( MAHONI, GLODOKAN, TANJUNG )
SKRIPSI
Oleh :
REZA DIMAS PUTRA 111201091/BUDIDAYA HUTAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Slow Growing
(Mahoni, Glodokan, Tanjung)
Nama : Reza Dimas Putra
NIM : 111201091
Program studi : Kehutanan
Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing
Dr. Delvian, S.P., M.P. Dr. Deni Elfiati, S.P., M.P.
Ketua Anggota
Mengetahui
Siti Latifah,S.Hut.,M.Si.,Ph.D
REZA DIMAS PUTRA : Effect of Inoculation of Mycorrhiza Fungi on Growth Slow Growing Plants (Mahogany, glodokan, Tanjung). Guided by DELVIAN and DENI ELFIATI.
This research aims to find out and see the response or effect of arbuscular mycorrhizal inoculation on plant growth slow growing. This research was conducted in the greenhouse of the Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, Medan.This research uses completely randomized factorial design with 2 factorial namely mycorrhizal doses (0 g / seed, 5 g / seed, 10 g / seed, and 15 g / seeds) and plant species (mahogany, glodokan and cape). Parameters measured were plant height, plant diameter, leaf number, percentage of root colonization, P uptake in the canopy, total dry weight, and the ratio of the root crown.
The results showed the interaction between plant species and dose mycorrhizal not significantly affected all parameters of eachs treatment and vice versa single factor plant species showed significant effect on all parameters of each treatment, but to a single factor dose of mycorrhizal significant effect on the total dry weight and P uptake of plants and no significant effect on the parameters of height, diameter, number of leaves, the ratio of the root crown and root colonization. Different types of plants - different response of different plant growth different.
Keywords: Mycorrhizal Fungi, Mahogany Cape, glodokan, Marginal Land
REZA DIMAS PUTRA : Pengaruh Inokulasi Mikoriza Arbuskula Terhadap Pertumbuhan Tanaman Slow Growing ( Mahoni, Glodokan, Tanjung ). Dibimbing oleh DELVIAN dan DENI ELFIATI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan melihat respon atau pengaruh inokulasi mikoriza arbuskula terhadap pertumbuhan tanaman slow growing. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan 2 faktorial yaitu dosis mikoriza (0 g/bibit, 5 g/bibit, 10 g/bibit, dan 15 g/bibit ) dan jenis tanaman ( mahoni, glodokan dan tanjung). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter tanaman, jumlah daun, persentasi kolonisasi akar, serapan P pada tajuk, berat kering total, dan rasio tajuk akar.
Hasil penelitian menunjukkan interaksi antara jenis tanaman dan dosis mikoriza tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang dari masing – masing perlakuan dan sebaliknya faktor tunggal jenis tanaman menunjukkan pengaruh nyata terhadap semua parameter setiap perlakuan, tetapi untuk faktor tunggal dosis mikoriza memberikan pengaruh nyata terhadap berat kering total dan serapan P tanaman dan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap parameter tinggi, diameter, jumlah daun, rasio tajuk akar dan kolonisasi akar. Jenis tanaman yang berbeda – beda memberikan respon pertumbuhan tanaman yang berbeda – beda.
Kata Kunci : Fungi Mikoriza, Mahoni Tanjung, glodokan, Tanah Marginal
Penulis dilahirkan di Padangsidimpuan, Kabupaten Tapanuli Selatan. Penulis
lahir pada tanggal 13 April 1993 dari pasangan ayahanda Irawadi Jambak yang
berasal dari Padang Sumatera Barat dan ibunda Masnawati Daulay yang berasal dari
Oadang Bolak Sumatera Utara. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara
dimana penulis memiliki satu abang satu adik laki – laki dan memiliki adik satu adik
perempuan yaitu yang paling kecil.
Penulis memulai pendidikan di TK Masyithoh dan lulus pada tahun 1999,
kemudian melanjutkan pendidikan ke tingkat SD 200117 Padangsidimpuan dan lulus
pada tahun 2005. Penulis melanjukan pendidikannya di SMP N 4 Padangsidimpuan
dan lulus pada tahun 2008 serta lanjut ke SMA N 6 Padangsidimpuan dan lulus pada
tahun 2011 dan pada tahun yang sama peneulis diterima di Fakultas Pertanian USU
melalui jalur tertulis SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis tidak memasuki organisasi apapun
kecuali HMI dan itu juga hanya 1 semester, karena penulis merasa kurang efektif.
Penulis juga mengikuti praktek pengenalan ekosistem hutan ( P2EH ) di Tahura
selama 10 hari dan PKL di Bandung Utara tepatnya di Perhutani pada tahun 2015.
Penulis melakukan penelitian dari bulan April 2015 – bulan Agustus 2015
dengan judul “Pengaruh Inokulasi Mikoriza Arbuskula Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Slow Growing (Mahoni, Tanjung, dan Glodokan)” dibawah bimbingan
bapak Dr. Delvian, SP., MP dan ibu Dr. Deni Elfiati, SP., MP.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala
kasih dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Inokulasi Mikoriza Arbuskula Terhadap Pertumbuhan Tanaman Slow
Growing (Mahoni,Glodokan, Tanjung)”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan melihat respon atau pengaruh
inokulasi mikoriza arbuskula terhadap pertumbuhan tanaman slow growing.
Sehingga diperoleh data yang dapat memberikan informasi dalam usaha penanganan
lahan – lahan marginal melalui upaya peningkatan pertumbuhan tanaman dengan
cara inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA).
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada:
1. Bapak Dr. Delvian, SP.,MP sebagai ketua komisi pembimbing penulis dan
kepada ibu Dr. Deni Elfiati, SP., MP sebagai anggota komisi pembimbing
yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan dalam penulisan
skripsi ini.
2. Orang tua tersayang dan tercinta, Ayahanda Irawadi Jambak, S.Pd dan ibunda
Masnawati Daulay yang telah memberikan motivasi yang tak terbatas, doa,
dan segala sesuatu yang penulis butuhkan dalam pembuatan skripsi ini.
3. Latifah yang telah banyak membantu penulis dalam mengerjakan penulisan
skripsi ini.
4. Sahat yang telah banyak membantu penulis dalam pengerjaan penelitian
sampai penelitian selesai.
satu persatu disini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab
itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua pembaca skripsi ini
demi menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Halaman
B. Pertambahan Tinggi Tanaman ... 20
C. Pertambahan Diameter Tanaman ... 22
D. Pertambahan jumlah daun Tanaman ... 24
No Halaman
1. Analisis tanah ... 20
1. Rataan pertambahan tinggi tanaman ... 20
2. Rataan pertambahan diameter tanaman ... 23
3. Rataan pertambahan jumlah daun tanaman... 25
4. Rataan berat kering total tanaman ... 27
5. Rataan rasio tajuk akar tanaman ... 28
6. Rataan serapan P tanaman ... 29
No Halaman
1. Tanaman – tanaman mahoni yang sudah kering ... 19
2. Rataan laju pertumbuhan tinggi tanaman pada berbagai jenis tanaman ... 21
3. Rataan laju pertumbuhan tinggi tanaman pada berbagai dosis mikoriza ... 22
4. Rataan laju pertumbuhan diameter tanaman pada berbagai jenis tanaman ... 23
5. Rataan laju pertumbuhan diameter tanaman pada berbagai dosis mikoriza .. 24
6. Rataan laju pertumbuhan jumlah daun pada berbagai jenis tanaman ... 25
7. Rataan laju pertumbuhan jumlah daun pada berbagai dosis mikoriza ... 26
8. Rataan kolonisasi akan jenis tanaman dan dosisi mikoriza ... 30
9. Infeksi pada akar tanaman ... 32
No Halaman
1. Rataan pertambahan tinggi dan analisis sidik ragam bibit ... 39
2. Rataan pertambahan diameter dan analisis sidik ragam bibit ... 40
3. Rataan pertambahan jumlah daun dan analisis sidik ragam bibit ... 41
4. Rataan berat kering total dan analisis sidik ragam bibit ... 42
5. Rataan rasio tajuk akar dan analisis sidik ragam bibit ... 43
6. Rataan serapan P dan analisis sidik ragam bibit ... 44
7. Rataan kolonisasi akar dan analisis sidik ragam bibit ... 45
8. Kriteria persentase kolonisasi akar... 46
9. Kriteria penilaian sifat kimia tanah ... 46
10. Kadar p pada tajuk tanaman tanjung dan glodokan ... 47
11. Penyediaan media serta pemberian pupuk dasar dan inokulum... 48
12. Pemindahan bibit dan pemindahan ke rumah kaca Fakultas Pertanian ... 50
13. Tanaman pada saat pemanenan ... 52
REZA DIMAS PUTRA : Effect of Inoculation of Mycorrhiza Fungi on Growth Slow Growing Plants (Mahogany, glodokan, Tanjung). Guided by DELVIAN and DENI ELFIATI.
