• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN (Studi Kasus dengan Menggunakan Model Inlet Persegi Panjang pada Bahu Jalan dengan Hambatan Batu Kerikil)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN (Studi Kasus dengan Menggunakan Model Inlet Persegi Panjang pada Bahu Jalan dengan Hambatan Batu Kerikil)"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

i

GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN

(Studi Kasus dengan Menggunakan Model Inlet Persegi Panjang pada Bahu Jalan dengan Hambatan Batu Kerikil)

Disusun guna melengkapi persyaratan untuk mencapai derajat kesarjanaan Strata-1

Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

SALASIA TAJUNNISA SETIYA UTAMI 20120110111

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

i

TUGAS AKHIR

TINJAUAN KINERJA INLET JALAN UNTUK MENGURANGI

GENANGAN AKIBAT LIMPASAN HUJAN

(Studi Kasus dengan Menggunakan Model Inlet Persegi Panjang pada Bahu Jalan dengan Hambatan Batu Kerikil)

Disusun guna melengkapi persyaratan untuk mencapai derajat kesarjanaan Strata-1

Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

SALASIA TAJUNNISA SETIYA UTAMI 20120110111

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)

ii

Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Raja Yang Maha Suci, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

(QS Al-Jumu’ah-1)

“Jadilah penyebar kebahagiaan”

(Tajunnisaa)

“Pada dasarnya kebahagiaan itu menular, berkumpullah dengan mereka yang selalu membuatmu bahagia.”

“Akan selalu ada jalan menuju bahagia atas segala hal yang pedih. Atas semua perih yang belajar pulih.”

(Boy Candra)

“Hebat adalah kalian yang berhasil survive menjalani hidup dengan ketulusan, kerja keras, namun tetap istiqamah di jalan – Nya dan selalu mensyukuri setiap lapis keberhan

– Nya”

(4)

iii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, rasa syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

karunia – Nya tanpa hingga, rasa cinta yang teramat luar biasa, Allah yang Maha

Adil atas segala keputusan – Nya. Terima kasih untuk kesempatan pada setiap

detiknya dan untuk ilmu yang Kau berikan. Semoga selalu tercurah rasa syukur

pada setiap hembusan nafas ini. Akhirnya saya mampu menyelesaikan Tugas

Akhir ini atas seizing – Nya. Tugas Akhir ini saya persembahkan kepada manusia

hebat yang luar biasa dalam hidup saya.

1. Ibu (Ny Nashiroh) terima kasih atas kasih tumpah ruah, cinta tanpa batas serta

pengorbanan yang tiada habisnya. Sampai kapanpun, beliaulah ladang amalku

dan disanalah surgaku.

2. Bapak (H. Muhammad Muhadjir Mukhson), sosok yang selalu hidup dalam

hati saya. Istirahatlah yang tenang, temuilah Rabb – Mu dengan penuh

kerinduan. Seandainya ada kebaikan dalam kata yang berantai – rantai ini,

semoga menjadikan sahabat abadimu.

3. Teruntuk Mas Wahyu Heni Kurniawan, Mbak Maulida Helmi Isnaini, dan

kedua adik saya Riza Fauzan, Muamar Faik Hamada, terima kasih atas doa

dan semangat kalian.

4. Untuk Mbak Uus terima kasih atas kebaikan-kebaikan yang telah diberikan.

Kedua keponakan Nakeisha dan Aisha, terima kasih untuk hiburannya disaat

penat.

5. Terima kasih kepada keluarga besar Bani Mukhson dan Bani Djarmudi

Maryam.

6. Teman – teman seperjuangan, Lusy Santri, Iska Istianingsih, Ika Novia,

Andini Paramita, Asih Puji, Hesti Pangesti, Fitratil Laila, Achmad Hambali,

Rizky Eko Astafa, Sigit Syusanto, Ridwan Roihan, Dede Agung, Nur Kiswan,

Achmad Khomaini, Fandy Reza, Denny Arlian, terima kasih untuk ketulusan

kalian selama ini. Ayok kapan naik puncak gunung lagi hehe.

7. Teman – teman tim inlet, Tsalitsun Nidhomul Khoiri, Eldi Prakoso Tegar,

(5)

iv

– teman yang telah membantu selama jalannya pengujian di laboratorium. 8. Terima kasih untuk teman – teman Teknik Sipil angkatan 2012 kelas B, dan

untuk semua teman – teman seangkatan.

9. Terima kasih kepada Unires dan seisinya, terlalu singkat 4 tahun kita selalu

(6)

v DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Lembar Persembahan ... iii

Motto ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi ... viii

Daftar Gambar ... x

Daftar Tabel ... xi

Daftar Lampiran ... xii

Abstrak ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 3

D Manfaat Penelitian ... 3

E. Batasan Masalah ... 3

F. Keaslian Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Desain Street Inlet ... 5

(7)

vi

BAB III LANDASAN TEORI

A. Hidrologi ... 9

B. Intensitas Hujan ... 10

C. Limpasan ... 11

D. Koefisien Limpasan ... 13

E. Hujan ... 14

F. Drainase ... 15

G. Street Inlet ... 16

H. Klasifikasi Jalan Raya ... 17

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Tahapan Penelitian ... 20

B. Lokasi Penelitian ... 21

C. Alat dan Bahan ... 21

D. Desain Model Alat Uji Street Inlet ... 29

E. Tahapan Pembuatan Alat Street Inlet ... 31

F. Tahapan Pengujian Inlet ... 32

G. Pelaksanaan Penelitian ... 33

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Nilai Intensitas Hujan Dari Tinggi Curah Hujan ... 36

(8)

vii

C. Pengaruh Jumlah Street Inlet Terhadap Genangan ... 42

D. Nilai Koefisien Limpasan ... 47

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 49

B. Saran ... 50

Daftar Pustaka ... xiv

(9)

viii

Gambar 3.1. Siklus Hidrologi ... 10

Gambar 3.2. Jenis – Jenis Inlet... 17

Gambar 4.1. Bagan Alir Tahapan Penelitian ... 21

Gambar 4.2. Rangkaian Simulator Hujan ... 23

Gambar 4.3. Rangkaian Pompa Air ... 23

Gambar 4.4. Rangkaian Nozzle ... 24

Gambar 4.10. Timbangan Digital... 27

Gambar 4.11. Stopwatch ... 28

Gambar 4.12. Plastisin ... 28

Gambar 4.13. Sebaran batu kerikil ... 29

Gambar 4.14. Rangka Alat Uji Street 1nlet ... 29

Gambar 4.15. Alat Street Inlet ... 30

Gambar 4.16. Model jalan ... 30

Gambar 4.17. Detail desain inlet ... 30

Gambar 4.18. Bagan Alir Pembuatan Alat ... 31

Gambar 4.19. Bagan Alir Pengujian Street Inlet ... 32

Gambar 4.20. Cara Mengukur Lebar Dan Tinggi Genangan ... 34

Gambar 4.20..Letak Genangan Pada Alat Street Inlet ... 34

Gambar 5.1. Grafik Inensitas Hujan Dengan alternatif 1 ... 37

Gambar 5.2. Grafik Inensitas Hujan Dengan Alternatif 2 ... 38

Gambar 5.3. Grafik Debit Limpasan Alternatif 1 ... 40

Gambar 5.4. Grafik Debit Limpasan Alternatif 2 ... 41

Gambar 5.5. Grafik Volume Genangan Alternatif 1 ... 43

(10)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Klasifikasi intensitas hujan ... 11

Tabel 3.2. Koefisien Aliran ... 13

Tabel 3.3. Koefisien Aliran (Lanjutan) ... 14

Tabel 5.1. Perhitungan Intensitas Hujan ... 36

Tabel 5.2. Perhitungan Intensitas Hujan(Lanjutan) ... 37

Tabel 5.3. Hasil Intensitas Hujan Dengan Alternatif 1 ... 37

Tabel 5.4. Hasil Intensitas Hujan Dengan Alternatif 2 ... 38

Tabel 5.5. Perhitungan Debit Limpasan ... 39

Tabel 5.6. Hasil Analisis Nilai Debit Limpasan Alternatif 1 ... 40

Tabel 5.7. Hasil Analisis Nilai Debit Limpasan Alternatif 2 ... 41

Tabel 5.8. Perhitungan Volume Genangan 1 Lubang Inlet Alternatif 1 ... 42

Tabel 5.9. Perhitungan Volume Genangan 1 Lubang Inlet Alternatif 1 ... 43

Tabel 5.10. HasilPerhitungan Volume Genangan Alternatif 1 ... 43

Tabel 5.11. Hasil Perhitungan Volume Genangan Alternatif 2 ... 44

Tabel 5.12. Hubungan Volume Genangan Dan Debit Limpasan Al. 1... 45

Tabel 5.13. Hubungan Volume Genangan Dan Debit Limpasan Al. 2... 46

Tabel 5.14. Perhitungan Koefisisen Limpasan 1 Lubang Inlet Al. 1 ... 47

Tabel 5.15. Koefisien Limpasan Alternatif 1...47

(11)

x

Lampiran 1. Rincian pengambilan data intensitas hujan setiap pengujian

Lampiran 2. Rincian pengambilan data debit limpasan setiap pengujian

Lampiran 3. Rincian pengambilan data volume genangan setiap pengujian

Lampiran 4. Rincian hasil koefisien limpasan pada setiap pengujian

Lampiran 5. Hasil nilai intensitas hujan pada setiap pengujian

Lampiran 6. Tabel dan grafik debit limpasan

Lampiran 7. Tabel dan grafik volume genangan

Lampiran 8. Tabel dan grafik koefisien limpasan

Lampiran 9. Analisis Rumus pada Excel

(12)
(13)

xiii

musim hujan sering terjadi genangan pada ruas jalan. Adapun penyebab dari genangan tersebut dapat bermacam – macam, diantaranya curah hujan yang tinggi, peningkatan lapisan yang tidak tembus air, kapasitas saluran drainase yang tidak memadahi, desain inlet yang tidak sesuai (Suharyanto, 2006).

