• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Kebijakan tentang Penempatan Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Kebijakan tentang Penempatan Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

NEGERI SIPIL BERDASARKAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD)

DI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA BANDUNG

LAPORAN KKL

Diajukan Sebagai Laporan Kuliah Kerja Lapangan Di Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung

Pada Program Studi lmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

Disusunoleh: PRADITA RIFQIYA

41709030

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(2)
(3)

PENYERAHAN HAK EKSLUSIF

Bahwa yang bertanda tangan di bawah ini, penulis dan pihak instansi pemerintahan tempat penelitian, bersedia:

"Bahwa hasil penelitian dapat di online kan sesuai dengan peraturan yang berlaku, untuk kepentingan riset dan pendidikan".

Bandung, 5 november 2012 Penulis

(4)

66

I. Identitas Diri

Nama Lengkap : Pradita Rifqiya Tempat dan Tanggal Lahir : Pati, 07 Januari 1992 Status Perkawinan : Belum Kawin

Agama : Islam

Alamat Lengkap : Kp. Cilaja no.3 rt 01/rw13 sindanglaya

Email : riqiyapradita@yahoo.co.id

Handphone : +6285352572828

Nama Ayah : Drs. Syaefulloh

Pekerjaan Ayah : PNS

Nama Ibu : Istiyanah

Pekerjaan Ibu : Wiraswasta

Alamat Lengka : Kp. Cilaja no.3 rt 01/rw13 sindanglaya

II. Pendidikan Formal

1. SD Negeri Panggilingan 1997 - 2003 2. SMP Negeri 22 Bandung 2003 - 2006 3. SMA Pasundan 6 Bandung 2006 -2009

(5)

67

1. LDK PASKIBRA SMPN 22 Bandung

2. Pelatihan Protokoler HIMA Ilmu Pemerintahan UNIKOM Tahun 2009 3. LDK mahasiswa Prodi Ilmu Pemerintahan Tahun 2010

4. Table Manner 2010

5. Diskusi Politik Mahasiswa seJabar dan Banten 6. Ceramah Umum Dekan FISIP UNIKOM

IV. Pengalaman Organisasi

1. Anggota Paskibra SMPN 22 Bandung Tahun 2003-2004

2. Anggota Karangtaruna Bidang Humas Desa Sindanglaya Tahun 2007-2008

3. Anggota HIMA Prodi Ilmu Pemerintahan Bidang Minat dan Bakat Tahun 2010-2011

4. Anggota HIMA Prodi Ilmu Pemerintahan Bidang kesejahteraan Tahun 2011-2012

Demikian Riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

Bandung, Oktober 2012

Pradita RIFQIYA

(6)

iv

Halaman

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL...vi

DAFTAR GAMBAR... vii

LAMPIRAN………..………...…..viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan KKL... 1

1.2 Kegunaan KKL....……... 6

1.3 Metode Laporan KKL... 6

1.3.1 Teknik Pengumpulan Data... 7

1.3.1.1 Studi Pustaka ... 7

1.3.1.2 Studi Lapangan ... 7

1.4 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan KKL... 8

1.4.1 Lokasi KKL... 8

1.4.1.1 Gambaran Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung... 8

1.4.1.2 Tugas Pokok dan Fungsi Badan Kepegawaian Daerah... 9

1.4.1.3 Visi dan Misi Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung... 18

1.4.1.4 Tujuan dan Sasaran Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung... 19

1.4.1.5 Struktur Organisasi Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung... 20

(7)

v

2.1 Implementasi... 22

2.2 Kebijakan... 23

2.3 Implementasi Kebijakan... 27

2.4 Pegawai Negeri Sipil Daerah... 31

2.5 Tugas dan Fungsi Pegawai Negeri Sipil... 34

BAB III HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN KKL 3.1 Hasil Kegiatan KKL………...….………. 36

3.2 Pembahasan KKL…………...…….……….……..……... 39

3.2.1 Komunikasi Dalam Penempatan Pegawai Negeri Sipil Berdasarkan SKPD Di Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung... 39

3.2.2 Sumber Daya Dalam Penempatan Pegawai Negeri Sipil Berdasarkan SKPD di Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung …..….……...…………...…….. 49

3.2.3 Disposisi Dalam Penempatan Pegawai Negeri Sipil berdasarkan SKPD di Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung ……...……...…..…….. 50

3.2.4 Struktur Birokrasi Dalam Penempatan Jabatan Pegawai Di BKD Kota Bandung...……...….... 52

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan……….. 56

4.2 Saran………..………….. 57

(8)

vi

Halaman Tabel 1.1 Jadwal KKL... 21

(9)

vii

(10)

viii

halaman

Lampiran 1 Lembar Berita Acara Bimbngan...…………. 59

Lampiran 2 Lembar Form Aktivitas Harian Dilokasi KKL…………. 61

Lampiran 2 Surat Permohonan KKL……….. 63

Lampiran 3 Surat Persetujuan KKL……….... 64

Lampiran 4 Surat Telah Melaksanakan KKL………. 65

(11)

ii

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya, penulis dapat menyelesaikan Laporan KKL yang berjudul “IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG PENEMPATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL BERDASARKAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) DI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA BANDUNG“. yang merupakan judul dari Laporan KKL yang sudah penulis laksanakan.

Penulis menyadari sepenuhnya akan segala keterbatasaan penulis sendiri sehingga dalam penulisan Laporan KKL ini masih banyak kekurangan-kekurangan dan kelemahan. Namun penulis berusaha semaksimal mungkin agar Laporan KKL ini dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan hati terbuka dan lapang dada, penulis mengharapkan kritik yang membangun sebagai masukan yang berharga agar dapat menjadi bahan yang berguna dan bermanfaat bagi penulis di masa yang akan datang.

Proses penyusunan Laporan KKL ini, penulis banyak sekali mendapat bantuan dari berbagai pihak dan memberi bimbingan, dorongan dan segala fasilitas yang bermanfaat. Untuk itu dalam kesempatan yang berharga ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

2. Ibu Nia Karniawati, S.IP., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

(12)

iii

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

5. Kepala Badan Kepegawaian Daerah beserta seluruh staf di Badan Kepegawaian Daerah kota Bandung yang telah membantu penulis dalam melaksanakan KKL.

6. Bapak, Ibu, Kakak dan adikku tercinta yang sudah memberikan dorongan dengan do’a, moril maupun materil yang tidak ternilai, sangat berarti bagi penulis dalam menyelesaikan Laporan KKL ini.

7. Teman - teman seperjuangan di Program Studi Ilmu Pemerintahan

Semoga Laporan KKL ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca semua. Amiin.

Bandung, Oktober 2012

(13)

58

Buku - Buku:

Bungin, Burhan. 2001. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada.

Edward III, George C. 1984. Implementing Public Policy.Washington DC: Congresional Quarterly Press.

Islamy, M. Irfan. (2004). Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.

Luankali Bernandus. 2007. Analisis Kebijakan Publik Dalam Proses Pengambilan Keputusan. Jakarta: Amelia Press

Musanef (1984), Manajemen Kepegawaian di Indonesia. Jakarta. Gunung Agung

Subarsono, AG. (2005). Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tangkilisan, Hessel Nogi S. Drs. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. Lukman Offset &YPAPI. Yogyakarta.

Wahab, Solihin. (2005). Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.

Widodo Joko, 2001, Good Governance, Insan Cendekia, Surabaya. Widjaja. A.W.. 2006.Administrasi Kepegawaian. Jakarta: Rajawali

.

Winarno, Budi.(1996). Kebijakan Publik Teori dan Proses. Yogyakarta:Media Presisndo.

Dokumen-Dokumen :

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.

(14)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Laporan KKL

Pasca runtuhnya Orde Baru 21 Mei 1998 Indonesia mengalami euforia kebebasan politik yang belum terjadi sebelumnya. Banyak pihak yang meneriakkan kebebasan. Diantara wujud kebebasan yang paling tampak adalah kesempatan untuk menyiarkan aspirasi yang sejak lama terpendam, mulai dari teriakan desentralisasi kekuasaan, pekikan kedaulatan ataupun merdeka, selain itu dilaksanakan berbagai agenda reformasi. Salah satu isu yang berkaitan dengan agenda tersebut adalah penempatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) secara profesional disetiap lembaga pemerintahan.

