351.075
inspektoraセenderal@
KEMENlERIAN ESEHATAN
j
P11 •
"{
Q
'r ""7 . . I H\lC,
Inti p
PETUNJUK PElAKSANAAN
PEMERIKSAAN OPERASIONAL
BALAI
PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
DEPARTEMEN KESEHATAN RI
INSPEKTORAT JENDERAL
JAKARTA
1997
351.075 Ind
p
Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan
Indonesia. Departemen Kesehatan. Inspektorat JenderaJ
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Operasional Balai Pengawasan Obat dan Makanan.
Jakarta: Departemen Kesehatan, 1997.
1.
JuduJ 1. LABORATORIESTJlf"ro .1{,.
セ M
351.075 Ind
p
PETUNJUK PElAKSANAAN
PEMERIKSAAN OPERASIONAL
BAlAI PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
•
DEPARTEMEN KESEHATAN RI
INSPEKTORAT JENDERAL
JAKARTA
351.075 Ind
p
Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan
Indonesia. Departemen Kesehatan. Inspektorat JenderaJ
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Operasional Balai Pengawasan Obat dan Makanan.
Jakarta: Departemen Kesehatan, 1997.
1.
JuduJ 1. LABORATORIESKEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERAL DEPARTEMEN KESEHATAN
NOMOR: HK.00 .06 .214.498a TENTANG:
PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN OPERASIONAL BALAI PEMERIKSAAN OBAT DAN MAKANAN INSPEKTUR JENDERAL DEPARTEMEN KESEHATAN Rl MEN1MBANG : a. bahwa pengawasan sebagai salah satu fungsi organik
manajemen mutlak hams dilaksanakan dalam suatu organisasL guna menjamin agar pelaksanaan kegiatan dari organisasi tersebut beIjalan sesuai dengan rencana dan peraturan pemndangundangan yang berlaku.
b. bahwa pemeriksaan sebagai salah satu fungsi pengawasan perlu ditingkatkan dan disesuaikan dengan kaidahkaidah yang baku.
C. bahwa untuk meningkatkan mutu hasil pemeriksaan telah disusun Pedoman Umum Pemeriksaan Operasional di lingkungan Depkes, yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan.
d. bahwa sebagai penjabaran lebih lanjut dari pedornan umum pemeriksaan operasional di lingkungan Depkes telah disusun 4 Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Operasional Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan.
e . bahwa agar petunjuk pelaksanaan pemeriksaan dimaksud dapat digunakan secara resmi di lingkungan Depkes. khususnya oleh Itjen Depkes. maka perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan Inspektur lenderal Departemen Kesehatan.
MENGINGAT : 1. Undangundang nomor 23 tahun 1992 ten tang Kesehatan
3 . Kcpprcs Rl nomor H tahun 1974 tcntang Pokok-pokok Organisasi Departemen
4. Keppres Rl nomor 15 tahun 1984 ten tang Susunan
Organisasi Departemen.
5. Inpres Rl nomor 15 tahun 1983 ten tang Pedoman
Pelaksanaan Pengawasan.
6. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Rl nomor 558
tahun 1984 tentang Organisasi dan TatakeIja
Departemen Kesehatan Rl
7 Surat Keputusan Menkes No56/Menkes/SK/I/1994
tentang Pedoman Umum Pemeriksaan Operasional Inspektorat lenderal Departemen Kesehatan Rl
MEMPERHATIKAN •
1. Surat Edaran Kepala BPKP nomor SE761K11984
tanggal 2 April 1984 ten tang Tata Cara Pengawasan atas Instansi Pemerintah.
2. Surat Edaran Kepala BPKP nomor 1171K11985
tanggal 1 Mei 1985 tentallg Nonna Pemeriksaan Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah .
3 . Buku Pedoman Umum Pemeriksaan Operasional
BPKP tahun 1993 .
4. Hasil Pentaloka Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan
Pemeriksaan Operasional Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan.
MEMlITUSKAN
MENETAPKAN
PERTAMA
Bcrlakunya Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Operasional Balai
Pemeriksaan Obat dan Makanan.
ii ..-c:
E
Q. E eo l ..J et Z oz (iiet et Z o::et キセ D.et o:E ZZ etet etC (f) ... セ・エ@ 0:: III wO :Ez Wet D.et et(f) Zeセ@ et-... 0:: ZZIセ ZW etD. 0::-etet (f)..J etet (f)1Il (f)et セc@ Q!et ... 0. et :E ZZ セセ@ MMGセ@ gCJ lUZ CJlU z' lUo:: DlU D-ZZ セセ@ ,0( o!i: '0( lUCJ CJlU ZD-lUlU dMセ@ Z セコ ,0( oCJ 'z lUo( CJ::> ZlU ャuセ@ D iii 0( ッZZセ@ Iii::> Mセ@ セZZ^@ セ@ I lU o o I-lU セ@ Z lU セ@-!!l セ@ Z
0( !!! 0( z O : : o ( 0( I I/)
セ@ ':2 セ@
セ@ 0 0::
lU Z lU
D 0( セ@
I/) 0 lU
o(
D-セ@ d
::> (I) (I) o 0( Z 0( Z o 0:: Zo( セ@ 0(
0:: Iii セiMeコ@ セ@
D MッHZZ^ZUッセ@
,>-_ 0( セセcjッHッッ@ wo(::>1/) セコcjziM
I/) セ@ セzzoZZセdM dMセ@ 10( セャuzャuセ CJ 0:: OlUo(lUOo( セセ@ I/) CJlUD Z 0( ッHャMャddMセMMG@ セセ@ セuゥ@ セッHdMMMLッ@
ZZ^セ@ I/)(I)ZZZZZZ ャiIセコココ@ コセャセゥゥゥコ@
セセ@ コセセセセセセセ@ セコセセセ@ セziJセセ
0(1 セZZ^HiIHiIHiIiOIiOIiOI@ セッHッHッHッH@ z o(o(ZZo(
ッセ@ iOIiMセセセセセセ@ ュセiMoZZz@ セ@ ッZZdMセッH^Mコ@
セッ@ セiMoZZoZZoZZoZZセoZZ@ セャuッHャuャOI@ , ャuセセoZZッHセ
0 o(lUlUlUlU lU セidu^MZZ^@ >> OlD
セッZZ@ セッZZセセセセセセ@ cjセココセ@
g
ココZUdMセセ@oD セZZ^ャuャuャuwャuャu@ zWWWW z lUWWo(lUo(
D+ セiOIdMdMdMdMdMdM wDDDD W dMdMdMMMGdMセ@
セセ@ 。セョ ッ セセセ ャ イゥ@ セ セ ョ ッ セ@ セ@ セョオセオセ@
CJ!:::: ::>0::
iMセ@ N M
I 0:: 0( セ@ ID 0 CJ I >-iii ' セコ@ lU lUo( D-(1)1 セ@ 1D:5 セッH
' ::>0( セ@ W 1/)0:: Zo(
D ャuャuzセQOI@
セ@ セdMセSZZ^@
6. Semua pejabat negara, baik sipil maupun militer dan ' setiap orang, baik sebagai pejabat suatu Badan
maupun Perusahaan Swasta, yang mungkin
mempunyai kaitan dalam pelaksanaan kegiatan Balai POM wajib memberikan keterangan yang diminta oleh
Tim Pemeriksa Inspektorat Jenderal Departemen
Kesehatan RI di Balai POM.
7. Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Operasional Balai POM ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan akan
ditinjau kembali secara berkala sesuai dengan
perubahan kondisi dan prioritas pemeriksaan.
50
KEDUA .
Petunjuk Pelaksanaan Pemenksaan Operasional Balai Pemeriksaan Gbat dan Makanan, wajib digunakan sebagai acuan bagi semua aparat pengawasan Inspektorat lenderal Departemen Kesehatan dalam melaksanakan tugasnya. KETIGA.
Petunjuk pelaksanaan pemeriksaan operasional ini dapat juga digunakan oleh Aparat Pengawasan Fungsional lainnya maupun oleh unit utama dan obyek terkait.
KEEMPAT
Setiap Petunjuk pelaksanaan pemeriksaan iill bensi tentang Gambaran umum kegiatan obyek pemeriksaan standar pengawasan dan langkah- langkah kerja pemariksaann yang merupakan bagian integral dan Keputusan
lill.
KELIMA •
Keputusan ini berlaku mulai tanggal ditetapkan dengan ketentuan akan diadakan penyesuaian dan perbaikan seperlunya jika ternyata dikemudian
han terdapat kekurangan atau kekeliruan.
