• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap Irak – Iran Dalam Penyelesaian Dugaan Kepemilikan Senjata Pemusnah Massal (Weapon of Mass Destruction) Pada Masa George W. Bush

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap Irak – Iran Dalam Penyelesaian Dugaan Kepemilikan Senjata Pemusnah Massal (Weapon of Mass Destruction) Pada Masa George W. Bush"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Tahun 2001 merupakan tahun bersejarah yang tidak akan pernah terlupakan bagi rakyat Amerika Serikat dan pemerintahannya. Pada tahun ini terjadi dua peristiwa yang mengakibatkan perubahan kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Pertama, terpilihnya George W. Bush sebagai Presiden AS yang ke- 43. Kedua, pada tahun yang sama terjadi peristiwa 11 September 2001 mengakibatkan runtuhnya gedung WTC di New York dan hancurnya gedung Pentagon di Arlington, Virginia. Menurut laporan tim investigasi 911, sekitar 3.000 jiwa tewas dalam serangan ini.1

Serangan 11 September 2001 merupakan serangan terdahsyat di dunia yang dilakukan oleh jaringan teroris. Pasca tragedi 11 September 2001, di bawah pimpinan George Walker Bush, militer Amerika Serikat beserta militer dari negara-negara sekutu dikerahkan untuk menyerang negara-negara yang diyakini menjadi basis jaringan teroris global. Kebijakan tersebut berdasarkan blueprint

kebijakan militer yang termanifestasi dalam doktrin pre-emptive strike2.

1

11 september 2001 : Serangan Teroris Hancurkan Gedung WTC, data ini diperoleh dari http://www.indonesiamedia.com/2012/09/11/11-september-2001-serangan-teroris-hancurkan-gedung-wtc/ diakses pada tanggal 28 Juli 2012

2

sebuah kebijakan perang preemtiv yang harus dilakukan oleh AS dan sekutu- sekutunya

manakala mereka diancam oleh Negara – Negara yang memproduksi senjata – senjata pemusnah

(2)

2 Doktrin ini menekankan pada upaya pencegahan sejak dini untuk menangkal serangan dari jaringan teroris global dengan cara melakukan serangan terlebih dahulu, sebelum jaringan kelompok teroris yang menyerang Amerika Serikat. Adanya doktirn pre-emptive mengakibatkan kebijakan luar negeri dijalankan dengan unilateralisme.3 Setelah serangan 11 September 2001, pemerintahan Bush menetapkan jaringan kelompok Al – Qaeda dibalik otak penyerangan tersebut. Oleh karena itu, tidak lama setelah peristiwa 11 September 2001 AS melakukan agresi militer terhadap Afghanistan karena sebagai tempat persembunyian jaringan terorisme Al – Qaeda.

Afghanistan bukan merupakan satu – satunya negara yang menjadi korban dari agresivitas kebijakan luar negeri AS. Setelah keluarnya National Security Startegy4 2002, kebijakan luar negeri AS dijalankan berdasarkan NSC 2002. Isu yang berkembang tidak hanya sebatas masalah terorisme melainkan juga HAM, perdagangan bebas dan kepemilikan senjata pemusnah massal (weapon of mass destruction).

Dalam hal pengembangan senjata pemusnah massal oleh Negara lain, Amerika Serikat sangat berkepentingan dalam permasalahan ini terlebih setelah peristiwa 11 September 2001. Ketakutan oleh AS terhadap penyalahgunaan senjata pemusnah massal oleh Negara atau jaringan teroris membuat AS berupaya

3

hak bagi AS untuk melancarkan aksi militer secara sepihak ketika solusi multilateralisme tidak dapat ditemukan

4

Dalam national security strategy memuat beberapa poin yang meliputi; memperjuangkan HAM, menguatkan aliansi untuk melawan serangan teroris, menjalin kerjasama dengan Negara lain untuk mengurangi intensitas konflik regional, mencegah ancaman dari Negara lain dengan menggunakan senjata pemusnah massal, mempromosikan perdagangan bebas atau pasar bebas ke penjuru dunia,

mempromosikan demokrasi ke seluruh belahan dunia, dan melakukan kerjasama dengan Negara –

(3)

3 untuk menghentikan dan membendung penyebaran senjata pemusnah massal baik yang dilakukan oleh Negara maupun non-Negara. Oleh karena itu Amerika Serikat melakukan tindakan represif baik Irak maupun Iran karena diduga memiliki atau sedang mengembangkan senjata pemusnah massal.

Kemampuan Irak mengembangkan senjata pemusnah massal berkembang begitu pesat pada tahun 1980-an. Dalam bidang senjata Kimia, Irak berhasil memproduksi beberapa jenis gas beracun seperti gas Sarin, dan gas VX yang merupkan jenis senjata kimia yang paling berbahaya.5 Selanjutnya dalam bidang Biologi, Irak berhasil memproduksi beberapa jenis virus, terutama jenis

Botulinium,Aflatoksin, dan Anthrax.6 Dalam perkembangan waktu senjata biologi dan kimia yang diproduksi oleh Irak dimusnahkan oleh badan inteligen PBB sesuai dengan resolusi PBB No. 687 pada tahun 1991. Resolusi PBB No. 687 berisi mengenai pemusnahan senjata pemusnah massal Irak yang dilakukan oleh badan intelijen PBB. Tim inspeksi PBB (UNSCOM) mengfokuskan upaya penghancuran senjata kimai, biologi dan kekuatan rudal Balistik Irak. Akan tetapi isu pengembangan senjata pemusnah massal kembali bergulir setelah Irak megusir badan Inteligen yang ada di Irak, dan sebagai respon AS melakukan invasi terhadap Irak pada tahun 19987 dan menuding Irak sedang mengembangkan senjata pemusnah massal.

5

Musthafa Abd. Rahman, 2003, Geliat Irak Menuju Era Pasca Saddam (Laporan dari

Lapangan), Penerbit Buku Kompas: Jakarta hal 67 6Ibid.,

7

Serangan ini dilakukan oleh Amerika Serikat pada masa Bill Clinton untuk merespon

permasalahan kepemilikan senjata pemusnah massal Irak. Serangan ini difokuskan pada program

senjata biologi, kimia, nuklir Irak, dan kemampuan militer Irak yang mengancam Negara – Negara

(4)

4 Sedangkan Iran berhasil menguasai teknologi nuklir pada tahun 2003 dibawah tekanan dan sanksi dari Amerika Serikat. Dengan bangga Iran menginformasikan ke dunia internasional jika Iran berhasil menguasai Program nuklir. Program nuklir Iran pada dasarnya ditujukan untuk kepentingan nasional dan untuk tujuan damai, seperti pembangkit tenaga listrik, riset teknologi dan untuk misi luar angkasa. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan Ayatullah Ali Khamanei seorang Pemimpin Spritual Iran yang mengatakan "Republik Islam bukan pemburu senjata nuklir dan takkan mengendurkan haknya bagi

penggunaan damai energi nuklir”. Ditambahkannya slogan Iran adalah "Energi nuklir buat semua, senjata nuklir tidak buat siapa pun".8 Setelah menginformasikan keberhasilan menguasai teknologi nuklir ke dunia internasional, Iran memasuki babak baru dimana Iran harus menghadapi kembali kebencian negara super power setelah peristiwa revolusi Islam Iran pada tahun 1979. AS menuduh program nuklir Iran akan dimanfaatkan untuk memproduksi senjata pemusnah massal. Dengan segala usaha dan strategi yang dilakukan AS untuk menyudutkan program nuklir Iran maka program nuklir Iran menjadi perhatian dunia internasional terutama AS.

Menghadapi permasalahan yang terjadi di Irak, AS melakukan operasi militer. Agresi militer yang dijalankan oleh Amerika Serikat mendapatkan dukungan dari para sekutunya. Sebelum invasi ini ditabuh dan dijalankan keluar resolusi DK PBB 1441 terkait invaestigasi yang dilakukan oleh inteligen PBB.

8

(5)

5 Sedangkan terkait isu nuklir Iran, usaha yang paling riil ditunjukkan oleh AS adalah dengan memasukkan permasalahan ini ke dalam Sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB). Pengaruh AS yang begitu besar dalam DK PBB telah berhasil meloloskan Resolusi 1747 DK PBB dan beberapa resolusi lainya untuk menjatuhkan sanksi kepada Iran atas program nuklirnya, meskipun

International Atomic Energy Agency (IAEA) telah melaporkan hal yang sebaliknya dan menepis tuduhan yang dipropagandakan AS.

Kesamaan kebijakan luar negeri AS yang diterapkan terhadap Irak dan Iran adalah represif. Dalam hal ini Amerika bertindak cepat untuk menjatuhkan sanksi kepada Irak dan Iran. Namun jika dilihat lebih mendalam kebijakan yang diimplementasikan oleh AS terjadi perbedaan. Kebijakan luar negeri yang diimplementasikan oleh AS terhadap Irak lebih offensive dibandingkan dengan Iran yang cendrung soft. AS memilih opsi operasi militer untuk menghentikan dan memusnahkan senjata pemusnah massal Irak dibandingkan dengan AS menyelesaikan program nuklir Iran dengan cara diplomasi seperti dilaksanakannya perjanjian Teheran tahun 2003 dan perjanjian Paris tahun 2004.

