ASET BANK SYARIAH
(Analisis pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2014)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
oleh: PRATIWI
NIM. 1111046100090
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
i
ASET BANK SYARIAH
(Analisis pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2014)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
Pratiwi NIM: 1111046100090
Pembimbing
Dr. Siti Hamidah Rustiana, SE., Ak., M.Si NIDN. 0316045705
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
iv
ABSTRAK
Pratiwi. 1111046100090. Pengaruh Non Performing Financing, Financing to Deposit Ratio, dan Return on Assets Terhadap Pertumbuhan Aset Bank Syariah (Analisis Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2014). Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Return on Assets (ROA) terhadap pertumbuhan aset bank syariah di Indonesia pada periode 2011-2014.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Sampelnya yaitu 7 bank umum syariah, yang sebelumnya ditentukan dengan metode purposive sampling. Data yang dihimpun berupa laporan keuangan triwulanan tiap bank syariah dari tahun 2011-2014. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi data panel.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Non Performing Financing (NPF),
Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Return on Assets (ROA) mempengaruhi pertumbuhan aset bank syariah secara signifikan.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahi rabbil ‘alamiin, segala puji serta syukur penulis panjatkan
kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Atas izin
Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Non
Performing Financing, Financing to Deposit Ratio, dan Return on Assets
Terhadap Pertumbuhan Aset Bank Syariah (Analisis Pada Bank Umum
Syariah di Indonesia Periode 2011-2014)”. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam
rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi Syariah
(S.E.Sy) Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Namun berkat bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai
pihak akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Dengan rasa hormat, penulis
ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Orang tua penulis yang selalu memberikan semangat, nasihat, dan do‟a yang tiada
henti. Terimakasih atas kesabaran , kasih sayang, dan dukungan yang begitu
besar. Kenangan suka maupun duka yang kita lalui bersama menjadi pelajaran
hidup yang sangat berharga bagi saya. Terimakasih telah menjadi Mama dan Papa
yang hebat. Semoga selalu diberkahi oleh Allah SWT dan kelak saya dan
vi
2. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, Bapak Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph.D. yang saya
hormati.
3. Bapak AM. Hasan Ali, M.A., dan Bapak H. Abdurrauf, Lc., M.A., selaku ketua
dan sekretaris program studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan pengarahan dan memudahkan penulis dalam menjalankan prosedur
akademik.
4. Ibu Dr. Siti Hamidah Rustiana, S.E., Ak., M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan arahan
kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
5. Ibu Oke yang selalu sabar membantu penulis serta mahasiswa lainnya dalam
proses pendaftaran seminar proposal hingga ujian skripsi.
6. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum khususnya konsentrasi Perbankan
Syariah yang telah berbagi ilmunya serta membimbing penulis dalam kegiatan
belajar mengajar.
7. Teman-teman PS angkatan 2011 khususnya Hastin, Opey, Hilda, Diaz, Rendy,
Faisal, Hilman, Dody, Kemal, Sabrina, dan teman-teman PS-C lainnya. Terima
kasih telah membuat 4 tahun masa kuliah ini terasa begitu luar biasa. Terima kasih
juga untuk Nida yang telah membantu penulis dalam mempelajari teknik analisis
sehingga penulis dapat melakukan penelitian dengan lancar. Semoga silaturahim
vii
8. Organisasi tercinta, PSM UIN Jakarta, beserta teman-teman anggota khususnya
angkatan Propizio. Terima kasih atas pengalaman yang tak ternilai harganya, serta
pertemanan dan berbagai kegiatan yang membuat kehidupan perkuliahan penulis
lebih berwarna. Semoga prestasi PSM UIN Jakarta terus meningkat dan selalu
menjadi kebanggaan kita semua.
9. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis menyadari dengan
sepenuh hati bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Namun,
penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi kontribusi pada
perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya Ekonomi Islam.
Ciputat, 30 September 2015
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Hipotesis ... 8
F. Sistematika Penulisan ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bank Syariah ... 11
1. Pengertian Bank Syariah ... 11
2. Fungsi Bank Syariah ... 12
B. Bank Umum Syariah ... 13
C. Aset/Aktiva Bank Syariah ... 16
ix
E. Financing to Deposit Ratio (FDR) ... 25
F. Return on Assets (ROA) ... 26
G. Review Studi Terdahulu ... 27
H. Kerangka Konsep ... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 35
B. Teknik Penentuan Sampel ... 35
C. Jenis dan Sumber Data ... 36
D. Teknik Pengumpulan Data ... 37
E. Teknik Analisis Data ... 37
F. Metode Estimasi Model Regresi Data Panel ... 40
1. Common Effect Model ... 40
2. Fixed Effect Model ... 41
3. Random Effect Model ... 42
G. Pengujian Hipotesis 1. Uji Pengaruh Parsial (Uji t) ... 46
2. Uji Pengaruh Simultan (Uji F) ... 47
3. Uji Koefisien Determinasi ... 47
H. Operasional Variabel Penelitian ... 48
x
B. Statistik Deskriptif ... 56
1. Sampel ... 56
2. Statistik Deskriptif Variabel ... 56
C. Estimasi Model Regresi Data Panel ... 59
1. Uji Chow ... 59
2. Uji Haussman ... 61
D. Pengujian Hipotesis ... 63
1. Model Penelitian ... 63
2. Uji Pengaruh Parsial (Uji t) ... 65
3. Uji Pengaruh Simultan (Uji F) ... 67
4. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 69
E. Interpretasi ... 69
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 72
B. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 75
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah ... 3
Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional ... 12
Tabel 2.2 Review Studi Terdahulu ... 30
Tabel 3.1 Sampel Penelitian ... 36
Tabel 4.1 Sampe Penelitian ... 56
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel Dependen (Pertumbuhan Aset) ... 56
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Variabel Independen (NPF) ... 57
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Variabel Independen (FDR) ... 58
Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Variabel Independen (ROA) ... 59
Tabel 4.6 Hasil Uji Chow ... 60
Tabel 4.7 Hasil Uji Haussman ... 62
1
A. Latar Belakang Penelitian
Sektor keuangan memegang peranan yang relatif signifikan dalam memicu
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sektor keuangan berfungsi untuk
memobilisasi tabungan, mengelola risiko, memperoleh informasi terkait
investasi, memonitor manajer dan mengerahkan kontrol bagi perusahaan,
memperlancar transaksi, dan memfasilitasi pertukaran barang dan jasa.
Pertumbuhan ekonomi suatu negara akan optimal apabila stabilitas sistem
keuangan negara tersebut dapat terpelihara dengan baik.
Di Indonesia, sektor keuangan masih didominasi oleh perbankan. Dari
total aset industri keuangan, sebanyak 82,1% atau Rp 3.653 triliun merupakan
aset perbankan. Sedangkan aset sekuritas sebesar Rp 51 triliun, multifinance
sebesar Rp 293 triliun, dan aset asuransi sebesar Rp 444 triliun.1 Hal ini terjadi karena adanya perkembangan di dunia perbankan, ditambah dengan munculnya
perbankan syariah di Indonesia.
