RESPON PADI SAWAH VARIETAS IF8 TERHADAP
APLIKASI PUPUK HAYATI YANG DIKOMBINASIKAN
DENGAN PUPUK SINTETIK DAN ORGANO MINERAL
PADA INCEPTISOL SITUGEDE, BOGOR
NINIS FIANTI
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respon Padi Sawah Varietas IF8 terhadap Aplikasi Pupuk Hayati yang Dikombinasikan dengan Pupuk Sintetik dan Organo Mineral pada Inceptisol Situgede, Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2016
ABSTRAK
NINIS FIANTI. Respon padi sawah varietas IF8 terhadap aplikasi pupuk hayati yang dikombinasikan dengan pupuk sintetik dan organo mineral pada Inceptisol Situgede, Bogor. Dibimbing oleh DWI ANDREAS SANTOSA dan FAHRIZAL HAZRA.
Beras merupakan kebutuhan pangan pokok lebih dari 90% penduduk Indonesia. Kebutuhan padi (beras) akan terus meningkat seiring dengan proyeksi laju pertambahan penduduk. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan produktivitas padi, salah satunya dengan pemberian pupuk hayati. Indonesia memiliki beragam jenis mikrob endofit bermanfaat yang dapat dijadikan sebagai pupuk hayati. Tanaman inang yang ditumbuhi mikrob endofit mempunyai banyak keuntungan, seperti meningkatkan pertumbuhan, meningkatkan daya tahan terhadap kekeringan dan serangan hama. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati pengaruh aplikasi pupuk hayati yang dikombinasikan dengan pupuk sintetik dan pupuk organo mineral pada budidaya padi sistem konvensional terhadap pertumbuhan dan produksi padi varietas IF8 di tanah Inceptisol Situgede, Bogor.
Percobaan pot dilakukan di rumah tanaman Indonesian Centre for
Biodiversity and Biotechnology (ICBB) Situgede, Bogor. Analisis tanah
pendahuluan dilakukan di laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian Bogor. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok yang terdiri atas 15 perlakuan dan tiga ulangan, yaitu: KH0, KH1, KH2, KH3, KH4, AH0, AH1, AH2, AH3, AH4, OH0, OH1, OH2, OH3, dan OH4 (K: tanpa sumber nutrisi, A: sumber nutrisi pupuk sintetik, O: sumber nutrisi pupuk organo mineral, H0: tanpa aplikasi pupuk hayati, H1: mikrob Ca1, H2: mikrob Ad1, H3: konsorsium bakteri filosfer Fm 48, dan H4: pupuk hayati Provibio).
Aplikasi pupuk hayati memberikan respon yang beragam pada tanaman padi, ada yang mampu memacu pertumbuhan ada pula yang tidak. Mikrob Ca1 dan konsorsium bakteri filosfer Fm 48 unggul dalam memacu pertumbuhan vegetatif tanaman, jumlah anakan produktif, panjang malai, dan jumlah gabah isi. Sementara itu mikrob Ad1 dan pupuk hayati Provibio sifatnya lebih unggul dalam mengurangi tingkat kehampaan padi dan meningkatkan bobot 1000 butir. Perlakuan AH3 menghasilkan jumlah anakan tertinggi dengan rata-rata jumlah anakan sebanyak 18,67 anakan/rumpun. Pupuk hayati yang dikombinasikan dengan sumber nutrisi pupuk sintetik lebih terlihat pengaruhnya dibandingkan jika dikombinasikan dengan organo mineral. Produksi yang tinggi dihasilkan dari perlakuan AH3 (10.46 g / pot), OH1 (9.09 g / pot), dan AH1 (9.00 g / pot).
ABSTRACT
NINIS FIANTI. Response of IF8 Paddy varieties on apllication of biofertilizer combined with synthetic fertilizer and organo mineral fertilizer on Inceptisol Situgede, Bogor. Supervised by DWI ANDREAS SANTOSA and FAHRIZAL HAZRA.
Rice is the staple food needed of more than 90% of Indonesia's population. Paddy (rice) demand will continue to increase in line with the projected rate of population increase. Therefore, efforts should be made to improve the productivity of rice, one of it with a biofertilizer. Indonesia has a wide range of beneficial endophytic microbes that can be used as a biofertilizer. Endophytic microbes have many advantages to the host plant, such as improved growth, increase resistance to drought and pests. This study aims to observe the effect of biofertilizer application combined with synthetic fertilizer and organo mineral fertilizer on the growth and production of IF8 paddy varieties using conventional rice cultivation system on Inceptisol Situgede, Bogor.
Pot experiments carried out at the green house of Indonesian Centre for Biodiversity and Biotechnology (ICBB) Situgede, Bogor. Preliminary soil analyzes performed in the laboratory of Chemistry and Soil Fertility, Department of Soil Science and Land Resources, Bogor Agricultural University. Experiments using a randomized block design consisting of 15 treatments and three replications, there are: KH0, KH1, KH2, KH3, KH4, AH0, AH1, AH2, AH3, AH4, OH0, OH1, OH2, OH3 and OH4 (K: without any source of nutrients, A: synthetic fertilizer as a nutrient source, O: organo mineral fertilizer as a nutrients source, H0: without biofertilizer aplication, H1: Ca1 microbes, H2: Ad1 microbes, H3: consortium bacteria filosfer Fm 48, and H4: Provibio).
Biofertilizer application gives mixed response on rice plants, some are able to support growth of paddy, some are not. Ca1 microbes and consortium bacteria filosfer Fm 48 better than others in promoting the vegetative growth of plants, the number of productive tiller, panicle length, and the number of filled grain. Meanwhile Ad1 microbes and Provibio is better than others in reducing the number of empty grain of rice and increase the 1000 grain weight. AH3 treatment resulted in the highest number of tillers with an average number of tiller as much as 18.67 clumps. Biofertilizer combined with synthetic fertilizer as a nutrient sources give more visible impact than if it combined with organo mineral. High production was achieved from treatment AH3 (10.46 g / pot), OH1 (9.09 g / pot), and AH1 (9.00 g / pot).
