1. Nama Lengkap Sutomo
Pas Photo 4x6
2. Tempat/ Tanggal Lahir Baran Abang/ 13 September 1990
3. Jenis Kelamin Pria
4. Agama Budha
5. Status Perkawinan Belum Kawin
6. Alamat Rumah Jl. Antusin No. 12 RT : 05 RW : 14 Sukarapih, Bandung
7. Kegemaran (Hobby) Menung berpikir, Baca, Pelihara ikan Hias, dan Koleksi animasi
II. PENDIDIKAN
1. Pendidikan Formal di Dalam/Luar Negeri
tgl/bln/thn Sketchup(rendering), Microsoft office(Excel, Powerpoint, Publisher, Word), Window live movie maker(edit video) dan Dreamweavers (membuat website).
- Tipe saya Pro Aktif, mencari yang belum tahu untuk mengerti terlebih dahulu.
- Motto saya, Ehipasiko(berasal dari bahasa Pali yang artinya apa yang dikatakan orang lain
jangan dipercaya begitu saja, buktikan dan melihatlah sendiri apa yang terjadi).
Facebook : Original S Zhang ([email protected]) Twitter : OriginalSZhang
Bandung, 20 Agustus 2013 Yang Membuat,
BANDUNG - JAWA BARAT
Tema
PERILAKU PENUMPANG TERMINAL BIS
LAPORAN PERANCANGAN AR 38313 S – STUDIO TUGAS AKHIR
SEMESTER VIII TAHUN 2012/2013
Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Oleh :
SUTOMO 104.09.017
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTERiii
ABSTRAK
Perencanaan Arsitektur mencakup berbagai jenis proyek pembangunan.
Salah satu jenis pembangunan gedung yang berkesinambungan dengan
tata jalan Kota adalah Proyek Terminal Bis. Sesuai penataan Kota yang
mengelompokkan lokasi pembangunan Terminal menjadi dua dengan
klasifikasi sesuai jalur tujuan bis. Terminal Bis yang berjalur tujuan Dalam
Kota terletak pada kawasan yang mencakup luas suatu wilayah yang
dijangkau oleh fasilitas Terminal tersebut dan pada suatu Provinsi
terdapat beberapa Terminal Dalam Kota. Sedangkan, Terminal Bis yang
berjalur tujuan Keluar Kota dilokasikan pada wilayah yang mudah
mengakses ke gerbang Tol dan pada umumnya setiap Provinsi hanya
memiliki satu Terminal Keluar Kota.
Terminal Bis merupakan tempat untuk masyarakat suatu wilayah kota/
desa untuk berpindah lokasi dan menuju lokasi tujuan dengan
menggunakan transportasi darat/bis. Terminal Bis juga merupakan tempat
pemberangkatan maupun kedatangan penumpang bis. Sehingga gerbang
terminal pada umumnya mampu memberikan kesan menyambut dan
memisah bagi sensasi penumpangnya.
Pada suatu kawasan Terminal Bis yang menampung penumpang yang
datang dan juga penumpang yang akan berangkat. Sehingga harus
memiliki pemisahan yang tidak mengganggu sirkulasi dua jenis
penumpang pada Terminal Bis. Latar belakang pemisahan tersebut
menjadi budaya yang tidak terlihat dengan kasat mata. Permisahan
tersebut didasari oleh perilaku penumpang yang berbeda – beda.
iv
KATA PENGANTAR
Namo Shangyang Adi Buddhaya, Namo Buddhaya. Terima kasih
penulis panjatkan kepada Triratna yang menjadi perlindungan hingga
penulisan laporan selesai.
Dalam perencanaan Terminal Bis, penulis mendapat banyak
referensi mengenai tata pengelolaan dalam merancang Terminal Bis. Data
– data akurat diperoleh dari literatur penerbitan ternama baik dalam bidang Arsitektural maupun umum. Adapun hasil wawancara yang
dilakukan penulis saat merancang proyek ini. Segala yang dilakukan
bertujuan untuk perancangan yang lebih tepat dan realistik.
Inventaris data yang dilakukan penulis tidak semata pekerjaan
pribadi. Namun mendapat bantuan atas sekelompok orang yang
terpercaya yang selalu mendampingi penulis hingga laporan ini selesai.
Sehingga penulis ingin menyatakan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak DR. Andi Harapan S., S.T., M.T., selaku dosen pembimbing
yang membimbing dan mendampingi penulis hingga laporan ini
selesai.
2. Yth. Ketua dan Sekretaris Jurusan serta seluruh dosen Teknik
Arsitektur Universitas Komputer Indonesia, yang telah membimbing
penulis selama masa perkuliahan.
3. Bapak Heru Wibowo, S.T., M.T., Ibu Hj. Wanita Subadra A., Ir.,
M.T., Bapak Firman Irmansyah, S.T., M.T., dan Ibu Tri Widianti N.,
S.T., selaku dosen penguji ketiga sidang yang telah dilalui oleh
penulis sehingga mendapat banyak masukkan dan pengarahan
dalam menyusun laporan.
4. Ibu Dhini Dewiyanti T., Ir., M.T., selaku dosen koordinator Tugas
Akhir jurusan Teknik Arsitektur yang menyelenggarakan matakuliah
v
Semoga semua kebajikan dan ketulusannya dapat dinikmati pada masa
yang akan datang. Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi
pembaca. Sebagai akhir kata, Sadhu...Sadhu...Sadhu...
Bandung, 22 Agustus 2013
78
World Wide Web :
http://digilib.its.ac.id/terminal-modern-purabaya-redesain-terminal-purabaya-13908.html
Google Company. (2013). Map Location Capture. Diakses pada 27 Maret,
2013 dari World Wide Web : https://maps.google.co.id/maps?
Hakim, Rustam. (2006). Rancangan Visual Lansekap Jalan. Bandung:
Bumi Aksara.
Kementerian Penghubungan Republik Indonesia. (2013). Terminal
Penumpang. Diakses pada 27 Maret, 2013 dari World Wide Web :
http://terminaltipea.web.id/
Laurens, M. J. (2005). Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta: PT.
Grasindo.
Littlefield, David. (2008). Metric Handbook: Planning and Design Data (3rd
Edition). USA: Elsevier Ltd.
Munandar, A. (2012). Persepsi stakeholder terhadap lokasi dan fungsi
terminal penumpang tipe a kabupaten kebumen. Diakses pada 15
Agustus 2013 dari World Wide Web :
http://lib.geo.ugm.ac.id/ojs/index.php/jbi/article/download/46/46
Neufert, Ernst. (2002). Architects’ First Edition. Diterjemahkan oleh Dr. Ing
79
Neufert, Ernst. (2002). Architects’ Second Edition. Diterjemahkan oleh Dr.
Ing Sunarto Tjahjadi. Jakarta: Erlangga.
Pemerintah Kota Bandung. (2004). Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Bandung 2013. Bandung: Dinas Tata Kota.
Sachari, Agus dan Sunarya, Yan yan. (2002). Sejarah dan perkembangan
desain & dunia kesenirupaan di Indonesia. Bandung: ITB.
Safina, S. (2011). Re-desain Terminal Bus Purabaya. Tugas Akhir, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember. Diakses pada 14 Agustus 2013 dari
World Wide Web :
http://digilib.its.ac.id/ITS-Undergraduate-32001120001489/22644
Sugono, D. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Yasland, M dan Hazliansyah, (2012). Hilangkan Citra Sarang Kriminal,
Terminal Rajabasa Kembali Direnovasi. Bandar Lampung. Diakses
pada 14 Agustus 2013 dari World Wide Web :
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Bandung berada pada ketinggian sekitar 791 meter di atas
permukaan laut (dpl). Morfologi tanahnya terbagi dalam dua hamparan, di
sebelah utara relatif berbukit – bukit kecil dan di sebelah selatan
merupakan daerah dataran, Sehingga Bandung ditetapkan sebagai
Kawasan Andalan Cekungan dan sekitarnya dengan sektor unggulan
industri, pertanian tanaman pangan, pariwisata dan perkebunan.
Leuwipanjang yang juga termasuk salah satu kawasan didalamnya.
Untuk pergerakan orang/penduduk pada skala pengangkutan regional,
penduduk Kota Bandung umumnya memanfaatkan fasilitas bus angkutan
antar kota yang berada di Leuwipanjang dan Cicaheum. Tujuan dan arah
pergerakan orang melalui terminal – terminal bus tersebut terdiri dari
beberapa trayek. Pola angkutan barang yang memasuki Kota Bandung,
umumnya berupa truk, kendaraan bak terbuka, merupakan pergerakan
dalam memenuhi kebutuhan pasar (perdagangan). Jalur pengiriman
barang seperti ke Pasar Induk Gedebage, Caringin, Makro dan lain – lain
yang umumnya berasal dari Jakarta, Jawa atau kota – kota lainnya di
Jawa Barat.
