• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI CABAI MERAH KERITING (Capsicum annuum L.) HIBRIDA AKIBAT APLIKASI KALIUM NITRAT PADA DATARAN RENDAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POLA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI CABAI MERAH KERITING (Capsicum annuum L.) HIBRIDA AKIBAT APLIKASI KALIUM NITRAT PADA DATARAN RENDAH"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

POLA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI CABAI MERAH KERITING

(Capsicum annuum L.) HIBRIDA AKIBAT APLIKASI

KALIUM NITRAT PADA DATARAN RENDAH

Oleh

Satrio Tri Handono

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

(2)

Judul Skripsi

: POLA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI CABAI MERAH

KERITING(Capsicum annuum L.) HIBRIDA AKIBAT

APLIKASI KALIUM NITRAT PADA DATARAN RENDAH

Nama Mahasiswa

: Satrio Tri Handono

Nomor Pokok Mahasiswa

: 0854013022

Jurusan

: Agroteknologi

Fakultas

: Pertanian

MENYETUJUI

1.

Komisi Pembimbing

Ir. Kushendarto, M. S.

Prof. Dr. Ir. M. Kamal, M.Sc.

195703251984031001 196101011985031003

2. Ketua Jurusan Agroteknologi

(3)

MENGESAHKAN

1.

Tim Penguji

Ketua

: Ir. Kushendarto, M.S.

………….

Sekretaris

: Prof. Dr. Ir. M. Kamal, M.Sc.

………….

Penguji

Bukan Pembimbing

: Ir. Yohannes C. Ginting, M. P.

………….

2.

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.

NIP 196108261987021001

(4)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Nilai ekonominya yang tinggi merupakan daya tarik pengembangan budidaya cabai bagi petani. Permintaan produk cabai cenderung meningkat terus sehingga dapat diandalkan sebagai komoditas nonmigas (Rukmana, 1996).

Produksi cabai sebagian besar digunakan untuk konsumsi dan sebagian lagi diekspor ke negara-negara beriklim dingin dalam bentuk kering. Oleh karena itu, hampir setiap hari produk dibutuhkan sehingga kebutuhan akan komoditas ini meningkat sejalan dengan semakin bervariasinya jenis dan menu makanan yang memanfaatkannya produk ini (Marbun, 2002).

(5)

Tabel 1. Ketersediaan dan Kebutuhan Cabai Merah di Indonesia Tahun 2010

September 99,944 107,799 (7,855) Th 2010 1,220,078 1,220,088 (10) Sumber: Ditjen Hortikultura, Kementan RI (2010).

Dari data tabel diatas terlihat kebutuhan akan komoditi cabai dapat terjadi pada bulan-bulan tertentu , terutama pada saat hari hari besar agama seperti Hari Raya Idul Fitri , dimana sebagian besar masyarakat Indonesia memerlukan cabai sebagai bahan dalam masakan. Seiring dengan permintaan yang meningkat sehingga kurangnya pasokan yang tersedia maka peningkatan luas tanam diarahkan untuk mencapai keseimbangan pasokan dan permintaan.

(6)

Salah satu unsur yang perlu membantu produksi adalah kalium. Kalium diserap tanaman dalam bentuk K+. Ion ini dengan mudah disalurkan dari organ dewasa ke organ muda. Kalium merupakan pengaktif dari sejumlah besar enzim yang penting untuk respirasi dan fotosintesis (Taiz and Zeiger, 2002). Kalium juga dapat mengaktifkan enzim yang membentuk pati (Salisbury dan Ross, 1995). Oleh karena itu, kekurangan kalium tidak akan memberikan produksi yang maksimal.

Pembudidayaan cabai di dataran rendah, pada umumnya memiliki keuntungan dan kekurangan. Salah satu keuntungannya adalah intensitas cahaya yang lebih tinggi kemudian luasan area tanam lebih luas dan tidak berlereng sehingga memudahkan pembudidayaan cabai di dataran rendah. Di samping itu dataran rendah juga memiliki kekurangan, diantarannya banyaknya serangan hama penyakit akibat suhu yang tinggi yang berakibat dapat merusak dan menurunkan kualitas dan produksi tanaman cabai.

