ABSTRAK
PERSEPSI GURU TERHADAP PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI GURU DI SMA NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh
NEVITA SAFUTRI WARGANEGARA
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis dan menjelaskan tentang Persepsi Guru Terhadap Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) Di SMA Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung 2012. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah 50 guru SMA Negeri 3 Bandar Lampung. Teknik pokok pengumpulan data menggunakan angket dan teknik analisis data menggunakan persentase.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, diketahui bahwa persepsi guru terhadap pelaksanaan UKG di SMA Negeri 3 Bandar Lampung pada aspek pengalaman guru yaitu terdapat 29 guru (58%) masuk dalam kategori cukup baik. Persepsi guru terhadap pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) dalam aspek pendapat guru masuk pada kategori cukup baik yaitu sebanyak 26 Guru (52%). Persepsi Guru Terhadap Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) pada aspek pengetahuan guru adalah sebanyak 23 guru (46%) masuk pada kategori baik.
Dengan demikinan dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan UKG yang dilakukan untuk pemetaan kompetensi dan sebagai dasar kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan berjalan cukup baik. Namun masih perlu disadari bahwa Uji Kompetensi Guru (UKG) belum berjalan dengan lancar dan masih terdapat beberapa kendala diantaranya, redaksi soal yang menggunakan kata yang berbelit dan sulit dimengerti serta dari sisi konten soal banyak yang terlalu tinggi, pada soal kompetensi sosial terdapat ketidaksesuaian antara pertanyaan soal dan jawaban serta kurangnya sosialisasi yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung serta kurangnya koordinasi dan tanggungjawab dari organisasi pelaksana dan panitia pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) Tahun Pelajaran 2012/2013.
PERSEPSI GURU TERHADAP PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI GURU DI SMA NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh
NEVITA SAFUTRI WARGANEGARA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Pada
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PERSEPSI GURU TERHADAP PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI GURU DI SMA NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
(Skripsi)
Oleh
NEVITA SAFUTRI WARGANEGARA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR ISI
B. Identifikasi Masalah ... 10
C. Pembatasan Masalah ... 11
G. Ruang Lingkup Penelitian ... 13
1. Ruang Lingkup Ilmu ... 13
3. Proses Terbentuknya Persepsi ... 19
2. Persepsi Bersifat Selektif ... 19
10. Guru Sebagai Pembaharu (innovator) ... 29
11. Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas ... 29
12. Guru Sebagai Emansipator ... 30
13. Guru Sebagai Evaluator... 30
14. Guru Sebagai Kulminator ... 31
6. Kriteria Guru Yang Baik ... 32
7. Tinjauan Umum Uji Kompetensi Guru ... 35
a. Dasar Hukum Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) Tahun 2012 ... 35
8. Pengertian Uji Kompetensi Guru... 36
9. Kompetensi Guru ... 39
C. Variabel Penelitian, Definisi Konseptual, dan Definisi Operasional Variabel... 51
1.Variabel Penelitian ... 51
2. Definisi Konseptual Variabel ... 51
3. Definisi Operasional Variabel ... 52
D. Rencana Pengukuran Variabel ... 53
E. Teknik Pengumpulan Data ... 54
F. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 56
2. Reliabilitas ... 56
G. Teknik Analisis Data ... 58
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Langkah – Langkah Penelitian ... 60
1. Persiapan Pengajuan Judul ... 60
2. Penelitian Pendahuluan ... 60
3. Pengajuan Rencana Penelitian ... 61
4. Pelaksanaan Penelitian ... 62
a. Persiapan Administrasi ... 62
b. Penyusunan Alat Pengumpul Data ... 62
B. Pelaksanaan Uji Coba Angket ... 63
1. Analisis Validitas Angket ... 63
2. Analisis Reliabilitas Angket ... 63
C. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 67
1. Profil SMA Negeri 3 Bandar Lampung ... 67
2. Keadaan Dan Potensi Sekolah ... 70
A. Sejarah Singkat SMAN 3 Bandar Lampung ... 70
B. Keadaan Sekolah ... 72
1. Sarana dan Prasarana... 72
C. Personil Sekolah ... 74
1. Persepsi Guru Terhadap Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) Pada Aspek Pengalaman Guru... 95
2. Persepsi Guru Terhadap Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG)Pada Aspek Pendapat Guru ... 97
3. Persepsi Guru Terhadap Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG)Pada Aspek Pengetahuan Guru ... 99
1. Kompetensi Pedagogik ... 100
2. Kompetensi Kepribadian ... 100
3. Kompetensi Sosial ... 101
4. Kompetensi Profesional ... 102
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ... 103
B. SARAN ... 105 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR BAGAN
Bagan Kerangka Pikir ... 49
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Penelitian Pendahuluan 2. Surat Izin Penelitian
3. Surat Keterangan Pengantar Dekan
4. Surat Keterangan Balasan dari SMA Perintis 2 Bandar Lampung 5. Kisi-kisi Angket
6. Angket
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Daftar Nama-Nama Guru SMAN 3 Bandar Lampung Yang Tidak Lulus
Dalam Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru ... 8
Tabel 2. Distribusi Hasil Uji Coba Angket Persepsi Guru Terhadap Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) di SMA Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 Pada 10 Responden di Luar Responden Untuk Item Ganjil (X) ... 64
Tabel 3. Distribusi Hasil Uji Coba Angket Persepsi Guru Terhadap Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) di SMA Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 Pada 10 Responden di Luar Responden Untuk Item Genap (Y) ... 65
Tabel 4. Tabel Kerja Antara Item Ganjil (X) dengan Item Genap (Y) ... 65
Tabel 5. Kepala Sekolah SMAN 3 Bandar Lampung ... 71
Tabel 6. Keadaan Gedung Sekolah SMA Negeri 3 Bandar Lampung ... 73
Tabel 7. Data Tenaga Guru SMA Negeri 3 Bandar Lampung ... 74
Tabel 8. Rekapitulasi Keadaan Guru ... 75
Tabel 9. Guru dan Kebutuhan Guru menurut status Kepegawaian Tiap Mata Pelajaran Yang Diajarakan ... 76
Tabel 10. Karyawan Tata Usaha dan Pegawai Honorer ... 77
Tabel 11. Jumlah Peserta Didik Tahun 2007 ... 77
Tabel 12. Prestasi Akademik TP. 2006/2007 ... 78
Tabel 13. Prestasi Non Akademik ... 78
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Persepsi Guru Terhadap Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru di SMA Negeri 3 Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2012/2013 Pada Aspek Pengalaman Guru ... 82 Tabel 16. Distribusi Skor Hasil Angket dari Persepsi Guru Terhadap
Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru di SMA Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 Pada Aspek
Pengalaman Guru ... 83 Tabel 17. Distribusi Skor Angket dari Persepsi Guru Terhadap Pelaksanaan
Uji Kompetensi Guru (UKG) Pada Aspek Pendapat Guru ... 85 Tabel 18. Distribusi Frekuensi Persepsi Guru Terhadap Pelaksanaan Uji
Kompetensi Guru (UKG) di SMA Negeri 3 Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2012/2013 Pada Aspek Pendapat Guru ... 87 Tabel 19. Distribusi Skor Hasil Angket dari Persepsi Guru Terhadap
Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) di SMA Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 Pada Aspek
Pendapat Guru ... 88
Tabel 20. Distribusi skor angket dari persepsi guru terhadap pelaksanaan
Uji Kompetensi Guru (UKG) Pada Aspek Pengetahuan Guru ... 90 Tabel 21. Distribusi Frekuensi Persepsi Guru Terhadap Pelaksanaan
Uji Kompetensi Guru (UKG) di SMA Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 Pada Aspek
Pengetahuan Guru... 92 Tabel 22. Distribusi Skor Hasil Angket dari Persepsi Guru Terhadap
Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) di SMA Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 Pada Aspek
Motto
Dan Mintalah Pertolongan Kepada Allah SWT,
Dengan Cara Sabar dan Shalat
(Q.S Al-Baqarah: 45)
Senyum,Salam,Sapa,Syukur,Sabar,Sopan,Santun,Semangat,Sukses
dan Surga
(Nevita Safutri Warganegara)
Lakukan Hal Yang Dapat Kau Lakukan Pada Hari Ini Tanpa
Menunggu Hari Esok Tiba.