(6)

6 politik domestik, dengan mengaitkan pengaruh kelompok kepentingan, kondisi perekonomian dan kondisi militer AS. Peneliti menggunakan teori politik luar negeri menurut William D. Coplin dengan mengaitkan konsep “Policy Influence System”. , dan Proses Pembuatan Kebijakan, untuk membantu mengetahui adanya

perbedaan kebijakan.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti membuat rumusan permasalahan dalam penelitian yaitu;

Mengapa terjadi perbedaan kebijakan luar negeri Amerika Serikat terhadap penyelesaian dugaan kepemilikan senjata pemusnah massal Irak – Iran pada masa pemerintahan George W. Bush?

1.3.Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini ada beberapa tujuan yang ingin diungkap oleh peneliti;

1.3.1. Untuk mengetahui dan menjelaskan cara pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemerintah AS

1.3.2. Untuk mengetahui dan menjelaskan politik luar negeri AS pada masa George W. Bush

(7)

7 1.4. Manfaat Penelitian

Setiap kegiatan pasti ada tujuan dan manfaat dilakukannya penelitian. Oleh karena itu penelitian ini memeliki manfaat sebagai berikut;

1.4.1. Dalam Bidang Akademis

Diharapkan dengan adanya penelitian ini bisa memberikan wacana dan pemikiran baru dalam memperkaya konsep maupun teori berkenaan dengan politik luar negeri suatu Negara.

1.4.2. Dalam Bidang praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi kepada negara Indonesia untuk dapat melihat kompleksitas politik luar negeri AS di Timur Tengah sehingga dapat menjadi acuan bagi Indonesia untuk mengeluarkan kebijakan politik luar negeri di Timur Tengah.

1.4.3. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi proses pembelajaran dan acuan pengakplikasian teori yang selama ini didapatkan dari bangku kuliah.

1.5. Kajian Pustaka

1.5.1. Studi Terdahulu

(8)

8 Purnomo Putri yang dilakukan pada tahun 2010. Peneliti sebelumnya mengangkat judul “Pengaruh Tuntutan Publik Islam di Tingkat Domestik Pada Masa

Pemerintahan SBY (2004 - 2009) Terhadap Perubahan Kebijakan Indonesia Dari Resolusi DK PBB No. 1747 Ke Resolusi No. 1803.”9

Dalam penelitian ini dijelaskan mengenai perubahan kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintahan SBY dalam dukungan terhadap DK PBB No. 1803. Kebijakan yang ditempuh oleh SBY adalah dengan abstain, kebijakan ini dianggap sebagai kebijakan yang pemberani karena hanya satu Negara yaitu Indonesia yang berani abstain dalam dukungan terhadap DK PBB tersebut. Dijelaskan pula perubahan atas kebijakan yang dahulunya mendukung terhadap sanksi Iran melalui DK PBB 1747 berubah abstain terhadap DK PBB No. 1803 yang diakibatkan oleh dinamika politik domestik. Dengan adanya tuntutan dari berbagai elemen masyarakat khususnya dilakukan oleh cendikiawan muslim, ormas – ormas Islam, dan partai – patai Islam menjadikan adanya perubahan kebijakan luar negeri pada masa SBY dalam mendukung sanksi Iran.

Ada beberapa poin yang dijelaskan dalam penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan perubahan kebijakan Indonesia atas resolusi 1803 yang meliputi;

pertama, kondisi domestik di Indonesia pasca pemerintah yang menyetujui resolusi 1747 menyebabkan citra pemerintah menjadi buruk di mata umat muslim di Indonesia. Kedua, sikap abstain yang diambil oleh Pemerintah dalam resolusi 1803 dilakukan untuk menjaga stabilnya politik dalam negeri. Ketiga, adanya

(9)

9 interpelasi DPR yang meminta pertanggung jawaban pemerintah membuat posisi pemerintah semakin terpojok. Keempat, pemerintah SBY ingin memperbaiki citranya dimata public Islam.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Mia Hasniyah yang meneliti masalah “Perbandingan Kebijakan Luar Negeri Indonesia dengan FilipinaTerkait Isu Terorisme 2001 – 2004.”10 Dalam penelitian ini Mia menekankan tiga aspek yang menjadi pembanding ke dua Negara dalam mengambil kebijakan luar negeri, seperti; rasionalitas negara, lembaga Eksekutif, dan media massa.

Dalam penelitian tersebut diketahui hasilnya bahwa adanya persamaan di tingkat rasionalitas Negara dimana persamaan persepsi mengenai ancaman baru yaitu terorisme sehingga rasionalitas kedua Negara dalam mengambil kebijakan sama untuk melindungi wilayah dan warga Negara dari segala bentuk aksi terorime. Bagi Indonesia menjaga keutuhan Negara sangat penting sehingga hal yang dapat mengganggu keutuhan serta keamaan Negara merupakan sebuah ancaman. Berbeda dengan Indonesia, persepsi ancaman bagi Filipina adalah pelaku aksi terorisme itu sendiri. Dalam persepsi Filipina, aksi terorisme yang terjadi di dalam negeri dilakukan oleh organisasi teroris Islam yang merupakan bagian dari jaringan Al Qaedah, sehingga Filipina lebih melihat aktor dibalik serangan terorisme yang terjadi.

Di tingkat lembaga Negara terdapat perbedaan dimana Indonesia memiliki karakter pemerintahan yang tertutup. Hal ini membuat Indonesia pada masa Megawati lemah dalam hal penyampaian informasi kepada masyarakatnya.

10

Mia Hasniyah, 2012, “Perbandingan Kebijakan Luar Negeri Indonesia dengan FilipinaTerkait

(10)

10 Sedangkan untuk badan legislatif untuk para anggotanya mendapatkan kesulitan dalam pembuatan kebijakan. Penyebabnya adalah terdapat perbedaan peraturan yang diusulkan presiden dengan para anggota dewan sehingga memunculkan dilema tersendiri bagi para anggota legislatif. Sedangkan Filipina untuk badan eksekutif yang dipimpin oleh presiden Arroyo lebih menunjukkan karakteristiknya yang proaktif dalam merespon isu terorisme global sehingga mendatangkan keuntungan-keuntungan bagi Filipina. Untuk badan legislatif, dalam proses pembuatan kebijakan luar negerinya terdapat kesamaan pandangan antara kedua lembaga Eksekutif dengan lembaga legeslatif.

Dalam tingkatan media masa terdapat perbedaan yang signifikan antara ke dua Negara. Di Indonesia, media menayangkan aksi kejahatan yang dilakukan oleh teroris sehingga dukungan rakyat untuk melawan teroris menguat. Begitu juga media memberitakan keberhasilan Polisi menangkap para teroris yang terlibat dalam tindakan aksi terorisme di Indonesia. Sedangkan pengaruh media massa di Filipina berupa pemberitaan mengenai serangkaian kasus terorisme yang lebih mengarah kepada aksi kekerasan dan pemberitaan tentang korban secara

continuitas dibandingkan aksi perlawanan. Hal tersebut mempengaruhi pemerintah karena memperlihatkan kondisi yang cukup krusial sehingga dibutuhkan penanganan yang cepat.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Hasan Basri Sagala,11 dalam penelitianya yang berjudul “Kebijakan George Walker Bush tentang isu senjata

11

(11)

11 pemusnah massal Irak: analisis ekonomi politik terhadap invasi Amerika Serikat ke Irak(2002-2004)”. Penelitian ini meneliti mengenai faktor – faktor yang menyebabkan Bush menginvasi Irak. Ada beberapa faktor yang menyebabkan Bush melakukan tindakan menginvasi Irak, baik faktor internal maupun faktor external. Pertama, sejarah masa lalu pemerintah AS pada masa George Bush (Bush Senior) belum berhasil menjatuhkan pemerintahan Saddam Husein sehingga George W Bush (Bush Junior) berupaya mewujudkan impian ayahnya itu.

Kedua, secara geopolitik Presiden Saddam Husein diyakini masih menjadi ancaman serius bagi hegemoni AS di Timur Tengah khususnya bagi Negara Israel. Pengalaman Perang Teluk memberikan pelajaran berharga bagi mereka.

Ketiga, Secara ekonomi, Irak diyakini memiliki cadangan minyak terbesar kedua setelah Arab Saudi, hal ini menjadi daya tarik tersendiri untuk menguasai Irak.

Keempat, Kampanye perang melawan jaringan terorisme internasional masih menjadi isu aktual tintuk memelihara posisi AS sebagai polisi dunia atau setidaknya menjadikan negaranya masih dianggap perlu dalam menjaga perdamaian dunia.