Berdasarkan latar belakang penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut :

(1) Apakah terdapat perbedaan respon pola pertumbuhan tanaman cabai merah terhadap aplikasi Kalium Nitrat dengan konsentrasi berbeda?

(7)

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk :

(1) Mengetahui respon pola pertumbuhan tanaman cabai merah terhadap aplikasi Kalium Nitrat.

(2) Mengetahui respon komponen hasil cabai terhadap pemberian Kalium Nitrat dengan konsentrasi berbeda.

1.3 Landasan Teori

Dalam rangka menyusun penjelasan teoritis terhadap pertanyaan yang telah dikemukakan, penulis menggunakan landasan teori sebagai berikut:

Produksi cabai merah di Indonesia masih rendah, perbaikan teknologi yang dapat diterapkan adalah penggunaan benih atau bibit unggul (faktor genetis) dan perbaikan atau manipulasi lingkungan tumbuh tanaman (faktor lingkungan). Menurut Nofizan (2007), pemupukan didefinisikan sebagai komponen yang ditambahkan ke tanah atau tajuk tanaman dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan hara.

(8)

Pupuk KNO3 mengandung dua unsur hara penting yang dibutuhkan

tanaman yaitu 44 % kalium dan 12 % nitrogen. Nitrogen dan kalium merupakan dua unsur penting yang diperlukan tanaman. Secara umum aplikasi KNO3

pada tanaman mampu mengatasi tunas yang dorman karena mampu mengaktifkan giberellin. Hasil penelitian Andriani (2008) menunjukkan bahwa

kalium nitrat (KNO3) dapat meningkatkan pertumbuhan, jumlah bunga, jumlah buah, dan produktivitas buah cabai merah (Capsicum annuum L).

KNO3 dapat diberikan penyemprotan di bagian daun tanaman cabai, karena pemberian melalui daun dapat terserap langsung oleh stomata yang ada di permukaan daun apabila pemberian nya dilakuakan pada waktu yang tepat yakni pada waktu membuka nya stomata antara pagi ataupun sore hari.

KNO3 yang terserap dalam jaringan tanaman dalam bentuk ion K+ , ion K di dalam tanaman berfungsi sebagai aktivator dari banyak enzim yang berpartisipasi dalam beberapa proses metabolisme utama tanaman.

Kalium merupakan pengaktif dari sejumlah besar enzim yang penting

untuk respirasi dan fotosintesis. Kalium juga dapat digunakan untuk mengaktifkan enzim yang membentuk pati (Salisbury dan Ross, 1995). Nitrogen merupakan komponen utama klorofil, protein, asam amino, dan enzim. Nitrogen diperlukan untuk pertumbuhan daun dan batang, pertunasan, pembentukan klorofil,

(9)

Berdasarkan hasil penelitian Sadewo (2008), Allabi (2005) dan Chellemi dan Lazarovits (2002), tanaman cabai memerlukan unsur hara makro dan mikro untuk pertumbuhan dan peningkatan produksinya.

1.5 Kerangka Pemikiran

Cabai (capsicum annuum L.) merupakan komoditas yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar orang di Indonesia maupun di dunia. Tingkat kebutuhan akan cabai diikuti oleh perkembangan jumlah penduduk, oleh sebab itu untuk memenuhi kebutuhan cabai maka diperlukan aspek budidaya cabai yang terbaik untuk meningkatkan laju pertumbuhan dan produksi yang optimum.

Dalam budidaya cabai yang perlu diperhatikan antara lain media tanam dengan unsur hara yang cukup dan seimbang untuk pertumbuhan serta perkembangan tanaman sehingga menghasilkan produksi yang maksimal. Media tanam yang baik untuk tanaman cabai adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat, dan tidak terlalu porous, serta kaya bahan organik. Tanah yang subur dapat ditambahkan dengan pupuk yang dapat meningkatkan kandungan unsur hara di dalam tanah.

