KEEFEKTIFAN PENERAPAN MEDIA BATIK POCKETS
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V
MATERI JENIS MOTIF BATIK DAERAH SETEMPAT
DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI PECABEAN
KABUPATEN TEGAL
SKRIPSI
disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
oleh
Dewi Erniati
1401409023
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau
keseluruhannya. Pendapat/temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah.
Tegal, Juli 2013
Skripsi ini disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang.
Di : Tegal
Tanggal : 11 Juli 2013
Pembimbing I Pembimbing II
Moh. Fathurrahman, S. Pd, M.Sn. Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd.
19770725 200801 1 008 19630923 198703 1 001
Mengesahkan,
Koordinator UPP Tegal
Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd.
Belajar Siswa Kelas V Materi Jenis Motif Batik Daerah Setempat di Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Pecabean Kabupaten Tegal, oleh Dewi Erniati 1401409023, telah
dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada tanggal 26 Juli
2013.
PANITIA UJIAN
Ketua Sekretaris
Drs. Hardjono, M.Pd. Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd.
19510801 197903 1 007 19630923 198703 1 001
Penguji Utama
Drs. Sigit Yulianto
19630721 198803 1 001
Penguji Anggota 1 Penguji Anggota 2
Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd. Moh. Fathurrahman, S. Pd, M.Sn.
Motto
Kehidupan ini ibarat jalan satu arah. Seberapa banyak pun perubahan rute yang anda
tempuh, tidak satu pun akan membawa anda kembali. Begitu anda mengetahui dan
menerima hal itu, kehidupan akan tampak menjadi jauh lebih sederhana.
(Isabel Moore)
Kesejahteraan adalah usaha, diperlukan keteguhan hati untuk mencapainya.
(Parlindungan Marpaung)
Gajah mati meninggalkan gading, semangat tinggi menjadikan tiada tanding.
(Dewi Erniati)
Persembahan
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Keluarga besarku (Bapak, ibu, mas Adi, Irfan, mbak Wiwit).
Keluarga besar mbah Jupri (Ma’wo dan keluarga, Om Nasikin
dan keluarga, Om Kirno dan keluarga, Om In dan keluarga,
Om Kun dan keluarga) yang selalu memberi motivasi kepada
peneliti.
Rekan-rekan mahasiswa PGSD UPP Tegal seperjuangan
(Risa, Hamidah, Eka, Teh Nia, Atika, Hidah, Lela, Sari, Kiki,
Eneng, Rizam, Slepi, Prada, Beni, Farid, Cepungdz, Imron dan
rekan-rekan satu angkatan lainnya) atas pengalaman luar biasa
yang berjudul “Keefektifan Penerapan Media Batik Pockets terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas V Materi Jenis Motif Batik Daerah Setempat di Madrasah Ibtidaiyah
Negeri Pecabean Kabupaten Tegal”.
Banyak pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, oleh karena
itu peneliti menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang yang
telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menempuh jenjang S1 di
UNNES.
2. Drs. Hardjono, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES yang berkenan
memberikan ijin penelitian kepada peneliti.
3. Dra. Hartati, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu
Pendidikan UNNES yang telah menyetujui dilaksanakannya penelitian ini.
4. Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd. Koordinator UPP Tegal serta sebagai pembimbing
II yang senantiasa membimbing peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripi ini.
5. Moh. Fathurrahman, S. Pd, M.Sn. Pembimbing I yang senantiasa membimbing
serta mengarahkan peneliti dalam menyusun skripsi ini.
6. Drs. Sigit Yulianto, dosen wali yang senantiasa membimbing peneliti dalam hal
akademik.
7. Seluruh dosen dan karyawan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPP Tegal
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah membantu
9. Nurningsih, S.Pd. Guru mata pelajaran SBK di MI Negeri Pecabean Kabupaten
Tegal yang telah memberikan informasi guna mendukung pelaksanaan penelitian
di MI Negeri Pecabean Kabupaten Tegal.
10. Segenap guru dan staf di MI Negeri Pecabean Kabupaten Tegal yang senantiasa
mendukung terlaksananya penelitian.
11. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi pembaca.
Tegal, Juli 2013
Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: I Moh. Fathurrahman, S. Pd, M.Sn., II Drs. Akhmad Junaedi M.Pd.
Kata Kunci: Media, Batik Pockets, Hasil Belajar.
Rendahnya hasil belajar siswa materi Jenis Motif Batik Daerah Setempat di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pecabean Kabupaten Tegal, salah satu faktornya adalah kurangnya pemanfaatan dan penerapan media pembelajaran. Oleh karena itu diperlukan media yang dapat mencakup materi Jenis Motif Batik Daerah Setempat. Media Batik Pockets dapat menjadi salah satu alternatif media pembelajaran SBK kelas V materi Jenis Motif Batik Daerah Setempat. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa materi jenis motif batik daerah setempat antara yang menggunakan media Batik Pockets dengan yang tidak menggunakan media Batik Pockets. Tujuan penelitian ini yaitu menguji keefektifan penerapan media Batik Pockets terhadap hasil belajar siswa kelas V materi Jenis Motif Batik Daerah Setempat di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pecabean Kabupaten Tegal.
Desain penelitian ini menggunakan quasi experimental design dengan bentuk
nonequivalent control group design. Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V
MI Negeri Pecabean Kabupaten Tegal tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 55 siswa. Pengambilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh, yaitu pengambilan sampel dari keseluruhan populasi. Data awal penelitian berupa nilai pretest kedua kelompok. Rata-rata nilai hasil pretes di kelompok eksperimen dan kontrol yaitu 45,58 dan 45,35.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata nilai hasil postes di kelas eksperimen yaitu sebesar 79,62, sedangkan kelas kontrol sebesar 69,14. Uji normalitas terhadap nilai postes dilakukan menggunakan uji liliefors pada program SPSS 17. Berdasarkan uji normalitas, diperoleh data kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal. Setelah itu dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan program SPSS 17. Diketahui bahwa Significance Levene's Test for Equality of Variances = 0.252 > α = 0,05 sehingga disimpulkan bahwa data tersebut homogen. Uji hipotesis menggunakan
T-Test (Uji t). Hasil penghitungan menunjukkan bahwa besar t hitung 2,994 dan
3,032, pada taraf signifikansi 0,004<0,05. Berdasarkan ketentuan pengambilan keputusan pengujian hipotesis dengan taraf signifikansi 0,05% maka untuk df sebesar 53 nilai t tabelnya adalah 2,005, dapat dilihat bahwa 2,994 dan
PRAKATA ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 7
1.3 Pembatasan Masalah ... 8
1.4 Rumusan Masalah ... 8
1.5 Tujuan Penelitian ... 9
1.5.1 Tujuan Umum ... 9
1.5.2 Tujuan Khusus ... 9
1.6 Manfaat Penelitian ... 9
1.6.1 Manfaat Teoritis ... 9
1.6.2 Manfaat Praktis ... 10
1.6.2.1 Bagi Siswa ... 10
1.6.2.1 Bagi Guru ... 10
2.2.1 Belajar dan Pembelajaran ... 13
2.2.2 Hasil Belajar ... 14
2.2.3 Media Pembelajaran ... 16
2.2.4 Media Pembelajaran Batik Pockets ... 21
2.2.5 Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) di SD ... 22
2.2.6 Materi Jenis Motif Batik Daerah Setempat ... 25
2.2.7 Karakteristik Siswa SD ... 39
