• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Krim Rice Bran Oil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Krim Rice Bran Oil"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

KRIM

RICE BRAN OIL

SKRIPSI

DESTI ISWINDARI

1110102000016

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

(2)

ii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

KRIM

RICE BRAN OIL

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

DESTI ISWINDARI

1110102000016

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

(3)
(4)
(5)
(6)

vi ABSTRAK

Nama : Desti Iswindari Program Studi : Farmasi

Judul : Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Krim Rice Bran Oil

Minyak dedak padi atau yang lebih dikenal sebagai rice bran oil memiliki aktivitas antioksidan karena mengandung vitamin E, tokotrienol, dan gamma-oryzanol. Senyawa tersebut mampu menangkal radikal bebas yang dapat menyebabkan penuaan dini dan kerusakan kulit. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan

rice bran oil menjadi sediaan krim antioksidan dengan menggunakan variasi konsentrasi asam stearat dan trietanolamin yaitu krim F1 (8% : 1%), krim F2 (12% : 2%), dan krim F3 (16% : 3%). Evaluasi fisik sediaan krim dilakukan terhadap beberapa parameter uji antara lain pengamatan organoleptik, pengujian homogenitas, pengukuran pH, pengukuran viskositas, dan pengujian stabilitas dengan metode sentrifugasi yang dilakukan selama 21 hari. Penentuan aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode DPPH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa krim F3 memiliki stabilitas fisik yang lebih baik dibandingkan krim F1 dan F2. Krim rice bran oil mengalami penurunan aktivitas antioksidan dimana persen inhibisi krim pada konsentrasi 7000 g/mL kurang dari 50%.

(7)

vii ABSTRACT

Name : Desti Iswindari Program Study : Pharmacy

Title : Formulation and Antioxidant Activity Assay of Rice Bran Oil Creams

Rice bran oil has an antioxidant activity due to the content of vitamin E, tocotrienols, and gamma-oryzanol. This compounds is able to preventing of free radicals which cause premature aging and skin damage. This research aimed to formulate rice bran oil into antioxidant cream with the different concentration of stearic acid and triethanolamin. That concentration were F1 (8% : 1%), F2 (12% : 2%), and F3 (16% : 3%). The evaluation on physical characteristics was done based on organoleptic, homogenity, pH, viscosity, and stability test using centrifugation method for 21 days. Determination of antioxidant activity by using DPPH method. This research showed that F3 has a better physical stability than F1 and F2. Antioxidant activity of rice bran oil creams has decreased with the inhibition percent at 7000 g/mL less than 50%.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Ta’ala karena atas ridho-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Formulasi dan Uji

Aktivitas Antioksidan Krim Rice Bran Oil. Skripsi ini disusun sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt dan Ibu Sabrina, M.Farm., Apt selaku dosen

pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta memberikan

masukan saran kepada penulis.

2. Drs. Umar Mansyur, M. Sc selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak dan Ibu dosen yang tanpa lelah memberikan pengajaran kepada penulis,

semoga menjadi amalan di akhirat kelak. Amin.

4. Kedua orang tua, Ayah Ade Yasin dan Ibu Siti Aisyah, yang telah memberikan

limpahan kasih sayang, semangat, dukungan dan doa yang tiada henti

dipanjatkan serta yang selalu mewujudkan mimpi-mimpi penulis, I Love You

Mom Dad.

5. Adik tersayang, Putri Rahmanda dan Maudy Rahma Deanti, serta seluruh

keluarga besar yang telah mendoakan dan memberikan dukungan disetiap

langkah penulis.

6. Laboran Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis

selama proses penelitian.

7. Teman-teman, Desi, Cekgu, Niswah, Zakiya, Liana, Salsa, Mira, Ifah, Amel,

Hani, Deisy, Diah atas bantuan, doa, dan motivasinya.

8. Teman-teman Farmasi Angkatan 2010 yang selama perkuliahan berbagi suka

duka bersama, terimakasih atas kebersamaan dan persaudaraannya. Semoga tali

(9)

ix

9. Kak Aisyah, Kak Maulida, Anis, Eva, Ikmah, Iit, Anum, Novi, Rahmat, Riyan

yang senantiasa mendengarkan segala keluh kesah, memberikan semangat,

dukungan, dan doanya kepada penulis.

10.Semua pihak yang tidak dapat dituliskan satu persatu yang turut membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih belum sempurna.

Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang

membangun. Penulis juga mengharapkan agar penelitian ini dapat bermanfaat

khususnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Amin Ya Robbal’alamin.

Jakarta, September 2014

(10)
(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... x

DAFTAR ISI ... xi

1.3Tujuan Penelitian ... 2

1.4Manfaat Penelitian ... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1Kulit ... 3

2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit ... 3

2.1.2 Permeabilitas dan Penetrasi Kulit... 4

2.2 Rice Bran Oil ... 5

2.2.1 Komponen Kimia Rice Bran Oil ... 5

2.2.2 Manfaat Rice Bran Oil ... 5

2.3 Krim ... 5

2.3.1 Definisi Krim ... 5

2.3.2 Tipe Krim ... 6

2.3.3 Komponen Krim ... 6

2.3.4 Stabilitas Krim ... 7

2.4 Radikal bebas ... 8

2.4.1 Definisi Radikal Bebas ... 8

2.4.2 Sumber Radikal Bebas ... 9

2.4.3 Pembentukan Radikal bebas ... 9

2.4.4 Bahaya Radikal bebas ... 9

2.5 Antioksidan ... 10

2.5.1 Definisi Antioksidan ... 10

2.5.2 Pengelompokkan Antioksidan ... 10

2.6 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH ... 11

(12)

xii

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 13

3.1Tempat dan Waktu Penelitian ... 13

3.2Alat dan Bahan Penelitian ... 13

3.2.1 Alat Penelitian ... 13

3.2.2 Bahan Penelitian ... 13

3.3 Prosedur Kerja ... 13

3.3.1 Karakterisasi Sampel RBO ... 13

3.3.2 Rancangan Formula krim RBO ... 14

3.3.3 Proses Pembuatan Krim RBO ... 14

3.3.4 Evaluasi Fisik Krim RBO ... 14

3.3.5 Pengujian Aktivitas Antioksidan RBO dan Krim RBO ... 15

3.3.6 Alur Penelitian ... 17

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

4.1Hasil Formulasi Krim RBO ... 18

4.2Hasil Evaluasi Fisik Krim RBO ... 18

4.2.1 Hasil Pengamatan Organoleptis Krim RBO ... 18

4.2.2 Hasil Pengujian Homogenitas Krim RBO ... 19

4.2.3 Hasil Pengukuran pH Krim RBO ... 19

4.2.4 Hasil Pengukuran Viskositas Krim RBO... 20

4.2.5 Hasil Pengujian Stabilitas Krim RBO ... 20

4.3 Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan RBO dan Krim RBO ... 21

4.3.1 Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan RBO ... 21

4.3.2 Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan Krim RBO Konsentrasi 7000 g/mL ... 23

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 24

5.1Kesimpulan ... 24

5.2Saran ... 24

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Komponen Utama Krim ... 6

Tabel 3.1 Karakterisasi Sampel RBO ... 14

Tabel 3.2 Rancangan Formula Krim RBO ... 14

Tabel 4.1 Hasil Hasil Pengamatan Organoleptis Krim RBO ... 19

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Homogenitas Krim RBO ... 19

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran pH Krim RBO ... 20

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Viskositas Krim RBO ... 20

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Penampang Kulit ...3

Gambar 2.2 Ilustrasi Skematik Beberapa Tipe Ketidakstabilan Emulsi ...8

Gambar 2.3 Reduksi DPPH dari Senyawa Peredam Radikal Bebas ... 11

Gambar 4.1 Grafik Aktivitas Antioksidan Rice Bran Oil ... 21

Gambar 4.2 Grafik Aktivitas Antioksidan Vitamin C ... 21

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Prosedur Pengujian Aktivitas Antioksidan RBO dan Krim