Pada esensinya isu diatas bukanlah suatu hal yang baru. Pada masa orde lama sistem pemerintahan dan penyelenggaraan Negara yang dianut dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sistem sentralisasi dimana pengangkatan PNS dilaksanakan secara sentralistik. Segala kebijakan yang akan diambil harus berasal dari pemerintah pusat dan harus menunggu petunjuk pelaksanaan (juklat) dan petunjuk teknis (juknis) dalam proses pelaksanaannya.

Pada masa orde baru pengangkatan seorang aparat birokrasi pemerintahan juga menghendaki profesionalisme dalam diri seorang pejabat. Indikasi ini dapat dilihat pada jabatan-jabatan birokrasi pemerintahan yang dijabat oleh orang-orang profesional sesuai dengan potensi, dedikasi, dan prestasi yang bersangkutan.

(15)

dan bertanggungjawab dan dapat menjamin perkembangan dan pembangunan daerah.

Tugas Pemerintah Daerah (Pemda) semakin berat dengan diterapkannya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, mengingat tanggungjawab yang diberikan oleh pemerintah pusat sangat besar. Pada akhirnya Pemda harus memberikan kontribusi dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan umum dan pembangunan kearah yang lebih baik. Untuk mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan kinerja para aparatur pemerintah yang memiliki dedikasi, loyalitas serta profesionalisme yang tinggi dan tentunya mampu menjadi pelindung masyarakat.

Untuk mendapatkan aparat yang memiliki dedikasi dan hasil kerja yang optimal, maka harus dilakukan pertimbangan dan seleksi yang ketat bagi para calon pegawai negeri sipil, apalagi yang ingin menduduki suatu jabatan strategis. Agar aparat dapat lebih menghayati bidang tugasnya maka seyogianya pelaksanaan rekruitmen dan penempatan pegawai harus berpedoman pada analisis jabatan, dimana outputnya berisi uraian jabatan, spesifikasi jabatan, dan standar kinerja.

Ada beberapa permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah daerah yang berkaitan dengan sumber daya aparatur antara lain: pertama, pemda kekurangan pegawai yang berkwalitas yang mampu bekerja secara efektif. Kedua, setiap perekrutan dan penempatan PNS selalu berujung pada pertimbangan politik artinya terdapat beberapa kepentingan politik atau yang didasarkan atas hubungan kekeluargaan. Ketiga, tidak adanya standar kerja yang jelas untuk suatu jabatan sehingga merancukan pengertian profesionalisme. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas, maka diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas yang mampu meningkatkan kinerja dan pelayanan terhadap masyarakat.

(16)

ke waktu. Standar pelayanan merupakan ukuran yang ditetapkan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang harus ditaati oleh pemerintah sebagai pihak pemberi pelayanan dan masyarakat sebagai pihak penerima pelayanan. Tujuannya, untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat, sebagai prioritas (sasaran) utama yang harus dilayani.

Kota Bandung sebagai salah satu wilayah Negara Republik Indonesia telah menunjukkan kemandiriannya dengan kemajuan dan peningkatan daerah seiring dengan pembangunan Nasional di segala bidang baik dalam pertumbuhan ekonomi sosial kemasyarakatan maupun kehidupan masyarakatnya. Tetapi disisi lain penerapan pembangunan tersebut juga mengandung resiko yang memerlukan antisipasi negara, antara lain menurunnya pelayanan masyarakat yang diakibatkan oleh cara kerja dari aparatur atau pegawai sebagai pelaksana untuk melayani masyarakat. Oleh karena itu peningkatan pelayanan masyarakat perlu untuk ditingkatkan, tidak hanya pada sistem prosedur yang digunakan, tetapi yang lebih penting lagi adalah kepada manusianya yang dalam hal ini adalah mengenai semangat kerja pegawai perlu mendapatkan perhatian yang serius dari pimpinan. Pegawai adalah mereka yang menyumbangkan jasanya kepada suatu badan usaha baik pegawai swasta maupun pegawai negeri. Pegawai negeri yang diuraikan dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dalam Bab I ayat 1 yang berbunyi sebagai berikut :

“Pegawai Negeri adalah setiap warga Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”

(17)

tinggi.Usaha untuk meningkatkan semangat kerja yang tinggi, seorang pimpinan harus tanggap terhadap kondisi lingkungan kerja yang ada. Yaitu mampu menciptakansuasana kerja yang menyenangkan, menyediakan peralatan kantor dan kondisi yang memadai, lingkungan kerja yang nyaman dan tidak membosankan.

Percepatan peningkatan kinerja pegawai di suatu pemerintahan, tidak diikuti dengan percepatan yang sama di sektor publik. Sehingga masyarakat dapat melihat adanya ketidakseimbangan dalam standar kualitas pemberian pelayanan. Hal ini, secara tidak langsung tuntunan masyarakat agar pemerintah meningkatkan kinerja. Semakin tinggi, kinerja akan terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam pengelolaan keuangan rakyat. Maka segera mungkin mengevaluasi kinerja pemerintah melalui demonstrasi atau jalur-jalur lainnya.

Pengelolaan pegawai secara profesional dimulai sejak perekrutan pegawai, penyelesaian, pengklasifikasian, penempatan pegawai sesuai dengan kemampuan, penataran, dan pengembangan kariernya serta proses pemberhentian. Instansi atau lembaga, mempunyai banyak pegawai yang secara potensi berkemampuan tinggi tetapi tidak mampu berprestasi dalam kerja.

(18)

"bahwa untuk melaksanakan salah satu fungsi manajemen kepegawaian dan dalam upaya meningkatkan hubungan antara Pemerintah dengan Daerah Provinsi dan daerah Kabupaten/ Kota, serta untuk mendorong peranan Pegawai Negeri Sipil s ebagai salah satu unsur perekat dan pemersatu bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia,dipandang perlu mengatur kembali ketentuan mengenai wewenang pengangkatan,pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dengan Peraturan Pemerintah."

Pola penempatan tentunya akan berpengaruh pada kinerja pegawai. semua itu harus disesuaikan dengan kondisi saat ini, agar pegawai konsisten dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya. proses penempatan pegawai yang tidak tepat akan menyebabkan kinerja yang kurang optimal, saat ini pola penempatan pegawai di Kota Bandung masih belum sepenuhnya sesuai dengan kompetensi dan kualifikasi.

Permasalahan lain dalam susunan organisasi pemerintah yang masih belum sepenuhnya mengacu kepada kebutuhan. Pembagian tugas antar instansi atau unit yang kurang jelas, menyebabkan munculnya aparatur yang kurang professional. Prosedur standar yang belum tersedia secara baku serta sistem pengawasan pun belum efektif. Hal ini merupakan bukti, bahwa suatu organisasi maupun para aparatur belum bisa mengatur para aparatur secara maksimal serta mengarahkan para pegawai menjadi pegawai yang professional di bidangnya.

(19)

Berdasarkan permasalahan diatas tentang penempatan pegawai yang tidak sesuai dengan profesional di bidangnya dan keahliannya sehingga dalam jabatan yang diberikan kurang begitu cocok dengan dalam melaksakan kerja dan tugasnya di dalam suatu instansi pemerintahan.Maka Penulis mengambil judul KKL sebagai berikut: “Implementasi Kebijakan tentang Penempatan Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Di Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung“.

1.2 Kegunaan KKL

Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut :

1. Kegunaan bagi penulis, KKL dilakukan agar data-data yang di peroleh dari laporan ini dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan di Badan tersebut guna meningkatkan kinerja masa yang akan datang.

2. Secara teoritis, penelitian ini untuk mengembangkan teori-teori tentang Implementasi Kebijakan tentang Penempatan Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Di Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung (BKD)

3. Kegunaan Praktis, KKL yang dilakukan dengan cara pencarian data langsung ke sumber data yang bersangkutan, dan dapat memberikan kegunaan bagi instansi yaitu Badan Kepegawaian Daerah Pemerintah Kota Bandung itu sendiri.

