• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Prinsip-Prinsip Pekerjaan Sosial Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Penderita Cacat Netra Di Panti Asuhan Karya Murni.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penerapan Prinsip-Prinsip Pekerjaan Sosial Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Penderita Cacat Netra Di Panti Asuhan Karya Murni."

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP PEKERJAAN SOSIAL DALAM

MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENDERITA

CACAT NETRA DI PANTI ASUHAN KARYA MURNI

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Untuk Meraih Gelar Sarjana

Oleh :

NURHASANAH 040902040

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008

(2)
(3)
(4)

i Universitas Sumatera Utara

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Departemen Kesejahteraan Sosial

ABSTRAK

NAMA : NURHASANAH

NIM : 040902040

JUDUL SKRIPSI : PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP PEKERJAAN SOSIAL

DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENDERITA CACAT NETRA DI PANTI ASUHAN

KARYA MURNI

Skripsi ini berjudul Penerapan Prinsip-prinsip Pekerjaan Sosial Dalam Meningkatkat Kesejahteraan Sosial Penderita Cacat Netra di Panti Asuhan Karya Murni. Skripsi ini terdiri dari enam bab dengan jumlah halaman sebanyak 95 halaman. Penelitian ini mencoba menggambarkan, menjelaskan bagaimana penerapan prinsip-prinsip pekerjaan sosial dalam meningkatkan kesejahteraan sosial penderita cacat netra di Panti Asuhan Karya Murni

Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Lokasi penelitian dilakukan di Panti Asuhan Karya Murni, yang berada di Jalan Karya Wisata Medan Johor. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita cacat netra yang menjadi anak asuh yang tinggal di Panti Asuhan tersebut. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling, dimana sampel yang diambil berjumlah 40 Orang. Dalam melakukan pengumpulan data penulis menggunakan 2 teknik pengumpulan data yaitu studi kepustakaan dan studi lapangan, yang terdiri dari wawancara dengan menggunakan alat bantu kuesioner.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa Panti Asuhan Karya Murni memiliki 40 anak asuh yang saat ini berada pada fase remaja yang tergolong produktif dan merupakan sumber daya yang potensial bagi negara dan bangsa dengan kategori pendidikan SMP sampai Perguruan Tinggi. Panti Asuhan Karya Murni merupakan lembaga sosial yang berdiri pada 26 Agustus 1953 dan berada dibawah naungan Kongregasi Suster-Suster Santo Yoseph (KKSY), dengan penyelenggara adalah Yayasan Seri Amal dengan Motto “Venerate Vitam” atau “Hormatilah Hidup”, Panti Asuhan Karya Murni berupaya untuk mendidik, membina dan memberdayakan segala potensi yang ada pada diri penderita cacat netra, agar mereka dapat menjadi manusia yang berguna, mandiri dan tidak menjadi beban bagi orang lain serta mampu meningkatkan kesejahteraan sosialnya terutama menjalankan fungsi sosialnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Panti Asuhan Karya Murni mampu menerapkan prinsip-prinsip pekerjaan sosial dengan baik, yang disesuaikan dengan keadaan lembaga dan kemampuan anak asuh. Hasil ini juga terjamin dari jawaban-jawaban klien melalui semua pertanyaan yang diajukan, dimana pada umumnya mereka menanggapi dengan baik prinsip-prinsip peksos yang dituangkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan, juga keyakinan mereka akan kegunaan dari pendidikan dan keterampilan yang diberikan,serta rasa optimis mereka akan masa depan mereka.

(5)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini guna melengkapi persyaratan untuk mendapatkan gelar kesarjanaan strata satu (S-1) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, saya menyadari bahwa tulisan ini memiliki banyak kekurangan dan tidak sempurna. Oleh karena itu, saya akan menyambut baik setiap kritikan dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini

Dalam penyelesaian skripsi ini saya banyak mendapat bantuan yang sangat berharga dari berbagai pihak. Atas kebaikan tersebut, dalam ruang pengantar ini dengan tulus saya saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A selaku Dekan FISIP USU

2. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si, selaku ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan

Sosial

3. Bapak Agus Suriadi, S.Sos.M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah berkenan

membimbing dan mengarahkan serta banyak memberi masukan dalam penulisan skripsi ini

4. Sr. Moritsa, KSSY selaku Pimpinan Panti Asuhan Karya Murni yang telah

mengijinkan penulis melakukan penelitian dan memberikan segala fasilitas yang penulis butuhkan sampai selesainya skripsi ini.

5. Seluruh anak asuh yang dengan baik hati dan bersahabat telah membantu penulis, semoga apa yang saudara-saudara harapkan dapat dikabulkan oleh Tuhan

(6)

iii

6. Kedua Orang Tua Asan, Masrah Hayati,BA Penulis yang memberikan masukan baik itu spiritual maupun materi dalam menyelesaikan skripsi ini

7. My three brothers Iman Wahyudi,SH (bg yudi), H. Budi Kurniawan,Lc (Bugot),

Datmi Irawan, Amd (memenk) yang selalu membuat penulis tersenyum, dan tak

lupa pula buat kakak ipar yang selalu mendukung penulis yaitu Aguslaini,SH (K’iye) Lili Arni. SE. AK. MBA(k’li2), Tirza Ritya (K’Izza)kalian memang kakak yang pengertian…

8. Novrilda, Amd yang telah memberikan waktu, tenaga, pikiran serta kasih sayang

selama penulis menyusun Skripsi ini

9. Sahabatku Syena, Maria, Dahnia, Ranie, Astrid, Yance, B’Eka, B’Ronal,

Juni(jangan lupakan perjalanan panjang Qt ya.heheheh) yang selalu memberikan

semangatnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan cepat, tanpa kalian penulis tidak ada apa-apa kalian yang membuat hidupku lebih hidup….

10.Teman-teman di Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial terutama stambuk ’04 yang telah memberikan dukungan dan perhatian kepada penulis.

Akhir kata saya berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang memerlukannya.

Medan, Februari 2007

Hormat Saya,

Nurhasanah

(7)

iv

(8)
(9)
(10)
(11)

vii

6. Tabel Prestasi-prestasi Anak Panti Asuhan Karya Murni………. 52

7. Tabel Jadwal Harian (Senin-Sabtu)………... 54

8. Tabel Jadwal Hari Minggu/Hari Besar……….. 55

9. Tabel Jadwal Pembinaan Panti Asuhan Tahun 2007-2008……… 56

(12)

viii

25. Tabel Tanggapan Responden Tentang Prinsip Kesadaran diri Peksos…… 76

26. Tabel Tanggapan Responden Tentang Tujuan Prinsip Kesadaran diri Peksos.. 77

27. Tabel Distribusi Jawaban Responden Tentang Cukup Tidaknya Prinsip- Prinsip Peksos dituangkan Dalam Bentuk Kegiatan……….. 78

28. Tabel Distribusi Jawaban Responden Tentang Tujuan Prinsip-prinsip Peksos Secara Umum………. 79

29. Tabel Distribusi Jawaban Responden Tentang Tenaga Pelaksana Prinsip-prinsip Peksos……… 80

30. Tabel Distribusi Jawaban Responden Tentang Cukup Tidaknya Kemampuan dan Keterampilan Tenaga Pelaksana Prinsip-prinsip Peksos Dalam Memberikan Materi……… 81

31. Tabel Distribusi Jawaban Responden Tentang Kemampuan Menerapkan Keterampilan Yang Diajarkan……… 82

32. Tabel Distribusi Jawaban Responden Tentang Kemampuan Berkomunikasi Setelah Memperoleh Prinsip-prinsip Peksos……… 82

33. Tabel Distribusi Jawaban Responden Tentang Hubungan Sesama Penderita Cacat Netra……….. 83

34. Tabel Distribusi Jawaban Responden Tentang Hubungan Dengan Pegawai Panti……… 84 35. Tabel Distribusi Jawaban Responden Tentang Hubungan Dengan

(13)

ix

Suster Sebagai Pembimbing/Pembina………. 85 36. Tabel Distribusi Jawaban Responden Tentang Hubungan Dengan

Masyarakat Terutama Dengan Orang Awas……… 86 37. Tabel Distribusi Jawaban Responden Tentang Sering Tidaknya

Berinteraksi Dengan Masyarakat Luas……… 86 38. Tabel Distribusi Jawaban Responden Tentang Kemampuan Hidup

Secara Wajar Setelah Memperoleh Prinsip-prinsip Peksos………. 87 39. Tabel Distribusi Jawaban Responden Tentang Kemampuan

Melaksanakan Tugas/ Pekerjaan Sehari-hari Setelah Memperoleh

Prinsip-prinsip Peksos………. 88 40. Tabel Distribusi Jawaban Responden Tentang Kemampuan Memecahkan

Masalah Sendiri Setelah Memperoleh Prinsip-prinsip Peksos………… 89

(14)

i Universitas Sumatera Utara

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Departemen Kesejahteraan Sosial