This research aims to find out and see the response or effect of arbuscular mycorrhizal inoculation on plant growth slow growing. This research was conducted in the greenhouse of the Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, Medan.This research uses completely randomized factorial design with 2 factorial namely mycorrhizal doses (0 g / seed, 5 g / seed, 10 g / seed, and 15 g / seeds) and plant species (mahogany, glodokan and cape). Parameters measured were plant height, plant diameter, leaf number, percentage of root colonization, P uptake in the canopy, total dry weight, and the ratio of the root crown.
The results showed the interaction between plant species and dose mycorrhizal not significantly affected all parameters of eachs treatment and vice versa single factor plant species showed significant effect on all parameters of each treatment, but to a single factor dose of mycorrhizal significant effect on the total dry weight and P uptake of plants and no significant effect on the parameters of height, diameter, number of leaves, the ratio of the root crown and root colonization. Different types of plants - different response of different plant growth different.
Keywords: Mycorrhizal Fungi, Mahogany Cape, glodokan, Marginal Land
REZA DIMAS PUTRA : Pengaruh Inokulasi Mikoriza Arbuskula Terhadap Pertumbuhan Tanaman Slow Growing ( Mahoni, Glodokan, Tanjung ). Dibimbing oleh DELVIAN dan DENI ELFIATI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan melihat respon atau pengaruh inokulasi mikoriza arbuskula terhadap pertumbuhan tanaman slow growing. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan 2 faktorial yaitu dosis mikoriza (0 g/bibit, 5 g/bibit, 10 g/bibit, dan 15 g/bibit ) dan jenis tanaman ( mahoni, glodokan dan tanjung). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter tanaman, jumlah daun, persentasi kolonisasi akar, serapan P pada tajuk, berat kering total, dan rasio tajuk akar.
Hasil penelitian menunjukkan interaksi antara jenis tanaman dan dosis mikoriza tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang dari masing – masing perlakuan dan sebaliknya faktor tunggal jenis tanaman menunjukkan pengaruh nyata terhadap semua parameter setiap perlakuan, tetapi untuk faktor tunggal dosis mikoriza memberikan pengaruh nyata terhadap berat kering total dan serapan P tanaman dan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap parameter tinggi, diameter, jumlah daun, rasio tajuk akar dan kolonisasi akar. Jenis tanaman yang berbeda – beda memberikan respon pertumbuhan tanaman yang berbeda – beda.
Kata Kunci : Fungi Mikoriza, Mahoni Tanjung, glodokan, Tanah Marginal
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Ada dua sifat pertumbuhan yang dimiliki oleh setiap jenis tanaman, yaitu ada
yang memiliki pola pertumbuhan yang cepat (fast growing species) dan ada yang
memiliki pertumbuhan yang lambat (slow growing species). Tanaman mahoni,
glodokan, dan tanjung termasuk dalam kategori dengan tanaman yang
pertumbuhannya lambat (slow growing). Tetapi kelompok tanaman dengan
pertumbuhan lambat, perkembangannya dapat di tingkatkan dengan penggunaan atau
pemberian mikroba tanah yang bermanfaat yang diharapkan dapat mengurangi waktu
yang diperlukan dalam pindah lapangan.
Didalam tanah organisme terbagi dua, yaitu organisme yang menguntungkan
seperti dekomposer dan pengikat atau penyedia unsur hara, yang kedua adalah
organisme yang merugikan seperti predator yang memakan organisme lainnya.
Mikoriza adalah salah satu organisme yang menguntungkan khususnya peranannya
dalam membantu tanaman untuk menyerap unsur hara, dimana mikoriza tersebut
bersimbiosis dengan perakaran didalam tanah.
Mikoriza pada tanaman memiliki beberapa peran, yaitu : 1) Memebantu
penyerapan air dan hara khususnya hara P, 2) Membantu transfer hara, asimilasi
karbo dan fitohormon, 3) Membantu pertumbuhan awal bibit, 4) Meningkatkan daya
hidup, transplanting dan kualitas bibit, 5) Mengefisienkan atau mengurangi
penggunaan pupuk yang berlebihan.
Manfaat yang diperoleh dari mikoriza adalah meningkatkan kemampuan
tanaman dalam mendapatkan hara. Mikoriza memberi manfaat pada pertumbuhan
dan hasil tanaman dengan cara meningkatkan kemampuan tanamanuntuk
mendapatkan hara yang ada dalam tanah, yaitu dengan meningkatnya penyerapan
unsur hara terutama P, dan juga meningkatkan penyerapan unsur hara lainnyaseperti
N (NH4+ atau NO3-), K, dan Mg yang bersifat mobil. Peningkatanpenyerapan juga
terjadi untuk unsur-unsur hara seperti Zn, Cu, S, B, dan Mo (Ouimet, 1996).
Fungi mikoriza arbuskula (FMA) adalah salah satu cendawan pembentuk
mikoriza yang akhir- akhir cukup populer mendapat perhatian dari para peneliti
lingkungan dan biologis. Fungi ini diperkirakan dimasa mendatang dapat dijadikan
sebagai salah satu alternatif teknologi untuk membantu pertumbuhan, meningkatkan
produktivitas dan kualitas tanaman terutama yang ditanam pada lahan-lahan marginal
atau bekas tambang/industri (Delvian, 2006).
Ada sekitar 150 spesies FMA yang telah dideskripsi oleh Morton dan Benny
(1990) berdasarkan morfologi spora. Banyaknya spesies FMA yang telah ditemukan
tersebut menunjukan bahwa FMA pada setiap lahan itu berbeda-beda, contohnya
seperti perbedaan FMA yang berada pada dataran rendah dan dataran tinggi(Smith
dan Read, 1997).
Dewasa ini pemanfaatan mikoriza arbuskula sering digunakan untuk
membantu dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman dikarenakan simbiosis fungi
mikoriza arbuskula dengan tanaman. Kegiatan ini sangat penting dilakukan pada saat
pembibitan maupun penanaman di lapangan. Pengaruh pemberian mikoriza pada
tanaman lambat tumbuh ( slow growing ) belum banyak dilakukan terutama pada
tanaman mahoni, glodokan, dan tanjung. Untuk itu perlu dilakukan penelitian agar
mengetahui pengaruh pemberian mikoriza arbuskula terhadap pertumbuhan ketiga
B.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan melihat respon atau pengaruh
inokulasi mikoriza arbuskula terhadap pertumbuhan tanaman slow growing.
C. Hipotesis Penelitian
- Interaksi pemberian dosis mikoriza arbuskula dan perbedaan jenis
tanamanmemberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan pertumbuhan bibit
mahoni, glodokan dan tanjungpada tanah marginal.
- Pemberian mikoriza arbuskula pada dosis yang berbeda memberikan
pengaruh nyata terhadap peningkatan pertumbuhan bibit mahoni, glodokan dan
tanjung pada tanah marginal.
- Perbedaan jenis tanaman memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan yang berbeda pula pada tanah marginal.
D.Manfaat Penelitian
Sebagai informasi bahwa pemberian mikoriza arbuskula dapat membantu
II. TNJAUAN PUSTAKA
A. Mahoni
Tanaman mahoni (Swietenia mahagoni Jack) merupakan salah satu tanaman
yang dianjurkan untuk pengembangan HTI (Hutan Tanaman Industri). Mahoni dalam
klasifikasinya termasuk famili Meliaceae. Ada dua spesies yang cukup dikenal yaitu:
S. macrophyla (mahoni daun lebar) dan S. mahagoni (mahoni daun sempit)
(Khaeruddin, 1999).
Menurut Khaeruddin (1999), tanaman mahoni tersusun dalam sistematika sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotiledone
Ordo : Rotales
Genus : Swietenia
Spesies : Swietenia mahagoni
Swietenia mahagoni yang berasal dari benua Amerika yang beriklim tropis sudah
lama dibudidayakan di Indonesia dan sudah beradaptasi dengan iklim tropis di
Indonesia. Nama asing dari tanaman ini adalah West Indian Mahogany. Tanaman
mahoni banyak ditanam di pinggir jalan atau di lingkungan rumah dan halaman
perkantoran sebagai tanaman peneduh. Tanaman ini tumbuh secara liar di
hutan-hutan atau di antara semak-semak belukar, dan banyak digunakan sebagai bahan
pestisida alami.
B. Tanjung
Tanaman tanjung (Mimusops elengi) diperkirakan terdiri dari 40 marga dan
600 jenis. Terutama sekali merupakan pohon tropika, umumnya di Asia dan Amerika
Serikat Tumbuhan ini diduga berasal dari India kemudian menyebar ke Burma
(Myanmar), Srilangka dan daerah tropika lainnya . Tanjung berukuran sedang dan
dapat juga kecil. Dapat tumbuh pada tanah berpasir, di dataran rendah yang terbuka.
tumbuh baik pada ketinggian kurang dari 800 meter di atas permukaan laut
(Suryowinoto 1997).
