• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI GURU TERHADAP PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI GURU DI SMA NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI GURU TERHADAP PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI GURU DI SMA NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERSEPSI GURU TERHADAP PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI GURU DI SMA NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh

NEVITA SAFUTRI WARGANEGARA

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis dan menjelaskan tentang Persepsi Guru Terhadap Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) Di SMA Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung 2012. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah 50 guru SMA Negeri 3 Bandar Lampung. Teknik pokok pengumpulan data menggunakan angket dan teknik analisis data menggunakan persentase.

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, diketahui bahwa persepsi guru terhadap pelaksanaan UKG di SMA Negeri 3 Bandar Lampung pada aspek pengalaman guru yaitu terdapat 29 guru (58%) masuk dalam kategori cukup baik. Persepsi guru terhadap pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) dalam aspek pendapat guru masuk pada kategori cukup baik yaitu sebanyak 26 Guru (52%). Persepsi Guru Terhadap Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) pada aspek pengetahuan guru adalah sebanyak 23 guru (46%) masuk pada kategori baik.

Dengan demikinan dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan UKG yang dilakukan untuk pemetaan kompetensi dan sebagai dasar kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan berjalan cukup baik. Namun masih perlu disadari bahwa Uji Kompetensi Guru (UKG) belum berjalan dengan lancar dan masih terdapat beberapa kendala diantaranya, redaksi soal yang menggunakan kata yang berbelit dan sulit dimengerti serta dari sisi konten soal banyak yang terlalu tinggi, pada soal kompetensi sosial terdapat ketidaksesuaian antara pertanyaan soal dan jawaban serta kurangnya sosialisasi yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung serta kurangnya koordinasi dan tanggungjawab dari organisasi pelaksana dan panitia pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) Tahun Pelajaran 2012/2013.

(2)

PERSEPSI GURU TERHADAP PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI GURU DI SMA NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

NEVITA SAFUTRI WARGANEGARA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Pada

Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

PERSEPSI GURU TERHADAP PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI GURU DI SMA NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(Skripsi)

Oleh

NEVITA SAFUTRI WARGANEGARA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

DAFTAR ISI

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Pembatasan Masalah ... 11

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 13

1. Ruang Lingkup Ilmu ... 13

3. Proses Terbentuknya Persepsi ... 19

(5)

2. Persepsi Bersifat Selektif ... 19

10. Guru Sebagai Pembaharu (innovator) ... 29

11. Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas ... 29

12. Guru Sebagai Emansipator ... 30

13. Guru Sebagai Evaluator... 30

14. Guru Sebagai Kulminator ... 31

6. Kriteria Guru Yang Baik ... 32

7. Tinjauan Umum Uji Kompetensi Guru ... 35

a. Dasar Hukum Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) Tahun 2012 ... 35

8. Pengertian Uji Kompetensi Guru... 36

9. Kompetensi Guru ... 39

C. Variabel Penelitian, Definisi Konseptual, dan Definisi Operasional Variabel... 51

1.Variabel Penelitian ... 51

2. Definisi Konseptual Variabel ... 51

3. Definisi Operasional Variabel ... 52

D. Rencana Pengukuran Variabel ... 53

E. Teknik Pengumpulan Data ... 54

F. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 56

(6)

2. Reliabilitas ... 56

G. Teknik Analisis Data ... 58

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Langkah – Langkah Penelitian ... 60

1. Persiapan Pengajuan Judul ... 60

2. Penelitian Pendahuluan ... 60

3. Pengajuan Rencana Penelitian ... 61

4. Pelaksanaan Penelitian ... 62

a. Persiapan Administrasi ... 62

b. Penyusunan Alat Pengumpul Data ... 62

B. Pelaksanaan Uji Coba Angket ... 63

1. Analisis Validitas Angket ... 63

2. Analisis Reliabilitas Angket ... 63

C. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 67

1. Profil SMA Negeri 3 Bandar Lampung ... 67

2. Keadaan Dan Potensi Sekolah ... 70

A. Sejarah Singkat SMAN 3 Bandar Lampung ... 70

B. Keadaan Sekolah ... 72

1. Sarana dan Prasarana... 72

C. Personil Sekolah ... 74

1. Persepsi Guru Terhadap Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) Pada Aspek Pengalaman Guru... 95

2. Persepsi Guru Terhadap Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG)Pada Aspek Pendapat Guru ... 97

3. Persepsi Guru Terhadap Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG)Pada Aspek Pengetahuan Guru ... 99

1. Kompetensi Pedagogik ... 100

2. Kompetensi Kepribadian ... 100

3. Kompetensi Sosial ... 101

4. Kompetensi Profesional ... 102

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ... 103

B. SARAN ... 105 DAFTAR PUSTAKA

(7)

DAFTAR BAGAN

Bagan Kerangka Pikir ... 49

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Penelitian Pendahuluan 2. Surat Izin Penelitian

3. Surat Keterangan Pengantar Dekan

4. Surat Keterangan Balasan dari SMA Perintis 2 Bandar Lampung 5. Kisi-kisi Angket

6. Angket

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Nama-Nama Guru SMAN 3 Bandar Lampung Yang Tidak Lulus

Dalam Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru ... 8

Tabel 2. Distribusi Hasil Uji Coba Angket Persepsi Guru Terhadap Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) di SMA Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 Pada 10 Responden di Luar Responden Untuk Item Ganjil (X) ... 64

Tabel 3. Distribusi Hasil Uji Coba Angket Persepsi Guru Terhadap Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) di SMA Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 Pada 10 Responden di Luar Responden Untuk Item Genap (Y) ... 65

Tabel 4. Tabel Kerja Antara Item Ganjil (X) dengan Item Genap (Y) ... 65

Tabel 5. Kepala Sekolah SMAN 3 Bandar Lampung ... 71

Tabel 6. Keadaan Gedung Sekolah SMA Negeri 3 Bandar Lampung ... 73

Tabel 7. Data Tenaga Guru SMA Negeri 3 Bandar Lampung ... 74

Tabel 8. Rekapitulasi Keadaan Guru ... 75

Tabel 9. Guru dan Kebutuhan Guru menurut status Kepegawaian Tiap Mata Pelajaran Yang Diajarakan ... 76

Tabel 10. Karyawan Tata Usaha dan Pegawai Honorer ... 77

Tabel 11. Jumlah Peserta Didik Tahun 2007 ... 77

Tabel 12. Prestasi Akademik TP. 2006/2007 ... 78

Tabel 13. Prestasi Non Akademik ... 78

(10)

Tabel 15. Distribusi Frekuensi Persepsi Guru Terhadap Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru di SMA Negeri 3 Bandar Lampung

Tahun Pelajaran 2012/2013 Pada Aspek Pengalaman Guru ... 82 Tabel 16. Distribusi Skor Hasil Angket dari Persepsi Guru Terhadap

Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru di SMA Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 Pada Aspek

Pengalaman Guru ... 83 Tabel 17. Distribusi Skor Angket dari Persepsi Guru Terhadap Pelaksanaan

Uji Kompetensi Guru (UKG) Pada Aspek Pendapat Guru ... 85 Tabel 18. Distribusi Frekuensi Persepsi Guru Terhadap Pelaksanaan Uji