DITET APKAN DI • 1 A K ART A PADA TANGGAL • 18 AGUSTUS 1997
Tembusan Yth •
L Menten Kesehatan RI
2. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan
3. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan 4. Para Pejabat Eselon I di lingkungan Depkes
5. Para Kepala Kanwil Depkes RI 6. Kepala Pusat POM
7. Para Kepala Balai POM 8. Pertinggal.
n) Periksa apakah peralatan yang digunakan dalam kondisi siap pakai (menu rut hasil kalibrasi) .
0) Periksa apakah pelaksanaan prosedur pengujian
sampel telah sesuai atau berpedoman pada protap yang dibakukan.
p) Periksa apakah pengujian sampel telah dilakukan berdasarka n metoda analisa dalam farmakope Indonesia dan buku standar lainnya yang berlaku. q) Apabila tidak didasarkan pada Farmako pe Indonesia
dan buku standar lainnya yang berlaku apakah telah dilaksanakan berdasarkan metode analisa yang dikeluargan oleh PPOM.
r) Apabila tidak didasarkan pada metode analisa
dalam Farmakope Indonesia dan buku Standar lainnya yang berlaku serta metode analisa dari PPOM.
s) Periksa tersedia format pengujian dan apakah
format pengujian telah dipedomani digunakan dalam penulisan hasil pengujian sampel.
t) Periksa apakah terhadap BPOM yang bersangkutan dilakukan akreditasi secara kontinues.
u) Periksa apakah menurut hasil akreditas dan tahun ketahun terlihat adanya peningkatan kualitas tenaga penguji.
v) Periksa apakah menurut hasil akreditas dari tahun
ke tahun terlihat adanya peningkatan pada
kemampuan pengujian BPOM.
w) Periksa apakah realisasi pengujian telah mencapai 80% dari target yang ditetapkan.
x) Periksa apakah ratio tenaga pengujian terhadap sampel yang diuji :
• Minimal 150 sampell1 orang tenaga untuk BPOM tipe B.
• minimal 100 sampell1 orang tenaga untuk BPOM tipe C.
y) Periksa apakah waktu pemeriksaan untuk setiap pengujian tidak lebih dari 30 hari sesuai jenis sampel dan metode analisa yang digunakan .
z) Periksa apakah hasil pengujian sampel telah ditandatangani oleh pejabat yang mempunyai kewenangan untuk menandatangani.
aa) Periksa apakah hasilhasil pengujian sampel telah diumpanbalikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
bb) Periksa jumlah sampel yang menurut hasil pengujian ditentukan tidak memenuhi syarat (TMS) dan klasifikasikan menurut sumber pengirimnya (dibeli, pihak ketiga, sampel khusus).
cc) Lakukan pengujian seberapa jauh sampel TMS tersebut ditindak lanjuti.
dd) Periksa apakah laporan hasil pengujian sampel yang dibayar dan tidak dibayar telah dibuat.
ee) Lakukan pengujian apakah laporan yang dibuat cukup wajar.
ff) Lakukan rekonsiliasi antara jumlah penguji yang
membayar menurut laporan dengan jumlah
pengujian yang membayar menurut bukti
pembayaran di TU.
gg) Hitung jumlah sampel pengujian yang membayar di TU BPOM.
hh) Lakukan pengujian secara sampling, apakah nilai pembayaran telah sesuai dengan daftar tarif yang berlaku.
ii) Periksa apakah daftar tarif yang berlaku telah sesuai dengan pola tarif yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
jj) Periksa apakah laporan hasil pengujian telah dibuat dan dikirimkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
KATA PENGANTAR
Bersyukur kita telah berhasil menyusun dan menerbitkan berbagai Buku Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Pemeriksaan Operasional menurut kelompok jenis obyek pemeriksaan, diantaranya adalah Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Operasional Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan.
Dengan telah dirurnuskannya standar pengawasan terhadap suatu obyek pemeriksaan, diharapkan dalam pelaksanaan pemeriksaan, pengaruh subyektifitas dapat ditekan sekedl mungkin (dieliminir) sehingga tidak akan ada perbedaan interpretasi analitis yang mendasar pada setiap tim yang bertugas memeriksa suatu kelompok obyek yang sarna. Untuk itu seluruh tenaga teknis pengawasan di lingkungan Itjen Depkes sudah seharusnya memaharni isi maupun eara penggunaannya. Disamping hams dipaharni oleh seluruh tenaga teknis pengawasan. pedoman ini juga dapat dimanfaatkan oleh pihak Balai POM sebagai salah satu sarana pengawasan melekat.
Juklak ini terwujud berkat kerjasama antara Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan dengan Inspektorat Jenderal Departemen Kesehatan melalui proses yang eukup panjang. Dimulai dari pembahasan dalam pentaloka, penyusunan draft konsep. proses sounding (masukan dan perbail<an) dengan pihak-pihak yang terkait, dan pengesahan dalam bentuk Surat Keputusan Inspektur Jenderal. Namun disadari bahwa Juklak ini belum sesempurna yang diharapkan. beberapa kekurangan tidak bisa dihindarkan.
Seperti telah disepakati bahwa Juklak ini merupakan hasil awal yang tentunya perlu penyempurnaan sambil berjalan. Perbaikan dan penyempumaannya dapat dilakukan dari pengalaman pada penerapannya.
Oleh karen a itu pada pelaksanaan dan penggunaannya nanti bila ditemukan halhal yang janggal, sulit atau bahkan tidak bisa dilaksanakan, perlu dicatat sebagai masukan untuk bahan perbaikan. Penyempurnaan dan pemutakhiran Juklak ini akan dilakukan seeara teratur sekurangkurangnya setiap dua tahun.
Tak lupa dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak bail< dari jajaran Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan maupun dari jajaran Inspektorat Jenderal Depkes yang telah bekerjasama dengan bail< dalam menyusun buku petunjuk pelaksanaan ini.
Jakarta, 18 Agustus 1997
yang dibeli, sampel dari pihak ketiga dan sam pel dari kasus khusus.
Pad a dasamya kegiatankegiatan pengujian sam pel terse but
diatas mempunyai alur sama mulai dari penerimaan sam pel sampai dengan pelaporan hasil pen gujian. Oleh karena itu,
langka hIangkah kerja pemeriksaan operasional temadap
kegiatan pengujian sam pel yang diuraikan dalam petunjuk ini berl aku untuk semua jenis kegiatan pengujian sampel, baik untuk sam pel yang dibeli , sampel dari pihak ketiga, maupun sampel dan kasus khusus.
a. Tujuan
Tujuan langkahIangkah kerja pemeriksaan operasional
dalam petunjuk ini ialah untuk mengetahui apakah
pelaksanaan pengujian sampel sesuai dengan alur kegiatan tersebut telah berdayaguna dan berhasilguna serta sesuai dengan ketentuan yang berlaku .
b. LangkahIangkah Kerja Pemeriksaan Operasional.
1) Pengumpulan Data
a) Dapatkan prosedur tetap mengenai tatacara
pengujian sampel dari BPOM yang diperiksa .
b) Dapatkan daftar tarif pengujian sampel.
c) Dapatkan pola tarif pengujian yang ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan .
d) Dapatkan dokumen hasil akreditasi BPOM
e) Dapatkan data/catatan Penerimaan Sampel dan
penyerahan sam pel.
f) Dapatkan dokumen tertulis tentang pendelegasian
wewenang penandatangan hasil pengujian sam pel. g)
h)
Dapatkan kegiatan. Lakukan pengujian
laporan berkala
inspeksi sekilas
sampel.
dan
terh
insidentil
adap ke
hasil
giatan
2) Pengujian
a) Periksa apakah semua sampel yang diterima di BPOM telah dicatat dan telah dirinci menurut surnber dan jenisnya.
b) Periksa apakah semua sampel telah diserahkan kepada setiap Sub Seksi Penguji.
c) Periksa apakah setiap Sub Seksi telah mencatat setiap sam pel yang diterima.
d) Rekonsiliasikan apakah jumlah sampel yang
diserahkan ke masingmasing Sub Seksi telah sesuai dengan yang tercantum dalam catatan penerimaan sampel yang ada pada masingrnasing Sub Seksi.
e) Periksa apakah setiap Sub Seksi telah melakukan pendataan kernbali atas sampel yang diterima. f) Periksa apakah informasi yang diterima dari Sub
Seksi pengujian mengenai kondisi sampel tersebut telah sesuai dengan hasil pendataan kembali yang dilakukan oleh Sub Seksi Pengujian .
g) Periksa apakah pihak Sub Seksi Pengujian telah menginformasikan kepada Sub Seksi Pemeriksaan terkait atau TU mengenai perbedaan keterangan tentang sarnpel yang diterima dan hasil pendataan kembali.
h) Periksa apakah penyiapan reagen dan peralatan telah sesuai dengan kebutuhan program pengujian sam pel.
i) Periksa apakah reagen yang tersedia ada yang
sudah kadaluarsa.
j) Periksa apakah untuk pengujianpengujian terhadap sampel khusus telah tersedia reagen khusus.
k) Periksa apakah tersedia baku pembanding yang
dikeluarkan oleh PPOM.
