Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
ANALISIS DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG TUNGGAL PADA PROYEK PEMBAGUNAN RUSUNAWA
UNIVERSITAS MEDAN AREA PANCING - MEDAN
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas Dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh
Ujian Sarjana Teknik Sipil
oleh:
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM PENDIDIKAN EKSTENSION UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2009
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG TUNGGAL PADA PROYEK PEMBAGUNAN RUSUNAWA
UNIVERSITAS MEDAN AREA PANCING - MEDAN
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat
untuk MenempuhUjian Sarjana Teknik Sipil
Dikerjakan oleh :
AHMAD DAUZI POHAN 060 424 020
Pembimbing :
Dr. Ir. Roesyanto, MSCE, NIP. 131 419 761
Penguji I Penguji II Penguji III
Prof. Dr. Ing.- Johanes Tarigan Ir. Syahrir Arbeyn S. Ir. Rudi Iskandar, MT
NIP. 130 905 362 NIP. 130 936 322 NIP. 131 945 813
Mengesahkan
Ketua Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
Prof. Dr. Ing.- Johanes Tarigan NIP. 130 905 362
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM PENDIDIKAN EKSTENSION UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puja dan puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada penulis, sehingga
dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Shalawat serta salam kepada pemilik
pribadi mulia Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya, yang
membawa kita dari zaman jahiliyah kepada zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan.
Penyusunan Tugas Akhir ini dengan judul “Analisis Daya Dukung
Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembangunan Rusunawa
Universitas Medan Area” ini disusun guna melengkapi syarat untuk
menyelesaikan jenjang pendidikan Program Strata satu (S-1) di Universitas
Sumatera Utara.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis banyak memperoleh bantuan
dan saran dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis ingin
sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Roesyanto, MSCE, selaku dosen pembimbing utama yang telah
membimbing penulis dalam penulisan Tugas Akhir ini;
2. Bapak Prof. Dr. Ing.- Johannes Tarigan, sebagai Ketua Jurusan Teknik Sipil
Universitas Sumatera Utara;
3. Bapak Ir. Faizal Ezeddin, MSc, selaku Koordinator Program Pendidikan
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
4. Seluruh Dosen dan pegawai Universitas Sumatera Utara khususnya Jurusan
Teknik Sipil yang telah mendidik dan membina penulis sejak awal hingga
akhir perkuliahan;
5. Pimpinan dan seluruh Staff PT PAESA PASINDO ENGINEERING, sebagai
Pengawasan Manajemen Konstruksi sekaligus sebagai pelaksana yang telah
memberi bimbingan kepada penulis;
6. Terimakasih yang teristimewa, penulis ucapkan kepada kedua orangtua
tercinta, yang telah mengasuh, mendidik, dan membesarkan serta selalu
memberikan dukungan baik moral, material, maupun do’a yang tak
henti-hentinya mereka mohonkan kepada Allah SWT sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
7. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa dan
teman-teman yang memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan
Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini kemungkinan belum sempurna,
untuk itu penulis dengan tulus dan terbuka menerima kritikan dan saran yang
bersifat membangun demi penyempurnaan Tugas Akhir ini.
Akhir kata, sekali lagi penulis sampaikan terimakasih kepada pihak yang
telah banyak membantu dan semoga atas bimbingan serta bantuan moral dan
material yang penulis terima mendapat imbalan dari Allah SWT.
Medan maret 2009 Penulis,
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRAK
Pondasi tiang pancang merupakan salah satu jenis dari pondasi dalam yang umum digunakan, yang berfungsi untuk menyalurkan beban struktur kelapisan tanah keras yang mempunyai kapasitas daya dukung tinggi yang letaknya cukup dalam di dalam tanah. Untuk menghitung kapasitas tiang, terdapat banyak rumus yang dapat digunakan. Hasil masing–masing rumus tersebut menghasilkan nilai kapasitas yang berbeda–beda.
Tujuan dari Tugas Akhir ini untuk menghitung daya dukung tiang pancang dari hasil sondir, standar penetrasi test (SPT), dan kalendering, membandingkan hasil daya dukung tiang pancang dari beberapa metode penyelidikan, dan menghitung penurunan yang terjadi pada tiang pancang tunggal.
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR NOTASI... x
BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Tujuan ... 3
1.3.Manfaat ... 4
1.4.Pembatasan Masalah ... 4
1.5.Metode Pengumpulan Data ... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Umum ... 6
2.2.Defenisi Tanah ... 8
2.3.Macam-macam Pondasi ... 9
2.4.Penggolongan Pondasi Tiang Pancang ... 11
2.5.Alat Pancang Tiang ... 17
2.6.Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang ... 19
2.7.Tiang Dukung Ujung dan Tiang Gesek ... 23
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
2.9.Faktor Aman ... 27
2.10.Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang Dari Hasil SPT... 28
2.11.Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang Dari Hasil Kalendering... 33
2.12.Tiang Pancang Kelompok (Pile Group) ... 38
2.13.Kapasitas Kelompok dan Efisiensi Tiang Pancang ... 44
2.14.Penurunan Tiang ... 47
2.15.Penurunan Diizinkan ... 55
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Data Umum 3.2.Srutuktur Bangunan Rusunawa UMA ... 59
3.3.Data Teknis Tiang Pancang ... 62
3.4.Metode Pengumpulan Data ... 63
3.5.Cara Analisis ... 63
3.6.Lokasi Titik Sondir, Bor dan Kalendering ... 64
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 67
4.2.Gambaran Umum Gedung Utama (Bangunan Rusunawa) ... 67
4.3.Hasil dan Pembahasan ... 68
4.3.1.3 Menghitung kapasitas daya dukung tiang pancang dari data sondir ... 68
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Dari data kalendering ... 79 4.3.2 Menghitung penurunan tiang tunggal ... 87 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan ... 91 5.2.Saran ... 92 DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Faktor empirik Fbdan Fs ... 25
2.2 Nilai faktor empirik untuk tipe tanah ... 26
2.3 Hubungan Dr, dan N dari pasir ... 29
2.4 SPT hammer efficiencies ... 30
2.5 Borehole, Sampler and Rod correction factors ... 31
2.6 Effisiensi jenis alat pancang ... 33
2.7 Karakteristik alat pancang diesel hammer ... 34
2.8 Nilai-nilai k1 ... 34
2.9 Nilai efisiensi eh ... 34
2.10 Koefisien restitusi n ... 35
2.11 Perkiraan angka poisson ( ) ... 53
4.1 Perhitungan daya dukung ultimate dan ijin tiang pancang (S-1) ... 75
4.2 Perhitungan daya dukung ultimate dan ijin tiang pancang (S-2) ... 77
4.3 Perhitungan koreksi nilai SPT (BH-1) ... 78
4.4 Perkiraan penurunan tiang tunggal... 90
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Macam-macam tipe pondasi ... 11
2.2 Tiang pancang beton precast concrete pile ... 13
2.3 Tiang pancang Precast Prestressed Concrete Pile ... 13
2.4 Skema pemuku l tiang ... 18
2.5 Urutan pemancangan ... 22
2.6 Tiang ditinjau dari cara mendukung bebannya ... 23
