• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kejahatan Dunia Maya Cyber Crime

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kejahatan Dunia Maya Cyber Crime"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI DALAM HUKUM

informasi dan komunikasi juga di implementasikan pada bidang hukum yakni penegakan hukum yang kemudian di ciptakanlah UU no 11 tahun 2008 di Indonesia, sebagai upaya penanggulangan apabila terjadi suatu permasalahan yang sekiranya menyangkut mengenai kejahatan cyber crime.

Dari latar belakang masalah tersebut maka menimbulakan suatu pertanyaan yang dapat berupa suatu rumusan masalah, yakni seperti apakah asal mula dari teknologi informasi dan komunikasi itu, sehingga dapat menimbulkan banyak perubahan, di segala bidang pemerintahan? Yang kedua adalah damapak apa yang dapat di timbulkan dari adanya teknologi informasi dan komunikasi, terutama di bidang hukum?

Perkembangan TIK mengalami kemajuan yang sangat pesat. Diawali dengan munculnya computer digital pertama yang diberi nama “ENIAC” pada tahun 1946. Dan Pada tahun 1969 ARPANET yang merupakan cikal bakal internet digunakan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat untuk menghubungkan sejumlah computer sehingga membentuk suatu jaringan. Pada tahun 1991 World Wide Web (WWW) mulai dirintis oleh Europen Laboratory for Particel Phisyc atau dikenal dengan CERN . dengan munculnya internet tersebut atau dunia baru yakni dunia maya, muncul pula kejahatan di dunia baru tersebut yang di sebut cyber crime. Karena muncul suatu kejahatan baru dengan menggunakan TIK di dunia maya, agar keadilan dapat di tegakkan maka di ratifikasilah sebuah peraturan baru yakni peraturan mengenai pelanggaran cyber crime. Atau yang di indonesia dikenal dengan Undang-undang TIK no.11 tahun 2008. Untuk melindungi korban kejahatan dari Cyber crime tersebut.

Bentuk implementasi diterapkannya teknologi informasi dan komunikasi di bidang hukum yakni di ratifikasinya undang-undang teknologi informasi dan komunikasi yakni UU no.11 tahun 2008. Tujuannya adalah agar dalam mengadili sebuah perkara yang menyangkut kejahatan mengenai teknologi informasi dan komunikasi dapat di adili dengan menggunakan undang-undang tersebut.

(2)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Teknologi Informasi (TI), atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Information technology (IT) adalah istilah umum untuk teknologi apa pun yang membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, mengomunikasikan dan/atau menyebarkan informasi. TI menyatukan komputasi dan komunikasi berkecepatan tinggi untuk data, suara, dan video. Istilah dalam pengertian modern pertama kali muncul dalam sebuah artikel 1958 yang diterbitkan dalam Harvard Business Review, di mana penulis Leavitt dan Whisler berkomentar bahwa "teknologi baru belum memiliki nama tunggal yang didirikan. Kita akan menyebutnya teknologi informasi (TI). " Beberapa bidang modern dan muncul teknologi informasi adalah generasi berikutnya teknologi web, bioinformatika, ''Cloud Computing'', sistem informasi global, Skala besar basis pengetahuan dan lain-lain. Sehubungan dengan perkembangan teknologi yang secara garis besar membahas mengenai teknologi informasi dan komunikasi, makin berkembang pula jenis atau macam beserta tingkat dari sebuah kejahatan, yang dimana dalam hal ini berupa cyber crime / cyber law. Dengan semakin kompleksnya perkembangan teknologi sehingga menimbulkan tingkat kejahatan yang lebih canggih pula, maka teknologi informasi dan komunikasi juga di implementasikan pada bidang hukum yakni penegakan hukum yang kemudian di ciptakanlah UU no 11 tahun 2011 di Indonesia, sebagai upaya penanggulangan apabila terjadi suatu permasalahan yang sekiranya menyangkut cyber crime.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana asal mula Teknologi Informasi dan Komunikasi? 2. Apa dampak dari Teknologi Informasi dan Komunikasi?

(3)

A. Asal Mula Teknologi Informasi dan Komunikasi

Teknologi Informasi (TI), atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Information technology (IT) adalah istilah umum untuk teknologi apa pun yang membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, mengomunikasikan dan/atau menyebarkan informasi. TI menyatukan komputasi dan komunikasi berkecepatan tinggi untuk data, suara, dan video. Contoh dari Teknologi Informasi bukan hanya berupa komputer pribadi, tetapi juga telepon, TV, peralatan rumah tangga elektronik, dan peranti genggam modern (misalnya ponsel).1

Dalam konteks bisnis, Information Technology Association of America menjelaskan

Pengolahan, penyimpanan dan penyebaran vokal, informasi bergambar, teks dan numerik oleh mikroelektronika berbasis kombinasi komputasi dan telekomunikasi.2 Istilah dalam pengertian

modern pertama kali muncul dalam sebuah artikel 1958 yang diterbitkan dalam Harvard Business Review, di mana penulis Leavitt dan Whisler berkomentar bahwa "teknologi baru belum memiliki nama tunggal yang didirikan. Kita akan menyebutnya teknologi informasi (TI). ". Beberapa bidang modern dan muncul teknologi informasi adalah generasi berikutnya teknologi web, bioinformatika, ''Cloud Computing'', sistem informasi global, Skala besar basis pengetahuan dan lain-lain.

