• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH JENIS PUPUK ORGANIK DAN FASE PEMBERIAN PADA PRODUKSI KACANG TANAH ( Arachis hypogeae L.) KULTIVAR KANCIL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH JENIS PUPUK ORGANIK DAN FASE PEMBERIAN PADA PRODUKSI KACANG TANAH ( Arachis hypogeae L.) KULTIVAR KANCIL"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH JENIS PUPUK ORGANIK DAN FASE PEMBERIAN PADAPRODUKSI KACANG TANAH(Arachis hypogeae L.)

KULTIVAR KANCIL (Skripsi)

Oleh

LUKAS HADINATA PURBA

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

PENGARUH JENIS PUPUK ORGANIK DAN FASE PEMBERIAN PADA PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogeae L.)

KULTIVAR KANCIL

Oleh

Lukas Hadinata Purba

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pertanian

pada

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

Judul Skripsi : PENGARUH JENIS PUPUK ORGANIK DAN FASE PEMBERIAN PADA PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis Hypogeae L.) KULTIVAR KANCIL

Nama Mahasiswa : Lukas Hadinata Purba No. Pokok Mahasiswa: 0714011044

Program Studi : Agroteknologi Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr.Ir. Yafizham,M.S. Dr. Ir. Paul B. Timotiwu, M.S NIP 1960010111987031006 NIP 196209281987031001

2. Ketua Program Studi Agroteknologi

(4)

MENSAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr.Ir. Yafizham,M.S.

Sekretaris : Dr. Ir. Paul.B. Timotiwu,M.S

Penguji Bukan Pembimbing: Prof.Dr.Sutopo G Nugroho

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 196108261987021001

(5)

Lukas Hadinata Purba

ABSTRAK

PENGARUH JENIS PUPUK ORGANIK DAN FASE PEMBERIAN PADA PRODUKSI KACANG TANAH ( Arachis hypogeae L.)

KULTIVAR KANCIL

Oleh

Lukas Hadinata Purba

Kacang tanah ( Arachis hypogeae L.) merupakan tanaman polong-polongan atau legume kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Produksi kacang tanah di Indonesia masih rendah. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi kacang tanah ialah melalui pemupukan. Pupuk organik memiliki fungsi penting dalam bidang pertanian.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Apakah terdapat perbedaan produksi antara kacang tanah yang diberi pupuk organik pada awal tanam dan kacang tanah yang diberi pupuk organik pada saat muncul ginofor, Apakah pupuk organik tanpa dekomposer menghasilkan produksi kacang tanah yang berbeda dibandingkan dengan pupuk organik yang menggunakan dekomposer, Apakah produksi kacang tanah bergantung pada fase pemberian dan jenis pupuk organik yang

dekomposernya berbeda?

Penanaman kacang tanah dilakukan dalam polibag di lahan Politeknik Negeri Lampung pada bulan Juni sampai September 2011. Rancangan perlakuan disusun secara faktorial (2x4) dan perlakuan diterapkan pada petak percobaan dalam Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS). Faktor pertama adalah pupuk organik kandang sapi yang di berikan pada saat awal tanam dan pupuk organik kandang sapi yang diberikan pada saat

(6)

Lukas Hadinata Purba

Pengujian hipotesis diuji dengan perbandingan kelas. Peluang untuk melakukan kesalahan jenis pertama ditentukan sebesar 0,10 dan 0,05.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) tidak terdapat perbedaan produksi antara kacang tanah yang diberi pupuk organik pada awal tanam dan kacang tanah yang diberi pupuk organik pada saat muncul ginofor, (2) pupuk organik dengan jenis dekomposer yang berbeda belum mampu meningkatkan produksi kacang tanah, (3) produksi kacang tanah tidak bergantung pada fase pemberian dan jenis kompos yang dekomposernya berbeda.

(7)

Lukas Hadinata Purba

ABSTRACT

EFFECT OF ORGANIC FERTILIZER PRODUCTION AND PHASE IN GRANTING PEANUT (Arachis hypogeae L.) VARIETIES DEER

By

Lukas Hadinata Purba

Peanut (Arachis hypogeae L.)is a leguminous plant or second most important legume after soybean in Indonesia.Peanut production in Indonesia is still low.One effort to improve peanut production is through fertilization.Organic fertilizers have important functions in the field of agriculture.

This study aims to determine: Is there a difference between the production of peanuts that were given at the beginning of organic fertilizer and planting peanuts fed organic fertilizer at the time appeared ginofor, Is organic fertilizer without decomposers produce different peanut production compared with the use of organic manure decomposers, Is peanut production depends on the phase of delivery and type of organic fertilizer decomposer different?

Peanut planting is done in poly bags at the Federal Polytechnic Lampung area from June to September 2011.Arranged in a factorial design of treatment (2x4) and the treatment applied to experimental plots in a randomized group design Perfect (RKTS).The first factor is the cowshed organic manure that is given at the time of planting and organic fertilizer cow shed provided at the timeadded at the time of initial planting ginofor emergence.The second factor is the cowshed organic manure without the use of decomposers, cowshed organic manure using M-dec decomposer according to the recommended dosage, cowshed organic manure using EM-4 decomposer according to the recommended dosage, cowshed organic manure using appropriate doses of decomposers Golden Harvest

recommendation.The similarity between the various treatments was tested with Bartley test.To test the model was tested with Tukey test, when assumptions are met, analyzed the data range.

Testing the hypothesis was tested by comparison of the class.Opportunities to make mistakes the first type was set at 0.10 and 0.05.

(8)

Lukas Hadinata Purba

peanuts were organic fertilizer at the time appeared ginofor, (2) organic fertilizer with different types of decomposers have not been able to increase peanut production, (3) peanut production does not depend on the phase of delivery and different types of compost decomposer.

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Sidomulyo 1 Kecamatan Tanah Jawa-Sumatera Utara pada tanggal 25 April 1990 sebagai anak pertama dari empat

bersaudara pasangan E.Purba dan IL.Tampubolon.

Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 091498 Tanah Jawa pada tahun 1995, SLTP Negeri 2 Tanah Jawa pada tahun 2001, SMA Negeri 4 Pematang Siantar pada tahun 2004, dan pada tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Lampung Program Studi Agronomi Jurusan Budidaya Pertanian melalui Seleksi Penerimaan

Mahasiswa Baru (SPMB) dan pada tahun 2008 diintegrasi menjadi Program Studi Agroteknologi.

(10)

Kupersembahkan karya sederhana penuh perngorbanan dan kesabaran ini sebagai ungkapan rasa sayangku dan

baktiku kepada:

Bapak E.Purba dan Ibu IL.Tampubolon yang selalu mencurahkan rasa sayang tanpa henti, yang selalu mengajari bagaimana menjadi manusia yang terbaik, serta dalam doa yang selalu menantikan keberhasilanku dengan

sabar dan pengertian.

Adikku Yessica Sardina Purba, Gery Rivesky Purba dan Jeremi Prayuda Purba atas senyuman, dukungan, doa,

perhatian, serta rasa sayang yang tak tergantikan.

(11)

“Semua orang hidup terikat dan bergantung pada pengetahuan atau persepsinya sendiri, itu disebut kenyataan. Tetapi pengetahuan atau persepsi itu sesuatu yang samar. Bisa saja kenyataan itu hanya ilusi,

semua orang hidup dalam asumsi”(Radot)

“Satu-satunya yang harus dilakukan orang tua adalah mempercayai anaknya. Itu saja……Dan dari situlah nilai sesungguhnya”…

“Kalau itu artinya cerdas….

(12)

i SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas Anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dengan diselesaikannya skripsi ini maka penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Yafizham, M.S., selaku pembimbing utama atas saran dan kesabaran dalam membimbing penulis selama penelitian hingga penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ir. Paul B Timotiwu, M.S., selaku pembimbing kedua atas saran dan kesabaran dalam membimbing penulis selama penelitian hingga penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Sutopo Gani Nugroho M.Sc., selaku penguji bukan pembimbing yang telah memberikan saran dan kritik selama penulis menyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan saran, motivasi, dan bimbingan selama penulis menjadi mahasiswa.

(13)

ii

6. Seluruh Dosen Program Studi Agroteknologi atas segala ilmu pengetahuan yang telah diberikan selama penulis menjadi mahasiswa.

7. Keluarga tercinta Bapak, Ibu, dan Adik yang telah memberikan kasih sayang, waktu, semangat, dan perhatiannya kepada penulis.

8. Sahabat seperjuangan penulis Andi Trianto atas bantuan, diskusi, dan motivasinya selama penelitian hingga menyelesaikan skripsi ini.

9. I Ketut Triswantike, S.P., Eko Abadi , Widya Wirawan, dan semua teman-teman Agronomi 2007 atas motivasi dan bantuannya selama penelitian hingga penyelesaian skripsi ini.

10. Sahabat-sahabat seperjuangan penulis dari Siantar yaitu Van mayel, Midson, Edwin, Ardy, Gata dan Tika yang telah memberikan semangat, motivasi, perhatian, dan kasih sayang selama penelitian hingga penyelesaian skripsi. 11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, 25 April 2012 Penulis,

(14)

iii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 6

1.3 Landasan Teori... 7

1.4 Kerangka Pemikiran... 10

1.5 Hipotesis ... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum mengenai Kacang Tanah ... 14

2.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Tanah ... 14

2.1.2 Morfologi Tanaman Kacang Tanah ... 15

2.1.3 Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Tanah ... 15

2.2 Pupuk Organik ... 16

2.3 Cara Pemberian Pupuk ... 17

2.4 Effective Microorganisme 4 (EM 4) ... 18

2.5 Golden Harvest ... 20

2.6 M-DEC ... 20

III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

3.2 Alat dan Bahan ... 21

3.3 Metode Penelitian ... 21

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 23

(15)

iv IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... 26

4.1.1 Tinggi Tanaman... 27

4.1.2 Jumlah Daun ... 27

4.1.3 Jumlah Cabang Lateral ... 27

4.1.4 Jumlah Bobot Kering Berangkasan ... 27

4.1.5 Jumlah Bobot 50 butir ... 28

4.1.6 Jumlah Polong Total ... 29

4.1.7 Jumlah Polong Masak... 30

4.2 Pembahasan... 31

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 34

5.2 Saran ... 34 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(16)

viii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Hubungan antara empat jenis pupuk organik dan

dua fase pemberian terhadap bobot 50 butir kacang tanah……… 28 2 . Hubungan antara empat jenis pupuk organik dan

dua fase pemberian terhadap jumlah polong total

pertanaman kacang tanah………. . 29 3. Hubungan antara empat jenis pupuk organik dan

(17)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia. Penanaman pertama kali dilakukan oleh orang Indian (suku asli bangsa Amerika). Di Benua Amerika penanaman berkembang yang dilakukan oleh pendatang dari Eropa. Kacang tanah ini pertama kali masuk ke Indonesia pada awal abad ke-17, dibawa oleh pedagang Cina dan Portugis. Nama lain dari kacang tanah adalah kacang una, suuk, kacang jebrol, kacang bandung, kacang tuban, kacang kole, kacang banggala. Bahasa Inggrisnya kacang tanah adalah “peanut” atau “groundnut”.

(18)

2 mengandung mineral antara lain Calcium, Chlorida, Magnesium, Phospor, Kalium dan Sulphur.

Menurut Kasno (2005), produktivitas kacang tanah di Indonesia umumnya masih rendah sekitar 1,5 ton polong kering per hektar, masih jauh jika dibandingkan dengan produksi kacang tanah dunia yang mencapai 2,9 ton polong/ha.

Rendahnya produksi kacang tanah di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain masih banyaknya petani yang tidak menggunakan benih varietas unggul, kesuburan tanah, cekaman kekeringan, adanya serangan hama dan penyakit, dan masih rendahnya pengetahuan petani mengenai teknik budidaya.

Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas kacang tanah adalah melalui pemupukan. Pemupukan memegang peranan penting untuk menyediakan dan menggantikan unsur hara yang habis terpakai dalam proses pertumbuhan, perkembangan, dan produksi suatu tanaman (Setyamidjaja, 1986). Pemupukan perlu dilakukan karena unsur hara bagi tanaman yang disediakan oleh tanah dalam jumlah yang terbatas dan sewaktu-waktu unsur hara tersebut akan berkurang karena tercuci kelapisan tanah yang lebih dalam atau terangkut oleh tanaman pada saat tanaman dipanen.

(19)

3 Berdasarkan susunan kimiawinya, pupuk digolongkan menjadi dua yakni pupuk anorganik dan pupuk organik. Pupuk anorganik tersusun dari satu atau gabungan beberapa unsur kimia yang diproses pada suatu pabrik sedangkan pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan, bahan tanaman dan limbah. Pupuk organik merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dan alami dari pada bahan pembenah buatan/sintesis. Pada umumnya pupuk organik

mengandung hara makro N, P, K rendah, tetapi mengandung hara mikro dalam jumlah cukup yang sangat diperlukan oleh pertumbuhan tanaman (Sutanto, 2002).

Penggunaaan pupuk organik yang berasal dari pupuk kandang dapat

meningkatkan kesuburan tanah. Pupuk organik akan melepaskan sejumlah unsur hara tertentu, yaitu unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) serta unsur hara mikro (Mn, Zn, Cu, Mo, B, Fe) yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Penggunaan pupuk organik yang dipadukan dengan penggunaan pupuk anorganik dapat menambah unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman dan sekaligus meningkatkan sumber bahan organik tanah (Tisdale dan Nelson, 1975). Dengan demikian kebutuhan hara tanaman dalam jangka pendek terpenuhi tanpa

menimbulkan degradasi lahan secara cepat. Penggunaan bahan organik dapat menghemat pemakaian pupuk buatan sekaligus dapat meningkatkan produktivitas tanah podsolik dan mewujudkan terciptanya sistem pertanian berkelanjutan.

Pengomposan dianggap sebagai teknologi berkelanjutan karena bertujuan untuk konservasi lingkungan, keselamatan manusia, dan pemberi nilai ekonomi.

(20)

4 dekomposisi materi organik menjadi pupuk kompos melalui reaksi biologis

mikroorganisme secara aerobik dalam kondisi terkendali. Pengomposan sendiri merupakan proses penguraian senyawa-senyawa yang terkandung dalam sisa-sisa bahan organik (seperti jerami, daun-daunan, sampah rumah tangga, dan

sebagainya) dengan suatu perlakuan khusus. Hampir semua bahan yang pernah hidup, tanaman atau hewan akan membusuk dalam tumpukan kompos

(Indriani,1999).

Kompos sebagai hasil dari pengomposan dan merupakan salah satu pupuk organik yang memiliki fungsi penting terutama dalam bidang pertanian antara lain : pupuk organik mengandung unsur hara makro dan mikro. Pupuk organik dapat

memperbaiki struktur tanah, meningkatkan daya serap tanah terhadap air dan zat hara, memperbesar daya ikat tanah berpasir, memperbaiki drainase dan tata udara di dalam tanah,dan membantu proses pelapukan dalam tanah. Tanaman yang menggunakan pupuk organik lebih tahan terhadap penyakit. Proses pembuatan kompos berlangsung dengan menjaga keseimbangan kandungan nutrien, kadar air, pH, temperatur dan aerasi yang optimal melalui penyiraman dan pembalikan. Pada tahap awal proses pengkomposan, temperatur kompos akan mencapai 65º – 70º C sehingga organisme patogen, seperti bakteri, virus dan parasit, bibit penyakit tanaman serta bibit gulma yang berada pada limbah yang dikomposkan akan mati. Dan pada kondisi tersebut gas-gas yang berbahaya dan baunya

(21)

5 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengomposan antara lain : kelembaban,

konsentarasi oksigen, temperatur, perbandingan C/N, derajat keasaman (pH), dan ukuran bahan.

Tanah sebagai media tumbuh tanaman mempunyai daya dukung terbatas sebagai sumber unsur hara maupun sebagai penampung susulan input hara berupa pupuk. Selain itu, setiap lahan/tanah mempunyai tingkat keragaman yang cukup besar, tergantung dari individu tanaman atau varietas yang digunakan. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya keragaman produktivitas untuk setiap individu tanaman, oleh karena itu kombinasi pengolahan sumber daya tanah dan aplikasi pupuk harus dilakukan secara efektif. Selain itu pemupukan merupakan hal yang terpenting dalam proses budidaya tanaman. Pertumbuhan tanaman yang baik tergantung dari faktor lingkungan yang seimbang dan menguntungkan. Beberapa faktor pembatas pertumbuhan tanaman antara lain gulma, hama, dan penyakit yang secara langsung mengurangi potensi produksi. Kelompok faktor yang lain seperti zat hara, kerapatan, dan arah sudut daun dapat menaikkan potensi hasil dan kualitas. Ketersediaan unsur hara dapat dilengkapi dengan melakukan

pemupukan yaitu penambahan material ke tanah atau tajuk tanaman (Harjadi, 2002).

(22)

6 Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam

pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan produksi antara kacang tanah yang diberi pupuk organik pada awal tanam dan kacang tanah yang diberi pupuk organik pada saat muncul ginofor ?

2. Apakah pupuk organik tanpa dekomposer menghasilkan produksi kacang tanah yang berbeda dibandingkan dengan pupuk organik yang menggunakan dekomposer ?

3. Apakah produksi kacang tanah bergantung pada fase pemberian dan jenis pupuk organik yang dekomposernya berbeda?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Membandingkan produksi antara kacang tanah yang diberi pupuk organik pada saat tanam dengan kacang tanah yang diberi pupuk organik pada saat munculnya ginofor.

