• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Perawatan Perineum Terhadap Kesembuhan Luka Perineum di Klinik Haryantari Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Perawatan Perineum Terhadap Kesembuhan Luka Perineum di Klinik Haryantari Tahun 2014"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

 

HUBUNGAN PERAWATAN PERINEUM TERHADAP KESEMBUHAN LUKA PERINEUM DI KLINIK

BIDAN HARYANTARI TAHUN 2014

ESA CIPTA ADELINA 135102052

KARYA TULIS ILMIAH

(2)
(3)

 

Hubungan Perawatan Perineum Terhadap Kesembuhan Luka Perineum di Klinik Haryantari Tahun 2014

ABSTRAK Esa Cipta Adelina

Latar belakang : Persalinan sering kali mengakibatkan robekan jalan lahir, baik pada primigravida maupun multigravida. Akibat perawatan perineum yang salah, mengakibatkan perineum lembab dan rentan terkena bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum yang dapat menghambat proses penyembuhan luka.

Tujuan : Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan perawatan perineum terhadap kesembuhan luka perineum pada ibu nifas di klinik bidan Haryantari. Metodologi penelitian : Penelitian ini bersifat deskriptif korelasi dengan pendekatan

crossectional yang dilakukan di klinik bidan Haryantari pada bulan november 2013 – juni 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang mengalami luka perineum di klinik bidan Haryantari, dengan pengambilan data secara primer. Sedangkan teknik pengambilan sampel yaitu Accidental sampling dari jumlah populasi 47 orang dan didapatkan sampel sebanyak 37 orang. Pengumpulan data dengan lembar checklist untuk perawatan perineum dan kesembuhan luka perineum menggunakan lembar observasi. Analisis data dengan menggunakan Chi-Square. Hasil : Hasil penelitian dari 37 responden menunjukkan sebagian besar responden melakukan perawatan luka perineum sebanyak 23 responden (62,2%), dengan kesembuhan baik sebanyak 12 responden (52,2%), minoritas dengan kesembuhan buruk sebanyak 5 responden (21,7%). Sedangkan dari 14 responden yang tidak melakukan perawatan perineum, mayoritas dengan kesembuhan buruk sebanyak 9 responden (64,3%) dan minoritas baik sebanyak 2 responden (14,3%). Hasil p = 0,023 <0.05 (ho ditolak).

Kesimpulan : Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan perawatan perineum terhadap kesembuhan luka perineum, dari hal itu disarankan kepada seluruh petugas kesehatan lebih menggalakkan lagi promosi tentang teknik perawatan luka perineum.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Hubungan perawatan perineum terhadap kesembuhan luka perineum pada ibu nifas di klinik bidan Haryantari tahun 2014”.

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi baik saat perencanaan, pelaksanaan maupun penyusunannya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.kes. Selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep Selaku Ketua program studi D-IV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara.

3. Betty Mangkuji, SST. M. Keb. selaku pembimbing karya tulis ilmiah yang telah banyak memberikan masukan dan nasehat pada penulis semoga Allah memberikan balasan yang setimpal untuknya.

4. Nur Afidarti, S.Kp, M.Kep selakupenguji I yang telah memberikan masukan dan saran demi perbaikan karya tulis ilmiah.

(5)

 

6. Seluruh staf dan dosen program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang secara langsung banyak memberikan ilmu kepada penulis selama menjalani pendidikan.

7. Orang tua dan saudara yang penulis cintai yang telah memberikan dukungan serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam membuat karya tulis ilmiah ini.

8. Seluruh teman D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Sumatera Utara, yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Dengan segala keterbatasan dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini, penulis telah berusaha agar karya tulis ilmiah ini dekat darikesempurnaan, Namun penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam kesempurnaan karya tulis ilmiah nantinya.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 2014 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR………. i

DAFTAR ISI……… iii

DAFTAR TABEL………... vi

DAFTAR SKEMA………... vii

DAFTAR LAMPIRAN……….. viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……..……….…... 1

B. Rumusan Masalah ……….…… 4

C. Tujuan Penelitian ………... 5

1. Tujuan Umum ……….…... 5

2. Tujuan Khusus ……….….. 5

D. Manfaat Penelitian ……….…... 5

1. Bagi Instansi Pendidikan……….… 5

2. Bagi Peneliti Lain ……….. 5

3. Bagi Petugas Kesehatan…...………... 5

4. Bagi Profesi Kebidanan…...………... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Masa Nifas……….…... 7

1. Pengertian Masa Nifas ………...…….... 7

2. Klasifikasi Masa Nifas ………... 7

3. Perubahan Fisikologi Masa Nifas………..………....…. 7

B. Laserasi Perineum………..…………...…... 10

1. Pengertian Laserasi Perineum………... 10

2. Bentuk Luka Perineum……….………...….. 11

3. Derajat Robekan Perineum…………..…………..………….. 12

4. Perawatan Perineum………..………. 13

5. Penyembuhan Luka………...………... 14

(7)

 

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFENISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep ………..………….…………...………… 21

B. Hipotesa ………..………...………… 21

C. Definisi Operasional ………...……... 21

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ….……….………. 23

B. Populasi dan Sampel ………..……...…… 23

1. Populasi ………..………...…. 23

2. Sampel ………...………. 23

C. Tempat Penelitian ……...…………...…………...……… 24

D. Waktu Penelitian ……….……..………...… 24

E. EtikaPenelitian ……..…...………...………24

F. Alat Pengumpulan Data ………..……….. 25

G. Uji Validitas dan Realibilitas……….………..……….. 25

H. ProsedurPengumpulan Data……….. 26

I. Rencana Analisis Data ……….………...….. 27

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil……….……….………. 29

1. Univariat ………..……..………...…. 29

2. Bivariat …..………...………. 32

B. Pembahasan…….. ……...…………...…………...……… 33

1. Perawatan Perineum………...…. 33

2. Kesembuhan Luka…..………...………. 35

3. Hubungan Perawatan Perineum dengan Kesembuhan Luka pada Ibu Nifas…..………...………. 36

C. Keterbatasan Peneliti…..………...………..37

D. Implikasi Untuk Asuhan Kebidanan / Pendidikan Kebidanan……...38

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan….…….……….………. 39

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Defenisi Operasional……… 22 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Data Demografi

Responden di Klinik Bidan Haryantari Tahun 2014………... 30 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perawatan Perineum di Klinik Bidan

Haryantari Tahun 2014……….…... 31 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kesembuhan Luka Perineum di Klinik

Bidan Haryantari Tahun 2014………...……... 31 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Hubungan Perawatan Perineum

(9)

 

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Teori……… 20 Skema 3.1 Kerangka Konsep ………. 21

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Rencana Kegiatan Penelitian

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3 : Kisi-kisi Lembar checklist

Lampiran 4 : Lembar checklist

Lampiran 5 : Hasil Content Validity

Lampiran 6 : Master Tabel

Lampiran 7 : Hasil Output Data Penelitian Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian dari Fakultas Lampiran 9 : Surat Balasan Izin Penelitian

Lampiran 10 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 11 : Daftar Riwayat Hidup

(11)

 

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persatuan perawat nasional Indonesia (PPNI)mengembangkan keterampilan klinik perawatan marternitas berdasarkan kopetensi (Derwani, 2010), yang merupakan salah satu indikator untuk menentukan derajat kesehatan suatu bangsa ditandai dengan tinggi rendahnya angka kematiaan ibu dan bayi. Hal ini merupakan suatu fenomena yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan (Saleha, 2009, hlm.1).

Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dariderajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggaldari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan ataupenanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan,melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpamemperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup(KeMenKes RI, 2012, hlm.48).

Berdasarkan data WHO (World Health Organisation) untuk tahun 2010 AKI di Indonesia mencapai 228/100.000 kelahiran hidup. Angka ini jauh lebih tinggidibandingkan Vietnam (59/100.000), dan Cina (37/100.000). Ini menempatkanIndonesia sebagai salah satu negara dengan AKI tertinggi asia, tertinggi ke-3 di kawasanASEAN dan salah satunya adalah infeksi yang hampir 50% (KeMenKes, 2012 hlm 107).