1.3 Metode Laporan KKL

Sesuai dengan masalah yang ditulis pada laporan KKL ini, khususnya yang berhubungan dengan yang terjadi sekarang, maka dasar-dasar yang digunakan adalah dengan mencari kebenaran dalam penulisan berdasarkan suatu metode. Metode tersebut dapat lebih mengarahkan penyusun dalam melakukan penulisan dan pengamatan

(20)

“Penelitian yang menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variable yang timbul di masyarakat yang menjadi permasalahannya itu, kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variable tertentu. Penelitian deskriptif dapat bertipe kualitatif dan kuantitatif sedangkan yang bertipe kualitatif adalah data diungkapkan dalam bentuk kata-kata atau kalimat serta uraian-uraian” (Bungin, 2001:124).

Dengan mencermati definisi-definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa metode penelitian deskriptif dengan merupakan metode penelitian yang memberikan gambaran dan uraian yang jelas, sistematis, faktual dan akurat dalam sebuah penelitian serta penulis merupakan instrumen kunci dalam sebuah KKL yang mengutamakan kualitas data, artinya data yang disajikan dalam bentuk kata atau kalimat (tidak menggunakan analisis statistika).

1.3.1 Teknik Pengumpulan Data 1.3.1.1 Studi Pustaka

Kegiatan yang dilakukan dengan cara menelaah dan membandingkan sumber kepustakaan untuk memperoleh data yang bersifat teoritis tentang penempatan PNS. Peneliti dapat memperoleh informasi tentang teknik-teknik tentang penempatan PNS terhadap aparatur Badan Kepegawaian Daerah agar penelitian dapat menyelesaikan KKL ini, sehingga pekerjaan peneliti tidak merupakan duplikasi.

1.3.1.2 Studi Lapangan

Peninjauan yang dilakukan langsung pada Badan Kepegawaian Daerah yang menjadi objek penelitian dengan tujuan yakni, mencari bahan-bahan sebenarnya, bahan-bahan-bahan-bahan yang lebih banyak, lebih tepat, lebih up to date, disamping itu peneliti juga melakukan suatu penelitian dengan cara sebagai berikut:

a. Observasi non partisipan

(21)

mereka lakukan, sehingga peneliti dapat lebih mudah mengamati tentang data dan informasi yang diharapkan. Peneliti meneliti tentang Implementasi kebijakan dalam penempatan PNS di Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung.

b. Wawancara

Yaitu kegiatan tanya - jawab antara peniliti dengan aparatur dibidang subag umum dan kepegawaian tentang Implementasi Kebijakan tentang pemenpatan PNS di Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung. Wawancara yang dilakukan penulis adalah jenis wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara yang tidak menggunakan panduan wawancara akan tetapi dilakukan secara langsung menanyakan kepada Subag Umum dan Kepegawaian yang berkaitan dengan informasi mengenai Implementasi Kebijakan tentang Penempatan Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung.

1.4 Lokasi dan Waktu KKL 1.4.1 Lokasi KKL

Lokasi penelitian dilaksanakan di Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung , yang beralamatkan di Jalan Wastukencana No.2 Bandung Jawa Barat. Telepon (022)4232338 – 4232339.

1.4.1.1 Gambaran Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung

Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung, merupakan salah satu perangkat daerah yang memiliki tugas pokok melaksanakan sebagian urusan pemerintahan lingkup manajemen kepegawaian berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12 tahun 2007 tentang Pembentukan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kota Bandung.

(22)

tangganya sendiri yang ditandai dengan terbitnya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 dan telah diperbaharui dengan Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Hal ini tentu berimplikasi juga terhadap urusan-urusan kepegawaian. Maka terbitlah Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian. Dalam undang-undang yang baru tersebut memuat aturan mengenai penyelenggaraan kebijaksanaan manajemen Pegawai Negeri Sipil secara nasional dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Negara.Sedangkan untuk pelaksanaan manajemen Pegawai Negeri Sipil di daerah dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Daerah. Berkaitan dengan hal tersebut, terbitlah Keputusan Presiden Nomor 159 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Badan Kepegawaian Daerah yang menjadi dasar perubahan bentuk organisasi yang mengurus kepegawaian dari Bagian Kepegawaian menjadi Badan Kepegawaian Daerah. Implementasi Keputusan Presiden Nomor159 tahun 2000 di Kota Bandung mulai bulan Januari tahun 2008 berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12 tahun 2007 tanggal 28 Desember 2007.

1.4.1.2 Tugas Pokok dan Fungsi Badan Kepegawaian Daerah

(23)

A. Kepala Badan

Kepala Badan Kepegawaian Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan pemerintahan lingkup manajemen kepegawaian.Dalam melaksanakan tugas pokok Kepala Badan Kepegawaian Daerah mempunyai fungsi :

a. perumusan kebijakan teknis lingkup perencanaan, kesejahteraan pegawai, pengembangan karier pegawai, mutasi pegawai serta pendidikan dan pelatihan;

b. pembinaan dan pelaksanaan lingkup perencanaan, kesejahteraan pegawai, pengembangan karier pegawai, mutasi pegawai serta pendidikan dan pelatihan;

c. pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya;

d. pembinaan, monitoring, evaluasi, dan laporan kegiatan Badan.

B.Sekretariat

Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Badan Kepegawaian Daerah lingkup kesekretariatan.Untuk melaksanakan tugas pokok Sekretariat mempunyai fungsi :

a. pelaksanaan penyusunan rencana kegiatan kesekretariatan;

b. pelaksanaan kesekretariatan Badan meliputi administrasi umum dan kepegawaian, keuangan, dan program;

c. pelaksanaan pengkoordinasian penyusunan perencanaan, evaluasi, dan pelaporan kegiatan Badan;

d. pengkoordinasian penyelenggaraan tugas-tugas Bidang;

e. pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan laporan kegiatan kesekretariatan.

1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

(24)

Untuk melaksanakan tugas pokok Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai fungsi :

a. penyusunan bahan rencana dan program pengelolaan lingkup admnistrasi umum dan kepegawaian;

b. pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan naskah Dinas, penataan kearsipan Dinas, penyelenggaraan kerumahtanggaan Dinas, pengelolaan perlengkapan, dan administrasi perjalanan Dinas;

c. pelaksanaan administrasi kepegawaian yang meliputi kegiatanpenyiapan bahan penyusunan rencana mutasi, cuti, disiplin, pengembangan pegawai, dan kesejahteraan pegawai

d. pelaporan kegiatan lingkup administrasi umum dan kepegawaian.

2. Sub Bagian Keuangan dan Program

Sub Bagian Keuangan dan Program mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup keuangan dan program.Untuk melaksanakan tugas pokok Sub Bagian Keuangan dan Program mempunyai fungsi :

a. penyusunan rencana dan program pengelolaan administrasi keuangan dan program kerja

b. pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan meliputi kegiatan penyiapan bahan penyusunan rencana anggaran, koordinasi penyusunan anggaran, koordinasi pengelola dan pengendalian keuangan dan menyusun laporan keuangan Badan;

c. pelaksanaan pengendalian program meliputi kegiatan penyiapan bahan penyusunan rencana kegiatan Dinas, penyusunan rencana dan program Dinas serta penyusunan laporan pelaksanaan program; d. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan lingkup kegiatan pengelolaan

(25)

C. Bidang Perencanaan dan Kesejahteraan Pegawai

Bidang Perencanaan dan Kesejahteraan Pegawai mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Badan Kepegawaian Daerah lingkup perencanaan dan kesejahteraan pegawai.Untuk melaksanakan tugas pokok Bidang Perencanaan dan Kesejahteraan Pegawai mempunyai fungsi:

a. perencanaan dan penyusunan program lingkup perencanaan kepegawian dan informasi data serta kesejahteraan pegawai;

b. penyusunan petunjuk teknis lingkup perencanan kepegawaian dan informasi data serta kesejahteraan pegawai;

c. pelaksanaan lingkup perencanaan kepegawaian dan informasi data serta kesejahteraan pegawai;

d. monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan lingkup perencanaan kepegawaian dan informasi data serta kesejahteraan pegawai.

