• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN BUKU SAKU IPA TERPADU SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS LITERASI SAINS SISWA SMP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN BUKU SAKU IPA TERPADU SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS LITERASI SAINS SISWA SMP"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBAGAN BUKU SAKU IPA TERPADU SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS LITERASI SAINS SISWA SMP

Oleh Citra Pangestu

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

Citra Pangestu

PENGEMBANGAN BUKU SAKU IPA TERPADU SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS LITERASI SAINS SISWA SMP

ABSTRAK

Oleh

CITRA PANGESTU

Sumber belajar adalah sesuatu yang tersedia di lingkungan belajar yang berfungsi untuk membantu proses pembelajaran baik untuk guru maupun siswa. Sumber belajar terdiri dari bahan-bahan yang dimanfaatkan dan diperlukan dalam proses pembelajaran seperti buku ajar/cetak, media cetak, media elektronik, narasumber dan lingkungan sekitar yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Tujuan penelitian ini yaitu menghasilkan buku saku IPA Terpadu berbasis literasi sains sebagai salah satu media pembelajaran. Prosedur

(3)

Citra Pangestu efektifitas. Pada tahap uji kelompok kecil dilakukan terhadap 10 orang siswa kelas VIIIB dan uji efektifitas dilakukan terhadap seluruh siswa kelas VIIIB . Hasil dari uji coba lapangan menunjukan buku saku IPA Terpadu berbasis literasi sains desainnya sangat menarik dan sangat efektif digunakan sebagai media

pembelajaran dan dinyatakan efektif dengan persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 84,21%.

(4)
(5)
(6)
(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Ruang Lingkup ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran ... 4

B. Buku Saku ... 6

C. Pembelajaran IPA Terpadu ... 7

D. Literasi Sains... 9

E. Model Pembelajaran ASSURE ... 12

F. Kaidah Penulisan Buku Ajar... 14

G. Teknik Penulisan Buku Ajar ... 14

H. Model Format Buku Ajar ... 16

I. Usaha Dan Energi ... 17

(8)

III. METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 44

B. Pembahasan ... 56

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 60

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62

LAMPIRAN Halaman 1. Angket Analisis Kebutuhan Siswa ... 65

(9)

11. Soal Posttest ... 119

12. Daftar Nilai Posttest ... 121

13. Story Board Produk Hasil Pengembangan ... 123

14. Surat Izin Penelitian ... 127

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Skor Penilaian Uji Lapangan ... 42

3.2 Konversi Skor Penilaian ... 43

4.1 Hasil Uji Ahli Materi ... 47

4.2 Hasil Uji Ahli Desain ... 49

4.3 Hasil Uji Kemenarikan ... 50

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Besar Usaha Jika Membentuk Sudut � ... 18

2.2 Ilustrasi Benda Yang Dijatuhkan ... 21

2.3 Tuas Dan Bagiaannya... 23

2.4 Bidang Miring ... 24

2.5 Prinsip Kerja Katrol Tetap... 25

2.6 Prinsip Kerja Katrol Bergerak ... 26

2.7 Katrol majemuk ... 28

2.8 Tinggi Permukaan Zat Cair Dalam Bejana Berhubungan Selalu Sama ... 29

2.9 (A)Tenggelam, (B)Melayang, (C)Terapung ... 31

2.10 Tabung Yang Berisi Zat Cair ... 32

2.11 Skema Dongkrak Hidrolik ... 33

3.1 Desain Penelitian One-Shot Case study ... 37

3.2 Prosedur Pengembangan Media Pembelajaran ... 38

4.1 Tampilan Layout Kata Pengantar ... 46

4.2 Tampilan Layout isi ... 46

4.3 Tampilan Cover Depan Buku Saku ... 52

4.4 Tampilan Kata Pengantar ... 53

4.5 Tampilan Daftar Isi Buku Saku ... 53

4.6 Tampilan Penjabaran Materi Dalam Buku Saku ... 54

(12)
(13)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sumber belajar adalah sesuatu yang tersedia di lingkungan belajar yang berfungsi untuk membantu proses pembelajaran baik untuk guru maupun siswa. Sumber belajar terdiri dari bahan-bahan yang dimanfaatkan dan diperlukan dalam proses pembelajaran seperti buku ajar/cetak, media cetak, media elektronik, narasumber dan lingkungan sekitar yang dapat

meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu sumber belajar yang sering digunakan guru dan siswa adalah buku ajar/cetak. Buku ajar/buku cetak yang digunakan biasanya memiliki ukuran yang relatif besar sekitar 25 cm x 17 cm sehingga sulit dibawa dan memiliki uraian baca yang panjang menyebabkan rendahnya minat siswa untuk membaca.

(14)

2 Dari hasil survey analisis kebutuhan buku ajar/cetak yang akan

dikembangkan dalam penelitian ini adalah buku saku IPA Terpadu sebagai media pembelajaran berbasis literasi sains. Media pembelajaran berbasis literasi sains perlu dikembangkan karena literasi sains di indonesia masih tergolong rendah hal ini ditunjukkan pada tahun 2009, Indonesia menduduki peringkat 60 dari 65 negara yang terlibat dalam PISA untuk bidang sains. Salah satu faktor rendahnya literasi sains siswa adalah rendahnya minat dan motivasi siswa belajar siswa terhadap sains. Dengan adanya literasi sains dalam diri seorang siswa akan membawa siswa menjadi masyarakat yang mampu menguasai materi sains, memahami karakteristik sains dan mampu menerapkan konsep sains dalam kehidupan nyata. Literasi sains sangat penting dikuasai oleh siswa karena kaitannya dengan bagaimana siswa dapat mengenal lingkungan hidup melalui proses sains.

Berdasarkan latar belakang di atas, telah dilakukan penelitian pengembangan dengan judul Pengembangan Buku Saku IPA Terpadu Sebagai Media Pembelajaran Berbasis Literasi Sains Siswa SMP

B. Rumusan Masalah

(15)

3 C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan penelitian pengembangan ini adalah menghasilkan suatu buku saku pembelajaran IPA terpadu berbasis literasi sains untuk siswa SMP sebagai salah satu media pembelajaran

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian pengembangan ini adalah :

1. Memberikan alternatif dalam menyajikan pembelajaran dikelas dan mengaitkan pembelajaran IPA dalam kehidupan sehari-hari.

2. Tersedianya media pembelajaran bagi siswa yang dapat digunakan secara kelompok atau mandiri dalam pembelajaran.

3. Dapat menjadi variasi belajar yang menarik bagi siswa dan meningkatkan motivasi belajar terhadap pelajaran IPA Terpadu.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah :

1. Pengembangan adalah proses menerjemahkan desain ke dalam suatu wujud fisik tertentu.

2. Pengembangan yang dimaksud adalah pembuatan buku saku IPA

(16)

4 3. Buku saku adalah buku berukuran kecil yang dapat dimasukan kedalam

saku dan mudah untuk di bawa kemana-mana.

