• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Produk Kombucha Probiotik Berbahan Baku Teh Hitam (Camellia sinensis)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Produk Kombucha Probiotik Berbahan Baku Teh Hitam (Camellia sinensis)"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGEMBANGAN PRODUK KOMBUCHA PROBIOTIK

BERBAHAN BAKU TEH HITAM (

Camellia sinensis

)

Oleh

SANJUNG TRIA ANUGRAH

F24101050

2005

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Sanjung Tria Anugrah. F241010150. Pengembangan Produk Kombucha Probiotik Berbahan Baku Teh Hitam (Camellia sinensis). Di bawah bimbingan Betty Sri Laksmi Jenie. 2005.

RINGKASAN

Kesadaran masyarakat terhadap kesehatan termasuk dalam hal konsumsi makanan maupun minuman yang semakin meningkat membuat konsumen tidak hanya mempertimbangkan aspek selera dan pemenuhan gizi saja, tetapi juga mempertimbangkan aspek fungsional makanan bagi kesehatan. Salah satu produk yang dapat memberikan manfaat bagi kesehatan adalah minuman probiotik.

Salah satu minuman yang sudah sangat dikenal di Indonesia, bahkan di dunia dan sudah diketahui manfaatnya adalah teh. Produk teh lain yang sebenarnya sudah lama dikenal adalah minuman fermentasi teh baik teh hitam atau teh hijau yang disebut kombucha. Kombucha mempunyai rasa manis keasam-asaman dan mengandung sedikit alkohol. Untuk manusia minuman ini telah terbukti dapat meningkatkan stamina tubuh, menurunkan berat badan, menormalkan fungsi organ-organ tubuh, mengobati asam urat, mencegah kanker dan meningkatkan kekebalan tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan produk minuman probiotik baru yaitu kombucha yang bersifat probiotik sehingga aspek fungsionalnya bagi kesehatan meningkat dengan mutu yang baik ditinjau dari rasa dan aroma yang dapat diterima oleh konsumen serta mempunyai umur simpan yang cukup.

Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yang meliputi (1) pembuatan kombucha probiotik, (2) aktivitas antibakteri kombuchaprobiotik terhadap bakteri patogen(Challenge Test), dan (3) studi penyimpanan. Kultur bakteri asam laktat (BAL) yang digunakan adalah L. plantarum pi28a (5%) dalam bentuk kultur starter yang menggunakan susu skim (10%) dan glukosa (3%).

Konsentrasi teh mempengaruhi pertumbuhan BAL baik dalam teh manis, teh manis yang ditambah starter kombu secara bersamaan maupun kombucha. Konsentrasi teh yang diteliti (12 g dan 9 g dalam 1 L air) menghasilkan jumlah BAL yang berbeda pada semua jenis perlakuan teh, dimana teh dengan konsentrasi 9 g dalam 1 L air menghasilkan viabilitas BAL yang lebih baik yaitu dari 104-105 CFU/ml menjadi 106 CFU/ml.

Inokulasi BAL yang dilakukan dalam dua cara (dengan penambahan susu skim dan tanpa susu skim) juga memberikan viabilitas yang berbeda. Penambahan susu skim (10%) pada kultur starter dapat meningkatkan jumlah BAL menjadi 107-108 CFU/ml dalam teh manis maupun kombucha.

Proses sterilisasi juga mempengaruhi pertumbuhan BAL dalam produk. Pada kombucha yang mengalami sterilisasi viabilitas BAL rendah (106 CFU/ml), sedangkan kombucha dan teh manis tidak steril menunjukkan viabilitas yang baik (107-108 CFU/ml). Dengan demikian kombucha tidak steril dipilih untuk diteliti lebih lanjut.

(3)

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa penambahan BAL berpengaruh nyata terhadap pH kombucha, namun tidak memberikan pengaruh nyata terhadap total asam tertitrasi (TAT), kadar gula, aroma dan rasa. Aroma kombucha probiotik lebih disukai daripada kombucha kontrol, sedangkan perbedaan rasa antara kedua jenis kombucha tersebut tidak nyata. Dengan demikian produk kombucha probiotik secara umum dapat diterima.

(4)

PENGEMBANGAN PRODUK KOMBUCHA PROBIOTIK BERBAHAN BAKU TEH HITAM (Camellia sinensis)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

SANJUNG TRIA ANUGRAH F24101050

2005

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

PENGEMBANGAN PRODUK KOMBUCHA PROBIOTIK BERBAHAN BAKU TEH HITAM (Camellia sinensis)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

SANJUNG TRIA ANUGRAH F24101050

Dilahirkan pada tanggal 5 Januari 1984 di Bogor

Tanggal lulus : 24 Oktober 2005

Menyetujui, Bogor, November 2005

Prof. Dr. Ir. Betty Sri Laksmi Jenie, MS Dosen Pembimbing

Mengetahui, Ketua Departemen ITP

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 5 Januari 1984,

merupakan anak ke-3 dari 3 bersaudara dari pasangan Endin

Alamsyah, Amd dan Nunung Kurniasari. Penulis menyelesaikan

pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Bustanul Athfal Aisyiah

Leuwiliang pada tahun 1989. Sekolah Dasar di SDN I

Leuwiliang diselesaikan pada tahun 1995 dan Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama di SLTPN I Leuwiliang diselesaikan pada tahun 1998.

Selanjutnya pada tahun 2001 penulis telah menyelesaikan Sekolah Menengah

Umum di SMUN 5 Bogor. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut

Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) di

Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif mengikuti berbagai kegiatan

kemahasiswaan yaitu sebagai pengurus HIMITEPA IPB periode 2002-2003,

panitia Lomba Cepat Tepat Ilmu pangan (LCTIP) XI Tingkat Nasional, National

Students Paper Competition (NSPC)I dan II, BAUR (acara keakraban mahasiswa baru ITP), serta sebagai asisten praktikum mata kuliah Kimia Dasar I dan II, Prinsip Sanitasi Pangan dan Teknologi Pengolahan Pangan Hewani. Penulis juga

memperoleh beasiswa penelitian dari Bogor International Club.

Pada bulan Oktober 2005, penulis telah menyelesaikan skripsi sebagai

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin, segala puji dan syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT, atas segala karunia dan hidayahNya yang telah diberikan

kepada penulis selama masa penelitian hingga penyelesaian penulisan skripsi ini.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Teknologi Pertanian pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Teknologi

Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis, yaitu :

Prof. Dr. Ir. Betty Sri Laksmi Jenie, MS selaku Dosen Pembimbing , atas

segala bimbingan dan arahannya selama masa studi hingga penyelesaian skripsi

ini. Dr. Ir. Yadi Haryadi, MSc dan Ir. Endang Prangdimurti, MSi selaku Dosen

Penguji sidang skripsi, atas segala masukan dan nasehat perbaikan skripsi.

Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut

Pertanian Bogor, atas ilmu dan bimbingannya selama masa studi. Seluruh

laboran : Pak Koko, Pak Rojak, Pak Sidik, Pak Mulyono, Pak Wahid, Pak Yahya,

Pak Gatot, Bu Rubiyah, Pak Solihin, Pak Sobirin, Teh Ida dan Mbak Sri atas

bantuan dan kerja samanya.

Keluargaku tersayang : Mama, Apa, Rindu, Teni, A’Dadan, A’Koko,

Rindank dan Mutiara atas segala kasih sayang, doa, pengertian dan dorongannya

baik material maupun spiritual.

Bogor International Club atas bantuan dana penelitian yang diberikan. Sahabat-sahabat terbaikku : Martantri, Ari, Vica, Via dan Maya atas segala

kenangan indah dan unik yang tak terlupakan. Semoga persahabatan ini tetap

terjalin...amiin. Manong dan Pitoy atas segala bantuan, dukungan, traktiran,

keceriaan, kritikan dan nasehatnya. Kelompok B-4 : Daniel, Rahmat dan Udin

atas segala kerja keras selama praktikum dan kuliah.

Mimi dan Ivan teman satu bimbingan, atas semangat, solidaritas dan

waktunya selama ini. Pejuang-pejuang tangguh Lab Mikro (Putri, Umi, Christina,

Vivin, Boss, Sigit, Bule, Aya, Amanda, Novi, Bro) atas kebersamaannya dalam

(8)

dan hal-hal berharga lainnya. Nia, Sidharta, Nandang, Jalu, Intan, Sidiq, Derry,

Astri, Izal, Ulik, Dedy, Ribka, golongan B dan teman-teman TPG’38 lainnya atas

segala kerja sama, kebersamaan dan solidaritasnya selama 4 tahun ini. TPG’37

(Kak Renny, Esti, Renita, Nuni, Erna, Sabeth, Tria, Linggam, Triyani, Kang Ua)

untuk koleksi bahan kuliah dan sumber pengalaman yang berharga.

Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu...semoga mendapat

balasan yang lebih baik dari Allah SWT.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

membutuhkan. Amiin.

Bogor, November 2005

(9)

iii DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI...

DAFTAR TABEL...

DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR LAMPIRAN...

I. PENDAHULUAN...

A. LATAR BELAKANG...

B. TUJUAN...

II. TINJAUAN PUSTAKA...

A. TEH...

B. KOMBUCHA...

C. PEMBUATAN KOMBUCHA...

D. BAKTERI ASAM LAKTAT...

1. Sifat Bakteri Asam Laktat...

2. Bakteri Asam Laktat sebagai Probiotik...

3. Aktivitas Antibakteri dari Bakteri Asam Laktat...

4. Perkembangan Produk Pangan sebagai Carrier Food

Probiotik...