Menurut Martawijaya, dkk (1989) bahwa sistematika dari tanaman tanjung adalah
sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Sub division : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Ebenales
Family : Sapotaceae
Genus : Mimusops
Species : Mimusops elengi
C. Glodokan
Polyalthia merupakan salah satu genus dari family Annonaceae, terdiri dari
semak dan pohon yang banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis, terdiri dari
17 spesies (Sampath et al., 2013). Polyalthia longifolia (Annonaceae), dalam Bahasa
Indonesia dikenal dengan nama glodokan tiang india, merupakan tumbuhan yang
Menurut Phadnis, dkk (1988)., tanaman glodokan tersusun dalam sistematika sebagai
berikut:
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Sub Kelas: Magnoliidae
Ordo: Magnoliales
Famili:
Genus:
Spesies: Polyalthia longifolia Sonn.
D. Mikoriza
Mikoriza adalah asosiasi antara tumbuhan dan jamur yang hidup dalam tanah
(Brundrett et al., 1996). Mikoriza yang terbentuk pada tumbuhan dapat dibedakan
berdasar struktur tumbuh dan cara infeksinya pada sistem perakaran inang (host)
yang dikelompokkan ke dalam tiga golongan besar yaitu ektomikoriza (ECM),
endomikoriza (VMA atau FMA) dan ektendomikoriza (Setiadi, 2001). Jika
dibandingkan dengan tumbuhan yang tidak memiliki mikoriza, akar tumbuhan yang
memiliki mikoriza ternyata lebih efisien karena penyerapan air dan hara dibantu
jamur. Benang-benang hifa jamur memiliki akses dan jangkauan lebih luas dalam
mengeksploitasi nutrisi pada suatu area
(Smith and Read, 1997).
Fungi mikoriza arbuskula adalah salah satu tipe yang tergolong kedalam
ordo Glomales yang mempunyai 2 sub ordo, yaitu Gigasporineae dan Glominae.
Gigasporineae dengan famili Giagasporaceae mempunyai 2 genus, yaitu Gigaspora
dan Scutellospora. Giomaceae mempunyai 4 famili, yaitu famili Glomaceae dengan
genus Glomus, famili Acaulosporaceae dengan genus Acaulospora dan
Entrophospora, Paraglomaceae dengan genus Paraglomus dan Archaeosporaceae
dengan genus Archaeospora (INVAM, 2004).
FMA (Fungi Mikoriza Arbuskular) adalah salah satu jasad renik tanah dari
kelompok jamur yang bersimbiosis dengan akar tanaman. Jamur ini mempunyai
sejumlah pengaruh yang menguntungkan bagi tanaman yang bersimbiosis
dengannya. FMA mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman karena status hara
tanaman tersebut dapat ditingkatkan dan diperbaiki. Kemampuannya yang tinggi
dalam meningkatkan penyerapan air dan hara terutama unsur hara P
(Hapsoh, 2008).
Aplikasi mikoriza pada tanaman merupakan salah satu upaya untuk
mengatasi terhambatnya pertumbuhan karena cekaman kekeringan. Mikoriza
merupakan bentuk simbiosis mutualisme antara jamur dan sistem akar tanaman
tingkat tinggi. Prinsip kerja mikoriza adalah menginfeksi sistem perakaran tanaman
inang, memproduksi jalinan hifa secara intensif sehingga tanaman yang mengandung
mikoriza tersebut akan mampu meningkatkan kapasitas dalam penyerapan hara
(Rungkat, 2009).
Aplikasi FMA dalam upaya perbaikan kualitas dan pertumbuhan tanaman
tersebut perlu dilakukan. Efektivitas FMA dalam meningkatkan pertumbuhan dan
ketergantungan tanaman inang terhadap asosiasi FMA sangat dipengaruhi oleh
(Van der Heijden et al., 2006).
Kompatibilitas kedua simbion ini ditentukan oleh eksudat akar yang
mempengaruhi perkecambahan spora, dan dalam beberapa kasus mempengaruhi
percabangan hifa dan kecepatan memasuki akar sebagai respon untuk mendekati akar
inang yang kompatibel, tetapi tidak pada tanaman non-inang
(Harrison 1999).
Banyak penelitian melaporkan bahwa tanaman bermikoriza lebih tahan
terhadap kekeringan dibandingkan dengan tanaman tanpa mikoriza. Menurut Musfal
(2008), hubungan FMA dengaan tanaman inangnya adalah saling menguntungkan
baik bagi tanaman pangan, pertanian, kehutanan maupun tanaman penghijauan.
Mekanisme translokai dan penyerapan langsung air melalui jaringan hifasama
dengan cara penyearapan nutrisi. Kemungkinan pengaruh kolinisasi mikoriza pada
tanaman tahan kekeringan, terkait dengan penyerapan nutrisi. Pada tanah kering
ketersediaan nutrisi menjadi berkurang karena adanya peningkatan proses difusi
(Smith dan Read,1997).
Fungi mikoriza perannya sangat penting bagi ketersediaan unsur hara P, Mg,
K, Fe dan Mn untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini terjadi melalui pembentukan hifa
pada permukaan akar yang berfungsi sebagai pemanjangan akar tanaman terutama di
daerah yang miskin unsur hara, pH rendah dan kurang air. Akar tanaman
bermikoriza ternyata meningkatkan penyerapan seng dan sulfur dari dalam tanah
lebih cepat dari tanaman yang tidak bermikoriza (Abbot dan Robson, 1991). Manfaat
fungi mikoriza ini terlihat secara nyata jika kondisi tanahnya miskin unsur hara atau
kondisi kering, sedangkan pada kondisi tanah yang subur peran fungi ini tidak begitu
Menurut hasil penelitian Avy (2012) yang menyatakan bahwa tanaman
bermikoriza menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman dan luas daun yang
lebihtinggi karena penyerapan akan hara yang dibutuhkan oleh tanaman berjalan
lebih efektif sehingga metabolisme pertumbuhan tanaman dapat berlangsung dengan
baik terutama pada fase vegetatif menuju fase generatif, serta potensi nira sorgum
manis pada tanaman bermikoriza lebih besar 29,88 % dibandingkan dengan tanaman
tanpa mikoriza. Tanaman yang bermikoriza dapat meningkatkan penyerapan unsur
hara dalam bentuk terikat dimana sebelumnya tidak diserap oleh tanaman.
Dikarenakan efisiensi penyerapan hara pada akar yang bermikoriza meningkat lebih
baik dibandingkan dengan tanaman tanpa mikoriza.
Sejumlah percobaan telah membuktikan hubungan saling menguntungkan,
yaitu adanya cendawan mikoriza sangat meningkatkan efisiensi penyerapan mineral
dari tanah. Mikoriza juga bisa memberikan kekebalan bagi tumbuhan inang.
Mikoriza ini menjadi pelindung fisik yang kuat, sehingga perakaran sulit ditembus
penyakit (patogen), sebab jamur ini mampu membuat bahan antibotik untuk melawan
penyakit. Cendawan mikoriza bisa membentuk hormon seperti auxin, citokinin, dan
giberalin yang berfungsi sebagai perangsang pertumbuhan tanaman (Hardiatmi,
2008).
Kelebihan yang dimiliki oleh FMA adalah kemampuannya dalam
meningkatkan penyerapan unsur hara makro termasuk fosfat dan beberapa unsur
mikro seperti Cu, Zn, dan Bo. Oleh sebab itu, maka penggunaan FMA ini dapat
dijadikan sebagai alat biologis untuk mengefisieansikan penggunaan pupuk buatan
terutama fosfat. Untuk membantu pertumbuhan tanaman reboisasi pada lahan – lahan
efisien karena kemampuannya meningkatkan resistensi tanaman terhadap
kekeringan. Beberapa penelitian membuktikan bahwa fungi ini juga mampu
mengurangi serangan patogen tular tanah dan dapat membantu pertumbuhan tanaman
pada tanah – tanah yang tercemar logam berat, sehingga penggunaannya dapat
berfungsi sebagai bio-proteksi (Riyanto, 2009).
Mikoriza menyebabkan terjadinya peningkatan ketahanan tumbuhan terhadap
infeksi patogen dan parasit akar. Hal ini dikarenakan terdapatnya penghalang
mekanis berupa mantel jamur yang dapat menghambat penetrasi patogen dan adanya
kemampuan beberapa jamur mikoriza untuk memproduksi antibiotik. Mikoriza juga
dapat merangsang inang untuk membentuk senyawa senyawa penghambat dan
meningkatkan persaingan kebutuhan hidup di rizosfer (Chakravarty dan Chatapaul,
1988).
Menurut hasil penelitian Rianty (2013), menyatakan inokulasi mikoriza
berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi, pertambahan diameter, pertambahan
daun, persentase kolonisasi akar, dan berat kering total, tetapi tidak berpengaruh
nyata terhadap rasio tajuk akar tanaman. Pemberian dosis juga memberikan pengaruh
yang berbeda-beda dan dosis yang paling baik terdapat pada dosis paling banyak
yaitu 30 gram dibandingkan dengan dosis yang lainnya 0 gram, 10 gram, 20
gram. Dikarenakan jumlah spora di dosis 30 gram lebih banyak dari dosis yang lain.
Menurut Abbot dan Robson (1991) dalam Irwanto (2006) peran FMA
sebetulnya secara tidak langsung meningkatkan ketahanan terhadap kadar air yang
ekstrim. Fungi mikoriza dapat mempengaruhi kadar air tanaman inang. Ada beberapa
1. Adanya mikoriza menybabkan resistensi akar terhadap gerakan air menurun
sehingga tranpor air ke akar meningkat.