2. Membandingkan produksi kacang tanah yang diberi pupuk organik tanpa dekomposer dengan produksi kacang tanah yang diberi pupuk organik menggunakan dekomposer.

(23)

7 1.3 Landasan Teori

Dalam rangka menyusun penjelasan teoritis terhadap pertanyaan yang telah dikemukakan, penulis menggunakan landasan teori sebagai berikut:

Pemupukan sering menjadi sebab rendahnya kualitas dan produksi pertanian. Penggunaan pupuk kimia yang terlalu lama tanpa diimbangi dengan pupuk organik bias mengakibatkan struktur tanah rusak dan keras. Penggunaan pupuk organik merupakan salah satu alternatif untuk mengimbangi pemakaian pupuk anorganik. Untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi kacang tanah, penggunaan pupuk anorganik dan organik sangat diperlukan. Pengunaan pupuk anorganik secara berlebih pada tanah menyebabkan terjadinya penurunan produktivitas dan kerusakan lingkungan karena pencemaran. Dosis pemupukan yang dianjurkan setiap hektar untuk kacang tanah ialah: 75 kg Urea, 100 kg Sp-36, 50 kg KCL. Untuk mengatasi hal ini, salah satu alternatif adalah dengan menerapkan sistem pertanian organik ( Sutanto, 2002).

Menurut Sutanto (2002), kegunaan budidaya organik pada dasarnya ialah

meniadakan atau membatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh budidaya kimiawi. Pupuk organik mempunyai berbagai keunggulan nyata

dibanding pupuk kimia. Pupuk organik berdaya ameliorasi ganda bermacam-macam proses yang saling mendukung, bekerja menyuburkan tanah dan sekaligus mengkonservasikan dan menyehatkan ekosistem tanah serta menghindarkan terjadinya pencemaran lingkungan.

(24)

8 tanaman, memperbaiki struktur tanah, dan menambah kemampuan dalam

menahan air. Kompos memiliki peranan penting bagi tanah karena dapat mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat kimia, biologi, dan fisika (Lingga, 2001). Pembuatan kompos dengan cara tradisional membutuhkan waktu berbulan-bulan. Dengan kemajuan teknologi, proses pengomposan dapat berlangsung lebih cepat dengan cara menambahkan activator. Activator merupakan bahan yang terdiri dari enzim dan

mikroorganisme yang dapat mempercepat pengomposan. Salah satu activator adalah Effective Microorganisme (EM4).

Effective Microorganisme (EM4) merupakan bahan yang mengandung beberapa

mikroorganisme yang sangat bermanfaat dalam proses pengomposan. EM4 dapat meningkatkan fermentasi limbah dan sampah organik, serta menekan aktivitas serangga, hama, dan mikroorganisme pathogen. Selain mampu memperbaiki kesehatan dan kualitas tanah, juga bermanfaat memperbaiki pertumbuhan, jumlah, dan mutu hasil tanaman. EM4 merupakan larutan yang berisi beberapa

mikroorganisme yang dapat digunakan untuk memproses bahan limbah menjadi kompos (Djuarnani dkk., 2005)

Penggunaan pupuk organik merupakan salah satu teknik budidaya tanaman dengan pola pertanian yang ramah lingkungan yang diharapkan dapat

(25)

9 Proses pengomposan limbah organik dari sisa-sisa tanaman dapat dipacu dengan menggunakan bioaktivator. Bioaktivator yaitu suatu mikroorganisme yang mampu meningkatkan suatu laju reaksi. Salah satu jenis bioaktivator yang digunakan dalam penelitian ini yaitu EM-4. Bioaktivator ini merupakan suatu bahan yang mengandung beberapa jenis mikroorganisme yang bermanfaat dalam proses pengomposan (Djuarnani dkk., 2005).

Menurut Musnamar (2008), dari sekian banyak mikroorganisme, terdapat 4 mikroorganisme utama di dalam kultur EM-4 diantaranya adalah :

1. Bakteri fotosintetik (bakteri fototropik)

Bakteri ini membentuk zat-zat bermanfaat dari sekresi akar-akar tumbuhan, bahan organik dan gas-gas berbahaya dengan menggunakan sinar matahari sebagai sumber energi. Zat-zat ini bermanfaat seperti asam amino, asam nukleat, zat bioaktif dan gula yang dapat mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan pertumbuhan mikroorganisme lain.

2. Bakteri asam laktat (Lactobacillus sp.)

Memproduksi asam laktat sebagai hasil penguraian gula dan karbohidrat yang dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme merugikan.

3. Ragi

(26)

10 4. Actinomycetes sp.

Mikroorganisme yang strukturnya merupakan bentuk antara bakteri dan jamur, dimana menghasilkan zat-zat anti mikroba dari asam amino yang dikeluarkan oleh bakteri fotosintetik dan bahan organik. Jamur fermentasi seperti Aspergillus dan Penicillium menguraikan bahan organik secara cepat untuk menghasilkan alkohol, ester dan zat anti mikroba.

Dalam masa pertumbuhannya, tanaman memerlukan unsur hara yang cukup. Unsur hara yang berada dalam tanah terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman, sehinnga perlu dilakukan pemupukan tambahan untuk mengatasi rendahnya ketersedian hara di dalam tanah.

Pada penelitiian ini pupuk yang digunakan adalah pupuk organik sebagai pupuk tambahan yang diberikan pada fase generatif. Pada tanaman Legume seperti kacang kedelai, pada saat memasuki fase generatif, hanya sedikit unsur hara yang diangkut ke akar dan bagian vegetatif lainnya. Dengan demikian, pertumbuhan akar tertekan sehingga proses pengambilan hara dari dalam tanah menjadi terhambat. Hal ini dapat menyebabkan kegiatan pada bintil akar terganggu (Hanway dan Weber, 1997 yang dikutip oleh Zuleika, 2001).

1.4 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, berikut ini disusun kerangka pemikiran untuk memberikan penjelasan teoritis terhadap perumusan masalah. Dalam usaha peningkatan produksi tanaman kacang tanah dibutuhkan upaya yang optimal untuk mendapatkan hasil yang maksimum. Upaya tersebut dapat

(27)

11 memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman seperti air, cahaya, dan unsur hara.

