• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi generasi F3 persilangan kedelai varieties GH 09-XPTR 6

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi generasi F3 persilangan kedelai varieties GH 09-XPTR 6"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORll.1\! HASIL PENELITIAN

EVAlUASI GENERASI F3 PERSllANGAN

I(EDELAI VARIETAS GH 09 X PTR 6

0$-- oC;'8

6}]-:>

1J

IJ->

.'

Oieh:

DJ.\SUMiJHI, flll.Si

LEMBAGA PENEUTIAN

UIN SV,ARIF HIDiAY,t\TUllAH

(2)

Ketua Lembaga Penelitian urN Syarif Hidayatullah Jakarta, mengesahkan penelitian dengan judul " Evaluasi Generasi F3 Persilangan Kedelai Varietas GH09

X

PTR 6" yang dilaksanakan '

Dasumiati, 5si

Mengesahkan :

A/N. Rektor urN S . Hidayatullah Ketua Len

ga

Penelitian

PROF.DR.RUSMIN TUMANGGOR, MA NIP. 150060949

UNIVERSITASISLAM NEGERI (UIN) SYARlFHIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

1I

ABSTRAK

DASUMIATL Evaluasi Generasi F3 Persilangan Kede1ai Varietas GH 09 x PTR 6, merupakan peneIitian individu di UIN SyarifHidayatuIlah Jakarta.

Kedelai merupakan komoditas pertanian dan komoditas perdagangan yang sangat penting di Indonesia. Kedelai digunakan sebagai bahanmakanan dan bahan baku industri. Produksi kedelai di Indonesia tidak mencukupi kebutuhan. Hal ini disebabkan oleh iklim dan tanah di daerah tropik yang tidak menguntungkan bagipertumbuhan kedelai, seperti lahan marginal yang umumnya berpH rendah, suhu, panjang hari dan ketinggian tempat Dibutuhkan varietas kedelai yang unggul dan adaptif. Varietas unggul dapat diperoleh melalui serangkaian persilangan antar varietas dan seleksi dengan memanfaatkan kedelai varietas Slamet dan Nokonsawon yang memiliki beberapa keungglllan. Keunggulan sifat tersebut dapat diakumulasikan dalam satu tanaman yang dapat dikembangkan menjadi galur harapan.

Rangkaian persilangan dan seleksi yang dilakukan dalam persilangan GH 09 x PTR 6

(4)

KATA PENGA.l'\TAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah atas berkah, rahmat dan hidayah Allah sv.t akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judlll "Evaluasi Generasi F3 Persilangan KedeJai

Varietas GH 09 X PTR 6". Penelitian ini merupakan langkah yang sangat penting untuk

mendapatkan kedelai unggul yang dapat beradaptasi terhadap lingkungan dengan baik, berproduksi tinggi dan berbiji besar.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pimpinan dan Slaf Pusat Penelitian UIN Syarif Hidayalullah Jakarta yang tdah mernberikan kesernpalan kepada saya dalam melakukan penelilian ini, dan Bapak DR. Agus Salim, M. Si sebagai konsultan penelitian. Ucapan terimakasih juga pada

Kepala Kebun IPB Pagenlongan yang telah memberikan fasilitas selama penulis

melaksanakan tahap evaluasi tanaman di lapang, dan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

Semoga Allah S\vt. membalas kebaikan semua pihak dengan yang lebih baik. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat berguna dalam pengembangan llmll Pemllliaan Tanaman khllsllsnya tanaman kedelai.

Jakarta, Oktober 2003

(5)

Nama • Dasumiali. M 51

150293237

NIP.

Jabatan Tenaga Pengajar Fakullas Ushuluddin dan Filsafat UIN 5yarifHidayalullah Jakarta

Judul Penelitian . Evaluasi Generasi F3 Persilangan Kedelai Varietas GH 09 XPTR6

Menyetujui.

/l

/

,

/'

, /

/

(6)

DAFTAR T ABEL , DAFTAR GAMBAR PENDAHULUAN Latar Belakang ", ... Tujuan Penelitian

DAFTARISI

Halaman VI Vll I I

TINJAUAN P U S T A K A , . , . . " ..""..." " " " " . -+

Asal dan Distribusi Tanaman Kedelai . -+

Botani Tanaman Kedelai.". .." ... ", "" ""."".,,... 5 Pemuliaan Tanaman Kedelai " """"". 8

LIntroduksi . " . . . " " . " ".,, .. " """".""""" "."... 8

2, Seleksi .... ,,,,,,," ,,.,,,, .. ,,,,.,, ...,,,,,,.,,,. ,,. 9 3. Hibridisasi "" """ .. " """." " .. """" ,.""",."",."""""" "'." .. " II

4. Pengaruh Genetik dan Pengaruh Lingkingan ""." """"" ". """ .. ". 13 5. Kolerasi Antar Sifat... "" "."."" """ " " ,.."." " ..,." " 14

6.Heritabilitas dan kemajuan Seleksi." " .. " .. " "",."."." ... ".""" ". 15 Syarat Tumbuh Tamanan Kede1ai" .. " """"" ",.,." """.".. "... 19 Hama dan Penyakit Tanaman Kedelai"" "".""" """ " " .. ". " 19

BAHAN DAN METODE. 21

Bahan dan Alat... " . " " " . " " " ".. " .. " "." " """ " 21 Metode Penelitian """.".... ""."",. .. ",.,..,." ".,... ",.,..,."". 21 L Se1eksi Popu1asi " . " . " ... " .... ".""""" """,."."" ... ". ''',... 21 2. Penanaman Hasil Seleksi ..,.".""" .. """ .. " .. " ..,.".".,. " ..".,."""".. 22 3. Pemanenan" .... ""." .. "",,""""""""'"'''''''''''''''''' 22 4, Pengamatan,. ''''''''."". ".""."". '''''.,. .. ",." "'''." ,. ". " .. """.

5, Pengolahan Data, " " .. "" "" ,."".".". HASIL DAN PEMBAHASAN,.", , , ", ".,,,.,, ,.",,., .

(7)

VI

DAFTAR TABEL

I. Nilai sebaran beberapa karak,er dari tetua dan tanaman F3 .

2. Nilai kore1asi beberapa karakter pada populasi F3 .

Halaman 27

34

3. Ragam genetik, fenotipe dan Iingkllngan serta heritabilitas pada populasi F3 35 4. Perbandingan nilai tengah produksi biji liap tanaman dan ukuran biji kedelai

GH 09, PTR 6, lanaman CAMPURAN, tanaman F3 dan 5% F3 tanaman

terseleksi __ . 37

5. Nilai tengah poplllasi F3, kemajuan seleksi dan nilai duga kemajuan seleksi untuk

(8)

DAFTAR GAMBAR

1. Dislribusi lanaman populasi F3 untuk karakter ukuran biji ,..

Halaman

28

2. Distribusi lanaman populasi GH 09 unluk karak1:er ukuran biji . 29

3. Distribusi tanaman populasi PIR 6 untuk karakter ukuran biji . 30

(9)

PEl\DAHVU'AN

Latar belakang

Kedelai merupakan komoditas pertanian dan perdagangan \ang sangat

penting dan mempllD\ai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Di Indonesia kedelai

digunakan sebagai bahan baku industri untuk pembuatan tempe, tahu. tauco, kecap

dan susu kedelai. juga sebagai bahan makanan ternak dan pupuk hijau. Sebagai bahan

makanan. kedelai berperan dalam pemenuhan protein untuk perbalkan gizi, yang

kandungan proteinnya lebih kurang 39%. Dalam perdagangan, kedelai ditujukan

untuk memenuhi kebutuhan industri dan bahan ekspor.

Indonesia merupakan negara ketiga terbesar dari sudut luas areal tanaman

kedelai \altu 1.-+ Juta ha sete1ah China (8 juta hal dan Brazil (4,5 juta hal, tetapi dari

sudut produksi kedelai masih relatif rendah jika dibandingkan dengan negara

Amerika serikat. BraziL Argentina, China dan India. Produksi kedelai Indonesia baru

mencapai 1,23 ton per ha hingga tahun 2000, jauh di bawah produkti\itas kedelai

China yang mencapai 1,70 ton per ha dan Amerika yang mencapai 2,56 ton per ha

(Agroindonesia. 200 It Pada tahun 2002 produksi kedelai mencapai 11,95 kuintal per

ha biji kenng, turun sebanyak 1,89% (0,23 kuintal per hal dibanding tahun 2001 yang

12,18 kuintal per ha (Kompas, 2002). Kebutuhan kedelai Indonesia sebanyak 3,267

juta ton dan produksinya 1,306 juta ton, sehingga diperlukan impor sebanyak 1,97

juta ton untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan industri makanan (BPS, 2001).

Rendahnya produbi\itas kedelai ini bukan saja karena tingkat teknologi

(10)

marginal yang umumnya berpH rendah (Akma], ]999).

Laju peningkatan produksi kedelai melalui usaha perluasan area] belum dapat

mengimbangi laju kebutuhan, sehingga impor kedelai masih terus dibutuhkan.

Program perluasan areal tidak akan tercapai bila tidak disertai dengan penyediaan

varietas unggul yang dapat beradaptasi terhadap cekaman 1ingkungan. misaln\'a tanah

masam dan Kadar garam tinggi. Untuk mengatasi masalah tersebut. sekarang sedang

diusahakan \ arietas-varietas \ang mempunyai adaptasi baik terhadap lingkungan dan

tahan terhadap hama dan penyakit serta memi1iki produksi yang tinggi.

Peningkatan produksi kedelai dengan menggunakan varietas unggul

merupakan salah satu usaha intensifikasi. dapat diperoleh melalui usaha pemuliaan

tanaman. Pemuliaan tanaman kedelai memerlukan popu]asi yang memiliki keragaman

genetik. sebagai dasar dalam seleksi tanaman. Keragaman genetik ini dapat

ditingkatkan melalui persilangan. baik persilangan a]ami maupun persilangan buatan.

Persilangan buatan dilakukan untuk memindahkan atau mengakumulasikan

karak"ter-karakter vang unggul ke dalam suatu tanaman (We]sh, 199]). Da]am persilangan ini

memanfaatkan beberapa \arietas yang telab diketahui keunggulannya.

Seleksi merupakan inti pekeIjaan dalam pemu1iaan tanaman. Dimana seleksi

mI adalah proses pemilihan genotipe-genotipe unggul dari suatu populasi untuk

pembentukan populasi generasi berikutnya yang lebm baik. Keberhasilan perbaikan

(11)

3

baik. Para pemulia akan bekeIja dengan memperhatikan fenotipe tanaman, dan harus

dapat menduga genotipe yang akan dipilih.

