• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN (Studi Kasus dengan Menggunakan Model Inlet Persegi pada Trotoar Jalan dengan Hambatan Batu Kerikil)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN (Studi Kasus dengan Menggunakan Model Inlet Persegi pada Trotoar Jalan dengan Hambatan Batu Kerikil)"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN

(Studi Kasus dengan Menggunakan Model Inlet Persegi pada Trotoar Jalan dengan Hambatan Batu Kerikil)

Disusun oleh : MAGA RINGGA NIM : 20120110202

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

(2)

ix

Lembar Pengesahan ... ii

Pernyataan Keaslian Tulisan ... iii

Halaman Motto dan Persembahan ... iv

Abstrak ... vi

D Manfaat Penelitian ... 2

E. Batasan Penelitian ... 3

F. Keaslian Penelitian... 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka ... 4

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi... 9

B. Menggunakan Alat Rainfall Simulator...10

C. Intensitas Hujan... 11

D. Limpasan... 12

E. Koefisien Limpasan... 12

F. Klasifikasi Jalan Raya... 14

(3)

x

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

C. Alat dan Bahan ... 21

D. Desain Model Street Inlet ... 30

E. Tahapan Pembuatan Alat Uji ... 32

F. Tahapan Pengujian Inlet ... 33

G. Pelaksanaan Penelitian ... 33

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Hujan ... 36

B. Perbandingan Nilai Debit Limpasan ... 41

C. Pengaruh Jumlah Street Inlet Terhadap Genangan ... 44

D. Koefisien Limpasan... 47

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 51

B. Saran ... 53

Daftar Pustaka ... 54

(4)
(5)

vi

ditambah dengan hujan yang deras jalan dapat mengalami kerusakan. Karena, tidak ada tempat yang menampung atau menyalurkan limpasan air hujan. Jika ada inlet, genangan air yang ada di jalan dapat ditampung dan disalurkan ke saluran drainase, walaupun ada inlet harus juga memperhatikan jarak, ukuran, peletakkan, penempatan dan hal-hal yang dapat menghambat air yang masuk ke inlet. Agar inlet dapat berfungsi sesuai dengan fungsinya.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai intensitas hujan dari tinggi curah hujan pada jalan, menentukan koefisien limpasan sesuai dengan daerah tipe aliran, mengetahui pengaruh street inlet terhadap volume atau tinggi genangan pada jalan, dan melakukan pengujian perbandingan nilai debit limpasan terhadap jumlah street inlet yang sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan.

(6)

1

A. Latar Belakang Masalah

Wilayah indonesia sendiri yang beriklim tropis presipitasinya berupa air atau yang biasa disebut hujan. Hujan merupakan suatu kejadian alam yang sering terjadi di daerah yang mempunyai iklim tropis seperti Indonesia. Hujan mempunyai pengaruh yang besar bagi kehidupan manusia dapat bermanfaat dan dapat juga merugikan. Hujan dapat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan air tanaman dan makhluk hidup lainya dan dapat dijadikan pengisi air tanah. Sedangkan hujan dapat juga merugikan karena dapat menyebabkan erosi pada tanah.

Drainase berasal dari bahasa Inggris “drainage” yang mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang atau mengalirkan air. Drainase juga dapat diartikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas (Suripin, 2004).

Inlet menerima air permukaan dan menyalurkannya ke saluran drainase. Street Inlet adalah bukaan/lubang di sisi-sisi jalan yang berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan yang berada sepanjang jalan menuju ke saluran.

Tidak adanya inlet, dapat membuat genangan air di jalan ditambah dengan hujan yang deras, jalan dapat mengalami kerusakan, karena tidak ada tempat yang menampung atau menyalurkan limpasan air hujan. Jika ada inlet, genangan air yang ada di jalan dapat ditampung dan disalurkan ke saluran drainase.

(7)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Berapakah besar intensitas hujan yang dihasilkan dari alat simulator hujan?

2. Berapakah besar debit yang masuk ke street inlet dari beberapa variasi uji intensitas hujan?

3. Berapakah tinggi dan lebar genangan air yang menggenang pada jalan yang dipengaruhi oleh kondisi street inlet?

4. Berapakah nilai koefisien limpasan yang dihasilkan dari alat uji?

C. Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan dilakukannya penelitian ini sebagai berikut : 1. Menentukan nilai intensitas hujan dari tinggi curah hujan pada jalan. 2. Melakukan pengujian perbandingan nilai debit limpasan terhadap

jumlah street inlet yang sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan. 3. Mengetahui pengaruh street inlet terhadap volume atau tinggi

genangan pada jalan.

4. Menentukan nilai koefisien limpasan sesuai dengan tipe daerah aliran

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan masukan dan solusi terhadap fenomena banjir pada ruas jalan yang ada dan mendapatkan desain inlet yang sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan.

2. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, dan dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk penelitian yang akan datang.

(8)

E. Batasan Masalah

Penelitian ini dipengaruhi oleh berbagai macam parameter. Oleh karena itu, agar penelitian ini berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan maka diperlukan beberapa batasan masalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini dilakukan dengan membuat prototype yang sesuai seperti kondisi di lapangan.

2. Sumber air hujan merupakan air hujan buatan yang berasal dari Laboratorium Keairan dan Lingkungan, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Dalam penelitian ini digunakan model inlet berbentuk persegi dengan hambatan kerikil.

F. Keaslian Penelitian

(9)

4

Street Inlet adalah bukaan/lubang di sisi-sisi jalan yang berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan yang berada sepanjang jalan menuju ke saluran.

Penelitian tentang street inlet untuk mengatasi genangan yang ada di jalan menggunakan hambatan kerikil belum pernah dilakukan sebelumnya, namun ada penelitian yang membahas tentang street inlet. Didalam penelitian street inlet

untuk mengatasi genangan yang ada di jalan juga membahas tentang intensitas hujan dan limpasan.

Berikut penelitian yang membahas tentang street inlet, drainase jalan, intensitas, dan limpasan. :

A. “Desain Street Inlet Berdasarkan Geometri Jalan Raya (studi kasus jalan ruas Sukarno-Hatta, Malang, Jawa Timur)” oleh Suharyanto (2014) tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui jarak, dimensi, dan jenis inlet yang digunakan yang sesuai dengan kondisi lebar jalan dan curah hujan yang ada. Data input yang digunakan ialah data curah hujan, penggunaan lahan, lebar jalan, geometri jalan, dan jenis lapisan atas jalan. Penelitian ini dilakukan pada sebuah ruas jalan dengan panjang 3,8 km. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Dimensi inlet untuk drainase jalan raya tergantung pada alinyemen vertikal jalan.

2. Untuk jenis grate inlet, dimensi tergantung dari kemiringan bahu jalan.

3. Jarak antar inlet ditentukan oleh dimensi jalan (lebar dan panjang jalan) yang ditinjau.

(10)

daerah 900 m2. Untuk kemiringan memanjang jalan 0.05179 (yang terbesar), diperoleh dimensi inlet 70 x 35 cm.