Peningkatan produksi tanaman dapat dilakukan salah satunya dengan cara aplikasi pupuk.

Kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah, disamping itu didalam kompos terkandung hara-hara mineral yang berfungsi untuk penyediaan nutrisi bagi tanaman. Salah satu faktor yang

menentukan kompos tersebut baik atau sudah matang ialah C/N ratio dari kompos itu sendiri. Apabila C/N ratio dari kompos tersebut rendah maka kompos tersebut dapat dikatakan baik. Dikatakan baik karena pada C/N ratio yang rendah bahan penyusun kompos telah terurai secara sempurna. Sebaliknya, apabila C/N ratio dari kompos tersebut tinggi maka pupuk kompos tersebut kurang baik digunakan untuk tanaman karena proses dekomposisi baru pada tahap awal. Apabila kandungan N terlalu banyak pada tanah maka tanah akan bersifat asam dan pH tanah akan menurun. C/N ratio yang rendah mempunyai dampak yang positif bagi tanah yaitu dapat mempertahankan bahan organik dalam tanah karena adanya ketersediaan N yang cukup dalam tanah dan dapat juga memperbaiki sifat fisik, biologi,dan kimia tanah.

(28)

12 Pemberian pupuk susulan tanaman famili legum, saat fase generatif penyerapan hara melalui akar sudah mulai menurun. Hal ini terjadi karena bintil akar sudah terdegradasi dan daya serap akar sudah menurun sedangkan kebutuhan hara untuk pengisian polong dan biji semakin meningkat. Dengan pemberian pupuk organik susulan pada saat munculya ginofor diharapkan pertumbuhan tanaman akan lebih baik dibandingkan dengan tanaman tanaman yang tidak diberi pupuk organik susulan.

Pemberian pupuk organik susulan pada fase generatif dapat menyediakan kebutuhan hara yang diperlukan tanaman kacang tanah dalam pembentukan polong dan pengisian biji. Pada tanaman legume seperti kacang tanah, pada saat memasuki fase generatif, hanya sedikit unsur hara yang diangkut ke akar dan bagian vegetatif lainnya. Dengan demikian,pertumbuhan akar tertekan sehingga proses pengambilan hara dari dalam tanah menjadi terhambat. Hal ini dapat menyebabkan kegiatan pada bintil akar terganggu.

Unsur-unsur yang tergantung dalam pupuk organik susulan yang diberikan akan meningkatkan proses metabolisme sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman kacang tanah akan optimal. Unsur hara yang masuk ke jaringan tanaman ditranslokasikan ke sel-sel yang membutuhkan. Selanjutnya terjadi proses

fotosintesis di daun yang menghasilkan asimilat. Asimilat ini dimanfaatkan untuk proses pembelahan sel di seluruh jaringan tanaman dan penambahan ukuran sel, serta penggantian sel-sel yang rusak.

(29)

13 tanaman dan jumlah daun, maka proses fotosisntesis dan proses metabolisme lainnya meningkat yang menyebabkan meningkatnya jumlah bunga pada tanaman kacang tanah. Dengan meningkatnya asimilat akan memacu terjadinya

pembelahan sel serta dapat mengurangi kerontokan bunga, sehingga jumlah polong kacang tanah yang dihasilkan akan semakin banyak. Dan pada akhirnya diperolehlah produksi kacang tanah yang tinggi.

1.5 Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat di simpulkan hipotesis sebagai berikut:

1. Produksi kacang tanah yang diberi pupuk organik pada saat muncul ginofor lebih baik daripada produksi kacang tanah yang diberi pupuk organik pada saat awal tanam.

2. Produksi kacang tanah yang diberi pupuk organik menggunakan dekomposer lebih baik daripada produksi kacang tanah yang diberi pupuk organik tanpa menggunakan dekomposer.

(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Mengenai Kacang Tanah

2.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Tanah

Kacang tanah merupakan tanaman polong-polongan atau legume kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan namun saat ini telah menyebar ke seluruh dunia yang beriklim tropis dan subtropis. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) termasuk genus Arachis dari family Papilionidae, subfamily Leguminosae. Arachis hypogaea L. adalah salah satu

spesies dari genus Arachis yang banyak dibudidayakan di Indonesia maupun dunia. Klasifikasi tanaman kacang tanah dapat dilihat dibawah ini:

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Rosales

Famili : Papilionaceae Genus : Arachis

Spesies : Arachis hypogaea L.

(31)

15 kebutuhan hara N yang dipasok dari pupuk, atau bahkan tidak merespon lagi apabila dilakukan pemupukan N (Kasno, 2005).

2.1.2 Morfologi Tanaman Kacang Tanah

Tanaman kacang tanah umumnya mulai berbunga pada umur 20 hari, dan akan membentuk bunga seterusnya hingga umur 80 hari. Bunga yang telah diserbuki tumbuh ke arah bawah, membentuk bakal buah atau ginofor. Bunga yang tumbuh sebagian besar gugur sebelum menjadi ginofor. Ginofor yang terbentuk tidak semuanya berkembang menjadi polong yang berisi biji.

Menurut Suprapto (1993), kacang tanah merupakan tanaman yang melakukan penyerbukan sendiri, penyerbukan terjadi sebelum bunga mekar. Setelah terjadi pembuahan, bakal buah (ginofor) tumbuh memanjang menjadi tangkai polong. Pertumbuhan memanjang ginofor yang dapat mencapai 18 cm akan terhenti setelah terbentuk polong. Polong kacang tanah terbentuk jika ginofor berhasil menembus permukaan tanah.

2.1.3 Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Tanah

(32)

16 2.2 Pupuk Organik

Menurut Suriatna (1988), pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi, rata-rata mengandung 0,40% N, 0,20% P, dan 0,10% K. Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang tergantung dari berbagai faktor. Pupuk kandang secara umum menyediakan bahan organik, sedangkan pupuk anorganik seperti Urea,SP-36, dan KCL lebih bersifat sebagai penyumbang unsur hara, sehingga penggunaan pupuk organik yang dipadukan dengan pupuk anorganik dapat meningkatkan

produktivitas tanaman dan dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik baik pada lahan sawah maupun lahan kering.

