HUBUNGAN PERAWATAN PERINEUM TERHADAP KESEMBUHAN LUKA PERINEUM DI KLINIK
BIDAN HARYANTARI TAHUN 2014
ESA CIPTA ADELINA 135102052
KARYA TULIS ILMIAH
Hubungan Perawatan Perineum Terhadap Kesembuhan Luka Perineum di Klinik Haryantari Tahun 2014
ABSTRAK Esa Cipta Adelina
Latar belakang : Persalinan sering kali mengakibatkan robekan jalan lahir, baik pada primigravida maupun multigravida. Akibat perawatan perineum yang salah, mengakibatkan perineum lembab dan rentan terkena bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum yang dapat menghambat proses penyembuhan luka.
Tujuan : Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan perawatan perineum terhadap kesembuhan luka perineum pada ibu nifas di klinik bidan Haryantari. Metodologi penelitian : Penelitian ini bersifat deskriptif korelasi dengan pendekatan
crossectional yang dilakukan di klinik bidan Haryantari pada bulan november 2013 – juni 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang mengalami luka perineum di klinik bidan Haryantari, dengan pengambilan data secara primer. Sedangkan teknik pengambilan sampel yaitu Accidental sampling dari jumlah populasi 47 orang dan didapatkan sampel sebanyak 37 orang. Pengumpulan data dengan lembar checklist untuk perawatan perineum dan kesembuhan luka perineum menggunakan lembar observasi. Analisis data dengan menggunakan Chi-Square. Hasil : Hasil penelitian dari 37 responden menunjukkan sebagian besar responden melakukan perawatan luka perineum sebanyak 23 responden (62,2%), dengan kesembuhan baik sebanyak 12 responden (52,2%), minoritas dengan kesembuhan buruk sebanyak 5 responden (21,7%). Sedangkan dari 14 responden yang tidak melakukan perawatan perineum, mayoritas dengan kesembuhan buruk sebanyak 9 responden (64,3%) dan minoritas baik sebanyak 2 responden (14,3%). Hasil p = 0,023 <0.05 (ho ditolak).
Kesimpulan : Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan perawatan perineum terhadap kesembuhan luka perineum, dari hal itu disarankan kepada seluruh petugas kesehatan lebih menggalakkan lagi promosi tentang teknik perawatan luka perineum.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Hubungan perawatan perineum terhadap kesembuhan luka perineum pada ibu nifas di klinik bidan Haryantari tahun 2014”.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi baik saat perencanaan, pelaksanaan maupun penyusunannya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M.kes. Selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep Selaku Ketua program studi D-IV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara.
3. Betty Mangkuji, SST. M. Keb. selaku pembimbing karya tulis ilmiah yang telah banyak memberikan masukan dan nasehat pada penulis semoga Allah memberikan balasan yang setimpal untuknya.
4. Nur Afidarti, S.Kp, M.Kep selakupenguji I yang telah memberikan masukan dan saran demi perbaikan karya tulis ilmiah.
6. Seluruh staf dan dosen program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang secara langsung banyak memberikan ilmu kepada penulis selama menjalani pendidikan.
7. Orang tua dan saudara yang penulis cintai yang telah memberikan dukungan serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam membuat karya tulis ilmiah ini.
8. Seluruh teman D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Sumatera Utara, yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Dengan segala keterbatasan dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini, penulis telah berusaha agar karya tulis ilmiah ini dekat darikesempurnaan, Namun penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam kesempurnaan karya tulis ilmiah nantinya.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, 2014 Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ABSTRAK
KATA PENGANTAR………. i
DAFTAR ISI……… iii
DAFTAR TABEL………... vi
DAFTAR SKEMA………... vii
DAFTAR LAMPIRAN……….. viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……..……….…... 1
B. Rumusan Masalah ……….…… 4
C. Tujuan Penelitian ………... 5
1. Tujuan Umum ……….…... 5
2. Tujuan Khusus ……….….. 5
D. Manfaat Penelitian ……….…... 5
1. Bagi Instansi Pendidikan……….… 5
2. Bagi Peneliti Lain ……….. 5
3. Bagi Petugas Kesehatan…...………... 5
4. Bagi Profesi Kebidanan…...………... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Masa Nifas……….…... 7
1. Pengertian Masa Nifas ………...…….... 7
2. Klasifikasi Masa Nifas ………... 7
3. Perubahan Fisikologi Masa Nifas………..………....…. 7
B. Laserasi Perineum………..…………...…... 10
1. Pengertian Laserasi Perineum………... 10
2. Bentuk Luka Perineum……….………...….. 11
3. Derajat Robekan Perineum……………..…………..………….. 12
4. Perawatan Perineum………..………. 13
5. Penyembuhan Luka………...………... 14
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFENISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep ………..………….…………...………… 21
B. Hipotesa ………..………...………… 21
C. Definisi Operasional ………...……... 21
BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ….……….………. 23
B. Populasi dan Sampel ………..……...…… 23
1. Populasi ………..………...…. 23
2. Sampel ………...………. 23
C. Tempat Penelitian ……...…………...…………...……… 24
D. Waktu Penelitian ……….……..………...… 24
E. EtikaPenelitian ……..…...………...………24
F. Alat Pengumpulan Data ………..……….. 25
G. Uji Validitas dan Realibilitas……….………..……….. 25
H. ProsedurPengumpulan Data……….. 26
I. Rencana Analisis Data ……….………...….. 27
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil……….……….………. 29
1. Univariat ………..……..………...…. 29
2. Bivariat …..………...………. 32
B. Pembahasan…….. ……...…………...…………...……… 33
1. Perawatan Perineum………...…. 33
2. Kesembuhan Luka…..………...………. 35
3. Hubungan Perawatan Perineum dengan Kesembuhan Luka pada Ibu Nifas…..………...………. 36
C. Keterbatasan Peneliti…..………...………..37
D. Implikasi Untuk Asuhan Kebidanan / Pendidikan Kebidanan……...38
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan….…….……….………. 39
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Defenisi Operasional……… 22 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Data Demografi
Responden di Klinik Bidan Haryantari Tahun 2014………... 30 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perawatan Perineum di Klinik Bidan
Haryantari Tahun 2014……….…... 31 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kesembuhan Luka Perineum di Klinik
Bidan Haryantari Tahun 2014………...……... 31 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Hubungan Perawatan Perineum
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1 Kerangka Teori……… 20 Skema 3.1 Kerangka Konsep ………. 21
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Rencana Kegiatan Penelitian
Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3 : Kisi-kisi Lembar checklist
Lampiran 4 : Lembar checklist
Lampiran 5 : Hasil Content Validity
Lampiran 6 : Master Tabel
Lampiran 7 : Hasil Output Data Penelitian Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian dari Fakultas Lampiran 9 : Surat Balasan Izin Penelitian
Lampiran 10 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 11 : Daftar Riwayat Hidup
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persatuan perawat nasional Indonesia (PPNI)mengembangkan keterampilan klinik perawatan marternitas berdasarkan kopetensi (Derwani, 2010), yang merupakan salah satu indikator untuk menentukan derajat kesehatan suatu bangsa ditandai dengan tinggi rendahnya angka kematiaan ibu dan bayi. Hal ini merupakan suatu fenomena yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan (Saleha, 2009, hlm.1).
Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dariderajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggaldari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan ataupenanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan,melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpamemperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup(KeMenKes RI, 2012, hlm.48).
Berdasarkan data WHO (World Health Organisation) untuk tahun 2010 AKI di Indonesia mencapai 228/100.000 kelahiran hidup. Angka ini jauh lebih tinggidibandingkan Vietnam (59/100.000), dan Cina (37/100.000). Ini menempatkanIndonesia sebagai salah satu negara dengan AKI tertinggi asia, tertinggi ke-3 di kawasanASEAN dan salah satunya adalah infeksi yang hampir 50% (KeMenKes, 2012 hlm 107).
meninggal dunia pada setiap 100.000 kelahiran hidup. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 40% kematian masa nifas. Penyebab utama kematian ibu disebabkan karena perdarahan (24%), infeksi (15%), aborsi tidak aman (13%), tekanan darah tinggi (12%), dan persalinan lama (8%). (Kemenkes, 2012, hlm.219).