Kompetensi Guru (UKG) di SMA Negeri 3 Bandar Lampung

Tahun Pelajaran 2012/2013 Pada Aspek Pendapat Guru ... 87 Tabel 19. Distribusi Skor Hasil Angket dari Persepsi Guru Terhadap

Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) di SMA Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 Pada Aspek

Pendapat Guru ... 88

Tabel 20. Distribusi skor angket dari persepsi guru terhadap pelaksanaan

Uji Kompetensi Guru (UKG) Pada Aspek Pengetahuan Guru ... 90 Tabel 21. Distribusi Frekuensi Persepsi Guru Terhadap Pelaksanaan

Uji Kompetensi Guru (UKG) di SMA Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 Pada Aspek

Pengetahuan Guru... 92 Tabel 22. Distribusi Skor Hasil Angket dari Persepsi Guru Terhadap

Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) di SMA Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 Pada Aspek

(11)
(12)

Motto

Dan Mintalah Pertolongan Kepada Allah SWT,

Dengan Cara Sabar dan Shalat

(Q.S Al-Baqarah: 45)

Senyum,Salam,Sapa,Syukur,Sabar,Sopan,Santun,Semangat,Sukses

dan Surga

(Nevita Safutri Warganegara)

Lakukan Hal Yang Dapat Kau Lakukan Pada Hari Ini Tanpa

Menunggu Hari Esok Tiba.

(Nevita Safutri Warganegara)

(13)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Berchah Pitoewas, M.H. ……….

Sekretaris : Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd. ………...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Holilulloh, M.Si. ……….

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(14)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, adalah:

Nama : Nevita Safutri Warganegara NPM : 0853032027

Prodi/ Jurusan : PPKn/ Pendidikan IPS

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Februari 2013

(15)

Persembahan

Berlandaskan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia dan hidayah-Nya, yang telah menghadirkan banyak warna dalam penyelesaian

skripsi ini. Selanjutnya karya kecil sederhana ini saya dedikasikan sebagai tanda bakti dan cinta kepada:

Kedua orangtuaku tercinta papi dan mami,

Nasrul Yan Helmi Warganegara dan Evi Mastuti Sanjaya yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi serta

semangat untuk keberhasilanku.

Adikku Tersayang, Ridho Oktaviansyah Warganegara yang selalu mendoakan dan menanti keberhasilanku.

Seluruh Keluarga besarku terkasih yang telah menantikan dan mendoakan keberhasilanku.

Seluruh guru-guruku dan dosen-dosenku tercinta yang telah mengarahkan dan membimbingku.

Sahabat-sahabatku yang tetap kompak dalam kebersamaan mencapai masa depan yang sukses.

Seluruh teman- teman angkatan 2008 yang selalu bersama dalam suka duka.

(16)

Judul Skripsi : PERSEPSI GURU TERHADAP PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI GURU DI SMA NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Nama Mahasiswa : Nevita Safutri Warganegara

No. Pokok Mahasiswa : 0853032027

Jurusan : Pendidikan IPS

Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Berchah Pitoewas, M.H. Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd.

NIP 196112141993031001 NIP 198207272006041002

2. Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan IPS Ketua Program Studi PPKn

Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si. Drs. Holilulloh, M.Si

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Nevita Safutri Warganegara dilahirkan di

Bandar Lampung, pada 03 Januari 1991 yang merupakan putri

pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Nasrul Yan

Helmi Warganegara dan Ibu Evi Mastuti Sanjaya.

Penulis menyelesaikan pendidikan yang pertama pada jenjang Taman

Kanak-Kanak di TK. Kartini Bandar Lampung pada tahun 1996, sekolah dasar di SDN 2

Rawalaut (teladan) diselesaikan pada tahun 2002, sekolah menengah pertama di

SMP Negeri 9 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2005, dan sekolah

menengah atas di SMA Negeri 3 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2008.

Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan

Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas

(18)

SANWACANA

Assalamu’alaikumwarohmatullahiwabarokatu.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

Rahmat dan Hidayahnya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudulPersepsi Guru Terhadap Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru Di SMA

Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi ini disusun

sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Dalam penulisan ini, peneliti banyak menghadapi kesulitan hingga menuju tahap

penyelesaian. Berkat bimbingan, saran serta bantuan baik moral maupun spiritual

serta arahan dan motivasi dari berbagai pihak, segala kesulitan dapat terlewati

dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada

Bapak Drs. Berchah Pitoewas, M.H. selaku Pembimbing I sekaligus Pembimbing

Akademik dan Bapak Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd. selaku Pembimbing II yang

telah memberikan pengarahan,bimbingan serta masukan dan saran kepada penulis.

Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Hi.Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S. selaku Pembantu Dekan I Fakultas

(19)

3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si. selaku Pembantu Dekan II Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Hi.Iskandar Syah, M.H. selaku Pembantu Dekan III Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu

Pendidikan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lampung.

6. Bapak Drs. Holilulloh, M.Si. selaku Ketua Program Studi PKn Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sekaligus Pembahas

I, terima kasih atas saran dan kritikannya kepada penulis.

7. Ibu Yunisca Nurmalisa, S.Pd.,M.Pd. selaku Pembahas II, terimakasih atas

masukan,saran dan kritikannya kepada penulis.

8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lampung, khususnya Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan.

9. Ibu Dra. Hj. Rospardewi, M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 3

Bandar Lampung yang telah memberi izin penelitian dan atas segala

bantuan yang diberikan kepada penulis.

10.Bapak dan Ibu guruku serta staf di SMA Negeri 3 Bandar Lampung yang

telah membantu dalam penelitianku ini, terimakasih telah memberikan

ilmu yang bermanfaat dan mengantarkanku hingga meneruskan

pendidikan ke perguruan tinggi.

11.Teristimewa untuk keduaorang tuaku tercinta, papi dan mami yang selalu

bekerja keras untuk keberhasilanku dan senantiasa memberikan doa dan

(20)

12.Adikku tercinta Ridho Oktaviansyah Warganegara yang saat ini masih

menduduki bangku sekolah menengah pertama jadilah kebanggaan untuk

keluarga.

13.Untuk sitiku tercinta Hj. Setiyana Aziz yang masih menantikan

keberhasilanku, untuk almarhum sidi-sidiku tercinta Hi. Abdul Aziz

Warganegara dan A. Ghofar Sanjaya, untuk almarhumah sitiku tercinta Hj.

Djannatiah terima kasih atas kasih sayang yang kalian berikan sejak kecil

sampai saat ini dan kenangan-kenangan kecil yang indah.

14.Seluruh keluarga besarku,baik dari keluarga besar papi dan juga keluarga

besar mami yang telah menanti keberhasilanku.

15.Sahabat-sahabat terbaikku Ria Andayani, Dessy Rosalinda, Ayu

Rachmatami Amelia, Junia Vamela, Yuni Martha Nainggolan, Agustinus

Tampubolon, Desy Restiana, Mira Dasnawati, Yunita Aryani, Tri Ambar

Sari, Putri Nurul Fajri Rodja, Anggraini Suwinda, Ariyandi Kurniawan,

terima kasih sahabat-sahabatku atas semua perhatian,dukungan dan doa

yang kalian berikan untukku. Semangat,canda,tawa dan sedih yang kita

lewati bersama-sama.