5. Untuk jenis grate inlet, dengan kemiringan memanjang jalan 0,00175, kemiringan bahu jalan 0,0211, jarak inlet 25 m, dan luas daerah 900 m.

B. “Studi Permasalahan Drainase Jalan (Saluran Samping) Dilokasi Jalan Demang Lebar Daun Sepanjang 3900 m (Lingkaran Sma Negeri 10 S.D Simpang Polda)” oleh Syapawi (2013) melakukan penelitian tentang Studi Permasalahan Drainase Jalan (Saluran Samping) Dilokasi Jalan Demang Lebar Daun Sepanjang 3900 m (Lingkaran Sma Negeri 10 S.D Simpang Polda. Tujuan dari penelitian ini adalah mengindentifikasi permasalahan drainase (saluran samping) sepanjang jalan Demang Lebar Daun. Maksud dari studi ini adalah memberikan gambaran permasalahan drainase yang pada akhirnya diperoleh suatu solusi perbaikan, dari hasil studi dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah khususnya Pemerintah Kota Palembang, dalam rangka perbaikan jalan drainase. Hasil pengamatan dan hasil studi bahwa hampir semua drainase yang sudah tersumbat akibat sampah dan sedimen. Drainase dibawah trotoar yang tidak memiliki inlet sehingga air menggenang pada badan jalan. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Drainase (saluran samping) jalan yang ada dijalan Demang Lebar Daun merupakan drainase yang bermasalah lebih kurang 80% saluran drainase tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

2. Permasalahan yang ada pada lokasi jalan Demang Lebar Daun, adalah :

a) Dimensi saluran yang tidak seragam, kontruksi bangunan tidak jelas.

b) Kemiringan saluran drainase sudah tidak sesuai lagi karena terdapat banyak sedimen.

(11)

d) Saluran drainase dibawah trotoar yang tidak memiliki inlet

sehingga air menggenang pada badan jalan.

e) Gorong-gorong yang sudah dipenuhi sampah dan sedimen. f) Saluran drainase dibuat asal jadi.

g) Warga yang berjualan diatas saluran drainase membuang sampah kedalam saluran drainase sehinga mengganggu aliran pada saluran.

h) Tanah longsor yang menutup saluran.

i) Tidak adanya koordinasi antar instansi terkait.

j) Kurangnya perhatian dari pemerintah dari pemerintah Kota Palembang, khusus Dinas PU Bina Marga dalam hal pemeliharaan bangunan drainase.

3. Sesuai dengan tujuan semoga studi kasus ini bermanfaat untuk perbaikan sistem drainase dikota palembang khususnya dilokasi jalan Demang Lebar Daun.

C. “Permodelan Hujan Skala Laboratorium Menggunakan Alat Simulator Hujan Untuk Menentukan Intensitas Hujan” oleh Rijal Khakimurrahman mahasiswa Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun 2016. Tujuan dari penelitian ini adalah menghitung nilai variasi intensitas yang dihasilkan dan simulator hujan dan evaluasi kinerja simulator hujan berdasarkan nilai koefisien keseragaman (CU). Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :

(12)

2. Dari hasil intensitas hujan dilakukan evaluasi terhadap kinerja simulator hujan menggunakan koefisien keseragaman (CU). Dari hasil nilai CU semua pengujian didapat nilai CU tertinggi 79,79% (kondisi jarak nozzle 4 m, 1 nozzle, 33,5 Psi), dengan kriteria cukup dan nilai CU terendah 43,59% (kondisi jarak nozzle 2,75 m, 1 nozzle, 21,5 Psi), dengan kriteria tidak layak.

D. “Permodelan Hujan dengan Limpasan dan Infiltrasi pada Skala Laboratorium Menggunakan Box Model Limpasan-Infiltrasi (Dengan Kemiringan 10%)” oleh Azri Novadli mahasisiwa Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun 2016. Tujuan dari penelitian ini adalah merancang alat simulator hujan dan box model infiltrasi-limpasan skala laboratorium dan melakukan pengujian perbandingan nilai debit limpasan dan debit infiltrasi pada tanah kosong dan tanah media tanaman. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Rancangan alat simulator hujan, dimensi rangka dengan panjang 300 cm, lebar 300 cm dan tinggi 400 cm. Sistem distribusi air menggunakan pompa air dengan total head 33 m, menggunakan 5 buah nozzle yang dilengkapi dengan manometer dan stop kran. Rancangan box model limpasan-infilrasi, dimensi rangka dengan panjang 170 cm, lebar 100 cm, dan tinggi 80 cm. Untuk dimensi box media tanah limpasan-infiltrasi dengan panjang 170 cm, lebar 100 cm, dan tinggi 35 cm, kemiringan tanah menggunakan dongkrak (kapasitas 2 ton).

2. Nilai perbandingan debit limpasan dan debit infiltrasi pada tanah kosong dan tanah media tanaman yaitu :

(13)

0,051 liter/detik, dan debit infiltrasi samping 0,001 liter/detik.

b) Pada tanah media tanaman saat keadaan tak jenuh air debit limpasan terbesar 0,016 liter/detik, debit infiltrasi bawah 0,117 liter/detik, dan debit infiltrasi samping 0,001 liter/detik. Untuk tanah kosong saat keadaan jenuh air debit limpasan terbesar 0,022 liter/detik, debit infiltrasi bawah 0,091 liter/detik, dan debit infiltrasi samping 0,001 liter/detik.

(14)

9

A. Hidrologi

Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat-sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama dengan makhluk hidup. Penerapan ilmu hidrologi dapat dijumpai dalam beberapa kegiatan seperti perencanaan dan operasi bangunan air, penyediaan air untuk berbagai keperluan (air bersih, irigasi, perikanan, peternakan), pembangkit tenaga air, pengendalian banjir, pengendalian erosi dan sedimentasi, transportasi air, drainasi, pengendali polusi, air limbah, dsb (Triatmodjo, 2008:1).

Daur atau siklus hidrologi adalah gerakan air ke udara yang kemudian jatuh ke permukaan tanah lagi sebagai hujan atau bentuk presipitasilain, dan akhirnya mengalir ke laut kembali. Siklus hidrologi, digambarkan dalam dua daur, yang pertama adalah daur pendek, yaitu hujan yang jatuh dari langit langsung ke permukaan laut, danau, sungai yang kemudian langsung mengalir kembali ke laut (Soemarto, 1986). Siklus air tersebut dapat digambarkan secara skema pada gambar 3.1.