4. Materi pokok yang disajikan dalam penelitian ini adalah materi IPA Terpadu SMP bab energi,pesawat sederhana dan tekanan.

(17)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Media Pembelajaran

Secara terminologis, ada berbagai definisi yang di berikan tentang media pembelajaran. Berikut pendapat para ahli tentang media pembelajaran (Ashyar, 2011: 7), yaitu: menurut Schramm dalam Ashyar yang

menjelaskan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan (informasi) yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran, dan menurut Gerlach & Ely media pembelajaran memiliki cakupan yang sangat luas, yaitu termasuk manusia, materi atau kajian yang membangun suatu kondisi yang membuat peserta didik mampu memperoleh

pengetahuan, keterampilan, atau sikap.

Susilana dan Riyana (2007: 6) menyatakan bahwa,

Media pembelajaran selalu terdiri atas dua unsur penting, yaitu unsur peralatan atau perangkat keras (hardware) dan unsur pesan yang dibawanya (message/software). Dengan demikian, media pembelajaran memerlukan peralatan untuk menyajikan pesan, namun yang terpenting bukanlah peralatan itu, tetapi pesan atau informasi belajar yang dibawakan oleh media tersebut.

(18)

6

dapat meningkatkan kualitas hasil belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Dalam usaha memanfaatkan media asebagai alat bantu, Edgar Dale (Susilana dan Riyana, 2007: 7) mengadakan klasifikasi menurut tingkat dari yang paling kompleks ke yang paling abstrak. Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama “kerucut pengalaman” dan dianut secara luas dalam menentukan alat bantu yang paling sesuai untuk pengalaman belajar.

B. Buku Saku

Menurut kamus besar bahasa indonesia

Buku saku adalah buku berukuran kecil yang dapat dimasukkan ke dalam saku dan mudah dibawa ke mana-mana

Buku saku atau disebut juga Handbook (Wikipedia, 2012)

(19)

7

Dari penjelasan mengenai buku saku dapat disimpulkan bahwa buku saku adalah buku dengan ukurannya yang kecil, ringan, dan bisa disimpan di saku. Sehingga praktis untuk dibawa ke mana-mana, kapan saja bisa dibaca dan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber belajar atau media dalam proses belajar. Dapat digunakan untuk menambah wawasan dan pengetahuan sehingga tidak hanya belajar pada buku yang besar saja.

C. Pembelajaran IPA Terpadu

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuaan berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA

diaharapkan menjadi wahana peserta didik unytuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam

menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk

(20)

8

bijaksana untuk menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan (Depdiknas dalam Novianti, 2012: 9)

Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA (Depdiknas dalam Novianti, 2012: 9) meliputi empat unsur utama yaitu :

1. Sikap : rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, mahluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar, IPA bersifat open ended ;

2. Proses : prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah melalui penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan evaluasi, pengukuran dan penarikan kesimpulan;

3. Produk : berupa fakta, prinsip, teori dan hukum;

4. Aplikasi : penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan. Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena saling berhubungan. Dalam proses pembelajaran IPA diharapkan keempat unsur itu muncul, sehingga peserta didik mampu menerapkan pembelajaran secara terpadu.

Menurut Depdikbud dalam Novianti (2012: 11), pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik atau citi-ciri, yaitu holistik, bermakna, otentik, dan aktif. 1) Holistik, yakni dalam

(21)

9

Bermakna, yakni memungkinkan terbentuknya jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan yang disebut skemata, hal ini akan berdampak pada kebermaknaan materi yang dipelajari. 3) Otentik, yakni memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara langsung dan bukan sekedar pemberitahuan dari guru. 4) Aktif, menekankan keaktifan siswa baik secra fisik, mental, intelektual, maupun emosional, untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

D. Literasi sains

Menurut Echols & Shadily dalam Adisendjaja (2010: 4) bahwa, Literasi sains terbentuk dari dua kata, yaitu literasi dan sains. Literasi berasal dari kata Literacy yang berarti melek huruf/gerakan pemberantasan buta huruf. Sedangkan istilah sains berasal dari bahasa inggris Science yang berati ilmu pengetahuan.

Firman dalam Nurbaeti (2009: 9) mengemukakan bahwa,

Literasi sains di definisikan sebagai kemampuan menggunakan kemampuan sains mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia.

Lebih lengkap lagi, PISA dalam Nurbaeti (2009: 9) mengemukakan bahwa,

Literasi sains adalah kemampuan menggunakan kemampuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami karakteristik sains sebagai penyelidikan ilmiah, kesadaran akan betapa sains dan teknologi membentuk lingkaran material, intelektual dan budaya, serta

(22)

10

pengetahuan, nilai-nilai dan kemampuan siswa saat ini yang dihubungkan dengan kebutuhan masa yang akan datang. Widyaningtyas dalam Adisendjaja (2010: 5) mengemukakan bahwa

Literasi sains dapat diartikan sebagai pemahaman atas sains dan aplikasinya bagi kebutuhan masyarakat.

Untuk bisa mengembangkan literasi sainsnya, siswa harus mengalami sebuah proses yang dinamakan dengan proses sains. Ketika siswa sedang mengalami proses sains, sama dengan siswa mengalami proses mental untuk membentuk sikap ketika muncul suatu permaslahan dan melibatkan dirinya untuk menyelesaikan permaslahan tersebut. PISA dalam Masudin (2011: 1) menetapkan lima komponen proses sains dalam penelitian literasi sains dalam penelitian literasi sains, yaitu :

a. Mengenal pertanyaan ilmiah, yaitu pertanyaan yang dapat diselidiki secara ilmiah, seperti mengidentifikasi pertanyaan yang dapat dijawab oleh sains.

b. Mengidentifikasi bukti yang diperlukan dalam penyelidikan ilmiah. Proses ini melibtkan identifikasi atau pengajuanbukti yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan dalam suatu penyelidikan sains, atau prosedur yang diperlukan untuk memperoleh bukti itu.

c. Menarik dan mengevalusai kesimpulan. Proses ini

melibatkankemampuan menghubungkan kesimpulan dengan bukti yang mendasari atau seharusnya mendasari kesimpulan itu.

d. Mengkomunikasikan kesimpulan yang valid, yakni mengungkapkan secara tepat kesimpulan yang dapat ditarik dari bukti yang tersedia. e. Mendemonstrasikan pemahaman terhadap konsep-konsep sains, yakni

kemampuan menggunakan konsep-konsep dalam situasi yang berbeda dari apa yang telah dipelajarinya.