2.7 Pola-pola kelompok tiang pancang khusus ... 39
2.8 Pengaruh tiang akibat pemancangan ... 41
2.9 Beban normal sentris pada kelompok tiang pancang ... 42
2.10 Beban normal eksentris pada kelompok tiang pancang ... 42
2.11 Beban sentris dan momen kelompok tiang arah x dan y ... 43
2.12 Tipe keruntuhan dalam kelompok tiang ... 45
2.13 Definisi jarak s dalam hitungan efisiensi tiang ... 47
2.14 Contoh kerusakan bangunan akibat penurunan ... 48
2.15 Faktor penurunan Io ... 50
2.16 Koreksi kompresi, Rk ... 51
2.17 Koreksi kedalaman, Rh ... 51
2.18 Koreksi angka Poisson, R ... 52
2.19 Koreksi kekakuan lapisan pendukung, Rb ... 52
3.1 Denah Lokasi Pembangunan Asrama ... 57
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
3.3 Gambar 3D Rusunawa UMA ... 58
3.4 Gambar 3D Rusunawa UMA ... 58
3.5 Gambar Srtuktur Bangunan Rusunawa... .. 61
3.6 Gambar Pondasi Tiang Pancang Tipe 37 ... 61
3.7 Gambar Denah lokasi pemancangan tiang pancang... 62
3.8 Bagan alir penelitian ... 64
3.9 Lokasi titik sondir dan bor ... 65
3.10 Lokasi titk Kalendering ... 66
4.1 Perkiraan nilai qca (base) ... 68
4.2 Nilai qc (side) pada titik sondir 1 (S-1) ... 69
4.3 Perkiraan nilai qca (base) ... 71
4.4 Nilai qc (side) pada titik sondir 2 (S-2) ... 72
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR NOTASI
Qu = Kapasitas daya dukung aksial ultimit tiang pancang
Qb = Kapasitas tahanan di ujung tiang
Qs
=
Kapasitas tahanan kulitqb
=
Kapasitas daya dukung di ujung tiang persatuan luasAb
=
Luas di ujung tiangf
=
Satuan tahanan kulit persatuan luasAs
=
Luas kulit tiang pancangqc
=
Perlawanan konusFs
=
Faktor empirik tahanan kulit yang tergantung pada tipe tiangFb
=
Faktor empirik tahanan ujung tiang yang tergantung pada tipe tiangN60
=
Nilai koreksi SPT terhadap cara pengujianEm
=
Hammer eficiencyCB
=
Koreksi diameter borCS
=
Koreksi samplerCR
=
Koreksi panjang taliN
=
Harga SPT lapanganN’60
=
Nilai SPT terkoreksi cara pengujian dan regangan overburden'
v
=
Tegangan overburden efektifAhmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
B
=
Lebar/diameter pondasiLb
=
Panjang penanaman pondasiAp
=
Luas penampang pileqe
=
Satuan kapasitas ujung tiangPpu
=
Kapasitas daya dukung ujung tiangfs
=
Tahanan satuan skin frictionAs
=
Luas selimut tiangPus
=
Kapasitas daya dukung gesekan=
Effisiensi alat pancangE
=
Energi alat pancang yang digunakanS
=
Banyaknya penetrasi pukulan diambil dari kalendering dilapanganEp
=
Modulus elastis tiangEg = Efisiensi kelompok tiang
Sg = Penurunan kelompok tiang
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Medan merupakan Ibukota Propinsi yang sedang berkembang dengan
pesat, baik pembangunan sarana fisik maupun non fisik. Selain melaksanakan
renovasi bangunan yang sudah ada, juga dilaksanakan pembangunan kembali
karena untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus berkembang. Diantara
pembangunan dibidang sarana fisik tersebut antara lain Pembangunan Rusunawa
Uni versitas Medan Area Sumatera Utara yang merupakan tempat tinggal atau
hunian bagi para mahasiswa Universitas Medan Area.
Bentuk dan struktur tanah merupakan suatu peranan yang penting dalam
suatu pekerjaan konstruksi yang harus dicermati karena kondisi ketidaktentuan
dari tanah berbeda-beda. Sebelum melaksanakan suatu pembangunan konstruksi
yang pertama-tama dilaksanakan dan dikerjakan dilapangan adalah pekerjaan
pondasi (struktur bawah). Pondasi merupakan suatu pekerjaan yang sangat
penting dalam suatu pekerjaan teknik sipil, karena pondasi inilah yang memikul
dan menahan suatu beban yang bekerja diatasnya yaitu beban konstruksi atas.
Pondasi ini akan menyalurkan tegangan-tegangan yang terjadi pada beban struktur
atas kedalam lapisan tanah yang keras yang dapat memikul beban konstruksi
tersebut.
Pondasi sebagai struktur bawah secara umum dapat dibagi dalam 2 (dua)
jenis, yaitu pondasi dalam dan pondasi dangkal. Pemilihan jenis pondasi
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
atau beban berat dan juga tergantung pada jenis tanahnya. Untuk konstruksi beban
ringan dan kondisi tanah cukup baik, biasanya dipakai pondasi dangkal, tetapi
untuk konstruksi beban berat biasanya jenis pondasi dalam adalah pilihan yang
tepat.
Secara umum permasalahan pondasi dalam lebih rumit dari pondasi
dangkal. Untuk hal ini penulis mencoba mengkonsentrasikan Tugas Akhir ini
pada perencanaan pondasi dalam, yaitu tiang pancang. Pondasi tiang pancang
adalah batang yang relative panjang dan langsing yang digunakan untuk
menyalurkan beban pondasi melewati lapisan tanah dengan daya dukung rendah
kelapisan tanah keras yang mempunyai kapasitas daya dukung tinggi yang relative
cukup dalam dibanding pondasi dangkal. Daya dukung tiang pancang diperoleh
dari daya dukung ujung (end bearing capacity) yang diperoleh dari tekanan ujung
tiang dan daya dukung geser atau selimut (friction bearing capacity) yang
diperoleh dari daya dukung gesek atau gaya adhesi antara tiang pancang dan tanah
disekelilingnya.
Secara umum tiang pancang dapat diklasifikasikan antara lain: dari segi
bahan ada tiang pancang bertulang, tiang pancang pratekan, tiang pancang baja,
dan tiang pancang kayu. Dari segi bentang penampang, tiang pancang bujur
sangkar, segitiga, segi enam, bulat padat, pipa, huruf H, huruf I, dan bentuk
spesifik. Dari segi teknik pemancangan, dapat dilakukan dengan palu jatuh (drop
hammer), diesel hammer, dan hidrolic hammer.
Tiang pancang berinteraksi dengan tanah untuk menghasilkan daya
dukung yang mampu memikul dan memberikan keamanan pada struktur atas.
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
penyelidikan tanah yang akurat juga. Ada dua metode yang biasa digunakan
dalam penentuan kapasitas daya dukung tiang pancang yaitu dengan
menggunakan metode statis dan metode dinamis.
Penyelidikan tanah dengan menggunakan metode statis adalah
penyelidikan sondir dan standart penetrasi test (SPT). Penyelidikan sondir
bertujuan untuk mengetahui perlawanan penetrasi konus dan hambatan lekat tanah
yang merupakan indikasi dari kekuatan daya dukung lapisan tanah dengan
menggunakan rumus empiris.
Penyelidikan standart penetrasi test (SPT) bertujuan untuk mendapatkan
gambaran lapisan tanah berdasarkan jenis dan warna tanah melalui pengamatan
secara visual, sifat-sifat tanah, karakteristik tanah. Data standart penetrasi test
(SPT) dapat digunakan untuk menghitung daya dukung.
Perencanaan pondasi tiang pancang mencakup rangkaian kegiatan yang
dilaksanakan dengan berbagai tahapan yang meliputi studi kelayakan dan
perencanaan teknis. Semua itu dilakukan supaya menjamin hasil akhir suatu
konstruksi yang kuat, aman serta ekonomis.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah :
a. Menghitung dan membandingkan daya dukung tiang pancang dari
hasil sondir, standar penetrasi test, dan kalendering.
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009 1.3. Manfaat
Penulisan Tugas Akhir ini diharapkan bermanfaat bagi :
a. Sebagai bahan referensi bagi siapa saja yang membacanya khususnya
bagi mahasiswa yang menghadapi masalah yang sama.
b. Untuk pihak-pihak lain yang membutuhkannya.