(15)

B. Menggunakan Alat Rainfall Simulator

Prinsip dasar alat ini adalah pembuat hujan buatan dengan bermacam-macam intensitas sesuai yang dikehendaki. Hujan buatan ini akan menyirami suatu petak tanah dengan luasan tertentu yang sebanding dengan ukuran dari perangkat alat ini. Hujan buatan dioperasikan dengan intensitas sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya dan sejak saat yang sama semua air yang keluar dari petak tanah dicatat. Pencatatan terus dilakukan sampai suatu saat debit yang keluar dari petak tanah tersebut mencapai nilai tetap. Bila keadaan ini telah tercapai, maka hujan buatan dapat dihentikan. Pada keadaan demikian berarti telah tercapai keseimbangan antara hujan, limpasan (aliran permukaan) dan infiltrasi.

Pada saat hujan buatan telah dihentikan tidak berarti debit yang keluar dari petak tanah itu terhenti. Oleh karena masih ada tampungan permukaan, maka masih terdapat aliran keluar dari petak tanah tersebut. Jadi pengukuran debit masih harus terus dilakukan sampai debit yang keluar dari petak tanah sama dengan nol. Setelah alat berjalan beberapa lama, selisih I (intensitas) dan q (limpasan) menjadi hampir konstan, ini berarti bahwa fa sudah hampir tercapai. Sesudah hujan buatan dihentikan, limpasan tidak langsung berhenti, tetapi mengalami resesi karena masih ada sisa air tertahan di permukaan sebagai air detensi karenanya infiltrasi masih terus terjadi, meskipun kecepatannya kecil (A. R. Djamaluddin, 2012)

C. Intensitas Hujan

(16)

Intensitas hujan adalah jumlah hujan per satuan waktu. Intensitas hujan atau ketebalan hujan per satuan waktu lazimnya dilaporkan dalam satuan milimeter per jam (Asdak, 1995).

Intensitas hujan sangat menentukan didalam perhitungan limpasan permukaan, yang besarnya dapat diperoleh dari pengamatan di lapangan. Besarnya intensitas hujan akan tergantung pada lebat dan lamanya hujan serta frekuensi hujan dengan membandingkan antara tinggi hujan dengan lamanya hujan dalam satuan mm/jam atau dengan persamaan.

Tabel 3.1 adalah keadaan hujan dan intensitas hujan, menurut Suyono Sosrodarsono (dalam Triatmodjo, 2008). Tabel tersebut menunjukan bahwa curah hujan tidak bertambah sebanding dengan waktu. Jika durasi waktu lebih lama, penambahan curah hujan adalah lebih kecil dibanding dengan penambahan waktu, karena hujan tersebut bisa berkurang atau berhenti.

Tabel 3.1. Klasifikasi intensitas hujan

Keadaan Hujan Intensitas Hujan (mm)

1 Jam 24 Jam

Hujan sangat ringan <1 <5

Hujan ringan 1-5 5-20

Hujan normal 5-10 20-50

Hujan lebat 10-20 50-100

Hujan sangat lebat >20 >100

Sumber: Triatmodjo, 2008.

Curah hujan jangka pendek dinyatakan dalam intensitas per jam yang disebut intensitas curah hujan (mm/jam). dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

I = intensitas hujan (mm/jam) d = tinggi hujan (mm)

(17)

C. Limpasan

Debit limpasan adalah volume air hujan per satuan waktu yang tidak mengalami infiltrasi sehingga harus di alirkan melalui saluran drainase. Koefisien yang digunakan untuk menunjukkan berapa bagian dari air hujan yang harus dialirkan melalui saluran drainase karena tidak mengalami penyerapan ke dalam tanah (infiltrasi). Koefisien ini berkisar antara 0-1 yang disesuaikan dengan kepadatan penduduk di daerah tersebut. Semakin padat penduduknya maka koefisien run-off nya akan semakin besar sehingga debit air yang harus dialirkan oleh saluran drainase tersebut akan semakin besar pula.

Menurut Sosrodarsono (1978) mengemukakan bahwa Limpasan permukaan terjadi ketika jumlah curah hujan melampaui laju infiltrasi, setelah laju infiltrasi terpenuhi, air mulai mengisi cekungan atau depresi pada permukaan tanah. Setelah pengisian selesai maka air akan mengalir dengan bebas dipermukaan tanah. Faktor–faktor yang mempengaruhi limpasan permukaan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu elemen meteorology dan elemen sifat fisik daerah pengaliran.

D. Koefisien limpasan

Koefisien pengaliran adalah koefisien yang besarnya tergantung pada kondisi permukaan tanah, kemiringan medan, jenis tanah, dan lamanya hujan didaerah pengaliran. Besarnya angka koefisien pengaliran pada suatu daerah dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 3.2 Koefisien Aliran

(18)

Tabel 3.2. Koefisien aliran (Lanjutan)

- Daerah single family - Multi unit terpisah - Multi unit tertutup - Suburban

Sumber : Triatmodjo, 2008

Dalam perencanaan bangunan air pada suatu daerah pengaliran sungai sering di jumpai dalam perkiraan puncak banjir dihitung dengan methode yang sederhana dan praktis. Namun demikian, metode perhitungan ini dalam tehnik penyajiannya memasukan faktor curah hujan, keadaan fisik dan sifat hidrolika daerah aliran sehingga dikenal sebagai metode rational (subarkah,1980)

(19)

E. Klasifikasi Jalan Raya

Klasifikasi jalan raya menunjukkan standar operasi yang dibutuhkan dan merupakan suatu bantuan yang berguna bagi perencana. Di Indonesia berdasarkan peraturan perencanaan geometrik jalan raya yang dikeluarkan oleh Bina Marga, jalan dibagi dalam kelas–kelas yang penetapannya berdasarkan fungsinya. Menurut fungsinya, jalan raya dapat di bagi menjadi tiga bagian yaitu :

1. Jalan Arteri

Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani (angkutan) terutama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata–rata tinggi, dan jumlah jalan masuk (akses) dibatasi.

2. Jalan Kolektor

Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri–ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata–rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. 3. Jalan Lokal

Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata–rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

Sesuai dengan Undang–undang tentang jalan, No. 13 tahun 1980 dan peraturan pemerintah No. 26 tahun 1985, sistem jaringan jalan di Indonesia dapat dibedakan atas sistem jaringan primer dan jaringan sekunder. Dengan demikian sistem jaringan primer terdiri dari :

1. Jalan Arteri Lokal

Jalan arteri lokal adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak berdampingan. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh jalan arteri primer adalah :

(20)

2. Jalan Kolektor Primer

Jalan kolektor primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua atau kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh jalan kolektor primer diantaranya adalah:

a) Kecepatan rencana jalan > 40 km/jam b) Lebar badan jalan > 7 m

3. Jalan Lokal Primer

Jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil atau menghubungkan kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang dibawahnya, kota jenjang ketiga dengan persil, atau kota dibawah jenjang ketiga dengan persil. Adapun persyaratan jalan lokal primer, yaitu :

a) Kecepatan rencana > 20 km/jam b) Lebar badan jalan > 6 m

Selanjutnya adalah sistem jaringan sekunder yang terdiri dari : 1. Jalan Arteri Sekunder

Jalan arteri sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua. Persyaratan jalan arteri sekunder yaitu :

a) Kecepatan rencana > 30 km/jam. b) Lebar badan jalan > 8 m

2. Jalan Kolektor Sekunder

Jalan kolektor sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga. Persyaratan jalan kolektor sekunder yaitu :

(21)

3. Jalan Lokal Sekunder

Jalan lokal sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan. Persyaratan jalan lokal sekunder yaitu :

a) Kecepatan rencana > 10 km/jam. b) Lebar badan jalan > 5 m.