Hayat dan Yusuf dalam Hermawan (2011: 12) PISA membagi dimensi literasi sain sebagai berikut :

a. “Content” Literasi Sains

(23)

11

fenomena alam tertentu dan perubahan yang terjadi akibat kegiatan manusia. Hal ini merupkan gagasan besr pemersatu yang membantu menjelaskan aspek-aspek lingkungan fisik. PISA mengajukan pertanyaan-petanyaan yang mempersatukan konsep-konsep fisika, kimia, biologi, serta ilmu pengetahuan bumi dan antariksa (IPBA) b. “Process” Literasi Sains

PISA mengases kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dan pemahaman ilmiah, seperti kemampuan siswa untuk mencari, menafsirkan dan memperlakukan bukti-bukti. PISA menguji lima proses semacam itu, yakni: (i) mengenali pertanyaan ilmiah, (ii) mengidentifikasi bukti, (iii)menarik kesimpulan,

(iv)mengkomunikasikan kesimpulan, dan (v) menunjukan pemahhaman konsep ilmiah.

c. “Context” Literasi Sains

Konteks literasi sains dalam PISA lebih pada kehidupan sehari-hari daripada kelas dan laboratorium. Sebagaimana dengan bentuk-bentuk literasi lainnya, konteks melibatkan isu-isu yang penting dalam kehidupan secara umum seperti juga terhadap kepedulian pribadi. Pertanyaan-pertanyaan dalam PISA dikelompokkan menjadi area tempat sains diterapkan, yaitu : (i) kehidupan dan kesehatan, (ii) bumi dan lingkungan, (iii) serta teknologi.

Selanjutnya, Rubba dalam Hendrawati (2012:1) mengemukakan bahwa,

Karakteristik individu yang memiliki literasi sains adalah sebagai berikut: a) bersikap positif terhadap sains; b) mampu menggunakan proses sains; c) berpengetahuan luas tentang hasil-hasil riset; d) memiliki pengetahuan tentang konsep dan prinsip sains, serta mampu menerapkannya dalam teknologi dan masyarakat; e) memiliki

pengertian hubungan antara sains, teknologi, masyarakat, dan nilai-nilai manusia; f) berkemampuan membuat keputusan dan terampil menganalisis nilai untuk pemecahan masalah-maasalah masyarakat yang berhubungan dengan sains tersebut.

(24)

12

E. Model Pembelajaran ASSURE

Model pembelajarn ASSURE merupakan suatu rujukan bagi pendidik dalam membelajarkan peserta didik dalam pembelajaran yang

direncanakan dan disusun secara sistematis dengan mengintegrasikan teknologi dan media sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan bermakna bagi peserta didik (Smaldino, dkk.,2008: 87).

Komponen model ASSURE

Dibawah ini akan dijelaskan tentang komponen-komponen yang terdapat dalam model ASSURE

1. Analize Leaners

Langkah awal yang perlu dilakukan dalam menerapkan model ASSURE adalah mengidentifikasi karakteristik siswa yang akan melakukan aktivitas pembelajaran. Analisis terhadap karakteristik siswa meliputi beberapa aspek penting, yakni karakteristik umum, kompetensi spesifik yang telah dimiliki sebelumnya, dan gaya belajar atau learning style siswa.

2. State Objective

Langkah selanjutny dari model ASSURE adalah menetapkan tujuan pembelajran yang bersifat spesifik. Tujuan pembelajaran dapat diperoleh dari silabus atau kurikulum, informasi yang tercatat dalam buku teks, atau dirumuskan sendiri oleh perancang atau instruktur. 3. Select Methods, Media and Materials

(25)

13

ada. Guru dapat memodifikasi bahan ajar yang telah tersedia dan memproduksi bahan ajar baru

4. Ultilize Materials

Langkah berikutnya adalah menyiapkan kelas dan sarana pendukung yang diperlukan untuk dapat menggunakan metode, media, dan bahan ajar yang dipilih. Setelah semuanya siap, ketiga komponen tersebut dapat digunakan.

5. Require Learners Participations

Proses pembelajaran merupakan keterlibatan mental siswa secara aktif dengan materi atau substansi yang sedang dipelajari. Pemberian latihan merupakan contoh cara melibatkan aktivitas mental siswa dengan materi yang sedang dipelajari.

6. Evaluate and Revise

Setelah mendesain aktivitas pembelajaran maka langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah evaluasi. Tahap evaluasi dalam model ini dilakukan untuk menilai efektifitas pembelajran dan juga hasil belajar siswa. (Pribadi dalam Fauziah, 2012).

(26)

14

sebagai teori belajar yang mendukung dikembangkannya buku saku berbasis literasi sains sebagai media pembelajaran.

F. Kaidah Penulisan Buku Saku

Kaidah penulisan buku saku diadaptasi dari penulisan buku ajar dan kaidah penulisan yang perlu diperhatikan oleh penulis adalah sebagai berikut. (Kemendiknas, 2012)

1. Tampilan buku

Menarik, menggerakkan orang untuk membacanya. 2. Bahasa

Menggunakan bahasa indonesia yang baku dan mudah dipahami. 3. Struktur buku

Judulnya singkat, tata letak yang menarik, urutan yang mudah, memiliki daftar isi, struktur kognitif jelas, rangkuman, dan latihan yang harus dilakukan pembaca.

4. Menguji pemahaman

Memberi kesempatan pembaca untuk mengetahui kemajuan belajarnya.

5. Kemudahan dibaca

(27)

15

G. Teknik Penulisan Buku Saku

Penulisan buku saku diadaptasi dari penulisan buku ajar. Dapat dilakukan dengan beberapa teknik. Secara umum terdapat tiga teknik penulisan buku saku yaitu : (Kemendiknas, 2012)

1. Menulis sendiri (starting from scratch). Penulis menyusun buku saku berdasarkan gagasan dan pengalamannya sendiri.

2. Mengemas ulang informasi (information repackaging/text

trasformation). Penulis tidak menyusun sendiri buku saku dari awal (from nothing atau from scratch), melainkan memanfaatkan buku-buku, textbook, paper, dan informasi lain yang sudah ada.