RBO ... 29

Lampiran 2. Skema Pengujian Aktivitas Antioksidan RBO dan krim RBO ... 31

Lampiran 3. Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan RBO, Vitamin C, dan Krim RBO... 32

Lampiran 4. Sertifikat Analisis RBO ... 34

Lampiran 5. Sertifikat Analisis Asam Stearat... 35

Lampiran 6. Sertifikat Analisis Trietanolamin ... 36

Lampiran 7. Sertifikat Analisis DPPH ... 37

Lampiran 8. Sertifikat Analisis DPPH ... 38

(16)

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak dedak padi atau yang lebih dikenal sebagai rice bran oil (RBO) merupakan minyak yang diekstraksi dari lapisan luar butiran padi dengan

sejumlah lembaga biji. Rice bran oil mengandung beberapa jenis lemak yaitu lemak monounsaturated, polyunsaturated, dan saturated serta asam lemak yaitu asam oleat, linoleat, linolenat, palmitat, dan stearat. Minyak ini juga kaya akan

antioksidan alami seperti vitamin E, tokotrienol, dan gamma-oryzanol yang dapat menangkal radikal bebas (Nasir, et al., 2009; Vorarat, et al., 2010).

Vitamin E diketahui berfungsi sebagai pemecah rantai antioksidan yang

mencegah propagasi dari reaksi radikal bebas. Tokotrienol telah dilaporkan

terlibat dalam aktivitas antikanker. Sedangkan gamma-oryzanol berperan dalam menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Selain itu, gamma-oryzanol juga dapat melindungi kulit dari radiasi ultraviolet dan meningkatkan kelembaban kulit

(Vorarat, et al., 2010; Arab, et al., 2011; Choudhary, et al., 2013). Dengan adanya kandungan antioksidan inilah maka rice bran oil berpotensi untuk dibuat menjadi sediaan kosmetik perawatan kulit, salah satunya krim. Krim yang mengandung

antioksidan menyediakan perlindungan yang lebih besar terhadap pengaruh

lingkungan (matahari, polusi, angin, dan temperatur) pada kulit, sehingga

menghambat penuaan dan kerusakan kulit (Mishra, et al., 2010).

Sediaan krim dipilih karena memiliki beberapa keuntungan diantaranya

lebih mudah diaplikasikan, lebih nyaman digunakan pada wajah, tidak lengket,

dan mudah dicuci dengan air dibandingkan dengan sediaan salep, gel maupun

pasta (Sharon, et al., 2013). Pemanfaatan rice bran oil sebagai komponen dalam sediaan krim lebih baik daripada minyak mineral karena lebih mudah bercampur

dengan lemak kulit, lebih mampu menembus sel-sel stratum korneum, dan

memiliki daya adhesi yang lebih kuat (Tranggono dan Latifah, 2007).

Krim dengan sistem emulsi minyak dalam air (m/a) lebih banyak disukai

daripada krim dengan sistem emulsi air dalam minyak (a/m) karena tidak terasa

berlemak dan memerlukan biaya produksi yang lebih rendah terkait besarnya

(17)

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak terlalu dipilih karena memiliki karakteristik berlemak dan terasa berminyak

saat diaplikasikan ke kulit (Eipstein, 2009).

Berdasarkan pemaparan diatas, dibuatlah sediaan krim tipe minyak dalam

air (m/a) yang berbahan dasar rice bran oil. Formula krim rice bran oil

menggunakan variasi konsentrasi emulgator asam stearat dan trietanolamin.

Variasi emulgator diharapkan dapat membentuk sediaan krim yang baik dan

memenuhi persyaratan kestabilan fisik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah rice bran oil dapat diformulasikan menjadi sediaan krim tipe m/a yang baik dan stabil?

2. Berapa konsentrasi emulgator yang dapat menghasilkan sediaan krim rice bran oil yang baik dan stabil?

3. Apakah terdapat perbedaan aktivitas antioksidan rice bran oil sebelum dan setelah diformulasikan menjadi sediaan krim?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Memformulasikan rice bran oil menjadi sediaan krim tipe m/a yang baik dan stabil selama jangka waktu penyimpanan tertentu.

2. Mencari konsentrasi emulgator yang dapat menghasilkan sediaan krim rice bran oil yang baik dan stabil selama jangka waktu penyimpanan tertentu. 3. Mengukur aktivitas antioksidan krim rice bran oil.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

pemanfaatan rice bran oil sebagai bahan dasar dalam sediaan krim dengan menggunakan variasi konsentrasi emulgator asam stearat dan

trietanolamin serta dapat memberikan informasi mengenai aktivitas

(18)

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kulit

2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit

Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki

fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan

luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti

pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan

sel-sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan

keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya

sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap

tekanan dan infeksi dari luar (Tranggono dan Latifah, 2007).

Gambar 2.1 Penampang Kulit (Graaf, et al., 2001)

Kulit manusia terbagi atas dua lapisan utama, yaitu (Tranggono dan Latifah,

2007):

1. Epidermis (kulit ari), sebagai lapisan yang paling luar.

Epidermis tersusun atas beberapa lapisan sel dengan ketebalan 0.1-0.3 mm

(Mitsui, 1997). Lapisan epidermis dari bagian terluar hingga ke dalam terbagi

menjadi 5 lapisan, yakni (Tranggono dan Latifah, 2007):

 Lapisan Tanduk (stratum corneum), sebagai lapisan yang paling atas terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami

proses metabolisme, tidak berwarna, dan sangat sedikit mengandung air.

(19)

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

 Lapisan Jernih (stratum lucidum), disebut juga “lapisan barrier” merupakan

lapisan yang tipis, jernih, mengandung eleidin, sangat tampak jelas pada

telapak tangan dan kaki.

 Lapisan Berbutir-butir (stratum granulosum) tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar, berinti mengkerut.

 Lapisan Malphigi (stratum spinosum) memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri.

 Lapisan Basal (stratum germinativum) yang hanya tersusun oleh satu lapis sel-sel basal.

2. Dermis (korium, kutis, kulit jangat).

Dermis terutama terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin, yang

berada di dalam substansi dasar yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin

mukopolisakarida. Di dalam dermis terdapat adneksa-adneksa kulit seperti folikel

rambut, papilla rambut, kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot

penegak rambut, ujung pembuluh darah dan ujung saraf, juga sebagian serabut

lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah kulit (subkutis/hipodermis)

(Tranggono dan Latifah, 2007).

2.1.2 Permeabilitas dan Penetrasi Kulit

Menurut Tranggono dan Latifah (2007) terdapat beberapa cara penetrasi

yang mungkin ke dalam kulit, yaitu:

1. Lewat antara sel-sel stratum corneum

2. Melalui dinding saluran folikel rambut

3. Melalui kelenjar keringat

4. Melalui kelenjar sebasea

5. Menembus sel-sel stratum corneum

Cara 1 dan 5 disebut transepidermal. Cara 3 dan 4 disebut penetrasi. Cara

2 disebut transfolikular.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penetrasi kulit sangat bergantung dari

sifat fisika kimia obat dan juga bergantung pada zat pembawa, pH, dan

konsentrasi. Perbedaan fisiologis melibatkan kondisi kulit yaitu apakah kulit

dalam keadaan baik atau terluka, umur kulit, perbedaan spesies, dan kelembaban

(20)

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.2 Rice Bran Oil (RBO)

Dedak merupakan hasil samping proses penggilingan padi, terdiri atas

lapisan luar butiran padi dengan sejumlah lembaga biji. Sementara bekatul

(polish) adalah lapisan dalam butiran padi, termasuk sebagian kecil endosperm berpati (Nasir, et al., 2009).

Minyak dedak padi atau dikenal sebagai rice bran oil (RBO) merupakan minyak alami yang kaya akan antioksidan yang diperoleh dari ekstraksi dedak

padi. Rice bran oil terbentuk sebagai cairan jernih berwarna kuning pucat, tidak berbau, dan rasanya sedikit manis (Cicero & Derosa, 2005).