1 Adelman, C. A Parallel Post-secondary Universe: The Certification System in Information Technology. (Washington, D.C.: U.S. Department of Education, 2000) p. 2-3

(4)

Pada awal sejarah, manusia bertukar informasi melalui bahasa. Maka bahasa adalah teknologi, bahasa memungkinkan seseorang memahami informasi yang disampaikan oleh orang lain tetapi itu tidak bertahan secara lama karena setelah ucapan itu selesai, maka informasi yang berada di tangan si penerima itu akan dilupakan dan tidak bisa disimpan lama, selain itu jangkauan suara juga terbatas.

Setelah itu teknologi penyampaian informasi berkembang melalui gambar. Dengan gambar jangkauan informasi bisa lebih jauh. Gambar ini bisa dibawa-bawa dan disampaikan kepada orang lain. Selain itu informasi yang ada akan bertahan lebih lama. Beberapa gambar peninggalan zaman purba masih ada sampai sekarang sehingga manusia sekarang dapat (mencoba) memahami informasi yang ingin disampaikan pembuatnya.

Ditemukannya alfabet dan angka arabik memudahkan cara penyampaian informasi yang lebih efisien dari cara yang sebelumnya. Suatu gambar yang mewakili suatu peristiwa dibuat dengan kombinasi alfabet, atau dengan penulisan angka, seperti MCMXLIII diganti dengan 1943. Teknologi dengan alfabet ini memudahkan dalam penulisan informasi itu.

Kemudian, teknologi percetakan memungkinkan pengiriman informasi lebih cepat lagi. Teknologi elektronik seperti radio, televisi, komputer mengakibatkan informasi menjadi lebih cepat tersebar di area yang lebih luas dan lebih lama tersimpan.

(5)

mengenal tulisan. Pada masa itu manusia berkomunikasi dengan bahasa isyarat dan bahasa lisan yang masih sangat sederhana. Manusia saat itu juga mempunyai tradisi membuat lukisan-lukisan didinding gua. Pada tahun 3000 SM, Bangsa Sumeria telah mengenal tulisan dalam bentuk symbol-simbol yang dinamakan “pictograf”. Hal ini membuat mereka menjadi bangsa pertama didunia yang mengenal tulisan. Semenjak bangsa-bangsa didunia mengenal tulisan, cara berkomunikasi manusia semakin mengalami kemajuan.3

Pada zaman modern perkembangan TIK mengalami kemajuan yang sangat pesat. Diawali dengan penemuan “Telegram” oleh Samuel Thomas Von Sommering pada tahun 1809 . Lalu muncul penemuan baru yaitu “Telepon” oleh Alexander Grahambell pada tahun 1879. Setelah itu TIK semakin berkembang dengan munculnya computer digital pertama yang diberi nama “ENJAC” pada tahun 1946. Pada tahun 1957 satelit buatan manusia pertama milik Uni Sovyet bernama “Sputnik” diluncurkan ke orbit. Dan Pada tahun 1969 ARPANET yang merupakan cikal bakal internet digunakan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat untuk menghubungkan sejumlah computer sehingga membentuk suatu jaringan. Pada tahun 1991 World Wide Web (WWW) mulai dirintis oleh Europen Laboratory for Particel Phisyc atau dikenal dengan CERN.4

TI adalah bidang pengelolaan teknologi dan mencakup berbagai bidang yang termasuk tetapi tidak terbatas pada hal-hal seperti proses, perangkat lunak komputer, sistem informasi, perangkat keras komputer, bahasa program , dan data konstruksi. Singkatnya, apa yang membuat data, informasi atau pengetahuan yang dirasakan dalam format visual apapun, melalui setiap mekanisme distribusi multimedia,

3 Fenny, Sanita. Sejarah Teknologi, (Yogyakarta: Huruf Press, 2010), hlm.5.

(6)

dianggap bagian dari TI. TI menyediakan bisnis dengan empat set layanan inti untuk membantu menjalankan strategi bisnis: proses bisnis otomatisasi, memberikan informasi, menghubungkan dengan pelanggan, dan alat-alat produktivitas.5

TI melakukan berbagai fungsi (TI Disiplin/Kompetensi) dari meng-instal Aplikasi untuk merancang jaringan komputer dan Database informasi.6 Beberapa tugas yang TI lakukan mungkin

termasuk manajemen data, jaringan, rekayasa perangkat keras komputer, database dan desain perangkat lunak, serta manajemen dan administrasi sistem secara keseluruhan. Teknologi informasi mulai menyebar lebih jauh dari konvensional komputer pribadi dan teknologi jaringan, dan lebih ke dalam integrasi teknologi lain seperti penggunaan ponsel, televisi, mobil, dan banyak lagi, yang meningkatkan permintaan untuk pekerjaan.