(12)

meninggal dunia pada setiap 100.000 kelahiran hidup. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 40% kematian masa nifas. Penyebab utama kematian ibu disebabkan karena perdarahan (24%), infeksi (15%), aborsi tidak aman (13%), tekanan darah tinggi (12%), dan persalinan lama (8%). (Kemenkes, 2012, hlm.219).

Di Indonesia Angka Kematian Ibu di suatu RSUD rata – rata sebanyak 1.855 per 100.000 kelahiran hidup. Kematian maternal berturut-turut disebabkan oleh perdarahan 77,2%, preeklamsi atau eklamsi 22%, infeksi 19,1%, dan lain– lain 4,4% (KemenPPPA, 2011. hlm.3).

Berdasarkan laporan dari profil kab/kota (tabel 7) AKI maternal yang dilaporkan di Sumatera Utara hanya 123/100.000 kelahiran hidup, AKI mengacu pada jumlah kematian ibu mulai dari masa kehamilan, persalinan dan nifas. Beberapa faktor yang menyebabkan kematian ibu yaitu retensio plasenta (20%), robekan jalan lahir (19%), partus lama (11%), perdarahan dan eklamsia (10%), komplikasi selama nifas (5%), dan demam nifas (4%). (DepKes Propinsi, 2009.hlm.35).

Menurut Profil Dinkes Jateng (2006). AKI provinsi Jateng tahun 2005 berdasarkan hasil survey kesehatan daerah sebesar 252 per 100.000 kelahiran hidup bila dibandingkan dengan AKI tahun 2004 sebesar 155,22 per 100.000 kelahiran hidup, maka terjadi kenaikan AKI pada tahun 2005. Kejadian kematian ibu maternal paling banyak adalah waktu bersalin sebesar 49,9% kemudian disusul waktu nifas sebesar 30,2% dan pada waktu hamil 20,8% (Haris, & Harjanti, 2011hlm.2)

(13)

 

bisa diakibatkan oleh daya tahan tubuh yang rendah setelah melahirkan, perawatan yang kurang baik dan kebersihan yang kurang terjaga pada saat perawatan sendiri di rumah. (Saefudin, 2009 hlm.3).

Meskipun infeksi pascapartum terbanyak adalah endometritis, yang jauh lebih umum terjadi setelah persalinan per vagina, adanya laserasi atau trauma jaringan dalam saluran genatalia dapat menjadi terinfeksi setelah melahirkan. (Varney, 2007 hlm.1006 )

Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan oleh Ummy Yuliana pada Januari 2010, selama Januari hingga Desember 2010 di RSUD Sleman Yogyakarta sebanyak 879 ibu menjalani persalinan spontan dengan episiotomi. Pada bulan Desember 2010, sebanyak 76 ibu menjalani persalinan spontan dengan episiotomi dan ibu primigravida yang mendapat episiotomi sebanyak 36 orang. (Ummy, 2011 hal.4).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh Herawati pada bulan Februari tahun 2010 di BPS Ny. Sri Suhersi, Desa Mojokerto, Kedawung, Sragen terdapat dari 23 orang pasien postpartum yang mempunyai luka laserasi jalan lahir. Dari hasil pengkajian, didapatkan 8 pasien postpartum yang mengalami keterlambatan penyembuhan luka, terdiri dari 5 pasien yang kurang kebersihan merawat diri; dan 3 pasien yang kurang memperhatikan nutrisi sehingga luka laserasi jalan lahir mengalami proses penyembuhan yang terlambat (Herawati, 2010. hlm.2).

(14)

inspeksi yang tujuannya untuk dapat mengetahui apakah ada tanda-tanda infeksi atau peradangan pada daerah tersebut (Moloku, at all. 2010. hlm.2).

Masa nifas (Puerperium) merupakan masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas ini berlangsung sejak plasenta lahir sampai dengan 6 minggu setelah proses persalinan atau 42 hari setelah kelahiran (Saleha, 2009, hlm.17).

Penyembuhan luka adalah proses penggantian dan perbaikan fungsi jaringan yang rusak. Pelaksanaan perawatan yang kurang baik dapat meningkatkan risiko terjadinya morbiditas nifas, seperti perawatan payudara untuk mencegah

mastitis, membersihkan diri menggunakan sabun setelah buang air kecil dan buang air besar dapat mencegah infeksi genitalia (Varney, 2007 hal.1056 ).

Berdasarkan hasil survey awal telah penulis lakukan pada bulan desember, data didapatkan dari juli sampai oktober tahun 2013 di klinik bidan Haryantari terdapat dari 42 orang pasien postpartum yang mempunyai luka laserasi jalan lahir. Dari hasil pengkajian, didapatkan 13 pasien postpartum yang mengalami keterlambatan penyembuhan luka dan 3 diantaranya mengalami infeksi perineum. Hal ini menunjukkan masih banyak ibu nifas yang kurang memperhatikan luka perineumnya.

Data tersebut di atas melatarbelakangi peneliti untuk mengadakanpenelitian tentang “Hubungan perawatan perineum terhadap kesembuhan luka perineum pada ibu nifas di klinik bidan Haryantaritahun 2014”.

B. Rumusan Masalah

(15)

 

terhadap kesembuhan luka perineum pada ibu nifasdi klinik bidan Haryantari tahun 2014?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahuihubungan perawatan perineum terhadap kesembuhan luka perineum pada ibu nifas di klinik bidan Haryantari tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui distribusi frekuensi perawatan perineum pada ibu nifas di klinik bidan Haryantari tahun 2014.

2. Mengidentifikasi kesembuhan luka perineum pada ibu nifas di klinik bidan Haryantari tahun 2014.

3. Mengidentifikasi hubungan perawatan perineum terhadap kesembuhan luka perineum pada ibu nifas di klinik bidan Haryantari tahun 2014. D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai bahan referensi dan bahan perpustakaan di perpustakaan serta sebagai bahan bacaan penelitian selanjutnya.

2. Bagi Peneliti Lain

Agar dapat dijadikan masukan dalam penelitian yang sama dan dapat lebih memperdalam penelitian yang sudah ada.

3. Bagi Petugas Kesehatan

(16)

4. Bagi Profesi Kebidanan

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Konsep Dasar Masa Nifas

1. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berahir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saefuddin, 2009, hlm.123).

Asuhan masa nifas di perlukan dalam periode ini karena merupakan masa

kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat

kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematiaan masa nifas terjadi dalam

24 jam pertama (Saefuddin, 2009 hlm.122).

2. Klasifikasi masa nifas menurut Yulianti (2011 hal.5) antara lain :

a. Puerperium dini : masa kepulihan adalah saat-saat ibu diperbolehkan berdiri

dan berjalan-jalan.

b. Puerperium intermedial : masa kepulihan menyeluruh dari organ organ genital,

kira-kira antara 6-8 minggu.

c. Remote puerperium : waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna

terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.

3. Perubahan fisikologi masa nifas

a. Sistem Reproduksi

Selama masa nifas, alat-alat genetalia interna dan eksterna

berangsur-angsur kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat-alat

(18)

Involusi uterus dapat digambarkan pada tabel berikut (Pudiastuti, 2011 hlm

158).

Tabel 2.1 Tabel Tinggi Fundus dan Berat Uteri Menurut Involusi

Involusi Berat Uterus Tinggi Fundus Uterus Bayi lahir 2 jari dibawah pusat

Pertengahan pusat dan simfisis Tidak teraba diatas simfisis Bertambah kecil

Sebesar normal

Lochea yaitu cairan yang berasal dari luka kavum uteri yaitu luka plasenta

yang dikeluarkan melalui vagina pada masa nifas. Klasifikasi Lochea menurut

William yang dikutip dari Anggraini (2010.hlm 54) yaitu:

1) Rubra (cruenta) 1-3 hari Merah kehitaman, terdiri dari darah segar,

jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut

bayi), dan sisa mekoneum.

2) Sanguinolenta 4-7 hari Merah kecoklatan dan berlendir Sisa darah

bercampur lender.

3) Serosa 7-14 hari Kuning kecoklatan Lebih sedikit darah dan lebih banyak

serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan/ laserasi plasenta Alba >14

hari Putih Mengandung leukosit, sel desidua dan sel epitel, selaput lendir

servik dan serabut jaringan yang mati.

b. Sistem Percernaan

Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini umumnya

disebabkan makanan padat dan kurang serat selama persalinan. Disamping itu

(19)

Namun buang air besar harus dilakukan 3 – 4 hari setelah persalinan.