2.2.1 Komponen Kimia Rice Bran Oil

Rice bran oil mengandung beberapa jenis asam lemak dan senyawa antioksidan. Asam lemak yang terkandung dalam rice bran oil antara lain asam

oleat (γ8.4%), asam linoleat (γ4.4%), dan asam α-linolenat (2.2%) sebagai asam

lemak tidak jenuh serta asam palmitat (21.5%), dan asam stearat (2.9%) sebagai

asam lemak jenuh (Sayre et al., 1990). Sedangkan senyawaantioksidannya terdiri

dari vitamin E (0.1-0.14%), dan gamma-oryzanol (0.9-2.9%). Vitamin E terdiri

atas empat kelompok tokoferol (α, , and δ) dan empat kelompok tokotrienol (α,

, and δ) (Arab, et al., 2011).

2.2.2 Manfaat Rice Bran Oil

Rice bran oil diketahui dapat menangkal radikal bebas karena mengandung senyawa antioksidan. Gamma-oryzanol melindungi kulit dari radiasi sinar ultraviolet dan meningkatkan kelembaban kulit. Gamma-oryzanol juga diketahui memiliki aktivitas farmakologis karena dapat menurunkan kadar

kolesterol dalam darah. Vitamin E berfungsi sebagai pemecah rantai antioksidan

yang mencegah propagasi dari reaksi radikal bebas. Sedangkan tokotrienol juga

telah dilaporkan terlibat dalam aktivitas antikanker dan anti aging (Arab, et al., 2011; Choudhary, et al., 2013).

2.3 Krim

2.3.1 Definisi Krim

Krim adalah tipe emulsi dimana dua cairan yang tidak saling bercampur,

(21)

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta fase terdispersi melalui fase lain yang bertindak sebagai medium pendispersi

(Mitsui, 1997). Dispersi ini bersifat tidak stabil sehingga dibutuhkan suatu

emulgator agar dihasilkan suatu emulsi yang stabil. Semua emulgator bekerja

dengan membentuk lapisan (film) disekeliling butir-butir tetesan terdispersi dan

film ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen dan terpisahnya cairan

dispers sebagai fase terpisah (Anief, 2008).

2.3.2 Tipe Krim

Seperti halnya emulsi, krim terdiri dari dua fase cair dimana salah satu fase

bersifat polar (contoh: air) dan fase lainnya bersifat relatif non-polar (contoh:

minyak). Krim dengan sistem emulsi minyak dalam air (m/a) dimana fase minyak

didispersikan sebagai butiran-butiran ke dalam fase air yang bertindak sebagai

fase kontinyu. Krim dengan sistem emulsi air dalam minyak (a/m) dimana fase

minyak bertindak sebagai fase kontinyu (Martin, et al., 1993).

2.3.3 Komponen Krim

Menurut Mitsui (1997) komponen krim secara umum mengandung fase

minyak, fase air, emulgator, dan bahan-bahan lainnya.

Tabel 2.1 Komponen Utama Krim (Mitsui, 1997)

Komponen Jenis Bahan

Fase minyak Hidrokarbon: skualen, paraffin, petrolatum, ceresin

Lemak dan minyak: minyak zaitun, minyak almond, lemak coklat Wax ester: bees wax, lanolin, carnauba wax

Asam lemak: asam stearat, asam oleat, asam palmitat, asam miristat Lemak alkohol: stearil alkohol, heksadesil alkohol

Ester sintetik: IPM, gliserin triester, kolesteril ester Lainnya: minyak silikon (dimetikon, siklometikon) Fase air Humektan: gliserin, propilenglikol, mannitol

Agen pengental: pektin, turunan sellulosa, xanthan gum, karagenan Alkohol: etanol, isopropil alkohol

Air murni: aqua DM

Surfaktan Non-ionik: gliserin monostearat, ester asam lemak sorbitan Anionik: sabun asam lemak, natrium alkil sulfat

Bahan lainnya Alkalis, parfum, pewarna, agen pengkhelat, pengawet, antioksidan, buffer, dan bahan aktif farmasi

Penggunaan minyak tumbuhan dalam komponen fase minyak sediaan

krim, lebih baik daripada minyak mineral karena lebih mudah bercampur dengan

lemak kulit, lebih mampu menembus sel-sel stratum korneum, dan memiliki daya

(22)

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fase lemak lain yang digunakan adalah asam stearat dan setil alkohol.

Asam stearat berbentuk padatan kristal, berwarna putih atau sedikit kuning,

mengkilat, praktis tidak larut dalam air, berfungsi sebagai emulsifying agent

(Rowe, et al., 2009).

Setil alkohol terbentuk sebagai lilin, berupa butiran atau serpihan,

berwarna putih, praktis tidak larut dalam air, berfungsi sebagai stiffening agent. Setil alkohol juga dapat berfungsi sebagai emolien, water-absorptive dan

emulsifying agent (Rowe, et al., 2009).

Trietanolamin banyak digunakan dalam formulasi sediaan topikal,

terutama dalam pembentukan emulsi. Trietanolamin terbentuk sebagai cairan

kental yang jernih, tidak berwarna hingga kuning pucat, dan berbau sedikit

amoniak (Rowe, et al., 2009).

Aplikasi gliserin pada produk perawatan kulit berfungsi sebagai humektan

dan pelindung kulit (Loden, 2009). Gliserin juga digunakan sebagai solven dan

kosolven dalam sediaan krim dan emulsi (Rowe, et al., 2009).

Golongan paraben telah secara luas digunakan sebagai pengawet dalam

kosmetik karena efektif pada kisaran pH yang luas dan memiliki aktivitas

antimikroba spektrum luas, meskipun paling efektif terhadap ragi dan jamur.

Aktivitas antimikrobanya meningkat dengan meningkatnya panjang gugus alkil,

namun kelarutan dalam larutan berair menurun sehingga campuran paraben sering

digunakan agar fungsi pengawetnya efektif. Kombinasi metil paraben dan propil

paraben memberikan efek sinergis yang dapat meningkatkan aktivitas

antimikrobanya (Rowe, et al., 2009).

2.3.4 Stabilitas Krim

Terdapat empat fenomena utama yang berhubungan dengan

ketidakstabilan suatu emulsi yaitu flokulasi, creaming, koalesen, dan pemisahan

sempurna (breaking) (Im-Emsap & Siepmann, 2002). Hal tersebut juga bisa

(23)

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 2.2 Ilustrasi Skematik Beberapa Tipe Ketidakstabilan Emulsi

(Im-Emsap & Siepmann, 2002)

Flokulasi merupakan asosiasi dari partikel-partikel dalam emulsi untuk

membentuk agregat yang lebih besar, yang mana dapat diredispersi dengan

pengocokan. Reversibilitas flokulasi ini tergantung pada kekuatan interaksi antar

droplet dan rasio volume fase (Im-Emsap & Siepmann, 2002).

Creaming terjadi ketika droplet-droplet terdispersi atau flokul-flokul terpisah dari medium pendispersi di bawah pengaruh gaya gravitasional

(Im-Emsap & Siepmann, 2002). Creaming dapat diminimalisasi dengan memperkecil ukuran droplet, menyamakan berat jenis dari kedua fase, dan menambah

viskositas dari fase kontinyu (Martin, et al., 1993).

Koalesen terjadi ketika penghalang (barrier) mekanik atau listrik tidak

cukup untuk mencegah pembentukan droplet yang lebih besar yang dapat memicu

pemisahan sempurna (breaking). Koalesen dapat dihindari dengan pembentukan

lapisan antarmuka yang mengandung makromolekul atau partikulat-partikulat

padat (Im-Emsap & Siepmann, 2002).

2.4 Radikal Bebas

2.4.1 Definisi Radikal Bebas

Radikal bebas (free radical) adalah suatu senyawa atau molekul yang mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital luarnya.