Di masa lalu, para (Dewan Akreditasi untuk Engineering dan Teknologi) dan Asosiasi untuk mesin komputasi telah bekerjasama untuk membentuk akreditasi dan standar kurikulum7 untuk program

degrees di Teknologi Informasi sebagai bidang studi dibandingkan8

dengan Ilmu Komputer and Sistem Informasi. SIGITE (Special Interest Group for IT Education)9 adalah kelompok kerja ACM untuk

5 Taufiqurohman, C. Pengantar teknologi informasi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), hlm.20.

6 Webster, Frank, and Robins, Kevin. Information Technology—A Luddite Analysis. Norwood, (NJ: Ablex, 1986), p.132.

7 Webster, Frank, and Robins, Kevin. Information Technology—A Luddite Analysis. (Norwood, NJ: Ablex, 1986) p.111

8 Adelman, C. A Parallel Post-secondary Universe: The Certification System in

(7)

mendefinisikan standar ini. Pendapatan layanan TI di seluruh dunia sebesar $ 763.000.000.000 pada tahun 2009.

Hilbert dan Lopez mengidentifikasi kecepatan eksponensial perubahan teknologi (semacam hukum Moore): mesin 'aplikasi-spesifik untuk menghitung kapasitas informasi per-kapita memiliki sekitar dua kali lipat setiap 14 bulan antara 1986-2007; kapasitas per-kapita di dunia komputer tujuan umum telah dua kali lipat setiap 18 bulan selama dua dekade yang sama, kapasitas telekomunikasi global per-kapita dua kali lipat setiap 34 bulan; kapasitas penyimpanan dunia per kapita yang dibutuhkan sekitar 40 bulan untuk menggandakan (setiap 3 tahun); dan informasi siaran per kapita telah dua kali lipat sekitar setiap 12,3 tahun.10

B. Dampak Teknologi Informasi dan Komunikasi

Dari asal usul sejarah tersebut dapat kita ketahui bahwa teknologi informasi dan komunikasi berkembang dan bergerak cepat pada arah kemajuan, serta menjalar hampir kesemua bidang, tidak terelakkan bidang hukum pun ikut terkena dampaknya, dampak tersebut dapat berupa ikut terkontaminasinya sistem sarana dan prasarana yang sebagian sudah menggunakan sistem online, begitu pula dengan tingkat kejahatan. Dengan berkembang pesatnya kemajuan teknologi, tingkat kejahatanpun semakin canggih, salah satu bentuk dari kejahatan dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi adalah cyber crime. Untuk mengimbangi kejahatan yang semakin canggih tersebut, maka teknologi informasi dan komunikasi pun di

Adelman, C. A Parallel Post-secondary Universe: The Certification System in Information Technology. (Washington, D.C.: U.S. Department of Education, 2000) p. 93-94

10

(8)

terapkan di bidang hukum. Bentuk implementasi diterapkannya teknologi informasi dan komunikasi di bidang hukum yakni di ratifikasinya undang-undang teknologi informasi dan komunikasi yakni UU no.11 tahun 2008. Tujuannya adalah agar dalam mengadili sebuah perkara yang sekiranya menyangkut kejahatan mengenai Techonology) Hukum Dunia Maya (Virtual World Law) dan Hukum Mayantara. Istilah-istilah tersebut lahir mengingat kegiatan internet dan pemanfaatan teknologi informasi berbasis virtual. Istilah hukum siber digunakan dalam tulisan ini dilandasi pemikiran bahwa cyber jika diidentikan dengan “dunia maya” akan cukup menghadapi persoalan ketika terkait dengan pembuktian dan penegakan hukumnya. Mengingat para penegak hukum akan menghadapi kesulitan jika harus membuktikan suatu persoalan yang diasumsikan sebagai “maya”, sesuatu yang tidak terlihat dan semu.11 Di internet hukum itu adalah

cyber law, hukum yang khusus berlaku di dunia cyber. Secara luas cyber law bukan hanya meliputi tindak kejahatan di internet, namun juga aturan yang melindungi para pelaku e-commerce, e-learning; pemegang hak cipta, rahasia dagang, paten, e-signature; dan masih banyak lagi.

Definisi cyber law yang diterima semua pihak adalah milik Pavan Dugal dalam bukunya Cyberlaw The Indian Perspective (2002). Di situ Dugal mendefinisikan Cyberlaw is a generic term, which refers to all the legal and regulatory aspects of Internet and the World Wide Wide.