Bank Syariah dalam sistem perbankan Indonesia secara formal telah
dikembangkan sejak Pemerintah menerbitkan Undang-Undang No. 7 Tahun
1992. Namun, landasan hukum operasi bank yang menggunakan sistem syariah
1 Artikel „OJK: Perbankan Dominasi Aset Industri Keuangan‟ diterbitkan pada Senin, 6 Mei
2013 diakses pada Senin, 4 Mei 2015 pukul 10.28 wib dari
dalam Undang-Undang ini hanya dikategorikan sebagai “bank dengan sistem
bagi hasil”; tidak terdapat rincian landasan hukum syariah serta jenis-jenis usaha
yang diperbolehkan.2
Hingga akhirnya pemberlakuan Undang-undang No. 10 Tahun 1998
tentang Perbankan, yang merupakan perubahan dari Undang-Undang No. 7
Tahun 1992, telah memberi landasan hukum yang lebih kuat dan kesempatan
yang lebih luas lagi bagi perkembangan bank syariah di Indonesia. Dengan
adanya Undang-Undang ini, Bank Umum maupun Bank Pembiayaan Rakyat
dapat beroperasi berdasarkan prinsip Islam dan bank umum konvensional,
melalui suatu mekanisme perizinan tertentu dari Bank Indonesia dan Otoritas
Jasa Keuangan, dapat melakukan kegiatan usaha perbankan Islam dengan
membuka Unit Usaha Syariah (UUS).
Hal tersebut mendorong hadirnya lembaga-lembaga keuangan syariah
yang beroperasi berdampingan dengan lembaga keuangan konvensional. Bahkan
hingga akhir 2014, terdapat 12 Bank Umum Syariah, 22 Unit Usaha Syariah
(UUS), dan 163 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah beroperasi di Indonesia.
Perkembangan bank syariah di Indonesia juga dapat dilihat dari
perkembangan total aset bank syariah. Hal ini dikarenakan total aset merupakan
salah satu indikator perkembangan perbankan syariah yang menentukan
kontribusi industri perbankan syariah terhadap perbankan nasional. Selain itu,
2
total aset juga merupakan indikator ukuran bank, dimana kecilnya total aset akan
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, Publikasi OJK Desember 2014 (data diolah)
Walaupun jumlah total aset bank syariah meningkat setiap tahun, namun
pertumbuhan aset perbankan syariah mengalami penurunan. Aset perbankan
syariah yang terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS)
dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) tercatat sebesar Rp248,1 triliun
pada tahun 2013 atau tumbuh 24,2%, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan
tahun sebelumnya (34,0%).3 Perlambatan pertumbuhan aset bank syariah kembali terjadi pada kuartal I/2014. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat
3
pertumbuhan aset bank syariah pada kuartal I/2014 hanya sebesar 14,9%. Angka
tersebut menurun dibandingkan pertumbuhan aset bank syariah pada kuartal
terakhir di tahun 2013 yang tercatat sebesar 24,2%. Padahal apabila melihat
fakta bahwa mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim, sewajarnya
pertumbuhan aset meningkat pula seiring meningkatnya kebutuhan terhadap jasa
perbankan.
Perkembangan perbankan syariah tidak serta merta menjadikan perbankan
syariah menjadi semakin kokoh dan kuat serta mampu memimpin pangsa pasar
industri perbankan nasional. Agar perbankan syariah mampu meningkatkan
pangsa pasarnya, maka perlu didukung dengan pertumbuhan aset yang cukup
signifikan sehingga dapat diperoleh manfaat dari perbankan syariah secara lebih
luas. Kepercayaan dari masyarakat merupakan salah satu hal yang diperlukan
untuk mendukung perkembangan perbankan syariah. Jika masyarakat percaya
terhadap bank syariah, maka tak menutup kemungkinan akan semakin banyak
pihak yang menempatkan dananya dan mengajukan pembiayaan. Adanya
peningkatan dari dua indikator keuangan syariah yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK)
dan pembiayaan diperkirakan dapat meningkatkan pertumbuhan total aset Bank
Syariah, karena Dana Pihak Ketiga (DPK) dan pembiayaan menunjukkan kinerja
perbankan syariah sebagai lembaga intermediasi, sedangkan total aset
menunjukkan ukuran bank. Namun, penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan
Dengan melihat rasio Non Performing Financing (NPF), maka dapat diketahui seberapa besar pembiayaan bermasalah dibandingkan seluruh
pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah. Jika rasio Non Performing Financing (NPF) meningkat, pertumbuhan aset bank syariah dapat menurun. Hal tersebut dibuktikan oleh Nurhasanah (2012), yang menyimpulkan bahwa Non
Performing Financing (NPF) berpengaruh secara negatif terhadap aset karena semakin kecil nilai Non Performing Financing (NPF) maka penyaluran dana
kepada nasabah dapat kembali ke pihak bank sehingga ketika mendapatkan
margin bagi hasil tersebut, pihak bank meningkatkan aset bank syariah. Selain
itu, apabila Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL) dalam bank konvensional semakin besar, maka bank harus menyediakan
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang lebih besar yang pada
gilirannya memperberat posisi keuangan bank.4 Namun berbanding terbalik dengan teori tersebut, hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayah (2008)
membuktikan bahwa rasio Non Performing Financing (NPF) tidak signifikan mempengaruhi pertumbuhan aset perbankan syariah.
Dalam menjalankan perannya sebagai lembaga perantara (intermediary)
antara unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana (surplus unit) dengan unit-unit yang lain yang mengalami kekurangan dana (deficit unit), Bank syariah
dapat menggunakan Financing to Deposit Ratio (FDR) sebagai tolak ukur
4
kinerja. Financing to Deposit Ratio (FDR) digunakan untuk mengetahui porsi Dana Pihak Ketiga (DPK) yang disalurkan untuk pembiayaan. Tinggi rendahnya
rasio ini menunjukkan likuiditas bank tersebut, sehingga semakin tinggi tingkat
Financing to Deposit Ratio (FDR) suatu bank, maka bank tersebut kurang likuid dibandingkan dengan bank yang mempunyai rasio lebih kecil.5 Risiko likuiditas yang terjadi pada bank syariah dapat menurunkan aset bank syariah karena
adanya beban biaya tambahan untuk mengatasi risiko likuiditas tersebut.
Untuk mengetahui tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh
bank syariah, dapat dilihat dari angka Return on Assets (ROA). Return on Assets
(ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen menghasilkan income dari pengelolaan aset. Semakin besar Return on Assets (ROA) suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai bank tersebut sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan asetnya.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, peneliti menganggap
penting untuk melakukan penelitian dengan judul: “PENGARUH NON
PERFORMING FINANCING, FINANCING TO DEPOSIT RATIO, DAN
RETURN ON ASSETS TERHADAP PERTUMBUHAN ASET BANK
SYARIAH.”
5
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, identifikasi masalah pada
penelitian ini yaitu laju pertumbuhan aset bank syariah menurun, serta adanya
hasil penelitian yang berbeda terkait faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan aset bank syariah. Masalah dalam penelitian ini dibatasi hanya
dalam ruang lingkup Bank Umum Syariah, guna menghindari kemungkinan
tumpang tindih dengan masalah lain di luar wilayah penelitian. Dari
permasalahan di atas, penulis akan melakukan pembahasan yang dirumuskan
dalam beberapa pertanyaan berikut:
1. Bagaimana pengaruh Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Return on Assets (ROA) terhadap Pertumbuhan Aset Bank Syariah secara parsial?