1.4. Pembatasan Masalah
Pada pelaksanaan proyek pembangunan Rusunawa Universitas Medan
Area Pancing, terdapat banyak permasalahan yang dapat ditinjau dan dibahas,
maka di dalam laporan ini sangatlah perlu kiranya diadakan suatu pembatasan
masalah. Yang bertujuan menghindari kekaburan serta penyimpangan dari
masalah yang dikemukakan sehingga semua sesuatunya yang dipaparkan tidak
menyimpang dari tujuan semula. Walaupun demikian, hal ini tidaklah berarti akan
memperkecil arti dari pokok-pokok masalah yang dibahas disini, melainkan hanya
karena keterbatasan belaka. Namun dalam penulisan laporan ini permasalahan
yang ditinjau hanya dibatasi pada :
a. Hanya ditinjau untuk tiang pancang tegak lurus.
b. Hanya ditinjau pada jenis tiang pancang beton pracetak.
c. Hanya meninjau penurunan tiang pancang tunggal.
d. Tidak meninjau akibat gaya horizontal.
e. Data sondir yang dipakai hanya pada data manometer bacaan 1
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
1.5. Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan Tugas Akhir ini dilakukan beberapa cara untuk dapat
mengumpulkan data yang mendukung agar Tugas Akhir ini dapat diselesaikan
dengan baik. Beberapa cara yang dilakukan antara lain:
a. Metode observasi
Untuk memperoleh data yang berhubungan dengan data teknis pondasi
tiang pancang diperoleh dari hasil survey langsung ke lokasi proyek
Pembangunan Rusunawa Universitas Medan Area, Pancing –
Sumatera Utara.
b. Pengambilan data
Pengambilan data yang diperlukan dalam perencanaan diperoleh dari
PT. PAESA PASINDO ENGINEERING selaku kontrktor manajemen
konstruksi berupa data hasil sondir, hasil SPT, hasil kalendring, dan
gambar struktur.
c. Melakukan studi keperpustakaan.
Membaca buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang ditinjau
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Umum
Tiang pancang adalah bagian-bagian konstruksi yang dibuat dari kayu,
beton, dan atau baja, yang digunakan untuk meneruskan (mentransmisikan)
beban-beban permukaan ke tingkat-tingkat permukaan yang lebih rendah di dalam
massa tanah (Bowles, 1991).
Penggunaan pondasi tiang pancang sebagai pondasi bangunan apabila
tanah yang berada dibawah dasar bangunan tidak mempunyai daya dukung
(bearing capacity) yang cukup untuk memikul berat bangunan dan beban yang
bekerja padanya (Sardjono HS, 1988). Atau apabila tanah yang mempunyai daya
dukung yang cukup untuk memikul berat bangunan dan seluruh beban yang
bekerja berada pada lapisan yang sangat dalam dari permukaan tanah kedalaman
> 8 m (Bowles, 1991).
Fungsi dan kegunaan dari pondasi tiang pancang adalah untuk
memindahkan atau mentransfer beban-beban dari konstruksi di atasnya (super
struktur) ke lapisan tanah keras yang letaknya sangat dalam.
Dalam pelaksanaan pemancangan pada umumnya dipancangkan tegak
lurus dalam tanah, tetapi ada juga dipancangkan miring (battle pile) untuk dapat
menahan gaya-gaya horizontal yang bekerja. Sudut kemiringan yang dapat dicapai
oleh tiang tergantung dari alat yang dipergunakan serta disesuaikan pula dengan
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Tiang Pancang umumnya digunakan :
1. Untuk mengangkat beban-beban konstruksi diatas tanah kedalam atau
melalui sebuah stratum/lapisan tanah. Didalam hal ini beban vertikal
dan beban lateral boleh jadi terlibat.
2. Untuk menentang gaya desakan keatas, gaya guling, seperti untuk
telapak ruangan bawah tanah dibawah bidang batas air jenuh atau
untuk menopang kaki-kaki menara terhadap guling.
3. Memampatkan endapan-endapan tak berkohesi yang bebas lepas
melalui kombinasi perpindahan isi tiang pancang dan getaran
dorongan. Tiang pancang ini dapat ditarik keluar kemudian.
4. Mengontrol lendutan/penurunan bila kaki-kaki yang tersebar atau
telapak berada pada tanah tepi atau didasari oleh sebuah lapisan yang
kemampatannya tinggi.
5. Membuat tanah dibawah pondasi mesin menjadi kaku untuk
mengontrol amplitudo getaran dan frekuensi alamiah dari sistem
tersebut.
6. Sebagai faktor keamanan tambahan dibawah tumpuan jembatan dan
atau pir, khususnya jika erosi merupakan persoalan yang potensial.
7. Dalam konstruksi lepas pantai untuk meneruskan beban-beban diatas
permukaan air melaui air dan kedalam tanah yang mendasari air
tersebut. Hal seperti ini adalah mengenai tiang pancang yang
ditanamkan sebagian dan yang terpengaruh oleh baik beban vertikal
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009 2.2. Defenisi Tanah
Tanah, pada kondisi alam, terdiri dari campuran butiran-butiran mineral
dengan atau tanpa kandungan bahan organik. Butiran-butiran tersebut dapat
dengan mudah dipisahkan satu sama lain dengan kocokan air. Material ini berasal
dari pelapukan batuan, baik secara fisik maupun kimia. Sifat-sifat teknis tanah,
kecuali oleh sifat batuan induk yang merupakan material asal, juga dipengaruhi
oleh unsur-unsur luar yang menjadi penyebab terjadinya pelapukan batuan
tersebut.
Istilah-istilah seperti kerikil, pasir, lanau dan lempung digunakan dalam
teknik sipil untuk membedakan jenis-jenis tanah. Pada kondisi alam, tanah dapat
terdiri dari dua atau lebih campuran jenis-jenis tanah dan kadang-kadang terdapat
pula kandungan bahan organik. Material campurannya kemudian dipakai sebagai
nama tambahan dibelakang material unsur utamanya. Sebagai contoh, lempung
berlanau adalah tanah lempung yang mengandung lanau dengan material
utamanya adalah lempung dan sebagainya.
Tanah terdiri dari 3 komponen, yaitu udara, air dan bahan padat. Udara
dianggap tidak mempunyai pengaruh teknis, sedangkan air sangat mempengaruhi
sifat-sifat teknis tanah. Ruang diantara butiran-butiran, sebagian atau seluruhnya
dapat terisi oleh air atau udara. Bila rongga tersebut terisi air seluruhnya, tanah
dikatakan dalam kondisi jenuh. Bila rongga terisi udara dan air, tanah pada
kondisi jenuh sebagian (partially saturated). Tanah kering adalah tanah yang tidak
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
2.3. Macam-macam Pondasi
Pondasi adalah bagian terendah bangunan yang meneruskan beban
bangunan ke tanah atau batuan yang berada dibawahnya. Klasifikasi pondasi
dibagi 2 (dua) yaitu:
1. Pondasi dangkal
Pondasi dangkal adalah pondasi yang mendukung beban secara
langsung seperti :
a. Pondasi telapak yaitu pondasi yang berdiri sendiri dalam
mendukung kolom (Gambar 2.1b).
b. Pondasi memanjang yaitu pondasi yang digunakan untuk
mendukung sederetan kolom yang berjarak dekat sehingga bila
dipakai pondasi telapak sisinya akan terhimpit satu sama lainnya
(Gambar 2.1a).
c. Pondasi rakit (raft foundation) yaitu pondasi yang digunakan
untuk mendukung bangunan yang terletak pada tanah lunak atau
digunakan bila susunan kolom-kolom jaraknya sedemikian dekat
disemua arahnya, sehingga bila dipakai pondsi telapak,
sisi-sisinya berhimpit satu sama lainnya (Gambar 2.1c).