16.Sahabat-sahabat KKN dan PPL Desa Mataram Marga Kec. Sukadana.

Sagita Markawira, Yeni Widi Astuti, Leni Puspita, Meita Sekar Sari,

Anggraini Agfar, Wita Asiyah, Oktaria Nawala, Nurul Oktavia Ningrum

JS, Fitri H, Aditya Murdani, Harvin Saputra dan Hanriki Dongoran,

semoga masa-masa indah kita saat kita bersama dulu dapat terus terukir

(21)

17.Sahabat-sahabat sekolahku di SDN 2 Rawalaut (teladan),SMP Negeri 9

Bandar Lampung dan SMA Negeri 3 Bandar Lampung yang tidak dapat

disebutkan satu persatu. Terimakasih selalu mendoakan dan menanti

keberhasilanku.

18.Teman-teman seperjuangan Pkn 2008 Regular dan Mandiri yang telah

memberikan canda tawa,duka dan sukacita.

19.Semua pihak yang telah banyak membantu baik secara langsung dan tidak

langsung yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dalam penyelesaian

skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi

penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat

bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Februari 2013 Penulis,

(22)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

UU No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional

menjelaskan bahwa fungsi pendidikan di Negara Indonesia berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab.

Menurut Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 pasal

13 tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Hamzah (2009:9) “menambahkan bahwa pendidikan adalah proses

pemberdayaan, yang diharapkan mampu memberdayakan peserta didik

(23)

2

manusia terdidik. Pemberdayaan siswa, misalnya dilakukan melalui proses

belajar, proses latihan, proses memperoleh pengalaman, atau melalui kegiatan

lainnya”.

Melalui proses belajar mereka diharapkan memperoleh pengalaman

memecahkan masalah, pengalaman etos kerja, dan ketuntasan bekerja dengan

hasil yang baik. Melalui proses belajar, mereka juga diharapkan memperoleh

pengalaman mengembangkan potensi mereka serta melakukan pekerjaan

dengan baik, dan mampu bekerja sama dalam kemandirian.

Bupati Lampung Timur dalam Rakyat Lampung (Kamis,1 November 2012 hal.

8 ) “menerangkan bahwa peranan guru dalam proses pembelajaran sangat

penting dalam membentuk karakter generasi muda yang bekerja secara

sungguh-sungguh untuk membangun sistem pengajaran yang inovatif, kreatif,

aktif dan melibatkan komunikasi dua arah antara guru dengan peserta didik”.

Selain itu, guru perlu meningkatkan kompetensi diri secara berkesinambungan,

baik kompetensi pedagogik, kepribadian sosial maupun profesional.

Guru sebagai profesi menyandang persyaratan tertentu sebagaimana tertuang di

dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen dalam

Pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa guru adalah pendidik professional dengan

tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Persyaratan di atas menjelaskan bahwa guru yang secara sadar bertanggung

(24)

3

merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian

khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar

bidang pendidikan. Walaupun pada kenyataannya masih terdapat hal-hal

tersebut di luar bidang kependidikan.

Profesionalisme berkembang sesuai dengan kemajuan masyarakat modern. Hal

ini menuntut beraneka ragam spesialisasi yang sangat diperlukan dalam

masyarakat yang semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai

saai ini masih banyak diperbincangkan, baik di kalangan pendidikan maupun di

luar pendidikan. Kendatipun berbagai pandangan tentang masalah tersebut

telah banyak dikemukakan oleh pakar pendidikan, namun satu yang sudah pasti

bahwa masyarakat merasakan perlunya suatu lembaga pendidikan guru.

Lembaga pendidikan guru yang khusus mempersiapkan tenaga guru yang

terdidik dan terlatih dengan baik. Implikasi dari gagasan tersebut ialah

perlunya dikembangkan program pendidikan guru yang serasi dan

memudahkan pembentukan guru yang berkualifikasi professional, serta dapat

dilaksanakan secara efisien dalam kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia.

Kariman dalam Hamzah (2009:18) menambahkan bahwa “profesionalisme

seorang guru merupakan suatu keharusan dalam mewujudkan sekolah berbasis

pengetahuan, yaitu pemahaman tentang pembelajaran, kurikulum, dan

perkembangan manusia termasuk gaya belajar”. Pengertian ini menjelaskan

pada umumnya di sekolah-sekolah yang memiliki guru dengan kompetensi

(25)

4

menggantikan cara mengajar di mana guru hanya berbicara dan peserta didik

hanya mendengarkan.

Masalah kompetensi professional guru merupakan salah satu dari kompetensi

yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang pendidikan apapun. Setiap

guru profesional harus memenuhi syarat sebagai manusia yang bertanggung

jawab dalam bidang pendidikan, tetapi di pihak lain juga mengemban sejumlah

tanggung jawab dalam bidang pendidikan.

Guru selaku pendidik bertanggung jawab mewariskan nilai-nilai dan

norma-norma kepada generasi muda sehingga terjadi proses konservasi nilai, bahkan

melalui proses pendidikan diusahakan terciptanya nilai-nilai baru. Dalam hal

ini, pendidik berfungsi mencipta, memodifikasi dan mengkonstruksi nilai-nilai

baru.

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 40

dinyatakan bahwa Pendidik dan tenaga kependidikan berhak memperoleh :

pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas; kesempatan

menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk menunjang

kelancaran pelaksanaan tugas. Selanjutnya Bafadal dalam Musfah

(2011:10-11) menambahkan bahwa peningkatan kemampuan profesional guru dapat

dikelompokkan menjadi dua macam pembinaan. Pertama, pembinaan

kemampuan pegawai melalui supervisi pendidikan, program sertifikasi, dan

tugas belajar. Kedua, pembinaan komitmen pegawai melalui pembinaan

(26)

5

Pembinaan di atas sangat dibutuhkan oleh guru. Guru membutuhkan pelatihan

profesional untuk menambah wawasan dan meningkatkan keterampilan

mereka. Pelatihan itu akan lebih bermanfaat jika guru memiliki semangat

belajar seumur hidup. Semangat belajar harus melekat dalam diri setiap guru

sehingga ia kaya ilmu dan terampil.

Sejalan dengan kebijakan pemerintah, melalui UU No.14 Tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen, Pasal 7 mengamanatkan bahwa pemberdayaan profesi guru

diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis,

berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi

hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan

kode etik profesi. Disamping itu, guru berkewajiban meningkatkan dan

mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan

sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

Oleh karena itu, pemerintah dalam pernyataan Mendikbud M.Nuh (Lampung

Post, Kamis, 31 Juli 2012 hal.19) menyatakan bahwa dalam rangka pemetaan

kompetensi dan sebagai dasar kegiatan pengembangan keprofesian

berkelanjutan maka pemerintah melaksanakan suatu program pelaksanaan Uji

Kompetensi Guru (UKG).

Uji Kompetensi Guru (UKG) merupakan sarana pembinaan bagi guru dalam

meningkatkan kompetensi dan kualitas guru. Dalam perspektif kebijakan

nasional, pemerintah telah merumuskan empat jenis kompetensi guru,

(27)

6

2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu kompetensi pedagogis,

kepribadian, sosial dan profesional.