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Benny Hermawan pada tahun 2007. Penelitian yang berjudul “Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Masa

(12)

12 AS, pertama, faktor internal yang meliputi; dinamika politik domestik Amerika Serikat yang secara signifikan mempengaruhi kebijakan terhadap krisis nuklir Iran. Beberapa faktor internal yang menunjang adanya dinamika politik yang terjadi di AS adalah adanya National Security Strategy 2002, kepentingan strategis (minyak) AS di kawasan Teluk, perubahan persepsi publik AS tentang ancaman dan keamanan nasional, serta menguatnya peran Presiden AS dalam menentukan kebijakan luar negeri AS.

Kedua, faktor eksternal meliputi ancaman terhadap keamanan Israel, serta kebangkitan politik Islam di Timur Tengah merupakan hal yang sangat diperhatikan oleh AS. Dengan kata lain Benny menitik beratkan pada faktor – faktor penyebab kebijakan luar negeri AS terhadap Iran setelah keluarnya NSS (National Security Strategy) 2002.

Berbeda dengan keempat penelitian sebelumnya, penelitian ini akan membandingkan kebijakan luar negeri AS terhadap Irak – Iran dalam menyelesaikan dugaan kepemilikan senjata pemusnah massal dengan menganalisis mengenai dinamika politik domestik dalam pengambilan kebijakan luar negeri AS terhadap Iran, kondisi militer, dan kondisi ekonomi, sehingga dapat diketahui penyebab terjadinya perbedaan kebijakan yang dilakukan oleh AS terhadap Iran.

1.5.2. Teori dan Konsep

1.5.2.1. Kebijakan Luar Negeri

(13)

13 dan eksternal yang saling berinteraksi. Politik luar negeri menggambarkan suatu tindakan negara yang mengarah pada situasi tertentu yang dipengaruhi oleh kondisi, ruang dan waktu, baik dipengaruhi oleh kondisi domestik maupun kondisi internasional

Dalam penelitian skripsi ini, peneliti menggunakan teori yang dipaparkan oleh William D. Coplin dengan alasan teori ini cukup bisa mengorganisasikan dan menata fakta yang peneliti tulis.

Menurut William D. Coplin, kebijakan luar negeri merupakan sebuah keputusan yang didahului oleh sebuah proses di mana ada tuntutan dari politik domestik, dengan melihat kapabilitas dari kekuatan ekonomi dan militer.12 Faktor-faktor tersebut kemudian mempengaruhi para pembuat kebijakan, yang kemudian meramunya menjadi sebuah kebijakan luar negeri dalam merespon situasi internasional.

Untuk lebih jelas lagi untuk memahami proses pembuatan kebijakan luar negeri seperti apa yang diutarakan oleh William D. Coplin, dapat dilihat table di bawah ini.

12

Penjelasan lanjut William D. Coplin dalam buku yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul: Pengantar Politik Internasional, (Bandung, Sinar Baru, 1992),

menyebutkan adanya sejumlah faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan luar negeri suatu negara, di antaranya yaitu: faktor dalam negeri (termasuk kaum birokrat, partai politik, kelompok kepentingan dan massa); kondisi ekonomi dan militer negara yang

(14)

14 Tabel 1.1.

Pengambilan kebijakan Luar Negeri Menurut William D. Coplin

Sumber: William D. Coplin, Pengantar Politik Internasional: Suatu Telaah Teoritis, Sinar Baru, Bandung, 1992, Hal.30.

Dalam konteks politik dalam negeri mempengaruhi kebijakan luar negeri peneliti mengaitkan antara hubungan pengambil kebijakan dalam negeri dengan aktor-aktor pengambil kebijakan luar negeri yang sering disebut dengan “Policy Influence System”. System pengaruh kebijakan (Policy Influence System) negara

manapun dapat dianggap sebagai serangkain hubungan timbal balik yang sangat kompleks, antara pengambil kebijakan dengan policy influncer – nya. Disatu sisi para aktor –aktor pengambil keputusan memerlukan policy influencers, karena mereka merupakan sumber dukungan bagi regim mereka. Baik dalam Negara yang menganut demokrasi maupun autokrasi, para pemimpinya tergantung pada kemauan anggota masyarakatnya untuk memberi dukungan. Dukungan yang

(15)

15 diberikan dapat berupa kesetiaan angkatan bersenjata, dukungan financial para pengusaha, dukungan rakyat dalam pemilu atau keengganan rakyat untuk angkat senjata melawan pemerintah, dukungan tersebut sangat vital bagi pengambil keputusan karena dapat meperkuat kedudukan jabatanya lebih pasti dan merupakan sumber-sumber yang dapat digunakan sebagai pelaksana kebijakan-kebijakan yang dibuat. Ada empat tipe Policy Influencer peran politik dalam negeri dalam penyusunan politik luar negeri. Pertama, Bureuacratic Influencer. Kelompok-kelompok birokratis memiliki pengaruh besar dalam pengambilan kebijakan luar negeri karena para Birokrat menyalurkan informasi kepada pengambil kebijakan dan melaksanakan kebijakan yang dikeluarkan oleh pengambil keputusan tersebut. Dalam banyak kasus yan terjadi bureaucratic influencer tidak dapat secara terbuka melakukan pertentangan terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil kecuali melalui jalur-jalur yang tersedia. Dalam kondisi yang tidak stabil bureaucratic influencer ini menentang keputusan-keputusan politik yang dibuat oleh para pembuat kebijakan. Dalam kondisi stabil kebijakan yang ditentang oleh bureaucratic influencer dibuat secara rahasia melalui keputusan administratif serta berbagia fungsi dinas rahasia. Hanya informasi yang sudah diseleksi secara khusus yang akan disampaikan kepada para pembuat kebijakan. Dengan demikian, bureaucratic influencer mempengaruhi hasil proses pengambil keputusan anggita-anggota kelompok influencer.

(16)

16 memunculkan oposisi politik terhadap kebijakan tersebut. Para birokrat juga dapat mengubah kebijakan dalam tingkatan administrasi malalui penerapan kebijakan yang berbeda dengan yang diharapkan oleh para pengambil kebijakan. Peranan

bureaucratic influencer dalam proses penyusunan politik luar negeri dalam system politik terbuka dan tertutup tidak jauh berbeda. Dalam kedua tipe system tersebut kelompok-kelompok birokratis sering beroprasi di balik layar melalui pemberian informasi untuk mengambil keputusan serta digunakan sebagai instrumen bagi pelaksana keputusan itu. Pengaruh dalam proses pengambilan kebijakan ditentukan oleh tingkat kepercayaan kelompok-kelompok birokratis itu kepada para pemimpin puncak.

Kedua, Partisan influencer merupakan penerjemah tuntutan rakyat menjadi tuntutan politik. Partisan influencer berupaya mempengaruhi kebijakan dengan cara melakukan pressure terhadap pemerintah dengan menyediakan personel-personel yang berperan dalam pengambil kebijakan. Partisan influencer

dipandang sebagai informasi dua arah dan mempengaruhi saluran di antara pengambil kebijakan resmi dan anggota masyarakat. Dimana Partisan influencer

tidak hanya lebih menfokuskan terhadap pembentukan kebijakan dalam negeri namun juga berusaha untuk mempengaruhi kebijakan luar negeri, terutama kebijakan tersebut membawa ramifikasi dalam negeri yang kritis.

(17)

17 tindakan mereka dilandasi factor kepentingan ekonomi. Kepentingan yang bersifat nonekonomis juga dapat melatarbelakangi tindakan kolektif, terutama terkait dengan factor etnis dan geografi. Dalam penelitian ini lebih menekan pada kepentingan non ekonomis yang dibawa oleh kelompok kepentingan PNAC

Dalam system politik terbuka, interest influencer memainkan peran yang sangat besar dalam pembuatan kebijakan. Kelompok kepentingan kebanyakan memiliki sumber finansial yang besar untuk mempengaruhi para pemilu dan

partisan influencer. Misalnya kelompok Yahudi di negara AS memiliki pengaruh yang sangat luar biasa dalam kebijakan luar negeri AS. Dimana kelompok Yahudi memberikan dana kepada beberapa pemimpin partai politik dan orang-orag yang memiliki kekuasaan yang menentukan dalam pemberian suara. Tidak hanya itu kelompok kepentingan seperti PNAC juga memiliki pengaruh yang kuat terhadap pemerintah terlebih mereka menempatkan personelnya di dalam lembaga eksekutif dan legeslatif.

Interest Influencer menggunakan beberapa strategi untuk menarik dukungan kepentingan mereka dengan tujuan mempengaruhi kebijakan pemerintah. Dalam rangka membentuk dukuangan interest influencer sering melancarkan strategi menulis surat yang ditujukan tidak hanya pada pengambil kebijakan melainkan juga partisan influencer dan bureaucratic influencers, atau sebaliknya mereka juga dapat menjajikan dukungan financial atau mengancam akan menarik dukungan.