2. Pondasi dalam
Pondasi dalam adalah pondasi yang meneruskan beban bangunan ke
tanah keras atau batu yang terletak jauh dari permukaan, seperti:
a. Pondasi sumuran (pier foundation) yaitu pondasi yang merupakan
peralihan antara pondasi dangkal dan pondsi tiang (Gambar 2.1d),
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
yang relatif dalam, dimana pondasi sumuran nilai kedalaman (Df)
dibagi lebarnya (B) lebih besar 4 sedangkan pondasi dangkal
Df/B ≤ 1.
b. Pondasi tiang (pile foundation), digunakan bila tanah pondasi
pada kedalaman yang normal tidak mampu mendukung bebannya
dan tanah kerasnya terletak pada kedalaman yang sangat dalam
(Gambar 2.1e). Pondasi tiang umumnya berdiameter lebih kecil
dan lebih panjang dibanding dengan pondasi sumuran (Bowles,
1991).
(a)
(b)
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
(d) (e)
Gambar 2.1 Macam-macam tipe pondasi : (a) Pondasi memanjang, (b) Pondasi
telapak, (c) Pondasi rakit, (d) Pondasi sumuran, (e) Pondasi tiang
Sumber : Hardiyatmo, 1996
2.4. Penggolongan Pondasi Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang dapat digolongkan berdasarkan pemakaian bahan,
cara tiang meneruskan beban dan cara pemasangannya, berikut ini akan dijelaskan
satu persatu
2.12.1.Pondasi tiang pancang menurut pemakaian bahan dan karakteristik strukturnya
Tiang pancang dapat dibagi kedalam beberapa kategori (Bowles, 1991),
antara lain :
A. Tiang pancang kayu
Tiang pancang kayu dibuat dari kayu yang biasanya diberi pengawet dan
dipancangkan dengan ujungnya yang kecil sebagai bagian yang runcing. Tapi
biasanya apabila ujungnya yang besar atau pangkal dari pohon di pancangkan
untuk tujuan maksud tertentu, seperti dalam tanah yang sangat lembek dimana
tanah tersebut akan kembali memberikan perlawanan dan dengan ujungnya yang
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Tiang pancang kayu akan tahan lama dan tidak mudah busuk apabila tiang
pancang kayu tersebut dalam keadaan selalu terendam penuh dibawah muka air
tanah dan tiang pancang kayu akan lebih cepat rusak apabila dalam keadaan
kering dan basah selalu berganti-ganti, sedangkan pengawetan dengan pemakaian
obat pengawet pada kayu hanya akan menunda dan memperlambat kerusakan dari
kayu, dan tidak dapat melindungi kayu dalam jangka waktu yang lama.
Oleh karena itu pondasi untuk bangunan-bangunan permanen (tetap) yang
didukung oleh tiang pancang kayu, maka puncak dari pada tiang pancang kayu
tersebut diatas harus selalu lebih rendah dari pada ketinggian dari pada muka air
tanah terendah. Pada pemakaian tiang pancang kayu biasanya tidak diizinkan
untuk menahan muatan lebih tinggi 25 sampai 30 ton untuk satu tiang.
B. Tiang pancang beton
Tiang pancang jenis ini terbuat dari beton seperti biasanya. Tiang pancang
ini dapat dibagi dalam 3 macam berdasarkan cara pembuatannya (Bowles, 1991),
yaitu:
a. Precast Reinforced Concrete Pile
Precast Reinforced Concrete Pile adalah tiang pancang beton bertulang
yang dicetak dan dicor dalam acuan beton (bekisting) yang setelah cukup keras
kemudian diangkat dan dipancangkan. Karena tegangan tarik beton kecil dan
praktis dianggap sama dengan nol, sedangkan berat sendiri beton besar, maka
tiang pancang ini harus diberikan penulangan yang cukup kuat untuk menahan
momen lentur yang akan timbul pada waktu pengangkatan dan pemancangan.
Tiang pancang ini dapat memikul beban yang lebih besar dari 50 ton untuk
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Reinforced Concrete Pile penampangnya dapat berupa lingkaran, segi empat, segi
delapan dapat dilihat pada (Gambar 2.2).
Gambar 2.2 Tiang pancang beton precast concrete pile
Sumber : Bowles, 1991
b. Precast Prestressed Concrete Pile
Tiang pancang Precast Prestressed Concrete Pile adalah tiang pancang
beton yang dalam pelaksanaan pencetakannya sama seperti pembuatan beton
prestess, yaitu dengan menarik besi tulangannya ketika dicor dan dilepaskan
setelah beton mengeras seperti dalam (Gambar 2.3). Untuk tiang pancang jenis ini
biasanya dibuat oleh pabrik yang khusus membuat tiang pancang, untuk ukuran
dan panjangnya dapat dipesan langsung sesuai dengan yang diperlukan.
Gambar 2.3 Tiang pancang Precast Prestressed Concrete Pile
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
c. Cast in Place
Cast in Place merupakan tiang pancang yang dicor ditempat dengan cara
membuat lubang ditanah terlebih dahulu dengan cara melakukan pengeboran.
Pada Cast in Place ini dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
1. Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi
dengan beton dan ditumbuk sambil pipa baja tersebut ditarik keatas.
2. Dengan pipa baja yang dipancang ke dalam tanah, kemudian diisi
dengan beton sedangkan pipa baja tersebut tetap tinggal di dalam
tanah.
C. Tiang pancang baja
Jenis-jenis tiang pancang baja ini biasanya berbentuk H yang digiling atau
merupakan tiang pancang pipa. Balok yang mempunyai flens lebar (wide-flange
beam) atau balok I dapat juga digunakan, tapi balok H khususnya dibuat
sebanding untuk menahan tegangan pemancangan yang keras yang mungkin
dialami oleh tiang-tiang tersebut. Dalam tiang pancang H, flens dan badan
mempunyai tebal yang sama, bentuk WF yang standar dan bentuk H biasanya
mempunyai badan yang tipis dari flens. Tiang pancang pipa adalah tiang pancang
yang terpatri maupun yang tidak mempunyai sambungan lipat yang dapat
dirancang, baik dengan ujung terbuka maupun dengan ujung tertutup. Tiang
pancang pipa sering kali diisi dengan beton setelah pemancangan, walaupun
dalam beberapa hal pengisian tidak perlu.
Pipa yang pada ujungnya terbuka dan tiang pancang H melibatkan
perpindahan volume yang relatif kecil selama pemancangan. Mengenai tiang
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
dengan mata bor pemotong (choping bit), atau dengan peledakan dan dikeluarkan
melalui pipa. Jika dijumpai batu-batu besar, maka kemungkinan untuk mengakhiri
tiang pancang pada batu-batu tersebut harus diselidiki.
D. Tiang pancang komposit
Tiang pancang komposit adalah tiang pancang yang terbuat dari dua
macam bahan berbeda yang bekerja secara bersama-sama, sehingga merupakan
satu kesatuan tiang.
2.12.2.Pondasi tiang pancang menurut pemasangannya
Pondasi tiang pancang menurut cara pemasangannya dibagi dua bagian
besar, yaitu :
A. Tiang pancang pracetak
Tiang pancang pracetak adalah tiang pancang yang dicetak dan dicor
didalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat dan
dipancangkan. Tiang pancang pracetak ini menurut cara pemasangannya terdiri
dari :
1. Cara penumbukan
Dimana tiang pancang tersebut dipancangkan kedalam tanah dengan cara
penumbukan oleh alat penumbuk (hammer).