Adanya elektron yang tidak berpasangan menyebabkan senyawa tersebut relatif

tidak stabil dan sangat reaktif mencari pasangan, dengan cara menyerang dan

mengikat elektron molekul yang berada di sekitarnya sehingga disebut juga

(24)

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.4.2 Sumber Radikal Bebas

Radikal bebas terbentuk selain secara alamiah melalui sistem biologis

tubuh (sumber internal), juga berasal dari lingkungan (sumber eksternal). Reaksi

inflamasi maupun pada setiap respirasi di mitokondria, akan menghasilkan

oksidan. Kelebihan gizi juga merupakan faktor pemicu internal. Hal ini karena

saat dimetabolisme, disamping energi juga akan dihasilkan radikal bebas.

Sedangkan sebagai faktor eksternal, antara lain sinar ultra violet matahari antara

pukul 10.00-15.00, polusi asap rokok dan pabrik, emisi kendaraan bermotor

maupun konsumsi alkohol (Pinnell, 2003; Ames, et al., 1993; Baumann, 2002; Prahl, et al., 2008).

2.4.3 Pembentukan Radikal Bebas

Secara umum, tahapan reaksi pembentukan radikal bebas mirip dengan

rancidity oxidative (ketengikan oksidatif), yaitu melalui tiga tahapan reaksi berikut (Winarsi, 2011):

a. Tahap inisiasi, yaitu awal pembentukan radikal bebas. Misalnya:

Fe2+ + H2O2 → Fe3+ + OH- + ·OH R1-H + ·OH → R1· + H2O

b. Tahap propagasi, yaitu pemanjangan rantai radikal.

R2-H + R1· → R2· + R1-H

R3-H + R2· → R3· + R2-H

c. Tahap terminasi, yaitu bereaksinya senyawa radikal dengan radikal lain atau

dengan penangkap radikal, sehingga potensi propagasinya rendah.

R1· + R1· → R1- R1

R2· + R1· → R2- R1

R2· + R2· → R2- R2, dst.

2.4.4 Bahaya Radikal Bebas (Winarsi, 2011)

Target utama radikal bebas adalah protein, asam lemak tak jenuh dan

lipoprotein, serta unsur DNA termasuk karbohidrat. Dari ketiga molekul tersebut,

yang paling rentan terhadap serangan radikal bebas adalah asam lemak tak jenuh.

Berbagai kemungkinan dapat terjadi sebagai akibat kerja radikal bebas.

(25)

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak dapat dikenali oleh sistem imun, dan bahkan mutasi. Semua bentuk

gangguan tersebut dapat memicu munculnya berbagai penyakit.

Sadikin (2001) berpendapat bahwa serangan radikal bebas terhadap

molekul sekelilingnya akan menyebabkan terjadinya reaksi berantai, yang

kemudian menghasilkan senyawa radikal baru. Dampak reaktivitas senyawa

radikal bebas bermacam-macam, mulai dari kerusakan sel atau jaringan, penyakit

autoimun, penyakit degeneratif, hingga kanker.

2.5 Antioksidan

2.5.1 Definisi Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda, menghambat atau

mencegah oksidasi lipid atau molekul lain dengan menghambat inisiasi atau

propagasi dari reaksi rantai oksidatif (Javanmardi, et al., 2003). Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (electron donor) atau reduktan. Senyawa ini memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu menginaktivasi berkembangnya

reaksi oksidasi, dengan cara mencegah terbentuknya radikal. Antioksidan juga

merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi dengan mengikat

radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif. Akibatnya, kerusakan sel akan

dihambat (Winarsi, 2011).

2.5.2 Pengelompokan Antioksidan

Secara umum, antioksidan dikelompokkan menjadi 2, yaitu antioksidan

enzimatis dan antioksidan non-enimatis. Antioksidan enzimatis misalnya enzim

superoksida dismutase (SOD), katalase, dan glutation peroksidase. Antioksidan

non-enzimatis dibagi dalam dua kelompok yaitu antioksidan larut lemak dan

antioksidan larut air. Antioksidan larut lemak seperti tokoferol, karotenoid,

flavonoid, quinon, dan bilirubin. Sedangkan antioksidan larut air seperti asam

askorbat, asam urat, protein pengikat logam, dan protein pengikat heme.

Antioksidan enzimatis dan non-enimatis tersebut bekerja sama memerangi

aktivitas senyawa oksidan dalam tubuh (Winarsi, 2011).

Lebih lanjut, Tandon (2005) menyatakan bahwa antioksidan digolongkan

menjadi tiga kelompok berdasarkan mekanisme pertahanannya, yaitu antioksidan

(26)

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.6 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH

DPPH merupakan radikal bebas yang stabil pada suhu kamar dan sering

digunakan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan beberapa senyawa atau

ekstrak bahan alam. Senyawa antioksidan akan bereaksi dengan radikal DPPH

melalui mekanisme donasi atom hidrogen dan menyebabkan terjadinya peluruhan

warna DPPH dari ungu ke kuning yang diukur pada panjang gelombang 517 nm

(Blois, 1958). Mekanisme reaksinya diperlihatkan oleh gambar berikut.

Gambar 2.3 Reduksi DPPH dari Senyawa Peredam Radikal Bebas (Prakash, et al., 2001)

2.7 Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometer UV-Vis terdiri dari dua komponen utama, yaitu

spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan spektra panjang

gelombang tertentu, Sedangkan fotometer merupakan alat pengukur intensitas

cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Spektrofotometer UV-Vis digunakan

untuk mengukur energi secara relatif bila energi tersebut ditransmisikan,

direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Sedangkan

spektrofotometri adalah suatu metode yang didasarkan pada pengukuran energi

cahaya tampak (visibel) atau cahaya ultraviolet (UV) oleh suatu senyawa sebagai

fungsi panjang gelombang (Day & Underwood, 2002).

Prinsip penentuan spektrofotometer UV-Vis adalah aplikasi hukum

Lambert-Beer” yang menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh larutan

zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan (Sudjadi,

(27)

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Keterangan: A = absorbansi sampel

a = absorptivitas b = tebal kuvet

c = konsentrasi sampel

Dimana terdapat beberapa pembatasan, antara lain:

 Sinar yang digunakan dianggap monokromatis

 Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang luas

yang sama

 Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap

yang lain dalam larutan tersebut

 Tidak terjadi peristiwa fluoresensi atau fosforesensi

 Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan

(28)

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium penelitian 1 dan Laboratorium

penelitian 2 Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dari bulan April

hingga Agustus 2014.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.2.1 Alat Penelitian

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini yaitu peralatan gelas,

hotplate, homogenizer (NISSEI), timbangan analitik (AND GH-202), viskometer (HAAKE viscoTester 6R), pH meter digital (HORBA), Sentrifugator (HETTICH

ZENTRIFUGEN D-78532), vortex (WIGGEN HAUSER), mikropipet

(BIORAD), dan spektrofotometer UV-Vis (HITACHI U-2910).

3.2.2 Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rice bran oil (CV. Cipta Anugerah, Jawa Timur), gliserin (CV. Cipta Anugerah, Jawa Timur),

trietanolamin (CV. Cipta Anugerah, Jawa Timur), asam stearat (PT Brataco,

Jakarta), setil alkohol (PT Brataco, Jakarta), metil paraben (PT Brataco, Jakarta),

propil paraben (PT Brataco, Jakarta), vitamin C (PT. Indofarma, Jawa Barat), etil

asetat, DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) (Sigma Aldrich), dan akuades.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Karakterisasi Sampel RBO

Karakterisasi sampel rice bran oil (RBO) berdasarkan certificate of analysis dapat dilihat pada tabel 3.1.

Organoleptik : Cairan berminyak berwarna kuning pucat, rasa sedikit spesifik.