2. Bagaimana pengaruh Non Performing Financing (ROA), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Return on Assets (ROA) terhadap Pertumbuhan
Aset Bank Syariah secara simultan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka tujuan dilaksanakan
penelitian ini adalah:
2. Untuk mengukur pengaruh Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Return on Assets (ROA) terhadap pertumbuhan
aset bank syariah secara simultan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat berupa informasi bagi
beberapa pihak, khususnya:
1. Praktisi Perbankan Syariah, agar dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai
bahan masukan dalam menentukan kebijakan atau strategi peningkatan
kinerja bank syariah, termasuk dalam meningkatkan pertumbuhan aset bank
syariah.
2. Para akademisi, agar dapat memanfaatkan penelitian ini sebagai bahan
masukan dalam melakukan pengembangan penelitian.
3. Bagi penulis pribadi, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan
dan pengalaman terkait penerapan ilmu yang telah penulis pelajari semasa
perkuliahan.
E. Hipotesis
Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka hipotesis yang
1. Non Performing Financing (NPF) terhadap pertumbuhan aset bank syariah
H0 : xy = 0 ; artinya Non Performing Financing (NPF) tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan aset bank syariah.
H1 : xy ≠ 0 ; artinya Non Performing Financing (NPF) berpengaruh
terhadap pertumbuhan aset bank syariah.
2. Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap pertumbuhan aset bank syariah
H0 : xy = 0 ; artinya Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan aset bank syariah.
H2 : xy ≠ 0 ; artinya Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh
terhadap pertumbuhan aset bank syariah.
3. Return on Assets (ROA) terhadap pertumbuhan aset bank syariah
H0 : xy = 0 ; artinya Return on Assets (ROA) tidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan aset bank syariah.
H3 : xy ≠ 0 ; artinya Return on Assets (ROA) berpengaruh terhadap
pertumbuhan aset bank syariah.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab dengan beberapa sub judul
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi pendahuluan terkait penulisan skripsi, yang terdiri dari
latar belakang yang menjelaskan perlu dan pentingnya penelitian ini.
Kemudian dikemukakan juga pembatasan dan perumusan masalah,
tujuan, manfaat, hipotesis, serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini, dijelaskan mengenai teori terkait penelitian sebagai dasar
dalam melakukan analisis terhadap permasalahan. Bab ini dibagi
menjadi beberapa bagian yaitu bank syariah, bank umum syariah,
aset/aktiva bank syariah, Non Performing Ratio (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), Return on Assets, dan review studi terdahulu.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini dijelaskan tentang metode penelitian yang digunakan,
yang terdiri dari jenis dan pendekatan penelitian, jenis data/sumber
data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Bab IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang hasil penelitian yang telah dilakukan serta
interpretasi atas data yang telah diolah.
Bab V PENUTUP
Pada bab ini, peneliti membuat kesimpulan dari pembahasan yang
telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dan memberikan saran yang
11
A. Bank Syariah
1. Pengertian Bank Syariah
Berdasarkan Undang-Undang No. 21 Tahun 2008, Bank Syariah adalah
Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah. Prinsip
syariah yang dimaksud adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan
berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan
dalam penetapan fatwa di bidang syariah.6
Menurut Ascarya (2012), bank syariah merupakan lembaga keuangan
yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui
aktivitas kegiatan usaha (investasi, jual beli, atau lainnya) yang dinyatakan
sesuai dengan nilai-nilai syariah, baik yang bersifat makro maupun mikro.
Nilai-nilai makro yang dimaksud adalah keadilan, maslahah, sistem zakat, bebas dari bunga, bebas dari kegiatan spekulatif yang non-produktif
seperti perjudian (maysir), hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar), dan
hal-hal yang rusak atau tidak sah (bathil). Sementara nilai mikro yang harus dimiliki pelaku perbankan syariah adalah sifat-sifat mulia yang dicontohkan oleh
Rasulullah Saw. yaitu shiddiq, amanah, tabligh, dan fathanah.7
6
UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Pasal 1 ayat (12).
7
Berikut perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional:
Tabel 2.1
Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional8
No Perbedaan Bank Syariah Bank Konvensional
1 Falsafah Tidak berdasarkan
bunga, spekulasi, dan ketidakjelasan (bebas dari riba, gharar, dan maysir)
Berdasarkan bunga
2 Operasionalisasi a. Dana masyarakat berupa titipan dan 3 Aspek Sosial Dinyatakan secara
eksplisit dan tegas yang tertuang dalam misi dan visi
Tidak diketahui secara tegas
4 Organisasi Harus memiliki
Dewan Pengawas
Syariah
Tidak memiliki Dewan Pengawas Syariah
2. Fungsi Bank Syariah
Fungsi dan peran bank syariah yang diantaranya tercantum dalam
pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting
8
and Auditing Organization for Islamic Financial Institution), sebagai berikut:9
a. Manajer investasi; bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah.
b. Investor; bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya
maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.
c. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran; bank syariah dapat
melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana
lazimnya.
d. Pelaksanaan kegiatan sosial; sebagai ciri yang melekat pada entitas
keuangan syariah, bank syariah juga memiliki kewajiban untuk
mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan,
mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya.
B. Bank Umum Syariah
Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.10 Kegiatan usaha Bank Umum Syariah meliputi:11
9
Tim Pengembangan Perbankan Syariah IBI, Konsep, Produk, dan Implementasi Operasional Bank Syariah, (Jakarta: Djambatan, 2001), h. 24.
10
Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Pasal 1 ayat (8).
11
a. menghimpun dana dalam bentuk simpanan beruapa giro, tabungan, atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadi‟ah
atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah;
b. menghimpun dana dalam bentuk investasi berupa deposito, tabungan, atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad
mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah;
c. menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah, akad
musyarakah, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah;
d. menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad murabahah, akad salam, akad
istishna‟, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah;
e. menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad qardh atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah;
f. menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak
kepada nasabah berdasarkan akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk
ijarah muntahiya bittamlik atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah;
g. melakukan pengambilalihan utang berdasarkan akad hawalah atau akad lain
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah;
h. melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah;
i. membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri surat berharga pihak
syariah, antara lain, seperti akad ijarah, musyarakah, mudharabah,
murabahah, kafalah, atau hawalah;
j. membeli surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan oleh
pemerintah dan/atau Bank Indonesia;
k. menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga berdasarkan prinsip
syariah;
l. melakukan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu akad
yang berdasarkan prinsip syariah;
m. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga
berdasarkan prinsip syariah;
n. memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah berdasrkan prinsip syariah;
o. melakukan fungsi sebagai Wali Amanat berdasarkan akad wakalah;
p. memberikan fasiitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan prinsip syariah; dan
q. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di
bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan UU No. 21 Tahun 2008 pasal 24, Bank Umum Syariah
dilarang melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah,
penyertaan modal kecuali sebagaimana yang dimaksud dalam undang-undang,
dan melakukan kegiatan usaha perasuransian kecuali sebagai agen pemasaran
produk asuransi syariah.