ABSTRAK

NAMA : NURHASANAH

NIM : 040902040

JUDUL SKRIPSI : PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP PEKERJAAN SOSIAL

DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENDERITA CACAT NETRA DI PANTI ASUHAN

KARYA MURNI

Skripsi ini berjudul Penerapan Prinsip-prinsip Pekerjaan Sosial Dalam Meningkatkat Kesejahteraan Sosial Penderita Cacat Netra di Panti Asuhan Karya Murni. Skripsi ini terdiri dari enam bab dengan jumlah halaman sebanyak 95 halaman. Penelitian ini mencoba menggambarkan, menjelaskan bagaimana penerapan prinsip-prinsip pekerjaan sosial dalam meningkatkan kesejahteraan sosial penderita cacat netra di Panti Asuhan Karya Murni

Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Lokasi penelitian dilakukan di Panti Asuhan Karya Murni, yang berada di Jalan Karya Wisata Medan Johor. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita cacat netra yang menjadi anak asuh yang tinggal di Panti Asuhan tersebut. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling, dimana sampel yang diambil berjumlah 40 Orang. Dalam melakukan pengumpulan data penulis menggunakan 2 teknik pengumpulan data yaitu studi kepustakaan dan studi lapangan, yang terdiri dari wawancara dengan menggunakan alat bantu kuesioner.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa Panti Asuhan Karya Murni memiliki 40 anak asuh yang saat ini berada pada fase remaja yang tergolong produktif dan merupakan sumber daya yang potensial bagi negara dan bangsa dengan kategori pendidikan SMP sampai Perguruan Tinggi. Panti Asuhan Karya Murni merupakan lembaga sosial yang berdiri pada 26 Agustus 1953 dan berada dibawah naungan Kongregasi Suster-Suster Santo Yoseph (KKSY), dengan penyelenggara adalah Yayasan Seri Amal dengan Motto “Venerate Vitam” atau “Hormatilah Hidup”, Panti Asuhan Karya Murni berupaya untuk mendidik, membina dan memberdayakan segala potensi yang ada pada diri penderita cacat netra, agar mereka dapat menjadi manusia yang berguna, mandiri dan tidak menjadi beban bagi orang lain serta mampu meningkatkan kesejahteraan sosialnya terutama menjalankan fungsi sosialnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Panti Asuhan Karya Murni mampu menerapkan prinsip-prinsip pekerjaan sosial dengan baik, yang disesuaikan dengan keadaan lembaga dan kemampuan anak asuh. Hasil ini juga terjamin dari jawaban-jawaban klien melalui semua pertanyaan yang diajukan, dimana pada umumnya mereka menanggapi dengan baik prinsip-prinsip peksos yang dituangkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan, juga keyakinan mereka akan kegunaan dari pendidikan dan keterampilan yang diberikan,serta rasa optimis mereka akan masa depan mereka.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam perjalanan kehidupan suatu Bangsa selalu terjadi proses regenerasi yang

pada dasarnya menunjukkan hukum alam yang telah menunjukkan kepastian. Dengan

kata lain ada yang datang, yang berarti generasi tua senantiasa digantikan oleh generasi

muda. Generasi muda inilah yang akan menjadi penerus kehidupan bangsa. Dengan

demikian kedudukan generasi muda sangat penting artinya dalam kaitannya dengan

kesinambungan kehidupan suatu bangsa.

Secara nyata dapat kita lihat sendiri, bahwa tidak semua generasi muda itu lahir

sebagai manusia yang sempurna. Sebagian dari generasi muda tersebut tanpa diminta

harus lahir dengan ketidaksempurnaan. Salah satu dari bentuk ketidaksempurnan itu

adalah mereka yang menyandang cacat netra. Di tambah lagi banyak dari mereka selain

memiliki kecacatan, lahir dari keluarga miskin dan hidup serba kekurangan. Akibatnya

mereka menghadapi berbagai permasalahan social dalam hidupnya.

Berdasarkan survey tentang kesehatan indera penglihatan dan indera pendengaran

yang dilakukan Departemen Kesehatan pada tahun 1993 – 1996 menunjukkan bahwa

angka kebutaan di Indonesia adalah sebesar 1,5%, dengan penyebab terbesar adalah

katarak (kekeruhan pada lensa) 0,78%, peringkat kedua glaucoma (tingginya tekanan

pada bola mata) 0,20%, akibat kelainan refraksi sebesar 0,14%, serta kelainan-kelainan

penglihatan lain akibat lanjut usia sebesar 0,38%. Para ahli penyakit mata berpendapat

(16)

2

bahwa jika angka kebutaan mencpai 0,4%, masih merupakan permasalahan dokter mata

itu sendiri, jika tlah mncapai 1% hal itu merupakan masalah kesehatan pada umumnya,

sedangkan bila mencapai lebih dari 1% maka masalah kebutaan itu sudah merupakan

maslah social, sehingga penanganannya pun membutuhkan keterlibatan berbagai

komponen masyarakat yang terkait.(www.mitranetra.com)

WHO memperkirakan jumlah orang buta di seluruh dunia adalah 45 juta,

sepertiga diantaranya terdapat di Asia Tenggara. Organisasi kesehatan dunia itu juga

memperkirakan ada 12 orang menjadi buta setiap menit di dunia ini, 4 orang diantaranya

berada di Asia Tenggara. Sedangkan di Indonesia diperkirakan setiap menit ada orang

menjadi buta dengan berbagai sebab, dan sebagian besar dari mereka yang berada di

daerah miskin. Menurut Survey Sosial Ekonomi Nasional yang dilakukan Badan Pusat

Statistik (BPS) yang tertera dalam buku Analisis Deskriptif Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial Tahun 2002, jumlah penyandang cacat sebanyak 1.492.080 orang

diantaranya adalah cacat netra. Dari total penyandang cacat netra tersebut hanya sekitar

1% saja atau 2.046 orang dari total 197.080 orang yang belajar dibangku SLB dan

pendidikan terpadu. Hal ini terjadi karena pada masyarakat kita masih melekat stigma

seperti penyandang cacat adalah beban, orang yang tida berguna dan tergantung pada

orang lain, hingga keberadaan dan fasilitas untuk mereka tidak di perhatikan. Padahal,

sesuai Undang-Undang No. 4 Tahun 1997 tentang penderita cacat, mereka bagian dari

masyarakat Indonesia yang juga memiliki kedudukan, hak, kewajiban, dan peran yang

sama dengan anggota masyarakat lainnya. (www.liputan6.com)

Kita mengetahui bahwa indera penglihatan adalah salah satu sumber informasi

yang diperoleh oleh manusia berasal dari indera penglihatan, sedangkan selebihnya

(17)

3

berasal panca indera yang lain. Dengan demikian, dapat dipahami bila seseorang

mengalami gangguan pada indera penglihatan, maka kemampuan aktifitasnya akan jadi

sangat terbatas, karena informasi yang diperoleh akan jadi berkurang dibandingkan

mereka yang berpenglihatan normal. Hal ini, apabila tidak mendapat

penanganan/rehabilitasi khusus, akan mengakibatkan timbulnya berbagai kendala

psikologis, seperti perasaan inferior, depresi, atau perasaan hilangnya makna hidup.

Kondisi ini tidak bias kita biarkan terus berlanjut. Bila tidak ingin muncul

ancaman baru berupa krisis sumber daya manusia. Meminjam istilah PBB disebut krisis

tak tampak (silent crisis) yang tidak hanya berpengaruh terhadap para penderita cacat

netra dan keluarganya saja tetapi juga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi

dan social pada masyarakat luas. Perlu diingat kembali bahwa manusia adalah salah satu

factor produksi yang amat penting dalam system ekonomi (www.mitranetra.com)

Pada hakekatnya keadaan cacat yang dimiliki oleh seseorang hanya sekedar

kelainan belaka. Sebenarnya mereka juga mepunyai kemampuan untuk mempertahankan

diri. Hanya saja yang mereka perlukan untuk itu adalah adanya suatu pembinaan dan

pelayanan yang intensif, dalam arti lebih tinggi intensitasnya dari orang yang normal,

sehingga mereka mempunyai suatu bekal untuk hidup secara mandiri, tanpa perlu lagi

bergantung pada orang lain. Disamping itu juga supaya dapat berinteraksi dengan sesame

anggota masyarakat disekelilingnya.

Hal ini sesuai dengan apa yang di tulis dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal

28c ayat (1) yang berbunyi “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui

pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat

(18)

4

dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas

hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia” (Marsono,2003:89)

Tentu bukan pekerjaan yang mudah dalam menangani penderita cacat. Diperlukan

kepedulian dan keseriusan dari seluruh elemen masyarakat dalam menangani

permasalahan ini. Selain itu juga, diperlukan kerja sama yang baik antara pemerintah dan

masyarakat guna membantu penderita cacat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Dan

diperlukan usaha-usaha yang spesifik sesuai dengan jenis kecacatan yang diderita.