3. Menghimpun tulisan dari berbagai sumber yang terkait dan relevan dengan tema (compilation atau wrap around text). Prosedur kompilasi dilakukan dengan cara :

a. Mengumpulkan seluruh referensi yang digunakan acuan dalam pembelajaran.

b. Menentukan bagian referensi yang digunakan per pokok bahasan sesuai silabus.

c. Mengcopy/menyalin seluruh bagian dari sumber yang digunakan per pokok bahasan sesuai dengan silabus.

d. Memilah hasil salinan berdasarkan urutan pokok bahasan. e. Membuat resume atau analisa terhadap tulisan yang dikompilasi

dikaitkan dengan tema buku atau kompetensi pendidik yang ingin dibentuk.

(28)

16

g. Menjilid dan memperbanyak untuk pembelajaran. h. Membuat/menulis panduan untuk pengguna buku saku

Teknik penulisan dalam buku saku ini yaitu menghimpun tulisan dari berbagai sumber yang terkait dan relevan dengan tema.

H. Model Format Buku Saku

Penulisan buku saku secara khusus disesuaikan dengan proses dan aktivitas belajar yang dilakukan. Aktivitas belajar yang dimaksud

merupakan aktivitas kognitif dan intelektual yang terjadi selama kegiatan belajar dilakukan melalui buku saku. Dengan demikian penyusunan model format buku saku perlu memperhatikan tahapan belajar yang terjadi. Secara umum buku saku disusun dengan format sebagai berikut (Kemendiknas, 2012)

1. Bagian Pendahuluan, terdiri atas :

a. Halaman Judul (judul, pengarang, lembaga, dll) b. Daftar Isi (petunjuk bagi pembaca)

c. Prakata (ditulis penulis tentang apa isi buku, alasan penulisan buku, sasaran pengguna, ucapan terima kasih dll)

2. Halaman Isi (batang tubuh), terdiri atas :

a. Bagian isi yang berisi uraian setiap bab disertai ilustrasi materi. b. Setiap akhir bab diakhiri dengan evaluasi soal-soal.

(29)

17

a. Pustaka

I. Usaha Dan Energi

1. Usaha

a. Pengertian Usaha

Dalam kehidupan sehari-hari usaha berarti upaya manusia untuk melakukan sesuatu guna tujuan tertentu. Apa pengertian usaha dalam Sains? Sebuah benda dikatakan melakukan usaha jika ada gaya yang dilakukan pada benda tersebut atau benda tersebut memberikan gaya yang menyebabkan benda tersebut berubah posisinya. Menurut ilmu fisika, usaha adalah hasil kali gaya dan perpindahan yang searah gaya. Secara matematis dapat dituliskan :

W = F .s Dengan :

W = usaha (joule) F = gaya (newton) s = perpindahan (meter)

b. Usaha Yang Membentuk Sudut

Persamaan W = F. s itu hanya berlaku jika gaya yang bekerja segaris dan searah dengan perpindahan. Jika gaya yang bekerja membentuk sudut θ terhadap perpindahan, maka persamaan

(30)

18

Gambar 2.1 Besar Usaha Jika Membentuk Sudut �

Usaha oleh gaya yang membentuk sudut θ terhadap perpindahan dapat dirumuskan :

W = F . s . Cos θ

c. Usaha Bernilai Nol

Usaha dikatakan bernilai nol jika gaya yang bekerja tidak

menyebabkan terjadinya perpindahan. Untuk lebih jelasnya mari kita bahas, berikut ini peristiwa yang usahanya bernilai nol. 1. Gaya penyebab ada tetapi tidak ada perpindahan. F tidak sama

dengan nol dan s sama dengan nol, contohnya adalah ketika kita mendorong tembok. Walaupun kita sudah mengeluarkan gaya tetapi tembok tidak berpindah, maka kita dikatakan tidak melakukan usaha

2. Gaya penyebab tidak ada tetapi terjadi perpindahan. Contohnya adalah ketika kita bermain ski dan kita sedang bergerak lurus beraturan maka resultan gaya-nya sama dengan nol tetapi kita mengalami perpindahan. Kejadian ini juga tergolong usaha bernilai nol atau kita dikatakan tidak melakukan usaha.

(31)

19

Jika kita masukkan ke dalam persamaan gaya yang membentuk sudut maka akan kita peroleh hasil usaha sama dengan nol atau kita dikatakan tidak melakukan usaha.

2. Energi

a. Pengertian Energi

Energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan usaha. Energi memiliki bentuk-bentuk lain diantaranya sebagai berikut.

1. Energi Panas (Kalor)

Energi panas (kalor) adalah energi yang dihasilkan oleh suatu perubahan bentuk energi. Misalnya energi listrik pada lampu pijar.

2. Energi Bunyi

Energi bunyi adalah energi yang dihasilkan oleh getaran benda. 3. Energi Cahaya

Energi cahaya adalah energi yang dihasilkan oleh benda-benda bercahaya.

4. Energi Listrik

Energi listrik adalah energi yang ditimbulkan oleh muatan listrik.

5. Energi kimia

(32)

20

6. Energi Mekanik

Energi mekanik addalah gabungan dari energi potensial dan energi kinetik.

b. Hukum Kekekalan Energi Mekanik

Energi mekanik merupakan gabungan dari energi potensial dan energi kinetik.

1. Energi potensial

Energi potensial adalah energi yang dimiliki suatu benda karena tempatnya (ketinggiannya). Energi potensial sebanding dengan berat benda. Selain sebanding dengan berat benda, energi potensial juga sebanding dengan ketinggiannya. Besar energi potensial dapat dirumuskan sebagai berikut :

Ep = w. h Ep = m. g. h

Dengan :

Ep = Energi potensial (joule) w = Berat benda (N)

h = Ketinggian benda (meter) m = Massa (kg)

g = Percepatan grvitasi(m/s2)

2. Energi Kinetik

(33)

21

Ek = ½ m . v2

Dengan :

Ek = Energi kinetik (joule) m = Massa (kg)

g = kecepatan (m/s)

Perhatikan Ilustrasi Gambar 2.2

Gambar 2.2 Ilustrasi Benda Yang Dijatuhkan

Keterangan:

(A) Sebelum dijatuhkan benda hanya memiliki energi potensial (Energi kinetik nol)

(B) Saat bergerak, energi potensial gravitasi berkurang, tetapi energi kinetik bertambah

(C ) Sesaat sebelum menyentuh lantai, benda hanya memiliki energi kinetik (Energi potensial nol)

Ilustrasi pada Gambar 2.2 menunjukan bahwa setiap berkurangnya energi potensial akan digantikan oleh energi kinetik yang

bertambah besar. Dengan demikian, jumlah energi potensial dan energi kinetik pada setiap kedudukan benda adalah tetap sehingga energi mekanik pada suatu benda adalah tetap asalkan tidak ada gaya luar yang dikerjakan pada benda tersebut. Pernyataan tersebut

(34)