C. Aset/aktiva Bank Syariah
Aset adalah harta yang dimiliki perusahaan yang berperan dalam operasi
perusahaan misalnya kas, persediaan, aset tetap, aset yang tak berwujud, dan
lain-lain. Semakin besar aset diharapkan semakin besar hasil operasional yang
dihasilkan oleh perusahaan. Menurut FASB (1985) dalam Harahap (2010), aset
adalah kemungkinan keuntungan ekonomi yang diperoleh atau dikuasai di masa
yang akan datang oleh lembaga tertentu sebagai akibat transaksi atau kejadian
yang sudah berlalu.12
Total aset merupakan salah satu indikator perkembangan perbankan
syariah yang akan menentukan kontribusi industri perbankan syariah terhadap
perbankan nasional, yang juga merupakan indikator ukuran bank, dimana
kecilnya total aset akan berdampak pada kecilnya tingkat economies of scale
yang dimiliki oleh bank.13 Selain hal tersebut, total aset merupakan salah satu ukurtan strategic positioning map yaitu suatu strategi penetapan posisi untuk memenangkan persaingan usaha.
12
Elza Novera, Pengaruh Pertumbuhan Aset, Kebijakan Dividen, Likuiditas terhadap Beta Saham (Perusahaan Finance yang Terdaftar di BEI), (Universitas Negeri Padang: Fakultas Ekonomi, 2013), h. 6.
13
Menurut Mayasari (2008), semakin besar aset yang dimiliki perusahaan
semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Aset perusahaan berada pada
posisi neraca yang mencerminkan kekayaan dan merupakan hasil penjualan
dalam berbagai bentuk. Dalam perusahaan perbankan untuk mengetahui
besarnya ukuran perusahaan dapat dilihat dari jumlah total aset yang dimiliki.14 Aset bank umum dapat digolongkan ke dalam empat kategori dasar,
yaitu:
1. aktiva dalam bentuk tunai
2. investasi pada surat-surat berharga syariah dan investasi lainnya
3. pembiayaan yang diberikan
4. penanaman dana dalam aktiva tetap
Berikut pos-pos dalam neraca (laporan keuangan) yang tergolong aset
(aktiva):15
1. Kas dan setara kas
Pada pos ini dilaporkan seluruh uang kartal yang ada dalam kas bank berupa
uang kertas dan uang logam yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang
menjadi alat pembayaran yang sah di Indonesia, termasuk uang kertas dan
uang logam yang masih berlaku milik bank pelapor.
14
Dewi Mayasari, Pengaruh Pemberian kredit, Pendapatan Bunga, Ukuran Perusahaan pada Industri Perbankan, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 35.
15Dwi Nur’aini Ihsan,
2. Penempatan pada Bank Indonesia
Penempatan pada Bank Indonesia terdiri dari Giro wadiah pada Bank
Indonesia, Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah (FASBIS) yang
merupakan fasilitas simpanan yang disediakan oleh Bank Indonesia dalam
rangka “standing facilities” syariah dengan prinsip wadiah, tagihan reserve
repo SBSN Bank Indonesia dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang merupakan sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan
dana berjangka pendek dengan prinsip jualah.
3. Giro pada bank lain
Giro pada bank lain dinyatakan sebesar saldo giro dikurangi dengan
penyisihan kerugian. Bonus yang diterima Bank dari bank umum syariah
diakui sebagai pendapatan usaha lainnya. Penerimaan jasa giro dari bank
non-syariah tidak diakui sebagai pendapatan Bank dan digunakan untuk dana
kebajikan (qardhul hasan). Penerimaan jasa giro dari bank non-syariah
tersebut sebelum disalurkan dicatat sebagai kewajiban bank.
4. Penempatan pada bank lain
Penempatan pada bank lain adalah penanaman dana Bank pada bank syariah
lainnya dan/atau bank perkreditan rakyat syariah antara lain dalam bentuk
wadiah, deposito berjangka dan/atau tabungan mudharabah, pembiayaan yang
diberikan, dan bentuk-bentuk penempatan lainnya berdasarkan prinsip
syariah. Penempatan pada bank lain disajikan sebesar saldo penempatan
5. Efek-efek atau Surat Berharga Syariah
Surat berharga syariah adalah surat bukti penanaman dalam surat berharga
berdasarkan prinsip syariah yang lazim diperdagangkan di pasar uang syariah
dan/atau pasar modal syariah antara lain obligasi syariah, sertifikat reksadana
syariah dan surat berharga lainnya berdasarkan prinsip syariah.
6. Piutang usaha dan piutang lainnya
Piutang adalah tagihan yang timbul dari pembiayaan berdasarkan akad
murabahah, salam, istishna, dan/atau ijarah.
a) Piutang murabahah
Piutang murabahah dinyatakan sebesar jumlah piutang setelah dikurangi
dengan marjin yang ditangguhkan yang dapat direalisasikan dan
penyisihan kerugian. Bank menetapkan penyisihan kerugian sesuai dengan
kualitas piutang murabahah berdasarkan penelaahan atas masing-masing
saldo piutang.
b) Piutang salam
Piutang salam disajikan sebesar tagihan kepada pembeli dikurangi
penyisihan kerugian. Bank menetapkan penyisihan kerugian sesuai dengan
kualitas piutang salam berdasarkan penelaahan atas masing-masing saldo
piutang.
c) Piutang istishna
Piutang istishna disajikan sebesar tagihan kepada pembeli dikurangi
kualitas piutang istishna berdasarkan penelaahan atas masing-masing saldo
piutang.
d) Piutang pendapatan ijarah
Piutang pendapatan ijarah diakui pada saat jatuh tempo sebesar sewa yang
belum diterima dan disajikan sebesar nilai bersih yang dapat
direalisasikan, yakni sebesar saldo piutang.
7. Investasi
Pembiayaan bagi hasil dapat dilakukan dengan akad mudharabah dan akad
musyarakah.
a) Investasi mudharabah
Pembiayaan mudharabah dinyatakan sebesar saldo pembiayaan dikurangi
dengan penyisihan kerugian. Bank menetapkan penyisihan kerugian sesuai
dengan kualitas pembiayaan berdasarkan penelaahan atas masing-masing
saldo pembiayaan mudharabah.
b) Investasi musyarakah
Pembiayaan musyarakah dinyatakan sebesar saldo pembiayaan dikurangi
dengan penyisihan kerugian. Bank menetapkan penyisihan kerugian sesuai
dengan kualitas pembiayaan berdasarkan penelaahan atas masing-masing
saldo pembiayaan musyarakah.
8. Pinjaman Qardh
Pinjaman qardh adalah penyaluran dana dengan akad qardh. Pinjaman qardh
Pinjaman qardh diakui sebesar jumlah dana yang dipinjamkan pada saat
terjadinya akad. Pinjaman qardh disajikan sebesar saldonya dikurangi
penyisihan kerugian. Bank menetapkan penyisihan kerugian qardh
berdasarkan penelaahan atas masing-masing saldo
9. Persediaan
Pada pos persediaan dilaporkan semua aktiva yang diperoleh dengan tujuan
dijual kembali dengan akad mudharabah atau sebagai setoran nontunai dalam
rangka pembiayaan mudharabah/musyarakah.