RESPON PADI SAWAH VARIETAS IF8 TERHADAP
APLIKASI PUPUK HAYATI YANG DIKOMBINASIKAN
DENGAN PUPUK SINTETIK DAN ORGANO MINERAL
PADA INCEPTISOL SITUGEDE, BOGOR
NINIS FIANTI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak Maret hingga Oktober 2015 ini ialah Respon Padi Sawah Varietas IF8 terhadap Aplikasi Pupuk Hayati yang Dikombinasikan dengan Pupuk Sintetik dan Organo Mineral pada Inceptisol Situgede, Bogor.
Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr Ir Dwi Andreas Santosa, MS sebagai dosen pembimbing I yang senantiasa membimbing, mengarahkan, dan memotivasi penulis selama penelitian sampai penulisan skripsi.
2. Ir Fahrizal Hazra MSc selaku dosen pembimbing II yang senantiasa memberikan saran, kritik, arahan, dan motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
3. Dr Ir Syaiful Anwar, MSc sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukkan dan arahan untuk menyempurnakan skripsi ini.
4. Staff dan laboran ICBB yang membimbing jalannya penelitian.
5. Orangtua dan seluruh keluarga yang senantiasa mendoakan dan memotivasi penulis.
6. Teman-teman Ilmu tanah 48 yang telah membantu jalannya penelitian. 7. Teman-teman dari Bagian Bioteknologi Tanah yang selalu memotivasi dan
menyemangati penulis.
8. Kuarsit (keluarga rohis ilmu tanah) 48 yang sudah menjadi keluarga kedua penulis di IPB.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2016
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Padi 2
Karakteristik Padi Varietas IF8 2
Pupuk Sintetik 3
Organo Mineral 3
Pupuk Hayati 3
Mikrob Ca1 dan Ad1 4
Kosorsium Bakteri Filosfer Fm 48 4
Pupuk Hayati Provibio 4
BAHAN DAN METODE 5
Waktu dan Tempat Penelitian 5
Alat dan Bahan 5
Rancangan Penelitian 5
Tahapan Pelaksanaan 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Karakteristik Tanah 8
Kondisi Umum 8
Pengaruh Perlakuan terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman 10 Pengaruh Perlakuan terhadap Parameter Produksi dan Produksi 12
SIMPULAN DAN SARAN 14
Simpulan 14
Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15
LAMPIRAN 17
DAFTAR TABEL
1 Sifat kimia dan fisik tanah 8
2 Perbandingan pengaruh aplikasi pupuk hayati dan tanpa aplikasi pupuk hayati terhadap tinggi tanaman dan jumlah anakan
10 3 Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman dan jumlah anakan 11 4 Perbandingan pengaruh aplikasi pupuk hayati dan tanpa aplikasi pupuk
hayati terhadap Parameter Produksi dan produksi
12 5 Pengaruh perlakuan terhadap Parameter Produksi dan produksi 12
DAFTAR GAMBAR
1 Kombinasi perlakuan pupuk hayati dan sumber nutrisi 5 2 Persiapan aplikasi pupuk hayati 7
3 Kondisi umum tanaman padi 9
LAMPIRAN
1 Kadar hara organo mineral 17
2 Kurva standar mikrob Ca1 dan Ad1 17 3 Nilai adsorban isolat mikrob Ca1 dan Ad1 per waktu inkubasi 17 4 Kriteria penilaian hasil analisis tanah (BPT 2009) 18
5 Tinggi tanaman padi 19
6 Jumlah anakan padi 20
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Beras merupakan kebutuhan pangan pokok lebih dari 90% penduduk Indonesia. Rata-rata konsumsi beras selama periode 2002-2013 sebesar 1.98 kg/kapita/minggu atau setara dengan 103.18 kg/kapita/tahun dengan laju penurunan rata-rata sebesar 0.88% per tahun (PUSDATIN 2014). Di sisi lain, pertumbuhan penduduk Indonesia melaju dengan cepat, yakni 1.49% per tahun (BPS 2015). Kebutuhan padi (beras) akan terus meningkat seiring dengan proyeksi laju pertambahan penduduk. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan produktivitas padi guna memenuhi kebutuhan padi nasional, salah satunya adalah dengan pemberian pupuk hayati. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pupuk hayati mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi padi serta mengurangi penggunaan pupuk sintetik.
Berdasarkan Permentan No. 70 Tahun 2011, pupuk hayati adalah produk biologi aktif terdiri atas mikrob yang dapat meningkatkan efisiensi pemupukan, kesuburan, dan kesehatan tanah. Mikrob untuk pupuk hayati dapat diisolasi dari berbagai sumber, salah satunya adalah dari jaringan tanaman (mikrob endofit). Menurut Sukmadi (2013), mikrob endofit merupakan mikrob yang seluruh siklus hidupnya berada dalam jaringan tanaman, jenisnya dapat berupa bakteri, jamur,
yeast, dan actinomycetes. Sejumlah mikrob endofit diketahui secara nyata dapat memproduksi fitohormon terutama auksin jenis IAA. Tanaman inang yang ditumbuhi mikrob endofit mempunyai banyak keuntungan, seperti mempercepat pertumbuhan, meningkatkan daya tahan terhadap kekeringan, dan serangan hama. Aplikasi pupuk hayati menjadi pelengkap yang sangat baik, karena selain meningkatkan kesuburan tanah juga memacu pertumbuhan tanaman. Pupuk hayati berperan mempermudah penyediaan hara, dekomposisi bahan organik, dan menyediakan lingkungan rhizosfer lebih baik yang pada akhirnya mendukung pertumbuhan dan peningkatan produksi tanaman (Vessey 2003).
mampu menyediakan hara yang lebih seimbang (hara makro dan mikro) dibandingkan pupuk sintetik serta mampu memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. Akan tetapi, pupuk organik mengandung hara yang sedikit serta tidak cepat tersedia bagi tanaman. Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan pengujian aplikasi pupuk hayati yang dikombinasikan dengan pupuk sintetik mapun pupuk organik terhadap pertumbuhan dan produksi padi.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mengetahui pengaruh aplikasi pupuk hayati yang dikombinasikan dengan pupuk sintetik dan pupuk organo mineral pada budidaya padi sistem konvensional terhadap pertumbuhan dan produksi padi varietas IF8 di tanah Inceptisol Situgede, Bogor.