(10)

Peningkatan pertumbuhan serta produksi dapat dilakukan dengan menambahkan unsur hara yang dapat membantu pertumbuhan dan pembungaan agar nanti nya dapat berproduksi dengan baik. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah pemberian KNO3 yang mampu merangsang pertumbuhan serta pembungaan pada cabai. Pemberian KNO3 yang sesuai pada tanaman cabai diharapkan mampu memberikan hasil yang sesuai untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi cabai. KNO3 dapat diberikan penyemprotan di bagian daun tanaman cabai, karena pemberian melalui daun dapat terserap langsung oleh stomata yang ada di

permukaan daun apabila pemberian nya dilakuakan pada waktu yang tepat yakni pada waktu membuka nya stomata antara pagi ataupun sore hari, KNO3 yang terserap dalam jaringan tanaman dalam bentuk ion K+ , ion K di dalam tanaman berfungsi sebagai aktivator dari banyak enzim yang berpartisipasi dalam beberapa proses metabolisme utama tanaman.

(11)

1.5 Hipotesis

Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat respon pola pertumbuhan pada tanaman cabai merah terhadap aplikasi Kalium Nitrat.

(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Cabai

Buah cabai selain dijadikan sayuran atau bumbu masak juga mempunyai kapasitas menaikkan pendapatan petani, sebagai bahan baku industri, memiliki peluang eksport, membuka kesempatan kerja serta sebagai sumber vitamin C. Luas tanaman dan produksi cabe di Irian Jaya pada tahun 1998 adalah 4.104 ha dengan produksi 8.565 ton/ ha.

Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999) dalam Wardani (2009), cabai (C. annuum) mempunyai keragaman yang luas. Pada umumnya cabai tumbuh sebagai herba tahunan atau semak dengan tinggi 0.5-1.5 meter yang tumbuh tegak dengan banyak cabang.

Perakaran tanaman cabai termasuk akar tunggang yang tersusun dari akar

primer, akar lateral, dan akar tersier yang merupakan percabangan dari akar lateral (Poulos, 1994) dalam Wardani (2009). Akar tunggang cabai kuat dan dalam. Akar ini umumnya berkembang dengan sempurna (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999 dalam Wardani, 2009).

(13)

berwarna hijau terang sampai gelap (Poulos, 1994 dalam Wardani, 2009). Daun cabai relatif halus dengan bulu jarang, daunnya tunggal dan tipis dengan ukuran yang bervariasi, dengan helaian daun lanset dan bulat telur lebar.

Bunga tanaman cabai adalah bunga sempurna, menurut bunga cabai umumnya bersifat tunggal dan tumbuh pada bagian terminal. Warna mahkota bervariasi dari putih hingga putih kehijauan, dan putih keunguan hingga ungu. Warna kepala sari adalah biru, ungu, dan kuning. Kelopak yang berbentuk bel biasanya membesar bersama dengan buah, dan menutup sebagian atau sebagian besar dasar buah. Seluruh kultivar yang didomestikasi adalah menyerbuk sendiri, walaupun penyerbukan terbuka dapat juga terjadi.

Buah cabai tumbuh menggantung atau tegak, merupakan buah buni berbiji

banyak. Pada C. annuum buah seringkali tumbuh tunggal pada setiap buku. Ketika buah berkembang, kulit buah tumbuh lebih cepat dibanding jaringan plasenta, yang menyebabkan buah berongga.

2.2 Ekologi Tanaman Cabai

1. Adapun sifat-sifat tanah yang dikehendaki oleh tanaman cabai adalah: a. Tanah berstruktur remah/ gembur dan kaya akan bahan organik. b. Derajat keasaman (PH) tanah antara 5,5 - 7,0

c. Tanah tidak becek/ ada genangan air

(14)

2. Adapun iklim yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman cabai adalah : a. Curah hujan 1500-2500 mm pertahun dengan distribusi merata. b. Suhu udara 16° - 32 ° C

c. Saat pembungaan sampai dengan saat pemasakan buah, keadaan sinar matahari cukup (10 - 12 jam).

2.2 Kalium Nitrat

Kalium Nitrat merupakan sumber alami mineral nitrogen. Senyawa ini tergolong senyawa nitrat dengan rumus kimia KNO3. KNO (Kalium Nitrat) adalah pupuk

majemuk yang tersusun oleh unsur N (13%) dan K (K2O sebanyak 44%.