E. SIFAT BAKTERI PATOGEN...

1. Escherichia coli... 2. Staphylococcus aureus... III. METODOLOGI PENELITIAN...

A. BAHAN DAN ALAT...

B. METODE PENELITIAN...

1. Pembuatan Kombucha Probiotik...

a. Persiapan Kultur BAL...

b. Pembuatan Kombucha Probiotik...

2. Aktivitas Antibakteri Kombucha Probiotik Terhadap Bakteri

Patogen (Challenge Test)...

i

iii

v

vi

vii

1

1

2

3

3

5

7

9

9

11

13

14

16

16

16

18

18

18

18

18

19

(10)

3. Studi Penyimpanan Kombucha Probiotik...

C. METODE ANALISIS...

1. Analisis Mikrobiologi...

2. Analisis Kimia...

3. Analisis Uji Organoleptik...

4. Analisis Statistika...

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...

A. PEMBUATAN KOMBUCHA PROBIOTIK...

1. Pengaruh Konsentrasi Teh Hitam...

2. Pengaruh Susu Skim...

3. Pengaruh Sterilisasi...

B. UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI BAKTERI ASAM

LAKTAT...

C. UJI PENYIMPANAN KOMBUCHA PROBIOTIK...

1. Viabilitas BAL...

2. Nilai pH...

3. Nilai TAT (Total Asam Tertitrasi)...

4. Kadar Gula...

5. Sifat Organoleptik Kombucha Probiotik...

a. Aroma...

b. Rasa...

V. KESIMPULAN DAN SARAN...

A. KESIMPULAN...

B. SARAN...

DAFTAR PUSTAKA...

LAMPIRAN...

20

22

22

23

24

25

26

26

26

27

29

30

36

37

39

41

42

43

44

45

48

48

49

50

(11)

SKRIPSI

PENGEMBANGAN PRODUK KOMBUCHA PROBIOTIK

BERBAHAN BAKU TEH HITAM (

Camellia sinensis

)

Oleh

SANJUNG TRIA ANUGRAH

F24101050

2005

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

Sanjung Tria Anugrah. F241010150. Pengembangan Produk Kombucha Probiotik Berbahan Baku Teh Hitam (Camellia sinensis). Di bawah bimbingan Betty Sri Laksmi Jenie. 2005.

RINGKASAN

Kesadaran masyarakat terhadap kesehatan termasuk dalam hal konsumsi makanan maupun minuman yang semakin meningkat membuat konsumen tidak hanya mempertimbangkan aspek selera dan pemenuhan gizi saja, tetapi juga mempertimbangkan aspek fungsional makanan bagi kesehatan. Salah satu produk yang dapat memberikan manfaat bagi kesehatan adalah minuman probiotik.

Salah satu minuman yang sudah sangat dikenal di Indonesia, bahkan di dunia dan sudah diketahui manfaatnya adalah teh. Produk teh lain yang sebenarnya sudah lama dikenal adalah minuman fermentasi teh baik teh hitam atau teh hijau yang disebut kombucha. Kombucha mempunyai rasa manis keasam-asaman dan mengandung sedikit alkohol. Untuk manusia minuman ini telah terbukti dapat meningkatkan stamina tubuh, menurunkan berat badan, menormalkan fungsi organ-organ tubuh, mengobati asam urat, mencegah kanker dan meningkatkan kekebalan tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan produk minuman probiotik baru yaitu kombucha yang bersifat probiotik sehingga aspek fungsionalnya bagi kesehatan meningkat dengan mutu yang baik ditinjau dari rasa dan aroma yang dapat diterima oleh konsumen serta mempunyai umur simpan yang cukup.

Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yang meliputi (1) pembuatan kombucha probiotik, (2) aktivitas antibakteri kombuchaprobiotik terhadap bakteri patogen(Challenge Test), dan (3) studi penyimpanan. Kultur bakteri asam laktat (BAL) yang digunakan adalah L. plantarum pi28a (5%) dalam bentuk kultur starter yang menggunakan susu skim (10%) dan glukosa (3%).

Konsentrasi teh mempengaruhi pertumbuhan BAL baik dalam teh manis, teh manis yang ditambah starter kombu secara bersamaan maupun kombucha. Konsentrasi teh yang diteliti (12 g dan 9 g dalam 1 L air) menghasilkan jumlah BAL yang berbeda pada semua jenis perlakuan teh, dimana teh dengan konsentrasi 9 g dalam 1 L air menghasilkan viabilitas BAL yang lebih baik yaitu dari 104-105 CFU/ml menjadi 106 CFU/ml.

Inokulasi BAL yang dilakukan dalam dua cara (dengan penambahan susu skim dan tanpa susu skim) juga memberikan viabilitas yang berbeda. Penambahan susu skim (10%) pada kultur starter dapat meningkatkan jumlah BAL menjadi 107-108 CFU/ml dalam teh manis maupun kombucha.

Proses sterilisasi juga mempengaruhi pertumbuhan BAL dalam produk. Pada kombucha yang mengalami sterilisasi viabilitas BAL rendah (106 CFU/ml), sedangkan kombucha dan teh manis tidak steril menunjukkan viabilitas yang baik (107-108 CFU/ml). Dengan demikian kombucha tidak steril dipilih untuk diteliti lebih lanjut.

(13)

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa penambahan BAL berpengaruh nyata terhadap pH kombucha, namun tidak memberikan pengaruh nyata terhadap total asam tertitrasi (TAT), kadar gula, aroma dan rasa. Aroma kombucha probiotik lebih disukai daripada kombucha kontrol, sedangkan perbedaan rasa antara kedua jenis kombucha tersebut tidak nyata. Dengan demikian produk kombucha probiotik secara umum dapat diterima.

(14)

PENGEMBANGAN PRODUK KOMBUCHA PROBIOTIK BERBAHAN BAKU TEH HITAM (Camellia sinensis)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

SANJUNG TRIA ANUGRAH F24101050

2005

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(15)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

PENGEMBANGAN PRODUK KOMBUCHA PROBIOTIK BERBAHAN BAKU TEH HITAM (Camellia sinensis)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

SANJUNG TRIA ANUGRAH F24101050

Dilahirkan pada tanggal 5 Januari 1984 di Bogor

Tanggal lulus : 24 Oktober 2005

Menyetujui, Bogor, November 2005

Prof. Dr. Ir. Betty Sri Laksmi Jenie, MS Dosen Pembimbing

Mengetahui, Ketua Departemen ITP

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 5 Januari 1984,

merupakan anak ke-3 dari 3 bersaudara dari pasangan Endin

Alamsyah, Amd dan Nunung Kurniasari. Penulis menyelesaikan

pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Bustanul Athfal Aisyiah

Leuwiliang pada tahun 1989. Sekolah Dasar di SDN I

Leuwiliang diselesaikan pada tahun 1995 dan Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama di SLTPN I Leuwiliang diselesaikan pada tahun 1998.

Selanjutnya pada tahun 2001 penulis telah menyelesaikan Sekolah Menengah

Umum di SMUN 5 Bogor. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut

Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) di

Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif mengikuti berbagai kegiatan

kemahasiswaan yaitu sebagai pengurus HIMITEPA IPB periode 2002-2003,

panitia Lomba Cepat Tepat Ilmu pangan (LCTIP) XI Tingkat Nasional, National

Students Paper Competition (NSPC)I dan II, BAUR (acara keakraban mahasiswa baru ITP), serta sebagai asisten praktikum mata kuliah Kimia Dasar I dan II, Prinsip Sanitasi Pangan dan Teknologi Pengolahan Pangan Hewani. Penulis juga

memperoleh beasiswa penelitian dari Bogor International Club.

Pada bulan Oktober 2005, penulis telah menyelesaikan skripsi sebagai

(17)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin, segala puji dan syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT, atas segala karunia dan hidayahNya yang telah diberikan

kepada penulis selama masa penelitian hingga penyelesaian penulisan skripsi ini.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Teknologi Pertanian pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Teknologi

Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis, yaitu :

Prof. Dr. Ir. Betty Sri Laksmi Jenie, MS selaku Dosen Pembimbing , atas

segala bimbingan dan arahannya selama masa studi hingga penyelesaian skripsi

ini. Dr. Ir. Yadi Haryadi, MSc dan Ir. Endang Prangdimurti, MSi selaku Dosen

Penguji sidang skripsi, atas segala masukan dan nasehat perbaikan skripsi.

Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut

Pertanian Bogor, atas ilmu dan bimbingannya selama masa studi. Seluruh

laboran : Pak Koko, Pak Rojak, Pak Sidik, Pak Mulyono, Pak Wahid, Pak Yahya,

Pak Gatot, Bu Rubiyah, Pak Solihin, Pak Sobirin, Teh Ida dan Mbak Sri atas

bantuan dan kerja samanya.

Keluargaku tersayang : Mama, Apa, Rindu, Teni, A’Dadan, A’Koko,

Rindank dan Mutiara atas segala kasih sayang, doa, pengertian dan dorongannya

baik material maupun spiritual.

Bogor International Club atas bantuan dana penelitian yang diberikan. Sahabat-sahabat terbaikku : Martantri, Ari, Vica, Via dan Maya atas segala

kenangan indah dan unik yang tak terlupakan. Semoga persahabatan ini tetap

terjalin...amiin. Manong dan Pitoy atas segala bantuan, dukungan, traktiran,

keceriaan, kritikan dan nasehatnya. Kelompok B-4 : Daniel, Rahmat dan Udin

atas segala kerja keras selama praktikum dan kuliah.