(Suherni. at all, 2009.hlm.80).

c. Sistem Perkemihan

Kandung kencing masa nifas mempunyai kapasitas yang bertambah besar

dan relative tidak sensitive terhadap tekanan cairan intravesika. Urin dalam

jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam stelah melahirkan

(Rukiyah. at all, 2011.hlm.65).

d. Sistem Muskuloskeletal

Ligament – ligament, fasia, diafragma pelvis yang meregang sewaktu

kehamilan dan persalinan berangsur kembali seperti semula. Tidak jarang

ligament rotundum mengendur, sehingga uterus jatuh kebelakang. Fasia

jaringan penunjang alat genetalia yang mengendur dapat diatasi dengan

latihan – latihan tertentu (Saleha, 2009.hlm.59).

e. Tanda-tanda Vital

Suhu badan di hari pertama post partum naik sedikit (37,5–380 C) sebagai

akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Nadi

normal orang dewasa 60 – 80 kali per menit sehabis melahirkan denyut nadi

bisa lebih cepat (Sulistyawati, 2009.hlm.81).

Tekanan darah, pada umumnya tidak berubah, kemungkinan turun karena

ada perdarahan setelah melahirkan dan meningkat karena terjadinya

preeclampsia postpartum. Pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan

nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal maka pernapasan juga akan

(20)

f. Sistem kardiovaskuler dan Sistem Hematologi

Leukositosis adalah meningkatnya sel – sel darah putih sampai banyak di

masa persalinan. Leukosit tetap tinggi pada hari pertama postpartum akan

tetapi jumlah hemoglobin dan hematokrit serta eritrosit sangat bervariasi

pada awal – awal masa nifas (Saleha, 2009.hlm.62).

g. Sistem Endokrin

Perubahan yang terjadi pada sistim endokrin antara lain : perubahan

hormone plasenta, hormone pituitary, kadar esterogen dan hipotalamik

pituatary ovarium (Sulistyawati, 2009 . hlm.80).

B. Laserasi Perineum

1. Pengertian Laserasi Perineum

Laserasi perineum adalah perlukaan yang terjadi pada saat persalinan di

bagian perineum . pada laserasi perenium, dapat terjadi infeksi ditempat

dilakukannya episiotomi dan jahitan pada persalinan seasar (Walsh,

2007.hlm.504).

Ibu mengalami trauma perineum yang membutuhkan jahitan. Jika luka

perineum tampak mengalami infeksi, bidan harus berdiskusi dengan ibu

mengenai cara perawatan luka yang benar dan berusaha mengurangi

kelembapan dan panas. Ibu disarankan untuk menggunakan celana dari bahan

katun serta secara rutin mengganti pembalut (Myles, 2011 hlm 627).

Jika ditinjau dari penyebab kematian ibu, infeksi merupakan penyebab

kematian terbanyak setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika tenaga

kesehatan memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini, banyak ibu

(21)

terutama apabila terdapat luka, perineum ibu harus diperhatikan secara teratur

terhadap kemungkinan terjadinya infeksi (Prawirohardjo, 2008, hlm.358).

Laserasi perineum yang terinfeksi akan tampak kemerahan dan bengkak.

Pada kasus lain luka harus dibuka dengan mengangkat jahitan dan dibersihkan

dengan menggunakan normal salin, antibiotik oral juga perlu diberikan

(Wheeler, 2011 hal 180).

2. Bentuk Luka Perineum

Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu :

a. Ruptur perineum

Ruptur perineum adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh

rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau

bahu pada saat proses persalinan. Bentuk ruptur biasanya tidak teratur

sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan (Prawiharjo, 2008.

hlm.410).

b. Episotomi

Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk

memperbesar muara vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala

bayi. Episiotomi, suatu tindakan yang disengaja pada perineum dan vagina

yang sedang dalam keadaan meregang. Tindakan dilakukan jika perineum

diperkirakan akan robek teregang oleh kepala janin. (Rohani at all, 2011.

hlm.177).

Insisi episiotomi dapat dilakukan di garis tengah atau medial. Insisi

medial mempunyai keuntungan karena tidak banyak pembuluh darah besar

(22)

perluasan insisi ke rectum. Sehingga insisi mediolateral lebih sering

digunakan karena lebih aman(Liu, 2007 hlm 129).

Menurut Saefuddin (2008 hlm.175), pada proses persalinan sering terjadi ruptur

perineum yang disebabkan antara lain kepala janin lahir terlalu cepat, persalinan

tidak dipimpin sebagaimana mestinya, riwayat jahitan pada perineum.

Pada persalinan dengan distosia bahu robekan perineum umumnya terjadi di

garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut

arkus pubis lebih kecil dari biasanya sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke

belakang, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih

besar daripada sirkumferensia suboksipito-bregmatika, atau anak yang dilahirkan

dengan pembedahan vaginal (Herawati, 2010.hlm.19).

3. Derajat Robekan Perineum

Derajat robekan perineum menurut JNPK-KR 2012. hlm.107 yaitu:

a. Robekan Derajat Satu

Meliputi mukosa vagina, kulit perineum tepat dibawahnya.

Umumnya robekan tingkat 1 dapat sembuh sendiri penjahitan tidak

diperlukan jika tidak perdarahan dan menyatu dengan baik.

b. Robekan Derajat Dua

Meliputi mucosa vagina, kulit perineum dan otot perineum.

Perbaikan luka dilakukan setelah diberi anestesi lokal kemudian otot-otot

diafragma urogenitalis dihubungkan di garis tengah dengan jahitan dan

kemudian luka pada vagina dan kulit perineum ditutupi dengan mengikut

(23)

c. Robekan Derajat Tiga

Meliputi mukosa vagina, kulit perineum, otot perineum dan otot

spingterani eksternal. Pada robekan partialis denyut ketiga yang robek

hanyalah spingter.

d. Robekan Derajat Empat

Pada robekan yang total spingter recti terpotong dan laserasi meluas

sehingga dinding anterior rektum dengan jarak yang bervariasi.

4. Perawatan Perineum

Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan

daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa

antara kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada

waktu sebelum hamil (Morison, 2007 hlm 26)

Hal yang harus diperhatikan dalam perawatan luka perineum antara lain

adalah Menjaga agar perineum selalu bersih dan kering, Menghindari pemberian

obat trandisional, Menghindari pemakaian air panas untuk berendam, Mencuci

luka dan perineum dengan air dan sabun 3 – 4 x sehari (JNPK-KR, 2012.

hal.155).

Perawatan khusus perineal bagi wanita setelah melahirkan anak mengurangi

rasa ketidaknyamanan, kebersihan, mencegah infeksi, dan meningkatkan

penyembuhan dengan prosedur pelaksanaan menurut Hamilton (2002) dikutip

dari vetos (2008, ¶ 14) adalah sebagai berikut:

a. Mencuci tangannya

(24)

c. Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah mengarah ke

rectum dan letakkan pembalut tersebut ke dalam kantung plastik.

d. Berkemih dan BAB ke toilet.

e. Semprotkan ke seluruh perineum dengan air.

f. Keringkan perineum dengan menggunakan tisu dari depan ke belakang.

g. Pasang pembalut dari depan ke belakang.

h. Cuci kembali tangan

5. Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka adalah proses penggantian dan perbaikan fungsi jaringan

yang rusak atau mulai membaiknya luka perineum dengan terbentuknya jaringan

baru yang menutupi luka perineum dalam jangka waktu 6-7 hari post partum.

Kriteria penilaian luka menurut Boyle, dalam bukunya yang berjudul

manajemen penyembuhan luka (2009) :

a. Baik, jika luka kering, perineum menutup dan tidak ada tanda infeksi

(merah, bengkak, panas, nyeri, fungsioleosa).

b. Sedang, jika luka basah, perineum menutup, tidak ada tanda-tanda infeksi

(merah, bengkak, panas, nyeri,fungsioleosa).

c. Buruk, jika luka basah, perineum menutup/membuka dan ada tanda-tanda

infeksi merah,bengkak, panas, nyeri, fungsioleosa.