Demikian juga halnya dengan penderita cacat netra.

Sebagai contoh kepedulian masyarakat terhadap penderita cacat khususnya cacat

netra adalah dengan adanya Panti Asuhan Karya Murni. Panti Asuhan Karya Murni ini di

kelola oleh Yayasan Seri Amal yang berada dibawah naungan Kongregasi Suster-Suster

Santo Yoseph. Panti Asuhan Karya Murni didirikan dengan alas an untuk membantu para

penderita cacat netra yang berasal dari keluarga yang kurang mampu, yatim-piatu, dan

terlantar agar mereka dapat memperoleh pembinaan yang dapat membantu mereka hidup

mandiri dan dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya. Di Panti Asuhan Karya Murni

ini, penderita cacat netra diberi pertolongan dalam pemenuhan kebutuhan pokok,

kesehatan, pendidikan, keterampilan/latihan kerja, pembinaan mental dan kerohanian.

Melalui Panti Asuhan ini diharapkan para penderita cacat netra dapat menemukan

identitas mereka ditengah-tengah masyarakat. Dan menanamkan suatu rasa percaya diri

di kalangan penderita cacat netra bahwa mereka memiliki kemampuan yang sama dengan

orang-orang normal dan sanggup untuk hidup mandiri dan tidak tergantung pada orang

lain.

(19)

5

Berdasarkan uraian di atasbeserta alasannya di bawah ini penulis tertarik memilih

judul penelitian yang akan di tuangkan ke dalam skripsi sebagai berikut :

“Penerapan Prinsip-prinsip Pekerjaan Sosial Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Penderita Cacat Netra di Panti Asuhan Karya Murni”

Adapun hal-hal pokok yang dijadikan penulis sebagai alasan pemilihan judul

adalah sebagai berkut:

1.Bahwa setiap Negara termasuk penderita cacat netra mempunyai hak yang sama untuk

meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

2.Usaha-usaha pembinaan seperti penerapan prinsip-prinsip pekerjaan sosial dan

pelayanan kesejahteraan sosial terhadap penderita cacat netra merupakan tanggung

jawab orang tua, pemerintah dan masyarakat.

3.Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan dapat membantu dalam memberikan

sumbangan pemikiran yang positif dalam meningkatkan kesejahteraan sosial bagi

penderita cacat netra yang ada di Panti Asuhan Karya Murni.

B. Perumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut :

“Bagaimanakah Penerapan Prinsip-prinsip Pekerjaan Sosial dalam meningkatkan Kesejahteraan Penderita Cacat Netra di Panti Asuhan Karya Murni”

(20)

6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

C.1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :

1.Untuk mengetahui Prinsip-prinsip Pekerjaan Sosial yang di terapkan di Panti Asuhan

Karya Murni.

2.Untuk mengetahui apakah penderita cacat netra mampu menjalankan fungsi

sosialnya dengan baik setelah mendapatkan prinsip-prinsip pekerjaan sosial.

C.2. Manfaat Penelitian 1.Secara Praktis

a. Sebagai bahan referensi bagi lembaga dalam rangka merumuskan dan melaksanakan

prinsip-prinsip pekerjaan sosial dalam meningkatkan kesejahteraan sosial penderita

cacat netra.

b.Sebagai informasi bagi masyarakat tentang penerapan prinsip-prinsip pekerjaan

sosial dalam meningkatkan kesejahteraan sosial penderita cacat netra

2. Secara Akademis

a. Sebagai bahan studi bagi pihak-pihak yang membutuhkan seperti pekerja sosial

dan masyarakat

b. Untuk digunakan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Kesejahteraan

Sosial.

(21)

7 D. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri atas :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan secara teoritis variable-variabel yang

diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi

operasional.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Ban ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan

sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisa data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum

lokasi penelitian.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil

penelitian dan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang penulis berikan

sehubungan dengan penelitian yang dilakukan.

(22)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Prinsip-prinsip Pekerjaan Sosial

Prinsip-prinsip pekerjaan sosial merupakan pedoman praktek bimbingan sosial perseorangan, prinsip-prinsip tersebut bersumber pada rumusan dari Walter A. Friedlender. Prinsip-prinsip ini kiranya demikian penting untuk dipahami dan di internalisasikan oleh mereka yang ingin mempunyai dasar-dasar pemahaman dan keterampilan praktek baik dalam bimbingan sosial perseorangan pada khususnya maupun praktek pekerjaan sosial umumnya.

Pemahaman yang mendalam atas prinsip-prinsip ini akan memberikan bekal bagi pematangan pribadi maupun professional pada para pekerja sosial yang tugas utamanya adalah membantu orang untuk dapat melaksanakan fungsi sosialnya, yang secara khususnya mengacu kepada posisi dan peran orang tersebut, karena seperti telah dikemukakan bahwa proses pemberian bantuan ditentukan oleh pemberian bantuan dan bukan oleh teknik-teknik pemberi bantuan.

Adapun prinsip-prinsip dasar Pekerjaan Sosial menurut Henry S Maas : 1. Prinsip Penerimaan (acceptance)

2. Prinsip Komunikasi (communication) 3. Prinsip Individualisasi (individualitation) 4. Prinsip Partisipasi (participation)

5. Prinsip Kerahasiaan (confidentiality)

6. Kesadaran diri dari pekerja sosial (work self awarness)

(23)

9

(24)

10

(25)

11

(26)

12

(27)

13

(28)

14

(29)

15

(30)

16

dengan menjunjung tinggi hak-hak azasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila”

Menurut Arthur Durnham, kesejahteraan sosial dapat didefinisikan sebagai :

“Kegiatan-kegiatan yang terorganisir dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial melalui pemberian bantuan kepada orang untuk memenuhi kebuthan-kebutuhan di dalam beberapa bidang seperti kehidupan keluarga dan anak, dan lembaga-lembaga sosial” (Sumarnonugroho, 1987:2)

Dari defenisi di atas, dapat diambil pengertian bahwa kesejahteraan sosial mencakup berbagai usaha yang dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, baik di bidang fisik, mental, emosional, sosial, ekonomi, ataupun kehidupan spritual.

Selanjutnya menurut Abraham Maslow (Suryabrata, 2002:124), manusiamerupakan satu kesatuan dalam suatu bio-psiko-sosial-religi yang mempunyai sejumlah kebutuhan lebih penting dari kebutuhan lainnya. Urutan hirarki dari ebutuhan-kebutuhan pokok/dasar manusia adalah :

1. Kebutuhan fisiologis, yaitu : udara, makanan, tidur/istirahat, dsb.

2. Kebutuhan akan rasa aman, yaitu : perlindungan dari udara dingin/panas, keadilan, hukum, dsb.

3. Kebutuhan akan rasa cinta dan dicintai, yaitu : memilki hubungan yang penuh arti dan saling memiliki dengan orang lain.

4. Kebutuhan akan harga diri, yaitu : kebutuhan memiliki pekerjaan, profesi/jabatan yang baik agar dapat diterima oleh masyarakat.

5. Kebutuhan aktualisasi diri, yaitu : kebutuhan untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki untuk tujuan-tujan yang produktif.

(31)

17

Selanjutnya menurut Maslow, suatu sifat dapat dipandang sebagai kebutuhan dasar jika memenuhi syarat-syarat berikut ini :

1. Ketidakhadirannya menimbulkan penyakit.

2. Ketidakhadirannya mencegah timbulnya penyakit. 3. Pemulihannya menyembuhkan penyakit.

4. Dalam situasi-situasi tertentu yang sangat kompleks dan dimana orang bebas memilih, orang yang sedang berkekurangan ternyata mengutamakan kebutuhan itu dibandingkan jenis-jenis kepuasaan lainnya.

5. Kebutuhan ini tidak aktif, lemah atau secara fungsional tidak terdapat pada orang yang sehat. (Goble, 1991:70)

Apabila kebutuhan-ebutuhan diatas dapat terwujud maka manusia tersebut dapat dikatakan sejahtera dalam hidupnya. Untuk mencapai kebutuhan –kebutuhan tersebut manusia bukan hanya yang tidak normal yang normal pun akan melakukan segala usaha untuk mewujudkannya.

