ABSTRAK
HUBUNGAN TINGKAT EKNOMI TERHADAP PARTISIPASI POLITIK PADA PEMILIHAN GUBERNUR SUMATERA UTARA 2013
DI LINGKUNGAN V KELURAHAN BAGAN DELI KECAMATAN MEDAN BELAWAN
NAMA : STEVEN LEONARDO SILALAHI
NIM : 070906060
DEPARTEMEN : ILMU POLITIK
FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Partisipasi politik merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi tercapainya suatu pemerintahan yang demokratis.Salah satu faktor yang mempengaruhi partisipasi politik adalah tingkat ekonomi. Dengan demikian, tinggi rendahnya tingkat ekonomi akan mempengaruhi tingkat partisipasi politik seseorang.Penelitian ini mengambil objek penelitian pada masyarakat di Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan yang memiliki tingkat ekonomi dan tingkat partisipasi politik yang tergolong rendah. Sebagaimana diungkapkan oleh Frank Linderfeld bahwa status sosial ekonomi yang rendah menyebabkan seseorang merasa teralienasi dari kehidupan politik dan orang bersangkutanpun akan menjadi apatis, maka penelitian ini mencoba membuktikan apakah ada hubungan tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik di Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli pada Pilgubsu 2013.
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik, maka digunakan pendekatan kuantitatif melalui uji koefisien korelasi dan analisis regresi sederhana. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-F dan uji koefisien determinasi.
Berdasarkan hasil perhitungan melalui uji koefisien korelasi menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu tingkat ekonomi (X) dan variabel terikat yaitu partisipasi politik (Y) memiliki hubungan positif dengan nilai r sebesar 0,214. Nilai ini menunjukkan adanya hubungan positif antara kedua variabel dengan tingkat keeratan yang rendah. Dari hasil analisis regresi sederhana diperoleh persamaan Y = 9,900 + 0,153X dengan nilai Fhitung adalah 4,319 dan Ftabel sebesar 3,94. Hasil ini menunjukkan analisis regresi adalah signifikan dengan nilai statistik Fhitung> Ftabel yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima, yaitu terdapat hubungan positif yang signifikan tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik. Dengan demikian, setiap kenaikan nilai variabel X yaitu tingkat ekonomi sebesar 1 kali maka partisipasi politik akan meningkat sebesar tiap 0,153 kali.
Maka dapat disimpulkan semakin tinggi tingkat ekonomi maka semakin tinggi pula tingkat partisipasi politik seseorang, demikian juga sebaliknya. Sedangkan, melalui uji koefisien determinasi diperoleh nilai 0,46 yang berarti tingkat ekonomi memiliki pengaruh sebesar 46% terhadap partisipasi politik. Selebihnya, sebesar 54% disebut sebagai variabel lain yang memiliki korelasi terhadap partisipasi politik.
ABSTRACT
RELATIONSHIP OF ECONOMIC RATE TO POLITICALPARTICIPATION
ATGOVERNOR ELECTION IN NORTH SUMATRA 2013 IN LINGKUNGAN V KELURAHAN BAGAN DELI KECAMATAN
MEDAN BELAWAN
NAME : STEVEN LEONARDO SILALAHI
NIM : 070906060
DEPARTMENT : POLITICAL SCIENCE
FACULTY : SCIENCE SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE
Political participation is one of the aspects that affect the achievement of a democratic government. One of the factors that affect the level of political participation is economic. Thus, the high and low levels of the economy will affect a person's level of political participation. This study takes the object of research in the community in Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan who have high levels economic and political participation level is low. As revealed by Frank Linderfeld that low socioeconomic status causes a person to feel alienated from the political life and the person concerned will become apathetic.This research tries to prove whether there is a relationship to the level of political participation in the economic of Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli on Pilgubsu 2013.
To determine whether there is a relationship between the level of economic to political participation , the use of quantitative approaches through correlation coefficient test and simple regression analysis. Hypothesis testing is done by using the F-test and the test of determination coefficient.
Based on calculations by the correlation coefficient test showed that the independent variable is the level of economic (X) and the dependent variable is political participation (Y) have a positive relationship with the r value of 0.214. These values indicate a positive relationship between the two variables with a low level of closeness. From the results of simple regression analysis equation Y = 9.900 + 0.153 X by Fcount was 4.319and the Ftable by 3.94. These results show a significant regression analysis is the statistical value of Fcount> Ftable which means that Ho is rejected and Ha is accepted, ie there is a significant positive relationship to the economic level of political participation. Thus, any increase in the value of the variable X is equal to 1 times the economic level, political participation will increase by 0.153 each time.
It can be concluded the higher the economic level, the higher the person's level of political participation, and vice versa. Meanwhile, the coefficient of determination obtained through the test value of 0.46, which means the level of the economy has a 46% influence on political participation. The rest, 54% is refered to as other variables that have a correlation to political participation.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan berkat dan rahmat-Nya serta kebaikan-Nya penulis diberi kesempatan dan kesehatan agar dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Hubungan Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 Di Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan”.
Skripsi ini adalah salah satu kajian penelitian dalam memahami partisipasi politik dalam konteksnya dilihat dari tinggi rendahnya tingkat ekonomi seseorang. Penelitian ini membahas apakah tingkat ekonomi mempengaruhi tinggi rendahnya partisipasi politik seseorang. Penelitian ini mengambil salah satu objek penelitian di Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan, pada Pilgubsu 2013 untuk melihat apakah ada hubungan antara tingkat ekonomi seseorang terhadap partisipasi politiknya.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menyadari bahwa banyak bantuan yang diberikan dari berbagai pihak. Maka, pertama-tama tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada orang tua yang tercinta Ayahanda Prof.Dr.Jansen Silalahi, M.App.Sc,Apt. dan Ibunda Nurbaya Naibaho yang telah berkorban baik moril maupun materil demi keberhasilan Ananda.
Dengan segala kerendahan hati, penulis juga mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Prof. Burhanuddin Harahap, M.Si. selaku sebagai dekanat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara,
2. Ibu Dra. T.Irmayani, M.Si. selaku sebagai Ketua Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara,
3. Bapak Drs. Antonious Sitepu, M.A. selaku sebagai Sekretaris Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara,
4. Bapak Dr. Muryanto Amin, M.Si selaku Dosen Wali dan Dosen Pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu dan pikirannya untuk membantu dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, 5. Bapak Husnul Isa Harahap, M.Si selaku sebagai Dosen Pembaca yang telah
berkenan memberikan masukan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini, 6. Seluruh Staf Pengajar Dosen Departemen Ilmu Politik yang telah
memberikan pengajaran dan bimbingan selama masa perkuliahan,
8. Kepada seluruh teman-teman satu stambuk 2007; Arthur, Dino, Elka, Maharani, Leo, Dedi, Hendra, Dini, Irwansyah, Nurul, Mando, Adel, Bernard, Abed, Jenius begitu juga kepada adik-adik saya stambuk 2008, 2009, dan 2010; Andi, Ben, Zulwandri, dan seluruh teman- teman, saya ucapkan banyak terimakasih.