2.3 Kerangka Berpikir ... 40
2.4 Hipotesis ... 42
3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 43
3.2 Populasi dan Sampel ... 44
3.2.1 Populasi ... 44
3.2.2 Sampel ... 44
3.3 Variabel Penelitian ... 45
3.3.1 Variabel Bebas ... 45
3.3.2 Variabel Terikat ... 45
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 45
3.4.1 Tes ... 45
3.4.2 Observasi ... 46
3.5.1 Pengujian Validitas Instrumen ... 47
3.5.1.1 Validitas Logis ... 48
3.5.1.2 Validitas Empiris ... 48
3.5.2 Pengujian Reliabilitas Instrumen ... 49
3.5.3 Analisis Taraf Kesukaran ... 50
3.5.4 Analisis Daya Pembeda ... 52
3.6 Uji Kesamaan Rata-rata ... 54
3.7 Metode Analisis Data ... 55
3.7.1 Deskripsi Data ... 55
3.7.2 Uji Prasyarat Analisis ... 55
3.7.2.1 Uji Normalitas ... 56
3.7.2.2 Uji Homogenitas ... 56
3.7.3 Analisis Akhir (Pengujian Hipotesis) ... 57
4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data ... 58
4.1.1. Data Hasil Penelitian ... 58
4.1.2. Hasil Belajar Siswa ... 60
4.2 Uji Prasyarat Analisis ... 62
4.2.1 Uji Normalitas Data ... 62
4.2.2 Uji Homogenitas Data ... 62
4.3 Hasil Analisis Akhir (Pengujian Hipotesis) ... 63
Lampiran-lampiran ... 67
3.1 Rekapitulasi Uji Validitas Soal Tes Uji Coba ... 49
3.2 Hasil Uji Reliabilitas Soal ... 50
3.3 Analisis Tingkat Kesukaran Soal ... 51
3.4 Daya Pembeda Soal ... 53
3.5 Distribusi Frekuensi Nilai Pretes Kelas Eksperimen ... 54
3.6 Distribusi Frekuensi Nilai Pretes Kelas Kontrol ... 54
3.7 Perbandingan Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 55
4.1 Distribusi Frekuensi Data Posttest Kelompok Kontrol ... 60
4.2 Distribusi Frekuensi Data Posttest Kelompok Eksperimen ... 60
4.3 Data Hasil Postes ... 61
4.4 Uji Normalitas ... 62
4.5 Uji Homogenitas ... 62
2.1 Batik Pockets ... 22
2.2 Motif Tegalan Berasal dari Bentuk Hewan ... 27
2.3 Motif Tegalan Berasal dari Bentuk Hewan ... 28
2.4 Motif Tegalan Berasal dari Bentuk Tumbuhan ... 29
2.5 Motif Tegalan Berasal dari Bentuk Tumbuhan ... 30
2.6 Motif Tegalan Berasal dari Bentuk Benda Lain ... 31
2.7 Motif Tegalan Berasal dari Bentuk Benda Lain ... 32
2.8 Motif Batik Daerah Pekalongan ... 33
2.9 Motif Batik Daerah Pekalongan ... 34
2.10 Motif Batik Daerah Pekalongan ... 35
2.11 Motif Batik Daerah Cirebon ... 36
2.12 Motif Batik Daerah Cirebon ... 37
2.13 Motif Batik Daerah Cirebon ... 38
2.14 Kerangka Berpikir ... 41
1 Data Populasi Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 68
2 Silabus Pengembangan SBK ... 70
3 RPP Kelas Eksperimen ... 71
4 RPP Kelas Kontrol ... 87
5 Kisi-kisi Soal Tes Uji Coba ... 105
6 Soal Uji Coba ... 109
7 Data Nilai Hasil Uji Coba Soal ... 124
8 Lembar Validasi Soal oleh Penilai Ahli ... 130
9 Hasil Uji Validitas Soal ... 146
10 Data Hasil Uji Reliabilitas ... 150
11 Kisi-kisi Soal Pretest-posttest ... 151
12 Soal dan Kunci Jawaban Pretest-posttest ... 154
13 Hasil Pretest Kelas Eksperimen ... 160
14 Hasil Pretes Kelas Kontrol ... 161
15 Hasil Posttest Kelas Eksperimen ... 162
16 Hasil Posttest Kelas Kontrol ... 163
17 Out Put Uji Normalitas dan Homogenitas ... 164
18 T-Test ... 165
19 Foto ... 166
20 Surat Ijin Penelitian ... 168
1.1
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Dengan
pendidikan manusia memperoleh pengetahuan tentang berbagai ilmu, baik ilmu
alam, ilmu sosial, dan juga disiplin ilmu lainnya yang menjadikan manusia
menjadi dewasa. Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab I Ketentuan Umum Pasal I dinyatakan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa seseorang akan lebih
berkembang apabila mendapatkan pendidikan. Maka pendidikan menjadi penting
bagi setiap warga negara guna mengembangkan potensi yang dimiliki.
Fungsi pendidikan dirumuskan dalam UU No. 20 Tahun 2003,
dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan demikian setiap warga negara akan
menjadi berkarakter dan bermartabat jika negara mempunyai kualitas pendidikan
Tujuan pendidikan nasional dijelaskan dalam rumusan UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yaitu untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Rumusan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab I Pasal 1 menjelaskan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia
pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Berikutnya dalam penelitian ini
istilah peserta didik disebut dengan siswa. Setiap siswa memiliki hak yang sama
dalam memperoleh pendidikan yang bermutu. Upaya untuk menjamin mutu
pendidikan yang dilakukan pemerintah salah satunya yaitu dengan menetapkan
standar nasional pendidikan. Salah satu standar yang dimaksud yaitu standar isi.
Pada pasal 35 Ayat (1) dijelaskan standar isi mencakup runag lingkup materi dan
tingkat kompetensi yang dituangkan dalam persyaratan tentang kompetensi
tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran dan silabus
pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang
pendidikan menengah. Pendidikan dasar terdiri dari Sekolah Dasar (SD) dan
yang sederajat. Dalam Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Bagian kesatu tentang
hak dan kewajiban warga negara dijelaskan setiap warga negara dengan usia 7-15
tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Namun, pada umumya usia SD berada
pada rentang 6-11 tahun.
Menurut Peaget dalam Yusuf (2009: 6) usia 6-11 tahun berada pada
tahap perkembangan kognitif operasional konkrit dimana terdapat tiga
kemampuan baru yaitu mengklasifikasikan (mengelompokkan), menyusun atau
mengasosiasikan (menghubungkan atau menghitung), dan kemampuan
menyelesaikan masalah (problem solving). Siswa mencapai tiga kemampuan ini
melalui pembelajaran baik dengan menggunakan objek nyata ataupun dengan
memanfaatkan media yang mendukung.
Criticos (1996) mengartikan media sebagai salah satu komponen
komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan
(Daryanto 2010: 4). Sehingga pemilihan media yang sesuai akan mempengaruhi
hasil penyampaian pesan yang dilakukan. Dalam pembelajaran materi pelajaran
merupakan pesan yang disampaikan oleh guru sebagai komunikator kepada siswa
sebagai komunikan. Namun, setelah melaksanakan pengamatan peneliti
menemukan bahwa media pembelajaran Seni Budaya Dan Keterampilan untuk
Kompetensi Dasar (KD) mengidentifikasi jenis motif hias pada karya seni rupa
nusantara daerah setempat belum mencakup semua materi yang harus
disampaikan guru. Guru juga mendapat hambatan lain yaitu minimnya buku
terbatasnya media pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan yang
komunikatif, menarik serta sarat materi.
Kurikulum pendidikan dasar yang termuat dalam UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 27 wajib memuat 10 disiplin ilmu yang
terdiri dari pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika,
ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan
jasmani dan olahraga, keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal.
Mata pelajaran Seni Budaya Dan Keterampilan dalam kurikulum sekolah
dasar mencakup seni rupa, seni musik, seni tari, dan keterampilan. Dalam silabus
Seni Budaya Dan Keterampilan sekolah dasar disemester 2 terdapat Kompetensi
Dasar (KD) mengidentifikasi jenis motif hias pada karya seni rupa nusantara
daerah setempat untuk Standar Kompetensi (SK) mengapresiasi karya seni rupa.