Dalam konstruksi perkerasan jalan dipandang dari segi kemampuannya dalam memikul dan menyebarkan beban dengan memenuhi syarat–syarat yang ada diantaranya yaitu permukaan mudah mengalirkan air, sehingga air hujan yang jatuh di atasnya dapat dialirkan dengan cepat (Silvia Sukirman, 1999). Pada kondisi ini, air sangat berperan penting dalam kekuatan terhadap kondisi jalan. Adapun jenis jalan yang akan dilakukan uji coba dalam penelitian ini adalah jalan kolektor.

F. Street Inlet

Street inlet adalah bangunan pelengkap pada sistem drainase yang merupakan lubang atau bukaan pada sisi–sisi jalan yang berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan yang berada di sepanjang ruas jalan menuju ke dalam saluran drainase. Sesuai dengan kondisi dan penempatan saluran serta fungsi jalan yang ada, maka pada jenis saluran terbuka tidak diperlukan street inlet, karena ambang saluran yang ada merupakan bukaan bebas. Perlengkapan street inlet mempunyai ketentuan–ketentuan sebagai berikut :

1. Ditempatkan pada daerah yang rendah dimana limpasan air hujan menuju ke arah tersebut.

2. Diletakkan pada tempat yang tidak memberikan gangguan lalu lintas dan pejalan kaki.

3. Air yang masuk ke street inlet harus dapat masuk menuju saluran drainase dengan cepat.

(22)

Inlet dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu :

a) Curb Inlet yaitu jenis inlet yang mempunyai bukaan vertikal.

Sumber : Google, 2016

Gambar 3.2. Curb Inlet

b) Gutter Inlet yaitu jenis inlet yang terdiri dari bukaan horizontal.

Sumber : Google, 2016

Gambar 3.3. Gutter Inlet

c) Combination Inlet merupakan gabungan dari curb inlet dan gutter inlet yang dipasang menjadi satu unit.

Sumber : Google, 2016

(23)

G. Saluran Drainase

Menurut Suripin, (2004; 7) drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan atau membuang kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.

Dengan pengertian lain adalah suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi dari suatu tempat, sehingga fungsi dari suatu tempat tersebut tidak terganggu.

Adapun fungsi dari drainase adalah sebagai berikut :

1. Membebaskan suatu wilayah dari genangan air erosi dan banjir.

2. Karena aliran lancar, maka drainase juga berfungsi untuk memperkecil resiko kesehatan lingkungan bebas dari malaria dan penyakit lainnya. 3. Kegunaan tanah pemukiman padat akan menjadi baik.

4. Dengan sistem yang baik, tata guna lahan dapat dioptimalkan. Sistem jaringan drainase terbagi menjadi dua bagian, yaitu :

1. Sistem drainase makro yaitu sistem saluran/badan air yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (catchment area).

2. Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan air hujan.

Bila ditinjau dari segi fisik (hirarki susunan saluran) sistem drainase diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Saluran Primer

Saluran yang memanfaatkan sungai dan anak sungai. Saluran primer adalah saluran utama yang menerima aliran dari saluran sekunder.

2. Saluran Sekunder

(24)

3. Saluran Tersier

Saluran untuk mengalirkan limbah rumah tangga ke saluran sekunder, berupa plesteran, pipa dan tanah.

4. Saluran Kuarter

(25)

20

Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut:

Gambar 4.1. Bagan Alir Tahapan Penelitian B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan hari senin 16 Mei 2016-9 Juni 2016 di sebelah utara Laboratorium Keairan dan Lingkungan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Kasihan, Bantul.

Rumusan Masalah

Studi Pustaka

Desain Pengujian Street Inlet

Survey Alat dan Bahan

Rekapitulasi Data Mulai

Analisis dan Hitungan Pembuatan Alat Uji

Testing Alat Uji

Pengujian Alat Street Inlet

Simulator Hujan

(26)

C. Alat dan Bahan 1. Simulator hujan

Gambar 4.2. Simulator Hujan a. Alat

1) Meteran. 2) Gergaji.

3) Kunci nomor 12 dan 14.

Kunci digunakan untuk memasang mur dan baut pada sambungan besi siku berlubang.

b. Bahan

Bahan yang digunakan dalam pembuatan simulator hujan antara lain : 1) Bahan habis pakai

a) Lem pipa b) Isolasi Pipa c) Kabel Tis

Kabel tis berfungsi untuk mengikat pipa di kerangka nozzle dan mengikat terpal di kerangka penutup simulator hujan.

(27)

2) Kerangka Nozzle

a) Besi siku berlubang ukuran 4 cm x 4 cm.

Besi siku berlubang panjangnya 3 m. Fungsinya sebagai kerangka nozzle dan penopang terpal agar angin tidak masuk dan mengganggu pada saat pengujian. Gambar 5.2 adalah contoh besi berlubang ukuran 4 cm x 4 cm, dengan panjang 3 m.

Gambar 4.3. Besi siku berlubang ukuran 4 cm x 4 cm.

b) Terpal ukuran 4 m x 5 m.

Terpal berfungsi untuk menutup kerangka nozzle dan menghalangi masuknya angin yang dapat menggangu keluarnya air hujan dari nozzle pada saat pengujian.

c) Mur dan baut.

Mur dan baut berfungsi sebagai penguat pada sambungan antar besi berlubang.

d) Tali atau tambang

(28)

3) Rangkaian Nozzle. a) Nozzle

Gambar 4.4. Nozzle 4ss. b) Selang ½ inch.

Selang digunakan untuk penyambung antara nozzle dengan pipa pvc.

c) Pipa pvc ½ inch.

d) Sambungan T, Sok dan L. e) Stop kran

Stop kran pada bagian rangkaian nozzle digunakan untuk mengatur jumlah nozzle yang akan digunakan.

Sumber : Google, 2016

(29)

f) Ikat selang

Ikat selang berfungsi sebagai pengikat nozzle dengan selang agar air tidak bocor.

4) Rangkaian pompa air. a) Pompa air

Pada penelitian ini pompa yang dipakai adalah merk New Shimizu PS 128 BT dengan spesifikasi panjang pipa hisap 9 m, daya output motor 125 W, daya dorong max. 33 m. Pemilihan jenis pompa ini dikarenakan daya hisap pompa sesuai dengan desain dan rancangan peneliti. Pompa yang digunakan pada penelitian ini seperti pada Gambar 5.5.