I) Apabila tidak tersedia bahan pembanding, apakah didasarkan pada farmakope.
m) Apabila tidak tersedia bahan pembanding atau formakope apakah didapatkan pad a kepustakaan yang telah disetujui oleh PPOM.
46
BAB
BAB
BAB
BAB
BAB
DAFTAR lSI
Hal
PENDAHULUAN ... .... ... ... ... ... ... .... . 1
A. Maksud dan Tujuan ... .. ... ... ... .. . ... ... ... ... ... 1
B. Ruang lingkup.. ... .. ... ... ... .... ... .. .... .. . 1
C. Pengertianpengertian ... ... ... ... ... ... ... ... ... .... 2
II GAMBARAN UMUM BALAI POM. ... .. .... 7
A. Organisasi ... . .. ... ... ... ... . .... .. 7
1. Kedudukan... ... .. ... ... ... ... 7
2. Tugas Pokok ... .... .... .. ... . .. .... ... 7
3. Fungsi... ... .... .... .... ... . .... ... 7
4. Susunan Organisasi.... ... ... .... 7
B. Tujuan... .... ... ... ... . .. . ... ... 9
C. Kegiatan ... ... .. ... ... .. 9
1. Kegiatan Manajerial. .. .. ... ... ... ... 9
2. Kegiatan Pokok Balai POM ... ... .... .. .... .. ... 9
D. Kegiatan Prioritas ... . .... ... .. .. .... .. .... .... .. ... . 11
1. Kegiatan Pemeriksaan ... ... ... 11
2. Kegiatan Pengujian ... ... ... 12
E. Kegiatan Kritis... .... ... .. .. ... 13
1. Kegiatan Pemeriksaan. .... ... ... 13
2. Kegiatan Pengujian ... .. ... ... 16
III STANDAR PENGAWASAN ... ... ... ... ... .. ... 19
A. Standar Pengawasan Efektivitas .. .... .... ... . 19
1. Indikator Keberhasilan Pemeriksaan ... .. 19
2. Indikator Keberhasilan Pengujian ... .. ... 19
B. Stan dar Pengawasan Efisiensi... ... .. . 19
C. Standar Ketaatan Pada Peraturan Perundang Undangan Yang Berlaku. .. . ... ... ... ... ... 21
IV LANGKAHLANGKAH KERJA PEMERIKSMN 37 A. Pemeriksaan Kegiatan Manajerial ... .... ... ... 38
B. Pemeriksaan Operasional Kegiatan Pokok 38 V PENUTUP .. .... ... ... .. ... ... ... ... .... .. ... 49
k) Lakukan pengujian apakah jumlah dan klasifikasi sam pel yang diserahkan kepada TU telah sesuai dengan catatan hasil pengambilan sampel.
I) Periksa apakah jumlah sampel yang diambil telah sesuai Protap (antara lain harus triplo).
m) Periksa apakah setiap pengambilan sampel ada sam pel yang disimpan di gudang sebagai arsip. n) Periksa apakah penyimpanan arsip sampel dalam
gudang telah diadministrasikan secara baik (sesuai protap) .
0) Periksa apakah cara penyimpanan arsip sampel di gudang telah sesuai dengan protap.
p) Periksa apakah pengeluaran arsip sampel dalam
gudang induk tujuan pengujian ulang telah
diadministrasikan dengan baik (sesuai protap).
q) Lakukan uji petik terhadap kebenaran catatan (data administrasi) dengan bandingkan dengan kenyataan fisik arsip sampel yang ada di gudang.
r) Periksa apakah dibuat catatan sebagai bukti
penyerahan dari TU ke Sub Seksi Pengujian.
s) Lakukan pengujian secara sampling , apakah jumlah sam pel yang diserahkan oleh TU sesuai kenyataan jumlah sampel yang diterima oleh Sub Seksi
Pengujian.
t) Periksa pemusnahan sisa sampel telah
diselenggarakan sesuai ketentuan atau protap yang berlaku.
u) Lakukan pengujian apakah ada sampel yang belum waktunya dimusnahkan ikut termusnahkan .
3. Pengujian Sampel
Menurut jenisnya sam pel yang diuji oleh Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan meliputi sampel obat, sampel makanan dan minuman, sampel kosmetika, sampel alat kesehatan, sampel perbekalan kesehatan rumah tangga, sampel obat tradisional dan narkotika serta sampel bahan berbahaya menurut asal sam pel, kegiatCln pengujian sampel terdiri pengujian sampel
44
BABI
PENDAHULUAN
A. MAKSUD DAN TUJUAN
Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengawasan, secara terus menerus Inspektorat Jenderal Depkes melakukan upaya melalui berbagai kegiatan. Salah satu diantaranya adalah upaya penyediaan petunjuk pelaksanaan pemeriksaan operasional yang baku.
Seperti diketahui Inspektorat Jenderal Depkes telah berhasil menyusun Pedoman Umum Pemeriksaan Operasional di lingkungan Departemen Kesehatan yang dikukuhkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan NO.56/MenkesIl/1994 tanggal20 Januari 1994.
Sebagai penjabaran lebih lanjut dari Pedoman Umum Pemeriksaan Operasional dimaksud diperlukan Petunjuk Pelaksanaan Pemerik-saan Operasional untuk setiap jenis obyek pemeriksaan.
Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Operasional Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan ini merupakan salah satu realisasi dari penjabaran Pedoman Umum Pemeriksaan Operasional tersebut.
Tujuan penyusunan Petunjuk Pelaksanaan ini secara operasional adalah sebagai acuan bagi para Pemeriksa agar dalam melaksana-kan tugas pemeriksaan lebih terarah dan terkendali.
Bagi para pengendali dan pelaksana program, buku ini merupakan
•
acuan untuk pengendalian intem dan pengawasan melekat.Dengan demikian akan diperoleh kesamaan persepsi antara pengendali dan pelaksana program sebagai pihak obyek yang
diperiksa dengan Aparat Pengawasan Fungsional Itjen tentang
Standarstandar/Kriteria yang digunakan dalam pengawasan dan pengendalian.
Pemeriksaan operasional pada Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan bertujuan untuk memperoleh informasi dan menilai apakah pelaksanaan kegiatan telah mencapai tujuan secara efektif dan efisien serta sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
B. RUANG LlNGKUP.
Ruang lingkup penulisan buku ini meliputi Gambaran Umum Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan, Standar Pengawasan dan LangkahIangkah Kerja Pemeriksaan .
Mengingat banyaknya kegiatan Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan, serta terbatasnya sumber daya dan waktu pemeriksaan, maka pemeriksaan di prioritaskan terhadap kegiatan yang dianggap rawanikritis.
Standar pengawasan yang ada dalam buku ini masih terbuka kemungkinan dilengkapi dengan standar pengawasanlindikator yang lebih jelas atau lebih baku sesuai perkembangan .
Setiap pemeriksaan reguler pada Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan selayaknya mempunyai sasaran kegiatan kritis yang sama.
Ruang lingkup peme ri ksaan Managerial yang menyangkut
administrasi (Umum , Kepegawaian , Keuangan, Perlengkapan) harus diselaraskan pada sasaran kegiatan kritis dari kegiatan tugas pokok dan fungsi yang diperiksa. Dengan demikian setiap temuan pemeriksaan dapat diarahkan dan bermuara pada pelaksanaan tugas pokok dan fungsi.
2
c) Dapatkan rencana ォ・イェ。セ。、キ。ャ@ kegiatan pengambilan sampel.
d) Dapatkan laporan berkala dan laporan !r.sidentil kegiatan pengambillan sampel.
e) Dapatkan data target dan anggaran kegiatan
pengambilan sampel dan realisasinya.
f) Dapatkan data pengambilan sampel. g) Dapatkan data penyerahan sampel..
2) Pengujian
a)
Periksa apakah pelaksanaan kegiatan pengambilansampel telah ses uai dengan surat tugas yang mendasarinya.
b) Periksa apakah petugas yang ditugaskan untuk
melakukan pengambilan sampel adalah petugas yang berkompeten dan memenuhi syarat.
c) Periksa apakah telah dibuat rencana pelaksanaan
Uadwal kegiatan pengambilan sampel.
d) Periksa apakah pelaksanaan kegiatan pengambilan
sampel telah sesuai dengan rencana pelaksanaan atau jadwal kegiatan yang ditetapkan.
e) Periksa apakah pembelian dan pembayaran sampel
telah dibebankan pada mata anggaran yang sesuai.
f) Periksa apakah prosedur pembelian dan
pemba-yaran sampel telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku .
g) Periksa apakah semua hasil pengambilan sampel
telah dicatat.
h) Periksa apakah pencatatan hasil pengambilan
sam pel telah diklasifikasikan menurut : (1) Jenis sampel (OMKA dan BB)
(2) Asal sampel (dari hasil pembelian, dari instansi, dan dari kasus khusus.
i) Apabila tersebut pada No. 8 h) belum dibuat, buat
daftar sam pel menurut klasifikasi tersebut pad a No.