1.Sub Bidang Perencanaan Kepegawaian dan Informasi Data

Pengumpulan dan penganalisaan data lingkup perencanaan kepegawaian dan informasi data;

a. penyiapan bahan petunjuk teknis lingkup perencanaan kepegawaian dan informasi data;

b. pelaksanaan lingkup perencanaan kepegawaian dan informasi data yang meliputi pendataan pegawai, pemetaan kuantitas dan kualitas pegawai pada setiap satuan organisasi perangkat daerah, perencanaan kebutuhan pegawai dan rencana pendistribusian pegawai, pengumpulan dan penyimpanan data dan arsip pegawai, pengelolaan dan pengembangan sistem informasi manajemen kepegawaian (SIMPEG), serta penyelengaraan penyajian dan layanan data informasi kepegawaian;

(26)

1. Sub Bagian Kesejahteraan Pegawai

Sub Bidang Kesejahteraan Pegawai mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Perencanaan dan Kesejahteraan Pegawai lingkup kesejahteraan pegawai. Untuk melaksanakan tugas pokok Sub Bidang Kesejahteraan Pegawai mempunyai fungsi :

a. pengumpulan dan penganalisaan data lingkup kesejahteraan pegawai;

b. penyiapan bahan petunjuk teknis lingkup kesejahteran pegawai; c. pelaksanaan lingkup kesejahteraan pegawai yang meliputi

pendataan, pengkajian, pengusulan dan penyiapan penetapan gaji, tunjangan dan kesejahteraan pegawai, penyiapan penetapan pegawai, pemberian tanda jasa/penghargaan, pemrosesan peringatan dan hukuman disiplin pegawai, pembekalan dan pembinaan mental pegawai;

d. evaluasi pelaporan pelaksanaan lingkup kesejahteraan pegawai.

D. Bidang Pengembangan Karier Pegawai

Bidang Pengembangan Karier Pegawai mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Badan Kepegawaian Daerah lingkup pengembangan karier pegawai.Untuk melaksanakan tugas pokok Bidang Pengembangan Karier Pegawai mempunyai fungsi :

a. perencanaan dan penyusunan program lingkup analisa pengembangan karier serta analisa kompetensi dan penempatan; b. penyusunan petunjuk teknis analisa pengembangan karier serta

analisa kompetensi serta analisa kompetensi dan penempatan; c. pelaksanaan lingkup analisa pengembangan karier serta analisa

kompetensi dan penempatan ;

(27)

1. Sub Bagian Analisa Pengembangan Karier

Sub Bidang Analisa Pengembangan Karier mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas kepala Bidang Pengembangan Karier Pegawai lingkup analisa pengembangan karier.Untuk melaksanakan tugas pokok Sub Bidang Analisa Pengembangan Karier mempunyai fungsi:

a. pengumpulan dan penganalisaan data lingkup analisa pengembangan karier;

b. penyiapan bahan petunjuk teknis lingkup analisa pengembangan karier;

c. pelaksanaan lingkup analisa pengembangan karier yang meliputi pendataan dan penyusunan riwayat pegawai (track record) pegawai, penyusunan rencana dan pengkajian pengembangan karier pegawai dan profesionalisme pegawai, penyelengaraan peningkatan dan pembinaan karier pegawai, penyusunan rencana mutasi, rotasi pegawai, dan keikutsertaan dan kebutuhan diklat pegawai dalam rangka pengembangan karier pegawai dan profesionalisme pegawai; d. evalusi dan pelaporan pelaksanaan lingkup analisa pengembangan

karier.

2. Sub Bagian Analisa Kompetensi dan Penempatan

Sub Bidang Analisa Kompetensi dan Penempatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Karier Pegawai lingkup analisa kompetensi dan penempatan.Untuk melaksanakan tugas pokok Sub Bidang Analisa Kompetensi dan Penempatan mempunyai fungsi:

a. pengumpulan dan penganalisaan data lingkup analisa kompetensi dan penempatan;

b. penyiapan bahan petunjuk teknis lingkup analisa kompetensi dan penempatan

(28)

pelaksanaan analisa kompetensi pegawai, pelaksanaan uji kelayakan dan kepatutan serta fasilitasi pengadministrasian penempatan pegawai dalam jabatan;

d. evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup anallisa kompetensi dan penempatan

F. Bidang Mutasi Kepegawaian

Bidang Mutasi Kepegawaian mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Badan Kepegawaian lingkup mutasi pegawai.Untuk melaksanakan tugas pokok Bidang Mutasi Kepegawaian mempunyai fungsi:

a. perencanaan dan penyusunan program lingkup mutasi pegawai fungsional serta mutasi kepegawaian struktural dan non struktural; b. penyusunan petunjuk teknis lingkup mutasi pegawai fungsional serta

mutasi pegawai struktural dan non struktural;

c. pelaksanaan lingkup mutasi pegawai fungsional serta mutasi pegawai struktural dan non struktural;

d. evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup mutasi pegawai fungsional serta mutasi pegawai struktural dan non struktural.

1. Sub Bagian Mutasi Kepegawaian Fungsional

Sub Bidang Mutasi Pegawai Fungsional mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Mutasi Kepegawaian lingkup mutasi pegawai fungsional.Untuk melaksanakan tugas pokok Sub Bidang Mutasi Pegawai Fungsional mempunyai fungsi :

a. pengumpulan dan penganalisaan data lingkup mutasi pegawai fungsional;

b. penyiapan bahan petunjuk teknis lingkup mutasi pegawai fungsional; c. pelaksanaan lingkup mutasi pegawai fungsional yang meliputi

(29)

d. evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup mutasi pegawai fungsional;

2. Sub Bagian Mutasi Pegawai Struktural dan Non Struktural

Sub Bidang Mutasi Pegawai Struktural dan Non Struktural mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Mutasi Kepegawaian lingkup mutasi kepegawaian struktural dan non struktural.Untuk melaksanakan tugas pokok Sub Bidang Mutasi Pegawai Struktural dan Non Struktural mempunyai fungsi :

a. pengumpulan dan penganalisaan data lingkup mutasi pegawai struktural dan non struktural;

b. penyiapan bahan petunjuk teknis lingkup mutasi pegawai struktural dan non struktural;

c. pelaksanaan lingkup mutasi pegawai struktural dan non struktural yang meliputi pelayanan administrasi kepegawian dalam pengangkatan pegawai dalam jabatan struktural dan non struktural, mutasi kepangkatan, kenaikan gaji berkala, pemindahan, pemberhentian dan pensiun pegawai strukutal dan non structural; d. evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup mutasi pegawai

struktural dan non struktural.

F. Bidang Pendidikan dan Pelatihan

Bidang Pendidikan dan Pelatihan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Badan Kepegawaian Daerah lingkup pendidikan dan pelatihan.Untuk melaksanakan tugas pokok Bidang Pendidikan dan Pelatihan mempunyai fungsi :

a. perencanaan dan penyusunan program lingkup perencanaan pendidikan dan pelatihan serta pelaksanaan pendidikan dan pelatihan;

(30)

c. pelaksanaan lingkup perencanaan pendidikan dan pelatihan serta pelaksanaan pendidikan dan pelatihan;

d. evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup perencanaan pendidikan dan pelatihan serta pelaksanaan pendidikan dan pelatihan.Sub Bidang Perencanaan Kepegawaian dan Informasi Data mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Perencanaan dan Kesejahteraan Pegawai lingkup perencanaan kepegawaian dan informasi data.

1. Sub Bidang Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan

Sub Bidang Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendidikan dan Pelatihan lingkup perencanaan pendidikan dan pelatihan.Untuk melaksanakan tugas pokok Sub Bidang Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan mempunyai fungsi :

a. pengumpulan dan penganalisaan data lingkup perencanaan pendidikan dan pelatihan;

b. penyiapan bahan petunjuk teknis lingkup perencanaan pendidikan dan pelatihan

c. pelaksanaan lingkup perencanaan pendidikan dan pelatihan yang meliputi analisa kebutuhan diklat, penyusunan rencana teknis pengembangan sistem diklat, kurikulum, silabi, modul dan metod pembelajaran diklat serta penyusunan rencana jadual diklat, calon peserta diklat, dan penyediaan widyaiswara;

d. evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup perencanaan pendidikan dan pelatihan.