TINJAUAN PUSTAKA
Padi
Padi termasuk rerumputan atau Graminae dan dikriteriakan dalam genus
Oryza Linn. Genus tersebut terdiri dari dua spesies yang dapat dibudidayakan yaitu Oryza sativa Linn dan Oryza glaberrima Steud. Ciri-ciri dari famili Graminae yang juga merupakan ciri padi adalah berakar serabut, daun berbentuk lanset atau sempit memanjang, urat daun sejajar, memiliki pelepah daun, bunga tersusun sebagai satuan bunga berupa floret, floret tersusun dalam spikelet (khusus untuk padi satu spikelet hanya merupakan satu floret), buah dan biji sulit dibedakan karena merupakan bulir atau kariopsis (Pakerti 2008).
Pertumbuhan tanaman padi dibagi ke dalam tiga fase: (1) vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primodia); (2) reproduktif (primordia sampai pembungaan); dan (3) pematangan (pembungaan sampai gabah matang). Fase vegetatif merupakan fase pertumbuhan organ-organ vegetatif, seperti pertambahan jumlah anakan, tinggi tanaman, jumlah, bobot, dan luas daun. Lama fase ini beragam, yang menyebabkan adanya perbedaan umur tanaman (Yoshida 1981). Menurut Makarim et al. (2009), fase reproduktif ditandai dengan: memanjangnya beberapa ruas teratas anakan tanaman; berkurangnya jumlah anakan (matinya anakan tidak produktif); munculnya daun bendera; bunting; dan pembungaan. Sementara itu fase pematangan terdiri dari tiga tahap, yaitu: (1) gabah matang susu (gabah mulai terisi cairan kental berwarna putih susu); (2) gabah setengah matang (isi gabah yang menyerupai susu, berubah menjadi gumpalan lunak dan akhirnya mengeras, gabah pada malai mulai menguning); dan (3) gabah matang penuh (setiap gabah matang, berkembang penuh, keras, dan berwarna kuning).
Karakteristik Padi Varietas IF8
3
cm, daun bendera tegak, kerontokan sedang, tekstur nasi lengket, rata-rata hasil 13-14 ton/ha GKG, serta tidak disukai tikus dan burung pipit (Fadila 2015).
Pupuk Sintetik
Pupuk sintetik dihasilkan dari pabrik dengan memproses secara kimiawi bahan-bahan baku yang mengandung zat hara tertentu. Pemakaian pupuk ini disukai karena sangat praktis, mudah didapat, dapat disimpan lama, diperlukan dalam jumlah sedikit dan kandungan haranya dapat segera tersedia untuk tanaman. Kelemahan dari pupuk ini yaitu tidak semua pupuk sintetik mempunyai unsur yang lengkap (makro dan mikro) dan penggunaannya harus sesuai dengan anjuran. Karena jika diberikan dengan dosis terlalu rendah atau berlebihan akan menyebabkan tanaman mati. Berdasarkan jumlah unsur hara yang terkandung di dalamnya, pupuk sintetik dapat dibedakan menjadi pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang mengandung satu unsur hara esensial seperti urea, SP-36 dan KCl. Pupuk majemuk mengandung lebih dari satu macam unsur hara esensial yang dibuat dengan cara mencampurkan beberapa pupuk tunggal (Alfarisi 2015).
Organo Mineral
Organo-mineral adalah pupuk organik yang diperkaya dengan mineral. Organo mineral merupakan produk yang dihasilkan ICBB (Indonesian Center for Biodiversity and Biotechnology) dengan kandungan hara nitrogen 9.34%, fosfor 9%, dan kalium 8.88% (Lampiran 1). Selain itu dalam organo-mineral juga ditambahkan bakteri bermanfaat antara lain Azotobacter vinelandii ICBB9098 sebagai bakteri penambat N2, Azospirillum lipoferum ICBB6088, Bradyrhizobium
japonicum ICBB9098 sebagai bakteri pembentuk bintil akar, Lactobacillus sp. ICBB6099 sebagai bakteri penghasil hormon tumbuh, Saccharomyces cerevisiae
ICBB8808, dan anti hama Bacillus thuringiensis ICBB6095 (Fadila 2015).
Pupuk Hayati
Pupuk hayati (biofertilizer) merupakan substansi yang mengandung mikrob hidup, bila diaplikasikan pada benih, permukaan tanaman, atau tanah maka dapat memacu pertumbuhan tanaman (Vessey 2003). Mikrob dalam pupuk hayati berperan dalam pertumbuhan tanaman melalui beberapa mekanisme, antara lain: meningkatkan ketersediaan unsur-unsur hara di dalam tanah, meningkatkan kemampuan bersaing dengan patogen akar (Weller et al. 2002), meningkatkan serapan unsur-unsur hara oleh tanaman (Smith et al. 1997), dan menghasilkan hormon pertumbuhan (IAA, sitokinin, dan giberelin) yang dapat meningkatkan pertumbuhan rambut-rambut akar sehingga penyerapan air dan hara mineral menjadi lebih efisien (Lerner et al. 2005).
Mikrob untuk pupuk hayati dapat diperoleh dari berbagai tempat, salah satunya adalah jaringan tanaman atau mikrob endofit. Menurut Munif et al. (2012) mikrob endofit merupakan mikrob saprofit yang hidup dan berasosiasi dengan jaringan tanaman tanpa menimbulkan suatu gejala penyakit pada tanaman tersebut. Dilaporkan bahwa keberadaan mikrob endofit di dalam jaringan tanaman selain berperan dalam perbaikan pertumbuhan tanaman (plant growth promotion), juga karena kemampuannya menghasilkan zat pemacu tumbuh, memfiksasi N2,
tanaman terhadap gangguan penyakit tanaman karena kemampuannya untuk memproduksi senyawa antimikrob, enzim, asam salisilat, etilena dan senyawa sekunder lainnya yang berperanan menginduksi ketahanan tanaman. Tugas tanaman inang hanyalah menyediakan kebutuhan nutrisi bagi mikrob endofit. Kondisi tanaman inang, keadaan tanah, suhu dan kelembaban sangat berpengaruh terhadap jumlah dan jenis mikrob endofit. Keberadaan mikrob endofit pada tanaman membantu tanaman berkompetisi di alam (Sukmadi 2013).