(Nevita Safutri Warganegara)
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. Berchah Pitoewas, M.H. ……….
Sekretaris : Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd. ………...
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Holilulloh, M.Si. ……….
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, adalah:
Nama : Nevita Safutri Warganegara NPM : 0853032027
Prodi/ Jurusan : PPKn/ Pendidikan IPS
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Bandar Lampung, Februari 2013
Persembahan
Berlandaskan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia dan hidayah-Nya, yang telah menghadirkan banyak warna dalam penyelesaian
skripsi ini. Selanjutnya karya kecil sederhana ini saya dedikasikan sebagai tanda bakti dan cinta kepada:
Kedua orangtuaku tercinta papi dan mami,
Nasrul Yan Helmi Warganegara dan Evi Mastuti Sanjaya yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi serta
semangat untuk keberhasilanku.
Adikku Tersayang, Ridho Oktaviansyah Warganegara yang selalu mendoakan dan menanti keberhasilanku.
Seluruh Keluarga besarku terkasih yang telah menantikan dan mendoakan keberhasilanku.
Seluruh guru-guruku dan dosen-dosenku tercinta yang telah mengarahkan dan membimbingku.
Sahabat-sahabatku yang tetap kompak dalam kebersamaan mencapai masa depan yang sukses.
Seluruh teman- teman angkatan 2008 yang selalu bersama dalam suka duka.
Judul Skripsi : PERSEPSI GURU TERHADAP PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI GURU DI SMA NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Nama Mahasiswa : Nevita Safutri Warganegara
No. Pokok Mahasiswa : 0853032027
Jurusan : Pendidikan IPS
Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Berchah Pitoewas, M.H. Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd.
NIP 196112141993031001 NIP 198207272006041002
2. Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan IPS Ketua Program Studi PPKn
Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si. Drs. Holilulloh, M.Si
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Nevita Safutri Warganegara dilahirkan di
Bandar Lampung, pada 03 Januari 1991 yang merupakan putri
pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Nasrul Yan
Helmi Warganegara dan Ibu Evi Mastuti Sanjaya.
Penulis menyelesaikan pendidikan yang pertama pada jenjang Taman
Kanak-Kanak di TK. Kartini Bandar Lampung pada tahun 1996, sekolah dasar di SDN 2
Rawalaut (teladan) diselesaikan pada tahun 2002, sekolah menengah pertama di
SMP Negeri 9 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2005, dan sekolah
menengah atas di SMA Negeri 3 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2008.
Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas
SANWACANA
Assalamu’alaikumwarohmatullahiwabarokatu.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
Rahmat dan Hidayahnya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul“Persepsi Guru Terhadap Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru Di SMA
Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013”. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Dalam penulisan ini, peneliti banyak menghadapi kesulitan hingga menuju tahap
penyelesaian. Berkat bimbingan, saran serta bantuan baik moral maupun spiritual
serta arahan dan motivasi dari berbagai pihak, segala kesulitan dapat terlewati
dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada
Bapak Drs. Berchah Pitoewas, M.H. selaku Pembimbing I sekaligus Pembimbing
Akademik dan Bapak Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd. selaku Pembimbing II yang
telah memberikan pengarahan,bimbingan serta masukan dan saran kepada penulis.
Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Hi.Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S. selaku Pembantu Dekan I Fakultas
3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si. selaku Pembantu Dekan II Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
4. Bapak Drs. Hi.Iskandar Syah, M.H. selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
5. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pendidikan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.
6. Bapak Drs. Holilulloh, M.Si. selaku Ketua Program Studi PKn Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sekaligus Pembahas
I, terima kasih atas saran dan kritikannya kepada penulis.
7. Ibu Yunisca Nurmalisa, S.Pd.,M.Pd. selaku Pembahas II, terimakasih atas
masukan,saran dan kritikannya kepada penulis.
8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung, khususnya Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan.
9. Ibu Dra. Hj. Rospardewi, M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 3
Bandar Lampung yang telah memberi izin penelitian dan atas segala
bantuan yang diberikan kepada penulis.
10.Bapak dan Ibu guruku serta staf di SMA Negeri 3 Bandar Lampung yang
telah membantu dalam penelitianku ini, terimakasih telah memberikan
ilmu yang bermanfaat dan mengantarkanku hingga meneruskan
pendidikan ke perguruan tinggi.
11.Teristimewa untuk keduaorang tuaku tercinta, papi dan mami yang selalu
bekerja keras untuk keberhasilanku dan senantiasa memberikan doa dan
12.Adikku tercinta Ridho Oktaviansyah Warganegara yang saat ini masih
menduduki bangku sekolah menengah pertama jadilah kebanggaan untuk
keluarga.
13.Untuk sitiku tercinta Hj. Setiyana Aziz yang masih menantikan
keberhasilanku, untuk almarhum sidi-sidiku tercinta Hi. Abdul Aziz
Warganegara dan A. Ghofar Sanjaya, untuk almarhumah sitiku tercinta Hj.
Djannatiah terima kasih atas kasih sayang yang kalian berikan sejak kecil
sampai saat ini dan kenangan-kenangan kecil yang indah.
14.Seluruh keluarga besarku,baik dari keluarga besar papi dan juga keluarga
besar mami yang telah menanti keberhasilanku.
15.Sahabat-sahabat terbaikku Ria Andayani, Dessy Rosalinda, Ayu
Rachmatami Amelia, Junia Vamela, Yuni Martha Nainggolan, Agustinus
Tampubolon, Desy Restiana, Mira Dasnawati, Yunita Aryani, Tri Ambar
Sari, Putri Nurul Fajri Rodja, Anggraini Suwinda, Ariyandi Kurniawan,
terima kasih sahabat-sahabatku atas semua perhatian,dukungan dan doa
yang kalian berikan untukku. Semangat,canda,tawa dan sedih yang kita
lewati bersama-sama.