Terminal Bis Leuwipanjang didirikan pada tahun 1996, sebagai
pemecahan masalah kemacetan yang terjadi pada Terminal Kebon
Kelapa yang merupakan Terminal Bis pusat kota Bandung bersama
dengan Terminal Cicaheum. Namun Terminal Cicaheum dipertahankan
sebagai tempat transit bis yang menuju ke luar kota dan Provinsi bagian
2
1.2 Pemahaman Judul dan Tema
Terminal Bis Leuwipanjang terletak garis sempadan terhadap Jalan
Soekarno Hatta, Jalan Kopo dan Jalan Leuwipanjang. Dengan alamat
lengkap Jl. Soekarno Hatta No. 205 Situsaeur Bojongloa Kidul, Bandung,
Jawa Barat.
1.2.1 Deskripsi Proyek :
Proyek yang dirancangan adalah Redesain Terminal Leuwipanjang yang
berlokasi di Jl. Soekarno Hatta No. 205 Situsaeur Bojongloa Kidul,
Bandung – Jawa Barat. Merupakan daerah yang ditetapkan oleh
pemerintah sebagai pengembangan lahan transportasi untuk kedepannya
dari tahun 2011 hingga tahun 2031.
Tema yang diangkat untuk perancangan ini Perilaku Penumpang Terminal
Bis. Yang akan menjadi tolak – ukur dalam merancang terminal yang lebih
memperhatikan kenyaman perilaku kalangan masyarakat berbeda.
Terminal Bis merupakan tempat penghubung antar kota dalam propinsi
bahkan antar kota antar propinsi sehingga jenis proyek ini bersifat semi
fiktif dengan luas lahan sekitar 3,8 Ha sesuai ukuran yang diperoleh dari
data – data akurat. Gambaran untuk lokasi terminal ditunjukkan pada
gabar berikut ini:
3
Terminal Bis Leuwipanjang melayani jalur keluar kota dan dalam kota.
Jangkauan servis keluar kota hingga seputar pulau Jawa, diantaranya
Cikarang, Bekasi, Cileungsi (Bogor), Sukabumi, Merak, Kalideres,
Jakarta(Tj. Priuk, Pandeglang, Lebak Bulus, Pulo Gadung, Kp. Rambutan)
dengan kategori ekonomi dan non ekonomi. Bis Leuwipanjang yang
melayani dalam kota di singkat dengan nama Damri (Djawatan Angkoetan
Motor Repoeblik Indonesia) dengan jalur Leuwipanjang – Dago,
Leuwipanjang – Cicaheum, dan Leuwipanjang – Ledeng serta jalur
Angkutan Kota (Angkot) yang ikut melayan masyarakat dalam kota juga
terdapat di dalam terminal.
1.2.2 Luas Lahan
Penentuan luas lahan berdasarkan pendekatan melalui program grafis
yang dihitung terhadap gambar peta Bandung yang di peroleh dari Dinas
Tata Kota yang merupakan ukuran akurat (secara grafis). Luas lahan yang
diperoleh untuk lahan perencanaan Redesain Terminal Bis Leuwipanjang adalah 37. 804 m² ≈ 3.8 Ha. Cara untuk mendapatkan luas tersebut dari perangkat lunak Autocad, dengan rumus area seperti pada gambar
dibawah. Juga mendapat bentuk lahan yang sesuai untuk perancangan.
4
Berikut uraian tabel fasilitas dan jumlah ruang yang diperoleh dari website
resmi terminal Indonesia mengenai Program ruang yang terdapat di
Terminal Bis Leuwipanjang.
Dapat disimpulkan bahwa ruang terbuka yang disediakan untuk parkir bis
mencapai 80% dari luas lahan Terminal.
5
1.2.3 Peruntukkan Lahan
Ketentuan lahan perencana, sebagai berikut :
Peraturan
Membangun Rencana Tata Ruang Wilayah
KDB 50% Jawa Barat Pusat Pariwisata dan Budaya
KLB 1,5 Bandung Wilayah Pengembangan
GSB 10m Tegal Lega Terminal Jalan Raya,
Komersial, Perkantoran
KDH 20%
Peruntukan lahan diatas diperoleh dari RTRW Kota Bandung 2013 yang
melampirkan gambar peruntukan lahan seperti dibawah :
Dari data peruntukan lahan tersebut dapat diproses ke jumlah untuk
mengetahui hasil perancangan yang akan didesain. Seperti untuk
penyelesaian Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang akan memperoleh
Luas Lantai Dasar bangunan dengan mengkalikan dengan Luas Lahan
tersebut dengan nilai KDB dan dimanfaatkan luas 100% hasilnya adalah
Tabel 2: Peruntukkan Lahan
6
19.000 m². Kemudian penyelesaian Koefisien Luas Bangunan (KLB) yang
akan diuraikan untuk memperoleh Luas Bangunan yang akan dibangun
dengan cara mengkalikan nilai KLB dengan Luas Lahan dan
memanfaatkan luas 100% hasilnya adalah 57.000 m².
1.3 Rumusan Masalah
Permasalahan pengembangan kota Bandung salah satu aspek yang tidak
terselesaikan adalah pemasalahan transportasi jalan raya. Sesuai tulisan
pada Rencana Tata Ruang Wilayah Bandung 2013 pada Bab II, 2.6.2
Permasalahan Transportasi: Disebabkan oleh jumlah kendaraan melebihi
kapasitas jalan serta penggunaan jalan oleh kegiatan diluar kegiatan
transportasi. Perbandingan kapasitas jalan dengan jumlah kendaraan
yang ada di Kota Bandung tidak seimbang, yaitu luas jalan sekitar 3% dari
total luas wilayah. Kondisi ini masih sangat minimum bila dibandingkan
dengan kondisi ideal proporsi luas jalan dari suatu kota, yaitu sekitar 15%
hingga 20%.
Pola jaringan transportasi di Kawasan Kota Bandung menunjukkan
karakteristik sebagai berikut:
a. Pola jaringan cenderung membentuk pola kombinasi
radialkonsentris sesuai dengan pola guna lahannya dengan
beberapa poros utama kota, serta pada sebagian besar ruas jalan
utama terdapat interaksi (simpangan) dengan jarak antara sangat
dekat.
b. Pola jaringan pada kawasan perluasan (internal kota) membentuk
pola radial untuk mengarahkan arus pergerakan tidak melalui pusat
kota.
c. Pola jaringan pada kawasan pinggiran (luar kota) dilayani dengan
jaringan jalan tol untuk memisahkan arus pergerakan regional tidak
bercampur dengan pergerakan internal kota.
7
a. Struktur bangunan terkesan tua, karena sudah lama.
b. Padat dengan populasi yang berkegiatan diluar sebagai
penumpang/karyawan terminal.
c. Keamanan/keselamatan penumpang menjadi terancam oleh
populasi yang bertujuan lain.
d. Kebersihan kurang terpantau, penempatan tempat sampah sulit
dijangkau.
e. Ruang perkerasan lebih luas dari ruang hijau, sehingga sulit untuk
mengimbangi udara kotor dengan udara bersih.
1.4 Manfaat dan Tujuan Perencanaan
Perencanaan Terminal Bis Leuwipanjang merupakan tujuan penataan
ruang serta memberikan manfaat dalam meningkatkan daya guna dan
hasil guna palayanan atas pengembangan dan pengelolaan ruang
khususnya pada permasalahan transportasi jalan raya.
Dengan direncanakan kembali pembangunan Terminal Bis Leuwipanjang,
bermaksud ingin mencapai beberapa tujuan sebagai berikut:
a. Membangun kembali secara keseluruhan pada lahan Terminal Bis
Leuwipanjang.
b. Terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung
dan kawasan budaya.
c. Menata ulang sirkulasi penumpang, menghilangkan populasi diluar
aktifitas penumpang dan karyawan resmi.
Dari tujuan – tujuan yang ingin dicapai maka bermaksud untuk
memberikan beberapa manfaat perencanaan, sebagai berikut :
a. Dengan membangun kembali secara keseluruhan, sehingga
8
(lingkungan kebersihan) dapat menjadi lebih bersih dan struktur
yang muda/kuat.
b. Lebih jelas dan teratur pada sirkulasi kendaraan mampu
penumpang.
c. Mencoba untuk mengatasi jalur keluar kendaraan dalam tapak yang
tidak terjadi kemacetan.
d. Menghilangkan budaya pihak pendamping (calok) untuk membeli
tiket dengan meningkatkan keamanan dalam tapak.