(18)

18 Dalan negara demokrasi rakyat menerima informasi dari berbagai sumber. Pers, penyiar radio dan telivisi merupakan penyai yang sangat banyak. Meski para pengamabil kebijakan kadang-kadang berupaya menata berita dengan cara menyembunyikan fakta yang ada namun karena banyaknya sumber informasi yang ada tidak memungkikan para elit politik melakukan hal demikian.

Para pengambil kebijakan memerlukan mass influencer dalam sistem politik terbuka karena peran opini publik dalam pemilu. Para pengambl kebijakan mengformulasikan kebijakan dengan memperhitungkan efek dari opini publik, serta pemilu berikutnya. Meskipun pengumpulan opini publik tidak terlalu andal namun masih dinalai sebagai informasi konstan tentang pandangan masyarakat terhadap status para pengambil kebijakan. Informasi ini semakin relevan pabila pemilu semakin dekat, karena informasi itu memberi bukti-bukti yang penting dalam membuat prediksi tentang hasil pemilu.13

William D. Coplin memandang pengambilan kebijakan luar negeri sebagai pemecah masalah yang rasional. Para penyusun kebijakan luar negeri dapat mencapai keputusan hanya melalui penentuan tugas intelektual yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu pilihan rasional.

Pada tahap awal proses pengambilan kebijakan luar negeri, pembuat keputusan terlebih dahulu mengetahui situasi internasional. Ia harus memahami hubungan antarnegara serta penaksiran tentang bagaimana negara lain dalam menghadapi situasi tertentu dalam lingkungan internasional. Setelah situasi internasional ditetapkan, pembuat kebijakan harus menentukan tujuan dari

13

(19)

19 kebijakan luar negeri. Langkah berikutnya adalah mencari langkah alternatif, yaitu menelaah berbagai instrumen yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Terakhir pengambilan kebijakan luar negeri dihadapkan dengan pemilihan suatu alternatif.14

Namun perlu juga dipahami bahwa para pengambil kebijakan bukanlah mesin intelektual yang dapat secara sempurna merumuskan kebijakan secara rasional. Sebaliknya, para pembuat kebijakan luar negeri AS tidak dapat dilepaskan dari latar organisasional tempat mereka bergabung.15

1.5.2.2. Proses Pembuatan Kebijakan Luar Negeri

Dalam penelitian ini, peneliti menitik beratkan pada pembahasan pada kajian studi komparatif dengan fokus pada proses pembuatan kebijakan luar negeri. Menurut Kenneth W. Thompson dan Roy Macridis dalam The Comparative Study Of Foreign Policy, proses pembuatan kebijakan luar negeri merupakan salah satu faktor signifikan dalam studi kebijakan luar negeri. Dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri, informasi merupakan hal yang penting guna meminimalisir adanya ketegangan yang mungkin timbul akibat salahnya informasi yang diterima. Untuk mengkorelasikan antara informasi dengan proses pembuatan kebijakan maka hal-hal yang harus diperhatikan meliputi; pertama,

informasi yang tersedia untuk pengambil keputusan dan para elit pemerintah,

Kedua, Informasi dapat berupa sumber konflik di antara elite. Ketiga, Memiliki informasi merupakan sebagai sumber kekuasaan dan pengaruh di antara elit politik tertentu atau pengambil keputusan. Keempat, Cara menanggapi informasi

14

Ibid., hal 37-42 15

(20)

20 yang ada. Kelima, Permasalahan serius yang terjadi diakibatkan perbedaan antara informasi yang tersedia bagi publik dan yang tersedia bagi pembuat berbagai kebijakan publik serta kelompok kepemimpinan.16

1.6.Metedologi Penelitian

1.6.1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian eksplanatori atau eksplanatif. Tulisan ini akan menjelaskan kebijakan politik luar negeri AS dalam penyelesaian dugaan kepemilikan weapon of mass destruction Irak – Iran pada masa George W. Bush, dengan menggunakan comperative politic, dalam menjawab kebijakan politik yang diterapkan AS terhadap Irak, dengan mengangkat Iran sebagai pembanding yang sama – sama memiliki permasalahan yaitu diduga memiliki senjata pemusnah massal (Weapon of Mass Destruction), sama – sama mendapatkan tekanan represif dari AS, namun penyelesaian yang dilakukan oleh AS terhadap Iran lebih soft dibandingkan dengan Irak.

1.6. 2. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

1.6.2.1. Sumber Data

Peneliti menggunakan data sekunder yang mana diperoleh dari sumber lain yang masih berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Data – data tersebut diperoleh dari metode dokumentasi dan telaah literatur dan bahan – bahan pustaka yang dapat dijadikan acuan dalam menjawab rumusan masalah tersebut. 1.6.2.2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti memilih menggunakan data sekunder yang mana teknik data tersebut dilakukan melalui kegiatan studi kepustakaan yakni

16

(21)

21 pencairan data mengenai hal – hal atau variabel berupa catatan, buku, surat kabar, jurnal dan website yang diterbitkan oleh berbagai lembaga atau instasi yang masih berkaitan dengan judul penelitian ini. Setelah data terkumpul, data diseleksi dan dikelompokan kedalam beberapa bab pembahasan yang sesuai dengan sistematika penulisan.

1.6.3. Teknik Analisa Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisa data kualitatif.17 Teknik analisa data dilakukan melalui analisa non statistik dimana data tabel, grafik angka yang tersedia diuraikan dan ditafsirkan ke dalam bentuk kalimat atau paragraf. Teknik analisis data tersebut dilakukan melalui beberapa tahapan yakni klasifikasi data, mereduksi dan memberi intepretasi pada data yang telah diseleksi dengan menggunakan teori dan konsep tersebut.

1.6.4. Variabel Penelitian dan Peringkat Analisa

1.6.4.1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel independen dan dependen. Variabel dependen atau unit analisa adalah variabel yang tingkah lakunya akan dianalisa, diramalkan dan diprediksi oleh variabel independen atau unit eksplanasi. Sedangkan variabel independen atau unit ekplanasi yang menjelaskan variabel dependen. Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah perbandingan kebijakan politik luar negeri AS terhadap Irak – Iran dalam penyelesaian dugaan kepemilikan senjata pemusnah massal pada masa George W. Bush. Sedangkan variabel independennya adalah Irak – Iran.

17

(22)

22 1.6.4.2. Level Analisa

Dalam setiap ilmu apapun ada keharusan untuk memilih sasaran analisa. Menurut J. David Singer:

“Dalam setiap bidang kegiatan keilmuan, selalu terdapat

berbagai cara memilah – milah dan mengatur fenomena yang dipelajari demi analisis yang sistematik. Baik dalam ilmu fisik dan ilmu social, pemilih harus memilih pusat perhatian, pada bagian – bagiannya atau fenomena itu, pada komponennya atau pada systemnya. Misalnya, ia bias memilih mau memperhatikan kebunnya, pohon atau hutannya, rumah atau kampungya, remaja nakal atau kelompok gangnya, anggota DPR atau parlemennya,

dan sebagainya.”18

Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti menggunakan level analisa reduksionis. Alasan penggunaan level analisa reduksionis karena aktor utama dalam studi hubungan internasional adalah perilaku yang dilakukan oleh induvidu-induvidu yang saling berinteraksi di dalam suatu kelompok. Peristiwa internasional tidak hanya ditentukan oleh induvidu, melainkan juga oleh kelompok kecil (cabinet, dewan penasehat keamanan, politburo dan lain sebagainya) dan oleh organisasi, birokrasi, depertemen, badan – badan pemerintahan dan lain sebagainya.19

Dalam konteks penelitian ini, AS melakukan respon terkait perkembangan kepemilikan senjata pemusnah massal yang dimiliki Irak – Iran. Apa yang dilakukan oleh Irak dan Iran merupakan representasi dari Negara, karena demi kesejahteraan masyarakat yang dipimpin. Sedangkan kebijakan yang dilakukan AS merupakan representasi dari hasil intelektual yang dilakukan oleh

18

J. David Singer, “The Level – of Analysis Problem in International Relations” World Politics, Vol. 41, No.1 data ini dikutip dari Mochtar Mas’oed. Op. Cit.,

19Mohtar Mas’oed, “Studi Hubungan Internasional: tingkat Analisa dan Teorasi”,

(23)

23 para elite politik, elite militer, Presiden, pengusaha, organisasi, dan lain sebagainya karena melindungi kepentingan nasionalnya. Jadi dalam penelitian ini dilakukan oleh negara dengan aktor – aktor pembuat kebijakan berdasarkan kepentingan nasional Negara tersebut.

1.6.5. Ruang Lingkup

Dalam sebuah penelitian diperlukan adanya batasan waktu maupun materi untuk membatasi waktu yang ingin diteliti dan pembahasan dalam penelitian agar tidak melebar sehingga didapatkan hasil penelitian yang tepat dan akurat. Oleh karena itu peneliti memberi dua batasan yaitu batasan waktu dan materi.

