjaan atau pun
pelayanan perpajakan. Aplikasi tersebut merupakan suatu system yang terperinci
sehingga memudahkan para Pegawai Pajak yang ada di Seksi PDI untuk mengolah
data-data yang di terima. Dengan aplikasi tersebut, Pegawai Pajak tidak perlu lagi mengetik
ulang secara manual atau membuat perinciannya lalu memasukkan datanya. Aplikasi ini
sendiri berisikan rincian-rincian khusus, maksudnya rincian dalam aplikasi tersebut juga
didasarkna atas pekerjaan dari masing seksi. Jadi, pegawai di setiap
masing seksi hanya menerima data kemudian data tersebut bias langsung di masukkan
kedalam basis data yang berpusat di Seksi PDI. Orang yang mengolah segala data dari
basis data di sebut “Ausie”, Ausie di KPP Pratama Medan Kota adalah Bapak Eben K.
Simanjuntak sebagai Ausie atau yang biasa di sebut di KPP Pratama Medan Kota disebut
Kepala Seksi PDI.
B. Pelayanan di KPP Pratama Medan Kota setelah diterapkannya SIPMOD
SIPMOD merupakan sistem atau aplikasi yang memang diciptakan untuk
mempermudah proses pelayanan serta meningkatkan kualitas pelayanan perpajakan.
Dengan di terapkannya SIPMOD di KPP Pratama Medan Kota tentu saja akan
meningkatkan kualitas pelayanannya, sehingga proses disegala aspek perpajakan menjadi
lebih mudah dan lebih cepat. Baik Pegawai Pajak dan Wajib Pajak sama-sama
mendapatkan manfaatnya, pegawai pajak bias lebih mudah melayaninya dan wajib pajak
menjadi lebih cepat memperoleh pelayanannya.
Penerapan SIPMOD di KPP Pratama Medan Kota sudah berlangsung sejak dua
yang lalu, dan buah dari penerapan itu sendiri sudah terasa. Dari tahun ke tahun jumlah
wajib pajak meningkat dan ditahun kedua ini peningkatannya menjadi lebih baik lagi.
Dari peningkatan tersebut dapat diasumsikan bahwa pelayanan di KPP Pratama Medan
Kota semakin baik dan efektif, pelayanan yang lebih mudah, cepat, efesien dan dapat
dipercaya membuat wajib pajak menjadi patuh dan sadar akan kewajiban perpajakannya.
Selain itu mengunakan SIPMOD KPP Pratama Medan Kota dapat meningkatnya kualitas
tidak langsung menciptakan suasana yang nyaman namun tetap menghasilakn pegawai
pajak uang yang professional, kompeten dan bertanggung jawab.
Untuk meningkatnya pelayanan perpajakan sehubungan dengan diterapkannya
SIPMOD pada KPP Pratama Medan Kota maka setiap Kantor Pajak disediakan fasilitas
pelayanan. Adapun fasilitas pelayanan perpajakan yang tersedia di KPP ini siap
dimanfaatkan oleh Wajib Pajak seirama dengan modernisasi adalah sebagai berikut:
a. Tempat Pelayanan Terpadu
Untuk menigkatkan pelayanan kepada wajib pajak, dibentuk suatu tempat
pelayanan yang terpadu disetiap KPP, seperti penerimaan dokumen atau laporan
perpajakan (SPP, SPT dan sebagainya) yang diserahkan langsung oleh wajib pajak,
sehingga tidak ke masing masing seksi. Tempat ini disebut sebagai tempat Pelayanan
Terpadu (TPT), yakni tempat pelayanan perpajakan yang terintregrasi di KPP dengan
menggunakan system computer. Adanya (TPT) juga memudahkan pengawasan terhadap
proses pelayanan yang diberikan kepada wajib pajak. Pelayanan di TPT diberikan sesuai
dengan jam kerja KPP, dan setiap melayani penerimaan surat dan atau laporan pada jam
istirahat. Petugas TPT ditunjukkan oleh kepala kantor dengan memperhatikan kecakapan
petugas dan beban kerja yang ada. Setiap petugas TPT diberi login dan password
tersendiri, dan password hanya digunakan oleh petugas TPT yang bersangkutan.
b. Help Desk
Kebingungan dan kesulitan yang kadang kadang dialami oleh wajib pajak bila
berhubungan dengan kantor pajak adalah informasi yang sangat minim, untuk
menghilangkan kebingungan dan kesulitan ini, serta agar mudah diperoleh segala
informasi yang dibutuhkan mengenai perpajakan maka di setiap KPP telah disediakan
help desk. Petugas yang di tempatkan di help desk adalah pegawai yang dianggap cakap
dan berpengengetahuan tentang perpajakan, dan mempunyai kemampuan berkomunikasi.
Petugas di help desk harus melayani masyarakat sesuai dengan hari dan jam kerja kantor.
c. Complaint Center
“Complaint Center” yang tersedia dikantor pusat DJP dan kantor wilayah
berfungsi untuk menampung keluhan-keluhan wajib pajak yang terdaftar di KPP di
wilayah kerjanya. Ini merupakan bentuk keterbukaan DJP untuk perbaikan atas
pengaduan wajib pajak dapat dilakukan melalui beberapa media antara lain, e-mail,
kantor pos, telepon bebas biaya, faksimili, atau langsung datang. Setiap keluhan yang di
terima oleh complaint center akan di koordinasikan dengan unit terkait dan akan
ditindaklanjutin serta diberikan tanggapan sesegera mungkin.
d. Call Center
Bentuk fasilitas lain yang dapat dimanfaatkan oleh wajib pajak adalah “call
center”, yang ada di KPP, kantor wilayah, juga kantor pusat. Fungsi utama yang
ditangani call center menyangkut pelayanan dan penanganan complaint wajib pajak. Alas
an dan keuntungan dengan adanya call center adalah :
1) Masyarakat saat ini sangat mementingkan kepraktisan dan efesiensi.