1.5 Sistematika Penulisan Laporan
Laporan akan disusun berdasarkan tahapan sebagai berikut :
1. Bab I Pendahuluan, yang menjelaskan tentang latar belakang
perencanaan rancangan berdasarkan peristiwa yang telah terjadi.
Kemudian akan diolah lebih khusus hingga merumuskan masalah
desain serta tujuan yang tepat.
2. Bab II Landasan Teori, akan menguraikan potensi dan kekurangan
lahan perencanaan berdasarkan literatur akurat atau pendekatan
rancangan yang dapat mengwakili penjelasan terhadap maksud
yang ingin dilaporkan. Mengumpulkan data dan rincian dari
beberapa terminal lokal dan luar negeri yang memiliki sifat
kesamaan untuk dijadikan pegangan dalam merancang
perencanaan ini. Memuat secara terperinci mengenai metoda –
metoda dalam merancang terminal yang terbaik.
3. Bab III Elaborasi Tema, penggarapan secara cermat dan teliti
mengenai tema Perilaku Penumpang Terminal.
4. Bab IV Analisis, metoda – metoda perencanaan penulis dalam
menyelesaikan pemrograman mengenai perancangan kembali
9
5. Bab V Konsep Perancangan, Ide awal, perencanaan awal dan
gambar – gambar sketsa awal perancangan yang menjadi konsep
merancang ditampilkan dengan berurutan dan bertahap hingga
menghasilkan suatu gambar kerja.
6. Bab VI Hasil Perancangan, gambar – gambar perancangan akhir
yang siap dibangun sesuai bimbingan.
7. Lampiran, menampilkan lembar – lembar perancangan awal yang
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Terminal Bis
Definisi Terminal berdasarkan Juknis LLAJ pada tahun 1995 yang berisi
Terminal Transportasi merupakan:
1. Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi
sebagai pelayanan umum.
2. Tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan dan
pengoperasian lalu lintas.
3. Prasarana angkutan yang merupakan bagian dari sistem
transportasi untuk melancarkan arus penumpang dan barang.
4. Unsur tata ruang yang mempunyai peranan penting bagi efisiensi
kehidupan kota.
Definisi Terminal yang terdapat di Kamus Besar Bahasa Indonesia
yang disusun oleh Tim Redaksi yang dipimpin oleh Densy Sugono (2008),
adalah perhentian penghabisan(bis, kereta api, dsb); stasiun.
2.2 Potensi Lahan
Lokasi yang ditata berdasarkan rencana tata ruang wilayah terbaru,
memiliki beberapa penilaian, sebagai berikut :
a. Lokasi yang dinyatakan terjangkau dekat dengan gerbang tol Pasir
Koja.
b. Jalan utama yang digunakan merupakan jala raya terusan lurus
11
2.3 Pemahaman Tipologi Bangunan
2.3.1 Landasan Hukum Terhadap Terminal Bis
Adapun peraturan – peraturan yang menjadi pegangan bagi perencanaan
terminal bis. Beberapa peraturan yang di rangkum adalah sebagai berikut:
Berdasarkan Undang – Undang yang melandaskan perencanaan, berupa:
a. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
b. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
c. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang
d. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah yang melandaskan perencanaan,
berupa:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom
b. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jalan
c. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1990 tentang Penyerahan
Sebagian Urusan Pemerintah Dalam Bidang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kepada Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II
d. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan
Jalan
e. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana
dan Lalu Lintas Jalan
Berdasarkan Keputusan – keputusan para penguasa yang melandasan
12
a. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 43 Tahun 2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan
b. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 35 Tahun 2003
tentang Penyelengaraan Angkutan Orang Di Jalan dengan
Kendaraan Umum
Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja
Departemen
2.3.2 Isu yang Berkenaan dengan Tipologi
a. Fungsionalitas
Elemen – elemen yang terdapat pada sebuat perancangan tidak kurang
dari fungsi yang seharusnya dimiliki, berikut adalah uraian menurut Ali
Faizin dalam mendesain Terminalnya :
Terminal sebagai tempat pengendalian operasi bis, mengatur penjadwalan dan pemberangkatan bis. Dalam fungsi operasional ini
berfungsi membentuk keteraturan lintasan setiap trayek dan
memberi kenyamanan pengguna jasa transportasi baik pelayanan
umum naik – turun penumpang/bongkar muat barang.
Sebagai simpul dari sistem jaringan angkutan jalan sehingga memegang kunci dalam kelancaran alur transportasi; seperti
diantaranya menciptakan keterpaduan intra dan antarnoda secara
lancar dan tertib. Seperti hubungannya dengan stasiun kereta api,
bandara, maupun moda transportasi yang lain.
13
pendatang dari berbagai daerah. Di sini terminal berperan sebagai
sebuah ikon memberi kesan psikologis bagi pengunjung, meskipun
menghasilkan penilaian parsial yang relatif dan subjektif, namun
cukup untuk memberikan kebutuhan akan citra dan pemberi
makna.
Fungsi lainnya adalah sebagai tempat yang tepat untuk kegiatan usaha pedagangan dan rekreasi sebagai kegiatan penunjang.
Sehingga terminal dikenal sebagai pusat kegiatan masyarakat. Di luar fungsi perangkutan, sejarah mencatat terminal menyandang
fungsi kewilayahan yakni sebagai pusat pengembangan wilayah. Terminal bis adalah sebuah ‘aset’ ke suatu daerah karena dapat
bertindak sebagai katalis untuk ekonomi dan pembangunan sosial
di daerah sekitarnya.
Dalam peraturan perundang – undangan lainnya juga terdapat pengertian
dari terminal penumpang, yaitu pada Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor 31 Tahun 1995 tentang Terminal Transportasi Jalan, dimana
terminal penumpang adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan
menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan/atau
antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan
kendaraan umum. Menurut Abubakar (1996), dijelaskan bahwa fungsi
terminal penumpang dapat ditinjau dari 3 unsur utama, yaitu :
1. Fungsi Terminal bagi Penumpang
Bagi penumpang adalah kenyamanan menunggu, kenyamanan
perpindahan dari satu moda atau kendaraan ke moda lain, tempat fasilitas
– fasilitas informasi dan fasilitas parkir kendaraan pribadi.
2. Fungsi Terminal bagi Pemerintah
Bagi pemerintah, keberadaan terminal dari segi perencanaan dan
manajemen lalulintas adalah untuk menata lalu lintas dan angkutan serta
menghindari dari kemacetan, sumber pemungutan retribusi dan sebagai
14
3. Fungsi Terminal bagi Operator/ Pengusaha Angkutan
Salah satu kepentingan operator kendaraan terhadap terminal adalah
untuk pengaturan operasi bus/angkutan umum, penyediaan fasilitas
istirahat dan informasi bagi awak angkutan/bus, dan juga sebagai fasilitas
pangkalan.
b. Citra
Untuk menghilangkan kesan negatif sebagai lokasi rawan tindak kriminal,
pemerintah kota (pemkot) Bandar Lampung kembali merenovasi Terminal
Induk Bus Rajabasa. Saat ini, sejak renovasi tahap awal dilakukan,
kondisi dalam terminal sudah lebih baik dari sebelumnya. Kesan semrawut
dan kumuh yang mudah mengundang mendukung aksi kriminal dalam
terminal perlahan mulai hilang.
"Sekarang masuk terminal Rajabasa sudah mulai aman. Beda dengan
dulu, banyak yang narik-narik tas," kata Yudi, warga Hanura, yang sering
bolak-balik, Rajabasa (Bandar Lampung)-Rawajitu (Tulangbawang Barat),
Jumat (19/4).
Menurut dia, pada era orde baru dan memasuki reformasi, kesan rawan
dan kejahatan oleh penghuni terminal masih kerap ia alami. Menurut dia,
tidak ada keramahan apalagi petugas yang resmi dalam terminal, semua
dikuasai calo dan preman.
“Dulu pengantar saja, malas masuk terminal, apalagi calon penumpang
bus,” tuturnya.
Ketua DPRD Bandar Lampung, Budiman AS, mengatakan, renovasi
Tterminal Rajabasa sangat baik untuk meningkatkan infrastruktur terminal.
Hal ini, kata dia, setidaknya dapat menghilangkan kesan angker dan
rawan tindak kejahatan.