Guru diharapkan dapat menjalankan tugasnya secara profesional dengan

memiliki dan menguasai empat kompetensi tersebut. Kompetensi yang harus

dimiliki pendidik itu sungguh sangat ideal sebagaimana tergambar dalam

peraturan pemerintah tersebut. Karena itu guru harus selalu belajar dengan

tekun di sela-sela menjalankan tugasnya. Menjadi guru professional bukan

pekerjaan yang mudah namun guru perlu belajar mencapai komptensi tersebut

guna mencapai tujuan pendidikan nasional.

Pelaksanaan UKG yang dilaksanakan pada bulan Juli oleh Dinas Pendidikan

dan LPMP (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan) di masing—masing

daerah banyak menemukan kendala yang dinilai sebagai bentuk ketidaksiapan

pemerintah sebagai penyelenggara. Hal ini juga terjadi di Kota Bandar

Lampung pada tanggal 30 Juli 2012 yang lalu. Berdasarkan penuturan

Suprihatin, Ketua Forum Martabat Guru Indonesia (FMGI) Kota Bandar

Lampung di Rubrik “Pendidikan” (Lampung Post, 31 Juli 2012) menyatakan

bahwa pada pelaksanaan hari pertama UKG di Bandar Lampung yang

berlangsung kemarin (30-7), beberapa guru termasuk dirinya batal mengikuti

UKG lantaran ketidaksikronan jadwal yang disosialisasikan antara Dinas

Pendidikan dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP).

Fakta di atas membuktikan bahwa pelaksanaan Uji Komptensi Guru perlu

mendapatkan perhatian serius serta kematangan pada pelaksanaan proses dan

(28)

7

kualitas guru dan mutu pendidikan di Indonesia. Selain itu, pelaksanaan UKG

berdasarkan fakta bahwa sebanyak 8.261 guru SD tak lulus UKG tahap 1 yang

diikuti oleh 31.960 peserta.

Ketua Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung Djuariati

(Lampung Post, Kamis, 31 Juli 2012 hal.19) menyatakan bahwa pelaksanaan

UKG dilaksanakan secara online dan seluruh peserta UKG akan dikelompokkan berdasarkan nilai dan diikutsertakan dalam Pendidikan Latihan

(Diklat). Peserta yang memperoleh nilai di bawah 50 akan diikutsertakan

dalam diklat dasar. Peserta dengan nilai 50-75 diikutsertakan dalam diklat

lanjutan dan kemudian peserta yang memperoleh nilai 75-100 akan

diikutsertakan dalam diklat pengembangan . Materi yang diberikan pada

tiap-tiap diklat berbeda, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan peserta didik.

Berdasarkan masalah di atas, maka peneliti ingin mengetahui dan menganalisis

pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) di Provinsi Lampung khususnya di

SMAN 3 Bandar Lampung karena hampir dari seluruh guru yang menjadi

peserta Uji Kompetensi Guru (UKG) di SMAN 3 Bandar Lampung tidak lulus.

Untuk mengetahui nama serta jumlah guru yang tidak lulus dapat di lihat pada

(29)

8

Tabel.1. Daftar Nama-Nama Guru SMAN 3 Bandar Lampung Yang Tidak Lulus Dalam Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru

No Nama Guru Bidang studi

1. Dra.Hj.Rospardewi,MM.Pd Bhs.Inggris/Kepsek

2. Drs.Hi.Maksum Matematika

3 Dra. Damriani Fisika

4 Sri Sukaesih,S.Pd Matematika

5 Dra. Hj.Budiwati Sani Kimia

6 Drs.Amir Syarifuddin Geografi

7 Drs. Budiono Pribadi,M.Pd Bhs.Indonesia

8 Drs. Dasmin Bimbingan Konseling

9 Dra.Suryatini Sejarah

10 Dra.Hj.Hartini Ekonomi

11 Dra.Indhiyati Sejarah

12 Dra.Hj.Nurbaiti PKn

13 Dra.Pentasti Bintari Kimia

14 Drs.Edward Hidayat,MM Bhs.Inggris

15 Dra.Hendrawati PKn

16 Dra. Yenny AR Geografi

17 Siti Noercholies,S.Pd Bhs.Inggris

18 Endra lely,S.Pd Ekonomi

19 Antara Sirait,S.Pd Matematika

20 K Ginting,S.Pd Biologi

21 Dra.Murni Serapa Bimb.Konseling

(30)

9

23 Dra.Hj.Marhamah Asnawi PKn

24 Djoko Priyanto,S.Pd Biologi

25 Susilowati,S.Pd Ekonomi

26 Dra.Yuniati,M.Pd PKn

27 Drs.Sartinem Fisika

28 Triaswatiningsih,S.Pd Sejarah

29 Dra.Muslicha Sosiologi

30 Arif Santoso,S.Pd Fisika

31 I Wayan Gatru,S.Pd Matematika

32 Dra.Hj Dewi Dalena Kimia

33 Wiwin Wiati,S.Pd Sosiologi

34 Drs.Yohanes DN Biologi

35 Endah Winarni,S.Pd Kimia

36 Zulkifli ,S.Pd Bhs.Indonesia

37 Drs.Syaifuddin Olahraga KES

38 Euis Waliah,S.Pd Fisika

39 Dra.Hestuti Utami Bimb.Konseling

40 Dra.Melyana Geografi

41 Iyan Ibrani,S.Pd Matematika

42 Zainal Abidin,S.Pd Fisika

43 Devi Perdinasari,S.Pd Kimia

44 Fera Novrizawati,S.Pd Fisika

(31)

10

46 Diana Ruswandari,S.Pd Sosiologi

47 Parida Sinambela,S.Pd Matematika

48 Darmayanti,S.Pd TIK

49 Rulisa Deltriana,S.Pd Bhs.Indonesia

50 Amrina,S.Pd Biologi

Sumber: Data SMAN 3 Bandar Lampung

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa guru di SMAN 3

Bandar Lampung masih banyak kendala atau persoalan yang berkaitan dengan

pelaksanaan Uji Kompetensi Guru di Kota Bandar Lampung. Secara umum

permasalahan tersebut meliputi soal yang disajikan kurang dapat dipahami

terutama pada bagian pedagogik, serta ketidaksesuaian antara pertanyaan soal

dan jawaban yang disediakan.

Berdasarkan dari uraian di atas, maka peneliti untuk menganalisis penelitian

tentang Persepsi Guru SMAN 3 Bandar Lampung Terhadap Pelaksanaan Uji

Kompetensi Guru (UKG) Yang Dilakukan Oleh Dinas Pendidikan Kota Bandar

Lampung 2012.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka dapat

diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut :

1. Persepsi Guru terhadap pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) yang

dilakukan Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung

2. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan Uji

(32)

11

3. Fungsi pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) dalam meningkatkan

mutu pendidikan

4. Pengaruh pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) dalam meningkatkan

kualitas guru

C.Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan kajian permasalahan, dan lebih sistematis serta

terfokusnya penelitian, maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah

Persepsi Guru SMAN 3 Bandar Lampung Terhadap Pelaksanaan Uji

Kompetensi Guru (UKG) Yang Dilakukan Oleh Dinas Pendidikan Kota

Bandar Lampung 2012.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan sebagai berikut:

“Bagaimanakah Persepsi Guru SMAN 3 Bandar Lampung Terhadap

Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) Yang Dilakukan Oleh Dinas

Pendidikan Kota Bandar Lampung 2012?”.