C.1 Usaha Kesejahteraan Sosial Bagi Penderita Cacat

Sebagaimana sudah diuraikan diatas bahwa untuk menangani penderita cacat dibutuhkan usaha–usaha yang spesifik sesuai dengan kecacatan yang dimiliki.Untuk itu dibutuhkan kerja sama dari seluruh lapisan masyarakat dalam menangani penderita cacat tersebut untuk melakukan usaha–usaha yang dapat membantu mereka dalam meningkatkan kesejahteraannya.Menurut Undang–Undang No. 6 Tahun 1974 Tentang Ketentuan–Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial, pengertian usaha–usaha kesejahteraan sosial adalah“semua upaya,program dan kegiatan yang ditujukan untuk

(32)

18

(33)

19

(34)

20

D. Pengertian Cacat Netra Dan Faktor-Faktor Penyebab Cacat Netra

D.1 Pengertian Penderita Cacat Netra

Dalam Kamus Populer Pekerja Sosial yang dimaksud dengan cacat adalah “suatu keadaan tidak lengkap, tidak normal” (Ridwan, 1988:105). Sedangkan pengertian penderita cacat menuru PP No. 36 Tahun 1980 Tentang Usaha Kesejahteraan Sosial Bagi Penderita cacat adalah “seseorang yang menurut ilmu kedokteran dinyatakan mempunyai kelainan fisik, dan atatu mental yang oleh karenanya dapat merupakan rintangan atatu hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara selayaknya.

Penderita cacat dapat dibagi atas 5 (lima) bagian yaitu : 1. Penderita cacat tubuh.

2. Penderita cacat netra. 3. Penderita cacat mental. 4. Penderita cacat rungu/wicara.

5. Penderita cacat karena penyakit kronis.

Pengertian penderita cacat netra menurut Dra. Ts. Soekini Pradopo (1996:10) dalam buku Pendidikan Anak-anak Tunanetra adlah “seseorang yang mengalami kelainan indera penglihatan, baik kelainan itu bersifat berat maupun ringan”. Akibat dari kecacatan itu menyebabkan penderita tidak mampu melakukan pekerjaan yang dapat dilakukan oleh orang lain sebayanya.

Di dalam dunia medis dikenal dua bentuk cacat netra/penglihatan yaitu : reversibel dan ireversibel. Revisibel adalah kekeruhan media penglihatan sedangkan

ireversibel adalah kelainan retina dan syaraf optik yang mengambil bentuk parsial dan total. Gangguan penglihatan reversible adalah kekuarangan penglihatan yang diakibatkan oleh

(35)

21

(36)

22

(37)

23

(38)

24

(39)

25

E. Penerapan Prinsip-Prinsip Pekerjaan Sosial Dalam Meningkatkan

Kesejahteraan Sosial Penderita Cacat Netra Di Panti Asuhan Karya Murni

Menurut Thema Le Mendoza, secara umum ada bebrapa faktor yang menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan fungsi sosialnya, yaitu :

1. Ketidakmampuan individu atatu kadang kala patologi yang membuat seseorang sulit untuk memenuhi tuntutan lingkungannya.

2. Ketidakmampuan situasional (lingkungan) dan kondisi lainnya yang berada di bawah kemampuan individu untuk menyesuaikan diri.

3. Ketidakmampuan/ ketidaklengkapan dari kedua faktor personal dan situasional. Untuk mengatasi masalah-masalah dalam fungsi sosial tersebut, Thelma Le Mendoza mengemukakan tiga intervensi yang dapat dilakukan yaitu :

1. Intervensi yang dilakukan melalui individu, dimana melibatkan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada peningkatan kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan situasi realitanya (seperti mengajarkan keterampilan terhadap orang tertentu).

2. Intervensi yang dilakukan melalui lingkungan, imana meliputi kegiatan-kegiatan untuk ditujukan pada pemodifikasian sifat-sifat dasar dari realita itu sendiri agar dapat masuk ke dalam rentangan kemampuan berfungsi orang tersebut (seperti melalui penyediaan pelayanan dan fasilitas yang diperlukan).

3. Intervensi yang dilakukan melalui individu dan juga melalui lingkungan (Adi, 1994:11-12)

Panti Asuhan Karya Murni adalah salah satu dari sekian banyak lembaga sosial yang melakukan usaha-usaha kesejahteraan sosial seperti penerapan prinsip-prinsip pekerja sosial dalam meningkatkan kesejahteraan sosial dalam meningkatkan kesejahteraan sosial penderita cacat netra. Panti Asuhan Karya Murni adalah sebuah

(40)

26

lembaga sosial swasta yang mengemban misi yaitu salah satunya untuk memberdayakan para penderita cacat netra agar mampu merealisasikan potensi yang ada dalam dirinya. Selain itu menyediakan fasalitas dan sarana untuk menunjang pembelajaran yang baik. Hal ini dimaksudkan agar apabila penderita cacat netra tersebut sudah tidak lagi menjadi tanggung jawab panti, diharapkan mereka menjadi orang yang mandiri dan mampu merealisasikan potensi yang ada pada mereka.

Adapun komponen-komponen atau kegiatan-kegiatan dari pelayanan sosial yang diusahakan oleh Panti Asuhan Karya Murni adalah :

1. Sarana dan prasarana yang memadai untuk memperlancar kegiatan-kegiatan sosial yang ada di panti, seperti adanya tempat tinggal/asrama, fasilitas-fasilitas yang memadai untuk mendukung kegiatan pendidikan dan ketrampilan.

2. Pekerja Sosial yang profesional dan tenaga administratif yang diperlukan untuk meningkatkan manajemen Panti Asuhan Karya Murni.

3. Tata laksana kesejahteraan sosial yaitu segala peraturan yang terdapat pada Panti Asuhan Karya Murni yang mengatur jalannya pelayanan sosial antara lain melalui anggaran dasar/anggaran rumah tangga, anggaran belanja. Pembuatan data statistik, laporan keuangan dan laporan kegiatan.

4. Dana/finansial yang memadai untuk pelaksanaan dan peningkatan usaha pelayanan sosial, yang berasal dari dalam maupun dari luar panti.

5. Pembuatan perencanaan program dan pelaksanaan program yang dikerjakan dengan matang sehingga bejalan dengan efektif dan efesien.

(41)

27

(42)

28

(43)

29

(44)

30

(45)

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subyek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang fakta-fakta yang nampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1991:63). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu membuat gambar keadaan atau fenomena secara sistematis dan akurat mengenai fakta tentang penerapan prinsip-prinsip perkerjaan sosial dalam meningkatkan kesejahteraan sosial penderita cacat netra di Panti Asuhan Karya Murni

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Panti Asahan Karya Murni Medan, yang berada di jalan Karya Wisata Gedung Johor Medan. Alasan penulis memilih lokasi ini adalah kerena Panti Asuhan Karya Murni sebagai lembaga sosial yang didirikan oleh para suster yang berada dibawah naungan Kongregasi Suster-Suster Santo Yoseph sudah memberikan hasil nyata ( menciptakan penderita yang mandiri, tidak tergantung pada orang lain, dapat menyelesaikan masalah dengan menggunakan prinsip-prinsip pekerjaan sosial, dan dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya setelah tidak lagi beraada di panti).

(46)

33

C. Populasi dan Sampel

C.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang terdiri dari manusia, benda, hewan dan tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai-nilai atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakter tertentu dalam suatu penelitian (Nawawi, 1991:141)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita cacat netra yang di bina di Panti Asuhan Karya Murni Medan yang pada saat penelitian berlangsung berjumlah 85 orang.

C.2. Sampel

Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasinya (Suhartono, 19995:57). Dalam pengambilan sampel penulis menggunakan tehnik pengambilan sampel secara purposive (purposive sampling). Sampel purposive artinya adalah sampel diambil berdasarkan pertimbangan subyektif si peneliti (P. Joko Subagyo, S.H. 1999:31)

Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah seluruh penderita cacat netra yang sedang dan telah menjalani masa pendidikan (minimal SLTP). Alasannya berdasarkan pengamatan dilapangan, maka penulis berpendapat bahwa anak yang minimal sedang atau telah menjalani masa pendidikan (minimal SLTP) akan lebih baik dalam merespon pertanyaan-pertanyaan yang diterima sehingga jawaban-jawban yang diberikan diharapkan akan sesuai dengan maksud dan tujuan pertanyaan-pertanyaan tersebut. Berdasarkan penilain diatas, maka sampel dalam penelitian ini berjumlah 40 orang.

(47)

34

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik sebagai berikut :

1. Studi Kepustakaan

Teknik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, majalah atau surat kabar dan bentuk tulisan lainnya yang ada relevansinya dengan masalah yang diteliti 2. Studi Lapangan

Yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian untuk mencari fakta berkaitan dengan masalah yang diteliti. Penelitian ini ditempuh dengan cara wawancara yaitu mengumpulkan data dengan :

a. Menggunakn alat bantu kuesioner yang ditujukan kepada responden yang dalam hal ini adalah penderita cacat netra.

b. Menggunakan guide interview yang ditujukan kepada para informan kunci (key informan) seperti pekerja soaial yaitu pengurus panti ataupun para pengasuh yang ada di Panti Asuhan Karya Murni.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipakai adalah teknik analisis data menggunakan pendekatan deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu menjabarkan hasil penelitian sebagaimana adanya. Data yang didapatkan akan dipaparkan dan dianalisa dengan menggunakan tabel tunggal.