2. Cara penggetaran
Dimana tiang pancang tersebut dipancangkan kedalam tanah dengan cara
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
3. Cara penanaman
Dimana permukaan tanah dilubangi terlebih dahulu sampai kedalaman
tertentu, lalu tiang pancang dimasukkan, kemudian lubang tadi ditimbun lagi
dengan tanah. Cara penanaman ini ada beberapa metode yang digunakan :
a. Cara pengeboran sebelumnya, yaitu dengan cara mengebor tanah
sebelumnya lalu tiang dimasukkan kedalamnya dan ditimbun kembali.
b. Cara pengeboran inti, yaitu tiang ditanamkan dengan mengeluarkan
tanah dari bagian dalam tiang.
c. Cara pemasangan dengan tekanan, yaitu tiang dipancangkan kedalam
tanah dengan memberikan tekanan pada tiang.
d. Cara pemancaran, yaitu tanah pondasi diganggu dengan semburan air
yang keluar dari ujung serta keliling tiang, sehingga tidak dapat
dipancangkan kedalam tanah.
B. Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile)
Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile) ini menurut teknik
penggaliannya terdiri dari beberapa macam cara yaitu :
1. Cara penetrasi alas
Cara penetrasi alas yaitu pipa baja yang dipancangkan kedalam tanah
kemudian pipa baja tersebut dicor dengan beton.
2. Cara penggalian
Cara ini dapat dibagi lagi urut peralatan pendukung yang digunakan antara
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
a. Penggalian dengan tenaga manusia
Penggalian lubang pondasi tiang pancang dengan tenaga manusia
adalah penggalian lubang pondasi yang masih sangat sederhana dan
merupakan cara konvensional. Hal ini dapat dilihat dengan cara
pembuatan pondasi dalam, yang pada umumnya hanya mampu
dilakukan pada kedalaman tertentu.
b. Penggalian dengan tenaga mesin
Penggalian lubang pondasi tiang pancang dengan tenaga mesin adalah
penggalian lubang pondasi dengan bantuan tenaga mesin, yang
memiliki kemampuan lebih baik dan lebih canggih.
2.5. Alat Pancang Tiang
Dalam pemasangan tiang kedalam tanah, tiang dipancang dengan alat
pemukul yang dapat berupa pemukul (hammer) mesin uap, pemukul getar atau
pemukul yang hanya dijatuhkan. Skema dari berbagai macam alat pemukul
diperlihatkan dalam Gambar 2.4a sampai dengan 2.4d. Pada gambar terebut
diperlihatkan pula alat-alat perlengkapan pada kepala tiang dalam pemancangan.
Penutup (pile cap) biasanya diletakkan menutup kepala tiang yang kadang-kadang
dibentuk dalam geometri tertutup.
A. Pemukul Jatuh (drop hammer)
Pemukul jatuh terdiri dari blok pemberat yang dijatuhkan dari atas.
Pemberat ditarik dengan tinggi jatuh tertentu kemudian dilepas dan menumbuk
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
lambat, sehingga alat ini hanya dipakai pada volume pekerjaan pemancangan yang
kecil.
B. Pemukul Aksi Tiang (single-acting hammer)
Pemukul aksi tunggal berbentung memanjang dengan ram yang bergerak
naik oleh udara atau uap yang terkompresi, sedangkan gerakan turun ram
disebabkan oleh beratnya sendiri. Energi pemukul aksi tunggal adalah sama
dengan berat ram dikalikan tinggi jatuh (Gambar 2.4a).
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 2.4 Skema pemukul tiang : (a) Pemukul aksi tunggal (single acting
hammer), (b) Pemukul aksi double (double acting hammer), (c) Pemukul diesel
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Sumber : Hardiyatmo, 2002 C. Pemukul Aksi Double (double-acting hammer)
Pemukul aksi double menggunakan uap atau udara untuk mengangkat ram
dan untuk mempercepat gerakan ke bawahnya (Gambar 2.4b). Kecepatan pukulan
dan energi output biasanya lebih tinggi daripada pemukul aksi tunggal.
D. Pemukul Diesel (diesel hammer)
Pemukul diesel terdiri dari silinder, ram, balok anvil dan sistem injeksi
bahan bakar. Pemukul tipe ini umumnya kecil, ringan dan digerakkan dengan
menggunakan bahan bakar minyak. Energi pemancangan total yang dihasilkan
adalah jumlah benturan dari ram ditambah energi hasil dari ledakan (Gambar
2.4c).
E. Pemukul Getar (vibratory hammer)
Pemukul getar merupakan unit alat pancang yang bergetar pada frekuensi
tinggi (Gambar 2.4d).
2.6. Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang
Aspek teknologi sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi.
Umumnya, aplikasi teknologi ini banyak diterapkan dalam metode pelaksanaan
pekerjaan konstruksi. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman,
sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi.
Sehingga target waktu, biaya dan mutu sebagaimana ditetapkan dapat tercapai.
Tahapan pekerjaan pondasi tiang pancang adalah sebagai berikut :
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
1. Membubuhi tanda, tiap tiang pancang harus dibubuhi tanda serta tanggal saat
tiang tersebut dicor. Titik-titik angkat yang tercantum pada gambar harus
dibubuhi tanda dengan jelas pada tiang pancang. Untuk mempermudah
perekaan, maka tiang pancang diberi tanda setiap 1 meter.
2. Pengangkatan/pemindahan, tiang pancang harus dipindahkan/diangkat dengan
hati-hati sekali guna menghindari retak maupun kerusakan lain yang tidak
diinginkan.
3. Rencanakan final set tiang, untuk menentukan pada kedalaman mana
pemancangan tiang dapat dihentikan, berdasarkan data tanah dan data jumlah
pukulan terakhir (final set).
4. Rencanakan urutan pemancangan, dengan pertimbangan kemudahan manuver
alat. Lokasi stock material agar diletakkan dekat dengan lokasi pemancangan.
5. Tentukan titik pancang dengan theodolith dan tandai dengan patok.
6. Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk peyambungan batang
berikutnya bila level kepala tiang telah mencapai level muka tanah sedangkan
level tanah keras yang diharapkan belum tercapai.
Proses penyambungan tiang :
a. Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang pada helmet seperti yang
dilakukan pada batang pertama.
b. Ujung bawah tiang didudukkan diatas kepala tiang yang pertama
sedemikian sehingga sisi-sisi pelat sambung kedua tiang telah berhimpit
dan menempel menjadi satu.
c. Penyambungan sambungan las dilapisi dengan anti karat
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
7. Selesai penyambungan, pemancangan dapat dilanjutkan seperti yang
dilakukan pada batang pertama. Penyambungan dapat diulangi sampai
mencapai kedalaman tanah keras yang ditentukan.
8. Pemancangan tiang dapat dihentikan bila ujung bawah tiang telah mencapai
lapisan tanah keras/final set yang ditentukan.
9. Pemotongan tiang pancang pada cut off level yang telah ditentukan.
B. Proses Pemancangan
1. Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as hammer jatuh pada
patok titik pancang yang telah ditentukan.
2. Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap lubang.
3. Tiang didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang pada helmet
yang telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala tiang.
4. Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat diatas patok pancang yang telah
ditentukan.
5. Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur panjang backstay sambil
diperiksa dengan waterpass sehingga diperoleh posisi yang betul-betul
vertikal. Sebelum pemancangan dimulai, bagian bawah tiang diklem dengan
center gate pada dasar driving lead agar posisi tiang tidak bergeser selama
pemancangan, terutama untuk tiang batang pertama.
6. Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer secara
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009 C. Quality Control
1. Kondisi fisik tiang
a. Seluruh permukaan tiang tidak rusak atau retak
b. Umur beton telah memenuhi syarat
c. Kepala tiang tidak boleh mengalami keretakan selama pemancangan
2. Toleransi
Vertikalisasi tiang diperiksa secara periodik selama proses pemancangan
berlangsung. Penyimpangan arah vertikal dibatasi tidak lebih dari 1:75 dan
penyimpangan arah horizontal dibatasi tidak lebih dari 75 mm.
3. Penetrasi
Tiang sebelum dipancang harus diberi tanda pada setiap setengah meter di
sepanjang tiang untuk mendeteksi penetrasi per setengah meter. Dicatat
jumlah pukulan untuk penetrasi setiap setengah meter.
4. Final set
Pamancangan baru dapat dihentikan apabila telah dicapai final set sesuai
perhitungan.
(a) (b) (c)
Gambar 2.5 Urutan pemancangan : (a) Pemancangan tiang, (b) Penyambungan
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
2.7. Tiang Dukung Ujung dan Tiang Gesek
Ditinjau dari cara mendukung beban, tiang dapat dibagi menjadi 2 (dua)
macam (Hardiyatmo, 2002), yaitu :
1. Tiang dukung ujung (end bearing pile) adalah tiang yang kapasitas
dukungnya ditentukan oleh tahanan ujung tiang. Umumnya tiang
dukung ujung berada dalam zone tanah yang lunak yang berada diatas
tanah keras. Tiang-tiang dipancang sampai mencapai batuan dasar atau
lapisan keras lain yang dapat mendukung beban yang diperkirakan
tidak mengakibatkan penurunan berlebihan. Kapasitas tiang
sepenuhnya ditentukan dari tahanan dukung lapisan keras yang berada
dibawah ujung tiang (Gambar 2.6a).
2. Tiang gesek (friction pile) adalah tiang yang kapasitas dukungnya
lebih ditentukan oleh perlawanan gesek antara dinding tiang dan tanah
disekitarnya (Gambar 2.6b). Tahanan gesek dan pengaruh konsolidasi
lapisan tanah dibawahnya diperhitungkan pada hitungan kapasitas
tiang.
(a) (b)
Gambar 2.6 Tiang ditinjau dari cara mendukung bebannya
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
2.8. Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang Dari Hasil Sondir
Diantara perbedaaan tes dilapangan, sondir atau cone penetration test
(CPT) seringkali sangat dipertimbangkan berperanan dari geoteknik. CPT atau
sondir ini tes yang sangat cepat, sederhana, ekonomis dan tes tersebut dapat
dipercaya dilapangan dengan pengukuran terus-menerus dari permukaan
tanah-tanah dasar. CPT atau sondir ini dapat juga mengklasifikasi lapisan tanah-tanah dan
dapat memperkirakan kekuatan dan karakteristik dari tanah. Didalam perencanaan
pondasi tiang pancang (pile), data tanah sangat diperlukan dalam merencanakan
kapasitas daya dukung (bearing capacity) dari tiang pancang sebelum
pembangunan dimulai, guna menentukan kapasitas daya dukung ultimit dari tiang
pancang. Kapasitas daya dukung ultimit ditentukan dengan persamaan sebagai
berikut :
Qu = Qb + Qs = qbAb + f.As ... (2.1)
dimana :
Qu = Kapasitas daya dukung aksial ultimit tiang pancang.
Qb = Kapasitas tahanan di ujung tiang.
Qs = Kapasitas tahanan kulit.
qb = Kapasitas daya dukung di ujung tiang persatuan luas.
Ab = Luas di ujung tiang.
f = Satuan tahanan kulit persatuan luas.
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Dalam menentukan kapasitas daya dukung aksial ultimit (Qu) dipakai
Metode Aoki dan De Alencar.
Aoki dan Alencar mengusulkan untuk memperkirakan kapasitas dukung
ultimit dari data Sondir. Kapasitas dukung ujung persatuan luas (qb) diperoleh
sebagai berikut :
qb =
b ca
F base
q ( )
... (2.2)
dimana :
qca (base) = Perlawanan konus rata-rata 1,5D diatas ujung tiang, 1,5D
dibawah ujung tiang dan Fb adalah faktor empirik tahanan
ujung tiang tergantung pada tipe tiang
Tahanan kulit persatuan luas (f) diprediksi sebagai berikut :
f = qc (side)
s s
F
α ... (2.3)
dimana :
qc (side) = Perlawanan konus rata-rata pada masinglapisan sepanjang
tiang.
Fs = Faktor empirik tahanan kulit yang tergantung pada tipe tiang
Fb = Faktor empirik tahanan ujung tiang yang tergantung pada tipe tiang
Faktor Fbdan Fs diberikan pada Tabel 2.1 dan nilai-nilai faktor empirik s
diberikan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.1 Faktor empirik Fbdan Fs untuk jenis atau tipe tiang pancang
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Tiang Bor 3,5 7,0
Baja 1,75 3,5
Beton Pratekan 1,75 3,5
Sumber : Titi & Farsakh, 1999
Tabel 2.2 Nilai faktor empirik untuk tipe tanah
Tipe Tanah s (%)
Tipe Tanah s (%) Tipe Tanah s (%)
Pasir 1,4 Pasir berlanau 2,2 Lempung
berpasir 2,4
Pasir kelanauan 2,0 Pasir berlanau
dengan lempung 2,8
Lempung
berlempung 3,0
Lanau
berlempung 3,4 Lempung 6,0
Sumber : Titi & Farsakh, 1999
Pada umumnya nilai s untuk pasir = 1,4 persen, nilai s untuk lanau = 3,0
persen dan nilai s untuk lempung = 1,4 persen.
Untuk menghitung daya dukung tiang pancang berdasarkan data hasil
pengujian sondir dapat dilakukan dengan menggunakan metode Meyerhoff.
Daya dukung ultimate pondasi tiang dinyatakan dengan rumus :
Qult = (qc x Ap)+(JHL x K11) ... (2.4)
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Qult = Kapasitas daya dukung tiang pancang tunggal.
qc = Tahanan ujung sondir.
Ap = Luas penampang tiang.
JHL = Jumlah hambatan lekat.
K11 = Keliling tiang.
Daya dukung ijin pondasi dinyatakan dengan rumus :
Qijin =
5 3
11 JHLxK xA
qc c +
... (2.5)
dimana :
Qijin = Kapasitas daya dukung ijin pondasi.
qc = Tahanan ujung sondir.
Ap = Luas penampang tiang.
JHL = Jumlah hambatan lekat.
K11 = Keliling tiang.
2.9. Faktor Aman
Untuk memperoleh kapasitas ijin tiang, maka diperlukan untuk membagi
kapasitas ultimit dengan faktor aman tertentu. Faktor aman ini perlu diberikan
dengan maksud :
a. Untuk memberikan keamanan terhadap ketidakpastian metode hitungan yang
digunakan.
b. Untuk memberikan keamanan terhadap variasi kuat geser dan kompresibilitas
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
c. Untuk meyakinkan bahwa bahan tiang cukup aman dalam mendukung beban
yang bekerja.
d. Untuk meyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang tunggal atau
kelompok masih tetap dalam batas-batas toleransi.
e. Untuk meyakinkan bahwa penurunan tidak seragam diantara tiang-tiang masih
dalam batas toleransi.
Sehubungan dengan alasan butir (d), dari hasil banyak
pengujian-pengujian beban tiang, baik tiang pancang maupun tiang bor yang berdiameter
kecil sampai sedang (600 mm), penurunan akibat beban bekerja (working load)
yang terjadi lebih kecil dari 10 mm untuk faktor aman yang tidak kurang dari 2,5
(Tomlinson, 1977).