Kalium nitrat (KNO3) sebenarnya mengandung boron tetapi ia hanya mampu menanggulangi jika defisiensi tidak terlalu berat. Pupuk KNO3 mengandung unsur kalium dan nitrogen. Dalam jumlah lebih sedikit, KNO3 berisi pula kalsium, boron, dan magnesium. Bentuk sepintas mirip NPK biasa, berupa butiran merah muda atau putih.

KNO3 dipakai untuk fase vegetatif (pertumbuhan). Kelebihan KNO3 adalah penyerapannya oleh tanaman dalam bentuk nitrat dan amonium. Bentuk N pada KNO3 yang sudah berupa nitrat mempercepat penyerapan N ke tanaman. Dengan demikian KNO3 dapat diaplikasikan untuk mempercepat pertumbuhan tanaman cabai (Redaksi Trubus 2011).

(15)

menjadi kuning, batang menjadi lemah, dan rentan terhadap hama dan penyakit (Salisbury dan Ross, 1995).

2.3 Deskripsi Varietas Cabai TM- 999

Cabai merah keriting varietas TM 999 merupaka cabai jenis hibrida. Potensi hasil mencapai 14 ton/ha dan dapat dipanen pertama umur 80 – 85 hari setelah tanam (hst). Tinggi tanaman + 65 cm, diameter buah + 1,3cm dan panjang buah + 12 cm. Bentuk buah bulat panjang ramping, kulit buah tidak rata, kadang kadang

melengkung. Ditanam di datran rendah maupun tinggi, rata-rata per batang menghasilkan 800 – 1,2 kg/tanaman. Secara normal panen dapat dilakukan 12 – 20 kali (Sherly Piay dkk., 2010).

Cabai varietas TM 999 sangat adaptif, baik ditanam di daerah dataran rendah maupun sedang, produktivitasnya tinggi, tanamannya kompak, ukuran buah relatif seragam, berbiji banyak, rasa pedas, mempunyai daya simpan yang relatif lama.

(16)

III BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

3.2 Bahan dan alat

Bahan yang digunakan adalah benih cabai varietas TM 999, pupuk kandang

kotoran kambing, Plant catalyst, pupuk Urea, KNO3, Dolomit, NPK mutiara,

Dithane 45WP, Furadan 3G, Buldox dan Agrimec 18C , yang diberikan sesuai

ajuran. Alat yang dipakai adalah timbangan, oven, meteran, bambu, plastik

transparan, mulsa plastik, jerami, pisau, gunting, tudor, cangkul, koret, ember,

gembor, golok, isolatip, tali plastik, benang nilon, steples dan alat tulis

3.3 Metode Penelitian

Untuk menjawab pertanyaan dalam perumusan masalah dan untuk menguji

hipotesis, perlakuan disusun secara tunggal terstruktur bertingkat.

Dengan menggunakan perlakuan taraf konsentrasi kalium nitrat (KNO3) yang

berbeda beda yaitu : k0 = tanpa kalium nitrat, k1 = 2 g/l, k2 = 4 g/l, k3 = 6 g/l, k4 =

(17)

Perlakuan diulang 3 kali, setiap ulangan terdapat di dalam 18 bedengan , terdapat

ulangan di dalam ulangan. Setiap ulangan tiap populasi bedeng terdapat 32- 34

tanaman. Populasi keseluruhan + 600 tanaman.

1 Rancangan Percobaan

Untuk menjawab pertanyaan dalam perumusan masalah dan untuk menguji

hipotesis, perlakuan tunggal diterapkan pada rancangan percobaan acak kelompok

(RAK) dengan tiga ulangan.