Mikrob Ca1 dan Ad1
Mikrob Ca1 dan Ad1 adalah mikrob yang diisolasi dari jaringan akar tanaman Acacia decurrens yang berada pada kawasan Taman Nasional Gunung Merapi dan Gunung Merbabu daerah Selo. Mikrob Ca1 dan Ad1 merupakan 2 diantara 48 strain bakteri yang diisolasi dari jaringan tanaman Acacia decurrens
karena tanaman tersebut memiliki kemampuan adaptasi lingkungan yang bagus dan merupakan fast growing species. Diharapkan dua karakter tersebut dapat ditransfer melalui bakteri endofitnya. Kedua mikrob tersebut belum diidentifikasi dan belum diuji kemampuannya dalam meningkatkan ketersediaan unsur hara maupun sekresi fitohormon (Amir et al. submitted).
Konsorsium Bakteri Filosfer Fm 48
Konsorsium bakteri filosfer 48 merupakan konsorsium yang terdiri atas mikrob setara dengan Serratia sp., Enterobacter sp., Klebsiella oxytoca, dan
Acinetobacter sp. Mikrob tersebut diisolasi dari daun muda Elmerrillia ovalis
Miq. Dandy (cempaka hutan kasar). Konsorsium bakteri Fm 48 mampu mendukung pertumbuhan tanaman melalui kemampuan isolat anggota penyusunnya menambat N2, melarutkan P, dan mensekresikan hormon tumbuh
(IAA, giberelin, dan sitokinin). Ketiga peran ini mampu memacu pertumbuhan organ akar dan pucuk tanaman (Aksarah 2015).
Pupuk Hayati Provibio
Provibio merupakan pupuk hayati produksi IPB dan ICBB (Indonesian Centre for Biodiversity and Biotechnology). Pupuk hayati Provibio mengandung sembilan mikrob bermanfaat, yakni: bakteri penambat N2 (Azospirillum lipoferum
ICBB 6088 dan Azobacter vinelandii ICBB 9098), bakteri bintil akar
(Bradyrhizobium japonicum ICBB 9251), produsen hormon tumbuh
5
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada Maret–Oktober 2015. Percobaan pot dilakukan di rumah tanaman Indonesian Centre for Biodiversity and Biotechnology (ICBB) Situgede, Bogor. Analisis tanah dilakukan di laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan adalah benih padi varietas IF8, mikrob Ca1 dan Ad1 (Amir et al. submitted), konsorsium bakteri filosfer Fm 48 (Aksarah 2015), media nutrient broth, pupuk hayati Provibio dengan dosis 7 l/ha, pupuk sintetik (urea, SP-36, dan KCl), dan pupuk organo mineral produksi ICBB. Media tanam padi adalah tanah Inceptisol Situgede. Alat yang digunakan antara lain pot, bak semai, cangkul, plastik, label, timbangan digital, alat tulis kantor, serta alat dan bahan yang digunakan di laboratorium.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini mengunakan rancangan acak kelompok yang terdiri atas 15 perlakuan dan tiga ulangan, sehingga terdapat 45 satuan percobaan. Perlakuan dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan jenis sumber nutrisinya, yaitu: tanpa sumber nutrisi, sumber nutrisi pupuk sintetik, dan sumber nutrisi organo mineral.
Kelompok I (K) Kelompok II (A) Kelompok III (O) Nasional Gunung Merapi daerah Selo, H2: mikrob Ad1, merupakan mikrob endofit yang diisolasi dari jaringan akar tanaman Acacia decurrens yang berada pada kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu daerah Selo, H3: konsorsium bakteri filosfer Fm 48, merupakan konsorsium bakteri yang diisolasi dari filosfer daun muda Elmerrillia ovalis Miq. Dandy, H4: pupuk hayati Provibio
Gambar 1 Kombinasi perlakuan pupuk hayati dan sumber nutrisi
Tahapan Pelaksanaan
Penyemaian
pupuk hayati, benih direndam dalam media nutrient broth selama 3-4 jam. Benih kemudian ditiriskan selama ± ½ jam kemudian disemai pada bak persemaian yang berisi tanah.
Persiapan media tanam
Pot diisi dengan tanah inceptisol kering udara sebanyak 9 kg per pot. Sebulan sebelum pindah tanam bibit, tanah dalam pot digenangi dan dipertahankan dalam kondisi macak-macak pada saat penanaman bibit.
Penanaman
Penanaman bibit padi dilakukan saat bibit berumur 10 hari. Jumlah bibit yang ditanam adalah 3 bibit per pot percobaan, kemudian setelah 7 HST disisakan 1 bibit per pot. Jarak tanam yang digunakan 25 cm x 25 cm. Bibit ditanam dangkal dengan posisi akar padi diusahakan sejajar dengan permukaan tanah.
Pemupukan
Jumlah pupuk sintetik, pupuk organo mineral, dan pupuk hayati yang diberikan pada setiap pot dihitung dengan rumus dosis pemupukan/populasi tanaman dalam satu ha. Pada kelompok perlakuan tanpa sumber nutrisi, tanaman hanya diberi pupuk hayati yang disesuaikan jenisnya dengan perlakuan. Selanjutnya pada kelompok perlakuan sumber nutrisi pupuk sintetik, selain diberi pupuk hayati, tanaman juga diberi pupuk sintetik berupa urea, SP-36, dan KCl sesuai dengan dosis rekomendasi pemupukan wilayah Dramaga berdasarkan Permentan No. 40 Tahun 2007. Dosis pupuk urea, SP-36, dan KCl yang digunakan berturut turut sebesar 300 kg/ha, 75 kg/ha, dan 50 kg/ha. Pada saat pindah tanam bibit ke pot, tanaman diberi pupuk dasar urea (75 kg/ha), SP-36 (75 kg/ha) dan KCL (50 kg/ha). Pemupukan urea kedua dilakukan pada stadia anakan aktif (21-28 HST) dengan dosis sebesar 150 kg/ha, sedangkan pemupukan urea ketiga pada saat primordia bunga (35-40 HST) dengan dosis sebesar 75 kg/ha. Sementara itu pada kelompok perlakuan organo mineral, tanaman diberi pupuk organo mineral dengan dosis 600 kg/ha yang diaplikasikan pada saat tanam, selain itu tanaman juga mendapatkan aplikasi pupuk hayati sesuai perlakuan. Aplikasi pupuk hayati diberikan secara bertahap sebanyak empat kali. Pertama adalah saat perendaman benih sebelum disemai dengan dosis 1 l/ha. Aplikasi pupuk hayati ke dua, tiga, dan empat, dilakukan pada umur 2, 4, dan 8 MST dengan dosis masing-masing adalah 2 l/ha. Sebelum diaplikasikan pada tanaman, pupuk hayati dilarutkan dengan air dengan takaran 10 ml pupuk hayati/l air. Pupuk hayati diberikan dengan cara disemprotkan dari arah atas tanaman padi.