9. Terkhususnya kepada seluruh keluarga serta Abang dan Kakak, Bang Erwin Silalahi, Bang Hery Silalahi, dan Kak Yosy Silalahi, dan keluarga yang telah memberikan dorongan moril dan bantuan demi selesainya skripsi ini. 10. Tidak lupa juga kepada sahabat-sahabat dan orang terdekat yang telah
membantu secara moril dalam menyelesaikan skripsi ini, Samuel Manurung, Yosep Sitepu, Ayu, Nora, Brigita, Sammy, Bang Pian, Pak Lingga, Pastor Hubert, Pastor Suryo, Suster Vincent, Kak Ane, Kak Lina, dan yang lainnya.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan-kekurangan dalam penelitian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari siapa saja, demi membangun penelitian pada skripsi ini. Semoga bermanfaat.
Medan, 2 November 2013
Penulis,
DAFTAR ISI
ABSTRAK ……….….i
ABSTRACT ……….ii
KATA PENGANTAR ……….…...iii
DAFTAR ISI ………..v
DAFTAR TABEL ………..……vii
DAFTAR GAMBAR ……….x
DAFTAR LAMPIRAN ……….xi
BAB I PENDAHULUAN ………1
1.1. LatarBelakang ……….1
1.2. PerumusanMasalah ……….………..6
1.3. PertanyaanPenelitian ………..………8
1.4. TujuanPenelitian ……….……….………8
1.5. ManfaatPenelitian ………..8
1.6. KerangkaTeori ……….………9
1.6.1. PengertianEkonomi ……….9
1.6.2. Status SosialBerdasarkan Tingkat Ekonomi ………11
1.6.3. PengertianPartisipasiPolitik ………..14
1.6.4. Bentuk-BentukPartisipasiPolitik ……….18
1.6.5. Hubungan Tingkat EkonomiTerhadapParitisipasiPolitik ………20
1.7. KerangkaKonsep ………22
1.8. Hipotesis ………..24
1.9. MetodePenelitian …..………25
1.9.1 BentukdanJenisPenelitian ………..25
1.9.2 LokasiPenelitian ………..25
1.9.3 Populasi ………...25
1.9.4 Sampel ………..26
1.10. TeknikPengumpulan Data ………27
1.11. DefenisiKonsep ………...27
1.11.1. Status Ekonomi ……….27
1.11.2. PartisipasiPolitik ………28
1.12. DefenisiOperasional ……….……….28
1.13. TeknikPengumpulanSkor ……….……….33
1.14. TeknikAnalisis Data ………34
1.14.1. AnalisisDeskriptif ………..34
1.14.3. AnalisisiRegresiSederhana ..………35
1.14.4. UjiHipotesis ……….36
1.14.3.1. UjiSignifikansiSimultan (Uji-F) ……….36
1.14.3.3. KoefisienDeterminasi (r2) ………36
1.15. SistematikaPenulisan ………..……….37
BAB II DESKRIPSI LOKASI DILINGKUNGANVKELURAHAN BAGAN DELI KECAMATAN MEDAN BELAWAN ... 39
2.1. GambaranUmum ………39
2.1.1. SejarahKelurahanBagan Deli ………39
2.1.2. LetakGeografis ………41
2.1.3. Tata PenggunaanLahan ……….42
2.2. KeadaanDemografis ………..45
2.3. Tata KehidupanMasyarakatLingkungan V KelurahanBagan Deli ……51
2.3.1. KondisiEkonomiMasyarakat ………..51
2.3.2. KepemerintahanKelurahanBagan Deli ……….56
2.3.3. SaranadanPrasaranaKelurahanBagan Deli ………58
2.4. PelaksanaanPemilukadaPadaKelurahanBagan Deli, Kecamatan Medan Belawan ... 59
BAB III ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT EKONOMI TERHADAP PARTISIPASI POLITIKDI LINGKUNGAN V KELURAHAN BAGAN DELI KECAMATAN MEDAN BELAWAN ……….63
3.1. AnalisisDeskriptifResponden ………63
3.1.1. KarakteristikRespondenBerdasarkanUsia ………64
3.1.2. KarakteristikRespondenBerdasarkanJenisKelamin ……….65
3.1.3. KarakteristikRespondenBerdasarkanPendidikanTerakhir ……….66
3.1.4. KarakteristikRespondenBerdasarkan Agama ………67
3.1.5. KarakteristikRespondenBerdasarkanPekerjaan ………..68
3.2. AnalisisDeskriptifVariabel ………..69
3.2.2. KlasifikasiJawabanRespondenBerdasarkanVariabel X ………….77
3.2.3. Variabel Tingkat PartisipasiPolitik (Variabel Y) ………78
3.2.4. KlasifikasiJawabanRespondenBerdasarkanVariabel Y ………….87
3.3. KoefisienKorelasi ………88
3.4. AnalisisRegresi Linier Sederhana(Tunggal) ... 89
3.5. UjiHipotesis ………..90
3.4.1. UjiSignifikansi (Uji-F) ………..90
3.4.2. KoefisienDeterminasi ……….92
3.6. Pembahasan ……….93
3.6.1. Hubungan Tingkat EkonomiTerhadapPartisipasiPolitik ………96
3.6.2. Pengaruh Tingkat EkonomiTerhadapPartisipasiPolitik …………103
BAB IV PENUTUP ……….109
4.1. Kesimpulan ………109
4.2. ImplikasiTeori ………111
DAFTAR PUSTAKA ………114
DAFTAR TABEL
Tabel1.1 OperasionalVariabelUntukvariabel X (Tingkat Ekonomi) ... 31
Tabel1.2 OperasionalVariabeluntukvariabel Y (PartisipasiPolitik) ... 32
Tabel1.3 NilaiAlternatifJawaban ... 33
Tabel 1.4 InterpretasiNilaiKoefisienKorelasi ... 36
Tabel 2.1 NamaPenghulu/LurahPeriodeJabatanTahun 1910 s/d sekarang ... 41
Tabel 2.2 Pola Tata GunaLahanKelurahanBagan Deli Tahun 2011 ... 43
Tabel 2.3 Pola Tata GunaLahanLingkungan V KelurahanBagan Deli……..44
Tabel 2.4 KlasifikasiPendudukLingkungan V BerdasarkanEtnis ... 46
Tabel 2.5 KlasifikasiPendudukMenurut Agama ... ………47
Tabel 2.6. KlasifikasiPendudukLingkunganV BerdasarkanKelompok Usia ... 47
Tabel 2.7 KlasifikasiPendudukLingkunganV Berdasarkan Mata Pencaharian ... 48
Tabel 2.8 StrukturPendudukLingkunganV BerdasarkanTingkat Pendidikan ... 50
Tabel 2.9 SaranaPerekonomian Rakyat Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli ... 53
Tabel 2.10 StrukturBangunanTempatTinggalLingkungan V Kelurahan Bagan Deli ... 55
Tabel 2.11 StrukturPemerintahanKelurahanBagan Deli ... 57
GubernurTahun 2013 untukProvinsi Sumatera Utara ... 60 Tabel 2.14 JumlahDaftarPemilihTetapdanKehadiranPemilih ………61 Tabel 2.15 HasilPerolehanSuaraPemilukadaGubernurdanWakil
GubernurSumateraUtara Tahun2013 di Kelurahan