Penyembuhan luka menurut Herawati (2010.hlm.10) dapat terjadi

secara :

1) Per Primam yaitu penyembuhan yang terjadi setelah segera diusahakan

(25)

2) Per Sekunden yaitu luka yang tidak mengalami penyembuhan

perprimam. Proses penyembuhan terjadi lebih kompleks dan lebih lama.

Luka jenis ini biasanya tetap terbuka. Biasanya dijumpai pada luka-luka

dengan kehilangan jaringan, terkontaminasi atau terinfeksi.

Penyembuhan dimulai dari lapisan dalam dengan pembentukan jaringan

granulasi.

3) Per Tertiam atau per primam tertunda yaitu luka yang dibiarkan terbuka

selama beberapa hari setelah tindakan debridemen. Setelah diyakini

bersih, tepi luka dipertautkan (4-7 hari).

a. Fase penyembuhan luka menurut Morison (2007.hlm.1) yaitu:

1) Fase Inflamasi akut terhadap cedera: mencakup hemostasis, pelepasan

histamine dan mediator lain dari sel-sel yang rusak, dan migrasi sel darah

putih (leukosit polimorfonuklear dan makrofag) ke tempat yang rusak

tersebut.

2) Fase destruktif: pembersihan jaringan yang mati dan yang mengalami

devitalisasi oleh leukosit polimorfonuklear dan makrofag.

3) Fase proliferatif: yaitu pada saat pembuluh darah baru yang diperkuat oleh

jaringan ikat, menginfiltrasi luka.

4) Fase maturasi, mencakup re-epitelisasi, kontraksi luka dan reorganisasi

(26)

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesembuhan Luka Menurut Smelzer

(2002) dibagi 2, yang dikutip dari Herawati (2010.hlm.24) yaitu :

1) Faktor internal:

a) Usia

Penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada usia muda dari pada

orang tua. Orang yang sudah lanjut usianya tidak dapat mentolerir

stress seperti trauma jaringan atau infeksi.

b) Cara perawatan

Penanganan yang kasar menyebabkan cedera dan memperlambat

penyembuhan.

c) Personal hygiene/Kebersihan diri

Personal higiene (kebersihan diri) dapat memperlambat

penyembuhan, hal ini dapat menyebabkan adanya benda asing seperti

debu dan kuman.

d) Over aktivitas

Aktifitas yang terlalu banyak dapat menghambat perapatan tepi

luka. Mengganggu penyembuhan yang diinginkan.

e) Infeksi

Infeksi dapat memperlambat penyembuhan luka dan

meningkatkan granulasi serta pembentukan jaringan parut. Akumulasi

darah menciptakan ruang rugi juga sel-sel mati yang harus

(27)

2) Faktor eksternal:

a) Tradisi atau linggkungan

Di Indonesia ramuan peninggalan nenek moyang untuk perawatan

pasca persalinan masih banyak digunakan, meskipun oleh kalangan

masyarakat modern. Misalnya untuk perawatan kebersihan genital.

b) Pengetahuan

Pengetahuan ibu tentang perawatan pasca persalinan sangat

menentukan lama penyembuhan luka perineum. Apabilapengetahuan

ibu kurang telebih masalah kebersihan maka penyembuhan lukapun

akan berlangsung lama.

c) Sosial ekonomi dan sarana prasarana

Pengaruh dari kondisi sosial ekonomi ibu dengan lama

penyebuhan perineum adalah keadaan fisik dan mental ibu dalam

melakukan aktifitas sehari-hari pasca persalinan. Jika ibu memiliki

tingkat sosial ekonomi yang rendah, bisa jadi penyembuhan luka

perineum berlangsung lama karena timbulnya rasa malas dalam

merawat diri.

d) Penanganan petugas

Pada saat persalinan, pembersihannya harus dilakukan dengan

tepat oleh penangan petugas kesehatan, hal ini merupakan salah satu

penyebab yang dapat menentukan lama penyembuhan luka perineum.

e) Kondisi ibu dan Gizi

Makanan yang mengandung zat – zat gizi yang dapat diubah

(28)

menyebabkan ibu dalam keadaan sehat dan segar. Dan akan

mempercepat masa penyembuhan luka perineum (Almatsier,

2008.hlm.3).

c. Faktor penghambat penyembuhan luka

Penghambat keberhasilan penyembuhan luka menurut Johnson (2004,

hal.370) adalah sebagai berikut :

1) Malnutrisi

Malnutrisi secara umum dapat mengakibatkan berkurangnya kekuatan

luka, baik luka tersebut merupakan luka traumatis, luka akibat tindakan

bedah, ataupun luka tebuka yang kronik, dapat meningkatkan dehisensi

luka, meningkatkan kerentanan terhadap infeksi, dan parut dengan kualitas

yang buruk. Defisien nutrisi (sekresi insulin dapat dihambat, sehingga

menyebabkan glukosa darah meningkat) tertentu dapat berpengaruh pada

penyembuhan (Morison, 2007.hlm.19).

2) Merokok

Nikotin dan karbon monoksida diketahui memiliki pengaruh yang

dapat merusak penyembuhan luka, bahkan merokok yang dibatasi pun

dapat mengurangi aliran darah perifer. Merokok juga mengurangi kadar

vitamin C yang sangat penting untuk penyembuhan. (Johnson, 2004,

hal.370)

3) Kurang tidur

Gangguan tidur dapat menghambat penyembuhan luka, karena tidur

meningkatkan anabolisme dan penyembuhan luka termasuk ke dalam

(29)

4) Stres

Ansietas dan stres dapat mempengaruhi sistem imun sehingga

menghambat penyembuhan luka (Johnson, 2004, hal.371).

5) Kondisi medis dan terapi

Imun yang lemah karena sepsis atau malnutrisi, penyakit tertentu

seperti AIDS, ginjal atau penyakit hepatik dapat menyebabkan menurunnya

kemampuan untuk mengatur faktor pertumbuhan, inflamasi, dan sel-sel

proliperatif untuk perbaikan luka (Johnson, 2004, hal.371).

6) Apusan kurang optimal

Melakukan apusan atau pembersihan luka dapat mengakibatkan

organisme tersebar kembali disekitar area kapas atau serat kasa yang lepas

ke dalam jaringan granulasi dan mengganggu jaringan yang baru terbentuk

(Johnson, 2004, hal.371).

7) Lingkungan optimal untuk penyembuhan luka

Lingkungan yang paling efektif untuk keberhasilan penyembuhan luka

adalah lembab dan hangat (Johnson, 2004, hal.371).

8) Infeksi

Infeksi dapat memperlambat penyembuhan luka dan meningkatkan

granulasi serta pembentukan jaringan parut (Johnson, 2004, hal.371).

C. Hubungan perawatan luka dengan Kesembuhan luka perineum

Perawatan luka perineum pada hakikatnya merupakan masalah kebersihan.

Perineum dibersihkan dengan larutan antiseptic ringan tiap kali sesudah buang air

kecil dan besar. Panas dari lampu listrik dapat digunakan untuk mengeringkan

(30)

hari dengan menggunakan air dan sabun yang lembut adalah tindakan yang baik

sekali untuk mempertahankan agar perineum selalu bersih dan bebas dari secret

yang iritatif (Oxorn, 2010.hlm 447).

Menurut Varney, (2007) akibat perawatan perineum yang tidak benar dapat

mengakibatkan kondisi perineum yang terkena lokhea menjadi lembab sehingga

sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya

infeksi pada perineum.

Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga

menyebabkan kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga akan menambah

ukuran dari luka itu sendiri, baik panjang maupun kedalaman luka. Pada kenyataan

fase-fase penyembuhan akan tergantung pada beberapa faktor termasuk ukuran dan

tempat luka, kondisi fisiologis umum pasien, dan cara perawatan luka perineum

yang tepat (Morison, 2007 hlm.53).