10.Aset yang diperoleh untuk ijarah
Aset yang diperoleh untuk ijarah adalah aset yang dijadikan obyek sewa
(ijarah) dan diakui sebesar harga perolehan. Obyek sewa dalam transaksi
ijarah disusutkan sesuai kebijakan penyusutan aset sejenis, sedangkan obyek
sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik disusutkan sesuai masa sewa.
Aset yang diperoleh untuk ijarah disajikan sebesar nilai perolehan dikurangi
dengan akumulasi penyusutan dan amortisasi.
11.Aset Istishna dalam penyelesaian (setelah dikurangi termin istishna)
Aset istishna dalam penyelesaian adalah aset istishna yang masih dalam
proses pembuatan.
Jika penyelesaian pembayaran dilakukan bersamaan dengan proses
pembuatan aset istishna, maka:
a) biaya ditangguhkan yang berasal dari biaya pra akad diakui sebagai aset
b) Biaya istishna diakui sebagai aset istishna dalam penyelesaian pada saat
terjadinya.
c) Biaya istishna paralel diakui sebagai aset istishna dalam penyelesaian
pada saat diterimanya tagihan dari sub kontraktor sebesar jumlah tagihan.
12.Penyertaan pada entitas lain
Penyertaan modal adalah investasi dana bank dalam bentuk saham pada
lembaga keuangan syariah lainnya sehingga bank syariah ikut menjadi
pemilik lembaga keuangan syariah tersebut seperti Bank Syariah, Bank
Pembiayaan Syariah.
13.Aset tetap dan akumulasi penyusutan
Aktiva tetap tetap dinyatakan berdasarkan biaya peroleh dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai, kecuali hak atas tanah
dan bangunan yang telah dinilai kembali dengan harga pasar berdasarkan
perturan pemerintah.
14.Aset lain-lain
Terdiri dari biaya dibayar dimuka, harta jaminan pembiayaan yang diambil
alih, persediaan alat tulis kantor, setoran jaminan dan biaya ditangguhkan.
D. Non Performing Financing (NPF)
Menurut Veithzal (2007), pembiayaan bermasalah berarti pembiayaan
yang dalam pelaksanaannya belum mencapai atau memenuhi target yang
bermasalah; pembiayaan yang memiliki kemungkinan timbulnya risiko di
kemudian hari bagi bank; pembiayaan yang termasuk golongan perhatian
khusus, diragukan dan macet serta golongan lancar yang berpotensi terjadi
penunggakan dalam pengembalian.
Non Performing Financing (NPF) adalah rasio yang digunakan untuk
melihat seberapa besar pembiayaan bermasalah dibandingkan seluruh
pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah. Apabila Non Performing
Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL) dalam bank konvensional semakin besar, maka bank diharuskan menyediakan Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif (PPAP) yang lebih besar yang pada gilirannya memperberat
posisi keuangan bank.16
Besarnya Non Performing Financing (NPF) yang diperbolehkan oleh Bank
Indonesia adalah maksimal 5%, jika melebihi 5% akan mempengaruhi penilaian
tingkat kesehatan bank yang bersangkutan yaitu akan mengurangi nilai skor
yang diperoleh. Selain itu, apabila Non Performing Financing (NPF) mengalami kenaikan, maka akan mempengaruhi probabilitas bank syariah karena rasio ini
menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola pembiayaan
bermasalah yang diberikan oleh bank syariah. Semakin tinggi rasio Non Performing Financing (NPF), maka semakin buruk pula kualitas pembiayaan
bank yang menyebabkan jumlah pembiayaan bermasalah semakin besar.
16
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 5/7/PBI/2003 Pasal 3 Ayat (2),
kualitas pembiayaan ditetapkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu lancar, kurang
lancar, diragukan, dan macet. Pembiayaan yang dikategorikan bermasalah yang
dapat menyebabkan Non Performing Financing (NPF) adalah pembiayaan dengan kualitas kurang lancar (gol. 2), diragukan (gol. 3), dan macet (gol. 4).
Perhitungan Non Performing Financing (NPF) ada 2 macam, yakni:17
1. NPF Gross, yaitu perbandingan antara pembiayaan yang memiliki kualitas
kurang lancar (gol. 2), diragukan (gol. 3), dan macet (gol. 4) dibandingkan
denagn total pembiayaan yang disalurkan.
Rumus:
NPF Gross = �� � � . − %
� �� �
2. NPF Net, yaitu perbandingan antara pembiayaan yang memiliki kualitas
kurang lancar (gol. 2), diragukan (gol. 3), dan macet (gol. 4) dikurangi
dengan PPAP khusus gol. 2-4 dibandingkan dengan total pembiayaan yang
disalurkan.
Rumus:
NPF Net = �� � � . − − ����� . − %
� �� �
Keterangan:
a. Pembiayaan yang diberikan merupakan pembiayaan yang diberikan
kepada pihak ketiga (tidak termasuk kepada bank lain)
17
b. Pembiayaan bermasalah dihitung secara gross (tidak dikurangi PPAP)
Menurut Nurhasanah (2012), Non Performing Financing (NPF)
mempengaruhi aset secara negatif, artinya setiap penurunan Non Performing Financing (NPF) akan berpengaruh terhadap peningkatan aset perbankan syariah, karena semakin kecil nilai Non Performing Financing (NPF) atau kredit
macet pada perbankan syariah maka penyaluran dana kepada nasabah dapat
dikembalikan ke pihak bank, sehingga laba tersebut diproduktifkan atau
diinvestasikan pihak bank. Ketika mendapatkan margin secara bagi hasil
tersebut, pihak bank meningkatkan asetnya.
E. Financing To Deposit Ratio (FDR)
Perbankan syariah tidak mengenal kredit (loan) dalam penyaluran dana
yang dihimpunnya. Oleh karena itu, aktivitas penyaluran dana yang dilakukan
bank syariah lebih mengarah kepada pembiayaan (financing).
Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio atau perbandingan
antara pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah dengan dana pihak ketiga
yang berhasil dihimpun oleh bank. Financing to Deposit Ratio (FDR) digunakan
untuk mengukur sejauh mana dana pembiayaan yang bersumber dari dana pihak
ketiga (DPK). Tinggi rendahnya rasio ini menunjukkan tingkat likuiditas bank
bank maka bank tersebut tergolong kurang likuid dibandingkan bank yang
mempunyai angka Financing to Deposit Ratio (FDR) lebih kecil.
Risiko likuiditas yang terjadi pada bank syariah dapat menurunkan aset
bank syariah karena adanya beban biaya tambahan untuk mengatasi risiko
likuiditas tersebut. Untuk saat ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) belum
mengatur batas minimum Financing to Deposit Ratio (FDR) perbankan syariah. Hal ini dikarenakan porsi pembiayaan syariah masih kecil sehingga ekspansi
bank syariah tidak dibatasi.18 Berbeda dengan bank konvensional yang telah diberi peraturan, menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/41/DKMP, batas
bawah Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bank konvensional yaitu sebesar 78% dan batas atas ditetapkan sebesar 92%.