H) .
j) Periksa apakah semua sampel telah diserahkan
kepada TU .
• Untuk Provinsi Kategori I" 10 OH/minimal 2 sarana.
n) Periksa Berita Acara hasil pemeriksaan sarana produksi, distribusi dan sarana pelayanan, apakah yang dilaporkan sesuai dengan surat tugas.
2. Pengambilan Sam pel OMKA dan BS
Jenisjenis sampel yang diambil meliputi sampel obat, sampel
makanan dan minuman, sampel kosmetika, sampel alat
kesehatan, sampel perbekalan kesehatan rumah tangga, sam pel
obat tradisional, sampel narkotika, serta sampel bahan
berbahaya.
Menurut asal sampel, pengambilan sampel terdiri dari sampel dari instansi, sampel dibeli dan sampel khusus.
Tujuan pengambilan sampel ialah untuk mendapatkan sampel dari produk (komoditi) OMKA + Bahan Berbahaya diharapkan mewakili mutu dan keamanan untuk setiap produk yang beredar terutama produk yang diduga tidak memenuhi persyaratan atau merupakan prioritas sampling.
a. Tujuan langkah kerja Pemeriksaan Operasional
Tujuan langkahIangkah ォ・セ。@ pemeriksaan terhadap
kegiatan pengambilan sampel sesuai dengan diagram jaringan ォ・セ。@ adalah untuk mengetahui apakah kegiatan
pengambilan sampel telah dilaksanakan sesuai
JuklaklJuknis/protap dan prioritas sampling dari Ditjen POM dan Balai POM.
b. LangkahIangkah Kerja Pemeriksaan.
1) Pengumpulan Data.
a) Dapatkan surat tugas/perintah dinas yang mendasari pelaksanaan tugas.
b) Dapatkan Protap pengambilam sampel.
42
C. SISTIMATIKA
Sistimatika Juklak ini disusun sebagai berikut :
Bab I. Pendahuluan
Memuat tujuan penyusunan Juklak, tujuan pemeriksaan operasional dan ruang lingkup penulisan serta pengertian-pengertian yang digariskan.
Bab II. Gambaran
Berisi informasi penting tentang organisasi dan gambaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Balai POM. Hal ini penting agar diperoleh kejelasan mengenai rangkaian kegiatan kritis dalam pelaksanaan tugas pokok Balai POM, sebagai sasaran utama (mutlak) dalam suatu pemeriksaan reguler yang dilakukan Itjen Depkes.
Bab III. Standar Pengawasan :
Dijabarkan tentang kriteria, tolok ukur, parameter dll yang digunakan dalam pengawasan untuk menilai keberhasilan, kehematan dan ketaatan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bab IV. LangkahIangkah Kerja Pemeriksaan :
Disajikan tentang langkah ォ・セ。@ yang perlu diterapkan dalam suatu pemeriksaan operasional atau reguler. Langkah ォ・セ。@
tersebut disusun bertitik tolak dari sasaran utama
pemeriksaan operasional yang telah ditentukan.
Bab V. Penutup.
D.
PENGERTIAN-PENGERTIAN.1. Pemeriksaan operasional adalah pemeriksaan yang bebas, selektif dan analitis terhadap pelaksanaan kegiatan atau fungsi untuk mengidentifikasi bagian kegiatan yang mengandung kelemahan dengan tujuan memberikan saransaran perbaikan.
2. Efektivitas atau hasil guna adalah pemyataan mengenai sampai seberapa jauh tujuan dan target yang telah ditetapkan tercapai dalam suatu pelaksanaan kegiatan.
3. Efisiensi atau dayaguna adalah suatu pemyataan mengenai hubungan antara hasH yang di capai dalam pelaksanaan kegiatan dan nilai sumber daya yang telah digunakan.
4. Ekonomis atau kehematan adalah praktek pengendalian
pembiayaan serendahrendahnya untuk mencapai hasil
pelaksanaan kegiatan sebaikbaiknya. (Prinsip ekonomis adalah sama dengan prinsip efisiensi yang peninjauannya menitik-beratkan pada segi keuangan).
5. Pengawasan melekat adalah pengawasan yang bersifat terus menerus oleh atasan yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan kegiatan, sebagai proses yang berlangsung secara vertikal dan horizontal menu rut tugas dan fungsi para pejabat, dan merupakan satu sistem yang tertanam dalam organisasi yang 「・ォ・セ。@ dengan sendirinya tanpa adanya aktivitas dari luar.
6. Diagram Jaringan k・セ。@ (Network Diagram) adalah suatu
gambaran secara gratis tentang hubungan ketergantungan
antara bagian pekerjaan yang dianalisa atau tahaptahap dari suatu kegiatan yang diamati.
7. Pembobotan adalah penentuan prioritas dengan membanding-kan suatu kegiatan terhadap kegiatan lain menggunamembanding-kan matriks bobot pilihan.
4
d) Periksa apakah ketenagaan (misalnya J.' pott1i<1.:Of
Pengelola, Apoteker Pendamping, Asisten
Apoteker di Apotik) sesuai dengan JuklaklJuknis.
e) Periksa apakah pelaksanaan pemeriksaan
bangunan sarana produksi dan distribusi sesuai dengan JuklaklJuknis.
f) Periksa apakah peralatan/perlengkapan yang
digunakan terhadap penyelenggaraan sarana produksi dan distribusi telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
g) Periksa apakah produk yang dihasilkan (obat, makanan/minuman, kosmetika, alat kesehatan,
perbekalan kesehatan rumah tangga, obat
tradisional) telah sesuai dengan JuklaklJuknis atau ketentuan yang berlaku.
h) Periksa apakah sanksi terhadap sarana produksi dan distribusi telah diterapkan sesuai juklak/juknis. i) Bila ada indikasi ketidakwajaran hasH pelaksanaan
pemeriksaan Balai POMI laporan tersebut diatas, lakukan pengujian ke lapangan.
j) Periksa dan teliti apakah laporan bulanan, laporan triwulanan dan tahunan serta bila ada laporan khusus telah dibuat sesuai dengan kenyataannya dan sesuai ketentuan yang berlaku.
k) Periksa dan teliti apakah realisasi kegiatan
pemeriksaan telah sesuai dengan target
(bandingkan rencana dengan realisasi).
I) Periksa dan teliti apakah terdapat kesamaan data antara hasH kegiatan pemeriksaan sarana dan produksi dengan hasil yang dilaporkan.
m) Periksa apakah pemeriksaan sarana produksi dan distribusi telah dilakukan :
(1) Di Ibukota Provinsi 2 OH/minimal 3 sarana (2 Sarana Distribusi + 1 Sarana Produksi atau 1 Sarana Produksi Besar).
(2) Di luar ibukota Provinsi :
• Untuk Provinsi Kategori 6 OH/minimal 3 sarana
• Untuk Provinsi Kategori II 8 OH/minimal 3 sarana
b. Langkah Kerja Pemeriksaan :
1) Pengumpulan data.
a) Dapatkan surat tugas pelaksanaan kegiatan
pemeriksaan dari pejabat yang berwenang.
b) Dapatkan petunjuk teknis penyelenggaraan
pemeriksaan sarana produksi dan distribusi dari instansi yang berwenang mencakup pemeriksaan administrasi, ketenagaan, pemeriksaan bangunan, peralatan dan komoditi.
c) Dapatkan prosedur tertulis tentang penyeleng-garaan pemeriksaan sarana produksi dan distribusi. d) Dapatkan kebijaksanaan tertulis yang dikeluarkan
oleh instansi yang berwenang.
e) Lakukan inspeksi sekilas terhadap kegiatan
pemeriksaan di BPOM.
f) Dapatkan renlak kegiatan BPOM tahun anggaran
yang bersangkutan.
g) Dapatkan data/catatan hasil pemeriksaan sarana produksi dan distribusi.
h) Dapatkan laporan kegiatan bulanan, triwulanan dan
kalau ada laporan secara khusus tentang
penyelenggaraan pemeriksaan sarana produksi
dan distribusi.
2) Pengujian .
a) Periksa kapan surat tugas diterima petugas pemeriksaan BPOM dan kapan pemeriksaan sarana produksi dan distribusi dilaksanakan.
b) Periksa apakah setiap pemeriksaan sarana
produksi dan distribusi telah didukung dengan tenaga yang memadai sesuai ketentuan yang berlaku.
c) Periksa apakah pemeriksaan administrasi sarana
produksi dan distribusi mengenai penggunaan blankoblanko, bukubuku catatan, form laporan dan sebagainya sesuai dengan JuklaklJuknis atau peraturan yang mendasarinya.