Kompos merupakan pupuk organik yang dibuat dari proses pembusukan sisa-sisa buangan makhluk hidup (tanaman maupun hewan). Kompos sangat berperan dalam proses pertumbuhan tanaman. Kompos tidak hanya menambah unsur hara, tetapi juga menjaga fungsi tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik (Yuwono, 2005). Proses pengomposan merupakan proses mikrobiologi. Bahan organik dirombak oleh aktivitas mikroorganisme sehingga dihasilkan unsur karbon sebagai pembangun sel-sel tubuh(Musnamar, 2008).

(33)

17 Menurut Lingga dan Marsono (2008), kandungan utama yang terdapat dalam kompos adalah nitrogen, fosfor,kalium, kalsium, dan magnesium yang mampu memperbaiki kondisi tanah walaupun kadarnya rendah. Proses pengomposan dapat dibuat dengan dua cara, yaitu dengan bantuan oksigen (aerobik) dan tanpa bantuan oksigen (anaerobik). Pembuatan kompos aerobik dilakukan ditempat terbuka karena mikroorganisme yang berperan dalam proses tersebut

membutuhkan oksigen, yang berarti udara bebas bersentuhan langsung dengan oksigen. Sedangkan pengomposan anaerobik terjadi tanpa bantuan udara atau oksigen (Yuwono, 2005).

Menurut Djuarnani dkk., (2005), kualitas dan karateristik kompos yang baik sangat ditentukan oleh tingkat kematangan kompos, disamping kandungan logam beratnya. Kompos yang sudah matang dapat dicirikan dengan sifat yaitu,

berwarna coklat tua hitam dan remah, tidak larut dalam air meskipun sebagian kompos dapat membentuk suspensi, sangat larut dalam pelarut alkali, rasio C/N sebesar 20-40 tergantung bahan baku dan derajat humufikasi, memiliki kapasitas pemindahan kation dan absorbs terhadap air yang tinggi, memberikan efek yang menguntungkan bagi tanah dan pertumbuhan tanaman, memiliki temperatur yang sama dengan udara, tidak berbau, dan tidak mengandung asam lemak kuat.

2.3 Cara Pemberian Pupuk

(34)

18 diantara barisan tanaman dan ditempatkan disekeliling tanaman, yang ketiga diberikan melalui daun, dalam hal ini adalah dengan cara penyemprotan hara melalui daun (Hakim dkk., 1986).

Selain itu menurut Harjadi (2002), penempatan pupuk yang lain adalah cara top dressing yaitu penempatan langsung di atas tanaman tumbuh. Bila tanaman peka

terhadap kerusakan (kebakaran pucuk), pupuk dapat ditempatkan sepanjang sisi tanaman sebagai side dressing. Pemberian secara side dressing sering

dilakasanakan bersama penyiangan sehingga tercampur dengan tanah.

2. 4 Effective Microorganisme 4 (EM 4)

Effective Microorganisme 4 berupa larutan cair berwarna kuning kecoklatan,

ditemukan pertama kali oleh Prof. Dr. Teruo Higa dari Universitas Ryukus Jepang. Cairan ini berbau sedap dengan rasa manis dan tingkat keasaman (pH) kurang dari 3,5. Effective Microorganisme (EM 4) merupakan kultur campuran berbagai jenis mikroorganisme yang bermanfaat seperti fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi, actinomycetes, dan jamur fermentasi (jamur peragian) yang dapat dimanfaatkan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman mikroba tanah. Pemanfaatan EM dapat memperbaiki kesehatan dan kualitas tanah.

Pengaruh EM adalah sebagai berikut:

1. Menigkatkan manfaat bahan organik sebagai sumber pupuk. 2. Meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman.

(35)

19 4. Memperbaiki kondisi lingkungan fisik, kimia dan biologi tanah, serta

menekan pertumbuhan hama dan penyakit dalam tanah. (Sutanto, 2002).

Menurut Wididana (1995), EM-4 mengandung 90% Lactobacillus dan berbagai jenis mikroorganisme yang dapat memproduksi asam laktat. EM-4 dapat menguraikan bahan organic di dalam tanah secara anaerobic tanpa menimbulkan panas yang tinggi, sehingga bahan organik tersebut terlarut dalam tanah dan dapat diserap oleh perakaran tanaman secara langsung.

Dengan menggunakan EM-4 sebagai activator pupuk organik, maka pertumbuhan mikroorganisme patogen yang selalu menjadi masalah pada budidaya monokultur dan budidaya tanaman secara terus-menerus (continuous cropping) dapat ditekan. Selain digunakan di bidang pertanian, EM-4 juga seringkali digunakan di bidang peternakan, yaitu dengan cara mencampurkannya pada pakan atau minuman ternak. Mikroorganisme yang memiliki kemampuan untuk melawan

mikroorganisme patogen ini akan tetap hidup dalam usus ternak, sehingga ternak menjadi sehat (Djuarnani dkk., 2005)

Di dalam tanah, selain berfungsi untuk melarutkan senyawa organik menjadi tersedia bagi tanaman, EM-4 juga dapat menekan populasi jamur dan bakteri pathogen seperti Fusarium sp, Phytophtora sp, Phytium sp, Xanthomonas, Pseudomonas sp, dan lain-lain. Hal ini disebabkan karena senyawa-senyawa

(36)

20 memacu pertumbuhan jamur penangkap nematoda, sehingga populasi nematoda, yang merusak perakaran menjadi berkurang.