15
itu, ia berharap renovasi tidak hanya sekadar membangun dan menambah
gedung, tetapi harus mementingkan kenyamanan calon penumpang dan
pengantar serta masyarakat di dalam terminal.
c. Sirkulasi
Adanya sirkulasi silang (cross circulation) merupakan isu yang sering
muncul pada setiap terminal bis Nusantara. Salah satunya adalah
Terminal Bis Purabaya, dengan jumlah manusia yang terlalu banyak
berlalu lalang pada jalur kendaraan (khusus bis), kondisi ruang tunggu
penumpang yang kurang nyaman bagi pengunjung, penuhnya parkir
kendaraan pribadi dan taksi, penetapan jalur keberangkatan AKAP (Antar
Kota Antar Propinsi) yang mengakibatkan calon penumpang
mengharuskan mencapainya dengan cross circulation melalui jalur
keberangkatan AKDP (Antar Kota Dalam Propinsi) serta kurang
terawatnya kondisi terminal sehingga menyebabkan kondisi terminal
terlihat kumuh dan kotor.
2.4 Studi Banding
2.4.1 Terminal Bis Cicaheum - Bandung
Bis dari Terminal Leuwipanjang yang ke luar kota akan mengadakan
sekali transit di Terminal Cicaheum. Dengan demikian penumpang yang
berangkat melalui terminal ini sendiri juga akan bertambah jumlahnya.
Meskipun Terminal Cicaheum sebagai tempat transit penumpang keluar
kota, juga terdapat loket pembeli tiket sendiri dan penumpang sendiri.
Selain terdapat kendaraan bis, juga terdapat angkutan kota (Angkot) yang
berjalur Ciroyom, Ledeng, Gedebage, Cileunyi dan beberapa lagi.
Terminal Bis Cicaheum terletak di Jl. Jenderal Abdul Haris Nasution,
Bandung. Terminal ini hanya memiliki dua sisi jalan berhadapan yaitu Jl.
Jenderal Abdul Haris Nasution dan Jl. Antanan. Yang merupakan jalan
terusan utama yang lebar adalah Jl. Jenderal Abdul Haris Nasution dan
16
Gerbang utama hanya memiliki bentang kira-kira 10m. Material gapura
untuk gerbang terbuat dari besi dan di rakit sedemikian rupa. Dengan
ketinggian sisi bawah dari permukaan tanah 4 meter dan keseluruhan
tinggi hingga ke ujung paling atas 7,8m. Gerbang masuk memiliki tanda
sapaan baik yang tertulis dengan “selamat datang ” dan “selamat berpergian” maupun visual yang di berikan dari bentukkan gerbang.
Tabel 3: Tabel Kebutuhan Ruang Terminal Bis Cicaheum
17 Gambar 6: Loket Tiket
Gambar 5: Gerbang Terminal Bis Cicaheum Gerbang terminal dirancang dengan tipe sederhana.
Pembelian tiket diloket – loket dilakukan secara langsung sesuai jurusan.
Namun ruang pembelian tiket tidak memiliki kantilever beratap yang cukup
18 Gambar 2.4.1d Tenan – tenan Gambar 2.4.1e Jembatan Penyebrangan
Gambar 9: Ruang parkir bis
Ruang tunggu yang disediakan diletakkan pada tempat yang beraktifitas
jualan makanan.
Ruang parkir bis yang lebih rapi dibandingkan dengan Terminal
Leuwipanjang. Namun kekurangannya adalah parkir bis tidak berdasarkan
jalur keberangkatan. Tersusun rapi, tetapi tidak teratur dengan jalur
keberangkatan.
Setiap jalur keberangkatan diberi gapura sebagai pembatas tapak bahwa
kendaraan telah keluar dari tempat parkir.
19 Gambar 11: WC Umum
Gambar 10: Ruang Tunggu
Pada jalan raya Jenderal Abdul Haris Nasution dan berjalur Jl. Ujung
berung memiliki jembatan penyebrangan.
Meskipun memiliki beberapa toilet umum yang disediakan pada bangunan
tenan, juga di bangun gedung toilet terpisah yang dapat di jangkau.
Gedung Toilet dipisah dari gedung – gedung tenan. Namun pada tenan
20
2.4.2 Terminal Bis Purabaya - Surabaya
Pada pulau Jawa, yang dijadikan studi banding terletak pada Purabaya di
Surabaya yang masih termasuk Jawa bagian Timur.
No Nama Fasilitas Jml. Panjang
21 Gambar 14: WC Umum
Gambar 12: Gerbang Terminal Purabaya
Letak terminal ini pada pulau Jawa Timur di Jl. Letnan Jenderal S Parman,
Surabaya. Lokasi terminal yang memiliki banyak cabang jalan.
Toilet umum diletakkan secara terpisah pada bangunan lain dengan diletakkan pada beberapa sisi menyudut dari lahan terminal. Seperti pada dibawah ini.
Gambar dikanan atas menunjukan kios/kantin/bisnis area yang rapi dan bersih. Loket Tiket terletak pada sisi terdepan dari kios – kios.
Gambar 13: Peta Terminal Bis Surabaya
Gambar 15: Kios
22 Gambar 17: Pool Bus
Gambar 18: Gerbang Terminal Kampung Rambutan Gambar 19: Loket Lekot keluar/masuk bis terpisah dengan rapi dengan pembatas yang kuat.
Dengan demikian keluar/masuk bis menjadi lebih teratur.
2.4.3 Terminal Bis Kampung Rambutan – Jakarta Timur
Terminal ini terletak di sekitar kawasan Kampung Rambutan dengan
sempadan jalan tol Lingkaran Luar pada dua sisi lahan. Dengan demikian
akses bis keluar kota dapat dengan langsung bersisi dengan jalan tol.
23
Adapun kebutuhan ruang yang terdapat pada terminal, sebagai berikut :
No Nama Fasilitas Jml. Panjang
menggunakan rangka besi ringan.
24
Karena lahan terminal yang sangat luas dan masyarakat yang berkegiatan
di dalam dapat dikatakan banyak maka bangunan mesjid merupakan
sebuah kebutuhan ruang khusus di terminal ini.
25
BAB III
ELABORASI TEMA
3.1 Definisi Tema
Perilaku Penumpang Bis merupakan tema perancana dalam Mendesain
Ulang Terminal Bis Leuwipanjang ini. Perilaku adalah tanggapan atau
reaksi terhadap rangsangan atau lingkungan. Penumpang adalah orang
yang menumpang atau orang yang naik (kereta, kapal, dsb). Dan Bis=Bus
yang artinya kendaraan bermotor angkutan umum yang besar yang dapat
memuat penumpang banyak. Secara keseluruhan arti dari Tema Perilaku
Penumpang Bis adalah reaksi sekelompok orang terhadap lingkungan
terminal bis.
Menurut Laurens, M. J. (2005) dalam bukunya Arsitektur dan Perilaku
Manusia. Ahli Psikologi (Kurt Lewin), menemukan sebuah rumusan
perilaku manusia bahwa :
Keterangan :
B = Behavior (Kelakuan)
P = Person (Manusia)
E = Enviromment (Lingkungan)
Beliau membuat rumusan bahwa tingkah laku (B = behavior) merupakan
26
Sementara itu, memiliki 2 pendapat yang berbeda sehingga memiliki 2
anggapan. Pendapat nativis beranggapan bahwa faktor manusialah
(faktor P) yang berperan dalam menentukan tingkah laku manusia
sehingga apabila P bersifat x (Px) maka tingkah laku orang itu menjadi x
pula (Bx). Demikian pula Py akan menimbulkan By. Seperti seseorang
yang memiliki sifat pemarah akan marah dalam situasi menghadapi
kesulitan. Sementara itu, seseorang yang penyabar akan bertambah
sabar dalam menghadapi situasi serupa. Di pihak lain, pendapat empiris
berpendapat bahwa faktor lingkungan (faktor E) yang menentukan
sehingga Ex akan menimbulkan Bx, dan Ey menghasilkan By. Misalnya,
jika seseorang dimarahi maka ia akan merasa tidak senang, sedangkan
apabila ia dipuji, ia akan merasa senang.
3.2 Interpretasi Tema
Penggunaan Tema Perilaku Penumpang Terminal Bis adalah
memper-hatikan aktifitas mayoritas yang terdapat pada sebuah terminal bis
merupakan penumpang yang berasal dari berbagai kalangan. Sehingga
solusi desain untuk memenuhi kebutuhan penumpang adalah dengan
menciptakan sebuah lingkungan yang berasal dari hasil penelitian/
penelusuran terhadap penumpang yang mendalam.
Hasil rancangan harus mampu memberikan manfaat bagi semua kalangan
pengunjung yang memiliki fisik, sifat, kebiasaan dan kelakuan yang unik.