40
8. Kegiatan kritis adalah kegiatankegiatan yang mutlak yang
har,J.
dilaksanakan dalam suatu organisasi yang bila diabaikan dapal menghambat pencapaian tujuan pokok organisasi tersebut. Kegiatan kritis ini merupakan sasaran prioritas pemeriksaan di Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan Depkes yang menjadi obyek pemeriksaan, menurut bobot prioritasnya.
9. Standar pengawasan adalah himpunan kriteriakriteria, tolok ukur
(parameter), indikator atau keputusan manajemen yang
digunakan sebagai acuan untuk menilai keberhasilan program, kegiatan atau aktifitas.
10. Indikator adalah suatu angka atau simbul lainnya yang menunjukkan kondisi kegiatan Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan Depkes yang diharapkan dapat dicapai. Indikator tidak harus kuantitatif tetapi dapat juga bersifat kualitatif.
A. PEMERIKSAAN KEGIATAN MANAJERIAL
Pemeriksaan kegiatan manajerial meliputi aspekaspek :
a. Kepegawaian b. Keuangan c. PerJengkapan d. Umum
Untuk pemeriksaan kegiatan manajerial dalam Buku Petunjuk Pelaksanaan Operasional Balai Perneriksaan Pengawasan Obat & Makanan Depkes, ini tidak dibahas lagi karena akan disusun dalam Juklak tersendiri .
Pemeriksaan terhadap aspek manajerial diutamakan pada kegiatan pokok yang telah diprioritaskan.
B. PEMERIKSAAN OPERASIONAL KEGIATAN POKOK
Kegiatan Pokok Balai Perneriksaan Obat dan Makanan mencakup 2 hal yakni pemeriksaan dan pengujian. Pada kegiatan pokok pemeriksaan meliputi perneriksaan sarana produksi, dan sarana pelayanan, pengambilan sampel OMKA dan Bahan Berbahaya, pelaksanaan penanggulangan kasus, pelaksanaan keputusan tindak lanjut, pengawasan periklanan dan bentuk promosi lainnya serta pelaporan hasil pemeriksaan dan tindak lanjut yang diperJukan.
Sedangkan kegiatan pokok pengujian meliputi pengujian obat, makanan dan minuman, narkotika dan bahan berbahaya, kosmetika dan alat kesehatan, obat tradisional.
LangkahIangkah ォ・セ。@ pemeriksaan operasional terhadap kegiatan Balai POM yang diuraikan dalam petunjuk ini berJaku untuk sernua kegiatan pemeriksaan BPOM.
38
BAB II
GAMBARAN UMUM BALAI POM
Gambaran Umum Balai POM menjelaskan tentang organisasi, tujuan, kegiatan dan kegiatan prioritas serta lintasan kritis pada kegiatan prioritas yang harus diperhatikan baik oleh aparat
pengawasan fungsional, satuan pengawasan intern maupun
pengawasan melekatlmanajemen.
A. Organisasi
1. Kedudukan
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 146IMenkes/SKlIV/1978, tanggal 28 April 1978 tentang susunan Organisasi dan Tata k・セ。@ Balai POM ,
Balai POM adalah unit pelaksana teknis di bidang
pemeriksaan obat dan makanan dalam lingkungan
Departemen Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
2. Tugas Pokok
Balai POM mempunyai tugas melaksanakan pemeriksaan dan pengujian mutu obat, makanan dan minuman, kosmetika, alat kesehatan, perbekalan kesehatanm rumah tangga dan bahan berbahaya sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berJaku.
3. Fungsi
Melaksanakan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan pada sarana produksi, sarana distribusi, instansi kesehatan dan lainlain yang berhubungan dengan obat, makanan dan minuman, kosmetika, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, obat tradisional, narkotika dan bahan obat berbahaya.
4. Susl.:.lnan Organisasi
Sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.
146/menkes/SKlIV11978, tanggal 28 April 1978 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Balai paM, Balai paM dipimpin oleh Seorang Kepala yang membawahi Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Pemeriksaan dan Seksi Pengujian.
BAGAN ORGANISASI BALAI PEMERIKSAAN OBAT DAN MAKANAN
I
KEPAlAI
ISIb Bag;.n r.,. usahal
I
r
U""",n Uroom I I UlUSOn pof1eng_1I
r
Seq, pXュ・ ョ ォNウ。。セ@ [ S.... P.ngujian Il
p・セイゥャエウ。。ョc「ji@ sャ「U\セ@ IIslt> U\セ Perno...nI
Makanan & MirturJ,.n
fSIt> 5<ks; P...riksaen I
KOSIT'IMika &A\IU!s
ISIb U\セ@ peme_1
ellal Tradas)ol'Vllt
ISib s....セョァオェゥッョ@ I
ISib Sok>i ー・ョァオェゥッセ
Makenan &MinUlTWln
ISIb S.... Pengu;;on I
kセゥォ。Faャォ・ウ@
I Sib S.... p,ngujooJ
o「。itセ Q@
I
Ner1c.04ib Sib Sok>i dan p・ョァオェゥッセ@ BahllnI
r
Slb s・セ@p l
Nancohka &Bat'wn 0baI Bl8fbAhaya
ct.. BerbaNtya
8
BAB IV
LANGKAH-LANGKAH KERJA PEMERIKSAAN
LangkahIangkah kerja pemeriksaan merupakan penjabaran dari tahapan pemeriksaan . Tahapan pemeriksaan yang berlaku umum adalah:
a Tahap Persiapan , yaitu persiapan yang matang sebelum
pelaksanaan pemeriksaan, antara lain penggunaan informasi dari
hasil desk audit, penyusunan program kerja, pemeriksaan
pendahuluan sampai menghasilkan indikasiindikasi penyimpangan.
b. Tahap pelaksanaan, antara lain:
1. membandingkan antara buktibukti tertulis pelaksanaan kegiatan dengan standar pengawasan
2. penentuan indikasi penyimpangan atau ketidak sesuaian dengan standar pengawasan.
3. pengembangan temuan, yaitu membandingkan antara buktibukti tertulis pelaksanaan kegiatan yang berindikasi penyimpangan dengan buktibukti fisik atau kegiatan nyatanya.
c. Tahap pelaporan, yaitu berisi : Halhal yang telah sesuai dengan ketentuan, pembinaan langsung temuan pemeriksaan, saran perbaikan dan tanggapan dari obyek yang diperiksa.
LangkahIangkah kerja pemeriksaan berikut untuk mengarahkan pemeriksaan pada kegiatan prioritas dan lintasan kritis yang telah ditetapkan dalam Bab II.
Penerapan langkah kerja terse but pad a tahap persiapan dengan tujuan untuk mendapatkan indikasi penyimpangan . Indikasi penyimpangan tersebut dikembangkan dalam tahap pemeriksaan berikutnya sehingga diketahui sebab, akibat, serta saran perbaikan untuk selanjutnya dikonfirmasikan pada obyek pemeriksaan sebelum disusun dalam LH P.
B. TUJUAN 14. SK. Menteri Kesehatan RI NO .511Menkes/SKl1/1990 tanggal 22
Januari 1990 tentang Juklak Penatausahaan barang milik
negara dilingkungan Oep. Kes. RI.
15. SK. Menteri Kesehatan RI NO.2361Menkes/SKl1/1990
Pengendalian Oampak Lingkungan Tanggal 10 Januari 1990 Tentang Buku Petunjuk tata cara Pelaksanaan Penghapusan barang milikilkekayaan negara di lingkungan Oep. Kes.
16. SK. Menteri Keuangan RI No.Kep/2251MKN/4/1971 Tanggal 13 April 1971 Tentang Pedoman Pelaksanaan tentang inventarisasi barangbarang milik negaralKekayaan negara. 17. SK. Menteri Keuangan RI NO.B.163IMKlII/5/1970 tanggal2 Mai
1970 tentang Penghapusan dan penjualan kekayaan/milik negara.
18. SK. Menteri Keuangan RI No .Kep-4761M/1lf7/1972 Tanggal 3 Juli 1972 Tentang cara penerimaan dan pertanggungjawaban pelelangan serta pungutanpungutan oleh Kantor Lelang
Negara dengan Kantor Lelang Kelas II. C.
Tujuan Balai POM
Melaksanakan sebagian Tugas Pokok Departemen Kesehatan RI di bidang operasional pemeriksaan sarana produksi, distribusi dan
sarana pelayanan, pengambilan contoh dan pengujian
laboratorium obat, obat tradisional, alat kesehatan, makanan dan minuman kosmetika, perbekalan kesehatan rumah tangga dan bahan berbahaya dalam rangka melindungi masyarakat dari bahaya penggunaan produk sediaan yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan keamanan serta melindungi masyarakat
dari bahaya kesalahgunaan dan penyalahgunaan obat,
kosmetika, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga, narkotika, zat adiktif dan bahan berbahaya.