1.6.5.1. Batasan Waktu

Peneliti memberi batasan waktu pada tahun 2001 – 2008. Dimana pada masa ini George W. Bush periode awal menjabat sebagai Presiden AS. Selain itu pada periode ini terjadi peristiwa 11 September 2001 yang berpengaruh terhadap perubahan kebijakan politik luar negeri AS.

1.6.5.2. Batasan Materi Penelitian

(24)

24 1.7. Kreteria Perbandingan

Dalam sub bab ini peneliti akan membuat kriteria perbandingan politik yang bertujuan untuk mempermudah peneliti untuk lebih fokus menganalisa dan supaya hasil dari penelitian ini lebih tajam dan mendalam.

Adapun indikator perbandingan politik yang peneliti angkat terkait kebijakan politik luar negeri AS terhadap Irak dan Iran adalah Dinamika politik domestik (Bureaucratic influencer, mass influencer, partisan influencer, dan interest influencer), kondisi militer, ekonomi dan informasi.

1.8. Hipotesa

(25)

25

Mengapa terjadi perbedaan kebijakan luar negeri Amerika Serikat terhadap penyelesaian dugaan kepemilikan senjata pemusnah massal Irak – Iran pada masa pemerintahan George W. Bush?

Metode

Studi Literatur

Locus

(26)

26

KEBIJAKANLUAR NEGERI AS TERHADAP IRAK TERKAIT KEPEMILIKAN SENJATA PEMUSNAH MASSAL

2.1.1.Kebijakan Luar negeri Terhadap Irak

2.1.2.Kondisi Riil Irak Terkait Dugaan Kepemilikan Senjata Pemusnah Massal

2.1.3.Dinamika Politik Domestik AS Terkait Pengambilan Kebijakan Luar Negeri Terhadap Irak.

2.1.4.Rasionalitas Pengambilan Kebijakan Luar Negeri AS Terhadap Irak

2.2.1.Kebijakan Luar negeri Terhadap Iran

2.2.2.Kondisi Riil Iran Terkait Dugaan Kepemilikan Senjata Pemusnah Massal

2.2.3. Dinamika Politik Domestik AS Terkait Pengambilan Kebijakan Luar Negeri Terhadap Iran.

2.2.4. Rasionalitas Pengambilan Kebijakan Luar Negeri AS Terhadap Iran

BAB III

PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI

AMERIKA SERIKAT

TERHADAP IRAK - IRAN

3.1. Persamaan Kebijakan Luar negeri AS di Irak – Iran

3.2. Perbedaan Kebijakan Luar Negeri AS Terhadap Irak – Iran Politik Dalam Mempromosikan Diplomasi Dual Track

BAB IV

ANALISIS PERBEDAAN

(27)

27 KEBIJAKAN LUAR NEGERI

AMERIKA SERIKAT

TERHADAP IRAK IRAN DALAM PENYELESAIAAN DUGAAN KEPEMILIKAN SENAJATA PEMUSNAH MASAL BAB V

PENUTUP

(28)

i SKRIPSI

Perbandingan Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap

Irak

Iran Dalam Penyelesaian Dugaan Kepemilikan Senjata

Pemusnah Massal (

Weapon of Mass Destruction)

Pada Masa George W. Bush

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) Strata-1

Jurusan Hubungan Internasional

Oleh:

Khoirul Anwar

07260108

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMUS SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(29)

ii LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : KHOIRUL ANWAR

Tempat, tanggal Lahir : Lamongan, 28 September 1988

NIM : 07260108

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : “PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AS TERHADAP IRAK – IRAN DALAM PENYELESAIAN DUGAAN KEPEMILIKAN SENJATA PEMUSNAH

MASSAL (WEAPON OF MASS DESTRUCTION)

PADA MASA GEORGE W. BUSH”

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si. Dr. Asep Nurjaman, M.Si.

Mengetahui,

Dekan FISIP Ketua Jurusan HI

(30)

iii LEMBAR PENGESAHAN

Nama : KHOIRUL ANWAR

Tempat, tanggal Lahir : Lamongan, 28 September 1988

NIM : 07260108

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : “PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AS TERHADAP IRAK – IRAN DALAM PENYELESAIAN DUGAAN KEPEMILIKAN SENJATA PEMUSNAH

MASSAL (WEAPON OF MASS DESTRUCTION)

PADA MASA GEORGE W. BUSH”

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Hubungan Internasional dan dinyatakan LULUS Pada Hari : Senin

Tanggal : 22 Oktober 2012

Tempat : Lab. Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Mengesahkan,

Dekan FISIP – UMM

Dr. Wahyudi, M.Si.

Dewan Penguji :

1. Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si. ( ) 2. Dr. Asep Nurjaman, M.Si. ( )

3. Gonda Yumitro, MA. ( )

(31)

iv PERNYATAAN ORSINALITAS

Nama : KHOIRUL ANWAR

Tempat, tanggal Lahir : Lamongan, 28 September 1988

NIM : 07260108

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul:

“Perbandingan Kebijakan Luar Negeri AS Terhadap Irak – Iran Dalam

Penyelesaian Dugaan Kepemilikan Senjata Pemusnah Massal (Weapon Of Mass Destruction) Pada Masa George W. Bush”

Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagaian ataupun seluruhnya, kecuali dengan bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar – benarnya dan apabila pernyatan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 23 Oktober 2012 Yang menyatakan,

(32)

v

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

N a m a : Khoirul Anwar N I M : 07260108

Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional

Judul Skripsi : Perbadingan Kebijakan Luar Negeri AS Terhadap Irak – Iran Dalam Penyelesaian Dugaan Kepemilikan Senjata Pemusnah Massal (Weapon of Mass Destruction) Pada Masa George W. Bush

Dosen Pembing : Pembimbing I : Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si. Pembimbing II : Dr. Asep Nurjaman, M.Si.

Tanggal Materi Bimbingan Pembimbing. I Pembimbing.II 01 Oktober 2011 Pengajuan Proposal

12 Februari 2012 ACC BAB I 06 Maret 2012 Seminar Proposal 28 Juni 2012 Pengajuan BAB II

dan III

15 Agustus 2012 ACC BAB II dan III 25 September 2012 Pengajuan BAB IV 1 Oktober 2012 Acc BAB IV

(33)

vi ABSTRAKSI

Khoirul Anwar, 2012, 07260108, “Perbandingan Kebijakan Luar Negeri AS Terhadap Irak – Iran Dalam Penyelesaian Dugaan Kepemilikan Senjata Pemusnah Massal (Weapon Of Mass Destruction) Pada Masa George W. Bush”,

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang, Dosen Pembimbing I Ruli Inayah Romadhan, M.Si. Dosen Pembimbing II Dr. Asep Nurjaman, M.Si.

Pada masa George W. Bush terjadi serangan teroris yang mahadahsyat yang mengacaukan system keamanan AS. Bush mendeklarasikan ke dunia internasional untuk mengajak seluruh bangsa dan Negara bersama – sama memerangi terorisme global (global war on terorrism) . Pidato Bush tersebut kemudian dikenal dengan doktrin Bush yang menjadi pondasi dari politik luar negeri AS pada masa George W. Bush. Pengaruh kelompok neokonservatif yang berada dalam pemerintahan Bush menjadikan Irak menjadi korban dari kekejaman politik luar negeri AS yang dikenal dengan preemptive strike dan unilateralisme. AS memanfaatkan momentum peristiwa 11 September 2001 untuk menginvasi Irak, AS mengaitkan antara senjata pemusnah massal dengan jaringan teroris Al - Qaeda yang berada di Irak. Tidak berselang waktu lama setelah AS menginvasi Irak, AS mengicar Iran setelah Iran berhasil menguasai tekhnologi nuklir dan mengaitkan dengan jaringan teroris yang menjadi pusat perhatian dunia internasional.

Implementasi kebijakan luar negeri AS terhadap Irak – Iran terdapat persamaan dan perbedaan yang diimplementasikan tehadap ke dua Negara. Persamaan dalam kebijakan luar negeri AS adalah adanya pengaruh kelompok neokons di dalam pemerintahan Bush dan rasionalitas pengambilan kebijakan. Sedangkan faktor perbedaan yang terdapat dalam pengambilan kebijakan dipengaruhi beberapa faktor yaitu ; faktor persiapan militer, ekonomi, informasi Inteligen Community, elite politik, elite militer dan dukungan publik.

Kata Kunci: Senjata Pemusnah Massal (weapon of mass destruction), elite politik, elite militer, kelompok neokons, Inteligence Community dan terorisme.

Malang, 23 Oktober 2012 Peneliti,

Khoirul Anwar

Pembimbing I Pembimbing II

(34)

vii ABSTRACT

Khoirul Anwar, 2012, 07260108, “THE COMPARISON OF U.S. FOREIGN POLICY TOWARD IRAQ-IRAN IN THE COMPLETION WEAPON OF MASS DESTRUCTION DURING ON GEORGE W. BUSH ADMINISTRATION” Faculty of Social and Political Sciences, The University of Muhammadiyah Malang, Advisor I Ruli Inayah Ramadhoan, M.Sc. Advisor II Dr. Asep Nurjaman, M.Sc.