(9)

Anything concerned with or related to or emanating from any legal aspects or issues concerning any activity of netizens and others, in Cyberspace comes within the amit of Cyberlaw.12 Disini Dugal

mengatakan bahwa Hukum Siber adalah istilah umum yang menyangkut semua aspek legal dan peraturan Internet dan juga World Wide Web. Hal apapun yang berkaitan atau timbul dari aspek legal atau hal-hal yang berhubungan dengan aktivitas para pengguna Internet aktif dan juga yang lainnya di dunia siber, dikendalikan oleh Hukum Siber.

Cyber law erat lekatnya dengan dunia kejahatan. Hal ini juga didukung oleh globalisasi. Zaman terus berubah-ubah dan manusia mengikuti perubahan zaman itu. Perubahan itu diikuti oleh dampak positif dan dampak negatif. Ada dua unsur terpenting dalam globalisasi. Pertama, dengan globalisasi manusia dipengaruhi dan kedua, dengan globalisasi manusia mempengaruhi (jadi dipengaruhi atau mempengaruhi).13 Hal tersebut tentu menimbulkan banyak jenis

kasus mengenai kejahatan cyber. Kejahatan cyber tersebut berupa:

 Penipuan Komputer (computer fraudulent)14, Pencurian uang atau

harta benda dengan menggunakan sarana komputer/ siber dengan melawan hukum. Bentuk kejahatan ini dapat dilakukan dengan mudah dalam hitungan detik tanpa diketahui siapapun juga. Bainbdridge (1993) dalam bukunya Komputer dan Hukum membagi beberapa macam bentuk penipuan data dan penipuan program:

12 Magdalena, Merry dan Maswigrantoro R. Setyadi. Cyberlaw, Tidak Perlu Takut. (Yogyakarta: Andi, 2007) hlm.30

13 Sulaiman, Robintan. Cyber Crimes: Perspektif E-Commerce Crime. (Pusat Bisnis Fakultas Hukum: Universitas Pelita Harapan, 2002) hlm.23.

14

(10)

1. Memasukkan instruksi yang tidak sah, seperti contoh seorang memasukkan instruksi secara tidak sah sehingga menyebabkan sistem komputer melakukan transfer uang dari satu rekening ke rekening lain, tindakan ini dapat dilakukan oleh orang dalam atau dari luar bank yang berhasil memperoleh akses kepada sistem komputer tanpa izin.

2. Perubahan data input, yaitu data yang secara sah dimasukkan ke dalam komputer dengan sengaja diubah. Cara ini adalah suatu hal yang paling lazim digunakan karena mudah dilakukan dan sulit dilacak kecuali dengan pemeriksaan berkala.

3. Perusakan data, hal ini terjadi terutama pada data output, misalanya laporan dalam bentuk hasil cetak komputer dirobek, tidak dicetak atau hasilnya diubah.

4. Komputer sebagai pembantu kejahatan, misalnya seseorang dengan menggunakan komputer menelusuri rekening seseorang yang tidak aktif, kemudian melakukan penarikan dana dari rekening tersebut.

5. Akses tidak sah terhadap sistem komputer atau yang dikenal dengan hacking. Tindakan hacking ini berkaitan dengan ketentuan rahasia bank, karena seseorang memiliki akses yang tidak sah terhadap sistem komputer bank, sudah tentu mengetahui catatan tentang keadaan keuangan nasabah dan hal-hal lain yang haru dirahasiakan menurut kelaziman dunia perbankan.

 Penggelapan, pemalsuan pemberian informasi melalui komputer yang merugikan pihak lain dan menguntungkan diri sendiri.

(11)

pengamanan komputer yang dapat mengancam berbagai kepentingan.

 Perbuatan pidana perusakan sistem komputer (baik merusak data atau menghapus kode-kode yang menimbulka kerusakan dan kerugian). Perbuatan pidana ini juga dapat berupa penambahan atau perubahan program, informasi, dan media.

 Pembajakan yang berkaitan dengan hak milik intelektual, hak cipta, dan hak paten.

Banyak sekali penyalahgunaan yang dilakukan netter. Penyalahgunaan kebebasan yang berlaku di dunia maya kerap membuat netter bersikap ceroboh dan menggampangkan persoalan. Berikut bentuk-bentuk penyalahgunaan itu:15

 Pencurian password, peniruan atau pemalsuan akun.

 Penyadapan terhdapa jalur komunikasi sehingga memungkinkan bocornya rahasia perusahaan atau instansi tertentu.

 Penyusupan sistem komputer

 Membanjiri network dengan trafik sehingga menyebabkan crash

 Perusakan situs

 Spamming alias pengiriman pesan yang tidak dikehendaki ke banyak alamat email

 Penyebaran virus dan worm.