Dengan adanya KD dan SK tersebut maka warisan budaya pada setiap daerah
dapat menjadi alat/pendukung pendidikan, hal ini sesuai dengan pendapat
Henderson di bawah ini:
Henderson dalam Sadulloh (2003: 55) mengemukakan:
But to see education as a process of growth and development talking place as the result of the interaction of an individual with his environment, both physical and sosial, beginning at birth and lasting as long as life itself a process in which the social heritage as a part of the social environment becomes a tool to be used toward the development of the best and most intelligent person possible, men and woman who will promote human welfare, that is to see the educational reformers conceived it.
inteligen, untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Sebagaimana yang dijelaskan Henderson, interaksi siswa dengan
lingkungan sosial berperan penting dalam mengenalkan siswa dengan
masyarakatnya guna mengembangkan potensi diri. Harapannya ketika siswa
mampu mengembangkan potensi dirinya secara maksimal maka ia dapat
meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Maka siswa dalam pembelajaran perlu
diperkenalkan dengan berbagai produk lokal yang berkembang di daerahnya.
Batik selain sebagai hasil kebudayaan masyarakat juga merupakan
produk lokal yang dikembangkan sebagai peluang usaha. Dengan
memperkenalkan keragaman batik Tegal atau yang lebih dikenal dengan batik
tegalan kepada siswa diharapkan dapat menumbuhkan kecintaan siswa terhadap
produk lokal. Di dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan dijelaskan bahwa:
Kelompok mata pelajaran estetika pada SD/MI/SDLB/ Paket A, SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/Paket C, SMK/ MAK, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, seni dan budaya, keterampilan, dan muatan lokal yang relevan.
Nasution (2010: 16) menyatakan bahwa demi kelangsungan hidup
bangsa dan negara, kepada generasi muda disampaikan nilai-nilai yang dijunjung
tinggi oleh bangsa itu. Nilai-nila yang dimaksud di atas mencakup nilai-nilai
religi, nilai-nilai kebudayaan, nilai-nilai sains dan teknologi, nilai-nilai seni, dan
nilai-nilai keterampilan (Sadulloh 2003: 57). Batik merupakan salah satu hasil
Sekolah Dasar sebagai lembaga pendidikan dasar diharapkan dapat memerankan
fungsi pentingnya untuk mewariskan hasil kebudayaan dalam hal ini batik kepada
siswanya. Sekolah mewujudkan fungsi ini melalui interaksi positif antara siswa
dan lingkungan sosialnya melalui pembelajaran materi jenis motif batik daerah
setempat.
Motif batik Tegal merupakan salah satu motif hias yang berasal dan
berkembang di daerah Tegal. Maka melalui materi Motif Batik Daerah Setempat,
Kompetensi Dasar mengidentifikasi jenis motif hias pada karya seni rupa
nusantara daerah setempat dapat dicapai. Melalui materi ini siswa dikenalkan
dengan macam-macam motif pada kain batik yang berasal dan berkembang di
daerahnya sendiri.
Dalam menghadirkan lingkungan sosial kedalam kelas, guru sering
menghadapi berbagai hambatan. sebagai solusi atas hambatan yang dihadapi
dalam pembelajaran digunakanlah media pembelajaran. Hambatan di MI Negeri
Pecabean Kabupaten Tegal yaitu penggunaan media dalam mengajarkan materi
Jenis Motif Batik Daerah Setempat, belum mencakup keseluruhan materi yang
disesuaikan dengan indikator yang akan ditempuh. Sedangkan pencapaian seluruh
indikator sangat menentukan tercapainya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Sehigga perlu adanya pengembangan media yang mampu mencakup seluruh
materi.
Media gambar berbentuk lembaran kertas yang selama ini digunakan di
MI Negeri Pecabean Kabupaten Tegal Peneliti kembangkan menjadi media
yang berbeda bertuliskan nama daerah tegal serta dua daerah sekitar tegal. Setiap
kartu motif batik dimasukkan kedalam kantong sesuai dengan daerah asalnya.
Media ini kemudian dinamakan Batik Pockets karena berupa kantong-kantong
yang memuat berbagai motif batik. Melalui media Batik Pockets materi yang
disampaikan dapat termuat secara lengkap dan menarik. Bentuknya yang berupa
kantong-kantong akan memudahkan siswa dalam mengenali dan
mengklasifikasikan berbagai motif batik di daerah Tegal sehingga pembelajaran
yang dilaksanakan dapat memenuhi indikator yang telah ditentukan.
Penelitian dengan judul “Keefektifan Penerapan Media Batik Pockets
terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Materi Jenis Motif Batik Daerah Setempat
di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pecabean Kabupaten Tegal” ini dilaksanakan
untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penerapan media Batik Pocket
terhadap hasil belajar siswa kelas V materi Jenis Motif Batik Daerah Setempat di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pecabean Kabupaten Tegal.
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengidentifikasi
masalah sebagai berikut:
(1) Media yang digunakan dalam pembelajaran Seni Budaya Dan
Keterampilan materi Jenis Motif Batik Daerah Setempat belum sesuai
(2) Media yang digunakan belum mampu memenuhi indikator pembelajaran
sehingga hasil belajar siswa kurang optimal.
(3) Buku dengan judul Seni Budaya dan Keterampilan Jilid 5 karya Solich,
dkk. Tahun 2007 yang digunakan sebagai buku sumber tidak memuat
motif-motif batik dari daerah Tegal.
1.3
Pembatasan Masalah
(1)
Materi dalam penelitian ini yaitu Jenis Motif Batik Daerah Setempat.(2)
Populasi yang digunakan yaitu siswa kelas 5 di MI Negeri PecabeanKabupaten Tegal sebanyak 55 siswa.
(3)
Media yang digunakan adalah media Batik Pockets dibandingkan denganmedia gambar.
(4)
Menguji keefektifan media Batik Pockets.1.4
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan sebelumnya tentang
perlunya media pembelajaran yang menunjang tercapainya pemahaman siswa
terhadap materi jenis motif batik daerah setempat, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini ialah apakah ada perbedaan rerata hasil belajar siswa pada materi
Jenis Motif Batik Daerah Setempat antara yang menggunakan media Batik
Tujuan dalam penelitian ini mencakup tujuan umum dan tujuan khusus.
Berikut penjelasan dari kedua tujuan tersebut.
1.5.1 Tujuan Umum
Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk menguji keefektifan penerapan
media Batik Pockets terhadap hasil belajar siswa kelas V Materi Jenis Motif Batik
Daerah Setempat di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pecabean Kabupaten Tegal.
1.5.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu Untuk mengetahui perbedaan hasil
belajar materi Jenis Motif Batik Daerah Setempat antara pembelajaran yang
menggunakan media Batik Pockets dan yang tidak menggunakan media Batik
Pockets.
1.6
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis.
Penjelasan dari manfaat teoritis dan praktis ialah sebagai berikut.
1.6.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang diharapkan yaitu:
(1)Untuk menyediakan informasi media pembelajaran Batik Pockets.
Manfaat Praktis
1.6.1.1 Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif media bagi
siswa untuk mempelajari materi Jenis Motif Batik Daerah Setempat dalam mata
pelajaran Seni Budaya Dan Keterampilan.
1.6.1.2 Bagi Guru
Mengembangkan kemampuan profesionalnya melalui pengembangan
media.
1.6.1.3 Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat memperkaya pengetahuan dan menjadi
2.1
Penelitian yang Relevan
Penelitian melalui penggunaan media gambar sudah pernah dilakukan.
Namun gambar yang ada berbentuk kartu. Peneliti mengembangkan media
pembelajaran Batik Pockets terinspirasi dari penelitian terdahulu yang
menggunakan media appreciation card yaitu penelitian Eko Sugiarto, mahasiswa
Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri
Semarang, pada tahun 2011 yang berjudul ”Peningkatan Kemampuan Apresiasi
Berbasis Kritik Menggunakan Media Pembelajaran Appreciation Card Bagi
Siswa Kelas IXB SMP N 2 Kudus”. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa
melalui penggunaan media appreciation card dapat meningkatkan hasil belajar
mengapresiasi karya seni rupa.