7
Keterangan: (a) isolat mikrob Ca1, (b) isolat mikrob Ad1, (c) isolat konsorsium bakteri filosfer Fm48, (d) kultur cair untuk aplikasi pupuk hayati
Gambar 2 Persiapan aplikasi pupuk hayati
Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan tanaman meliputi pengairan, pengendalian gulma, dan hama/penyakit tanaman. Pengairan dilakukan secara intermittent yaitu dengan pemberian air sampai menggenang di atas permukaan tanah, kemudian dibiarkan mengering. Pengendalian gulma dan hama dilakukan secara manual.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan saat bulir padi 90-95% telah menguning. Pemanenan dilakukan dengan memotong rumpun padi pada ketinggian yang sama yaitu ± 20 cm dari permukaan tanah.
Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini meliputi: Pengamatan vegetatif (dilakukan pada umur 30, 40, 50, dan 60 HST)
1. Tinggi tanaman.
2. Jumlah anakan/rumpun.
Pengamatan komponen hasil dan produksi 1. Jumlah anakan produktif/rumpun.
2. Panjang malai diukur dari pangkal malai sampai ujung malai.
3. Jumlah gabah isi per malai dihitung dari jumlah gabah isi pada satu malai. 4. Jumlah gabah hampa per malai dihitung dari jumlah gabah hampa pada
satu malai.
5. Jumlah total gabah per malai yang dihitung dengan menjumlahkan jumlah malai isi dan malai hampa.
Analisis data
Data hasil pengamatan diolah menggunakan software microsoft excel dan SPSS 21 kemudian dilakukan analisis sidik ragam pada taraf 5% untuk melihat pengaruh nyata perlakuan terhadap variabel yang diamati. Selanjutnya dilakukan analisis lanjut Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada perlakuan yang berpengaruh nyata. Pada analisis data perbandingan aplikasi pupuk hayati dan tanpa aplikasi pupuk hayati (Tabel 2 dan 4), sebelum data diolah, data hasil perlakuan pupuk hayati H1, H2, H3, dan H4 dirata-ratakan dan menjadi perlakuan H1-4, sehingga pengolahan data yang semula terdiri dari 15 perlakuan menjadi 6 perlakuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Tanah
Rendahnya kapasitas tanah dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman merupakan persoalan utama dalam produksi tanaman. Soepardi (1989) menyebutkan bahwa untuk pertumbuhan normal suatu tanaman diperlukan unsur hara tertentu dalam bentuk yang dapat digunakan tanaman dan dalam konsentrasi optimum bagi pertumbuhan. Berdasarkan kriteria penilaian hasil analisis tanah menurut BPT 2009 (Lampiran 4) tanah yang digunakan sebagai media tanam padi dalam penelitian ini memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1, hanya P tersedia yang masuk dalam kriteria tinggi, sedangkan sifat kimia tanah lainnya seperti C-organik, N-total, KTK, KB, dan basa-basa tersedia termasuk dalam kriteria sangat rendah hingga sedang .
Tabel 1 Sifat kimia dan fisik tanah
Sifat Tanah Nilai Kriteria
pH H2O (1:1) 4.70 masam
Kriteria penilaian hasil analisis tanah menurut BPT 2009
Kondisi Umum
9
kerdil dan menghasilkan anakan tidak lebih dari tiga. Sementara itu pada tanaman dengan kelompok perlakuan pupuk organo mineral daunnya mulai menguning. Gejala ini mulai terlihat juga pada kelompok perlakuan sumber nutrisi pupuk sintetik setelah padi berumur 50 HST. Akibatnya, pertumbuhan tanaman padi terhambat dan banyak anakan yang mati, sehingga anakan produktif menjadi sedikit. Hal ini diduga berkaitan dengan rendahnya kandungan unsur hara pada tanah yang digunakan sebagai media tanam (Tabel 1), walaupun tanaman diberi tambahan nutrisi lain berupa pupuk sintetik dan organo mineral, unsur hara dalam pupuk tersebut belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Dapat dilihat pada Gambar 2, tanaman padi dalam kelompok perlakuan tanah dan pupuk hayati saja (tanpa tambahan sumber nutrisi) pertumbuhannya terhambat dan jauh tertinggal jika dibandingkan dengan kelompok perlakuan yang mendapat tambahan sumber nutrisi.
Keterangan: HST hari setelah tanam
Gambar 2 Kondisi umum tanaman padi
Selain mengalami defisiensi hara, tanaman padi juga mendapat serangan hama. Hama tersebut diantaranya belalang, walang sangit, wereng hijau, dan tungau. Hama yang cukup merusak adalah tungau, karena populasinya banyak dan cepat berkembang biak. Tungau tersebut menghisap isi padi yang belum mengeras sehingga bulir padi menjadi hampa.
