A. SUMBER HUKUM PIDANA ISLAM
Membicarakan sumber hukum pidana islam bertujuan unutk memahami sumber nilai agama islam yang dijadikan petunjuk kehidupan manusia yang harus ditaati. Tujuan dimaksud, akan diungkapkan : (1).sistematika dan hubungan sumber-sumber ajaran agama dan kedudukan al-qur’an sebagai pedoman dan kerangka kegiatan umat islam. (2). Mempelajari arti dan fungsi as-sunnah sebagai penjelasan autentik al-qur’an dan perannya sebagai petunjuk bagi kehidupan manusia muslim, dan (3). Membahas kedudukan akal pikiran manusia yang memenuhi syarat untuk melaksankan ijtihad. Selain itu, diungkapkan peran ijtihad sebagai sumber pengembangan pengembangan nilai ajaran islam dan unsur-unsur Hukum Pidana Islam.
Sistematika sumber ajaran islam terdiri atas : (1) al-qur’an, (2). As-sunnah, dan (3). Ar-ra’yu. Sistematika dimaksud diuraikan sebagai berikut :
1. Al-qur’an
Al-qur’an adalah sumber ajaran islam yang pertama, memuat kumpulan wahyu-wahyu Allah yang disampiakan kepada nabi Muhammad SAW. Diantara kandungan isinya ialah peraturan-peraturan hidup untuk mengatur kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Allah, hubungannya dengan perkembangan dirinya, hubungannya dengan sesama manusia, dan hubungnnya dengan alam beserta makhluk lainya. Al-qur’an memuat ajaran islam, di antaranya : (1). Prinsip-prinsip keimanan kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, hari akhir, qadha dan qadhar dan sebagainya. (2). Prinsip-prinsip syariah mengenai ibadah khas (shalat, puasa, zakat, dan haji) dan ibadah umum (perekonomian, pernikahan, pemerintahan, hukum pidana, hukum perdata, dan sebagainya). (3). Janji kepada orang yang berbuat baik ancaman kepada orang yang berbuat jahat (dosa). (4). Sejarah nabi-nabi yang terdahulu, masyarakat, dan bangsa terdahulu. (5). Ilmu pengetahuan mengenai ilmu ketauhidan, agama, hal-hal yang menyangkut manusia, masyarakat, dan yang berhubungan dengan alam.
2. Sunnah
Sunnah nabi Muhammad SAW, merupakan sumber ajaran islam yang kedua. Karena, hal-hal yang diungkapkan oleh al-qur’an yang bersifat umum atau memerlukan penjelasan, maka nabi Muhammad saw. Menjelaskan melaui sunnah. Sunnah adalah perbuatan, perkataan, dan perizinan nabi muhammad saw. (af’alu, aqwalu,dan taqriru). Pengertian sunnah yang demikian mempunyai kesamaan pengertian hadits. Hal ini akan diuraikan pada pengertian sunnah.
3. Ar-ra’yu
Ar-ra’yu atau penalaran adalah sumber ajaran islam yang ketiga. Penggunaan akal (penalaran) manusia dalam menginterpretasi ayat-ayat al-qur’an dan sunnah yang bersifat umum. Hal ini dilakukan oleh ahli hukum islam karena memerlukan penalaran manusia. Oleh karena itu, ar-ra’yu mengandung beberapa pengertian di antaranya :
a. Ijma’
b. Ijtihad
Ijtihad ialah perincian ajaran islam yang bersumber dari qur’an dan al-hadits yang bersifat umum. Orang yang melakukan perincian dimaksud mujtahid. Mujtahid adalah orang yang memenuhi persyaratan untuk melakukan perincian hukum dari ayat-ayat al-qur’an dan al-hadits yang bersifat umum.
c. Qiyas
Qiyas adalah mempersamakan hukum suatau perkara yang belum ada ketetapan hukum nya dengan suatu perkara yang sudah ada ketentuan hukumnya. Persamaan ketentuan hukum dimaksud didasari oleh adanya unsur-unsur kesamaan yang sudah ada ketetapan hukumnya dengan yang belum ada ketetapan hukumnya yang disebut illat.
d. Istihsan
Istihsan adalah mengecualikan hukum suatu peristiwa dari hukum peristiwa-peristiwa lain yang sejenisnya dan memberikan kepadanya hukum yang lain yang sejenisnya. Penegecualian dimaksud dilakukan karena ada dasar yag kuat. Sebagai contoh, wanita itu sejak dari kepalanya sampai kakinya aurat. Kemudian diberikan oleh Allah dan rasul keizinan kepada manusia melihat beberapa bagian badanya bila dianggap perlu.
e. Maslahat mursalah
Maslahat mursalah ialah penetapan hukum berdasarkan kemaslahatan (kebaikan, kepentingan) yang tidak ada ketentuanya dari syara’ baik ketentuan umum maupun ketentuan khusus. Sebagai contoh mendahulukan kepentian dari kepentingan pribadi dan golongan.
f. Sadduz zari’ah
Sadduz zari’ah ialah menghambat/ menutup sesuatu yang menjadi jalan kerusakan untuk menolak kerusakan. Sebagai contoh, melarang orang meminum seteguk minuman memabukkan (padahal seteguk tidak memabukkan) untuk menutup jalan sampai kepada meminum yang banyak. g. Urf