Mimi dan Ivan teman satu bimbingan, atas semangat, solidaritas dan

waktunya selama ini. Pejuang-pejuang tangguh Lab Mikro (Putri, Umi, Christina,

Vivin, Boss, Sigit, Bule, Aya, Amanda, Novi, Bro) atas kebersamaannya dalam

(18)

dan hal-hal berharga lainnya. Nia, Sidharta, Nandang, Jalu, Intan, Sidiq, Derry,

Astri, Izal, Ulik, Dedy, Ribka, golongan B dan teman-teman TPG’38 lainnya atas

segala kerja sama, kebersamaan dan solidaritasnya selama 4 tahun ini. TPG’37

(Kak Renny, Esti, Renita, Nuni, Erna, Sabeth, Tria, Linggam, Triyani, Kang Ua)

untuk koleksi bahan kuliah dan sumber pengalaman yang berharga.

Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu...semoga mendapat

balasan yang lebih baik dari Allah SWT.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

membutuhkan. Amiin.

Bogor, November 2005

(19)

iii DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI...

DAFTAR TABEL...

DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR LAMPIRAN...

I. PENDAHULUAN...

A. LATAR BELAKANG...

B. TUJUAN...

II. TINJAUAN PUSTAKA...

A. TEH...

B. KOMBUCHA...

C. PEMBUATAN KOMBUCHA...

D. BAKTERI ASAM LAKTAT...

1. Sifat Bakteri Asam Laktat...

2. Bakteri Asam Laktat sebagai Probiotik...

3. Aktivitas Antibakteri dari Bakteri Asam Laktat...

4. Perkembangan Produk Pangan sebagai Carrier Food

Probiotik...

E. SIFAT BAKTERI PATOGEN...

1. Escherichia coli... 2. Staphylococcus aureus... III. METODOLOGI PENELITIAN...

A. BAHAN DAN ALAT...

B. METODE PENELITIAN...

1. Pembuatan Kombucha Probiotik...

a. Persiapan Kultur BAL...

b. Pembuatan Kombucha Probiotik...

2. Aktivitas Antibakteri Kombucha Probiotik Terhadap Bakteri

Patogen (Challenge Test)...

i

iii

v

vi

vii

1

1

2

3

3

5

7

9

9

11

13

14

16

16

16

18

18

18

18

18

19

(20)

3. Studi Penyimpanan Kombucha Probiotik...

C. METODE ANALISIS...

1. Analisis Mikrobiologi...

2. Analisis Kimia...

3. Analisis Uji Organoleptik...

4. Analisis Statistika...

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...

A. PEMBUATAN KOMBUCHA PROBIOTIK...

1. Pengaruh Konsentrasi Teh Hitam...

2. Pengaruh Susu Skim...

3. Pengaruh Sterilisasi...

B. UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI BAKTERI ASAM

LAKTAT...

C. UJI PENYIMPANAN KOMBUCHA PROBIOTIK...

1. Viabilitas BAL...

2. Nilai pH...

3. Nilai TAT (Total Asam Tertitrasi)...

4. Kadar Gula...

5. Sifat Organoleptik Kombucha Probiotik...

a. Aroma...

b. Rasa...

V. KESIMPULAN DAN SARAN...

A. KESIMPULAN...

B. SARAN...

DAFTAR PUSTAKA...

LAMPIRAN...

20

22

22

23

24

25

26

26

26

27

29

30

36

37

39

41

42

43

44

45

48

48

49

50

(21)

v DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1.

Tabel 2.

Tabel 3.

Tabel 4.

Komposisi kimia daun teh segar dan teh hitam...

Kandungan zat nutrisi kombucha...

Pengaruh konsentrasi teh terhadap pertumbuhan

BAL…...

Pengaruh sterilisasi terhadap pertumbuhan BAL... 4

6

26

(22)

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1.

Gambar 2.

Gambar 3.

Gambar 4.

Gambar 5.

Gambar 6.

Gambar 7.

Gambar 8.

Gambar 9.

Gambar 10.

Gambar 11.

Gambar 12.

Gambar 13.

Gambar 14.

Gambar 15.

Gambar 16.

Gambar 17.

Starter Kombu...

Pembuatan kombucha probiotik……….……..

Pengaruh susu skim dalam teh manis dan kombucha

terhadap pertumbuhan BAL………...

Kombucha probiotik dan kombucha kontrol...

Pengaruh jenis teh dan sterilisasi terhadap pertumbuhan

E. coli... Pengaruh jenis teh dan sterilisasi terhadap pertumbuhan

BAL pada uji aktivitas antibakteri dengan E. coli...

Jumlah E. coli dalam tiga jenis teh kontrol (tanpa BAL)... Pengaruh jenis teh dan sterilisasi terhadap pertumbuhan

S. aureus... Pengaruh jenis teh dan sterilisasi terhadap pertumbuhan

BAL pada uji aktivitas antibakteri dengan S. aureus...

Jumlah S. aureus dalam tiga jenis teh kontrol (tanpa BAL)...

Pengemasan kombucha kontrol dan kombucha probiotik....

Jumlah BAL (log CFU/ml) kombucha probiotik selama

penyimpanan dingin (3-5oC)... Nilai pH kombucha probiotik dan kontrol selama

penyimpanan dingin (3-5oC)... Nilai TAT (%) kombucha probiotik dan kontrol selama

penyimpanan dingin (3-5oC)... Kadar gula (oBrix) kombucha probiotik dan kontrol selama penyimpanan dingin (3-5oC)... Pengaruh penyimpanan dingin terhadap penerimaan aroma

kombucha probiotik dan kontrol...

Pengaruh penyimpanan dingin terhadap penerimaan rasa

kombucha probiotik dan kontrol...

8

21

28

29

31

31

32

32

33

33

37

38

39

41

42

44

(23)

vii DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1.

Lampiran 2a.

Lampiran 2b.

Lampiran 3a.

Lampiran 3b.

Lampiran 4a.

Lampiran 4b.

Lampiran 5.

Lampiran 6a.

Lampiran 6b.

Lampiran 7a.

Lampiran 7b.

Lampiran 8a.

Lampiran 8b.

Lampiran 9.

Lampiran 10.

Lampiran 11a.

Lampiran 11b.

Jumlah BAL pada berbagai jenis teh...………...

Jumlah E. coli pada uji antibakteri …………... Jumlah BAL pada uji antibakteri dengan E. coli... Jumlah S. aureus pada uji antibakteri... Jumlah BAL pada uji antibakteri dengan S. aureus...

Jumlah E. coli pada uji antibakteri (kontrol)... Jumlah S. aureus pada uji antibakteri (kontrol)... Jumlah BAL kombucha probiotik pada penyimpanan

dingin (3-5oC)... Nilai pH kombucha probiotik dan kontrol pada

penyimpanan dingin (3-5oC)... Hasil uji statistik nilai pH kombucha probiotik dan

kontrol selama penyimpanan dingin (3-5oC)... Nilai TAT kombucha probiotik dan kontrol pada

penyimpanan dingin (3-5oC)... Hasil uji statistik nilai TAT kombucha probiotik dan

kontrol selama penyimpanan dingin (3-5oC)... Kadar gula (oBrix) kombucha probiotik dan kontrol pada penyimpanan dingin (3-5oC)... Hasil uji statistik kadar gula (oBrix) kombucha probiotik dan kontrol selama penyimpanan dingin (3-5oC)... Uji konsumen...

Nilai rata-rata skor kesukaan panelis terhadap kombucha

probiotik dan kontrol selama penyimpanan dingin

(3-5oC)... Hasil uji statistik (Uji T) terhadap aroma kombucha

probiotik selama penyimpanan dingin (3-5oC)... Hasil uji statistik (Uji T) terhadap aroma kombucha

kontrol selama penyimpanan dingin (3-5oC)...

57

58

59

60

61

62

63

64

65

65

65

65

66

66

66

67

67

(24)

Lampiran 12a.

Lampiran 12b.

Lampiran 13.

Lampiran 14.

Hasil uji statistik (Uji T) terhadap rasa kombucha

probiotik selama penyimpanan dingin (3-5oC)... Hasil uji statistik (Uji T) terhadap rasa kombucha kontrol

selama penyimpanan dingin (3-5oC)………... Form kuisioner uji konsumen...

Form kuisioner uji hedonik...

68

68

70

(25)

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seiring dengan perkembangan zaman, kesadaran masyarakat terhadap

kesehatan semakin meningkat termasuk dalam hal konsumsi makanan maupun

minuman. Saat ini konsumen tidak hanya mempertimbangkan aspek selera dan

pemenuhan gizi saja, tetapi juga mempertimbangkan aspek fungsional

makanan bagi kesehatan. Salah satu produk yang dapat memberikan manfaat

bagi kesehatan adalah minuman probiotik.

Probiotik adalah mikroorganisme yang secara aktif meningkatkan

kesehatan dengan cara memperbaiki keseimbangan mikroflora usus jika

dikonsumsi dalam keadaan hidup dengan jumlah yang memadai. Probiotik

secara langsung mampu membantu mikroflora yang berada di saluran

pencernaan guna menghambat bakteri patogen yang dapat mengganggu saluran

pencernaan. Manfaat probiotik bagi tubuh diantaranya dapat mencegah diare,

meningkatkan daya tahan tubuh, mengurangi racun dalam tubuh, menormalkan

pergerakan usus, mencegah konstipasi, meningkatkan daya cerna dan

menurunkan kolesterol darah (Shortt, 1999).