Keterangan: (a) bekas gerigitan belalang, (b) wereng hijau, (c) walang sangit, (d) tungau
Pengaruh Perlakuan terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman
Tabel 2 Perbandingan pengaruh aplikasi pupuk hayati dan tanpa aplikasi pupuk hayati terhadap tinggi tanaman dan jumlah anakan
Perlakuan Tinggi tanaman (cm) Jumlah anakan (anakan/rumpun)
30 HST 40 HST 50 HST 60 HST 30 HST 40 HST 50 HST 60 HST
Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak berbeda nyata pada taraf 5% DMRT. K: tanpa sumber nutrisi, A: sumber nutrisi pupuk sintetik, O: sumber nutrisi pupuk organo mineral, H0: tanpa aplikasi pupuk hayati, H1-4: nilai rata-rata gabungan mikrob Ca1, Ad1, konsorsium bakteri filosfer Fm 48 dan pupuk hayati Provibio
Berdasarkan data pada Tabel 2, aplikasi pupuk hayati (KH1-4) memacu pertambahan tinggi tanaman dan jumlah anakan lebih baik dibandingkan tanpa aplikasi pupuk hayati (KH0) dengan rata-rata tinggi tanaman dan jumlah anakan pada 60 HST sebesar 33.14 cm dan 2.43 anakan/rumpun. Sedangkan pada perlakuan aplikasi pupuk hayati (AH1-4) tidak dapat memacu pertambahan tinggi tanaman, akan tetapi menghasilkan jumlah anakan yang lebih baik dibandingkan tanpa aplikasi pupuk hayati (AH0) dengan rata-rata jumlah anakan sebanyak 14.92 anakan/rumpun. Sementara itu, saat padi berumur 30 HST, pada perlakuan sumber nutrisi pupuk organo mineral, aplikasi pupuk hayati (OH1-4) meningkatkan jumlah anakan lebih baik dibandingkan dengan perlakuan tanpa aplikasi pupuk hayati (OH0), akan tetapi tidak dapat memacu pertambahan tinggi tanaman. Kemudian pada saat padi berumur 50 HST berlaku sebaliknya, perlakuan dengan aplikasi pupuk hayati mampu menghasilkan tinggi tanaman yang lebih baik dibandingkan tanpa aplikasi pupuk hayati namun jumlah anakannya lebih sedikit. Hal ini diduga akibat distribusi asimilat dikonsentrasikan pada organ tanaman tertentu. Aksarah (2015) menyebutkan bahwa tanaman yang lebih tinggi dan jumlah anakan lebih banyak membutuhkan asimilat yang lebih banyak, sehingga bobot keringnya lebih rendah. Ada kemungkinan tanaman padi yang dapat memacu pertambahan tinggi tanaman akan tetapi jumlah anakan sedikit atau sebaliknya, jumlah anakan banyak tetapi tidak dapat memacu pertambahan tinggi tanaman karena distribusi asimiliat dikonsentrasikan hanya untuk meningkatkan tinggi tanaman atau jumlah anakan saja.
11
mikrob, mikrob tersebut membentuk koloni di bagian permukaan daun, dalam jaringan tanaman, permukaan akar, maupun di zona perakaran. Morris (2001) menambahkan bahwa populasi mikrob patogen yang hidup pada jaringan tanaman segar cukup tinggi berkisar 108 – 109 SPK/g, sehingga apabila didalam jaringan tanaman tersebut mikrob yang kurang menguntungkan lebih tinggi dibandingkan mikrob yang menguntungkan dan mikrob yang menguntungkan tersebut tidak mampu berkembang dengan cepat sehingga tidak mampu bersaing akibatnya pertumbuhan tanaman akan terhambat.
Tabel 3 Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman dan jumlah anakan
Perlakuan Tinggi tanaman (cm) Jumlah anakan (anakan/rumpun)
30 HST 40 HST 50 HST 60 HST 30 HST 40 HST 50 HST 60 HST
Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak berbeda nyata pada taraf 5% DMRT. K: tanpa sumber nutrisi, A: sumber nutrisi pupuk sintetik, O: sumber nutrisi pupuk organo mineral, H0: tanpa aplikasi pupuk hayati, H1: mikrob Ca1, H2: mikrob Ad1, H3: konsorsium bakteri filosfer Fm 48, H4: pupuk hayati Provibio, 1, 2, dan 3: ulangan, HST: hari setelah tanam.
Fm 48 dengan sumber nutrisi pupuk sintetik (AH3) menghasilkan jumlah anakan tertinggi dengan rata-rata jumlah anakan sebanyak 18.67 anakan/rumpun.
Pengaruh Perlakuan terhadap Parameter Produksi dan Produksi
Tabel 4 Perbandingan pengaruh aplikasi pupuk hayati dan tanpa aplikasi pupuk hayati terhadap parameter produksi dan produksi
Perlakuan
Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak berbeda nyata pada taraf 5% DMRT. K: tanpa sumber nutrisi, A: sumber nutrisi pupuk sintetik, O: sumber nutrisi pupuk organo mineral, H0: tanpa aplikasi pupuk hayati, H1-4: nilai rata-rata gabungan mikrob Ca1, Ad1, konsorsium bakteri filosfer Fm 48 dan pupuk hayati Provibio
Jika dibandingkan dengan perlakuan tanpa aplikasi pupuk hayati, pupuk hayati yang dikombinasikan dengan pupuk sintetik memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan aplikasi pupuk hayati tanpa sumber nutrisi atau yang dikombinasikan dengan organo mineral. Hal ini dimungkinkan karena pada kelompok perlakuan tanpa sumber nutrisi, pertumbuhan tanaman inang terhambat karena kandungan hara tanah yang rendah (Tabel 1) sehingga mikrob dari pupuk hayati tidak mendapatkan nutrisi yang cukup dari tanaman inang. Sedangkan pada kelompok perlakuan sumber nutrisi pupuk organo mineral, kandungan hara mineralnya lebih rendah dari pupuk sintetik, dan hara yang terkandung dalam bahan organiknya juga tidak dapat segera tersedia bagi tanaman.