Di Indonesia Angka Kematian Ibu di suatu RSUD rata – rata sebanyak 1.855 per 100.000 kelahiran hidup. Kematian maternal berturut-turut disebabkan oleh perdarahan 77,2%, preeklamsi atau eklamsi 22%, infeksi 19,1%, dan lain– lain 4,4% (KemenPPPA, 2011. hlm.3).
Berdasarkan laporan dari profil kab/kota (tabel 7) AKI maternal yang dilaporkan di Sumatera Utara hanya 123/100.000 kelahiran hidup, AKI mengacu pada jumlah kematian ibu mulai dari masa kehamilan, persalinan dan nifas. Beberapa faktor yang menyebabkan kematian ibu yaitu retensio plasenta (20%), robekan jalan lahir (19%), partus lama (11%), perdarahan dan eklamsia (10%), komplikasi selama nifas (5%), dan demam nifas (4%). (DepKes Propinsi, 2009.hlm.35).
Menurut Profil Dinkes Jateng (2006). AKI provinsi Jateng tahun 2005 berdasarkan hasil survey kesehatan daerah sebesar 252 per 100.000 kelahiran hidup bila dibandingkan dengan AKI tahun 2004 sebesar 155,22 per 100.000 kelahiran hidup, maka terjadi kenaikan AKI pada tahun 2005. Kejadian kematian ibu maternal paling banyak adalah waktu bersalin sebesar 49,9% kemudian disusul waktu nifas sebesar 30,2% dan pada waktu hamil 20,8% (Haris, & Harjanti, 2011hlm.2)
bisa diakibatkan oleh daya tahan tubuh yang rendah setelah melahirkan, perawatan yang kurang baik dan kebersihan yang kurang terjaga pada saat perawatan sendiri di rumah. (Saefudin, 2009 hlm.3).
Meskipun infeksi pascapartum terbanyak adalah endometritis, yang jauh lebih umum terjadi setelah persalinan per vagina, adanya laserasi atau trauma jaringan dalam saluran genatalia dapat menjadi terinfeksi setelah melahirkan. (Varney, 2007 hlm.1006 )
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan oleh Ummy Yuliana pada Januari 2010, selama Januari hingga Desember 2010 di RSUD Sleman Yogyakarta sebanyak 879 ibu menjalani persalinan spontan dengan episiotomi. Pada bulan Desember 2010, sebanyak 76 ibu menjalani persalinan spontan dengan episiotomi dan ibu primigravida yang mendapat episiotomi sebanyak 36 orang. (Ummy, 2011 hal.4).
Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh Herawati pada bulan Februari tahun 2010 di BPS Ny. Sri Suhersi, Desa Mojokerto, Kedawung, Sragen terdapat dari 23 orang pasien postpartum yang mempunyai luka laserasi jalan lahir. Dari hasil pengkajian, didapatkan 8 pasien postpartum yang mengalami keterlambatan penyembuhan luka, terdiri dari 5 pasien yang kurang kebersihan merawat diri; dan 3 pasien yang kurang memperhatikan nutrisi sehingga luka laserasi jalan lahir mengalami proses penyembuhan yang terlambat (Herawati, 2010. hlm.2).
inspeksi yang tujuannya untuk dapat mengetahui apakah ada tanda-tanda infeksi atau peradangan pada daerah tersebut (Moloku, at all. 2010. hlm.2).
Masa nifas (Puerperium) merupakan masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas ini berlangsung sejak plasenta lahir sampai dengan 6 minggu setelah proses persalinan atau 42 hari setelah kelahiran (Saleha, 2009, hlm.17).
Penyembuhan luka adalah proses penggantian dan perbaikan fungsi jaringan yang rusak. Pelaksanaan perawatan yang kurang baik dapat meningkatkan risiko terjadinya morbiditas nifas, seperti perawatan payudara untuk mencegah
mastitis, membersihkan diri menggunakan sabun setelah buang air kecil dan buang air besar dapat mencegah infeksi genitalia (Varney, 2007 hal.1056 ).
Berdasarkan hasil survey awal telah penulis lakukan pada bulan desember, data didapatkan dari juli sampai oktober tahun 2013 di klinik bidan Haryantari terdapat dari 42 orang pasien postpartum yang mempunyai luka laserasi jalan lahir. Dari hasil pengkajian, didapatkan 13 pasien postpartum yang mengalami keterlambatan penyembuhan luka dan 3 diantaranya mengalami infeksi perineum. Hal ini menunjukkan masih banyak ibu nifas yang kurang memperhatikan luka perineumnya.
Data tersebut di atas melatarbelakangi peneliti untuk mengadakanpenelitian tentang “Hubungan perawatan perineum terhadap kesembuhan luka perineum pada ibu nifas di klinik bidan Haryantaritahun 2014”.
B. Rumusan Masalah
terhadap kesembuhan luka perineum pada ibu nifasdi klinik bidan Haryantari tahun 2014?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahuihubungan perawatan perineum terhadap kesembuhan luka perineum pada ibu nifas di klinik bidan Haryantari tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui distribusi frekuensi perawatan perineum pada ibu nifas di klinik bidan Haryantari tahun 2014.
2. Mengidentifikasi kesembuhan luka perineum pada ibu nifas di klinik bidan Haryantari tahun 2014.
3. Mengidentifikasi hubungan perawatan perineum terhadap kesembuhan luka perineum pada ibu nifas di klinik bidan Haryantari tahun 2014. D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai bahan referensi dan bahan perpustakaan di perpustakaan serta sebagai bahan bacaan penelitian selanjutnya.
2. Bagi Peneliti Lain
Agar dapat dijadikan masukan dalam penelitian yang sama dan dapat lebih memperdalam penelitian yang sudah ada.
3. Bagi Petugas Kesehatan
4. Bagi Profesi Kebidanan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Konsep Dasar Masa Nifas
1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berahir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saefuddin, 2009, hlm.123).
Asuhan masa nifas di perlukan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematiaan masa nifas terjadi dalam
24 jam pertama (Saefuddin, 2009 hlm.122).
2. Klasifikasi masa nifas menurut Yulianti (2011 hal.5) antara lain :
a. Puerperium dini : masa kepulihan adalah saat-saat ibu diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan.
b. Puerperium intermedial : masa kepulihan menyeluruh dari organ organ genital,
kira-kira antara 6-8 minggu.
c. Remote puerperium : waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.
3. Perubahan fisikologi masa nifas
a. Sistem Reproduksi
Selama masa nifas, alat-alat genetalia interna dan eksterna
berangsur-angsur kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat-alat
Involusi uterus dapat digambarkan pada tabel berikut (Pudiastuti, 2011 hlm
158).
Tabel 2.1 Tabel Tinggi Fundus dan Berat Uteri Menurut Involusi
Involusi Berat Uterus Tinggi Fundus Uterus Bayi lahir 2 jari dibawah pusat
Pertengahan pusat dan simfisis Tidak teraba diatas simfisis Bertambah kecil
Sebesar normal
Lochea yaitu cairan yang berasal dari luka kavum uteri yaitu luka plasenta
yang dikeluarkan melalui vagina pada masa nifas. Klasifikasi Lochea menurut
William yang dikutip dari Anggraini (2010.hlm 54) yaitu:
1) Rubra (cruenta) 1-3 hari Merah kehitaman, terdiri dari darah segar,
jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut
bayi), dan sisa mekoneum.
2) Sanguinolenta 4-7 hari Merah kecoklatan dan berlendir Sisa darah
bercampur lender.