E.Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan menganalisis tentang

Persepsi Guru SMAN 3 Bandar Lampung Terhadap Pelaksanaan Uji

Kompetensi Guru (UKG) Yang Dilakukan Oleh Dinas Pendidikan Kota

(33)

12

2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis

Penelitian teoritis ini berguna untuk mengembangkan konsep-konsep

pendidikan khususnya Ilmu Pendidikan, khususnya masalah hak dan

kewajiban guru dalam melakukan tugas sebagai guru melalui Uji

Kompetensi Guru (UKG) yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kota

Bandar Lampung.

b.Kegunaan Praktis

1. Sebagai informasi bagi Guru dan pihak sekolah SMAN 3 Bandar

Lampung dalam meningkatkan kompetensi guru melalui UJi

Kompetensi Guru (UKG).

2. Meningkatkan kompetensi guru yang berkaitan dengan ilmu pendidikan

yang mengkaji upaya-upaya dinas pendidikan dalam melakukan

peningkatan kualitas guru melalui Uji Kompetensi Guru (UKG).

3. Sebagai bahan masukan bagi dinas pendidikan agar dijadikan hasil

penelitian dalam meningkatkan kompetensi guru di Kota Bandar

(34)

13

F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Ilmu

Ruang lingkup penelitian ini adalah ruang lingkup pendidikan khususnya

pendidikan kewarganegaraan, karena mengkaji tentang masalah hak dan

kewajiban guru dalam melakukan tugas sebagai guru melalui Uji

Kompetensi Guru (UKG) yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kota

Bandar Lampung.

2. Ruang Lingkup Objek

Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah Persepsi Guru SMAN 3

Bandar Lampung.

3. Ruang Lingkup Subjek

Ruang lingkup subjek dalam penelitian ini adalah Guru SMAN 3 Bandar

Lampung Tahun 2012.

4. Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah penelitian ini dilaksanakan di SMAN 3 Bandar

Lampung.

5. Ruang Lingkup Waktu

Pelaksanaan penelitian ini dimulai pada bulan Oktober 2012 sampai Januari

2013 dan sejak dikeluarkannya surat izin penelitian pendahuluan oleh

(35)

14

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis

1. Tinjauan Umum Persepsi

Persepsi merupakan sebuah pemahaman dan pengetahuan mengenai suatu

hal. Manusia seringkali memiliki persepsi yang berbeda antara individu

yang satu dan individu lainnya. Dalam setiap permasalahan yang timbul

dalam kehidupan sosial maupun non sosial, manusia secara tidak sadar

telah memberikan persepsi pada permasalahan tersebut.

Menurut Sobur (2003:445) secara etimologis, “persepsi berasal berasal dari

kata perception (Inggris) berasal dari bahasa latin perception; dari percipare yang artinya menerima atau mengambil. Pengertian ini menjelaskan bahwa ada sebuah respon yang dapat diterima dan diambil

oleh manusia saat ia memberikan sebuah persepsi mengenai sesuatu”.

Menurut kamus lengkap psikologi, persepsi dalam Chaplin (2006: 35)

adalah:

(1) Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera,

(2) Kesadaran dari proses-proses organis,

(3) (Titchener) satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman di masa lalu,

(36)

15

(5) kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang serta merta mengenai sesuatu .

Pendapat di atas mengenai pengertian persepsi dijelaskan bahwa persepsi

merupakan proses mengetahui atau menyadari dalam menyampaikan

tanggapan mengenai kebenaran maupun sebaliknya mengenai sesuatu

yang diperoleh berdasarkan pengalaman, kemampuan serta pengideraan

yang dilakukan oleh manusia. Persepsi merupakan bagian dari stimulus

respon manusia terhadap suatu hal yang merangsang kinerja pengetahuan

mereka dalam menyadari suatu permasalahan baik setuju maupu tidak

setuju.

Wikipedia menjelaskan bahwa persepsi adalah sebuah proses saat

individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka

guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Perilaku individu

seringkali didasarkan pada persepsi mereka tentang kenyataan, bukan

pada kenyataan itu sendiri. Proses persepsi diartikan oleh Wikipedia

sebagai sebuah proses diatur oleh individu itu sendiri dalam

menterjemahkan atau mengartikan dan menyampaikan suatu pesan yang

telah ia ketahui kepada orang lain dan didasari pada kenyataan yang ia

alami bukan pada kenyataan yang ada.

Pendapat Wikipedia di atas, didukung oleh pendapat Desiderato dalam

Rakhmat yang menjelaskan bahwa persepsi muncul akibat hubungan

antara pengalaman serta kesan-kesan yang kemudian ditafsirkan sendiri

(37)

16

Definisi persepsi yang diberikan oleh Desiderato dalam Rakhmat

(1996:51) adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli

inderawi (sensory stimuli). Hubungan dengan persepsi sudah jelas.

Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan

makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga

atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori.

Persepsi yang dimiliki oleh seseorang tentu akan berbeda dengan persepsi

orang yang lain. Hal ini disebabkan karena tingkat pengetahuan,

pengalaman serta penafsiran seseorang terhadap suatu hal bias saja

berbeda, misalnya, persepsi orang dalam menafsirkan suatu benda

contohnya handphone. Ada yang menjelaskan bahwa handphone digunakan untuk menelpon, tapi ada yang bilang bahwa handphone dapat

digunakan untuk membuka jaringan internet atau untuk bermain game

dan lain sebagainya. Hal ini membuktikan bahwa persepsi seseorang

terhadap suatu hal dapat didasari oleh pengalaman, penafsiran serta

pengetahuan mereka terhadap hal tersebut namun secara umum fungsi

dan kegunaan dari benda atau hal tersebut menyimpulkan pada

kesimpulan yang sama yaitu misalnya handphone sebagai alat komunikasi.

Berdasarkan pendapat di atas, maka penulis menjelaskan bahwa persepsi

adalah proses terorganisasinya pengalaman, pengetahuan, penafsiran serta

(38)

17

rangsangan informasi atau komunikasi kepada orang lain melalui

stimulus indera itu sendiri.

2. Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Walgito (2003:55) agar stimulus dapat dipersepsi, maka stimulus

harus cukup kuat, stimulus harus melampaui ambang batas stimulus, yaitu

kekuatan stimulus yang minimal tetapi sudah dapat menimbulkan

kesadaran, sudah dapat dipersepsi oleh individu.

Menurut Krech dan Crutchfield (1975) dalam Rakhmat (1994: 55-59)

faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dapat dikategorikan menjadi:

1. Faktor fungsional

Faktor fungsional dihasilkan dari kebutuhan, kegembiraan (suasana hati),

pelayanan, dan pengalaman masa lalu seseorang individu. Faktor

kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal lain yang termasuk dalam faktor

personal yang menentukan persepsi bukan jenis atau stimulant tetapi

karakteristik seseorang yang memberikan respon pada stimulan itu.