During George W. Bush administration, occurred extra ordinary terrorist attacked that disrupt the U.S. security system. Bush declared to the international community to bring the whole nations and countries together to fight against global terrorism (global war on terrorism). Bush's speech then was known as the doctrine of Bush that became the foundation of U.S. foreign policy in the administration of George W. Bush period. The influences of neo-conservatism group in the Bush administration brought Iraq into a victim of the atrocities of U.S. foreign policy that well known as preemptive strike and unilateralism. The U.S. used the momentum event of 11 September 2001 to invade Iraq, the U.S. identify to mass destruction weapon with terrorist networks in Iraq. No long time after the U.S. invaded Iraq, the U.S. targeting Iran after Iran had held the nuclear technology and related it to the issue of terrorism that has become the center of international attention.

In the implementation of U.S. foreign policy toward Iraq-Iran there were similarities and differentiation imposed on both countries. Equality in the U.S. foreign policy was affected by influence of neo-conservatism group in the Bush administration and the rationality of decision-making. While the diversity factors that contained in policy making are influenced by several factors; military preparation, economic, information of Intelligence Community, the political elite, the military elite and public support.

Keywords: WMD (Weapons of Mass Destruction), the political elite, the military elite, the neo-conservatism, Intelligence Community and terrorism.

Malang, 23th October 2012 Researcher,

Khoirul Anwar

Major Advisor Co. Advisor

(35)

viii KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi-Nya Rabb semesta alam, yang telah menyatukan hati para aktivis yang merindukan syurga-Nya, mempertemukan mereka dalam ketaatan pada-Nya, menghimpun dan mengokohkan janji setia dalam membela agama-Nya, dan menjanjikan Syurga kepada mereka yang hanya berharap Keridhaan atas-Nya. Tak terhitung atas kenikmatan dan keseluruhan karunia kehidupan yang peneliti terima. Masa-masa perkuliahan, terhitung sejak bulan September 2007 di kampus putih tercinta, Alhamdulillah telah berakhir pasca penyelesaian skripsi ini. Peneliti memohon ampun atas dosa, khilaf, kesalahan dan ketidaksempurnaan peneliti untuk menjadi teladan dalam dakwah dan akademis.

Sholawat dan salam semoga tetap tercurah dan terlimpah untukmu Rasulullah SAW, sang revolusioner peradaban, teladan yang tak mungkin termakan zaman, serta seluruh keluarga, para sahabat, dan tabi’in, serta seluruh manusia yang menjadikan Qur’an dan Sunnah sebagai pedoman hidupnya. Semoga kita dapat bertemu

Rasulullah dalam instana-Nya kelak.

Selama perjalanan proses perkuliahan, hingga terselesainya skripsi ini peneliti telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, pengarahan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:

(36)

ix mengarahkan dan menuntun peneliti menuju kehidupan yang penuh berkah. Ridhomu adalah ridho Allah, tanpa do’a dan restumu, skripsi ini tak akan

pernah selesai. Meskipun engkau telah tiada di dunia ini, saya dapat merasakan do’a dan restu kalian.

2. Bapak Dr. Muhadjir Effendy, M.AP, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, yang telah menerima dan memberi kesempatan untuk belajar dan menambah ilmu pengetahuan di lembaga yang dipimpinnya. 3. Bapak Dr. Wahyudi, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu

Politik Universitas Muhammadiyah Malang

4. Bapak Tonny Dyan Effendi, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian dan memberikan motivasi.

5. Rully Inayah Ramadhon, M.Si, selaku pembimbing I dan Dr. Asep Nurjaman, M.Si, selaku pembimbing II, yang telah bersabar dalam membimbing dan memberi motivasi serta meluangkan waktu untuk saya selama proses penyelesaian skripsi. Semoga amal dan kebaikan Bapak mendapatkan pahala yang berlimpah dari Allah SWT.

(37)

x 7. Bapak Gonda Yumitro, MA. Dan Ibu Hevi Kurnia Hardini, MA. Gov, yang

sudah bersedia dan meluangkan waktu untuk menguji skripsi ini.

8. Ibu Juli Astutik, M. Si, Maz Zaenal Abidin, M. Si, Ibu Hesti Puspitosari, S.Sos, dan keluarga besar dosen Ilmu Kesejahteraan Sosial yang sudah bersedia memberikan kesempatan bagi saya mencari pengalaman kerja di jurusan Kesos.

9. Buat Kakak saya Ca’ Andhim, Ca’ Amin, Ca’ Usman, Ade’ Isrotul, Mbak Zuroh dan Mbak Adah, terimakasih atas dukungan moral dan motivasi yang kalian berikan kepada saya selama ini sehingga saya dapat menyelesaikan kuliah ini. Khusus buat Ca’ Andhim makasih karena sudah rela membagikan rezikinya dan menjadi bapak bagi saya.

10. Buat keponakan saya Syahrul, Tsania, Zahara, Ikhwan dan Arief yang selalu menjadikan rindu akan kampung halaman, semoga kalian menjadi anak yang soleh dan solehah.

11. Keluargaku di Al-Faruq (Akh Azzam, Akh Khaliq, Akh Hardy, Akh Mamad, Akh Dika, Akh Andre, Ukh Syafa, Ukh Amel, Ukh Sri, Ukh Tuni, Ukh Ani) kenangan terindah ketika berjuang bersama kalian.

(38)

xi 13. Sahabat-sahabatku HI 07 (Muhammad bin Abdul Mannan, Andre Setiawan, Fitri, Yusli, Vella, Dion, Erik, Dian, Khafid, Fuad, Sovi, Dian, Lady, Devi) semoga persahabatan kita dan pertemanan kita jangan putus sampai disini. 14. Dan buat teman – teman saya angkatan 2008 (Dyah, Fadhor, Santi, Veri, Ika,

Astri, Dio dan yang lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu) terimakasih karena sudah bersedia menjadi teman saya setelah cuti 1 tahun.

Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan untuk pengembangan Ilmu Pengetahuan dalam bidang lain yang terkait. Amiin.

Malang, 16 November 2012 Peneliti,

(39)

xii

KATA PERSEMBAHAN

Motto : “ Selalu berikan usaha terbaik anda, maka itu akan menjadikan anda seorang pemenang”

“Untuk menjadi Orang Luar Biasa maka

lakukanlah apa yang tidak dilakukan oleh orang

lain”

Alhamdulillah, akhirnya karya ilmiah ini saya dapat menyelesaikannya meskipun banyak halangan dan rintangan yang selalu menemani saya ketika saya berniat merampungkan tulisan ini. Saya berterimakasih banyak kepada Allah SWT yang selalu memberikan sebuah kenikmatan yang sangat luar biasa pada saya sehingga saya masih dapat menyelesaikan studi saya tepat empat tahun meskipun sempat cuti selama satu tahun karena ketiadaan biaya dan kesehatan orangtua. Dan

tulisan ini saya persembahkan bagi orang – orang yang selalu

menemani setiap langkahku dan selalu bersamaku dalam

mengisi hari – hari ini;

Buat ke dua orangtua saya yang saya cintai dan saya banggakan, tulisan ini yang dapat saya persembahkan buat kalian meskipun kalian tidak dapat melihat anakmu yang nakal ini sedang memakai baju wisuda, tapi saya percaya, Ibu dan Bapak tersenyum dan bangga di atas sana. Inilah impian

kalian selama ini untuk selalu dapat menguliahkan anak –

anaknya meskipun kondisi perekonomian keluarga tidak

memungkinkan. Mohon ma’af jika anakmu ini belum dapat

membahagiakan kalian, tapi sejujurnya anakmu ini ingin melihat kalian tersenyum, bangga dan bahagia melihat kesuksesan yang saya capai. Terimakasih atas nasehat yang selama ini kalian berikan dari kecil hingga dewasa, saya berjanji akan selalu menjadi anak yang kalian impikan selama ini.

Buat Keluargaku; c’ Dhim terima kasih banyak sudah

(40)

xiii

indahnya belajar di kampus sebesar ini yang sebelumnya saya tidak pernah bayangkan. Terimakasih juga atas dukungan moral dan finansialnya, semoga di suatu hari nanti saya dapat memberikan hal yang sama tidak hanya bagi keluarga tapi juga orang banyak, saya ingin meniru apa yang anda lakukan

pada saya. Buat adek Isrotul, yuk zuroh, c’ mang, c’ min, yuk

dah, keponakankanq Tsaniyah, Syahrul, Arif, Ikhwan terimakasih semuanya atas kasih sayang, dukungan, dan perhatian yang sudah dicurahkan buat saya. Kalian semua adalah saudara yang terbaik dalam hidupku yang saya punya saat ini dan selamanya. Tidak ada kata yang bisa saya ucapkan untuk menggambarkan betapa aku sayang pada kalian, hanya kata terimakasih yang bisa saya berikan pada kalian. Mudah-mudahan jika Allah memberikan kesempatan buat saya untuk dapat berbagi maka orang yang pertama akan

saya berbagi adalah “Kalian.”