16.Sahabat-sahabat KKN dan PPL Desa Mataram Marga Kec. Sukadana.
Sagita Markawira, Yeni Widi Astuti, Leni Puspita, Meita Sekar Sari,
Anggraini Agfar, Wita Asiyah, Oktaria Nawala, Nurul Oktavia Ningrum
JS, Fitri H, Aditya Murdani, Harvin Saputra dan Hanriki Dongoran,
semoga masa-masa indah kita saat kita bersama dulu dapat terus terukir
17.Sahabat-sahabat sekolahku di SDN 2 Rawalaut (teladan),SMP Negeri 9
Bandar Lampung dan SMA Negeri 3 Bandar Lampung yang tidak dapat
disebutkan satu persatu. Terimakasih selalu mendoakan dan menanti
keberhasilanku.
18.Teman-teman seperjuangan Pkn 2008 Regular dan Mandiri yang telah
memberikan canda tawa,duka dan sukacita.
19.Semua pihak yang telah banyak membantu baik secara langsung dan tidak
langsung yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dalam penyelesaian
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi
penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, Februari 2013 Penulis,
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
UU No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menjelaskan bahwa fungsi pendidikan di Negara Indonesia berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Menurut Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 pasal
13 tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Hamzah (2009:9) “menambahkan bahwa pendidikan adalah proses
pemberdayaan, yang diharapkan mampu memberdayakan peserta didik
2
manusia terdidik. Pemberdayaan siswa, misalnya dilakukan melalui proses
belajar, proses latihan, proses memperoleh pengalaman, atau melalui kegiatan
lainnya”.
Melalui proses belajar mereka diharapkan memperoleh pengalaman
memecahkan masalah, pengalaman etos kerja, dan ketuntasan bekerja dengan
hasil yang baik. Melalui proses belajar, mereka juga diharapkan memperoleh
pengalaman mengembangkan potensi mereka serta melakukan pekerjaan
dengan baik, dan mampu bekerja sama dalam kemandirian.
Bupati Lampung Timur dalam Rakyat Lampung (Kamis,1 November 2012 hal.
8 ) “menerangkan bahwa peranan guru dalam proses pembelajaran sangat
penting dalam membentuk karakter generasi muda yang bekerja secara
sungguh-sungguh untuk membangun sistem pengajaran yang inovatif, kreatif,
aktif dan melibatkan komunikasi dua arah antara guru dengan peserta didik”.
Selain itu, guru perlu meningkatkan kompetensi diri secara berkesinambungan,
baik kompetensi pedagogik, kepribadian sosial maupun profesional.
Guru sebagai profesi menyandang persyaratan tertentu sebagaimana tertuang di
dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen dalam
Pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa guru adalah pendidik professional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Persyaratan di atas menjelaskan bahwa guru yang secara sadar bertanggung
3
merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian
khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar
bidang pendidikan. Walaupun pada kenyataannya masih terdapat hal-hal
tersebut di luar bidang kependidikan.
Profesionalisme berkembang sesuai dengan kemajuan masyarakat modern. Hal
ini menuntut beraneka ragam spesialisasi yang sangat diperlukan dalam
masyarakat yang semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai
saai ini masih banyak diperbincangkan, baik di kalangan pendidikan maupun di
luar pendidikan. Kendatipun berbagai pandangan tentang masalah tersebut
telah banyak dikemukakan oleh pakar pendidikan, namun satu yang sudah pasti
bahwa masyarakat merasakan perlunya suatu lembaga pendidikan guru.
Lembaga pendidikan guru yang khusus mempersiapkan tenaga guru yang
terdidik dan terlatih dengan baik. Implikasi dari gagasan tersebut ialah
perlunya dikembangkan program pendidikan guru yang serasi dan
memudahkan pembentukan guru yang berkualifikasi professional, serta dapat
dilaksanakan secara efisien dalam kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia.
Kariman dalam Hamzah (2009:18) menambahkan bahwa “profesionalisme
seorang guru merupakan suatu keharusan dalam mewujudkan sekolah berbasis
pengetahuan, yaitu pemahaman tentang pembelajaran, kurikulum, dan
perkembangan manusia termasuk gaya belajar”. Pengertian ini menjelaskan
pada umumnya di sekolah-sekolah yang memiliki guru dengan kompetensi
4
menggantikan cara mengajar di mana guru hanya berbicara dan peserta didik
hanya mendengarkan.
Masalah kompetensi professional guru merupakan salah satu dari kompetensi
yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang pendidikan apapun. Setiap
guru profesional harus memenuhi syarat sebagai manusia yang bertanggung
jawab dalam bidang pendidikan, tetapi di pihak lain juga mengemban sejumlah
tanggung jawab dalam bidang pendidikan.
Guru selaku pendidik bertanggung jawab mewariskan nilai-nilai dan
norma-norma kepada generasi muda sehingga terjadi proses konservasi nilai, bahkan
melalui proses pendidikan diusahakan terciptanya nilai-nilai baru. Dalam hal
ini, pendidik berfungsi mencipta, memodifikasi dan mengkonstruksi nilai-nilai
baru.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 40
dinyatakan bahwa Pendidik dan tenaga kependidikan berhak memperoleh :
pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas; kesempatan
menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk menunjang
kelancaran pelaksanaan tugas. Selanjutnya Bafadal dalam Musfah
(2011:10-11) menambahkan bahwa peningkatan kemampuan profesional guru dapat
dikelompokkan menjadi dua macam pembinaan. Pertama, pembinaan
kemampuan pegawai melalui supervisi pendidikan, program sertifikasi, dan
tugas belajar. Kedua, pembinaan komitmen pegawai melalui pembinaan
5
Pembinaan di atas sangat dibutuhkan oleh guru. Guru membutuhkan pelatihan
profesional untuk menambah wawasan dan meningkatkan keterampilan
mereka. Pelatihan itu akan lebih bermanfaat jika guru memiliki semangat
belajar seumur hidup. Semangat belajar harus melekat dalam diri setiap guru
sehingga ia kaya ilmu dan terampil.
Sejalan dengan kebijakan pemerintah, melalui UU No.14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, Pasal 7 mengamanatkan bahwa pemberdayaan profesi guru
diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis,
berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi
hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan
kode etik profesi. Disamping itu, guru berkewajiban meningkatkan dan
mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Oleh karena itu, pemerintah dalam pernyataan Mendikbud M.Nuh (Lampung
Post, Kamis, 31 Juli 2012 hal.19) menyatakan bahwa dalam rangka pemetaan
kompetensi dan sebagai dasar kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan maka pemerintah melaksanakan suatu program pelaksanaan Uji
Kompetensi Guru (UKG).