Tujuan dari Penelitian ini diantaranya adalah umtuk menentukan nilai intensitas hujan dari tinggi curah hujan pada jalan, melakukan pengujian perbandingan nilai debit limpasan terhadap jumlah street inlet yang sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan. Kemudian untuk mengetahui pengaruh street inlet terhadap volume atau tinggi genangan pada jalan. Selanjutnya untuk menentukan koefisien limpasan yang sesuai dengan daerah tipe aliran.

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa, dalam pengujian intensitas hujan pada alternatif 1 nilai rata-rata yang didapat dari 1 lubang inlet adalah 1,87 mm/menit, 2 lubang inlet yaitu 1,90 mm/menit, dan 3 lubang inlet sebesar 2,06 mm/menit. Untuk hasil pengujian intensitas hujan pada alternatif 2 nilai rata-rata dari 1 lubang inlet adalah 1,55 mm/menit, 2 lubang inlet 1,77 mm/menit, dan 3 lubang inlet 1,77 mm/menit. Kemudian hasil analisis debit limpasan menunjukkan bahwa debit limpasan pada 1 lubang inlet lebih kecil dari debit limpasan 2 lubang inlet dan 3 lubang inlet. Untuk pengujian volume genangan dapat disimpulkan bahwa volume genangan dengan jumlah 1 lubang inlet terjadi genangan lebih tinggi dari jumlah 2 inlet, sedangkan 3 inlet lebih rendah genangannya. Selanjutnya hasil pengujian koefisien limpasan pada alternatif 1 yang dihasilkan dari 1 lubang inlet adalah 0,80 kemudian 2 lubang inlet sebesar 0,88, dan 3 lubang inlet sebesar 0,91. Sedangkan untuk alternatif 2 yang menggunakan 1 lubang inlet yaitu 0,85, kemudian 2 lubang inlet sebesar 0,84, dan 3 lubang inlet 0,89. Hal ini dapat menunjukkan bahwa nilai koefisien limpasan sesuai dengan ketetapan yang ada pada tabel koefisien aliran.

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pada penelitian tugas akhir ini dilatar belakangi oleh suatu kondisi dimana

ketika musim hujan sering terjadi banjir sehingga air yang menggenang pada ruas

jalan dapat mengakibatkan terganggunya aktivitas manusia. Adapun penyebab

dari genangan tersebut dapat bermacam – macam, diantaranya curah hujan yang

tinggi, peningkatan lapisan yang tidak tembus air, kapasitas saluran drainase yang

tidak memadahi, desain inlet yang tidak sesuai (Suharyanto, 2006). Seperti yang

kita ketahui bahwa genangan yang terjadi pada ruas jalan disebabkan karena

terhambatnya aliran air yang masuk melalui lubang inlet. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa desain inlet yang ada pada jalan raya tidak sesuai dengan

kapasitas limpasan air hujan yang terjadi sehingga terjadi genangan pada jalan.

Oleh karena itu, perlu dilakukan peneltian mengenai inlet dengan pemodelan

sederhana yang menggunakan prototype sebagai alat uji laboratorium. Dalam

penelitian ini akan dilakukan analisis mengenai intensitas hujan, debit limpasan,

dan volume genangan yang terjadi dan koefisien limpasan hujan. Salah satu cara

yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pengujian di laboratorium. Model

street inlet dibuat pada skala percobaan di laboratorium dengan membuat suatu

perangkat pengujian yang meniru model street inlet di jalan.

Street Inlet ini merupakan lubang di sisi-sisi jalan yang berfungsi untuk

menampung dan menyalurkan limpasan air hujan yang berada di sepanjang jalan

pada jarak tertentu menuju ke dalam saluran drainase. Sesuai dengan kondisi dan

penempatan saluran serta fungsi jalan yang ada, maka pada jenis penggunaan

saluran terbuka, tidak diperlukan street inlet, karena ambang saluran yang ada

merupakan bukaan bebas. Dalam penelitian ini dibutuhkan desain street inlet yang

ada pada bahu jalan untuk menyalurkan limpasan hujan ke saluran drainase

melalui lubang inlet tersebut.

Perlengkapan street inlet mempunyai ketentuan–ketentuan diantaranya,

ditempatkan pada daerah yang rendah dimana limpasan air hujan menuju ke arah

tersebut, sehingga penempatan pada bahu jalan lebih terfungsikan karena pada

(15)

yang masuk melalui street inlet ini harus dapat secepatnya masuk ke dalam

saluran drainase serta jumlah inlet yang harus cukup agar dapat menangkap

limpasan air hujan pada jalan yang bersangkutan. Pada umumnya saluran

drainase jalan terletak disamping kanan dan/atau kiri jalan. Pada penelitian ini

digunakan model street inlet persegi panjang yang berada di bahu jalan dengan

hambatan batu kerikil pada area sekitarnya. Air hujan yang turun di jalan raya

akan masuk ke saluran drainase melalui lubang inlet atau yang dikenal dengan

street inlet (lubang pada sisi bahu jalan).

Metode analisis debit limpasan permukaan digunakan metode rasional,

analisis dimensi inlet digunakan kaidah hidrolika yang berlaku. Adapun data input

yang digunakan ialah data intensitas hujan, jenis jalan, jenis street inlet, luas

genangan pada jalan dan volume limpasan. Dalam kasus ini, penelitian dilakukan

untuk jalan kolektor yang mana akan dikaji dalam bentuk prototype berdasarkan

kondisi di lapangan pada umumnya. Adapun permasalahan yang akan dikaji yaitu

bagiamanakah kondisi yang terjadi pada desain inlet terhadap kondisi di lapangan

dengan hambatan samping batu kerikil.

Analisis hidrologi yang akan dilakukan seperti, perhitungan intensitas

hujan dalam menitan, nilai genangan yang didapat, debit yang masuk melalui

street inlet, dan nilai koefisien limpasan yang didapat. Kemudian analisis

hidrolika yang digunakan adalah untuk mengevaluasi kinerja street inlet pada

pengujian tersebut apakah layak untuk dipakai di lapangan atau tidak. Pada

pengujian tersebut, jumlah dan jarak antar inlet tidak diseragamkan untuk

mengetahui perbandingan nilai hasil kelayakan street inlet yang dapat mengurangi

genangan pada jalan akibat limpasan hujan.

B. Rumusan Masalah

Untuk mengetahui kinerja dari street inlet pada jalan, maka rumusan

masalah yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Berapakah besar nilai intensitas hujan yang dihasilkan dari alat simulator

hujan?

2. Berapakah besar nilai debit yang masuk ke street inlet dari beberapa variasi

(16)

3

3. Berapakah tinggi genangan air yang menggenang pada ruas jalan yang di

pengaruhi oleh kondisi street inlet?

4. Berapakah nilai koefisien limpasan yang dihasilkan dari alat uji?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian mengenai kinerja street inlet tersebut dapat

dilihat di bawah ini, antara lain yaitu :

1. Menentukan nilai intensitas hujan dari tinggi curah hujan pada ruas jalan.

2. Melakukan pengujian perbandingan nilai debit limpasan terhadap jumlah

streetinlet yang sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan.

3. Mengetahui pengaruh street inlet terhadap volume atau tinggi genangan pada

ruas jalan yang ada dengan hambatan batu kerikil.

4. Menentukan nilai koefisien limpasan yang sesuai dengan tipe daerah aliran.

D. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, maka diharapkan dapat memberikan

beberapa manfaat diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan masukan

dan solusi terhadap fenomena banjir pada ruas jalan yang ada dan

mendapatkan desain inlet yang sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan.