3) Serosa 7-14 hari Kuning kecoklatan Lebih sedikit darah dan lebih banyak
serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan/ laserasi plasenta Alba >14
hari Putih Mengandung leukosit, sel desidua dan sel epitel, selaput lendir
servik dan serabut jaringan yang mati.
b. Sistem Percernaan
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini umumnya
disebabkan makanan padat dan kurang serat selama persalinan. Disamping itu
Namun buang air besar harus dilakukan 3 – 4 hari setelah persalinan.
(Suherni. at all, 2009.hlm.80).
c. Sistem Perkemihan
Kandung kencing masa nifas mempunyai kapasitas yang bertambah besar
dan relative tidak sensitive terhadap tekanan cairan intravesika. Urin dalam
jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam stelah melahirkan
(Rukiyah. at all, 2011.hlm.65).
d. Sistem Muskuloskeletal
Ligament – ligament, fasia, diafragma pelvis yang meregang sewaktu
kehamilan dan persalinan berangsur kembali seperti semula. Tidak jarang
ligament rotundum mengendur, sehingga uterus jatuh kebelakang. Fasia
jaringan penunjang alat genetalia yang mengendur dapat diatasi dengan
latihan – latihan tertentu (Saleha, 2009.hlm.59).
e. Tanda-tanda Vital
Suhu badan di hari pertama post partum naik sedikit (37,5–380 C) sebagai
akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Nadi
normal orang dewasa 60 – 80 kali per menit sehabis melahirkan denyut nadi
bisa lebih cepat (Sulistyawati, 2009.hlm.81).
Tekanan darah, pada umumnya tidak berubah, kemungkinan turun karena
ada perdarahan setelah melahirkan dan meningkat karena terjadinya
preeclampsia postpartum. Pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan
nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal maka pernapasan juga akan
f. Sistem kardiovaskuler dan Sistem Hematologi
Leukositosis adalah meningkatnya sel – sel darah putih sampai banyak di
masa persalinan. Leukosit tetap tinggi pada hari pertama postpartum akan
tetapi jumlah hemoglobin dan hematokrit serta eritrosit sangat bervariasi
pada awal – awal masa nifas (Saleha, 2009.hlm.62).
g. Sistem Endokrin
Perubahan yang terjadi pada sistim endokrin antara lain : perubahan
hormone plasenta, hormone pituitary, kadar esterogen dan hipotalamik
pituatary ovarium (Sulistyawati, 2009 . hlm.80).
B. Laserasi Perineum
1. Pengertian Laserasi Perineum
Laserasi perineum adalah perlukaan yang terjadi pada saat persalinan di
bagian perineum . pada laserasi perenium, dapat terjadi infeksi ditempat
dilakukannya episiotomi dan jahitan pada persalinan seasar (Walsh,
2007.hlm.504).
Ibu mengalami trauma perineum yang membutuhkan jahitan. Jika luka
perineum tampak mengalami infeksi, bidan harus berdiskusi dengan ibu
mengenai cara perawatan luka yang benar dan berusaha mengurangi
kelembapan dan panas. Ibu disarankan untuk menggunakan celana dari bahan
katun serta secara rutin mengganti pembalut (Myles, 2011 hlm 627).
Jika ditinjau dari penyebab kematian ibu, infeksi merupakan penyebab
kematian terbanyak setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika tenaga
kesehatan memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini, banyak ibu
terutama apabila terdapat luka, perineum ibu harus diperhatikan secara teratur
terhadap kemungkinan terjadinya infeksi (Prawirohardjo, 2008, hlm.358).
Laserasi perineum yang terinfeksi akan tampak kemerahan dan bengkak.
Pada kasus lain luka harus dibuka dengan mengangkat jahitan dan dibersihkan
dengan menggunakan normal salin, antibiotik oral juga perlu diberikan
(Wheeler, 2011 hal 180).
2. Bentuk Luka Perineum
Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu :
a. Ruptur perineum
Ruptur perineum adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh
rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau
bahu pada saat proses persalinan. Bentuk ruptur biasanya tidak teratur
sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan (Prawiharjo, 2008.
hlm.410).
b. Episotomi
Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk
memperbesar muara vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala
bayi. Episiotomi, suatu tindakan yang disengaja pada perineum dan vagina
yang sedang dalam keadaan meregang. Tindakan dilakukan jika perineum
diperkirakan akan robek teregang oleh kepala janin. (Rohani at all, 2011.
hlm.177).
Insisi episiotomi dapat dilakukan di garis tengah atau medial. Insisi
medial mempunyai keuntungan karena tidak banyak pembuluh darah besar
perluasan insisi ke rectum. Sehingga insisi mediolateral lebih sering
digunakan karena lebih aman(Liu, 2007 hlm 129).
Menurut Saefuddin (2008 hlm.175), pada proses persalinan sering terjadi ruptur
perineum yang disebabkan antara lain kepala janin lahir terlalu cepat, persalinan
tidak dipimpin sebagaimana mestinya, riwayat jahitan pada perineum.
Pada persalinan dengan distosia bahu robekan perineum umumnya terjadi di
garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut
arkus pubis lebih kecil dari biasanya sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke
belakang, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih
besar daripada sirkumferensia suboksipito-bregmatika, atau anak yang dilahirkan
dengan pembedahan vaginal (Herawati, 2010.hlm.19).
3. Derajat Robekan Perineum
Derajat robekan perineum menurut JNPK-KR 2012. hlm.107 yaitu:
a. Robekan Derajat Satu
Meliputi mukosa vagina, kulit perineum tepat dibawahnya.
Umumnya robekan tingkat 1 dapat sembuh sendiri penjahitan tidak
diperlukan jika tidak perdarahan dan menyatu dengan baik.
b. Robekan Derajat Dua
Meliputi mucosa vagina, kulit perineum dan otot perineum.
Perbaikan luka dilakukan setelah diberi anestesi lokal kemudian otot-otot
diafragma urogenitalis dihubungkan di garis tengah dengan jahitan dan
kemudian luka pada vagina dan kulit perineum ditutupi dengan mengikut
c. Robekan Derajat Tiga
Meliputi mukosa vagina, kulit perineum, otot perineum dan otot
spingterani eksternal. Pada robekan partialis denyut ketiga yang robek
hanyalah spingter.
d. Robekan Derajat Empat
Pada robekan yang total spingter recti terpotong dan laserasi meluas
sehingga dinding anterior rektum dengan jarak yang bervariasi.
4. Perawatan Perineum
Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan
daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa
antara kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada
waktu sebelum hamil (Morison, 2007 hlm 26)
Hal yang harus diperhatikan dalam perawatan luka perineum antara lain
adalah Menjaga agar perineum selalu bersih dan kering, Menghindari pemberian
obat trandisional, Menghindari pemakaian air panas untuk berendam, Mencuci
luka dan perineum dengan air dan sabun 3 – 4 x sehari (JNPK-KR, 2012.
hal.155).
Perawatan khusus perineal bagi wanita setelah melahirkan anak mengurangi
rasa ketidaknyamanan, kebersihan, mencegah infeksi, dan meningkatkan
penyembuhan dengan prosedur pelaksanaan menurut Hamilton (2002) dikutip
dari vetos (2008, ¶ 14) adalah sebagai berikut:
a. Mencuci tangannya
c. Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah mengarah ke
rectum dan letakkan pembalut tersebut ke dalam kantung plastik.
d. Berkemih dan BAB ke toilet.
e. Semprotkan ke seluruh perineum dengan air.
f. Keringkan perineum dengan menggunakan tisu dari depan ke belakang.
g. Pasang pembalut dari depan ke belakang.
h. Cuci kembali tangan
5. Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka adalah proses penggantian dan perbaikan fungsi jaringan
yang rusak atau mulai membaiknya luka perineum dengan terbentuknya jaringan
baru yang menutupi luka perineum dalam jangka waktu 6-7 hari post partum.