Uji Kompetensi Guru (UKG) merupakan sarana pembinaan bagi guru dalam
meningkatkan kompetensi dan kualitas guru. Dalam perspektif kebijakan
nasional, pemerintah telah merumuskan empat jenis kompetensi guru,
6
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu kompetensi pedagogis,
kepribadian, sosial dan profesional.
Guru diharapkan dapat menjalankan tugasnya secara profesional dengan
memiliki dan menguasai empat kompetensi tersebut. Kompetensi yang harus
dimiliki pendidik itu sungguh sangat ideal sebagaimana tergambar dalam
peraturan pemerintah tersebut. Karena itu guru harus selalu belajar dengan
tekun di sela-sela menjalankan tugasnya. Menjadi guru professional bukan
pekerjaan yang mudah namun guru perlu belajar mencapai komptensi tersebut
guna mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pelaksanaan UKG yang dilaksanakan pada bulan Juli oleh Dinas Pendidikan
dan LPMP (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan) di masing—masing
daerah banyak menemukan kendala yang dinilai sebagai bentuk ketidaksiapan
pemerintah sebagai penyelenggara. Hal ini juga terjadi di Kota Bandar
Lampung pada tanggal 30 Juli 2012 yang lalu. Berdasarkan penuturan
Suprihatin, Ketua Forum Martabat Guru Indonesia (FMGI) Kota Bandar
Lampung di Rubrik “Pendidikan” (Lampung Post, 31 Juli 2012) menyatakan
bahwa pada pelaksanaan hari pertama UKG di Bandar Lampung yang
berlangsung kemarin (30-7), beberapa guru termasuk dirinya batal mengikuti
UKG lantaran ketidaksikronan jadwal yang disosialisasikan antara Dinas
Pendidikan dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP).
Fakta di atas membuktikan bahwa pelaksanaan Uji Komptensi Guru perlu
mendapatkan perhatian serius serta kematangan pada pelaksanaan proses dan
7
kualitas guru dan mutu pendidikan di Indonesia. Selain itu, pelaksanaan UKG
berdasarkan fakta bahwa sebanyak 8.261 guru SD tak lulus UKG tahap 1 yang
diikuti oleh 31.960 peserta.
Ketua Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung Djuariati
(Lampung Post, Kamis, 31 Juli 2012 hal.19) menyatakan bahwa pelaksanaan
UKG dilaksanakan secara online dan seluruh peserta UKG akan dikelompokkan berdasarkan nilai dan diikutsertakan dalam Pendidikan Latihan
(Diklat). Peserta yang memperoleh nilai di bawah 50 akan diikutsertakan
dalam diklat dasar. Peserta dengan nilai 50-75 diikutsertakan dalam diklat
lanjutan dan kemudian peserta yang memperoleh nilai 75-100 akan
diikutsertakan dalam diklat pengembangan . Materi yang diberikan pada
tiap-tiap diklat berbeda, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan peserta didik.
Berdasarkan masalah di atas, maka peneliti ingin mengetahui dan menganalisis
pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) di Provinsi Lampung khususnya di
SMAN 3 Bandar Lampung karena hampir dari seluruh guru yang menjadi
peserta Uji Kompetensi Guru (UKG) di SMAN 3 Bandar Lampung tidak lulus.
Untuk mengetahui nama serta jumlah guru yang tidak lulus dapat di lihat pada
8
Tabel.1. Daftar Nama-Nama Guru SMAN 3 Bandar Lampung Yang Tidak Lulus Dalam Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru
No Nama Guru Bidang studi
1. Dra.Hj.Rospardewi,MM.Pd Bhs.Inggris/Kepsek
2. Drs.Hi.Maksum Matematika
3 Dra. Damriani Fisika
4 Sri Sukaesih,S.Pd Matematika
5 Dra. Hj.Budiwati Sani Kimia
6 Drs.Amir Syarifuddin Geografi
7 Drs. Budiono Pribadi,M.Pd Bhs.Indonesia
8 Drs. Dasmin Bimbingan Konseling
9 Dra.Suryatini Sejarah
10 Dra.Hj.Hartini Ekonomi
11 Dra.Indhiyati Sejarah
12 Dra.Hj.Nurbaiti PKn
13 Dra.Pentasti Bintari Kimia
14 Drs.Edward Hidayat,MM Bhs.Inggris
15 Dra.Hendrawati PKn
16 Dra. Yenny AR Geografi
17 Siti Noercholies,S.Pd Bhs.Inggris
18 Endra lely,S.Pd Ekonomi
19 Antara Sirait,S.Pd Matematika
20 K Ginting,S.Pd Biologi
21 Dra.Murni Serapa Bimb.Konseling
9
23 Dra.Hj.Marhamah Asnawi PKn
24 Djoko Priyanto,S.Pd Biologi
25 Susilowati,S.Pd Ekonomi
26 Dra.Yuniati,M.Pd PKn
27 Drs.Sartinem Fisika
28 Triaswatiningsih,S.Pd Sejarah
29 Dra.Muslicha Sosiologi
30 Arif Santoso,S.Pd Fisika
31 I Wayan Gatru,S.Pd Matematika
32 Dra.Hj Dewi Dalena Kimia
33 Wiwin Wiati,S.Pd Sosiologi
34 Drs.Yohanes DN Biologi
35 Endah Winarni,S.Pd Kimia
36 Zulkifli ,S.Pd Bhs.Indonesia
37 Drs.Syaifuddin Olahraga KES
38 Euis Waliah,S.Pd Fisika
39 Dra.Hestuti Utami Bimb.Konseling
40 Dra.Melyana Geografi
41 Iyan Ibrani,S.Pd Matematika
42 Zainal Abidin,S.Pd Fisika
43 Devi Perdinasari,S.Pd Kimia
44 Fera Novrizawati,S.Pd Fisika
10
46 Diana Ruswandari,S.Pd Sosiologi
47 Parida Sinambela,S.Pd Matematika
48 Darmayanti,S.Pd TIK
49 Rulisa Deltriana,S.Pd Bhs.Indonesia
50 Amrina,S.Pd Biologi
Sumber: Data SMAN 3 Bandar Lampung
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa guru di SMAN 3
Bandar Lampung masih banyak kendala atau persoalan yang berkaitan dengan
pelaksanaan Uji Kompetensi Guru di Kota Bandar Lampung. Secara umum
permasalahan tersebut meliputi soal yang disajikan kurang dapat dipahami
terutama pada bagian pedagogik, serta ketidaksesuaian antara pertanyaan soal
dan jawaban yang disediakan.