22

dikenal dengan hukum kekekalan energi mekanik dan dapat dirumuskan :

Em = Ep + Ek

Dengan :

Em = Energi mekanik (joule) Ep = Energi potensial (joule) Ek = Energi kinetik (joule)

3. Daya

Usaha dapat didefinisikan sebagai perubahan energi. Jika perubahan energi ini diukur setiap satu sekon, akan didapatkan sebuah besaran baru yaitu perubahan usaha setiap satu sekon. Besaran tersebut disebut daya. Jadi, daya dapat didefinisikan sebagai perubahan energi setiap satu sekon. Dalam bahasa Inggris, daya adalah power. Dengan demikian, daya dilambangkan dengan P. Secara matematis, daya dituliskan sebagai berikut :

p= W t

Dengan :

(35)

23

4. Pesawat Sederhana

Pesawat sederhana adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk mempermudah melakukan usaha. Jenis-jenis pesawat sederhana yaitu tuas, katrol, bidang miring dan roda bergandar.

a. Tuas

Tuas lebih dikenal dengan nama pengungkit. Sistem kerja tuas terdiri atas beban, titik tumpu dan kuasa.

Gambar 2.3 Tuas dan Bagiaannya

Perhatikan Gambar 2.3 Gaya kuasa (F) , lengan kuasa (lk), gaya beban (W), lengan beban (lb). Secara matematis dapat di tulis :

F x lk = lb x W

Perbandingan antara lengan kuasa dengan lengan beban atau gaya beban dengan gaya kuasa disebut keuntungan mekanik. Dengan demikian keuntungan mekanik dapat dirumuskan :

Km = lk lb =

W F

Berdasarkan letak titik tumpunya, tuas atau pengungkit diklasifkasikan menjadi tiga jenis, yaitu jenis ke I, II dan III.

(36)

24

Tuas jenis kedua : beban berada diantara kuasa dan titik tumpu. Contoh pembuka tutup botol, gerobak toli beroda satu

Tuas jenis ke tiga : kuasa berada diantara titik tumpu dan beban. Contoh sekop, penjepit roti, pinset, pancingan

b. Bidang Miring

Dalam kehidupan sehari-hari, prinsip kerja bidang miring digunakan pada pembuatan jalan-jalan dibukit dan pegunungan, sekrup, resleting, dan tangga.

Gambar 2.4 Bidang Miring

secara matematis bidang miring dapat dirumuskan sebagai berikut : W x h = F x S

Dengan :

(37)

25

s = panjang lintasan miring (m)

F = gaya kuasa untuk mengangkat beban (N)

c. Katrol

Katrol adalah suatu roda dengan bagian berongga di sepanjang sisinya untuk tempat tali atau kabel. Katrol biasanya digunakan dalam suatu rangkaian yang dirancang untuk mengurangi besar gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat suatu beban. Katrol dapat dikelompokkan menjadi tiga , yaitu katrol tetap , katrol bergerak dan katrol majemuk.

1. Katrol tetap

Sesuai dengan namanya, sistem katrol ini dibuat sedemikian rupa sehingga katrol tersebut tetap pada posisinya. Contoh yang sering kamu lihat sehari-hari, seperti katrol yang digunakan untuk menimba air dan pada beberapa puncak tiang bendera. Perhatikan Gambar 2.5 !

Gambar 2.5 Prinsip Kerja Katrol Tetap

(38)

26

katrol jenis tunggal ini sama dengan 1. Hal ini dikarenakan

perbandingan antara lengan beban dan lengan gaya sama dengan 1. Dapat dirumuskan sebagai berikut:

Km = W

F = 1

2. Katrol Bergerak Perhatikan Gambar 2.6

Gambar 2.6 Prinsip Kerja Katrol Bergerak

Titik C merupakan titik tumpu katrol, AC adalah lengan beban dan BC adalah lengan gaya. Katrol jenis ini mempunyai keuntungan mekanis 2, artinya perbandingan antara Dapat dirumuskan sebagai berikut :

Km = W

(39)

27

3. Katrol Majemuk

Katrol majemuk yang terdiri atas katrol tetap dan katrol bergerak. Katrol majemuk biasa digunakan untuk mengangkat beban yang berat. Katrol majemuk menggunakan dua katrol di mana satu sebagai katrol tetap di pasang di atas dan satu lagi sebagai katrol bergerak. Katrol majemuk juga dapat menggunakan tiga atau empat katrol. Perhatikan Gambar 2.7 ! Keuntungan mekanik tergantung jumlah katrol dan tali yang menanggung beban.

Gambar 2.7 Katrol Majemuk

d. Roda Berporos

Roda berporos merupakan roda yang di dihubungkan dengan sebuah poros yang dapat berputar bersama-sama.

Kegunaan:

 untuk menggeser benda agar lebih ringan

(40)

28

Pada Roda berporos, Gaya kuasa biasanya dikerahkan kepada roda yang besar, atau roda. Roda yang lebih kecil, yang disebut poros, mengerjakan gaya beban. Roda berporos merupakan salah satu jenis pesawat sederhana yang banyak ditemukan pada alat-alat seperti setir mobil, setir kapal, roda sepeda, roda kendaraan bermotor, dan gerinda.

J. Tekanan

Tekanan adalah besarnya gaya yang bekerja pada benda tiap satuan luas permukaan. Secara matematis dapat dirumuskan :

P = F A

Dengan :

P = Tekanan (N/m2) F = Gaya (N)

A = Luas permukaan (m2)

Tekanan yang diakibatkan oleh zat cair yang diam disebut tekanan hidrostatis. Secara matematis tekanan hidrostatis dapat dirumuskan :

Ph = ρ . g . h

Dengan :

Ph = Tekanan hidrostatis (N/m2 atau Pa) ρ = Massa jenis zat cair (kg/m3

(41)

29

Tekanan pada zat cair sifatnya menurut berapa hukum yaitu bejana berhubungan, hukum arcimedes, dan hukum pascal. Berikut penjelasan beberapa hukum tekanan zat cair.

a. Bejana Berhubungan

Gambar 2.8 Tinggi Permukaan Zat Cair Dalam Bejana Berhubungan Selalu Sama

Gambar 2.8 adalah bejana berhubungan yang merupakan beberapa bejana berisi cairan homogen yang saling terhubung dan memiliki tinggi permukaan cairan yang sama tanpa terpengaruh oleh ukuran dan volume tiap bejana. Apabila bejana itu diisi zat cair sejenis dan dalam keadaan seimbang (diam), maka tinggi permukaan zat cair pada setiap bejana sama. Keadaan itu disebut dengan asas bejana berhubungan. Hukum Bejana berhubungan membahas mengenai zat cair sejenis dalam bejana berhubungan. Lalu, apa yang akan terjadi jika bejana berhubungan tersebut diisi dengan beberapa zat cair tidak sejenis? Untuk kasus seperti ini digunakan prinsip tekanan hidrostatis, yaitu tekanan zat cair akan sama pada kedalaman yang sama.