Besarnya beban bekerja (working load) atau kapasitas tiang ijin (Qa)
dengan memperhatikan keamanan terhadap keruntuhan adalah nilai kapasitas
ultimit (Qu) dibagi dengan faktor aman (SF) yang sesuai. Variasi besarnya faktor
aman yang telah banyak digunakan untuk perancangan pondasi tiang pancang,
sebagai berikut :
Qa =
5 , 2
u
Q
... (2.6)
2.10. Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang Dari Hasil SPT
Standard Penetration Test (SPT) adalah sejenis percobaan dinamis dengan
memasukkan suatu alat yang dinamakan split spoon kedalam tanah. Dengan
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
( ) berdasarkan nilai jumlah pukulan (N). Hubungan kepadatan relatif, sudut
geser tanah dan nilai N dari pasir dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.3 Hubungan Dr, dan N dari pasir
Nilai N Kepadatan Relative (Dr)
Sudut Geser Dalam Menurut
Peck
Menurut Meyerhof
0-4 0,0-0,2 Sangat lepas < 28,5 < 30
4-10 0,2-0,4 Lepas 28,5-30 30-35
10-30 0,4-0,6 Sedang 30-36 35-40
30-50 0,6-0,8 Padat 36-41 40-45
> 50 0,8-1,0 Sangat Padat < 41 > 45
Sumber : Mekanika Tanah & Teknik Pondasi, Sosrodarsono Suyono Ir, 1983
Hasil uji SPT yang diperoleh dari lapangan perlu dilakukan koreksi. Pada
data uji SPT terdapat dua jenis koreksi, yaitu koreksi efisiensi alat (cara
pengujian) dan koreksi tegangan overburden efektif (kedalaman).
1. Skempton, 1986, mengembangkan koreksi nilai SPT sebagai berikut :
N60 =
60 , 0
. .
.CB CS CR Em
... (2.7)
dimana :
N60 = Nilai koreksi SPT terhadap cara pengujian.
Em = Hammer eficiency (Tabel 2.4).
CB = Koreksi diameter bor (Tabel 2.5).
CS = Koreksi sampler (Tabel 2.5).
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
N = Harga SPT lapangan.
2. Koreksi tegangan overburden efektif (kedalaman) sebagai berikut :
N’60 = CN . N60 ... (2.8)
Pasir halus normal konsolidasi :
CN =
Pasir kasar normal konsolidasi :
CN =
Pasir over konsolidasi :
CN =
N’60 = Nilai SPT terkoreksi cara pengujian dan regangan overburden.
'
v = Tegangan overburden efektif.
r = Reference stress = 100 kPa.
N60 = Nilai koreksi SPT terhadap cara pengujian.
Tabel 2.4 SPT hammer efficiencies
Country Hammer Type Hammer Release Mechanism
Hammer Effeciency, Em
Argentina Donut Cathead 0.45
Brazil Pin weight Hand dropped 0.72
China Automatic
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Colombia Donut Cathead 0.50
2 turns on cathead 2 turns on cathead
0.55-0.60 0.45
Venezuela Donut Cathead 0.43
Sumber : Clayton, 1990
Tabel 2.5 Borehole, Sampler and Rod correction factors
Factor Equipment Variables Value
Borehole diameter factor,
CB 2.5-4.5 in (65-115 mm) Sampling methode factor,
CS Standard sampler
Sampler without liner (not recommended)
1.00 1.20
Rod lenght factor,
CR 10-13 ft (3-4 m)
Sumber : Skempton, 1986
Perkiraan kapasitas daya dukung pondasi tiang pancang pada tanah pasir
dan silt didasarkan pada data uji lapangan SPT, ditentukan dengan perumusan
sebagai berikut :
1. Kekuatan ujung tiang (end bearing), (Meyerhof, 1976).
Untuk tanah pasir dan kerikil :
Qp = 40 . N-SPT . L D . Ap < 400 . N-SPT . Ap ... (2.12) Untuk tahanan geser selimut tiang adalah:
Qs = 2 N-SPT . p. L
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Qp = 9 . Cu . Ap ... (2.13)
Untuk tahanan geser selimut tiang adalah:
Qs = . cu . p . Li
Cu = N-SPT . 2/3 . 10
Dimana : = Koefisien adhesi antara tanah dan tiang
Cu = Kohesi Undrained
p = keliling tiang
Li = panjang lapisan tanah
2. Kekuatan Lekatan (skin friction), (Meyerhof, 1976).
Untuk pondasi tiang tipe large displacement (driven pile) :
fs =
50 r
σ N
60 ... (2.15)
Untuk pondasi tiang tipe small displacement (bored pile) :
fs =
100 r
σ N
60 ... (2.16)
dan :
Psu = As . fs ... (2.17)
dimana :
fs = Tahanan satuan skin friction, kN/m2.
N60 = Nilai SPT N60.
As = Luas selimut tiang.
Pus = Kapasitas daya dukung gesekan (skin friction), kN.
Untuk tahanan geser selimut tiang pancang pada tanah non-kohesif :
Qs = 2 . N-SPT . p . Li ... (2.18)
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Li = Panjang lapisan tanah, m.
p = Keliling tiang, m.
2.11. Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang Dari Hasil Kalendering
Untuk perencanaan daya dukung tiang pancang dari hasil kalendering ada
dua metode yaitu metode Danish Formula dan metode HilleyFormula.
Formula Danish banyak digunakan untuk menentukan apakah suatu tiang
pancang tunggal telah mencapai daya dukung yang cukup pada kedalaman
tertentu, walaupun pada prakteknya kedalaman dan daya dukung tiang telah
ditentukan sebelumnya. Kapasitas daya dukung tiang berdasarkan metode Danish
Formula adalah :
Pu =
= Effisiensi alat pancang.
E = Energi alat pancang yang digunakan.
S = Banyaknya penetrasi pukulan diambil dari kalendering dilapangan.
A = Luas penampang tiang pancang.
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Tabel 2.6 Effisiensi jenis alat pancang
Jenis Alat Pancang Effisiensi
Pemukul jatuh (drop hammer) 0.75 - 1.00
Pemukul aksi tunggal (single acting hammer) 0.75 - 0.85 Pemukul aksi double (double acting hammer) 0.85
Pemuku l diesel (diesel hammer) 0.85 - 1.00
Sumber : Teknik Pondasi 2, Hardiyatmo, Hary Christady, 2003
Tabel 2.7 Karakteristik alat pancang diesel hammer
Type
Tenaga Hammer Jlh.
Pukulan Permenit
Berat Balok Besi Panjang
kN-m Kip-ft Kg-cm kN Kips Kg
Sumber : Buku Katalog KOBE Diesel Hammer
Tabel 2.8 Nilai-nilai k 1 (Chellis, 1961)
Bahan Tiang
Nilai k1 (mm), untuk tegangan akibat pukulan pemancangan di kepala tiang
3.5 MPa 7MPa 10.5MPa 14MPa
Tiang baja atau pipa langsung pada
kepala tiang 0 0 0 0
Tiang langsung pada kepala tiang 1.3 2.5 3.8 5
Tiang beton pracetak dengan 75 – 110
mm bantalan didalam cap 3 6 9 12.5
Baja tertutup cap yang berisi bantalan
kayu untukl tiang baja H atau tiang pipa 1 2 3 4
Piringan fiber 5 mm diantara dua pelat
baja 10 mm 0.5 1 1.5 2
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Type Efisiensi (eh)
Pemukul Jatuh (Drop Hammer) 0.75 – 1.0
Pemuku l Aksi Tungga l (Single Acting Hammer) 0.75 – 0.85
Pemuku l Aksi Dobel (Double Acting Hammer) 0.85
Pemuku l Diesel (Diesel Hammer) 0.85 – 1.0
Tabel 2.10 Koefisien restitusi n (Bowles, 1977)
Material n
Broomed wood 0
Tiang kayu padat pada tiang 0.25
Bantalan kayu padat pada tiang 0.32
Bantalan kayu padat pada alas tiang 0.40
Landasan baja pada baja (steel on steel anvil) pada tiang baja atau
beton
0.50
Pemukul besi cor pada tiang beton tanpa penutup (cap) 0.40
Metode Hilley Formula juga banyak digunakan untuk menentukan apakah
suatu tiang pancang tunggal telah mencapai daya dukung yang cukup pada
kedalaman tertentu, walaupun pada prakteknya kedalaman dan daya dukung tiang
telah ditentukan sebelumnya. Kapasitas daya dukung tiang berdasarkan metode
Hilley Formula adalah :
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Cumming (1940) menunjukkan bahwa persamaan telah mengikutsertakan
efek-efek kehilangan yang diasosiasikan dengan k1, bentuk dari persamaan 2.18
umumnya lebih diterima dan dipakai.