(29)

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 3.1 Karakterisasi Sampel RBO

Unit Hasil

Nilai keasaman mg KOH/g 0,049

Nilai saponifikasi mg KOH/g 188,0

Nilai iodin g 2/100g 103,7

Zat tidak tersaponifikasi % 2,53

Kemurnian (1) Logam berat ppm Tidak terdeteksi

Kemurnian (2) Arsenik ppm Tidak terdeteksi

3.3.2 Rancangan Formula Krim RBO

Tabel 3.2 Formula Krim RBO (Sharon, et al., 2013 dengan modifikasi)

Bahan Konsentrasi (%)

3.3.3 Proses Pembuatan Krim RBO

Proses diawali dengan penimbangan bahan-bahan yang akan digunakan.

Bahan-bahan yang larut dalam air seperti trietanolamin, gliserin, metil paraben

dicampur ke dalam akuades dan dipanaskan hingga 70-80°C. Pada bagian lain,

bahan-bahan yang tergolong fase minyak seperti rice bran oil, asam stearat, setil alkohol, dan propil paraben dicampur dan dipanaskan pada temperatur yang sama.

Fase air kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam fase minyak dan

dilakukan proses pengadukan dengan menggunakan homogenizer agar diperoleh

sediaan krim yang homogen dengan kecepatan 2000 rpm selama 25 menit. Krim

yang terbentuk kemudian dipindahkan dalam wadah dan dilakukan pendinginan

pada suhu kamar hingga diperoleh sediaan krim yang mengental (Smaoui, et al., 2012 dengan modifikasi).

3.3.4 Evaluasi Fisik Krim RBO

Evaluasi fisik sediaan krim yang dilakukan selama 21 hari meliputi

pengamatan organoleptik krim, pengujian homogenitas, pengukuran pH,

pengukuran viskositas, dan pengujian stabilitas dengan metode sentrifugasi

(30)

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.4.1Pengamatan Organoleptis

Pengamatan sediaan krim dilakukan dengan mengamati dari segi warna,

bau, dan tekstur krim (Sharon, et al., 2013).

3.3.4.2Pengujian Homogenitas

Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan gelas objek.

Sejumlah tertentu krim dioleskan pada kaca objek dan diamati adanya butiran

kasar (Ditjen POM, 1979).

3.3.4.3Pengukuran pH

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. pH meter

sebelumnya dikalibrasi dengan menggunakan larutan buffer standar. Ditimbang

sebanyak 0.5 gram krim dan dilarutkan dalam 50 mL akuades kemudian pH-nya

diukur (Aswal, et al., 2013).

3.3.4.4Pengukuran Viskositas

Pengukuran viskositas krim dilakukan dengan menggunakan viskometer

HAAKE ViscoTester 6R. Sediaan disimpan dalam beacker glass 100 mL. Power

alat ditekan dan alat akan mengkalibrasi terlebih dahulu kemudian dipilih spindel

yang cocok dengan kecepatan 2 rpm (Elya, et al., 2013). Krim F1 menggunakan spindel nomer 5, krim F2 menggunakan spindel nomer 6, dan krim F3

menggunakan spindel nomer 7.

3.3.4.5Pengujian Stabilitas dengan Metode Sentrifugasi

Pengujian stabilitas dilakukan dengan menempatkan 10 gr sampel krim ke

dalam tube sentrifugasi kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm selama 10 menit (Smaoui, et al., 2012).

3.3.5 Pengujian Aktivitas Antioksidan RBO dan Krim RBO 3.3.5.1 Pengujian Aktivitas Antioksidan RBO

Sebanyak 500 mg sampel RBO dilarutkan dalam etil asetat hingga 25 mL

(diperoleh konsentrasi larutan induk 20000 g/mL). Dilakukan pengenceran dari

larutan induk tersebut menjadi beberapa konsentrasi yaitu 2000, 4000, 6000,

(31)

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mL larutan DPPH dalam etil asetat (0.04%) (Deepam, et al., 2011 dengan modifikasi). Campuran tersebut kemudian dihomogenkan dan didiamkan selama

30 menit dalam ruangan gelap (Mishra, et al., 2010). Penurunan absorbansi diukur pada panjang gelombang 515.5 nm. Sebagai kontrol positif digunakan vitamin C.

Perhitungan aktivitas anti-radikal DPPH dihitung sebagai persentase reduksi

DPPH (Q), mengacu pada Molyneux (2004), sebagai berikut:

Q

Ao = Absorbansi awal (larutan DPPH/2,2-diphenyl-1-picrylhidrazyl)

Ac = Absorbansi setelah penambahan sampel dengan konsentrasi tertentu

Persen aktivitas anti-radikal DPPH (persen inhibisi) kemudian diplot

terhadap konsentrasi sehingga didapat nilai IC50.

3.3.5.2 Pengujian Aktivitas Antioksidan Krim RBO Konsentrasi 7000 g/mL

Sebanyak 5 gr krim RBO dilarutkan dalam etil asetat hingga 25 mL.

Diambil sebanyak 3,5 mL dari larutan tersebut dan dicukupkan volumenya dengan

etil asetat hingga 10 mL. Larutan sampel (2 mL) dicampur dengan 2 mL larutan

DPPH dalam etil asetat (0.04%) (Deepam, et al., 2011 dengan modifikasi). Campuran tersebut kemudian dihomogenkan dan didiamkan selama 30 menit

dalam ruangan gelap (Mishra, et al., 2010). Penurunan absorbansi diukur pada panjang gelombang 515.5 nm. Perhitungan aktivitas anti-radikal DPPH dihitung

sebagai persentase reduksi DPPH (Q), mengacu pada Molyneux (2004), sebagai

berikut:

Q

Ao = Absorbansi awal (larutan DPPH/2,2-diphenyl-1-picrylhidrazyl)

(32)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.6 Alur Penelitian

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA Rice bran oil

Formulasi krim rice bran oil

dalam berbagai perbandingan asam stearat dan trietanolamin

Pembuatan krim

Analisis sampel uji menggunakan spektrofotometer UV-Vis Evaluasi fisik krim meliputi

pengamatan organoleptik, uji homogenitas, uji pH, uji viskositas, dan uji sentrifugasi

Uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH

(33)

18 yang telah dikembangkan dan disesuaikan dengan ketersediaan bahan yang mudah

diperoleh dan yang umum digunakan dalam sediaan krim, seperti emulgator,

stiffening agent, humektan, pengawet, dan akuades. Zat pengemulsi atau emulgator berperan penting untuk menciptakan krim yang stabil. Emulgator

bekerja dengan membentuk lapisan (film) disekeliling tetesan terdispers sehingga

mencegah terjadinya koalesen dan terpisahnya cairan dispers (Anief, 2008).

Krim RBO menggunakan kombinasi emulgator asam stearat dan

trietanolamin. Asam stearat akan meningkatkan konsistensi krim dan membuat

krim tampak lebih kaku sementara trietanolamin akan menurunkan konsistensi

krim sehingga krim lebih encer dan mudah dituang (Rowe, et al., 2009). Kombinasi asam stearat dan trietanolamin diharapkan mampu menghasilkan krim

dengan konsistensi yang baik. Perbandingan asam stearat dan trietanolamin yang

digunakan dalam formula krim yaitu krim F1 (8% : 1%), krim F2 (12% : 2%), dan

krim F3 (16% : 3%).

4.2 HasilEvaluasi Fisik Krim RBO

4.2.1 Hasil Pengamatan Organoleptis Krim RBO

Hasil pengamatan organoleptis krim F1, F2, dan F3 pada hari ke-0

menunjukkan bahwa krim berwarna putih, tidak berbau, memiliki tekstur yang

lembut, dan tidak terasa lengket ketika diaplikasikan ke kulit (Tabel 4.1). Ketiga

formula krim tidak mengalami perubahan baik dari segi warna, bau maupun

tekstur setelah dilakukan penyimpanan selama 21 hari.