F. Return on Assets (ROA)
Profitabilitas adalah ukuran mengenai kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan selama periode tertentu. Profitabilitas biasanya diukur
menggunakan rasio perbandingan. Salah satu rasio yang biasa digunakan untuk
mengukur dan membandingkan kinerja profitabilitas adalah Return on Assets
(ROA).
Return on Assets (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (laba) yang berasal
18
dari aktivitas investasi.19 Dapat dikatakan bahwa rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian investasi yang telah dilakukan bank dengan
menggunakan seluruh dana (aktiva yang dimiliki). Return on Assets (ROA) menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan bank yang
bersangkutan.20 Semakin besar Return on Assets (ROA) suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut, dan semakin baik pula
posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset.21
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14
Desember 2001, formula yang digunakan untuk mencari Return on Assets
(ROA) yakni sebagai berikut:22
Return on Assets (ROA) = � � � �
� � � x 100%
G. Review Studi Terdahulu
Sebelum penulis melakukan penelitian ini, penelitian terdahulu yang
meneliti tentang pertumbuhan aset perbankan syariah, antara lain:
1. Nasution (2008) meneliti tentang hubungan pertumbuhan variabel ekonomi
makro dan equivalent rate terhadap pertumbuhan aset. Penelitian ini menggunakan data time series dari Bank Indonesia untuk periode Maret 2004
19
Handoyo Mardiyanto, Intisari Manajemen Keuangan, (Jakarta: PT. Grasindo, 2009), h. 196.
20
Slamet Riyadi, Banking Assets and Liability Management, (Jakarta: Penerbitan FE Universitas /Indonesia, 2003), h.137
21
Veithzal Rivai & Andria Permata, Islamic Financial Management, (Jakarta: Rajawali Press, 2008), h 243
22
hingga Maret 2008. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
pertumbuhan variabel makro serta equivalent rate terbukti mempengaruhi
pertumbuhan aset perbankan syariah sebesar 43%. Pertumbuhan variabel
makro yang mempengaruhi pertumbuhan aset perbankan syariah secara
signifikan hanya pertumbuhan M2 (jumlah uang beredar) dan pertumbuhan
kurs, sedangkan pertumbuhan GDP dan equivalent rate tidak mempengaruhi pertumbuhan aset perbankan syariah.
2. Penelitian terkait faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan aset syariah
yang ditulis oleh Hidayah (2008). Penelitian ini menggunakan metode
analisis regresi linier berganda dengan data bulanan dari Maret 2004 hingga
Maret 2008. Dalam hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa variabel yang
signifikan mempengaruhi pertumbuhan aset perbankan syariah adalah Dana
Pihak Ketiga (DPK), dan suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia),
sedangkan Non Performing Financing (NPF) dan Return On Assets (ROA)
tidak mempengaruhi pertumbuhan aset perbankan syariah.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Ulfah (2010) memprediksikan perkembangan
perbankan syariah dilihat dari tiga indikator, yaitu perkembangan aset, dana
pihak ketiga, dan pembiayaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
periode 2009 kuartal III – 2010 kuartal IV, jumlah aset, dana pihak ketiga
(DPK), dan pembiayaan perbankan syariah tidak mengalami peningkatan
yang berarti dan cenderung stabil. Sementara tingkat pertumbuhan aset, DPK,
4. Hendriana (2011) meneliti tentang perkembangan dan pertumbuhan bank
syariah di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA). Variabel yang
digunakan adalah indikator dari bank yaitu aset, dana pihak ketiga (DPK),
pembiayaan, dan laba tahun berjalan. Data yang digunakan merupakan data
time series dari triwulan I tahun 2006 sampai dengan triwulan IV 2010. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa nominal aset, dana pihak ketiga (DPK),
pembiayaan, dan laba tahun berjalan mengalami fluktuasi pada periode
berjalan, namun apabila dilihat dari akhir periodenya indikator tersebut
meningkat setiap tahun. Kenaikan tersebut disebabkan oleh meningkatnya
jumlah bank yang melakukan kegiatan dengan prinsip syariah dan bank
umum yang membuka layanan syariah.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Nurhasanah (2012) menunjukkan bahwa
secara parsial, variabel Non Performing Financing (NPF) dan deposito
murabahah mempunyai pengaruh terhadap aset perbankan syariah, sedangkan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) tidak mempunyai pengaruh
terhadap aset perbankan syariah. Namun, secara simultan, seluruh variabel
yang digunakan dalam penelitian ini berpengaruh terhadap aset perbankan
syariah di Indonesia. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa variasi
pertumbuhan aset sebesar 29,5%, sedangkan sisanya sebesar 70,5%
dijelaskan oleh variabel lain di luar ketiga indikator tersebut.
Tabel 2.2
Review Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti
Judul Variabel Model Analisis
Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa keempat penelitian tersebut
membahas pertumbuhan dan perkembangan aset bank syariah di Indonesia.
Hendriana (2009) dan Ulfah (2010) mendeskripsikan tentang perkembangan dan
pertumbuhan aset bank syariah di Indonesia. Nasution (2008) meneliti variabel
makro ekonomi dan equivalent rate sebagai faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan aset. Selanjutnya, Hidayah (2008) membahas tentang faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan aset dengan indikator variabel independen yaitu
Non Performing Financing (NPF), Dana Pihak Ketiga (DPK), tingkat suku bunga, dan Return On Assets (ROA). Sedangkan penelitian yang dilakukan
Nurhasanah (2012) menggunakan Non Performing Financing (NPF), deposito mudharabah, dan SBIS sebagai indikator variabel independen yang diduga
mempengaruhi pertumbuhan aset. Kedua penelitian yang membahas tentang Non
Performing Financing (NPF) ini menunjukkan hasil yang berbeda. Maka, penulis akan meneliti kembali pengaruh Non Performing Financing (NPF)
terhadap pertumbuhan aset dengan periode penelitian yang berbeda yaitu
2011-2014 karena pada periode ini terjadi fluktuasi pertumbuhan aset bank syariah
sehingga diharapkan lebih menunjukkan hasil yang signifikan. Selain periode
penelitian, perbedaan antara penelitian yang akan penulis lakukan dengan
penelitian terdahulu adalah adanya indikator variabel independen berupa
Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Return on Assets (ROA).
Selain itu, model analisis yang digunakan juga berbeda. Pada penelitian
digunakan berasal dari laporan keuangan beberapa Bank Umum Syariah di
Indonesia, serta statistik perbankan syariah yang dipublikasikan oleh Bank
Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.
G. Kerangka Konsep
Keterangan:
1. Variabel Independen (X), terdiri dari:
X1 = Non Performing Financing (NPF) X2 = Financing to Deposit Ratio (FDR)
X3 = Return on Assets (ROA)
2. Variabel Dependen (Y) = Pertumbuhan aset bank syariah
FDR (X2)
ROA (X3)
Pertumbuhan Aset
35
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, yaitu
penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui variabel-variabel
penelitian dalam angka-angka, dan melakukan analisis data dengan prosedur
statistika dan permodalan matematis.23 Dari pengertian tersebut, penulis akan melakukan analisis data untuk menguji suatu hipotesis dengan menggunakan
model regresi panel agar dapat diketahui pengaruh jaringan kantor, Non Performing Financing (NPF), dan Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap pertumbuhan aset bank syariah.