2. Sub Bidang Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan

(31)

a. pengumpulan dan penganalisaan data lingkup pelaksanaan pendidikan dan pelatihan;

b. penyiapan bahan petunjuk teknis lingkup pelaksanaan pendidikan dan pelatihan;

c. pelaksanaan lingkup pelaksanaan pendidikan dan pelatihan yang meliputi penyediaan kebutuhan prasarana dan sarana pelaksanaan diklat, pengendalian dan pengelolaan pelaksanaan diklat, pengendalian dan pengelolaan pelaksanaan diklat, serta penyiapan surat tamat pendidikan dan pelatihan;

d. evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup pelaksanaan pendidikan dan pelatihan.

1.4.1.3 Visi dan Misi Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung

Visi Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung Tahun 2009-2013 adalah “Badan Kepegawaian Daerah sebagai Lembaga Aparatur yang Adaptif, Inovatif dan Akomodatif".

Adapun maknanya adalah sebagai berikut:

1. Adaptif : Menyesuaikan kepada pedoman, standar dan prosedur yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.

2. Inovatif : Memiliki kemampuan untuk menciptakan program/model yang mendukung peningkatan administrasi dan manajemen kepegawaian berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. 3. Akomodatif : Dapat menyelaraskan/mensinkronisasi

kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan peraturan kepegawaian yang ditetapkan oleh pemerintah pusat/ pemerintah provinsi dengan muatan lokal.

Misi Badan Kepegawaian Daerah, yaitu sebagai berikut :

1. Peningkatan pelayanan administrasi kepegawaian yang transparan dan akuntabel.

(32)

4. Pembangunan dan Pengembangan Model Assesment Centre dalam rangka penempatan dalam jabatan struktural dan fungsional.

1.4.1.4 Tujuan dan Sasaran Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung Tujuan dan sasaran yang akan dicapai oleh BKD adalah sebagai berikut :

1. Tujuan

a. Terwujudnya pelayanan administrasi kepegawaian yang tepat waktu dan tepat sasaran

b. Terpenuhinya kesejahteraan pegawai yang sesuai norma dan standar;

c. Terwujudnya Sumber Daya Aparatur yang kompeten melalui lembaga aparatur yang adatif, inovatif, dan akomodatif;

d. Terwujudnya aparatur yang cerdas intelektual, emosional, dan spiritual;

e. Terwujudnya Penyajian Informasi Data Kepegawaian yang akurat dan termutakhirkan;

f. Terpenuhinya pejabat structural dan fungsional berdasarkan kompetensi

2. Sasaran

a. Tercapainya pelayanan administrasi kepegawaian tepat waktu dan tepat sasaran;

b. Meningkatnya kesejahteraan pegawai;

c. Meningkatnya kualitas dan kompetensi sumber daya aparatur;

d. Meningkatnya aparatur yang cerdas intelektual, emosional, dan spiritual;

e. Tersedianya informasi data kepegawaian yang akurat dan termutakhirkan.

(33)

1.4.1.5 Struktur Organisasi Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung Pegawai dalam sebuah organisasi merupakan salah satu faktor penting, dimana dengan adanya pegawai maka tujuan organisasi akan mudah tercapai. Adapun struktur organisasi Badan Kepegawaian Daerah sebagai berikut.

Gambar 1.1 Struktur Organisasi

(34)

1.4.2 Waktu Pelaksanaan KKL

Jadwal penulisan kuliah kerja lapangan di mulai saat penyusunan sampai pengumpulan laporan yaitu terdiri dari :

a) Penyusunan rancangan judul,bulan Mei 2012.

b) Penyusunan Laporan KKL dengan arahan pembimbing, bulan Juni-Juli 2012.

c) Pengumpulan data di lapangan, bulan Agustus 2012.

d) Analisa data yang diperoleh dari lapangan, bulan Agustus-September 2012.

e) penyusunan laporan KKL, bulan September-Oktober 2012. f) Pengumpulan laporan KKL, Oktober 2012.

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian

Waktu

Kegiatan

2012 2013

Mei Juni Juli Agst Sept Okt Jan Pengajuan Judul

Penelitian

Penyusunan Laporan KKL dan Pelaksanaan KKL Pengumpulan Data

Penyusunan Laporan KKL

Pengumpulan Laporan KKL

(35)

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Implementasi

Secara etimologis pengertian implementasi menurut Van Horn dan Van Meter yang dikutip oleh Subarsono :

"tindakan-tindakan oleh individu publik dan swasta (atau kelompok) yang diarahkan pada prestasi tujuan yang ditetapkan dalam keputusan kebijakan sebelumnya".( Van Horn Dan Van Meter dalam Subarsono 2006 : 100).

Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to implement yang berarti mengimplementasikan. Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu. Sesuatu tersebut dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan kenegaraan.

Berdasarkan definisi diatas maka implementasi itu merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Akan tetapi pemerintah dalam membuat kebijakan juga harus mengkaji terlebih dahulu apakah kebijakan tersebut dapat memberikan dampak yang buruk atau tidak bagi masyarakat.Hal tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak bertentangan dengan masyarakat apalagi sampai merugikan masyarakat.

(36)

Undang-Undang, sehingga membuat mereka menjadi tidak jelas untuk memutuskan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan.

Mazmanian dan Sebastiar juga mendefinisikan implementasi sebagai berikut:

“Implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah- perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan”. (Mazmanian dan Sebastiar dalam Wahab,2004:68).

Implementasi menurut Mazmanian dan Sebastier merupakan pelaksanaan kebijakan dasar berbentuk undang-undang juga berbentuk perintah atau keputusan-keputusan yang penting atau seperti keputusan badan peradilan. Proses implementasi ini berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan tertentu seperti tahapan pengesahan undang-undang, kemudian output kebijakan dalam bentuk pelaksanaan keputusan dan seterusnya sampai perbaikan kebijakan yang bersangkutan.

Menurut uraian di atas, jadi implementasi itu merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Akan tetapi pemerintah dalam membuat kebijakan juga harus mengkaji terlebih dahulu apakah kebijakan tersebut dapat memberikan dampak yang buruk atau tidak bagi masyarakat, Hal tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak bertentangan dengan masyarakat apalagi sampai merugikan masyarakat.

2.2 Kebijakan

(37)

kebijakan publik tersebut akan mendapat kendala ketika diimplementasikan. Sebaliknya, suatu kebijakan publik harus mampu mengakomodasikan nilai-nilai dan praktik-praktik yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.

Kebijakan berasal dari kata bijak. Menurut kamus Inggris Indonesia/ Indonesia Inggris karangan S.Woyowasito dan W.J.S Purwodarminto, kata bijak berarti learned, prudent, experienced. Kata bijak merupakan kata sifat yang selanjutnya dengan awalan “ke” dan akhiran “an” menjadi kata benda “kebijakan”. Hal itu bararti bahwa kebijakan itu menunjukkan adanya kemampuan atau kwalitas yang dimiliki seseorang dalam keadaannya yang learned (terpelajar), prudent (baik), dan experience (berpengalaman). Dengan demikian kebijakan berarti kata benda yang tetap menjadi tambahan keterangan terhadap suatu kata benda lainnya, (bijvoegeljik naam word, belanda). Kata kebijakan, menurut Wojowasito CS berarti: skill ( keterampilan) ability (kemampuan), capability ( kecakapan ), insight (kemampuan untuk memahami sesuatu).

Kebijakan diciptakan untuk mengatur kehidupan masyarakat untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama. Bernadus Luankali berpendapat bahwa kebijakan adalah “Ilmu tentang hubungan pemerintah dengan warga negara atau apa yang sesungguhnya dibuat oleh pemerintah secara riil untuk warga negara.” (Luankali, 2007:145). Hal ini berarti bahwa pemerintah dalam membuat suatu kebijakan tidak hanya untuk kepentingan pribadinya saja, namun berdasarkan kepentingan masyarakat.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan merupakan tindakan-tindakan atau keputusan yang dibuat oleh pemerintah, dimana tindakan atau keputusan dimaksud memiliki pengaruh terhadap masyarakatnya.

(38)

1. Pada umumnya kebijakan publik perhatiannya ditujukan pada tindakan yang mempunyai maksud atas tujuan tertentu dari pada perilaku yang berubah atau acak.

2. Kebijakan publik pada dasarnya mengandung bagian atau pola kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah daripada keputusan yang terpisah-pisah.

