TERMOELEKTRIK DENGAN SUMBER ENERGI SURYA
SKRIPSI
Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Hendri NIM. 100401033
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Namo Sanghyang Adi Buddhaya, puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BEBAN PANAS PADA KOTAK PENDINGIN YANG MENGGUNAKAN ELEMEN PENDINGIN TERMOELEKTRIK DENGAN SUMBER ENERGI SURYA”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan Pendidikan
Strata-1 (S1) pada Departemen Teknik Mesin Sub bidang Konversi Energi
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit kesulitan yang dihadapi
penulis, namun berkat dorongan, semangat, do’a, dan bantuan baik materiil,
moril, maupun spirituil dari berbagai pihak akhirnya kesulitan itu dapat teratasi.
Untuk itu sebagai manusia yang harus tahu terimakasih, dengan penuh ketulusan
hati penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada :
1. Bapak Tulus B. Sitorus, ST,MT selaku Dosen pembimbing yang dengan
penuh kesabaran telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada
penulis.
2. Dosen pembanding I Bapak Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri dan Dosen
Pembanding II Bapak Dipl.-Ing. Samar, S.T. yang telah memberikan
masukan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri selaku Ketua Departemen Teknik
Mesin Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Ir. M. Syahril Gultom, MT. selaku Sekretaris Departemen Teknik
Mesin Universitas Sumatera Utara.
5. Kedua orang tua penulis, Jan Tjie Min dan Tjen Lien serta abang dan adik
penulis, Hendra dan Hendro yang tidak pernah putus-putusnya
memberikan dukungan, do’a serta kasih sayangnya yang tak terhingga
kepada penulis.
6. Seluruh staf pengajar dan staf tata usaha Departemen Teknik Mesin, yang
telah membimbing serta membantu segala keperluan penulis selama
7. Rekan-rekan khususnya Dwiyanto, Wilsen, Stefanus, Wunardi, dan
seluruh rekan mahasiswa angkatan 2010 serta semua rekan mahasiswa
Teknik Mesin yang telah mendukung dan memberi semangat kepada
penulis.
8. Teman – teman yang selalu memotivasi khususnya Helbert, Christianto,
Darman, Hosea, Kenny dan semua teman – teman yang berada di
Keluarga Mahasiswa Buddhis yang telah memberi semangat.
Penulis meyakini bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis akan sangat berterimakasih dan dengan senang hati menerima
saran, usul, dan kritik yang membangun demi tercapainya tulisan yang lebih baik.
Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberi manfaat kepada
pembaca, Terima kasih.
Medan, 10 Maret 2015
ABSTRAK
Saat ini penggunaan mesin pendingin dengan refrigeran sebagai sumber pendingin banyak digunakan oleh masyarakat, akan tetapi penggunaan dari refrigeran seperti CFC dan HFC dapat menyebabkan penipisan lapisan ozon di angkasa dan juga menyebabkan efek rumah kaca. Termoelektrik dapat digunakan sebagai sumber pendingin alternatif utama dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Salah satu contoh penggunaan termoelektrik adalah kotak pendingin (cooling box). Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pendinginan pada kotak pendingin yang menggunakan termoelektrik dengan sumber energi surya. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental dimana kotak pendingin yang telah dirancang, diuji untuk mengetahui temperatur di dalam kotak dengan menggunakan termokopel. Parameter lainnya seperti kelembaban relatif, intensitas radiasi Matahari, dan temperatur embun diukur menggunakan alat pendeteksi suhu dan cuaca. Parameter – Parameter yang telah diperoleh kemudian diolah dan dihitung menggunakan persamaan matematika untuk diperoleh beban pendingin di dalam kotak pendingin. Penelitian ini difokuskan pada perhitungan efisiensi fotovoltaik, perhitungan nilai performansi dari termoelektrik, perhitungan kapasitas baterai (accu) dalam menyimpan energi, dan menganalisis beban pendingin. Hasil analisis menunjukkan bahwa rata – rata beban pendingin di dalam kotak pendingin dengan lima buah air mineral 240 ml adalah 126,94 Watt, efisiensi dari fotovoltaik adalah 15,57%, nilai performansi termoelektrik adalah 0,754 dan nilai performansi dari sistem kotak pendingin adalah 0,225.
ABSTRACT
Nowadays the use of cooling engine with refrigerant as its cooling source used by most people, but the use of these refrigerants such as CFCs and HFCs can cause thinning of the ozone layer in the atmosphere and also cause the greenhouse effect. Thermoelectric coolers can be used as a main source of alternative coolers that people needed. One example is the use of cooling box. The purpose of this study was to examine and analyze the cooling load in the cooling box that uses thermoelectric with energy came from photovoltaic. The study was done by using an experimental method in which the cooling box that has been designed, tested to determine the temperature inside the box by using a thermocouple. Other parameters such as Relative Humidity, Intensity of solar radiation, Dew-point Temperature were measured using HOBO data logger. Parameters that have been obtained then processed and calculated using mathematical equations to obtain the cooling load inside the cooling box. This study focused on the calculation of the efficiency of the photovoltaic, the calculation of the coefficient of performance of thermoelectric, the calculation of the capacity of battery to store energy, and analyze the cooling load. The analysis showed that the average cooling load in the cooling box with five 240 ml mineral water is 126,94 Watt, efficiency of photovoltaic is 15,57%, coefficient of performance of thermoelectric is 0,754 and the coefficient of performance of the system in cooling box is 0,225.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
DAFTAR NOTASI ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 2
1.3 Manfaat Penelitian ... 2
1.4 Batasan Masalah dan Asumsi ... 3
1.4.1 Batasan Masalah ... 3
1.4.2 Asumsi ... 3
1.5 Sistematika Penulisan ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Fotovoltaik (Photovoltaic /PV) ... 5
2.2 Elemen Peltier/Pendingin Termoelektrik (Thermo-Electric Cooler) ... 10
2.2.1 Mekanisme Kerja Peltier/Pendingin Termoelektrik (TEC) 10
2.2.2 Efek Termoelektrik ... 12
2.2.2.1 Efek Seebeck ... 12
2.2.2.2 Efek Peltier ... 13
2.2.2.3 Efek Thomson ... 13
2.2.2.4 Efek Joulean ... 15
2.2.2.5 Efek Konduksi ... 15
2.2.3 Koefisien Performansi (Coefficient of Performance/COP) Peltier ………... 15
2.3.1 Perpindahan Panas Konduksi ... 17
2.3.2 Perpindahan Panas Konveksi ... 19
2.3.2.1 Perpindahan Panas Konveksi Bebas ... 20
2.3.2.2 Perpindahan Panas Konveksi Paksa ... 21
2.3.3 Perpindahan Panas Radiasi ... 22
2.4 Psikometrik ... 23
4.1 Hasil Pengujian dan Analisa Data... 41
4.1.1 Hasil Pengujian dari Alat Pendeteksi Suhu dan Cuaca ... 41
4.1.2 Hasil Pengujian dari Alat Termokopel ... 46
4.2 Perhitungan Pada Modul Fotovoltaik (Photovoltaic) ... 51
4.3 Perhitungan Baterai (Accu) ... 54
4.4 Perhitungan Elemen Pendingin Termoelektrik (Peltier) ... 54
4.5 Perhitungan Beban Pendingin Pada Kotak Pendingin ... 57
4.5.1 Perhitungan Panas Eksternal ... 57
4.5.1.1 Perhitungan Panas Eksternal melalui Konduksi .... 59
4.5.1.2 Perhitungan Panas Eksternal melalui Konveksi .... 62
4.5.1.3 Perhitungan Panas Eksternal melalui Radiasi .... 68
4.5.2 Perhitungan Panas Internal ... 70
4.5.2.1 Perhitungan Panas Internal Pada Minuman ... 70
.. 4.5.2.2 Perhitungan Panas Internal akibat Kipas Angin .. 70
4.7 Perhitungan Panas Sensibel dan Panas Laten ... 74
4.8 Perhitungan Panas Total di Dalam Kotak Pendingin dan COP Sistem ... 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 77
5.1 Kesimpulan ... 77
5.2 Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 79