Penelitian lain yang menggunakan media kartu yaitu ”Upaya
Meningkatkan Kemampuan Berhitung Dengan Media Kartu Bilangan pada Kelas
I SDN Pamedaran 01 Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes” oleh Ida
Royani mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan
pada tahun 2009. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa ada peningkatan
kemampuan berhitung pada siswa kelas I SD Negeri Pamedaran 01 Kecamatan
Hasanuddin, seorang mahasiswa program studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, jurusan Pendidikan Dasar di Universitas Tanjungpura Pontianak dalam
artikel penelitiannya membahas tentang penelitiannya yang berjudul “Penggunaan
Media Kantong Bilangan pada Pembelajaran Matematika tentang Pengurangan
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas I Sekolah Dasar Negeri 16
Mempawah Hilir”. Dalam artikelnya ini dijelaskan bahwa kemampuan guru
melaksanakan pembelajaran meningkat. Pada siklus I adalah 12,03 dengan
rata-rata skor 3,00. Pada siklus II adalah 13,63 dengan rata-rata-rata-rata skor 3,40. Pada siklus
III adalah 20 dengan rata-rata 4,00. Maka peningkatan kemampuan guru dari
siklus I ke siklus II sebesar 0,40. Dari siklus II ke siklus III sebesar 0,60. Sehingga
dari siklus I ke siklus III sebesar 1,00.
Hasil belajar dengan menggunakan media kantong bilangan pada materi
pengurangan juga mengalami peningkatan. Pada siklus I jumlah nilai hasil belajar
siswa 1350 dengan rata-rata 54,00. Pada siklus II jumlah nilai hasil belajar siswa
1690 dengan rata-rata 67,60. Pada siklus III jumlah nilai hasil belajar 2050 dengan
rata-rata 82,00. Sehingga nilai peningkatan nilai hasil belajar siswa dari siklus I ke
siklus II sebesar 13,60. Dari siklus II ke siklus III sebesar 14,40. Maka
peningkatan nilai hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus III sebesar 28,00.
2.2
Landasan Teori
Pada landasan teori, akan dijelaskan teori-teori yang mendukung
penelitian yang akan dilaksanakan. Landasan teori ini berisi tentang penjelasan
Tegal sebagai karya seni rupa nusantara daerah setempat, materi jenis motif batik
daerah setempat, karakteristik siswa SD.
2.2.1 Belajar dan Pembelajaran
Menurut Slameto (2010: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Dalam definisi lain belajar adalah mengalami, dalam arti bahwa
belajar terjadi karena individu berinteraksi dengan lingkungannya, baik
lingkungan pisik maupun sosial. Lingkungan pisik ialah lingkungan disekitar
individu baik dalam bentuk alam sekitar (natural) maupun dalam bentuk hasil
ciptaan manusia (cultural) (Siddiq, dkk 2008: 1-6). Interaksi yang terjalin dalam
proses belajar dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Beberapa
interaksi tidak dapat dilakukan secara langsung karena alasan keselamatan dan
biaya, disinilah media memegang peranan penting.
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang
dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif
dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Pembelajaran dapat
melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator.
Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang merangsang dan
menantang siswa untuk belajar. Guru yang mengajar tanpa menggunakan alat
siswa SD yang perkembangan intelektualnya masih membutuhkan alat peraga
(Susilana dan Riyana 2008: 1).
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah
proses perubahan tingkah laku dengan cara memperoleh pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai positif yang baru baik secara langsung ataupun tidak
langsung dengan bantuan media pembelajaran.
2.2.2 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana 2011: 22). Menurut Susilana dan
Riyana (2008: 1) sesuatu dikatakan hasil belajar apabila memenuhi beberapa ciri
berikut:
(1) Belajar sifatnya disadari, dalam hal ini siswa merasa bahwa dirinya sedang
belajar, timbul dalam dirinya motivasi-motivasi untuk memperoleh
pengetahuan yang diharapkan sehingga tahapan-tahapan dalam belajar
sampai pengetahuan itu dimiliki secara permanen (retensi) betul-betul
disadari sepenuhnya.
(2) Hasil belajar diperoleh dengan adanya proses, dalam hal ini pengetahuan
diperoleh tidak secara spontanitas, instan, namun bertahap (sequensial).
(3) Belajar membutuhkan interaksi, khususnya interaksi yang sifatnya
manusiawi. Seorang siswa akan lebih cepat memiliki pengetahuan karena
bantuan dari guru, pelatih ataupun instruktur. Dalam hal ini terjadi
yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan
cita-cita. Sedangkan Gagne (Sudjana 2011: 22) membagi menjadi lima kategori hasil
belajar yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap,
dan keterampilan motoris.
Di dalam Sistem Pendidikan Nasional rumusan tujuan pendidikan, baik
tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil
belajar Bloom (Sudjana 2011: 22-23). Klasifikasi Bloom mencakup tiga ranah,
yaitu: (1) Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari enam aspek yaitu pengetahaun dan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis dan evaluasi, (2) Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari
lima aspek yakni peneriamaan, jawaban dan reaksi, penilaian, organisasi, dan
internalisasi, (3) Ranah psikomotoris, berkenaan dengan hasil belajar keterampil-
an, dan kemampuan bertindak. Ada emam aspek yaitu gerakan refleks,
keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau
ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan
interpretatif.
Ketiga ranah di atas menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara
ke-tiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru
disekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi
bahan pengajaran. Beberapa aspek yang terdapat dalam ranah kognitif sebagian
sedangkan analisis dan sintesis hanya cocok dilatihkan di SLTP, SMU, dan
perguruan tinggi secara bertahap (Arikunto 2012: 134).
Maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya yang
meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Fokus penilaian hasil belajar
dengan media Batik Pockets ialah ranah kognitif tanpa meninggalkan ranah
psikomotor dan afektif yang terangkum dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP).
2.2.3 Media Pembelajaran
Kata “media” berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamak dari kata
“medium”. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti perantara atau pengantar.
Lebih lanjut Heinich (1993) mencontohkan media ini seperti film, televisi,
diagram, bahan tercetak (printed materials), komputer dan instruktur. Contoh
media tersebut bisa dipertimbangkan sebagai media pembelajaran jika membawa
pesan-pesan (messages) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran (Susilana
dan Riyana 2008: 5).
Criticos mengartikan media sebagai salah satu komponen komunikasi,
yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan (Daryanto
2010: 4). Sehingga pemilihan media yang tepat akan mempengaruhi penyampaian
pesan yang dilakukan. Dalam definisi lain media diartikan sebagai alat perantara
penyampaian pesan. Beberapa fungsi dari media pembelajaran dalam proses
komunikasi pembelajaran diantaranya sebagai berikut: (1) Berperan sebagai
pembelajaran menjadi lebih menarik, (3) Membuat pembelajaran lebih
realistis/objektif, (4) Menjangkau sasaran yang luas, (5) Mengatasi keterbatasan
jarak dan waktu, karena dapat menampilkan pesan yang berada di luar ruang kelas
dan dapat menampilkan informasi yang terjadi pada masa lalu, mungkin juga
masa yang akan datang, (6) Mengatasi informasi yang bersifat membahayakan,
gerakan rumit, objek yang sangat besar dan sangat kecil, semua dapat disajikan
menggunakan media yang telah dimodifikasi, (7) Menghilangkan verbalisme.
(Siddiq, dkk 2008: 1-21)
Menurut bentuk dan cara penyajiannya, media diklasifikasikan kedalam
tujuh kelompok, yaitu:
(1) Media grafis, bahan cetak, dan gambar diam.
Media grafis adalah media yang menyajikan fakta, idea tau
gagasan melalui penyajian kata-kata, kalimat, angka-angka, dan
simbol/gambar (Susilana dan Riyana 2008: 13). Jenisnya yaitu grafik,
diagram, bagan, sketsa, poster, papan flannel, dan bulletin board. Media
cetak adalah media visual yang pembuatannya melalui proses
pencetakkan/printing atau offset. Jenis media bahan cetak antara lain buku
teks, modul, bahan pengajaran terprogram. Media gambar diam adalah
media visual yang berupa gambar yang dihasilkan melalui proses fotografi.
(2) Media proyeksi diam
Media proyeksi diam adalah media visual yang diproyeksikan
bergerak atau memiliki sedikit unsure gerakan. Jenis media ini diantaranya
ialah OHP/OHT, opaque projector, slide, dan film strip.
(3) Media audio
Media audio adalah media yang penyampaian pesannya hanya
dapat diterima oleh indera pendengaran. Jenisnya ialah media radio, alat
perekam pita magnetik.