Kriteria penilaian luka menurut Boyle, dalam bukunya yang berjudul
manajemen penyembuhan luka (2009) :
a. Baik, jika luka kering, perineum menutup dan tidak ada tanda infeksi
(merah, bengkak, panas, nyeri, fungsioleosa).
b. Sedang, jika luka basah, perineum menutup, tidak ada tanda-tanda infeksi
(merah, bengkak, panas, nyeri,fungsioleosa).
c. Buruk, jika luka basah, perineum menutup/membuka dan ada tanda-tanda
infeksi merah,bengkak, panas, nyeri, fungsioleosa.
Penyembuhan luka menurut Herawati (2010.hlm.10) dapat terjadi
secara :
1) Per Primam yaitu penyembuhan yang terjadi setelah segera diusahakan
2) Per Sekunden yaitu luka yang tidak mengalami penyembuhan
perprimam. Proses penyembuhan terjadi lebih kompleks dan lebih lama.
Luka jenis ini biasanya tetap terbuka. Biasanya dijumpai pada luka-luka
dengan kehilangan jaringan, terkontaminasi atau terinfeksi.
Penyembuhan dimulai dari lapisan dalam dengan pembentukan jaringan
granulasi.
3) Per Tertiam atau per primam tertunda yaitu luka yang dibiarkan terbuka
selama beberapa hari setelah tindakan debridemen. Setelah diyakini
bersih, tepi luka dipertautkan (4-7 hari).
a. Fase penyembuhan luka menurut Morison (2007.hlm.1) yaitu:
1) Fase Inflamasi akut terhadap cedera: mencakup hemostasis, pelepasan
histamine dan mediator lain dari sel-sel yang rusak, dan migrasi sel darah
putih (leukosit polimorfonuklear dan makrofag) ke tempat yang rusak
tersebut.
2) Fase destruktif: pembersihan jaringan yang mati dan yang mengalami
devitalisasi oleh leukosit polimorfonuklear dan makrofag.
3) Fase proliferatif: yaitu pada saat pembuluh darah baru yang diperkuat oleh
jaringan ikat, menginfiltrasi luka.
4) Fase maturasi, mencakup re-epitelisasi, kontraksi luka dan reorganisasi
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesembuhan Luka Menurut Smelzer
(2002) dibagi 2, yang dikutip dari Herawati (2010.hlm.24) yaitu :
1) Faktor internal:
a) Usia
Penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada usia muda dari pada
orang tua. Orang yang sudah lanjut usianya tidak dapat mentolerir
stress seperti trauma jaringan atau infeksi.
b) Cara perawatan
Penanganan yang kasar menyebabkan cedera dan memperlambat
penyembuhan.
c) Personal hygiene/Kebersihan diri
Personal higiene (kebersihan diri) dapat memperlambat
penyembuhan, hal ini dapat menyebabkan adanya benda asing seperti
debu dan kuman.
d) Over aktivitas
Aktifitas yang terlalu banyak dapat menghambat perapatan tepi
luka. Mengganggu penyembuhan yang diinginkan.
e) Infeksi
Infeksi dapat memperlambat penyembuhan luka dan
meningkatkan granulasi serta pembentukan jaringan parut. Akumulasi
darah menciptakan ruang rugi juga sel-sel mati yang harus
2) Faktor eksternal:
a) Tradisi atau linggkungan
Di Indonesia ramuan peninggalan nenek moyang untuk perawatan
pasca persalinan masih banyak digunakan, meskipun oleh kalangan
masyarakat modern. Misalnya untuk perawatan kebersihan genital.
b) Pengetahuan
Pengetahuan ibu tentang perawatan pasca persalinan sangat
menentukan lama penyembuhan luka perineum. Apabilapengetahuan
ibu kurang telebih masalah kebersihan maka penyembuhan lukapun
akan berlangsung lama.
c) Sosial ekonomi dan sarana prasarana
Pengaruh dari kondisi sosial ekonomi ibu dengan lama
penyebuhan perineum adalah keadaan fisik dan mental ibu dalam
melakukan aktifitas sehari-hari pasca persalinan. Jika ibu memiliki
tingkat sosial ekonomi yang rendah, bisa jadi penyembuhan luka
perineum berlangsung lama karena timbulnya rasa malas dalam
merawat diri.
d) Penanganan petugas
Pada saat persalinan, pembersihannya harus dilakukan dengan
tepat oleh penangan petugas kesehatan, hal ini merupakan salah satu
penyebab yang dapat menentukan lama penyembuhan luka perineum.
e) Kondisi ibu dan Gizi
Makanan yang mengandung zat – zat gizi yang dapat diubah
menyebabkan ibu dalam keadaan sehat dan segar. Dan akan
mempercepat masa penyembuhan luka perineum (Almatsier,
2008.hlm.3).
c. Faktor penghambat penyembuhan luka
Penghambat keberhasilan penyembuhan luka menurut Johnson (2004,
hal.370) adalah sebagai berikut :
1) Malnutrisi
Malnutrisi secara umum dapat mengakibatkan berkurangnya kekuatan
luka, baik luka tersebut merupakan luka traumatis, luka akibat tindakan
bedah, ataupun luka tebuka yang kronik, dapat meningkatkan dehisensi
luka, meningkatkan kerentanan terhadap infeksi, dan parut dengan kualitas
yang buruk. Defisien nutrisi (sekresi insulin dapat dihambat, sehingga
menyebabkan glukosa darah meningkat) tertentu dapat berpengaruh pada
penyembuhan (Morison, 2007.hlm.19).
2) Merokok
Nikotin dan karbon monoksida diketahui memiliki pengaruh yang
dapat merusak penyembuhan luka, bahkan merokok yang dibatasi pun
dapat mengurangi aliran darah perifer. Merokok juga mengurangi kadar
vitamin C yang sangat penting untuk penyembuhan. (Johnson, 2004,
hal.370)
3) Kurang tidur
Gangguan tidur dapat menghambat penyembuhan luka, karena tidur
meningkatkan anabolisme dan penyembuhan luka termasuk ke dalam
4) Stres
Ansietas dan stres dapat mempengaruhi sistem imun sehingga
menghambat penyembuhan luka (Johnson, 2004, hal.371).
5) Kondisi medis dan terapi
Imun yang lemah karena sepsis atau malnutrisi, penyakit tertentu
seperti AIDS, ginjal atau penyakit hepatik dapat menyebabkan menurunnya
kemampuan untuk mengatur faktor pertumbuhan, inflamasi, dan sel-sel
proliperatif untuk perbaikan luka (Johnson, 2004, hal.371).
6) Apusan kurang optimal
Melakukan apusan atau pembersihan luka dapat mengakibatkan
organisme tersebar kembali disekitar area kapas atau serat kasa yang lepas
ke dalam jaringan granulasi dan mengganggu jaringan yang baru terbentuk
(Johnson, 2004, hal.371).
7) Lingkungan optimal untuk penyembuhan luka
Lingkungan yang paling efektif untuk keberhasilan penyembuhan luka
adalah lembab dan hangat (Johnson, 2004, hal.371).
8) Infeksi
Infeksi dapat memperlambat penyembuhan luka dan meningkatkan
granulasi serta pembentukan jaringan parut (Johnson, 2004, hal.371).
C. Hubungan perawatan luka dengan Kesembuhan luka perineum
Perawatan luka perineum pada hakikatnya merupakan masalah kebersihan.
Perineum dibersihkan dengan larutan antiseptic ringan tiap kali sesudah buang air
kecil dan besar. Panas dari lampu listrik dapat digunakan untuk mengeringkan
hari dengan menggunakan air dan sabun yang lembut adalah tindakan yang baik
sekali untuk mempertahankan agar perineum selalu bersih dan bebas dari secret
yang iritatif (Oxorn, 2010.hlm 447).
Menurut Varney, (2007) akibat perawatan perineum yang tidak benar dapat
mengakibatkan kondisi perineum yang terkena lokhea menjadi lembab sehingga
sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya
infeksi pada perineum.
Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga
menyebabkan kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga akan menambah
ukuran dari luka itu sendiri, baik panjang maupun kedalaman luka. Pada kenyataan
fase-fase penyembuhan akan tergantung pada beberapa faktor termasuk ukuran dan
tempat luka, kondisi fisiologis umum pasien, dan cara perawatan luka perineum
yang tepat (Morison, 2007 hlm.53).
Skema 2.1 Skema Kerangka Teori
Faktor internal : 1.Usia
3. Personal hygien
4. over aktivitas 5 Infeksi
2.Cara perawatan
Faktor eksternal : 1.Tradisi atau lingkungan
2.Pengetahuan
3.Sosial ekonomi dan sarana prasarana
4.Penanganan petugas
5. Kondisi ibu dan gizi
Kesembuhan Luka
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFENISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah merupakan formulasi atau simplifikasi dari
kerangka teori atau teori-teori yang mendukung penelitian tersebut
(Notoatmodjo,2010, hlm. 101). Variabel independen dalam penelitian ini adalah
cara perawatan perineum dan variabel dependen adalah kesembuhan luka perineum.
Skema 3.1 Skema Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
B. Hipotesa
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pernyataan penelitian.
Hipotesis berfungsi untuk menentukan ke arah pembuktian, artinya hipotesis harus
dibuktikan (Notoatmodjo,2010, hlm. 84). Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada
hubungan (h0 ditolak) cara perawatan perineum terhadap kesembuhan luka pada ibu
nifas.
C. Defenisi Operasional
Defenisi oprasional adalah defenisi yang didasarkan atas sifat-sifat yang dapat
diamati (Syahrum, 2007 hlm.108).Defenisi oprasional ini penting dan diperlukan agar
pengukuran variabel atau pengumpulan data itu konsisten antara sumber data
(responden) yang satu dengan yang lain. Definisi oprasional variabel yang
dihubungkan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Tabel Defenisi Operasional Variabel
No Variable Defenisi operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
1. Independen
Perawatan
perineum Perawatan perineum adalah tindakan yang
dilakukan untuk menyehatkan daerah perineum ibu sampai kembali seperti pada waktu sebelum hamil
Lembar
checklist
wawancara a. Dilakukan, jika hasil checklist
lebih besar dari nilai mean atau sama dengan
mean. b. Tidak
dilakukan, jika hasil checklist
lebih kecil dari nilai mean. yang luka sampai terbentuknya jaringan baru yang menutupi luka perineum dalam jangka waktu 6-7 hari post partum.
Lembar
checklist
observasi a. Baik, jika luka
kering, perineum
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasidengan
rancangan penelitian crossectional yaitu penelitian pada beberapa populasi yang
diamati pada waktu yang sama (Hidayat, 2011 hlm. 50). Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui hubungan antara perawatan perineum dengan kesembuhan luka
perineum pada ibu nifas.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010, hlm.
173). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang mengalami luka
perineum di klinik bidan Haryantari.Data ibu nifas di klinik bidan Haryantari
dari bulan februarisampai april tahun 2014 ada sebanyak 67 ibu nifas, dan yang
mengalami luka perineum sebanyak 47 ibu nifas.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti sebagai objek
penelitian yang di anggap mewakili seluruh populasi menurut teknik
pengambilan sampel menggunakan pendekatan secara Accidental sampling
yaitu pengambilan sampel seadanya atau semua subjek yang dijumpai pada
waktu penelitian (Arikunto, 2006, hlm. 120). Sampel dalam penelitian
inisebanyak 37 responden yang mengalami luka derajat I dan II dengan robekan
C. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di klinik bidan Haryantari, dengan pertimbangan
banyaknya ibu bersalin dengan luka perineum yang dapat dijumpai untuk dijadikan
sampel dalam penelitian, dan klinik dekat dengan tempat tinggal peneliti selain itu
peneliti melaksanakan Praktik Belajar Klinik (PBK) di klinik bidan Haryantari
sehingga mempermudah proses penelitian.
D. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini mulai pada bulan november 2013 – bulan juni 2014.
E. Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari insitusi pendidikan
yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU dan izin
pimpinan klinik bidan Haryantari. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang
berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu : memberikan penjelasan kepada calon
responden penelitian tentang tujuan dan prosedur penelitian. Apabila calon
responden bersedia, maka calon responden dipersilakan untuk menandatangani
informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden
berhak untuk menolak dan mengundurkan diri. Responden juga berhak
mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung, kebebasan dari
tindakan yang merugikan atau resiko dan mendapat keadilan tanpa adanya
diskriminasi apabila responden tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.
Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan
nama responden pada instrumen, tetapi mengunakan kode. Data-data yang diperoleh
F. Alat Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar
checklist untuk perawatan perineum berdasarkan literatur yang ada. Lembar
checklist penelitian ini terdiri dari pernyataaan, masing-masing pernyataan diberi
respon tunggal. Pengukuran kesembuhan luka perineum dengan menggunakan
lembar observasi.
Data yang terkumpul diolah dengan cara manual dengan tahapan:
a. Proses Editing
Editing adalah memeriksa data yang dikumpulkan baik berupa daftar, kartu atau
register (Budianto,2009 hlm 29). Dilakukan pengesahan terhadap kelengkapan
data-data yang telah terkumpul bila terdapat kesalahan atau kekurangan dalam
pengumpulan data akan diperbaiki dan dilakukan pendataan ulang
(Notoatmodjo,2010, hlm. 176).
b. Proses coding
Yaitu mengidentifikasi jawaban menurut macamnya dengan memberikan kode
tertentu, untuk mempermudah pengenalan data (Notoatmodjo,2010, hlm. 177)
c. Proses tabulating
Data yang telah lengkap dihitung sesuai dengan varibel yang dibutuhkan
kemudian dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi. (Arikunto,2010, hlm.
279).
G. Uji Validitas dan Realibilitas
Uji validitas dan realibilitas hingga saat ini masih ada kesan semu seolah-olah
realibilitasnya. Sesungguhnya uji validitas dan realibilitas itu terutama untuk alat
ukur yang menghasilkan nilai kuantitatif (Darwis, 2003.hlm.248).
Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah alat ukur yang telah pernah
di gunakan oleh peneliti sebelumnya Herawati (2010) dengan judul penelitian yang
sama. Karena alat ukur tersebut belum dilakukan Uji validitas dan realibilitas maka
peneliti akan melakukan uji kepada contens validity dan uji realibilitas dengan
alpha cronbach
Uji validitas digunakan untuk menguji kesahihan instrumen penelitian di mana
berarti instrumen penelitian dapat mengukur apa yang hendak diukur
(Notoadmodjo, 2010). Satu butir instrumen penelitian dikatakan valid dan dapat
mengukur variabel penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya
diharapkan 0.7 atau lebih. Content validity dilakukankepada orang yang dianggap
ahli dibidangnya. Validitas dilakukan oleh ibu Evi Era Liesmayani, SST. M.keb
yang sebelumnya sudah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan skor CVI
(Content Validity Index) nya adalah 0,84
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur keandalan instrumen penelitian,
artinya seberapa sering pun instrumen yang sama digunakan pada sampel yang sama
maka hasilnya akan tetap sama. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan
Alpha Cronbach. Test reliabilitas menggunakan analisis item, yaitu masing-masing
skor item dikorelasikan dengan skor totalnya dengan ketentuan apabila koefisien
alpha mendekati angka 0,7 dinyatakan reliabel. Instrumen penelitian ini dinyatakan
H. ProsedurPengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah :mengajukan surat
permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan Program Studi D-IV Bidan
Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dan mengajukan surat
permohonan izin melaksanakan penelitian di klinik bidan Haryantari. Setelah
mendapat izin, peneliti melaksanakan pengumpulan data pada ibu nifas yang
mengalami luka perineum. Peneliti menemui responden di tempat penelitian
maupun datang langsung ke rumah responden setelah mendapatkan alamat
responden dari asisten klinik, dengan cara peneliti meninggalkan nomor handphone
dan menyimpan nomor handphone asisten klinik untuk memperlancar proses
pengumpulan data. Saat peneliti bertemu dengan responden, peneliti menjelaskan
kepada responden tentang tujuan dan manfaat penelitian.