KEGIATAN
Untuk dapat melaksanakan tugas dan
menyelenggarakan berbagai kegiatan
sebagai berikut :
fungsinya, Balai POM yang dikelompokkan
1. Kegiatan Manajerial
Kegiatan manajerial pada Balai POM meliputi Administrasi (umum, kepegawaian, keuangan dan perlengkapan) . Aspek tersebut tidak diuraikan dalam buku petunjuk ini, karena sudah mengacu kepada pedoman pemeriksaan yang ada.
2. Kegiatan Pokok Balai POM mencakup:
• a. Kegiatan pemeriksaan terdiri dari :
1) Pemeriksaan sarana produksi, distribusi dan sarana pelayanan, tenaga dan komoditi .
2) Pelaksanaan penanggulangan kasus khusus (keracunan makanan dll).
3) Pelaksanaan keputusan tindak lanjut 4) Pengambilan sampel OMKA &BB
5) Pengawasan periklanan dan bentuk promosi lainnya
b. Kegiatan Penngujian terdiri dari :
1) Pengujian obat
2) Pengujian Obat Tradisional
3) Pengujian Narkotika dan Bahan Berbahaya (Narkoba) 4) Pengujian Makanan dan Minuman
5) Pengujian Kosmetika, Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga.
[image:22.1008.40.359.260.506.2]Rangkaian kegiatan tersebut digambarkan dalam Network diagram (diagram jaringan ォ・セ。I@ sebagai berikut :
Gambar 2
DIAGRAM JARINGAN KERJA PELAKSANAAN KEGIATAN POKOK BAlAI POM
Ei
0 ·.
"
o
Pセ@
「@
. '\
/
GMN セ@
.. '
11セ@
A/
'... \
\.
U
.;
G/8
'\
E5 /ョ O ョセ G[「@
セ A@
セ
LOW@
H
FY
0 '
F'?.. '. '.セ • . . . ; j .
F3 N セ@
セG@
10
Peraturan Perfengkapan.
1. Undangundang Perbendaharaan NO.09 Tahun 1968 tentang
Perbendaharaan Indonesia Ht・セ・ュ。ィ。ョ@ ICW).
2. Peraturan Pemerintah RI No.21 Tahun 1956 tanggal 8 September 1956 tentang Peraturan Penghapusan Ofschryving) barang karena busuk. rusak, dicuri atau hilang dari perhitungan bendaharawan ybs.
3. Peraturan Pemerintah RI No.46 Tahun 1971 tanggal 3 Agustus 1971 tentang Penjualan Kendaraan Perorangan Dinas Milik Negara.
4. Peraturan Pemerintah RI No.16 Tah un 1974 ta nggal 18 Maret 1974 Pelaksanaan Penjualan Rumah Negara.
5. Keputusan Presiden Rl No. 16 Tahun 1994 Tentang
Pelaksanaan APBN .
6. Keputusan Presiden RI No.24 Tahun 1995 Tentang
Penyempumaan Keppres No.16 Tahun 1994.
7. Keputusan Presiden RI NO.54 Tahun 1971 Pembentukan Panitia Penaksir Harga Penjualan Kendaraan Dinas Milik Negara.
8. Keputu san Presiden Rl No.13 Tahun 1974 Tentang
Perubahan/Penetapan Status Pegawai Negen.
9. lnstruksi Presiden Rl NO.3 Tahun 1968 tan ggal 17 Januari 1968 Tentang Inventarisasi BarangBarang Milik Kekayaan Negara.
10. 1nstruksi Presiden RI NO.9 Tahun 1970 tanggal 21 Mei 1970 Tentang Penjualan dan Atau Pemindahtanganan
Barang-Barang Yang Dimiliki/ Dikuasai Negara. 11. SKB Menkeu/Ka.Bappenas
No.Kep. 271M .K3/81994 No.Kep.166/Ket/8/1994
Tentang Pelaksanaan APBN (Petunjuk Teknis Pengadaan Barang dan Jasa).
12 . Surat Edaran Dewan Pengawas Keuangan NO.4457ITGR/1960 tanggal 19 Nopember 1960 Tentang Pedoman Dalam Melaksanakan Tuntutan Ganti Rugi Berdasarkan ICW Pasal 77,79,dst.
13. SK.Menteri Kesehatan RI NO.803IMenkes/SKNIII/1 994
Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa di Lingkungan Depkes.
18. Surat Keputusan Menkeu No. Kep3321MN19/1968 Tanggal 26
September 1968 Tentang Buku Kas Umum dan cara
m・ョァ・セ。ォ。ョョケ。N@
19. Surat Keputusan Menkeu No .Kep-741IMKN/10/1969 Tanggal 30 Oktober 1969 Tentang Penyimpanan Uang Negara pada Bank-Bank Pemerintah .
20. Surat Keputusan Menkeu No.4021MKl1I/6/1971 dan No.
402IMKlI1I6/1971 Tanggal 2 Juni 1971 Tentang Penunjukan
Bendaharawan sebagai Wajib Pungut Pajakpajak Negara.
21. Surat Keputusan Menkeu NO.599/KMK.04/1994 Tentang
Penunjukan Pemungut Pajak Penghasilan pasal 22 sifat &
besamya pungutan , serta tata penyetoran dan pelaporannya.
22 . Surat Keputusan Menkeu NO.182/KMK.04/1995 Tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah NO.7 tahun 1995 tentang Perubahan Tarif Bea Materai.
23. Surat Edaran Menkeu RI NO .1811/GI Tanggal 9 Januari 1954 Tentang Pemberitahuan tentang kerugian yang diderita oleh Negara, karena penggelapan atau perbuatan lain.
24. Surat Edaran Menkeu RI No. 297IMKlIV/4/1971 Tanggal 29 April 1971 Tentang Pemindahbukuan jasa giro atas nama rekening Bendaharawan .
25. Surat Edaran Menkeu RI NO.2961MKl1I4/1974 Tanggal 30 April
1974 Tentang Ketentuanketentuan mengenai p・セ。ャ。ョ。ョ@ Dinas
Dalam Negeri.
26. SE dゥセ・ョ@ Anggaran Depkeu tanggal 14 Maret 1990
No.SE-391A11990 tentang Petunjuk Pelaksanaan Sistem Baru
Mekanisme Pembayaran Dalam Pelaksanaan APBN.
27. SK Menkes RI NO.0996/SC/SKlDiknakes1lXl1987 tentang
Besamya Pungutan Uang Pendidikan Peserta Didik Akademi PAM dan Sekolah di Lingkungan Departemen Kesehatan.
34
Keterangan :
A
=
Administrasi UmumB = Administrasi Kepegawaian
C
=
Administrasi Keuangano
=
Administrasi PerlengkapanE
=
Kegiatan penghubung pemeriksaanE1
=
Pemeriksaan Sarana Produksi , Distribusi dan Sarana Pela-yanan serta Tenaga dan KomoditiE2
=
Pengambilan Sampel OMKA & BBE3
=
Pelaksanaan Penanggulangan Kasus (Keracunan dll) . E4 = Pelaksanaan Keputusan Tindak LanjutE5
=
Pengawasan Periklanan & Bentuk Promosi LainnyaF
=
Kegiatan penghubung pengujianF1
=
Pengujian ObatF2
=
Pengujian Makanan dan MinumanF3
=
Pengujian Narkotika & Bahan BerbahayaF4
=
Pengujian Kosmetika, Alat Kesehatan, dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga .F5 = Pengujian Obat Tradisional G
=
Pelaporan Hasil Pemeriksaan H=
Pelaporan Hasil PengujianI = Tindak Lanjut yang diperlukan sesuai ketentuan yang berlaku.
D. KEGIATAN PRIORITAS
Dengan pertimbangan efisiensi dan keterbatasan tenaga, dana dan waktu, maka perlu dipilih sasaran kegiatan yang penting untuk diperiksa sesuai dengan skala prioritas
kegiatan . Penentuan prioritas dilakukan dengan cara
pembobotan dengan menggunakan matrik.
Kegiatan pokok Balai POM adalah pemeriksaan dan pengujian .
1. Kegiatan pemeriksaan :
Untuk mempertajam sasaran pemeriksaan pada kegiatan pemeriksaan dilakukan pembobotan sebagai berikut :
Gambar 3.
MATRIK PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN PEMERIKSAAN
NO KEGIATAN 1 2 3 4 5
1 Pelaksanaan penanggulangan kasus
.
. セ@X X X X
2 Pengambilan sampel OMKA & Bhn Berbahaya
.
'....
..