(4) Media audio visual diam
Media audio visual diam adalah media yang penyampaian
pesannya dapat diterima oleh indera pendengaran dan indera penglihatan,
akan tetapi gambar yang dihasilkan ialah gambar diam atau sedikit
memiliki unsur gerak. Jenis media ini antara lain media soun slide (slide
suara), film strip bersuara, dan halaman bersuara.
(5) Media gambar hidup/film
Media gambar hidup disebut juga film, yaitu serangkaian gambar
diam (still picture) yang meluncur secara cepat dan diproyeksikan
sehingga menimbulkan kesan hidup dan bergerak. Beberapa jenisnya yaitu
film bisu, film bersuara, dan film gelang yang ujungnya saling
bersambungan dan proyeksinya tak memerlukan penggelapan ruangan.
(6) Media televisi
Televisi adalah media yang dapat menampilkan pesan secara
audiovisual dan gerak (sama dengan film). Jenis media televisi diantaranya
recorder (VCR).
(7) Multi media
Multi media merupakan suatu sistem penyampaian dengan
menggunakan berbagai jenis bahan belajar yang membentuk suatu unit
atau paket. Contohnya suatu modul belajar yang terdiri atas bahan cetak,
bahan audio, dan bahan audio visual.
Newby et al (2000) memfokuskan pendapatnya pada media yang biasa
digunakan di sekolah dasar dan menengah, berikut kutipan klasifikasi yang
dikemukakannya:
We can also refer to the classification offered more recently by Newby et al. (2000), who, focusing on the media commonly use in elementary and secondary school, differentiate between: (a) Text. Letters and numbers usually presented in the form of printed materials or an computer screen; (b) Audio. Spoken words or sound, either live or recorded; (c) Graphics. Any pictorial representation, such as charts, graphs, animated figures or photographic reproductions; (d) Video. Moving images accompanied by sound; (e) Multimedia. A system in which various media are integrated into a single delivery aystem under computer control-interactive media and computer software; (f) Real models and objects. A three-dimensional representation of a real object or the real object itself.
Dari jurnal tentang pengklasifikasian media yang dikemukakan Newby
et al. tersebut dapat kita artikan sebagai berikut:
Kita juga bisa merujuk pada klasifikasi yang ditawarkan baru-baru ini
oleh Newby et.al (2000), yang, dengan fokus pada media yang biasa digunakan di
sekolah dasar dan menengah, yaitu: (1) Text. Huruf dan angka biasanya disajikan
atau suara, baik hidup atau direkam, (3) Graphics. Setiap representasi bergambar,
seperti tabel, grafik, tokoh animasi, atau reproduksi fotografi, (4) Video. Gambar
bergerak disertai suara, (5) Multimedia. Sebuah sistem dimana berbagai media
diintegrasikan ke dalam sistem pengiriman tunggal di bawah kontrol
komputer-interaktif media dan perangkat lunak computer, (6) Model real dan benda. Sebuah
representasi tiga dimensi dari sebuah benda nyata atau benda nyata itu sendiri.
(Ros and Gonzalez 2006: 416)
Allen (Daryanto 2010: 18) mengelompokkan media menjadi sembilan,
yaitu visual diam, film, televisi, obyek tiga dimensi, rekaman, pelajaran
terprogram, demonstrasi, buku teks cetak, dan sajian lisan. Allen juga mengaitkan
antara jenis media pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Seiring dengan hal itu Gerlach dan Fly (Daryanto 2010: 18), mengelompokkan
media berdasarkan ciri-ciri fisiknya kedalam delapan kelompok, yaitu benda
sebenarnya, presentasi verbal, presentasi grafis, gambar diam, gambar bergerak,
rekaman suara, pengajaran terprogram, dan simulasi.
Ibrahim (Daryanto 2010: 18), mengelompokkan media berdasarkan
ukuran serta kompleks tidaknya alat dan perlengkapannya ke dalam lima
kelompok, yaitu media tanpa proyeksi dua dimensi, media tanpa proyeksi tiga
dimensi, media audio, media proyeksi (televisi, video, komputer). Media dua
dimensi adalah sebutan umum untuk alat peraga yang hanya memiliki ukuran
panjang dan lebar yang berada pada satu bidang datar. Media dua dimensi
meliputi grafis, media bentuk papan, dan media cetak yang penampilan isinya
simbol visual yang lain dengan maksud untuk menihtisarkan (mengiktisarkan),
menggambarkan, dan merangkum suatu ide, data atau kejadian. Fungsi media
grafis ialah untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan (Daryanto
2010: 19). Lebih lanjut Daryanto (2010: 19) mengemukakan pengertian media
tiga dimensi, yaitu sekelompok media tanpa proyeksi yang penyajiannya secara
visual tiga dimensional. Media tiga dimensi yang dapat diproduksi dengan mudah
adalah tergolong sederhana dalam penggunaan dan pemanfaatannya, karena tanpa
harus memerlukan keahlian khusus, dapat dibuat sendiri oleh guru, bahannya
mudah diperoleh di lingkungan sekitar.
Dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah perantara yang
digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Media pembelajaran
tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut: (1) Media dua dimensi, (2) Media
tiga dimensi, (3) Media audio, atau (4) Media proyeksi (televisi, video, komputer).
Dari keempat kelompok tersebut media pembelajaran Batik Pockets termasuk
kedalam kelompok media tiga dimensi.
2.2.4 Media pembelajaran Batik Pockets
Media Batik Pockets merupakan media pembelajaran alternatif berbentuk
tiga dimensi untuk mengajarkan materi jenis motif batik daerah setempat yang
pengembangannya disesuaikan dengan pola pikir operasi konkrit siswa kelas V
SD. Media gambar dan kartu yang ada pada penelitian sebelumnya menginspirasi
peneliti untuk mengembangkan media serupa dengan penyajian yang lebih
menggunakan media ini tanpa memerlukan keterampilan khusus (operasional
komputer atau semacamnya).
Batik Pockets menggunakan plastik dan kertas karton sebagai bahan
dasar, yang dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai kantong-kantong.
Kantong-kantong ini kemudian menjadi tempat untuk meletakkan gambar-gambar
motif batik dari Tegal dan daerah sekitarnya. Guru dapat menggunakan Batik
Pockets dalam pembelajaran dengan metode ceramah, penugasan dan diskusi
untuk materi jenis motif batik daerah setempat. Bentuk dari Batik Pockets dapat
[image:37.612.191.465.346.579.2]dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 2.1 Batik Pockets
2.2.5 Seni Budaya dan Keterampilan di SD
Seni menurut Dewantara dalam Tocharman, dkk (2006: 3) adalah
perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah, hingga
transfer of feeling atau pemindahan perasaan dari si pencipta ke penikmat seni.
Dalam hal ini Tolstoy berpendapat seni merupakan suatu sarana komunikasi
perasaan manusia. Sebagaimana yang dikemukakan Eisner dalam Alter, at all
(2009), Enganging children in the creative arts can allow them to communicate in
potentially profound ways. Yang artinya mengikutsertakan anak dalam seni kreatif
dapat memungkinkan mereka untuk berkomunikasi dengan sangat baik.Thomas
Munro (Tocharman, dkk 2006: 6) mengemukakan seni adalah buatan manusia
untuk menimbulkan efek-efek psikologis atas manusia lain yang melihatnya.
Maka dapat disimpulkan bahwa seni adalah sarana komunikasi yang
digunakan manusia untuk menyampaikan perasaanya yang diwujudkan dalam
suatu karya yang indah dan menggerakan jiwa dan perasaan manusia yang lain.
Secara lebih spesifik seni disampaikan kepada siswa sekolah dasar melalui mata
pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan. dengan harapan setelah memperoleh
pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan aspek psikologis siswa dapat
berkembang dengan baik.