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel Koefisien Seebeck ... 13
Tabel 2.2 Koefisien Konduktivitas Termal Material pada 27 °C ... 19
Tabel 2.3 Emisivitas Termal Material ... 23
Tabel 4.1 Data HOBO yang diperoleh selama Pengujian
(6 Januari – 22 Januari 2015) ... 41
Tabel 4.2 Data Temperatur yang diperoleh selama Pengujian
(6 Januari – 22 Januari 2015) ...46
Tabel 4.3 Data Temperatur Pada Kotak Pendingin (6 Januari 2015) .... 47
Tabel 4.4 Data Temperatur Pada Kotak Pendingin (22 Januari 2015) .. 49
Tabel 4.5 Data – Data Kotak Pendingin ... 58
Tabel 4.6 Laju Perpindahan Panas Konduksi selama Pengujian ... 61
Tabel 4.7 Data untuk Properti Udara di Luar Kotak Pendingin
diambil dari Lampiran 3 ... 62
Tabel 4.8 Laju Perpindahan Panas Konveksi Bebas selama Pengujian . 64
Tabel 4.9 Data untuk Properti Udara di Dalam Kotak Pendingin
diambil dari Lampiran 3 ... 65
Tabel 4.10 Laju Perpindahan Panas Konveksi Paksa selama Pengujian . 67
Tabel 4.11 Laju Perpindahan Panas Radiasi selama Pengujian ... 69
Tabel 4.12 Data – Data Psikometrik Kotak Pendingin (6 Januari 2015) . 71
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Elemen Peltier (Thermo – Electric Cooler) ... 10
Gambar 2.2 Aliran Arus Listrik yang menimbulkan Suhu Dingin dan Panas ... 11
Gambar 2.3 Cara Kerja Peltier ... 11
Gambar 2.4 Ilustrasi Temperatur Bola Kering dan Bola Basah ... 25
Gambar 3.1 Kotak Pendingin ... 29
Gambar 3.2 Panel Surya ... 29
Gambar 3.3 Pengatur Tegangan (Solar Charge Controller/SCC) ... 30
Gambar 3.4 Baterai (Accu) ... 30
Gambar 3.15 Desain Kotak Pendingin dan Letak Plat Aluminium ... 35
Gambar 3.16 Aliran Udara di Dalam Kotak Pendingin Hasil Simulasi untuk Temperatur ... 35
Gambar 3.17 Skema Pengujian Kotak Pendingin yang menggunakan Elemen Pendingin Termoelektrik (Peltier) ... 36
Gambar 3.18 Diagram Balok Pengujian Kotak Pendingin ... 36
Gambar 3.19 Persiapan Alat dan Bahan Pengujian ... 37
Gambar 3.20 Solar Charge Controller/SCC ... 38
Gambar 3.21 Susunan Sejajar Minuman di Dalam Kotak Pendingin ... 38
Gambar 3.22 Letak Kabel Termokopel ... 39
Gambar 3.23 Diagram Alir Pengujian ... 40
Gambar 4.1 Grafik Temperatur Udara (22 Januari 2015) ... 42
Gambar 4.3 Grafik DewPt (22 Januari 2015) ... 43
Gambar 4.4 Grafik Radiasi Matahari /Solar Radiation (22 Januari 2015) ... 43
Gambar 4.5 Grafik Temperatur Udara (14 Januari 2015) ... 44
Gambar 4.6 Grafik Kelembaban Relatif Udara (14 Januari 2015) ... 44
Gambar 4.7 Grafik DewPt (14 Januari 2015) ... 45
Gambar 4.8 Grafik Radiasi Matahari /Solar Radiation (14 Januari 2015) ... 45
Gambar 4.9 Grafik Temperatur Pada Kotak Pendingin (6 Januari 2015) ... 48
Gambar 4.10 Kotak Pendingin dengan bantuan Es ... 50
Gambar 4.11 Grafik Temperatur Pada Kotak Pendingin (22 Januari 2015) ... 50
Gambar 4.12 Panas Eksternal Pada Kotak Pendingin ... 58
Gambar 4.13 Tiga Lapisan Pada Kotak Pendingin ... 59
Gambar 4.14 Lapisan Batas di Dalam Kotak Pendingin ... 71
Gambar 4.15 Grafik Psikometrik ...73
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Grafik Suhu dan Cuaca selama Pengujian ... 82
Lampiran 2 Grafik Temperatur Kotak Pendingin selama Pengujian .. 100
Lampiran 3 Tabel Properti dari Udara PadaTekanan Atmosfir [4] ...107
DAFTAR NOTASI
Q = Energi Kalor (Joule)
= Laju Perpindahan Panas / Kalor (Watt)
= Koefisien Konduktivitas Termal (W/m.K)
= Konduktansi Keseluruhan (W/K)
= Luas Permukaan (m2)
= Kecepatan Objek terhadap Fluida (m/s)
, = Koefisien Seebeck Material X dan Y (Volt/K)
= Kalor yang diserap oleh Termoelektrik (Watt)
= Kalor yang dilepas oleh Termoelektrik (Watt)
= Kalor Maksimum yang dapat diserap pada sisi dingin ketika
I = dan ∆T = 0°C (Watt)
= Koefisien Performansi / Coefficient of Performance
= Massa Udara (kg uap air/kg udara)
= Tekanan Parsial Uap Air (Pa, atm)
= Tekanan Uap Saturasi (Pa, atm)
= Tekanan Atmosfir (Pa, atm), biasanya 101.325 Pa
RH = Kelembaban Relatif (%)
T = Temperatur Udara Mutlak (K)
= Temperatur Bola Basah / Wet Bulb Temperature (°C) = Temperatur Bola Kering / Dry Bulb Temperature (°C)
hfg = Panas Penguapan Air Pada Temperatur Bola Basah (kJ/kg)
w1 = Rasio Kelembaban Pada Temperatur Bola Basah (kg/kg)
w0 = Rasio Kelembaban Pada Temperatur Bola Kering (kg/kg)
cpa = Panas Jenis Udara (kJ/kg.K)
= Volum Spesifik (m3/kg)
Td = Temperatur Embun / Dew-Point Temperature (°C)
ha = Entalpi Udara (kJ/kg)
Q = Laju Aliran Udara (L/s)
= Volume Udara yang Masuk (m3)
= Panas Sensibel (Watt)
ABSTRAK
Saat ini penggunaan mesin pendingin dengan refrigeran sebagai sumber pendingin banyak digunakan oleh masyarakat, akan tetapi penggunaan dari refrigeran seperti CFC dan HFC dapat menyebabkan penipisan lapisan ozon di angkasa dan juga menyebabkan efek rumah kaca. Termoelektrik dapat digunakan sebagai sumber pendingin alternatif utama dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Salah satu contoh penggunaan termoelektrik adalah kotak pendingin (cooling box). Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pendinginan pada kotak pendingin yang menggunakan termoelektrik dengan sumber energi surya. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental dimana kotak pendingin yang telah dirancang, diuji untuk mengetahui temperatur di dalam kotak dengan menggunakan termokopel. Parameter lainnya seperti kelembaban relatif, intensitas radiasi Matahari, dan temperatur embun diukur menggunakan alat pendeteksi suhu dan cuaca. Parameter – Parameter yang telah diperoleh kemudian diolah dan dihitung menggunakan persamaan matematika untuk diperoleh beban pendingin di dalam kotak pendingin. Penelitian ini difokuskan pada perhitungan efisiensi fotovoltaik, perhitungan nilai performansi dari termoelektrik, perhitungan kapasitas baterai (accu) dalam menyimpan energi, dan menganalisis beban pendingin. Hasil analisis menunjukkan bahwa rata – rata beban pendingin di dalam kotak pendingin dengan lima buah air mineral 240 ml adalah 126,94 Watt, efisiensi dari fotovoltaik adalah 15,57%, nilai performansi termoelektrik adalah 0,754 dan nilai performansi dari sistem kotak pendingin adalah 0,225.
ABSTRACT
Nowadays the use of cooling engine with refrigerant as its cooling source used by most people, but the use of these refrigerants such as CFCs and HFCs can cause thinning of the ozone layer in the atmosphere and also cause the greenhouse effect. Thermoelectric coolers can be used as a main source of alternative coolers that people needed. One example is the use of cooling box. The purpose of this study was to examine and analyze the cooling load in the cooling box that uses thermoelectric with energy came from photovoltaic. The study was done by using an experimental method in which the cooling box that has been designed, tested to determine the temperature inside the box by using a thermocouple. Other parameters such as Relative Humidity, Intensity of solar radiation, Dew-point Temperature were measured using HOBO data logger. Parameters that have been obtained then processed and calculated using mathematical equations to obtain the cooling load inside the cooling box. This study focused on the calculation of the efficiency of the photovoltaic, the calculation of the coefficient of performance of thermoelectric, the calculation of the capacity of battery to store energy, and analyze the cooling load. The analysis showed that the average cooling load in the cooling box with five 240 ml mineral water is 126,94 Watt, efficiency of photovoltaic is 15,57%, coefficient of performance of thermoelectric is 0,754 and the coefficient of performance of the system in cooling box is 0,225.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini akan dibahas hal – hal mengenai latar belakang
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi, dan
sistematika penulisan.