Suku k2 dapat diambil sebagai pemampatan elastis dari tiang
AE Qu 2
dengan energi regangan yang bersangkutan sebesar
AE Qu
2
2
Nilai k1 dapat dilihat dari tabel 2.2.18 Nilai efesiensi pemukul (eh)
bergantung pada kondisi pemukul dan blok penutup (capblok) dan kondisi tanah
(khususnya pada pemukul uap). Jika belum ada data yang tepat, nilai-nilai (eh)
dalam tabel 2.19 dapat dipakai sebagai acuan. Nilai-nilai restitusi n ditunjuk
dalam tabel 2.30, dimana nilai-nilai aktualnyabergantung pada tipe dan kondisi
bahan capblok dan bantalan kepala tiang.
Nilai k3 dapat diambil (Bowles, 1982)
K3 = 0 untuk tanah keras (batu, pasir sangat padat dan kerikil)
= 2.5 mm – 5 mm pada tanah yang lainnya.
Dimana :
Qu = Kapasitas ultimate tiang
eh = efesiensi palu (hammer eficiency)
Eh = energi pemukul dari pabrik per aturan waktu
h = tinggi jatuh ram
k1 = komperesi impuls menyebabkan kompresi/perubahan momentum
k2 = konpresi elastik tiang
k3 = kompresi elastik tanah
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
n = koefisien restitusi
s = penetrasi per pukulan
Wp = berat tiang, termasuk pilecap, driving shoe, dan capblok
Wr = berat ram (termasuk berat casing untuk pemukul aksi dobel)
Cara pengambilan grafik data kalendering hasil pemancangan tiang
adalah:
1. Kertas grafik ditempelkan pada dinding tiang pemancang sebelum
tiang tertanam keseluruhan dan proses pemancangan belum selesai.
2. Kemudian alat tulis diletakkan diatas sokongan kayu dengan tujuan
agar alat tulis tidak bergerak pada saat penggambaran grafik penurunan
tiang kekertas grafik ketika berlangsung pemancangan tiang.
3. Pengambilan data ini diambil pada saat kira-kira penurunan tiang
pancang mulai stabil
4. Hasil kalendering pemancangan tiang yang diambil pada 10 pukulan
terakhir, kemudian dirata-ratakan sehingga diperoleh penetrasi titik
perpukulan (s).
Metode Gates juga sering dipergunakan dalam perhitungan daya dukung
tiang karena formula ini sederhana dan dapat dipergunakan dilapangan
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Pu = a eh.Eb(blogs ... (2.20)
Pijin =
SF Pu
... (2.21)
dimana :
Pu = Kapasitas daya dukung ultimate tiang.
Pijin = Daya dukung ijin tiang pancang.
a = Konstanta.
b = Konstanta.
eh = Effisien baru.
Eb = Energi alat pancang
s = Banyaknya penetrasi pukulan diambil dari kalendering dilapangan.
SF = Faktor keamanan (3-6) untuk metode ini.
2.12. Tiang Pancang Kelompok (Pile Group)
Pada keadaan sebenarnya jarang sekali didapatkan tiang pancang yang
berdiri sendiri (Single Pile), akan tetapi kita sering mendapatkan pondasi tiang
pancang dalam bentuk kelompok (Pile Group) seperti dalam Gambar 2.7.
Untuk mempersatukan tiang-tiang pancang tersebut dalam satu kelompok
tiang biasanya di atas tiang tersebut diberi poer (footing). Dalam perhitungan poer
dianggap/dibuat kaku sempurna, sehingga :
1. Bila beban-beban yang bekerja pada kelompok tiang tersebut menimbulkan
penurunan, maka setelah penurunan bidang poer tetap merupakan bidang
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
2. Gaya yang bekerja pada tiang berbanding lurus dengan penurunan tiang-tiang.
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
(b)
Gambar 2.7 Pola-pola kelompok tiang pancang khusus : (a) Untuk kaki tunggal,
(b) Untuk dinding pondasi
Sumber : Bowles, 1991
2.12.1.Jarak antar tiang dalam kelompok
Berdasarkan pada perhitungan. Daya dukung tanah oleh Dirjen Bina
Marga Departemen P.U.T.L. diisyaratkan :
S ≥ 2,5 D
S ≥ 3 D
dimana :
S = Jarak masing-masing.
D = Diameter tiang.
Biasanya jarak antara 2 tiang dalam kelompok diisyaratkan minimum 0,60
m dan maximum 2,00 m. Ketentuan ini berdasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
Pada pemancangan tiang no. 3 (Gambar 2.8) akan menyebabkan :
a. Kemungkinan tanah di sekitar kelompok tiang akan naik terlalu berlebihan
karena terdesak oleh tiang-tiang yang dipancang terlalu berdekatan.
b. Terangkatnya tiang-tiang di sekitarnya yang telah dipancang lebih dahulu.
2. Bila S > 3 D
Apabila S > 3 D maka tidak ekonomis, karena akan memperbesar
ukuran/dimensi dari poer (footing).
Pada perencanaan pondasi tiang pancang biasanya setelah jumlah tiang
pancang dan jarak antara tiang-tiang pancang yang diperlukan kita tentukan, maka
kita dapat menentukan luas poer yang diperlukan untuk tiap-tiap kolom portal.
Bila ternyata luas poer total yang diperlukan lebih kecil dari pada setengah
luas bangunan, maka kita gunakan pondasi setempat dengan poer di atas
kelompok tiang pancang.
Dan bila luas poer total diperlukan lebih besar daripada setengah luas
bangunan, maka biasanya kita pilih pondasi penuh (raft fondation) di atas
tiang-tiang pancang.
Gambar 2.8 Pengaruh tiang akibat pemancangan
Ahmad Dauzi Pohan : Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Tunggal Pada Proyek Pembagunan Rusunawa Universitas Medan Area Pancing – Medan, 2009.
USU Repository © 2009
2.12.2.Perhitungan pembagian tekanan pada tiang pancang kelompok 2.12.2.1. Kelompok tiang pancang yang menerima beban normal sentris
Beban yang bekerja pada kelompok tiang pancang dinamakan bekerja
secara sentris apabila titik rangkap resultan beban-beban yang bekerja berimpit
dengan titik berat kelompok tiang pancang tersebut. Dalam hal ini beban yang
diterima oleh tiap-tiap tiang pancang adalah :
Gambar 2.9 Beban mormal sentris pada kelompok tiang pancang
Sumber : Sardjono Hs, 1988
N =
n V
... (2.22)
dimana :
N = Beban yang diterima oleh tiap-tiap tiang pancang.
V = Resultant gaya-gaya normal yang bekerja secara sentris.
n = banyaknya tiang pancang.