(12)

Kejahatan komputer berdasarkan pada cara terjadinya kejahatan komputer itu menjadi 2 kelompok (modus operandinya), yaitu:

1. Internal crime, Kelompok kejahatan komputer ini terjadi secara internal dan dilakukan oleh orang dalam “Insider”. Modus operandi yang dilakukan oleh “Insider” adalah:

 Manipulasi transaksi input dan mengubah data (baik mengurang atau menambah)

1. Mengubah transaksi (transaksi yang direkayasa)

2. Menghapus transaksi input (transaksi yang ada dikurangi dari yang sebenarnya)

3. Memasukkan transaksi tambahan

4. Mengubah transaksi penyesuaian (rekayasa laporan yang seolah-olah benar)

 Memodifikasi software/ termasuk pula hardware16

2. External crime, Kelompok kejahatan komputer ini terjadi secara eksternal dan dilakukan oleh orang luar yang biasanya dibantu oleh orang dalam untuk melancarkan aksinya. Bentuk penyalahgunaan yang dapat digolongkan sebagai external crime adalah:17

1. Joy computing

16 Magdalena, Merry dan Maswigrantoro R. Setyadi. Cyberlaw, Tidak Perlu Takut. (Yogyakarta: Andi, 2007) hlm.43.

(13)

2. Hacking

3. The Trojan horse

4. Data leakage

5. Data diddling

6. To frustrate data communication

7. Software piracy

Aplikasi internet sendiri sesungguhnya memiliki aspek hukum. Aspek tersebut meliputi aspek hak cipta, aspek merek dagang, aspek fitnah dan pencemaran nama baik, aspek privasi.18 Dalam ruang siber

pelaku pelanggaran seringkali menjadi sulit dijerat karena hukum dan pengadilan Indonesia tidak memiliki yurisdiksi terhadap pelaku dan perbuatan hukum yang terjadi, mengingat pelanggaran hukum bersifat transnasional tetapi akibatnya justru memiliki implikasi hukum di Indonesia. Menurut Darrel Menthe, dalam hukum internasional, dikenal tiga jenis yuridikasi, yaitu:

1. Yurisdiksi untuk menetapkan undang-undang (the jurisdiction to prescribe)

2. Yurisdiksi untuk penegakan hukum (the jurisdiction to enforce),

3. Yurisdiksi untuk menuntut (the jurisdiction to adjudicate)

Dalam kaitannya dengan penentuan hukum yang berlaku, dikenal beberapa asas yang biasa digunakan, yaitu:19

(14)

1. Subjective territoriality: Menekankan bahwa keberlakuan hukum ditentukan berdasakan tempat perbuatan dilakukan dan penyelesaian tindak pidananya dilakukan di negara lain.

2. Objective territoriality: Menyatakan bahwa hukum yang berlaku adalah hukum di mana akibat utama perbuatan itu terjadi dan memberikan dampak yang sangat merugikan bagi negara yang bersangkutan.

3. Nationality: Menentukan bahwa negara mempunyai yurisdiksi untuk menentukan hukum berdasarkan kewarganegaraan pelaku.

4. Passive nationality: Menekankan yurisdiksi berdasarkan kewarganegaraan korban.

5. Protective principle: Menyatakan berlakunya hukum didasarkan atas keinginan negara untuk menlindungin kepentingan negara dari kejahatan yang dilakukan di luar wilayahnya, yang umumnya digunakan apabila korban adalah negara atau pemerintah.

6. Universality: Peraturan hukum mengenai cyber crime berlaku menyeluruh dan di terapkan pada smua aspek serta di terapkan di seluruh negara di dunia.

Perkembangan teknologi informasi pada umumnya dan teknologi internet pada khususnya telah mempengaruhi dan setidak-tidaknya memiliki keterkaitan yang signifikan dengan instrumen hukum positif nasional.20

19 Ramli, Ahmad M. Cyber Law dan Haki Dalam Sistem Hukum Indonesia. (Bandung: Refika Aditama, 2006) hlm.90.

(15)

UU Perlindungan Konsumen

Subjek, materi muatan, dan pasal yang menyangkut Keterkaitan UU Perlindungan Konsumen dengan Hukum Siber adalah:

1. Batasan/ Pengertian (Pasal 1 Angka 1)

2. Hak konsumen (pasal 4 Huruf h)

3. Kewajiban konsumen (Pasal 5 Huruf b)

4. Hak pelaku usaha (Pasal 6 huruf b)

5. Kewajiban pelaku usaha (Pasal 7 huruf a, b, d, e)

6. Perbuatan pelaku usaha yang dilarang (Pasal 11)

7. Pasal 17

8. Klausula baku (Pasal 1 Angka 10, Pasal 18)

9. Tanggung Jawab pelaku usaha (Pasal 20)

10. Beban pembuktian (Pasal 22)

11. Penyelesaian sengketa (Pasal 45)

12. Pasal 46

13. Sanksi (Pasal 63)21

Hukum Perdata Materil dan Formil

Subjek, materi muatan, dan pasal yang menyangkut keterkatian Hukum Perdata Materil dan Formil dengan Hukum Siber adalah:

(16)

1. Syarat-syarat sahnya perjanjian (Pasal 1320)

2. Perbuatan melawan hukum (Pasal 1365)

3. Beban pembuktian (Pasal 1865)

4. Tentang akibat suatu perjanjian (Pasal 1338)

5. Alat-alat bukti (Pasal 1866)

6. Alat bukti tulisan (Pasal 1867, Pasal 1868, Pasal 1869, Pasal 1870, Pasal 1871, Pasal 1872, Pasal 1873, Pasal 1874, Pasal 1874 a, Pasal 1875, Pasal1876, Pasal 1877, Pasal 1878, Pasal 1879, Pasal 1880, Pasal 1881, Pasal 1882, Pasal 1883, Pasal 1884, Pasal 1885, Pasal 1886, Pasal 1887, Pasal 1888, Pasal 1889, Pasal 1890, Pasal 1891, Pasal 1892, Pasal 1893, Pasal 1894).