2. Dari hasil penelitian yang di lakukan dapat digunakan sebagai bahan acuan

dalam mengembangkan ilmu pengetahuan , dan dapat di gunakan sebagai

bahan kajian untuk penelitian yang selanjutnya.

E. Batasan Masalah

Penelitian ini dipengaruhi oleh berbagai macam parameter. Oleh karena

itu, agar penelitian ini berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan maka

diperlukan beberapa batasan masalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini dilakukan dengan membuat model street inlet pada skala

percobaan di laboratorium.

2. Sumber air hujan merupakan air hujan buatan yang berasal dari Laboratorium

(17)

3. Dalam penelitian ini digunakan model inlet berbentuk persegi panjang dengan

hambatan batu kerikil.

F. Keaslian Penelitian

Berdasarkan pengetahuan penulis, penelitian dengan judul “Tinjauan

Kinerja Inlet Jalan untuk Mengurangi Genangan Akibat Limpasan Hujan (Dengan

Model Street Inlet Persegi Panjang pada Bahu Jalan dengan Hambatan Batu

Kerikil)”, belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Akan tetapi

terdapat penelitian yang relevan dengan penelitian yang berjudul ”Desain Street

Inlet Berdasarkan Geometri Jalan”, yang diteliti oleh Agus Suharyanto, (Jurusan

(18)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Desain Street inlet

Pada penelitian sebelumnya mengenai desain inlet terdapat dalam

penelitian berjudul “Desain Street inlet Berdasarkan Geometri Jalan Raya (studi

kasus jalan ruas Sukarno-Hatta, Malang, Jawa Timur)” oleh Suharyanto (2014)

tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui jarak, dimensi, dan jenis inlet yang

digunakan yang sesuai dengan kondisi lebar jalan dan curah hujan yang ada. Data

input yang digunakan ialah data curah hujan, penggunaan lahan, lebar jalan,

geometri jalan, dan jenis lapisan atas jalan. Penelitian ini dilakukan pada sebuah

ruas jalan dengan panjang 3,8 km. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan

sebagai berikut :

1. Dimensi inlet untuk drainase jalan raya tergantung pada alinemen vertikal

jalan.

2. Untuk jenis grate inlet, dimensi tergantung dari kemiringan bahu jalan.

3. Jarak antar inlet ditentukan oleh dimensi jalan (lebar dan panjang jalan)

yang ditinjau.

4. Dari hasil perhitungan, diperoleh dimensi inlet untuk jenis curb opening inlet

8 x 10 cm dengan kemiringan memanjang jalan 0,00175, kemiringan bahu

jalan 0,0211, jarak inlet 25 m, dan luas daerah 900 m2. Untuk kemiringan

memanjang jalan 0.05179 (yang terbesar), diperoleh dimensi inlet 70 x 35 cm.

5. Untuk jenis grate inlet, dengan kemiringan memanjang jalan 0,00175,

kemiringan bahu jalan 0,0211, jarak inlet 25 m, dan luas daerah 900 m.

B. Penelitian Drainase jalan 1. Syapawi (2013)

Adapun penelitian sebelumnya mengenai saluran drainase yaitu penelitian

dengan judul “Studi Permasalahan Drainase Jalan (Saluran Samping) Dilokasi

Jalan Demang Lebar Daun Sepanjang 3900 m (Lingkaran Sma Negeri 10 S.D Simpang Polda)” oleh Syapawi (2013) melakukan penelitian tentang Studi Permasalahan Drainase Jalan (Saluran Samping) Dilokasi Jalan Demang Lebar

(19)

Tujuan dari penelitian ini adalah mengindentifikasi permasalahan drainase

(saluran samping) sepanjang jalan Demang Lebar Daun. Maksud dari studi ini

adalah memberikan gambaran permasalahan drainase yang pada akhirnya

diperoleh suatu solusi perbaikan, dari hasil studi dapat dimanfaatkan oleh

Pemerintah khususnya Pemerintah Kota Palembang, dalam rangka perbaikan jalan

drainase.

Hasil pengamatan dan hasil studi bahwa hampir semua drainase yang

sudah tersumbat akibat sampah dan sedimen. Drainase dibawah trotoar yang tidak

memiliki inlet sehingga air menggenang pada badan jalan. Penelitian tersebut

menghasilkan kesimpulan diantaranya ialah drainase (saluran samping) jalan yang

ada dijalan Demang Lebar Daun merupakan drainase yang bermasalah lebih

kurang 80% saluran drainase tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Kemudian

permasalahan yang ada pada lokasi jalan Demang Lebar Daun, adalah :

a. Dimensi saluran yang tidak seragam, kontruksi bangunan tidak jelas.

b. Kemiringan saluran drainas sudah tidak sesuai lagi karena terdapat banyak

sedimen.

c. Saluran drainase sebagian besar sudah tersumbat akibat sampah dan sedimen.

d. Saluran drainase dibawah trotoar yang tidak memiliki inlet sehingga air

menggenang pada badan jalan.

e. Gorong-gorong yang sudah dipenuhi sampah dan sedimen.

f. Saluran drainase dibuat asal jadi.

g. Warga yang berjualan diatas saluran drainase membuang sampah kedalam

saluran drainase sehinga mengganggu aliran pada saluran.

h. Tanah longsor yang menutup saluran.

i. Tidak adanya koordinasi antar instansi terkait.

j. Kurangnya perhatian dari pemerintah dari pemerintah Kota Palembang,

khusus Dinas PU Bina Marga dalam hal pemeliharaan bangunan drainase.

2. Apriliana Kurniasari (2015)

(20)

7

Sistem drainase dirancang untuk mengurangi atau membuang kelebihan

air permukaan pada suatu kawasan, terutama pada saat musim hujan. Namun fakta

dilapangan menunjukan sering terjadi permasalahan drainase di suatu kawasan

yakni banjir dan genangan baik yang bersifat lokal (setempat) atau yang bersifat

lebih luas. Salah satu penyebab banjir atau genangan adalah kurang terpeliharanya

bangunan drainase.

Pemeliharaan jaringan drainase oleh pihak terkait sangat diperlukan agar

keberfungsian bangunan tetap terjaga. Penelitian ini dilakukan untuk

mengevaluasi tingkat kinerja jaringan drainase di Kelurahan Gandekan,

Kecamatan Jebres, Surakarta berdasarkan parameter penilaian kondisi fisik dan

partisipasi dari pihak terkait yaitu lembaga berwenang dan masyarakat. Penelitian

ini merupakan penelitian deskriptif evaluatif. Pengumpulan data dilakukan dengan

menyebarkan kuesioner kepada 96 responden,wawancara dan survey langsung ke

lokasi penelitian untuk mengumpulkan data primer kondisi fisik jaringan drainase

di Kelurahan Gandekan. Analisis data dilakukan dengan memberikan penilaian

terhadap kondisi fisik di lapangan berdasarkan hasil observasi langsung (data

primer). Selain itu analisis data juga dilakukan untuk menilai tingkat partisipasi

pihak terkait berdasarkan hasil kuesioner. Penilaian kuesioner dalam penelitian ini

menggunakan skala Guttman dan Linkert.

Hasil analisis dan pengumpulan data menunjukkan bahwa kondisi fisik

jaringan drainase untuk Kelurahan Gandekan saat ini adalah 61,90% masuk dalam

kategori cukup,dan telah terjadi kerusakan/penurunan kondisi infrastruktur

jaringan drainase di Kelurahan Gandekan sebesar 38,10%. Tingkat partisipasi

lembaga terkait sebesar 75,83% masuk kategori sedang, dan tingkat partisipasi

masyarakat sebesar 81,28% masuk kategori tinggi. Kinerja jaringan drainase

Kelurahan Gandekan dinilai berdasarkan kondisi fisik, partisipasi lembaga terkait

dan partisipasi masyarakat adalah sebesar 67,65% masuk katagori cukup.

C. Penelitian Intensitas Hujan

Menurut khakimurrahman (2016), Untuk menentukan besarnya intensitas

hujan perlu dilakukan simulasi hujan, untuk menunjang didapatnya data-data yang

diperlukan. Hujan yang disimulasikan bertujuan untuk mempelajari parameter

(21)

yang terkontrol. Pada Tugas Akhir ini dilakukan 16 kali pengujian dengan variasi

jarak nozzle terhadap cawan, jumlah nozzle (1, 3, dan 5 buah), perbedaan tekanan

(10 Psi, 15 Psi dan 20 Psi). Dalam penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan

sebagai berikut:

1. Nilai variasi intensitas yang dihasilkan dari simulator hujan yaitu:

Pada jarak nozzle terhadap cawan 2,75 m nilai intensitasnya cenderung lebih

besar dari pada jarak nozzle terhadap cawan 4 m. Semakin besar tekanan air

nilai intensitasnya cenderung semakin kecil. Sedangkan semakin banyak

jumlah nozzle yang digunakan nilai intensitasnya juga bertambah besar (nilai

intensitas 5 nozzle > 3 nozzle > 1 nozzle). Dari intensitas hujan yang terjadi

masuk kedalam kriteria hujan sangat lebat.