Seni tradisional yang berkembang di Indonesia hampir seluruhnya
memperlihatkan kedalaman makna dalam sifat kebentukan seninya (Tocharman,
dkk 2006: 10). Bentuk-bentuk abstraksi dan abstrak banyak terdapat pada
ornament (motif hias) karya kerajinan (kriya), misalnya pada keramik, batik,
ukiran kayu, perhiasan, anyaman, dan lain-lain. Sumanto (2006: 17) menjelaskan
sifat multidimensional yang dimiliki seni, artinya seni berperan untuk
pemahaman, analisa, evaluasi, apresiasi, dan produktivitas dengan memadukan
unsur logika, etika, serta estetika. Sumanto (2006: 17-18) juga menjelaskan bahwa
seni memiliki sifat multikultural yang berarti seni bertujuan
menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan berapresiasi terhadap
keragaman budaya lokal dan global sebagai pembentukan sikap menghargai,
toleransi, demokratis, beradab, dan hidup rukun dalam masyarakat yang
berbudaya majemuk. Sifat multikultural yang telah dijelaskan sebelumnya
memberi konsekuensi logis tentang perlunya pendidikan seni.
Pada awalnya mata pelajaran Seni Budaya Dan Keterampilan disebut
dengan KTK yang memiliki pengertian sebuah mata pelajaran yang mencakup
kerajinan tangan dan kesenian (Oho Garha 1998: 3). Dalam silabus 2007 mata
pelajaran Seni Budaya Dan Keterampilan di SD mencakup seni rupa, seni musik,
seni tari, dan keterampilan. Disini yang menjadi fokus penelitian yaitu
pendidikan seni rupa. Maman Tocharman (2006: 147) menyatakan bahwa
pendidikan seni rupa dapat mencakup kognisi, apresiasi, dan berkreasi. Kegiatan
kognisi dan apresiasi memberi bekal kepada anak untuk mengenal dan
memahami pengetahuan kesenirupaan. Maman (2006: 3) juga mengatakan
bahwa pendidikan seni rupa merupakan wahana dan cara yang paling tepat untuk
mengembangkan kreativitas sejak dini. Alasannya, bila dilaksanakan terlambat
dimana anak sudah melewati masa kanak-kanaknya, pembinaan hanya akan
dapat disampaikan kepada sekelompok kecil anak ialah mereka yang memiliki
merupakan pendidikan seni yang di wujudkan dalam kurikulum Seni Budaya dan
Keterampilan (SBK) di sekolah dasar sebagai upaya untuk mengembangkan
kreativitas sejak dini guna menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan
berapresiasi terhadap budaya lokal dan global.
2.2.6 Materi jenis motif batik daerah setempat
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi
bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Namun beberapa
daerah sentra kerajinan batik mengalami kemunduran, salah satunya Tegal. Ari
Wulandari (2008: 27) menuturkan bahwa pembatikan dikenal luas di Tegal pada
akhir abad XIX. Pewarna yang dipakai pada saat itu diambil dari
tumbuh-tumbuhan, seperti mengkudu, nila, dan soda kayu. Kain yang dipakai merupakan
tenunan sendiri dengan cara sederhana. Pada awalnya warna batik Tegal adalah
sogan dan dasar abu-abu. Setelah dikenal pewarna nila dari pabrik, warna
meningkat menjadi merah dan biru.
Tegal sebagai salah satu daerah penghasil batik di Jawa Tengah kalah
tenar dengan Pekalongan dan Solo, salah satu sebabnya karena kurangnya
pengenalan akan keragaman motif batik tegalan kepada masyarakat luas.
Masyarakat Tegal sendiri dapat menjadi sarana promosi batik tegalan yang
menjanjikan, yaitu dengan cara mulai mengenal dan mau menggunakan produk
daerahnya itu. Dengan mengajarkan materi jenis motif batik tegalan melalui
pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan kepada siswa SD maka lembaga
Dalam silabus yang digunakan di MI Negeri Pecabean Kabupaten Tegal.
Untuk Kelas 5 semester 2 mata pelajaran Seni Budaya Dan Keterampilan terdapat
materi Jenis Motif Pada Karya Seni Rupa Nusantara Daerah Setempat. Pada
materi ini siswa akan melakukan identifikasi terhadap jenis motif Batik Tegal
serta mencari perbedaannya dengan motif batik daerah lain dalam kegiatan
pembelajarannya. Batik Tegalan merupakan batik yang berasal atau berkembang
di daerah Tegal. Motif batik adalah gubahan bentuk alam yang menjadi ide dasar
pada kain batik di daerah Tegal. Guna memudahkan siswa dalam mengidentifikasi
maka jenis motif batik Tegal dikelompokkan menjadi 3 berdasarkan bentuk
asalnya. Pengelompokkan itu meliputi motif dengan bentuk asal hewan, motif
dengan bentuk asal tumbuhan, dan motif dengan bentuk asal benda lain. Selain
mempelajari jenis motif batik Tegal, siswa juga mempelajari motif-motif dari
Pekalongan dan Cirebon. Dengan mempelajari motif dari daerah lain tersebut
siswa akan dapat membedakan antara motif batik daerahnya dengan daerah lain.
Perbedaan tersebut meliputi daerah asal, bentuk asal, dan warna dominan.
Beberapa jenis motif Tegalan yang termasuk dalam kelompok
bentuk asal hewan (fauna), tumbuhan (flora), dan benda lain, serta jenis motif dari
a. Motif Cumi-cumi
[image:42.612.133.488.101.662.2]b. Motif Kuku Macan
a. Motif Uler Oget
[image:43.612.135.488.101.686.2]b. Motif Merak
a. Motif Beras Mawur
[image:44.612.133.491.101.687.2]b. Motif Cempaka Putih
a. Motif Tumbar Bolong
[image:45.612.134.489.100.672.2]b. Motif Kembang Pacar
a. Motif Sawatan
[image:46.612.133.490.100.695.2]b. Motif Galaran (Rambut Brintik)
a. Motif Gribikan
[image:47.612.133.490.97.680.2]b. Motif Benang Tugel
a. Motif Gaya Jawa Hokokai
[image:48.612.135.489.102.677.2]b. Motif Jlamprang
a. Motif Merak Kesimpir
[image:49.612.133.490.101.680.2]b. Motif Terang Bulan
a. Motif Dhlorong Kembang
[image:50.612.134.491.104.684.2]b. Motif Tambal
a. Motif Patran Kangkung
[image:51.612.133.490.104.685.2]b. Motif Taman Tarate
a. Motif Simbar Menjangan
[image:52.612.134.489.97.689.2]b. Motif Wayang
a. Motif Raji Besi
[image:53.612.132.488.101.689.2]b. Motif Ikan
Siswa SD berada pada tahap perkembangan operasi konkrit (usia 6-11
tahun). Tahapan perkembangan ini dikemukakan oleh Peaget dalam Yusuf
(2009: 6) sebagai berikut.
(1) Sensorimotor (0-2 tahun)
Pada tahap ini pengetahuan anak diperoleh melalui interaksi
fisik, baik dengan orang atau objek (benda). Skema-skemanya baru
berbentuk refles-refleks sederhana, seperti: menggenggam atau
mengisap.
(2) Praoperasional (2-6 tahun)
Pada tahap ini anak mulai menggunakan simbol-simbol untuk
mempresentasi dunia (lingkungan) secara kognitif. Simbol-simbol itu
seperti: kata-kata dan bilangan yang dapat menggantikan objek, peristiwa
dan kegiatan (tingkah laku yang tampak).
(3) Operasi konkret (6-11 tahun)
Pada tahap ini anak sudah mamp membentuk operasi-operasi
mental atas pengetahuan yang mereka miliki. Mereka dapat menambah,
mengurangi dan mengubah. Operasi ini memungkingkan untuk
memecahkan masalah secara logis.
(4) Operasi formal (11 tahun sampai dewasa)
Periode ini merupakan operasi mental tingkat tinggi. Disini anak
(remaja) sudah dapat berhubungan dengan peristiwa-peristiwa hipotesis
dapat berpikir abstrak dan memecahkan masalah melalui pengujian
semua alternatif yang ada.