2. Peningkatan status P tanaman sehingga daya tahan tanaman terhadap
kekeringan meningkat. Tanaman yang mengalami kahat P cenderung peka
terhadapt kekeringan.
3. Pertumbuhan yang lebih baik serta ditunjang adanya hifa eksternal fungi yang
dapat menjangkau air jauh ke dalam tanah sehingga tanaman dapat bertahan
pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan.
4. Pengaruh tidak langsung karena adanya hifa eksternal yang menyebabkan
FMA efektif dalam mengagregasi butir tanah sehingga kemampuan tanah
menyimpan air meningkat.
Menurut hasil penelitian Marison (2014) menyatakan bahwa inokulasi
mikoriza berpengaruh nyata terhadap serapan P tanaman. Dosis mikoriza 15 gr/bibit
memberikan rataan serapan P tertinggi dan yang terendah berada pada dosis 0
gr/bibit atau kontrol, akan tetapi dari hasil uji sidik ragam yang dilakukan dosis 15
gr/bibit tidak berbeda nyata dengan pemberian dosis 10 dan 5 gr/ bibit. Dikarenakan
dengan adanya mikoriza yang diberikan ke dalam tanah pelarut fosfor tanah dapat
meningkat, sebab mikoriza mampu melepaskan asam – asam organik dan enzim
III. BAHAN DAN METODE
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian dan
Laboratorium Ekologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini
dilakukan mulai bulan Februari 2015 – Agustus 2015.
B. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah marginal yang
berasal dari Tanjung Anom, bibit mahoni, bibit glodokan, bibit tanjung yang masing
– masing berumuran 2 bulan, fungi mikoriza arbuskula (FMA) yang diperoleh dari
pembelian online, lebel nama, dan pasir. Alat–alat yang digunakan dalam penelitian
ini adalah bak kecambah, kamera digital, sprayer, alat tulis, jangka sorong,
penggaris, dan komputer yang dilengkapi paket SPSS.
C. Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial
dengan 2 faktor dan ulangan sebanyak 4 kali, dimana :
1. Faktor 1 : jenis bibit yang ditanam (T) yang terdiri dari 3 jenis bibit, yaitu:
T1 = jenis mahoni
T2 = jenis glodokan
T3 = jenis tanjung
2. Faktor 2 : Dosis Mikoriza (M) yang terdiri dari :
M0 = tanpa penambahan mikoriza (kontrol)
M1 = penambahan mikoriza 5 gr/tanaman
M2 = penambahan mikoriza 10 gr/tanaman
M3 = penambahan mikoriza 15 gr/tanaman
T1M0 = Jenis mahoni tanpa penambahan mikoriza (kontrol)
T1M1 = Jenis mahoni dengan penambahan mikoriza 5 gr/tanaman
T1M2 = Jenis mahoni dengan penambahan mikoriza 10 gr/tanaman
T1M3 = Jenis mahoni dengan penambahan mikoriza 15 gr/tanaman
T2M0 = Jenis glodokan tanpa penambahan mikoriza (kontrol)
T2M1 = Jenis glodokan dengan penambahan mikoriza 5 gr/tanaman
T2M2 = Jenis glodokan dengan penambahan mikoriza 10 gr/tanaman
T2M3 = Jenis glodokan dengan penambahan mikoriza 15 gr/tanaman
T3M0 = Jenis tanjung tanpa penambahan mikoriza (kontrol)
T3M1 = Jenis tanjung dengan penambahan mikoriza 5 gr/tanaman
T3M2 = Jenis tanjung dengan penambahan mikoriza 10 gr/tanaman
T3M3 = Jenis tanjung dengan penambahan mikoriza 15 gr/tanaman
Jumlah kombinasi perlakuan adalah : 3 x 4 = 12 perlakuan
Jumlah ulangan : 4 ulangan
Jumlah tanaman seluruhnya : 48 tanaman
Percobaan dianalisis dengan sidik ragam dengan model linier sebagai berikut
:
Yij = µ + Ti + Mj + TM(ij) +
ε
ijkYij = Pengaruh perbedaan jenis bibit (T) ke-i dan pemberian mikoriza (M)
dengan dosis yang berbeda ke-j pada ulangan.
Ti = Pengaruh perbedaan jenis bibit ke-i
Mj = Pengaruh pemberian mikoriza dengan dosis berbeda ke-j
TM(ij) = Pengaruh interaksi anatara jenis bibit yang berbeda ke-i dan pemberiaan
mikoriza dengan dosis yang berbeda ke-j
ε
ijk = Galat Pengaruh interaksi anatara jenis bibit yang berbeda ke-i danpemberiaan mikoriza dengan dosis yang berbeda ke-j pada ulangan. Analisis
statistik yang didasarkan pada analisis variansi pada setiap parameter dan uji
lanjutannya menggunakan uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%
(Gomez dan Gomez, 1995).
D. Prosedur Penelitian
1. Pengambilan contoh tanah
Pengambilan contoh tanah dilakukan secara komposit pada lima titik dalam
satu petak ukur. Petak ukur berukuran 20 X 20 m sebanyak 5 petak dalam satu
lahan. Contoh tanah di ambil pada kedalaman 0 – 20 cm.
2. Persiapan media tumbuh
Tanah yang dipakai adalah tanah marginal yang berasal dari Tanjung Anom.
Tanah yang telah diambil terlebih dahulu di kering anginkan lalu diayak dengan
ayakan berukuran 2 mm agar kotoran seperti sampah plastik atau batuan
terseleksi. Tanah dimasukkan ke dalam polibag yang telah disediakan dengan
jumlah tanah sebanyak 3 kg/polibag sesuai perlakuan.
3. Analisis tanah
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan analisis awal
terhadap kondisi tanah marginal yang berasal dari Tanjung Anom, meliputi pH,
4. Penanaman
Bibit mahoni, glodokan, dan tanjung dipindahkan kedalam polybag hitam
yang telah berisi tanah 3 kg dan diberi pupuk NPK (15:15:15) sebanyak 15 gram
sebagai pupuk dasar.
5. Inokulasi FMA
Inokulasi FMA dilakukan pada saat penanaman bibit kedalam polybag
sebanyak 0 gr, 5 gr, 10 gr, 15 gr per masing- masing polybag. Dengan total 12
unit percobaan, dan masing – masingdilakukan dengan 4 ulangan untuk setiap
perlakuannya. Inokilasi yang dilakuakan dengan sistem “Layering technique”
yaitu dengan cara meletakkan mikoriza ke dalam lubang tanam. Bibit kemudian
ditanam ke media yang telah diberi mikoriza. Akar tanaman diusahakan dekat
dengan FMA yang ditabur. Kemudian lubang tanam yang berisi bibit ditutup
dengan tanah.
6. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman yang dilakukan selama melakukan pengamatan
meliputi :
a. Penyiraman
Penyiraman bibit dilakukan pada sore hari dengan menggunakan sprayer,
tetapi disesuaikan dengan kondisi di rumah kaca. Jika media masih lembab, maka
tidak perlu disiram karena akan menyebabkan busuk akar.
b. Penyiangan
Untuk menghindari persaingan antara gulma dan tanaman, maka dilakukan
penyiangan. Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang
7. Pengamatan parameter
Sebelum dilakukan pangamatan parameter, dilakukan terlebih dahulu
pengambilan data awal dari tiap parameter. Jadi data yang diperoleh pada saat
pengukuran parameter dikurangkan terhadap tahap awal. Pengamatan dilakukan 2
minggu setelah tanam, pengukuran dilakukan setiap minggu selama 2 bulan dan
parameter yang diamati adalah :
a. Tinggi bibit (cm)
Tinggi bibit diukur mulai dari pangkal batang dipermukaan tanah sampai titik
tumbuh terakhir. Pengukuran tinggi dilakukan dengan menggunakan penggaris.
Pengukuran dimulai dari dua minggu setelah penanaman dengan selang
pengukuran satu minggu sekali sampai akhir penelitian.
b. Diameter bibit (mm)
Pengukuran dilakukan dengan menggukan jangka sorong dua arah yang
berlawanan dan saling tegak lurus terhadap batang kemudian diambil rata-ratanya.