I. Analisis Data
Untuk menguji hipotesis menggunakan teknik analisa statistic dengan rumus
Chi-square. Peneliti akan menggunakan analisa ini untuk mengetahui hubungan
antara perawatan perineum dengan kesembuhan luka perineum. Hasil yang
diperoleh tabel kontingensi diterapkan dengan menggunakan perhitungan secara
manual dalam rumus Chi-square, yaitu :
Keterangan:
X2 : Chi-square
O : Frekuensi observasi
E : Frekuensi harapan
∑
Jika nilai x² hitung lebih besar dari nilai x² tabel dengan taraf signifikansi (α)
sebesar 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti terdapat hubungan perawatan
perineum terhadap kesembuhan luka perineum pada ibu nifas di klinik bidan
Haryantari.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan
program SPSS yang disesuaikan, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Univariat
Data yang bersifat kategori dicari frekuensi dan proporsinya yakni kesembuhan
luka perineum. Sedangkan data yang bersifat numerik dicari mean, dan standar
deviasinya yakni perawatan perineum melalui statistik deskriptif. Hasil data
dibuat dalam bentuk tabel.
2. Bivariat
Analisis ini digunakan untuk menguji perawatan perineum terhadap kesembuhan
luka perineum. Dalam menganalisis data secara bivariat, pengujian data
dilakukan dengan uji statistik uji Chi-square yaitu uji statistik deskriftif untuk
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pada bab ini diuraikan hasil dan pembahasan penelitian mengenai hubungan
perawatan perineum terhadap kesembuhan luka perineum pada ibu nifas di klinik
bidan Haryantari dengan jumlah responden yang didapatkan sebanyak 37 ibu yang
melahirkan dengan luka perineum, yang kemudian dinilai dengan menggunakan
instrument penelitian berupa lembar checklist dengan cara wawancara dan
observasi.
1. Univariat
Analisis univariat ini bertujuan untuk mengetahui Distribusi frekuensi
data demografi responden, perawatan perineum, dan kesembuhan luka perineum
pada ibu nifas di klinik bidan Haryantari tahun 2014. Peneliti menggunakan
lembar checklist yang berisikan 12 pernyataan mengenai perawatan perineum
dan 3 pernyataan mengenai kesembuhan luka terhadap 37 responden yang
mengalami luka perineum, maka diperoleh hasil sebagaimana disajikan dalam
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Data Demografi Responden di klinik bidan Haryantari Tahun 2014
Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
Umur :
Dari tabel 5.1 di dapatkan bahwa dari 37 responden mayoritas responden berusia
20-35 tahun sebanyak 29 responden (78,4%) dan minoritas berusia >35 tahun. Sedangkan
pada pendidikan mayoritas responden berpendidikan SLTA sebanyak 21 responden
(56,8%), minoritas SLTP sebanyak 7 responden (18,9%), pada paritas mayoritas
keempat sebanyak 1 responden (2,7%) dan berdasarkan pekerjaan mayoritas responden
bekerja sebagai IRT sebanyak 26 responden (70,3%), minoritas responden bekerja
sebangai swasta sebanyak 3 responden (8,1%).
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perawatan Perineum di klinik bidan Haryantari Tahun 2014
Perawatan Perineum Frekuensi Persentase (%)
- Dilakukan - Tidak dilakukan
23 14
62,2 37,8
Total 37 100
Dari tabel 5.2 di dapatkan bahwa dari 37 responden mayoritas responden
melakukan perawatan perineum sebanyak 23 responden (62,2%) dan minoritas tidak
melakukan perawatan perineum sebanyak 14 responden (37,8 %).
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kesembuhan Luka Perineum di klinik bidan Haryantari Tahun 2014
Kesembuhan luka Perineum Frekuensi Persentase (%)
- Baik
Dari tabel 5.3 di dapatkan bahwa dari 37 responden mayoritas responden di temukan
dengan kesembuhan baik dan buruk sebanyak 14 responden (37,8%). Sedangkan
minoritas respondennya ditemukan dengan kesembuhan sedang sebanyak 9 responden
2. Bivariat
Analisis bivariat ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perawatan
perineum terhadap kesembuhan luka perineum pada ibu nifas di klinik bidan
Haryantari tahun 2014. Peneliti menggunakan lembar checklist yang berisikan
12 pernyataan mengenai perawatan perineum dan 3 pernyataan mengenai
kesembuhan luka terhadap 37 responden yang mengalami luka perineum,
maka diperoleh hasil sebagaimana disajikan dalam tabel distribusi frekuensi di
bawah ini.
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan Perawatan Perineum Terhadap Kesembuhan Luka Perineum
di klinik bidan Haryantari Tahun 2014
Kesembuhan
Total P-Value
Baik Sedang Buruk
Perawata perineum N % N % n % n % 0,023
Dilakukan 12 52,2 6 6,1 5 1,7 3 100
Tidak dilakukan 2 4,3 3 1,4 9 4,3 4 100
Total 4 7,8 9 4,3 4 7,8 7 100
Dari tabel 5.4 di dapatkan bahwa dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa dari 23 responden yang melakukan perawatan perineum, mayoritas
dengan kesembuhan baik sebanyak 12 responden (52,2%), minoritas dengan
kesembuhan buruk sebanyak 5 responden (21,7%). Sedangkan dari 14 responden
yang tidak melakukan perawatan perineum, mayoritas dengan kesembuhan buruk
sebanyak 9 responden (64,3%) dan minoritas baik sebanyak 2 responden
Berdasarkan uji statistik hubungan antara variabel perawatan perineum
terhadap kesembuhan luka perineum diukur dengan menggunakan uji chi square,
diperoleh nilai pearson chi square ρ = 0.023 < 0.05 (ho ditolak) sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara perawatan perineum
terhadap kesembuhan luka perineum di klinik bidan Haryantari Tahun 2014.
B. Pembahasan
Pembahasan dalam penelitian ini disusun sesuai dengan tujuan penelitian hasil
statistik dengan pendekatan hubungan perawatan perineum terhadap kesembuhan
luka perineum pada ibu nifas di klinik bidan Haryantari tahun 2014.
1. Perawatan Perineum
Menurut Notoadmodjo (2010), Makin tinggi pendidikan seseorang,
makin mudah menerima informasi, sehingga makin banyak pula pengetahuan
yang dimiliki dan sebaliknya bila pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan.
Tingkat pendidikan yang tinggi akan mempermudah seseorang menerima
informasi, sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki khususnya
mengenai perawatan luka perineum. Pengetahuan ibu tentang perawatan luka
sangat menentukan lama penyembuhan luka perineum. Apabila pengetahuan ibu
kurang, terlebih masalah kebersihan maka penyembuhan lukapun akan
berlangsung lama. Sehingga tingginya tingkat pendidikan akan menunjang
perawatan luka perineum pada ibu nifas untuk lebih baik.
Selain itu, paritas dan pekerjaan juga mempengaruhi ibu nifas dalam
adalah guru yang terbaik. Karena pengalaman merupakan sumber pengetahuan
atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran. Apabila seseorang telah
melahirkan anak yang kedua kali dan seterusnya umumnya dapat melakukan
perawatan perineum dengan baik karena mereka telah memperoleh pengalaman
dan informasi pada kelahiran anak sebelumnya. Pekerjaan dalam hal ini juga
dapat mempengaruhi ibu nifas dalam melakukan perawatan perineum, dimana
ibu yang bekerja akan mudah mendapatkan informasi dibandingkan dengan ibu
yang tidak bekerja.
Menurut asumsi peneliti hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori
bahwa perawatan luka perineum di pengaruhi oleh karakteristik ibu. Hasil
penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Haris &
Harjanti, (2011) yang berjudul hubungan pengetahuan teknik perawatan dengan
kesembuhan luka perineum ada ibu nifas di BPS Kota Semarang, yang
menyatakan bahwa perlunya pengetahuan responden tentang teknik perawatan
luka perineum. Sumber pengetahuan dapat kita lihat dari karakteristik responden.