2. Dari hasil intensitas hujan dilakukan evaluasi terhadap kinerja simulator hujan

menggunakan koefisien keseragaman (CU). Dari hasil nilai CU semua

pengujian didapat nilai CU tertinggi 79,79% (kondisi jarak nozzle 4 m, 1

nozzle, 33,5 Psi), dengan kriteria cukup dan nilai CU terendah 43,59%

(22)

9 BAB III LANDASAN TEORI

A. Hidrologi

Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai

terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat – sifatnya dan hubungan dengan

lingkungannya terutama dengan makhluk hidup (Triatmodjo, 2008:1). Secara

umum hidrologi dimaksudkan sebagai ilmu yang menyangkut masalah air, baik di

atmosfer, di bumi, dan di dalam bumi, tentang bagaimana siklusnya, kejadiannya,

serta pengaruh terhadap kehidupan yang ada di alam ini.

Siklus hidrologi merupakan proses kontinyu dimana air bergerak dari

bumi ke atmosfer dan kemudian kembali ke bumi lagi. Air di permukaan tanah,

sungai, danau, dan air laut menguap ke udara. Uap air tersebut bergerak dan naik

ke atmosfer, yang kemudian mengalami kondensasi dan berubah menjadi tiitk –

titik air yang berbentuk awan. Selanjutnya tiitk – titik air tersebut jatuh sebagai

hujan ke permukaan laut dan daratan. Hujan yang jatuh sebagian tertahan oleh

tumbuh – tumbuhan (intersepsi) dan selebihnya sampai ke permukaan tanah.

Sebagian air hujan yang sampai ke permukaan tanah akan meresap ke dalam tanah

(infiltrasi) dan sebagian lainnya mengalir di atas permukaan tanah (aliran

permukaan atau surface runoff) mengisi cekungan tanah, danau dan masuk ke

sungai dan akhirnya mengalir ke laut. Air yang mengalir ke dalam tanah sebagian

mengalir di dalam tanah (perkolasi) mengisi air tanah yang kemudian keluar

sebagai mat air dan mengalir ke sungai. Akhirnya aliran air di sungai akan sampai

di sungai sampai ke laut. Proses tersebut berlangsung terus menerus yang disebut

dengan siklus hidrologi. (Triatmodjo, 2008:2)

Penerapan ilmu hidrologi dapat dijumpai dalam beberapa kegiatan seperti

perencanaan dan operasi bangunan air, penyediaan air untuk berbagai keperluan

(air bersih, irigasi, perikanan, peternakan), pembangkit listrik tenaga air,

pengendalian banjir, pengendalian erosi dan sedimentasi, transportasi air,

(23)

B. Intensitas Hujan

Intensitas hujan adalah jumlah curah hujan dalam suatu satuan waktu,

yang biasanya dinyatakan dalam mm/jam, mm/hari, mm/minggu, mm/bulan,

mm/tahun, dan sebagainya, yang berturut-turut sering disebut hujan jam-jaman,

harian, mingguan, bulanan, tahunan, dan sebagainya (Triatmodjo, 2008). Jumlah

hujan yang jatuh di permukaan bumi dinyatakan dalam kedalaman air (biasanya

mm), yang dianggap terdistribusi secara merata pada seluruh daerah tangkapan

air. Intensitas hujan bervariasi dalam ruang dan waktu, yang tergantung pada

lokasi geografis dan iklim.

Intensitas hujan adalah jumlah hujan per satuan waktu. Intensitas hujan

atau ketebalan hujan per satuan waktu lazimnya dilaporkan dalam satuan

milimeter per jam (Asdak, 1995).

Intensitas hujan sangat menentukan didalam perhitungan limpasan

permukaan, yang besarnya dapat diperoleh dari pengamatan di lapangan.

Besarnya intensitas hujan akan tergantung pada lebat dan lamanya hujan serta

frekuensi hujan dengan membandingkan antara tinggi hujan dengan lamanya

hujan dalam satuan mm/jam atau dengan persamaan.

Gambar 3.1. Siklus Hidrologi (Soemarto, 2005)

(24)

11

Tabel 3.1 adalah keadaan hujan dan intensitas hujan, menurut Suyono

Sosrodarsono (dalam Triatmodjo, 2008). Tabel tersebut menunjukan bahwa curah

hujan tidak bertambah sebanding dengan waktu. Jika durasi waktu lebih lama,

penambahan curah hujan adalah lebih kecil dibanding dengan penambahan waktu,

karena hujan tersebut bisa berkurang atau berhenti

Tabel 3.1. Klasifikasi intensitas hujan

Keadaan Hujan Intensitas Hujan (mm) 1 Jam 24 Jam

Hujan sangat ringan <1 <5

Hujan ringan 1-5 5-20

Hujan normal 5-10 20-50

Hujan lebat 10-20 50-100

Hujan sangat lebat >20 >100

Sumber: Triatmodjo, 2008.

Curah hujan jangka pendek dinyatakan dalam intensitas per jam yang

disebut intensitas curah hujan (mm/jam). dinyatakan dengan rumus sebagai

berikut:

I : Intensitas hujan (mm/menit)

d : Tinggi Hujan (mm)

t : Waktu (menit)

V : Volume hujan dalam penampang (mm³)

A : Luas penampang hujan (mm²)

C. Limpasan

Limpasan merupakan aliran air yang mengalir diatas permukaan tanah

(25)

infiltrasi terpenuhi, air akan mengisi pada cekungan – cekungan yang ada pada

permukaan tanah. Limpasan permukaan (surface runoff) yang merupakan air

hujan tersebut akan mengalir dalam bentuk lapisan tipis di atas permukaan lahan

akan masuk ke parit – parit dan selokan yang kemudian bergabung menjadi anak

sungai dan akhirnya menjadi aliran sungai. Limpasan dinyatakan dalam volume

atau debit. Satuan dari volume limpasan adalah meter kubik, sedangkan debit

adalah volume per satuan waktu yang melalui sustu luasan tertentu, dan

dinyatakan dalam meter kubik per detik. Di dalam hidrologi, sering limpasan

dinyatakan dalam satuan kedalaman. Hal ini dilakukan dengan membagi volume

limpasan dengan luas aliran sungai untuk memperoleh kedalaman limpasan

ekivalen yang terdistribusi pada seluruh daerah aliran. Limpasan terdiri dari air

yang berasal dari tiga sumber antara lain yaitu aliran permukaan, aliran antara,

dan aliran air tanah (Triatmodjo, 2008).

Aliran permukaan (surface flow) adalah bagian dari air hujan yang

mengalir dalam bentuk lapisan tipis di atas permukaan tanah. Aliran permukaan

disebut juga dengan aliran langsung (direct runoff). Aliran permukaan dapat

terkonsentrasi menuju sungai dalam waktu yang singkat, sehingga aliran

permukaan merupakan penyebab utama terjadinya banjir. Aliran antara (interflow)

adalah aliran dalam arah lateral yang terjadi di bawah permukaan tanah. Aliran

antara terdiri dari gerakan air dan lengas tanah secara lateral menuju elevasi yang

lebih rendah, yang akhirnya masuk ke sungai. Proses aliran antara ini lebih lambat

dari aliran permukaan, dengan tingkat kelambatan dalam beberapa jam sampai

hari. Aliran air tanah adalah aliran yang terjadi di bawah permukaan air tanah ke

elevasi yang lebih rendah yang akhirnya menuju ke sungai atau langsung ke laut.

Air hujan yang terinfiltrasi melalui permukaan tanah sebagian menjadi aliran

antara dan sebagian yang lain mengalir ke bawah (perkolasi) sehingga mencapai

muka air tanah. Muka air tanah mempunyai kemiringan yang sangat kecil, dan

aliran air searah dengan kemiringan tersebut menuju ke sungai sebagai aliran

dasar (base flow). Proses aliran air tanah ini lebih lambat dari aliran antara,

dengan tingkat kelambatan dalam mingguan sampai tahunan.

Limpasan permukaan sangat berhubungan dengan infiltrasi, oleh karena

(26)

13

berpengaruh, akan bisa dilakukan analisis limpasan permukaan serta kaitannya

dengan erosi dan sedimentasi. Faktor – faktor yang mempengaruhi infiltrasi juga

akan berpengaruh pada limpasan permukaan. Laju infiltrasi dipengaruhi oleh jenis

tanah, kandungan bahan organik, kepadatan tanah, kadar air awal tanah dan tipe

hujan yang terjadi.