Dalam rangka perbaikan produktivitas kedelai, pada penelitian ini kami

berusaha melakukan pembentukan varietas baru yang lebih baik dengan eara

menyeleksi tanaman generasi seleksi 1 (F3) hasil persilangan kedelai \arietas GH 09

dengan PTR 6. GH 09 mempunyai ukuran biji yang lebih besar (14,2 g 100 biji) dan

agak tahan terhadap bekteri, PTR 6 mempunyai ukuran biji yang lebih keed ( 11-13,8

gdOO biji), tinggi meneapai 93 em dengan umur panen yang lebih lama (90-122 hari)

(Balai Penelitian Tanaman Kaeang-kaeangan dan Umbi-umbian,

19991-Persilangan yang dilakukan antara varietas GH 09 dengan PTR 6 ini

menunjukkan adanya perbaikan karakter yang dapat dilihat dengan meningkatnya

produksi dan ukuran biji pada generasi F2 (Paserang, 2002). Jika dilakukan seleksi

pada generasi ini dan generasi berikutnya, maka akan memberikan hasil yang lebih

baik pada generasi benkutnya terutama untuk karak-ter produksi biji tiap tanaman dan

ukuran biji (bobot 100 biji). Hasi] yang baik ini dapat dilihat dan nilai kemajuan

seleksi yanlS, diperoleh pada generasi-generasi tersebut.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat kemajuan seleksi hasil persilangan

varietas GH 09 dengan PTR 6 pada generasi seleksi 1 (F3) dan melihat penurunan

karakter-karaktemya, terutama untuk karakter produksi biji tiap tanaman dan ukuran

(12)

TINJATAN

PUSTAKA

Asal dan DistribusiTanaman Kedelai

Menurut Hymowitz (1979) tanaman kedelai berasal dari daratan China Utara

bagian Timur dan pada masa dinasti Chou menyebar ke China bagian Selatan, Korea,

Jepang dan Asia Selatan. Di Indonesia, pusat-pusat pertumbuhan tanaman kedelai

terdapat di Aceh Sumatera Utara, Lampung, Jawa, NTB, Bali dan Sulawesi Selatan

(Machmud, et aL 1001 )

Kedelai (G/ycll1e lIIax (L.) Merr.) terrnasuk dalam famili Leguminosae,

subfamili Papilionoideae dan genus G!.vcine. Genus Glycine berdasarkan klasifikasi

Verdcourt terdiri dari tiga subgenera, yaitu (1) Glycine Wil/d, (1) Rracleala l'erde,

dan (3) Su/a (Moech) FJ. Herrn. Species yang terrnasuk dalam subgenus Glycine

merupakan tanaman semusim yang tumbuh di daerah Australia, kepulauan Pasifik

Selatan, Philipina dan China Tenggara. Glycine wighlii yang merupakan species dari

subgenus Rracleala, merupakan tanaman legum padang rumput untuk daerah tropika

agak 1embab di Afrika, Australia. dan beberapa negara Amerika SeJatan. Subgenus

Soia merupakan yang terpenting, karena dalam subgenus ini terrnasuk (ilnine sOJa

dan (i!.\·clne lIIax. G!.\cll1e sOla dikenal sebagai kedelai liar yang tumbuh merambat

dengan daun bertangkai tiga, kecil dan sempit, berbunga ungu serta berbiji kecil

keras, agak bundar dan berwama hitam atau coklat tua. Menurut HadleY dan

Hymowits (19731. diperkirakan bahwaGlycine lIIaxmerupakan hasil domestikasi dari

species liar (ilvclI1e sOla. Keduanya merupakan tanaman semusim dan kromosomnya

(13)

5

Botani Tanaman Kedelai

Kedelai merupakan tanaman perdu dengan tinggi antara SPセ 100 em, dapat

bercabang sedikn atau banyak tergantung \arietas dan lingkungan. Menurut Hidajat

(1985) faktor lingkungan "ang mempengaruhi percabangan diantaranya adalah

panjang hari, jarak tanam dan kesuburan tanah. Jumlah buku dan ruas yang

membentuk batang utarna tergantung pada reaksi genotipe tanaman terhadap panjang

hari dan pada tipe pertumbuhannya.

Johnson dan Bernard (1967) dan Hidajat (1985) membagi tipe perturnbuhan

kedelai rnenjadi detemlinat dan indetemlinat. Sementara itu, menurut Sumamo

(1982) dan Suprapto (2001), terdapat tiga tipe pertumbuhan batang kedelai, yaitu

detenninat, indetemlinat dan semi detemlinat. Tipe detemlinat (papak) yakni apabila

ujung batang berakhir dengan buku yang mengandung buah, sedangkan tipe

indetemlinat (berelung) apabila uJung batang tumbuh memanjang seperti slicker

(penghisap), dan diantara kedua tipe tersebut ialah tipe semi detemlinat.

Batang kedelai berasal dari poros embrio. Bagian terpenting dari poros embrio

adalah hipokotil dan bakal akar, sedangkan bagian atasnya berakhir dengan epikotil

yang sangat pendek. Hipokotil merupakan bagian batang kecambah mulai dari

pangkal akar sampai kotiledon. Surnamo, dkk. (1984) menyatakan bahwa wama

hipokotil adalah hijau atau ungu, dan berhubungan dengan wama bunga. Kedelai

yang berhipokotil ungu akan berbunga ungu sedangkan yang berhipokotil hijau akan

berbunga putih.

Terdapat empat tipe daun yang berbeda, yaitu kotiledon, daun primer

(14)

1973). Daun primer sederhana berbentuk bulat telur (oval) berupa daun tunggal

terletak pada buku pertama di atas kotiledon. Daun bertiga ialah daun-daun

berikutnya yang terbentuk pada batang utama dan pada cabang, tetapi adakalanya

terdapat daun berempat atau daun berlima. Menurut Hicks (1978), warna daun

kedelai adalah hijau karena adanya klorofil yang dikandung pada jaringan mesofil

daun. Deskripsi varietas kedelai yang dikeluarkan oleh Balittan Bogor, warna daun

dibedakan menjadi warna hijau muda, hijau dan hijau tua.

Bunga kedelai terletak pada ruas-ruas batang, dan termasuk bunga sempurna

yaitu setiap bunga memiliki alat jantan dan betina. Bunganya berukuran 3 - 7 mm,

berbentuk seperti kupu-kupu dengan kelopak berbentuk tabung bergerigi tidak rata,

dan berwarna ungu atau putih. Struktur bunga terdiri dari daun kelopak dengan 5

sepal, mahkota dengan 5 petal, 10 benang sari dan 1 putik. Putik terletak di tengah

benang sari, mengandung I bakal buah dengan 1-5 bakal biji (Carlson dan Lersten,

1987)

Bunga kedelai membuka pada waktu pagi hari, tetapi dapat tertunda karena

cuaca dingin atau lembab. atau sama sekali tidak membuka. Bila bunga masih

kuncup, kedudukan kepala sari berada di bawah kepala putik. Pada saar kepala sari

menjelang pecah, tangkai sari memanjang sehingga kepala sari menyentuh kepala

putik, yang menyebabkan terjadinya penyerbukan. Penyerbukan ini terjadi pada saat

bunga masih kuncup menjelang mekar.

Kedelai merupakan tanaman yang dapat melakukan penyerbukan sendiri

secara kleistogami, yaitu penyerbukan terjadi pada saat bunga belum mekar. Hal ini

(15)

7

silang alami dapat terjadi melalui bantuan lebah. Penyerbukan silang secara alami

kurang dari 10'0 dalam baris pertanaman, dan kurang dari 0,5% antara baris

pertanaman (Fehr. 1980).

Buah kedelai berbentuk polong, setiap buah berisi 1-4 biji, nilai tengah berisi

2 biji. Polong kedelai mempunyai buIll, berwarna kuning kecoklatan dan abu-abu.

Polong yang sudah masak berwarna lebih tua, warna hijau berubah menjadi

kehitaman, keputihan, atau kecoklatan. Bila polong te1ab k-uning akan mudah pecab

dan bijinya melenting kelllar. Jumlab polong per pobon bervariasi tergantung

varietas, kesuburan tanah dan jarak tanam. Satu batang kedelai yang tumbuh

tersendiri pada tanah yang sllbur dapat mengbasilkan 100-125 polong. Apabila

ditanam rapat dalam pertanaman. prodllksi polong per pohon tidak akan melebihi 20

polong. Umur sampai dengan polong masak juga bervariasi. tergantung varietas

kedelainya (Suprapto. 200 I)

Menllrut Sumarno (1982) bahwa bentuk biji kedelai bervariasi tergantung

varietasnya. Biji tersebut ada yang berbentuk bulat, bulat telur, atau agak pipih. tetapi

umumnya berbentuk bulat telur. Besar biji yang diuk-ur dengan bobot 100 biji kering

berkisar antara 6-30 g. Oi Indonesia. biji ォセ、・ャ。ゥ digolongkan dalam tiga kategori,

yaitu kecil (6-lOgJI00 biji). sedang(l1-12g!100 biji), dan besar (l3g atalllebih/IOO

biji). Warna kulit biji llmumnya adalah kuning, dan ada juga yang bemarna hijall.

hitam, serta beberapa corak warna coklat. Pada kulit biji terdapat pllsar atau hilum

yang ben\arna coklat. hitam atall putih (Suprapto, 2001), dan menurut Johnson dan

(16)

Pemuliaan Tanaman Kedelai

Pemuliaan tanaman merupakan suatu metode yang secara sistematik merakit

keragaman genetik menjadi suatu bentuk yang bennanfaat bagi kehidupan manusia,

dengan tujuan untuk mendapatkan varietas yang lebih baik. Sebagai tanaman yang

menyerbuk sendiri, langkah-Iangkah yang diambil dalam pemuliaan kedelai pada

dasamya terdiri dari introduksi dan koleksi plasma nutfah, seleksi, dan hibridisasi

(Poehlman, 1979)

1. Introduksi

Langkah awal dari setiap program pemuliaan tanaman adalah koleksi berbagai

genotipe yang kemudian dapat digunakan sebagai sumber untuk mendapatkan

genotipe atas dasar tujuan pemuliaan. Koleksi berbagai genotipe atau plasma nutfah

itu dapat berupa plasma nutfah lokal maupun yang diintroduksikan dari luar negeri,

termasuk strain-strain liar atau exotic. Tanaman introduksi adalah suatu koleksi biji

atau tanaman yang telah dipindahkan dari suatu daerah produsen ke daerah lainnya.

lnterpretasi yang umum dianut ialah suatu koleksi biji atau varietas atau galur dari

suatu jenis tanaman yang diperkenalkan dari suatu negara ke negara lainnya

(Poehlman, 1979). Tanaman introduksi dapat dikembangkan menjadi varietas barn

dengan beberapa cara, yaitu :

(i) menanamnya secara langsung

(ii) menyeleksi koleksi tanaman introduksi berdasarkan karakter yang

dipertimbangkan

(17)

lntroduksi juga diperlukan sebagai sumber gen-gen bagi ketahanan terhadap penyakiL

lingkungan rawan (kekeringan, tanah asam clan sebagainya), dan perbaikan kualitas

(Poespodarsono, 1988).