2.5 Golden harvest

Golden Harvest adalah pupuk biologi hidup (pupuk hayati) yang menerapkan teknologi Agricultural Growsth Promoting Innoculants (AGPI) yang

mengumpulkan berbagai mikroba bermanfaat dalam cairan yang diformulasi seimbang, mikroba didalam pupuk cair Tiens Golden Harvest merupakan mikroba unggul asli Indonesia. Mikroba-mikroba tersebut sangat dibutuhkan dalam proses penyuburan tanah secara biologi antara lain : Azospirillium sp; Azotobacter sp; Mikroba pelarut P; Lactobaccillus sp; dan Mikroba Pendegradasi

Selulosa. Selain mikroba, pupuk ini juga dilengkapi dengan hormon yang merangsang pertumbuhan akar tumbuhan. Mikroba dan enzim tersebut dapat bekerja secara maksimal dan dapat mengubah unsur hara yang tadinya sulit untuk diserap tanaman menjadi unsur hara yang mudah diserap oleh tanaman sehingga penggunaan pupuk menjadi sangat efisien. Karena mengandung berbagai mikroba tersebut pupuk cair Golden harvest juga dapat digunakan sebagai decomposer dalam proses pengomposan (Tiens Golden Harvest, 2009).

2.6 M-DEC

Mikroba mempercepat pengomposan, alelopati serta menekan perkembangan penyakit, larva insek dan biji gulma. Bahan aktif M-Dec adalah mikroba Trichoderma harzianum, T. pseudokoningii, Aspergillus sp dan Trametes.

(37)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Politeknik Negeri Lampung (Polinela) dari bulan Juni sampai dengan September 2011.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, ayakan tanah, timbangan, oven, meteran, polybag, gembor, alat tulis. Sedangkan bahan-bahan yang akan di pakai dalam penelitian ini adalah benih kacang tanah kultivar Kancil, pupuk kandang sapi yang dikomposkan, pupuk dasar NPK, tanah top soil.

3.3 Metode Penelitian

(38)

22 Faktor pertama adalah fase pemberian pupuk organik yang terdiri dari:

1. Pupuk organik yang diberikan pada saat awal tanam dengan dosis 25 gram perpolibag.

2. Pupuk organik yang diberikan pada saat awal tanam dengan dosis 12,5 gram perpolibag kemudian ditambah pada saat munculnya ginofor dengan dosis 12,5 gram perpolibag.

Sedangkan faktor kedua adalah pupuk organik dari kotoran sapi dengan keterangan sebagai berikut:

1. Pupuk organik dibuat tanpa dekomposer

2. Pupuk organik yang dibuat menggunakan dekomposer M-dec sesuai dosis anjuran.

3. Pupuk organik yang dibuat menggunakan dekomposer EM-4 sesuai dosis anjuran.

4. Pupuk organik yang dibuat menggunakan dekomposer Golden Harvest sesuai dosis anjuran.

Dosis anjuran yaitu 1 liter dekomposer untuk 1 ton bahan organik.

(39)

23

3.4 Pelaksanaan Penelitian

Adapun rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah 1. Persiapan media tanam

Tanah untuk media tanam diambil bagian top soil sebelumnya di ayak terlebih dahulu agar diperoleh media tanam yang remah. Kemudian dimasukkan ke dalam polybag sebanyak 10 kg Berat Kering Oven (BKO), dan setiap pelakuan diduplo. Sehingga jumlah seluruhnya ada 48 polybag.

2. Pencampuran dengan kompos dan pupuk dasar (NPK)

Tanah yang telah diayak dan dimasukkan ke dalam polybag seberat 10 kg BKO dicampur dengan kompos sesuai dengan dosis yang telah ditentukan, yaitu untuk masing-masing polybag diberikan 25 gram untuk setiap jenis kompos. Karena dosis per hanya adalah 5ton/ha. Untuk pupuk dasar NPK dipakai pupuk Phonska dengan dosis 75kg/ha.

3. Penanaman benih

Sebelum ditanam, benih diseleksi, dipilih benih yang besarnya seragam dan baik secara fisik. Kemudian dicampur dengan Furadan 3G untuk menghindari semut. Penanaman benih dilakukan pada pagi hari, dan setiap polybag ditanam dua benih. Benih ditanam ±3cm dan ditutup dengan tanah. Penyulaman dilakukan 1 minggu setelah penanaman apabila benih tidak tumbuh.

4. Pemeliharaan

(40)

24 5. Pengamatan

Pengamatan dimulai dari minggu pertama setelah ditanam, dan diamati secara periodik setiap minggunya.

3.5 Variabel Pengamatan

Untuk menguji kesahihan kerangka pemikiran dan hipotesis dilakukan

pengamatan terhadap komponen pertumbuhan dan produksi yang dihasilkan. Variabel yang akan diamati yaitu:

1. Tinggi tanaman

Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai titik tumbuh paling tinggi dan dilakukan dari awal minggu pertama setelah tanam dan diulang tiap minggu sekali sampai keluar bunga. Pengukuran dilakukan dalam satuan centimeter (cm) dengan menggunakan alat pengukur panjang.

2. Jumlah daun

Jumlah daun dihitung dari daun yang membuka sempurna yang dilakukan dari awal minggu pertama setelah tanam dan diulang tiap minggu sekali sampai keluar bunga, daun yang membuka belum sempurna tidak dihitung.

3. Bobot kering brangkasan

(41)

25 4. Bobot 50 butir

Pengamatan dilakukan dengan menghitung benih hingga 50 butir pada kadar air panen. Pengambilan sampel dilakukan dengna menggunakan alat pembagi tepat benih (seed devider) yang kemudian diukur bobotnya dengan timbangan ohaus sensitivitas 0,1 gram. Pengukuran dilakukan dalam satuan gram.

5. Jumlah polong total pertanaman

Jumlah polong total diperoleh dengan cara menghitung total polong yang ada termasuk polong muda dan polong masak pada saat panen.

6. Jumlah cabang lateral

Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah cabang ke n+1, yaitu cabang selain cabang utama pada setiap tanaman.

7. Jumlah polong masak per tanaman

(42)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Tidak terdapat perbedaan produksi antara kacang tanah yang diberi pupuk

organik pada awal tanam dan kacang tanah yang diberi pupuk organik pada saat muncul ginofor.