Menurut Yusuf (2009), perkembangan intelektual pada usia sekolah
dasar ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru. Kemampuan tersebut
yaitu mengklasifikasikan (mengelompokkan), menyusun atau mengasosiasikan
(menghubungkan atau menghitung) angka-angka atau bilangan, serta kemampuan
memecahkan masalah (problem solving) sederhana yang muncul pada akhir masa
ini.
Dapat disimpulkan bahwa siswa SD berada pada tahap perkembangan
kognitif operasional konkrit. siswa mengklasifikasikan, menyusun atau
mengasosiasikan materi yang dipelajari, serta memecakan masalah dengan
bantuan objek nyata atau media yang mewakili. Dengan demikian ketersediaan
media yang sesuai sangat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran pada
siswa kelas V. Media pembelajaran Batik Pockets menyajikan berbagai motif
batik sehingga siswa secara langsung dapat mengidentifikasi motif batik dari
daerahnya.
2.3
Kerangka Berpikir
Media pembelajaran merupakan faktor penunjang dalam tercapainya tujuan
pembelajaran di SD. Hal ini sesuai dengan karakter siswa SD yang berada pada
tahap perkembangan kognitif operasi konkret. Pembelajaran Seni Budaya dan
Keterampilan di SD memberi pengetahuan dasar pada siswa tentang budaya
untuk memperkenalkan budaya lokal kepada siswa SD memerlukan media
pembelajaran yang komunikatif dan menarik. Media pembelajaran Batik Pockets
diharapkan dapat menjadi media pembelajaran yang komunikatif dan menarik
dalam pembelajaran materi jenis motif batik tegalan karena sesuai dengan
karakteristik siswa dan melibatkan siswa secara langsung melalui kegiatan
[image:56.612.135.498.293.639.2]individu dan kelompok.
Gambar 2.14 Kerangka Berpikir. Diajarkan dengan
Batik Pockets
Pembelajaran SBK SD:
1. menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan berapresiasi terhadap budaya lokal dan global.
2. Harus diajarkan kepada siswa
3. Perkembangan kognitif siswa SD pada tahap operasi konkrit.
4. Media pembelajaran yang digunakan
harus melibatkan siswa secara langsung.
Diajarkan dengan media gambar
Hasil belajar siswa dengan Batik
Pockets
2.4
Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini ialah:
H0: Tidak ada perbedaan rerata hasil belajar siswa pada materi Jenis Motif
Batik Daerah Setempat antara yang menggunakan media Batik Pockets
dengan yang tidak menggunakan media Batik Pockets.
Ha: Ada perbedaan rerata hasil belajar siswa pada materi Jenis Motif Batik
Daerah Setempat antara yang menggunakan media Batik Pockets dengan
3.1
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen kuasi (quasi
experimental design). Dalam penelitian eksperimen ini, ada satu kelas sebagai
kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen adalah
kelas yang mendapat perlakuan, dalam penelitian ini yaitu kelas 5B di MI Negeri
Pecabean. Sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang tidak mendapat perlakuan
atau hanya sebagai pembanding, dalam penelitian ini yaitu kelas 5A di MI Negeri
Pecabean. Desain penelitian yang digunakan yaitu Nonequivalent Control Group
Design. Desain penelitian eksperimen ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Keterangan:
X : perlakuan yang diberikan
O1 dan O3 : pretes pada tiap kelas
O2 dan O4 : postes pada tiap kelas (Sugiyono 2011: 118).
Dalam desain ini terdapat dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kontrol.
O1 adalah pretes yang dilakukan di kelas eksperimen. O3 adalah pretes yang
dilakukan di kelas kontrol. Pretes dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal O X O
kedua kelas tersebut. Perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen yaitu
penerapan media Batik Pockets. dan untuk kelas kontrol tidak diberi perlakuan
penerapan media Batik Pockets, melainkan dengan menerapkan media gambar
dalam pembelajaran. O2 dan O4 adalah postes untuk mengetahui pengaruh
perlakuan yang telah diberikan.
3.2
Populasi dan Sampel
3.2.1 PopulasiPengertian populasi menurut Sugiyono (2011: 119) adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas; obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas V MI N
Pecabean Kabupaten Tegal semester 2 tahun ajaran 2012/2013 terdiri dari 2 kelas
yaitu kelas 5A yang terdiri dari 29 siswa, dan kelas 5B yang terdiri dari 26 siswa.
Jadi banyaknya populasi dalam penelitian ini ialah 55 siswa.
3.2.2 Sampel
Pengertian sampel menurut Sugiyono (2011: 120) adalah sebagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pada penelitian ini
sampel dari kelas kontrol adalah kelas 5A sebanyak 29 siswa, sedangkan sampel
dari kelas eksperimen adalah kelas 5B sebanyak 26 siswa. Cara pengambilan
sampel menggunakan teknik sampling jenuh, yaitu teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Teknik ini sering dilakukan
Variable penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2011:64).
Variable-variabel dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:
3.3.1 Variabel bebas
Variabel bebas (independen) merupakan variabel yang mempengaruhi atau
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen)
(Sugiyono 2011: 64). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu media
pembelajaran Batik Pockets pada materi jenis motif batik daerah setempat.
3.3.2 Variabel terikat
Variabel terikat (dependen) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat adanya variabel bebas (Sugiyono 2011: 64). Variabel terikat dalam
penelitian ini yaitu hasil belajar Seni Budaya Dan Keterampilan. Hasil belajar
dinyatakan dengan skor hasil tes prestasi belajar setelah perlakuan.
3.4
Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes, observasi,
dokumentasi, dan wawancara. Berikut penjelasan dari teknik tes tersebut.
3.4.1 Tes
Peneliti menggunakan tes untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa
pada materi jenis motif batik daerah setempat. Teknik tes yang digunakan adalah
aspek yang dinilai adalah hasil belajar siswa. Dalam hal ini, jenis tes yang
digunakan adalah pretes dan postes. Pretes digunakan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa sebelum mendapatkan pembelajaran sedangkan postes
digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mendapatkan
pembelajaran. Bentuk tes yang digunakan yaitu pilihan ganda. Bentuk tes pilihan
ganda adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes
telah tersedia.
3.4.2 Observasi
Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang diteliti. Observasi dilakukan untuk mendapatkan data-data
siswa, yang meliputi aktivitas dan sikap siswa selama pembelajaran. Penggunaan
observasi dalam mengumpulkan data dimaksudkan agar peneliti benar-benar
dapat mengetahui dan mengidentifikasi keaktifan dan sikap siswa pada
masing-masing kelas selama pembelajaran.
3.4.3 Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi
digunakan untuk mengetahui data-data nilai siswa pada mata pelajaran Seni
Budaya Dan Keterampilan. Data nilai siswa ini berupa data nilai ulangan harian.
3.4.4 Wawancara
wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu
topik tertentu. Teknik wawancara yang digunakan yaitu wawancara tidak
pengrajin batik dari “Batik Tulis Tegalan Rizki Ayu” yang beralamat di Jalan
Tuban Rt. 03 Rw. 01 No. 21 Kelurahan Kalinyamat Wetan Kecamatan Tegal
Selatan Kota Tegal.
3.5
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data (Riduwan 2008: 77). Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini terdiri dari Rencana Pelaksaaan Pembelajaran (RPP), kisi-kisi soal, dan soal
tes. Instrumen penelitian yang digunakan harus memenuhi validitas dan
reliabilitas yang dipersyaratkan.
3.5.1.Pengujian Validitas Instrumen
Menurut Arikunto dalam Riduwan (2008: 97), validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Untuk
mengukur validitas soal, digunakan validitas logis dan validitas empiris.
Pengujian validitas logis, yaitu dengan menggunakan lembar validasi yang
dilakukan oleh penilai ahli. Setelah data hasil uji coba diperoleh dan
ditabulasikan, selanjutnya dilakukan pengujian validitas empiris yaitu dengan
melakukan uji coba instrumen (try out) pada siswa kelas VI MI N Pecabean
Kabupaten Tegal. Cara penghitungannya menggunakan program SPSS versi 17.
3.5.1.1 Validitas Logis
Validitas logis diperoleh dengan melakukan konsultasi kepada tim ahli.
Tim ahli terdiri dari tiga orang yaitu Moh. Fathurrahman S. Pd., M. Sn.