Seperti pada gambar disamping, jika hasil rancangan hanya
27
utamakan praktis/indah/hemat untuk merancang sebuah objek yang akan
digunakan masyarakat umum. Maka untuk biaya perawatan akan lebih
mahal dari pada pembuatannya. Karena objek itu tidak sanggup untuk
menahan perilaku yang diberikan oleh kalangan masyarakat yang
bervariasi.
Kemudian, Maslow membuat daftar hierarki kebutuhan dasar manusia.
Sesungguhnya, ia bukan satu – satunya ahli yang membuat daftar
kebutuhan ini. Ada Robert Ardrey, Alexander Leighton, Henry Murray dan
Peggy Peterson, yang masing – masing mengemukakan daftar kebutuhan
dasar manusia.
Dalam mendesain dapat menerapkan untuk fasilitas pengguna dalam
rancangan. Namun hanya beberapa kebutuhan dasar yang mampu
diterapkan dalam sebuah perancangan. Karena itu, diperlukan seleksi
yang lebih rinci dalam menentukan perioritas kebutuhan yang relevan.
3.3 Studi Banding Perancangan Tema Sejenis
Tema Perilaku Manusia merupakan untuk diterapkan ke proyek tidak
mudah. Karena harus mempertimbangkan segala kalangan perilaku yang
berbeda untuk menciptakan suatu fungsi yang berhubungan dalam suatu
jenis bangunan. Salah satu contoh bangunan yang menggunakan kaitan
Perilaku Manusia adalah Victoria Coach Station. Sebuah pusat pelatihan
keberangkatan bis kota London.
Gambar 23: Perspektif gedung dan koridor stasiun
http://www.flickr.com/photos/flissphil/4113235754/ dan
28
Stasiun bis Victoria Coach merupakan stasiun pelatihan di London yang
paling besar. Memiliki pengunjung luar terbanyak dan melayani
masyarakat London paling luas. Sehingga penerapan kenyaman dan
keamanan pengguna sangat diutamakan.
Stasiun bis Victoria Coach terletak di jalan Buckingham Palace, London
sejak tahun 1932. Memiliki gaya bangunan khas Art Deco oleh Wallis,
Gilbert dan rekan – rekannya. Stasiun ini beroperasi pada pekerjaan
utama, seperti keberangkatan dan kedatangan pada terminal serta
kedatangan barang – barang.
Gambar 24: Suasana Parkiran
http://www.theguardian.com/uk/2012/feb/26/economy-young-car-coach-train dan
29
BAB IV
ANALISA
4.1 Analisa Tapak
4.1.1 Aksesbilitas
Pada gambar tapak di bawah menunjukkan penataan yang terdapat pada
terminal sesuai kondisi terbaru sejak penyusun laporan menerima data
tersebut. Gerbang masuk bis utama adalah pada sisi Jl. Leuwipanjang.
Namun tidak memiliki perbatasan yang jelas untuk pelayanan bis masuk
dari jalur Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) dan Antar Kota Dalam Propinsi
(AKDP). Yang menjadi pembatas sementara adalah perkerasan fleksibel
yang digunakan.
30
Pada arah sisi Jl. Soekarno Hatta merupakan gerbang utama yang
berfungsi untuk akses masuk dan keluar penumpang inap dan antar
jemput serta para pekerja yang membawa kendaraan pribadi. Melalui
gerbang masuk dan keluar yang di buka dari sisi jalan ini pengguna
langsung dapat memparkir kendaraan pada kawasan tersebut.
Pembagian wilayah yang dapat diakses oleh masyarakat umum yang
membawa kendaraan hanya terdapat pada sisi ini. Maka untuk perancang
ini merupakan ide untuk membuka persepsi tersebut. Karena untuk
pengunjung umum yang membawa kendaraan masuk ke tapak, di
perbolehkan untuk melihat suasana bis namun tidak dapat melalui alur
bis. Dengan demikian pengemudi akan terasa suasana di dalam tapak
terminal yang memiliki bis beroperasi.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan maka perancang menampilkan
perencanaan seperti di atas. Yang memiliki uraian sebagai berikut :
1. Melalui Gerbang yang dibuka pada Jl. Leuwipanjang. Kendaraan
umum dan bis dapat mengakses kedalam tapak dengan dibagi
31
menjadi beberapa gerbang kecil dengan perbedaan gerbang utama
untuk Bis sedangkan, gerbang yang berukuran kecil untuk
kendaraan sedan dan Angkutan Kota (angkot). Masing – masing
mengakses ke wilayah yang berbeda sesuai kebutuhannya. Seperti
: Bis masuk ke daerah parkir bis, Kendaraan pribadi masuk ke
tempat parkir pengunjung, sedangkan angkot parkir ke daerah
khusus parkir angkot.
2. Melalui Gerbang yang dibuka pada Jl. Soekarno Hatta merupakan
Gerbang setapak yang memiliki ikonik Terminal Bis Leuwipanjang.
Memiliki dua gerbang yang berfungsi sebagai akses masuk – keluar
kendaraan pribadi dan para pekerja(karyawan terminal). Dengan
demikian keramaian akses masuk yang awalnya pada terminal
hanya dari gerbang Jl. Leuwipanjang dikurangi menjadi
setengahnya ke Jl. Soekarno Hatta.
3. Para pengunjung/penumpang yang tidak menggunakan kendaraan
pribadi untuk mengakses ke terminal dapat melalui semua bukaan
jalan yang dapat menuju ke terminal dengan melalui gerbang yang
di jaga oleh pos keamanan. Alur pencapaian pengunjung dapat
diperhatikan pada gambar dibawah.
4. Pengunjung yang menggunakan jalan kaki dapat melalui pedestrian
yang aman dengan pembatas taman dengan jalan raya. Pada
setiap jarak perjalanan yang memiliki pencapaian yang jauh akan
diberi penataan taman untuk kenyaman pejalan kaki. Pada
32
pedestrian tidak kurang menyediakan penghijau/peneduh dari
pohon – pohon tropis yang sekaligus merupakan pembatas dengan
jalan kendaraan. Seperti yang digambarkan pada ilustrasi berikut.
5. Melalui Gerbang yang dibuka pada Jl. Kopo merupakan gerbang
keluar untuk jenis kendaraan. Kecuali yang akses masuk terminal
dari gerbang Jl. Soekarno Hatta hanya dapat keluar lagi melalui
gerbang keluar dari jalan yang sama. Pada gerbang keluar Jl.
Kopo, bagi pengunjung pejalan kaki juga dapat masuk dari terotoar
yang disediakan untuk pejalan kaki.
33
4.1.2 Analisa Peruntukan Lahan
Peruntukan lahan merupakan penetapan pemerintah dalam membangun
kota. Ketentuan lahan perencana, sebagai berikut :
Peraturan
Membangun Rencana Tata Ruang Wilayah
KDB 50% Jawa Barat Pusat Pariwisata dan Budaya
KLB 1,5 Bandung Wilayah Pengembangan
GSB 10m Tegal Lega Terminal Jalan Raya,
Komersial, Perkantoran
KDH 20%
Lahan Terminal dapat dimanfaatkan untuk penghijauan yang berfungsi
untuk mengurangi pencemaran yang di produksi oleh transportasi yang
beroperasi di dalam site. Setiap perbatasan untuk pemisahan kawasan
dalam tapak akan diberi pembatas yang dapat menumbuhkan
penghijauan. Misalnya dengan trotoar pas bak bunga yang langsung
tertanam pada permukaan tanam. Sehingga tidak mudah untuk peredaran
luas kawasan untuk pengoperasian transportasi.
Peruntukan lahan diatas diperoleh dari RTRW Kota Bandung 2013 yang
melampirkan gambar peruntukan lahan seperti dibawah :
Tabel 6: Peruntukkan Lahan
34
Dari data peruntukan lahan tersebut dapat diproses ke jumlah untuk
mengetahui hasil perancangan yang akan didesain. Proses analisa dapat
disimak, sebagai berikut :
Dari data peruntukan lahan tersebut dapat diproses ke jumlah untuk
mengetahui hasil perancangan yang akan didesain. Seperti untuk
penyelesaian Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang akan memperoleh
Luas Lantai Dasar bangunan dengan mengkalikan dengan Luas Lahan
tersebut dengan nilai KDB dan dimanfaatkan luas 100% hasilnya adalah
19.000 m². Kemudian penyelesaian Koefisien Luas Bangunan (KLB) yang
akan diuraikan untuk memperoleh Luas Bangunan yang akan dibangun
dengan cara mengkalikan nilai KLB dengan Luas Lahan dan
memanfaatkan luas 100% hasilnya adalah 57.000 m². Sehingga, dapat
disimpulkan bahwa lahan Terminal tersebut dapat membangun gedung
yang luas lantai dasar 19.000 m² dengan luas keseluruhan terbangun
57.000m² yang artinya bangunan ini memiliki 3 tingkatan jika perlantainya
memiliki luas yang sama dengan lantai dasar. Namun hasil ini hanya
dalam hitungan konstanta secara langsung. Untuk mempertimbangkan
apakah akan menggunakan luas bangunan keseluruhan harus
diperhatikan pada program ruang yang akan dibahas pada subbab
selanjutnya pada bab analisa ini. Jika memanfaatkan luas keseluruhan
bangunan tersebut untuk membangunan ruang yang tidak memiliki fungsi
35 Gambar 29: Kondisi tapak sekitar
4.1.3 Kondisi Tapak
Kondisi tapak diperhatikan dari 2 kategori penjelasan, yaitu sekitar tapak
(dari luar tapak) dan kondisi didalam tapak. Berikut adalah uraian untuk
sekitar tapak yang berdasarkan pengamatan disekitar lingkungan.