13
Tabel 5 Pengaruh perlakuan terhadap parameter produksi dan produksi
Perlakuan
Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak berbeda nyata pada taraf 5% DMRT. K: tanpa sumber nutrisi, A: sumber nutrisi pupuk sintetik, O: sumber nutrisi pupuk organo mineral, H0: tanpa aplikasi pupuk hayati, H1: mikrob Ca1, H2: mikrob Ad1, H3: konsorsium bakteri filosfer Fm 48, H4: pupuk hayati Provibio, 1, 2, dan 3: ulangan, HST hari setelah tanam
Jumlah anakan produktif dan panjang malai
Perlakuan sumber nutrisi pupuk sintetik yang dikombinasikan dengan konsorsium bakteri filosfer Fm 48 (AH3) memberikan hasil yang paling tinggi dibandingkan perlakuan lainnya pada variabel jumlah anakan produktif dan panjang malai (Tabel 5). Hal ini karena konsorsium mikrob filosfer Fm 48 mampu mendukung pertumbuhan tanaman melalui kemampuannya dalam menambat N2,
melarutkan fosfat, dan mensekresikan fitohormon (Aksarah 2015). Peran nitrogen dalam kegiatan sehari-hari berhubungan erat dengan aktivitas fotosintesis sehingga nitrogen sangat penting dalam proses metabolisme dan respirasi. Sedangkan P merupakan unsur penting penyusun adenosin triphosphate (ATP) yang secara langsung berperan dalam proses penyimpanan dan transfer energi yang terkait dalam proses metabolisme tanaman (Abdulrachman et al. 2009). Sementara itu fitohormon yang disekresikan mikrob berfungsi untuk memacu pertumbuhan tanaman.
Jumlah gabah isi/malai, gabah hampa/malai, dan bobot 1000 butir
Pada pengamatan jumlah gabah isi/malai, perlakuan sumber nutrisi pupuk sintetik yang dikombinasikan dengan mikrob Ca1 (AH1) menghasilkan jumlah gabah tertinggi yaitu sebanyak 105 butir (Tabel 5). Pada pengamatan jumlah gabah hampa/malai, tingkat kehampaan gabah cukup tinggi. Hal ini terkait dengan rendahnya unsur hara K pada tanah yang menjadi media tanam padi (Tabel 1). Bernas atau tidaknya gabah dipengaruhi oleh hasil fotosintat yang berasal dari dua sumber, yaitu hasil-hasil asimilasi sebelum pembuahan yang disimpan dalam jaringan batang dan daun yang kemudian diubah menjadi zat-zat gula dan diangkut ke biji dan hasil asimilasi yang dibuat selama fase pemasakan (Mungara
et al. 2013). Kalium di bagian vegetatif tanaman berpengaruh dalam
yang menguntungkan pada sintesis protein di biji-bijian (Cassanova et al. 2002). Abdulrachman et al. (2009) menambahkan bahwa defisiensi K menyebabkan kehampaan gabah tinggi dan pengisian gabah tidak sempurna. Beberapa perlakuan aplikasi pupuk hayati efektif mengurangi jumlah gabah hampa bila dibandingkan dengan perlakuan tanpa pupuk hayati, namun aplikasi konsorsium bakteri filosfer Fm 48 yang dikombinasikan dengan pupuk organo mineral (OH3) menghasilkan jumlah gabah hampa tertinggi. Sementara itu pada pengamatan bobot 1000 butir, pupuk hayati Provibio memberikan hasil tertinggi pada semua kelompok perlakuan sumber nutrisi.
Produksi
Produksi padi pada penelitian ini tergolong rendah, karena banyak anakan yang mati menjelang fase generatif sehingga jumlah anakan produktif sedikit, selain itu tingkat kehampaan gabah yang tinggi juga berpengaruh dalam rendahnya produksi padi. Tiga perlakuan yang menghasilkan produksi lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya adalah perlakuan AH3, OH1, dan AH1 dengan nilai berturut-turut sebesar 10.46 g/pot, 9.09 g/pot, dan 9.00 g/pot. Hal ini karena tiga perlakuan tersebut menghasilkan jumlah anakan produktif dan jumlah gabah isi/malai yang relatif tinggi.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Aplikasi pupuk hayati memberikan respon yang beragam pada tanaman padi. Ada yang mampu memacu perumbuhan ada pula yang tidak. Mikrob Ca1 dan konsorsium bakteri filosfer Fm 48 unggul dalam memacu pertumbuhan vegetatif tanaman, jumlah anakan produktif, panjang malai, dan jumlah gabah isi. Sementara itu mikrob Ad1 dan pupuk hayati Provibio sifatnya lebih unggul dalam mengurangi tingkat kehampaan padi dan meningkatkan bobot 1000 butir. Pupuk hayati yang dikombinasikan dengan sumber nutrisi pupuk sintetik lebih terlihat pengaruhnya dibandingkan jika dikombinasikan dengan organo mineral. Produksi yang tinggi dihasilkan dari perlakuan AH1, OH1, dan AH1 dengan nilai berturut-turut sebesar 10.46 g/pot, 9.09 g/pot, dan 9.00 g/pot.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang jenis mikrob pada mikrob Ca1 dan Ad1, kemampuannya dalam meningkatkan ketersediaan hara, serta hormon pertumbuhan yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrachman S, Sembiring H, Suyamto. 2009. Pemupukan tanaman padi. [terhubung berkala] www.litbang.pertanian.go.id (diakses 6 Oktober 2015).
15
Alfarisi AS. 2015. Respon padi sawah IF8 dan lentera terhadap aplikasi kompos limbah biji kopi, organi mineral, dan pupuk sintetik pada inceptisol Situgede, Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Amir L, Santosa DA, Giyanto. Submitted. Novel plant growth promoting endophytic bacteria from Acacia decurrens (wendl) wild. Of Merapi and Merbabu mountain, Inonesia. Molecular Biotechnology.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Laju pertumbuhan penduduk per tahun. [terhubung berkala] http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1268. (diakses 28 Despot 2015).
[BPT] Balai Penelitian Tanah. 2009. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Bogor (ID): Balai Penelitian Tanah.
Cassanova D, Goudrian J, Forner MC, Withagen JC. 2002. Rice yield prediction from yield components and limiting factors. European Journal of Agronomy 17: 41–61.
Fadila R. 2015. Respon padi sawah varietas IF8 dan lentera terhadap aplikasi pupuk organo mineral dan pupuk hayati pada inceptisol Situgede, Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Gusmaini, Santosa DA, Widyastuti R. 2007. Respon tanaman padi terhadap jenis, dosis, dan frekuensi pemberian konsorsium mikrob daun berasal dari tumbuhan ekosistem air hitam. Prosiding seminar PERSADA. XIII: 77-83.
Lerner A , Herschkovitz Y, Baudoin E, Nazaret S, Loccoz YM, Okon Y. 2005. Effects of Azospirilium inoculation on rhizobacterial communities analized by denaturing gel electrophoresis and automated ribosomal intergenic spacer analysis. Soil Bio and Biochem 20: 1-7.