Peneliti menggunakan pendekatan statistik inferensial parametrik,
artinya apa yang terjadi pada sampel akan diberlakukan kepada populasi dengan
memakai jenis data interval atau rasio yang digunakan berdasarkan populasi
yang berdistribusi normal.24
B. Teknik Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini yaitu bank syariah di Indonesia.Teknik
penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, dimana
23
Efferia Sujoko, Metode Penelitian untuk Akuntansi: Suatu Pendekatan Praktis, h. 18.
24
penentuan sampel berdasarkan pertimbangan yang sesuai dengan target dan
tujuan tertentu. Kualifikasi sampel yang ditentukan oleh peneliti, yaitu bank
syariah yang masih beroperasi selama penelitian berlangsung dan memiliki
laporan keuangan triwulanan.
Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah 7 (tujuh) Bank
Umum Syariah di Indonesia. Berikut nama-nama Bank Syariah yang termasuk
dalam sampel penelitian:
Tabel 3.1 Sampel Penelitian
No Kode Nama Bank Syariah Keterangan
1 BMI PT Bank Muamalat Indonesia BUS
2 BSM Bank Syariah Mandiri BUS
3 BCAS PT BCA Syariah BUS
4 BRIS Bank BRIsyariah BUS
5 BMS Bank Syariah Mega Indonesia BUS
6 BSB PT Bank Syariah Bukopin BUS
7 BNIS Bank BNI Syariah BUS
C. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data panel, yaitu
gabungan dari data time series (antar waktu) dan data cross section (antar individu atau ruang). Sumber data yang digunakan berasal dari data sekunder.
dan lain-lain. Sumber data sekunder pada penelitian ini berasal dari laporan
keuangan beberapa Bank Umum Syariah di Indonesia, diantaranya: PT Bank
Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, PT BCA Syariah, Bank
BRIsyariah, Bank Mega Syariah, PT Bank Syariah Bukopin, dan Bank BNI
Syariah. Selain itu, data didapatkan dari statistik perbankan syariah yang
dipublikasikan pada website Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta beberapa sumber lain dari buku dan artikel juga digunakan sebagai sumber
data penelitian ini.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik
dokumentasi yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data atau laporan
keuangan yang terdiri dari laporan neraca dan laporan rasio keuangan. Khusus
data variabel dependen, penulis mengumpulkan data dengan menghitung angka
yang tertera di neraca laporan keuangan bank syariah sesuai rumus yang ada.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi data panel. Analisis regresi data panel merupakan analisis regresi yang
terikat (dependent variabel) dengan satu atau lebih variabel (independen variabel).25 Analisis data akan dilakukan dengan software Eviews versi 9.0.
Penggunaan data panel mampu memberikan banyak keunggulan secara
statistik maupun secara teori ekonomi, antara lain:26
1. Data panel mampu memperhitungkan heterogenitas individu secara eksplisit
dengan mengizinkan variabel spesifik individu sehingga membuat data panel
dapat digunakan untuk menguji dan membangun model perilaku yang lebih
kompleks.
2. Jika efek spesifik adalah signifikan berkorelasi dengan variabel penjelas
lainnya, maka penggunaan data panel akan mengurangi masalah omitted-variables secara substansial.
3. Data panel mendasarkan diri pada observasi cross section yang
berulang-ulang sehingga metode data panel cocok digunakan untuk study of dynamic adjustment.
4. Tingginya jumlah observasi berimplikasi pada data yang lebih informatif,
variatif, kolinearitas antar variabel yang semakin berkurang, dan peningkatan
derajat kebebasan (degree of freedom) sehingga dapat diperoleh hasil estimasi
yang lebih efisien.
25
I Gede Nyoman Mindra Jaya, Kajian Analisis Regresi Dengan Data Panel, Jurnal: Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan & Penerapan MIPA (Universitas Negeri Yogyakarta: Fakultas MIPA, 2009), h. 1.
26
Keunggulan-keunggulan tersebut di atas memiliki implikasi pada tidak
diperlukan pengujian asumsi klasik dalam model data panel.27
Adapun model persamaan yang digunakan dan akan diuji dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Yit = 0 + 1NPFit + 2 FDRit + 3 ROAit + eit
Keterangan:
Y = Pertumbuhan Aset Bank Syariah i pada periode t (%)
0 = Konstanta
1, 2, 3 = Koefisien masing-masing variabel
NPF = Non Performing Financing Bank Syariah i pada periode t (%) FDR = Financing to Deposit Ratio Bank Syariah i pada periode t (%) ROA = Return on Assets Bank Syariah i pada periode t
Setelah model penelitian diestimasi, maka akan diperoleh nilai dan
besaran dari masing-masing parameter dalam model persamaan di atas. Nilai
dari parameter positif atau negatif selanjutnya akan digunakan untuk menguji
hipotesis penelitian.
27
F. Metode Estimasi Model Regresi Data Panel
Menurut Rohmana (2010), dalam pembahasan metode estimasi model
regresi data panel ada 3 pendekatan yang dapat digunakan, yaitu: Common Effect Model, Fixed Effect Model, dan Random Effect Model.
1. Common Effect Model
Model Common Effect merupakan model sederhana yaitu menggabungkan seluruh data time series dengan cross section, selanjutnya
dilakukan estimasi model dengan menggunakan OLS (Ordinary Least Square). Model ini menganggap bahwa intersep dan slop dari setiap variabel
sama untuk setiap objek observasi. Dengan kata lain, hasil regresi ini
dianggap berlaku untuk semua bank syariah pada semua waktu. Kelemahan
model ini adalah ketidaksesuaian model dengan keadaan sebenarnya.
Kondisi tiap objek saling berbeda, bahkan satu objek pada suatu waktu akan
sangat berbeda dengan kondisi objek tersebut di waktu yang lain.28 Model
Common Effect dapat diformulasikan sebagai berikut:
Yit= α + jjit + it
dimana:
Yit = variabel dependen di waktu t untuk unit cross section i α = intersep
j = parameter untuk variabel ke-j
28
j
it = variabel bebas j di waktu t untuk unit cross section i it = komponen error di waktu t untuk unit cross section i
i = urutan bank syariah yang diobservasi
t = time series (urutan waktu) j = urutan variabel
2. Fixed Effect Model (FEM)
Pada pendekatan ini, model data panel memiliki intersep yang
mungkin berubah-ubah untuk setiap individu dan waktu, dimana setiap unit cross section bersifat tetap secara time series. Efek tetap yang dimaksud adalah bahwa satu objek, memiliki konstan yang tetap besarnya untuk
berbagai periode waktu. Demikian juga dengan koefisien regresinya, tetap
besarnya dari waktu ke waktu.29 Oleh karena itu, dalam pendekatan fixed effect terdapat variabel boneka (dummy variable) untuk mengizinkan
terjadinya perbedaan nilai parameter, baik lintas unit (cross section) maupun antarwaktu (time series). Pendekatan Fixed Effect Model menggunakan
metode Least Square Dummy Variable (LSDV) untuk pendugaan parameter regresi data panel. Model Fixed Effect dapat diformulasikan sebagai
berikut:30
29
Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statisitka Dengan Eviews, h. 9.14.