(34)

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Organoleptis Krim RBO

Hari ke-0

Krim Warna Bau Tekstur

F1 Putih Tidak berbau Lembut, tidak terasa lengket

F2 Putih Tidak berbau Lembut, tidak terasa lengket

F3 Putih Tidak berbau Lembut, tidak terasa lengket

Hari ke-21

Krim Warna Bau Tekstur

F1 Putih Tidak berbau Lembut, tidak terasa lengket

F2 Putih Tidak berbau Lembut, tidak terasa lengket

F3 Putih Tidak berbau Lembut, tidak terasa lengket

4.2.2 Hasil Pengujian Homogenitas Krim RBO

Hasil pengujian homogenitas krim pada hari ke-0 menunjukkan bahwa

krim F1, F2, dan F3 homogen (Tabel 4.2). Krim F2 menjadi tidak homogen

setelah penyimpanan selama 21 hari karena ditemukan adanya butiran-butiran

kasar. Lachman, et al., (1994) menyatakan bahwa homogenitas sistem emulsi dipengaruhi oleh teknik atau cara pencampuran yang dilakukan serta alat yang

digunakan pada proses pembuatan emulsi tersebut.

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Homogenitas Krim RBO

Krim Homogenitas

Hari ke-0 Hari ke-21

F1 - -

F2 - +

F3 - -

Keterangan: (-) tidak terjadi perubahan, (+) terjadi perubahan

4.2.3 HasilPengukuran pH Krim RBO

Nilai pH krim F1, F2 dan F3 pada hari ke-0 berturut-turut yaitu 7,195,

7,892, dan 7,244. Ketiga formula mengalami perubahan pH setelah penyimpanan

dimana pH krim F1 menjadi 7,601, pH krim F2 7,656, dan pH krim F3 7,765

(Tabel 4.3). Hasil pengukuran pH pada ketiga formula tidak sesuai dengan pH

kulit karena berada diatas 6,5. Tranggono dan Latifah (2007) menyatakan bahwa

pH krim harus diusahakan mendekati pH fisiologis kulit, yaitu 4,5-6,5. Nilai pH

yang kurang dari 4,5 dapat mengiritasi kulit sementara nilai pH yang melebihi 6,5

(35)

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 4.3 Hasil Pengukuran pH Krim RBO

Krim pH

Hari ke-0 Hari ke-21

F1 7,195 7,601

F2 7,892 7,656

F3 7,244 7,765

4.2.4 HasilPengukuran Viskositas Krim RBO

Nilai viskositas krim F1, F2 dan F3 pada hari ke-0 berturut-turut yaitu

83080 cPs, 396900 cPs, dan 637000 cPs. Pada penyimpanan hari ke-21, viskositas

krim F3 mengalami peningkatan menjadi 740500 cPs. Viskositas emulsi akan

meningkat seiring dengan umur emulsi tersebut kemudian relatif stabil (Lachman,

et al., 1994). Sementara viskositas krim F1 dan F2 mengalami penurunan karena adanya penggumpalan. Viskositas krim F1 turun menjadi 38810 cPs sedangkan

viskositas krim F2 turun menjadi 267000 cPs. Secara keseluruhan krim F1

memiliki viskositas yang paling rendah, sedangkan krim F3 memiliki viskositas

yang paling tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi asam stearat dan

trietanolamin mempengaruhi viskositas krim RBO. Semakin besar konsentrasi

asam stearat dan trietanolamin yang digunakan maka semakin tinggi viskositas

krim RBO yang dihasilkan.

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Viskositas Krim RBO

Krim Viskositas (cPs)

Hari ke-0 Hari ke-21

F1 83080 38810

F2 396900 267000

F3 637000 740500

4.2.5 Hasil Pengujian Stabilitas Krim RBO

Pengujian stabilitas krim dengan metode sentrifugasi bertujuan untuk

memisahkan dua atau lebih zat yang memiliki kepadatan yang berbeda seperti dua

cairan yang berbeda atau cairan dan padatan karena adanya pengaruh gaya

sentrifugal dan merupakan suatu alat yang berguna untuk menilai dan

memprediksi shelf-life suatu emulsi (Khan, et al., 2010). Hasil pengujian stabilitas ketiga formula krim menunjukkan tidak adanya pemisahan fase hingga hari ke-21

(36)

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sesuai selama proses homogenisasi krim yang mencegah terjadinya pemisahan

selama pengujian (Smaoui, et al., 2013).

Tabel 4.5 Hasil Pengujian stabilitas Krim RBO

Krim Pemisahan

Hari ke-0 Hari ke-21

F1 - -

F2 - -

F3 - -

Keterangan: (-) tidak terjadi pemisahan

4.3 Hasil Pegujian Aktivitas Antioksidan RBO dan Krim RBO 4.3.1 Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan RBO

Hasil pengujian aktivitas antioksidan RBO dapat dilihat pada lampiran 3

(Hal. 32).

Gambar 4.1Grafik Aktivitas Antioksidan Rice Bran Oil

(37)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pengujian aktivitas antioksidan RBO dilakukan dengan menggunakan metode free radical scavenging assay (DPPH). Metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) dipilih karena sederhana, mudah, cepat, dan peka serta hanya memerlukan sedikit

sampel (Hanani, et al., 2005). Sebagai kontrol positif digunakan asam askorbat (vitamin C) sedangkan sebagai kontrol negatif yaitu pelarut etil asetat.

Sampel yang mengandung antioksidan secara kualitatif dapat dilihat

dengan adanya penurunan intensitas warna DPPH. Senyawa antioksidan akan

bereaksi dengan radikal DPPH membentuk DPPH tereduksi yang bersifat

non-radikal melalui mekanisme donasi atom hidrogen dan menyebabkan terjadinya

peluruhan warna dpph dari ungu ke kuning (Blois, 1958). Penurunan absorbansi

kemudian diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang

515.5 nm.

Dengan semakin meningkatnya konsentrasi sampel, maka semakin kecil

nilai absorbansi yang didapat namun persen inhibisinya semakin besar. Persen

inhibisi menunjukkan kemampuan suatu sampel untuk menghambat aktivitas

radikal bebas yang berhubungan dengan konsentrasi suatu sampel. Persen inhibisi

didapat dari perbedaan serapan antara absorbansi DPPH dengan absorbansi

sampel yang diukur dengan spektofotometer UV-Vis (Molyneux, 2004).

Seri konsentrasi dan persen inhibisi diplotkan sebagai fungsi x dan y ke

dalam persamaan regresi linier sehingga didapatkan nilai IC50. Nilai IC50

merupakan konsentrasi sampel yang dapat menangkal 50% radikal bebas.

Semakin kecil nilai IC50 maka semakin tinggi aktivitas antioksidannya (Zuhra, et al., 2008). Berdasarkan perhitungan, didapatkan nilai IC50 sampel rice bran oil

sebesar 7013,8 g/mL. Hasil tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan nilai IC50

kontrol vitamin C sebesar 4,481 g/mL.

Suatu sampel dikatakan memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat apabila

nilai IC50 kurang dari 50 g/mL, kuat apabila nilai IC50 antara 50-100 g/mL,

sedang apabila nilai IC50 antara 100-150 g/mL, dan lemah apabila nilai IC50

(38)

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.3.2 Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan Krim RBO Konsentrasi 7000

g/mL

Hasil pengukuran aktivitas antioksidan krim RBO dapat dilihat pada

lampiran 3 (Hal. 33).

Gambar 4.3Grafik Aktivitas Antioksidan Krim RBO Konsentrasi 7000 g/mL

Pengukuran aktivitas antioksidan krim dilakukan dengan menggunakan metode

free radical scavenging assay (DPPH) pada konsentrasi 7000 g/mL (konsentrasi dihitung berdasarkan bobot rice bran oil dalam sediaan krim). Pemilihan konsentrasi didasarkan pada nilai IC50 sampel rice bran oil. Nilai persen inhibisi krim F1, F2, dan F3 pada hari ke-1 berturut-turut yaitu 15,163%, 22,265%, dan

30,518%. Ketiga formula krim mengalami perubahan nilai persen inhibisi pada

pengukuran hari ke-22 dimana persen inhibisi Krim F1, F2, dan F3 berturut-turut

yaitu 18.871%, 19.753%, dan 30.511%. Pengukuran aktivitas antioksidan secara

keseluruhan menunjukkan bahwa persen inhibisi ketiga formula pada konsentrasi

7000 g/mL kurang dari 50%. Namun pada penelitian ini tidak dilakukan

pengujian lebih lanjut untuk mengetahui penyebab penurunan aktivitas

(39)

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. RBO dapat diformulasikan menjadi sediaan krim tipe o/w yang memenuhi

syarat kestabilan fisik berdasarkan parameter uji organoleptik, homogenitas,

pH, viskositas, dan sentrifugasi.