3. Kebijakan publik merupakan apa yang sesungguhnya dikerjakan oleh pemerintah dalam mengatur perdagangan, mengotrol inflasi, atau menawarkan perumahan rakyat, bukan apa maksud yang dikerjakan atau yang akan dikerjakan.

4. Kebijakan publik dapat berbentuk positif maupun negatif. Secara positif, kebijakan melibatkan beberapa tindakan pemerintah yang jelas dalam menangani suatu permasalahan; secara negatif, kebijakan publik dapat melibatkan suatu keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan suatu tindakan atau tidak mengerjakan apapun padahal dalam konteks tersebut keterlibatan pemerintah amat diperlukan.

5. Kebijakan publik, paling tidak secara positif, didasarkan pada hukum dan merupakan tindakan yang bersifat memerintah.

Kebijakan sebenarnya telah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, istilah kebijakan seringkali disamakan dengan istilah kebijaksanaan. Jika diuraikan terdapat perbedaan antara kebijakan dengan kebijaksanaan. Adapun pengertian kebijaksanaan lebih ditekankan kepada pertimbangan dan kearifan seseorang yang berkaitan dengan dengan aturan-aturan yang ada. Sedangkan kebijakan mencakup seluruh bagian aturan-aturan yang ada termasuk konteks politik, karena pada dasarnya proses pembuatan kebijakan sesungguhnya merupakan suatu proses politik. Menurut M. Irfan Islamy berpendapat bahwa:

(39)

Berdasarkan pendapat tersebut, kebijakan pada dasarnya suatu tindakan yang mengarah kepada tujuan tertentu dan bukan hanya sekedar keputusan untuk melakukan sesuatu. Kebijakan seyogyanya diarahkan pada apa yang senyatanya dilakukan oleh pemerintah dan bukan sekedar apa yang ingin dilakukan oleh pemerintah. Menurut Brian W. Hogwood and Lewis A. Gunn secara umum kebijakan dikelompokan menjadi tiga, yaitu:

1. Proses pembuatan kebijakan merupakan kegiatan perumusan hingga dibuatnya suatu kebijakan.

2. Proses implementasi merupakan pelaksanaan kebijakan yang sudah dirumuskan.

3. Proses evaluasi kebijakan merupakan proses mengkaji kembali implementasi yang sudah dilaksanakan atau dengan kata lain mencari jawaban apa yang terjadi akibat implementasi kebijakan tertentu dan membahas antara cara yang digunakan dengan hasil yang dicapai ( Dalam Tangkilisan, 2003:5).

Berdasarkan pengelompokan tersebut dapat dilihat bahwa kebijakan tentang pengangkatan status tenaga honorere memiliki tiga proses yang harus dikaji. Pengkajian dilakukan agar memudahkan aparatur dalam membuat suatu kebijakan dan meneliti kekurangan apa yang terjadi. Adapun menurut Woll terdapat tingkatan pengaruh dalam pelaksanaan kebijakan yaitu:

1. Adanya pilihan kebijakan atau keputusan dari tindakan pemerintah yang bertujuan untuk mempengaruhi kehidupan rakyat.

2. Adanya output kebijakan dimana kebijakan yang diterapkan untuk melakukan pengaturan/penganggaran, pembentukan personil dan membuat regulasi dalam bentuk program yang akan mempengaruhi kehidupan rakyat.

3. Adanya dampak kebijakan yang merupakan efek pilihan kebijakan yang mempengaruhi masyarakat.

(Dalam Tangkilisan, 2003:2).

(40)

2.3 Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Studi implementasi merupakan suatu kajian mengenai studi kebijakan yang mengarah pada proses pelaksanaan dari suatu kebijakan. Dalam praktiknya implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang begitu kompleks bahkan tidak jarang bermuatan politis dengan adanya intervensi berbagai kepentingan. Untuk melukiskan kerumitan dalam proses implementasi tersebut dapat dilihat pada pernyataan yaitu cukup untuk membuat sebuah program dan kebijakan umum yang kelihatannya bagus diatas kertas. Lebih sulit lagi merumuskannya dalam kata-kata dan slogan-slogan yang kedengarannya mengenakan bagi telinga para pemimpin dan para pemilih yang mendengarkannya. Dan lebih sulit lagi untuk melaksanakanannya dalam bentuk cara yang memuaskan semua orang termasuk yang meraka anggap klien.

Implementasi kebijakan sebagai pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutnya secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya.

Dalam berbagai sistem politik, kebijakan publik diimplementasikan oleh badan-badan pemerintah. Badan-badan tersebut melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pemerintah dari hari ke hari yang membawa dampak pada warga negaranya. Namun dalam praktinya badan-badan pemerintah sering menghadapi pekerjaan-pekerjaan di bawah mandat dari Undang-Undang, sehingga membuat mereka menjadi tidak jelas untuk memutuskan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan.

(41)

implementasi kebijakan baik yang bersifat individual maupun kelompok atau institusi. Implementasi dari suatu program melibatkan upaya-upaya pembuat kebijakan untuk mempengaruhi perilaku birokrat pelaksana agar bersedia memberikan pelayanan dan mengatur perilaku kelompok sasaran.

Secara etimologis pengertian implemetasi menurut Mazmanian dan Sabatier yang dikutip oleh Joko Widodo adalah sebagai berikut :

“Implementasi adalah memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikan maupun untuk menimbulkan dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian” (Mazmanian dan Sabatier dalam Widodo, 2001:192).

Kebijakan adalah sebagai suatu program pencapain tujuan, nilai-nilai dan tindakan-tindakan yang terarah dan kebijakan juga merupakan serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerinta dalam suatu lingkungan tertentu dengan menunjukan kesulitan-kesulitan dan kemungkinan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

Jadi sesuatu yang dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan ke negaraan. Sedangkan pengertian implementasi menurut Van Meter dan Van Horn adalah :

“Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan” (Meter dan Horn dalam Wahab, 2005:65).

(42)

kebijakan tersebut kurang diimplementasikan dengan baik oleh para pelaksana kebijakan.

Sejalan dengan kutipan di atas maka menurut Lester dan Stewart yang dikutip oleh Winarno, bahwa implementasi adalah:

“implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian luas merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan” (Lester dan Stewart dalam Winarno, 2002:101-102).

Jadi implementasi itu merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Akan tetapi pemerintah dalam membuat kebijakan juga harus mengkaji terlebih dahulu apakah kebijakan tersebut dapat memberikan dampak yang buruk atau tidak bagi masyarakat. Hal tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak bertentangan dengan masyarakat apalagi sampai merugikan masyarakat.

Berdasarkan pengertian implementasi di atas Van Meter dan Van Horn mengemukakan beberapa hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi yang dikutip oleh Wahab, yaitu:

1. Ukuran dan tujuan kebijakan 2. Sumber-sumber kebijakan

3. Ciri-ciri atau sifat Badan/Instansi pelaksana

4. Komunikasi antar organisasi terkait dengan kegiatan-kegiatan pelaksanaan

5. Sikap para pelaksana, dan

6. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik (Meter dan Horn dalam Wahab, 2005:79).

Sedangkan dalam pandangan Edwards III yang dikutip oleh Subarsono, implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yaitu:

1. Komunikasi

(43)

mereka kerjakan. Infromasi yang diketahui para pengambil keputusan hanya bisa didapat melalui komunikasi yang baik. 2. Sumber daya

Keberhasilan implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan keberhasilan suatu implementasi kebijakan. Setiap tahap implementasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara apolitik. Selain sumber daya manusia, sumber daya finansial dan waktu menjadi perhitungan penting dalam keberhasilan implementasi kebijakan. 3. Disposisi

merupakan salah-satu faktor yang mempunyai konsekuensi penting bagi implementasi kebijakan yang efektif. Jika para pelaksana mempunyai kecenderungan atau sikap positif atau adanya dukungan terhadap implementasi kebijakan maka terdapat kemungkinan yang besar implementasi kebijakan akan terlaksana sesuai dengan dengan perencanaan.

4. Struktur birokrasi

Birokrasi diciptakan sebagai instrumen dalam menangani keperluan-keperluan publik dalam institusi yang dominan dalam implementasi kebijakan publik yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda dalam setiap hierarkinya.