2 Rancangan Analisis Data

Perlakuan tunggal dengan faktor taraf konsentrasi KNO3 yaitu :

0 g/l, 2 g/l, 4 g/l, 6 g/l, 8 g/l, diterapkan dalam rancangan kelompok teracak

sempurna (RKTS) dengan 3 kali ulangan. Seluruh data yang diperoleh dianalisis

ragam. Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlett sedangkan aditivitas data

diuji dengan uji Tukey. Analisis data dilanjutkan dengan uji polinomial ortogonal

pada taraf 1 % dan 5%.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan lahan

a. Pembukaan Lahan

Pembukaan lahan merupakan pembersihan lahan dari segala macam gulma

(18)

pembersihan lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan

menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin ada.

b. Pengolahan tanah

Pengolahan tanah bertujuan mengubah struktur tanah yang bergumpal-gumpal

menjadi struktur tanah yang gembur, sesuai dengan perkembangan akar tanaman

cabai, menstabilkan peredaran air, udara, dan suhu di dalam tanah. Pengolahan

lahan dilakukan dengan pencangkulan setelah dicangkul di angin-anginkan

(berakan) selama satu minggu.

3.4.2 Pembuatan bedengan

Pembuatan bedengan dilakukan setelah pengolahan lahan yakni mencangkul serta

meratakan agar tanah tidak padat, setelah bedengan terbentuk kemudian

pemberian pupuk kandang kambing 1 karung ukuran 25 kg untuk 1 bedengan

dengan ukuran bedengan 1x10 meter kemudian ditambahkan pengapuran untuk

mengurangi ke asaman tanah dan selanjutnya bedengan ditutup dengan mulsa.

3.4.3 Persemaian dan penanaman

Benih tanaman cabai sebelum disemai direndam 24 jam di dalam larutan Plant

Catalist agar mempercepat berkecambah. Kemudian diletakkan pada kain yang

lembab. Setelah benih berkecambah dipindahkan ke dalam polibag kecil. Media

semai berupa campuran tanah yang telah diayak, pupuk kandang, seta pasir

dengan perbandingan (1:1:1). . Pemeliharaan bibit meliputi penyiraman,

penyemprotan dengan pestisida curacron 2 ml/l dan pembersihan gulma. Bibit

yang telah berumur 1 bulan, atau berdaun 6-7 helai dipindah ke lahan dan

(19)

tanaman tidak stres terkena cahaya matahari akibat pemindahan bibit ke lahan.

Setiap lubang berisi satu bibit tanaman cabai setiap petak percobaan terdapat 6 - 8

tanaman dengan ukuran per petak percobaan 1x2 meter.

3.4.4 Aplikasi Perlakuan

Perlakuan aplikasi KNO3 dilakukan setelah bibit berumur 30 hari setelah tanam,

konsentrasi dari masing – masing KNO3 yakni 0,2,4,6,8 g/liter, diberikan dengan

cara melarutkan masing-masing konsentrasi ke dalam 1 liter air sebagai larutan,

dan pertanaman diberikan sebanyak 250 ml/tanaman, pemberiannya dilakukan

dengan cara disemprot dibagian daun. Aplikasi KNO3 diberikan seminggu sekali

sebanyak 8x pengaplikasian nya.

3.4.5 Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi penyulaman, penyiraman, dan pencegahan gangguan hama

dan penyakit serta pemupukan. Penyulaman dilakukan secepat mungkin agar

tanaman tidak terlalu berbeda dengan tanaman lain, yaitu maksimum satu minggu

setelah tanam dengan mengganti bibit yang mati atau tumbuh abnormal dengan

bibit yang baik. Irigasi dilakukan untuk menjaga pertumbuhan tanaman yang

dilakukan sesuai kondisi lapang, jika kering di lakukan irigasi dengan cara

dialirkan keseluruh bedengan agar tanaman tidak kekurangan air. Pencegahan

hama dan penyakit dengan penyemprotan pestisida setiap satu minggu sekali.

Pemupukan dilakukan dengan pupuk NPK 16-16-16 dengan dosis 250 gram yang

diberikan secara berkala yang dilarutkan dalam 10 liter air lalu dicampur dengan

(20)

diambil satu liter yang kemudian dilarutkan kembali dalam air sebanyak 10 liter

air. Kemudian diberikan 250 ml per tanaman cabai.

Pemasangan ajir dilakukan pada tanaman berumur tujuh hari setelah tanam.

Pemasangan ajir bertujuan untuk menjaga tanaman tidak roboh akibat hujan dan

terpaan angin dengan panjang ajir sekitar 125 cm.