Menurut Sosrodarsono (1978) dalam Trihandoko (2015) mengemukakan

bahwa limpasan permukaan terjadi ketika jumlah curah hujan melampaui laju

infiltrasi, setelah laju infiltrasi terpenuhi, air mulai mengisi cekungan atau depresi

pada permukaan tanah. Setelah pengisian selesai maka air akan mengalir dengan

bebas dipermukaan tanah.

D. Koefisien Limpasan

Koefisien limpasan adalah koefisien yang besarnya tergantung pada

kondisi permukaan tanah, kemiringan medan, jenis tanah, dan lamanya hujan di

daerah pengaliran. Besarnya angka koefisien pengaliran pada suatu daerah dapat

(27)

Taman, kuburan 0,10 – 0,25

Dalam perencanaan bangunan air pada suatu daerah pengaliran sungai

sering di jumpai dalam perkiraan puncak banjir di hitung dengan metode yang

sederhana dan praktis. Namun demikian, metode perhitungan ini dalam teknik

penyajianya memasukan faktor curah hujan, keadaan fisik dan sifat hidrolika

daerah aliran sehingga di kenal sebagai metode rasional (Subarkah,1980).

Menurut Triatmodjo (2008). Metode rasional banyak di gunakan untuk

memperkirakan debit puncak yang di timbulkan oleh hujan deras pada daerah

tangkapan, metode rasional di dasarkan pada persamaan berikut:

A

termasuk di Indonesia, yang memberikan sumbangan paling besar adalah hujan

air, sehinga sering seringkali hujanlah yang dianggap sebagai presipitasi

(Triatmodjo, 2008:17).

Hujan terjadi karena penguapan air, terutama air dari permukaan laut, yang

naik ke atmosfer, dan mendingin kemudian menyuling dan jatuh sebagian di atas

(28)

15

meresap ke dalam tanah (infiltrasi), sebagian ditahan tumbuh-tumbuhan

(intersepsi), sebagian menguap kembali (evaporasi) dan sebagian menjadi lembab.

Air yang meresap ke dalam tanah untuk sebagian menguap melalui pori – pori di

dalam tanah (evaporasi), menguap (transpirasi). Air hujan yang menguap, yang

meresap ke dalam tanah, yang ditahan tumbuh – tumbuhan dan transpirasi tidak

permukaan tanah. Adapun jumlah dan variasi debit aliran tergantung pada jumlah,

intensitas, dan distribusi hujan.

F. Drainase

Secara umum sistem drainase dapat didefinisikan sebagai serangkaian

bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air

dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal

(Suripin, 2004 dalam hasmar 2012).

Drainase secara umum dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang

mempelajari usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan dalam suatu konteks

pemanfaatan tertentu (Hasmar, 2012).

Drainase perkotaan adalah ilmu yang diterapkan dengan mengkhususkan

pengkajian pada kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi

lingkungan sosial yang ada di kawasan kota (Hasmar, 2012).

Adapun tujuan dari perencanaan drainase adalah sebagai berikut.

1. Untuk meningkatkan kesehatan lingkungan.

2. Pengendalian kelebihan air dapat dilakukan secara aman, lancar, dan efisien

serta sejauh mungkin dapat mendukung kelestarian lingkungan.

3. Dapat mengurangi/menghilangkan genangan – genangan air yang

menyebabkan terjadinya sumber penyakit (Hasmar, 2012)

Selanjutnya adalah fungsi dari drainase diantaranya sebagai berikut.

(29)

2. Karena aliran lancar, maka drainase juga berfungsi untuk memperkecil resiko

kesehatan lingkungan bebas dari malaria dan penyakit lainnya.

3. Kegunaan tanah pemukiman padat akan menjadi baik.

4. Dengan sistem yang baik, tata guna lahan dapat dioptimalkan.

Pada sistem jaringan drainase terbagi menjadi dua bagian, yaitu :

1. Sistem drainase makro yaitu sistem saluran/badan air yang menampung dan

mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (catchment area).

2. Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase

yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan air hujan.

Apabila ditinjau dari segi fisik (hirarki susunan saluran) sistem drainase

diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Saluran Primer

Saluran yang memanfaatkan sungai dan anak sungai. Saluran primer adalah

saluran utama yang menerima aliran dari saluran sekunder.

2. Saluran Sekunder

Saluran yang menghubungkan saluran tersier dengan saluran primer (dibangun

dengan beton/plesteran semen).

3. Saluran Tersier

Saluran untuk mengalirkan limbah rumah tangga ke saluran sekunder, berupa

plesteran, pipa dan tanah.

4. Saluran Kuarter

Saluran yang merupakan kolektor jaringan drainase lokal.

G. Street Inlet

diperlukan street inlet, karena ambang saluran yang ada merupakan bukaan bebas.

Perlengkapan street inlet mempunyai ketentuan – ketentuan sebagai berikut.

1. Ditempatkan pada daerah yang rendah dimana limpasan air hujan menuju ke

(30)

17

2. Diletakkan pada tempat yang tidak memberikan gangguan lalu lintas dan

pejalan kaki.

3. Air yang masuk ke street inlet harus dapat masuk menuju saluran drainase

dengan cepat.

4. Jumlah street inlet harus cukup agar dapat menangkap limpasan air hujan pada

jalan yang bersangkutan.

Bentuk - bentuk inlet yang sering di gunakan ialah berupa inlet datar dan

inlet tegak (grate inlet). Inlet datar ialah inlet yang posisinya dekat kerb dengan

posisi sejajar permukaan jalan, sehingga lubang inlet menghadap ke atas. Jenis

yang kedua ialah inlet tegak (curb inlet), yaitu inlet yang posisinya tegak lurus

atau membentuk sudut tertentu terhadap jalan raya dan berada di bawah kerb.

Ilustrasi dari jenis-jenis inlet ini dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Jenis-jenis inlet menurut Suharyanto (2006)

H. Klasifikasi Jalan Raya

Klasifikasi jalan raya menunjukkan standar operasi yang dibutuhkan dan

merupakan suatu bantuan yang berguna bagi perencana. Di Indonesia berdasarkan

peraturan perencanaan geometrik jalan raya yang dikeluarkan oleh Bina Marga,

jalan dibagi dalam kelas – kelas yang penetapannya berdasarkan fungsinya.

Dalam buku Silvia Sukirman 1999 menurut fungsinya, jalan raya dapat di bagi

menjadi tiga bagian yaitu.

1. Jalan Arteri

Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani (angkutan)

terutama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata – rata tinggi, dan

(31)

2. Jalan Kolektor

Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

pengumpul atau pembagi dengan ciri – ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan

rata – rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

3. Jalan Lokal

Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata – rata rendah, dan

jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

Sesuai dengan Undang – undang tentang jalan, No. 13 tahun 1980 dan

peraturan pemerintah No. 26 tahun 1985, sistem jaringan jalan di Indonesia dapat

dibedakan atas sistem jaringan primer dan jaringan sekunder. Dengan demikian

sistem jaringan primer terdiri dari :

1. Jalan Arteri Lokal

Jalan arteri lokal adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu

yang terletak berdampingan. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh jalan arteri

primer adalah.

a. Kecepatan rencana >60 km/jam.

b. Lebar badan jalan >8.0 m

2. Jalan Kolektor Primer

Jalan kolektor primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang

kedua dengan kota jenjang kedua atau kota jenjang kedua dengan kota jenjang

ketiga. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh jalan kolektor primer diantaranya

adalah.

a. Kecepatan rencana jalan > 40 km/jam

b. Lebar badan jalan > 7 m

3. Jalan Lokal Primer

Jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu

dengan persil atau menghubungkan kota jenjang ketiga dengan kota jenjang

ketiga, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang dibawahnya, kota jenjang

ketiga dengan persil, atau kota dibawah jenjang ketiga dengan persil. Adapun

persyaratan jalan lokal primer, yaitu.

(32)

19

b. Lebar badan jalan > 6 m

Selanjutnya adalah sistem jaringan sekunder yang terdiri dari :

1. Jalan Arteri Sekunder

Jalan arteri sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan primer

dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder

kesatu dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan

sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua. Persyaratan jalan arteri

sekunder yaitu :

a. Kecepatan rencana > 30 km/jam.

b. Lebar badan jalan > 8 m

2. Jalan Kolektor Sekunder

Jalan kolektor sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan

sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau menghubungkan

kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga. Persyaratan jalan

kolektor sekunder yaitu :

a. Kecepatan rencana > 20 km/jam.

b. Lebar badan jalan 7 m

3. Jalan Lokal Sekunder

Jalan lokal sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder

kesatu dengan perumahan, menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan

perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.

Persyaratan jalan lokal sekunder yaitu :

a. Kecepatan rencana > 10 km/jam.

b. Lebar badan jalan > 5 m.