Sesuai gambar di atas, pada tapak bentuk tapak yang mengakses ketiga
jalan utama ini memiliki bentuk yang aneh. Pada sisi selatan yang
mengakses ke Jl. Soekarno Hatta berhadapan dengan bangunan rumah
penduduk yang hanya 1 lantai yang beroperasi sebagai toko – toko
makanan. Sedangkan, pada sisi tapak sendiri merupakan gedung –
gedung lebih dari 1 lantai dan rendah dari 4 lantai merupakan fungsi
komersial yang bersifat swasta dan pemerintah.
Pada sisi Barat yang mengakses ke Jl. Leuwipanjang berhadapan dengan
bangunan komersial yang memiliki ruang terbuka luas. Sedangkan, pada
sisi tapak merupakan rumah residensial yang hanya 1 lantai. Namun tepat
pada kanan gerbang memiliki 1 buah bangunan komersial yang bertingkat
4 lantai.
36 Gambar 30: Kondisi di dalam tapak
Pada sisi Timur yang mengakses ke Jl. Kopo berhadapan dengan
bangunan perumahan yang bertingkat 2 lantai. Sedangkan, pada sisi
tapak merupakan perumahan satu lantai. Seperti pada sisi Selatan,
merupakan daerah pemukiman masyarakat wilayah Kopo.
Pembahasan untuk dalam tapak dapat diperhatikan pada gambar di atas.
Didalam tapak yang berdiri bangunan hanya merupakan bangunan kantor
dan kios/ bisnis area yang menyatu menjadi satu bangunan pada pusat
lahan. Tidak memiliki perbedaan yang mendasar untuk perbedaan fungsi
bangunan untuk bentuk bangunan karena terkesan kumuh dan tua.
Gerbang utama di buka pada Jl. Soekarno Hatta namun yang banyak
beroperasi atau keluar masuk Bis yang paling sibuk adalah bukaan pada
Jl. Leuwipanjang. Namun pada sisi Jl. Leuwipanjang tidak memiliki ikonik
yang menunjukan bahwa sisi tersebut merupakan gerbang masuk.
Bukaan yang luas menimbulkan ketidak sempadannya jalan dengan
37 Gambar 31: Kegiatan dan Fungsional Manusia
4.2 Analisa Kegiatan dan Fungsional
Pada Terminal Bis kegiatan rutin adalah sirkulasi manusia yang berangkat
dari terminal dan yang berkedatangan. Sehingga unit kegiatan yang
menjadi penunjang kegiatan tersebut pada umumnya disediakan oleh tiap
tempat umum (terminal bis) adalah dengan fasilitas komersial. Kegiatan
jual beli ini terletak pada pusat perhatian saat manusia lalu lalang. Contoh
penempatan ruang kios, seperti pada gambar 4.2.
Mengeksplorasikan kegiatan dapat melalui subjek yang melakukan
kegiatan tersebut. Beberapa pelaku yang beraktivitas didalam terminal, di
antaranya :
4.2.1 Penumpang
Alur penumpang hanya memiliki satu tujuan umum, kemudian
berdasarkan perilaku pribadi memiliki beberapa tujuan khusus. Dari tujuan
tujuan tersebut maka muncul kegiatan yang yang mewadahi terminal
38
1. Masuk ke terminal, membeli tiket sesuai tujuan,
2. Berbelanja yang ingin di beli. Namun jika memiliki terkecuali,
3. Masuk ke terminal istirahat karena tiket telah di hari sebelumnya.
4. Tidak perlu belanja di terminal karena telah membeli di luar terminal.
Dari contoh di atas perilaku setiap penumpang dapat berbeda – beda.
Sehingga bagi penumpang adalah kenyamanan menunggu, kenyamanan
perpindahan dari satu moda atau kendaraan ke moda lain, tempat fasilitas – fasilitas informasi dan fasilitas parkir kendaraan pribadi.
4.2.2 Pengunjung
Alur pencapai tujuan pengunjung dapat dikhususkan menjadi beberapa
pengamatan, seperti berikut :
1. Pengunjung yang bertujuan menunggu orang yang akan di jemput.
2. Pengunjung yang bertujuan untuk berekreasi ke terminal.
3. Pengunjung yang bertujuan mengantar orang yang akan berangkat.
4. Pengunjung yang bertujuan hanya mengantar orang namun tidak
berkegiatan di dalam teminal.
Semua tujuan tersebut akan mempengaruhi setiap komponen yang ada
didalam terminal. Sehingga bagi pengunjung adalah kenyamanan
menunggu, kenyamanan perpindahan dari satu moda atau kendaraan ke
moda lain, tempat fasilitas – fasilitas informasi dan fasilitas parkir
kendaraan pribadi.
4.2.3 Pengelola Terminal
Didalam Terminal Bis Leuwipanjang yang menjadi pengelola adalah
bagian dari pekerja pemerintahan. Bagi pemerintah, keberadaan terminal
39
lintas dan angkutan serta menghindari dari kemacetan, sumber
pemungutan retribusi dan sebagai pengendali kendaraan angkutan umum.
Salah satu kepentingan operator kendaraan terhadap terminal adalah
untuk pengaturan operasi bus/angkutan umum, penyediaan fasilitas
istirahat dan informasi bagi awak angkutan/bus, dan juga sebagai fasilitas
pangkalan.
4.2.4 Penyewa Retail
Ruang kegiatan penyewa adalah sebidang ruang sewa yang diretail.
Namun kegiatan menunjang yang melanjutkan kegiatan tersebut dapat
dipenuhi dengan meneruskan kebiasaan perilaku pada terminal, seperti;
tempat istirahat, tempat pembuangan dan tempat pengangkutan barang.
Sehingga bagi penyewa adalah kenyamanan melayani, kenyamanan
perpindahan dari satu moda atau ke moda lain, tempat fasilitas – fasilitas
informasi dan fasilitas parkir kendaraan barang.
4.3 Analisa Pengguna
Kegiatan keberangkatan dan kedatangan dibantu dengan alat transportasi
pada terminal dilakukan oleh penggunanya yang berbeda – beda.
Pengguna tersebut hanyalah manusia yang mengoperasi dan
menciptakan suasana berkegiatan didalam terminal.
4.3.1 Manusia
Untuk memusatkan perhatian mengenai hierarki kebutuhan manusia,
dalam perancangan terminal, haruslah berpikir akan kebutuhan pengguna
dan buka kebutuhan manusia secara umum. Kerena beragamnya
preferensi dan tingkat kebutuhan seseorang maka akan sangat
bermanfaat jika dilakukan penelitian kebutuhan kasus demi kasus, dari
pada sekadar memakai data yang sangat umum.
Randy Hester, seorang arsitektur lanskap, mengatakan bahwa perancang
40
Sementara itu, pemakai lebih mempertimbangkan siapa saja orang yang
memakai fasilitas itu, atau dengan siapa mereka akan bersosialisasi
dalam penggunaan fasilitas itu. Jadi, terlihat disini adanya perbedaan
prioritas pemenuhan kebutuhan dasar. Pada ilustrasi dibawah
menunjukkan 3 jenis preferensi umum, seperti; orang yang senang
menyendiri, menyukai kebersamaan (sosial) dan yang dianta keduanya.
Sehingga perancangan terminal tidak hanya memandang dari segi
manusia yang memiliki preferensi tidak terbatas untuk mendesain. Dalam
pengakhiran desain terminal harus memasukkan penilaian komponen
penggunaan bagi pengguna yang memiliki nilai kenyaman dan
keselamatan mereka.
41
4.4 Analisa Ruang dan Bentuk
Dalam menganalisa bentuk, perancang memanfaatkan teori Ordering
Principle (prinsip pendekatan), diantaranya unsur Transformasi, Hierarki
dan Sirkulasi.
