• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I Laporan Pemetaan Potensi Kerusakan Lingkungan Hidup Kabupaten Grobogan Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB I Laporan Pemetaan Potensi Kerusakan Lingkungan Hidup Kabupaten Grobogan Tahun 2016"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

I-1. Latar Belakang

Sungai merupakan suatu sistem utama hidrologi, dimana sungai merupakan outlet air dari wilayah DAS. Sungai menjadi tempat berkumpulnya kembali setelah melalui presipitasi dan mengalami berbagai proses baik alami maupun hasil campur tangan manusia. Adakalanya air yang kembali lagi ke sungai kondisinya sudah kurang baik secara kualitas. Hal ini menyebabkan kondisi ekologis sungai menjadi menurun kualitasnya terutama karena adanya pencemaran air, baik pencemaran langsung di badan sungai maupun pencemaran lahan yang akhirnya mencemari air tanah yang kemudian mengalir ke sungai. Walaupun sebenarnya secara alami sungai mampu melakukan pemurnian air secara alami (purifikasi) namun apabila beban pencemaran yang didapatnya melebihi kemampuannya maka kualitas air sungai akan menurun dalam menopang kehidupan di sekitarnya.

(2)

air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

Dari definisi pencemaran air tersebut dapat diuraikan sesuai makna pokoknya menjadi 3 (tiga) aspek, yaitu aspek kejadian, aspek penyebab atau pelaku dan aspek akibat. Walaupun fenomena alam seperti gunung berapi, badai, gempa bumi, juga mengakibatkan perubahan yang besar terhadap kualitas air, hal ini tidak dianggap sebagai pencemaran.

Indikator bahwa air lingkungan telah tercemar adalah ditandai dengan adanya perubahan atau tanda-tanda yang dapat diamati melalui: (1) Adanya perubahan suhu air, (2) Adanya perubahan nilai pH atau konsentrasi ion hidrogen, (3) Adanya perubahan warna, bau, dan rasa air, (4) Timbulnya endapan, koloid, bahan terlarut, (5) Adanya mikroorganisme dan (6) Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan.

Indikator atau tanda bahwa air telah tercemar menurut Anonim (2008) terdiri dari tiga jenis, yaitu sumber pencemar yang berasal dari sumber fisik, sumber kimia, dan sumber biologis. Sumber fisik berasal dari kegiatan rumah tangga, pasar, jalan, dan lain-lain yang biasanya membuang sampah di sembarang tempat. Sumber kimia berasal dari kegiatan-kegiatan industri yang membuang limbah industrinya yang mengandung bahan-bahan kimia tanpa pengolahan lebih lanjut, atau sudah diolah tetapi buangannya tidak sesuai dengan Baku Mutu Air Limbah yang ditetapkan Pemerintah. Sedangkan sumber biologis berasal dari adanya kehidupan mikroba tersebut di dalam air,banyak menimbulkan kerugian, walaupun juga banyak manfaat dan keuntungan.

(3)

penggunaan lahan di ketiga Sub DAS tersebut. Berdasarkan RPJMD Kab. Grobogan Tahun 2011-2016, penggunaan lahan di Kabupaten Grobogan didominasi oleh lahan sawah sebesar 32% dari luas wilayah keseluruhan yaitu 197.586,42 ha, dan sisanya yaitu 68% terbagi menjadi beberapa penggunaan lahan seperti bangunan, tegalan, rawa, hutan, dan perkebunan. Sejalan dengan hal tersebut, berbagai aktivitas penduduk di Kab. Grobogan seperti kegiatan pertanian, pemukiman, serta industri inilah yang diduga berperan sebagai sumber pencemar badan air.

Dampak dari bahan pencemar pada sungai tergantung dari sifat alamiah dan karakteristik sungai itu sendiri. Beberapa yang termasuk karakteristik sungai antara lain volume dan kecepatan air yang mengalir pada sungai, kedalaman sungai dan jenis dasar sungai. Secara teoritis, aliran dan dispersi bahan pencemar dalam lingkugan perairan dikendalikan oleh pergerakan massa dan pencampuran atau difusi. Ketika massa bahan kimia dibuang ke sungai, massa dari bahan kimia tersebut akan mengalir dengan kecepatan rata-rata aliran sungai. Bahan kimia yang mengalir dapat tersebar dalam badan sungai akibat dari turbulensi dan kecepatan yang tidak seragam seragam sepanjang sungai. Kecepatan aliran air pada sungai biasanya bernilai maksimum di dekat pusat sungai dan di bawah permukaan, sedangkan air di dekat dasar dan tepi sungai diperlambat oleh adanya pengaruh aliran sehingga pencampuran menjadi semakin besar

(4)

koordinasi dengan pemerintah pusat dan pemerintah kabupaten/kota. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Grobogan adalah instansi yang berwenang dalam pengelolaan lingkungan hidup termasuk pengelolaan sistem informasi lingkungan hidup.Sistem informasi lingkungan meliputi informasi mengenai kondisi lingkungan hidup yang dalam hal ini adalah kondisi kualitas air Sungai Lusi, Sungai Tuntang dan Sungai Serang.

Upaya pengelolaan dan pemantauan kualitas air sungai tersebut dilaksanakan sebagai dasar evaluasi pengendalian pencemaran air dan pengendalian kerusakan lingkungan. Selain itu, upaya tersebut juga dilakukan dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai lingkungan hidup secara terbuka dan akuntabel dalam rangka mewujudkan sistem pemerintahan yang Good Corporate Governance.