Berdasarkan dari uraian di atas, maka peneliti untuk menganalisis penelitian
tentang Persepsi Guru SMAN 3 Bandar Lampung Terhadap Pelaksanaan Uji
Kompetensi Guru (UKG) Yang Dilakukan Oleh Dinas Pendidikan Kota Bandar
Lampung 2012.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka dapat
diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut :
1. Persepsi Guru terhadap pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) yang
dilakukan Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung
2. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan Uji
11
3. Fungsi pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) dalam meningkatkan
mutu pendidikan
4. Pengaruh pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) dalam meningkatkan
kualitas guru
C.Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan kajian permasalahan, dan lebih sistematis serta
terfokusnya penelitian, maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah
Persepsi Guru SMAN 3 Bandar Lampung Terhadap Pelaksanaan Uji
Kompetensi Guru (UKG) Yang Dilakukan Oleh Dinas Pendidikan Kota
Bandar Lampung 2012.
D.Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Bagaimanakah Persepsi Guru SMAN 3 Bandar Lampung Terhadap
Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) Yang Dilakukan Oleh Dinas
Pendidikan Kota Bandar Lampung 2012?”.
E.Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan menganalisis tentang
Persepsi Guru SMAN 3 Bandar Lampung Terhadap Pelaksanaan Uji
Kompetensi Guru (UKG) Yang Dilakukan Oleh Dinas Pendidikan Kota
12
2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis
Penelitian teoritis ini berguna untuk mengembangkan konsep-konsep
pendidikan khususnya Ilmu Pendidikan, khususnya masalah hak dan
kewajiban guru dalam melakukan tugas sebagai guru melalui Uji
Kompetensi Guru (UKG) yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kota
Bandar Lampung.
b.Kegunaan Praktis
1. Sebagai informasi bagi Guru dan pihak sekolah SMAN 3 Bandar
Lampung dalam meningkatkan kompetensi guru melalui UJi
Kompetensi Guru (UKG).
2. Meningkatkan kompetensi guru yang berkaitan dengan ilmu pendidikan
yang mengkaji upaya-upaya dinas pendidikan dalam melakukan
peningkatan kualitas guru melalui Uji Kompetensi Guru (UKG).
3. Sebagai bahan masukan bagi dinas pendidikan agar dijadikan hasil
penelitian dalam meningkatkan kompetensi guru di Kota Bandar
13
F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Ilmu
Ruang lingkup penelitian ini adalah ruang lingkup pendidikan khususnya
pendidikan kewarganegaraan, karena mengkaji tentang masalah hak dan
kewajiban guru dalam melakukan tugas sebagai guru melalui Uji
Kompetensi Guru (UKG) yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kota
Bandar Lampung.
2. Ruang Lingkup Objek
Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah Persepsi Guru SMAN 3
Bandar Lampung.
3. Ruang Lingkup Subjek
Ruang lingkup subjek dalam penelitian ini adalah Guru SMAN 3 Bandar
Lampung Tahun 2012.
4. Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah penelitian ini dilaksanakan di SMAN 3 Bandar
Lampung.
5. Ruang Lingkup Waktu
Pelaksanaan penelitian ini dimulai pada bulan Oktober 2012 sampai Januari
2013 dan sejak dikeluarkannya surat izin penelitian pendahuluan oleh
14
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritis
1. Tinjauan Umum Persepsi
Persepsi merupakan sebuah pemahaman dan pengetahuan mengenai suatu
hal. Manusia seringkali memiliki persepsi yang berbeda antara individu
yang satu dan individu lainnya. Dalam setiap permasalahan yang timbul
dalam kehidupan sosial maupun non sosial, manusia secara tidak sadar
telah memberikan persepsi pada permasalahan tersebut.
Menurut Sobur (2003:445) secara etimologis, “persepsi berasal berasal dari
kata perception (Inggris) berasal dari bahasa latin perception; dari percipare yang artinya menerima atau mengambil. Pengertian ini menjelaskan bahwa ada sebuah respon yang dapat diterima dan diambil
oleh manusia saat ia memberikan sebuah persepsi mengenai sesuatu”.
Menurut kamus lengkap psikologi, persepsi dalam Chaplin (2006: 35)
adalah:
(1) Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera,
(2) Kesadaran dari proses-proses organis,
(3) (Titchener) satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman di masa lalu,
15
(5) kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang serta merta mengenai sesuatu .
Pendapat di atas mengenai pengertian persepsi dijelaskan bahwa persepsi
merupakan proses mengetahui atau menyadari dalam menyampaikan
tanggapan mengenai kebenaran maupun sebaliknya mengenai sesuatu
yang diperoleh berdasarkan pengalaman, kemampuan serta pengideraan
yang dilakukan oleh manusia. Persepsi merupakan bagian dari stimulus
respon manusia terhadap suatu hal yang merangsang kinerja pengetahuan
mereka dalam menyadari suatu permasalahan baik setuju maupu tidak
setuju.
Wikipedia menjelaskan bahwa persepsi adalah sebuah proses saat
individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka
guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Perilaku individu
seringkali didasarkan pada persepsi mereka tentang kenyataan, bukan
pada kenyataan itu sendiri. Proses persepsi diartikan oleh Wikipedia
sebagai sebuah proses diatur oleh individu itu sendiri dalam
menterjemahkan atau mengartikan dan menyampaikan suatu pesan yang
telah ia ketahui kepada orang lain dan didasari pada kenyataan yang ia
alami bukan pada kenyataan yang ada.
Pendapat Wikipedia di atas, didukung oleh pendapat Desiderato dalam
Rakhmat yang menjelaskan bahwa persepsi muncul akibat hubungan
antara pengalaman serta kesan-kesan yang kemudian ditafsirkan sendiri
16
Definisi persepsi yang diberikan oleh Desiderato dalam Rakhmat
(1996:51) adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli
inderawi (sensory stimuli). Hubungan dengan persepsi sudah jelas.
Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan
makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga
atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori.
Persepsi yang dimiliki oleh seseorang tentu akan berbeda dengan persepsi
orang yang lain. Hal ini disebabkan karena tingkat pengetahuan,
pengalaman serta penafsiran seseorang terhadap suatu hal bias saja
berbeda, misalnya, persepsi orang dalam menafsirkan suatu benda
contohnya handphone. Ada yang menjelaskan bahwa handphone digunakan untuk menelpon, tapi ada yang bilang bahwa handphone dapat
digunakan untuk membuka jaringan internet atau untuk bermain game
dan lain sebagainya. Hal ini membuktikan bahwa persepsi seseorang
terhadap suatu hal dapat didasari oleh pengalaman, penafsiran serta
pengetahuan mereka terhadap hal tersebut namun secara umum fungsi
dan kegunaan dari benda atau hal tersebut menyimpulkan pada
kesimpulan yang sama yaitu misalnya handphone sebagai alat komunikasi.
Berdasarkan pendapat di atas, maka penulis menjelaskan bahwa persepsi
adalah proses terorganisasinya pengalaman, pengetahuan, penafsiran serta
17
rangsangan informasi atau komunikasi kepada orang lain melalui
stimulus indera itu sendiri.
2. Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Walgito (2003:55) agar stimulus dapat dipersepsi, maka stimulus
harus cukup kuat, stimulus harus melampaui ambang batas stimulus, yaitu
kekuatan stimulus yang minimal tetapi sudah dapat menimbulkan
kesadaran, sudah dapat dipersepsi oleh individu.