Buat teman – teman kontrakan Abu Nawas, a’ azam, a’

abdul, a’ syifa, a’ dika, a’ edi, nasrul, pringgo, dani, Rahmad, Fani terimakasih sudah mau menjadi temanku selama ini, tanpa kalian mungkin perjalanan hidupku tidak akan semenarik ini, meskipun dalam pertemanan kita sering terjadi konflik, tapi itu yang menjadi puas kehidupan bagi perjalanan

pertemanan kita, sehingga hari – hari kita penuh dengan

warna senyum, canda, dan amarah kalian.

Buat Uliq, dan a’ Hardy terimaksih pelajaran yang kalian berikan pada saya. Saya banyak belajar dari kalian semua. Saya akan terus mengingat memori yang sudah pernah kita torehkan bersama di atas lembaran kehidupan. Saya akan merindukan sebuah diskusi kecil tanpa ujung yang sering kita lakukan bersama di waktu malam. Dan saya juga berterimaksih pada kalian atas dukungan moral yang kalian berikan pada saya terlebih ketika saya lagi dalam keadaan gundah dan down. Kalian adalah penghibur dalam kehidupanku dan pensemangat dalam hariku.

Buat teman – teman HI 07, terutama HI 07 B Mamad,

(41)

xiv

dan semuanya yang tidak dapat saya sebut satu persatu, mengenal kalian adalah hal yang terindah bagiku karena saya

dapat bertemu dengan orang – orang hebat, dan cerdas.

Berteman dengan kalian membuat saya bangga akan kelas HI 07 B. saya jadi tahu arti sebuah kompetisi untuk selalu menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.

Buat teman – teman di LSO Al – Faruq, tetaplah istiqomah

dijalan Allah SWT. Saya tidak akan pernah melupakan kalian

karena selama saya mengikuti Al – Faruq banyak pengalaman

dan pelajaran hidup yang saya ambil dan saya terapkan

dalam kehidupan sehari – hari.

Buat teman – teman HI 08 terimakasih sudah mau

menjadi sahabat saya setelah saya cuti, karena kalian semua saya tidak merasakan kesenderian dan kesunyian. Buat teman

– teman yang belum saya sebut, terimakasih semuanya, tetap

semangat untuk meraih mimpi. Dan buat teman – teman HI 07

yang belum wisuda, semoga diberi kelancaran dalam meluruskan niatnya untuk cepat menyelesaikan kuliah.

(42)

xv DAFTAR ISI

Lembar Cover Sampul Dalam ... i

Lembar Persetujuan Skripsi ... ii

Lembar Pengesahan ... iii

Lembar Orisinalitas ... iv

Berita Acara Bimbingan Skripsi ... v

Abstraksi ... vi

Abstract . ... vii

Kata Pengantar ... viii

Kata Persembahan ... xii

Daftar Isi ... xv

Daftar Tabel ... xx

Daftar Grafik. ... xxi

Daftar Gambar. ... xxii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... ... 6

1.4. Manfaat Penelitian... .... 7

1.4.1. Dalam Bidang Akademis ... 7

1.4.2. Dalam Bidang Praktis ... 7

1.4.3. Bagi Penulis ... 7

1.5. Kajian Pustaka ... ... 7

1.5.1. Studi Terdahulu ... 7

1.5.2. Teori Dan Konsep ... 12

1.5.2.1. Kebijakan Luar Negeri ... 12

(43)

xvi

1.6. Metedologi Penelitian ... 20

1.6.1. Jenis Penelitian ... 20

1.6.2. Sumber Data Dan Teknik Penulisan ... 20

1.6.2.1. Sumber Data ... 20

1.6.2.2. Teknik Pengumpulan Data ... 20

1.6.3. Teknik Analisa Data ... 21

1.6.4. Variabel Penelitian Dan Peringkat Analisa ... 21

1.6.4.1.Variabel Penelitian ... 21

1.6.4.2. Level Analisa ... 22

1.6.5. Ruang Lingkup ... 23

1.6.5.1. Batasan Waktu ... 23

1.6.5.2. Batasan Materi Penelitian ... 23

1.7. Kriteria Perbandingan ... 24

1.8. Hipotesa... 24

1.9. Alur Pemikiran ... 25

1.10. Sistematika Penulisan... 26

BAB II KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP IRAK – IRAN DALAM PENYELESAIAN DUGAAN KEPEMILIKAN SENJATA PEMUSNAH MASSAL (WEAPON OF MASS DESTRUCTION) ... 28

2.1. Kebajikan Luar Negeri AS Terhadap Dugaan Kepemilikan Senjata Pemunsah Massal ... 28

2.1.1. Keluarnya Resolusi DK PBB 1441 ... 28

2.1.2. Kebijakan AS Mengivasi Irak Pada Tahun 2003 ... 30

2.2. Kondisi Riil Irak Terkait Dugaan Kepemilikan Senjata Pemusnah Massal ... 33

(44)

xvii 2.3.1. Surat terbuka Kepada George W. Bush Terkait Tuntutan

Kelompok Neokons Terhadap Penggunaan Militer Ke Irak ... 41 2.3.2. Perdebatan Antar Inteligen Dalam Perumusan National

Intelligence Estimate ... 44 2.3.3. Perdebatan Antara Legeslatif Dengan Kelompok Neokons Terkait

Dengan Penemuan Fakta Program Nuklir Irak... 51 2.3.4. Pertentangan Antara UNMOVIC, IAEA Dengan CIA Dan

Kelompok Neokons ... 55 2.4. Rasionalitas Pengambilan Kebijakan Luar Negeri AS Terhadap Irak ... 57 2.5. Kebijakan Luar Negeri AS Terhadap Dugaan Kepemilikan Senjata

Pemusnah Massal Iran ... 58 2.5.1. Pelaksanaan Perjanjian Teheran Pada Tahun 2003 ... 59 2.5.2. Pelaksanaan Perjanjian Paris 2004 Antara Iran Dengan Trio UE .... 60 2.5.3. Pembentukan P5+1 Sebagai fasilitator Untuk Menyelesaikan

Program Nuklir Iran ... 61 2.5.4. Keluarnya Resolusi DK PBB 1969 Sebagai Upaya Menghentikan

Nuklir Iran ... 63 2.5.5. Keluarnya Resolusi DK PBB 1737 Sebagai Pelengkap Resolusi

Sebelukmnya ... 64 2.5.6. Keluarnya Resolusi DK PBB 1747 Sebagai Sanksi Tambahan

Terhadap Program Nuklir Iran ... 65 2.5.7. Keluarnya Resolusi DK PBB 1803 Sebagai Penyempurna

Resolusi Sebelumnya ... 66 2.5.8. Kegagalan Resolusi DK PBB 1835 Diadopsi Dan

Diimplementasikan Di Iran ... 68 2.6. Kondisi Riil Iran Terkait Dugaan Kepemilikan Senjata Pemusnah

Massal ... 70 2.7. Dinamika Politik Domestik AS terkait Pengambilan Kebijakan Luar

(45)

xviii 2.7.1. Departemen Luar Negeri Solid Dalam Mempromosikan

Diplomasi Dual Track ... 76 2.7.2. Hasil Final Intelligence Community Dalam Merumuskan National

Intelligence Estimate ... 79 2.7.3. Desakan Departemen Pertahanan Dan Kepala Staff Gabungan

Untuk Menggunakan Cara Diplomasi Dual Track Untuk

Menghadapi Iran ... 83 2.8. Rasionalitas Pengambilan Kebijakan Luar Negeri AS Terhadap Iran ... 87

BAB III PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA

SERIKAT TERHADAP IRAK DAN IRAN ... 91 3.1. Persamaan Kebijakan Luar Negeri AS Terhadap Irak – Iran ... 91

3.1.1. Pengaruh Kelompok Neokonservative Terhadap Kebijakan Luar

Negeri AS Terhadap Irak – Iran ... 91 3.1.2. Rasionalitas Kebijakan Luar Negeri AS Represif Terhadap Irak –

Iran ... 98 3.2. Perbedaan Kebijakan Luar Negeri AS Terhadap Irak – Iran ... 99

3.2.1. Pengaruh Dukungan Elite Politik Pemerintahan Bush dalam

Perumusan Kebijakan Luar Negeri AS Terhadap Irak-Iran ... 99 3.2.1.1. Iran Bukan Seperti Negara Lain Yang Mudah Dihancurkan .. 105 3.2.1.2. Pendudukan Atas Iran Akan Memperburuk Kondisi Amerika

Serikat ... 112 3.2.1.3. Kondisi Militer Amerika Serikat Rapuh Untuk Melakukan

Agresi Militer Terhadap Iran ... 119 3.3. Krisis Ekonomi Menjerat Amerika Serikat Tahun 2008... 126 3.4. Hasil Laporan Intelligence (NIE/ National Intelligence Estimate) Dalam

Pengambilan Kebijakan Luar Negeri AS Terhadap Irak – Iran ... 130 3.5. Prespektif Elite Politik Dalam Pengambilan Kebijakan Luar Negeri