2. Krim RBO dengan variasi konsentrasi emulgator asam stearat dan

trietanolamin 16% : 3% (F3) memiliki stabilitas fisik yang lebih baik

dibandingkan krim F1 (8% : 1%) dan F2 (12% : 2%).

3. RBO mengandung aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 7013,8

g/mL.

4. Aktivitas antioksidan krim RBO pada konsentrasi 7000 g/mL kurang dari

50%.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah:

1. Perlu dilakukan optimasi pH krim agar diperoleh pH krim yang mendekati pH

fisiologis kulit.

2. Perlu dilakukan analisa stabilitas komponen kimia dalam sampel rice bran oil

dengan menggunakan HPLC.

3. Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut secara in-vivo untuk mengetahui

efektivitas antioksidan krim rice bran oil.

(40)

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Ames, B. N., Shigenaga, M. K., Hagen, T. M. 1993. Oxidants, Antioxidants, and

The generative Disease of aging. Proc. Natl. Acad. Sci. USA Vol 90, pp.

7915-7922.

Anief, Moh. 2008. Ilmu Meracik Obat. Cetakan ke-14. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Arab, F. Alemzadeh, I., Maghsoudi, V. 2011. Determination of Antioxidant

Component and Activity of Rice Bran Extract. Scentia Iranica C, 18(6):

1402-1406.

Aswal, A., Kalra, M., Rout, A. 2013. Preparation and Evaluation of Polyherbal

Cosmetic Cream. Der Pharmacia Lettre, 5(1): 83-88.

Blois, M. S. 1958. Antioxidant Determinations by The Use of a Stable Free

Radical. Journal Nature, 181: 1199-1200.

Baumann, L. 2002. Cosmetic Dermatology: principles and Practice. New York:

McGraw-Hill Companies, Inc.

Cicero, A. F. G., Derosa, G. 2005. Rice Bran and Its Main Component: Potential

Role in The Management of Coronary Risk Factors. Current Topics in

Nutraceutical Research Vol. 3, No. 1, pp. 29-46.

Choudhary, M., Grover, K., Kaur, G. 2013. Fatty Acid Composition, Oxidative

Stability, and Radical Scavenging Activity of Rice Bran Oil Blends.

International Journal of Food and Nutritional Sciences, Vol.2: 33-43.

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi ke-3. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI.

Deepam, L. S. A., Sundaresan, A., Arumughan, C. 2011. Stability of Rice Bran

Oil in Terms of Oryzanol, Tocopherols, Tocotrienols and Sterols. J Am

Oil Chem Soc, 88: 1001-1009.

Eipstein, H. 2009. Skin Care Produccts. Didalam Barel, A. O., Paye, M., Maibach,

H. I. Handbook of Cosmetic Science and Technology. 3rd edition. New

York: Informa Health Care USA, Inc.

Elya, B., Dewi, R., Budiman, M. H. 2013. Antioxidant Cream of Solanum

lycopersicum L. International Journal of Pharmtech Vol.5, No.1, pp.

233-238.

(41)

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Graaff, Kent M Van De., R Ward Rhees. β001. Scchaum’s Easy Outlines Human

Anatomy and Physiology. New York: McGraw-Hill.

Hanani, E., Mun’im A., Sekarini, R. 2005. Identifikasi Senyawa Antioksidan dalam Spons Callyspongia SP dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu

Kefarmasian, Vol. II, No.3, 127-133.

Im-Emsap, W., Siepmann, J. 2002. Disperse Systems. Didalam Banker, G. S.,

Rhodes, C. T. Modern Pharmaceutics. 4th edition, Revised and Expanded.

New York: Marcel Dekker, Inc.

Javanmardi, J., Stushnoff, C., Locke, E., Vivanco, J. M. 2003. Antioxidant

Activity and Total Phenolic Content of Iranian Ocimum Accessions.

Journal Food Chem. 83(4): 547-550.

Khan, B.A., Akhtar, N., Mahmood, T., Qayum, M., Zaman, S.U. 2010.

Formulation and Pharmaceutical Evaluation of a W/O Emulsion of

Hippophae Ramnoides Fruit Extract. J. Pharm. Res. 3: 1342-1344.

Lachman, L., Lieberman, H. A., Kanig, J. L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi

Industri II. Cetakan ke-1. Jakarta: UI-PRESS.

Loden, M. 2009. Hydrating Substances. Didalam Barel, A. O., Paye, M.,

Maibach, H. I. Handbook of Cosmetic Science and Technology. 3rd

edition. New York: Informa Health Care USA, Inc.

Martin, A., Swarbrick, J., Cammarata, A. 1993. Farmasi Fisik: Dasar-dasar Kimia

Fisik dalam Ilmu Farmasetik. Edisi ke-3. Jakarta: UI-PRESS.

Masaki, H. 2002. Role of Antioxidants in The Skin: Anti-aging Effects. J

Dermatol Sci; 58(2):85-90.

Mishra, A. K., Mishra, A., Chattopadhyay, P. 2010. Formulation and In-Vitro

Evaluation of Antioxidant Activity of O/W Sunscreen Cream Containing

Herbal Oil as Dispersed Phase. International Journal of Biomedical

Research; 5: 201-208.

Moini, H., Packer, L., Saris, N. E. L. 2002. Antioxidant and Prooxidant Activities

of α Lipoic Acid and Dihydrolipoic acid. Toxicology and Applied

(42)

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Molyneux, P. 2004. The Use of The Stable Free Radical

Diphenylpicrylhydrazzzyl (DPPH) for Estimating Antioxidant Activity.

Songklanakarin J. Sci. Technol. Vol. 26. No. 2.

Nasir, S., Fitriyanti, Kamila, H. 2009. Ekstraksi Dedak Padi Menjadi Minyak

Mentah Dedak Padi (Crude Rice Bran Oil) dengan Pelarut N-Hexane dan

Ethanol. Jurnal Teknik Kimia, No.2, Vol. 16.

Pinnel, S. R. 2003. Cutaneous Photodamage, Oxidative Stress, and Topical

Antioxidant Protection. J Am Acad Dermatol; 48: 1-19.

Prahl, S. Kueper, T., Biernoth, T., et al. 2008. Aging Skin is Functionally

Anaerobic: Importance of Coenzyme Q10 for Anti-aging Skin Care.

Biofactors. 32(1-4): 245-55.

Prakash, A., Rigelhof, F., Miller, E. 2001. Antioxidant Activity. Medalliaon

Laboratories Analitycal Progress, Vol. 10, No.2.

Rowe, R. C., Sheskey, P. J., Quinn, M. E. 2009. Handbook of Pharmaceutical

Exipients. 6th edition. London: Pharmaceutical Press.

Sharon, N., Anam, S., Yuliet. 2013. Formulasi Krim Ekstrak Etanol Bawang

Hutan (Eleutherine palmifolia L. Merr). Online Jurnal of Natural Science,

Vol 2(3): 111-122.

Smaoui, S., Hlima, H. B., Jarraya, R., Kamoun, N. G., Ellouze, R., Damak, M.

2012. Cosmetic Emulsion of Virgin Coconut Oil: Formulation and

Bio-physical Evaluation. African Journal of Biotechnology Vol. 11(40), pp.

9664-9671.