Sumber : Shimizu.co.id, 2016

Gambar 4.6. Pompa Air.

b) Pipa ½ dan 1 inch

(30)

c) Stop kran.

Stop kran pada rangkaian pompa berfungsi untuk mengatur tekanan pada manometer.

d) Manometer, nepel, dan T drat.

Manometer, nepel dan T drat merupakan satu pasang yang berfungsi sebagai pembacaan tekanan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.6.

Gambar 4.7.Manometer, nepel, dan T drat. e) Klep foot pompa.

Klep foot ini letaknya berada di ujung pipa 1 inch dan harus terendam di dalam air dan berfungsi agar jalur rentang pipa antara sumur dan pompa (jalur pipa hisap),tetap terisi air..

Sumber : Google, 2016

(31)

f) Dudukan pompa.

Dudukan pompa ini terbuat dari besi siku dengan lebar 2,5 cm x 2,5 cm dan mempunyai tinggi 80 cm di mana lebar bagian atas 20 cm dan bagian bawah 30 cm, pada bagian atas di pasang plat bordess yang berfungsi untuk menyangga pompa. Dudukan pompa ini juga diberi roda agar mudah digerakan. Dudukan pompa dapat dilihat pada Gambar 5.8.

Gambar 4.9. Dudukan pompa. g) Selang anti lipat 5/8 inch.

Selang berfungsi untuk menyuplai air kedalam box kontainer agar air tidak kehabisan pada saat pengujian.

h) Box kontainer kapasitas 150 liter.

(32)

2. Street inlet

Gambar 4.11. Alat uji a. Alat

1) Meteran 2) Gergaji 3) Palu 4) Pisau 5) Kuas

b. Bahan

1) Kayu, digunakan sebagai rangka dari alat street inlet. Kayu yang digunakan yaitu kayu kelapa.

2) Triplek, pada alat street inlet triplek digunakan sebagi jalan. 3) Akrilik, sebagai tempat menampung air yang masuk dari inlet. 4) Cat, digunakan agar alat terlihat seperti asli.

5) Paku, digunakan sebagai penyambung kayu yang akan dipasang 3. Pada pengujian inlet :

(33)

Gambar 4.12. Mistar

b. Cawan, berfungsi untuk mengetahui intensitas hujan pada saat pengujian.

Gambar 4.13. Cawan

c. Box, berfungsi sebagai menampung air yang masuk dari inlet

(34)

d. Gelas ukur 1000 ml, digunakan untuk mengukur air yang terdapat di cawan dan di box.

Gambar 4.15. Gelas Ukur

e. Timbangan digital, digunakan untuk mengetahui air yang ada di dalam cawan.

Gambar 4.16. Timbangan Digital

f. Stopwatch, stopwatch yang digunakan yaitu stopwatch yang terdapat di handphone.

(35)

g. Plastisin, berfungsi sebagai menutup celah-celah yang ada di sambungan trotoar dan bahu jalan.

Gambar 4.18. Plastisin

h. Lakban, yang merekatkan inlet dengan trotoar dan bahu jalan.

i. Kanebo, digunakan untuk mengeringkan alat uji pada saat pergantian waktu.

j. Kerikil, digunakan sebagai hambatan pada alat uji dan pada saat pengujian.

D. Desain Model Street Inlet

Model street inlet menggunakan ukuran 200 cm x 120 cm x 120 cm dengan kemiringan pada jalan 2% dan bahu jalan 3%. Skala yang digunakan yaitu 1:5. Pada alat street inlet terdapat 3 lubang yaitu di trotoar, jarak antar inlet 55 cm. Bentuk inlet yang digunakan bentuk inlet persegi, yang nantinya akan digunakan di trotoar. Hambatan yang digunakan kerikil lolos saringan no 1. Pada pengujian ini memakai alat simulator hujan yang dibagi menjadi 2, alternatif 1 yaitu hujan deras menggunakan 5 nozzle dan alternatif 2 yaitu hujan sedang menggunakan 3 nozzle. Model pengujian ini dibuat dengan denah sebagaimana diberikan dalam Gambar 4.19, Gambar 4.20, Gambar 4.21.

Rumus yang digunakan untuk mencari kemiringan pada jalan dan bahu :

e

=

= x 100% ...(4.1)

(36)

Gambar 4.19 Alat uji

(37)

Gambar 4.21. Rangka alat uji

E. Tahapan Pembuatan Alat Uji

Tahapan pembuatan alat uji street inlet digambarkan dengan skema berikut:

Gambar 4.22. Bagan alir pembuatan alat Studi Pustaka

Persiapan Alat dan Bahan

Pembuatan Model Street Inlet

Pengujian Awal Terhadap Model

Street Inlet Pelaksanaan pengujian

Berfungsi

Tidak Berfungsi Mulai

(38)

F. Tahapan Pengujian Inlet

Tahapan pengujian inlet digambarkan dengan skema sebagai berikut :

Gambar 4.23. Bagan alir pengujian inlet

G. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan hari Senin 16 Mei 2016 sampai dengan Kamis 9 Juni 2016. Penelitian terbagi atas dua yaitu hujan deras dan sedang. Pengujian dilakukan selama 30 menit per-3 menitnya. Tahapan-tahapan dalam pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :

Memasang bentuk inletpersegi

Memasang hambatan yang akan digunakan yaitu kerikil

Menempatkan cawan dan box yang akan menampung air hujan

Mengatur nozzle, hujan yang akan dipakai hujan lebat dan sedang

Menghidupkan alat simulator hujan

Mengatur stopwatch, per 3 menit dari 30 menit

Selesai Mulai

Mengukur tinggi dan lebar genangan yang ada di bahu jalan

Pengambilan air hujan yang ada di cawan dan box

Mengukur dan menimbang air hujan yang ada di cawan dan box

(39)

1. Sebelum pengujian dilaksanakan pastikan rangkaian pompa dan alat street inlet telah terrangkai dan terpasang dengan benar dan air untuk pengujian stabil.

2. Lakukan percobaan dahulu untuk mengetahui kondisi hujan yang sesuai dengan hujan yang kita inginkan.

3. Setelah hujan sesuai dengan yang kita inginkan, matikan pompa airnya, selanjutnya memasang bentuk inlet yang akan digunakan.

4. Pasang hambatan kerikil di bahu jalan.

5. Menempatkan cawan dan box yang menampung air hujan. 6. Mengatur Stopwatch per 3 menit dari 30 menit.

7. Setelah semuanya sudah siap, hidupkan kembali alat simulator hujan. Pengujian pun dilakukan.

8. Tunggu sampai 3 menit, selanjutnya mengukur tinggi dan lebar genangan yang ada di bahu jalan, catat semua hasilnya.

Gambar 4.24. mengukur tinggi dan lebar genangan

9. Selanjutnya ambil cawan dan box, dan langsung menggantikan cawan dan box tersebut.

(40)

11. Timbang cawan, kurangkan berat cawan terisi air dengan berat cawan kosong untuk mengetahui berat air, catat semua hasil nya. Sedangkan, air yang ada di box hanya diukur saja.