(46)

xix 3.6. Dukungan Public Terhadap Kebijakan Luar Negeri AS Terkait

Intervensi Militer Ke Irak - Iran ... 135 BAB IV ANALISIS PERBEDAAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI

AMERIKA SERIKAT TERHADAP IRAK – IRAN ... 140

4.1. Analisis ... 140

BAB V PENUTUP

(47)

xx DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Pengambilan Kebijakan Luar Negeri Menurut William D. Coplin 14 Tabel 2.1. Ringkasan Ketentuan Resolusi Tentang Program Nuklir Iran

1969, 1737, 1747, dan 1803 ... 69 Tabel 2.2. Perbedaan hasil Laporan Intelligence Community 2005 Dengan

National Intelligence Estimate Terkait Dengan program Nuklir

Iran ... 81 Tabel 3.1. Persebaran Kelompok Neokonservatis di Lingkaran Dalam

Pemerintahan Bush periode pertama ... 93 Tabel 3.2. Persebaran Kelompok Neokons di Dalam Pemerintahan Bush

periode Kedua ... 133 Tabel 3.3.Perbandingan Kebijakan Luar Ngeri Amerika Serikat

Terhadap Irak – Iran dalam Penyelesaian Dugaan Kepemilikan Senjata Pemusnah Massal pada Masa

(48)

xxi DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1. Kenaikan Jumlah Tentara Amerika Serikat Bunuh Diri ... 122 Grafik 3.2. Jumlah Perceraian Tentara Wanita Amerika Serikat Angkatan

(49)

xxii DAFTAR GAMBAR

(50)

DAFTARPUSTAKA

Buku :

Al Mudarris, Alauddin. 2004.“Huru –Hara Irak: Isyarat Akhir Zaman”. Yogyakarta : Cahaya Hikmah

Banyu Perwita, Anak Agung dan Yani, Mochmmad.“Pengantar ilmu Hubungan Internasional.” Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Coplin , William D. 1992. Pengantar Politik Internasional,terj. Bandung : Sinar Baru.

Hasniyah , Mia. 2012. Perbandingan Kebijakan Luar Negeri Indonesia dengan FilipinaTerkait Isu Terorisme 2001 2004. Malang : FISIP

UMM.

Ikenberry, G. John.1996. American Foreign Policy Theoretical Essays. New York: Harper Collins College Publishers.

Kuncahyono, Trias. 2005. “Irak Korban Ambisi Hawkish.” Jakarta : Kompas.

Macridis , Roy C. 1976. “Foreign Policy In World Politics.” 5thEdition”, New

Jersey : Prentice-Hall Inc. Englewood Cliffs.

Mas‟oed, Mohtar. “Studi Hubungan Internasional: tingkat Analisa dan

Teorasi.” Yogyakarta : Pusat Antar Universitas – Studi Sosial

(51)

Purnomo Putri, Inggried Chrishiansen D. 2009. “ Pengaruh Tuntutan Publik

Islam di Tingkat Domestik Pada Masa Pemerintahan SBY (2004 -

2009) Terhadap Perubahan Kebijakan Indonesia Dari Resolusi DK

PBB No. 1747 Ke Resolusi No. 1803”. Malang : FISIP – UMM.

Rahman , Musthafa Abd. 2003. Geliat Irak Menuju Era Pasca Saddam

(Laporan dari Lapangan). Jakarta : Penerbit Buku Kompas.

Rahman, Musthafa Abd. 2003.” Laporan dari Lapangan: Geliat Irak Menuju

Era Pasca Saddam Husein.” Jakarta :Kompas

Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial.”Bandung : Refika Adhitama,

Surat Kabar :

“Abdul, Andrea. Sebuah Analisa, Jika AS Menyelenggarakan Perang Ke Iran,

Kompasiana, 2 Oktober 2012.

“AS Kalah Perang Di Irak”, Detik News, 28 Juli 2012.

Bush Akui Perang Irak Keras dan Rakyat AS Letih, Harian Umum PELITA, 2 Oktober 2012.

“Kasus Bunuh Diri Tentara AS Semakin Meningkat”, Hidayatullah, 28 Juli 2012.

Khamenei : Energi Nuklir Buat Semua, Bukan Untuk Senjata, Republika, 28 Juli 2012.

Kubu Republik Kalah, Gates Gantikan Rumsfeld, Detik News, 28 September 2012.

(52)

Oposisi Irak Tak Mau Akrab dengan AS”, Suara Merdeka, 28 Juli 2012.

“Penyebab Konflik antar Kelompok di Irak”, Kompasnia, 29 Juli 2012.

“Setelah Invasi AS-Korban Tewas di Irak Capai 162.000 Jiwa”, Harian Seputar Indonesia, 3 Agustus 2012.

“Tak Setuju Perang Dengan Iran, Laksamana Faroll Mundur atau Dimundurkan?”, Eramuslim, 21 juli 2012.

Internet :

___________ . “Panglima Komando Sentral Amerika Serikat Mundur”,

www.muslimdaily.net/berita/home/panglima-komando-sentral-amerika-serikat-mundur.html, 28 Juli 2012.

____________ . “Carrots and sticks: remarks from Undersecretary of State R.

Nicholas Burns at the John F. Kennedy Presidential Library”, Boston Review, www.bostonreview.net/BR32.3/burns.php, 21 April 2012.

____________ . “Kasus Bunuh Diri Prajurit AD Amerika Serikat Pasca Invasi

Irak”,

www.voa-islam.com/news/world- world/2012/03/08/18067/kasus-bunuh-diri-prajurit-ad-amerika-naik-80-persen-pasca-invasi-irak/, 28 Juli 2012.

____________ . Implementation of the NPT safeguards agreement in the

(53)

____________. “11 september 2001 : Serangan Teroris Hancurkan Gedung WTC”,

www.indonesiamedia.com/2012/09/11/11-september-2001-serangan-teroris-hancurkan-gedung-wtc/, 28 Juli 2012.

_____________ . “Implementation of the NPT Safeguards Agreement and

relevant provisions of Security Council resolutions 1737 (2006),

1747 (2007) and 1803 (2008) in the Islamic Republic of Iran”,

www.iaea.org/Publications/Documents/Board/2008/gov2008-15.pdf, 28 April 2012.

_____________ . “President Bush Declares "War on Terror"

____________ . “William J. Burns, Under Secretary for Political Affairs U.S. Department of State”,

www.foreignaffairs.house.gov/110/bur070908.pdf, 12 Juni 2012. ____________. Implementation of the NPT Safeguards Agreement and

Relevant Provisions of Security Council Resolution 1737 (2006) in

the Islamic Republic of Iran,

(54)

____________. “Analisis Pertahana AS: Iran Bisa Tenggelamkan Kapal Induk Amerika”,

www.indonesian.irib.ir/hidden-2/- /asset_publisher/yzR7/content/analis-pertahanan-as-iran-bisa-

tenggelamkan-kapal-induk- amerika?redirect=http%3A%2F%2Findonesian.irib.ir%2Fhidden-2%3Fp_p_id%3D101_INSTANCE_yzR7%26p_p_lifecycle%3D0%2 6p_p_state%3Dnormal%26p_p_mode%3Dview%26p_p_col_id%3Dc olumn-2%26p_p_col_count%3D1, 29 Juli 2012.

____________ . Implementation of the NPT Safeguards Agreement in the

Islamic Republic of Iran, report by the Director General,

www.isisnucleariran.org/assets/pdf/iaea-iranreport-111504.pdf, 28 April 2012.

____________. Implementation of the NPT SafeguardsAagreement in the

Islamic Republic of Iran,

http://www.iaea.org/Publications/Documents/Board/2005/gov2005-87.pdf, 28 April 2012.

____________ . “Dependence on Middle East Energy and Its Impact on Global

Security”,

(55)

_____________ . 2012. “Iran Sulit Dikalahkan di Selat Hormuz”,

www.wartakota.co.id/detil/berita/70490/Iran-Sulit-Dikalahkan-di-Selat-Hormuz, 28 Juli 2012.

_____________ . Implementation of the NPT Safeguards Agreement in the

Islamic Republic of Iran, report by the Director General,

www.isisnucleariran.org/assets/pdf/iaea-iranreport-060603.pdf, 28 April 2012

_____________. Pidato George W Bush . “Strategi Baru untuk Menyelesaikan Konflik Iran”,

www.whitehouse.gov/news/releases/2007/01/200702110-7.html, 22 Mei 2012.

______________. “Menhan Gates: Kebijakan Luar Negeri Iran Ancaman Bagi

AS”,

www.merdeka.com/politik/internasional/menhan-gates-kebijakan-luar-negeri-iran-ancaman-terhadap-as-yudzv6j.html, 28 Juli 2012.

________________. Ketegangan Selat Hormuz, Harga Minyak Bisa Tembus USD150-175”,

Gambar

Tabel 1.1.

Referensi

Dokumen terkait