Skema 2.1 Skema Kerangka Teori

Faktor internal : 1.Usia

3. Personal hygien

4. over aktivitas 5 Infeksi

2.Cara perawatan

Faktor eksternal : 1.Tradisi atau lingkungan

2.Pengetahuan

3.Sosial ekonomi dan sarana prasarana

4.Penanganan petugas

5. Kondisi ibu dan gizi

Kesembuhan Luka

(31)

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFENISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah merupakan formulasi atau simplifikasi dari

kerangka teori atau teori-teori yang mendukung penelitian tersebut

(Notoatmodjo,2010, hlm. 101). Variabel independen dalam penelitian ini adalah

cara perawatan perineum dan variabel dependen adalah kesembuhan luka perineum.

Skema 3.1 Skema Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

B. Hipotesa

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pernyataan penelitian.

Hipotesis berfungsi untuk menentukan ke arah pembuktian, artinya hipotesis harus

dibuktikan (Notoatmodjo,2010, hlm. 84). Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada

hubungan (h0 ditolak) cara perawatan perineum terhadap kesembuhan luka pada ibu

nifas.

C. Defenisi Operasional

Defenisi oprasional adalah defenisi yang didasarkan atas sifat-sifat yang dapat

diamati (Syahrum, 2007 hlm.108).Defenisi oprasional ini penting dan diperlukan agar

pengukuran variabel atau pengumpulan data itu konsisten antara sumber data

(responden) yang satu dengan yang lain. Definisi oprasional variabel yang

dihubungkan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

(32)

Tabel 3.1 Tabel Defenisi Operasional Variabel

No Variable Defenisi operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1. Independen

Perawatan

perineum Perawatan perineum adalah tindakan yang

dilakukan untuk menyehatkan daerah perineum ibu sampai kembali seperti pada waktu sebelum hamil

Lembar

checklist

wawancara a. Dilakukan, jika hasil checklist

lebih besar dari nilai mean atau sama dengan

mean. b. Tidak

dilakukan, jika hasil checklist

lebih kecil dari nilai mean. yang luka sampai terbentuknya jaringan baru yang menutupi luka perineum dalam jangka waktu 6-7 hari post partum.

Lembar

checklist

observasi a. Baik, jika luka

kering, perineum

(33)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasidengan

rancangan penelitian crossectional yaitu penelitian pada beberapa populasi yang

diamati pada waktu yang sama (Hidayat, 2011 hlm. 50). Penelitian ini dilakukan

untuk mengetahui hubungan antara perawatan perineum dengan kesembuhan luka

perineum pada ibu nifas.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010, hlm.

173). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang mengalami luka

perineum di klinik bidan Haryantari.Data ibu nifas di klinik bidan Haryantari

dari bulan februarisampai april tahun 2014 ada sebanyak 67 ibu nifas, dan yang

mengalami luka perineum sebanyak 47 ibu nifas.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti sebagai objek

penelitian yang di anggap mewakili seluruh populasi menurut teknik

pengambilan sampel menggunakan pendekatan secara Accidental sampling

yaitu pengambilan sampel seadanya atau semua subjek yang dijumpai pada

waktu penelitian (Arikunto, 2006, hlm. 120). Sampel dalam penelitian

inisebanyak 37 responden yang mengalami luka derajat I dan II dengan robekan

(34)

C. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di klinik bidan Haryantari, dengan pertimbangan

banyaknya ibu bersalin dengan luka perineum yang dapat dijumpai untuk dijadikan

sampel dalam penelitian, dan klinik dekat dengan tempat tinggal peneliti selain itu

peneliti melaksanakan Praktik Belajar Klinik (PBK) di klinik bidan Haryantari

sehingga mempermudah proses penelitian.

D. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini mulai pada bulan november 2013 – bulan juni 2014.

E. Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari insitusi pendidikan

yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU dan izin

pimpinan klinik bidan Haryantari. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang

berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu : memberikan penjelasan kepada calon

responden penelitian tentang tujuan dan prosedur penelitian. Apabila calon

responden bersedia, maka calon responden dipersilakan untuk menandatangani

informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden

berhak untuk menolak dan mengundurkan diri. Responden juga berhak

mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung, kebebasan dari

tindakan yang merugikan atau resiko dan mendapat keadilan tanpa adanya

diskriminasi apabila responden tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.

Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan

nama responden pada instrumen, tetapi mengunakan kode. Data-data yang diperoleh

(35)

F. Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar

checklist untuk perawatan perineum berdasarkan literatur yang ada. Lembar

checklist penelitian ini terdiri dari pernyataaan, masing-masing pernyataan diberi

respon tunggal. Pengukuran kesembuhan luka perineum dengan menggunakan

lembar observasi.

Data yang terkumpul diolah dengan cara manual dengan tahapan:

a. Proses Editing

Editing adalah memeriksa data yang dikumpulkan baik berupa daftar, kartu atau

register (Budianto,2009 hlm 29). Dilakukan pengesahan terhadap kelengkapan

data-data yang telah terkumpul bila terdapat kesalahan atau kekurangan dalam

pengumpulan data akan diperbaiki dan dilakukan pendataan ulang

(Notoatmodjo,2010, hlm. 176).

b. Proses coding

Yaitu mengidentifikasi jawaban menurut macamnya dengan memberikan kode

tertentu, untuk mempermudah pengenalan data (Notoatmodjo,2010, hlm. 177)

c. Proses tabulating

Data yang telah lengkap dihitung sesuai dengan varibel yang dibutuhkan

kemudian dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi. (Arikunto,2010, hlm.

279).

G. Uji Validitas dan Realibilitas

Uji validitas dan realibilitas hingga saat ini masih ada kesan semu seolah-olah

(36)

realibilitasnya. Sesungguhnya uji validitas dan realibilitas itu terutama untuk alat

ukur yang menghasilkan nilai kuantitatif (Darwis, 2003.hlm.248).

Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah alat ukur yang telah pernah

di gunakan oleh peneliti sebelumnya Herawati (2010) dengan judul penelitian yang

sama. Karena alat ukur tersebut belum dilakukan Uji validitas dan realibilitas maka

peneliti akan melakukan uji kepada contens validity dan uji realibilitas dengan

alpha cronbach

Uji validitas digunakan untuk menguji kesahihan instrumen penelitian di mana

berarti instrumen penelitian dapat mengukur apa yang hendak diukur

(Notoadmodjo, 2010). Satu butir instrumen penelitian dikatakan valid dan dapat

mengukur variabel penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya

diharapkan 0.7 atau lebih. Content validity dilakukankepada orang yang dianggap

ahli dibidangnya. Validitas dilakukan oleh ibu Evi Era Liesmayani, SST. M.keb

yang sebelumnya sudah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan skor CVI

(Content Validity Index) nya adalah 0,84

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur keandalan instrumen penelitian,

artinya seberapa sering pun instrumen yang sama digunakan pada sampel yang sama

maka hasilnya akan tetap sama. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan

Alpha Cronbach. Test reliabilitas menggunakan analisis item, yaitu masing-masing

skor item dikorelasikan dengan skor totalnya dengan ketentuan apabila koefisien

alpha mendekati angka 0,7 dinyatakan reliabel. Instrumen penelitian ini dinyatakan

(37)

H. ProsedurPengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah :mengajukan surat

permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan Program Studi D-IV Bidan

Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dan mengajukan surat

permohonan izin melaksanakan penelitian di klinik bidan Haryantari. Setelah

mendapat izin, peneliti melaksanakan pengumpulan data pada ibu nifas yang

mengalami luka perineum. Peneliti menemui responden di tempat penelitian

maupun datang langsung ke rumah responden setelah mendapatkan alamat

responden dari asisten klinik, dengan cara peneliti meninggalkan nomor handphone

dan menyimpan nomor handphone asisten klinik untuk memperlancar proses

pengumpulan data. Saat peneliti bertemu dengan responden, peneliti menjelaskan

kepada responden tentang tujuan dan manfaat penelitian.

I. Analisis Data

Untuk menguji hipotesis menggunakan teknik analisa statistic dengan rumus

Chi-square. Peneliti akan menggunakan analisa ini untuk mengetahui hubungan

antara perawatan perineum dengan kesembuhan luka perineum. Hasil yang

diperoleh tabel kontingensi diterapkan dengan menggunakan perhitungan secara

manual dalam rumus Chi-square, yaitu :

Keterangan:

X2 : Chi-square

O : Frekuensi observasi

E : Frekuensi harapan

(38)

Jika nilai x² hitung lebih besar dari nilai x² tabel dengan taraf signifikansi (α)

sebesar 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti terdapat hubungan perawatan

perineum terhadap kesembuhan luka perineum pada ibu nifas di klinik bidan

Haryantari.