12. Begitu seterusnya sampai dengan waktu 30 menit.

13. Pada saat waktu 30 menit matikan pompa. Ditunggu sampai air yang menggenang di bahu jalan habis, dan biarkan waktu yang ada di stopwatch terus berjalan.

(41)

36

Pengujian dilaksanakan 31 Juni 2016 – 2 Juni 2016. Pengujian terbagi dua, alternatif 1 yaitu memakai 5 nozzle sebagai hujan deras dan alternatif 2 yaitu 3

nozzle sebagai hujan sedang. Pada pengujian ini, dilakukan sebanyak 3 kali pengujian yaitu 1 inlet, 2 inlet, dan 3 inlet.

A. Intensitas Hujan

Rumus yang digunakan untuk menghitung intensitas hujan sebagai berikut:

t

I = Intensitas hujan (mm/menit) d = Tinggi Hujan (mm)

t = Waktu (menit)

V = Volume hujan dalam penampang (mm³) A = Luas penampang hujan (mm²)

Untuk menentukan volume hujan dalam suatu penampang menggunakan cara mencari massa air dalam penampang terlebih dahulu dengan rumus sebagai berikut:

(42)

Dengan:

V = Volume hujan dalam penampang (mm³) M. air = Massa air (gr)

ρ

air bersih

=

1000 kg/m³ = 0,001 gr/mm³

Rumus untuk menghitung tinggi hujan sebagai berikut: d = V / A ……… (5.5) Dengan:

d = Tinggi hujan (mm)

V = Volume hujan dalam penampang (mm³) A = Luas penampang (mm²)

A = 1/4.Ԉ.D² = 9386,53 mm², dengan D = 109,3 mm.

Setelah tinggi hujan diketahui selanjutnya menghitung intensitas hujan pada menit ke-3 sampai dengan menit ke-30.

1. Hasil pengujian intensitas hujan alternatif 1 dengan 1 lubang inlet

Penelitian intensitas hujan alternatif 1 dengan 1 lubang inlet. Pengujian ini dihitung dalam interval waktu 3 menit dalam total waktu 30 menit. Hasil pengujian tersebut sebagai berikut :

Tabel 5.1. Hasil intensitas hujan alternatif 1 dengan 1 lubang inlet Waktu No Intensitas 1 Inlet (mm/menit) Intensitas Rata”

(43)

Gambar 5.1. Grafik intensitas hujan alternatif 1 dengan 1 lubang inlet

Pada pengujian intensitas hujan alternatif 1 dengan 1 lubang inlet mendapatkan hasil. Bahwa, nilai intensitas hujan rata-rata tertinggi terdapat pada pengujian ke-8 dan ke-10 pada menit ke-24 dan ke-27 yaitu 1,96 mm/menit.

2. Hasil pengujian intensitas hujan alternatif 1 dengan 2 lubang inlet

Gambar 5.2. Grafik intensitas hujan alternatif 1 dengan 2 lubang inlet

Dari Gambar 5.2. dapat dilihat nilai intensitas hujan rata-rata tertinggi terdapat pada pengujian ke-7 pada menit ke-18 yaitu 1,92 mm/menit

(44)

3. Hasil pengujian intensitas hujan alternatif 1 dengan 3 lubang inlet

Gambar 5.3. Grafik intensitas hujan alternatif 1 dengan 3 lubang inlet

Dari Gambar 5.3. dapat dilihat nilai intensitas hujan rata-rata tertinggi terdapat pada pengujian ke-4 pada menit ke-9 yaitu 1,99 mm/menit.

1. Hasil pengujian intensitas hujan alternatif 2 dengan 1 lubang inlet

Penelitian intensitas hujan alternatif 2 dengan 1 lubang inlet. Pengujian tersebut dihitung dalam interval waktu 3 menit dalam total waktu 30 menit. Hasil pengujian tersebut sebagai berikut :

Tabel 5.2. Hasil intensitas hujan alternatif 2 dengan 1 lubang inlet Waktu No

(45)

Gambar 5.4. Grafik hasil intensitas hujan alternatif 2 dengan 1 lubang inlet

Pada pengujian intensitas hujan alternatif 2 menggunakan 1 lubang inlet mendapatkan hasil. Bahwa, nilai intensitas hujan rata-rata tertinggi terjadi pada pengujian ke-4 pada menit ke-9 yaitu 1,87 mm/menit.

2. Hasil pengujian intensitas hujan alternatif 2 dengan 2 lubang inlet

Gambar 5.5. Grafik hasil intensitas hujan alternatif 2 dengan 2 lubang inlet

Dari Gambar 5.5. dapat dilihat nilai intensitas hujan rata-rata tertinggi terdapat pada pengujian ke-1 pada menit ke-3 yaitu 1,97 mm/menit.

(46)

3. Hasil pengujian intensitas hujan alternatif 2 dengan 3 lubang inlet

Gambar 5.6. Grafik hasil intensitas hujan alternatif 2 dengan 3 lubang inlet

Dari Gambar 5.6. dapat dilihat nilai intensitas hujan rata-rata tertinggi terdapat pada pengujian ke-5 dan ke-10 pada menit ke-12 dan ke-27 yaitu 1,71 mm/menit.

Dari Gambar grafik intensitas hujan alternatif 1 dan alternatif 2 dapat dilihat bahwa intensitas pada cawan 1 lebih dominan dibandingkan dengan intensitas pada cawan 2. Hal ini disebabkan banyak faktor antara lain perilaku

nozzle, tekanan mesin pompa air, dan debit air yang keluar dari tandon. Namun secara keseluruhan bisa diamati pada Tabel 5.1 dan Tabel 5.2 bahwa jumlah

nozzle berpengaruh terhadap jumlah intensitas hujan yang terjadi. Semakin banyak jumlah nozzle yang digunakan nilai intensitasnya juga bertambah besar besar (nilai intensitas 5 nozzle > 3 nozzle). Untuk tabel rincian pengolahan data intensitas hujan dan hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1 dan 5.

B. Perbandingan Nilai Debit Limpasan

Hubungan antara waktu dengan debit limpasan pada jumlah 1 lubang inlet, 2 lubang inlet, dan 3 lubang inlet bentuk persegi pada kondisi hujan deras dan hujan sedang dapat dilihat Pada Tabel dan Gambar di bawah ini :

(47)

1. Hasil analisis nilai debit limpasan alternatif 1

Tabel 5.3. Hasil analisis nilai debit limpasan alternatif 1 Waktu Debit Limpasan

menit 1 inlet 2 inlet 3 inlet

Gambar 5.7. Hasil analisis nilai debit limpasan alternatif 1

Pada Tabel 5.3. dan Gambar 5.7. menunjukkan bahwa debit limpasan pada 1 lubang inlet lebih kecil dari debit limpasan 2 lubang inlet, dan 3 lubang inlet. Dari data hasil pengujian selama 30 menit terlihat debit puncak terbesar terdapat pada 3 lubang inlet pada menit ke-30 yaitu 3,53 liter/menit.