Di negara maju, probiotik sudah diminati konsumen lebih dari 10 tahun

lalu. Pola hidup modern dan bergesernya pola makan seyogyanya diimbangi

dengan konsumsi beragam makanan fungsional, yang menyehatkan. Berbagai

jenis pangan fungsional probiotik yang selanjutnya berkembang adalah dalam

bentuk minuman berbasis susu dan susu fermentasi. Saat ini, pengembangan

produk probiotik adalah mencari carrier food yang cocok selain produk susu. Beberapa penelitian yang telah dilakukan yaitu menggunakan es krim, selai,

velva sebagai carrier food.

Salah satu minuman yang sudah sangat dikenal di Indonesia, bahkan di

dunia dan sudah diketahui manfaatnya adalah teh. Menurut Biro Pusat Statistik

(2005), produksi teh Indonesia pada tahun 2001 adalah sebesar 129.260 ton.

Selain sebagai minuman yang menyegarkan, teh telah lama diyakini memiliki

(26)

populer penggunaannya di Indonesia selain kopi dan coklat, hal ini disebabkan

rasa dan aroma yang khas pada air seduhan teh. Alasan utama penggunaan teh

sebagai bahan minuman segar adalah karena adanya kandungan alkaloid kafein

yang mempunyai efek rangsangan terhadap manusia (Coopley dan Van Arsdel,

1964). Manfaat teh bagi kesehatan antara lain mencegah kanker, mengurangi

stres, dan menurunkan tekanan darah tinggi.

Pada umumnya teh dikonsumsi sebagai minuman biasa yang diseduh

dengan air masak, dicampur gula, susu atau air jeruk. Produk teh lain yang

sebenarnya sudah lama dikenal adalah minuman teh baik teh hitam atau teh

hijau hasil proses fermentasi yang disebut kombucha. Kombucha mempunyai

rasa manis keasam-asaman dan mengandung sedikit alkohol. Minuman ini

mengandung berbagai jenis asam organik seperti asam glukuronat, asam

glukonat, asam asetat, asam folat, selain itu juga mengandung asam amino,

vitamin, antibiotik dan zat lainnya. Untuk manusia minuman ini telah terbukti

dapat meningkatkan stamina tubuh, menurunkan berat badan, menormalkan

fungsi organ-organ tubuh, mengobati asam urat, mencegah kanker dan

meningkatkan kekebalan tubuh (Frank, 1995).

Pada penelitian ini dikembangkan produk kombucha probiotik dengan

menggunakan teh hitam, karena teh hitam merupakan bahan yang relatif

murah, cukup banyak tersedia, dan memiliki citarasa, warna dan aroma yang

banyak digemari. Aplikasi penambahan bakteri asam laktat berpotensi

probiotik pada kombucha akan meningkatkan aspek fungsional kombucha

menjadi minuman probiotik.

B. TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan produk minuman

probiotik baru yaitu kombucha yang bersifat probiotik sehingga aspek

fungsionalnya bagi kesehatan meningkat dengan mutu yang baik ditinjau dari

rasa dan aroma yang dapat diterima oleh konsumen serta mempunyai umur

(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. TEH

Tanaman teh (Camellia sinensis) termasuk dalam genus Camellia famili Theaceae. Tanaman teh tumbuh di daerah tropis dan subtropis dengan curah

hujan sepanjang tahun tidak kurang dari 1500 mm. Tanaman ini memerlukan

kelembaban yang tinggi dan temperatur udara antara 13-29.3oC (Sutejo, 1972).

Selain sebagai minuman yang menyegarkan, teh telah lama diyakini

memiliki khasiat bagi kesehatan tubuh. Manfaat teh bagi kesehatan antara lain

mencegah kanker, mengurangi stres, dan menurunkan tekanan darah tinggi.

Secara umum berdasarkan cara atau proses pengolahannya, teh dapat

diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu teh hijau, teh oolong, dan teh hitam.

Teh hijau dibuat dengan cara menginaktivasi enzim oksidase atau fenolase

yang ada dalam pucuk daun teh segar, dengan cara pemanasan atau penguapan

menggunakan uap panas, sehingga oksidasi enzimatik terhadap katekin dapat

dicegah. Teh hitam dibuat dengan cara memanfaatkan terjadinya oksidasi

enzimatik terhadap kandungan katekin teh. Sementara, teh oolong dihasilkan

melalui proses pemanasan yang dilakukan segera setelah proses rolling atau penggulungan daun, dengan tujuan untuk menghentikan proses fermentasi,

yang memiliki karakteristik khusus dibandingkan teh hitam dan teh hijau

(Hartoyo, 2003).

Pintauro (1977) mengungkapkan yang dimaksud dengan teh hitam

adalah teh yang dibuat dari daun muda pohon teh setelah mengalami pelayuan,

penggulungan, fermentasi dan pengeringan. Minuman yang dibuat dari teh

hitam disebut teh seduhan. Teh hitam juga tersedia dalam berbagai bentuk,

yaitu rajangan, teh celup atau teh instan dimana masing-masing bentuk

memberikan warna, rasa dan aroma yang berbeda.

Komposisi kimia teh terdiri dari kafein, tanin, protein, gula dan minyak

atsiri yang terbentuk setelah fermentasi dan menghasilkan aroma (Johnson dan

(28)

penting yang mempengaruhi mutu minuman yaitu kafein yang memberikan

efek stimulan, tanin dan senyawa turunannya yang membentuk warna,

strength dan rasa sepat, serta minyak atsiri yang menghasilkan flavor dan

aroma. Komposisi kimia daun teh segar dan teh hitam dapat dilihat pada Tabel

1.

Tabel 1. Komposisi Kimia Daun Teh Segar dan Teh Hitam

Komponen Jumlah (% berat kering) Daun teh segar Teh hitam Selulosa dan serat kasar

Protein

Klorofil dan pigmen lain

Pati

Tanin

Tanin teroksidasi

Kafein

Asam Amino

Gum dan Gula

Mineral

Total abu

Bahan Essensial

34.00

17.00

1.50

0.50

25.00

0.00

4.00

8.00

3.00

4.00

5.50

0.00

34.00

16.00

1.00

0.25

13.00

4.00

4.00

9.00

4.00

4.00

5.50

trace

Sumber : Harler (1964)

Senyawa-senyawa dalam teh dan manfaatnya bagi kesehatan antara lain

katekin mengurangi munculnya kanker dan tumor, menurunkan kadar

kolesterol darah, tekanan darah tinggi dan kadar gula dalam darah, membunuh

bakteri dan virus influenza, dan melawan bakteri penyebab plak. Kafein

(29)

5 sedang. Vitamin C membantu mengurangi stress, melawan influenza dan

sebagai antioksidan. Polifenol memiliki efek astringent, membunuh bakteri disentri, difteri dan kolera. Flavanoid menguatkan pembuluh darah, mencegah

holitosis (Hartoyo, 2003).

Salah satu komponen teh yang berperan aktif dalam menghambat mikroba

adalah senyawa tanin atau katekin (epikatekin, galokatekin, epigalokatekin

dan epigalokatekin galat). Senyawa ini dapat menghambat pertumbuhan

mikroorganisme termasuk bakteri patogen dan penyebab kanker. Bahkan,

komponen volatil dari teh hijau dapat melawan beberapa jenis bakteri, kapang,

virus dan parasit. Prinsip kerja katekin ini adalah dengan cara bereaksi dengan

protein pada dinding sel maupun membran sel dari mikroorganisme tersebut.

Sehingga terjadi perubahan mekanisme permeabilitas dari dinding sel bakteri.

Persenyawaan fenolat dapat bersifat bakterisidal atau bakteriostatik tergantung

pada konsentrasi yang digunakan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa

katekin teh hijau secara kuat dapat menghambat pertumbuhan Vibrio cholerae

01, Staphylococcus aureus, S. epidermidis, Escherichia coli, Vibrio parahaemoliticus, V. minicus, Campylobacter jejuni, Plesiomonas shigelloides, Clostridium perfringens, dan Streptococcus mutans; virus seperti

Influenza A dan B, Polio tipe 3, Herpes simplex dan Vaccinia ( Juneja et al., 2000).

B. KOMBUCHA

Kombucha berasal dari kata kombu dan cha. Kombu berasal dari nama seorang tabib dari Korea dan cha berarti teh. Kombucha merupakan kumpulan dari khamir dan bakteri yang ditumbuhkan pada media air teh hijau atau teh

hitam yang manis (Frank, 1995).

Kombucha merupakan teh fermentasi tradisional dengan rasa sedikit

asam dan manis, serta bersifat menguntungkan bagi kesehatan. Teh ini banyak

dikonsumsi oleh masyarakat di seluruh belahan dunia, dan pada waktu lampau

(30)

menambahkan bahwa kombucha siap diminum setelah pHnya berkisar antara

2.5-3.5 dengan lama fermentasi 8-12 hari.

Hasil fermentasi kombucha berupa suspensi yang dapat menghasilkan

asam organik seperti asam glukuronat, asam asetat, asam laktat, asam folat,

selain itu menghasilkan asam amino, vitamin, zat antibiotik, enzim dan produk

lainnya (Frank (1995) dan Ramli et al. (2002). Menurut Ramli et al (2002), asam glukuronat merupakan produk yang terpenting dalam kombucha karena

berfungsi untuk mendetoksifikasi racun.

Pemanfaatan kombucha sebagai minuman untuk pencegahan dan

penyembuhan berbagai macam penyakit sebenarnya sudah lama dilakukan

oleh kalangan rumah tangga di beberapa negara Asia. Minuman ini untuk

manusia telah terbukti dapat meningkatkan stamina tubuh, meningkatkan kerja

usus halus, menurunkan berat badan, menurunkan kolesterol, menormalkan

fungsi organ-organ tubuh, mengobati asam urat, mencegah kanker dan

meningkatkan kekebalan tubuh (Alick dan Barthomelow, 2002; Harriman

1995; Williams, 2000). Sebagai minuman, hingga saat ini kombucha belum

[image:30.612.149.504.477.644.2]

pernah menimbulkan efek fatal bagi yang mengkonsumsinya.