2. Seleksi

Seleksi menurut Poehlman (1979) ialah suatu proses dimana individu atau

kelompok tanaman dipilih dari populasi campuran. Dengan memilih

genotipe-genotipe terbaik diharapkan teIjadi pergeseran nilai tengah populasi. Sebelum seleksi

dimulai perlu diketahui beberapa variabilitas genetik yang menpengaruhi

keberhasilan suatu seleksi dalam pemuliaan tanaman. Acla beberapa metode seleksi

yang digunakan dalam pemuliaan tanaman, yaitu Pedigree, Bulk, Buck cross dan

Single seed descent.

Kedelai termasuk dalam kelompok tanaman menyerbuk sendiri. Allard (1960)

menyebutkan bahwa untuk tanaman menyerbuk sendiri, metode pemuliaan yang

clapat diterapkan aclalah seleksi galur mumi, seleksi massa, dan metode persilangan.

Pada metode persilangan dapat diterapkan metode silsilah (pedigree), metode Bulk,

dan metode silang balik(Back cross) untuk menangani lebih lanjut hasil persilangan

tersebut.

Menurut Sumamo (1982), seleksi pedigree dapat dipakai apabila karakter

yang kita seleksi mempunyai nilai heritabilitas tinggi. Prosedurpedigreedimulai dari

persilangan sepasang tetua homozigot yang berbecla clan diperoleh generasi Fl yang

(18)

Mulai pada generasl inilah seleksi di1akukan, kemudian dilanjutkan pada generasi

berikutnya.

Seleksi massa atau seleksi individu adalah menyeleksi tanaman yang sarna

penampilannya (fenotipe), kemudian benihnya digabung. Seleksi massa dari tanaman

menyerbuk sendiri dianggap menghasilkan individu-individu yang semuanya lebih

kurang sarna genotipenya ('rue breeding). Seleksi individu sangat efektif bagi

karak,er-karakter yang dikendalikan oleh satu atau beberapa gen, yang bisa diukur

atau dikenali dengan mudah (Brewbaker, 1983). Jadi, pada se1eksi massa tanaman

dipilih atas dasar fenotipe, kemudian benih dipanen dan digabung menjadi satu tanpa

diadakari uji turunan (uji progeny). Sementara itu, Sumamo (1982) menyatakan

bahwa seleksi massa terhadap populasi berasal dari persilangan dapat diterapkan pada

karakter-karakter yang heritabilitasnya tinggi, seperti ketahanan penyakit umur dan

tipe tanaman. Seleksi massa dapat dilakukan mulai generasi F2-F5. Tanaman yang

terpilih dipanen seeara bulk, untuk diseleksi 1agi pada generasi berikutnya. Dengan

seleksi massa populasi diseleksi ke arab karakter tertentu, sehingga berkarakter

homogen untuk karakter tersebut pada generasi F6 popu1asi telah homozigot,

sehingga dapat dibentuk galur-ga1ur mumi. Metode seleksi ini tidak menjamin bahwa

keunggu1an fenotipe terpilih adalah karena genetik atau karena 1ingkungan

(Poehlman, 1979), tetapi se1eksi massa ini telab dilakukan oleh Sumamo dkk. (1984)

untuk pembentukan \arietas kedelai unggul 'Wilis'.

Seleksi galur mumi dilaksanakan untuk memperoleh tanaman homozig()t.

Pada se1eksi ini, teturunan yang diperoleh dari hasil penyerbukan sendiri dari satu

(19)

11

memang sudah mempunyai tanaman-tanaman homozigot di dalamnva. Tanaman

homozigot ini diseleksi berdasarkan fenotipenya. Keberhasilan seleksi tergantung

pada keragaman tanaman homozigot pada suatu populasi bahan seleksi. Semakin

beragam tanaman homozigot maka semakin besar kemungkinan untuk memperoleh

tanaman yang diharapkan. Hasil seleksi berupa galur mumi (Pcespodarsono, 1988).

,

., Sama halnya dengan seleksi galur mumi, metode seleksi single seed descend

(SSD) adalah pembentukan galur mumi dengan cart! penurunan melalui satu biji

(SSD) menekankan pada pembentukan galur-galur homozigot secepatnya dengan

variasi genetik seluas mungkin, terutama pada tanaman yang menyebuk sendiri

(Welsh, 1991). Kelemahan dari metode ini adalah bila sebagian biji yang ditanam

mati maka jumlah genotipe atau galur menjadi diwakili oleh satu biji, maka

kemungkinan akan terjadi genetic drifJ (kehilangan genotipe) (Sumamo, 1982).

Seleksi SSD ini telah banyak dilakukan terhadap kede1ai, diantaranya seleksi varietas

kedelai untuk bermacam-macam lingkungan di New Shout Wales Australia oleh Rose

dan Desborough(1997).

3. Hibridisasi

Metode hibridisasi juga dilaksanakan pada pemuliaan tanaman menyerbuk

sendiri. Melalui hibridisasi, karak1er-karaher dari varietas induk digabungkan dalam

keturunannya, timbul kombinasi-kombinasi baru dan terbentuklah variasi yang luas.

Dari variasi yang luas ini dapat diperoleh kombinasi yang diinginkan dari kedua

induknya. Jadi hibridisasi memungkinkan untuk menghasilkan varietas baru yang

(20)

yang sistematis kemudian dilakukan identifikasi dan seleksi terhadap kombinasi yang

diharapkan pada setiap generasi bersegregasi. Metode seleksi yang dapat digunakan

untuk menangani keturunan bersegregasi adalah metodepedigreedanbulk popula/ion

(Poespodarsono, 1988).

Pada kedelai, hibridisasi yang sering dilakukan adalah persilangan buatan.

Persilangan ini bertujuan untuk memperoleh rekombinasi gen-gen yang berasal dari

induk-induk yang disilangkan. Keturunan dari persilangan merupakan populasi yang

mengandung keragaman genetik, sehingga seleksi dapat diterapkan. Keuntungan

yang akan diperoleh dari persilangan buatan adalah mengumpulkan karah.1er yang

baik dari berbagai varietas ke dalam satu varietas, meningkatkan variabilitas genetik

dengan menghasilkan rekombinasi karakter-karah.1er serta pemanfaatan varietas

unggul (Sumamo, 1982).

Ada beberapa alasan dilakukannya persilangan antar species, yaitu:

(i) Untuk mentransfer satu atau beberapa gen dari saw species ke

species lainnya,

(il) Memperoleh ekspresi karakter barn yang tidak ditemukan pada

kedua tetuanya,

(iii) Untuk memperoleh species a1oploid, dan

(iv) Menentukan hubungan antar karakter satu species dengan species

lainnya.

Usaha perakitan genetik kedelai PAU Bioteknologi IPB terbagi ke dalam dua

program besar, yaitu pertama usaha pembentukan varietas unggul baru, dan yang

(21)

12

yang sistematis kemudian dilakukan identifikasi dan seleksi terhadap kombinasi yang

diharapkan pada setiap generasi bersegregasi. Metode seleksi yang dapat digunakan

untuk menangani keturnnan bersegregasi adalah metodepedigreedanbulk populatiol1

(Poespodarsono, 1988).

Pada kedelai, hibridisasi yang senng dilakukan adalah persilangan buatan.

Persilangan ini bertujuan untuk memperoleh rekombinasi gen-gen yang berasal dan

induk-induk yang disilangkan. Keturunan dari persilangan mernpakan populasi yang

mengandung keragaman genetik, sehingga seleksi dapat diterapkan. Keuntungan

yang akan diperoleh dari persilangan buatan adalah rnengumpulkan karak1:er yang

baik dari berbagai varietas ke dalam satu vanetas, meningkatkan variabilitas genetik

dengan menghasilkan rekombinasi karak1er-karak1er serta pemanfaatan varietas

unggul (Sumamo, 1982).

Ada beberapa alasan dilakukannya persilangan antar species, yaitu:

(i) Untuk mentransfer satu atau beberapa gen dari satu species ke

species lainnya,

Iii) Memperoleh ekspresi karakter barn yang tidak ditemukan pada

kedua tetuanya,

(iii) Untuk memperoleh species aloploid, dan

(iv) Menentukan hubungan antar karak1er satu species dengan species

lainnya.

Usaha perakitan genetik kedelai PAU Bioteknologi IPB terbagi ke dalam dua

program besar. yaitu pertama usaha pembentukan varietas unggul barn, dan yang

(22)

kedelai terbudidaya(e;. max). Salah satu cara yang telah dilakukan adalah persilangan

antar spesies dan juga antar varietas, seperti G. max dengan G. l!tomenlefla, dan

mutan MIl dengan MI3 (Jusuf, elal., 1991).

4. Pengaruh Genetikdan Pengaruh Lingkungan

Keragaman fenotipe pada suatu populasi tanaman dapat berasal dari

keragaman genetik antar genotipe penyusun populasi tersebut atau berasal dari

pengaruh Iingkungan. Keragaman genetik akan ada apabilasuatu populasi tersusun

dari banyak jenis genotipe. Setiap genotipe akan menghasilkan fenotipe tertentu,

sehingga adanya keragaman genotipe akan menghasilkan keragaman fenotipe yang

dapat diamati. Bila populasi tanaman tersebut mempunyai genotipe yang seragam,

hanya mengandung satu genotipe, maka nilai ragam genotipenya akan sama dengan

nol (Falconer dan Mackay, 1996).

Menurut Welsh (1991), keragaman genotipe ini dapat dibagi ke dalam dua

kategori, yaitu karakter kualitatif dan Imantitatif, Populasi karakter kualitatif dan

kuantitatif ini, tidak mungkin dijumpai dalam keadaan saling tum pang tindih.