1.1 Latar Belakang Masalah
Penggunaan alat pendingin akhir – akhir ini menjadi sesuatu yang sering
dijumpai dan menjadi benda yang harus dimiliki, tidak hanya sebagai
peningkatan kualitas dan kenyamanan hidup, namun juga sudah menyentuh hal
– hal penting penunjang kehidupan manusia. (Arora, 2001) Teknologi pendingin ini digunakan pada banyak bidang terutama dalam bidang perdagangan
makanan yaitu untuk penyimpanan makanan (khususnya makanan basah) agar
tetap awet, selain itu juga terdapat pada bidang perkantoran, pengkondisian
udara, transportasi, maupun penggunaan pendingin dalam proses kimia.
Mesin pendingin yang banyak digunakan umumnya mesin pendingin
dengan menggunakan refrigeran. Jenis refrigeran yang digunakan yaitu jenis
refrigeran CFC dan HFC. Refrigeran CFC adalah salah satu penyebab terjadinya
penipisan lapisan ozon di angkasa (WMO, 2007; IPCC, 2005) dan refrigeran
HFC termasuk gas rumah kaca. (Kruse, 2000; O’shea and Goodge, 2007) Hal
ini yang menyebabkan adanya pembatasan penggunaan refrigeran jenis ini
dalam mesin pendingin. Sifat refrigeran CFC yang dapat merusak ozon
dikemukakan pertama kali oleh Rowland dan Molina (1974) yang didukung
oleh pengukuran lapangan oleh Farman et al., (1985). Pada tahun 2006,
Indartono memperkirakan lapisan ozon akan rusak sekitar 3% per-dekadenya.
Pada tahun 2002, Calm mengemukakan bahwa lapisan ozon yang berada
pada lapisan stratosphere berfungsi sebagai penghalang masuknya sinar UV-B
ke permukaan bumi. Sinar UV-B yang berlebihan akan menyebabkan masalah
kesehatan bagi manusia dan gangguan pada tumbuhan di permukaan bumi.
Akibat adanya perusakan lingkungan oleh refrigerant mesin pendingin, maka
dilakukan penelitian untuk mencari cara pengkondisian udara yang ramah
Dari kondisi diatas, maka pada penelitian ini akan dilakukan tanpa
menggunakan refrigeran CFC maupun HFC. Pada penelitian ini digunakan
komponen elektronik yang disebut peltier / pendingin termoelektrik sebagai
sumber pendingin dengan sumber energi surya. Peltier akan dirangkai dengan
peredam panas (heatsink) dan kipas kecil yang diletakkan dibagian luar dan dua
buah kipas diletakkan di bagian dalam kotak pendingin. Kotak pendingin
terbuat dari stirofoam dimana akan dilakukan pengujian pada temperatur dingin
yang dihasilkan yaitu dengan menggunakan termokopel yang dipasang pada
bagian luar dan dalam kotak. Data temperatur yang diperoleh akan diolah
sehingga dapat dihitung beban panas, kalor yang berpindah, dan performansi
kerja sistem pada kotak pendingin tersebut
1.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui temperatur terendah yang ada di dalam kotak pendingin.
2. Mengetahui beban pendingin yang ada di dalam kotak pendingin.
3. Menghitung laju perpindahan panas yang masuk dari luar ke dalam kotak
pendingin yaitu secara konduksi, konveksi, dan radiasi.
4. Mengetahui lamanya waktu kotak pendingin dapat mempertahankan
temperatur dinginnya (maksimal bertemperatur 25°C dengan RH 100%).
5. Mengetahui efisiensi dan nilai performansi dari fotovoltaik, mesin
pendingin termoelektrik dan sistem kerja kotak pendingin bertenaga surya.
1.3 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Penulis
a. Merupakan wahana menerapkan pengetahuan teori yang telah diperoleh
dibangku kuliah, serta membandingkannya dengan kondisi dilapangan.
b. Mengetahui perbandingan nilai performansi kerja mesin pendingin
dengan beban pendingin yang ada.
2. Bagi Akademik
a. Merupakan pustaka tambahan dalam menunjang proses perkuliahan.
b. Sebagai referensi dasar untuk dilakukannya penelitian lebih mendalam
3. Bagi Masyarakat sekitar
a. Memberikan solusi terhadap masalah ketersediaan mesin pendingin yang
murah dan ramah lingkungan.
b. Sebagai kontribusi positif dalam mencegah perusakan lapisan ozon.
c. Sebagai salah satu peralatan pendingin alternatif yang digunakan ketika
sumber listrik tidak tersedia.
1.4 Batasan Masalah dan Asumsi
Dalam pengujian nilai performansi kerja mesin pendingin ini, terdapat banyak
faktor yang mempengaruhi. Oleh karena itu, diperlukan batasan masalah dan
asumsi agar pembahasan tidak melebar dan fokus ke tujuan utama.
1.4.1 Batasan Masalah
Berikut adalah batasan masalah di dalam penelitian ini :
1. Perhitungan hanya dibatasi pada perpindahan panas ideal yaitu
perpindahan panas secara konduksi, konveksi, dan radiasi.
2. Pengujian dilakukan sesuai dengan jam kerja yaitu 8 jam.
3. Pengujian dilakukan dengan meletakkan lima buah minuman air mineral
240 ml dengan susunan yang sudah ditentukan.
1.4.2 Asumsi
Berikut adalah asumsi di dalam penelitian ini :
1. Laju perpindahan panas yang terjadi diasumsikan adalah aliran udara
stedi, satu-dimensi, nilai dari konduktivitas termal material konstan, dan
menggunakan rumus untuk satu-dimensi.
2. Kebocoran (Infiltrasi) diasumsikan tidak ada karena kotak pendingin telah
diisolasi pada bagian tutupnya selama pengujian.
4. Temperatur permukaan luar triplek dianggap sama ke semua sisinya.
5. Temperatur permukaan pada setiap sisi kotak diasumsikan terdistribusi
merata sehingga peletakkan alat uji hanya pada titik tengahnya yaitu
temperatur sisi atas sama dengan sisi bawah, sisi kiri sama dengan sisi
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tugas akhir ini terdiri atas beberapa bab yaitu :
Bab I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang pemilihan tugas akhir, tujuan, manfaat, batasan
masalah dan asumsi, dan sistematika penulisan tugas akhir.
Bab II TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan landasan teori dan studi literatur yang berhubungan dengan pokok
permasalahan penelitian baik teori dasar maupun teori penunjang lainnya yang
diperoleh dari berbagai sumber seperti : buku – buku pedoman, jurnal, paper,
tugas akhir, e-book, dan e-news.
Bab III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini mencakup metode pengujian yang digunakan yaitu dengan metode
eksperimental dan membahas mengenai objek, waktu, peralatan, langkah –
langkah dan skema penelitian.
Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi data – data hasil pengujian akan diolah / dihitung
menggunakan persamaan – persamaan matematika.
Bab V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisikan tentang kesimpulan atau jawaban – jawaban yang menjadi tujuan dari
dilakukannya penelitian / tugas akhir dan saran yang mendukung kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Berisikan seluruh referensi yang digunakan selama proses penelitian dalam
membuat tugas akhir.
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam Tinjauan pustaka ini berisi tentang fotovoltaik (Photovoltaic)
yang merupakan sumber energi dari kotak pendingin (Cooling Box), elemen
pendingin termoelektrik (Thermo-Electric Cooler) sebagai mesin pendingin
alternatif yang digunakan pada kotak pendingin, dan perpindahan panas yang
terjadi dari luar kotak ke dalam kotak pendingin.
2.1 Fotovoltaik (Photovoltaic / PV)
Energi Surya merupakan energi yang berasal dari Matahari, yang
dipancarkan dalam bentuk sinar dan panas. Karena permintaan akan energi
bersih yang terus meningkat, maka energi ini memiliki potensi yang besar
kedepannya untuk terus dikembangkan karena merupakan energi yang dapat
diperbaharui. Panas dan sinar yang diterima bumi dari Matahari dapat radiasi
surya sekitar 174 petawatt (PW). Sekitar 30 % dipantulkan kembali ke luar
angkasa, sedangkan sisanya diserap oleh awan, lautan, dan daratan. Energi ini
dapat dimanfaatkan dengan menggunakan serangkaian teknologi seperti
pemanas surya, fotovoltaik surya, listrik panas surya, arsitektur surya, dan
fotosintesis buatan. Pemanfaatan energi matahari yang paling sering
digunakan adalah fotovoltaik surya.