(48)

34

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Panti Asuhan Karya Murni

Sekitar tahun 1950 seorang tentara Belanda datang ke Susteran Santo

Yoseph yang berada di Deandlesstrat (sekarang jalan Hayam Wuruk No. 11 Medan).

Tentara itu datang bersama seorang gadis kecil yang cacat netra (buta) bernama Martha Ponikem (13 tahun), yang ditemukan di sebuah jalan kota Martapura Kabupaten Langkat. Kedatangan mereka diterima dengan baik oleh seorang suster bernama Ildefonsa. Tentara Belanda ini menitipkan gadis kecil tersebut kepada Suster Ildefonsa van de Watering, dan suster tersebut menerima anak itu dengan senang hati.

Namun setelah anak itu tinggal beberapa waktu di susteran, muncul suatu masalah dan pertanyaan yang sebelumnya tidak terpikirkan,”Apa jadinya anak ini kelak kalau harus dituntun dan di papah, tidak bias membaca ataupun menulis. Pendidikan atau pengajaran apa dan bagaimana yang tepat diberikan kepada anak ini?”. Suster Ildefonsa ingin agar Ponikem juga bias berarti dan punya nilai, tidak tergantung seumur hidupnya pada orang lain.

Suster Ildefonsa seakan menemukan jawaban atas pertanyaan mengenai keadaan Ponikem ketika ia mengambil cuti ke Nederland – Belanda. Di sana ia mengunjungi sebuah institute anak tunanetra bernama “De Wijnberg” di kota Grave. Dia datang kesana untuk mempelajari huruf Braille dan metode pengajarannya serta untuk mengetahui lebih dalam bagaimana mendidik dan mengajar para tunanetra. Pada suatu hari dalam kunjunganya ke Grave, suster Ildefonsa bertemu dengan seorang gadis tunanetra berdarah Tionghoa yang berasal dari Bangka-Indonesia. Gadis ini bernama Tress Kim Lan Bong, yang sudah dididik selama 16 tahun di

(49)

35

Institut tersebut. Dalam pertemuanya itu Tress menyatakan keinginanya dan kerinduannya untuk kembali ke Indonesia dan membantu teman-teman sesame tunanetra di Indonesia. Dapat dibayangkan betapa gembiranya

suster Ildefonsa mendengar penuturan Tress tersebut. Itu berarti usaha suster Ildefonsa untuk membantu Ponikem akan segera terwujud.

Pada tanggal 15 Juli 1950 Suster Ildefonsa bersama Tress berangkat menuju Indonesia, dan tiba pada tanggal 15 Agustus 1950 di Jalan Hayam Wuruk No. 11 Medan. Tress Bong menjadi guru pertama yang mengajar anak tunanetra yang dibawa oleh tentara Belanda itu ke Susteran. Orang buta mengajari orang buta. Unik, namun disitulah komunikasi dalam kontak batin terbangun.

Tidak lama sesudah Tress berada di Indonesia, datang lagi dua orang tunanetra bernama Agustina Wilhelmina Halatu (7 tahun) pada tahun 1950 dan cicilia Pardede (21 tahun) pada tahun 1951. Demikianlah anak tunanetra semakin lama semakin bertambah. Melihat perkembangan pelayanan yang dilakukan oleh para suster ini, dirasa perlu didirikan suatu badan yang mengelola pendidikan ini. Maka pada 26 Agustus 1953 dibentuklah sebuah badan penyelenggara yang akan mengurusi masalah pendidikan untuk anak tunanetra. Badan itu bernama Yayasan Seri Amal, dan berada di lokasi Susteran Santo Yoseph. Bersamaan dengan itu didirikan juga panti asuhan bagi anak-anak penderita cacat netra yang berasal dari keluarga kurang mampu, yatim-piatu, dan terlantar. Panti Asuhan ini diberi nama Panti Asuhan Karya Murni. Panti Asuhan ini juga berada di lokasi Susteran Santo Yoseph yaitu di jalan Hayam wuruk No. 11 Medan.

Yayasan ini terus berkembang seiring dengan bertambahnya anak-anak yang dididik di Panti Asuhan tersebut. Hal ini membuat aktifitas di Susteran menjadi sangat beragam dan tempat menjadi sangat sempit. Karena itu pihak Susteran Santo Yoseph

(50)

36

berinisiatif untuk mencari tempat baru bagi panti asuhan dan sekolah untuk penderita cacat netra. Pada tahun 1980, Panti Asuhan Karya Murni dan seluruh aktifitas belajar mengajar untuk penderita cacat netra di pindahkan ke Jalan Karya Wisata Medan

Johor. Sejak itu segala pelayanan bagi penderita cacat netra tidak dilakukan di jalan

hayam wuruk. Sampai sekarang Panti Asuhan Karya Murni masih melakukan kegiatan-kegiatan untuk membantu para penderita cacat netra yang kurang mampu, yatim-piatu, dan terlantar agar dapat hidup mandiri dan tidak tergantung pada orang lain.

B. Gambaran Umum Panti Asuhan Karya Murni

a. Nama Panti : Panti Asuhan Karya Murni b. Alamat : Jl. Karya Wisata Medan Johor c. Telepon : 061-7863987/77866475 d. Status : Dikukuhkan/swasta bersubsidi

e. Dasar Pendirian : Pelayanan Kesejahteraan social bagi anak cacat netra, Yatim-piatu dan ekonomi lemah.

f. Didirikan pada : 26 Agustus 1953

g. Badan Induk : Kongregasi Suster-suster Santo Yoseph h. Badan Penyelenggara : Yayasan Seri Amal

i. Almat : Jl. Hayam Wuruk No. 11 Medan j. Telepon : 061- 4533294

k. Sumber Dana : Departemen Sosial, Badan Kesejahteraan Sosial Propinsi

Sumatera Utara (BKSPSU), Yayasan Dharmais, Masyarakat Umum.

(51)

37

C. Visi, Misi Dan Motto Panti Asuhan Karya Murni

Visi Panti Asuhan Karya Murni merupakan penjabaran Misi Kongregasi

Suster-suster Santo Yoseph. Visi dari Panti Asuhan Karya Murni adalah terwujudnya keyakinan diri para tunanetra akan kemandirian dan harkat manusia yang sama dengan sesamanya di tengah-tengah masyarakat, melalui pemberdayaan berlandaskan ajaran dan moral Katholik.

Misi Panti Asuhan Karya Murni yang membangun pelayanan dalam bidang

social, adalah :

a. Memberdayakan para tunanetra agar mampu merealisasikan potensi yang ada dalam dirinya.

b. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran sesuai dengan perkembangan fisik dan kejiwaan.

c. Mengadakan pelatihan untuk mengembangkan bakat dan keterampilan.

d. Menyedikakan “komunitas” terpadu dan sarana selama mereka berada dalam pembinaan dan dalam jenjang sekolah

e. Mengintegrasikan siswa tunanetra lulusan SD ke pendidikan SLTP umum. f. Mengupayakan tenaga pengajar yang professional

g. Menyediakan sarana dan fasilitas yang menunjang pembelajaran yang baik

h. Meningkatkan kehidupan rohani melalui pendidikan agama dan pembinaan iman dan retret.

Motto Panti Asuhan Karya Murni adalah Venerate Vitam. Sebagai lembaga

yang bergerak dalam bidang kemanusiaan, Karya Murni memegang teguh prinsip bahwa hidup mesti dihormati. Menghormati hidup atau Venerate Vitam adalah prinsip dasar Karya Murni. Di Karya Murni semua manusia diperllukan dan dihormati sama

(52)

38

tanpa memandang asal usul atau keadaan fisik warga secara lahiriah dengan menyandang cacat atau tanpa cacat fisik. Sebagai lembaga social kemanusiaan, Karya Murni memberikan perhatian khusus kepada para penyandang cacat seperti tunanetra, tunarungu dan tunawicara serta anak-anak yatim piatu dan ekonomi sangat lemah. Di Karya Murni anak-anak yang lahir dalam keadaan yang demikian, dididik, dibesarkan, diberdayakan dan dikemungkinan untuk menjadi mandiri dan menemukan jati diri mereka. Mereka dibesarkan, diasuh, dididik, mereka adalah citra dan gambaran Tuhan yang sederajat dengan orang lain. Mereka mempunyai hak untuk mewujudkan jati diri mereka tapi proses itu dilakukan mesti dengan menghormati kemungkinan yang ada dalam diri mereka. Mereka sendiri harus ikut serta menentukan proses pemberdayaan yang dapat mereka jalani sesuai dengan kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam diri mereka. Sesungguhnya itulah yang dimuat dalam motto atau filosofi dasar Karya Murni yaitu Venerate Vitam atau

Hormatilah Hidup.