Menurut Krech dan Crutchfield (1975) dalam Rakhmat (1994: 55-59)
faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dapat dikategorikan menjadi:
1. Faktor fungsional
Faktor fungsional dihasilkan dari kebutuhan, kegembiraan (suasana hati),
pelayanan, dan pengalaman masa lalu seseorang individu. Faktor
kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal lain yang termasuk dalam faktor
personal yang menentukan persepsi bukan jenis atau stimulant tetapi
karakteristik seseorang yang memberikan respon pada stimulan itu.
2. Faktor-faktor struktural
Faktor-faktor struktural berarti bahwa faktor-faktor tersebut timbul atau
dihasilkan dari bentuk stimuli dan efek-efek netral yang ditimbulkan dari
sistem syaraf individu yang meliputi :
a. Kemampuan berpikir
b. Daya tangkap duniawi
18
3. Faktor-faktor situasional
Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal. Petunjuk
proksemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah, petunjuk paralinguistik
adalah beberapa dari faktor situasional yang mempengaruhi persepsi.
4. Faktor personal
Faktor personal ini terdiri atas pengalaman, motivasi dan kepribadian.
Sholeh (2009:128) menjelaskan persepsi lebih bersifat psikologis daripada
merupakan proses penginderaan saja maka ada beberapa faktor yang
mempengaruhi:
1. Perhatian yang selektif, individu memusatkan perhatiannya pada
rangsang-rangsang tertentu saja.
2. Ciri-ciri rangsang, rangsang yang bergerak di antara rangsang yang
diam akan lebih menarik perhatian.
3. Nilai dan kebutuhan individu
4. Pengalaman dahulu, pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi
bagaimana seseorang mempersepsi dunianya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dapat berupa suasana hati
(mood), sistem dan pertukaran zat dalam tubuh, pengalaman, nilai-nilai
yang dianut oleh individu yang bersangkutan, serta bentuk-bentuk
19
3. Proses Terbentuknya Persepsi
Manusia secara umum menerima informasi dari lingkungan lewat proses
yang sama, oleh karena itu dalam memahami persepsi harus ada proses
dimana ada informasi yang diperoleh lewat memory organisme yang
hidup. Fakta ini memudahkan peningkatan persepsi individu, adanya
stimulus yang mempengaruhi individu yang mencetus suatu pengalaman
dari organisme, sehingga timbul berpikir yang dalam proses perceptual merupakan proses yang paling tinggi.
Menurut Mulyana (2005) persepsi sosial adalah proses menangkap arti
obyek-obyek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam
lingkungan kita. Manusia bersifat emosional, sehingga penilaian terhadap
mereka mengandung resiko. Setiap orang memiliki gambaran yang
berbeda mengenai realitas di sekelilingnya. Prinsip penting yang menjadi
pembenaran mengenai persepsi sosial adalah :
1. Persepsi berdasarkan pengalaman Pola-pola perilaku manusia
berdasarkan persepsi mereka mengenai realitas (social) yang telah
dipelajari (pengalaman). Ketiadaan pengalaman terdahulu dalam
menghadapi suatu obyek jelas akan membuat seseorang
menafsirkan obyek tersebut berdasarkan dugaan semata, atau
pengalaman yang mirip.
2. Persepsi bersifat selektif Alat indera kita bersifat lemah dan
selektif (selective attention). Apa yang menjadi perhatian kita lolos
20
melihat apa yang kita lihat, kita mendengar apa yang ingin kita
dengar. Atensi kita pada suatu rangsangan merupakan faktor utama
yang menentukan selektivitas kita atas rangsangan tersebut.
Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian
stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli
lainnya melemah.
3. Persepsi bersifat dugaan Oleh karena data yang kita peroleh
mengenai objek lewat penginderaan tidak pernah lengkap, persepsi
merupakan loncatan langsung pada kesimpulan. Seperti proses
seleksi, langkah ini dianggap perlu karena kita tidak mungkin
memperoleh seperangkat rincian yanng lengkap kelima indera kita.
Proses persepsi yang bersifat dugaan itu memungkinkan kita
menafsirkan suatu objek dengan makna yang lebih lengkap dari
suatu sudut pandang manapun. Dengan demikian, persepsi juga
adalah suatu proses pengorganisasian informasi yang tersedia,
menempatkan rincian yang kita ketahui dalam suatu skema
organisasional tertentu yang memungkinkan kita memperoleh
suatu makna lebih umum.
4. Persepsi bersifat evaluatif Tidak ada persepsi yang bersifat
obyektif, karena masing-masing melakukan interpretasi
berdasarkan pengalaman masa lalu dan kepentingannya. Persepsi
adalah suatu proses kognitif psikologis yang mencerminkan sikap,
kepercayaan, nilai dan pengharapan persepsi bersifat pribadi dan
21
5. Persepsi bersifat kontekstual Konteks merupakan salah satu
pengaruh paling kuat. Konteks yang melingkungi kita ketika kita
melihat seseorang, suatu objek atau suatu kejadian sangat
mempengaruhi struktur kogniif, pengharapan dan oleh karenanya
juga persepsi kita. Interpretasi makna dalam konteksnya adalah
suatu faktor penting dalam memahami komunikasi dan hubungan
sosial. Struktur objek atau kejadian berdasarkan prinsip kemiripan
atau kedekatan dan kelengkapan.
(http://perawatpskiatri.blogspot.com/2009/04/persepsi.html
didownload pada tanggal 14 November 2012 pukul 5:18)
4. Pengertian Guru
Hamzah (2009:15) menjelaskan bahwa guru adalah orang dewasa yang
secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan
membimbing peserta didik. Orang yang disebut guru adalah orang yang
memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu
menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada
akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari
proses pendidikan.
Peran guru dalam proses pembelajaran di kelas sangat penting dalam
membina, membimbing siswa dengan menggunakan berbagai metode,
teknik serta strategi yang menarik bagi siswa. Guru merupakan orang yang
memfasilitator siswa agar dapat melewati proses pembelajaran di kelas
22
Pengertian guru dalam Surat Edaran (SE) Mendikbud dan Kepala BAKN
No. 57686)/MPK/1989 menyatakan bahwa “guru adalah pegawai negeri
sipil (PNS) yang diberi tugas, wewenang dan tanggungjawab oleh pejabat
yang berwenang untuk melaksanakan pendidikan di sekolah”. Sehingga
pengertian pendidikan tersebut pada akhirnya menyangkut semua aspek
kecerdasan.
Guru merupakan pendidik professional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar dan pendidikan menengah (UU tentang Guru dan Dosen,
Bab I Pasal 1 ayat 1). Dari pengertian di atas jelas bahwa guru itu memiliki
peranan yang strategis dan merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai
tujuan kelembagaan sekolah, karena guru adalah pengelola kegiatan
belajar mengajar bagi para siswanya. Kegiatan belajar mengajar akan
efektif apabila tersedia guru yang sesuai dengan kebutuhan sekolah baik
jumlah, kualifikasi maupun bidang keahliannya.