Tabel 2. Kandungan Zat Nutrisi Kombucha

Zat nutrisi Komposisi

(per 100 ml suspensi Kombucha) Gula

Vitamin C

Niasin

Asam folat

Riboflavin

6.667 g

0.096 mg

0.535 mg

0.233 mg

0.966 mg

(31)

7

C. PEMBUATAN KOMBUCHA

Pembuatan kombucha dilakukan berdasarkan prosedur dari Naland

(2004). Pertama kali direbus 1 L air hingga mendidih, lalu tambahkan 4

bungkus teh celup atau 4-8 sendok teh (12 g) teh hitam rajangan. Teh

dibiarkan mengembang selama 15 menit, kemudian disaring. Selanjutnya

ditambahkan 70-100g gula pasir dan didinginkan sampai suhunya

mencapai 20-25oC. Setelah dingin, larutan teh dimasukkan ke dalam wadah kaca bersamaan dengan starter kombu. Wadah kemudian ditutup

dengan kain bersih lalu difermentasi selama 7-10 hari pada suhu 23-27oC. Jika larutan teh sudah mencapai tingkat keasaman yang benar (pH

2.5-3.5), starter kombu diangkat dan larutan teh siap untuk dikonsumsi.

Selain seduhan teh hitam, terdapat dua komponen penting dalam

proses pembuatan kombucha yaitu starter kombu dan sukrosa (gula pasir).

Di Indonesia, starter kombu lebih sering disebut jamur dipo, sedangkan di

negara lain dikenal dengan nama lain seperti cajnyj kvas, heldenpilz, mandarin tea mushroom, fungus japonicum, tea kwass, olinka, mogu,

kargasok tea, zauberpilze, olga spring dan jamur super (Naland, 2004).

Starter kombu adalah organisme berbentuk lembaran gel berwarna

putih dengan ketebalan antara 0.3-1.2 cm dan terbungkus selaput liat.

Penampakan starter kombu dapat dilihat pada Gambar 1. Starter ini

merupakan koloni dari khamir dengan beberapa bakteri. Dalam istilah

asing, jamur kombu biasa dikenal dengan nama SCOBY (Symbiotic Coloni of Bacteria and Yeast). Menurut Williams (2000), khamir yang terdapat dalam kombucha adalah Candida albicans, Saccharomyces dan

Pichia fermentants, sedangkan bakterinya adalah Acetobacter xylinum, A.

(32)
[image:32.612.261.388.79.171.2]

Gambar 1. Starter Kombu (Frank, 1995)

Menurut Frank (1995) dan Ramli et al. (2002) kumpulan khamir dan bakteri tersebut akan membentuk lembaran menyerupai kulit yang

disebut zooglea. Zooglea ini merupakan gumpalan selulosa seperti nata yang dapat terbentuk di dasar atau di permukaan larutan teh hasil

fermentasi dan secara cepat memperbanyak diri. Zooglea ini tidak pernah dimakan melainkan bagian cairannya yang diminum.

Starter kombu hidup di lingkungan nutrisi larutan teh manis yang

akan tumbuh secara terus-menerus hingga membentuk susunan yang

berlapis. Koloni pertama akan tumbuh di lapisan paling atas dan

pertumbuhannya akan memenuhi lapisan tersebut, kemudian disusul oleh

pertumbuhan berikutnya yang semakin lama semakin tebal dengan bentuk

yang mengikuti wadah (Naland, 2004).

Komponen penting kedua dalam pembuatan kombucha adalah

sukrosa. Sukrosa merupakan senyawa kimia yang termasuk karbohidrat,

memiliki rasa manis, berwarna putih, bersifat anhidrous dan larut dalam

air. Sukrosa adalah disakarida yang mempunyai peran penting dalam

pengolahan makanan dan banyak terdapat pada tebu, bit, siwalan, dan

kelapa kopyor. Sukrosa merupakan gula yang murah dan diproduksi dalam

jumlah besar. Secara komersial gula pasir dibuat melalui proses

penyulingan dan kristalisasi (Nicol, 1982).

Winarno (1992) menjelaskan bahwa sukrosa merupakan disakarida

yang terdiri dari monosakarida glukosa dan fruktosa. Industri pangan

umumnya menggunakan sukrosa dalam bentuk kristal halus atau kasar

dalam jumlah yang banyak dipergunakan dalam bentuk cairan sukrosa

(33)

9 dipanaskan, sebagian sukrosa akan terurai menjadi glukosa dan fruktosa,

yang disebut gula invert.

Sukrosa yang digunakan pada kombucha tidak berfungsi sebagai

pemanis melainkan sebagai sumber energi bagi khamir dan bakteri untuk

tetap bertahan hidup melalui proses fermentasi dan respirasi (Hoffman,

1999). Dijelaskan pula bahwa khamir dan bakteri kombucha mendapatkan

energi dengan memecah ikatan-ikatan gula menjadi ATP. Selama proses

fermentasi, gula akan terurai menjadi gas, asam organik dan komponen

lainnya.

D. BAKTERI ASAM LAKTAT 1. Sifat Bakteri Asam Laktat

Bakteri asam laktat (BAL) adalah bakteri yang memproduksi asam

laktat, termasuk golongan bakteri Gram positif, tidak membentuk spora,

sel berbentuk batang atau bulat, baik tunggal, berpasangan atau berantai,

kadang-kadang berbentuk tetrad (Stammer, 1976). Bakteri asam laktat

telah lama digunakan dalam proses pengolahan pangan baik dalam

pengolahan makanan atau minuman juga digunakan untuk pengawetan

pangan. Umumnya bakteri ini tergolong aman (generally recognized as safe, GRAS).

Menurut Yuguchi et al. (1992), bakteri asam laktat sebagai salah

satu mikroflora normal manusia yang mempunyai peran yang

menguntungkan bagi kesehatan manusia yaitu untuk mencegah infeksi

usus yang diakibatkan oleh bakteri enterik patogen dan infeksi pada

saluran urogenital, mencegah lactose-intolerance dan pertumbuhan bakteri indigenus pada saluran usus, untuk mengurangi penyakit kanker/tumor

usus, kolesterol serum dan penyakit jantung, serta untuk menstimulasi

sistem imun dan gerakan usus.

Pengklasifikasian bakteri asam laktat berdasarkan beberapa dasar

morfologinya, fermentasi glukosa, perbedaan tumbuh pada suhu-suhu

(34)

konsentrasi garam tinggi, dan kemampuan toleransinya terhadap asam dan

basa. Menurut Fardiaz (1992), pengklasifikasian yang tidak kalah penting

adalah perbedaannya dalam memfermentasi glukosa dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu homofermentatif dan heterofermentatif. Produk akhir dari

proses homofermentatif sebagian besar berupa asam laktat sedangkan

produk akhir dari proses heterofermentatif adalah asam laktat, etanol, asam

asetat, dan CO2.

Stammer (1976) menyatakan bahwa BAL tidak motil atau sedikit

motil, bersifat mikroaerofilik sampai anaerob, bersifat kemoorganotropik

dan kompleks, serta bersifat mesofilik atau menyukai suhu 10-40oC. BAL termasuk golongan osmotoleran yang mempunyai aw minimal 0.95 untuk

pertumbuhannya tetapi beberapa mampu bertahan pada aw 0.93. Salah satu

jenis BAL probiotik yang akan digunakan pada penelitian ini adalah

Lactobacillus plantarum.L. plantarum menurut Gilliland (1986) tergolong

bakteri Gram positif, nonmotil batang, biasanya berukuran 0.6-0.8 μm x

1.2-6.0 μm, berantai tunggal atau pendek. L. plantarum merupakan 1 dari

27 spesies yang termasuk dalam genus Lactobacillus dalam famili

Lactobacillaceae. Bakteri ini bersifat katalase negatif, tidak berspora

(asporogenous), secara khas tidak mereduksi nitrat menjadi nitrit, tidak

memproduksi NH3 dari arginin, fakultatif anaerob dan optimum tumbuh

pada suhu 30-35oC tetapi tidak tumbuh pada suhu 7oC atau 45oC.

Fermentasi glukosa oleh bakteri ini menghasilkan produk DL-asam

laktat tanpa gas. Macam-macam karbohidrat yang difermentasi meliputi

fruktosa, glukosa, galaktosa, sukrosa, maltosa, laktosa, dekstrin, sorbitol,

mannitol, dan gliserol (Gilliland, 1986). Protein antagonistik (bakteriosin)

yang diproduksi adalah laktolin (Hoover, 1993), plantarin S dan T (Diaz et al. 1993) serta plantarisin A dan B (Ray dan Daeschel, 1994).

Makanan tradisional seperti pikel, yang merupakan sejenis

makanan padat yang diawetkan dengan menggunakan asam banyak

mengandung bakteri asam laktat seperti Lactobacillus plantarum,

(35)

11 sendiri atau dapat pula ditambahkan cuka makan (Frazier dan Westhoff,

1978).