Makarim AK, Suhartatik E. 2009. Morfologi dan fisiologi tanaman padi. [terhubung berkala] www.litbang.pertanian.go.id (diakses 22 Oktober 2015).
Morris CE. 2001. Phyllosphere. Encyclopedia of Life Science. London: Nature Publishing Group.
Mungara E, Indradewa D, Rogomulyo R. 2013. Analisis pertumbuhan dan hasil padi sawah (Oryza sativa l.) Pada sistem pertanian konvensional, transisi organik, dan organik. Vegetalika 2(3): 1-12.
Munif A, Wiyono S, Suwarno. 2012. Isolasi bakteri endofit asal padi gogo dan potensinya sebagai agen biokontrol dan pemacu pertumbuhan. Jurnal Fitopatologi Indonesia 8(3): 57-64.
Mwajita MR, Murage H, Tani A, Kahangi EM. 2013. Evaluation of rhizosphere, rhizoplane and phyllosphere bacteria and fungi isolated from rice in Kenya for plant growth promoters. Springer Plus 2: 606.
Pakerti FB. 2008. Pengaruh tinggi genangan terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah (Oryza sativa Linn.) di lahan olah tanah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
PERMENTAN. 2007. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia tentang Rekomendasi Pemupukan N, P, dan K pada Padi Sawah Spesifik Lokasi. No 40/Permentan/DT.140/04/2007.
[PUSDATIN] Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2014. Beras. Buletin Konsumsi Pangan 5(1): 9-20.
Razie F, Anas I. 2005. Potensi Azotobacter spp. (dari lahan pasang surut Kalimantan Selatan) dalam menghasilkan Indole Asetic Acid (IAA). J. Tanah Lingkungan 7: 35-39.
Smith SE, Read DJ. 1997. Mychorizal Symbiosis. London: Academic Press. 567 p.
Soepardi G. 1989. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor (ID): IPB Press.
Sukmadi RB. 2013. Aktivitas fitohormon indole-3-acetic acid (IAA) dari beberapa isolat bakteri Rizosfer dan endofit. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia 14(3): 221-227.
Sun R, Guo X, Wang D, Chu H. 2015. Effects of long-term application of chemical and organic fertilizers on the abundance of microbial communities involved in the nitrogen cycle. Applied Soil Ecology. 95: 171–178.
Vessey JK. 2003. Plant growth promoting rhizobacteria as biofertilizers. Plant Soil. 255: 571-586.
Weller DM, Raasjmakers JM, Gardener BBM, Thomashow LS. 2002. Mycrobial populations responsible for specific soil suppressiveness to plant pathogens. Annu Rev Phytopathogens. 40: 309-348.
17
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kadar hara organo mineral
No Parameter Kandungan hara Metode
1 C-organik 44.61% CNS Analyzer
2 C/N 4.78% Calculation
3 Nitrogen (N) 9.34% CNS Analyzer 4 Kalium (K2O) 8.88% Flamephotometer 5 Fosfor (P2O5) 9% Spectrophotometer 6 Kadar air 22.69% Gravimetri
7 Zink (Zn) 143.1 ppm AAS 8 Cuprum (Cu) 46.7 ppm AAS 9 Mangan (Mn) 75.1 ppm AAS 10 Fe-total 153.6 ppm AAS
11 Cobalt (Co) Tu AAS
12 Molibdat (Mo) 0.2 ppm AAS 13 Boron (B) 31.6 ppm AAS Lampiran 2. Kurva standar mikrob Ca1 dan Ad1
Lampiran 3. Nilai adsorban per waktu inkubasi
jam ke- 0 4 8 12 16 20 24 28 nilai adsorban Ca1 0,000 0,019 0,375 0,562 0,747 0,946 1,429 1,525
Lampiran 4. Kriteria penilaian hasil analisis tanah (BPT 2009) Parameter tanah
Nilai Sangat
rendah Rendah Sedang Tinggi
Sangat tinggi
C (%) <1 1-2 2-3 3-5 >5
N (%) <0.1 0.1-0.2 0.21-0.5 0.51-0.75 >0.75 C/N <5 5-10 11-15 16-25 >25 P2O5 HCl 25% (mg/100 g) <15 15-20 21-40 41-60 >60
P2O5 Bray (ppm P) <4 5-7 8-10 11-15 >15
P2O5 Olsen (ppm P) <5 5-10 11-15 16-20 >20
K2O HCl 25 % (mg/100 g) <10 10-20 21-40 41-60 >60
KTK/CEC (me/100 g tanah) <5 5-16 17-24 25-40 >40 Susunan kation
Ca (me/100 g tanah) <2 2-5 6-10 11-20 >20 Mg (me/100 g tanah) <0.3 0.4-1 1.1-2.0 2.1-8.0 >8 K (me/100 g tanah) <0.1 0.1-0.3 0.4-0.5 0.6-1.0 >1 Na (me/100 g tanah) <0.1 0.1-0.3 0.4-0.7 0.8-1.0 >1 Kejenuhan basa (%) <20 20-40 41-60 61-80 >80 Kejenuhan alumunium (%) <5 5-10 11-20 20-40 >40 Cadangan mineral (%) <5 5-10 11-20 20-40 >40 Salinitas/DHL (dS/m) <1 1-2 2-3 3-4 >4 Persentase natrium dapat
ditukar/ESP (%) <2 2-3 5-10 10-15 >15 Sangat
masam Masam
Agak
masam Netral
Agak
19
Lampiran 5. Tinggi tanaman padi
Perlakuan Ulangan Tinggi tanaman (cm)
Lampiran 6. Jumlah anakan padi
Perlakuan Ulangan Jumlah anakan (anakan/rumpun)
21
Lampiran 7. Parameter Produksi dan produksi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pemalang pada tanggal 12 Januari 1994 dari pasangan Rohmat dan Turisih. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pendidikan dasar penulis dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 1 Kebojongan, setelah itu melanjutkan sekolah di SMP Negeri 3 Ulujami dan kemudian melanjutkan di SMA Negeri 1 Comal. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, melalui jalur SNMPTN undangan.