Pengertian selanjutnya mengenai definisi guru menurut Djamarah (2000:
36) menjelaskan bahwa:
pengertian guru adalah figur seorang pemimpin. Guru adalah arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Guru bertugas mempersiapkan manusia susila yang cakap yang dapat diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa dan negara.
Pengertian di atas menjelaskan bahwa guru sebagai contoh yang ditiru
23
siswa. Guru harus mampu membimbing, mendidik dan memberikan
contoh yang baik guna perkembangan moral siswa menuju cita-cita yang
diharapkan dalam mencapai tujuan nasional pendidikan Indonesia.
Guru harus dapat menempatkan diri sebagai orang tua kedua, dengan
mengemban tugas yang dipercayakan oleh orang tua anak didik dalam
jangka waktu tertentu. Untuk itu pemahaman terhadap jiwa dan watak
anak didik diperlukan agar dapat dengan mudah memahami jiwa dan
watak anak didik. Begitulah tugas guru sebagai orang tua kedua, setelah
orang tua anak didik di dalam keluarga di rumah. Selanjutnya,
Ametembun (1994 :33) mengemukakan bahwa “Guru adalah semua orang
yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan
murid-murid, baik secara individual maupun klasikal, baik di sekolah maupun
luar sekolah”. Ini berarti bahwa seorang guru, minimal harus memiliki
dasar-dasar kompetensi sebagai wewenang dan kemampuan dalam
menjalankan tugas. Berdasarkan uraian di atas, dapatlah dipahami bahwa
kompetensi guru merupakan suatu kemampuan yang mutlak dimiliki oleh
seorang guru, baik dari segi pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
serta tanggung jawab terhadap murid-murid yang di asuhnya,sehingga
tugasnya sebagai seorang pendidik dapat terlaksana dengan baik
Berdasarkan pendapat dan pengertian di atas, maka penulis menarik
kesimpulan mengenai pengertian guru adalah seseorang yang memiliki
tanggung jawab dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik sehingga memiliki watak
24
mengembangkan kreativitas dan inovatif baru sesuai dengan kemampuan
dan bakatnya masing-masing.
5. Peran dan Fungsi Guru
Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang
peranguru yang harus dilakoni. Peran guru (Perawat.2009.Persepsi.
Http://perawatpskiatri.blogspot.com. Diunduh pada tanggal 14 November
2012) yang beragam telah diidentifikasi dan dikaji oleh Pullias dan Young
(1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997). Adapun
peran-peran tersebut adalah sebagai berikut :
1. Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi
para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus
memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab,
wibawa, mandiri dan disiplin. Peran guru sebagai pendidik (nurturer)
berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak
untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti
penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa
yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan
keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga,
pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh
karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru
25
aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan
norma-norma yang ada.
2. Guru Sebagai Pengajar
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam kegiatan belajar
peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti motivasi,
kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal,
tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam
berkomunikasi. Jika faktor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui
pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik. Guru harus berusaha
membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil dalam
memecahkan masalah.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam
pembelajaran, yaitu : Membuat ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis,
Mensintesis, Bertanya, Merespon, Mendengarkan, Menciptakan
kepercayaan, Memberikan pandangan yang bervariasi, Menyediakan
media untuk mengkaji materi standar, Menyesuaikan metode
pembelajaran, Memberikan nada perasaan.
Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus
senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat
26
3. Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan
pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran
perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut
fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan
spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Sebagai pembimbing perjalanan,
guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan empat hal
berikut.
Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi
kompetensi yang hendak dicapai. Kedua, guru harus melihat keterlibatan
peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta
didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah,
tetapi mereka harus terlibat secara psikologis.Ketiga, guru harus
memaknai kegiatan belajar.Keempat, guru harus melaksanakan penilaian.
4. Guru sebagai Pemimpin
Guru diharapkan mempunyai kepribadian dan ilmu pengetahuan. Guru
menjadi pemimpin bagi peserta didiknya. Ia akan menjadi imam.
5. Guru sebagai pengelola pembelajaran
Guru harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran. Selain itu
27
agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak
ketinggalan jaman.
6. Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua
orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang
besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang,
apalagi ditolak. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan
guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar
lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru : Sikap dasar, Bicara dan
gaya bicara, Kebiasaan bekerja, Sikap melalui pengalaman dan kesalahan,
Pakaian, Hubungan kemanusiaan, Proses berfikir, Perilaku neurotis,
Selera, Keputusan, Kesehatan, Gaya hidup secara umum
Perilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik
harus berani mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri. Guru yang
baik adalah yang menyadari kesenjangan antara apa yang diinginkan
dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian menyadari kesalahan ketika
memang bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa dan
berusaha untuk tidak mengulanginya.
7. Sebagai anggota masyarakat
Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang
28
yang sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada
bidang-bidang dikuasainya. Guru perlu juga memiliki kemampuan untuk
berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara lain melalui
kegiatan olah raga, keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus
dimiliki, sebab kalau tidak pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat
yang bersangkutan kurang bisa diterima oleh masyarakat.
8. Guru sebagai administrator
Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga
sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Guru akan
dihadapkan pada berbagai tugas administrasi di sekolah. Oleh karena itu
seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala
pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu
diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti
membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya
merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan
tugasnya dengan baik.
9. Guru Sebagai Penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua,
meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan
dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang.
Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat
29
menyadari perannya sebagai orang kepercayaan dan penasihat secara lebih
mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan
mental.
10. Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)
Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan
yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang
dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain, demikian
halnya pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak daripada nenek
kita. Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada
jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan
diwujudkan dalam pendidikan.
Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang
berharga ini kedalam istilah atau bahasa moderen yang akan diterima oleh
peserta didik. Sebagai jembatan antara generasi tua dan genearasi muda,
yang juga penerjemah pengalaman, guru harus menjadi pribadi yang
terdidik.
11. Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan
guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses
kreatifitas tersebut. Kreatifitas merupakan sesuatu yang bersifat universal
dan merupakan cirri aspek dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas
30
ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk
menciptakan sesuatu.
Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara
yang lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan
menilaianya bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara
rutin saja. Kreativitas menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh
guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya.
12. Guru Sebagai Emansipator
Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta didik,
menghormati setiap insan dan menyadari bahwa kebanyakan insan
merupakan “budak” stagnasi kebudayaan. Guru mengetahui bahwa
pengalaman, pengakuan dan dorongan seringkali membebaskan peserta
didik dari “self image” yang tidak menyenangkan, kebodohan dan dari
perasaan tertolak dan rendah diri. Guru telah melaksanakan peran sebagai
emansipator ketika peserta didik yang dicampakkan secara moril dan
mengalami berbagai kesulitan dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang
percaya diri.