Sudjadi. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Cetakan ke-2. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Tandon, R. 2005. Antioxidants: Past and Present. Dapat diakses melalui

http://www.pharmainfo.net/reviews/antioxidants-past-and-present. Vol. 3(4).

Tranggono, R. I., Latifah, F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Underwood, A. L., Day, R. A. 2001. Analisis Kimia Kualitatif. Edisi ke-6.

(43)

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Vorarat, S. Managit, C., Iamthanakul, L., Soparat, W., Kamkaen, N. 2010.

Examination of Antioxidant activity and Development of Rice Bran Oil

and Gamma-Oryzanol Microemulsion. J Health Rest, 24(2): 67-72.

Winarsi, H. 2011. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius.

Zuhra, C.F., Tarigan, J. B., Sihotang, H. 2008. Aktivitas Antioksidan Senyawa

Flavonoid dari Daun Katuk. Jurnal Biologi Sumatera, Vol. 3, No. 1, hlm. 7 –

(44)

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Prosedur Pengujian Aktivitas Antioksidan RBO dan Krim RBO

 Pengujian Aktivitas Antioksidan RBO

1. Pembuatan larutan uji

Sebanyak 500 mg rice bran oil dilarutkan dengan etil asetat dan dicukupkan volumenya hingga 25 mL dalam labu ukur sehingga diperoleh

konsentrasi 20000 ppm (larutan induk). Kemudian dilakukan pengenceran dari

larutan induk menjadi beberapa konsentrasi 2000, 4000, 6000, 8000, dan 10000

g/mL.

2. Pembuatan larutan vitamin C (kontrol positif)

Sebanyak 5 mg vitamin C dilarutkan dengan sedikit metanol dan

dicukupkan volumenya dengan penambahan etil asetat hingga 25 mL dalam labu

ukur (konsentrasi 200 ppm). Kemudian dilakukan pengenceran dari larutan induk

menjadi beberapa konsentrasi 2, 4, 6, 8, dan 10 g/mL.

3. Pembuatan larutan blanko DPPH 0,04%

Ditimbang 2,0 mg DPPH (BM 394,32) lalu dilarutkan dengan etil asetat

dan dicukupkan volumenya hingga 50 mL.

4. Pengujian aktivitas antioksidan

Dari setiap seri konsentrasi larutan uji dipipet sebanyak 2 mL ke dalam

tabung reaksi dan ditambahkan 2 mL larutan DPPH 0,04%. Mulut tabung

kemudian ditutup dengan alumunium foil dan larutan dihomogenkan. Larutan uji

selanjutnya di inkubasi selama 30 menit. Pengukuran serapan dilakukan pada

panjang gelombang 515.5 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Perlakuan

ini dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan (triplo). Aktivitas antioksidan

dihitung dengan menggunakan persamaan berikut.

% inhibisi

Dimana A0 merupakan absorbansi DPPH dan A1 merupakan absorbansi larutan

uji.

5. Perhitungan IC50

IC50 adalah konsentrasi yang dibutuhkan untuk mereduksi DPPH sebesar

50%. IC50 dihitung dengan menggunakan persamaan regresi linier dimana

(45)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dari persamaan y = a + bx dapat dihitung nilai IC50 dengan menggunakan

rumus:

y = a + bx

50 = a + bx

x =

 Pengujian Aktivitas Antioksidan Krim RBO Konsentrasi 7000 g/mL

1. Pembuatan larutan uji

Sebanyak 5 gram krim dilarutkan dengan etil asetat dan dicukupkan

volumenya hingga 25 mL dalam labu ukur. Diambil 3.5 mL dari larutan induk

tersebut dan ditambahkan etil asetat hingga 10 mL.

2. Pembuatan larutan DPPH 0,04%

Ditimbang 2 mg DPPH (BM 394,32) lalu dilarutkan dengan etil asetat dan

dicukupkan volumenya hingga 50 mL.

3. Pengujian aktivitas antioksidan

Sebanyak 2 mL larutan uji dipipet ke dalam tabung reaksi dan

ditambahkan 2 mL larutan DPPH (0,04%). Mulut tabung kemudian ditutup

dengan alumunium foil dan larutan dihomogenkan. Larutan uji selanjutnya di

inkubasi selama 30 menit. Pengukuran serapan dilakukan pada panjang

gelombang 515.5 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Perlakuan ini

dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan (triplo). Aktivitas antioksidan dihitung

dengan menggunakan persamaan berikut.

% inhibisi

Dimana A0 merupakan absorbansi DPPH dan A1 merupakan absorbansi larutan

(46)

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Skema Pengujian Aktivitas Antioksidan RBO dan krim RBO

(47)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan RBO, Vitamin C, dan Krim

RBO

1. Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan RBO

Konsentrasi (g/mL) Rerata absorbansi Persen inhibisi Persamaan regresi linier IC50 (g/mL)

2000 0.468 16.5775 y = a + bx

Keterangan: Rerata absorbansi DPPH = 0.561

 Perhitungan Persen Inhibisi dan IC50 Sampel RBO

2000 ppm

2. Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan Kontrol Vitamin C

Konsentrasi (g/mL) Rerata absorbansi Persen inhibisi Persamaan regresi linier IC50 (g/mL)

2 0.475 17.6776 y = a + bx

Keterangan: Rerata absorbansi DPPH = 0.577

 Perhitungan Persen Inhibisi dan IC50 Sampel RBO

(48)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

y = a + bx

51 = 3.08486 + 10.46794x

x (IC50) = 4.481 g/mL

3. Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan Krim RBO Konsentrasi 7000 g/mL

Formula Hari ke-1 Hari ke-22

Rerata absorbansi % Inhibisi Rerata absorbansi % Inhibisi

F1 0.442 15.163% 0.460 18.871%

F2 0.405 22.265% 0.455 19.753%

F3 0.362 30.518% 0.394 30.511%

Keterangan: Rerata absorbansi DPPH hari ke-1 = 0.522

Rerata absorbansi DPPH hari ke-22 = 0.567

 Perhitungan Persen Inhibisi Krim RBO pada Konsentrasi 7000 g/mL

(49)

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(50)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(51)

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(52)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(53)

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(54)

39

(55)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar

Tabel 2.1 Komponen Utama Krim .................................................................
Gambar 2.1 Penampang Kulit .........................................................................3
Gambar 2.1 Penampang Kulit (Graaf, et al., 2001)
Tabel 2.1 Komponen Utama Krim (Mitsui, 1997)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan krim ekstrak bunga rosella tipe MA memiliki sifat fisik baik viskositas, daya lekat, daya menyebar, maupun daya proteksi yang

Pengujian: uji homogenitas, penentuan tipe emulsi, pH, pengamatan stabilitas sediaan selama 12 minggu pada penyimpanan suhu kamar, uji iritasi terhadap kulit dan penentuan

Hasil evaluasi sediaan krim ekstrak bekatul padi ketan merah dan hitam menunjukkan bahwa secara fisik sediaan krim relatif stabil selama 8 minggu penyimpanan,

Berdasarkan hasil dari mutu fisik sediaan krim ekstrak bunga pacar air merah (Impatiens balsamina L.) yang meliputi uji organoleptik, uji homogenitas, uji pH, uji daya

Sediaan salep yang diperoleh dilakukan uji organoleptik (tekstur, warna dan bau), uji homogenitas, uji sifat fisik (daya sebar, daya lekat, viskositas dan pH) dan uji

pengujian stabilitas sediaan krim. Antioksidan dari ekstrak etanol daun sirsak ini tergolong kuat. Kestabilan sediaan krim dipengaruhi oleh formulasinya. Pada penelitian ini

Ekstrak daun pepaya dibuat dalam bentuk krim kemudian dilakukan evaluasi sediaan krim meliputi evaluasi organoleptic, pH, daya sebar, daya lekat, tipe emulsi,

Formula ke 2 yang mengandung ekstrak 1% adalah formula yang paling stabil dilihat dari uji organoleptik, uji homogenitas fisik, uji viskositas, uji pH dan uji stabilitas