Karakter kualitatif merupakan karak1er yang mempunyai batas perbedaan yang nyata

satu dengan yang lainnya, dengan perubahan secara diskontinu, seperti \Varna bunga

(ungu dan putih). Karakter ini dikendalikan oleh satu atau beberapa gen'lokus yang

terbatas, dan bersef!fesi memrik'Uti kaedah Mendel. Sementara itu karakter kuantitatif

-

-merupakan karaher yang berubah secara kontinu,tidak terlihat batas yang nyata

(23)

clalam bij i. Karakter ini dikendalikan oleh banyak genJlokus,. dan sebarannya

mengikuti sebaran gaussian (normal).

Di lapangan bila menanam suatu galur tanaman yang secara genotipe sarna

atau seragam tetapi masih terlihat aclanya keragaman, misalnya keragaman tinggi .

tanaman atau keragaman bobot biji hasil panen. Keragaman seperti ini bukan

disebabkan oleh pengaruh genetik tetapi oleh pengaruh lingkungan. Hal ini terjadi

karena tidak mampu mengontrol atau membuat lahan tempat pertanaman menjadi

seragam. Secara alami kesuburan setiap titik pada lahan akan berbeda dan perbedaan

ini berpengaruh terhadap fenotipe tanaman (Welsh, 1991). Faktor lingkungan

merupakan salah satu masalah yang perlu dihaclapi dalam program pemuliaan

tanaman. Pada program pemuliaan yang berhasil, biasanya kondisi lingkungan

tersebut relatifseragam atau terkendali (Welsh, 1991).

Bedasarkan pengertian diatas maka nilai yang terukur pada suatu fenotipe,

seperti tinggi tanaman dan bobot biji clapat diuraikan ke clalam komponen pengaruh

genetik dan pengaruh lingkungan. Hubungan antara fenotipe dengan komponennya

clapat disajikan sebagai berikut : P = G セ E, dimana P=fenotipe, G=genotipe, clan

E=Jingkungan (Hallauer, 1981).

5. Korelasi Autar Karakter

Hubungan antar karakter satu dengan yang lainnya mempunyai arti penting

dalam pekerjaan seleksi. Untuk meramalkan karakter tertentu dapat digunakan

penduga suatu karakter tertentu yang mudah diamatidan dibandingkan, serta mudah

(24)

kuantitatif yang suli! memberi gambaran kemampuan genetik. karena adanya

pengaruh lingkungan. Bila ada hubungan yang erat antara karak1er yang diduga

dengan karakter yang dituju pada seleksi maka pekeIjaan seleksi akan lebih efekiif.

Pengaruh ini biasanya merupakan karak1er morfologi (Poespodarsono, 1988\.

Korelasi antar karaher perlu diketahui karena perubahan karakter yang terjadi

akibat scleksi terhadap suatu karakter dapat seeara simultan berpengaruh terhadap

karakter-karakter lain yang berkoreJasi (Falconer dan Mackay, 1996). lnformasi

tentang korelasi antar karaher dapat dijadikan petunjuk bagi karakter yang mungkin

digunakan sebagai indikator bagi karak1er-karak1er yang dikehendaki.

Korelasi antar dua karak1er dapat berupa koreJasi fenotipe dan koreJasi

genotipe. Pengal11atan biasanya dilakukan pada fenotipe, sehingga korelasi yang

langsung dapat dianahsis berasaJ dari ragam fenotipe kedua karakter. KoreJasi

fenotipe dapat dipisah l11enjadi korelasi genotipe dan korelasi lingkungan

(Poespodarsono, 19881.

Paserang (2002) melaporkan, pada generasi F2 hasil persilangan varietas

Slal11et dengan Nokonsawon karakter yang berkorelasi kuat terhadap produksi biji

tiap tanaman adalah jUl111ah biji tiap tanarnan dan jurnlah polong. Sementara itu

ukuran biji (bobot 100 biji) rnernpunyai nilai korelasi sangat rendah terhadap

produksi biji tiap tanaman.

6. Heritabilitas dan Kernajnan Seleksi

Heritabilitas sangat penting dalarn pernuliaan dan seleksi karakter kuantitatif.

(25)

16

populasi tergantung pada dua hal, yaitu seberapa jauh keragaman hasil yang

disebabkan oleh faktor genetik yang nantinya diwariskan pada turunannya, dan

seberapa jauh pula keragaman hasil yang disebabkan oleh lingkungan tempat tumbuh

tanaman. Heritabilitas dapat didefinisikan sebagai bagian keragaman genetik dan

keragaman total (keragaman fenotipe). Allard (1960) menyebutkan heritabilitas

sebagai nisbah ragam genotipe terhadap ragam fenotipe, definisi ini dikenal sebagai

haritabilitas dalam arti luas. Heritabilitas Jainnya adalah heritabilitas dalam arti

sempit yang memperhatikan keterlibatan gen-gen tertentu.

Besamya heritabilitas suatu karak'ter kuantitatif dapat diduga melalui suatu

disain persilangan dua galur murni. Nilai heritabilitas ini dapat dihitung dengan

rumus:

niJai ini dapat berkisar antara 0-1. Bila h'=O berarti tidak ada keragaman genetik atau

crg'=O. dan bila h'= I keragaman genetik sangat besar. Seleksi akan dilakukan bila he

masih bemilai besar

Dimana h'=heritabilitas.

,

crg-=ragam genotlpe,

crP'=ragam fenotipe.

crE-=ragam lingkungan (Allard, 1960 : Hallauer, 1981).

Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk menduga nilai heritabilitas,

vaitu metode pendugaan berdasarkan komponen ragam, metode pendugaan

(26)

Metode yang dipakai dalam ー・ョ・eエゥセョ ini adalah metode pendugaan berdasarkan

komponen ragam, dan heritabilitas yang dihitung dalam arti luas dengan

menggunakan rumus :

h:= :crg:(oi-crE\: x 100%.

Menurut Poespodarsono (1988) metode pendugaan berdasarkan komponen

ragam dapat digunakan untuk mengetahui perbedaan genotipe keturunan hasil

persilangan antara dua tetua tanaman menyerbuk sendiri. Misalnya pada metode

pedigree. metode ini dapat digunakan untuk mengetahui perbedaan di antara famiE

yang dianggap homozigot.

Heritabilitas digunakan sebagai tongkat pengukur dalam seleksi yang

berdasarkan fenotipe. karena heritabilitas adalah salah satu parameter yang digunakan

dalam menduga bagaimana kemajuan genetik atau kemajuan seleksi yang dapat

dicapai dalam suatu bentuk rencana seleksi, dapat pula dipakai sebagai suatu petunjuk

dalam menentukan metode dan arah seleksi (Falconer dan Mackay, 1996).

Basil yang dilaporkan Paserang (2002) pada generasi F2 hasil persilangan

Slamet dengan Nokonsawon ini diperoleh nilai heritahilitas yang cukup tinggi untuk

semua karakter yang diamati. Nilai heritabilitas karakier produksi biji liap tanaman

pada generasi F2 ini adalah 0,95, sedangkan karakter ukuran biji (bobot 100 biji)

adalah 0.89.

Besamya heritabilitas dapat digunakan untuk menduga kemajuan seleksi

dalam suatu program pemuliaan. Kemajuan seleksi ini sangat bergantung pada

(27)

18

menurun dengan bertambahnya generasi seleksi. Kemajuan seleksi pun akan

menurun. karena nilainya tergantung pada ragam genetik. Kemajuan akan mencapai

puncak ketika ragam genetik sudah menjadi nol, jadi pada saat itu sudah diperoleh

tanaman dengan potensi genetik tertinggi, dan sudah stabil. Tanaman ini siap untuk

dilepaskan menjadi van etas bam.

Kcmajuan genetik merupakan kemajuan yang diperoleh melalui seleksi.

Dengan selcksi ini diharapkan adanya perubahan frekuensi gen yang dlkehendaki dan

tidak menciptakan gen-gen barn. Perubahan susunan genotipe dapat dilihat dari

pergeseran nilai tengah populasi, vaitu dari populasi dasar ke arah populasi tanaman

terseleksi. Nilai kemajuan seleksi dapat dihitung dengan rumus :

R= ).12 - .ld atau R= i uP h=

Dimana R=Kemajuan seleksi atau kemajuan genetik

p =Nilai tengah

ic= lntensitas seleksi

uP = Standar deviasi ragam

h= co Heritabilitas (Allard, 1960: Falconer dan Mackay, 1996;

Paserang (2002)juga melaporkan nilai duga kemajuan seleksi untuk generasi

seleksi I (1'3) hasil seleksi 15% terbaik dari tanaman generasi f2 adalah 84%, untuk

karakter produksi biji tiap tanaman dan 19% untuk karaJ.-:ter ukuran biji (bobot ]00

(28)

Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai

Kedelai merupakan tanaman yang memiliki resiko tinggi, karena dalam

pertumbuhannya membutuhkan persyaratan-persyaratan yang khusus baik untuk

kondisi tempat pertumbuhan maupun gangguan hama dan penyakit. Pada hakekatnya

kedelai tumbuh baik pada \\ilayah-\yilayah yang tanahnya gembur dan subur serta

memerlukan penyinaran matahari yang pendek dengan suhu optimal 30°C dan

ketinggian 0-1500 m dpl. serta curah hujan antara 100-400 mm per bulan (Bastari,

1991). Tingkat keasaman tanah (pH) 5,8-7,0 merupakan keadaan optimal bagi

pertumbuhan kedelai dan bakteri rhizobium pada bintil akar (Suprapto. 200 1).