Di Indonesia khususnya di Kota Medan, cahaya Matahari melimpah
karena wilayah Indonesia dilewati garis Khatulistiwa, sehingga fotovoltaik
digunakan/diterapkan sebagai sumber energi dalam pengujian kotak
pendingin. Selain karena kebutuhan daya yang relatif rendah dari kotak
pendingin, pengunaan fotovoltaik dalam pengujian ini juga tidak
menghasilkan polusi udara maupun polusi suara.
Efek Fotovoltaik (Photovoltaic / PV)
Sistem fotovoltaik adalah suatu sistem mengubah energi cahaya
menjadi energi listrik. (Papadopoulou, 2011:31) Konversi ini didasarkan pada
fenomena efek fotovoltaik. Efek ini ditemukan oleh fisikawan asal Perancis
bernama Antoine – Cesar Becquerel pada tahun 1839. Fenomena efek
adanya loncatan elektron antara dua elektroda yang dihubungkan dengan
sistem padatan/cairan ketika sinar matahari menyinari permukaan bahan PV.
Radiasi cahaya matahari terdiri dari biasan foton dengan tingkat energi
yang berbeda – beda sesuai dengan panjang gelombang dari spektrum cahaya.
Ketika sinar matahari menyinari permukaan bahan fotovoltaik, foton –foton
dari cahaya matahari akan dibiaskan, diserap, ataupun diteruskan menembus
sel fotovoltaik. Foton yang terserap oleh sel PV akan menyebabkan electron
menyembur keluar yang memicu timbulnya energi listrik.
Sel Fotovoltaik (Photovoltaic / PV)
Sel fotovoltaik adalah suatu perangkat yang mengonversi energi
radiasi cahaya umumnya Matahari ke dalam bentuk energi listrik. Sistem sel
PV terdiri dari ikatan antara sisi positif dan negatif (p-n junction) di dalam
sebuah sistem semikonduktor. Sel fotovoltaik pertama kali dibangun oleh
Charles Fritts di sekitar 1883 menggunakan sambungan yang dibentuk oleh
lapisan selenium (semikonduktor) dengan lapisan sangat tipis emas dan
memiliki efisiensi dibawah 1 %.
Sel PV terbuat dari suatu jenis silikon yang mampu menghasilkan
muatan listrik kecil bila terkena sinar matahari. Dalam penggunaannya, sel PV
disusun saling berhubungan untuk menghasilkan energi yang lebih banyak dan
daya yang besar yang dikenal dengan istilah panel atau modul PV. Arus yang
dihasilkan dari sel PV pada umumnya adalah arus searah (Direct Current/DC),
tetapi dengan menggunakan inverter, arus ini dapat dibuat menjadi arus
bolak-balik (Alternating Current/AC).
Ada tiga jenis sel fotovoltaik, yaitu :
1. Sel Monocystalline, adalah sel – sel fotovoltaik yang paling efisien
tetapi juga yang paling mahal. Sel –sel ini terdiri dari satuan kristal
hasil potongan dari silikon ingot.
2. Sel Polycrystalline, adalah sel - sel fotovoltaik yang terdiri dari
sejumlah kristal kecil sehingga memiliki efisiensi yang sedikit
lebih rendah dari sel Monocrystalline.
3. Sel Amorphous, adalah sel yang memiliki efisien yang paling
rendah dan murah. Sel ini dibuat dengan menyebarkan silikon di
Mekanisme Konversi Energi
Konsep dasar konversi energi dari energi cahaya menjadi energi listrik
terjadi akibat adanya perpindahan elektron bebas di dalam suatu atom.
Banyaknya elektron bebas yang berpindah tergantung pada konduktivitas
elektron / kemampuan transfer elektron dari suatu material.
Sel PV pada umumnya menggunakan material semikonduktor sebagai
penghasil elektron bebas. Material semikonduktor adalah suatu material
berbentuk padat (solid) yang memiliki konduktivitas elektrik yang cukup
tinggi dan akan meningkat secara signifikan ketika temperaturnya bertambah
tinggi. Konduktivitas elektrik suatu material bergantung pada elektron valensi
atau elektron pada kulit terluar dari suatu atom. Hal ini yang menyebabkan
penggunaan material semikonduktor sebagai bahan dasar dari sel PV. Contoh
material semikonduktor yang umum digunakan pada sel PV adalah Silikon
(Si) dan Germanium (Ge). Silikon yang digunakan biasanya dalam bentuk
kristal, dan Germanium berada dalam bentuk padatan.
Ketika sebuah foton dari suatu sumber cahaya menumbuk suatu
lempengan material semikonduktor, ada tiga proses yang terjadi yaitu :
1. Foton dapat melewati lempengan semikonduktor, biasanya terjadi
pada foton dengan energi rendah.
2. Foton terpantul dari permukaan.
3. Foton diserap oleh lempengan semikonduktor yang menghasilkan
panas atau menghasilkan pasangan elekron-lubang (hole).
Untuk memisahkan elektron valensi dari atom semikonduktor,
dibutuhkan energi foton yang cukup besar yaitu lebih besar dari celah pita
lempengan semikonduktor. Terlepasnya elektron ditentukan oleh energi yang
diserap dari cahaya dan ikatan antara elektron terluar dengan atom inti. Ketika
elektron terlepas, elektron akan bergerak bebas di dalam bidang kristal dan
elektron tersebut akan bermuatan negatif yang akan bergerak ke daerah pita
konduksi dari material semikonduktor. Struktur kristal yang kehilangan elektronnya akan terbentuk suatu “lubang (hole)” yang bermuatan positif.
Daerah semikonduktor yang bermuatan negatif (dengan elektron
(n-type). Untuk daerah semikonduktor yang bermuatan positif (dengan lubang)
akan bertindak sebagai penerima elektron disebut tipe positif (p-type). Ikatan
dari kedua sisi positif dan negatif (p-n junction) menghasilkan energi listrik
internal yang akan mendorong elektron bebas dan hole untuk bergerak kearah
yang berlawanan. Elektron akan bergerak ke sisi positif dan lubang (hole)
akan bergerak ke sisi negatif. Ketika kedua sisi positif dan negatif
dihubungkan dengan sebuah beban (tahanan), maka akan tercipta sebuah arus
listrik.
Efisiensi Energi Fotovoltaik (Photovoltaic / PV)
Berdasarkan definisinya, efisiensi energi dari sistem fotovoltaik surya
(Solar Photovoltaic System/SPS) dinyatakan sebagai rasio dari daya keluar
(output) maksimal dari panel surya dengan daya intensitas matahari / radiasi
matahari yang sampai di permukaan PV. Efisiensi energi PV dapat dihitung
dengan persamaan [12][15]:
x 100% ... (2.1)
dimana : = Daya keluar (output) maksimal dari PV (W)
ST = Radiasi global Matahari jam-an (W/m2), dapat dianggap
sama dengan radiasi Matahari STC (Standart Test
Conditions) yang digunakan oleh pabrik yaitu 1000W/m2
dengan temperatur sel 25°C dan massa udara 1,5.
Daya keluar (output) dapat dinyatakan sebagai daya listrik maksimal
yang dapat dihasilkan oleh SPS, dapat dihitung dengan persamaan [19]:
... (2.2)
dimana :
= Tegangan maksimum saat rangkaian terbuka (open-circuit) (Volt)
= Arus maksimum saat rangkaian tertutup (close-circuit) (Ampere)
= Fill Factor
Persamaan Fill Factor (FF) menggunakan parameter tegangan
rangkaian terbuka ( ) dari hasil pengukuran secara langsung pada panel
surya pada karakteristik V-I suatu panel surya. Nilai fill factor umumnya
kinerja panel surya tersebut semakin baik, dan akan memiliki efisiensi panel
surya yang semakin tinggi. Nilai dari Fill Factor dapat dihitung dengan
persamaan [19]:
... (2.3)
dimana nilai 0,72 merupakan konstanta untuk mendapatkan hasil yang akurat.