Bagan Deli ………..62
Tabel 3.1 DistribusiJawabanRespondenTerhadapPertanyaan: “Berapakahpendapatanrata-rata Bapak/Ibu/Saudara
setiapbulannya?” ……….69 Tabel 3.2 DistribusiJawabanRespondenTerhadapPertanyaan:
“Berapakahjumlahnominal pengeluaranBapak/Ibu/Saudara
per-bulannya?” ………70 Tabel 3.3
DistribusiJawabanRespondenTerhadapPertanyaan:“Daripendapatanyangdi peroleh,apakahkebutuhankeluarga
Bapak/Ibu/Saudarasudahterpenuhi?” ………71 Tabel 3.4 DistribusiJawabanRespondenTerhadapPertanyaan:
“ApakahkebutuhanBapak/Ibu/Saudarapribadisudah
cukupterpenuhi?” ………..71
Tabel 3.5 DistribusiJawabanRespondenTerhadapPertanyaan:“Apakah
Bapak/IBu/Saudaramempunyaipekerjaantambahanatau
tambahanpenghasilan?” ………..72
Tabel 3.6 DistribusiJawabanRespondenTerhadapPertanyaan:“Apakah daripekerjaantetapdanpekerjaantambahanyang
Bapak/Ibu/SaudaraditekunimampumencukupiKebutuhan
Tabel 3.7 DistribusiJawabanRespondenTerhadapPertanyaan: “Bagaimanakahstatus rumahtempattinggal
Bapak/Ibu/Saudara?” ………..74
Tabel 3.8 DistribusiJawabanRespondenTerhadapPertanyaan:
“BagaimanakahstrukturbangunanrumahtempattinggalBapak/Ibu/Saudara?”74 Tabel 3.9 DistribusiJawabanRespondenTerhadapPertanyaan:“Apakah
Bapak/Ibu/Saudaramempunyaitabungan?” ... 75 Tabel 3.10 DistribusiJawabanRespondenTerhadapPertanyaan:“Apakah
Bapak/Ibu/Saudaramempunyaialatelektronikseperti TV, DVD
Player, MesinCuci,LemariEs, Komputer, dan lain sebagainya di rumah?” 76 Tabel 3.11
DistribusiJawabanRespondenTerhadapPertanyaan:“ApakahBapak/Ibu/Sau daramempunyaikendaraanbermesin
sepertiberikutini?” ... 76 Tabel 3.12 DistribusiKlasifikasiJawabanRespondenBerdasarkanVariabel
X (Tingkat Ekonomi) ... 77 Tabel 3.13
DistribusiJawabanRespondenTerhadapPertanyaan:“ApakahBapak/Ibu/Sau daradatangketempatpemungutansuara(TPS)
ketikaPemilukadaberlangsung?” ... 79 Tabel 3.14
DistribusiJawabanRespondenTerhadapPertanyaan:“ApakahBapak/Ibu/Sau daramengikutikeseluruhanpelaksanaankegiatanPemilukada di Lingkungan V KelurahanBagan Deli secaraaktif
agartercapaipelaksanaanyang cukupbaikberdasarkanprinsiplangsung, umum,bebas, rahasia, jujur, danadil?” ... 80 Tabel 3.15 DistribusiJawabanRespondenTerhadapPertanyaan:
berbincang-bincangsesamakeluargadantemanmembicarakanmasalahcalonkandidatmenj elangpemilihangubernur yang telahlewat?” ... 81 Tabel 3.16 DistribusiJawabanRespondenTerhadapPertanyaan:“Apa
alasanBapak/Ibu/SaudaramengikutiPemilukada yang lalu?” ... 82 Tabel 3.17
DistribusiJawabanRespondenTerhadapPertanyaan:“ApakahBapak/Ibu/Sau daraaktifmencaridukungandariberbagaipihak
demikemenangandanperolehansuarasalahsatu
Cagub/Cawagub?” ... 83 Tabel 3.18
DistribusiJawabanRespondenTerhadapPertanyaan:“ApakahBapak/Ibu/Sau daraikutsebagaisimpatisan di dalamkampanye
yangdilaksanakansalahsatucalonkandidat
Cagubsu/Cawagubsu?” ... 85 Tabel 3.19 DistribusiJawabanRespondenTerhadapPertanyaan:
“Termasuk didalamkategorimanakahBapak/Ibu/Saudara sehubungandenganadanyatimsuksesdari
masing-masingcalonkandidat?” ………...86 Tabel 3.20
DistribusiJawabanRespondenTerhadapPertanyaan:“ApakahBapak/Ibu/Sau darapernahmemberikansejumlahdanakalauseandainyatimsuksessalahsatucal onkandidat
membutuhkannya?”... 87 Tabel 3.21 DistribusiKlasifikasiJawabanRespondenBerdasarkanVariabel
Y (PartisipasiPolitik) ... 88 Tabel 3.22 HasilPerhitunganAnalisisRegresiSederhanaVariabelX
Ekonomi) TerhadapVariabelY (PartisipasiPolitik) ………90 Tabel 3.24 HasilPerhitunganKoefisienKorelasiVariabelX (Tingkat
Ekonomi) TerhadapVariabelY (PartisipasiPolitik) ………91 Tabel 3.25 HasilPerhitunganKoefisienDeterminanVariabel X (Tingkat
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. DaftarKuesionerPenelitian ... 115
Lampiran 2. TabulasiNilaiVariabelBebas (X) Tingkat Ekonomi ... 119
Lampiran 3. TabulasiNilaiVariabelTerikat (Y) PartisipasiPolitik ... 122
ABSTRAK
HUBUNGAN TINGKAT EKNOMI TERHADAP PARTISIPASI POLITIK PADA PEMILIHAN GUBERNUR SUMATERA UTARA 2013
DI LINGKUNGAN V KELURAHAN BAGAN DELI KECAMATAN MEDAN BELAWAN
NAMA : STEVEN LEONARDO SILALAHI
NIM : 070906060
DEPARTEMEN : ILMU POLITIK
FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Partisipasi politik merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi tercapainya suatu pemerintahan yang demokratis.Salah satu faktor yang mempengaruhi partisipasi politik adalah tingkat ekonomi. Dengan demikian, tinggi rendahnya tingkat ekonomi akan mempengaruhi tingkat partisipasi politik seseorang.Penelitian ini mengambil objek penelitian pada masyarakat di Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan yang memiliki tingkat ekonomi dan tingkat partisipasi politik yang tergolong rendah. Sebagaimana diungkapkan oleh Frank Linderfeld bahwa status sosial ekonomi yang rendah menyebabkan seseorang merasa teralienasi dari kehidupan politik dan orang bersangkutanpun akan menjadi apatis, maka penelitian ini mencoba membuktikan apakah ada hubungan tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik di Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli pada Pilgubsu 2013.
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik, maka digunakan pendekatan kuantitatif melalui uji koefisien korelasi dan analisis regresi sederhana. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-F dan uji koefisien determinasi.
Berdasarkan hasil perhitungan melalui uji koefisien korelasi menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu tingkat ekonomi (X) dan variabel terikat yaitu partisipasi politik (Y) memiliki hubungan positif dengan nilai r sebesar 0,214. Nilai ini menunjukkan adanya hubungan positif antara kedua variabel dengan tingkat keeratan yang rendah. Dari hasil analisis regresi sederhana diperoleh persamaan Y = 9,900 + 0,153X dengan nilai Fhitung adalah 4,319 dan Ftabel sebesar 3,94. Hasil ini menunjukkan analisis regresi adalah signifikan dengan nilai statistik Fhitung> Ftabel yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima, yaitu terdapat hubungan positif yang signifikan tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik. Dengan demikian, setiap kenaikan nilai variabel X yaitu tingkat ekonomi sebesar 1 kali maka partisipasi politik akan meningkat sebesar tiap 0,153 kali.
Maka dapat disimpulkan semakin tinggi tingkat ekonomi maka semakin tinggi pula tingkat partisipasi politik seseorang, demikian juga sebaliknya. Sedangkan, melalui uji koefisien determinasi diperoleh nilai 0,46 yang berarti tingkat ekonomi memiliki pengaruh sebesar 46% terhadap partisipasi politik. Selebihnya, sebesar 54% disebut sebagai variabel lain yang memiliki korelasi terhadap partisipasi politik.
ABSTRACT
RELATIONSHIP OF ECONOMIC RATE TO POLITICALPARTICIPATION
ATGOVERNOR ELECTION IN NORTH SUMATRA 2013 IN LINGKUNGAN V KELURAHAN BAGAN DELI KECAMATAN
MEDAN BELAWAN
NAME : STEVEN LEONARDO SILALAHI
NIM : 070906060
DEPARTMENT : POLITICAL SCIENCE
FACULTY : SCIENCE SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE
Political participation is one of the aspects that affect the achievement of a democratic government. One of the factors that affect the level of political participation is economic. Thus, the high and low levels of the economy will affect a person's level of political participation. This study takes the object of research in the community in Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan who have high levels economic and political participation level is low. As revealed by Frank Linderfeld that low socioeconomic status causes a person to feel alienated from the political life and the person concerned will become apathetic.This research tries to prove whether there is a relationship to the level of political participation in the economic of Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli on Pilgubsu 2013.
To determine whether there is a relationship between the level of economic to political participation , the use of quantitative approaches through correlation coefficient test and simple regression analysis. Hypothesis testing is done by using the F-test and the test of determination coefficient.
Based on calculations by the correlation coefficient test showed that the independent variable is the level of economic (X) and the dependent variable is political participation (Y) have a positive relationship with the r value of 0.214. These values indicate a positive relationship between the two variables with a low level of closeness. From the results of simple regression analysis equation Y = 9.900 + 0.153 X by Fcount was 4.319and the Ftable by 3.94. These results show a significant regression analysis is the statistical value of Fcount> Ftable which means that Ho is rejected and Ha is accepted, ie there is a significant positive relationship to the economic level of political participation. Thus, any increase in the value of the variable X is equal to 1 times the economic level, political participation will increase by 0.153 each time.
It can be concluded the higher the economic level, the higher the person's level of political participation, and vice versa. Meanwhile, the coefficient of determination obtained through the test value of 0.46, which means the level of the economy has a 46% influence on political participation. The rest, 54% is refered to as other variables that have a correlation to political participation.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan demokrasi yang dialami Indonesia mulai sejak
diterapkannyaDemokrasi Parlementer, Demokrasi Terpimpin, sampai kepada
Demokrasi Pancasila merupakan suatu perjalanan dalam rangka mencapai
demokratisasi yang ideal bagi bangsa Indonesia.Demokrasi menurut asal katanya
berarti rakyat berkuasa atau government by the people (kata Yunani, demos berarti
rakyat, kratos/kratein berarti kekuasaan).1Maka dalam pemerintahan demokrasi,rakyat memiliki peranan penting dalam urusan negara.Hal ini
memberikan suatu keleluasaan bagi rakyat Indonesia untuk memberikan
partisipasinya dalam kegiatan politik.Seperti terwujud dalam UUD 1945 pasal 28,
bahwa “kemerdekaan berserikat dan berkumpul mengeluarkan pikiran dengan
lisan dan tulisan dan sebagaimana ditetapkan oleh
Undang-Undang”.2Artinya,negara menjamin hak kolektifitas (hak bersama-sama) dalam melakukan kegiatan kolektif termasuk kegiatan politik.Namun pada kenyataannya
untuk mencapai suatu negara yang demokratis masih terasa tidak mudah untuk
diwujudkan di Indonesia, karena demokrasi sendiri menuntut banyak aspek untuk
mencapai suatu demokrasi yang ideal bagi suatu bangsa.
1
Miriam Budiarjo, Dasar – Dasar Ilmu Politik, Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Umum, 2008, hal.105.
2
Kriteria untuk mencapai suatu pemerintahan yang demokratis dan ideal
selalu menuntut berbagai hal.Salah satu yang menjadi indikator suatu
pemerintahan yang demokratis mampu kita lihat dari partisipasi politik
masyarakat tersebut.Partisipasi politik adalah keikutsertaan warga negara biasa
dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut atau mempengaruhi
kehidupannya dalam bernegara.3Partisipasi politik masyarakat adalah aspek penting dari demokratisasi di dalam sebuah negara.Unsur demokrasi itu sendiri
ditentukan oleh bagaimana kesadaran dari warga negara untuk berpartisipasi
dalam politik dan pemerintahan. Inimenjadi satu hal yang penting di dalam
konteks pemerintahan demokrasi karena rakyat sebagai pemegang kedaulatan
dalam pemerintahan adalah aktor yang paling mengetahui apa yang dibutuhkan
bagi dirinya. Kesadaran inilah yang perlu diwujudkan dalam rangka mewujudkan
partisipasi politik untuk mempengaruhi kebijakan dalam pemerintahan.
Partisipasi berhubungan dengan kepentingan-kepentingan masyarakat,
sehingga apa yang dilakukan rakyat dalam partisipasi politiknya menunjukkan
derajat kepentingan mereka. Kepentingan-kepentingan masyarakat tersebut
dipengaruhi oleh sikap politik masyarakat.Sikap politik merupakan reaksi
terhadap penghayatan objek tertentu yang bersifat politik.Munculnya sikap politik
tertentu akan dapat diperkirakan perilaku politik apa yang sekiranya akan
muncul.4Misalnya, ketidaksetujuan terhadap kebijakan pemerintah menaikkan pajak merupakan suatu sikap politik. Dengan adanya ketidaksetujuan tersebut,
3
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta : Gramedia Widya Sarana, 1992. hal.140.
4
perilaku yang diperkirakan akan muncul adalah pernyataan keberatan, protes,
ataupun unjuk rasa.
Perilaku politik merupakan hasil dari manifestasi sikap politik.Salah satu
faktor yang mempengaruhi sikap politik masyarakat adalah tingkat status sosial
ekonominya. Disamping faktor tersebut, adapun faktor-faktor lain yang
mempengaruhi, diantaranya adalahfaktor komunikasi politik, tingkat kesadaran
politik,tingkat pengetahuan masyarakat terhadap proses pengambilan keputusan,
kontrol masyarakat terhadap kebijakan publik, lingkungan, nilai budaya, dan
lain-lain.5
Status sosial ekonomi ialah kedudukan seseorang warga negara dalam
pelapisan sosial yang disebabkan kekayaan.Seseorang dengan status sosial
ekonomi yang tinggi diperkirakan akan memiliki tingkat pengetahuan politik,
minat dan perhatian pada politik, serta sikap dan kepercayaan yang tinggi pada
pemerintah.Status sosial ekonomi memiliki pengaruh dalam membentuk sikap
politik yang mendorong pandangan perilaku politik seseorang.6Pada gilirannya perilaku politik akan menentukan tindakan-tindakan masyarakat tersebut.
Tindakan-tindakan masyarakat itulah yang disebut dengan partisipasi politik.
Maka, berangkat dari status sosial ekonomi yang mempengaruhi sikap
politik masyarakat, dapat dikatakan bahwa bila status sosial ekonomi masyarakat
tinggi akan berkorelasi positif terhadap partisipasi politik masyarakat tersebut.
5
Sudjino Sastroatmodjo, op.cit., hal.7.
6
Begitu juga sebaliknya, bila status sosial ekonomi masyarakat rendah akan
berkorelasi negatif terhadap partisipasi politik masyarakat.
Seperti diungkapkan dalam penelitian oleh Frank Linderfeld, ia
menemukan bahwa faktor utama yang mendorong orang untuk berpartisipasi
dalam kehidupan politik adalah kepuasan finansial. Dalam studinya,ia juga
mengemukakan bahwa status sosial ekonomi yang rendah menyebabkan
seseorang merasa teralienasi dari kehidupan politik, dan orang yang
bersangkutanpun akan menjadi apatis. Hal ini tidak terjadi dengan orang yang
memiliki kemapanan ekonomi.7Sebaliknya, dalam penelitian yang dilakukan oleh
Lipset dan Deustch di Amerika Serikat dengan kajian perilaku warga negara
dalam pemilihan umum ditemukan suatu pola bahwa pendapatan, pendidikan, dan
status sosial merupakan faktor penting dalam proses partisipasi. Dengan kata lain,
tingkat pendapatan yang tinggi, pendidikan yang tinggi, dan status sosial yang
tinggi, cenderung mempengaruhi tingginya partisipasi politik masyarakat
tersebut.8
Pemilihan kepala daerah merupakan rekrutmen politik, yaitu penyeleksian
rakyat terhadap tokoh-tokoh yang mencalonkan diri sebagai kepala daerah baik
gubernur/wakil gubernur maupun bupati/wakil bupati atau walikota/wakil
walikota.9 Pemilihan kepala daerah merupakan bentuk dari partisipasi politik yang memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk dapat ambil bagian dalam
7
Frank Linderfeld, diambil dari Rafael Raga Maran, Pengantar Sosiologi Politik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal.156.
8
Lipset dan Deustch, diambil dari Miriam Budiarjo, op.cit., hal.9.
9
menentukan wakil-wakil mereka yang akanmelaksanakan fungsi pemerintahan.
Bila partisipasi politik bertujuan untuk mencapai kepentingan dan tujuan
masyarakat, maka pemilukada sendiri juga hendaknya menjadi wadah yang
mampu menampung partisipasi politik masyarakat agar tercapainya kepentingan
dan tujuan masyarakat tersebut.Bermaknanya pemilukada dalam rangka sebagai
wadah partisipasi politik masyarakat, menjadi indikator demokratisnya suatu
bangsa.
Hasil rekapiltulasi KPU padaPemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013
yang berlangsung 7 Maret 2013 yang lalu, menunjukkan bahwa tingkat partisipasi
pemilih sebesar 48,50 persen, dan yang tidak ikut memilih atau golput mencapai
51,50 persen.10Dilihat dari tingkat partisipasi pemilih yang belum mencapai lebih dari 50% maka rendahnya partisipasi politik di Sumatera Utaraini menunjukkan
bahwa Pilgubsu 2013 belum mampu menjadi wadah bagi masyarakat untuk
mengaspirasikan kepentingan mereka. Rendahnya tingkat partisipasi politik di
Sumatera Utara ini tentudipengaruhi oleh banyak faktor sebab tindakan-tindakan
politik masyarakat sangat dipengaruhi oleh motif-motif politik yang terbentuk
dalam menyuarakan hak pilihnya.11
Sebagaimana yang telah diuraikan di atas bahwa faktor yang
mempengaruhi partisipasi politik masyarakat salah satunya adalah tingkat status
ekonomi masyarakat tersebut.Maka dengan rendahnya tingkat partisipasi politik
10
Khairul Ikhwan, “Tingkat Golput dalam Pemilukada Gubernur/Wakil Gubernur SUMUT 2013 Lebih dari 50%”, http://news.detik.com/read/2013/03/15/203521/2195547/10/tingkat-golput-dalam-pilgub-sumut-lebih-dari-50-persen, diakses pada tanggal 7 Juni 2013.
11
masyarakat di Sumatera Utara, apakah faktor yang mempengaruhi rendahnya
tingkat partisipasi politik di Sumatera Utara disebabkan oleh rendahnya tingkat
ekonomi?Untuk itulah penelitian ini akan menjadi studi yang membuktikan
apakah ada hubungan tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat?
Dalam studi ini, peneliti mengambil salah satu objek penelitian yang berada di
Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan.Daerah ini
merupakan daerah dengan rata-rata masyarakatnya berada pada tingkat ekonomi
menengah ke bawah.Seperti kita ketahui juga bahwa daerah yang timpang secara
ekonomi juga daerah yang sarat dengan tujuan politik demi kepentingan daerah
tersebut.
1.2 Perumusan Masalah
Masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan
kenyataan.12Berdasarakan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti mengangkat objek penelitian yang berlokasi di daerah Lingkungan V Kelurahan
Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan untuk membuktikan apakah ada
hubungan tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat.Daerah tersebut
merupakan daerah yang mayoritas berada pada tingkat ekonomi menengah ke
bawah.Berdasarkan data yang diperoleh dari kelurahan bahwa jumlah masyarakat
di daerahtersebut masih berada di kategori masyarakat “prasejahtera” (keluarga
yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih dari kebutuhan dasarnya,
seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, papan, sandang, ataupun
12
kesehatan) berjumlah 1.984 keluarga dari total jumlah keluarga yang ada (3.565
keluarga). Hal ini menunjukkan bahwa ada 55,6% jumlah keluarga yang berada
pada kategori prasejahtera.13Hal ini menjadi alasan penulis dalam merumuskan masalah terkait dengan yang disampaikan oleh teori yang dipaparkan di atas
bahwa bila tingkat ekonomi rendah maka akan berbanding lurus dengan
rendahnya tingkat partisipasi politik.14
Tingkat partisipasi politik masyarakat di daerah Lingkungan VKelurahan
Bagan Deli tersebut tergolong rendah.Tercatat, bahwa hanya ada 424pemilih yang
hadir memberikan hak suaranya dari 1.151 pemilih yang terdaftarpada
Pilgubsu2013.Dilihat dari tingkat persentasenya, partisipasi masyarakat di
Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli hanya mencapai 36,8% dari jumlah pemilih
tetap.15Persentase jumlah pemilih di Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli ini tidak lebih 50% dari jumlah pemilih tetap.Hal ini masih jauh dari harapan agar
pemilukada itu sendiri mampu menjadi wadah masyarakat mengaspirasikan hak
suaranya.Rendahnya tingkat partisipasi politik di Lingkungan V Kelurahan Bagan
Deli memunculkan pertanyaan, apakah rendahnya partisipasi politik masyarakat
dipengaruhi oleh rendahnya tingkat ekonomi?Atau sebaliknya, tingginya tingkat
partisipasi politik masyarakat dipengaruhi oleh tingginya tingkat ekonomi
masyarakat?
13
Data diperoleh dari Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan, 2012.
14
Daerah Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli adalah daerah yang mayoritas masyarakatnya memiliki tingkat ekonomi menengah ke bawah.Namun, adapun sampel masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke atas yang tersebar di daerah ini yang dijadikan sebagai pembanding untuk membuktikan hipotesis. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Lingkungan V, Bapak Nazaruddin pada tanggal 19 Agustus 2013 di Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli, yang menyatakan bahwa di Lingkungan V terdapat paling tidak 10% masyarakat yang ekonominya menengah ke atas.
15
1.3 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, penulis
mencoba merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: “Apakah ada hubungan tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013 di Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli?”
1.4Tujuan Penelitian
Sebagaimana pertanyaan penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka
adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan tingkat ekonomi masyarakat
Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli terhadap partisipasi politik pada
Pilgubsu 2013,
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat ekonomi masyarakat
terhadap partisipasi politik masyarakat di Lingkungan V Kelurahan Bagan
Deli pada Pilgubsu 2013.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini secara teoritis adalah memberikan sumbangan
dalam memperkaya khasanah pengetahuan tentang partisipasi politik
masyarakat.Sedangkan secara praktis penelitian ini mampu menjadi referensi bagi
institusi ataupun masyarakat agar menjadi tolak ukur dalam memahami hubungan
1.6Kerangka Teori 1.6.1Pengertian Ekonomi
Di dalam struktur sosial kemasyarakatan banyak terdapat ukuran–ukuran
di dalam pelapisan-pelapisan yang terjadi di dalam masyarakat tersebut yang lebih
dikenal dengan istilah stratifikasi sosial.Diantaranya adalah pelapisan yang terjadi
karena kekayaan seseorang yang lebih dikenal dengan sebutan tingkat
ekonomi.Ekonomi sendiri adalah sebuah cabang ilmu sosial yang berobjek pada
individu dan masyarakat.Secara estimologis dapat diartikan,bahwa ekonomi
terdiri dari dua suku kata bahasa Yunani, yaitu oikos dan nomos yang berarti tata
laksana rumah tangga.16Untuk melihat defenisi ekonomi sendiri secara utuh yang dijelaskan oleh Rosyidi, bahwa ilmu ekonomi adalah salah satu cabang ilmu
pengetahuan yang berdaya upaya untuk memberikan pengetahuan dan pengertian
tentang gejala-gejala masyarakat yang timbul karena perbuatan manusia dalam
usahanya untuk memenuhi kebutuhannya atau untuk mencapai
kemakmuran.17Maka dapat dikatakan bahwa ekonomi secara umum mengkaji mengenai pemenuhan kebutuhan manusia dan kemakmuran manusia.Selanjutnya,
dua hal pokok dari permasalahan ekonomi tersebut, yaitu kebutuhan dan
pencapaian kemakmuran merupakan salah satu dasar di dalam pelapisan sosial
masyarakat.Dengan kata lain, semakin makmur seseorang dan semakin mampu
untuk memenuhi kebutuhannya maka semakin tinggi pula tingkat ekonomi
seseorang di dalam struktur sosial kemasyarakatan.
16
Suherman Rosyidi, Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro, Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada,1996, hal.5.
17
Berdasarkan defenisi yang diungkap oleh Silk,dia mengungkapkan bahwa
ilmu ekonomi adalah suatu studi tentang kekayaan dan merupakan suatu bagian
yang penting daripada studi tentang manusia. Hal ini disebabkan karena sifat
manusia yang telah dibentuk oleh kerjanya sehari-hari, serta sumber-sumber
material yang mereka dapatkan.18Dari defenisi di atas, terdapat satu unsur yaitu kekayaan yang menjadi ukuran di dalam studi tentang ekonomi tersebut dimana
unsur kekayaan dan sumber-sumbernya merupakan akses di dalam pemenuhan
tingkatan kebutuhan manusia.Maka, dengan adanya kekayaan pemenuhan
kebutuhanakan tercapai dimana semakin kaya seseorang maka akan semakin
tinggi kemampuannya untuk memenuhi tingkatan kebutuhannya.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa ekonomi adalah studi tentang
individu dan masyarakat yang mengkaji tentang pemenuhan kebutuhan individu
dan masyarakat yang terdiri dari berbagai hierarkis kebutuhan dan keinginan
masyarakat.Konsep dari uraian di atas, menghasilkan beberapa unsur untuk
mendukung konsep tersebut namun kesemuanya itu apabila ditelaah tetap
mengacu pada satu konsep yaitu kemampuan akses terhadap pemenuhan
tingkat-tingkat kebutuhan dan keinginan manusia yang bermuara kepada kemakmuran
seseorang.Kemampuan akses tersebut diwujudkan melalui pendapatan seseorang
dan kekayaannya yang bertujuan untuk pemenuhan berbagai tingkatan kebutuhan
dan keinginannya tersebut.Aspek-aspek yang mendukung pemenuhan kebutuhan
tersebut tergolong dalam unsur indikator penentuan tingkatan ekonomi seseorang.
18
1.6.2 Status Sosial Berdasarkan Tingkat Ekonomi
Di dalam melakukan pemisahan atau penentuan tingkatan-tingkatan atau
pelapisan status ekonomi seseorang di dalam masyarakat tidak terlepas dari
konsep sosiologis tentang terjadinya stratifikasi (pengelompokan) sosial di dalam
masyarakat.Konsep ini diperlukan dalam penelitian ini, sebagaimana konsep ini
menjelaskan tetang dasar terjadinya tingkatan-tingkatan atau lapisan-lapisan di
dalam kehidupan masyarakat.
Pengertian stratifikasi sosial itu adalah pembedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hirarkis).Perwujudannya
adalah kelas tinggi dan kelas rendah yang terdiri dari berbagai dasar bentuk
indikator dalam penentuan kelas tinggi dan rendah tersebut.19Stratifikasi sosial selalu terdapat di dalam sebuah masyarakat dimanapun masyarakat itu
berada.Artinya, setiap masyarakat selalu terdiri dari tingkatan atau
pelapisan-pelapisan di dalam struktur masyarakat itu sendiri yang menentukan posisi atau
kedudukan individu di dalam masyarakat tersebut yang didasarkan atas adanya
sesuatu yang dihargai di masyarakat.Sesuatu yang dihargai di dalam masyarakat
tersebut itulah yang tentunya sebagai sebab timbulnya sistem yang berlapis-lapis
di dalam masyarakat.Sesuatu yang dihargai di dalam masyarakat itu mungkin
sesuatu barang, mungkin berupa uang atau benda-benda bernilai ekonomis,
mungkin berupa tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan, atau mungkin juga
keturunan dari keluarga yang terhormat.
19
Sistem lapisan merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap
masyarakat yang hidup teratur.Barang yang memiliki sesuatu yang berharga
dalam jumlah yang sangat banyak dianggap masyarakat yang berkedudukan
dalam lapisan atas begitu juga sebaliknya.20Maka, bentuk-bentuk dasar di dalam lapisan masyarakat tersebut sangat beragam tetapi tetap menjurus kepada sesuatu
yang dihargai di dalam masyarakat.
Status ekonomi adalah kedudukan seseorang di dalam pelapisan
masyarakat berdasarkan pemilikan kekayaan.Faktor kekayaan tersebut dasar
penentuan pelapisan seseorang di dalam masyarakat berdasarkan status
ekonominya dan sebagai dasar di dalam menentukan tinggi rendahnya status
ekonomi individu di dalam masyarakat.Unsur-unsur yang dapat digunakan
sebagai tolak ukur dalam melihat pemilikan kekayaan seseorang individu di dalam
masyarakat, walaupun berkait dengan konsep status sosial lainnya, dapat dijadikan
indikator di dalam melihat status ekonomi seseorang di dalam masyarakat.21 Ukuran atau kriteria yang ditawarkan para ahli dalam
menggolong-golongkan anggota masyarakat berdasarkan status ekonominya dapat dipaparkan
lebih lanjut sebagai dasar di dalam melihat tinggi rendahnya ukuran kekayaan
seseorang.Berdasarkan yang diungkapkan oleh Soekanto, bahwa yang termasuk di
dalam ukuran kekayaan seseorang dapat dilihat dari bentuk rumah bersangkutan,
mobil pribadinya, cara-cara mempergunakan pakaian, kebiasaan untuk belanja
20
Ibid, hal.251.
21
barang-barang mahal.22Lalu Surbakti sendiri mengungkapkan bahwa ukuran status ekonomi seseorang dapat diketahui dari pendapatan, pengeluaran, ataupun
pemilikan benda-benda berharga dari orang tersebut.23Pemilikan benda-benda berharga yang diungkapkan oleh Surbakti adalah benda-benda yang sifatnya tidak
hanya materi tetapi juga benda-benda yang sifatnya non- materi yang dihargai di
dalam masyarakat, misalnya matapencaharian, jabatan di dalam pemerintahan,
keturunan dari keluarga yang terhormat, dan lain-lain.
Dari penjelasan yang dipaparkan di atas dapat diketahui bahwa seseorang
itu termasuk dalam status ekonomi tinggi, sedang, dan rendah dalam lapisan
masyarakat adalah berdasarkan banyak tidaknya bentuk penghargaan masyarakat
kepadanya dilihat dari kekayaan seseorang sebagai kunci akses terhadap
pemenuhan tingkatan kebutuhan dan keinginan seseorang tersebut dalam
masyarakat. Maka ukuran yang dipakai dalam penelitian ini berdasarkan pendapat
Surbakti yang dipaparkan di atas, untuk melihat tingkat ekonomi seseorang
adalah:a) penghasilan, b) pengeluaran, c) pemilikan terhadap benda-benda
berharga, dan d) pekerjaan/matapencaharian.Bedasarkan ukuran ini, maka dapat
ditetapkan seseorang berada dalam kedudukan status ekonomi tinggi, sedang, dan
rendah.
Semakin tinggi faktor-faktor di atas dimiliki seseorang, maka semakin
tinggi tingkatan status ekonominya dan sebaliknya. Adanya status ekonomi yang
berbeda akan sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam pembentukan sikap
22
Soerjono Soekanto, op.cit., hal.263.
23
politiknya dan tingkah laku politiknya yang tertuang di dalam partisipasi politik
yang dilakukan pada pemilihan kepala daerah.
1.6.3 Pengertian Partisipasi Politik
Secara umum definisi partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau
kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain
dengan jalan memilih pimpinan negara dan secara langsung maupun tidak
langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah. Berikut beberapa definisi
partisipasi politik dari beberapa ahli. Adapun pengertian partisipasi politik
menurut Michael Rush dan Philip Althoft,yaitu:
“Partisipasi politik sebagai kegiatan warga negara biasa dalam
mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan umum dan
dalam ikut serta menentukan pemimpin pemerintahan”.24
Segala kegiatan warga negara yang mempengaruhi proses pembuatan serta
pelaksanaan kebijakan umum termasuk dalam memilih pemimpin pemerintahan
dapat digolongkan sebagai kegiatan partisipasi politik. Dalam hubungan dengan
negara-negara baru Samuel P. Hunington dan Joan Nelson dalam bukunya yang
berjudul “Pembangunan Politik di Negara-NegaraBerkembang” memberi tafsiran
yang lebih luas dengan memasukan secara eksplisit tindakan ilegal dan kekerasan.