Selanjutnya Bastari (1991) menyatakan dengan adanya karal,,1er-karak1er

tertentu terhadap kondisi tempat tumbuh kedelai, dan kepekaan terhadap jasad

penggangu serta tersedianya sarana dan prasarana pendukung dalam pertumbuhan,

maka dalam pengembangan produksi kedelai dijumpai permasalahan yang

dikelompokkan dalam tujuh aspek, yaitu aspek iklim, aspek \\ilayah alau lahan, aspek

teknis atau budaya. aspek pasca panen, aspek sosial ekonomi, aspek agrobisnis, dan

aspek operasiof'al.

llama dan Penyakit Tanaman Kedelai

Dengan penyebaran pertanaman kedelai secara luas di dunia. persoalan hama

dan penyakit selalu bertambah banyak baik dalam jumlah maupun jenisnya. Hama

dan penyakit ini merusak tanaman, menurunkan produksi dan nilai ekonomis. bahkan

sampai menggagalkan panen. Penyakit penting yang banyak dijumpai pada kedelai di

(29)

20

bercak daun (bakteri Xull/homol1us phaseo/i), penyakit busuk batang (cendawan

Phylium sp.), dan penyakit mozaik (virus). Sedangkan hamanya adalah kumbang

daun kedelai (PhuedolllU ll1c!lIsu), lalat bibit (Agromi.:a phaseo/i), kepik polong

(Rlplorllls Ill1eansj, kepik hijau (Ne::ara vlridllla), penggerek polong kedelai (Eliel/a

::lIlckellela). dan ulat prodenia (Prodellla /ilura) (Suprapto, 200]).

Selanjutnya Suprapto (2001) memberikan pertimbangan usaha pencegahan

dan pemberantasan harna dan penyakit, yaitu pernakaian bahan kimia sebagai "seed

treatment", waktu tanam yang serentak, penggunaan benih yang sehat pemusnahan

tanaman yang terinfeksi. penggunaan bahan kirnia insek-tisida yang bergantian

jenisnya untuk mengurangi resistensi hama dan penyakit terhadap satu macam ohat,

(30)

BAHAN DAN METODA

Bahan dan Alat

Bahan tanarnan yang digunakan adalah Kedelai varietas GH 09, PTR 6 dan

biji kedelai F2 hasil persilangan GH 09 dengan PTR 6 yang diperoleh dari penelitian

Paserang (2002). Bahan kirnia yang digunakan antara lain adalah pestisida (Thiodan),

Urea, TSP dan KCL.

Alat-alat yang digunakan antara lain rneteran atau alat pengukur, label,

amplop, tirnbangan, alat-alat tulis, alat sernprot dan alat-alat penanarnan, penyiangan

serta pernanenan.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kebun IPB Pagentongan, Sindang Barang, Bogor

dan Rumah Kaca PAU Bioteknologi lnstitut Pertanian Bogor. Penelitian ini melalui

beberapa tahap, \aitu seleksi populasi, penanaman hasil seleksi, pengamatan dan

pernanenan serra pengolahan data.

1.Seleksi Populasi

Metode seleksi yang dipakai pada penelitian persilangan kedelai \arietas GH

09 dengan PTR 6 ini adalah rnetode seleksi rnassa (Allard, 1960 : Sumamo, 1982)

yang juga dikenal dengan seleksi individu. Seleksi individu tanaman ini mulai

(31)

! !

dilanjutkan pada generasi F3 dan F4 (Falconer dan Mackay, 1996). Seleksi massa

juga telah dilakukan Sumamo dkk. (1984) dalarn pembentukan vareitas kede1ai

unggul 'Wi lis' . Pada seleksi massa, tanaman dipi1ih berdasarkan fenotipe yang

dipertimbangkan (Poehlman, 1979). Seleksi dilakukan ber'dasarkan karak1er produksi

biji tiap tanaman dan ukuran biji.

Seleksi populasi dilakukan terhadap populasi F2 (15%) untuk mendapatkan

populasi seleksi 1 (F3). Seleksi ini dilakukan oleh peneliti sebelumnya IPaserang,

2002).

2. Penanaman Hasil Seleksi

Penanaman hasil seJeksi dari populasi F2 adalah UPセ[G bijinya untuk populasi

seleksi (G) untuk campuran dan 40% disimpan untuk ditanam bersama populasi

seleksi berikutnya. Populasi campuran adalah earnpuran 10% biji dari tiap tanaman.

Disamping biji tanaman seleksi dan campuran juga ditanam biji kedua tetua. Pola

tanam dan bij i tersebut dengan jarak 20 em x 40 em. Perawatan tanaman dilakukan

penyiraman setiap han. pel11upukan dengan Urea, TSP, dan KCL sedangkan

pengendalian hal11a dilakukan dengan pel11benan furadan, penyel11protan pestisida

(thiodan) dan penviangan.

3. Pemanenan

Pel11anenan dilakukan setelah polong l11atang dengan ein polong berwama

(32)

4.Pengamlltan

Pengamatan dilakukan terhadap karakter-karll.kteryartg berhubungan dertgan

produksi, yaitu :

- Umur panen yang ditandai dengan warna polong kuning atau coklat dan daoo

bewarna kuning atau gugur.

- Tinggi tanaman adalah mulai dari batang ill permukaan tanah sampai ujung batang

utama yang diukur setelah panen.

- Jumlah polong adalah semua polong yang terdapat pada setiap tanaman.

- Jumlah polong hampa pada setiap tanaman.

- Jumlah biji bemas pada setiap tanaman.

- Jumlah biji kisut pada setiap Ianaman.

- Ukuran biji (bobot 100 bijil yang diukur pada setiap tanaman.

- Produksi biji tiap tanaman, yaitu berat total semua biji pada setiap tanaman.

Pengamatan dimulai pada saat tanaman akan berbooga sarnpai panen dan didapatkan

hasil panen.

5. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan komputer memakai program SPS$

(Statistical Product Sef\ice Solution). Hasil yang ingin dicapai dati pengolahan data

(33)

24

nilai tengah dan nilai heritabilitas (Allard, 1960 ; Hallauer, 1981 : Falconer dan

Mackay, 1996). Nilai-nilai diatas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

a. Nilai tengah f-1= LXI N

dihitung dari populasi seleksi 1 dan 2 serta tetua 1 dan 2

b. Ragam fenotipc u'f'

X

Diamana u:p =ragam fenotipe.

XI = nilai ke i.

.u

= nilai tengah.

.v

= jumlah contoh.

c. Ragam Iingkungan dihitung dari fanotipe tetua 1dantetua 2, dengan asumsi bahwa

tetua 1 dan tetua 2 merupakan populasi yang seragam maka ragam genetik

dianggap nol dan ragam fenotipe dianggap merupakan akibat pengaruh keragaman

lingkungan.

die= 111dFI112dr' 11] - 112

Dimana G pI= ragaIn fenotipe tetua I

dr2 =ragaIn fenotipe tetua 2

111 =j uInlah tetua I

/12 = jumlah tetua 2.

d. RagaIn genetik dihitung dari ragaIn fenotipe dan ragam Iingk:ungan

, ,

(fP=CfeJ-uE

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebaran Beberapa Populasi Padli Generasi F3

Nilai tengah dan ragam setiap karak'ter yang dianiati dari populasi F3, tetua

GH 09 dan PTR 6 dapat dilihat pada Tabel l. Tetua PTR 6 memiliki nilai tengah

lebih besar dibandingkan GH 09, kecuali untuk karakter tingl,<i tanaman. Demikian

juga halnya dengan nilai ragam, nilai minimum danl11aksimum. Sebagian besardari

karak'ter yang diamati pada populasi F3· memiliki nilai tengah, ragam dan nilai

maksimum dan minimum lebih tinggi dibandingkan kedua tetuanya yang ditanam

pada peri ode yang sarna.

Umur panen pada populasi F3 memiliki nilai tengahlebih tinggi dari tetua GH

09 dan lebih kecil dari PTR 6 yang umur panennya dapat mencapai 122 hari. Umur

panen pada F3 ini masih sangat bervariasi dibandingkedua tetuanya, yaitu berkisar

antara 75 - 102 hari. Hal yang sarna juga ditemukan pada karakter tinggi taMman dan

jumlah polong, tapi nilai maksimum kedua karakter ini lebih tinggi dari kedua

tetuanya. Karaher lainnya seperti jumlah polong hampa, jumlah biji bernas, jumlah

biji kisut, bobot 100 biji dan produksi biji tiap tanaman l11emiliki nilai tengah dan

nilai maksimum yang lebih tinggi dari kedua tetuanya.

Dilihat dari nilai tengah populasi F3 umumnya lebih tinggi dari kedua

tetuanya, terutama pada karakter produksi biji tiap tanaman danhobot 100 biji. Maka

secara umum dapat dikatakan bahwa seleksi untuk persilanganGH 09 dengan PTR. 6

ini berhasil dengan baik yang ditandai dengan mellingkatnnya produksi biji tiap

(35)

27

Tabel I. Nilai sebaran beberapa karak1er dari tetua dan tanaman F3.

Karaklcr Gil 119 PTR6 Tanaman f3

.u dp mill. maks. .u dp mID. maks. .u dp mill. maks.

Vmor Palk.'TI 95.99 13.26 93 102 %94 13.75 90 102 97.76 1715 79 102 Ting.gi

-l.9.7R 9550 ::.5 73 ·[;79 5-t-.86 27 86 49.93 161.37 17 103 tanama:n

Jumhh

36.1)5 5 98 38.62 41)1,5 IH

13.57 93.96 g 51 300.27 .'

イセIャHIョァ

Jumlall

[Xlhmg. 1,79 19.'1 " 16 356 10,15 0 31 -1-3:;: ::36: " ·1"

Iumpa

Jumlah biji

3(137 19115

"

7') 51,::8 659.13 10 139 54.0J 10..j-4,'.I7 230

bernas

JllmlahblJi

-PC. 1355 " 15 813 171-98 0 ItO 12.56 115X3 n 78

kisul

Bolx){ 100

]:.92- 1.17 ilHセ Cd 3.87 n 0.95 11.5 11.% -t,セW ᄋオセ 25

biji

Prod$ibiji

3.89 3.6 t\ -: 10 5.31 7.83 l.l 17 6.86 147] uS 27.5

tiap tanaman

Ragam fenotipe terlihat sangat bervariasi untuk semua karak1er yang diamati,

baik pada populasi tetua maupun tanaman F3. Populasi tanaman F3 mempunyai nilai

ragam fenotipe 1ebih besar dibandingkan nilai ragam pada populasi kedua tetua.

Umur panen minimum pada tanaman F3 berada diantara kedua tetua, sedangkan

umur panen maksimum mengikuti tetua PTR 6. Tinggi tanaman F3 sangat bervariasi

dibanding kedua tetuanya. Tinggi minimum lebih rendah dari tetua dan tinggi

maksimum lebih tingf,>i dari tetua, demikian juga dengan karakter jumlah polong

bernas, polong hampa, jumlah biji bernas dan biji kisut. Kara1.1:er hobot 100 biji pada

populasi F3 yang berkisar antara 4.8-25 gllOO biji, lebih tinggi dari kedua tetua.