Dalam konstruksi perkerasan jalan dipandang dari segi kemampuannya

dalam memikul dan menyebarkan beban dengan memenuhi syarat – syarat yang

ada diantaranya yaitu permukaan mudah mengalirkan air, sehingga air hujan yang

jatuh di atasnya dapat dialirkan dengan cepat. Pada kondisi ini, air sangat berperan

penting dalam kekuatan terhadap kondisi jalan. Adapun jenis jalan yang akan

dilakukan uji coba dalam penelitian ini adalah jalan kolektor (Silvia Sukirman,

(33)

21 A. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema

berikut:

Gambar 4.1. Bagan alir tahapan penelitian Studi Pustaka

Desain Alat Uji

Persiapan Alat Uji: Pembuatan model street inlet

Percobaan Alat Uji:

Rekapitulasi Data

Tidak Mulai

Survey Alat Uji

Pengujian Alat Uji:

Ya

Analisis dan Hitungan

Selesai Persiapan

(34)

22

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukakan di Laboratorium Keairan dan Lingkungan, Jurusan

Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Kasihan,

Bantul, Yogyakarta.

C. Alat dan Bahan 1. Alat

a. Simulator hujan.

Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah seperangkat simulator

hujan. Tujuan dari alat ini adalah mensimulasikan hujan buatan dengan skala

laboratorium dan memungkinkan untuk melihat siklus hidrologi dalam skala

kecil. Komponen dari Peralatan ini adalah,

1) Nozzle, yang berfungsi mengatur besarnya butiran hujan yang jatuh, dan

nozzle yang digunakan untuk alternatif 1 sebanyak 5 nozzle dan untuk

alternatif 2 sebanyak 3 nozzle.

2) Kerangka besi, yang berfungsi sebagai penampang nozzle yang berukuran

3 m x 3 m x 4 m.

3) Pompa air, berfungsi sebagai penggerak air, pompa yang dipakai adalah

merk New Shimizu PS 128 BT dengan spesifikasi panjang pipa hisap 9 m,

daya output motor 125 W, daya dorong max. 33 m.

4) Pipa, yang berfungsi sebagai tempat mengalirkan dan menyalurkan

air.Pipa yang digunakan pvc ½ inch.

5) Manometer, nepel dan T drat merupakan satu pasang yang berfungsi

sebagai pembacaan tekanan.

6) Klep foot pompa, letaknya berada di ujung pipa 1 inch dan harus terendam

di dalam air dan berfungsi agar jalur rentang pipa antara sumur dan pompa

(jalur pipa hisap),tetap terisi air.

7) Box container kapasitas 150 liter, sebagai tempat menampung air yang

akan digunakan.

8) Terpal, berfungsi untuk menutup kerangka nozzle dan menghalangi

masuknya angin yang dapat menggangu keluarnya air hujan dari nozzle

(35)

Gambar 4.2. Desain Simulator Hujan.

4,

(36)

24

Gambar 4.4 Rangkaian nozzle

b. Pada alat street inlet :

1) Kayu, digunakan sebagai rangka dari alat street inlet. Kayu yang

digunakan yaitu kayu kelapa.

2) Triplek, pada alat street inlet triplek digunakan sebagai jalan.

3) Akrilik, digunakan sebagai tempat menampung air yang masuk dari inlet

atau sebagai saluran drainase.

4) Cat, digunakan agar alat terlihat seperti asli.

(37)

Gambar 4.5. Alat Street Inlet

c. Pada pengujian inlet :

1) Mistar, digunakan untuk mengukur tinggi dan lebar genangan yang ada di

bahu jalan.

(38)

26

2) Cawan, berfungsi untuk mengetahui intensitas hujan pada saat pengujian.

Gambar 4.7. Cawan

3) Box, digunakan sebagai penampung air.

(39)

4) Gelas ukur 1000 ml, digunakan untuk mengukur air yang terdapat di

cawan dan di box.

Gambar 4.9. Gelas Ukur

5) Timbangan digital, digunakan untuk mengetahui air yang ada di dalam

cawan.

(40)

28

6) Stopwatch, stopwatch yang digunakan yaitu stopwatch yang terdapat di

handphone.

7) Plastisin, berfungsi sebagai menutup celah-celah yang ada di sambungan

trotoar dan bahu jalan.

(41)

8) Batu kerikil, digunakan sebagai hambatan pada alat uji.

Gambar 4.13 Sebaran kerikil pada bahu jalan

D. Desain Model Street Inlet

Model street inlet yang dibuat dalam skala percobaan ini menggunakan

model inlet yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran 60 mm x 30 mm

dengan jarak 55 cm pada skala 1:5. Street inlet ini terletak pada bahu jalan yang

mana terdapat hambatan kerikil pada daerah tersebut. Kerikil yang digunakan

merupakan kerikil yang lolos saringan 1. Pada alat tersebut digunakan model

street inlet berjumlah 3. Prototype yang dibuat untuk pengujian ini menggunakan

jalan kolektor dengan kemiringan pada jalan 3% dan pada bahu jalan 2%.

Pengujian ini memakai alat simulator hujan, yang mana terdapat 2 alternatif dalam

pengujiannya. Hujan yang digunakan sebagai alternatif 1 yaitu dengan

menggunakan 5 nozzle sedangkan alternatif 2 dengan menggunakan 3 nozzle

sebagai perbandingannya.

(42)

30

(43)

E. Tahapan Pembuatan Alat Street Inlet

Tahapan dalam pembuatan alat street inlet digambarkan dengan skema

berikut ini,

Gambar 4. 18 Bagan alir pembuatan alat uji Studi Pustaka

Persiapan Alat dan Bahan

Pembuatan Model Street Inlet

Pengujian Awal Terhadap Model

Street Inlet

Pelaksanaan pengujian Berfungsi

Tidak Berfungsi Mulai

(44)

32

F. Tahapan Pengujian Inlet

Tahapan dalam pengujian inlet digambarkan dengan skema sebagai

berikut :

Gambar 4. 19 Bagan alir pengujian inlet Memasang bentuk inlet

Memasang hambatan yang akan digunakan yaitu kerikil

Menempatkan cawan dan box yang akan menampung air hujan

Mengatur nozzle, dengan alternatif 1 atau alternatif 2

Menghidupkan alat simulator

Mengatur stopwatch, per 3 menit dari 30 menit Mulai

Mengukur tinggi dan lebar genangan yang ada di bahu jalan

Pengambilan air hujan yang ada di cawan dan box

Mengukur dan menimbang air hujan yang ada di cawan dan box

Pengambilan Data

(45)

G. Pelaksanaan Penelitian

selama 30 menit. Pada setiap alternatif dilakukan sebanyak 3 kali pengujian, yaitu

dengan menggunakan 1 lubang inlet, 2 lubang inlet dan 3 lubang inlet. Berikut ini

merupakan tahapan – tahapan dalam pelaksanaan penelitian selama di

laboratorium.

1. Sebelum pengujian dilaksanakan pastikan rangkaian pompa dan alat street

inlet telah terangkai dan terpasang dengan baik, dan pastikan air untuk

pengujian yang ada dalam tampungan bak air dengan kapasitas stabil serta

bersih dari kotoran apapun.

2. Lakukan percobaan terlebih dahulu untuk mengetahui kondisi hujan yang

sesuai dengan hujan yang kita inginkan.

3. Setelah hujan sesuai dengan yang kita inginkan, matikan pompa airnya,

selanjutnya memasang bentuk inlet yang akan digunakan.

4. Pasang hambatan yang akan digunakan di bahu jalan yaitu dengan batu

kerikil.

5. Selanjutnya tempatkan cawan pada area jalan dan box yang digunakan

menampung air hujan yang melalui saluran drainase guna mengetahui volume

limpasannya.

6. Mengatur Stopwatch per-3 menit dalam kurun waktu 30 menit.

7. Pastikan semua alat sudah siap untuk digunakan dengan baik.

8. Setelah semuanya sudah siap, hidupkan kembali alat simulator hujan.

9. Pengujian siap dilakukan.

10.Tunggu sampai 3 menit, selanjutnya setiap 3 menitnya kita mengukur tinggi

(46)

34

Gambar 4.20 Cara mengukur lebar dan tinggi genangan

Gambar 4.21 Genangan pada Street Inlet dengan hambatan batu

11.Setelah itu ambil cawan dan box, dan langsung menggantikan cawan dan box

tersebut secepat mungkin agar aliran yang masuk tetap konstan. Lebar genangan

(47)

12.Sebelum melakukan penimbangan dan pengukuran keringkan terlebih dahulu

sisi luar cawan dengan menggunakan kanebo.

13.Timbang cawan, kurangkan berat cawan terisi air dengan berat cawan kosong

untuk mengetahui berat airnya, catat semua hasilnya. Sedangkan, air yang ada

di box hanya diukur saja dengan menggunakan gelas ukur.