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan

program SPSS yang disesuaikan, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Univariat

Data yang bersifat kategori dicari frekuensi dan proporsinya yakni kesembuhan

luka perineum. Sedangkan data yang bersifat numerik dicari mean, dan standar

deviasinya yakni perawatan perineum melalui statistik deskriptif. Hasil data

dibuat dalam bentuk tabel.

2. Bivariat

Analisis ini digunakan untuk menguji perawatan perineum terhadap kesembuhan

luka perineum. Dalam menganalisis data secara bivariat, pengujian data

dilakukan dengan uji statistik uji Chi-square yaitu uji statistik deskriftif untuk

(39)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Pada bab ini diuraikan hasil dan pembahasan penelitian mengenai hubungan

perawatan perineum terhadap kesembuhan luka perineum pada ibu nifas di klinik

bidan Haryantari dengan jumlah responden yang didapatkan sebanyak 37 ibu yang

melahirkan dengan luka perineum, yang kemudian dinilai dengan menggunakan

instrument penelitian berupa lembar checklist dengan cara wawancara dan

observasi.

1. Univariat

Analisis univariat ini bertujuan untuk mengetahui Distribusi frekuensi

data demografi responden, perawatan perineum, dan kesembuhan luka perineum

pada ibu nifas di klinik bidan Haryantari tahun 2014. Peneliti menggunakan

lembar checklist yang berisikan 12 pernyataan mengenai perawatan perineum

dan 3 pernyataan mengenai kesembuhan luka terhadap 37 responden yang

mengalami luka perineum, maka diperoleh hasil sebagaimana disajikan dalam

(40)

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Data Demografi Responden di klinik bidan Haryantari Tahun 2014

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Umur :

Dari tabel 5.1 di dapatkan bahwa dari 37 responden mayoritas responden berusia

20-35 tahun sebanyak 29 responden (78,4%) dan minoritas berusia >35 tahun. Sedangkan

pada pendidikan mayoritas responden berpendidikan SLTA sebanyak 21 responden

(56,8%), minoritas SLTP sebanyak 7 responden (18,9%), pada paritas mayoritas

(41)

keempat sebanyak 1 responden (2,7%) dan berdasarkan pekerjaan mayoritas responden

bekerja sebagai IRT sebanyak 26 responden (70,3%), minoritas responden bekerja

sebangai swasta sebanyak 3 responden (8,1%).

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perawatan Perineum di klinik bidan Haryantari Tahun 2014

Perawatan Perineum Frekuensi Persentase (%)

- Dilakukan - Tidak dilakukan

23 14

62,2 37,8

Total 37 100

Dari tabel 5.2 di dapatkan bahwa dari 37 responden mayoritas responden

melakukan perawatan perineum sebanyak 23 responden (62,2%) dan minoritas tidak

melakukan perawatan perineum sebanyak 14 responden (37,8 %).

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kesembuhan Luka Perineum di klinik bidan Haryantari Tahun 2014

Kesembuhan luka Perineum Frekuensi Persentase (%)

- Baik

Dari tabel 5.3 di dapatkan bahwa dari 37 responden mayoritas responden di temukan

dengan kesembuhan baik dan buruk sebanyak 14 responden (37,8%). Sedangkan

minoritas respondennya ditemukan dengan kesembuhan sedang sebanyak 9 responden

(42)

2. Bivariat

Analisis bivariat ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perawatan

perineum terhadap kesembuhan luka perineum pada ibu nifas di klinik bidan

Haryantari tahun 2014. Peneliti menggunakan lembar checklist yang berisikan

12 pernyataan mengenai perawatan perineum dan 3 pernyataan mengenai

kesembuhan luka terhadap 37 responden yang mengalami luka perineum,

maka diperoleh hasil sebagaimana disajikan dalam tabel distribusi frekuensi di

bawah ini.

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan Perawatan Perineum Terhadap Kesembuhan Luka Perineum

di klinik bidan Haryantari Tahun 2014

Kesembuhan

Total P-Value

Baik Sedang Buruk

Perawata perineum N % N % n % n % 0,023

Dilakukan 12 52,2 6 6,1 5 1,7 3 100

Tidak dilakukan 2 4,3 3 1,4 9 4,3 4 100

Total 4 7,8 9 4,3 4 7,8 7 100

Dari tabel 5.4 di dapatkan bahwa dari hasil penelitian menunjukkan

bahwa dari 23 responden yang melakukan perawatan perineum, mayoritas

dengan kesembuhan baik sebanyak 12 responden (52,2%), minoritas dengan

kesembuhan buruk sebanyak 5 responden (21,7%). Sedangkan dari 14 responden

yang tidak melakukan perawatan perineum, mayoritas dengan kesembuhan buruk

sebanyak 9 responden (64,3%) dan minoritas baik sebanyak 2 responden

(43)

Berdasarkan uji statistik hubungan antara variabel perawatan perineum

terhadap kesembuhan luka perineum diukur dengan menggunakan uji chi square,

diperoleh nilai pearson chi square ρ = 0.023 < 0.05 (ho ditolak) sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara perawatan perineum

terhadap kesembuhan luka perineum di klinik bidan Haryantari Tahun 2014.

B. Pembahasan

Pembahasan dalam penelitian ini disusun sesuai dengan tujuan penelitian hasil

statistik dengan pendekatan hubungan perawatan perineum terhadap kesembuhan

luka perineum pada ibu nifas di klinik bidan Haryantari tahun 2014.

1. Perawatan Perineum

Menurut Notoadmodjo (2010), Makin tinggi pendidikan seseorang,

makin mudah menerima informasi, sehingga makin banyak pula pengetahuan

yang dimiliki dan sebaliknya bila pendidikan yang kurang akan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan.

Tingkat pendidikan yang tinggi akan mempermudah seseorang menerima

informasi, sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki khususnya

mengenai perawatan luka perineum. Pengetahuan ibu tentang perawatan luka

sangat menentukan lama penyembuhan luka perineum. Apabila pengetahuan ibu

kurang, terlebih masalah kebersihan maka penyembuhan lukapun akan

berlangsung lama. Sehingga tingginya tingkat pendidikan akan menunjang

perawatan luka perineum pada ibu nifas untuk lebih baik.

Selain itu, paritas dan pekerjaan juga mempengaruhi ibu nifas dalam

(44)

adalah guru yang terbaik. Karena pengalaman merupakan sumber pengetahuan

atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran. Apabila seseorang telah

melahirkan anak yang kedua kali dan seterusnya umumnya dapat melakukan

perawatan perineum dengan baik karena mereka telah memperoleh pengalaman

dan informasi pada kelahiran anak sebelumnya. Pekerjaan dalam hal ini juga

dapat mempengaruhi ibu nifas dalam melakukan perawatan perineum, dimana

ibu yang bekerja akan mudah mendapatkan informasi dibandingkan dengan ibu

yang tidak bekerja.

Menurut asumsi peneliti hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori

bahwa perawatan luka perineum di pengaruhi oleh karakteristik ibu. Hasil

penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Haris &

Harjanti, (2011) yang berjudul hubungan pengetahuan teknik perawatan dengan

kesembuhan luka perineum ada ibu nifas di BPS Kota Semarang, yang

menyatakan bahwa perlunya pengetahuan responden tentang teknik perawatan

luka perineum. Sumber pengetahuan dapat kita lihat dari karakteristik responden.

2. Kesembuhan Luka Perineum

Masih adanya kesembuhan luka perineum yang buruk yaitu tidak terbentuk

jaringan parut minimal dalam waktu 6 hari setelah melahirkan dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Hal ini dapat dibuktikan oleh (Morison, 2007) yang menyatakan

bahwa kesembuhan luka perineum dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor

internal antara lain usia, dimana penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada usia

muda dari pada orang tua. Selain itu, hal yang sangat penting adalah cara

(45)

penyembuhan. Aktivitas berat dan berlebih juga merupakan faktor yang

mengganggu penyembuhan luka karena dapat menghambat perapatan tepi luka.