Bakteri asam laktat yang merupakan isolat dari pikel adalah

Lactobacillus plantarum pi28a. Pada uji in vitro, bakteri ini memiliki ketahanan yang baik untuk tumbuh pada suasana asam (pH rendah)

dengan selisih log jumlah antara koloni pada pH rendah dibandingkan

kontrol, tidak sampai 1 siklus log/ml, dimana penurunannya hanya sebesar

0.41 unit log/ml. Bakteri ini juga memiliki ketahanan yang cukup baik

terhadap garam empedu, pada penambahan oxgal sebesar 1% bakteri ini

memiliki selisih log sebesar 1.59 log/ml, sedangkan pada oxgal 5% selisih

log sebesar 1.61 log/m. Bakteri asam laktat lain yang berpotensi sebagai

probiotik adalah L. coryneformis yang juga telah dilakukan uji in vitro.

Bakteri ini tahan pada pH rendah dengan selisih log sebesar 0.62 log/ml,

pada media yang ditambah oxgal 1% bakteri ini memiliki selisih log

sebesar 2.05 log/ml dan 2.16 log/ml pada oxgal 5%. Kedua jenis bakteri

ini dapat melakukan aktivitas asimilasi kolesterol sebesar 14.1 μg/ml

untuk L. plantarum pi28a dan 28.7 μg/ml untuk L. coryneformis. L.

plantarum pi28a dan L. coryneformis juga menunjukkan aktivitas

penghambatan yang baik terhadap ketiga bakteri patogen yaitu Bacillus cereus, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli (Kusumawati, 2002).

2. Bakteri Asam Laktat Sebagai Probiotik

Bakteri asam laktat terdiri dari kelompok Lactobacillus, Leuconostoc, Lactococcus, Streptococcus dan Pediococcus. Tidak semua bakteri asam laktat bersifat probiotik dan hanya jenis BAL tertentu yang

dapat menempati saluran pencernaan.

Definisi probiotik adalah makanan suplemen berupa mikroba hidup

yang memiliki keuntungan kepada manusia khususnya dalam

keseimbangan mikroflora usus (Shortt, 1999; Fuller, 1999). Untuk itu

probiotik secara langsung mampu untuk membantu mikroflora yang

berada di saluran pencernaan guna menghambat bakteri patogen yang

(36)

Probiotik yang sudah dikenal secara umum berasal dari dua genera

yaitu Lactobacillus dan Bifidobacteria. Kedua jenis bakteri ini tahan terhadap asam di usus, sehingga dapat tumbuh dan mengeluarkan

bahan-bahan yang mendukung kesehatan.

Bakteri asam laktat dan Bifidobacteria secara alami terdapat dalam saluran pencernaan manusia dan hewan, dan dalam makanan fermentasi

seperti yakult, yogurt, keju, berbagai produk salami, pikel buah dan

sayuran. Tidak semua bakteri laktat bersifat probiotik, dan hanya jenis

bakteri laktat tertentu menempati saluran pencernaan.

Sifat-sifat yang dimiliki oleh probiotik adalah aman untuk

manusia, mampu melewati usus dalam keadaan hidup dan bermanfaat bagi

kesehatan antara lain mencegah diare, meningkatkan daya tahan tubuh dan

mengurangi racun dalam usus (Fuller, 1999). Selain itu menurut Nakazawa

et al. (1992), probiotik mampu menormalkan pergerakan usus, sehingga dapat mencegah konstipasi, meningkatkan perumbuhan dan daya cerna,

dan menurunkan kolesterol darah.

Tzanetaki dan Tzanetakis (1999) di dalam Robinson et al. (1999)

mengungkapkan bahwa kriteria probiotik antara lain adalah tahan terhadap

asam lambung, tahan terhadap garam, mempunyai sifat penempelan pada

sel usus manusia, dan berkolonisasi dalam saluran usus manusia. Selain

itu, bakteri probiotik harus bersifat antagonis terhadap bakteri patogen dan

karsinogenik, memproduksi senyawa antibakteri, tumbuh baik secara in

vitro, aman dalam makanan dan pada penggunaan klinis, serta telah

divalidasi dan secara klinis didokumentasi efeknya terhadap kesehatan.

Bakteri probiotik yang sudah melalui uji klinis, di antaranya adalah

Lactobacillus casei subsp. casei Shirota strain yang terdapat dalam yakult,

Bifidobacterium dan Lactobacillus acidophilus. Bakteri yogurt, yaitu

Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus tidak termasuk bakteri probiotik, meskipun enzim yang dihasilkan mengatasi intolerasi

laktosa, namun tidak dapat melalui berbagai rintangan dalam saluran

(37)

13

Lactobacillus acidophilus, agar mempunyai efek fungsional bagi kesehatan.

Populasi bakteri dalam ekosistem saluran pencernaan orang sehat

yang mengkonsumsi diet berimbang umumnya stabil. Perubahan pola

hidup, pola makan dan kondisi sakit mengubah stabilitas ekosistem

tersebut. Berangkat dari fenomena ini, dapat dilakukan manajemen

mikroflora usus, yaitu proporsi bakteri "baik" ditingkatkan, dan bakteri

"jahat" ditekan jumlahnya. Caranya, dengan mengkonsumsi bakteri

probiotik, dan menyediakan nutrisi sesuai untuk bakteri probiotik agar

dalam usus berkembang lebih pesat.

3. Aktivitas Antibakteri dari Bakteri Asam Laktat

Penghambatan pertumbuhan bakteri perusak dan patogen pada

bahan pangan merupakan salah satu peranan penting BAL dalam industri.

Penghambatan tersebut dipengaruhi oleh kemampuan BAL dalam

memproduksi asam laktat, bakteriosin dan hidrogen peroksida (Jay, 2000).

Asam laktat yang diproduksi oleh BAL menyebabkan penurunan

pH sehingga kondisi lingkungan menjadi asam. Kondisi ini akan

membuat bakteri patogen dan perusak tidak dapat bertahan hidup. Selama

inkubasi, produksi asam laktat dari spesies Lactobacillus meningkat. Produksi asam laktat maksimum berkisar 1.13-1.45 g/l. Lactobacillus plantarum mempunyai zone penghambatan terbesar terhadap semua

bakteri patogen. Efek penghambatan terbesar dari L. plantarum adalah terhadap Staphylococcus aureus (4.0 mm) diikuti Escherichia coli (3.8 mm) dan Salmonella typhimurium (2.3 mm) (Jenie dan Rini, 1995).

Efek bakterisidal dari hidrogen peroksida dipengaruhi oleh suhu,

pH, konsentrasi, jumlah mikroba dan spesies bakteri. Bakteri Gram negatif

umumnya lebih mudah diserang oleh hidrogen peroksida dibandingkan

dengan bakteri Gram positif (Branen dan Davidson, 1983). Produksi

hidrogen peroksida maksimum rata-rata terjadi setelah dua hari inkubasi

(38)

sampai hari keenam, hal ini disebabkan sifat hidrogen peroksida yang

sangat tidak stabil.

Lactobacillus plantarum yang merupakan kultur BAL yang paling

potensial dalam menekan bakteri patogen, ternyata menghasilkan hidrogen

peroksida (H2O2) dalam jumlah lebih tinggi dibanding kultur lain keculai L. casei subsp rhamnosus. Semua spesies Lactobacillus kecuali L. helveticus bersifat menghambat pertumbuhan semua bakteri patogen yang diuji (Jenie dan Rini, 1995). Hidrogen peroksida sebanyak 6 g/ml bersifat

bakteriostatik terhadap S. aureus dan sebanyak 25-35 g/ml bakterisidal terhadap bakteri lain (Dahiya dan Speck, 1968).

Selain asam laktat dan hidrogen peroksida, BAL juga

memproduksi bakteriosin. Bakteriosin dapat didefinisikan sebagai protein

atau kompleks protein (agregat protein, protein lipokarbohidrat,

glikoprotein dan lain-lain) yang aktif secara hayati memperagakan sifat

bakterisidal eksklusif terhadap bakteri Gram-positif dan terutama terhadap

spesies yang berkerabat dekat (De Vuyst dan Vandamme, 1994).

Berbagai jenis BAL menghasilkan jenis bakteriosin yang

berbeda-beda, antara lain, Laktolin yang merupakan protein antimikroba pertama

yang dapat dideteksi dari L. plantarum, memiliki aktivitas terbaik pada pH rendah (pH 5.0). Jenis lain adalah Laktasin F yang mempunyai aktivitas

antimikroba yang stabil terhadap panas (121oC, 15 menit) (Salminen dan von Wright, 1998). Selain itu L. plantarum juga menghasilkan Plantarisin A yang tahan pada suhu tinggi (100oC, 30 menit), aktif pada pH 4.0-6.5 (Daeschel et al., 1990).

Menurut Kusumawati (2002), L. plantarum pi28a memiliki ketahanan yang baik untuk tumbuh pada pH rendah dan garam empedu

serta mempunyai aktivitas penghambatan terhadap E. coli, Bacillus cereus, dan Staphylococcus aureus.

4. Perkembangan Produk Pangan sebagai Carrier Food Probiotik

Penelitian tentang produk probiotik telah banyak dilakukan.

(39)

15 bubuk yang dikemas dengan HDPE (High Density Poly Ethylene) dan alumunium foil berlapis LDPE (Low Density Poly Ethylene). Adijuwana (2004), Devi (2004), Setyoningrum (2004) dan Hartati et al. (2003)

mengembangkan minuman probiotik yang berbahan dasar nabati dengan

memanfaatkan kultur BAL probiotik asal makanan tradisional Indonesia.

Pengembangan yogurt probiotik dengan menggunakan isolat BAL asal

manusia dilakukan oleh Dewi dan Nugraheny (2004). Niswandini (2004)

melakukan diversifikasi es krim susu kambing dengan penambahan yogurt

probiotik.