Pa = Pb ρ1 . g . h1= ρ2 . g . h2

karena g sama, maka :

(42)

30

Dengan :

ρ1 = massa jenis zat cair 1 (kg/m3) ρ2 = massa jenis zat cair 1 (kg/m3)

h1 = tinggi dari permukaan zat cair 1 (m)

h2 = tinggi dari permukaan zat cair 2 (m)

Beberapa hal yang menyebabkan prinsip bejana berhubungan tidak berlaku antara lain sebagai berikut:

 Bejana diisi zat cair yang memiliki massa jenis berbeda.

 Bejana dalam keadaan tertutup, baik salah satu bejana maupun kedua-duanya.

 Adanya unsur pipa kapiler pada bejana, yaitu pipa kecil yang memungkinkan air menaiki sisi bejana.

b. Hukum Archimedes

Archimedes adalah orang yang pertama kali menemukan gaya ke atas pada suatu benda yang dicelupkan ke dalam zat cair. Akibat adanya gaya ke atas, maka ketika kamu berenang, kamu akan merasa beratmu lebih ringan daripada di dalam air dibanding di darat sehingga kamu dapat terapung di atas air. Berikut adalah bunyi hukum Archimedes : “Suatu benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya kedalam zat

cair akan mengalami gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat zat cair yang dipindahkan oleh benda tersebut”.

(43)

31

Dengan :

FA = Gaya ke atas (N)

P = Massa jenis zat cair (kg/m3)

Vf = Volume zat cair yang dipindahkan (m3)

g = Pecepatan gravitasi bumi (m/s2)

Penerapan hukum Archimedes dalam kehidupan sehari-hari kapal selam, balon udara, hidrometer dan kapal laut .

c. Tenggelam, Terapung dan Melayang

Gambar 2.9 (A)Tenggelam, (B)Melayang, (C)Terapung Keterangan :

(A)Tenggelam

Suatu benda dikatakan tenggelam jika berat benda lebih besar dari gaya Archimedes atau massa jenis benda lebih besar dari massa jenis zat cair.

FA

w FA<w

w FA

w FA

(44)

32

(B)Melayang

Suatu benda dikatakan melayang jika berat benda sama dengan gaya Archimedes atau massa jenis benda sama dengan massa jenis zat cair.

(C)Terapung

Suatu benda dikatakan terapung jika berat benda sama dengan gaya Archimedes atau massa jenis benda sama lebih kecil daripada massa jenis zat cair

d. Hukum Pascal

Zat cair mempunyai tekanan yang salah satunya dipengaruhi oleh tekanan udara di sekelilingnya. Sifat zat cair yang tertekan ini yaitu meneruskan tekanannya ke segala arah dengan sama besar. Perhatikan Gambar 2.10

Gambar 2.10 Tabung Yang Berisi Zat Cair

Jika di dalam tabung terdapat zat cair yang diberi tekanan, tekanan tersebut akan diteruskan ke dinding seluruh tabung dengan besar yang sama sehingga tekanan di A, B dan C bernilai sama. Peristiwa ini diteliti oleh Blaise Pascal, seorang ilmuan Prancis. Pascal

menuangkan hukum pascal yang berbunyi: “Tekanan yang diberikan

pada suatu zat cair pada ruang tertutup akan diteruskan ke tiap titik

C A

(45)

33

dalam fluida dan dinding bejana”. Prinsip dari hukum Pascal ini

diterapkan pada beberapa peralatan, misalnya dongkrak hidrolik dan rem hidrolik. Gambar 2.11 adalah skema dongkrak hidrolik.

Gambar 2.11 Skema Dongkrak Hidrolik

Persamaan yang berlaku untuk dongkrak hidrolik : F1

A1 = F2 A2

Keterangan :

F1 = Gaya yang bekerja pada bidang A1 (N)

A1 = Luas bidang A1 (m2)

F2 = Gaya yang bekerja pada bidang A2 (N)

A2 = Luas bidang A2 (m2)

Tekanan tidak hanya dimiliki zat cair dan zat padat. Udara yang mempunyai berat pun memberikan tekanan. Tekanan ini disebut dengan tekanan atmosfer. Besar tekanan atmosfer diteliti oleh Evangelista Torricelli. Pipa berisi penuh air raksa dibalik dan bagian yang terbuka diletakkan pada bejana berisi air raksa. Tinggi kolom air raksa itu menunjukkan tekanan yang diberikan oleh atmosfer tersebut. Bila pembalikan itu dilakukan di atas permukaan laut, maka tinggi kolom air raksa pada pipa itu adalah 760 mm. Oleh karena itu tekanan

F1 F2

(46)

34

udara di atas permukaan laut tersebut dapat dinyatakan sebesar 760 mmHg atau 1 atmosfer.Besaran ini selanjutnya digunakan sebagai satuan untuk mengukur tekanan. Atmosfer baku (atm) didefinisikan sebagai tekanan yang menyangga 760 mm kolom air raksa.

Berdasarkan hal itu 1,00 atm = 760 mmHg. Apabila pembalikan itu dilakukan di tempat yang lebih tinggi, maka ketinggian kolom air raksa itu berkurang. Artinya di tempat yang lebih tinggi tekanan udaranya lebih rendah percobaan yang dilakukan diatas permukaan laut, maka diperoleh tinggi raksa 76 cm atau ditulis dengan 76 cmHg. Tekanan sebesar 76 cmHg disebut 1 atmosfer (atm) sehingga :

1 atm = 76 cmHg

Tekanan udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Tekanan ini berkurang 1mmHg setiap kenaikan 10 m dari permukaan laut. Dengan kata lain, setiap kenaikan 100 m terjadi pengurangan sebesar 1cmHg. Hal ini dirumuskan sebagai berikut :

h = (76−�

0,1 ) x 100 meter Keterangan:

h = ketinggian tempat dari atas permukaan laut (m) x = tekanan tempat dari atas permukaan laut (cmHg)

(47)

35

Kemudian Bagaimana hubungan antara tekanan gas dalam ruang tertutup dengan volume gas tersebut pada suhu tetap? Berdasarkan percobaan Robert Boyle pada percobaan manometer logam dengan memompakan gas dengan volume tertentu didapatkan hasil bahwa “

hasil kali antara tekanan dan volume gas dalam ruang tertutup adalah tetap”. Pernyataan tersebut dikenal dengan hukum Boyle secara

matematis dirumuskan :