14.Begitu seterusnya sampai dengan waktu 30 menit.

15.Pada saat waktu 30 menit matikan pompa. Ditunggu sampai air yang

menggenang di bahu jalan habis, dan biarkan waktu yang ada di stopwatch

trus berjalan.

16.Sesudah air yang menggenang di bahu jalan habis, matikan stopwatch.

(48)

36 BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Intensitas Hujan dari Tinggi Curah Hujan

Pada pengujian di Laboratorium, nilai intensitas hujan didapat melalui 2

alternatif pengujian. Adapun alternatif 1 digunakan 5 nozzle untuk pengujiannya,

sedangkan alternatif 2 digunakan dengan 3 nozzle. Hal ini bertujuan untuk

membandingkan nilai intensitas hujan dari 2 alternatif tersebut. Pengujian ini di

laksanakan pada tanggal 31 Mei 2016 untuk alternatif 1, sedangkan untuk

alternatif 2 dilaksanakan pada tanggal 9 Juni 2016. Pada pengujian ini juga

dilakukan sebanyak 3 kali pengujian pada tiap jumlah lubang inlet yang terpasang.

Pada tiap tahap ada 3 macam pengujian, yang pertama pengujian dengan

menggunakan 1 inlet, yang kedua menggunakan 2 inlet dan selanjutnya

menggunakan 3 inlet pada jalan tersebut.

Setelah tinggi hujan diketahui, selanjutnya menghitung intensitas hujan

pada menit ke-3 sampai dengan menit ke 30.

Penelitian intensitas hujan dengan alternatif 1 dan alternatif 2 dilakukan 3

kali pengujian. Untuk pengujian 1 kita menggunakan 1 lubang inlet, pengujian 2

menggunakan 2 lubang inlet, dan pengujian 3 menggunakan 3 lubang inlet.

Masing masing pengujian tersebut di hitung dalam interval waktu 3 menit dalam

kurun waktu 30 menit. Adapun hasil dari pengujian tersebut adalah sebagai

berikut.

Tabel 5.1 Perhitungan nilai intensitas hujan pada alternatif 1 dengan 1 lubang inlet

(49)

Sumber : Hasil pengolahan data, 2016

Tabel 5.3 Hasil perhitungan nilai intensitas hujan rata – rata pada alternatif 1

untuk pengujian 1

waktu

(menit) No Pengujian

Intensitas (I) mm/menit Rata" Intensitas

(mm/menit)

Sumber : Hasil pengolahan data, 2016

Gambar 5.1 Grafik intensitas hujan pada alternatif 1 untuk pengujian 1

(50)

38

Tabel 5.4 Hasil perhitungan nilai intensitas hujan rata – rata pada alternatif 2

untuk pengujian 1

Waktu (menit)

No Pengujian Intensitas Rata" Intensitas

(mm/menit)

Sumber : Hasil pengolahan data, 2016

Gambar 5.1 Grafik intensitas hujan pada alternatif 2 untuk pengujian 1

Nilai intensitas hujan yang di hasilkan dari simulator hujan dengan

perbedaan jumlah nozzle telah didapatkan nilai rata-rata pada pada alternatif 1

yaitu pengujian ke-1 = 1,87 mm/menit, pengujian ke-2 = 1,90 mm/menit dan

pengujian ke-3 = 2,06 mm/menit. Kemudian nilai intensitas hujan rata-rata pada

alternatif 2 untuk pengujian ke-1 = 1,55 mm/menit, pengujian ke-2 = 1,77

(51)

Dari Tabel 5.3 dan Tabel 5.4 dapat di lihat bahwa perbedaan jumlah

nozzle berpengaruh terhadap jumlah intensitas hujan hujan yang terjadi. Semakin

banyak jumlah nozzel yang di gunakan, maka nilai intensitas hujannya akan

bertambah besar (nilai intensitas dengan 5 nozzle > 3 nozzle). Untuk tabel hasil

pengujian selengkapnya dapat di lihat pada lampiran 5.

B. Perbandingan Nilai Debit Limpasan

Pada pengujian ini dilakukakan pengujian sebanyak 3 kali untuk tiap

masing-masing kondisi hujan. Pengujian ini masih dengan menggunakan 2

alternatif yang sama. Pada pengujian pertama telah dipasang lubang inlet dengan

jumlah 1 lubang, kemudian setelah itu pengujian kedua dipasang 2 lubang, dan

selanjutnya pengujian ketiga dipasang dengan menggunakan 3 lubang inlet.

Dimana pada masing – masing pengujian tersebut dihitung dalam waktu 3 menit

dalam kurun waktu 30 menit. Hubungan antara waktu dengan debit limpasan pada

1 lubang inlet, 2 lubang inlet dan 3 lubang inlet yang berbentuk persegi panjang

pada alternatif 1 dan alternatif 2yang di hasilkan dari alat simulator hujan dapat di

lihat di bawah ini.

Tabel 5.5 Perhitungan debit limpasan alternatif 1 pada pengujian ke-1

Sumber : Hasil pengolahan data, 2016

Volume limpasan Debit limpasan

(52)

40

Tabel 5.6 Hasil analisis nilai debit limpasan alternatif 1 pada pengujian ke-1, ke-2,

dan ke-3

Sumber : Hasil pengolahan data, 2016

(53)

Tabel 5.7 Hasil analisis nilai debit limpasan hujan dengan alternatif 2 pada pengujian ke-1, ke-2, dan ke-3

Waktu

Sumber : Hasil pengolahan data, 2016

Gambar 5.4 Grafik debit limpasan hujan pada alternatif 2

Pada Gambar 5.3 dan Gambar 5.4 menunjukan bahwa debit limpasan pada

1 lubang inlet lebih kecil dari debit limpasan 2 lubang inlet dan 3 lubang inlet.

Dari data yang di dapat pada saat pengujian terlihat dari grafik hidrograf laju debit

(54)

42

nozzle pada alat simulator hujan saat pengujian sering berubah – ubah dan

mengakibatkan hujan tidak merata. Naik turunnya tegangan listrik yang

mengakibatkan keluarnya air dari nozzle bisa fluktuatif.

Untuk tabel hasil pengujian debit limpasan pada setiap pengujian

selengkapnya dapat di lihat pada lampiran 6.

C. Pengaruh Jumlah Street inlet Terhadap Volume Genangan

Pada pengujian ini dilakukakan pengujian sebanyak 3 kali untuk tiap

masing – masing kondisi hujan. Pada pengujian pertama telah dipasang street inlet

dengan jumlah 1 lubang, kemudian setelah itu dipasang 2 lubang, dan selanjutnya

dipasang dengan menggunakan 3 lubang inlet. Dimana pada masing – masing

pengujian tersebut dihitung dalam waktu 3 menit dalam kurun waktu 30 menit.

Dari hasil penelitian telah didapat volume genangan yang disajikan dalam Gambar

5.5 dan Gambar 5.6.

Tabel 5.8 Perhitungan volume genangan pada alternatif 1 untuk pengujian

ke-1

3395.00 2263333.33 2.26

2 7 242 666.666667 847.00 564666.67

3 12 254 666.666667 1524.00 1016000.00

6

1 8 248 666.666667 992.00 661333.33

3572.00 2381333.33 2.38

2 8 252 666.666667 1008.00 672000.00

3 12 262 666.666667 1572.00 1048000.00

9

1 8 258 666.666667 1032.00 688000.00

3506.00 2337333.33 2.34

2 8 242 666.666667 968.00 645333.33

3 12 251 666.666667 1506.00 1004000.00

12

1 8.5 258 666.666667 1096.50 731000.00

3454.50 2303000.00 2.30

2 8 243 666.666667 972.00 648000.00

3 11 252 666.666667 1386.00 924000.00

15

1 10 246 666.666667 1230.00 820000.00

3561.50 2374333.33 2.37

2 8 235 666.666667 940.00 626666.67

3 11 253 666.666667 1391.50 927666.67

18

1 9.5 252 666.666667 1197.00 798000.00

3582.50 2388333.33 2.39

2 8 243 666.666667 972.00 648000.00

3 11 257 666.666667 1413.50 942333.33

21

1 9.2 256 666.666667 1177.60 785066.67

3541.10 2360733.33 2.36

2 8 243 666.666667 972.00 648000.00

(55)

24

1 8.9 256 666.666667 1139.20 759466.67

3493.20 2328800.00 2.33

2 8 242 666.666667 968.00 645333.33

3 11 252 666.666667 1386.00 924000.00

27

1 9 259 666.666667 1165.50 777000.00

3554.50 2369666.67 2.37

2 8.5 236 666.666667 1003.00 668666.67

3 11 252 666.666667 1386.00 924000.00

30

1 9 257 666.666667 1156.50 771000.00

3595.20 2396800.00 2.40

2 8.7 242 666.666667 1052.70 701800.00

3 11 252 666.666667 1386.00 924000.00

Sumber : Hasil pengolahan data, 2016

Tabel 5.10 Hasil analisis volume genangan dengan pada alternatif 1 untuk

pengujian ke-1, ke-2, dan ke-3

Sumber : Hasil pengolahan data, 2016

Gambar 5.5 Grafik volume genangan pada alternatif 1 Waktu

(56)