Pengukuran dimulai dari dua minggu setelah penanaman dengan selang
pengukuran satu minggu sekali sampai akhir penelitian.
c. Jumlah daun (helai)
Pengamatan jumlah daun bibit dilakukan dengan cara menghitung jumlah
daun yang telah terbuka sempurna. Pengukuran dimulai dari dua minggu setelah
penanaman dengan selang pengukuran satu minggu sekali sampai akhir penelitian.
d. Berat kering total (BKT)
Pengukuran berat kering total dilakukan setelah ketiga jenis tanaman di
panen, tajuk dan akar tanaman dipisahkan dan dibersihkan. Dimasukkan kedalam
dengan mengeringkan akar dan tajuk dengan suhu 40,50C selama 48 jam untuk
mendapatkan berat kering tajuk dan akar.
e. Rasio tajuk akar
Rasio tajuk akar diperoleh pada akhir penelitian dengan cara membagi berat
kering tajuk dengan berat kering akar :
rasio tajuk akar =berat kering tajuk
berat kering akar
f. Serapan P
Perhitungan serapan P didapatkan dengan mengalikan jumlah berat kering
tajuk dengan kadar P tanaman, dimana kadar P tanaman diperoleh dengan
menggunakan metode pengabuan basah.
g. Persentase kolonisasi akar
Pengamatan kolonisasi FMA pada akar tanaman dilakukan pada minggu ke 8
dan menggunakan teknik pewarnaan akar (staining). Metoda yang digunakan untuk
pembersihan dan pewarnaan akar sampel adalah metoda dari Kormanik dan McGraw
(1982) yaitu :
1. Langkah pertama adalah memilih akar-akar halus dengan diameter
0,5-2,0 mm (Rajapakse dan Miller Jr., 1992) segar dan dicuci dengan air
mengalir hingga bersih.
2. Akar sampel dimasukan ke dalam larutan KOH 10% dan dibiarkan
selama lebih kurang 24 jam sehingga akar akan berwarna putih atau
pucat. Tujuannya adalah untuk mengeluarkan semua isi sitoplasma dari
sel akar sehingga akan memudahkan pengamatan struktur infeksi FMA.
Larutan KOH kemudian dibuang dan akar contoh dicuci pada air
3. Selanjutnya akar contoh direndam dalam larutan HCl 2% dan diinapkan
selama satu malam. Larutan HCl 2% kemudian dibuang dengan
mengalirkannya secara perlahan-lahan.
4. Akar sampel direndam dalam larutan Trypan Blue 0,05%. Kemudian
larutan Trypan Blue dibuang. Selanjutnya kegiatan pengamatan siap
dilakukan.
Penghitungan persentase kolonisasi akar menggunakan metoda panjang akar
terkolonisasi (Giovannetti dan Mosse, 1980). Secara acak diambil potong-potongan
akar yang telah diwarnai dengan panjang ± 1 cm sebanyak 10 potongan akar dan
disusun pada kaca preparat, untuk setiap tanaman sampel dibuat dua preparat akar.
Potongan-potongan akar pada kaca preparat diamati untuk setiap bidang pandang.
Bidang pandang yang menunjukan tanda-tanda kolonisasi (terdapat hifa dan atau
arbuskula dan atau vesikula) diberi tanda positif (+), sedangkan yang tidak terdapat
tanda-tanda kolonisasi diberi tanda negatif (-). Derajat atau persentase kolonisasi
akar dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
% kolonisasi akar = ∑Bidangpandangbertanda (+)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil
Pada awalnya penelitan ini dilakukan dengan tiga jenis tanaman yaitu
mahoni, tanjung dan glodokan. Tetapi pada pertengahan peneltian tepatnya pada
minggu ke tiga penelitian terjadi serangan penyakit tingginya suhu yang
mengakibatkan tanaman jenis mahoni mengalami kematian. Hasil dokumentasi dari
jenis tanaman mahoni disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Tanaman - tanaman mahoni yang sudah kekeringan
Gambar 1 Menunjukkan beberapa tanaman mahoni yang sudah kekeringan
dan sudah mati, hal ini disebabkan tanaman mahoni tersebut terserang penyakit dan
karena panasnya cuaca pada saat penelitian. Sumber penyakit yang menyerang jenis
mahoni ini kemungkinan besar ada 2, yaitu tanah yang sudah membawa penyakit dan
tanaman yang sudah terinfeksi penyakit sejak berada pada sumber pembelian bibit,
yang mengakibatkan tanaman tersebut tidak dapat tumbuh dengan baik lagi.
Tingginya intensitas kematian jenis mahoni mengakibatkan penelitian dilanjutkan
dengan 2 jenis tanaman saja (tanjung dan glodokan) serta perhitungan hasil dan
pembahasan yang dilakukan juga hanya akan membahas tentang kedua jenis tanaman
tersebut tanpa ikut sertanya jenis tanaman mahoni.
A. Analisis Tanah
Hasil analisis sifat kimia tanah pada Tanjung Anom menunjukkan bahwa
jenis tanah tersebut termasuk kedalam kategori tanah yang kurang subur dan dapat
digunakan dalam penelitian ini, sehingga peranan mikoriza dapat berpengaruh
terhadap jenis tanah yang kurang subur. Hasil data analisis tanah disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Analisis tanah tanjung anom
Parameter Satuan Kisaran Nilai Keterangan pH --- 5,34 Kemasaman sedang C-Organik % 1,59 Rendah P- tersedia ppm 14,24 Rendah
B. Pertambahan Tinggi Tanaman
Hasil uji sidik ragam untuk pertumbuhan tinggi tanaman tanjung dan
glodokan (Lampiran 1) memperlihatkan bahwa interaksi antara jenis tanaman dan
dosis mikoriza berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan bibit tanjung dan
glodokan. Faktor tunggal jenis tanaman dan faktor tunggal dosis mikoriza juga
memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap rataan pertambahan tinggi yang
terjadi pada bibit tanjung dan glodokan. Hasil data pertambahan tinggi tanaman
tanjung dan glodokan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan pertambahan tinggi bibit (cm)
Dosis Mikoriza Jenis Tanaman Rata – rata Tanjung Glodokan
Tabel 2 memperlihatkan jenis tanaman tanjung memberikan pertambahan
sebesar 7 cm (T3M0). Pertambahan tinggi terendah pada jenis tanaman tanjung
sebesar 5,53 cm (T2M1) dan untuk jenis tanaman glodokan terendah sebesar 5,48 cm
(T3M2). Rataan laju pertumbuhan tinggi kedua jenis tanaman pada setiap
pengukuran disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Rataan laju pertumbuhan tinggi pada bibit Tanjung (Mimusops elengi) dan Glodokan (Polyalthia longifolia)
Gambar 2 menunjukkan bahwa pertambahan tinggi bibit Tanjung dan
Glodokan mengalami peningkatan setiap minggunya, dimana rataan laju
pertumbuhan tinggi bibit glodokan lebih baik dibandingkan rataan laju pertumbuhan
tinggi bibit tanjung. Hal ini dapat dilihat dari nilai rataan pertambahan tinggi bibit
glodokan sebesar 5,2 cm, sedangkan rataan pertambahan tinggi bibit tanjung sebesar
4,6 cm. Berdasarkan dosis mikoriza yang diberikan, rataan pertambahan tinggi bibit
Gambar 3. Rataan laju pertumbuhan tinggi bibit Tanjung (Mimusops elengi) dan Glodokan (Polyalthia longifolia) pada berbagai dosis mikoriza
Berdasarkan Gambar 3 diketahui bahwa laju pertumbuhan tinggi pada
berbagai dosis mikoriza mengalami kenaikan setiap minggunya. Dimana, tanaman
dengan pemberian dosis mikoriza 0 gr memberikan rataan laju pertumbuhan tinggi
terbaik, yaitu sebesar 7,33 cm. Kemudian diikuti dengan pemberian dosis mikoriza
15 gr, 10 gr, dan 5 gr dengan rataan laju pertumbuhan tinggi masing-masing sebesar
6,59 cm, 5,62 cm, dan 5,56 cm.
C. Pertambahan Diameter Tanaman
Hasil uji sidik ragam untuk pertumbuhan diameter tanaman tanjung dan
glodokan (Lampiran 2) memperlihatkan bahwa interaksi antara jenis tanaman dan
dosis mikoriza berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan diameter bibit tanjung
dan glodokan. Faktor tunggal jenis tanaman dan faktor tunggal dosis mikoriza juga
memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap rataan pertambahan diameter yang
terjadi pada bibit tanjung dan glodokan. Hasil data rataan pertambahan diameter
Tabel 3. Rataan pertambahan diameter bibit (cm)
Dosis Mikoriza Jenis Tanaman Rata – rata Tanjung Glodokan
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa rataan diameter terbesar pada bibit
tanjung berada pada dosis mikoriza 15 gr, yaitu sebesar 0,158 cm (T2M3) sedangkan
rataan diameter terkecil terdapat pada dosis mikoriza 5 gr dengan nilai 0,142 cm
(T2M2). Diameter terbesar pada bibit glodokan terdapat pada dosis mikoriza 15 gr,
dengan nilai 0,165 cm (T3M3), sedangkan rataan diameter glodokan terkecil terdapat
pada dosis mikoriza 5 gr, dengan diameter 0,135 cm (T3M1). Rataan pertambahan
diameter kedua jenis tanaman pada setiap pengukuran disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4. Rataan laju pertumbuhan diameter pada bibit Tanjung (Mimusops elengi) dan Glodokan (Polyalthia longifolia)
Gambar 4 menunjukkan adanya pertambahan diameter di setiap pengukuran
jenis tanaman. Rataan laju pertumbuhan diameter bibit terbaik terdapat pada jenis
glodokan dengan peningkatan rataan diameternya sebesar 0,18 cm, sedangkan
cm. Berdasarkan dosis mikoriza yang diberikan terhadap bibit tanjung dan glodokan,
rataan laju pertumbuhan diameter bibit tanaman disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5. Rataan laju pertumbuhan diameter bibit Tanjung (Mimusops elengi) dan Glodokan (Polyalthia longifolia) pada berbagai dosis mikoriza
Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat bahwa rataan laju pertumbuhan diameter
bibit tanjung dan glodokan mengalami peningkatan pertumbuhan disetiap
pengamatan atau pengukuran. Peningkatan rataan diameter bibit tertinggi terdapat
pada dosis mikoriza 15 gr senilai 0,16125 cm. Kemudian peningkatan rataan laju
pertumbuhan diameter bibit yang selanjutnya terdapat pada dosis mikoriza 0 gr
(0,145), 10 gr (0,1425), dan 5 gr (0,14 gr).