(Dalam Subarsono, 2005:90-92)

Berdasarkan keempat variabel di atas, lebih jelas akan di uraikan sebagai berikut:

Komunikasi implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan, sehinggga apabila membuat kebijakan tidak salah dalam membuat kebijakannya. Selain itu juga dalam komunikasi implementasi kebijakan terdapat tujuan dan sasaran kebijakan yang harus disampaikan kepada kelompok sasaran, hal tersebut dilakukan agar mengurangi kesalahan dalam pelaksanaan kebijakan.

(44)

Sumber daya ini sangat berpengaruh terhadap pelaksaan kebijakan, tanpa sumber daya kebijakan tidak akan berjalan dengan baik.

Komunikasi antar organisasi terkait dengan kegiatan-kegiatan pelaksanaan adalah watak atau karakteristik yang dimiliki oleh pelaksana kebijakan, disposisi itu seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratik. Apabila pelaksana kebijakan mempunyai karakteristik atau watak yang baik, maka dia akan melaksanakan kebijakan dengan baik sesuai dengan sasaran tujuan dan keinginan pembuat kebijakan.

Struktur organisasi, merupakan yang bertugas melaksanakan kebijakan memiliki pengaruh besar terhadap pelaksanaan kebijakan. Salah satu aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar (standard operating procedures atau SOP). SOP ini merupakan pedoman bagi pelaksana kebijakan dalam bertindak atau menjalankan tugasnya.

2.4 Pegawai Negeri Sipil Daerah

Pegawai Negeri Sipil daerah diangkat dan bekerja pada pemerintahan daerah otonom baik pada pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang bekerja sesuai dengan kemampuan dibidangnya masing-masing sesuai dengan ketentuan yang ada seperti Pegawai negeri sipil sebagai aparatur Negara.Pengertian pegawai negeri sipil di dalam masyarakat yang selalu berkembang, yaitu manusia senantiasa mempunyai kedudukan yang makin penting, meskipun Negara Indonesia menuju kepada masyarakat yang berorientasi kerja, yang memandang kerja adalah sesuatu yang mulia, tidaklah berarti mengabaikan manusia yang melaksanakan kerja tersebut.

(45)

“Pegawai adalah merupakan tenaga kerja manusia jasmani maupun rohani (mental dan pikiran) yang senantiasa dibutuhkan dan oleh karena itu menjadi salah satu modal pokok dalam usaha kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu (organisasi)”. (Widjaja, 2006:113).

Berdasarkani definisi di atas dapat diketahui bahwa pegawai merupakan modal pokok dalam suatu organisasi, baik itu organisasi pemerintah maupun organisasi swasta. Berhasil tidaknya suatu organisasi dalam mencapai tujuannya tergantung pada pegawai yang memimpin dalam melaksanakan tugas-tugas yang ada dalam organisasi tersebut. Pegawai yang telah memberikan tenaga maupun pikirannya dalam melaksanakan tugas ataupun pekerjaan, baik itu organisasi pemerintah maupun organisasi swasta akan mendapat imbalan sebagai balas jasa atas pekerjaan yang telah dikerjakan. Selanjutnya menurut Musanef dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Kepegawaian di Indonesia” mendefinisikan pegawai sebagai Pegawai adalah orang-orang yang melakukan pekerjaan dengan mendapat imbalan jasa berupa gaji dan tunjangan dari pemerintah atau badan swasta (Musanef 1984:5).

Dari definisi di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pegawai sebagai tenaga kerja atau yang menyelenggarakan pekerjaan perlu digerakkan sehingga mereka mempunyai keterampilan dan kemampuan dalam bekerja yang pada akhirnya akan dapat menghasilkan karya-karya yang bermanfaat untuk tercapainya tujuan organisasi. Karena tanpa kemampuan dan keterampilan. Pegawai sebagai pelaksana pekerjaan maka alat-alat dalam organisasi tersebut akan merupakan benda mati dan waktu yang dipergunakan akan terbuang dengan percuma sehingga pekerjaan tidak efektif.

Maka dalam pengertian pegawai negeri menurut Undang-Undang Pokok Kepegawaian Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 8 Tahun1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian yaitu:

(46)

dan Undang-Undang Dasar 1945, negara dan pemerintah, menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan.

2. Pegawai negeri adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam sesuatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pegawai Negeri terdiri dari Pegawai Negeri Sipil dan anggota Tentara Nasional Indonesia dan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. Hanya dibatasi pada Pegawai Negeri Sipil, maka selanjutnya hanya dijelaskan mengenai perincian Pegawai Negeri Sipil. Jenis Pegawai Negeri Sipil Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, yang menjelaskan Pegawai Negeri sipil terdiri dari:

1. Pegawai negeri sipil pusat

Pegawai Negeri Sipil yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan Belanja Negara dan pada Departemen atau Lembaga Pemerintah Non Departemen, Kesekretariatan atau Lembaga Tinggi Negara, Instansi Vertikal di daerah propinsi atau kabupaten atau kota, Kepaniteraan Pengadilan atau dipekerjakan untuk tugas Negara lainnya. 2. Pegawai negeri sipil daerah

Pegawai Negeri Sipil yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Propinsi atau kabupaten atau Kota.

(47)

Uraian-uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa yang menyelenggarakan tugas-tugas negara atau pemerintahan adalah pegawai negeri, karena kedudukan pegawai negeri adalah sebagai abdi negara dan abdi masyarakat, juga pegawai negeri merupakan tulang punggung pemerintah dalam proses penyelenggaraan pemerintahan maupun dalam melaksanakan pembangunan nasional.

2.5 Tugas dan Fungsi Pegawai Negeri Sipil

Pegawai negeri adalah unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat yang penuh dengan kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan. Sehubungan dengan kedudukan Pegawai Negeri maka baginya dibebankan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan dan sudah tentu di samping kewajiban baginya juga diberikan apa-apa saja yang menjadi hak yang didapat oleh seorang pegawai negeri.

Pada Pasal 4 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian setiap pegawai negeri wajib setia dan taat kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintahan. Pada umumnya yang dimaksud dengan kesetiaan dan ketaatan adalah suatu tekad dan kesanggupan dari seorang pegawai negeri untuk melaksanakan dan mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

Pegawai Negeri Sipil sebagai aparatur negara, abdi masyarakat wajib setia dan taat kepada Pancasila, sebagai falsafah dan idiologi negara, kepada UUD 1945, kepada Negara dan Pemerintahan. Biasanya kesetiaan dan ketaatan akan timbul dari pengetahuan dan pemahaman yang mendalam, oleh sebab itulah seorang Pegawai Negeri Sipil wajib mempelajari dan memahami secara mendalam tentang Pancasila, UUD 1945, Hukum Negara dan Politik Pemerintahan.

(48)

Kepegawaian disebutkan setiap pegawai negeri wajib mentaati segala peraturan perundangan yang berlaku dan melaksanakan kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian kesadaran dan tanggung jawab. Pegawai Negeri Sipil adalah pelaksana pearturan perundang-undangan, sebab itu maka seorang Pegawai Negeri Sipil wajib berusaha agar setiap peraturan perundang-undangan ditaati oleh anggota masyarakat.

(49)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN LAPORAN KKL

3.1 Hasil Kegiatan KKL

Kegiatan KKL yang dilaksanakan di Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung dimaksudkan untuk dapat menghasilkan data yang diperlukan oleh penulis yang di imbangi dengan melakukan berbagai kegiatan harian yang dilaksanakan dalam KKL tersebut. Awal jika akan melakukan kegiatan KKL tersebut adalah dengan melakukan perijinan terlebih dahulu, dengan mengajukan surat perijinan yang ditujukan kepada Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung. Setelah perijinan disetujui, penulis dapat mulai melakukan kegiatan harian dengan waktu yang telah ditetapkan dan disepakati antara penulis dengan Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung.

Adapun dari kegiatan KKL yang dilakukan oleh penulis yaitu antara lain penulis diperkenalkan tentang bagianbidang pelayanan yang ada di Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung, cara mengentry data kendali tanda tangan dan paraf sekretaris Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung, dan penulis pun melakukan konsultasi mengenai objek penulisan KKL .