Hartati et al. (2003) mengembangkan sari buah pepaya nenas sebagai produk probiotik dengan mensuplementasikan L. plantarum Mut7 FNCC 250 (diisolasi dari makanan tradisional ”gatot”). Selama 3 bulan

penyimpanan pada suhu 4oC, viabilitas BAL relatif stabil yaitu 109 CFU/ml, diikuti dengan turunnya pH produk yaitu dari 4.45 menjadi 3.22.

Adijuwana (2004) melaporkan suatu minuman probiotik memiliki

viabilitas awal sebesar 4.3 x 108 CFU/ml. Selama penyimpanan sampai 6 minggu, total BAL tidak mengalami penurunan yang berarti, jumlahnya

masih tetap tinggi yaitu 2.2 x 108 CFU/ml. Setelah 8 minggu, total BAL mengalami penurunan sekitar 1 unit log/ml menjadi 7.8 x 107 CFU/ml. Minuman probiotik ini memiliki pH awal 3.7, setelah penyimpanan

selama 8 minggu pada suhu 3-5oC pHnya turun menjadi 3.46.

Dahlan (2005) mengembangkan selai nenas probiotik menggunakan

BAL hasil isolasi dari pikel L. plantarum pi28a. Selama penyimpanan selama 3 minggu selai nenas probiotik mengalami penurunan pH dari 3.85

menjadi 3.75. Nilai total padatan terlarut (% sukrosa) selai nenas probiotik

cenderung stabil dan hanya mengalami penurunan pada minggu keempat

(59oBrix menjadi 58.7oBrix).

Chahya (2005) mempelajari viabilitas BAL dan mutu velva nenas

probiotik selama penyimpanan beku. Pada awal penyimpanan, jumlah

(40)

kemudian pada minggu ketiga turun menjadi 3.96 dan pada minggu

keempat naik menjadi 4.27.

Fajriutami (2005) menggunakan makanan tradisional madumongso

sebagai carrier food probiotik. Jumlah BAL pada awal penyimpanan sebesar 3.0 x 107 CFU/g, kemudian turun menjadi 3.0 x 106 CFU/g setelah 4 minggu. Produk ini dapat menurunkan jumlah E. coli sekitar 1 unit log CFU/g.

E. SIFAT BAKTERI PATOGEN 1. Escherichia coli

E. coli termasuk famili Enterobacteriaceae, berbentuk batang,

bersifat Gram negatif, memiliki flagela dan anaerobik fakultatif. Pada

kondisi aerobik, bakteri ini mengoksidasi asam amino, sedangkan jika

tidak terdapat oksigen, metabolisme menjadi bersifat fermentatif, dan

energi diproduksi dengan cara memecah gula menjadi asam organik.

Bakteri ini tidak dapat menggunakan sitrat sebagai sumber karbon,

memberikan reaksi positif terhadap metil merah dan reaksi negatif pada

Voges-Proskauer. E. coli merupakan mikroorganisme normal pada saluran pencernaan manusia, oleh karena itu bakteri ini sering digunakan sebagai

indikator kontaminasi fekal. E. coli termasuk dalam mikroorganisme yang

dapat hidup pada pH netral (neutrofilik), dengan pH optimum 6.0-8.0.

Makanan yang sering terkontaminasi oleh E. coli adalah semua bahan pangan mentah, atau bahan pangan setengah matang yang tidak diolah

dengan suhu tinggi (>70oC) (Robinson et al., 2000).

2. Staphylococcus aureus

Staphylococcus merupakan bakteri berbentuk bulat yang terdapat dalam bentuk tunggal, berpasangan, tetrad atau berkelompok seperti buah

anggur. Beberapa spesies memproduksi pigmen berwarna kuning sampai

oranye, misalnya Staphylococcus aureus. Bakteri ini membutuhkan

(41)

17 anaerobik fakultatif. Kebanyakan galur S. aureus bersifat patogen dan memproduksi enterotoksin yang tahan panas, dimana ketahanan panasnya

melebihi sel vegetatifnya (Fardiaz, 1992).

S. aureus bersifat anaerobik fakultatif, Gram positif, tidak membentuk spora dan bersifat katalase positif. S. aureus dapat tumbuh pada pH sekitar 4.0-9.8, namun pertumbuhannya optimum pada pH

6.0-7.0 (Jay, 2000). Bakteri ini dapat tumbuh pada suhu sekitar 7-48oC, dengan suhu optimum 35-40oC serta dapat memfermentasi dan mengoksidasi glukosa. S. aureus juga merupakan mikroflora normal yang terdapat pada kulit, rambut dan tangan manusia. Spesies ini dapat

menghasilkan sejumlah senyawa ekstraselular seperti toksin-toksin

perusak membran, toksin epidermolitik, enterotoksin stapilokoki,

eksotoksin pirogenik dan beberapa enzim seperti koagulase dan

thermostable nuclease (TNase). Bahan pangan yang sering terkontaminasi oleh bakteri ini cukup banyak, terutama bahan pangan dengan kandungan

(42)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. BAHAN DAN ALAT

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan kombucha adalah

starter kombu yang diperoleh dari praktisi pembuatan kombucha di daerah

Cipinang Muara (Jakarta Timur), teh hitam rajangan cap Botol yang dibuat

menjadi seduhan teh, air dan gula pasir (sukrosa) cap Gulaku. Dalam

penelitian ini digunakan dua jenis bakteri asam laktat berpotensi probiotik

yaitu Lactobacillus plantarum pi28a hasil isolasi dari pikel dan Lactobacillus coryneformis hasil isolasi dari tempoyak yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Pangan, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB (koleksi

pribadi Prof. Dr. Ir. Betty Sri Laksmi Jenie, MS). Media pertumbuhan dan

pengujian BAL adalah MRS (de Mann Rogosa Sharp) Agar dan Broth yang ditambah CaCO3. Medium EMBA (Eosine Methylene Blue Agar) untuk

analisa bakteri koliform dan VJA (Vogel Johnson Agar) untuk analisa

stafilokoki. Bahan-bahan lainnya yaitu susu skim, glukosa, alkohol, akuades,

spiritus, NaCl, dan NaOH.

Alat-alat yang digunakan adalah lemari es, oven, autoklaf, inkubator,

neraca analitik, mikroskop, hot plate, pHmeter, vortex, toples kaca, alat-alat gelas, cawan petri, kain kasa, bunsen, sendok, dan ose.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu (1) Pembuatan

kombucha probiotik, (2) Aktivitas antibakteri kombucha probiotik terhadap bakteri patogen(Challenge Test), dan (3) Studi penyimpanan.

1. Pembuatan Kombucha Probiotik a. Persiapan Kultur BAL

Sebelum tahap pembuatan kombucha terlebih dahulu dilakukan

(43)

19 mikroskop untuk memastikan kultur yang digunakan adalah BAL dengan

menggunakan metode pewarnaan Gram.

Kultur yang telah diawetkan dalam bentuk manik-manik

dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi 7 ml MRSB sebanyak 3-5 buah

manik-manik. Selanjutnya dari kultur induk ini diambil sebanyak 5 ml dan

dimasukkan kembali ke dalam MRSB 7 ml, lalu diinkubasi pada suhu

37oC selama 2 hari. Setelah 2 hari, dari kultur tersebut dipipet sebanyak 5 % ke dalam campuran susu skim 10 % dan glukosa 3 %, kultur ini

dinamakan kultur kerja. Setelah 2 hari inkubasi, kultur kerja ini telah siap

diinokulasikan ke dalam produk.

b. Pembuatan kombuchaprobiotik

Pada tahap ini dipelajari beberapa faktor yang berperan seperti

pengaruh konsentrasi teh hitam, susu skim dan proses sterilisasi. Hal ini

dilakukan agar dihasilkan kombucha dengan rasa, aroma dan pertumbuhan

BAL yang maksimal. Modifikasi konsentrasi teh hitam yang digunakan

adalah 12 g teh hitam dan 9 g teh hitam dalam 1 liter air mendidih.

Pembuatan kombucha dilakukan sesuai prosedur dari Naland

(2004). Pertama kali direbus 1 L air hingga mendidih, lalu ditambahkan 4

bungkus teh celup atau 4-8 sendok teh teh hitam rajangan. Teh dibiarkan

mengembang selama 15 menit, kemudian disaring. Selanjutnya

ditambahkan 70-100 g gula pasir dan didinginkan sampai suhunya

mencapai 20-25oC. Setelah dingin, larutan teh dimasukkan ke dalam wadah kaca bersamaan dengan 1 lembar starter kombu. Wadah kemudian

ditutup dengan kain bersih lalu difermentasi selama 7-10 hari pada suhu

23-27oC. Jika larutan teh sudah mencapai tingkat keasaman yang benar (pH 2.5-3.5), starter kombu diangkat dan larutan kombucha siap untuk

dikonsumsi.

Kombucha yang dihasilkan kemudian diinokulasi dengan kedua

jenis BAL yang berbeda. Konsentrasi kultur starter yang diinokulasikan ke

(44)

diinokulasikan yaitu L. plantarum pi28a dan L. coryneformis dengan dua jenis cara penambahan (dengan susu skim dan tanpa susu skim).

Komposisi media terdiri dari susu skim 10%, glukosa 3% dan kultur BAL

(stok) 5%. Selanjutnya diinkubasi selama 2 hari dan jumlah BAL dihitung

dengan menggunakan metode penaburan, pengukuran juga dilakukan

terhadap nilai pH, total asam tertitrasi (TAT), kadar gula (oBrix) dan organoleptik. Proses formulasi pembuatan Kombucha probiotik dapat

dilihat pada Gambar 2.