, ' X 0 X X 3 Pelaksanaan keputusan tindak lanjut G^Zセ@ Q ᄋセQZ@ .-. 0 4 Pe meriksa an sarana produksi & distribusi "t't-ャ| セ U;"!:t: .:-
X5 Pengawasan periklana n & bentuk promosi lain MZNセNZ@ "',';1l . ZZ Gセ@ セM . :,r."
Jml X horizontal 4 2 1 1
Jml 0 vertikal
2
Jumlah 4 2 1 3 0
Pri oritas pe mbobotan I III IV II V
Dari matrik di atas terlihat urutan prioritas kegiatan pemeriksaa n sesuai pembobotan sebagai berikut .
a) Pelaksanaan penanggulangan kasus b) Pemeriksaan sara na produksi dan distribusi
c) Pengambilan sampel OMKA dan bahan berbahaya d) Pelaksanaan keputusan tindak la njut
e) Pengawasan periklanan dan bentuk promosi lain
2. Kegiatan Pengujian
Untuk mempertajam sa saran pemeriksaan pada kegiatan pengujian , dilakukan pembobotan sebagai berikut •
12
Peraturan Keuangan
1. UndangUndang Perbendaharaan Indonesia No.9 Tahun 1968
tentang Ht・セ・ュ。ィ。ョ@ dari ICW dengan perubahanperubahan) .
2. Undangundang RI NO.3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Korupsi.
3. UndangUndang RI NO. 9 Tahun 1994 Tentang Ketentuan umum dan tata Cara perpajakan.
4. UndangUndang RI No. 10 Tahun 1994 Tentang Pajak
penghasilan .
5. UndangUndang RI No. 11 Tahun 1994 Tentang PPN & Ppn . BM. 6. UndangUndang RI No. 13 Tahun 1985 Tentang Bea Materai. 7. Peratura n Pemeri ntah RI No. 45 Tahun 1994 Tentang Pajak
penghasilan pasal 21 Pejabat Negara, PNS, Anggota ABR I dan Pensiunan.
8. Peraturan Pemerintah RI No. 50 Tahun 1994 Tentang
Pelaksanaan Ppn Barang dan Jasa dan Ppn Barang Mewah . 9. Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1995 Tentang Perubahan
tarif bea Materai.
10. Peraturan Pemerintah RI No. 20 Tahun 1956 Tentang Peraturan pen ghapusan uang yang dicuri , digelapkan atau hilang , dari perhitungan bendaharawan yang bersangkutan.
11. Keputusan Presiden RI No. 16 Tahun 1994 Tentang Pelaksana Anggaran Pendapatan Negara dan Belanja Negara
12. Keputusan Presiden RI No. 24 Tahun 1995 Tentang Peru batlan Keppres Nomor. 16 Tahun 1994.
13. Keputusan Presiden RI No. 70 Tahun 1971 Tentang Tata cara Pengawasan Keuangan Negara .
14. Instruksi Aigemene Reken Kamer (IAR).
15. SKB Men kes dan Menkeu NO.623IMenkes/SKBIXIi/90 dan NO.1589/KMK.03 1990 Tentang Tata Cara Pengelolaan Jasa Teknis Pemeriksaan di Balai La boratorium Kesehatan.
16. Surat Keputusan Menkeu No. Kep-330IMN/9/1968 Tanggal 26
September 1969 Tentang Pedoman Penatausahaan Kas Negara, ca ra Pengawasan dan Pemeriksaannya.
17. Surat Keputusan Menkeu No.Kep331 /MN/9/1968 Tanggal 26 September 1968 Tentang Pedoman bagi pegawai yang diberi
tugas melakukan pemeriksaan umum Kas pada para
Bendaharawan/Pemegang Kas .
50. Surat Edaran Bersama Kepala BAKN dan Direktur Jenderal
Anggaran Nomor 19/5El1989 dan Nomor SE-51/A/1989 Tentang
Pelaksanaan Pemberhentian & Pemberian pensiun Pegawai
Negeri Sipil, pemberian pensiun janda/dudannya serta tata cara pembayarannya .
51 . Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tentang izin perkawinan dan perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil.
52. Surat Edaran Kepala BAKN Nomor 48/SEl1990 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 tentang perubahan atas peraturan pemerintah nomor 10 tahun 1983 tentang izin perkawinan & perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil.
53. Keputusan Presiden RI Nomor 16 Tahun 1990 Tentang Penelitian khusus bagi Pegawai Negeri RI.
54. Keputusan Ketua Bakorstanas Nomor Kep/01/STANASNII/1990 Tentang Dasar Kebijaksanaan Penelitian khusus bagi Pegawai Negeri RI.
55 . Petunjuk Pelaksanaan Nomor JUKLAKl01/STANASNII/1990 Tentang Penelitian khusus bagi Pegawai Negeri RI.
56. Peraturan Pemerintah RI No. 14 Tahun 1994 Tentang Tunjangan Jabatan Struktural dan jabatan Fungsional.
57. Peraturan Pemerintah RI No. 15 Tahun 1994 Tentang
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural. 58. Peraturan Pemerintah RI No. 16 Tahun 1994 Tentang Jabatan
Fungsional Pegawai Negeri Sipil.
59. Surat Keputusan Kepala BAKN No. 05 Tahun 1995 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural.
E.
60 . Surat Edaran Menkes RI No. 265IMenkes/EN/1991 Tentang
Juklak untuk Angka Kredit Jabatan Dosen di lingkungan Depkes. 61 . Surat Edaran Menkes RI No.265.a!MenkesIEN11991 Tentang
Jabatan Guru di lingkungan Departemen Kesehatan.
62. PP No.41/1990 Tentang Tahun Masa Bhakti Apoteker.
63 . Peraturan Menteri Kesehatan NO .184/1995 Tentang Pelaksanaan PP.
32
Gambar 4.
MATRIK PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN PENGUJIAN
NO KEGIATAN 1 2 3 4 5
1 2 3 4
5
Pengujian Obat .lG. X X X X
Pengujian Obat tradisional . :,::,. Bセ@ :
....
: 0 0 0Pengujian Narkoba ""i NLLセLNL@
0 X
::;:: B[セ@ セNMM
.-
,.Pengujian Makanan/minuman ,".' . "! ᄋBカセ@ セ[セセ@ セ ZZ@ セ@G@ |セZ[@ a)..., X Pengujian Kosmetika/Alkes/PKRT ... LNセ@
..
"', . セON@ Zセ i セセ@セセGN@ , .Jml X horizontal 4 1 1
Jml 0 vertikal
1 2 1Jumlah 4 0 2 3 1
Prioritas pembobotan I V III II IV
Dari matrik diatas terlihat urutan prioritas kegiatan pengujian sesuai pembobotan sebagai berikut :
a) Pengujian Obat
b) Pengujian Makanan dan Minuman c) Pengujian Narkoba
d) Pengujian Kosmetika, Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga .
e) Pengujian Obat Tradisional
KEGIATAN KRITIS
1. Kegiatan Pemeriksaan
Berdasarkan urutan prioritas dalam pembobotan kegiatan kritis untuk kegitan pemeriksaan yang uraikan dalam Juklak ini hanya kegitan kritis untuk kegiatan pemeriksaan sarana produksi dan distribusi serta kegiatan pengambilan sampel OMKA dan bahan berbahaya.
D
a. Pemeriksaan sarana produksi dan distribusi
Kegiatan pemeriksaan sarana produksi dan distribusi yang dilaksanakan oleh Balai POM pada dasamya mempunyai alur yang sarna yaitu mulai dari pembuatan surat tugas sampai dengan pelaporan hasil pemeriksaan.
[image:26.1017.68.365.245.534.2]Alur tersebut dapat dilihat pada Diagram Jaringan k・ セ。@ (Network Diagram) berikut :
Gambar 5.
KEGIATAN KRITIS PADA ALUR KEGIATAN PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI & DISTRIBUSI
セッ
CY.;
Keterangan :
o
A = Surat Tu gas
B = Pemeriksaan Administrasi C = Pemeriksaan T enaga D = Pemeriksaan Bangunan E = Pemeriksaan Peralatan F = Pemeriksaan Komoditi
G = Pelaporan Hasil Pemeriksaan
14
|セN@
E ."ᄋI|ッ@
セ@NᄋᄋO@
34. Surat Edaran Kepala BAKN No. 03/SEJ1980 Tentang : dfta: Urut Kepangkatan Pegawai Negeri Sipi!.
35. Peraturan Pemerintah RI NO.32 Tahun 1979 Tentang
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipi!.
36. Surat Edaran Kepala BAKN NO.04/SE/1980 Tentang Pember-hentian Pegawai Negeri Sipi!.
37. Peraturan Pemerintah RI No . 03 Tahun 1980 Tentang
Pengangkatan Dalam Pangkat Pegawai Negeri Sipil.