(pembimbing I), Drs. Akhmad Junaedi, M. Pd. (pembimbing II), dan Nurningsih
S. Pd. selaku guru Mata Pelajaran Seni Budaya Dan Keterampilan di MI Negeri
Pecabean Kabupaten Tegal. Lembar validasi ahli dapat dibaca pada lampiran 9.
3.5.1.2 Validitas Empiris
Setelah melalui uji validitas logis kemudian soal sejumlah 40 buah ini
diuji cobakan kepada 44 siswa. Langkah ini merupakan cara pengujian validitas
empiris atau bisa disebut dengan kegiatan uji coba (try out) instrumen.
Pengolahan data validitas empiris menggunakan korelasi pearson product moment
dimana skor tiap item dikorelasikan dengan skor total. Teknik yang digunakan
yaitu korelasi Bivariate Pearson (Korelasi Pearson Product Moment)
menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
= Koefisien korelasi
= Jumlah skor item
= Jumlah skor total
n = Jumlah Responden
Pengambilan keputusan dilakukan dengan batasan rtabel dengan
rekapitulasi uji validitas empiris.
Tabel 3.1. Rekapitulasi Uji Validitas Soal Tes Uji Coba
Nomor Soal
Pearson Correlations
(r11)
Validitas Nomor Soal
Pearson Correlations
(r11)
Validitas
1 082 Tidak valid 21 335* Valid
2 290 Tidak valid 22 502** Valid
3 444** Valid 23 038 Tidak valid
4 325** Valid 24 407** Valid
5 a Tidak valid 25 523** Valid
6 400** Valid 26 a Tidak valid
7 229 Tidak valid 27 358* Valid
8 465** Valid 28 264 Tidak valid
9 558** Valid 29 486** Valid
10 375* Valid 30 304* Valid
11 530** Valid 31 357* Valid
12 023 Tidak valid 32 384* Valid
13 553** Valid 33 468** Valid
14 -385** Valid 34 248 Tidak valid
15 447** Valid 35 -065 Tidak valid
16 360* Valid 36 265 Tidak valid
17 288 Tidak valid 37 600** Valid
18 -021 Tidak valid 38 500** Valid
19 114 Tidak valid 39 502** Valid
20 552** Valid 40 418** Valid
Dari tabel 3.1. dapat diketahui bahwa terdapat 26 soal yang valid dan
dapat digunakan sebagai instrumen penelitian. Soal-soal yang valid yaitu nomor 3,
4, 6, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 20, 21, 22, 24, 25, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 37, 38,
39, 40.
3.5.2.Pengujian Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil
instrumen tersebut digunakan mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya
sama atau relatif sama (Sukmadinata, 2010: 229).
Uji reliabilitas hanya dilakukan pada soal yang valid dengan
menggunakan uji Cronbach’s Alpha. Untuk menguji reliabilitas, peneliti
menggunakan aplikasi SPSS 17. Taraf signifikansi yang digunakan adalah (α) = 5 %. Jika > maka perangkat tes dikatakan reliabel (Sugiyono,
2009:186). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 11. Berikut simpulan
[image:65.612.230.407.340.414.2]uji reliabilitas yang telah dilakukan.
Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas Soal
Cronbach's
Alpha N of Items
,807 26
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai cronbach’s alpha sebesar
0,807. Sedangkan untuk n (44) = 0,297. karena (0,807) >
(0,297) maka dapat disimpulkan bahwa 26 soal tersebut reliabel.
3.5.3.Analisis Taraf Kesukaran
Untuk mengetahui taraf kesukaran soal digunakan rumus:
I=B
N
I = indeks/taraf kesukaran untuk tiap soal.
B = banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal.
makin sulit soal tersebut, dan sebaliknya. Kriteria indeks kesulitan soal yakni
sebagai berikut:
0 - 0,30 = soal kategori sukar
0,31 - 0,70 = soal kategori sedang
0,71 - 1,00 = soal kategori mudah
(Sudjana, 2009: 137).
Berikut ini disajikan tabel analisis tingkat kesukaran soal yang dilakukan
[image:66.612.159.483.364.677.2]pada keseluruhan butir soal uji coba.
Tabel 3.3. Analisis Tingkat Kesukaran
No.
Soal P Kriteria
No.
Soal P Kriteria 1 0,86 Mudah 21 0,84 Mudah 2 0,90 Mudah 22 0,89 Mudah 3 0,75 Mudah 23 0,89 Mudah 4 0,98 Mudah 24 0,80 Mudah 5 0,89 Mudah 25 0,36 Sedang
6 1 Mudah 26 1 Mudah
7 0,93 Mudah 27 0,66 Sedang 8 0,36 Sedang 28 0,34 Sedang 9 0,64 Sedang 29 0,77 Mudah 10 0,73 Mudah 30 0,52 Sedang 11 0,91 Mudah 31 0,93 Mudah 12 0,87 Mudah 32 0,45 Sedang 13 0,70 Sedang 33 0,14 Sukar 14 0,27 Sukar 34 0,93 Mudah 15 0,73 Mudah 35 0,95 Mudah 16 0,95 Mudah 36 0,82 Mudah 17 0,95 Mudah 37 0,66 Sedang 18 0,23 Sukar 38 0,59 Sedang 19 0,91 Mudah 39 0,70 Sedang 20 0,77 Mudah 40 0,91 Mudah
Dari tabel dapat dilihat bahwa soal dengan tingkat kesukaran mudah
yaitu nomor 3, 4, 6, 10, 11, 15, 16, 20, 21, 22, 29, 31, 40. Soal dengan tingkat
kesukaran sedang yaitu nomor 8, 9, 13, 25, 27, 30, 32, 37, 38, 39. Soal dengan
tingkat kesukaran sukar yaitu 14, 33.
3.5.4.Analisis Daya Pembeda
Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk
mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu
(tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang atau lemah prestasinya.
(Sudjana, 2010: 141).
Untuk menghitung daya pembeda butir soal pilihan ganda dapat digunakan
rumus: B A P B A
A
P
P
J
B
J
B
=
D
−
=
−
Keterangan:
D = daya pembeda soal
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Kriteria yang digunakan yakni:
D = 0,41 - 0,70 : berarti baik
D = 0,71 - 1,00 : berarti baik sekali
(Arikunto 2012: 228-32).
Soal yang digunakan dalam penelitian ini yaitu soal dengan daya
pembeda cukup, baik, dan baik sekali. Berikut hasil analisis daya pembeda soal.
Tabel 3.4 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal
No. Soal D Kriteria No. Soal D Kriteria
1 0 Jelek 21 0,23 Cukup
2 0,18 Jelek 22 0,23 Cukup
3 0,23 Cukup 23 -0,05 Negatif
4 0,05 Jelek 24 0,32 Cukup
5 0 Jelek 25 0,36 Cukup
6 0,23 Cukup 26 0 Jelek
7 0,13 Jelek 27 0,41 Baik
8 0,46 Baik 28 0,23 Cukup
9 0,45 Baik 29 0,45 Baik
10 0,27 Cukup 30 0,23 Cukup
11 0,23 Cukup 31 0,14 Jelek
12 0,05 Jelek 32 0,36 Cukup
13 0,32 Cukup 33 0,27 Cukup
14 0,23 Cukup 34 0,14 Jelek
15 0,36 Cukup 35 0 Jelek
16 0,36 Cukup 36 0,1 Jelek
17 0,09 Jelek 37 0,5 Baik
18 0 Jelek 38 0,45 Baik
19 0,09 Jelek 39 0,5 Baik
20 0,45 Baik 40 0,18 Jelek
Dari hasil tersebut maka butir soal yang akan digunakan sebagai
instrumen penelitian yaitu nomor 3, 6, 8, 9, 10, 11, 14, 15, 16, 20, 21, 22, 24, 25,
27, 32, 33, 37, 38, 39. Soal-soal ini yang kemudian dijadikan sebagai soal pretes
3.6
Uji Kesamaan Rata-rata
Pengujian kesamaan rata-rata dilakukan untuk meyakinkan bahwa
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki kesetaraan yang meli