44

Tabel 5.11 Hasil analisis volume genangan pada alternatif 2 untuk pengujian ke-1, ke-2, dan ke-3

Sumber : Hasil pengolahan data, 2016

Gambar 5.6 Grafik volume genangan pada alternatif 2

Pada Gambar 5.5 dan Gambar 5.6 telah menunjukan bahwa nilai volume

genangan tertinggi pada alternatif 1 yang di hasilkan dari alat simulator hujan

dengan menggunakan 1 lubang inlet pada menit ke-30 yaitu 2,40 liter. Begitu juga

(57)

menggunakan pada alternatif 1 dan alternatif 2 yang di hasilkan dari alat simulator

hujan dengan 1 lubang inlet, 2 lubang inlet, 3 lubang inlet telah menunjukan

perbedaan. Dimana volume genangan dengan 1 lubang inlet terjadi genangan

lebih tinggi dari jumlah 2 lubang inlet. Sedangkan 3 lubang inlet terjadi genangan

lebih rendah dari 1 lubang inlet dan 2 lubang inlet. Untuk tabel hasil volume

genangan pada setiap pengujian selengkapnya dapat di lihat pada lampiran 7.

Dari data yang diperoleh pada pengujian pengaruh jumlah inlet terhadap

debit limpasan dan pengaruh jumlah inlet terhadap volume genangan, maka

didapat hubungan antara volume genangan terhadap debit limpasan untuk setiap

lubang inlet dengan dengan alternatif 1 yang menggunakan 5 buah nozzle dan

alternatif 2 dengan menggunakan 3 buah nozzle yang di hasilkan dari alat

simulator hujan. Hasil tersebut dapat dilihat dibawah ini.

Tabel 5.12 Nilai volume genangan dan debit limpasan dengan alternatif 1

No. Uji

1 Lubang Inlet 2 Lubang Inlet 3 Lubang Inlet

Volume

(58)

46

Tabel 5.13 Nilai volume genangan dan debit limpasan dengan alternatif 2

No. Uji

1 Lubang Inlet 2 Lubang Inlet 3 Lubang Inlet

Volume

Sumber : Hasil pengolahan data, 2016

Dari Tabel 5.12 dan 5.13 dapat diketahui bahwa semakin banyak jumlah

lubang inlet yang di pasang maka debit limpasannya akan semakin banyak.

Dengan demikian, apabila jumlah lubang inlet yang terpasang semakin banyak

maka volume genangannya akan semakin berkurang. Hal tersebut dikarenakan

apabila jumlah inlet yang terpasang semakin banyak maka akan mempermudah air

untuk masuk mengalir melalui lubang inlet menuju ke saluran drainase sehingga

(59)

D. Nilai Koefisien Limpasan

Untuk pengujian koefisien limpasan dapat di sajikan pada tabel yang ada

di bawah ini,

Tabel 5.14 Koefisien limpasan pada alternatif 1 untuk pengujian ke-1

Waktu Q Limpasan Intensitas Rata''

C

(menit) (Liter/menit) (mm/menit)

0 0.00 0.00 0

Sumber : Hasil pengolahan data, 2016

Tabel 5.15 Koefisien limpasan pada alternatif 1

Sumber : Hasil pengolahan data, 2016

(60)

48

Tabel 5.16 Koefisien limpasan pada alternatif 2

Sumber : Hasil pengolahan data, 2016

Contoh perhitungan :

yang di hasilkan dari alternatif 1 dengan 1 lubang inlet = 0,80, 2 inlet = 0,88 dan 3

inlet = 0,91. Pada alternative 2 untuk 1 inlet = 0,85 , 2 inlet = 0,84 dan 3 inlet =

0,89, hal ini dapat menunjukkan bahwa nilai koefisien limpasan sesuai dengan

ketetapan yang ada pada tabel koefisien pengaliran. Untuk tabel hasil pengujian

selengkapnya dapat di lihat pada lampiran 4.

(61)

49

1. Pada pengujian intensitas hujan dengan alternatif 1 telah didapatkan nilai

rata-rata intensitas hujan, yaitu pada pengujian 1 = 1,87 mm/menit, pengujian 2 =

1,90 mm/menit, pengujian 3= 2,06. Kemudian pada alternatif 2 untuk

pengujian 1 = 1,55 mm/menit, pengujian 2 = 1,77 mm/menit, dan pengujian 3

=1,77 mm/menit. Dari hasil pengujian dapat diamati bahwa perbedaan jumlah

noozle dapat berpengaruh terhadap jumlah intensitas hujan yang terjadi.

Semakin banyak jumlah nozzle yang di gunakan maka nilai intensitasnya akan

semakin bertambah besar (nilai intensitas dengan 5 nozzle > 3 nozzle).

2. Hasil pengujian debit limpasan menunjukan bahwa debit limpasan pada 1

lubang inlet lebih kecil dari debit limpasan 2 lubang inlet dan 3 lubang inlet.

3. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa, nilai volume genangan

tertinggi pada alternatif 1 yang terjadi ketika terpasang hanya 1 buah lubang

inlet yaitu dengan volume genangan sebesar 2,40 liter pada menit ke-30.

Kemudian pada alternatif 2 yang dihasilkan dari alat simulator hujan terjadi

pada 1 lubang inlet pada menit ke-30 yaitu 1,35 liter. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa grafik volume genangan pada kondisi hujan untuk

alternatif 1 dan alternatif 2 yang di hasilkan dari alat simulator hujan dengan 1

lubang inlet, 2 lubang inlet, dan 3 lubang inlet menunjukkan adanya

perbedaan. Dimana volume genangan dengan 1 lubang inlet terjadi genangan

lebih tinggi dari 2 lubang inlet. Sedangkan dengan menggunakan 3 lubang

inlet terjadi genangan lebih rendah dari 1 lubang inlet dan 2 lubang inlet.

4. Nilai koefisien limpasan rata rata yang di hasilkan dari alternatif 1 dengan 1

lubang inlet = 0,80, 2 inlet = 0,88 dan 3 inlet = 0,91. Pada alternative 2 untuk

1 inlet = 0,85 , 2 inlet = 0,84 dan 3 inlet = 0,89, hal ini dapat menunjukkan

bahwa nilai koefisien limpasan sesuai dengan ketetapan yang ada pada tabel

(62)

50

B. Saran

Untuk menyempurnakan hasil penelitian dan untuk mengembangkan

penelitian lebih lanjut, peneliti dapat menyarankan sebagai berikut :

1. Bagi penelitian selanjutnya sebelum melakukan penelitian menggunakan alat

street inlet di laboratorium sebaiknya dilakukan pengujian awal untuk

mengetahui kerusakan dan kelemahan yang terjadi pada alat uji, sehingga

kerusakan dan kelemahan dapat diantisipasi terlebih dahulu.

2. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan nozzle yang lebih baik

agar mendapatkan hujan yang merata.

3. Bagi penelitian selanjutnya dapat melakukan pengujian pada interval waktu

yang lebih lama supaya bisa mendapatkan hasil yang maksimal.

4. Air yang ada dalam bak tampungan diusahakan selalu bersih dan terhindar

dari kotoran apapun karena hal ini dapat menyebabkan tersumbatnya aliran air

yang dialirkan melalui pompa, sehingga air yang mengalir melalui nozzle

Gambar

Gambar 3.2 Jenis-jenis inlet menurut Suharyanto (2006)
Gambar 4.1. Bagan alir tahapan penelitian
Gambar 4.2. Desain Simulator Hujan.
Gambar 4.4 Rangkaian nozzle
+7

Referensi

Dokumen terkait

a. Guru mengkaji kesesuaian metode dengan tujuan yang akan dicapai. Memilih, memilah peralatan yang akan dipakai. Memperkirakan waktu yang dierlukan. Mencoba peralatan terlebih

Laporan Kerja Praktek | 11 kemungkinan bertempat di panjang gelombang yang lebih rendah dan kemungkinan adalah warna magenta spektral murni lebih dari sekedar

[r]

[r]

Allah akan memudahkan baginya jalan menuju syurga”.. Rendahnya kemampuan guru yang memiliki cara untuk mengarahkan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika, menyebabkan

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara konformitas teman sebaya dengan intensi judi pada komunitas fans club ³;´

Berdasarkan hasil analisis isi berita tentang penerapan teknologi 4G-LTE dan konvergensi media di Indonesia yang dilakukan oleh Kompas Tekno dalam kurun waktu satu tahun