[image:35.526.32.447.83.486.2]
(36)

kedua tetuanya. Hal ini menunjukkan bahwa seleksi yang dilakukan pada generasi F2

berhasil dengan baik.

Distribusi Frekuensi Tanaman Pada Populasi F3

Distribusi frek..uensi tanaman F3 yang akan dibahas hanya karak-ter yang

digunkan untuk seleksi, yaitu uiarran biji (bobot 100 bij.i) dan produksi biji tiap

tanaman. Dimana jumlah individu pada populasi F3 adalah sebanyak 1288 tanaman,

tanaman ini berasal dari 25 tanaman Fl.

4 o o . . - - - ,

300

200

100

0J,.,.J1Ii11l111l1.

5.0 9.0 13.0

Std.Dev

=

2.07

セGe。ョ

=

12.0 ..._ _Mセ⦅NNNjn]QRXXNPP

17.0 21.0 25.0

7.0

ukuran biji

[image:36.526.42.402.199.549.2]

11,0 15.0 19.0 23.0

Gambar I. Distribusi tanaman populasi F3 untuk karakter ukuran biji.

Distribusi tanaman untuk karakter ukuran biji pada populasi F3 mengikuti

(37)

rata-rata hampir sarna dengan jumlah tanaman yang memiliki ukuran biji di alas rata-rata-rata-rata.

Sebagian besar tanaman pada populasi F3 memiliki ukuran biji berkisar antara 10

-15 g/ 100 biji. Jika dicoba membahasnya kearah segregasi gen, maka dapat dikatakan

segregasi gen untuk karakter ul<Jran biji pada populasi

F3

adalah penuh.

2 0 . , . - - - ' - - - - ,

10

o

.50 1.50 2.50 3.50 4.50 5.50 6.50

1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00

ukuran biji

Std.Dev=1.51

tlean

=

2.92 [image:37.522.43.407.157.503.2]

N= 100.00

Gambar 2. Distribusi tanaman populasi GH 09 unluk karakter ukuran biji.

Pada populasi tetua GH 09 yang berjumlah 100 tanaman, distribusi

tanamannya tidak lersebar normal seperti pada populasi F3 (Gambar 2). Jumlah

tanaman dengan ukuran biji di bawah rata-rata tidak sarna dengan jumlah tanaman

dengan ukuran biji di atas rata-rata. Sebagian besar tanaman memiliki ulman biji

(38)

o

4 0 . . - - - ,

30

Std.Dev=2.17

Moan

=

3.87

o N= 100.00

7a '<?n_ "a va 6'a 6'n_ >a '?a .9n.. '0 77

V -v V V V "V . V V -v .q, ·00

[image:38.537.47.448.48.509.2]

ukuran biji

Gambar 3. Distribusi tanaman populasi PTR 6 untuk karakter ukuran biji.

Hampir sama halnya dengan populasi tetua GH 09, tetua PTR 6 yang

populasinya berjumlah 100 tanaman tersebar tidak nonnal (Gambar 3). Jumlah

tanaman yang memiliki ukuran biji 2.5 gllOO biji lebih besar dari yang Jainnya, tidak

jauh dari nilai tengah (3.87 gllOO biji).

Jika dibandingkan distribusi !anaman antara popuJasi F3 dengan kedua

tetuanya, terJihat sangat jauh pergeseran uk-uran biji popuJasi F3 dari kedua tetuanya.

Pergeseran ini menunjukan kemajuan ukuran biji, ukuran biji PopuJasi F3 jauh lebih

(39)

31

140

120

100

80

60

40

20

o

produksi biji tiap tanaman

Std.Dev=3.E4

Mean =6.9

[image:39.522.47.444.37.477.2]

1II!IIiI1IfIlIIi...,..,--.-....,.JN= 1288.00

Gambar 4. Distribusi tanaman populasi F3 untuk karakter produksi biji tiap tanaman.

Distribusi tanaman untuk karal.:ter produksi biji liap tanaman pada populasi F3

tersebar secara normal (Gambar 4). Jumlah tanaman sebagian besar memiliki

produksi biji liap tanaman berkisar antara 2 -9 g. Terlihat ada pencilan produksi biji

tiap tanaman yaitu produksi biji yang terbesar.

Jika dilakukan seleksi 5% terbaik terhadap populasi F3 ini. maka tanaman

yang terseleksi adalah tanaman yang memiliki produksi biji tiap tanaman besar dari

11 g. Tanaman ini berada jauh dari nilai tengah produksi biji tiap tanaman pada

(40)

4 8

6

2 Std.Dev =1.90

!'lean=3.89

o

N=100.00

.50 1.50 2.50 3.50 4.50 5.50 6.50 7.50 8.50 9.50 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 10

[image:40.525.34.431.53.488.2]

produksi biji tiap tanaman

Gambar 5. Distribusi tanaman populasi GH 09 untuk karakter produksi biji tiap

tanaman.

Distribusi tanaman untuk karakter produksi biji tiap tanaman pada populasi

tetua GH 09 dan PTR 6 juga sarna dengan poplasi F3 (Gambar 5 dan 6). yaitu

tersebar secara normal dan masih terlihat ada pencilan ke arah produksi biji tiap

tanaman yang lebih tingg-i.

Jika dibandingkan distribusi tanaman antara populasi F3 dengan kedua

tetuanya. terlihat sangat jauh pergeseran produksi biji tiap tanaman pada populasi F3

dari kedua tetuanya. Pergeseran ini juga menunjukan kemajuan produksi biji tiap

(41)

33

3 0 . , . . , - - - . . ,

I

20

10

I

S'.d.Dev=2.80

IMean=5.3

o

N= 100.00

1.0 3.0 5.0 7.0 9.0 11.0 13.0 15.0 17.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0 16.0

[image:41.521.39.412.53.477.2]

produksi biji tiap tanaman

Gambar 6. Distribusi tanaman populasi PTR 6 untuk karakter produksi biji tiap

tanaman.

Korelasi Karakter-Karakter Pada Populasi F3

Korelasi antara karak1er yang diarnati dapat dilihat pada Tabel 2. Karak1er

produksi biji tiap tanaman rnenunjukkan korelasi yang sangat kuat dengan jurnlah

polong dan jumlah biji bernas. dan berkore]asi ]ernah terhadap tinggi tanaman. jumlah

polong hampa, jurnlah biji bsut dan bobot ]00 biji. Terhadap urnur panen, produksi

biji tiap tanaman memiliki nilai korelasi negatif yang lernah. Selain itu Juga

(42)

Tabell. Nilai korelasi beberapa karakter pada populasi F3.

: No. - - - Karalner 2 1 3 1 4 ! 5 6 7 8

'Lmur Panen

:: Tinggi tanaman

3 セオュャ。ィ polong 4 セオュャ。ィ po longhampa 5 セオュャ。ィ biji bernas

6 Jumlahbiji kjsut

7 Bobot 100 biji

S Produksibijitiap Ianaman

1.000i

0.950 ' 1.000 !

-0.255i0.353

11.0001

0.058 0.1851047711.0001 .

, i I .

-0.396' 0.233 0.847,0.140,1.000,

0.176' 0.336 10.5291048210 14911000

0155 0.141 ゥPPURAPNQSTセPQTXQPRWX , i i 1000

-0.291 0.305,090610.25210927103810108

! 1.000

Hasil yang hampir samajuga ditemukan oleh Musa (1978) dan Pongoh (1987)

dalam penelitiannya, vaitu antara jumlah polong, jumlah biji dan bobot biji

berkorelasi positif, tetapi berkorelasi negatif dengan bobot 100 biji. Yang dan Wang

(1000) juga melaporkan bahwa pada persilangan kedelai liar dengan kedelai budidaya

terdapat koreJasi dengan arah yang berlawanan atau negatif antara bobot 100 biji

dengan jumlah biji dan jumJah polong tiap tanaman.

Dengan adanya nilai korelasi yang kuat antara jumlah polong dan jumlah biji

bemas terhadap produksi biji tiap tanaman, serta antarajumlah polong denganjumlah

biji bemas dapat memberikan petunjuk bahwa dalarn upaya perbaikan karak1er,

semua karakter yang berkoreJasi kuat perlu dilanjutkan dalarn pengamatan seleksi

selanjutnya dan dapat dijadikan karak1er seleksi. Nilai korelasi yang kuat dan

berkarakter positif mengindikasikan bahwa hubungan antara karak.1er-karak1er

(43)

Heritabilitas dan Kemajuan Seleksi Pada GenerasiF3

Tabel 3. Ragam genotipe. fenotipe dan lingkungan serta heritabilitas pada populasi

n.

Ragam !Ragam !Ragam

.

Karakter !Heritabilitas

genotipe fenotipe

.

Jingkungan

i

1

Umur Panen 3.74 17.25 13.51 0.22

Tinggi tanaman 87.19 162.37 75.18 0.45

Jumlah polong 205.38 402.50 197.12 0.51

Jumlah polong harnpa 3.88 23.62 19.74 0.16

Jumlah biji bernas 568.43 1044.07 475.64 054

Jumlah biji kisut 30.56 125.83 95.27 024

Bobot 100 biji 078 4.27 JA9 0.16

Produksi biji liap tanaman 8.99 1471 5.72 0.61

Nilai ragam genotipe, ragam fenotipe, ragam Iingklmgan dan heritabilitas

dapat dilihat pada Tabel 3. Ragam genotipe dan fenotipe yang tinggi ditemukan pada

karakter jumlah biji bernas, jumlah polong, tinggi tanaman dan jumlah biji kisut,

sedangkan nilai heritabilitas yang tinggi ditemukan pada karakter produksi biji tiap

tanaman, jumlah biji bernas dan jumlah polong. Hal ini menunjukkan bahwa

brakter-karakter ini memiliki variabilitas genetik yang luas, sehingga seleksi yang

dilakukan terhadap genotipe kedelai dengan memakai karakier-karakler tersebut akan

efektif Selain itu seleksi terhadap karak.er tersebut akan lebih efisien apabila

mempunyai nilai heritabilitas yang tinggi, terutama untuk menunjukkan apakah

program pemuliaan untuk perbaikan karakter tersebut akan memperoleh kemajuan

genetik besar atau kecil.