D. Susunan Pengurus Panti Asuhan Karya Murni

Panti Asuhan Karya Murni merupakan lembaga social yang berada di bawah naungan Yayasan Seri Amal yang didirikan oleh Kongregasi Suster-suster Santo Yoseph. Karena itu, seluruh program pelayanan yang dilakukan oleh Panti Asuhan Karya Murni harus diketahui dan disetujui oleh Yayasan Seri Amal. Berikut adalah susunan pengurus dari Yayasan Seri Amal dan Panti Asuhan Karya Murni

E. Susunan Pengurus Yayasan Seri Amal :

Ketua : SUSTER IGNASIA SIMBOLON

Sekretaris : SUSTER RAYNELDA GULTOM

(53)

39

Bendahara : SUSTER ANASTASIA HARIANJA

Anggota : 1. LINUS RUMAHPEA

2. SARTONO SIMBOLON

3. TIMUR PANJAITAN

Moderator : PASTOR ANSELMUS MAHULAE

2. Susunan Pengurus Panti Asuhan Karya Murni

Ketua : SUSTER FLAVIANNA

Pengasuh : 1. SUSTER ANGELINA PANE

2. SUSTER-SUSTER PEMBIMBING/PEMBINA

(54)

40

(55)

41

(56)

64

BAB V

ANALISIS DATA

Pada Bab ini akan di sajikan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian terutama melalui kuesioner yang disebarkan oleh responden yang berjumlah 40 Orang yang berada di Panti Asuhan Krya Murni. Data-data yang dianalisis antara lain: karakteristik umum responden dan analisis penerapan prinsip-prinsip peksos dalam meningkatkan kesejahteraan penderita cacat netra di Panti Asuhan Karya Murni.

Karakteristik Umum Responden

Berikut ini akan di sajikan data-data tentang identitas responden yang meliputi jenis kelamin, umur, agama, suku bangsa, dan pendidikan responden

Tabel 10

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase ( %)

Sumber: Kuesioner Penelitian 2008

Berdasarkan data table 10 di atas dapat dilihat bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 21 Orang (52,5%) dan responden yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 19 Orang (47,5%). Data ini menunjukkan bahwa yang mnjadi responden sebagian besar adalah laki-laki.

(57)

65

Tabel 11

Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

No Umur Frekuensi Persentase ( %)

Sumber: Kuesioner Penelitian 2008

Dari data yang disajikan dari table 11 menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia 16–20 tahun, yaitu sebanyak 25 Orang (62,5%). Kemudian diikuti oleh responden yang berusia 21–25 tahun, yaitu sebanyak 11 Orang (27,5%). Dan selanjutnya responden yang berumur 10-15 tahun yang berjumlah 2 Orang (5%). Data ini menunjukkan bahwa rata-rata responden merupakan remaja yang tergolong produktif dan merupakan sumber daya manusia yang potensial bagi bangsa dan Negara.

Tabel 12

(58)

66

Karakteristik Responden Berdasarkan Agama

No Umur Frekuensi Persentase ( %)

Sumber: Kuesioner Penelitian 2008

Dari sajian data pada tabl 12 diterangkan bahwa yang menjadi responden pada penelitian ini mayoritas menganut agama Kristen katolik, yaitu sebanyak 33 Orang (82,5%). Kemudian diikuti oleh responden yang menganut agama Kristen Protestan, yaitu sebanyak 5 Orang (12,5%). Lalu diikuti oleh responden yang menganut agama islam yaitu 1 Orang (2,5%) dan Budha yng juga berjumlah 1 Orang (2,5%). Hal ini menunjukkan bahwa agama tidak menjadi halangan bagi Panti Asuhan Karya Murni untuk memberikan pelayanan kepada penderita cacat netra yang membutuhkan bantuan.

Tabel 13

Karakteristik Responden Berdasarkan Suku Bangsa

(59)

67

Sumber: Kuesioner Penelitian 2008

Pada tabel 13 diperlihatkan bahwa mayoritas responden berasal dari suku Batak yaitu sebanyak 27 Orang (67,5%). Dari suku Batak ini terbagi lagi atas suku Batak Tapanuli sebanyak 24 Orang (88,9%), dan suku Batak Karo sebanyak 3 Orang (11,1%). Lalu sebanyak 8 Orang (20%) berasal dri suku Nias, dan sebanyak 4 Orang (10%) berasal dari suku Jawa. Sementara yang termasuk kategori lain-lain sebanyak 1 Orang (2,5%) yaitu berasal dari Flores-NTT. Dari data ini dapat dilihat bahwa responden berasal dari berbagai suku bangsa. Hal ini menunjukkan bahwa suku bangsa tidak menjadi hambatan bagi penderita cacat netra untuk mendapatkan bantuan dari Panti Asuhan Karya Murni.

Tabel 14

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase ( %)

(60)

68

Sumber: Kuesioner Penelitian 2008

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 14 diketahui bahwa tingkat pendidikan mayoritas responden adalah Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) sebanyak 21 Orang (52,5%), diikuti responden dengan tingkat pendidikan SMU Sederajat sebanyak 15 Orang (37,5%) dan responden yang melanjutkan pendidikan ke tingkat Perguruang Tinggi sebanyak 4 Orang (10%).

Dalam penelitian ini diketahui bahwa responden yang masih aktif bersekolah berjumlah 37 Orang (92,5%), dengan perincian, 21 responden (56,8%) pendidikan SLTPLB, 12 responden (32,4%) pendidikan SMU Sederajat; dan 4 responden (10,8%) yang melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Dari responden yang melanjutkan ke SMU Sederajat, 10 responden bersekolah di SMU Cahaya-Hayam Wuruk, 2 responden bersekolah di SMK Katolik. Sedangkan responden yang melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi, 3 responden kuliah di UNIKA dan 1 responden kuliah di USU.

Responden yang tidak lagi bersekolah berjumlah 3 Orang (7,5%), mereka hanya bersekolah sampai tingkat SMU. Adapun alasan responden tidak lagi melanjutkan sekolah adalah karena tidak sanggup mengikuti pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi. Saat ini mereka sedang mengikuti kursus massage yang diadakan panti untuk mempersiapkan mereka agar dapat bekerja setelah tidak lagi berada di Panti. Dari data ini terlihat bahwa buta yang diderita oleh responden tidak menjadi hambatan bagi mereka untuk mengikuti pendidikan sama seperti orang normal lainnya.

(61)

69

Tabel 15

Tanggapan Responden tentang Prinsip Penerimaan

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase ( %)

Sumber: Kuesioner Penelitian 2008

Manusia merupakan sumber daya yang penting dalam pembangunan Nasional. Penderita cacat netra juga merupakan potensi yang sangat perlu diperhatikan, dalam hal ini penderita cacat netra harus mendapatkan perhatian sepenuhnya agar dikemudian hari mereka mampu menjadi manusia yang terampil, mandiri, berakhlak tinggi dan warga negara yang bertanggung jawab.

Untuk itu Panti Asuhan Karya Murni sebagai lembaga sosial yang membantu penderita cacat netra untuk dapat menciptakan sumber daya manusia yang potensial. Dari data yang disajikan pada tabel 15, diketahui bahwa seluruh responden yaitu sebanyak 40 Orang (100%) menjawab sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa Panti Asuhan Karya Murni menerima anak asuhan apa adanya artinya dalam kondisi cacat ataupun tidak dan dari latar belakang yang bermacam-macam.

Tabel 16

Tanggapan Responden tentang Tujuan Prinsip Penerimaan

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase ( %)

(62)

70

Sumber: Kuesioner Penelitian 2008

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 16 ditunjukkan bahwa seluruh responden yaitu sebanyak 40 Orang (100%) menyatakan bahwa tujuan dari prinsip penerimaan yang diterapkan di Panti Asuhan Karya Murni “baik”. Hal ini berarti tujuan prinsip-prinsip peksos secara umum di Panti Asuhan Karya Murni sudah berjalan dengan baik, sehingga anak asuhan khususnya penderita cacat netra tidak lagi merasa minder karena kekurangan yang mereka miliki, mereka juga dapat hidup secara wajar.

Tabel 17

Tanggapan Responden tentang Prinsip Komunikasi

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase ( %)

Sumber: Kuesioner Penelitian 2008

Prinsip Komunikasi yang di terapkan di Panti Asuhan Karya Murni sudah berjalan dengan sangat baik, ini di tunjukkan pada tabel 17 mayoritas responden yaitu sebanyak 25 Orang (62,5%) menjawab bahwa prinsip komunikasi sangat baik, sedangkan responden yang mengatakan baik sebanyak 15 Orang (37,5%). Dalam hal ini Panti Asuhan Karya Murni

(63)

71

menerapkan prinsip komunikasi dengan di adakannya belajar bersama, bermain bersama, beribadah, dll.

Tabel 18

Tanggapan Responden tentang Tujuan Prinsip Komunikasi

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase ( %)

Sumber: Kuesioner Penelitian 2008

Melalui tabel 18 di atas dapat diketahui seluruh responden sebanyak 40 Orang (100%) menyatakan bahwa tujuan dari prinsip komunikasi ini sangat baik. Panti Asuhan Karya Murni sebagai lembaga social menginginkan bahwa setiap anak asuhan khususnya penderita cacat netra dapat berkomunikasi dengan baik kepada masyarakat luas.