2. Aktivitas Antibakteri Kombucha Probiotik Terhadap Bakteri Patogen

(Challenge Test)

Kombucha yang telah ditambahkan kultur starter BAL (108 CFU/ml) diuji aktivitasnya terhadap bakteri uji Escherichia coli dan

Staphylococcus aureus (konsentrasi 105 – 106 CFU/ml) selama 24 jam pada suhu 37oC. Selanjutnya jumlah BAL dan bakteri uji dihitung menggunakan metode SPC (Standard Plate Count). Kombucha dengan jenis BAL yang mampu mereduksi jumlah bakteri uji terbanyak, dipilih

untuk digunakan pada penelitian tahap selanjutnya. Sebagai kontrol

digunakan kombucha tanpa penambahan BAL.

3. Studi Penyimpanan Kombucha Probiotik

Kombucha dengan BAL terpilih dan kombucha tanpa BAL

(sebagai kontrol) disimpan pada suhu lemari es (3-5oC) selama 1 bulan. Setiap satu minggu (0, 1, 2, 3, 4 minggu) dilakukan analisis kombucha

meliputi jumlah BAL, organoleptik (rasa dan aroma), nilai pH, TAT, dan

(45)

21 kKkkkkkkkk

[image:45.612.208.429.97.675.2]

Analisis : Jumlah BAL, pH, TAT, kadar gula dan organoleptik

Gambar 2. Pembuatan Kombucha Probiotik Dipanaskan hingga mendidih

Ditambahkan teh hitam (12 g dan 9 g dalam 1 L air)

Didiamkan sekitar 10 menit

Disaring

Ditambahkan sukrosa (10%) sambil diaduk

Didinginkan sampai 20-25oC

Dimasukkan ke dalam wadah kaca

Dimasukkan 1 lembar starter kombu

Ditutup wadah dengan kain bersih dan diikat

Difermentasi (23-27oC, 7 hari)

Diangkat starter kombu

Penambahan BAL 10% (2 jenis BAL; kultur dengan susu skim

dan tanpa susu skim) Kombucha

Kombucha dengan jenis BAL terpilih

(46)

C. METODE ANALISIS 1. Analisis Mikrobiologi

a. Total Bakteri Asam Laktat (Fardiaz, 1989)

Kombucha probiotik dipipet sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke

dalam larutan pengencer NaCl 0.85% sebanyak 90 ml. Kemudian

dihomogenkan menggunakan vorteks, sehingga didapat pengenceran

10-1. Selanjutnya pengenceran dibuat sampai 10-7 menggunakan larutan pengencer 9 ml. Pemupukan dilakukan pada pengenceran 10-4 sampai 10-8 dengan menggunakan media MRSA yang ditambah CaCO3 1%

dalam cawan petri. Cawan petri selanjutnya diinkubasi pada suhu 37oC dengan posisi cawan terbalik. Pemupukan dilakukan duplo pada setiap

pengenceran. Perhitungan koloni yang tumbuh dilakukan setelah 48 jam

berdasarkan metode ISO (Harrigan, 1998) dan dinyatakan dalam

CFU/ml.

N = ∑ c

(n1 + 0.1n2) x d

N : Jumlah mikroba (CFU/ml)

∑ c: Jumlah koloni dari semua cawan (15 – 300 koloni)

n1 : Jumlah cawan pada pengenceran pertama (15 – 300 koloni)

n2 : Jumlah cawan pada pengenceran ke dua (15 – 300 koloni)

d : Pengenceran terendah dimana bakteri ditemukan

b. Total E. coli (Fardiaz, 1989)

Untuk menganalisis jumlah E. coli pada kombucha, sebanyak 1

ml contoh dari pengenceran 10-1 sampai 10-6 dipupuk (duplo) secara aseptik ke dalam cawan steril, lalu dituangi media EMBA. Agar

dibiarkan membeku, lalu inkubasi pada suhu 37oC selama 2 hari dengan posisi cawan terbalik. Pada EMBA koloni E. coli berwarna gelap dengan sinar hijau metalik (keemasan). Perhitungan koloni yang

tumbuh dilakukan setelah 48 jam berdasarkan Metode ISO (Harrigan,

(47)

23 c. Total S. aureus (Fardiaz, 1989)

Untuk menganalisis jumlah S. aureus pada kombucha, sebanyak 1 ml contoh dari pengenceran 10-1 sampai 10-6 dipupuk (duplo) secara aseptik ke dalam cawan steril, lalu dituangi media VJA. Agar dibiarkan

membeku, lalu inkubasi pada suhu 37oC selama 2 hari dengan posisi cawan terbalik. Pada VJA koloni stapilokoki berwarna hitam pekat.

Perhitungan koloni yang tumbuh dilakukan setelah 48 jam berdasarkan

Metode ISO (Harrigan, 1998) seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

2. Analisis Kimia

a.Analisis Kadar Gula (Spectronic)

Kadar gula produk kombucha probiotik diukur dengan

menggunakan Spectronic. Alat dibersihkan terlebih dahulu dengan

alkohol 70 %, lalu tempatkan sedikit sampel diatas prisma kemudian

dilihat batas antara daerah terang dan gelap. Selanjutnya dibaca skala

yang tertera pada alat.

b. Nilai pH (AOAC, 1994)

Contoh sebanyak 50 ml, kemudian dihomogenkan, dibiarkan

sekitar 15 menit baru diukur pHnya dengan pHmeter yang telah

dikalibrasi dengan buffer pH 4.0 dan pH 7.0. Tahap-tahap penetapan pH secara umum adalah (1) suhu sampel diukur, pengatur suhu pH sampel

pada suhu terukur diset, (2) kemudian pHmeter dinyalakan sampai

stabil, (3) probe elektrode dibilas dengan akuades dan dikeringkan

dengan kertas tisu, (4) elektrode dicelupkan pada larutan sampel, diset

pengukuran pH dan (5) elektrode dicelupkan beberapa saat sampai

diperoleh pembacaan yang stabil. Nilai pH diukur sebanyak 3 kali

(48)

c.Total Asam Tertitrasi (Apriyantono et al., 1989) Standarisasi NaOH

Sebanyak 0.1 g asam oksalat ((COOH)2.2H2O) (BM=126)

ditimbang lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml, kemudian

dilarutkan dengan 25 ml akuades dan diteteskan dengan 2-3 tetes

indikator fenolftalein lalu dititrasi dengan larutan NaOH hingga

terbentuk warna merah muda yang bertahan selama 15 detik.

Normalitas NaOH dihitung dengan rumus:

NaOH ml x 0.126

2 oksalat x asam

gram NaOH

Normalitas =

Persiapan Sampel

Sampel kombucha sebanyak 10 ml dilarutkan menjadi 250 ml

dalam labu takar kemudian diambil 50 ml lalu ditambah 2-3 tetes

indikator fenolftalein. Selanjutnya dititrasi dengan larutan NaOH 0.1 M

sampai terjadi perubahan warna menjadi merah muda. Total asam

tertitrasi (TAT) dinyatakan dalam persen asam laktat. Total asam

tertitrasi dihitung dengan rumus:

TAT (% asam laktat) = V x M x P x BM x 100% B

Dimana TAT : Total Asam Tertitrasi (% asam laktat) V : Jumlah larutan NaOH untuk titrasi (ml) M : Molaritas NaOH

P : Jumlah pengenceran

BM : Berat molekul asam laktat (90 g/mol) B : Berat contoh (mg)

3. Analisis Uji Organoleptik (Soekarto, 1995)

Untuk menentukan parameter yang akan digunakan pada uji

(49)

25 menggunakan 10 orang panelis yang mencicipi kombucha probiotik dan

kombucha kontrol, setelah itu para panelis akan mengurutkan parameter

rasa, warna, aroma dan penampakan berdasarkan tingkat kepentingan.

Uji hedonik atau uji kesukaan merupakan salah satu jenis uji

penerimaan. Dalam uji ini penelis diminta untuk mengungkapkan

tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya (ketidaksukaan),

disamping itu mereka juga mengemukakan tingkat kesukaan

/ketidaksukaan. Tingkat tingkat kesukaan ini disebut sebagai skala

hedonik, misalnya sangat suka, suka, agak suka, netral, agak tidak suka,

tidak suka, dan sangat tidak suka (Meilgaard et al., 1999).

Panelis yang digunakan untuk pengujian organoleptik adalah

panelis semi terlatih (mahasiswa Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,

Fateta, IPB) sebanyak 30 orang selama 4 minggu berturut-turut, pengujian

dilakukan terhadap karakteristik rasa dan aroma. Skala hedonik yang

digunakan yaitu pada kisaran 1-7, yaitu 1= sangat suka, 2= suka, 3=agak

suka, 4=netral, 5=agak tidak suka, 6=tidak suka, 7=sangat tidak suka.

4. Analisis Statistik (Santoso, 2001)

Data Nilai pH, TAT, organoleptik (rasa dan aroma) kombucha

probiotik selama penyimpanan, akan diolah secara statistik menggunakan

(50)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PEMBUATAN KOMBUCHA PROBIOTIK

1. Pengaruh Konsentrasi Teh Hitam

Pada tahap ini dilakukan pembuatan kombucha dengan dua jenis

konsentrasi teh hitam yaitu 9 g/L dan

Gambar

Tabel 1. Komposisi Kimia Daun Teh Segar dan Teh Hitam
Tabel 2. Kandungan Zat Nutrisi Kombucha
Gambar 1. Starter Kombu (Frank, 1995)
Gambar 2. Pembuatan Kombucha Probiotik
+7

Referensi

Dokumen terkait