3.5 Pengamatan

Terdapat 4 sampel tanaman setiap perlakuan . Penentuan sampel diambil secara

acak yang seragam. Berikut ini variabel yang diamati adalah:

1. Tinggi tanaman

Tinggi tanaman diukur dalam satuan centimeter dengan menggunakan meteran

jahit. Pengukuran tinggi dimulai dari leher akar sampai titik tumbuh tertinggi .

Pengukuran di laksanakan secara kontinyu setiap 2 minggu sekali setiap

pengamatan hingga akhir pengamatan sebanyak 8 kali pengamatan.

2. Jumlah tingkat percabangan

Cabang yang diamati dipilih dari salah satu cabang utama (primer), dari

pangkal cabang hingga cabang teratas . Jumlah tingkat percabangan dihitung

secara kontinyu setiap 2 minggu sekali setiap pengamatan hingga akhir

pengamatan sebanyak 8 kali pengamatan.

3. Bobot kering berangkasan

Pengukuran bobot kering berangkasan tanaman terdiri dari akar, batang

tanaman dan seluruh daun setelah tanaman dikeringkan menggunakan oven

(21)

Bobot berangkasan diukur dalam satuan gram dengan menggunakan neraca

elektrik.

4. Jumlah bunga di pohon

Pengamatan jumlah bunga yang ada di pohon dengan mencatat bunga yang

masih berada di pohon cabai per tanaman sampel, pencatatan jumlah bunga

dilakukan 2 minggu sekali hingga pengaatan berakhir.

5. Jumlah buah di pohon

Pengamatan jumlah buah yang ada di pohon yaitu dengan mencatat

keseluruhan buah yang masih ada di pohon tanaman cabai per tanaman sampel,

pencatatan jumlah buah dilakukan setiap 2 minggu sekali hingga pengamtan

berakhir.

6. Jumlah buah gugur

Jumlah buah gugur di hitung pada keseluruhan buah yang gugur sekitaran

tanaman sampel tiap petak percobaan, dihitung pada saat muncul buah hingga

akhir panen . Setiap 2 minggu sekali hingga pengamatan berakhir.

7. Bobot buah per sampel tanaman

Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung dan menimbang jumlah buah

yang telah di panen saat awal panen dan sampai panen berakhir. Buah yang

dihitung adalah buah yang baik, 80-100% merah. Panen dilakukan setiap

(22)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Pada pola pertumbuhan vegetatif untuk variabel tinggi tanaman dan tingkat

percabangan aplikasi kalium nitrat pada berbagai taraf konsentrasi yaitu : 0 g/l, 2

g/l, 4 g/l, 6 g/l, 8 g/l, tidak memberikan pengaruh yang nyata.

2. Pemberian kalium nitrat dengan konsentrasi 4, 6, 8, g/l meningkatkan jumlah

bunga di tanaman cabai. Peningkatan jumlah buah tertinggi terdapat pada aplikasi

kalium nitrat dengan konsentrasi 8 g/l, sedangkan bobot buah total tertinggi terjadi

pada konsentrasi 6 g/l.

5.2 Saran

Bedasarkan hasil penelitian penulis menyarankan untuk melakukan penelitian

serupa pada saat musim kemarau dengan kondisi kadar air yang terjaga, dengan

(23)

PUSTAKA ACUAN

Allabi DA. 2005. Effect of fertilizer phosphorus and poultry droppings treatments on growth and nutrient components of pepper (Capsicum annum L) African J Biotech 5 (8): 671-677.

Andriani. R. 2008. Pengaruh Bentuk Senyawa Nitrogen Terhadap Perkembangan Generatif dan Produktivitas Cabai Merah (Capsicum annum L). (skripsi). Institut Teknologi Bandung.

Chellemi DO, Lazarovits G. 2002. Effect of organic fertilizer applications on growth yield and pests of vegetable crops. Proc Fla State Hort Soc 115: 315-321.