Dalam rangka pemberian informasi mengenai lingkungan hidup, maka perlu disediakan basis data yang lengkap dan akurat, sehingga pencarian informasi dapat diakses dengan mudah dan cepat. Untuk mewadahi system informasi tersebut dengan pembuatan dan update data base maka Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Grobogan pada Tahun Anggaran 2016 melaksanakan Pekerjaan Pemetaan Potensi Kerusakan Lingkungan di Kabupaten Grobogan.

I-2. LANDASAN HUKUM

Landasan pelaksanaan Kegiatan Pemetaan Potensi Kerusakan Lingkungan di Kabupaten Grobogan adalah :

(5)

b) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air

c) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010 Tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air

d) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah

e) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Limbah

f) Peraturan Daerah Kabupaten Grobogan Nomor 4 Tahun 2011 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

g) Peraturan Daerah Kabupaten Grobogan No. 5 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Grobogan 2010-2030

I-3. MAKSUD DAN TUJUAN

a) Maksud

Pekerjaan Pemetaan Potensi Kerusakan Lingkungan di Kabupaten Grobogandimaksudkan untuk menyajikan database dengan basis GIS agar data lebih mudah dibaca sehingga memudahkan penggunaan untuk perencanaan, penelitian, maupun konsumsi publik.

b) Tujuan

 Mengintegrasikan database kualitas air sungai dengan Sistem Informasi Lingkungan

(6)

I-4. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dalam kegiatan ini meliputi ruang lingkup wilayah, ruang lingkup kegiatan, dan ruang lingkup waktu.

a) Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah meliputi Sungai Lusi, Sungai Serang dan Sungai Tuntang yang berada di Kab.Grobogan.

b) Ruang Lingkup Kegiatan

Adapun kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pemantauan kualitas air sungai di Kabupaten Grobogan adalah sebagai berikut:

1. Persiapan, merupakan studi literatur, interpretasi titik-titik pengambilan air sungai, persiapan administrasi dan perlengkapan lapangan

2. Pengamatan lapangan, meliputi kegiatan pendataan lokasi sekitar pengambilan sampel air sungai seperti titik koordinat sampling, vegetasi sekitar lokasi sampling, waktu sampling dan lain sebgainya sebagai data lapangan.

3. Pengambilan sampel permukaan air sungai, meliputi pengambilan sampel air sungai di masing-masing titik yang telah ditentukan.

4. Pengukurn parameter lapangan dilakukan pada saat pengambilan sampel di setiap titik koordinat yang telah ditentukan dengan menggunakan peralatan parameter lapangan, adapun parameter yang langsung diukur di lapangan adalah temperatur, pH, rdan residu tersuspensi.

(7)

sungai sebenarnya dengan pada saat pengukuran atau penganalisaan di laboratorium.

6. Preparasi dan analisis sampel laboratorium

Parameter yang diuji di laboratorium melalui beberapa tahapan sebelum dianalisa. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan adalah pemberian kode analisa, kemudian dipreparasi sesuai dengan metode uji standar yang tertelusur, pengukuran menggunakan instrumentasi sesuai dengan parameter yang dianalisis dan terakhir pengolahan hasil pengukuran.

Adapun parameter yang dianalisa di laboratorium meliputi: Fisika (Residu Terlarut), kimia (BOD, COD, DO, Total Fosfat, NO3 sebagai N (NO3), Cd, Cr+6, Nitrit sebagai N (NO2), Deterjen, Fenol), Biologi (Fecal Coliform dan Total Coliform). Kegitan Preparasi dan analisa ini dilakukan di laboratorium CITO Semarang.

c) Ruang Lingkup Waktu

Referensi

Dokumen terkait

Pada aspek penyajian materi terdapat 5 butir (indikator) mendapatkan nilai 32,00 dari 2 ahli sehingga termasuk dalam kategori “Sangat Baik” dengan persentase yang diperoleh

Dari hasil penjelasan pekerjaan (Anwijzing) tersebut diatas, Penyedia menyetujui hal- hal yang tertuang pada saat penjelasan pekerjaan (Anwijzing) dan dalam Dokumen

Hasil analisis ekspresi gen 16S rRNA, icaA dan icaD bakteri MRSA 22372, MSSA 22187 dan MSSA 22366 dengan dan dan tanpa pemberian ekstrak etil asetat daun A.. precatorius

Mengetahui hubungan antara komunikasi (tingkat supportif perawat-dokter) dengan stres kerja (beban kerja) di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD

Berdasarkan hasil dan pembahasan dengan menggunakan metode kointegrasi didapatkan hasil bahwa hasil uji stasioner semua variabel yang digunakan dalam penelitian

• NoveI berbagai definisi telah diberikan oleh para ahli dengan berbagai makna, diantaranya ada yang menyatakan novel merupakan karya berbentuk sastra yang di

Saat ini di kampus Institut Teknologi Telkom (IT Telkom) baru ada menara 2G untuk kebutuhan teknologi bagi semua elemen kampus. Seiring dengan adanya perkembangan

Pembentukan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan, sedangkan pembentukan kelembagaan KPH, khususnya organisasi KPHL dan KPHP, telah diatur dalam Peraturan Menteri Dalam