D. Pertambahan Jumlah Daun Tanaman
Hasil uji sidik ragam untuk pertambahan jumlah daun tanaman tanjung dan
glodokan (Lampiran 3) memperlihatkan bahwa interaksi antara jenis tanaman dan
dosis mikoriza berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan jumlah daun bibit
tanjung dan glodokan. Jenis tanaman memberikan pengaruh nyata terhadap rataan
pertambahan jumlah daun bibit tanjung dan glodokan, sedangkan untuk dosis
bibit tanjung dan glodokan. Hasil data pertambahan jumlah daun tanaman tanjung
dan glodokan disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan pertambahan jumlah daun bibit (helai)
Dosis Mikoriza Jenis Tanaman Rata – rata Tanjung Glodokan
Tabel 4 memperlihatkan jenis tanaman tanjung memberikan pertambahan
jumlah daun tertinggi yaitu sebesar 5,5 helai (T2M0) dan jenis tanaman glodokan
tertinggi sebesar 7,25 helai (T3M2). Pertambahan jumlah daun terendah pada jenis
tanaman tanjung sebesar 4,5 helai (T2M1 dan T2M2) dan untuk jenis tanaman
glodokan terendah sebesar 5,25 helai (T3M1). Rataan pertambahan jumlah daun
kedua jenis tanaman pada setiap pengukuran yang diperoleh disajikan pada Gambar
6.
Gambar 6. Rataan laju pertumbuhan jumlah daun bibit Tanjung (Mimusops elengi) dan Glodokan (Polyalthia longifolia)
Gambar 6 menunjukkan bahwa jumlah daun bibit Tanjung dan Glodokan
mengalami peningkatan setiap minggunya, dimana laju pertumbuhan jumlah daun
bibit glodokan selama penelitian lebih banyak dibandingkan bibit tanjung. Hal ini
sedangkan pertambahan jumlah daun bibit tanjung sebanyak 5 helai daun.
Berdasarkan dosis mikoriza yang diberikan, rataan laju pertumbuhan jumlah daun
bibit tanaman disajikan pada Gambar 7.
Gambar 7. Rataan laju pertumbuhan jumlah daun bibit Tanjung (Mimusops elengi) dan Glodokan (Polyalthia longifolia) pada berbagai dosis mikoriza
Berdasarkan Gambar 7 diketahui bahwa rataan laju pertumbuhan jumlah daun
pada berbagai dosis mikoriza mengalami kenaikan setiap minggunya. Dimana,
tanaman dengan pemberian dosis mikoriza 0 gr dan 10 gr adalah rataan laju
pertumbuhan jumlah daun terbesar sebanyak 5,87 helai daun. Kemudian diikuti
dengan pemberian dosis mikoriza 15 gr lalu 5 gr dengan pertambahan rataan jumlah
daun masing-masing sebanyak 5,62 dan 4,87 helai daun.
E. Berat Kering Total
Hasil uji sidik ragam untuk pengukuran berat kering total tanaman tanjung
dan glodokan (Lampiran 4) memperlihatkan bahwa interaksi antara jenis tanaman
dan dosis mikoriza memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap berat kering
total bibit tanjung dan glodokan. Faktor tunggal dosis mikoriza dan faktor tunggal
dan glodokan. Hasil data rataan dari berat kering total tanaman tanjung dan
glodokan disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan berat kering total bibit (gram)
Dosis Mikoriza Jenis Tanaman Rata – rata Tanjung Glodokan
Tabel 5 memperlihatkan jenis tanaman tanjung memberikan pertambahan
berat kering total tertinggi yaitu sebesar 2,51 gr (T2M0) dan jenis tanaman glodokan
tertinggi sebesar 4,69 gr (T3M3). Pertambahan berat kering total terendah pada jenis
tanaman tanjung sebesar 0,94 gr (T2M1 dan T2M2) dan untuk jenis tanaman
glodokan terendah sebesar 2,74 gr (T3M2).
Hasil rata – rata dari setiap dosis mikoriza yang di berikan pada tanaman
tanjung dan glodokan diperoleh rataan berat kering tertinggi dan terbaik terdapat
pada jenis tanaman dengan pemberian mikoriza sebesar 15 gr yaitu sebesar 3,29 gr,
sedangkan rataan berat kering total terendah terdapat pada jenis tanaman dengan
pemberian mikoriza 10 gr yaitu sebesar 2,09 gr. Rataan berat kering total tanaman
tanpa mikoriza (kontrol) berbeda tidak nyata dengan rataan berat kering total
tanaman dengan permberian 15 gr mikoriza. Rataan berat kering total dengan
perlakuan pemberian mikoriza 5 gr berbeda tidak nyata dengan perlakuan pemberian
mikoriza 10 gr.
F. Rasio Tajuk Akar
Hasil uji sidik ragam untuk rasio tajuk akar tanaman tanjung dan glodokan
mikoriza berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan jumlah daun bibit tanjung
dan glodokan. Fator jenis tanaman memberikan pengaruh nyata terhadap rataan
pertambahan jumlah daun bibit tanjung dan glodokan, sedangkan untuk faktor dosis
mikorizanya memberikan pengaruh tidak nyata terhadap pertambahan jumlah daun
bibit tanjung dan glodokan. Hasil data yang diperoleh untuk rasio tajuk akar tanaman
tanjung dan glodokan disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan rasio tajung akar bibit (gram)
Dosis Mikoriza Jenis Tanaman Rata – rata Tanjung Glodokan
Tabel 6 Menunjukkan rataan rasio tajuk akar paling tinggi pada jenis tanaman
tanjung terdapat pada pemberian dosis mikoriza 0 gr yaitu senilai 6,50 (T2M0) dan
yang terkecil pada pemberian dosis mikoriza 5 gr dengan besar 2,52 (T2M1). Rataan
rasio tajuk akar pada glodokan yang tertinggi berapa pada pemberian dosis mikoriza
5 gr dengan nilai 3,21 (T3M1) dan yang terendah terdapat pada pemberian dosis 0 gr
yaitu sebesar 2,52 (T3M0).
Hasil data yang diperoleh menunjukkan bahwa rataan rasio tajuk akar pada
berbagai pemberian dosis mikoriza yang tertinggi terdapat pada dosis 0 gr yaitu
sebesar 4,51 grdiikuti dengan 15 gr dan 10 gr yaitu sebesar 4,18 gr dan 3,90 gr
sedangkan yang terkecil terdapat pada pemberian mikoriza 5 gr dengan nilai sebesar
2,87 gr.
G. Serapan P Tanaman
Hasil uji sidik ragam untuk serapan P tanaman (Lampiran 6) menunjukkan
terhadap bibit tanaman tanjung dan glodokan. Faktor tunggal jenis tanaman dan
faktor tunggal dosis mikoriza memberikan pengaruh nyata terhdap serapan P
tanaman tanjung dan glodokan. Hasil data yang diperoleh untuk serapan P tanaman
disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Rataan serapan P (mg)
Dosis Mikoriza Jenis Tanaman Rata – rata Tanjung Glodokan
Tabel 7 menunjukkan pada jenis tanaman tanjung serapan P tertinggi terdapat
pada dosis mikoriza 0 gr sebesar 9,46 mg (T2M0) dan pada jenis glodokan terdapat
pada dosis mikoriza 0 gr dengan jumlah 12,19 mg (T3M0). Rataan yang terendah
pada jenis tanjung terdapat pada dosis mikoriza 5 gr yaitu senilai 2,12 mg (T2M1)
dan pada glodokon rataan terendah terdapat pada dosis mikoriza 10 gr yaitu sebesar
8,69 mg (T3M2).
Hasil data yang diperoleh menunjukkan bahwa rataan serapan P pada
berbagai pemberian dosis mikoriza yang tertinggi terdapat pada dosis 0 gr yaitu
sebesar 10,82 mgdiikuti dengan 15 gr lalu 10 gr dengan nilai masing- masing 8,07
mg dan 6,35 mg sedangkan yang terkecil terdapat pada pemberian mikoriza 5 gr
sebesar 5,62 mg.