2. Pupuk organik dengan jenis dekomposer yang berbeda belum mampu meningkatkan produksi kacang tanah .

3. Produksi kacang tanah tidak bergantung pada fase pemberian dan jenis pupuk organik yang dekomposernya berbeda.

5.2 Saran

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T. 2003. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lawan Sawah dan Lahan Kering. Penebar Swadaya. Jakarta.

Alexander,M. 1992. Nitrogen Fixation Non-Simbiotik dalam Introduction To Soil Microbiology. New York. Jhon Willey & Sons, INC.

BPTP Banten. 2010. Pembuatan Pupuk Kompos. http://banten.litbang.deptan.go.id/id/ind/index.

php?option=com_content&view=article&id=230&Itemid=11. Diakses pada tanggal 28 maret 2011.

Djuarnani, Kristian, dan Setiawan. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Agromedia Pustaka. Jakarta. 74 hlm.

Duryatmo, S. 2009. Makhluk mini pengganda produksi. http://www.trubus-online.co.id. Diakses 20 desember 2011.

Ermayanti,L.2008. Pengaruh teknik pemupukan dan dosis pupuk NPK tambahan saat fase generative pada produksi dan kualitas benih buncis (Phaseolus vulgaris, L.) (Skripsi). Universitas Lampung. 70 hlm.

Frazier, W.B., and Dennis C. Westhoff. 1998. Food Microbiology. Third Edition.McGraw-Hill, Inc. New York. 539 hlm.

Hakim, N., Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul, M.A. Diha, G.B. Hong, dan H.H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung. 490 Hlm.

Hamdi, Y.A. 1982. Application Of Nitrogen-Fixing Systems In Soil Improvement And Management. Rome. Food And Agriculture Organization Of The United Nation.

(44)

Indriani, Y. H. 1999. Membuat Kompos Secara kilat. P T P e n e b a r S w a d a y a , Jakarta.

Kasno, A.2005.Profil dan Perkembangan Teknik Produksi Kacang Tanah di Indonesia. http:www.puslittan.bogor.net/addmin/downloads/Astanto.pdf. Diakses 23 maret 2011.

Kaspar, T.C. 1987. Growth and development of soybean root system. World Soybean Research Confrence III: (832-847).

Lingga, P. dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. PT Penebar Swadaya. Surabaya. 150 hlm.

Musnamar, E.I.2008. Pupuk Organik: Cair dan Padat, Pembuatan, Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta. 70 hlm.

Nyakpa, A.M., M.A Pulung., A. Munawar., A.G. Amrah., G.B. Hong., dan N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 258 hlm.

Rao, N.S.1994. Soil Microorganism and plant growth.Oxford and IBM publishing co. terjemahan H.Susilo. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan tanaman. Universitas Indonesia press.

Rayner, A. D. M. dan L. Boddy. 1988. Fungi Decomposition of Wood, Its Biology and Ecology. New York: Jhon wiley and Sons.

Rzaieva, O.M., N.V. Borzova and L.D. Varbanets. 2005. Screening of

microorganisme-producers of alpha-L-rhamnosidase. Microbiol. Z. 67 (5) : 19-27.

Semangun, H.1993. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. 1993. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 449 hlm.

Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Simplex. Jakarta.122 hlm.

Sukamto, S., Qithfirul, A. dan supandi. 1994. Teknik Perbanyakan dan Aplikasi Jamur Trichoderma spp. Pusat Penelitian Kopi dan kakau Indonesia. Jember. P.

(45)

Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta. 219.

Tate, R. L. 2000. Soil Microbiology, second edition. New York. Jhon Wiley & Sons,Inc.

Tisdale, S.L. and W.L.Nelson. 1975. Soil Fertility and Fertilizers. The Mc MIllan Co. New York. 321 pp.

Tiens Golden Harvest.2009. Katalog Produk. http:indonetwork.co.id/PANGAN PAPAN/1714012/golden-harvest.htm golden harvest 2. Diakses pada tanggal 28 Maret 2011.

Todar Kenneth (2004) Online Textbook's Todar of Bacteriology / University of Wisconsin-Madison, Dept. of Bacteriology aeruginosa Bakteriologi. University of Wisconsin-Madison, Departement.

Wididana,G.N. 1994. Mikroorganisme Sakti dari Jepang. Majalah Tumbuh Edisi Januari 1994 IV (41). PT Menara Bangun Tanindo. Jakarta. Hlm. 36-38.

Yuwono,D. 2005. Kompos. Penebar swadaya. Jakarta. 92 hlm.

Zuleika.2001. Pengaruh Pemupukan N Susulan terhadap Pertumbuhan dan Hasil Empat Genotipe Kedelai (Glycine max[L.] Merrill). Skripsi Fakultas

Referensi

Dokumen terkait

a. Sistem akuntansi penjualan tunai yang diterapkan pada KARMINA masih bersifat manual dan sangat sederhana. Akses informasi mengenai penjualan untuk pengendalian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan hukum pidana materil oleh hakim dalam putusan Nomor 24/PID.SUS/2012.Mks sudah cukup tepat, karena tindak pidana yang

Dalam pembelajaran yang digunkan guru juga dikatakan hanya pembelajaran dua arah sehingga siswa menjadi kurang aktif, hal ini terbukti ketika guru melamparkan

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang mengajak ibu lain untuk menggunakan

Di jaman yang sangat maju seperti sekarang ini pemain atau konsumen tak perlu mendatangi bandar untuk membelinya, masyarakat hanya perlu SMS ke bandar judi togel

Oistribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan 20 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan 21 Oistribusi Responden Menllrut Lamanya Menikah 21 Oistribusi Responden rnenurut Jurnlah

Teknik analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi untuk menggambarkan pengaruh pelayanan dan fasilitas terhadap

Hasil wawancara dan observasi ditemukan tidak adanya kebijakan, panduan dan SPO pengisian rekam medis, kesadaran dokter untuk mengisi rekam medis kurang, tidak adanya