(48)

36

III. METODE PENELITIAN

A. Setting Pengembangan

Metode penelitian yang digunakan adalah reseacrh and development atau penelitian pengembangan. Pengembangan yang dilakukan berupa

pembuatan buku saku berbasis literasi sains pada materi energi, pesawat sederhana dan tekanan untuk tingkat SMP/MTs. Buku saku yang dikembangkan dapat digunakan sendiri oleh siswa ataupun dengan

bimbingan guru. Subjek evaluasi terdiri atas uji ahli materi, uji ahli desain, uji kelompok kecil dan uji efektifitas. Uji ahli materi dilakukan oleh ahli bidang isi materi untuk mengevaluasi isi materi pembelajaran pada buku saku berbasis literasi sains, dan uji ahli dilakukan oleh ahli desain untuk mengevaluasi desain buku saku berbasis literasi sains. Uji kelompok kecil dilakukan pada 10 orang siswa untuk mengetahui tingkat kemenarikan dan kemanfaatan buku saku yang diciptakan. Selanjutnya uji efektifitas, dilakukan pada siswa kelas VIIIB SMP Negeri 1 Gedongtataan yang bertujuan untuk mengetahui keefektifan buku saku dalam pembelajaran.

B. Prosedur Pengembangan

Penelitian pengembangan ini menggunakan metode penelitian

(49)

37

memuat langkah-langkah penelitian pengembangan yang bertujuan untuk menghasilkan produk. Model pengembangan ini meliputi delapan prosedur meliputi : (1) analisis kebutuhan dan karakteristik siswa, (2) Perumusan tujuan pembelajaran, (3) perumusan butir-butir materi, (4) penyusunan instrumen evaluasi, (5) menulis naskah/draf media, (6) melakukan validasi ahli (7) melakukan uji coba dan revisi, (8) mencetak naskah produksi. Secara umum prosedur pengembangan alat peraga dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut :

Gambar 3.2 Prosedur Pengembangan Buku Saku

1. Analisis Kebutuhan dan Karakteristik Siswa

Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengumpulkan berbagai informasi khususnya apa yang dibutuhkan siswa di dalam pembelajaran yang berkaitan dengan pengembangan buku saku IPA terpadu berbasis literasi sains untuk siswa SMP.

(50)

38

2. Merumuskan Tujuan Pembelajaran

Setelah dilakukan analisis kebutuhan, maka langkah selanjutnya merumuskan tujuan pembelajaran. Suatu pembelajaran pasti memiliki tujuan yang akan dicapai. Tujuan pembelajaran yang baik haruslah jelas, bisa diukur dan operasional. Tujuan pembelajaran ini akan dijadikan acuan dalam pembuatan buku saku berbasis literasi sains yaitu agar siswa lebih memahami konsep sains dan mengkaitkannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Perumusan Butir-Butir Materi

Perumusan butir-butir materi harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. Materi pokok yang dikembangkan buku saku ini adalah Usaha, Energi, Daya, Pesawat Sederhana, dan Tekanan. Materi ini disusun berdasarkan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pembelajaran dan tujuan pembelajaran.

4. Penyusunan Instrumen Evaluasi

Langkah berikutnya setelah butir materi dirumuskan adalah penyusunan instrumen evaluasi. Instrumen ini dilakukan untuk mengukur pencapaian pembelajaran, apakah tujuan sudah sesuai atau tidak. Instrumen evaluasi ini disesuaikan dengan kompetensi yang diukur, yaitu meliputi

(51)

39

5. Menulis Naskah Media/Draft Media

Naskah/Draft digunakan sebagai gambaran sehingga tujuan pembelajaran dan materi ajar sesuai dengan media yang akan dibuat, sehingga media yang dibuat sesuai dengan keperluan.

6. Melakukan Validasi Ahli

Setiap naskah/draft media pembelajaran yang sudah selesai disusun, sebaiknya divalidasi oleh tim ahli sebelum uji coba lapangan. Validasi ahli dilakukan sebelum melakukan uji coba lapangan. Validasi ahli terdiri validasi mengenai kesesuaian desain dan kesesuaian materi yang ada dengan produk yang dikembangkan. Validasi ahli ini dilakukan oleh dua orang dosen P. MIPA

7. Melakukan Uji Coba/Tes dan Revisi

Produk yang sudah selesai dibuat selanjutnya diujicobakan dalam kegiatan pembelajaran. Uji coba ini dimaksudkan untuk melihat apakah media pembelajaran yang dibuat itu efektif atau tidak. Uji coba yang digunakan melalui 2 tahap, yaitu :

a. Uji Kelompok Kecil

(52)

40

b. Uji Efektifitas

Pada uji ini dilakukan kepada seluruh siswa kelas VIIIB. Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui kemampuan siswa dan keefektifan buku saku dalam pembelajaran.

8. Mencetak Naskah Produksi

Hasil uji coba lapangan dijadikan sebagai dasar dalam merevisi produk dan penyempurnaan media yang akan dibuat, sehingga bisa menghasilkan produk akhir yang siap digunakan untuk di sekolah.

C. Teknik Pengumpulan Data

(53)

41

Desain penelitian One-Shot Case Study. Gambar dari desain yang digunakan adalah sebagai berikut :

Gambar 3.2 One-Shot Case Study

(Meredith D, 2003: 385) Keterangan : X = Treatment, penggunaan buku saku

O = Hasil belajar siswa

Tes ini dilakukan oleh satu kelas yaitu siswa kelas VIIIB SMP Negeri 1 Gedongtataan, pada tahap ini siswa menggunakan buku saku sebagai sumber sekaligus media pembelajaran, kemudian siswa diberi soal posttest. Hasil posttest kemudian dianalisis ketercapaiannya tujuan pembelajaran sesuai dengan nilai KKM yang harus terpenuhi.

D. Teknik Analisis Data

Data hasil analisis kebutuhan yang diperoleh dari guru dan siswa

digunakan untuk menyusun latar belakang dan tingkat kebutuhan produk pengembangan. Data kesesuaian desain dan materi pada produk yang dikembangkan diperoleh dari ahli materi dan ahli desain melalui uji

validasi ahli. Data kesesuaian tersebut untuk mengetahui tingkat kelayakan produk yang dihasilkan dan digunakan sebagai media pembelajaran. Data kemenarikan produk dan kemanfaatan produk diperoleh dari evaluasi lapangan kepada siswa secara langsung. Sedangkan data hasil belajar diperoleh melalui tes setelah menggunakan produk untuk menentukan

(54)

42

apakah produk yang dikembangkan sudah efektif digunakan sebagai media pembelajaran.