Pinaria dkk. (1995) melaporkan bahwa variabilitas genetik yang mempunyai

(44)

partlliol1ll1g index (SWPI), jumlah polong per tanaman, bobot biji per tanaman dan

bobot kering totaL Selain itu Lamadji (1982) juga melaporkan nilai heritabilitas pada

F3 hasil persilangan kedelai Pagak I-I x Nganjuk II, Nganjuk II xEpyek II dan Papak

x Pagak I-I adalah rendah, yaitu karak"ter ringgi tanaman (0,036, 0,278, 0,178),

jumlah polong berisi (0,144,0,146,0,322) dan produksi biji (0,067, 0,202, 0,55),

Welsh (1981) menyatakan bahwa nilai heritabilitas secara teoritis berkisar dari

nol sampai 1 (satu), Nilai nol adalah bila seluruh variasi yang terjadi disebabkan oleh

fak"tor lingkungan, sedangkan nilai satu adalah bila seluruh variasi disebabkan oleh

fabor genetik. Berarti pada keriga karak-ter produksi biji tiap tanaman, jumlah biji

bemas dan j umlah polong diatas yang lebih berpengaruh pada fenotipenya adalah

faktor genotipe, sedangkan untuk karaber yang lain lebih berpengaruh fak-tor

lingkungan. Welsh (1991) menyatakan bahwa nilai heritabilitas yang tinggi ini lebih

mudah dipakai untuk seleksi.

Stanslleld (1969) membedakan heritabilitas dalam riga klasillkasi. yaitu

heritabilitas tinggi (> 0.5), sedang (0,2-0,5) dan rendah « 0,2). Tinggima nilai

heritabilitas disebabkan oleh tingkat segregasi yang maksimum pada populasi

tersebut (Allard, 1960) Nilai heritabilitas tinggi yang dimiliki oleh jumlah polong,

jumlah biji bemas dan produksi biji riap tanaman pada populasi F3 ini akan

menghasilkan suatu kemajuan genetik pada generasi beribltnya.

Kojima dan Kelleher (1963) mengemukan bahwa nilai heritabilitas yang

tinggi untuk suatu karakter menunjukkan perbaikan karak-ter tersebut melalui seleksi

(45)

37

dengan sukses bila yang ditangani adalah karakter-karakter dengan heritabilitas atau

variasi fenotipe yang rendah (Brewbaker, 1983).

Nilai heritabilitas ini akan lebih bennakna jika dikaitkan dengan kemajuan

seleksi yang bisa tercapai bila dipadukan dengan nilai tengah hasil dari karakter yang

diamati. Kemajuan seleksi disini merupakan kemajuan dari nilai tengah campuran

terhadap nilai tengah populasi seleksi (Tabel 4), sehingga akan diperoleh persentase

[image:45.521.30.432.186.470.2]

kemajuan seleksi (Tabel 5).

Tabel 4. Perbandingan nilai tengah produksi biji tiap tanaman dan ukuran biji kedelai GH 09, PTR 6, tanaman campuran, tanaman F3 dan

5% tanaman F3 terseleksi.

Varietas

i Slamet Nokonsawon

, Tanaman campuran

Tanaman F3

Tanaman F3 terseleksi(:'°0 )

Produksi biji tiap

tanaman (gitanaman)

3.89", 190

5.31::.: 2.80

5.45::: 3.10

686 = 3.84

16.54 = 2.56

Llmran biji

(gilOO biji)

2.92= 1.51

3.87=2.17

8.21 = 2.90

1196=207

1236= 1.47

Pada Tabel 4 disajikan nilai tengah karak"ter produksi biji tiap tanaman dan

ukuran biji dari tetua dan populasi campuran sebagai kontrol untuk populasi F3, dan

nilai tengah populasi 5 % terseleksi dari populasi F3. Produksi biji tiap tanaman dan

ukuran biji pada populasi F3 lebih tinggi dari kedua tetua dan campuran. Populasi

campuran juga memiliki nilai tengah yang lebih tinggi dari kedua tetua. Sedangkan

populasi 5%. terseleksi memiliki nilai tengah yanglebih tinggi dibanding semua

populasi yang ada. Dengan demikian, tanaman yang terseleksi ini berpeluang besar

(46)
[image:46.522.36.404.79.174.2]

Tabel 5. Nilai tengah populasi F3, kemajuan seleksi dan nilai dmm kemajuan seleksi untuk generasi F4.

Nilai セMセ Kemajuan

I

'Dugaan Dugaan0'-0

Karakter se1eksi

I

Kernajuan

I

Kernajuan

tengah seleksi

I

seleksi i seleksi

. Bobot 100 biji (g) 1196 45.68 II 0,52 I 4.35

I

Produksi biji tiap tanarnan (g) 6.86 25.87 3.3 4810

Persentase kemaj uan seleksi yang diperolehpadagenerasi F3 yang merupakan

hasil seleksi dari generasi F2 dari persilangan GH 09 dengan PTR 6 ini adalah

25.87% untuk produksi biji tiap tanaman dan 45.68% untuk ukuran biji. Hal ini dapat

dibul1ikan bahwa seleksi yang dilakukan berhasil dengan baik.

Dari nilai tengah dan heritabilitas yang diperoleh pada generasi seleksi 1dapat

diduga nilai kemajuan seleksi dan persentase kemajuan seleksi untuk generasi seleksi

berikutnya (Tabel 5). Nilai kemajuan seleksi ini menggambarkan besar kemajuan

perbaikan karak1er tersebut yang dapat dicapai bila dilakukan seleksi. Persentase duga

kemajuan seleksi bobot 100 biji (4.35%) untuk generasi F4 menurun dan meningkat

untuk karakter produksi biji tiap tanaman (48.1%). lni juga menandakan bahwa

seleksi yang dilakukan cukup berhasil.

Seleksi yang dilakukan terhadap generasi F3 adalah 5% terbaik berdasarkan

karak1er produksi biji tiap tanaman dan ukuran bijl (hobot 100 biji). Seleksi ini

menghasilkan 65 tanaman terseleksi dari 1288 tanaman F3. Dugaan kemajuan seleksi

yang dihitung ini akan bisa dibuktikan jika 65 tanaman yang terseleksi ditanam

(47)

39

Menurut Falconer dan Mackay (1996), karakter yangmemiliki kemajuan

genetik tinggi yang diikuti oleh heritabilitas dalam arti luas yang tinggi, berpotensi

dapat diperbaiki dengan seleksi pada generasi awal. Tingginya nilai kemajuan genetik

dan heritabilitas menunjukkan adanya keragaman gel1etik yang besar dalam populasi

dan dominannya pengaruh faktor genetik dalampengekspresian fenotipe

(48)

KESIMPu"LAN

Hasil penelitian evaluasi generasi F3 hasil persilangan kedelai varietas GH 09

dengan PTR 6 dapat disimpulkan bahwa :

I. Nilai tengah dan ragam semua karak1:et yang diamatipada populasi F3 lebih

tinggi dibanding populasi kedua tetua.

2. Karal..1:er yang berkorelasi kuat dengan produksi biji tiap tartaman adalah

jumlah polong dan jumlah biji bernas.

3. Nilai heritabilitas yang tinggi pada populasi F3 adalah karal..1:er jumlah

polong, jumlah biji bernas dan produksi biji tiap tanaman.

4. Seleksi yang dilakukan pada generasi F2 menunjukkan kemajuan genetik atau

kemajuan seleksi pada generasi F3 dengan meningkatnya produksi biji tiap

(49)

41

DAFTAR PUSTAKA

Agroindonesia. 2001. Produksi Tanaman Kedelai Indonesia.

http://www.agroindonesia.com!newslind!2001/mei/03-05-01.htm.

Akmai. 1999. Pengaruh Perbedaan ketinggian TeJUpafdanPanjang Hari Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Genotipe Kedelai. Tesis Program PascasaQana. fPB.

Allard, R.W. 1960. Principles of Plant Breeding. Willey, New York.

Anand, S.C, J.H.Torrie. 1963. Heritability of yield and onther traits and

interrelationships among traits in the F3 and F4 generation of three soybean crosses. Crop Sci. 3 : 508-510.

Balai penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. 1999. Deskripsi Kedelai Malang.

BPS. 2001. Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia. BPS. Jakarta.

Bastari, T 1991. Kebijaksanaan Pemerintah Dalam Pengembangan Produksi Menuju Swasembada Kedelai. Prosiding Seminar dan Workshop Penelitian Serta Usaha Pengembangan Produksi Kedelai. Bogor, 22-23 Januari 1991

Brewbaker, J.L. 1983. Genetika Pertanian. Terjemahan Iman Santoso. Seri Lembaga Genetika Modem. Gede jaya.

Carlson, lB. 1973. Morphology. In B. E. Caldwell ed. Soybean: Improvement,

Production and Used. USA.

Carlson, IB, N.R. Lersten, 1987. Vegetative Morphology, p 49セ 91,111: J.R. Wilcox (ed.). Soybeans: Improvement, Production, and UseS. ASA Inc. Pub. Madison.

Falconer, D.S and Mackay, TF.C. 1996. Introduction to Quantitative Genetics Fourth Edition. Longman Group Ltd. England.

Fehr, W.R. 1980. Breeding Methods for CuItivar Development, p249 293. Ill:

Soybeans: Improvement, Production, and Uses. ASA Inc. Pub. Madison.

(50)

Hallauer, A.R. 1981. Selection and Breeding Methods. In. Kenneth S.F. Plant Breeding II. The Iowa State University Press, Ames,

Hicks, D.R. 1978. Gro\\1h and Development. In: A.G. Norman (ed). Soybean

Physology, Agronomy, and Utilization. Academic Press. New York.

Hidajat, 0.0. 1985. Morfologi tanaman kede]ai. Da]am Somaatmadja;S., M.

Ismunadji., Sumarno, Mahyudi11, S., S.O. Manurung, Yuswadi. Kedelai. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Hymowitz. T, 1979. Soybeans. In :Evolution of Crop Plants. N.W. Simmonds (ed). Longman ]nc., New York.

Johnson, H. W, R.L. Bernard. 1967. Soybean genetiks and breeding. InNorman., A.G. The Soybean:Genetiks, Breeding, Physiology, Nutrition, Management. Academic Press. London.

Jusuf, M, E. Guhardja, E.DJ. Supena, U. Widyastuti. ]991. Studi Sumberdaya dan Perbaikan Genetik Dalam Rangka Peningka.tan Produksi Kedelai. Prosiding Seminar dan WorkshopPenelitian Serta Usaha Pengembangan Produksi Kedelai. Bogor, 22-23 Januari ]99]

Kojima, Ken-lchi, T.KelIeher. 1963. Selection studies of quantitative traits with laboratory animals. P.395-422. In. Statistical Genetic and Plant breeding. W.D.Hanson and H.F.Robinson. (eds.). NAS. Washington.