Estimasi Biaya yang dibutuhkan dalam sistem fotovoltaik
Untuk mengetahui jumlah biaya yang dikeluarkan dalam sistem panel
surya ini, terlebih dahulu harus diketahui daya yang dibutuhkan / digunakan
perharinya. Daya yang digunakan dapat diketahui dengan menghitung daya
rata – rata perbulannya, dengan persamaan [9]:
. (2.4) Setelah diketahui penggunaan listrik perhari, maka dapat ditentukan
output daya dari PV yang dibutuhkan perharinya dengan persamaan [9] :
... (2.5) Kapasitas daya modul fotovoltaik dapat diperhitungkan dengan
memperhatikan beberapa faktor, yaitu kebutuhan energi sistem yang
diinginkan, insolasi matahari, dan faktor penyesuaian (adjustment factor).
Faktor penyesuaian untuk instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
adalah 1,1[21].
Kapasitas daya modul dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut [21]:
... (2.6)
Jumlah jam kerja matahari yang optimum berkisar antara 4 – 6 jam
perharinya. Faktor penyesuaian adalah efisiensi dari suatu sistem yang
digunakan sehingga bila efisiensi semakin besar maka harga yang dikeluarkan
untuk sistem PV akan berkurang.
Jumlah modul yang digunakan yaitu [21]:
... (2.7)
Estimasi biaya yang dikeluarkan untuk suatu sistem PV adalah [9]:
2.2 Elemen Peltier / Pendingin Termoelektrik (Thermo - Electric Cooler)
Elemen Peltier adalah suatu alat / komponen listrik yang dapat
menghasilkan suhu dingin pada satu sisi dan suhu panas pada sisi lainnya bila
dialiri arus listrik. Elemen ini disebut juga Thermo – Electric Cooler (TEC).
Kenaikan atau penurunan temperatur di persambungan bergantung pada arah
aliran arus listrik. Peltier ditemukan oleh Jean Peltier pada tahun 1834 dan
kemudian diperluas oleh Emil Lenz pada tahun 1838. Setelah melakukan
beberapa percobaan, Lenz menyimpulkan bahwa panas yang dihasilkan atau
diserap bergantung pada arah dari aliran arus listrik. Aplikasi yang sering
digunakan oleh peltier adalah dengan memanfaatkan temperatur dingin yang
dihasilkan yaitu sebagai pendingin processor, AC mini, kulkas pada
dispenser, pendingin minuman, dan pengatur suhu akuarium. Sedangkan suhu
panasnya dapat dibuang dengan memasangkan peredam panas (heat sink) dan
kipas.
Gambar 2.1 Elemen Peltier (Thermo – Electric Cooler)[30]
2.2.1 Mekanisme Kerja Peltier / Pendingin Termoelektrik (TEC)
Dalam perakitannya, TEC menggunakan beberapa termokepel yang
disusun seri, yang memungkinkan sejumlah besar perpindahan panas. Bagian
luar dari komponen ini dibungkus sejenis keramik tipis yang berisikan batang
– batang semikonduktor Bismuth Telluride di dalamnya. Material tersebut adalah suatu semikonduktor yang di dalamnya ditambahkan suatu zat
tambahan. Zat tambahan tersebut bertujuan untuk memberikan kelebihan
elektron bebas (n-Type Semiconductor) atau memberikan kekurangan elektron
elektron mengalir dari kutub negatif ke kutub positif dalam rangkaian.
Elektron dari material yang kekurangan elektron (p–Type Semiconductor)
berpindah ke material yang kelebihan elektron (n–Type Semiconductor).
Dalam keadaan ini, konektor akan menyerap energi sehingga sisi ini akan
bertemperatur dingin. Di sisi lain, ketika elektron berpindah dari tipe-n ke
tipe-p, konektor akan melepaskan energi sehingga pada sisi ini akan
bertemperatur panas. Membuang panas dari sisi panas akan menurunkan
temperatur pada sisi dingin dengan cepat, besarnya penurunan bergantung dari
arus listrik yang diberikan. Ilustrasi kerja elemen pertier ditunjukkan pada
gambar 2.2.
Gambar 2.2 Aliran arus listrik yang menimbulkan suhu dingin dan panas[28]
Gambar 2.3 Cara Kerja Peltier[24]
N
Kutub Negatif (-) Kutub Positif (+)
Panas yang diserap (Sisi Dingin)
2.2.2 Efek Termoelektrik
Ada lima efek yang dapat diamati ketika arus listrik dialiri dalam
rangkaian termokopel yaitu efek Seebeck, Peltier, Thomson, Joulean dan
konduksi. Efek Seebeck menjelaskan timbulnya tegangan atau kekuatan listrik
(electromotive/EMF) ketika adanya perbedaan gradien temperatur di
sepanjang kawat. Perubahan dalam bahan EMF sehubungan dengan
perubahan temperatur disebut koefisien Seebeck atau sensitivitas
termoelektrik. Koefisien ini biasanya merupakan fungsi nonlinier dari
temperatur. Efek Peltier menjelaskan perbedaan temperatur yang dihasilkan
oleh EMF dan merupakan kebalikan dari efek Seebeck. Efek Thomson
berhubungan dengan gradien panas yang bersifat dapat dibalik (reversible)
dan EMF dalam suatu penghantar homogen. Efek Joulean berhubungan
dengan adanya energi listrik yang hilang ketika sebuah konduktor dialiri arus
listrik. Sedangkan, efek konduksi menjelaskan tentang perpindahaan panas
dari tempat yang bertemperatur lebih panas ke yang lebih dingin.
2.2.2.1 Efek Seebeck
Pada tahun 1821, fisikawan asal Jerman-Estonia bernama Thomas
Johann Seebeck (1770-1831) menemukan bahwa logam berbeda yang
terhubung pada dua lokasi yang berbeda (sambungan) akan menimbulkan
tegangan mikro pada kedua sisinya bila kedua sisi ada pada temperatur yang
berbeda. Efek ini dikenal sebagai “Efek Seebeck”, itu adalah dasar untuk
termometer termokopel.
Dalam percobaannya, Seebeck menghubungkan logam besi dan
tembaga dalam suatu rangkaian. Kemudian diantara kedua logam tersebut
diletakkan jarum kompas. Ketika satu sisi logam dipanaskan, jarum kompas
ternyata bergerak. Setelah diselidiki, ternyata panas yang diberikan pada satu
sisi logam menimbulkan tegangan yang mengalirkan listrik mikro yang
mengakibatkan timbulnya medan magnet disekitar logam. Medan magnet
yang timbul menggerakkan jarum kompas.
Tegangan yang timbul tersebut dapat dinyatakan dengan
persamaan :
Dimana :
= Tegangan yang dihasilkan (Volt)
= Koefisien Seebeck material X dan Y (Volt/K) = Temperatur Termokopel panas dan dingin (K)
Nilai dari koefisien Seebeck untuk beberapa material dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel 2.1 Tabel Koefisien Seebeck[16]
Logam (Metal) Koefisien Seebeck
Logam (Metal)
Tembaga 6,5 Semiconductor Koefisien Seebeck
Pada tahun 1834, seorang fisikawan Perancis bernama Jean Charles
Peltier menemukan kebalikan dari efek Seebeck, yang sekarang dikenal
sebagai “Efek Peltier”. Beliau menemukan bahwa ketika sebuah termokopel
diberikan tegangan, maka akan timbul perbedaan suhu pada kedua sisinya”.
Teori ini dikenal dengan nama Thermo – Elektric Cooler (TEC).
Pada tahun 1838, Lenz menunjukkan bahwa tergantung pada arah arus
atau dengan membalik arus listrik, panas dapat dihasilkan untuk mencairkan
es. Panas yang diserap atau dihasilkan di persambungan adalah sebanding
dengan arus listrik. Konstanta perbandingan dikenal sebagai koefisien Peltier.
Jumlah kalor yang dilepas dan diterima ( ) dapat dinyatakan pada
persamaan [7]:
... (2.10)
Dimana :
= Koefisien Peltier material X dan Y (Volt) = Arus Listrik yang mengalir (Ampere) = Kalor yang dilepas / diterima (Watt)
Nilai dari tergantung pada komposisi dan temperatur bahan. Silikon
tipe-p biasanya mempunyai koefisien Peltier positif dibawah 550 K, tetapi
silikon tipe-n biasanya negatif.