2. Faktor-faktor struktural

Faktor-faktor struktural berarti bahwa faktor-faktor tersebut timbul atau

dihasilkan dari bentuk stimuli dan efek-efek netral yang ditimbulkan dari

sistem syaraf individu yang meliputi :

a. Kemampuan berpikir

b. Daya tangkap duniawi

(39)

18

3. Faktor-faktor situasional

Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal. Petunjuk

proksemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah, petunjuk paralinguistik

adalah beberapa dari faktor situasional yang mempengaruhi persepsi.

4. Faktor personal

Faktor personal ini terdiri atas pengalaman, motivasi dan kepribadian.

Sholeh (2009:128) menjelaskan persepsi lebih bersifat psikologis daripada

merupakan proses penginderaan saja maka ada beberapa faktor yang

mempengaruhi:

1. Perhatian yang selektif, individu memusatkan perhatiannya pada

rangsang-rangsang tertentu saja.

2. Ciri-ciri rangsang, rangsang yang bergerak di antara rangsang yang

diam akan lebih menarik perhatian.

3. Nilai dan kebutuhan individu

4. Pengalaman dahulu, pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi

bagaimana seseorang mempersepsi dunianya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dapat berupa suasana hati

(mood), sistem dan pertukaran zat dalam tubuh, pengalaman, nilai-nilai

yang dianut oleh individu yang bersangkutan, serta bentuk-bentuk

(40)

19

3. Proses Terbentuknya Persepsi

Manusia secara umum menerima informasi dari lingkungan lewat proses

yang sama, oleh karena itu dalam memahami persepsi harus ada proses

dimana ada informasi yang diperoleh lewat memory organisme yang

hidup. Fakta ini memudahkan peningkatan persepsi individu, adanya

stimulus yang mempengaruhi individu yang mencetus suatu pengalaman

dari organisme, sehingga timbul berpikir yang dalam proses perceptual merupakan proses yang paling tinggi.

Menurut Mulyana (2005) persepsi sosial adalah proses menangkap arti

obyek-obyek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam

lingkungan kita. Manusia bersifat emosional, sehingga penilaian terhadap

mereka mengandung resiko. Setiap orang memiliki gambaran yang

berbeda mengenai realitas di sekelilingnya. Prinsip penting yang menjadi

pembenaran mengenai persepsi sosial adalah :

1. Persepsi berdasarkan pengalaman Pola-pola perilaku manusia

berdasarkan persepsi mereka mengenai realitas (social) yang telah

dipelajari (pengalaman). Ketiadaan pengalaman terdahulu dalam

menghadapi suatu obyek jelas akan membuat seseorang

menafsirkan obyek tersebut berdasarkan dugaan semata, atau

pengalaman yang mirip.

2. Persepsi bersifat selektif Alat indera kita bersifat lemah dan

selektif (selective attention). Apa yang menjadi perhatian kita lolos

(41)

20

melihat apa yang kita lihat, kita mendengar apa yang ingin kita

dengar. Atensi kita pada suatu rangsangan merupakan faktor utama

yang menentukan selektivitas kita atas rangsangan tersebut.

Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian

stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli

lainnya melemah.

3. Persepsi bersifat dugaan Oleh karena data yang kita peroleh

mengenai objek lewat penginderaan tidak pernah lengkap, persepsi

merupakan loncatan langsung pada kesimpulan. Seperti proses

seleksi, langkah ini dianggap perlu karena kita tidak mungkin

memperoleh seperangkat rincian yanng lengkap kelima indera kita.

Proses persepsi yang bersifat dugaan itu memungkinkan kita

menafsirkan suatu objek dengan makna yang lebih lengkap dari

suatu sudut pandang manapun. Dengan demikian, persepsi juga

adalah suatu proses pengorganisasian informasi yang tersedia,

menempatkan rincian yang kita ketahui dalam suatu skema

organisasional tertentu yang memungkinkan kita memperoleh

suatu makna lebih umum.

4. Persepsi bersifat evaluatif Tidak ada persepsi yang bersifat

obyektif, karena masing-masing melakukan interpretasi

berdasarkan pengalaman masa lalu dan kepentingannya. Persepsi

adalah suatu proses kognitif psikologis yang mencerminkan sikap,

kepercayaan, nilai dan pengharapan persepsi bersifat pribadi dan

(42)

21

5. Persepsi bersifat kontekstual Konteks merupakan salah satu

pengaruh paling kuat. Konteks yang melingkungi kita ketika kita

melihat seseorang, suatu objek atau suatu kejadian sangat

mempengaruhi struktur kogniif, pengharapan dan oleh karenanya

juga persepsi kita. Interpretasi makna dalam konteksnya adalah

suatu faktor penting dalam memahami komunikasi dan hubungan

sosial. Struktur objek atau kejadian berdasarkan prinsip kemiripan

atau kedekatan dan kelengkapan.

(http://perawatpskiatri.blogspot.com/2009/04/persepsi.html

didownload pada tanggal 14 November 2012 pukul 5:18)

4. Pengertian Guru

Hamzah (2009:15) menjelaskan bahwa guru adalah orang dewasa yang

secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan

membimbing peserta didik. Orang yang disebut guru adalah orang yang

memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu

menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada

akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari

proses pendidikan.

Peran guru dalam proses pembelajaran di kelas sangat penting dalam

membina, membimbing siswa dengan menggunakan berbagai metode,

teknik serta strategi yang menarik bagi siswa. Guru merupakan orang yang

memfasilitator siswa agar dapat melewati proses pembelajaran di kelas

(43)

22

Pengertian guru dalam Surat Edaran (SE) Mendikbud dan Kepala BAKN

No. 57686)/MPK/1989 menyatakan bahwa “guru adalah pegawai negeri

sipil (PNS) yang diberi tugas, wewenang dan tanggungjawab oleh pejabat

yang berwenang untuk melaksanakan pendidikan di sekolah”. Sehingga

pengertian pendidikan tersebut pada akhirnya menyangkut semua aspek

kecerdasan.

Guru merupakan pendidik professional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar dan pendidikan menengah (UU tentang Guru dan Dosen,

Bab I Pasal 1 ayat 1). Dari pengertian di atas jelas bahwa guru itu memiliki

peranan yang strategis dan merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai

tujuan kelembagaan sekolah, karena guru adalah pengelola kegiatan

belajar mengajar bagi para siswanya. Kegiatan belajar mengajar akan

efektif apabila tersedia guru yang sesuai dengan kebutuhan sekolah baik

jumlah, kualifikasi maupun bidang keahliannya.

Pengertian selanjutnya mengenai definisi guru menurut Djamarah (2000:

36) menjelaskan bahwa:

pengertian guru adalah figur seorang pemimpin. Guru adalah arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Guru bertugas mempersiapkan manusia susila yang cakap yang dapat diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa dan negara.

Pengertian di atas menjelaskan bahwa guru sebagai contoh yang ditiru

(44)

23

siswa. Guru harus mampu membimbing, mendidik dan memberikan

contoh yang baik guna perkembangan moral siswa menuju cita-cita yang

diharapkan dalam mencapai tujuan nasional pendidikan Indonesia.