2. Kesembuhan Luka Perineum
Masih adanya kesembuhan luka perineum yang buruk yaitu tidak terbentuk
jaringan parut minimal dalam waktu 6 hari setelah melahirkan dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Hal ini dapat dibuktikan oleh (Morison, 2007) yang menyatakan
bahwa kesembuhan luka perineum dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
internal antara lain usia, dimana penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada usia
muda dari pada orang tua. Selain itu, hal yang sangat penting adalah cara
penyembuhan. Aktivitas berat dan berlebih juga merupakan faktor yang
mengganggu penyembuhan luka karena dapat menghambat perapatan tepi luka.
Selain faktor internal, faktor eksternal yang mempengaruhi kesembuhan luka
perineum antara lain tradisi, tradisi sangat mempengaruhi penyembuhan luka, di
Indonesia ramuan peninggalan nenek moyang untuk perawatan luka perineum
masih banyak digunakan, meskipun oleh kalangan masyarakat modern.
Faktor penanganan petugas misalnya pada saat persalinan, pembersihannya
harus dilakukan dengan tepat oleh penanganan petugas kesehatan serta kondisi
kesehatan ibu baik secara fisik maupun mental harus tetap dijaga karena dapat
menyebabkan lama penyembuhan. Jika kondisi ibu sehat, maka ibu dapat
merawat diri dengan baik. Hal ini dapat ditunjang dengan makanan yang bergizi
dan sesuai porsi sehingga menyebabkan ibu dalam keadaan sehat dan segar
(Almatsier, 2008, hal.142).
Menurut asumsi peneliti hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Herawati.P (2010), yang berjudul hubungan perawatan
perineum Dengan kesembuhan luka perineum pada ibu nifas hari keenam di
bidan praktek swasta (BPS) Ny. Sri Suhersi Mojokerto Kedawung Sragen yang
menyebutkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku ibu
nifas dalam perawatan luka perineum sehingga didapatkan kesembuhan luka
perineum yang baik sesuai dengan waktunya. Salah satu faktor yang disebutkan
adalah kebiasaan menggunakan rebusan daun sirih untuk membersihkan daerah
perineum dan adanya pantangan-pantangan terhadap jenis makanan tertentu yang
3. Hubungan Perawatan Perineum dengan Kesembuhan Luka Perineum Pada
Ibu Nifas
Menurut Morison (2007), tujuan perawatan perineum adalah mencegah
terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan luka. Infeksi menyebabkan
terlambatnya penyembuhan luka. Adanya benda asing akan memperlambat
penyembuhan. Karena perawatan yang salah dapat mengakibatkan rusaknya
jaringan baru dan menyebabkan perdarahan serta penyembuhan luka terhenti.
Kemungkinan terjadinya infeksi pada luka karena perawatan yang tidak benar,
dapat meningkat dengan adanya benda mati dan benda asing.
Menurut Henderson, yang dikutip dari Puspitarani Herawati (2010),
pembersihan luka diperlukan untuk mencegah perlambatan penyembuhan. Luka
yang kotor harus dicuci bersih. Bila luka kotor, maka penyembuhan sulit terjadi.
Kalaupun sembuh akan memberikan hasil yang buruk. Jadi, luka bersih sembuh
lebih cepat daripada luka yang kotor.
Penggunaan ramuan obat untuk perawatan luka dan tehnik perawatan luka
yang kurang benar adalah penyebab terlambatnya penyembuhan. Hal ini sesuai
dengan penelitian Haris. & Harjanti, (2011) bahwa perawatan perineum yang
tidak benar menyebabkan infeksi dan memperlambat penyembuhan. Personal
hygiene (kebersihan diri) yang kurang dapat memperlambat penyembuhan, hal
ini dapat menyebabkan adanya benda asing seperti debu dan kuman. Selain
perawatan luka perineum, faktor gizi terutama protein akan sangat
mempengaruhi terhadap proses penyembuhan luka pada perineum karena
Menurut asumsi peneliti, penelitian ini sesuai dengan teori, yang
mengemukakan bahwa perawatan perineum yang baik berpengaruh terhadap
kesembuhan luka perineum. Tingkat kesembuhan pada ibu nifas disebabkan
tingginya tingkat pendidikan ibu nifas, sehingga makin banyak pula pengetahuan
yang dimiliki ibu nifas mengenai perawatan luka perineum (Morison, 2007).
Asumsi peneliti diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Herawati.P
(2010) dan penelitian Haris & Harjanti, (2011) dengan hasil uji Chi-square dengan
nilai p = 0,004 yang sama menunjukkan nilai positif (+) berarti semakin baik
perawatan perineum, semakin cepat kesembuhan luka perineum.
C. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti merasakan masih ada keterbatasan yang dihadapi
dalam melaksanakan penelitian. Hal ini disebabkan keterbatasan serta kemampuan
yang dimiliki oleh peneliti. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini antara lain
meliputi ; keterbatasan waktu dalam penelitian, dimana saat melakukan penelitian
item yang berisikan lembar obserpasi tidak langsung peneliti yang melakukan
obserpasi melainkan asisten peneliti yang melakukannya. Karena jadwal
perkuliahan dan jadwal penelitian sama.
D. Implikasi Untuk Asuhan Kebidanan/Pendidikan Kebidanan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti bahwa perawatan
perineum memiliki pengaruh terhadap kesembuhan luka ibu nifas. Dalam hal ini
diharapkan petugas kesehatan memberikan penguatan konseling terhadap perawatan
perineum, dan pada intitusi pendidikan diharapkan dapat menerapkan kompetensi
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian hubungan perawatan perineum terhadap kesembuhan luka perineum pada ibu nifas di klinik bidan Haryantari tahun 2014, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil uji statistik pada 37 responden berdasarkan perawatan perineum mayoritas responden melakukan perawatan luka perineum sebanyak 23 responden (62,2%).
2. Dari hasil uji statistik pada 37 responden berdasarkan kesembuhan luka perineum mayoritas responden dengan kesembuhan luka dengan kategori baik dan buruk sebanyak 14 responden (37,8%).
3. Dari hasil uji statistik pada 37 responden diperoleh nilai p = 0,023 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara perawatan perineum dengan kesembuhan luka perineum.
B. Saran
1. Institusi Pendidikan
Bagi intitusi pendidikan Universitas Sumatra Utara diharapkan memperbanyak referensi di perpustakaan. terutama yang membahas tentang perawatan perineum untuk memperbanyak referensi penelitian selanjutnya. 2. Peneliti Selanjutnya
variabel lain, karena dalam penelitian ini waktunya cukup singkat sehingga didapatkan responden yang kurang memenuhi.
3. Petugas kesehatan
Hasil penelitian ini sebagai masukan untuk petugas kesehatan khususnya bidan dapat memberikan informasi bagi masyarakat tentang perlunya perawatan luka perineum dengan benar.
4. Profesi kebidanan
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Haris.P & Harjanti. A.I, (2011). Hubungan Pengetahuan Teknik Perawatan Dengan Kesembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di BPS Kota Semarang. Diakses pada tanggal 10 oktober 2013 pukul 08.21 WIBhttp://jurnal.abdihusada.com
Almatsier, S. (2008). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia
Anggraini, Y. (2010). Asihan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihama
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Budianto, E. (2009). Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta : EGC.
Darwis, S.D, (2003). Metode Penelitian Kebidanan Prosedur,Kebijakan,dan Etik. Jakarta : EGC.
Depkes propinsi. (2009). Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2008. Medan: Depkes kab/propinsi
Derwani. (2010). Panduan Praktik Klinik dan Laboraturium Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Herawati.P. (2010). Hubungan Perawatan Perineum Dengan Kesembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Hari Keenam Di Bidan Praktek Swasta (BPS) Ny. Sri Suhersi Mojokerto Kedawung Sragen. Diakses pada tanggal 19 november 2013 pukul 10.12 WIBhttp://unssula.ac.idjurnal.