2.2.2.3 Efek Thomson
Pada tahun 1851, fisikawan asal Inggris bernama William Thomson
menyatakan ketika sebuah konduktor dialiri arus listrik akan timbul
perbedaan (gradien) temperatur sesuai dengan perpindahan panas yang disebut
efek Thomson, dapat dihitung dengan persamaan [7]:
... (2.11)
Dimana :
= Perpindahan panas Thomson(W/m)
= Koefisien Thomson (Volt/K)
Dengan menggunakan hukum pertama dan kedua termodinamika,
Zemansky memperoleh hubungan antara koefisien Seebeck dengan koefisien
Peltier yang dapat dilihat pada persamaan (Seebeck,1821) [7]:
... (2.12)
Jika persamaan (9) disubstitusikan dengan persamaan (7) , maka
diperoleh [7]:
Dari persamaan dapat dilihat bahwa untuk mendapatkan nilai
pendinginan atau pemanasan yang tinggi, harus tinggi, dan juga arus yang
besar.
2.2.2.4 Efek Joulean
Efek Joulean menjelaskan bahwa ketika arus listrik dialirkan pada
sebuah konduktor, maka akan terbentuk panas akibat adanya disipasi energi
listrik. Efek Joulean dapat ditulis dengan persamaan [7]:
... (2.14)
dimana : I = Arus listrik (Ampere)
R = Tahanan listrik (Ohm)
2.2.2.5 Efek Konduksi
Efek konduksi menjelaskan tentang perpindahan panas secara
konduksi yaitu adanya perpindahan panas dari temperatur yang lebih tinggi ke
temperatur yang lebih rendah dalam suatu material. Persamaannya dapat
ditulis yaitu [7]:
... (2.15)
dimana : U = Konduktansi keseluruhan (W/K)
k = koefisien konduktivitas termal (W/m.K)
A = Luas permukaan material (m2)
L = Panjang material (m)
= Temperatur tinggi dan rendah (°C)
2.2.3 Koefisien Performansi (Coefficient of Performance / COP) Peltier
Koefisien Performansi (COP) adalah perbandingan antara kalor yang
dihasilkan peltier dengan energi yang disuplai. Untuk memperoleh nilai COP
peltier, dapat menggunakan persamaan – persamaan dari buku H.J. Goldsmid,
1. Luas Penampang dari elemen (A)
Luas penampang elemen adalah berbentuk silinder yang dapat
dihitung dengan persamaan :
, cm2 ... (2.16)
2. Tahanan dari couple (R):
, Ω.cm ... (2.17)
3. Konduktivitas termal couple (K) :
, W/K ... (2.18)
4. Figure of merit (Z) :
, 1/K ... (2.19)
5. Arus Optimum (Iopt) :
(√ ) ,A ... (2.20)
6. Kalor yang diserap (qc):
, Watt ... (2.21)
7. Nilai performansi (Coefficient Of Performance/COP) Peltier / TEC :
Nilai dari COP pada peltier yaitu:
(
)
(
)
( ) ... (2.22)
dimana : d = Diameter elemen (cm)
= Tahanan Listrik (Ω.cm)
L = Panjang tiap elemen (cm)
R = Hubungan tahanan listrik (Ω.cm2)
k = Koefisien termal dari couple (W/cm.K)
= Koefisien Seebeck (V/K)
= Suhu antara sisi panas dan dingin (°C), yaitu
N = Jumlah elemen (couple)
Nilai performansi (COP) adalah rasio antara kalor/panas yang dapat
diserap/dipindahkan dari sistem yang ingin didinginkan terhadap daya yang
disuplai (input) ke sistem tersebut. Umumnya nilai dari COP dari suatu mesin
pendingin adalah lebih besar dari satu karena nilai qh/qc >1 sehingga nilai dari
W yang merupakan qh-qc akan lebih kecil dibanding qc. Nilai COP dari suatu
sistem refrigerasi yang menggunakan refrigeran adalah antara 2 – 3,6. Untuk
elemen pendingin termoelektrik, nilai dari COP berada dibawah satu yaitu
berkisar antara 0,4 – 0,8 yang bergantung pada arus, tegangan dan jenis
termoelektrik yang digunakan. Jika dibandingkan keduanya, maka
penggunaan elemen pendingin termoelektrik dapat dikatakan tidak cukup
efektif untuk mendinginkan suatu ruangan. Akan tetapi sistem pendingin dari
elemen termoelektrik yang sederhana dapat menjadi pertimbangan
penggunaannya jika dibandingkan sistem pendingin yang menggunakan
refrigeran yang kompleks.
2.3 Perpindahan Panas / Kalor
Perpindahan panas terjadi disebabkan oleh adanya perbedaan
temperatur antara kedua benda / tempat sehingga terjadi aliran energi dari
temperatur yang lebih tinggi ke temperatur yang lebih rendah. Perpindahan
panas tersebut juga memindahkan energi yang dapat dihitung dengan
persamaan [4]:
... (2.23)
Dimana : m = massa zat (kg)
Berdasarkan medium perantara panas, perpindahan panas dapat terjadi
melalui 3 cara yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.
2.3.1 Perpindahan Panas Konduksi
Perpindahan panas secara konduksi adalah perpindahan energi (kalor)
dari partikel zat yang aktif ke partikel yang kurang aktif akibat dari interaksi
diantara partikel. Persamaan yang digunakan untuk menghitung perpindahan
kalor secara konduksi untuk aliran stedi satu dimensi adalah persamaan
Fourier yaitu [4]:
... (2.24)
Untuk mencari nilai tahanan termal (R) dari suatu material padatan
dapat menggunakan persamaan :
... (2.25)
Untuk konduktor yang terdiri dari tiga lapisan, persamaan perpindahan
panas secara konduksi adalah [4]:
... (2.26)
Untuk menghitung suhu antara kedua buah benda dapat digunakan
persamaan :
=
=
... (2.27)
dimana : = Temperatur pada permukaan paling luar (°C) = Temperatur permukaan antara material 1 dan 2 (°C)
= Temperatur permukaan antara material 2 dan 3 (°C)
= Temperatur pada permukaan paling dalam (°C)
Koefisien konduktivitas termal dari beberapa material pada temperatur
27 °C dapat dilihat pada tabel 2.2 :
Tabel 2.2 Koefisien konduktivitas termal material(27 °C) [27]
Material Konduktivitas
2.3.2 Perpindahan Panas Konveksi
Perpindahan panas secara konveksi merupakan perpindahan panas
yang diikuti dengan perpindahan partikel / molekul benda tersebut. Pada
perpindahan panas secara konveksi terjadi aliran massa pada benda / subtansi.
Perpindahan Panas konveksi terbagi menjadi dua bagian yaitu
konveksi bebas dan konveksi paksa. Pada konveksi bebas, pergerakan fluida
terjadi karena gaya buoyant akibat perbedaan densitas (kerapatan) fluida.
Adanya perbedaan densitas fluida dapat diakibatkan oleh adanya pemanasan
pada fluida sehingga fluida yang bertemperatur tinggi akan berkurang
densitasnya dan bersirkulasi dengan fluida yang lebih dingin dan densitas
yang lebih rapat. Konveksi paksa terjadi apabila pergerakan fluida terjadi
Pada perpindahan panas secara konveksi untuk aliran stedi satu
dimensi berlaku hukum pendingin Newton yaitu [4]:
... (2.28)
dimana : = Kalor (Watt)
h = Koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2.K)
A = Luas permukaan (m2)
= Temperatur pada permukaan material (°C)
= Temperatur lingkungan / ambient (°C)
Nilai koefisien konveksi (h) dapat dihitung dengan persamaan [4] :
̅̅̅̅̅̅ ... (2.29)
dimana : ̅̅̅̅̅ = Bilangan Nusselt
k = koefisien konduktivitas termal dari fluida (w/m.K)
L = Panjang permukaan yang terjadi konveksi (m)
2.3.2.1 Perpindahan Panas Konveksi Bebas
Perpindahan panas konveksi bebas terjadi secara alamiah tanpa adanya
gaya dari luar yang membantu terjadinya aliran fluida.
Pada konveksi bebas, untuk menghitung bilangan Nusselt, terlebih
dahulu menghitung Bilangan Rayleigh ( ) dengan persamaan [4] :
... (2.30)
dimana : = Percepatan gravitasi bumi, umumnya 9,81 (m/s2)
= Koefisien ekspansi termal (K-1)
= difusitas termal (m2/s)
= viskositas kinematik (m2/s)
Pr = Bilangan Prandlt
Untuk plat tegak lurus :
Untuk plat paralel :
... (2.31)
L = Panjang (m)
W = Lebar (m)
Jika nilai bilangan Rayleigh : , maka terjadi aliran Laminar. Menurut Churchill dan Chu, bilangan Nusselt dapat dihitung dengan
persamaan [4]:
̅̅̅̅̅ { }
... (2.32)
Jika nilai bilangan Rayleigh : , maka terjadi aliran Turbulen. Menurut Churchill dan Chu, bilangan Nusselt dapat dihitung
dengan persamaan [4]:
̅̅̅̅̅
[
{ }
]
... (2.33)
2.3.2.2 Perpindahan Panas Konveksi Paksa
Perpindahan panas konveksi paksa terjadi akibat adanya gaya atau
pengaruh dari luar seperti kipas dan pompa, sehingga terjadi aliran fluida.