Guru harus dapat menempatkan diri sebagai orang tua kedua, dengan

mengemban tugas yang dipercayakan oleh orang tua anak didik dalam

jangka waktu tertentu. Untuk itu pemahaman terhadap jiwa dan watak

anak didik diperlukan agar dapat dengan mudah memahami jiwa dan

watak anak didik. Begitulah tugas guru sebagai orang tua kedua, setelah

orang tua anak didik di dalam keluarga di rumah. Selanjutnya,

Ametembun (1994 :33) mengemukakan bahwa “Guru adalah semua orang

yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan

murid-murid, baik secara individual maupun klasikal, baik di sekolah maupun

luar sekolah”. Ini berarti bahwa seorang guru, minimal harus memiliki

dasar-dasar kompetensi sebagai wewenang dan kemampuan dalam

menjalankan tugas. Berdasarkan uraian di atas, dapatlah dipahami bahwa

kompetensi guru merupakan suatu kemampuan yang mutlak dimiliki oleh

seorang guru, baik dari segi pengetahuan, keterampilan dan kemampuan

serta tanggung jawab terhadap murid-murid yang di asuhnya,sehingga

tugasnya sebagai seorang pendidik dapat terlaksana dengan baik

Berdasarkan pendapat dan pengertian di atas, maka penulis menarik

kesimpulan mengenai pengertian guru adalah seseorang yang memiliki

tanggung jawab dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik sehingga memiliki watak

(45)

24

mengembangkan kreativitas dan inovatif baru sesuai dengan kemampuan

dan bakatnya masing-masing.

5. Peran dan Fungsi Guru

Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang

peranguru yang harus dilakoni. Peran guru (Perawat.2009.Persepsi.

Http://perawatpskiatri.blogspot.com. Diunduh pada tanggal 14 November

2012) yang beragam telah diidentifikasi dan dikaji oleh Pullias dan Young

(1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997). Adapun

peran-peran tersebut adalah sebagai berikut :

1. Guru Sebagai Pendidik

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi

para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus

memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab,

wibawa, mandiri dan disiplin. Peran guru sebagai pendidik (nurturer)

berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak

untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti

penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa

yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan

keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga,

pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh

karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru

(46)

25

aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan

norma-norma yang ada.

2. Guru Sebagai Pengajar

Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam kegiatan belajar

peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti motivasi,

kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal,

tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam

berkomunikasi. Jika faktor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui

pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik. Guru harus berusaha

membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil dalam

memecahkan masalah.

Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam

pembelajaran, yaitu : Membuat ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis,

Mensintesis, Bertanya, Merespon, Mendengarkan, Menciptakan

kepercayaan, Memberikan pandangan yang bervariasi, Menyediakan

media untuk mengkaji materi standar, Menyesuaikan metode

pembelajaran, Memberikan nada perasaan.

Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus

senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat

(47)

26

3. Guru Sebagai Pembimbing

Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan

pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran

perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut

fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan

spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Sebagai pembimbing perjalanan,

guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan empat hal

berikut.

Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi

kompetensi yang hendak dicapai. Kedua, guru harus melihat keterlibatan

peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta

didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah,

tetapi mereka harus terlibat secara psikologis.Ketiga, guru harus

memaknai kegiatan belajar.Keempat, guru harus melaksanakan penilaian.

4. Guru sebagai Pemimpin

Guru diharapkan mempunyai kepribadian dan ilmu pengetahuan. Guru

menjadi pemimpin bagi peserta didiknya. Ia akan menjadi imam.

5. Guru sebagai pengelola pembelajaran

Guru harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran. Selain itu

(48)

27

agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak

ketinggalan jaman.

6. Guru Sebagai Model dan Teladan

Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua

orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang

besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang,

apalagi ditolak. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan

guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar

lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Ada

beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru : Sikap dasar, Bicara dan

gaya bicara, Kebiasaan bekerja, Sikap melalui pengalaman dan kesalahan,

Pakaian, Hubungan kemanusiaan, Proses berfikir, Perilaku neurotis,

Selera, Keputusan, Kesehatan, Gaya hidup secara umum

Perilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik

harus berani mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri. Guru yang

baik adalah yang menyadari kesenjangan antara apa yang diinginkan

dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian menyadari kesalahan ketika

memang bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa dan

berusaha untuk tidak mengulanginya.

7. Sebagai anggota masyarakat

Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang

(49)

28

yang sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada

bidang-bidang dikuasainya. Guru perlu juga memiliki kemampuan untuk

berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara lain melalui

kegiatan olah raga, keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus

dimiliki, sebab kalau tidak pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat

yang bersangkutan kurang bisa diterima oleh masyarakat.

8. Guru sebagai administrator

Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga

sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Guru akan

dihadapkan pada berbagai tugas administrasi di sekolah. Oleh karena itu

seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala

pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu

diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti

membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya

merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan

tugasnya dengan baik.

9. Guru Sebagai Penasehat

Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua,

meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan

dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang.

Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat

(50)

29

menyadari perannya sebagai orang kepercayaan dan penasihat secara lebih

mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan

mental.

10. Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)

Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan

yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang

dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain, demikian

halnya pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak daripada nenek

kita. Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada

jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan

diwujudkan dalam pendidikan.

Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang

berharga ini kedalam istilah atau bahasa moderen yang akan diterima oleh

peserta didik. Sebagai jembatan antara generasi tua dan genearasi muda,

yang juga penerjemah pengalaman, guru harus menjadi pribadi yang

terdidik.

11. Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas

Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan

guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses

kreatifitas tersebut. Kreatifitas merupakan sesuatu yang bersifat universal

dan merupakan cirri aspek dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas

(51)

30

ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk

menciptakan sesuatu.

Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara

yang lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan

menilaianya bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara

rutin saja. Kreativitas menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh

guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya.

12. Guru Sebagai Emansipator

Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta didik,

menghormati setiap insan dan menyadari bahwa kebanyakan insan

merupakan “budak” stagnasi kebudayaan. Guru mengetahui bahwa

pengalaman, pengakuan dan dorongan seringkali membebaskan peserta

didik dari “self image” yang tidak menyenangkan, kebodohan dan dari

perasaan tertolak dan rendah diri. Guru telah melaksanakan peran sebagai

emansipator ketika peserta didik yang dicampakkan secara moril dan

mengalami berbagai kesulitan dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang

percaya diri.

13. Guru Sebagai Evaluator

Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling

kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta

variable lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks

(52)

31

Teknik apapun yang dipilih, dalam penilaian harus dilakukan dengan

prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan

dan tindak lanjut.

14. Guru Sebagai Kulminator

Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari

awal hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangannya peserta didik akan

melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta

didik bisa mengetahui kemajuan belajarnya. Di sini peran kulminator

terpadu dengan peran sebagai evaluator.

Guru sejatinya adalah seorang pribadi yang harus serba bisa dan serba

tahu. Serta mampu mentransferkan kebisaan dan pengetahuan pada

muridnya dengan cara yang sesuai dengan perkembangan dan potensi anak

didik.