Kompas. 2002. Produksi Padi dan Jagung Tabun 2002 Merungkat, Kedelai Turon. http;!\v\\w.kompas.com/kompas.cetakJ0302/18/ekonomi!]35] ]O.htm.

Lamadji,S. 1982. Pendugaan heritahilitas generasi F3 dan F4 dalam peningkatan kuantitas dan kualitas hasil kede]ai (Glycine max (1.) Merr.). derigan pemuliaan tanaman. Laporan Penelitian Tabunke II. Universitas Je111ber. Jember.

Machmud, M, Jumanto, Sudjadi. 2001. Current Progress of Research on Soybean Diseases in Indonesia. Proceedings of Workshop on Soybean Biotechnology for Aluminium Tolerance on Acid Soil and Desease Resistance. Bogor, ]4-15 Sepetember ]999.

Martin, S.K.St, X. Futi. 2000. Genetic Gain in Early Stages of a Soybean Breeding Program. Crop Sci. 40:1559-1564.

(51)
(52)

ngingat

netapkan

TENTANG

PENETAPAN jUDUL - jDDUL PENEUTfAN ElAYA DIP UE-J SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN ANGGAR/\N 20m

REKTOR UIN SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

2.. bZlIYWR ul1tuk ョQ・イセ。ャゥウ。ウゥォ。ー kegiatan penelitinll y,mg dibi:lyai dengan chna pre,'ckj pcmbanguan aIP UIN Syarif Hidayatullah jakarta tahun

anggarzl1l. 20G3, ctipandnng perln nienetapkan judul-judul penclitinn

se:--uai ...:,2:1gar: suraL Kepala l・ョャセャ。ァセ| Penelitian NOlrlO! : EPT/TL.U4! 19jVI/2.003 tJnggal 14 JuniセPPS[

b. bahwa jUl1ul-judul penclitian ウャR「。セZ。ゥイョ。ョ。 Lercanlunl pad:1 lanlpiran

keputusan ini dipandang memenuhi krite,.ia akademis lbn pemasafahan yang diajukan dianggap Iayak untuk ditindakbnjuti dnlam bentllk penelitian.

1. Undang-und<mg Nomar : 2 Tahun 1989 t('ntang Sistem Pendidikan

1\3$10na1;

2. Peraturan Pemerintah Namor: 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi;

3. Keputusan Presiden Nomar: 18 Tahun 2000 tentang Pedaman Pengadaan Barang dan Jasa di lingkungan Instansi Pemerintah;

4. Keputusan Menter! Agama RI Nomor: 12 Tahun 1985 tentang Pembakuan Penerbitan di lingkungan Departemen Agama;

5. Keputusan Pre'siden Nomor : 31 Tahun 2003 tentang PelUbahan Institut Agama Islam Nege"i mel1iadi Universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah jakarta.

6. Daftar Isian Prayek Namar :C27jX)...'V..lOlj1j-j2003, tanggall Januari

7. Keputusan Menterj Agam<iRI Nomor : 414 Tahun 2002 tentang

oセァ\ゥョゥウ。ウゥ dan Tata Kerja UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

MEMUTUSKAN

KEPUTUSAN REKTOR UJN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TENTANG PENETAPAN JUDUL-JUDUL PENELITIAN BIAYA DIP UTN SYARIF HIDAYATULLAHjAKARTA TAHUN2003.

(53)

a Menetapkan judul-judul pwelitian berikut nama-nama peneliti sebagaimana terdapat pada lampiran keputusaniniuntuk diajukan sebagai

penelitian yang dibiayai dengan dana DIP UIN SyarJ Hidayatullah

Jakarta Tahun 2003.

ludul-judul Penelitian dimaksvd diktum pertama dilakubn oieh tenaga peneliti yang teiah lulus selebi oleh Tim penilai dan pelaKsanaannya di bawah kordinasi Lembaga Penelitian UlNSyarif Hidayatullah Jakarta;

Pengaturan Teknls pernbiayaan kegiatan penelitian din1dksud diall.lf

QセQ・ャ。ャオゥ Surar perjanjian/Kontrak Kelja antara PernlHlpin Proyek dengan

Kepala Lembaga Penelitian, dan pembiayaan dibebankan kepada anggaran

Proyek pembangunanjDIP No. 027jX>..'VjOljlj--j2003 UlN Syarif

Hidayatullah Jaka1·ta Tahun 2003.

Keputusan in1 berlaku scjak tanggal ditetapkan san1p.}i dcngtlI1 akhir

kegiatan, dun segala sesuarunya akan diubah drtn diperbaiki sebagaul1ana

Dlcstinya apc.bila di ken1ud:an hari tl?rnyata tcrdapat kcb:iiruan dahlJ11

penetapanif':.

DJTETAP;<;\:\ Df : j;\KARTA

2003

o

ェvjゥ[Hj|セケオュ。イ、ゥ Azra,evlA 0221183.A

セZ

Direktur Jenderal Binbaga Islam Dep. Agama RI di Jakarta; Direktur Ditbinperta Islam Dep.Agama RI di Jakarta Pemimpin Proyek P2TA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Yang bersangl'utan untuk diketahui dan dilaksanakan.

(54)

)LEKTIF

JUDU!. PENELITIAN naセAa PENEL,Tl fAKULTAS

1.

2.

,,

I .

Pragmatik Dalam Pengajaran Bahasa 'I Akhmad Saehudin,

Arab (Surve! Terhadap Proses Belajar , M.Ag, DKK Mengajar Bahasa Arab di U:N Syarif

i

Hidayatullilh Jakarta).

I

Evaluasi PC!11belajaran IPA - Fisika ( r Ir.i\1.lvlaralua

Survei ,jj :\ladrasah Aliy.tll. Se-DKI iSireguf,?\,LSi,DKI::

Jakarta) i

,

Pengelolaan ZakJt di DK! Jakarta dan j Jaena1 .-\rifin, M.Ag,

Jawa BaIat (Studi Tentang Kde!1l-

i

DKK

bagaan dan Pendayaguna3nnya).

I

i

"_dab dan Huma_

niora

i

I

I FJTK

,

,

i

I

I

S)'Mi'"h chn

HlI-i

klll11

I

)4. Perspcktif Drop Ont dcngan Kebi-I' Drs.Ali Nurdin, !.l.Pd,

jakan PPs DIN Jakarta (Studi tentang DKK Mhs.52 dan S3 UIN Jakarta.

!

Dirasah lslamiyah

Ushuluddin dan Filsafat

I

Syarl' ah dan Bn-kurn

I

I

)5.

16.

Respon Organisasi Masa Islam

I

Ellis Amalia,M.Ag. OKK Terhadap Perkembangan Wacana E- i

konomi Islam di Indonesia ( Studi di

I

DK! Jakarta).

I

Keberagamaan (Religiusitas ) Remaja j)rs.Masri MansoeI, dan Faktor yang mempengaruhinya M.Ag, DKK

(Studi Kasus Siswa SMU dan SKM di ,

Ciputat) j

}7. !Hubung::;n Sik3F

k・セB|Rイ。ァ。eAX。ョ

Tcr- !Rusm!l1 TU111£1nr;gC'c, flTK

hadap Hasil Berajar Mata Kuliah'! DKK

Bidang Agama (Studi terhadap Mhs. Fak. Il.i1.1U Tarbiyah dan Keguruan DIN Jakarta).

)9.

i

l8. Peranan Penerbit Dalam Transformasi Halid, M.Ag, GKK Intelektualisme Islam ( Survei

terhadap Beberapa Penerbit Buku-buku IslamdiDaerah Khusus Ibukota Jakarta).

Hubungan Kemampuan dengan

I

Drs.Hamid ShoIihin,

I

Motivasi Keria (Studi Kinerja Para DKK .

Adab dan

Huma-niora

Kepega\vaian

(55)

I.

I.

Pegawai di Ull'\! Syarif Hidayatullah Jakarta).

Universitas Islam Negeri (UIN) Dalam Persepsi Masyarakat ( P",np-lusuran Idea Kalangan Akademis, Agamawan dan Pengguna Dalam l\lerambah Kebijakan).

Profil Aktifitas Anak Jalanan

Mempertahankan Kehidupan di Ibulkota Jakarta (Studi Kasus di

Stasiun Kareta N[NINセーゥ Tanjung Priok

Jakarta Utara).

Drs.Zainul Aruin Yusuf, M.Pd, DKK

Drs.Faridal Arkam, M.Pd, DKK

Lemlit

PSKLH

Ora. Eri Rosatria.; !\A.Ag.

dkk

, ,).

Sikap Tcrhad4'p Rdasi g」セQ、Rイ d<:Ul

Hubungannya 、セョァッゥャ Pe ..」セy\ャ Diri

l\'lhs. UIN Svarif Hidavatuilah Jakarta (Studi Pad

a

Mahasis;"a UN Svarif Hidayatullah Jakarta).

' !

i

Pen1clnan Gel'£!ktll1 Ken1ahasis\\'aan I Abd.

(Studi Aktivitas Mahasiswa UIN

I

Jakarta.

I

Rozak, dkk PS\\'

IeeE

4. 5.

,

Pcran Lembaga <

Gambar

Tabel I. Nilai sebaran beberapa karak1er dari tetua dan tanaman F3.
Gambar I. Distribusi tanaman populasi F3 untuk karakter ukuran biji.
Gambar 2. Distribusi tanaman populasi GH 09 unluk karakter ukuran biji.
Gambar 3. Distribusi tanaman populasi PTR 6 untuk karakter ukuran biji.
+6

Referensi

Dokumen terkait

wirausaha pada bisnis usaha tahu baso di Ungaran

Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara

Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2009 tentang Dosen, bagi dosen yang belum memenuhi kualifikasi akademik

Surat Izin Usaha Perikanan selanjutnya disebut dengan SIUPKAN adalah izin tertulis yang harus dimiliki perusahaan perikanan atau perorangan untuk melakukan usaha

bahwa sehubungan dengan huruf a, dan b di atas, dipandang perlu membatalkan surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional pada butir (a) di atas. Tahun ...; peraturan yang relevan

[r]

Hasil penelitian menunjukan bahwa bauran pemasaran berpengaruh positif dan signifikan pada variabel produk dan pada variabel harga, lokasi da promosi menunjukkan

Penelitian ini memberikan hasil yang tidak sama atau berbeda dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Chien-Hsiung Lin (2013) yang menyatakan citra merek