Pada konveksi paksa, untuk menghitung bilangan Nusselt, terlebih
dahulu menghitung Bilangan Reynold ( ) dengan persamaan [4]:
... (2.34)
dimana : = Densitas / Kerapatan (kg/m3)
= Kecepatan objek terhadap fluida (m/s)
= Kecepatan dinamik (Ns/m2)
Jika nilai bilangan Reynold : , maka terjadi aliran Laminar. Bilangan Nusselt untuk plat rata dapat dihitung dengan persamaan [4]
berikutini :
̅̅̅̅̅ ... (2.35)
Jika nilai bilangan Reynold : , maka terjadi aliran
Turbulen. Bilangan Nusselt untu plat rata dapat dihitung dengan persamaan [4]:
̅̅̅̅̅ ... (2.36)
2.3.3 Perpindahan Panas Radiasi
Perpindahan panas secara radiasi adalah perpindahan panas yang tidak
melalui medium (ruang vakum), energi dilepaskan oleh benda sebagai
gelombang elektromagnetik karena adanya tumpukan energi termal pada
semua benda dengan suhu diatas nol mutlak. Radiasi termal muncul akibat
perpindahan acak dari atom dan molekul benda. Karena atom dan molekul
terdiri dari partikel bermuatan (proton dan elektron), pergerakan mereka
menghasilkan pelepasan radiasi elektromagnetik yang membawa energi.
Untuk permukaan rata, kalor radiasi dapat dihitung dengan persamaan
Stefan-Boltzmann yaitu [4]:
... (2.37)
Untuk perpindahan panas radiasi pada material berlapis tiga, kalor
radiasi dapat dihitung dengan persamaan [4]:
( )
( )
... (2.38)
dimana : = Emisivitas termal material, untuk benda gelap,
dan untuk benda putih.
= Konstanta Stefan-Boltzmann = 5,67 x 10-8 (W/m2.K4)
A = Luas permukaan (m2)
Emisivitas termal dari beberapa material dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 2.3 Emisivitas termal material [27]
Material Emisivitas
Baja dipolis 0,07 Kuningan dipolis 0,03
Baja stainless 0,075 Kuningan plat kusam 0,22
Baja teroksidasi 0,79 Nikel dipolis 0,072
Batubara 0,80 Nikel teroksidasi 0,59 – 0,86
Cadmium 0,02 Silikon hitam dicat 0,93
Emas 0,47 Tanah liat 0,91
Epoxy hitam dicat 0,89 Tembaga dipolis 0,023 – 0,052
2.4 Psikometrik
Psikometrik atau psychrometry atau higrometri adalah suatu istilah
yang digunakan untuk menggambarkan bidang rekayasa yang bersangkutan
dengan penentuan sifat fisik dan termodinamika campuran antara udara
dengan uap air. Tujuan mempelajari psikometrik adalah untuk mengetahui
sifat – sifat termodinamik udara, yang kemudian dapat dihitung besarnya
energi yang diperlukan untuk mengkondisikan udara (air conditioning).[1]
Ada dua cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan sifat – sifat
menggunakan grafik yang menggambarkan sifat – sifat termodinamik udara
atau disebut Grafik Psikometrik (Psychrometric Chart).
Grafik Psikometrik adalah grafik parameter termodinamika dari udara
lembab pada tekanan konstan, yang sering disamakan dengan ketinggian
relatif terhadap permukaan laut. Grafik Psikometrik yang lengkap dapat dilihat
pada lampiran 4. Ada beberapa sifat termodinamik / termofisik udara yang
ditampilkan pada grafik psikometrik, yaitu :
1. Rasio Kelembaban (Humidity Ratio)
Rasio kelembaban adalah perbandingan massa uap air (mw) dengan
massa udara (ma). Rasio kelembaban biasanya diplot sebagai ordinat (sumbu
vertikal) pada grafik psikometrik. Persamaan untuk rasio kelembaban dapat
dilihat pada persamaan 2.39 : [1]
... (2.39)
Dengan menggunakan persamaan gas ideal dan hukum Dalton, yang
merumuskan hubungan antara kandungan gas dengan tekanan partial gas,
maka rasio kelembaban dapat dinyatakan dengan persamaan 2.40 :
... (2.40)
Dimana :
adalah massa uap air (kg uap air/kg udara)
adalah massa udara (kg uap air/kg udara)
adalah tekanan parsial uap air (Pa, atm)
adalah tekanan atmosfir (Pa, atm), biasanya 101.325 Pa
2. Kelembaban Relatif (Relative Humidity/RH)
Parameter ini adalah perbandingan fraksi mol uap air pada udara
dengan fraksi mol uap air saat udara mengalami saturasi. Persamaan
kelembaban relatif / RH dapat dilihat pada persamaan 2.41 : [1]
... (2.41)
Sebagai catatan, pada saat saturasi fraksi mol uap air yang terkandung
di dalam udara adalah fraksi mol maksimum.Setelah itu uap air akan mulai
mengembun / berubah fasa menjadi cair. Dengan menguraikan definisi fraksi
mol dan persamaan gas ideal, kelembaban relatif juga dapat dihitung dengan
... (2.42) adalah tekanan uap saat terjadi saturasi dalam satuan Pa. dapat
dihitung dengan persamaan yang diusulkan ASHRAE yang merupakan fungsi
dari temperatur yaitu : [1]
) = ... (2.43)
Dimana : T adalah temperatur udara mutlak (K)
= -5,8002206 x 103
= 1,3914993
= -4,8640239 x 10-2
= 4,1764768 x 10-5
= -1,4452093 x 10-8
= 6.5458673
3. Temperatur Bola Kering (Tdb) dan Temperatur Bola Basah (Twb)
Temperatur bola kering (Dry Bulb Temperature) adalah temperatur
udara yang ditunjuk oleh alat ukur atau termometer. Dalam grafik
psikometrik, temperatur bola kering biasanya diplot sebagai absis (sumbu
horizontal).
Temperatur bola basah (Wet Bulb Temperature) adalah temperatur
udara pada ruangan terisolasi dimana udara berada pada tekanan konstan,
ideal, proses saturasi adiabatik.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.4 yaitu :
Gambar 2.4 Ilustrasi temperatur bola kering dan bola basah
Udara Udara
Air Air
Awal Akhir
Untuk menghitung temperatur bola basah (Twb) dapat menggunakan
kesetimbangan energi sehingga diperoleh persamaan 2.44 : [1]
... (2.44)
Dimana :
hfg adalah panas penguapan air pada temperatur bola basah (kJ/kg)
w1 adalah rasio kelembaban pada temperatur bola basah (kg/kg)
w0 adalah rasio kelembaban pada temperatur bola kering (kg/kg)
cpa adalah panas jenis udara (kJ/kg.K)
4. Volum spesifik udara (Specific Volume / v)
Volum spesifik udara adalah volum satu kg udara. Dengan mengingat
bahwa udara adalah campuran udara kering dan uap air, dengan persamaan
gas ideal dapat dirumuskan persamaan 2.45 : [1]
... (2.45)
Dimana : T adalah temperatur udara mutlak (K)
P adalah tekanan (Pa)
adalah densitas / kerapatan (kg/m3)
5. Temperatur Titik Embun (Dew-Point Temperature / DewPt / Td)
Temperatur Tititk Embun (DewPt) adalah temperatur udara saat terjadi
kondensasi / temperatur udara pada saat mulai terbentuk embun. Hubungan
antara temperatur udara dengan temperatur titik embun dapat dilihat pada
persamaan 2.46 :
... (2.46)
Dalam persamaan diatas semua temperatur dihitung dalam Celcius.
6. Entalpi Udara
Entalpi udara adalah kandungan energi total yang dimiliki oleh udara.