38 . Surat Edaran Kepala BAKN No. 05/SEJ1980 Tentang
Pengangkatan Dalam Pangkat Pegawai Negeri Sipil.
39. Surat Edaran Kepala BAKN No. 01/SEJ1979 Tentang Daftar Riwayat Hidup.
40. Peraturan Pemerintah Rl No. 30 Tahun 1980 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
41 . Surat Edaran Kepala BAKN No. 023/SEJ1980 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
42. UndangUndang No. II Tahun 1969 Tentang Pensiunan Pegawai & Pensiun Janda/Duda Pegawai.
43. Surat Edaran Bersama Kepala BAKN dan dゥセ・ョ@ Anggaran
NO.10/SEJ1980 No.SE.1 .16/DJA/1 .0/3/80 (No. SEJ48/80) .
Tentang Pensiunan Pegawai & Pensiun Janda/Duda Pegawai. 44 . Keputusan Presiden RI No. 28 Tahun 1975 Tentang Pertakuan
terhadap mereka yang tertibat G.30.S.lPKI. Gol. C.
45 . Keputusan Pangkopkamtib No.Kep .03/KopkamNlllf75 Tentang
Petunjuk Penyeleaian Administrasi PNS/Pegawai/Karyawan
Perusahaan Milik Negara p・ォ・セ。@ Pemerintah yang tertibat dalam peristiwa Pemberontakan G.30 .S.lPKl Gol. C.
46. Surat Edaran Kepala BAKN No.13/SEJ1975 Tentang Petunjuk Penyelesaian Administrasi PNS/Pegawai/Karyawan Perusahaan Milik n・ァ。イ。Op・ォ・セ。@ Pemerintah yang tertibat dalam Peristiwa Pemberontakan G.30.S.lPKl Gol. C.
47 . Keppres/Panglima Tertinggi ABRIIKomando Operasi Tertinggi No. 233/Koti/1966 Tentang Penyempurnaan daftar lampiran Keppres IPanglima Besar Kogam Nomor : 85/Kogam/1966.
48 . Surat Edaran Kepala BAKN NO.17/SEJ1984 Tentang Tindak Lanjut Penyelesaian Kepegawaian PNS yang tertibat G.30 .S.lPKI Gol. C2 dan C3.
49. Peraturan Pemerintah RI NO.8 Tahun 1989 Tentang
Pemberhentian dan Pemberian Pensiun Pegawai Negeri Sipil serta pemberian pensiun janda/Dudannya .
17. Surat Kepala BAKN No.065/Kep/1974 tentang Nomor Induk PNS Pusat.
18. Surat Keputusan Kepala BAKN No. 066/Kep/1974 tentang Kartu Pegawai Negeri Sipi!.
19. Surat Edaran Kepala BAKN No. 08/SEl1975 tentang Penyeder-hanaan Penyelesaian Mutasi Kepegawaian dan Pemberhentian Pensiun.
20. Peraturan Pemerintah No. 5 tahun 1977 tentang Penyesuaian Pokok Pensiun Bekas Pegawai Negeri Sipil Janda/Duda, dan anak yatim piatunya di Propinsi Irian Jaya.
21. Surat Edaran bersama Menkeu dan Kepala BAKN No.
SE.1.18/DJANI1.4/3/1977 dan No. 04/SEl1977 tentang Pelak-sanaan Penyesuaian pensiun bekas PNS, Janda/Duda, dan anak yatim piatu di Propinsi Irian Jaya.
22. Peraturan Pemerintah RI No.8 Tahun 1977 tentang Penetapan Pensiun Pokok Bekas PNS dan Janda/Duda.
23. Surat Edaran Kepala BAKN No.03/SEl1977 Tentang Pelak-sanaan Pen eta pan Pensiun Pokok bekas PNS dan janda/Duda.
24. Surat Edaran Kepala BAKN No. 15/SEl1975 tentang
Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktura!. 25. Peraturan Pemerintah RI No.4 Tahun 1966 Tentang
Pember-hentian/pemberhentian Sementara Pegawai.
26. Peraturan Pemerintah RI No.4 Tahun 1974 Tentang Pembatasan Kegiatan Pegawai Negeri Dalam Usaha Swasta.
27. Peraturan Pemerintah RI No.20 Tahun 1976 Tentang Keang-gotaan PNS dalam Parpol dan Golkar.
28. Keputusan Presiden RI No.28 Tahun 1975 Tentang Perlakuan terhadap mereka yang terlibat G.30.S.lPKI Gol. c.
29. Keputusan Pangkopkamtib No.Kep03/KopkamNII175 Tentang
Pelaksanaan Keppres RI No.28/1975.
30. Surat Edaran Kepala BAKN No. 13/SEl1975 Tentang Petunjuk Penyelesaian administrasi PNS/Pegawai/Karyawan Perusahaan Milik Negara Pekerja Pemerintah yang terlibat dalam Peristiwa Pemberontakan G.30.S.lPKI GoI.C.
31 . Peraturan Pemerintah RI No. 10 Tahun 1979 Tentang Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipi!.
32. Surat Edaran Kepala BAKN No.02/SEl1980 Tentang Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil.
33. Peraturan Pemerintah RI No.15 Tahun 1979 Tentang Daftar Urut Kepangkatan pセァ。キ。ゥ@ Negeri Sipil.
30
Dari diagram tersebut diatas terfihat kegiatan kritis yang berprioritas tinggi (bertanda *) adalah :
1) pembuatan surat tugas 2) Pemeriksaan administrasi 3) Pemeriksaan komoditi
4) Pelaporan hasil pemeriksaan
b. Pengambilan Sampel
Kegiatan pengambilan sampel yang dilakukan oleh Balai POM pada dasarnya juga mempunayi alur yang sama yaitu mulai dari administrasi sampai dengan pemusnahan sisa sam pel.
Alur tersebut dapat dilihat pada Diagram Jaringan Kerja berikut :
Gambar 6.
KEGIATAN KRITIS PADA ALUR KEGIATAN PENGAMBILAN SAMPEL
セ@
Ej
o
aセo@
bセo@
cセo@
dセo@
fセo@
..
..
..
Keterangan :
A = Administrasi
B
=
Pembelian dan Pembayaran C=
PencatatanD = Penyerahan ke TU
E = Penyerahan oleh TU ke Gudang F = Penyerahan oleh TU ke Pengujian G = Pemusnahan sisa sampel
Dari diagram tersebut diatas terlihat kegiatan kritis yang berprioritas tinggi ( bertanda *) adalah :
1) Pembelian dan pembayaran 2) Pencatatan
3) Penyerahan ke TU
4) Pemusnahan sisa sam pel
2 . Kegiatan Pengujian
Kegiatan pengujian yang dilaksanakan di Balai POM ada 5 jenis yaitu :
a. Kegiatan pengujian sampel obat
b. Kegiatan pengujian sam pel obat tradisional c. Kegiatan pengujian sampel Narkoba
d. Kegiatan pengujian sam pel makanan dan minuman
e. Kegiatan pengujian sam pel kosmetika , alat kesehatan dan PKRT
yang pada dasamya mempunyai alur ya ng sama, mulai dari penerimaan sampel sampai dengan laporan hasil pengujian.
Alur tersebut dapat dilihat pada Diagram Jaringan Kerj a berikut :
Gambar7.
KEGIATAN KRITIS PADA ALUR KEGIATAN PENGUJIAN
eセo
L@
16
Peraturan Kepegawaian
1. Undangundang NO.8 Tahun 1974 tentang Pokokpokok
Kepegawaian
2. Peraturan Pemerintah RI No.20 Tahun 1975 tentang Wewenang Pengangkatan , Pemindahan dan Pemberhentian PNS .
3. Surat Edaran Kepala BAKN NO .12/SEJ1975 tentang Wewenang
Pengangkatan, Pemindahan , dan Pemberhentian PNS.
4. Peraturan Pemerintah RI NO.5 Tahun 1976 tentang Fonnasi
Pegawai Negeri Sipil.
5. Surat Edaran Kepala BAKN No. 04/SE/1976 tentang Petunjuk
Penyusunan Fonnasi Pegawai Negeri Sipil.
6. Peraturan Pemerintah RI NO.6 Tahun 1976 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil.
7. Surat Edaran Kepala BAKN No. 05/SEJ1976 tentang Pengadaan
Pegawai Negeri Sipil.
8. Peraturan Pemerintah RI No. 26 Tahun 1977 tentang Pengujian Kesehatan Pegawai Negeri Sipil dan tena gatenaga lainnya yang bekerja pada Negara RI.
9. Surat Edaran Kepala BAKN No. 15/SEJ1977 tentang Pelaksanaan
Penguj ian Kesehatan Pegawai Negeri Sipil dan