7. Tentang pembuktian saksi-saksi (Pasal 1902, Pasal 1905, Pasal 1906)22

Undang-Undang Hukum Pidana

Subjek, materi muatan, dan pasal yang menyangkut keterkaitan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dengan Hukum Siber adalah:

1. Tentang Pencurian (Pasal 362)

2. Tentang pemerasan dan pengancaman (Pasal 369, Pasal 372)

3. Tentang perbuatan curang (Pasal 386, Pasal 392)

4. Tentang pelanggaran ketertiban umum (Pasal 506)

5. Pasal 382 bis

(17)

6. Pasal 383

UU No. 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi

Subjek, materi muatan, dan pasal yang menyangkut keterkaitan UU No. 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi dengan Hukum Siber adalah:

1. Batasan/ Pengertian telekomunikasi (Pasal 1 Angka 1, 4, 15)

2. Larangan praktek monopoli dan persaingan tidak sehat dalam bidang telekomunikasi (Pasal 10)

3. Hak yang sama untuk menggunakan jaringan telekomunikasi (Pasal 14)

4. Kewajiban penyelenggara telekomunikasi (Pasal 17)

5. Pasal 18 Ayat (1) dan Ayat (2)

6. Pasal 19

7. Pasal 20

8. Pasal 21

9. Pasal 22

10. Penyelenggaraan telekomunikasi (Pasal 29)

11. Perangkat telekomunikasi (Pasal 32 Ayat (1))

12. Pengamanan telekomunikasi (Pasal 38)

13. Pasal 39

(18)

15. Pasal 41

16. Pasal 42 Ayat (1) dan Ayat (2)

17. Pasal 4323

UU No. 10 Tahun 1998 Jo. UU No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan

Subjek, materi muatan, dan pasal yang menyangkut keterkaitan UU No. 10 Tahun 1998 Jo. UU No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan dengan Hukum Siber adalah:

1. Usaha Bank (Pasal 6 huruf e, f, g)

2. Privacy (Pasal 40)24

UU No. 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran

Subjek, materi muatan, dan pasal yang menyangkut keterkaitan UU No. 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran dengan Hukum Siber adalah:

1. Batasan/Pengertian (Pasal 1 Angka 1, Pasal 1 Angka 2)

2. Fungsi & Arah (Pasal 4, Pasal 5)

3. Isi siaran (Pasal 36)

4. Arsip Siaran (Pasal 45)

5. Siaran Iklan (Pasal 46)

6. Sensor Isi siaran (Pasal 47)25

23 Ramli, Ahmad M. Cyber Law dan Haki Dalam Sistem Hukum Indonesia. (Bandung: Refika Aditama, 2006) hlm.102

(19)

UU No. 15 Tahun 2001 Tentang Merk

Subjek, materi muatan, dan pasal yang menyangkut keterkaitan UU No. 15 Tahun 2001 Tentang Merk dengan Hukum Siber adalah:

1. Batasan Merek (Pasal 1)

2. Ruang Lingkup Hak (Pasal 3)

3. Indikasi Geografis (Pasal 56)

4. Pemeriksaan Substantif (Pasal 18 Ayat (2), Pasal 52)

5. Jangka Waktu Perlindungan (Pasal 28, Pasal 35 Ayat (1), Pasal 56 Ayat (7))

6. Administrasi Pendaftaran (Pasal 7 Ayat (1))26

UU Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

Subjek, materi muatan, dan pasal yang menyangkut keterkaitan Undang-Undang Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dengan Hukum Siber adalah:

1. Definisi Monopoli (Pasal 1 Ayat 1)

2. Persaingan usaha tidak sehat (Pasal 1 Angka 6)

3. Posisi dominan (Pasal 25)

4. Alat bukti (Pasal 42)

25 Ramli, Ahmad M. Cyber Law dan Haki Dalam Sistem Hukum Indonesia. (Bandung: Refika Aditama, 2006) hlm.103

(20)

5. Perjanjian yang berkaitan dengan HAKI (Pasal 50 Huruf b)27

UU No. 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang

Subjek, materi muatan, dan pasal yang menyangkut keterkaitan UU No. 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang dengan Hukum Siber adalah:

1. Batasan/Pengertian (Pasal 1 Angka 1)

2. Lingkup Rahasia dagang (Pasal 2, Pasal 3)

3. Penyelesaian Sengketa (Pasal 12)

4. Pelanggaran rahasia dagang (Pasal 13, Pasal 14)

5. Ketentuan lain (Pasal 18)28

UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

Subjek, materi muatan, dan pasal yang menyangkut keterkaitan UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta dengan Hukum Siber adalah:

1. Definisi (Pasal 1 Angka 1 dan 3)

2. Publikasi dan Penggandaan (Pasal 1 Angka 5 dan 6)

3. Program Komputer (Pasal 1 Angka 8)

4. Lembaga Penyiaran (Pasal 1 Angka 12)

5. Perbanyakan rekaman suara (Pasal 49)

27 Ramli, Ahmad M. Cyber Law dan Haki Dalam Sistem Hukum Indonesia. (Bandung: Refika Aditama, 2006) hlm.104

(21)

6. Ciptaan yang dilindungi (Pasal 12, Pasal 13)

7. Pembatasan Hak Cipta (Pasal 14 Huruf c)

8. Kepentingan Ilmiah dan e-learning (Pasal 15)

9. Informasi dan sarana kontrol teknologi (Pasal 25 Ayat (1), Pasal 27 Ayat (1))

10. Pasal 28 Ayat (1)

11. Jangka waktu perlindungan (Pasal 29 Ayat (1), Pasal 30)

12. Administrasi (Pasal 35)

13. Pasal 5329

UU No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia

Subjek, materi muatan, dan pasal yang menyangkut keterkaitan UU No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia dengan Hukum Siber adalah:

1. Batasan/ Pengertian (Pasal 1 Angka 6)

2. Tugas Bank Indonesia (Pasal 8)30

UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

Subjek, materi muatan, dan pasal yang menyangkut keterkaitan UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia dengan Hukum Siber adalah:

29 Ramli, Ahmad M. Cyber Law dan Haki Dalam Sistem Hukum Indonesia. (Bandung: Refika Aditama, 2006) hlm.105

(22)

1. Hak Mengembangkan Diri (Pasal 14)31

UU No. 14 Tahun 2001 Tentang Paten

Subjek, materi muatan, dan pasal yang menyangkut keterkaitan UU No. 14 Tahun 2001 Tentang Paten dengan Hukum Siber adalah:

1. Batasan/ Pengertian (Pasal 1 Angka 1 dan 2)

2. Syarat perlindungan (Pasal 3, Pasal 4, Pasal 6)32

UU No. 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri

Subjek, materi muatan, dan pasal yang menyangkut keterkaitan UU No. 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri dengan Hukum Siber adalah:

1. Batasan/ Pengertian (Pasal 1 Angka 1)

2. Desain Industri yang mendapat perlindungan (Pasal 2 Ayat (1) dan Ayat (2))33

UU No. 8 Tahun 1997 Tentang Dokumen Perusahaan

Subjek, materi muatan, dan pasal yang menyangkut keterkaitan UU No. 8 Tahun 1997 Tentang Dokumen Perusahaan dengan Hukum Siber adalah:

1. Batasan/ Pengertian (Pasal 1 Angka 2)

2. Jenis Dokumen (Pasal 2)

31 Ramli, Ahmad M. Cyber Law dan Haki Dalam Sistem Hukum Indonesia. (Bandung: Refika Aditama, 2006) hlm.106

32 Ramli, Ahmad M. Cyber Law dan Haki Dalam Sistem Hukum Indonesia. (Bandung: Refika Aditama, 2006) hlm.106

(23)

3. Pembuatan Catatan dan Penyimpanan Dokumen Perusahaan (Pasal 9, Pasal 10 Ayat (2), Pasal 11)

4. Pengalihan Bentuk Dokumen Perusahaan dan Legalisasi (Pasal 12, Pasal 14, Pasal 15)34

UU No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman

Subjek, materi muatan, dan pasal yang menyangkut keterkaitan UU No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman dengan Hukum Siber adalah:

1. Pengakuan terhadap eksistensi pengadilan dan arbitrase (Pasal 3 Ayat (1))

2. Alat bukti (Pasal 6 Ayat (2))

3. Pasal 16

4. Asas-asas peradilan (Pasal 28 Ayat (1))

5. Pasal 1835

Keterkaitan Regulasi dan Forum Penyelesaian Sengketa dengan Hukum Siber

 Ajudikasi

1. Pengadilan

2. Arbitrase

34 Ramli, Ahmad M. Cyber Law dan Haki Dalam Sistem Hukum Indonesia. (Bandung: Refika Aditama, 2006) hlm.107

(24)

 Non Ajudikasi

1. Negosiasi

2. Mediasi36

UU No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

Subjek, materi muatan, dan pasal yang menyangkut keterkaitan UU No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa dengan Hukum Siber adalah:

1. Arbitrase (Pasal 1 Angka 1)

2. Perjanjian Arbitrase (Pasal 1 Angka 3)

3. Putusan Arbitrase Internasional (Pasal 1 Angka 9)

4. Objek Penyelesaian Sengketa (Pasal 5)

5. Model Pemberitahuan (Pasal 8 Ayat (1), Pasal 9 Ayat (1) dan Ayat (2), Pasal 11)

6. Putusan Arbitrase (Pasal 56)

7. Pelaksanaan Putusan Arbitrase (Pasal 60, Pasal 65, Pasal 66)

UU No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal

Subjek, materi muatan, dan pasal yang menyangkut keterkaitan UU No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal dengan Hukum Siber adalah:

1. Pasal 55 ayat (1)

(25)

2. Pasal 95

3. Pasal 96

4. Pasal 97

5. Pasal 98

III. PENUTUP A. Simpulan

Dari asal usul sejarah teknologi informasi dan komunikasi dapat kita ketahui bahwa teknologi informasi dan komunikasi berkembang dan bergerak cepat pada arah kemajuan, serta menjalar hampir kesemua bidang, tidak terelakkan bidang hukum pun ikut terkena dampaknya, dampak tersebut dapat berupa ikut terkontaminasinya sistem sarana dan prasarana yang sebagian sudah menggunakan sistem online, begitu pula dengan tingkat kejahatan. Dengan berkembang pesatnya kemajuan teknologi, tingkat kejahatanpun semakin canggih, salah satu bentuk dari kejahatan dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi adalah cyber crime. Untuk mengimbangi kejahatan yang semakin canggih tersebut, maka teknologi informasi dan komunikasi pun di terapkan di bidang hukum. Bentuk implementasi diterapkannya teknologi informasi dan komunikasi di bidang hukum yakni di ratifikasinya undang-undang teknologi informasi dan komunikasi yakni UU no.11 tahun 2008.

B. Saran

(26)

hanya kejahatan di Indonesia melainkan di Seluruh dunia, maka seharusnya ada tindak lanjut dari pemerintah untuk lebih meningkatkan mutu dari sumber daya manusia di bidang teknik informatika, agar para hacker yang merugikan banyak pihak dapat di berantas layaknya koruptor yang akir-akir ini mulai tertangkap. Upaya ini juga sebagai implementasi dari Teknologi Informasi dan Komunikasi yang di terapkan dibidang hukum.

DAFTAR PUSTAKA

Adelman, C.2000.A Parallel Post-secondary Universe: The Certification System in Information Technology

Washington, D.C. : U.S. Department of Education

Allen, T., and M.S. Morton, eds.1994.Information Technology and the Corporation of the 1990s

New York : Oxford University Press

Fenny, Sanita.2010. Sejarah Teknologi Yogyakarta : Huruf Press

Magdalena, Merry dan Maswigrantoro, Setyadi.2007.Cyberlaw, Tidak Perlu Takut

Yogyakarta : Andi

Ramli, Ahmad.2006.Cyber Law dan Haki Dalam Sistem Hukum Indonesia Bandung : Refika Aditama

(27)

Sulaiman, Robintan.2002.Cyber Crimes: Perspektif E-Commerce Crime. Pusat Bisnis Fakultas Hukum: Universitas Pelita Harapan

Taufiqurohman, C.1978. Pengantar teknologi informasi Jakarta : Bulan Bintang

Webster, Frank, and Robins, Kevin.1986.Information Technology—A Luddite Analysis.

Norwood, NJ : Ablex

Wikipedia.2014.Teknologi Informasi

Wikipedia : (di unduh. 30 November 2014)

Wikipedia.2014.Cyber Crime

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang dapat diambil dari Tugas Akhir dengan judul Rancang Bangun Sistem Pelaporan Arus dan Tegangan saat Terjadi Hubung Singkat Antar Fasa pada Jaringan Distribusi

Hasil rata-rata kadar Brix pada perlakuan berbagai macam varietas akibat pengaruh efektifitas pemupukan pada berbagai umur pengamatan disajikan pada Tabel 6, dimana hasil

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tradisionalitas tindakan sosial dalam eksistensi dukun beranak di Desa Rambat serta untuk mengetahui dan

Jasa dukun beranak tetap digunakan oleh masyarakat Desa Rambat.. walaupun ada tenaga kesehatan atau bidan yang memiliki pengetahuan

Kegiatan pengemasan, penyimpanan, dan penanganan selama transportasi menjadi aktivitas kunci dengan suhu dan waktu selama penanganan dan pemrosesan menjadi dua faktor kritis

Parameter utama dari efisiensi yang dihasilkan yaitu pengerjaan spray yang awalnya dilakukan dua kali yaitu pertama pembersihan bagian luar candle filter lalu kedua

Surakarta, maka dari itu perlu dibuat sebuah media yang menyeluruh dan mudah didapat serta juga dapat diproduksi massal. Berdasarkan observasi ke Paguyuban batik

Upacara Mapag Toya selalu dilaksanakan dan tidak pernah dilupakan sesuai dengan tatanan atau awig-awig yang berlaku di Subak Ulun Suwi Desa Nambaru, sebagai