Ditjen Hortikultura, Kementan. 2010. Kondisi Pasokan dan Harga Pangan Tahun 2010. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian. Jakarta

Handayani, Y. 2006. Pengaruh Konsentrasi Kalium Nitrat (KNO3) Terhadap Pertumbuhan Dan Pembungaan Tanaman Spathiphyllum wallisii Schoot Fase Generatif. (Skripsi). Fakultaas Pertanian Universitas Lampung.

Hardjowigeno, S., 1995. Ilmu Tanah, Akademika Pressindo, Jakarta.

Indroprasto, Setyo dan Madyasrai, Riandini. 2005. Frekuensi pemberian pupuk susulan terbaik bagi cabai varietas cth-01, laris, or-twist, dan tm-999. Fakultas Pertanian Institut Pertanian (INSTAN) Yogyakarta. Yogyakarta.

Marbun, Basaria. 2002. Uji taraf konsentrasi pupuk pelengkap cair plant catalyt 2006 terhadap pertumbuhan dan produksi dua varietas cabai merah

(Capsicum annum L). Fakultas pertanian Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Nofizan. 2007. Petunjuk Pemupukan yang efektif. Agromedia Pustaka: Jakarta Piay, S. S. 2010. Budidaya dan Pascapanen Cabai Merah (Capsicum annuum L.).

BPTP. Jawa Tengah. 60 hlm.

Prajnanta, Final. 2007. Agribisnis Cabai Hibrida. Penebar Swadaya: Jakarta

(24)

Redaksi Trubus 2011. My Potential Bussines. PT. Trubus Swadaya. Depok.

Rukmana, R. 1996. Usaha Tani Cabai Hibrida Sistem Mulsa Plastik. Kanisius. Yogyakarta.

Sadewo. 2008. Kajian morfologis dan fisiologis pertumbuhan fase vegetatif tiga varietas cabai merah besar (Capsicum annum L) akibat pemberian jenis pupuk. Fakultas Pertanian, Universitas Jember. Jember.

Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan, jilid II

(diterjemahkan dari: Plant Physiology, 4th edition, penterjemah: D.R.

Lukman dan Sumaryono).Penerbit Institut Teknologi Bandung. Bandung. 173 hal.

Sumarwoto, Widodo W. 2008. Pertumbuhan dan hasil elephant food yam

(Amorphophallus muelleri Blume) periode tumbuh pertama pada berbagai dosis pupuk N dan K. Agrivita Vol. 30

Taiz, L. and Zeiger E. 2002. Plant Physiology, 3rd Edition. Sinaur Associates. Sunderland. 690 p. Tjitrosoepomo, G. 2007. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 268 hal.

Gambar

Tabel 1. Ketersediaan dan Kebutuhan Cabai Merah di Indonesia Tahun 2010

Referensi

Dokumen terkait

Hasil tersebut membuktikan bahwa penggunaan catheter mouth pada kelompok perlakuan lebih efektif dilakukan pada saat suction untuk mengurangi risiko terjadinya

Dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan metode pembelajaran tahfidh ul Qur’an di pondok tahfidh putri anak-anak Yanaabii'ul

Skripsi Perlindungan Hukum bagi Pramuniaga yang Bekerja Shift Malam pada Indomaret 24 Jam di Kota Semarang ini mencakup berbagai hal yang berkaitan dengan Hukum

Dari aspek signifikan parameter tersebut terhadap ketumpatan jasad anum pula, kajian ini mendapati bahawa suhu penyuntikan dan tekanan penyuntikan berada pada tahap signifikan

For dense reconstruction semi-global matching is used and it is shown in section 5 how redundant stereo information can be used to automatically filter matching errors and

Anda diminta untuk merancang jaringan pada salah satu sekolah yang terdiri dari 2 lab masing-masing 5 PC dan satu ruang kantor.. Diinginkan jaringan terkoneksi internet

Mahasiswa mendaftar ujian seminar proposal skripsi di SIAKAD dengan mengupload deskripsi singkat/ proposal skripsi.. Mahasiswa menyerahkan berkas persyaratan ujian seminar

Berdasarkan analisis data uji keeratan menunjukkan pelaksanaan supervisimata pelajaran oleh pengawas sekolah efektiv dalam perbaikan kompetensi pedagogik guru di SMP