Begitu banyak peran yang harus diemban oleh seorang guru. Peran yang

begitu berat dipikul di pundak guru hendaknya tidak menjadikan calon

guru mundur dari tugas mulia tersebut. Peran-peran tersebut harus menjadi

tantangan dan motivasi bagi calon guru. Dia harus menyadari bahwa di

masyarakat harus ada yang menjalani peran guru. Bila tidak, maka suatu

masyarakat tidak akan terbangun dengan utuh. Penuh ketimpangan dan

(53)

32

6. Kriteria Guru Yang Baik

Gilbert H. Hunt dalam bukunya Effective Teaching menyatakan bahwa

“guru yang baik itu harus memenuhi tujuh kriteria” (Hunt, 1999:15-16)

yaitu :

1. Sifat. Guru yang baik harus memiliki sifat-sifat antusias, stimulatif, mendorong siswa untuk maju, hangat, berorientasi pada tugas dan

bekerja keras, toleran, sopan, bijaksana dan bisa dipercaya, fleksibel

dan mudah menyesuaikan diri, demokratis, penuh harapan bagi murid,

tidak semata-mata mencari reputasi pribadi, mampu mengatasi

stereotipe murid, bertanggung jawab terhadap kegiatan belajar murid, mampu menyampaikan perasaannya dan memiliki pendengaran yang

baik.

2. Pengetahuan. Guru yang baik memiliki pengetahuan yang memadai dalam mata pelajaran yang diampunya dan terus mengikuti kemajuan

dalam bidang ilmunya itu.

3. Apa yang disampaikan. Guru yang baik juga memberi jaminan bahwa materi yang disampaikannya mencakup semua unit bahasan yang

diharapkan siswa secara maksimal.

4. Bagaimana mengajar. Guru yang baik menjelaskan berbagai informasi secara jelas dan terang, memberi layanan yang variatif, menciptakan

dan memelihara momentum, mendorong siswa untuk berpartisipasi,

memonitor dan bahkan sering mendatangi siswa, menghindari

kesukaran yang kompleks dengan menyederhanakan sajian informasi,

(54)

33

5. Harapan. Guru yang baik mampu memberi harapan pada murid-murid nya, membuat murid akuntabel dan mendorong pertisipasi orang tua

dalam memajukan kemampuan akademik muridnya.

6. Reaksi guru terhadap murid. Guru yang baik biasa menerima berbagai masukan, resiko dan tantangan, selalu memberikan dukungan pada

muridnya, bijaksana terhadap kritik murid, menyesuaikan dengan

kemajuan-kemajuan murid.

7. Managemen. Guru yang baik juga harus mampu menunjukkan keahlian dalam perencanaan, mengorganisasi kelas, mampu

memelihara waktu bekerja serta menggunakannya secara efisien dan

konsisten.

Sementara itu dengan mengadaptasi teori Peter G. Beidler dalam buku

Inspiring Teaching yang diedit oleh John K. Roth, terdapat 10 kriteria guru yang baik (Beidler, 1999:3-10) yaitu :

1. Seorang guru yang baik harus benar-benar berkeinginan untuk

menjadi guru yang baik, harus mencoba dan terus mencoba.

2. Seorang guru yang baik berani mengambil resiko. Mereka berani

menyusun tujuan yang sangat muluk, lalu mereka berjuang untuk

mencapainya.

3. Seorang guru yang baik memiliki sikap positif. Tidak boleh sinis

dengan pekerjaannya. Mereka harus bangga dengan profesinya

sebagai guru.

4. Seorang guru yang baik selalu tidak punya waktu yang cukup.

(55)

34

hampir tidak punya waktu untuk bersantai. Waktunya habis untuk

memberikan pelayanan terbaik bagi murid-muridnya.

5. Guru yang baik berpikir bahwa mengajar adalah sebuah tugas

menjadi orang tua murid yaitu bahwa guru punya tanggung jawab

terhadap murid sama dengan tanggung jawab orang tua terhadap

putra-putranya sendiri dalam batas-batas kompetensi keguruan

yakni guru punya otoritas untuk mengarahkan muridnya sesuai

basis kemampuannya.

7. Guru yang baik harus selalu mencoba membuat muridnya percaya

diri, karena tidak semua murid memiliki rasa percaya diri yang

seimbang dengan profesinya.

8. Guru yang baik juga selalu membuat posisi tidak seimbang antara

murid dengan dirinya, yakni dia selalu menciptakan jarak antara

kemampuannya dengan kemampuan muridnya, sehingga mereka

senantiasa sadar bahwa perjalanan menggapai kompetensinya

masih panjang dan membuat mereka terus berusaha untuk

menutupi berbagai kelemahannya dengan melakukan berbagai

kegiatan dan menambah pengalaman keilmuan.

9. Seorang guru yang baik selalu mencoba memotivasi

murid-muridnya untuk hidup mandiri, lebih independen.

10.Seorang guru yang baik tidak percaya penuh dengan terhadap

evaluasi yang diberikan muridnya, karena evaluasi mereka

terhadap gurunya tidak bisa obyektif. Walaupun

(56)

35

sepenuhnya harus dijadikan patokan untuk mengukur kinerja

keguruan.

11.Seorang guru yang baik senantiasa aspiratif mendengarkan dengan

bijak permintaan-permintaan murid-muridnya, kritik, serta

berbagai saran yang mereka sampaikan.

7. Tinjauan Umum Uji Kompetensi Guru

a. Dasar Hukum Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) Tahun 2012

Dasar hukum yang digunakan sebagai acuan pelaksanaan UKG adalah

sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru

5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang

Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

6. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan

Angka Kreditnya;

7. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan

(57)

36

tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka

Kreditnya;

8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 tentang

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka

Kredit.

9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36 Tahun 2010 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan Nasional.

8. Pengertian Uji Kompetensi Guru

Komptensi dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa Inggris,

competence yang berarti kecakapan dan kemampuan. Musfah (2011: 27) kompetensi adalah kumpulan pengetahuan , perilaku, dan keterampilan

yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan

pendidikan. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan

belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar.

Menurut Mulyasa dalam Musfah (2011: 27), “kompetensi guru merupakan

perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial dan

spiritual yang secara kafah membentuk kompetensi standar profesi guru

yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik,

pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalitas”.

Profesionalisme seorang guru merupakan suatu keharusan dalam

mewujudkan sekolah berbasis pengetahuan, yaitu pemahaman tentang

Gambar

Tabel.1. Daftar Nama-Nama Guru SMAN 3 Bandar Lampung Yang Tidak Lulus Dalam  Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru

Referensi

Dokumen terkait

Pada Tabel 3 ditunjukkan SNR dan kapasitas kanal dari sistem dengan masing-masing kombinasi channel coding , teknik modulasi, dan skema MIMO saat pengguna bergerak dengan

 /kustik akti* stik akti* merupakan men merupakan mengukur jarak dan ara gukur jarak dan arah dari objek yang d h dari objek yang dideteksi dan ideteksi dan relati*nya

Maka dalam hal ini penulis melakukan sebuah penelitian, dengan meneliti guru dan murid dalam proses belajar-mengajar yang dilakukan di sekolah Chandra Kusuma School,

Sistem lampu merupakan bagian utama dan komponen terpenting dari kontruksi rangkaian lampu LED pemikat ikan, oleh karena itu banyak pertimbangan yang harus

kompetensi dan lingkungan kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas pelayanan masyarakat, maka disarankan agar Dinas Kependudukan dan Pencatatan

bahwa untuk lebih memberikan kesempatan kepada kabupaten/kota dalam optimalisasi pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan Perikanan dalam