Perkenalan tentang bagian bidang pelayanan berikut dengan pelayanan- pelayanan yang dilakukan di Badan Kepegawaian Daerah yaitu peliputi :

A. Sekretariat

a) Surat masuk dan surat keluar

b) Internal Bagian SDM di Lingkungan BKD c) Koordinasi antar bidang

d) Penyusun program dan pelaporan BKD B. Bidang Mutasi dan Kepegawaian

(50)

d) Pension/Pemberhentian dengan hormat dengan mendapat hak pension

e) Proses Kenaikan Gaji berkala f) Peninjauan masa kerja

g) Mutasi dalam jabatan dan pelaksana h) Pemberian cuti

C. Bidang Pengembangan Karier Pegawai a) Ujian dinas

b) Ujian seleksi penyesuaian kenaikan pangkat PNS c) Pemberian ijin belajar

d) Seleksi dan penetapa PNSD untuk tugas belajar

e) Penyusunan Bezetting formasi dan standar kompetensi D. Bidang Perencanaan dan Kesejahteraan Pegawai

a) Pengurusan KARPEG b) Pengurusan TASPEN c) Pengurusan kartu ASKES

d) Pencetakan daftar gaji dan tunjangan keluarga

e) Penyelenggaraan penanganan kasus dan pembinaan pelanggaran disiplin PNS PP 30 th 1980 dan PP 32 th 1990

f) Perumusan standar pemberian kesejahteraan PNS dan penghargaan bagi PNS yang berprestasi

E. Bidang Pendidikan dan Pelatihan

a) Pendidikan dan pelatihan prajabatan bagi CPNS b) Pendidikan dan pelatihan dalam jabatan

c) Fasilitas pengembangan SDM berdasarkan analisis kebutuhan diklat seluruh SKPD

(51)

Analisis Kebijakan tentang Penempatan Pegawai Negeri Sipil berdasarkan SKPD di Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung yaitu seperti apa penempatan PNS itu dilaksanakan , dan konsultasi tentang dasar hokum kebijakan tersebut .

Adapun tabel kegiatan harian yang dilakukan di Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.1

Kegiatan Harian Pelaksanaan KKL

Tanggal Jam Kegiatan

09 Juli 2012

09.00-14.30 WIB

Perkenalan tentang BKD dan penempatan KKL

10 Juli 2012

09.00-14.30

WIB Entry Data Kendali 11 Juli

2012

09.00-14.30

WIB Entry Data Kendali 12 Juli

2012

09.00-14.30

WIB Entry Data Kendali 13 Juli

2012

08.00-14.00

WIB Entry Data Kendali 16 Juli

WIB Entry Data Kendali 18 Juli

2012

09.00-14.30

WIB Entry Data Kendali 19 Juli

WIB Entry Data Kendali 23 Juli

2012

09.00-14.30

WIB Entry Data Kendali 24 Juli

2012

09.00-14.30

(52)

27 Juli

WIB Entry Data Kendali 31 Juli

2012

09.00-14.30

WIB Entry Data Kendali Sumber : Hasil KKL, 2012

Berdasarkan dari tabel diatas dapat dilihat berbagai kegiatan yang dilakukan penulis selama melaksanakan KKL yang dilakukan mulai tanggal 09 Juli 2012 sampai dengan 31 Juli 2012 di Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung.

3.2 Pembahasan KKL

3.2.1 Komunikasi Dalam Penempatan Pegawai Negeri Sipil Berdasarkan SKPD Di Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung

(53)

keputusan dan para pelaksana semakin konsisten dalam melaksanakan setiap kebijakan yang akan diterapkan. Indikator yang digunakan dalam mengukur keberhasilan variabel komunikasi tersebut, yaitu kejelasan, konsistensi dan transformasi.

Penerimaan komunikasi dari para pelaksana kebijakan harus jelas dan tidak membingungkan. Informasi yang telah disampaikan oleh Bidang Mutasi dan Kepegawaian Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung, mengenai perencanaan penempatan pegawai yang ditujukan kepada Kasubid Mutasi Pegawai Fungsional dan Kasubid Mutasi Pegawai Struktural dan Non Struktural Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung belum berjalan baik dan efisien, karena di dalam beberapa variabel diatas belum sepenuhnya berjalan sebagaimana mestinya. Dilihat dari segi kejelasan, kejelasan yang disampaikan oleh pembuat kebijakan kepada pelaksana kebijakan di Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung bisa dibilang belum begitu jelas , karena cara penyampaian yang tidak efektif. Namun dari segi konsistensi ini sudah berjalan cukup baik, karena para pelaksana sudah mulai konsistensi menjalankan kebijakan tersebut dengan peraturan yang ditetapkan. Sedangakan dari transformasinya, jg mulai berjalanbaik dari sebelumnya dengan menjalankan perubahan-perubahan menjadi lebih baik.

Komunikasi yang belum efisien, disebabkan karena dari segi jumlah pegawai maupun komposisinya masing-masing perangkat daerah belum seimbang dan tertata secara proporsional. Oleh karena itu, profesionalisme pegawai di lingkungan organisasi pemerintahan perlu dikembangkan terlebih dahulu agar menghasilkan pegawai yang produktif, berpotensi dan berguna.

(54)

Pegawai Fungsional dan Kasubid Mutasi Pegawai Struktural dan Non Struktural Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung yang didasarkan pada indikator penempatan jabatan.

Penempatan jabatan pegawai sebenarnya hanya untuk mengurai informasi tentang aspek-aspek jabatan. Aspek-aspek jabatan tersebut ditelusuri melalui proses pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan pemegang jabatan yaitu proses mengolah bahan kerja. Adapun maksud dari proses mengolah bahan kerja sendiri adalah untuk meneliti, mengevaluasi dan mengkaji pelaksanaan kerja, proses kerja maupun hasil kerja suatu unit organisasi. Tujuan adanya proses mengolah bahan kerja adalah:

1) Mengidentifikasi sejauhmana efisien dan efektifitas keberadaan unit kerja yang dibentuk, berdasarkan standar dan parameter beban kerja. 2) Memperjelas dan mempertegas format kelembagaan yang akan

dibentuk secara lebih proporsional dan adanya kesesuaian antara kewenangan dan visi organisasi dengan besaran organisasinya.

3) Memperoleh gambaran mengenai kondisi riel pegawai yang memangku suatu jabatan baik secara kuantitatif dan kualitatif serta kompetensinya pada unit eselon terendah, sebagai bahan kajian dalam merumuskan jabatan dan formasi yang dibutuhkan berdasarkan perhitungan beban kerja, sehingga terdapat kesesuaian antara besaran organisasi dengan kebutuhan jabatan.

Dalam melaksanakan penempatan jabatan, ada beberapa langkah uraian proses jabatan:

1) Persiapan:

a. Perencanaan proses jabatan

b. Penyusunan bentuk-bentuk (formulir) jabatan dan petunjuk pengisiannya;

c. Perencanaan penyelenggaraan dan penyusunan petunjuk pelaksanaannya;

d. Penyiapan tenaga jabatan. 2) Pengumpulan Data Jabatan:

Gambar

Gambar 1.1 Struktur Organisasi
Tabel 1.1 Jadwal Penelitian
Tabel 3.1 Kegiatan Harian Pelaksanaan KKL

Referensi

Dokumen terkait

RISTA NURKARTIKA NIM.. Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan fondasi primer bagi perkembangan anak, maka pola asuh orang tua yang diterapkan akan sangat

Antar muka pada gambar 31 ini digunakan oleh wisatawan untuk melihat longitude dan latitude dari tempat wisata yang sudah direkomendasikan sistem. Sistem akan memberikan

Tetapi pengetahuan tentang terasering dirasa rendah, dikarenakan sistem tersering untuk pertanian di daerah tanah yang miring seolah hanya sebuah pilihan yang tidak

Hasil penelitian dan pembahasan tentang analisis gaya bahasa kiasan dalam kumpulan sajak Menjadi Tulang Rusukmu karya Yanwi Mudrikah, ditemukan 7 gaya bahasa kiasan yang

Public e-marketplace yang menghasilkan product group sales volume pada grup hijab pashmina yang terbaik bagi zia hijab adalah Tokopedia dengan rata-rata 0,41

Melihat pada arah dari paradigma pembangunan yang sekarang dicanangkan, dan juga melihat pada program yang dijalankan dalam membuat rencana pembangunan tersebut, maka diperlukan