H. Persentase Kolonisasi Akar
Hasil sidik ragam untuk persentase kolonisasi akar tanaman tanjung dan
glodokan (Lampiran 7) memperlihatkan bahwa interaksi antara jenis tanaman dengan
persentase kolonisasi akar bibit tanjung dan glodokan. Faktor tunggal jenis tanaman
memberikan pengaruh nyata terhadap persentase kolonisasi akar. Rataan dari
persentase kolonisasi akar jenis tanaman dan dosis mikoriza yang berbeda disajikan
pada Gambar 8.
Gambar 8. Rataan persentase kolonisasi akar tanaman jenis tanjung dan glodokan serta dosis mikoriza
Gambar 8 Menunjukkan bahwa rataan kolonisasi akar tertinggi dari jenis
tanaman tanjung adalah pada pemberian dosis mikoriza 10 gr yaitu sebesar 30,5 %
(T2M2) dan untuk jenis glodokan terdapat pada pemberian dosis mikoriza 15 gr
dengan nilai 35,5 % (T3M3). Rataan kolonisasi terkecil untuk jenis tanjung berapa
pada pemberian mikoriza 0 gr yaitu sebesar 16,5 % (T2M0) dan pada jenis tanaman
glodokan terdapat pada pemberian mikoriza dengan dosis 5 gr sebesar 25,75 %
(T3M1).
2. Pembahasan
Hasil uji sidik ragam semua parameter menunjukkan bahwa interaksi jenis
tanaman dengan dosis mikoriza tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap
semua parameter yang diukur ( tinggi, diameter, jumlah daun, berat kering total, 16,5
T2M0 T2M1 T2M2 T2M3 T3M0 T3M1 T3M2 T3M3
rasio tajuk akar, serapan P dan kolonisasi akar). Namun faktor tunggal dosis
mikoriza hanya memberikan pengaruh nyata pada parameter berat kering total dan
serapan P tanaman dan untuk faktor tunggal jenis tanaman tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap semua parameter yang diukur kecuali pada tinggi dan
diameter tanaman.
Berdasarkan teori, seharusnya mikoriza mampu meningkatkan pertumbuhan
tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung melalui
peningkatan penyerapan hara dan air, sedangkan secara tidak langsung melalui
perbaikan sifat fisika tanah, sehingga pertumbuhan tanaman dapat meningkat lebih
baik dan terlihat dari setiap parameter pertumbuhan. Tetapi hasil yang diperoleh
tidak sesuai dengan teori tesebut, hal ini dapat disebabkan proses adaptasi inokulum
yang diberikan lebih lama dibanding dengan mikoriza lokalnya yang mengakibatkan
inokulum kalah bersaing dengan mikoriza lokal.
Tanah yang digunakan pada penelitian ini adalah tanah marginal, tanah yang
miskin unsur hara terutama hara P dan seharusnya cocok untuk penelitian tentang
pengaruh mikoriza hal ini sesuai dengan pernyataan Delvian (2003) yang
menyatakan penggunaan media yang sedikit mengandung unsur hara dengan
kapasitas tukar kation yang tinggi dan ketersediaan unsur P yang rendah akan
mendukung kolonisasi fungi mikoriza arbuskula.
Hasil penelitian juga menunjukkan pada media tanah yang tidak ditambahkan
mikoriza ditemukan adanya kolonisasi akar, bahkan persentasenya tidak berbeda
nyata dengan yang diberikan mikoriza baik dosis 5 gr, 10 gr, dan 15 gr dapat dilihat
pada hasil uji sidik ragam dari persentase kolonisasi akar. Hal ini disebabkan oleh
inokulum yang diberikan tidak dapat bersaing dengan mikoriza lokal itu sendiri
(indegenous) dan kolonisasi yang terbentuk tersebut adalah hasil dari infeksi yang
terjadi akibat mikoriza lokal dengan akar tanaman, karena mikoriza juga terdapat
pada berbagai jenis tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Setiadi (2001) yang
menyatakan bahwa mikoriza bersifat kosmopolitan, yang artinya mikoriza tersebar
dan terdapat hampir di sebagian besar jenis tanah.
Gambar 14. Hifa yang terdapat pada akar akibat infeksi pada akar bibit
Hasil pengamatan pada akar tanaman ditemukan adanya asosiasi antara akar
dan mikoriza arbuskula yang membentuk kolonisasi akar. Adanya infeksi FMA
terhadap akar ditandai dengan adanya hifa dan vesikula yang menembus sel
epidermis melalui permukaan akar atau rambut – rambut akar, sehingga terlihat
bagian yang terinfeksi (Gambar 14).
Interaksi antara dosis mikoriza dan jenis tanaman dan faktor tunggal dosis
mikoriza tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kolonisasi akar dan hanya
berpengaruh pada faktor tunggal jenis tanaman. Hal ini disebabkan oleh efektivitas
dan kualitas mikoriza yang ditambahkan tergolong rendah dan adanya peran
mikoriza lokal (indegnous) yang turut aktif terhadap pertumbuhan tanaman, sehingga
pertumbuhan tanaman, sesuai dengan penyataan Smith dan Read (1997) yang
menyatakan bahwa kolonisasi yang tinggi tidak selalu berbanding lurus dengan
peningkatan pertumbuhan.
Inokulasi mikoriza mampu menginfeksi akar pada semua perlakuan dengan
persentase yang berbeda – beda. Menurut Syah et al. (2009) persentase infeksi FMA
bervariasi dan berfluktuasi pasa setiap tanaman dan sampel akar yang diambil dan
diamati. Hal ini menyebabkan hasil pengamatan yang dilakukan dan persentase
kolonisasi akar yang berbeda – beda. Kolonisasi tertinggi pada jenis glodokan dari
data yang diperoleh ditujukan pada T3M3 yaitu 35,5 % dan pada jenis tanjung
terdapat pada T2M2 sebesar 30,5 % yang keduanya tergolong pada kategori sedang.
Faktor tunggal jenis tanaman berpengaruh nyata terhadap semua parameter
yang diukur hal ini disebabkan faktor genetik dan fisiologi tanaman. Sesuai dengan
pendapat Hartl dan Clark (1989) dalam Rimbawanto (2008) yang menyatakan
keanekaragaman genetika merupakan modal dasar bagi suatu jenis tanaman untuk
tumbuh, berkembang dan bertahan hidup dari generasi ke generasi. Kemampuan
tanama beradaptasi dengan perubahan lingkungan tempat tumbuh ditentukan oleh
potensi keragaman genetik yang dimiliki tanaman. Tanaman dengan jenis yang
berbeda mempunyai kemampuan beradaptasi yang berbeda pula.
kadar p yang terkandung pada jenis tanaman tanjung dan glodokan tidak
berbeda pada setiap jenis dan dosis mikoriza yang diberikan. Umumnya kemampuan
tanaman dalam menyerap P dari dalam tanah tidak terlalu berbeda pada setiap
perlakuan. Hal ini menyatakan bahwa respon tanaman tanjung dan glodokan dalam
menyerap P tergolong sama. Tanaman tanpa mikoriza (kontro) kemampuannya
berikan mikoriza. Hal ini dikarenakan aktivitas mikoriza lokal dalam menyerap P
tidak berbeda dengan mikoriza yang di tambahkan ke dalam tanah. Hasil yang
membedakan pada serapan P adalah berat kering tajuk dari masing – masing
tanaman, sehingga serapan P yang diperoleh berbeda – beda.
Hasil sidik ragam kolonisasi akar dan serapan P memberikan pengaruh nyata
ter hadap faktor tunggal jenis tanamanan dan faktor tunggal dosis mikoriza. Berat
kering total suatu tanaman berbanding lurus dengan serapan P tanaman. Dimana
kemampuan tanaman dalam menyerap P dengan baik akan membuat pertumbuhan
tanaman lebih baik, karena kebutuhan tanaman akan terpenuhi dan pertumbuhan
tanaman yang baik menunjukkan berat kering total yang tinggi. Hal ini juga
berbanding lurus dengan penelitian ini, yang menunjukkan bahwa penggunaan
terbaik dari dosis mikoriza pada perhitungan berat kering total terdapat pada dosis
15 gr dan tidak berpengaruh nyata dengan pemberian dosis 0 gr. Sedangkan pada
serapan P terdapat pada pemberian dosis 0 gr dan tidak berpengaruh nyata dengan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Interaksi antara jenis tanaman dan dosis mikoriza tidak memberikan pengaruh
nyata terhadap semua parameter yang dilakukan pada masing – masing
perlakuan.
2. Faktor tunggal jenis tanaman berpengaruh terhadap semua parameter yang
dilakukan untuk setiap perlakuan, kecuali pada parameter tinggi dan
parameter diameter.
3. Faktor tunggal dosis mikoriza hanya berpengaruh terhadap berat kering total
dan serapan P dan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi,
diameter, jumlah daun, rasio tajuk akar dan kolonisasi akar.
Saran
Diperlukannya penelitian lanjutan dengan dosis mikoriza yang lebih banyak
dan lebih lama terhadap tanaman slow growing ini, agar mendapatkan pertumbuhan
yang lebih signifikan. Untuk mendapatkan pertambahan yang lebih baik sebaiknya
menggunakan inokulum yang berkualitas tinggi dan pengerjaan yang lebih teliti.