Di dalam termodinamika, entalpi suatu materi harus dihitung dengan
menggunakan nilai acuan (referensi). Dengan menggunakan acuan saat udara
0°C, entalpi udara dalam (kJ/kg) dapat dihitung dengan persamaan :
... (2.47)
2.5 Panas Sensibel dan Laten
Panas Sensibel adalah panas yang diterima/dilepaskan suatu materi
sebagai akibat perubahan temperatur. Panas Laten adalah panas yang
diterima/dilepaskan suatu materi karena perubahan fasanya[1]. Panas sensible
akibat infiltrasi atau adanya ventilasi dapat dihitung dengan persamaan 2.48:[1]
... (2.48)
Untuk panas Laten dapat digunakan persamaan 2.49 :
... (2.49)
Untuk menghitung nilai Q dapat digunakan persamaan 2.50 yaitu :
... (2.50)
Dimana :
Q = laju aliran udara yang masuk ke ruangan (L/s)
N = Banyaknya bukaan (per jam)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ketiga ini yaitu metodologi penelitian, akan berisi tentang
objek yang diuji, parameter pengujian, waktu dan tempat pengujian, bahan
dan peralatan, skema pengujian, prosedur pengujian dan diagram alir
pengujian.
3.1 Objek Pengujian
Pengujian ini dilakukan dengan objek pengujian berupa : kotak
pendingin yang menggunakan elemen pendingin termoelektrik (peltier)
dengan sumber energi fotovoltaik.
3.2 Parameter Pengujian
Parameter yang diperhatikan selama pengujian ini adalah waktu,
radiasi matahari, temperatur dan daya yang dibutuhkan selama pengujian.
3.3 Waktu dan Tempat
Pengujian kotak pendingin ini dilakukan pada tanggal 6 Januari – 22
Januari 2015 yang berlokasi di lantai IV Gedung Magister Teknik Mesin
Universitas Sumatera Utara.
3.4 Bahan dan Peralatan yang Digunakan
Dalam pengujian ini, dibutuhkan alat yang membantu baik dalam
proses pemasangan maupun pendukung pengujian dan bahan – bahan yang
digunakan.
3.4.1 Alat yang Digunakan
Adapun alat yang diperlukan dalam pengujian kotak pendingin adalah
sebagai berikut :
1. Kotak pendingin
Kotak pendingin merupakan objek dari pengujiaan yang dilakukan.
Kotak pendingin ini menggunakan alat pendingin berupa elemen
menggunakan tegangan 12 V dan arus 6 A, seperti yang ditunjukkan
pada gambar 3.1 :
Gambar 3.1 Kotak Pendingin
2. Panel Surya
Panel Surya digunakan untuk memberikan suplai daya ke baterai dengan
sumber energi dari matahari. Panel surya yang digunakan berjumlah satu
buah modul, seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.2 :
Gambar 3.2 Panel Surya
Spesifikasi Teknik :
- Kecepatan kipas : 3000+10% rpm
- Material luar : Triplek
- Material tengah : Stirofoam
- Material dalam : Aluminium
- Jumlah peredam panas : 2 buah
- Bahan bingkai : Aluminium
- Tegangan maksimal sistem : 715 V
- STC : 1000 W/m2,AM1,5,25°C
3. Pengatur tegangan pada panel surya (Solar Charge Controller/SCC)
Pengatur Tegangan (Solar Charge Controller) digunakan untuk
mengatur arus untuk pengisisan dari panel surya ke baterai untuk
menghindari kelebihan pengecasan (overcharging) dan kelebihan
tegangan (overvoltage), dan menjaga temperatur baterai. Pengatur
Tegangan yang digunakan berjumlah satu buah dengan tegangan 12
V, arus 10A, seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.3 :
Gambar 3.3 Pengatur Tegangan (Solar Charge Controller/SCC)
4. Baterai (Accu)
Baterai (Accu) digunakan untuk memberikan daya listrik ke alat
pengujiaan yaitu kotak pendingin. Baterai yang digunakan berjumlah
satu buah, seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.4 :
Gambar 3.4 Baterai (Accu)
Spesifikasi Teknik :
- Jenis : PWM
- Tipe : EPHC10-EC(10A,12V)
- Tegangan : 12 V
- Arus : 10 – 12 A
Spesifikasi Teknik :
- Merek : Garuda Sakti
- Code : NS70-65D26R
- Tegangan : 12 V
5. Termokopel
Termokopel digunakan untuk mengukur temperatur pada titik – titik
yang ingin diketahui, pada pengujian ini khususnya temperatur
minuman, permukaan triplek dan permukaan dalam aluminium.
Termokopel bekerja secara otomatis dan mencatat hasil pengukuran
dalam bentuk perangkat lunak Ms. Excel setiap menitnya, seperti yang
ditunjukkan pada gambar 3.5 :
Gambar 3.5 Termokopel
6. Alat pendeteksi suhu dan cuaca (HOBO)
Alat ini berguna untuk mencatat data – data mengenai suhu dan cuaca
seperti temperatur, kelembaban relatif (Relative Humidity / RH),
DewPt, dan radiasi Matahari, seperti ditunjukkan pada gambar 3.6 :
Gambar 3.6 Pendeteksi suhu dan cuaca
Spesifikasi Teknik :
- Jangkauan suhu luar ruangan (outdoor) :
-40.0°C to + 65.0°C (-40°F to +149°F)
- Jangkauan suhu dalam ruangan (indoor) :
0°C to + 50.0°C (32°F to +122°F)
- Jangkauan Kelembaban : 1% sampai 99% (Resolusi1%)
- Jangkauan transmisi sampai dengan 330 feet (100m)
- Frekuensi transimisi : 433MHz
Spesifikasi Teknik :
- Type : Agilent 34970A
- Buatan : Belanda
- Jumlah sensor termokopel :
20 channels multiplexer
7. Laptop
Laptop digunakan dalam proses perhitungan beban panas dalam
perangkat lunak Ms. Excel seperti gambar 3.7 :
Gambar 3.7 Laptop
8. Flash Disk (USB Flash Driver)
Flash Disk (USB Flash Driver) digunakan untuk menyimpan data
hasil pengujian dari termokopel dan dipindahkan ke laptop seperti
gambar 3.8 :
Gambar 3.8 Flash Disk (USB Flash Driver)
9. Gunting
Gunting digunakan untuk menggunting kabel dan selotip seperti yang
ditunjukkan pada gambar 3.9 :
Gambar 3.9 Gunting[26]
Spesifikasi Teknik :
- Processor:Intel® Core™ i5 3230M
- Memori : 4GB DDR3
- Hard Drive : 750GB HDD
- Optical Drive : DVD + Multi DL
- Display: 14.0” HD LED LCD
- Baterai : 6-cell Li ion
Spesifikasi Teknik :
- Merek : Kingston
10. Tang
Tang digunakan untuk mengunting / menjepit kabel seperti yang
ditunjukkan pada gambar 3.10 :
Gambar 3.10 Tang
3.4.2 Bahan yang Digunakan
Berikut ini merupakan bahan - bahan yang digunakan dalam
pengujian kotak pendingin yaitu :
1. Air Mineral
Dalam pengujian ini, air mineral digunakan sebagai beban pendingin.
Air mineral yang digunakan bervolum 240 ml dan jumlah air mineral
yang diuji adalah lima cangkir (cup), seperti yang ditunjukkan pada
gambar 3.11 :
Gambar 3.11 Air Mineral 240 ml[22]
2. Kabel Listrik
Kabel digunakan sebagai mengalirnya arus listrik baik arus. Kabel yang
digunakan memiliki diameter yang berbeda – beda sesuai dengan besarnya
arus yang dialirkan, seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.12 :
3. Selotip
Selotip digunakan untuk merekatkan kabel – kabel listrik dan
menempelkan kabel termokopel pada titik yang ingin diketahui
temperaturnya, seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.13 :
Gambar 3.13 Selotip[29]
4. Kain Lap
Kain lap digunakan untuk mengelap plat aluminium di dalam kotak
pendingin apabila ada kebocoran air dan mengelap kaca pada panel
surya apabila pada hari pengujian sebelumnya turun hujan, seperti
yang ditunjukkan pada gambar 3.14 :
Gambar 3.14 Kain Lap[25]
3.5 Model Objek Pengujian
Pada pengujian ini, objek pengujian berupa sebuah kotak pendingin
dengan bahan dasar stirofoam yang bagian dalamnya dilapisi dengan plat
aluminium setebal 1 mm dan pada bagian luarnya dilapisi dengan triplek
dengan ketebalan 1 cm. Objek pengujian ini menggunakan elemen
pendingin berupa termoelektrik / peltier (Thermoelectric Cooler) dengan
kode TEC1 12706 dengan tegangan 12V arus 6A. Peltier ini dilekatkan
dengan peredam panas (heatsink) yang telah digabung dengan kipas dengan
daya 2,28 W pada sisi luarnya dan sisi dalamnya hanya dua buah kipas.