Hidayat, A. A. (2011). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis data. Jakarta : Salemba Medika
JNPK – KR. (2012). Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jaringan Nasional Pelatihan Klinik
Johnson, R; Taylor,W. (2004).Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta : EGC
KeMenKes RI.(2012). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta: Kemenkes RI
Morison, M. J. (2007). Manajemen Luka. Jakarta : EGC.
Moloku, at all. (2010). Hubungan Pengetahuan Teknik Perawatan Dengan Penyembuhan Luka Episiotomi Pada Ibu Post Partum di Ruangan Irina D Bawah RSUP Prof Dr. R.D Kandau Malalayang. Di akses pada tanggal 30 november 2013 pukul 10.29 WIB http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id Myles. (2011). Buku Ajar Bidan. Jakarta : EGC.
Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Oxorn, H; William.R.F(2010).Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi
Persalinan.Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica.
Prawiharjo, Sarwono. (2008). Ilmu kandungan. Jakarta : PT Bina pustaka sarwono prawihardjo.
(2008). Ilmu kebidanan. Jakarta : PT Bina pustaka sarwono prawihardjo.
Pudiastuti, R.D. (2011). Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Nuha Medika.
Rohani.at all. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba Medika.
Rukiyah, at all. (2011). Asuhan Kebidanan Pada III Nifas. Jakarta : CV Trans Info Media.
Saefuddin, B.A (2008). Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : PT Bina pustaka sarwono prawihardjo.
(2009). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina pustaka sarwono prawihardjo.
Saleha, S. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. Suherni, at all. (2009). Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
Sulistyawati, A. (2009). Buku Ajar Asuhan kebidanan pad Ibu Nifas. Yogyakarta : Andi Offset.
Syahrum. S, (2007). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung: Citapustaka Media.
Ummy, (2011). Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kesembuhan Luka Episiotomi. Diakses pada tanggal 19 november 2013 pukul 09.21 WIB
Varney, H,at all. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
Vetos (2008). Perawatan Luka Perineum pada Post Partum. Diakses pada tanggal 2 desember 2013 pukul 11.03 WIBhttp://old.fk.ub.ac.id/artikel.
Walsh, L. V. (2010). Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC
Wheeler, L. (2011). Buku Saku Perawatan Pranatal dan Pascapartum. Jakarta : EGC
Yanti. (2010). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Rehima
.
Lampiran 1
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
HUBUNGAN PERAWATAN PERINEUM TERHADAP
KESEMBUHAN LUKA PERINEUM DI KLINIK BIDAN HARYANTARI TAHUN 2014
No Kegiatan
Waktu
November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 1 Pengajuan
judul
2 Penyusunan proposal 3 Sidang
proposal 4 Perbaikan
proposal 5 Penelitian 6 Pengumpulan
dan analisa data
7 Konsul Kti 8 Ujian KTI
Lampiran 2
PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa saya bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian yang berjudul “Hubungan perawatan perineum terhadap kesembuhan luka perineum pada ibu nifas di klinik bidan Haryantari tahun 2014”, yang dilakukan mahasiswi:
Nama : Esa Cipta Adelina Nim : 135102052
Mahasiswa Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU yang akan melakukan penelitian. Adapun tujuan penelitian untuk mengetahuihubungan perawatan perineum terhadap kesembuhan luka perineum pada ibu nifas.
Peneliti akan menjamin kerahasiaan identitas dan pendapat responden. Informasi yang responden berikan hanya akan dipergunakan untuk maksud lain.
Partisipasi responden dalam penelitian ini bersifat bebas, jika responden bersedia menjadi peserta penelitian ini maka silahkan responden menandatangani persetujuan ini.
Medan, 2014
Responden Peneliti
B. Lembar checklist Petunjuk pengisian :
Anjurkan ibu untuk melakukan perawatan perineum, lalu lakukan penilaian dengan memberi tanda check (√) pada kolom “Ya” jika ibu melakukan pernyataan tersebut, namum beri tanda check (√) pada kolom “tidak” jika ibu tidak melakukan pernyataan tersebut.
C. Lembar Observasi
No Pernyataan Ya Tidak
1 Sebelum merawat luka jahitan di kemaluan ibu, ibu melakukan cuci tangan dahulu.
2 Cara ibu melepas pembalut dari depan (kemaluan) ke kebelakang (anus).
3 Ibu melakukan cebok dari depan (kemaluan) ke belakang (anus).
4 Ibu menghindari cebok dengan air hangat/ berendam air hangat.
5 Ibu cebok menggunakan air dan sabun. 6 Ibu cebok dengan air rebusan daun sirih.
7 Ibu memakai kasa yang ditetesi betadin kemudian di letakkan pada luka jahitan di kemaluan.
8 Ibu mengganti softek minimal 2 kali/hari.
9 Ibu mengganti celana 2 kali atau lebih dalam satu hari. 10 bu cebok minimal 3 – 4 kali/ hari
11 Selesai cebok, kemaluan ibu selalu dikeringkan.
12 Selesai cebok atau merawat luka jahitan, ibu cuci tangan.
No Tingkat Kesembuhan Luka Perineum Nilai
1 Baik, jika luka kering, perineum menutup dan tidak ada tanda infeksi
2 Sedang, jika luka basah, perineum menutup, tidak ada tanda-tanda infeksi
Lampiran 6
MASTER TABEL
Hubungan Perawatan Perineum Terhadap Kesembuhan Luka Perineum di klinik bidan Haryantari Tahun 2014
No
Umur
Pendidikan Paritas Pekerjaan
Pernyataan
Total Keterangan Kode
19 1 3 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 7 Dilakukan 1 Buruk 3
20 2 3 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 4 Tidak dilakukan 2 Buruk 3
21 3 3 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 8 Dilakukan 1 Sedang 2
22 2 3 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Dilakukan 1 Baik 1
23 2 3 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 3 Tidak dilakukan 2 Sedang 2
24 2 4 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Dilakukan 1 Baik 1
25 2 4 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Dilakukan 1 Baik 1
26 2 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 11 Dilakukan 1 Baik 1
27 2 4 3 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Dilakukan 1 Baik 1
28 2 3 1 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 10 Dilakukan 1 Buruk 3
29 2 3 2 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 9 Dilakukan 1 Sedang 2
30 2 3 2 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 9 Dilakukan 1 Baik 1
31 1 2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 9 Dilakukan 1 Buruk 3
32 2 2 2 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 9 Dilakukan 1 Sedang 2
33 2 4 2 2 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 7 Dilakukan 1 Baik 1
34 2 3 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 7 Dilakukan 1 Buruk 3
35 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 11 Dilakukan 1 Baik 1
36 2 2 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 5 Tidak dilakukan 2 Baik 1
37 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 11 Dilakukan 1 Baik 1
Total 270
Keterangan :
Umur: Paritas :
1 : < 20 1 : Satu 2 : 20 - 35 2 : Dua 3 : > 35 3: Tiga
4 : Empat Pendidikan :
1 : SD Pekerjaan : 2 : SLTP 1 : IRT 3 : SLTA
2 : Swasta 4. Perguruan
Tinggi
3 :
Lampiran 7
Hasil Output Data Penelitian
Reliability
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 37 67.3 Excludeda 18 32.7
Total 55 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. if Item Deleted
Item-
Frequencies
Statistics
Umur Pendidikan Paritas Pekerjaan Perawatan Kesembuhan
N Valid 37 37 37 37 37 37
Missing 0 0 0 0 0 0
Frequency Table
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <20 5 13.5 13.5 13.5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Satu 20 54.1 54.1 54.1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid IRT 26 70.3 70.3 70.3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid dilakukan 23 41.8 62.2 62.2
tidak dilakukan 14 25.5 37.8 100.0
Total 37 67.3 100.0