Seperti pada gambar diatas, tranformasi menggunakan perubahan bentuk
lahan yang menyatu dengan bentuk bangunan. Dengan demikian
bangunan yang menjadi pusat dari lahan tersebut menunjukan hierarki
yang beda dari sekitarnya. Pada hirarki yang lebih jauh dari pusat lahan
memiliki nilai terbuka dan dekat dengan sekitarnya menjadi nilai hierarki
untuk ruang – ruang terbuka (ruang hijau). Masih pada bangunan yang
menjadi terpusat, menimbulkan suasana yang memiliki poros untuk
bersirkulasi. Sirkulasi yang mengalir berdasarkan poros tersebut
menunjukkan sebuah keserasian dan tidak menimbulkan cross circulation
(sirkulasi silang) yang jelas.
Untuk menganalisa ruang, perancang membaginya menjadi dua
berdasarkan fungsi gedung terdapat pada Terminal Bis, yaitu Gedung
khusus terminal dan gedung fasilitas penunjang.
42
4.4.1 Terminal
Bentuk bangunan terminal diambil dari bentuk persegi panjang karena
menimbang bentuk dasar ini dapat menciptakan ruang yang efisien dan
rapi. Penataan rapi bermaksud rapi pada ruang dalam serta luar. Untuk
parkiran yang bersikap pada bangunan.
Dengan bentuk dasar persegi panjang dan membentuk 3 jari yang
bersikap pada bentuk lahan, mempermudahkan dalam menyusun ruang
parkir. Serta pembagian zona berbeda.
4.4.2 Fasilitas Penunjang
Pada bentuk bangunan yang membentuk tiga jari merupakan area fasilitas
penunjang, seperti ruang tunggu, kios, kantin, toilet dan lainnya.
Jenis ruang bersifat single loaded (satu bidang bukaan).
Gambar 34: Bentuk Bangunan
43 Gambar 36: Struktur Bangunan
Jembatan penghubung Struktur pendukung yang menjadi penghubung bangunan
4.5 Analisa Struktur dan Utilitas Bangunan
Dalam merancang struktur merupakan rangka inti bangunan yang
menanggung semua beban pada bangunan. Karena itu, perlu ketelitian
khusus dalam memilih struktur bangunan dalam merancang.
4.5.1 Struktur Pendukung Bangunan
Bangunan terminal bis leuwipanjang terdiri dari struktur konvensional
(struktur rigid frame) dan pada atap merupakan struktur truss baja. Yang
membuat atap tersebut tampak datar. Seperti pada gambar berikut.
Struktur pendukung lainnya terdapat pada penghubung gedung persegi
panjang dengan yang bangunan pusat yang berbentuk tabung. Dengan
struktur jembatan yang menyambung seluruh gedung tersebut membuat
bangunan seolah – olah terdiri dari satu bangunan gemuk. Namun
penghubungnya hanya sekedar struktur pendukung. Solusi tersebut untuk
mengatasi gaya lateral dari alam yang tidak terduga. Dengan demikian
mengurangi resiko semua bangunan mengalami akibat dari gaya lateral
44 Gambar 37: Struktur Atap
Atap metal deck dirancang bentuk kerucut Atap metal deck dirancang datar
4.5.2 Struktur Atap
Struktur bangunan rigid frame membuat bangunan tersebut kaku dan
kokoh. Dengan demikian bentuk kaku ini menguntungkan pada
pengolahan atap yang dapat memainkan pola yang lebih banyak. Seperti
pada gambar di bawah.
Pada struktur atap perancang menggunakan struktur truss baja yang
menata pola atap datar tersebut dengan bentuk sama dengan bangunan.
Dengan terusan struktur bangunan pada tiap balok lantai paling atas
memasang struktur atap baja tersebut dan lapisan selanjutnya penutup
atap yang menggunakan metal deck. Lapisannya seperti pada ilustrasi
berikut:
Gambar 38: Struktur Atap dilapis penutup Struktur truss baja
45
4.5.3 Utilitas Bangunan
Disamping struktur bangunan yang memikul beban seluruh bangunan.
Sistem utilitas merupakan salah satu pemberi beban yang berdampingan
pada struktur bangunan. Karena sistem utilitas sering di simpan pada sisi
tidak terlihat dari morfologi bangunan pada umumnya.
Sistem penyaluran semuanya ditanggung dari pemerintah. Menggunakan
PLN, PDAM dan pembuangan akhir ke rio kota melalui proses kimiawi.
Bangunan dua lantai tidak menggunakan pompa air khusus masih
termasuk tekanan air cukup. Penekanan pompa air akan dipasang pada
setiap lantai satu toilet untuk memompa air bersih ke lantai dua.
Pembuangan air kotor menggunakan jalur yang sama dengan air bersih.
Namun dipisahkan dengan pipa lain dan pembatas beton dibawah
permukaan tanah. Dengan demikian saat perawatan air bersih dan air
kotor dapat langsung dipantau. Letak pipa air bersih diatas sedangkan air
kotor dibawah dengan dibatas dengan plat beton.
Elektrikal sederhana dengan ruang kontrol panel listrik pada gedung pusat
mengingat arus listrik yang sangat jauh akan menganggu energi yang
digunakan. Listrik awalnya ditarik dari PLN ke gedung pusat kemudian
disalurkan secara paralel ke tiga gedung.
46
4.6 Analisa Kebutuhan Ruang
Berdasarkan hasil studi terhadap Terminal Bis Cicaheum, Purabaya dan
Kampung rambutan. Sehingga mengerucutkan program ruang Terminal
Bis Leuwipanjang yang baru, seperti:
No Nama Fasilitas Jml. Panjang
47
Sesuai tabel diatas, penguraian proses mengumpulkan hasil tersebut
adalah sebagai berikut:
4.6.1 Gedung Terminal
Bangunan utama mencakup pelayanan umum dalam terminal, seperti;
ruang tunggu, ruang informasi, ruang administrasi, ruang informasi dan
pengaduan, GarduTPR/LLAJR/Keamanan dan loket penjualan tiket.
1. Ruang tunggu
Ruang tunggu menyediakan tempat duduk yang nyaman berdasarkan
kenyaman posisi duduk manusia, seperti:
Untuk tempat umum seperti terminal bis, ruang tunggu juga didasarkan
kenyaman posisi difabel.
Gambar 40: Kenyamanan posisi duduk
48
Standar kenyaman bagi kalangan lansia.
Untuk mengakses ke ruang tunggu tentunya akan melewati jalan – jalan umum. Standar ruang jalan untuk tempat umum sangat penting untuk kenyaman bersama sehingga untuk merancang juga harus memperhatikan standar kenyaman ruang jalan dibawah ini.
Serta orang yang membawa barang di dalam terminal.
Gambar 42: Kenyamanan kekurangan visual dan lansia
Gambar 43: Lebar untuk berjalan
49
2. Ruang Administrasi
Ruang kerja yang digunakan untuk mengoperasi sistem terminal terletak
pada ruang administrasi yang memiliki standar pengolahan data. Susunan
mesin dan posisi duduk yang standar. Seperti pada gambar
3. Loket penjualan tiket
Loket tiket merupakan pusat pelayanan karcis bis sesuai jadwal
berangkat. Sehingga ketelitian dan kenyaman pekerja sangat penting.
Berikut standar dalam mendesain loket.
Gambar 45: Ruang kerja
50
4.6.2 Gedung Penunjang
Bangunan penunjang mencakup fasilitas ruang kios/ bisnis area/ kantin,
resepsionis, musholla, toilet, ruang pengobatan, pengelolaan limbah dan
ruang cuci kendaraan.
1. Ruang kantin
Ruang tunggu juga ditata dengan sistem untuk ruang makan sehingga standar yang digunakan sesuai gambar di bawah.
51
2. Resepsionis
Untuk mengakses ke sebuah ruang public tentunya harus memiliki
pengidentitas terlebih dahulu. Tempat yang melayani ini adalah
resepsionis yang bekerja. Standar ruang resepsionis, seperti:
3. Musholla
Luas sebuah ruang berdoa tergantung pada jumlah pengguna yang
terdapat pada suatu tempat. Sehingga merupakan ukuran bebas. Namun
tahap – tahap untuk menuju ruang doa dipengaruhi oleh agama masing –
masing. Tempat ambil Wudhu merupakan suatu etika dalam ruang publik.
Pada terminal penumpang yang menunggu lama tidak menutupi
kemungkinan akan bersamaan dengan waktu sholat. Sehingga posisi
yang nyaman untuk tidak membasahi pakaian adalah sebuah standar
perancangan.