Selain faktor internal, faktor eksternal yang mempengaruhi kesembuhan luka

perineum antara lain tradisi, tradisi sangat mempengaruhi penyembuhan luka, di

Indonesia ramuan peninggalan nenek moyang untuk perawatan luka perineum

masih banyak digunakan, meskipun oleh kalangan masyarakat modern.

Faktor penanganan petugas misalnya pada saat persalinan, pembersihannya

harus dilakukan dengan tepat oleh penanganan petugas kesehatan serta kondisi

kesehatan ibu baik secara fisik maupun mental harus tetap dijaga karena dapat

menyebabkan lama penyembuhan. Jika kondisi ibu sehat, maka ibu dapat

merawat diri dengan baik. Hal ini dapat ditunjang dengan makanan yang bergizi

dan sesuai porsi sehingga menyebabkan ibu dalam keadaan sehat dan segar

(Almatsier, 2008, hal.142).

Menurut asumsi peneliti hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Herawati.P (2010), yang berjudul hubungan perawatan

perineum Dengan kesembuhan luka perineum pada ibu nifas hari keenam di

bidan praktek swasta (BPS) Ny. Sri Suhersi Mojokerto Kedawung Sragen yang

menyebutkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku ibu

nifas dalam perawatan luka perineum sehingga didapatkan kesembuhan luka

perineum yang baik sesuai dengan waktunya. Salah satu faktor yang disebutkan

adalah kebiasaan menggunakan rebusan daun sirih untuk membersihkan daerah

perineum dan adanya pantangan-pantangan terhadap jenis makanan tertentu yang

(46)

3. Hubungan Perawatan Perineum dengan Kesembuhan Luka Perineum Pada

Ibu Nifas

Menurut Morison (2007), tujuan perawatan perineum adalah mencegah

terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan luka. Infeksi menyebabkan

terlambatnya penyembuhan luka. Adanya benda asing akan memperlambat

penyembuhan. Karena perawatan yang salah dapat mengakibatkan rusaknya

jaringan baru dan menyebabkan perdarahan serta penyembuhan luka terhenti.

Kemungkinan terjadinya infeksi pada luka karena perawatan yang tidak benar,

dapat meningkat dengan adanya benda mati dan benda asing.

Menurut Henderson, yang dikutip dari Puspitarani Herawati (2010),

pembersihan luka diperlukan untuk mencegah perlambatan penyembuhan. Luka

yang kotor harus dicuci bersih. Bila luka kotor, maka penyembuhan sulit terjadi.

Kalaupun sembuh akan memberikan hasil yang buruk. Jadi, luka bersih sembuh

lebih cepat daripada luka yang kotor.

Penggunaan ramuan obat untuk perawatan luka dan tehnik perawatan luka

yang kurang benar adalah penyebab terlambatnya penyembuhan. Hal ini sesuai

dengan penelitian Haris. & Harjanti, (2011) bahwa perawatan perineum yang

tidak benar menyebabkan infeksi dan memperlambat penyembuhan. Personal

hygiene (kebersihan diri) yang kurang dapat memperlambat penyembuhan, hal

ini dapat menyebabkan adanya benda asing seperti debu dan kuman. Selain

perawatan luka perineum, faktor gizi terutama protein akan sangat

mempengaruhi terhadap proses penyembuhan luka pada perineum karena

(47)

Menurut asumsi peneliti, penelitian ini sesuai dengan teori, yang

mengemukakan bahwa perawatan perineum yang baik berpengaruh terhadap

kesembuhan luka perineum. Tingkat kesembuhan pada ibu nifas disebabkan

tingginya tingkat pendidikan ibu nifas, sehingga makin banyak pula pengetahuan

yang dimiliki ibu nifas mengenai perawatan luka perineum (Morison, 2007).

Asumsi peneliti diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Herawati.P

(2010) dan penelitian Haris & Harjanti, (2011) dengan hasil uji Chi-square dengan

nilai p = 0,004 yang sama menunjukkan nilai positif (+) berarti semakin baik

perawatan perineum, semakin cepat kesembuhan luka perineum.

C. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti merasakan masih ada keterbatasan yang dihadapi

dalam melaksanakan penelitian. Hal ini disebabkan keterbatasan serta kemampuan

yang dimiliki oleh peneliti. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini antara lain

meliputi ; keterbatasan waktu dalam penelitian, dimana saat melakukan penelitian

item yang berisikan lembar obserpasi tidak langsung peneliti yang melakukan

obserpasi melainkan asisten peneliti yang melakukannya. Karena jadwal

perkuliahan dan jadwal penelitian sama.

D. Implikasi Untuk Asuhan Kebidanan/Pendidikan Kebidanan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti bahwa perawatan

perineum memiliki pengaruh terhadap kesembuhan luka ibu nifas. Dalam hal ini

diharapkan petugas kesehatan memberikan penguatan konseling terhadap perawatan

perineum, dan pada intitusi pendidikan diharapkan dapat menerapkan kompetensi

(48)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian hubungan perawatan perineum terhadap kesembuhan luka perineum pada ibu nifas di klinik bidan Haryantari tahun 2014, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari hasil uji statistik pada 37 responden berdasarkan perawatan perineum mayoritas responden melakukan perawatan luka perineum sebanyak 23 responden (62,2%).

2. Dari hasil uji statistik pada 37 responden berdasarkan kesembuhan luka perineum mayoritas responden dengan kesembuhan luka dengan kategori baik dan buruk sebanyak 14 responden (37,8%).

3. Dari hasil uji statistik pada 37 responden diperoleh nilai p = 0,023 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara perawatan perineum dengan kesembuhan luka perineum.

B. Saran

1. Institusi Pendidikan

Bagi intitusi pendidikan Universitas Sumatra Utara diharapkan memperbanyak referensi di perpustakaan. terutama yang membahas tentang perawatan perineum untuk memperbanyak referensi penelitian selanjutnya. 2. Peneliti Selanjutnya

(49)

variabel lain, karena dalam penelitian ini waktunya cukup singkat sehingga didapatkan responden yang kurang memenuhi.

3. Petugas kesehatan

Hasil penelitian ini sebagai masukan untuk petugas kesehatan khususnya bidan dapat memberikan informasi bagi masyarakat tentang perlunya perawatan luka perineum dengan benar.

4. Profesi kebidanan

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Haris.P & Harjanti. A.I, (2011). Hubungan Pengetahuan Teknik Perawatan Dengan Kesembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di BPS Kota Semarang. Diakses pada tanggal 10 oktober 2013 pukul 08.21 WIBhttp://jurnal.abdihusada.com

Almatsier, S. (2008). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia

Anggraini, Y. (2010). Asihan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihama

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Budianto, E. (2009). Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.

Jakarta : EGC.

Darwis, S.D, (2003). Metode Penelitian Kebidanan Prosedur,Kebijakan,dan Etik. Jakarta : EGC.

Depkes propinsi. (2009). Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2008. Medan: Depkes kab/propinsi

Derwani. (2010). Panduan Praktik Klinik dan Laboraturium Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika

Herawati.P. (2010). Hubungan Perawatan Perineum Dengan Kesembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Hari Keenam Di Bidan Praktek Swasta (BPS) Ny. Sri Suhersi Mojokerto Kedawung Sragen. Diakses pada tanggal 19 november 2013 pukul 10.12 WIBhttp://unssula.ac.idjurnal.

Hidayat, A. A. (2011). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis data. Jakarta : Salemba Medika

JNPK – KR. (2012). Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jaringan Nasional Pelatihan Klinik

Johnson, R; Taylor,W. (2004).Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta : EGC

KeMenKes RI.(2012). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta: Kemenkes RI

(51)

Morison, M. J. (2007). Manajemen Luka. Jakarta : EGC.

Moloku, at all. (2010). Hubungan Pengetahuan Teknik Perawatan Dengan Penyembuhan Luka Episiotomi Pada Ibu Post Partum di Ruangan Irina D Bawah RSUP Prof Dr. R.D Kandau Malalayang. Di akses pada tanggal 30 november 2013 pukul 10.29 WIB http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id Myles. (2011). Buku Ajar Bidan. Jakarta : EGC.

Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Oxorn, H; William.R.F(2010).Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi

Persalinan.Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica.