Salah satu contoh nyata adalah penderita cacat netra yang mampu berpidato dengan menggunakan Bahasa Inggris dengan baik di hadapan masyarakat. Hal ini membuat penderita cacat netra lebih percaya diri dan mereka merasa bahwa kecacatan yang mereka miliki bukanlah menjadi suatu hambatan untuk berkomunikasi ataupun berprestasi. Dari data di atas bahwa tujuan dari prinsip komunikasi ini sangat baik dan berguna bagi penderita cacat netra.

Tabel 19

Tanggapan Responden tentang Prinsip Individualisasi

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase ( %)

(64)

72

Sumber: Kuesioner Penelitian 2008

Prinsip individualisasi yang diterapkan di Panti Asuhan Karya Murni yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan seperti les vocal, memasak, B.Inggris, massage. Kegiatan-kegiatan ini diikuti oleh seluruh penderita cacat netra sesuai dengan umur dan kemampuan mereka masing-masing. Oleh karena itu penderita cacat netra diberikan kebebasan untuk memilih kegiatan mana yang akan ditekuninya.

Dari tabel 19 diketahui bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 40 Orang (100%) menjawab sangat baik. Hal ini berarti prinsip penerimaan peksos yang diterapkan di Panti Asuhan Karya Murni sudah berjalan dengan sangat baik.

Tabel 20

Tanggapan Responden tentang Tujuan Prinsip Individualisasi

(65)

73

Jumlah 40 100

Sumber: Kuesioner Penelitian 2008

Data pada tabel 20 menunjukkan bahwa seluruh responden yang berjumlah 40 Orang (100%) menyatakan bahwa tujuan dari prinsip individualisasi yang diterapkan di Panti Asuhan Karya Murni sangat baik. Adapun tujuan dari prinsip individualisasi bagi penderita cacat netra adalah untuk dapat meningkatkan kesejahteraan social yaitu dapat menjalankan fungsi sosialnya dengan baik serta meningkatkan kemandirian penderita cacat netra dan tidak lagi bergantung kepada orang lain.

Tabel 21

Tanggapan Responden tentang Prinsip Partisipasi

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase ( %)

Sumber: Kuesioner Penelitian 2008

Berdasarkan table 21 dapat dilihat bahwa seluruh responden sebanyak 40 Orang(100%) menjawab baik, hal ini menunjukkan bahwa prinsip partisipasi yang diterapkan di Panti Asuhan Karya Murni berjalan dengan baik.

Tabel 22

Tanggapan Responden tentang Tujuan Prinsip Partisipasi

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase ( %)

(66)

74

Sumber: Kuesioner Penelitian 2008

Bedasarkan data pada tabel 22 diketahui bahwa responden yang berjumlah 40 Orang (100%) menyatakan bahwa tujuan dari prinsip partisipasi yang diterapkan di Panti Asuhan Karya Murni baik. Hal ini ditunjukkan dalam setiap kesempatan untuk mengikuti suatu perlombaan, penderita cacat netra mengikuti perlombaan sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.

Prestasi yang diraih oleh responden adalah suatu kebanggaan yang tak ternilai. Prestasi yang diraih responden ini ada yang diraih secara kelompok seperti prestasi dalam bidang olah vocal dengan mengikuti kejuaraan paduan suara, vocal grup, duet, band. Dan prestasi yang diraih secara pribadi seperti mengikuti kejuaraan vocal solo, memainkan alat musik, olah raga atletik dan catur. Ini menunjukkan bahwa penderita cacat netra juga mampu berprestasi. Kecacatan yang mereka miliki tidak menjadi hambatan bagi mereka untuk mengaktualisasikan diri mereka sesuai dengan bakt dan talenta yang mereka miliki. Dan yang sangat mereka butuhkan adalah kesabaran dan ketekunan suster-suster sebagai pekerja sosial.

Tabel 23

Tanggapan Responden tentang Prinsip Kerahasiaan

(67)

75

Jumlah 40 100

Sumber: Kuesioner Penelitian 2008

Tabel 23 di atas disajikan tentang prinsip kerahasiaan di Panti Asuhan Karya Murni dapat dilihat bahwa 25 responden (62,5%) menjawab penerapan prinsip kerahasiaan di Panti Asuhan Karya Murni baik, sedangkan 15 responden (37,5%) menjawab tidak baik tentang penerapan prinsip kerahasiaan. Prinsip kerahasiaan ini dituangkan ke dengan merahasiakan identitas responden. Responden yang menjawab tidak baik umumnya tidak mengenal keluarga mereka, mereka masuk ke Panti Asuhan Karya Murni karena bencana alam yng menimpa mereka yaitu gempa dan tsunami. Alasannya adalah apabila keluarga mereka mencari mereka akan sulit untuk menemukan mereka.

Tabel 24

Tanggapan Responden tentang Tujuan Prinsip Kerahasiaan

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase ( %)

Sumber: Kuesioner Penelitian 2008

Dari tabel 24 menunjukkan bahwa 25 orang (62,5%) menyatakan baik tentang tujuan prinsip kerahasiaan, sedangkan 15 orang (37,5%) menyatakan tidak baik. Perlu diketahui

(68)

76

bahwa prinsip kerahasiaan ini dituangkan dengan merahasiakan identitas mereka tidak sembarangan orang mendapatkan identitas para penderita cacat netra, mereka harus mempinyai izin untuk mendapatkan identitas penderita cacat netra di Panti Asuhan Karya Murni.

Tabel 25

Tanggapan Responden tentang Prinsip Kesadaran diri Peksos

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase ( %)

Sumber: Kuesioner Penelitian 2008

Melalui tabel 25 diatas dapat diketahui bahwa seluruh responden yaitu sebanyak 40 orang (100%) menjawab baik tentang penerapan prinsip kesadaran diri peksos. Dalam hal ini yang menjadi peksos adalah suster-suster yang selalu sabar dan rajin memberikan pelajaran dan bimbingan kepada para penderita cacat netra. Responden menyatakan bahwa mereka beruntung bisa dibina dan dididik di Panti Asuhan Karya Murni ini. Mereka diajarkan tentang berbagai hal dan mereka dilatih untuk mandiri, sehingga kelak mereka dapat mengurus diri sendiri tanpa harus tergantung sepenuhnya dengan orang lain.

Tabel 26

Tanggapan Responden tentang Tujuan Prinsip Kesadaran diri Peksos

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase ( %)

(69)

77

Sumber: Kuesioner Penelitian 2008

Tabel 26 menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 40 orang (100%) menjawab baik tentang tujuan prinsip kesadaran diri peksos karena menurut mereka para suster selalu membuat yang terbaik untuk perkembangan penderita cacat netra. Salah satu wujud nyata adalah penderita cacat netra mampu mengaktualisasikan diri tanpa harus bergantung kepad orang lain.

Tabel 27

Distribusi Jawaban Responden Tentang Cukup Tidaknya Prinsip-Prinsip Peksos

dituangkan Dalam Bentuk Kegiatan

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase ( %)

Sumber: Kuesioner Penelitian 2008

(70)

78

Dari dta yang disajikan pada tabel 27 dapat dilihat bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 23 orang (57,5%) menjawab ya tentang prinsip-prinsip peksos yang dituangkan dalam bentuk kegiatan sudah cukup. Alasannya adalah apabila ada penambahan pelajaran tentu mereka akan sangat jenuh karena mereka sudah mendapatkan pelajaran dari sekolah. Sedangkan 17 orang (42,5%) menyatakan ragu-ragu tentang prinsip-prinsip peksos yang dituangkan dalam bentuk kegiatan, alasannya kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah belum tentu bisa diikuti oleh penderita cacat netra dikarenakan waktu yang sangat singkat, akan tetapi mereka juga berpikir bahwa akan menyulitkan yang lain jika ada penambahan pelajaran di Panti.

Tabel 28

Distribusi Jawaban Responden Tentang Tujuan Prinsip-prinsip Peksos Secara Umum

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase ( %)

Sumber: Kuesioner Penelitian 2008

(71)

79

Pada tabel 28 di atas diketahui bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 25 Orang (62,5%) menjawab baik tentang tujuan prinsip-prinsip peksos secara umum, sedangkan 15 Orang (37,5%) menjawab tidak baik, alasannya menurut responden tidak semua tujuan prinsip-prinsip peksos itu baik misalnya saja prinsip kerahasiaan (merahasiakan identitas responden). Tidak semua responden diantar langsung oleh keluarga mereka ke Panti, sebagian dari mereka ada yang diantar oleh Pendeta, masyarakat yang tidak mereka kenal, sehingga mereka tidak mengenal sanak saudara mereka. Mereka yang diantar oleh Pendeta ataupun masyarakat umumnya adalah anak-anak korban bencana alam seperti gempa dan tsunami yang menimpa Kec. Gunung Sitoli Kab. Nias ataupun Banda Aceh. Mereka berharap dengan tidak merahasiakan identitas mereka saudara mereka dapat menemukan mereka.