Gambar 48: Penataan ruang resepsionis
52
4. Toilet
Terminal bis merupakan tempat umum yang pengunjungnya berasal dari
berbagai kalangan masyrakat. Sehingga penataan ruang toilet haruslah
memenuhi standar tersebut.
5. Pengelola Limbah
Tempat keramaian akan menghasilkan
pembuangan bekas – bekas bawaan yang
banyak. Sehingga untuk menjaga kebersihan
lingkungan standar pengolahan sampah sangat
diperhatikan.
Gambar 50: Layout Toilet Publik
53 Gambar 52: Layout parkir bis tegak lurus
4.6.3 Ruang Parkir
Ruang terbuka perkerasan berupa tempat parkir dibedakan menjadi
tempat parkir kendaraan antar jemput, tempat parkir kendaraan umum,
tempat parkir bis dan tempat parkir angkutan kota. Disamping itu, juga
terdapat rambu – rambu, pos pengawas, jalur kedatangan, jalur
keberangkatan serta gerbang untuk masuk – keluar kendaraan.
1. Ruang parkir
Parkiran untuk kendaraan besar jika tidak tepat dengan ukurannya akan
sangat boros dengan lahan sisa.
Dalam teknik penataan parkiran dapat dipengaruhi lahan proyek yang
memilik bentuk yang berbeda – beda. Sehingga standar parkir bis juga
54
Parkiran diagonal dapat menghemat ruang lebar namun mengurangi
kuota parkir yang dapat dipenuhi dengan parkir tegak lurus.
Selain dalam teknik parkir yang mengharuskan teknis yang benar. Pada
penataan poros perputaran bis merupakan sebuah standar utama dalam
desain jalan. Pada halaman selanjutnya akan ditampilkan standar ukuran
untuk melakukan suatu poros bis. Ukurannya merupakan nilai minimum
yang harus dipatuhi, jika merangcang dengan ukuran lebih dari itu tidak
menjadi kesalahan. Namun menjadi sebuah kenyamanan yang dilebihkan
untuk pengemudi dalam menyupir.
56
Selain ukuran parkir bis yang harus diperhatikan, parkir mobil merupakan
standar yang tidak dapat ditinggalkan dari perancangan.
Ukuran kendaraan kecil yang juga akan masuk kedalam terminal bis.
Gambar 55: Layout parkir mobil
57
2. Jalur keberangkatan dan kedatangan
Ukuran jalan menjadi salah satu perancangan dalam standar teminal bis.
Berikut adalah ukuran kendaraan yang akan beroperasi didalam terminal.
58
Ukuran jalan untuk kendaraan dapat dirancang berdasarkan ukuran
kendaraan pada umumnya. Namun pemberian pola pada jalan dapat
menambah nilai keramaian untuk konsentrasi pengemudi. Berikut adalah
contoh pengolahan jalan dengan standar ukuran kendaraan pada
umumnya.
Penataan jalur keberangkatan dan kedatangan sebenarnya sama pada
ukuran jalannya. Karena standar kendaraan yang menggunakan jalan
adalah sama. Yang ditekankan pada perancangan adalah sensasi pada
saat kedatangan akan berbeda pada saat untuk keberangkatan. Maka
penggunaan material dan pengolahan bentuk elemen lahan pada kedua
jalur harus mampu menunjukkan makna tersebut.
59 Gambar 60: Standar dasar pedestrian
4.6.4 Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka juga dimanfaatkan sebagai penataan penghijauan, seperti;
emplasemen, taman dan pedestrian.
1. Emplasemen
Ruang terbuka yang lapang pada terminal bis akan sangat banyak karena
untuk pemisahan kendaraan dengan bangunan harus dilakukan untuk
kenyaman pada bangunan yang menjadi ruang tunggu bagi penumpang.
Sehingga pada setiap pemisahan bangunan diberi bak bunga yang dapat
dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi penumpang.
2. Pedestrian dan Taman
Pedestrian merupakan jalur akses penumpang/pengunjung yang
menggunakan jalan kaki.
60
BAB V
KONSEP PERANCANGAN
5.1 Ide Awal
Beberapa alasan yang menjadi awal pemikiran menggunakan tema
perilaku manusia (khususnya penumpang bis), sebagai berikut :
a. Berdasarkan pendekatan tingkah laku penumpang keberangkat dan
kedatangan.
b. Berdasarkan pendekatan tingkah laku penumpang sedang
menunggu keberangkatan, serta orang yang sedang menunggu
seseorang yang akan tiba.
c. Dapat menuangkan konsep desain yang mampu menjadi solusi
pemecahan masalah baik melalui komponen tapak, perabot dan
estetika bangunan.
Melalui tema Perilaku Penumpang Terminal, maka muncullah teori awal
dengan konsep skematik, seperti:
Gambar 61: Skematik Sirkulasi Kendaraan
= Pusat tapak yang dijadikan poros sirkulasi kendaraan
= Jalur kendaraan masuk
61
Dengan dibagi menjadi 2 zona di lahan perencana, yaitu zona 1 untuk bis
dalam kota dan zona 2 untuk bis ke luar kota. Serta akses kendaraan
masuk dan keluar di putar pada poros di tengah lahan. Untuk tidak
menciptakan keramaian sirkulasi pada dalam lahan.
5.2 Konsep Tapak
Lahan terminal bis Leuwipanjang memiliki bentuk yang unik. Sehingga
untuk penataan gedung menjadi cara khusus. Setelah perancang
menggunakan teori Ordering Principle yang mendapatkan bentuk dasar
bangunan yang menyikapi bentuk lahan. Maka seterusnya adalah
mengelompokkan fungsi dan mengatur sirkulasi untuk pencapai setiap
ruang yang digunakan.
5. 2.1 Pengelompokkan Fungsi
Pemetakatan area dapat membantu perancang dalam mengelompokkan
fungsi bangunan dengan cepat dan rapi. Seperti pada gambar berikut:
62
Pada bentuk bangunan berbentuk tiga jari ini, perancang memetakannya
dalam 3 zona dengan masing – masing zona mendapat 1 bangunan dan
bersamaan menggunakan bangunan pusat.
Pada zona A, gedung panjang berfungsi sebagai ruang servis, seperti;
kioas, kantin, musholla, toilet, gardu, loket damri dan ruang tunggu. Di
zona A juga terdapat ruang operasi bis damri dan angkot serta kendaraan
penumpang.
Pada zona B, gedung panjang berfungsi sebagai ruang servis yang
melayani penumpang bis AKDP dan AKAP. Sehingga merupakan zona
paling ramai diantaranya. Serta memiliki bidang paling luas. Pada zona ini
memiliki fungsi ruang kios, kantin, musholla, toilet, loket, gardu, ruang
tunggu dan ruang informasi. Tempat parkir AKDP dan AKAP di lapang
kosong tersebut dengan disediakan sedikit lahan untuk parkir inap
kendaraan pribadi penumpang. Memiliki luas emplasemen paling luas
diantara kedua zona.
Pada zona C, gedung panjang berfungsi sebagai ruang servis khusus
karyawan yang di gedung pusat. Masih memiliki aktifitas bagi penumpang
yang melewati jalan. Memiliki ruang tunggu, kantin, musholla, toilet dan
gardu. Di zona ini memiliki tempat parkir khusus untuk para pekerja;
seperti pekerja kios, kantin, administrasi dan pos jaga.
Gedung pusat memiliki akses pada ketiga zona tersebut. Sehingga
menjadi gedung yang beroperasi terus dan memiliki fungsi utama pada
terminal ini. Memiliki jarak jauh yang sama untuk melayani ketiga gedung
panjang. Memiliki fungsi ruang administrasi, balai pengobatan, gardu dan
pusat informasi.
5.2.2 Sirkulasi dan Pencapaian
Sirkulasi dalam terminal perancangan ini dapat dibedakan menjadi
sirkulasi manusia dan kendaraan. Untuk pengelompokkan sirkulasi
63
Untuk lebih jelas dapat memperhatikan gambar alur sirkulasi manusia
dibawah ini.
Sedangkan, untuk kendaraan dibedakan menjadi bis AKAP dan AKDP, bis
damri, angkot, kendaraan pribadi penumpang dan kendaraan pribadi
pekerja. Untuk lebih jelas dapat memperhatikan gambar alur sirkulasi
kendaraan dibawah ini.
Sesuai dengan pembagian zona sebelumnya, lahan terminal dibagi
menjadi tiga area yang memiliki fungsi berbeda. Sehingga sirkulasi
kendaraan juga demikian. Arah pergerakkan kendaran dalam terminal