(48)

2. Hasil analisis nilai debit limpasan alternatif 2

Tabel 5.4. Hasil analisis nilai debit limpasan alternatif 2 Waktu Debit Limpasan (Liter/menit)

menit 1 inlet 2 inlet 3 inlet

Gambar 5.8. Hasil analisis nilai debit limpasan alternatif 2

Pada Tabel 5.4. dan Gambar 5.8. menunjukkan bahwa debit limpasan pada 1 lubang inlet lebih kecil dari debit limpasan 2 lubang inlet, dan 3 lubang inlet. Dari data hasil pengujian selama 30 menit terlihat debit puncak terbesar terdapat pada 3 lubang inlet pada menit ke-3 yaitu 2,73 liter/menit. Untuk tabel rincian

(49)

C. Pengaruh Jumlah Lubang Street Inlet Terhadap Genangan

Pada pengujian ini dilakukan pengujian sebanyak 3 kali untuk tiap kondisi hujan. Pada pengujian pertama telah dipasang street inlet dengan jumlah 3 lubang, kemudian setelah itu dipasang 2 lubang, dan selanjutnya dipasang dengan menggunakan 1 lubang. Dimana pada masing-masing pengujian tersebut dihitung dalam waktu 3 menit dalam kurun waktu 30 menit. Dari hasil penelitian didapat volume genangan yang disajikan pada Tabel dan Gambar di bawah ini. Rumus yang digunakan untuk menghitung luas genangan sebagai berikut :

Volume Genangan = Luas Genangan x Lebar Jalan ……… (5.6)

Tabel 5.5. Rincian pengolahan data volume genangan alternatif 1 dengan 1 lubang inlet

Waktu No Lebar Jalan Luas Genangan Volume GenanganTotal Luas Genangan

(menit) Inlet h (mm) l (mm) (mm) (mm²) (mm³) (mm²) (mm³) (liter)

1 5 250 666,666667 625,00 416666,67

2 4 245 666,666667 490,00 326666,67

3 5 250 666,666667 625,00 416666,67

1 6 251 666,666667 753,00 502000,00

2 4 245 666,666667 490,00 326666,67

3 5 250 666,666667 625,00 416666,67

1 6 251 666,666667 753,00 502000,00

2 4 248 666,666667 496,00 330666,67

3 5 254 666,666667 635,00 423333,33

1 6 250 666,666667 750,00 500000,00

2 4 247 666,666667 494,00 329333,33

3 5 251 666,666667 627,50 418333,33

1 6 252 666,666667 756,00 504000,00

2 4 248 666,666667 496,00 330666,67

3 5 254 666,666667 635,00 423333,33

1 6 253 666,666667 759,00 506000,00

2 4 250 666,666667 500,00 333333,33

3 5 251 666,666667 627,50 418333,33

1 6 253 666,666667 759,00 506000,00

2 4 252 666,666667 504,00 336000,00

3 5 251 666,666667 627,50 418333,33

1 6,5 253 666,666667 822,25 548166,67

2 4 251 666,666667 502,00 334666,67

3 5 253 666,666667 632,50 421666,67

1 7 255 666,666667 892,50 595000,00

2 4 251 666,666667 502,00 334666,67

3 5 258 666,666667 645,00 430000,00

1 6 255 666,666667 765,00 510000,00

2 5 250 666,666667 625,00 416666,67

3 5,5 256 666,666667 704,00 469333,33

(50)

1. Hasil perhitungan volume genangan alternatif 1

Tabel 5.6. Hasil perhitungan volume genangan alternatif 1 Waktu Volume Genangan (Liter)

(menit) 1 Inlet 2 Inlet 3 Inlet

Gambar 5.9. Grafik hasil perhitungan volume genangan dengan alternatif 1

Pada Tabel 5.6. dan Gambar 5.9. menunjukkan bahwa volume genangan tertinggi terjadi pada jumlah 1 lubang inlet pada menit ke 30 yaitu 1,40 liter.

(51)

2. Hasil perhitungan volume genangan alternatif 2

Tabel 5.7. Hasil perhitungan volume genangan alternatif 2 Waktu Volume Genangan (Liter)

(menit) 1 Inlet 2 Inlet 3 Inlet

Gambar 5.10. Grafik hasil perhitungan volume genangan alternatif 2

Pada Gambar 5.10. menunjukkan bahwa volume genangan tertinggi terjadi pada jumlah 1 lubang inlet pada menit ke-30 yaitu 1,14 liter.

Dapat dilihat bahwa grafik volume genangan pada kondisi hujan deras dan sedang dengan 1 lubang inlet, 2 lubang inlet, dan 3 lubang inlet menunjukkan perbedaan. Dimana volume genangan dengan jumlah 1 lubang inlet terjadi genangan lebih tinggi dari jumlah 2 lubang inlet, Sedangkan 3 lubang inlet terjadi genangan lebih rendah dari 1 lubang inlet dan 2 lubang inlet. Untuk tabel rincian pengolahan data volume genangan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.

(52)

D. Koefisien Limpasan

Dalam menentukan nilai koefisien limpasan dapat dihitung menggunakan metode rasional didasarkan pada persamaan sebagai berikut :

Q = 0,278.C.A...(5.6) C :Koefisien aliran

1. Hasil pengujian koefisien limpasan alternatif 1

Penelitian koefisien limpasan dengan menggunakan alternatif 1. Dihitung dalam interval waktu 3 menit dalam total waktu 30 menit. Hasil pengujian tersebut sebagai berikut :

Tabel 5.8. Hasil koefisien limpasan alternatif 1 dengan1 lubang inlet Waktu Debit Limpasan Intensitas C

(menit) (liter/menit) (mm/menit)

(53)

Gambar 5.11. Grafik hasil koefisien limpasan alternatif 1

Pada Gambar 5.11. dapat dilihat bahwa nilai koefisien limpasan rata-rata yang dihasilkan dari pengujian hujan deras adalah :

a) 1 lubang inlet adalah 0,80 b) 2 lubang inlet adalah 0,85 c) 3 lubang inlet adalah 0,93

Menunjukkan bahwa nilai koefisien limpasan sesuai dengan ketetapan yang ada pada tabel koefisien pengaliran. Untuk tabel perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4.