13. Guru Sebagai Evaluator
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling
kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta
variable lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks
31
Teknik apapun yang dipilih, dalam penilaian harus dilakukan dengan
prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan
dan tindak lanjut.
14. Guru Sebagai Kulminator
Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari
awal hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangannya peserta didik akan
melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta
didik bisa mengetahui kemajuan belajarnya. Di sini peran kulminator
terpadu dengan peran sebagai evaluator.
Guru sejatinya adalah seorang pribadi yang harus serba bisa dan serba
tahu. Serta mampu mentransferkan kebisaan dan pengetahuan pada
muridnya dengan cara yang sesuai dengan perkembangan dan potensi anak
didik.
Begitu banyak peran yang harus diemban oleh seorang guru. Peran yang
begitu berat dipikul di pundak guru hendaknya tidak menjadikan calon
guru mundur dari tugas mulia tersebut. Peran-peran tersebut harus menjadi
tantangan dan motivasi bagi calon guru. Dia harus menyadari bahwa di
masyarakat harus ada yang menjalani peran guru. Bila tidak, maka suatu
masyarakat tidak akan terbangun dengan utuh. Penuh ketimpangan dan
32
6. Kriteria Guru Yang Baik
Gilbert H. Hunt dalam bukunya Effective Teaching menyatakan bahwa
“guru yang baik itu harus memenuhi tujuh kriteria” (Hunt, 1999:15-16)
yaitu :
1. Sifat. Guru yang baik harus memiliki sifat-sifat antusias, stimulatif, mendorong siswa untuk maju, hangat, berorientasi pada tugas dan
bekerja keras, toleran, sopan, bijaksana dan bisa dipercaya, fleksibel
dan mudah menyesuaikan diri, demokratis, penuh harapan bagi murid,
tidak semata-mata mencari reputasi pribadi, mampu mengatasi
stereotipe murid, bertanggung jawab terhadap kegiatan belajar murid, mampu menyampaikan perasaannya dan memiliki pendengaran yang
baik.
2. Pengetahuan. Guru yang baik memiliki pengetahuan yang memadai dalam mata pelajaran yang diampunya dan terus mengikuti kemajuan
dalam bidang ilmunya itu.
3. Apa yang disampaikan. Guru yang baik juga memberi jaminan bahwa materi yang disampaikannya mencakup semua unit bahasan yang
diharapkan siswa secara maksimal.
4. Bagaimana mengajar. Guru yang baik menjelaskan berbagai informasi secara jelas dan terang, memberi layanan yang variatif, menciptakan
dan memelihara momentum, mendorong siswa untuk berpartisipasi,
memonitor dan bahkan sering mendatangi siswa, menghindari
kesukaran yang kompleks dengan menyederhanakan sajian informasi,
33
5. Harapan. Guru yang baik mampu memberi harapan pada murid-murid nya, membuat murid akuntabel dan mendorong pertisipasi orang tua
dalam memajukan kemampuan akademik muridnya.
6. Reaksi guru terhadap murid. Guru yang baik biasa menerima berbagai masukan, resiko dan tantangan, selalu memberikan dukungan pada
muridnya, bijaksana terhadap kritik murid, menyesuaikan dengan
kemajuan-kemajuan murid.
7. Managemen. Guru yang baik juga harus mampu menunjukkan keahlian dalam perencanaan, mengorganisasi kelas, mampu
memelihara waktu bekerja serta menggunakannya secara efisien dan
konsisten.
Sementara itu dengan mengadaptasi teori Peter G. Beidler dalam buku
Inspiring Teaching yang diedit oleh John K. Roth, terdapat 10 kriteria guru yang baik (Beidler, 1999:3-10) yaitu :
1. Seorang guru yang baik harus benar-benar berkeinginan untuk
menjadi guru yang baik, harus mencoba dan terus mencoba.
2. Seorang guru yang baik berani mengambil resiko. Mereka berani
menyusun tujuan yang sangat muluk, lalu mereka berjuang untuk
mencapainya.
3. Seorang guru yang baik memiliki sikap positif. Tidak boleh sinis
dengan pekerjaannya. Mereka harus bangga dengan profesinya
sebagai guru.
4. Seorang guru yang baik selalu tidak punya waktu yang cukup.
34
hampir tidak punya waktu untuk bersantai. Waktunya habis untuk
memberikan pelayanan terbaik bagi murid-muridnya.
5. Guru yang baik berpikir bahwa mengajar adalah sebuah tugas
menjadi orang tua murid yaitu bahwa guru punya tanggung jawab
terhadap murid sama dengan tanggung jawab orang tua terhadap
putra-putranya sendiri dalam batas-batas kompetensi keguruan
yakni guru punya otoritas untuk mengarahkan muridnya sesuai
basis kemampuannya.
7. Guru yang baik harus selalu mencoba membuat muridnya percaya
diri, karena tidak semua murid memiliki rasa percaya diri yang
seimbang dengan profesinya.
8. Guru yang baik juga selalu membuat posisi tidak seimbang antara
murid dengan dirinya, yakni dia selalu menciptakan jarak antara
kemampuannya dengan kemampuan muridnya, sehingga mereka
senantiasa sadar bahwa perjalanan menggapai kompetensinya
masih panjang dan membuat mereka terus berusaha untuk
menutupi berbagai kelemahannya dengan melakukan berbagai
kegiatan dan menambah pengalaman keilmuan.
9. Seorang guru yang baik selalu mencoba memotivasi
murid-muridnya untuk hidup mandiri, lebih independen.
10.Seorang guru yang baik tidak percaya penuh dengan terhadap
evaluasi yang diberikan muridnya, karena evaluasi mereka
terhadap gurunya tidak bisa obyektif. Walaupun
35
sepenuhnya harus dijadikan patokan untuk mengukur kinerja
keguruan.
11.Seorang guru yang baik senantiasa aspiratif mendengarkan dengan
bijak permintaan-permintaan murid-muridnya, kritik, serta
berbagai saran yang mereka sampaikan.
7. Tinjauan Umum Uji Kompetensi Guru
a. Dasar Hukum Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) Tahun 2012
Dasar hukum yang digunakan sebagai acuan pelaksanaan UKG adalah
sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
6. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan
Angka Kreditnya;
7. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan
36
tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya;
8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kredit.
9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan Nasional.
8. Pengertian Uji Kompetensi Guru
Komptensi dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa Inggris,
competence yang berarti kecakapan dan kemampuan. Musfah (2011: 27) kompetensi adalah kumpulan pengetahuan , perilaku, dan keterampilan
yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan
pendidikan. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan
belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar.
Menurut Mulyasa dalam Musfah (2011: 27), “kompetensi guru merupakan
perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial dan
spiritual yang secara kafah membentuk kompetensi standar profesi guru
yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik,
pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalitas”.
Profesionalisme seorang guru merupakan suatu keharusan dalam
mewujudkan sekolah berbasis pengetahuan, yaitu pemahaman tentang