Data kemenarikan produk diperoleh dari siswa pada tahap uji coba lapangan. Lembar observasi memiliki 4 pilihan jawaban yang sesuai dengan konten pertanyaan, yaitu : “tidak menarik”,”cukup

menarik”,”menarik”, dan “sangat menarik”. Kemudian pada lembar

observasi untuk memperoleh data kemanfaatan produk memiliki 4 pilihan jawaban, yaitu : “tidak membantu”,”cukup membantu”,”membantu” dan

“sangat membantu”. Masing-masing dari pilihan jawaban memiliki skor yang berbeda. Skor penilaian tiap jawaban dapat dilihat dalam Tabel 3.1

Tabel 3.1. Skor Penilaian Uji Lapangan

Uji Kemenarikan Uji Kemanfaatan Skor

Sangat Menarik Sangat Membantu 4

Menarik Membantu 3

Cukup Menarik Cukup Membantu 2

Tidak Menarik Tidak Membantu 1

Penilaian instrumen total dilakukan dari jumlah skor yang diperoleh kemudian dibagi dengan jumlah total skor dan hasilnya dikali dengan banyaknya pilihan jawaban. Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban sehingga penilaian dapat dicari dengan menggunakan rumus :

� � = �ℎ � �

�ℎ � �� × 4

Hasil dari penillaian kemudian dicari rata-ratanya dari sejumlah subjek sampel uji coba yang dikonversikan ke pernyataan penilaian untuk

(55)

43

konversi ini diperoleh dengan melakukan analisis secara deskriptif terhadap skor penilaian yang diperoleh. Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini dapat dilihat dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Konversi Skor penilaian menjadi pernyataan nilai kualitas Skor Penilaian Rerata Skor Klasifikasi

4 3,26 - 4,00 Sangat baik

3 2,51 - 3,25 Baik

2 1,76 - 2,50 Kurang Baik

1 1,01 - 1,75 Tidak Baik

Sumber : Suyanto (2009: 227)

Sedangkan untuk data hasil tes digunakan nilai Kriteria Ketuntasan

(56)

60

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Kesimpulan penelitian pengembangan ini adalah :

1. Dihasilkan buku saku IPA Terpadu sebagai media pembelajaran berbasis literasi sains yang telah teruji dan layak untuk digunakan.

2. Buku saku IPA Terpadu berbasis literasi sains yang dihasilkan teruji efektif digunakan sebagai media pembelajaran berdasarkan hasil uji coba lapangan yang dilakukan terhadap siswa kelas VIIIB di SMP Negeri 1 Gedongtataan yaitu dinyatakan efektif dengan persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 84,21%.

B. Saran

Saran penelitian pengembangan ini adalah :

1. Hendaknya dalam membelajarkan IPA Terpadu tidak hanya menggunakan satu sumber belajar tetapi bisa menggunakan buku saku IPA Terpadu berbasis literasi sains yang telah dikembangkan oleh penulis agar dapat membantu siswa untuk lebih memahami konsep pelajaran IPA.

(57)

61

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Adisendjaja, Yusuf Hilmi. 10 Oktober 2010. Analisis Buku Ajar Biologi SMA Kelas X Di Kota Bandung Berdasarkan Literasi Sains. Diakses 14 November 2012 dari http://www.scribd.com/doc

Asyhar, Rayanda. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press Jakarta.

Borg. D. Walter, Joyce P. Gall and Meredith D. Gall. 2003. Educational Reseacrh An Intoduction. Boston: Pearson education, Inc.

Fauziah, Annisa.2012. Upaya Meningkatkan Keterampilan Bicara Siswa SMP dengan Model ASSURE. Diakses 9 Januari 2013 dari http://repository.upi.edu/

Hendriyani, Yeni. September 2009. Pengaruh Pembelajaran IPA Terpadu Terhadap Pengembangan Literasi Sains Siswa. Diakses 14 November 2012 dari

http://mgmpipadepok.files.wordpress.com//

Hermawan, Agung. 2011. Perbandingan Penerapan Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Dengan Pembelajaran Direct Instructions (DI) Terhadap Literasi Sains Siswa SMP. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung,

Kementrian Pendidikan Nasional. 2012. Pedoman penulisan buku ajar. Diakses 30 November 2012 dari

http://pusbangprodik.org/wp-content/uploads/2012/06/Pedoman-Penulisan-Buku-Ajar-PNF_Buku-Kecil.pdf Masudin. 26 Maret 2011. Literasi Sains dan Aspek Pengukurannya. Diakses 14

November 2012 dari http://utlebaksiu.wordpress.com/

Novianti, Sri Devi.2012. Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP. Diakses 16 November 2012 dari http://repository.upi.edu/

Nurbaeti, Isna.30 September 2009. Penggunaan Skenario Baru Asesmen Kinerja Dalam Menilai Literasi Sains Siswa Pada Pembelajaran Konsep Pencemaran Lingkungan. Diakses 16 November 2012 dari http://repository.upi.edu/

(59)

Smaldino, Sharon.E, dkk. 2011. Instructional Technology & Media For Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Susilana, Rudi, & Cepi Riyana. 2007. Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

Suyanto, Eko. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika Siswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan Keterampilan Proses Untuk SMA Negeri 3 Bandarlampung. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2009. Lampung: Unila

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan untuk menunjukan arah angin menggunakan sensor rotary encoder yaitu suatu sensor digital yang keluarannya berupa bit-bit digital sehingga mampu memenunjukan

Penutupan terumbu karang hidup di pulau ini pada umumnya berada dalam kondisi sedang(kurang bagus) dengan rata-rata penutupan sebesar 35,58% dan penutupan

Skripsi dengan judul Tinjauan Hukum Pidana Islam terhadap Pencurian yang Dilakukan oleh Orang Penyandang Disabilitas (Studi Putusan Pengadilan Negeri Surabaya

The concept of social community multimedia e-learning sites had to be visualized to obtain a better understanding of the concept, so that a physical model can be built based on

Sedangkan berdasarkan hasil analisis selisih diketahui bahwa antara anggaran dan realisasi terdapat selisih merugikan sebesar Rp 10.820.902,7 atau 3,19% yang disebabkan oleh

Kondisi ini makin diperparah ketika kredit debitur sudah masuk ke kolektibilitas 5 (macet). BPR SAN Bandarejo Simpang Empat sudah melakukan upaya-upaya untuk

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan mengenai peran agent of change pada komunitas masyarakat sadar lingkungan atau My Darling dalam meingkatkan

Berdasarkan masalah, tujuan, dan hasil penelitian yang dilakukan serta pembahasan dapat dikemukakan bahwa: proses pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan