• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor–Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Penyakit Kulit pada Pekerja Pencuci Bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantation Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor–Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Penyakit Kulit pada Pekerja Pencuci Bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantation Tahun 2016"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA PEKERJA PENCUCI BOWLDISK DI PT. BAKRIE

SUMATERA PLANTATIONS, TBK TAHUN 2016

No. Responden ……… Nama Responden : Usia :

Jenis kelamin : 1. Wanita 2. Laki-laki Masa kerja :

I. PEMAKAIAN APD

1. Apakah anda menggunakan sarung tangan saat bekerja? a. Ya

b. Tidak

2. Apakah anda menggunakan baju pelindung yang sesuai? a. Ya

b. Tidak

(2)

b. Tidak

II. RIWAYAT PEKERJAAN

4. Apakah sebelum menjadi pencuci bowldisk Anda pernah bekerja? a. Ya

b. Tidak

5. Pekerjaan Anda dahulu di bidang apa? a. Pertanian

b. Pekerja pabrik c. Pekerja bangunan d. Pedagang di pasar e. Percetakan

f. Pompa bensin g. Nelayan

i. Pekerja bengkel

III. HYGIENE PERSONAL

6. Apakah Anda mencuci tangan setelah bekerja? a. Ya

b. Tidak

7. Apakah Anda membersihkan sela-sela jari tangan? a. Ya

b. Tidak

8. Apakah Anda mencuci tangan dengan sabun?

(3)

a. Ya b. Tidak

9. Apakah Anda mencuci tangan dengan air mengalir? a. Ya

b. Tidak

10. Apakah Anda mencuci kaki setelah bekerja? a. Ya

b. Tidak

11. Apakah Anda membersihkan sela-sela jari kaki? a. Ya

b. Tidak

12. Apakah Anda mencuci kaki dengan sabun? a. Ya

b. Tidak

13. Apakah Anda mencuci kaki dengan air mengalir? a. Ya

b. Tidak

14. Apakah Anda mencuci dan mengganti pakaian kerja yang telah digunakan? a. Ya

b. Tidak

IV. RIWAYAT PENYAKIT KULIT

(4)

b. Tidak

16. Penyakit kulit seperti apa?

V. KELUHAN PENYAKIT KULIT SELAMA BEKERJA

17. Apakah anda mengalami keluhan seperti dibawah ini setelah melakukan pekerjaan?

1. Kulit menjadi bersisik dan kering Ya Tidak

2. Timbul kemerahan pada kulit Ya Tidak

3. Timbul rasa gatal Ya Tidak

4. Timbul gelembung-gelembung kecil Ya Tidak

5. Kulit pecah-pecah Ya Tidak

6. Kulit bengkak Ya Tidak

7. Penebalan kulit Ya Tidak

(5)
(6)

LAMPIRAN 3

FREQUENCIES

(7)
(8)

LAMPIRAN 4

CROSSTABS

/TABLES=Usiakat Mkkat APD HP RPK RPS BY KPK /FORMAT= AVALUE TABLES

/STATISTIC=CHISQ RISK

/CELLS= COUNT ROW COLUMN TOTAL /COUNT ROUND CELL .

Crosstabs

[DataSet1] D:\ skripsi \theresia.sav

Case Processing Summary Kategori us ia * Keluhan

penyakit kulit Kategori Mas a kerja * Keluhan penyakit kulit Kelengkapan APD * Keluhan penyakit kulit Personal Hygine * Keluhan penyakit kulit Riwayat penyakit kulit * Keluhan penyakit kulit Riwayat pekerjaan s ebelumnya responden * Keluhan penyakit kulit

N Percent N Percent N Percent Valid Mis sing Total

Cases

(9)

Kategori usia * Keluhan penyakit kulit

Fisher's Exact Tes t Linear-by-Linear

Computed only for a 2x2 table a.

2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,67.

(10)
(11)

Chi-Square Tests

Fisher's Exact Tes t Linear-by-Linear

Computed only for a 2x2 table a.

2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,00.

penyakit kulit = ada keluhan

N of Valid Cases

Value Lower Upper 95% Confidence

(12)

Kelengkapan APD * Keluhan penyakit kulit

Fisher's Exact Tes t Linear-by-Linear

Computed only for a 2x2 table a.

3 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,33.

b.

(13)
(14)

Chi-Square Tests

Fisher's Exact Tes t Linear-by-Linear

Computed only for a 2x2 table a.

2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,67.

(15)

Riwayat penyakit kulit * Keluhan penyakit kulit

Fisher's Exact Tes t Linear-by-Linear

Computed only for a 2x2 table a.

3 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,67.

(16)
(17)

Chi-Square Tests

Fisher's Exact Tes t Linear-by-Linear

Computed only for a 2x2 table a.

2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,00. Odds Ratio for Riwayat

pekerjaan sebelumnya responden (tidak beresiko / beresiko) For cohort Keluhan penyakit kulit = tidak ada keluhan For cohort Keluhan penyakit kulit = ada keluhan

N of Valid Cases

Value Lower Upper 95% Confidence

(18)

LAMPIRAN 5

Gambar 1 : Mesin Seperator

Gambar 2 : Bowldisk

(19)

Gambar 3 : Bak Pencucian Bowldisk

(20)

Gambar 5 : Proses Pencucian Bowldisk

(21)
(22)

Nomor : 111/HR Training/V/2016

Kisaran, 9 Juni 2016

Kepada Yth,

Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Jalan Universitas No.21

Medan 20155

Hal : Permohonan Izin Penelitian

Dengan hormat,

Menindaklanjuti surat Bapak no : tertanggal 26 Mei 2016 perihal tersebut diatas, dengan ini disampaikan bahwa manajemen menyetujui permohonan dimaksud untuk melaksanakan Penelitian di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk sebanyak 1 (satu) orang di Bunut.

Perlu disampaikan bahwa selamamelaksanakan penelitian di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk semua fasilititas dan akomodasi menjadi tanggung jawab mahasiswi yang bersangkutan.

Adapun hal-hal yang berkaitan dengan waktu dan tempat untuk dikonfirmasikan ke bagian HR Training.

Demikian disampaikan untuk menjadi perhatian, atas kerja sama yang baik diucapkan terima kasih.

(23)

Hormat kami,

Cc : Manager BRF

Plt. QC Head PT. BAKRIE SUMATERA

PLANTATION

HR Training Unit Sumut 1

File Head Office / Plantation

Jl. Ir. H. Juanda, Kisaran 212002, Kab Asahan

Sumatera Utara , Indonesia

Telp : +62-623 414 34

Fax : +62-623 410 66 (umum)

Website : www.bakriesumatera.com

SURAT KETERANGAN Nomor : 111/HR Training/V/2016

Yang bertanda tangan dibawah ini :

(24)

Perusahaan : PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk

Alamat : Jl. Ir. H. Juanda No. 01 21202 Sumatera Utara

Menerangkan dengan sesungguhnya bahwa Saudari tersebut dibawah ini :

NO NAMA NIM Jurusan

1 Theresia Suryani Raphitahuli Marpaung 121000240 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Benar telah melaksanakan Penelitian di PT. Bakrie Plantations Tbk Kisaran pada tanggal 9 Juni 2016 s/d 10 Juni 2016.

Demikian Surat Keterangan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Kisaran, 13 Juni 2016

Cc : Manager BRF

Plt. QC Head PT. BAKRIE SUMATERA

PLANTATION

HR Training Unit Sumut 1

File Head Office / Plantation

Jl. Ir. H. Juanda, Kisaran 212002, Kab Asahan

Sumatera Utara , Indonesia

Telp : +62-623 414 34

Fax : +62-623 410 66 (umum)

Website : www.bakriesumatera.com

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, William B. dan Robert Berkow, 1999. The Merck Manual Of Geriatrics.Jakarta: Binarupa Aksara.

A.M., Sugeng Budiono. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan Kerja. Semarang : Badan Penerbit UNDIP.

Alvarado et al. 2000. Asam Laurat. anandagagan.blogspot.com/2010/03/asam-laurat.html. diakses tanggal 12 Marret 2016.

Anies. 2005. Penyakit Akibat Kerja. Cetakan Pertama. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Buchari, 2007. Gambaran dan Prevalensi Keluhan Gangguan Kulit pada Pekerja Bengkel Kendaraan Bermotor di Kecamatan Medan Baru, Medan Selayang, dan Medan Johor. USU Repository. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38937/5/Chapter%20l.pdf. diakses tanggal 13 Maret 2016.

Cahyawati, Imma Nur. 2010. Faktor yang Berhubungan dengan kejadian Dermaitis pada Nelayan yang Bekerja di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tanjung Sari Kecamatan Rembang. Skripsi. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Cohen DE., 1999. Occupational Dermatoses In : DiBerardinis LJ, editors. Handbook of Occupational Safety and Health Second Edition. Canada: John Wiley & Sons Inc.

Corredoire dan Pandolfi, 1996. https://wisuda.unud.ac.id/pdf/1111205047-3- BAB%20II.pdf. Diakses tanggal 12 Maret 2016.

Cronin E., 1980. Contact Dermatitis. Ediburgh London and New York : Churchill Livingstone.

Djuanda, Adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

(26)

Djunaedi dan Lokomanto MD., 2003. Dermatitis Kontak Akibat Kerja. Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Nomor 3 Volume 13.

Goldstein, Beth G. dan Adam O. Goldstein, 2001. Dermatologi Praktis. Jakarta:Hipokrates.

Health and Safety Executive, 2000. Contact Dermatitis in Workers.http://www.hse-SkinatworkWork-relatedskindisease

Contactdermatitis.mht.hsebooks.co.uk. Diakses 10 April 2016.

Hidayat,Tudung. 2009. Kulit Terlalu Peka terhadap Zat Kimia. Jambi: http://www.jambi independent.com. diakses 2 Desember 2009.

Kenerva, L., Diepgen, T.L., 2003. Occupational Skin Disease. In: Fritsch, P., Burgdorf, W. Skin Diseases in Europe. Berlin, Germany: ABW

Wissenschaftsverlag GmbH,

19-24.http://www.abw-verlag.com/sample.pdf. diakses tanggal 13 Maret 2016.

Lestari, Fatma dan Hari Suryo Utomo, 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dermatitis Kontak pada Pekerja di PT Inti Pantja PressIndustri. Depok: FKM UI.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3.Jakarta : Medica Aesculpalus.

Mansjoer, Arif. 2003. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculpius. Mathias,Toby. 2001. Occupation Dermatosis. Third Edition in Chief: CARL

SENZ, M.D. Sc Mosby.

Mariz DR, Hamzah S, Wintoko R., 2014. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Dermatitis Kontak Akibat Kerja pada Karyawan Pencucian Mobil di Kelurahan Sukarame Kota Bandar Lampung. Skripsi. Lampung.

Peate, W. F., 2000. Occupational Skin Disease, America Family Physician Vol.66 Arizona, USA.

Pohan, S. S., 2005. Majalah Kedokteran Indonesia Volum 55 Nomor 9. Surabaya: ISSN 0377-1121.

R.S., Siregar. 2006. Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Rudhiat, Rudi. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Dermatitis Kontak Akibat Kerja pada Pekerja Laboratorium Kimia di PT Sucofindo Area Cibitung Bekasi Tahun 2006. Tesis. Universitas Indonesia.

(27)

Sucipta,Citra. 2008. Laporan Kasus Dermatitis Kontak Iritan. Denpasar: http://citrajourney.wordpress.com. Diakses 12 Maret 2016.

Sudoyo A, et al., 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI.

Suma’mur, P. K., 1996. Hygiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja.Cetakan Kedua. Jakarta : CV. Haji Mas Agung.

Suria Djuanda dan Sri Adi S., 2003. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta:Balai Penerbit FKUI.

Suyono,Joko. 2001. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. Jakarta : EGC.

Tortora, G.J. dan Derrickson, B.H., 2009. Principles of Anatomy and Physiology. Twelfth Edition. Asia: Wiley.

(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat survei dengan menggunakan desain cross-sectional, yaitu salah satu jenis studi observasional untuk mencari hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen tanpa perlakuan terhadap variabel independen tersebut.

Oleh karena penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, maka subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei - Juni 2016 pada pekerja pencuci bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja pencuci bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk yang berjumlah 18 orang.

3.3.2 Sampel

Berdasarkan populasi yang relatif kecil maka seluruh total populasi dijadikan sampel penelitian , yaitu 18 orang.

28

(29)

3.4 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Data 3.4.1 Metode Pengumpulan Data

Data diperoleh langsung dari responden melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan oleh peneliti.

3.4.2. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan suatu alat ukur pengumpulan data agar memperkuat hasil penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisikan pertanyaan yang harus dijawab oleh responden dengan cara wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Kuesioner dalam penelitian ini mencakup pertanyaan mengenai usia,masa kerja, pemakaian alat pelindung diri, hygiene personal, riwayat penyakit kulit sebelumnya dan riwayat pekerjaan. 3.5 Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian terdiri dari:

1. Variabel independen adalah: usia, masa kerja, pemakaian alat pelindung diri, personal hygiene, riwayat penyakit kulit, dan riwayat pekerjaan sebelumnya.

2. Variabel dependen adalah keluhan penyakit kulit. 3.5.2 Definisi Operasional

(30)

1. Variabel independen a. Usia

Usia adalah lama hidup (tahun) pekerja terhitung dari lahir sampai waktu pengambilan data pekerja di tempat pencucian bowldisk.

b. Masa kerja

Masa kerja adalah lamanya (tahun) pekerja bekerja di tempat pencucian bowldisk.

c. Pemakaian alat pelindung diri.

Pemakaian alat pelindung diri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seperangkat alat yang digunakan melindungi tubuh pekerkja dari potensi bahaya. Alat pelindung diri tersebut terdiri dari sarung tangan, sepatu boot dan baju pelindung yang sesuai (celemek).

d. Riwayat pekerjaan

Pekerjaan responden sebelum menjadi pencuci bowldisk, yang bersiko menimbulkan penyakit kulit akibat kerja misalnya pertanian, pekerja pabrik, pekerja bangunan, pedagang di pasar, salon kecantikan, percetakan, pompa bensin dan nelayan.

e. Personal hygiene

Suatu usaha kesehatan pribadi yang meliputi mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir, mencuci kaki dengan sabun dan air yang mengalir serta mencuci atau mengganti pakaian setelah bekerja.

(31)

f. Riwayat penyakit kulit

Penyakit kulit yang pernah diderita oleh pekerja pencucian bowldisk. 2.Variabel dependen

a. Keluhan Penyakit Kulit.

Keluhan penyakit kulit adalah kelainan kulit yang dirasakan pekerja pencuci bowldisk seperti kulit merah, kulit bersisik, ada bintil merah berisi cairan dan

gatal.

3.6 Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dalam penelitian ini didasarkan pada jawaban responden terhadap pertanyaan dari kuesioner.

Kuesioner penelitian ini mencakup pertanyaan mengenai umur, masa kerja,pemakaian alat pelindung diri, personal hygiene , riwayat penyakit kulit dan riwayat pekerjaan sebelumnya.

1. Usia

Usia diukur dengan skala nominal berdasarkan nilai median yang didapatkan dan dikategorikan menjadi :

a. ≥ 41 tahun (beresiko) b. < 41 tahun (tidak beresiko) 2. Masa kerja

Masa kerja diukur dengan skala nominal dan dikategorikan menjadi : a. < 16 tahun (beresiko)

(32)

3. Pemakaian Alat Pelindung diri

Pemakaian alat pelindung diri diukur dengan skala nominal melalui 3 pertanyaan dan dikategorikan menjadi :

a. Tidak lengkap, jika tidak menggunakan 1 atau lebih alat pelindung diri yang dibutuhkan (beresiko).

b. Lengkap, jika menggunakan semua alat pelindung diri yang dibutuhkan (tidak beresiko).

4. Personal Hygiene

Personal hygiene diukur dengan skala nominal melalui 9 pertanyaan dan

dikategorikan menjadi :

a. Tidak baik, jika ada atau lebih tidak dilaksanakan (beresiko). b. Baik,jika semua dilaksanakan (tidak beresiko).

5. Riwayat Penyakit Kulit

Riwayat penyakit kulit diukur dengan skala nominal melalui 2 pertanyaan dan dikategorikan menjadi :

a. Ya (beresiko).

b. Tidak (tidak beresiko).

6. Riwayat Pekerjaan Sebelumnya

Riwayat pekerjaan sebelumnnya diukur dengan skala nominal melalui 2 pertanyaan dan dikategorikan menjadi :

a. Ya, jika pekerjaan sebelumnya merupakan pekerjaan yang berpotensi mengakibatkan penyakit kulit akibat kerja (beresiko).

(33)

b. Tidak, jika pekerjaan sebelumnya bukan merupakan pekerjaan yang berpotensi yang mengakibatkan penyakit kulit akibat kerja (tidak beresiko).

7. Keluhan penyakit kulit

Menurut Suria Djuanda dan Sri Adi S (2002) dermatitis adalah peradangan kulit kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi,) dan gatal.

Menurut William B. Abrahams dan Robert Berkow (1999) Pruritus, eritema dan edema pada kulit dapat ditemukan dengan progresifitas kearah gejala vesikulasi, perembasan cairan, pembentukan krusta dan skuama merupakan gejala dermatitis.

Arief Mansjoer (2000) Dermatitis merupakan epidermo-dermatis dengan gejala subyektif pruritus. Obyektif tampak inflamasi eritema, vesikula, eksudasi, dan pembentukan sisik.

Maka responden dikatakan mengalami keluhan penyakit kulit apabila mengalami keluhan gatal, kulit merah, kulit bersisik dan gelembung berisi cairan pada kulit. Keluhan penyakit kulit diukur dengan skala nominal melalui 7 kriteria dan dikategorikan menjadi :

a. Ada keluhan, jika responden memiliki 4 kriteria keluhan penyakit kulit yang sudah ditentukan.

(34)

3.7 Metode Analisis Data 3.7.1 Pengolahan Data

Hasil penelitian ini akan diolah, dimana dari semua data akan dilakukan pengklasifikasian melalui berbagai tahapan sebagai berikut:

1. Numbering: memberikan nomor dan kode dari setiap kuesioner yang akan diberikan.

2. Editing: melakukan pengecekan termasuk kelengkapan dan kejelasan isi pada kuesioner.

3. Coding: mengubah data kuesioner dalam bentuk kode-kode.

4. Processing: memproses data agar dapat dilakukan analisa dengan cara entry data kedalam aplikasi komputer, yakni menggunakan SPSS.

5. Analysis: melakukan analisa terhadap hasil pemrosesan data, analisis ini dibantu dengan perangkat lunak statistik komputer.

Analisa data merupakan kelanjutan dari tahapan pengolahan data. Setelah data diberi kode dan dimasukkan (entry), kemudian data dianalisis dengan menggunakan software komputer. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis, yaitu analisis univariat dan analisis bivariat.

3.7.2 Analisis Univariat

Analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah Analisis Deskriptif (Univariat). Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan/ mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi.

(35)

3.7.3 Analisis Bivariat

(36)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Analisi Univariat

4.1.1 Keluhan Penyakit Kulit pada Pekerja Pencuci Bowldisk

Distribusi responden berdasarkan keluhan penyakit kulit pada pekerja pencuci bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Penyakit Kulit pada Pekerja Pencuci Bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Tahun 2016.

Keluhan Jumlah (orang) Presentasi (%)

Ada Keluhan 12 66,7

Tidak Ada keluhan 6 33,3

Total 18 100

Berdasarkan table 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah responden yang mengalami keluhan penyakit kulit yaitu sebanyak 12 responden (66,7%), sedangkan yang tidak mengalami keluhan penyakit kulit yaitu sebanyak 6 responden (33,3%).

4.1.2 Usia

Distribusi responden berdasarkan usia pada pekerja pencuci bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk dapat dilihat pada tabel 4.2.

(37)

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia pada Pekerja Pencuci

Bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Tahun 2016.

Usia (tahun) Jumlah (orang) Presentasi (%)

< 41 10 55,6

≥ 41 8 44,4

Total 18 100

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah responden yang memiliki usia < 41 yaitu sebanyak 10 responden (55,6%), sedangkan yang

memiliki usia ≥ 41 yaitu sebanyak 8 responden (44,4%).

4.1.3 Masa Kerja

Distribusi responden berdasarkan masa kerja pada pekerja pencuci bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk dapat dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja pada Pekerja Pencuci Bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Tahun 2016.

Masa Kerja (tahun) Jumlah (orang) Presentasi (%)

<16 9 50

≥16 9 50

Total 18 100

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa jumlah responden yang memiliki masa kerja < 16 yaitu sebanyak 9 responden (50%), sedangkan yang

(38)

4.1.4 Pemakaian Alat Pelindung Diri

Distribusi responden berdasarkan pemakaian alat pelindung diri pada pekerja pencuci bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk dapat dilihat pada tabel 4.4

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pemakaian Alat Pelindung Diri pada Pekerja Pencuci Bowldisk di PT. Bakrie Sumatera

Plantations,Tbk Tahun 2016.

Pemakaian Alat

Pelindung Diri Jumlah (orang) Presentasi (%)

Lengkap 4 22,2

Tidak lengkap 14 77,8

Total 18 100

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa jumlah responden yang memakai alat pelindung diri lengkap yaitu sebanyak 4 responden (22,2%), sedangkan yang memakai alat pelindung diri tidak lengkap yaitu sebanyak 14 responden (77,8%).

4.1.5 Personal Hygiene

Distribusi responden berdasarkan personal hygiene pekerja pencuci bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk dapat dilihat pada tabel 4.5

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Personal Hygiene Pekerja Pencuci Bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Tahun 2016.

Personal Hygiene Jumlah (orang) Presentasi (%)

Baik 8 44,4

Tidak Baik 10 55,6

Total 18 100

(39)

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa jumlah responden yang memiliki personal hygiene yang baik yaitu sebanyak 8 responden (44,4%), sedangkan yang memiliki personal hygiene yang tidak baik yaitu sebanyak 10 responden (55,6%).

4.1.6 Riwayat Penyakit Kulit

Distribusi responden berdasarkan riwayat penyakit kulit pada pekerja pencuci bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk dapat dilihat pada tabel 4.6

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Penyakit Kulit Pekerja pada Pencuci Bowldisk di PT. Bakrie Sumatera

Plantations, Tbk Tahun 2016.

Riwayat Penyakit Kulit Jumlah (orang) Presentasi (%)

Ada 13 72,2

Tidak Ada 5 27,8

Total 18 100

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa jumlah responden yang pernah memiliki riwayat penyakit kulit yaitu sebanyak 13 responden (72,2%), sedangkan yang tidak memiliki riwayat penykit kulit yaitu sebanyak 5 responden (27,8).

4.1.7 Riwayat Pekerjaan Sebelumnya

(40)

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Pekerjaan Sebelumnya Pada Pekerja Pencuci Bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk tahun 2016.

Riwayat Pekerjaan

Sebelumnya Jumlah (orang) Presentasi (%)

Ada 9 50

Tidak Ada 9 50

Total 18 100

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa jumlah responden yang pernah memiliki riwayat pekerjaan sebelumnya yaitu sebanyak 9 responden (50%), sedangkan yang tidak memiliki riwayat pekerjaan sebelumnya yaitu sebanyak 9 responden (50%).

4.2 Analisis Bivariat

4.2.1 Hubungan Usia dengan Keluhan Penyakit Kulit pada Pekerja Pencuci

Bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations Tahun 2016

Hubungan antara usia dengan keluhan penyakit kulit pada pekerja pencuci bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations tahun 2016 dilihat pada tabel 4.8 di

bawah ini.

Tabel 4.8 Hubungan Usia dengan Keluhan Penyakit Kulit pada Pekerja Pencuci Bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations Tahun 2016

Usia (tahun) Keluhan Penyakit Kulit p value

Ada Keluhan Tidak Ada Keluhan Total

1,000

N % N % N %

< 41 7 38,9 3 16,7 10 55,6

41 5 27,8 3 16,7 8 44,4

Total 11 66,7 6 33,3 18 100

(41)

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa pekerja yang memiliki usia < 41 tahun sebanyak 10 responden (55,6%) dan yang mengalami keluhan penyakit kulit sebanyak 7 responden (38,9%) dan yang tidak mengalami keluhan penyakit kulit sebanyak 3 responden (16,7%) Dari hasil uji analisis statistik di atas diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan keluhan penyakit kulit dengan analisis statistik uji chi square diperoleh p value 1,000 (p<0,05).

4.2.2 Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Penyakit Kulit pada Pekerja Pencuci Bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations Tahun 2016

Hubunngan antara masa kerja dengan keluhan penyakit kulit pada pekerja pencuci bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations tahun 2016 dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini.

Tabel 4.9 Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Penyakit Kulit pada Pekerja Pencuci Bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations Tahun 2016

Masa Kerja

(tahun) Keluhan Penyakit Kulit p value

Ada Keluhan Tidak Ada Keluhan Total

0,009

N % N % N %

< 16 9 50 0 0 9 50

16 3 16,7 6 33,3 9 50

Total 12 66,7 6 33,3 18 100

(42)

penyakit kulit dengan analisis statistik uji chi square diperoleh p value 0,009 (p<0,05).

4.2.3 Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri dengan Keluhan Penyakit Kulit pada Pekerja Pencuci Bowldisk di PT. Bakrie Sumatera

Plantations Tahun 2016

Hubungan antara pemakaian alat pelindung diri dengan keluhan penyakit kulit pada pekerja pencuci bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations tahun 2016 dilihat pada tabel 4.10 di bawah ini.

Tabel 4.10 Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri dengan Keluhan Penyakit Kulit pada Pekerja Pencuci Bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations Tahun 2016

Pemakaian Alat Pelindung Diri

Keluhan Penyakit Kulit p value

Ada Keluhan Tidak Ada Keluhan Total

0,005

Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa pekerja yang memakai alat pelindung diri tidak lengkap sebanyak 14 responden (77,8%) dan yang mengalami keluhan penyakit kulit sebanyak 12 responden (66,7%) dan yang tidak mengalami keluhan penyakit kulit sebanyak 2 responden (11,1%). Dari hasil uji analisis statistik di atas diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemakaian alat pelindung diri dengan keluhan penyakit kulit dengan analisis statistik uji chi square diperoleh p value 0,005 (p<0,05).

(43)

4.2.4 Hubungan Personal Hygiene dengan Keluhan Penyakit Kulit pada Pekerja Pencuci Bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations Tahun 2016

Hubunngan antara personal hygiene dengan keluhan penyakit kulit pada pekerja pencuci bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations tahun 2016 dilihat pada tabel 4.11 di bawah ini.

Tabel 4.11 Hubungan Personal Hygiene dengan Keluhan Penyakit Kulit pada Pekerja Pencuci Bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations Tahun 2016

Personal

Hygiene Keluhan Penyakit Kulit p value

Ada Keluhan Tidak Ada Keluhan Total

0,002

N % N % N %

Baik 2 11,1 6 33,3 8 44,4

Tidak Baik 10 55,6 0 0 10 55,6

Total 12 66,7 6 33,3 18 100

Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa pekerja yang memiliki personal hygiene yang tidak baik sebanyak 10 responden (55,6%) dan semua

pekerja yang memiliki personal hygiene tidak baik mengalami keluhan penyakit kulit. Dari hasil uji analisis statistik di atas diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara personal hygiene dengan keluhan penyakit kulit dengan analisis statistik uji chi square diperoleh p value 0,002 (p<0,05).

4.2.5 Hubungan Riwayat Penyakit Kulit dengan Keluhan Penyakit Kulit pada Pekerja Pencuci Bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations Tahun 2016

(44)

Tabel 4.12 Hubungan Riwayat Penyakit Kulit dengan Keluhan Penyakit Kulit pada Pekerja Pencuci Bowldisk di PT. Bakrie Sumatera

Plantations Tahun 2016

Riwayat

Penyakit Kulit Keluhan Penyakit Kulit p value

Ada Keluhan Tidak Ada Keluhan Total

0,001

N % N % N %

Ada 1 5,6 5 27,8 6 33,3

Tidak Ada 12 66,7 0 0 12 66,7

Total 13 72,2 5 27,8 18 100

Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa pekerja yang tidak memiliki riwayat penyakit kulit dan tidak mengalami keluhan penyakit kulit sebanyak 12 responden (66,7%). Dari hasil uji analisis statistik di atas diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit kulit dengan keluhan penyakit kulit dengan analisis statistik uji chi square diperoleh p value 0,001 (p<0,05).

4.2.6 Hubungan Riwayat Pekerjaan Sebelumnya dengan Keluhan Penyakit Kulit pada Pekerja Pencuci Bowldisk di PT. Bakrie Sumatera

Plantations Tahun 2016

Hubungan antara riwayat pekerjaan sebelumnya dengan keluhan penyakit kulit pada pekerja pencuci bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations tahun 2016 dilihat pada tabel 4.13 di bawah ini.

(45)

Tabel 4.13 Hubungan Riwayat Pekerjaan Sebelumnya dengan Keluhan Penyakit Kulit pada Pekerja Pencuci Bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations Tahun 2016

Riwayat Pekerjaan Sebelumnya

Keluhan Penyakit Kulit p value

Ada Keluhan Tidak Ada Keluhan Total

1,000

N % N % N %

Ada 6 33,3 3 16,7 9 50

Tidak Ada 6 33,3 3 16,7 9 50

Total 12 66,7 6 33,3 18 100

(46)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Hubungan Usia dengan Keluhan Penyakit Kulit pada Pekerja Pencuci

Bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations Tahun 2016

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mariz terhadap karyawan pencucian mobil di Kelurahan Sukarame Kota Bandar Lampung yang mengatakan bahwa usia tidak memiliki hubungan yang signifikann dengan keluhan penyakit kulit dengan p value 0,287.

Usia merupakan salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari individu. Selain itu usia juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit kulit ( Hayakawa, 2000). Kulit manusia mengalami degenerasi seiring bertambahnya usia sehingga kulit kehilangan lapisan lemak diatasnya dan menjadi lebih lebih kering. Kekeringan pada kulit ini memudahkan bahan kimia untuk menginfeksi kulit, sehingga kulit menjadi lebih mudah terinfeksi atau iritasi (Cohen, 1999). Pada dunia industri usia pekerja yang lebih tua menjadi lebih rentan terhadap bahan iritan seringkali pada usia lanjut terjadi kegagalan dalam pengobatan penyakit kulit (Cronin, 1980).

Namun pada kenyataannya berdasarkan hasil penelitian ini,pekerja dengan usia lebih muda justru lebih banyak mengalami keluhan penyakit kulit. Salah satu yang dapat menjadi penyebab pada fenomena ini adalah bahwa usia lebih muda memiliki pengalaman yang lebih sedikit dibandingkan dengan pekerja yang lebih tua. Selain itu kebanyakan pekerja tua lebih menghargai keselamatan dan

(47)

kesehatannya , sehingga dalam bekerja pekerja yang lebih tua akan memakai APD lengkap dan memiliki personal hygiene yang baik dibandingkan pekerja muda. Selain itu, pekerja usia muda juga memiliki riwayat penyakit kulit.

5.2 Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Penyakit Kulit pada Pekerja Pencuci Bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations Tahun 2016 Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakkukan oleh Mariz terhadap karyawan pencucian mobil di Kelurahan Sukarame Kota Bandar Lampung yang mengatakan bahwa masa kerja memiliki hubungan yang signifikann dengan keluhan penyakit kulit dengan p value 0,046. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Fatma dan Hari Suryo Utomo (2007), bahwa pekerja dengan masa kerja yang lebih berpengalaman (masa kerja lebih lama) cenderung lebih berhati-hati sehingga kemunginan terpajan bahan iritan maupun alergen lebih sedikit.

Selain dari faktor kurangnya pengalaman pekerja, pekerja terbiasa bekerja tanpa menggunakan alat pelindung diri yang lengkap, memiliki personal hygiene yang kurang baik dan memliki riwayat penyakit kulit. Hal tersebutlah yang menyebabkan pekerja pencuci bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk dengan masa kerja kurang dari 16 tahun mengalami keluhan penyakit kulit.

5.3 Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri dengan Keluhan Penyakit Kulit pada Pekerja Pencuci Bowldisk di PT. Bakrie Sumatera

Plantations Tahun 2016

(48)

tidak patuh dalam menggunakan alat pelindung diri. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian antara pemakaian alat pelindung diri dengan keluhan penyakit kulit pada pekerja pencuci bowldisk dimana kedua hasil penelitian ini membuktikan bahwa penggunakan alat pelindung diri memiliki hubungan dengan kejadian keluhan penyakit kulit pada pekerja.

Pemakaian alat pelindung diri adalah salah satu cara yang efektif untuk menghindarkan pekerja dari kontak langsung dengan bahan iritan, oleh sebab itu penggunaan alat pelindung diri yang lengkap dan sesuai harus digunakan setiap melakukan pekerjaan untuk melindungi kulit agar tidak kontak langsung dengan bahan iritan. Perkerja yang menggunakan alat pelindung diri dengan lengkap masih lebih sedikit dibandingkan dengan yang kurang baik dalam memakai APD. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku penggunaan alat pelindung diri oleh pekerja masih kurang baik. Masih banyak pekerja yang melepas alat pelindung diri ketika sedang bekerja. Jika hal ini dilakukan maka kulit menjadi tidak terlindungi dan bahan kimia menjadi lebih mudah kontak dengan kulit.

Proses mencuci bowldisk menggunakan bahan kimia asam laurat yang memiliki sifat iritan dimana untuk menghidari pekerja mengalami iritasi pekerja disarankan menggunakan alat pelindung diri seperti : sarung tangan, sepatu boots dan celemek. Para pekerja pencuci bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations terbiasa bekerja tanpa menggunakan alat pelindung diri yang lengkap (tanpa menggunkan sarung tangan). Beberapa pekerja mengatakan bahwa melakukan pencucian dengan menggunakan sarung tangan sangat tidak nyaman. Selain daripada itu pekerja memiliki personal hygiene yang kurang baik serta pekerja

(49)

memiliki riwayat penyakit kulit sebelumnya. Hal inilah yang juga mempengaruhi adanya keluhan penyakit kulit pada pekerja pencuci bowldisk.

5.4 Hubungan Personal Hygiene dengan Keluhan Penyakit Kulit pada Pekerja Pencuci Bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations Tahun 2016

Penelitian Ruhdiat (2006) mengatakan bahwa proporsi pekerja yang mengalami keluhan penyakit kulit dengan personal hygiene yang tidak baik adalah 85%. Kemudian hasil penelitian yang dilakkukan oleh Mariz terhadap karyawan pencucian mobil di Kelurahan Sukarame Kota Bandar Lampung dengan p value 0,030 menunjukan bahwa personal hygiene memiliki hubungan yang signifikann dengan keluhan penyakit kulit.

Personal hygiene merupakan salah satu faktor yang dapat mencegah

terjadinya penyakit kulit akibat kerja. Salah satu hal yang menjadi penilaian adalah masalah mencuci tangan. Kesalahan dalam melakukan cuci tangan dapat menjadi salah satu penyebab misalnya kurang bersih dalam mencuci tangan, sehingga masih terdapat sisa bahan kimia yang menempel pada permukaan kulit.

Personal hygiene yang diterapkan oleh pekerja pencuci bowldisk masih

(50)

cara yang tidak baik dan pekerja juga terbiasa menyatukan pakaian kerja dengan pakaian sehari-hari pada saat membersihkannya.

Faktor lain yang mempengaruhi adanya keluhan penyakit kulit pada pekerja pencuci bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations dengan nilai personal hygiene yang tidak baik adalah pemakaian alat pelindung diri yang tidak lengkap,

masa kerja yang kurang dari 16 tahun serta riwayat penyakit kulit yang dimiliki oleh pekerja.

5.5 Hubungan Riwayat Penyakit Kulit dengan Keluhan Penyakit Kulit pada Pekerja Pencuci Bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations Tahun 2016

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fatma Lestari dan Hari Suryo Utomo tahun 2007 yang menyatakan adanya hubungan antara riwayat penyakit kulit dengan keluhan penyakit kulit. Kulit yang memiliki riwayat penyakit kulit sebelumnya memiliki kerentanan terhadap terjadinya penyakit kulit lain, karena lapisan kulit telah mengalami kerusakan sebelumnya sehingga bahan kimia lebih cepat masuk ke dalam kulit.

Riwayat penyakit kulit dalam penelitian ini merupakan pekerja yang sebelumnya pernah mengalami penyakit kulit akibat kerja. Pekerja yang pernah mengalami penyakit kulit sebelumnya dapat mejadi salah satu faktor yang menyebabkan pekerja menderita penyakit kulit kembali (riwayat berulang) (Lestari dan Utomo, 2007). Pekerja dengan riwayat penyakit kulit sebelumnya

(51)

perlu di perhatikan agar penyakit kulit yang sudah ada sebelumnya tidak dapat timbul kembali.

Selain itu pekerja pencuci bowldisk juga memiliki personal hygiene yang kurang baik, tidak memakai alat pelindung diri yang lengkap serta masa kerja dibawah 16 tahun. Hal tersebutlah yang menyebabkan pekerja pencuci bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk dengan riwayat pekerjaan sebelumnya beresiko menimbulkan penyakit kulit akibat kerja mengalami keluhan penyakit kulit.

5.6 Hubungan Riwayat Pekerjaan Sebelumnya dengan Keluhan Penyakit Kulit pada Pekerja Pencuci Bowldisk di PT. Bakrie Sumatera

Plantations Tahun 2016

Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Imma Nur Cahyawati (2007) pada pekerja nelayan yang bekerja di tempat pelelangan ikan Tanjungsari Kecamatan Rembang dimana hasil penelitian Imma Nur Cahyawati menunjukan adanya hubungan riwayat pekerjaan sebelumnya dengan keluhan penyakit kulit. Pada umumnya pekerja dengan riwayat pekerjaan sebelumnya yang memiliki resiko penyakit kulit akibat kerja lebih berpotensi terkena penyakit kulit akibat kerja.

(52)

apabila pekerja yang memiliki riwayat pekerjaan sebelumnya selalu bekerja dengan menggunakan alat pelindungi diri yang lengkap sehingga bahan kimia yang digunakan dalam proses kerja tidak mengalami kontak langsung dengan kulit pekerja sedangkan pekerja yang tidak memiliki riwayat pekerjaan sebelumnya justru memiliki riwayat penyakit kulit, personal hygiene yang tidak baik serta masa kerja yang kurang dari 16 tahun.

(53)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada pekerja pencuci bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Tahun 2016, maka dapat di simpulkan bahwa :

1. Tidak ada hubungan usia dengan keluhan penyakit kulit pada pekerja pencuci bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Tahun 2016 dengan p = 1,000

2. Ada hubungan masa kerja dengan keluhan penyakit kulit pada pekerja pencuci bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Tahun 2016 dengan p = 0,009

3. Ada hubungan pemakaian alat pelindung diri dengan keluhan penyakit kulit pada pekerja pencuci bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Tahun 2016 dengan p = 0,005

4. Ada hubungan personal hygiene dengan keluhan penyakit kulit pada pekerja pencuci bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Tahun 2016 dengan p = 0,002

(54)

6. Tidak ada hubungan riwayat pekerjaan sebelumya dengan keluhan penyakit kulit pada pekerja pencuci bowldisk di PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Tahun 2016 dengan p = 1,000.

6.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan yag diperoleh maka peneliti memberikan saran untuk perbaikan selanjutnya adalah

1. Perusahaan sebaiknya memberikan informasi kepada pekerja pada bagian pencuci bowldisk mengenai potensi gangguan kesehatan yang timbul dari bahan pencuci yang digunakan dalam proses pencucian.

2. Perusahaan sebaiknya melakukkan promosi kesehatan dalam rangka meningkatkan kesadaran pada pekerja akan pentingnya penggunaan alat pelindung diri yang lengkap selama bekerja dan menambah pengetahuan pekerja menggenai cara mencuci tangan dan kaki dengan benar.

3. Perusahaan sebaiknya mengawasi secara ketat pemakaian alat pelindungan diri pada pekerja selama waktu jam kerja serta memberikan peringatan atau sanksi kepada pekerja yang tidak memakai alat pelindung diri lengkap.

4. Mandor yang bertugas mengawasi pekerja dalam penggunaan alat pelindung diri dalam proses bekerja disarankan untuk melakukan pengawasan pada jam-jam yang tidak ditentukan agar pekerja selalu memakai alat pelindung diri yang lengkap.

(55)
(56)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Kulit 2.1.1 Definisi

Kulit adalah organ yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 2 m² dengan berat kira-kira 16% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitive, bervariasi pada keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh Kulit mempunyai berbagai fungsi seperti sebagai perlindung, pengantar haba, penyerap, indera perasa, dan fungsi pergetahan (Tortora dan Derrickson, 2009).

2.1.2 Lapisan Kulit

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu lapisan epidermis atau kutikel, lapisan dermis, dan lapisan subkutis. Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak (Tortora dan Derrickson, 2009).

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama, yaitu (Djuanda, 2007) :

1. Epidermis

Lapisan epidermis terdiri atas :

(57)

a. Lapisan basal atau stratum germinativum. Lapisan basal merupakan lapisan epidermis paling bawah dan berbatas dengan dermis. Dalam lapisan basal terdapat melanosit. Melanosit adalah sel dendritik yang membentuk melanin. Melanin berfungsi melindungi kulit terhadap sinar matahari.

b. Lapisan malpighi atau stratum spinosum. Lapisan malpighi atau disebut juga prickle cell layer (lapisan akanta) merupakan lapisan epidermis yang paling kuat dan tebal. Terdiri dari beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda akibat adanya mitosis serta sel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya. Pada lapisan ini banyak mengandung glikogen.

c. Lapisan granular atau stratum granulosum (Lapisan Keratohialin). Lapisan granular terdiri dari 2 atau 3 lapis sel gepeng, berisi butir-butir (granul) keratohialin yang basofilik. Stratum granulosum juga tampak jelas di telapak tangan dan kaki.

d. Lapisan lusidum atau stratum lusidum. Lapisan lusidum terletak tepat di bawah lapisan korneum. Terdiri dari sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin.

(58)

2. Dermis

Lapisan dermis adalah lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Terdiri dari lapisan elastis dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yakni:

a. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis dan berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.

b. Pars retikulaare, yaitu bagian di bawahnya yang menonjol ke arah subkutan. Bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang seperti serabut kolagen, elastin, dan retikulin. Lapisan ini mengandung pembuluh darah, saraf, rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea.

3. Lapisan subkutis

Lapisan ini merupakan lanjutan dermis, tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis. Terdiri dari jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Jaringan subkutan mengandung syaraf, pembuluh darah dan limfe, kantung rambut, dan di lapisan atas jaringan subkutan terdapat kelenjar keringat. Fungsi jaringan subkutan adalah penyekat panas, bantalan terhadap trauma, dan tempat penumpukan energi.

2.2. Penyakit Kulit 2.2.1 Definisi

Menurut Sudoyo (2006), penyakit kulit adalah peradangan kulit yang menimbulkan reaksi peradangan yang terasa gatal, panas dan berwarna merah.

(59)

Penyakit kulit terjadi pada orang-orang yang kulitnya terlalu peka, kadang-kadang menunjukkan sedikit gejala dan kadang-kadang dalam kondisi yang parah.

2.2.2 Jenis Penyakit Kulit

Kulit dan apendicesnya merupakan struktur kompleks yang membentuk jaringan tubuh yang kuat dan keras. Fungsinya dapat dipengaruhi oleh kerusakan terhadap struktur demikian juga oleh penyakit (Djuanda, 2011).

Penyakit kulit dapat terjadi karena berbagai faktor, mulai dari karena terkena virus, lingkungan yang terkontaminasi dan masih banyak faktor-faktor lainnya. Berikut adalah beberapa jenis penyakit kulit dan cara pencegahannya 1. Bisul (Furunkel)

Furunkel ialah radang folikel rambut dan sekitarnya. Jika lebih daripada sebuah disebut furunkulosis. Karbunkel ialah kumpulan furunkel. Keluhannya nyeri. Kelainan berupa nodus eritematosa berbentuk kerucut, di tengahnya terdapat pustul. Kemudian melunak menjadi abses yang berisi pus dan jaringan nekrotik, lalu memecah membentuk fistel. Tempat predileksi ialah yang banyak friksi, misalnya aksila dan bokong (Djuanda, 2011).

2. Cacar air

(60)

Cacar air sangat menular dan memiliki tiga tahap dalam pembentukannya. Gejala penyakit cacar air Ini dimulai dengan munculnya sedikit benjolan gatal di seluruh tubuh yang menyerupai seperti gigitan serangga. Kemudian bintik tadi berubah menjadi benjolan yang berisi cairan, diikuti oleh tahap akhir yaitu pada saat tahap penyembuhan, dimana benjolan tersebut pecah dan membuat bekas pada kulit (Djuanda, 2011).

3. Campak (Rubella)

Merupakan penyakit akut menular yang disebabkan oleh virus. Biasanya menyerang anak-anak. Gejala awal campak adalah demam, pilek, bersin, badan terasa lesu, sakit kepala, nafsu makan menurun drastis dan radang mata. Setelah beberapa hari dari gejala tersebut timbul ruam merah yang gatal, bertambah besar, tersebar ke beberapa bagian tubuh (Djuanda, 2011).

4. Eksim (Dermatitis)

Menurut Suria Djuanda dan Sri Adi S. (2002), dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons terhadap pengaruh faktor eksogen dan faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik). Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis.

Dermatitis merupakan epidermo-dermatis dengan gejala subyektif pruritus. Obyektif tampak inflamasi eritema, vesikula, eksudasi, dan pembentukan sisik. Tanda-tanda polimorfi tersebut tidak selalu timbul pada saat yang sama. Penyakit bertendensi residif dan menjadi kronis (Mansjoer, 2000).

(61)

Dermatitis menunjukkan inflamasi superfisial kulit yang disebabkan oleh pajanan iritan, sensitifitas alergik (delayed hypersensitivity) dan faktor-faktor idiopatik yang ditentukan secara genetik. Pruritus, eritema dan edema pada kulit dapat ditemukan dengan progresifitas kearah gejala vesikulasi, perembasan cairan, pembentukan krusta dan skuama. Jika proses tersebut tetap berlangsung, kulit akhirnya dapat menjadi tebal atau mengalami likenifikasi dengan guratan kulit yang menonjol (Abrahams dan Berkow, 1999).

Bagian tubuh yang sering terkena eksim biasanya tangan, kaki, lipatan paha dan telinga. Eksim terbagi menjadi dua, yaitu eksim kering dan basah. Pada eksim basah, juga akan terasa panas dan dingin yang berlebihan pada kulit. Eksim disebabkan karena alergi terhadap rangsangan zat kimia tertentu seperti yang terdapat dalam detergen, sabun, obatobatan dan kosmetik, kepekaan terhadap jenis makanan tertentu seperti udang, ikan laut, telur, daging ayam, alkohol, vetsin (MSG), dan lain-lain. Eksim juga dapat disebabkan karena alergi serbuk sari tanaman, debu, rangangan iklim, bahkan gangguan emosi. Eksim lebih sering menyerang orang-orang yang mudah terkena alergi. Penyakit ini sering terjadi berulang-ulang atau kambuh. Oleh karena itu harus diperhatikan untuk menghindari hal-hal atau bahanbahan yang dapat menimbulkan alergi (alergen).

(62)

5. Impetigo

Impetigo adalah penyakit kulit menular yang biasanya disebabkan oleh bakteri. Impetigo menyebabkan kulit menjadi gatal, melepuh berisi cairan dan kulit menjadi merah. Impetigo sangat mudah terjadi pada anak berusia dua sampai enam tahun. Bakteri biasanya masuk ke dalam kulit melalui gigitan serangga, luka, atau goresan. Kebersihan sangat penting bagi orang yang mengalami impetigo (Djuanda, 2011).

6. Jerawat (Acne)

Berdasarkan penelitian, sekitar 80 persen dari seluruh manusia pernah memiliki jerawat. Jerawat sebagai salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri yang tumbuh di kulit dan menghubungkan pori-pori dengan kelenjar minyak di bawah kulit.

Jerawat merupakan penyakit dari folikel sebasea yaitu folikel yang mempunyai glandula sebasea yang banyak dan tidak mempunyai bulu. Arpertura dari glandula sebasea terblokir oleh sumbat tanduk (blackheads) dan terdapat retensi dari sebum yang diubah oleh organisme yang menimbulkan inflamasi pada jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan pembentukan pustul dan abses yang menyebabkan parut. Jerawat dapat berkembang jika pengobatan tidak dilakukan di tahap awal kemunculannya. Jerawat tidak hanya tumbuh di wajah, namun juga bisa tumbuh di bagian tubuh lain terutama punggung (Djuanda, 2011).

(63)

7. Kudis (Skabies)

Kudis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit tungau yang gatal yaitu sarcoptes scabiei var hominis. Kulit yang terjangkit kudis lebih banyak terjadi di daerah kumuh dan tidak menjaga kebersihan tubuh. Gejala kudis adalah adanya rasa gatal yang begitu hebat pada malam hari, terutama di sela-sela jari kaki, tangan, di bawah ketiak, alat kelamin, inggang dan lain-lain. Kudis sangat gampang menular pada orang lain, secara langsung maupun tidak langsung.

Secara langsung tentu saja melalui sentuhan kulit terkena kudis dengan kulit orang lain. Secara tidak langsung bisa menular melalui handuk atau pakaian yang dipakai secara bergantian dengan penderita kudis. Cara sangat mudah untuk menghindari kudis tentu saja dengan menjaga kebersihan lingkungan dan tubuh. Salah satu cara pencegahan penyakit kudis dapat dilakukan dengan mencuci sperai tempat tidur, handuk dan pakaian yan dipakai dalam 2 hari belakangan dengan air hangat dan deterjen (Djuanda, 2011).

8. Kurap

(64)

diobati dengan anti jamur yang mengandung mikonazol dan kloritomazol dengan benar yang dapat menghilangkan infeksi (Djuanda, 2011).

9. Psoriasis

Psoriasis termasuk penyakit kulit yang sulit didiagnosa. Bagian tubuh yang biasa terkena eksim sama dengan bagian tubuh yang biasa terkena psoriasis, ditambah kulit kepala, punggung bagian bawah, telapak tangan, dan telapak kaki. Stres, trauma, dan tingkat kalsium yang rendah dapat menyebabkan psoriasis.

Psoriasis bukan penyakit menular, tetapi bersifat menurun (diwariskan). Gejala psoriasis adalah timbulnya bercak-bercak merah yang di atasnya terdapat sisik-sisik putih tebal dan menempel berlapis-lapis. Bila digaruk, sisik-sisik tersebut akan rontok. Mula-mula, luas permukaan kulit yang terkena hanya kecil, dan semakin lama semakin melebar (Djuanda, 2011).

10. Panu

Panu adalah salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit panu ditandai dengan bercak yang terdapat pada kulit disertai rasa gatal pada saat berkeringat. Bercak-bercak ini bisa berwarna putih, coklat atau merah tergantung warna kulit penderita. Panu paling banyak dijumpai pada remaja usia belasan. Meskipun begitu panu juga bisa ditemukan pada penderita berumur tua.

Cara pencegahan penyakit kulit Panu dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kulit, dan dapat diobati dengan obat anti jamur yang dijual di pasaran, dan dapat juga diobati dengan obat-obatan tradisional seperti daun sirih yang dicampur dengan kapur sirih dan dioleh pada kulit yang terserang Panu (Djuanda,2011).

(65)

2.3 Penyakit Kulit Akibat Kerja

Definisi penyakit kulit akibat kerja menurut American Medical Assosiation (1939) adalah penyakit kulit dimana paparan bahan-bahan pada tempat kerja merupakan penyebab utama timbulnya kelainan kulit (Kenerva dan Diepgen, 2003).

Di banyak jenis pekerjaan, kulit dapat terpapar oleh dengan bahan-bahan yang bersifat iritan atau alergen seperti : bahan-bahan kimia, bahan biologi, dan tekanan fisik serta mekanik. Sensitivitas kulit terhadap bahan-bahan tersebut dan kemampuan untuk sembuh kembali berbeda setiap individu. Penyakit kulit akibat kerja dapat bertambah parah jika keseimbangan antara pertahanan kulit dan bahan-bahan iritan atau alergen terganggu. Keparahan gangguan kulit diukur dari kualitas kulit, jenis bahan iritan atau alergen, usaha pencegahan, dan pengobatannya. Kerusakan yang ditimbulkan dari bahan-bahan tersebut dapat berupa : sensasi terbakar, gatal, serta eksema kronis, dengan gambaran yang memiliki pola polimorfik seperti makula atau papul, eritema, vesikel, dan skuama. Pada kasus yang kronis didapati fisura, hiperkeratosis, dan likenifikasi (Kenerva dan Diepgen, 2003).

(66)

Termasuk bagaimana gejala jika pekerja berhenti bekerja dan atau kembali bekerja (Peate, 2002).

2.4 Lokasi Terjadinya Penyakit Kulit

Menurut Suria Djuanda dan Sri Adi S (2002), ada berbagai lokasi terjadinya penyakit kulit antara lain:

1. Tangan

Kejadian penyakit kulit akibat kerja kebanyakan ditemukan di tangan. Sebagian besar memang oleh karena bahan iritan. Bahan penyebabnya misalnya detergen, antiseptik, getah sayuran atau tanaman, semen, dan pestisida.

2. Lengan

Alergen umumnya sama dengan pada tangan, misalnya oleh jam tangan (nikel), sarung tangan karet, debu semen, dan tanaman. Di aksila umumnya oleh bahan pengharum.

3. Wajah

Penyakit kulit pada wajah dapat disebabkan oleh bahan kosmetik, obat topikal, alergen yang ada di udara, nikel (tangkai kaca mata). Bila di bibir atau sekitarnya mungkin disebabkan oleh lipstik, pasta gigi, getah buah-buahan. Penyakit kulit di kelopak mata dapat disebabkan oleh cat kuku, cat rambut, eyeshadows, dan obat mata.

4. Telinga

Anting atau jepit telinga terbuat dari nikel, penyebab terjadinya penyakit kulit pada cuping telinga. Penyebab lain, misalnya obat topikal, tangkai kaca mata, cat rambut, hearing-aids.

(67)

5. Leher

Penyebabnya, kalung dari nikel, cat kuku (yang berasal dari ujung jari), parfum, alergen di udara, zat warna pakaian.

6. Badan

Penyakit kulit di badan dapat disebabkan oleh pakaian, zat warna, kancing logam, karet (elastis, busa), plastik, dan detergen.

7. Genetalia

Penyebabnya dapat antiseptik, obat topikal, nilon, kondom, pembalut wanita, dan alergen yang berada di tangan.

8. Paha dan tungkai bawah

Penyakit kulit di tempat ini dapat disebabkan oleh pakaian, dompet, kunci (nikel) di saku, kaos kaki nilon, obat topikal (misalnya anestesi lokal, neomisin, dan etilendiamin), semen, dan sepatu.

2.5 Pencegahan Penyakit Kulit Akibat Kerja

Menurut Saut Sahat Pohan (2005), usaha pencegahan penyakit kulit akibat kerja dapat dilakukan dengan melakukan:

1. Usaha pencegahan jangka pendek

Dalam melakukan usaha pencegahan penyakit kulit akibat kerja perlu dilakukan perbaikan sarana diagnostik. Deteksi dini kerusakan kulit memungkinkan dilakukan tindakan pencegahan sedini mungkin.

2. Usaha pencegahan jangka panjang

(68)

bahan-bahan pelarut, pengelantang, dan lain-lain. Riwayat penyakit yang lengkap harus ditanyakan karena dapat mengungkapkan pajanan yang tidak diketahui terhadap zat-zat iritan atau alergen (Abraham dan Berkow, 1999).

Kebersihan perorangan yaitu cuci tangan, mandi sebelum pulang kerja, pakaian bersih dan diganti setiap hari, memakai alat-alat pelindung diri yang masih bersih. Diagnosa dini siaga perlu dalam usaha pemberantasan dermatitis akibat kerja, sebab dengan diagnosa sedini mungkin, penderita dapat segera dipindahkan kerjanya ke tempat lain yang tidak membahayakan kesehatan (Suma’mur, 1996).

2.6 Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Penyakit Kulit pada Pekerja 1. Usia

Seorang yang lebih tua memiliki kulit kering dan tipis yang tidak toleran terhadap sabun dan pelarut (Sucipta, 2008). Usia hanya sedikit berpengaruh pada kapasitas sensitisasi. Setiap kelompok usia memiliki pola karakteristik sensitivitas yang berbeda, seperti pada dewasa muda cenderung didapati alergi karena kosmetik dan pekerjaan, sedangkan pada usia yang lebih tua pada medikamentosa dan adanya riwayat sensitivitas terdahulu (Siregar, 2005). Usia tua menyebabkan tubuh lebih rentan terhadap bahan iritan. Seringkali pada usia lanjut terjadi kegagalan dalam pengobatan penyakit kulit sehingga timbul penyakit kulit kronik. Dapat dikatakan bahwa penyakit kulit akan lebih mudah menyerang pada usia yang lebih tua (Trihapsoro, 2003).

(69)

Usia 15-49 tahun merupakan usia produktif bagi pertumbuhan dan fungsi organ tubuh para pekerja sudah sempurna, sehingga mampu menghadapi zat-zat toksik dalam ambang batas yang ditetapkan (Mathias, 2001).

2. Masa Kerja

Masa kerja adalah suatu kurn waktu atau lamanya tenga kerja itu bekerja disuatu tempat. Pekerja dengan lama kerja ≤ 2 tahun dapat menjadi salah satu faktor yang mengindikasikan bahwa pekerja tersebut belum memiliki pengalaman yang cukup dalam melakukan pekerjaanya. Jika pekerja ini masih sering ditemui melakukan kesalahan, maka hal ini berpotensi meningkatkan angka kejadian penyakit kulit akibat kerja pada pekerja dengan lama bekerja ≤ 2 tahun. Pekerja

dengan pengalaman akan lebih berhati-hati sehingga kemungkinan terpajan bahan iritan maupun alergen lebih sedikit (Lestari dan Utomo, 2007).

Faktor lain yang memungkinkan pekerja dengan lama kerja ≤ 2 tahun lebih

banyak yang terkena penyakit kulit akibat kerja adalah masalah kepekaan atau kerentanan kulit terhadap bahan kimia. Pekerja dengan lama bekerja ≤ 2 tahun masih rentan terhadap berbagai macam bahan iritan maupun alergen. Pada pekerja dengan lama bekerja > 2 tahun dapat mungkinkan telah memiliki resistensi terhadap bahan iritan maupun alergen. Untuk itulah mengapa pekerjaan dengan lama bekerja > 2 tahun lebih sedikit yang mengalami penyakit kulit akibat kerja (Lestari dan Utomo, 2007).

3. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

(70)

tubuhnya dari potensi bahaya kecelakaan kerja. Berdasarkan kenyataan di lapangan terlihat bahwa pekerja yang menggunakan APD dengan baik masih lebih sedikit dibandingkan dengan yang kurang baik dalam memakai APD. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku penggunaan APD oleh pekerja masih kurang baik.

Masih banyak pekerja yang melepas APD ketika sedang bekerja. Jika hal ini dilakukan maka kulit menjadi tidak terlindungi dan kulit menjadi lebih mudah terpapar oleh bahan iritan maupun alergen (Lestari dan Utomo, 2007). Menurut A.M. Sugeng Budiono (2005), ada beberapa jenis APD yang paling banyak dan sering digunakan adalah:

a. Alat pelindung kepala: helm, tutup kepala, hats/cap.

b. Alat pelindung mata atau muka: spectacles, goggles, perisai muka. c. Alat pelindung telinga: ear plug, ear muff.

d. Alat pelindung pernafasan: masker, respirator. e. Alat pelindung tangan: sarung tangan.

f. Alat pelindung kaki: sepatu boot.

g. Pakaian pelindung: celemek, pakaian terusan dengan celana panjang. h. Sabuk pengaman (safety belt)

4. Personal Hygiene

Personal hygiene merupakan salah satu faktor yang dapat mencegah

terjadinya penyakit kulit akibat kerja. Salah satu hal yang menjadi penilaian adalah masalah mencuci tangan. Kesalahan dalam melakukan cuci tangan dapat menjadi salah satu penyebab misalnya kurang bersih dalam mencuci tangan, sehingga masih terdapat sisa bahan kimia yang menempel pada permukaan kulit.

(71)

Pemilihan jenis sabun cuci tangan juga dapat berpengaruh terhadap kebersihan sekaligus kesehatan kulit. Jika jenis sabun ini sulit didapatkan dapat menggunakan pelembab tangan setelah mencuci tangan. Usaha mengeringkan tangan setelah dicuci juga dapat berperan dalam mencegah semakin parahnya kondisi kulit karena tangan yang lembab (Lestari dan Utomo,2007).

Kebersihan kulit yang terjaga baik akan menghindari diri dari penyakit, dengan cuci tangan dan kaki, mandi dan ganti pakaian secara rutin dapat terhindar dari penyakit kulit. Dalam mencuci tangan bukan hanya bersih saja, yang lebih penting lagi jika disertai dengan menggunakan sabun serta membersihkan sela jari tangan dan kaki dengan air mengalir. Dengan mandi dan mengganti pakaian setelah bekerja akan mengurangi kontak dengan mikroorganisme yang hidup di permukaan kulit yang berasal dari lingkungan sekitar kita (Siregar dan Saiman Nugroho, 1991).

5. Riwayat Penyakit Kulit

Diagnosis mengenai riwayat dermatologi yang sering diajukan untuk membedakan suatu penyakit dari penyakit lainnya adalah menanyakan pada pasien apakah mempunyai riwayat masalah medis kronik (Beth G. Goldstein dan Adam O. Goldstein, 2001).

Dermatitis kontak iritan bisa mengenai siapa saja, yang terpapar iritan dengan jumlah yang sufisien, tetapi individu dengan riwayat dermatitis atopi lebih mudah terserang (Lestari dan Utomo, 2007).

(72)

biasa juga sering secara diagnostik lebih sulit atau secara terapeutik lebih resisten pada pasien usia lanjut yang dirawat di panti, kurang gizi, mempunyai kesukaran mengikuti instruksi terinci,mendapat banyak obat, atau mempunyai banyak penyakit kronik.

6. Riwayat Pekerjaan Sebelumnya

Pekerja yang biasa terpajan dengan sensitizer, seperti kromat pada industri bangunan atau pewarna, pada pabrik pengolahan kulit, mempunyai insiden yang lebih tinggi (Kabulrachman, 2003). Penyakit kulit akibat pekerjaan terlihat, misalnya perusahaan batik, percetakan, pompa bensin, bengkel, salon kecantikan, pabrik karet, dan pabrik plastik (Mansjoer, 2003).

Di Amerika Serikat penyakit kulit akibat kerja perseribu pekerja paling banyak dijumpai berturut-turut pada pekerja pertanian 2,8%, pekerja pabrik 1,2%, tenaga kesehatan 0,8%, dan pekerja bagunan 0,7%. Menurut laporan Internasional Labour Organization terbanyak dijumpai pada tukang batu dan semen 33%, pekerja rumah tangga 17% dan pekerja industri logam dan mesin 11%. Di Indonesia golongan tertinggi pada tahun 1993 adalah petani diikuti oleh penjual di pasar, tukang becak, pembantu rumah tangga dan pengangguran (Iwan Trihapsoro, 2003). Bahan penyebab dermatitis terdapat pada tukang batu dan pekerja yang bekerja di tempat yang penuh zat kimia (Hidayat, 2009).

2.7 Asam Laurat 2.7.1 Definsi

Asam laurat juga dikenal dengan nama asam dodekanoat adalah asam lemak jenuh berantai sedang (medium –chain fatty acid, MCFA) yang tersusun

(73)

dari 12 atom karbon (C), 24 atom hidrogen (H), 2 atom oksigen (O) dan berat molekul 22,32. Sebagai suatu padatan, asam laurat tidak berwarna atau berupa kristal putih seperti jarum, meleleh pada suhu sekitar 44oC (Alvarado et al, 2000).

Sumber utama asam lemak ini adalah minyak kelapa, yang dapat mengandung 50% asam laurat. Asam laurat merupakan asam lemak jenuh yang memiliki sifat pembusaan yang baik dan sering digunakan dalam formulasi sabun. Penggunaan asam laurat dalam pembuatan sabun akan menghasilkan sabun dengan kelarutan yang tinggi dan karakteristik busa yang baik (Corredoire dan Pandolfi, 1996).

2.7.2 Sifat- Sifat Asam Laurat :

1. Berwarna putih

2. Titik beku : 44-46 oC

3. Titik didih : 225 oC pada tekanan 1000mmHg 4. Densitas : 0,883 pada suhu 50 oC

5. Tekanan uap : 1 mmHg pada suhu 121 oC 6. Tekanan kritis : 6,91

Gambar

Gambar 1 : Mesin Seperator
Gambar 3 : Bak Pencucian Bowldisk
Gambar 5 : Proses Pencucian Bowldisk
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Penyakit Kulit pada Pekerja Pencuci Bowldisk di PT
+7

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan penelitian pengembangan ini adalah (1) Dihasilkan modul pembelajaran fisika dengan strategi inkuiri terbimbing pada materi fluida statis yang tervalidasi; (2)

Secara teoritis dapat dijadikan sumbangan informasi dan keilmuan yang yang berarti bagi lembaga yang berkompeten mengenai pentingnya kondisi fisik atlet, khususnya atlet

skor penilaian yang diperoleh dengan menggunakan tafsiran Suyanto dan Sartinem (2009: 227). Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini da- pat dilihat

Pada hari ini Senin tanggal pukul 07.00 s.d 09.00 WIB melalui telah dilaksanakan acara penjelasan Pembangunan Gedung KPPN 01/ULPD/WII.5/KPPN.SMD /2016 sebagai

Berdasarkan Berita Acara Penetapan Pemenang Nomor : 11/PBJ-Kons-SU/KP-1/IV.40/2013 tanggal 8 April 2013 Panitia Pengadaan Jasa Konsultansi Dinas Pendidikan Kota Bandar Bandar

PUSAT PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK UNIT LAYANAN PENGADAAN DAERAH KELOMPOK KERJA PROVINSI KEPULAUAN RIAU.. KPKNL

Sanggahan ditujukan kepada Panitia Pengadaan Barang/Jasa Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kota Bandar Lampung paling lambat hari

Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dimainkannya hari ini, mainan apa yang paling disukai2. Bercerita pendek yang berisi