DAFTAR PUSTAKA
Abbot, L. K. dan A. D. Robson. 1991. The Effect of Mycorrizha on Plant Growth. CRC press, Inc, Boca Rotan, Florida.
Avy A, M., Tohari. dan Dody K. 2012. Pengaruh Mikoriza Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Sorgum Manis (Sorghum bicolor L. Moench) pada Tunggu Pertama dan Kedua
Brundrett, M. C,, Bougher, N., Dells, B., Grove, T., dan Malajozuk, N. 1996.
Working with mycorrhizas in forestry and agriculture. Australian Centre for International Agricultural Research : Canberra
Chakravarty, P dan M Chatapaul. 1988. Mycorrhizal and Control of Root Diseases. Abst. Publ. Eroupean Sump. on Mycor. Chechoslovakia. 51 p.
Delvian. 2006. Peranan Ekologi dan Agronomi Cendawan Mikoriza Arbuskula. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Giovanneti, M. dan Mosse B. 1980. An evaluation of technique for measuring vesicular-arbuscular mycorrhizal infection in roots. New Phytol 84. Hlm 489 – 500.
Gomez, K. A dan A.A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian Edisi Kedua. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Hapsoh. 2008. Pemanfaatan Fungi Mikoriza Arbuskula Pada Budidaya Kedelai Di Lahan Kering. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Dalam Bidang Ilmu Budidaya Pertanian Pada Fakultas Pertanian, Medan.
Harrison M. J. 1997. The Arbuscular Mycorrhizal Symbiosis: an Underground Association. Trends in Plant Science (reviews) 2 (2): 54-60.
Hartl, D. L dan A. G. Clark. 1989. Principles of Population Genetics. Dalam : CSIRO Forest Reserch Leaflet 9, Commonwealth Scientific and Industrial Reserch Organisation, Canberra, Australia.
INVAM. 2004. Form Versus Function with a Focus on Levels of Taxonomic Resolution.Http:/INVAM.CAF.MVU.Edu/Fungi/Taxonomy/Concepts/ScutsJ PG [15 November 2014].
Irwanto. 2006. Pengaruh Perbedaan Naungan Terhadap Pertumbuhan Semai Shorea
sp di Persemaian [Tesis]. Sekolah Pascasarjana UGM Jurusan Ilmu – Ilmu Pertanian. Program Studi Ilmu Kehutanan. Yogyakarta.
Khaeruddin. 1999. Pembibitan Tanaman HTI. Penebar Swadaya, Jakarta.
Kormanik, P. P. dan Mc Graw A. C. 1982. Quantification of VA mycorrhizae in plant root. Di dalam : N.C. Schenk (Ed). Methods dan principles of mycorrhizae reasearch. The American Phytop. Soc. 46. Hlm 37- 45.
Martawijaya, A., Kartasujana, I., Mandang, Y.I., Prawira, S.A. dan Kadir, K. 1989. Atlas Kayu Indonesia Vol.2. Pusat Pebelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor.
Marison, R. Pengaruh Inokulasi Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) dan Interval Penyiraman Terhadap Pertumbuhan Bibit Suren ( Toona sureni ). Universitas Sumatera Utara. Medan.
Morton J B, Benny G L. 1990. Revised Classification of Arbuscular MycorrhizalFungi (Zygomicetes): a New Order, Glomales, Two New Suborders,Glomineae and Gigasporineae, and Two New Families, Acaulosporaceaeand Gigasporaceae, with an Emendation of Glomaceae. Mycotaxon. 37:471-491.
Ouimet, R, C Camire, dan Valentin Furland. 1996. Effect of Soil, K, Ca, and MgSaturation and Endomycorrhization on Growth and Nutrient Uptake ofSugar Maple Seedlings. Plant and Soil 179 : 207-216.
Phadnis AP, Patwardhan SA, Dhaneshwar NN, Tavale SS dan Row TNG.1988. Clerodane diterpenoid from Polyalthia longifolia. Phytochemistry, 27, 2899-2901.
Rajapakse, S. dan Miller Jr, JC. 1992. Methods for studying vesicular-arbuscular-mycorrhizal root colonization and related root physical properties. Methods Microbial. 24 : 302-316.
Rianty, S. 2013. Uji Efektivitas Mikoriza Arbuskula Terhadap Pertumbuhan Bibit Sengon (Paraserianthes falcataria), Akasia (Acaci mangium), dan Suren (Toona surenii) Pada Tanah Marginal. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Riyanto, H. D. 2009. Applikasi Mikoriza pada Tanaman Cepat Tumbuh pada Reklamasi Lahan Kritis ( Studi Kasus pada Lahan Pasca Penambangan Batubara di Tanjung Enim). Balai Penelitian Kehutanan Solo.
Rungkat, J. A. 2009. Peranan MVA dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Jurnal FORMAS 4 : 270-276. [ 12 November 2014 ].
Sampath M. dan Vasanthi M. 2013. Isolation, structural elucidation of flavonoids fromPolyalthia longifolia (sonn.) Thawaites and evaluation of antibacterial, antioxidant and anticancer potential. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 5, 336-341.
Setiadi, Y. 2001. Peranan mikoriza arbuskula dalam reboisasi lahan kritis di Indonesia. makalah seminar penggunaan CMA dalam sistem pertanian organik dan rehabilitas lahan. Bandung. 21-23 April 2001.
Setiadi, Y. 2001. Status Penelitian dan Pemanfaatan Fungi Mikoriza Arbuskula dan Rhizobiom untuk merehabilitasi lahan terdegradasi. Seminar Nasional Mikoriza.
Smith S E dan Read D J. 1997. Mycorrhizal Symbiosis. Academic Press. NewYork.
Suryowinoto, S. M. 1997. “Flora Eksotika Tanaman Peneduh”. Penerbit Karnisius. Syah, M. J. A., W. Irwan., H. Yusri. 2007. Pemanfaatan Cendawan Mikoriza
Arbuskula untuk Memacu Pertumbuhan Bibit Manggis. Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika. Solok.
Lampiran 1. Rataan pertambahan tinggi dan analisis sidik ragam bibit
Analisis Sidik Ragam Menggunakan SPSS pada Taraf 5% Sumber
Lampiran 2. Rataan pertambahan diameter dan analisis sidik ragam bibit
Analisis Sidik Ragam Menggunakan SPSS pada Taraf 5% Sumber
Lampiran 3. Rataan pertambahan daun dan analisis sidik ragam bibit
Analisis Sidik Ragam Menggunakan SPSS pada Taraf 5% Sumber
Lampiran 4. Rataan berat kering total dan analisis sidik ragam bibit
Analisis Sidik Ragam Menggunakan SPSS pada Taraf 5% Sumber
Lampiran 5. Rataan rasio tajuk akar dan analisis sidik ragam bibit
Analisis Sidik Ragam Menggunakan SPSS pada Taraf 5% Sumber
Lampiran 6. Rataan serapan P dan analisis sidik ragam bibit (mg)
Analisis Sidik Ragam Menggunakan SPSS pada Taraf 5% Sumber
Lampiran 7. Rataan kolonisasi akar dan analisis sidik ragam bibit
Analisis Sidik Ragam Menggunakan SPSS pada Taraf 5% Sumber
Lampiran 8. Kriteria persentase kolonisasi akar menurut Setiadi et al (1992) No Persentasi kolonisasi akar Keterangan
1 0 – 25 Rendah
2 26 – 50 Sedang
3 51 – 71 Tinggi
4 76 – 100 Sangat tinggi
Lampiran 9. Kriteria penilaian sifat kimia tanah staf pusat penelitian tanah Bogor (1983).
Sifat Kimia Tanah Nilai Kriteria
pH tanah ≤4 Sangat masam
P-tersedia (ppm) < 8,0 Sangat rendah
8,0 – 15 Rendah
16 – 25 Sedang
26 – 35 Tinggi
Lampiran 10. Kadar p pada tajuk tanaman tanjung dan glodokan (%)
No Dosis mikoriza Jenis tanaman
Tanjung Glodokan
1 0 gr 0,35 0,44
2 5 gr 0,34 0,36
3 10 gr 0,29 0,44
4 15 gr 0,31 0,41
5 0 gr 0,37 0,42
6 5 gr 0,24 0,4
7 10 gr 0,34 0,38
8 15 gr 0,29 0,38
9 0 gr 0,41 0,39
10 5 gr 0,28 0,45
11 10 gr 0,28 0,36
Lampiran 11. Penyediaan media serta pemberian pupuk dasar dan inokulum
a. Tanah yang sudah di ayak untuk ketiga jenis tanaman
Lampiran 11. Lanjutan
Lampiran 12. Pemindahan bibit dan pemindahan ke rumah kaca Fakultas Pertanian
a. Bibit ketiga jenis tanaman yang sudah siap di pindahkan ke polibag yang berisi pupuk dasar dan mikoriza
Lampiran 12. Lanjutan
c. Bibit tanjung yang sudah dipindahkan ke rumah kaca
Lampiran 13. Tanaman pada saat pemanenan
a. Jenis tanjung (Mimusops elengi)