Tabel 29

Distribusi Jawaban Responden Tentang Tenaga Pelaksana Prinsip-prinsip Peksos

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase ( %)

Sumber: Kuesioner Penelitian 2008

Tabel 29 menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 31 Orang (22,5%) memilih menjawab Ya tentang tenaga pelaksana prinsip-prinsip peksos menurut mereka

(72)

80

tenaga pelaksana yang sekarang sudah cukup. Kategori ini diperinci yaitu Laki-laki sebanyak 15 Orang (48,4%) dan Perempuan sebanyak 16 Orang (77,5%), sedangkan yang memilih menjawab Tidak sebanyak 9 Orang (77,5%).

Alasan responden yang memilih Tidak adalah karena mereka merasa tenaga pelaksana prinsip-prinsip peksos tidak cukup dan perlu adanya penambahan pelaksana, karena mereka tidak mempunyai banyak waktu kepada suster-suster sebagai tenaga pelaksana prinsip-prinsip peksos, ini dikarenakan tugas para suster sebagai tenaga pelaksana prinsip-prinsip peksos terlalu banyak sehingga para suster merangkap tugasnya.

Tabel 30

Distribusi Jawaban Responden Tentang Cukup Tidaknya Kemampuan dan

Keterampilan Tenaga Pelaksana Prinsip-prinsip Peksos Dalam Memberikan Materi

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase ( %)

Sumber: Kuesioner Penelitian 2008

Berdasarkan tabel 30 di atas diketahui bahwa seluruh responden yaitu 40 Orang (100%) menjawab Ya mengenai cukup tidaknya kemampuan dan keterampilan tenaga pelaksana artinya kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh tenaga pelaksana

(73)

81

prinsip peksos dalam memberikan materi sudah cukup, karena para suster sudah dilatih untuk menyampaikan materi. Dalam hal ini para suster sebagai tenaga pelaksana prinsip-prinsip peksos di Panti Asuhan Karya Murni berusaha memberikan yang terbaik bagi kemajuan seluruh Anak asuh yang di Panti Asuhan Karya Murni.

Tabel 31

Distribusi Jawaban Responden Tentang Kemampuan Menerapkan Keterampilan yang

Diajarkan

Sumber: Kuesioner Penelitian 2008

Pada tabel 31 dapat dilihat bahwa 40 Orang (100%) responden menjawab mampu menerapkan keterampilan yang diajarkan di Panti Asuhan Karya Murni dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilihat dalam prestasi-prestasi yang mereka miliki contohnya saja mereka ikut serta dalam berbagai perlombaan, dalam pencarian dana mereka membuat

(74)

82

manik-manik kemudian menjualnya, ini berarti bahwa apa yang diterapkan oleh Panti Asuhan Karya Murni sudah berjalan dengan baik.

Tabel 32

Distribusi Jawaban Responden Tentang Kemampuan Berkomunikasi Setelah

Memperoleh Prinsip-prinsip Peksos

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase ( %)

Sumber: Kuesioner Penelitian 2008

Data pada tabel 32 menunjukkan bahwa seluruh responden yaitu 40 Orang (100%) menjawab baik tentang kemampuan berkomunikasi setelah memperoleh prinsip-prinsip peksos di Panti Asuhan Karya Murni. Hal ini berarti bahwa kemampuan berkomunikasi penderita cacat netra sudah baik, terbukti pada saat peneliti melakukan wawancara pada responden mereka tidak lagi merasa minder atau malu bahkan mereka dapat berkomunikasi dengan baik.

Tabel 33

Distribusi Jawaban Responden Tentang Hubungan Sesama Penderita Cacat Netra

(75)

83

Jumlah 40 100

Sumber: Kuesioner Penelitian 2008

Pada tabel 33 di atas disajikan data tentng hubungan sesame penderita cacat netra yang ada di Panti Asuhan Karya Murni. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa seluruh responden yaitu sebanyak 40 Orang (100%) menjawab hubungan sesame mereka akrab. Hal ini menggambarkan bahwa interaksi diantara mereka terjalin dengan baik meskipun mereka tidak melihat.

Tabel 34

Distribusi Jawaban Responden Tentang Hubungan Dengan Pegawai Panti

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase ( %)

Sumber: Kuesioner Penelitian 2008

Melalui tabel 34 diketahui bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 31 Orang (22,5%) menjawab akrab tentang hubungan dengan pegawai panti, sedangkan 9 Orang (77,5%) menjawab tidak akrab dengan pegawai panti, alasan responden menjawab tidak akrab dengan pegawai panti adalah karena mereka tidak terlalu dekat dengan pegawai panti. Hal ini terjadi karena pegawai panti dengan responden tidak terlalu sering bersama dan

(76)

84

berkomunikasi, sehingga diantara mereka terjalin hubungan yang tidak akrab yang mengakibatkan responden kurang peduli dengan pegawai panti.

Tabel 35

Distribusi Jawaban Responden Tentang Hubungan Dengan Suster Sebagai

Pembimbing/Pembina

Sumber: Kuesioner Penelitian 2008

Tabel 35 menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 35 (87,5%) menjawab akrab dengan suster-suster sebagai pembimbing/Pembina, sedangkan 5 Orang (12,5%) tidak akrab dengan para suster, alasannya responden yang menjawab tidak akrab dengan suster sebagai pembimbing karena mereka tidak mempunyai banyak waktu bersama, sehingga kesan yang muncul adalah keseganan terhadap para suster. Para suster sibuk dengan kegiatan mereka, responden sibuk dengan kegiatannya masing-masing ditambah lagi karena

(77)

85

suster sering berganti padahal mereka belum lama di Panti. Hal ini membuat kurangnya interaksi antara suster dan responden yang membuat tidak tercipta pengenalan yang baik.

Tabel 36

Distribusi Jawaban Responden Tentang Hubungan Dengan Masyarakat Terutama

dengan Orang Awas

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase ( %)

Sumber: Kuesioner Penelitian 2008

Berdasarkan tabel 36 dapat dilihat bahwa seluruh responden yaitu sabanyak 27 Orang (67,5%) akrab tentang hubungan dengan masyarakat luas terutama orang awas. Sedangkan 13 Orang (32,5%) menjawab tidak akrab dengan masyarakat luas, hal ini terjadi karena responden tidak terlalu sering bertemu dengan orang awas artinya mereka disekolahkan di Sekolah Luar Biasa tidak di sekolah umum.

Tabel 37

(78)

86

Distribusi Jawaban Responden Tentang Sering Tidaknya Berinteraksi Dengan

Masyarakat Luas

Sumber: Kuesioner Penelitian 2008

Dari tabel 37 disajikan data tentang sering tidaknya berinteraksi dengan masyarakat luas. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa seluruh responden yaitu sebanyak 32 Orang (80%) sering berinteraksi dengan masyarakat luas, sedangkan 8 Orang (32,5%) menjawab kadang-kadang berinteraksi dengan masyarakat luas. Ini berarti penderita cacat netra sudah sering berinteraksi dengan masyarakat luas.

Tabel 38

Distribusi Jawaban Responden Tentang Kemampuan Hidup Secara Wajar Setelah

Memperoleh Prinsip-prinsip Peksos

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase ( %)

Sumber: Kuesioner Penelitian 2008

Data pada tabel 38 menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 40 Orang (100%) mampu hidup secara wajar setelah memperoleh prinsip-prinsip peksos,

(79)

87

misalnya dalam pergaulan sehari-hari dengan teman-teman yang normal tidak merasa malu, hal ini berarti bahwa anak-anak penderita cacat netra sudah dapat beradaptasi dalam kehidupan sehari-hari.

Tabel 39

Distribusi Jawaban Responden Tentang Kemampuan Melaksanakan Tugas/Pekerjaan

Sehari-hari Setelah Memperoleh Prisip-prinsip Peksos

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase ( %)

Sumber: Kuesioner Penelitian 2008

Dari tabel 39 diketahui bahwa 23 responden (57,5%) menyatakan sangat mampu melaksanakan tugas/pekerjaan sehari-hari sedangkan 17 responden (42,5%) mampu melaksanakan tugas/pekerjaan sehari-hari yaitu seperti membersihkan kamar, mencuci piring, mencuci pakaian, menyapu halaman dll. Hal ini berarti prinsip-prinsip peksos yang diterapkan di Panti Asuhan Karya Murni sudah berjalan dengan baik sehingga menciptakan manusia yang berkualitas dan tida lagi bergantung kepada orang lain khususnya bagi penderita cacat netra.

Gambar

Tabel 10
Tabel 11
Tabel 13
Tabel 14
+7

Referensi

Dokumen terkait