30
dimana:
Yit = nilai variabel terikat wilayah ke-1 tahun ke-t it = intersep wilayah ke-i
α = rata-rata intersep (konstanta)
μi = perbedaan rata-rata intersep dengan intersep wilayah ke-i k = slope coefficient variabel ke-k
X kit = nilai variabel bebas ke-k untuk wilayah ke-i tahun ke-t it = unsur gangguan populasi
3. Random Effect Model (REM)
Pendeketan efek random atau Random Effect Model (REM) digunakan untuk mengatasi kelemahan Fixed Effect Model yang
menggunakan variabel semu, sehingga model mengalami ketidakpastian.
Tanpa menggunakan variabel semu, Random Effect Model (REM)
menggunakan residual, yang diduga memiliki hubungan antarwaktu dan
antarobjek. Model Random Effect dapat diformulasikan sebagai berikut:31
31
Untuk memilih model regresi yang paling tepat digunakan dalam
penelitian, ada 2 (dua) tahap yang perlu dilakukan. Pertama, melakukan uji
Chow untuk memilih antara Common Effect Model atau Fixed Effect Model. Kedua, melakukan uji Haussman untuk memilih antara Fixed Effect Model atau
Random Effect Model.
Hipotesis dalam uji Chow adalah:
H0 = Common Effect Model
H1 = Fixed Effect Model
Dasar penolakan terhadap hipotesis di atas adalah dengan
membandingkan F-statistik dengan F-tabel. Perbandingan dipakai apabila hasil F
hitung lebih besar (>) dari F tabel maka H0 ditolak yang berarti Fixed Effect Model adalah yang paling tepat digunakan, begitupun sebaliknya.
Perhitungan F statistik didapat dari Uji Chow dengan rumus:32
F =
( � − � )
( − ) � ( �− − )
dimana:
SSE1 = Sum Square Error dari model Common Effect
SSE2 = Sum Square Error dari model Fixed Effect
n = jumlah bank syariah (cross section) nt = jumlah cross section x jumlah time series
32
k = jumlah variabel independen
Sedangkan F-tabel didapat dari:33
F tabel = { α : df (n – 1, nt - n – k)}
dimana:
α = tingkat signifikansi yang dipakai (alfa)
n = jumlah bank syariah (cross section) nt = jumlah cross section x jumlah time series
k = jumlah variabel independen
Apabila pada uji Chow terbukti H0 ditolak, maka Fixed Effect Model harus
diuji kembali untuk memilih apakah lebih baik memakai Fixed Effect Model atau
Random Effect Model, untuk kemudian dianalisis lebih lanjut.
Ada beberapa pertimbangan teknis-empiris yang dapat digunakan sebagai
panduan untuk memilih antara Fixed Effect Model atau Random Effect Model
(ToT untuk Pengajar Ekonomi FEUI, 2006), yaitu:34
1. Bila t (jumlah unit time series) besar sedangkan n (jumlah unit cross section)
kecil, maka hasil Fixed Effect Model (FEM) dan Random Effect Model
(REM) tidak jauh berbeda. Dalam hal ini, pilihan umumnya didasarkan pada
kenyamanan perhitungan, yaitu Fixed Effect Model (FEM).
33
http://egienews.blogspot.com/2013/05/part-3-uji-chow-pemilihan-regresi-data.html diakses pada Selasa, 4 Agustus 2015 pukul 17.30 WIB
34
2. Bila n besar dan t kecil, maka hasil estimasi kedua pendekatan dapat berbeda
secara signifikan, Jadi apabila kita meyakini bahwa unit cross section yang
kita pilih dalam penelitian tidak diambil secara acak, maka kita menggunakan
Fixed Effect Model (FEM).
3. Apabila cross section error component (i) berkorelasi dengan variabel bebas
X maka parameter yang diperoleh dengan Random Effect Model (REM) akan bias sementara parameter yang diperoleh dengan Fixed Effect Model (FEM)
tidak bias.
4. Apabila n besar dan t kecil, dan apabila asumsi yang mendasari Random Effect Model (REM) dapat terpenuhi, maka Random Effect Model (REM)
lebih efisien dibandingkan Fixed Effect Model (FEM).
Keputusan penggunaan Fixed Effect Model (FEM) dan Random Effect
Model (REM) dapat pula ditentukan dengan menggunakan uji Haussman. Dalam perhitungan statistik uji Haussman diperlukan asumsi bahwa banyaknya kategori
cross section lebih besar dibandingkan jumlah variabel independen (termasuk
konstanta) dalam model.35 Uji haussman memberikan penilaian dengan menggunakan Chi-square statistics sehingga keputusan pemilihan model akan
dpat ditentukan secara statistik. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesis
sebagai berikut:
H0 = Random Effect Model
35
H1 = Fixed Effect Model
Setelah uji haussman dilakukan, hasil uji tersebut dibandingkan dengan
chi square statistics dengan df=k, dimana k adalah jumlah koefisien variabel
yang diestimasi. Jika hasil uji haussman signifikan, maka H0 ditolak, yang berarti
lebih tepat menggunakan Fixed Effect Model.
G. Pengujian Hipotesis
1. Uji Pengaruh Parsial (Uji-t)
Uji t dilakukan untuk menguji apakah setiap variabel bebas
(independen) secara masing-masing parsial memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel terikat (dependen).
Apabila t hitung > t tabel, berarti H0 ditolak dan H1 diterima, artinya
variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen. Sebaliknya apabila t hitung < t tabel, berarti H0
diterima dan H1 ditolak, artinya variabel independen secara parsial tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Kriteria
pengujiannya adalah:
thitung < ttabel : H0 diterima, H1 ditolak
thitung > ttabel : H0 ditolak, H1 diterima
Adapun rumus untuk mencari t-tabel adalah dengan α; df= n-k,
dimana k adalah jumlah variabel independen dan dependen, serta n adalah
2. Uji Pengaruh Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara
simultan terhadap variabel dependen. Hipotesis Nol yang hendak diuji
adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol atau tidak
Hipotesis alternatifnya adalah tidak semua parameter secara simultan sama
dengan nol. Dasar pengambilan keputusannya adalah apabila F hitung > F
tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya variabel independen secara
simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Sebaliknya apabila F hitung < F tabel, berarti H0 diterima dan H1 ditolak,
artinya variabel independen secara simultan tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap variabel dependen. Kriteria pengujiannya adalah:
Fhitung < Ftabel : H0 diterima, H1 ditolak
Fhitung > Ftabel : H0 ditolak, H1 diterima
Adapun rumus untuk mencari F-tabel adalah dengan α; df1= k-1; df2=
n-k, dimana k adalah jumlah variabel independen dan dependen, serta n
adalah jumlah observasi.
3. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi (R2) ditujukan untuk menilai seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Nilai