1. Hasil pengujian koefisien limpasan dengan menggunakan alternatif 2

Tabel 5.9. Hasil koefisien limpasan alternatif 2 dengan 1 inlet Waktu Debit Limpasan Intensitas C (menit) (liter/menit) (mm/menit)

(54)

Tabel 5.9. Hasil koefisien limpasan alternatif 2 dengan 1 inlet (Lanjutan)

Gambar 5.12. Grafik hasil koefisien limpasan alternatif 2

Pada Gambar 5.12. dapat dilihat bahwa nilai koefisien limpasan rata-rata yang dihasilkan dari pengujian hujan sedang adalah :

a) 1 lubang inlet adalah 0,74 b) 2 lubang inlet adalah 0,78 c) 3 lubang inlet adalah 0,84

Menunjukkan bahwa nilai koefisien limpasan sesuai dengan ketetapan yang ada pada tabel koefisien pengaliran. Untuk tabel perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4.

(55)

Dari data yang didapat pada saat pengujian terlihat dari grafik hidrograf laju debit limpasan tidak konstan, hal ini disebabkan volume hujan yang dialiri dari

(56)

51

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pada pengujian intensitas hujan alternatif 1 dan alternatif 2 mendapatkan hasil bahwa nilai intensitas hujan rata-rata tertinggi pada :

a) Intensitas hujan alternatif 1 dengan 1 lubang inlet rata-rata tertinggi terdapat pada pengujian ke-8 dan ke-10 pada menit ke-24 dan ke-27 yaitu 1,96 mm/menit.

b) Intensitas hujan alternatif 1 dengan 2 lubang inlet rata-rata tertinggi terdapat pada pengujian ke-7 pada menit ke-18 yaitu 1,92 mm/menit. c) Intensitas hujan alternatif 1 dengan 3 lubang inlet rata-rata tertinggi

terdapat pada pengujian ke-4 pada menit ke-9 yaitu 1,99 mm/menit. d) Intensitas hujan alternatif 2 dengan 1 lubang inlet rata-rata tertinggi

terdapat pada pengujian ke-4 pada menit ke-9 yaitu 1,87 mm/menit. e) Intensitas hujan alternatif 2 dengan 2 lubang inlet rata-rata tertinggi

terdapat pada pengujian ke-1 pada menit ke-3 yaitu 1,97 mm/menit. f) Intensitas hujan alternatif 2 dengan 3 lubang inlet rata-rata tertinggi

terdapat pada pengujian ke-5 dan ke-10 pada menit ke-12 dan ke-27 yaitu 1,71 mm/menit.

2. Hubungan antara waktu dengan debit limpasan pada hujan deras dan hujan

(57)

3. Pada hasil pengujian volume genangan menunjukkan bahwa volume genangan tertinggi pada hujan deras terjadi pada jumlah 1 lubang inlet pada menit ke-30 yaitu 1,40 liter. Pada hujan sedang 1 lubang inlet pada menit ke-30 yaitu 1,14 liter. Jadi hasil pengujian dengan 1 lubang inlet, 2 lubang inlet, dan 3 lubang inlet menunjukkan adanya perbedaan. Dimana volume genangan dengan jumlah 1 lubang inlet terjadi genangan lebih tinggi dari 2 lubang inlet. Sedangkan 3 lubang inlet terjadi genangan lebih rendah dari 1 lubang inlet dan 2 lubang inlet.

4. Nilai koefisien limpasan alternatif 1 dan alternatif 2 rata-rata adalah : a) Alternatif 1 dengan 1 lubang inlet adalah 0,80.

b) Alternatif 1 dengan 2 lubang inlet adalah 0,85 c) Alternatif 1 dengan 3 lubang inlet adalah 0,93 d) Alternatif 2 dengan 1 lubang inlet adalah 0,74 e) Alternatif 2 dengan 2 lubang inlet adalah 0,78 f) Alternatif 2 dengan 3 lubang inlet adalah 0,84

(58)

B. Saran

Untuk menyempurnakan hasil penelitian dan untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut, peneliti dapat menyarankan sebagai berikut :

1. Bagi penelitian selanjutnya sebelum melakukan penelitian menggunakan alat street inlet di laboratorium sebaiknya dilakukan pengujian awal untuk mengetahui kerusakan dan kelemahan yang terjadi pada alat uji, sehingga kerusakan dan kelemahan dapat diantisipasi terlebih dahulu.

2. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan nozzle yang lebih baik lagi supaya mendapatkan hujan yang merata.

3. Bagi penelitian selanjutnya dapat melakukan pengujian pada interval waktu

yang lebih lebih lama supaya bisa mendapatkan hasil yang maksimal.

(59)

54

Http://www.curbinlet.co.id/

.

(Tanggal akses 28 Juli 2016 pukul 10.00 WIB).

Http://www.combinationinlet.co.id/

.

(Tanggal akses 28 Juli 2016 pukul 10.04 WIB).

Http://www.gutterinlet.co.id/

.

(Tanggal akses 28 Juli 2016 pukul 10.08 WIB).

Http://www.shimizu.co.id/

.

(Tanggal akses 6 mei 2016 pukul 13.25 WIB).

Khakimurrahman, Rijal. 2016. Pemodelan hujan sekala laboratorium

menggunakan alat simulator hujan untuk menentukan intensitas hujan.

Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Nicklow,J.W. and Hellman,A.P, 2004. Optimal design of strom weater inlet for hydroinformatics. vol.6,No.4,PP:240-257.

Novadli, Azri. 2016. Permodelan Hujan dengan Limpasan dan Infiltrasi pada Skala Laboratorium Menggunakan Box Model Limpasan-Infiltrasi (Dengan Kemiringan 10%) Jurusan Teknik Sipil. Fakultas Teknik Sipil. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Subarkah, Imam. 1980. Hidrologi untuk Perencanaan Bangunan Air. Idea

Dharma. Bandung.

Suharyanto, Agus. 2014. Jurnal Penelitian Desain Street Inlet Berdasarkan

Geometri Jalan Raya. Jurusan Teknik Sipil. Fakultas Teknik Sipil. Universitas Brawijaya.

Sukirman, silvia. 1999. Perkerasan lentur jalan raya. Nova, Bandung. Suripin. 2004. Drainase perkotaan yang berkelanjutan. Andi, Yogyakarta. Soemarto. C.D. 1995. Hidrologi Teknik. Penerbit Erlangga, Jakarta.

(60)

Sosrodarsono, Suyono. 1978. Hidrologi untuk pengairan. Pradnya paramita. Jakarta.

Syapawi. 2013. Jurnal Penelitian Permasalahan Drainase Jalan (Saluran

Samping) Dilokasi Jalan Demang Lebar Daun Sepanjang 3900 m (Lingkaran Sma Negeri 10 S.D Simpang Polda). Jurusan Teknik Sipil. Fakultas Teknik Sipil, Politeknik Negeri Sriwijaya.

Gambar

Gambar 3.1. Siklus Hidrologi
Tabel 3.1. Klasifikasi intensitas hujan
Tabel 3.2 Koefisien Aliran
Tabel 3.2. Koefisien aliran (Lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada Gambar 4 dan Gambar 5 di atas menunjukan bahwa volume genangan tertingi pada hujan dengan menggunakan 5 nozzle yang di hasilkan dari alat simulator hujan terjadi