Prawiharjo, Sarwono. (2008). Ilmu kandungan. Jakarta : PT Bina pustaka sarwono prawihardjo.

(2008). Ilmu kebidanan. Jakarta : PT Bina pustaka sarwono prawihardjo.

Pudiastuti, R.D. (2011). Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Nuha Medika.

Rohani.at all. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba Medika.

Rukiyah, at all. (2011). Asuhan Kebidanan Pada III Nifas. Jakarta : CV Trans Info Media.

Saefuddin, B.A (2008). Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : PT Bina pustaka sarwono prawihardjo.

(2009). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina pustaka sarwono prawihardjo.

Saleha, S. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. Suherni, at all. (2009). Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.

Sulistyawati, A. (2009). Buku Ajar Asuhan kebidanan pad Ibu Nifas. Yogyakarta : Andi Offset.

Syahrum. S, (2007). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung: Citapustaka Media.

Ummy, (2011). Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kesembuhan Luka Episiotomi. Diakses pada tanggal 19 november 2013 pukul 09.21 WIB

(52)

Varney, H,at all. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

Vetos (2008). Perawatan Luka Perineum pada Post Partum. Diakses pada tanggal 2 desember 2013 pukul 11.03 WIBhttp://old.fk.ub.ac.id/artikel.

Walsh, L. V. (2010). Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC

Wheeler, L. (2011). Buku Saku Perawatan Pranatal dan Pascapartum. Jakarta : EGC

Yanti. (2010). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Rehima

.

(53)

Lampiran 1

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

HUBUNGAN PERAWATAN PERINEUM TERHADAP

KESEMBUHAN LUKA PERINEUM DI KLINIK BIDAN HARYANTARI TAHUN 2014

No Kegiatan

Waktu

November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 1 Pengajuan

judul

2 Penyusunan proposal 3 Sidang

proposal 4 Perbaikan

proposal 5 Penelitian 6 Pengumpulan

dan analisa data

7 Konsul Kti 8 Ujian KTI

(54)

Lampiran 2

PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa saya bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian yang berjudul “Hubungan perawatan perineum terhadap kesembuhan luka perineum pada ibu nifas di klinik bidan Haryantari tahun 2014”, yang dilakukan mahasiswi:

Nama : Esa Cipta Adelina Nim : 135102052

Mahasiswa Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU yang akan melakukan penelitian. Adapun tujuan penelitian untuk mengetahuihubungan perawatan perineum terhadap kesembuhan luka perineum pada ibu nifas.

Peneliti akan menjamin kerahasiaan identitas dan pendapat responden. Informasi yang responden berikan hanya akan dipergunakan untuk maksud lain.

Partisipasi responden dalam penelitian ini bersifat bebas, jika responden bersedia menjadi peserta penelitian ini maka silahkan responden menandatangani persetujuan ini.

Medan, 2014

Responden Peneliti

(55)
(56)
(57)

B. Lembar checklist Petunjuk pengisian :

Anjurkan ibu untuk melakukan perawatan perineum, lalu lakukan penilaian dengan memberi tanda check (√) pada kolom “Ya” jika ibu melakukan pernyataan tersebut, namum beri tanda check (√) pada kolom “tidak” jika ibu tidak melakukan pernyataan tersebut.

C. Lembar Observasi  

     

No Pernyataan Ya Tidak

1 Sebelum merawat luka jahitan di kemaluan ibu, ibu melakukan cuci tangan dahulu.

2 Cara ibu melepas pembalut dari depan (kemaluan) ke kebelakang (anus).

3 Ibu melakukan cebok dari depan (kemaluan) ke belakang (anus).

4 Ibu menghindari cebok dengan air hangat/ berendam air hangat.

5 Ibu cebok menggunakan air dan sabun. 6 Ibu cebok dengan air rebusan daun sirih.

7 Ibu memakai kasa yang ditetesi betadin kemudian di letakkan pada luka jahitan di kemaluan.

8 Ibu mengganti softek minimal 2 kali/hari.

9 Ibu mengganti celana 2 kali atau lebih dalam satu hari. 10 bu cebok minimal 3 – 4 kali/ hari

11 Selesai cebok, kemaluan ibu selalu dikeringkan.

12 Selesai cebok atau merawat luka jahitan, ibu cuci tangan.

No Tingkat Kesembuhan Luka Perineum Nilai

1 Baik, jika luka kering, perineum menutup dan tidak ada tanda infeksi

2 Sedang, jika luka basah, perineum menutup, tidak ada tanda-tanda infeksi

(58)
(59)

Lampiran 6

MASTER TABEL

Hubungan Perawatan Perineum Terhadap Kesembuhan Luka Perineum di klinik bidan Haryantari Tahun 2014

No

Umur

Pendidikan Paritas Pekerjaan

Pernyataan

Total Keterangan Kode

(60)

19 1 3 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 7 Dilakukan 1 Buruk 3

20 2 3 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 4 Tidak dilakukan 2 Buruk 3

21 3 3 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 8 Dilakukan 1 Sedang 2

22 2 3 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Dilakukan 1 Baik 1

23 2 3 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 3 Tidak dilakukan 2 Sedang 2

24 2 4 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Dilakukan 1 Baik 1

25 2 4 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Dilakukan 1 Baik 1

26 2 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 11 Dilakukan 1 Baik 1

27 2 4 3 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Dilakukan 1 Baik 1

28 2 3 1 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 10 Dilakukan 1 Buruk 3

29 2 3 2 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 9 Dilakukan 1 Sedang 2

30 2 3 2 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 9 Dilakukan 1 Baik 1

31 1 2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 9 Dilakukan 1 Buruk 3

32 2 2 2 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 9 Dilakukan 1 Sedang 2

33 2 4 2 2 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 7 Dilakukan 1 Baik 1

34 2 3 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 7 Dilakukan 1 Buruk 3

35 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 11 Dilakukan 1 Baik 1

36 2 2 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 5 Tidak dilakukan 2 Baik 1

37 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 11 Dilakukan 1 Baik 1

Total 270

(61)

Keterangan :

Umur: Paritas :

1 : < 20 1 : Satu 2 : 20 - 35 2 : Dua 3 : > 35 3: Tiga

4 : Empat Pendidikan :

1 : SD Pekerjaan : 2 : SLTP 1 : IRT 3 : SLTA

2 : Swasta 4. Perguruan

Tinggi

3 :

(62)

Lampiran 7   

Hasil Output Data Penelitian 

 

Reliability

 

Case Processing Summary

  N %

Cases Valid 37 67.3 Excludeda 18 32.7

Total 55 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. if Item Deleted

(63)

Item-   

Frequencies

Statistics

  Umur Pendidikan Paritas Pekerjaan Perawatan Kesembuhan

N Valid 37 37 37 37 37 37

Missing 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

Umur

  Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid <20 5 13.5 13.5 13.5

  Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

  Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Satu 20 54.1 54.1 54.1

  Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid IRT 26 70.3 70.3 70.3

  Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid dilakukan 23 41.8 62.2 62.2

tidak dilakukan 14 25.5 37.8 100.0

Total 37 67.3 100.0  

Gambar

Tabel 2.1 Tabel Tinggi Fundus dan Berat Uteri Menurut Involusi
Tabel 3.1 Tabel Defenisi Operasional Variabel
Tabel 5.1
Tabel 5.2
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data

Kebijakan terhadap Campus Sosial Responsibility perguruan tinggi memiliki pengaruh dalam pengembangan UMKM di lingkungan masyarakat sekitar kampus, serta dapat

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna ( exhaustive extraction ) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Tahap perkolasi

Intermedia Capital (MDIA) berencana untuk melakukan penerbitan obligasi global dimana sebagian besar dana hasil penerbitan surat utang tersebut akan dialokasikan untuk melakukan

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Good Corporate Governance

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan, variabilitas pendapatan, dan operating leverage terhadap struktur modal industri

Jika hasil validasi diinterpretasi berdasarkan kriteria kategorisasi yang diadopsi dari Akbar (2015) maka masuk pada tingkat pencapaian interval 85,01% - 100,00% yang

Nilai lightness dari dendeng giling sapi-keluwih cenderung mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya proprosi keluwih yang ditambahkan dan menurunnya