Menurut mereka partisipasi politik adalah:
“Kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang
dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah,
24
karena Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau
spontan, mantap atau sporadis, secara damai atau dengan kekerasan, legal
atau ilegal, efektif atau tidak efektif”.25
Kemudian Miriam Budiardjo mendefinisikan partisipasi politik tersebut
sebagai berikut:
“Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok untuk ikut
serta aktif dalam kehidupan politik yaitu dengan jalan memilih pemimpin
negara, secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan
negara.Kegiatan ini mencakup seperti memberikan suara pada pemilihan
umum, menghadiri rapat umum, menjadi salah satu anggota partai atau
kelompok kepentingan, mengadakan hubungan (contacting) dengan
pejabat pemerintah atau anggota parlemen dan sebagainya”.26
Dalam hal ini, Miriam Budiardjo mendefenisikan partisipasi politik
tersebut sebagai kegiatan individu atau kelompok yang bertujuan agar masyarakat
tersebut ikut aktif dalam kehidupan politik, memilih pimpinan publik atau
mempengaruhi kebijakan publik.
Berdasarkan beberapa defenisi konseptual partisipasi politik yang
dikemukakan di atas, secara substansial menyatakan bahwa setiap partisipasi
politik yang dilakukan oleh masyarakat merupakan kegiatan-kegiatan sukarela
yang nyata dilakukan, atau tidak menekankan pada sikap-sikap.Seperti kita
ketahui juga bahwa yang berperan melakukan kegiatan politik itu adalah warga
25
Samuel P. Huntington dan Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hal. 16-18.
26
negara yang mempunyai jabatan dalam pemerintahan dan warga negara biasa
yang tidak memiliki jabatan dalam pemerintahan.Dalam sistem pemerintahan,
yang berwenang membuat dan melaksanakan keputusan politik adalah
pemerintah, akan tetapi masyarakat mempunyai hak untuk mempengaruhi proses
pembuatan serta pelaksanaan keputusan yang dibuat oleh pemerintahan tersebut.27 Samuel P. Huntington dan Joan Nelson membedakan partisipasi menjadi
dua yakni: partisipasi otonom (dilakukan pribadi secara sadar) dan partisipasi
yang dimobilisasi (digerakkan).28 Apabila kegiatan partisipasi itu dilakukan oleh pelakunya sendiri, maka partisipasi tersebut dapat digolongkan kedalam
partisipasi otonom, sedangkan jika kegiatan tersebut digerakkan oleh orang lain
maka dapat dimasukkan kedalam partisipasi mobilisasi. Di tengah-tengah
perjalanan Indonesia menuju demokrasi yang ideal, masyarakat Indonesia masih
memiliki karakteristik, seperti pendidikan yang belum baik, ekonomi yang kurang
baik dan kurangnya akses informasi, membuat pola partisipasinya cenderung
dimobilisasi. Karakteristik tersebut belum mendorong masyarakat untuk
membangun suatu pola partisipasi yang mandiri.Sejak merdeka, elit-elit partai
cenderung menggunakan cara-cara mobilisasi ataupun penetrasi ke masyarakat
untuk mendukung partai politiktertentu.Demokrasi parlementer yang dinilai
memiliki ruang publik dan kebebasan politik yang memadai juga ditandai dengan
intervensi elit lokal maupun pusat untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat.
27
Sudjono Sastroatmodjo, op.cit., hal. 5-6.
28
Kemudian adapun fungsi dari partisipasi politik di antaranya dikemukakan
oleh Robert Lane, yakni sebagai sarana pemenuhan kebutuhan ekonomis,
penyesuaian diri, mengejar nilai-nilai khusus, dan pemenuhan kebutuhan
psikologis.29Bagi pemerintah, partisipasi politik dapat dikemukakan dalam berbagai fungsi. Fungsi yang pertama: partisipasi politik masyarakat untuk
mendukung program-program pemerintah. Hal ini berarti bahwa peran serta
masyarakat diwujudkan untuk mendukung program politik dan program
pembangunan. Fungsi yang kedua: partisipasi masyarakat berfungsi sebagai
organisasi yang menyuarakan kepentingan masyarakat untuk masukan bagi
pemerintah dalam mengarahkan dan meningkatkan pembangunan. Ketiga: sebagai
sarana untuk memberikan masukan, saran, dan kritik terhadap pemerintah dalam
perencanaan dan pelaksanaan-pelaksanaan pembangunan. Organisasi-organisasi
sosial kemasyarakatan (ormas) dan organisasi sosial politik (orsospol) merupakan
contoh dari fungsi politik ini.30
29
Michael Rush dan Philip Althoff, op.cit.,hal. 181-182.
30
1.6.4 Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik
Secara sederhana, Gabriel Almond membagi bentuk partisipasi politik
menjadi dua, yakni: Pertama, partisipasi secara konvensional di mana prosedur
dan waktu partisipasinya diketahui publik secara pasti oleh semua warga. Hal ini
dapat dilihat dalam bentuk pemberian suara (voting), diskusi politik, kegiatan
kampanye, membentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan, serta
komunikasi individual dengan pejabat politik dan administratif.Kedua, partisipasi
secara non-konvensional.Artinya, prosedur dan waktu partisipasi ditentukan
sendiri oleh anggota masyarakat yang melakukan partisipasi itu sendiri.Dapat
dilihat dari tindakan pengajuan petisi, berdemonstrasi, konfrontasi, mogok, tindak
kekerasan politik terhadap manusia (penculikan, pembunuhan), serta perang
gerilya dan revolusi.31
Samuel P. Huntington dan Joan Nelson membagi bentuk-bentuk
partisipasi politik tersebut menjadi:
1. Kegiatan pemilihan, yaitu kegiatan pemberian suara dalam pemilihan
umum, mencari dana partai, menjadi tim sukses, mencari dukungan bagi
calon legislatif atau eksekutif, atau tindakan lain yang berusaha
mempengaruhi hasil pemilu;
2. Lobby, yaitu upaya perorangan atau kelompok menghubungi pimpinan
politik dengan maksud mempengaruhi keputusan mereka tentang suatu
isu;
31
3. Kegiatan organisasi, yaitu partisipasi individu ke dalam organisasi, baik
selaku anggota maupun pemimpinnya, guna mempengaruhi pengambilan
keputusan oleh pemerintah;
4. Contacting, yaitu upaya individu atau kelompok dalam membangun
jaringan dengan pejabat-pejabat pemerintah guna mempengaruhi
keputusan mereka, dan
5. Tindakan kekerasan (violence), yaitu tindakan individu atau kelompok
guna mempengaruhi keputusan pemerintah dengan cara menciptakan
kerugian fisik manusia atau harta benda, termasuk di sini adalah huru-hara,
teror, kudeta, pembutuhan politik (assassination), revolusi dan
pemberontakan.32
Kelima bentuk partisipasi politik menurut Huntington dan Nelson telah
menjadi bentuk klasik dalam studi partisipasi politik.Keduanya tidak
membedakan apakah tindakan individu atau kelompok di tiap bentuk partisipasi
politik legal atau ilegal.Sebab itu, penyuapan, ancaman, pemerasan, dan
sejenisnya di tiap bentuk partisipasi politik adalahmasuk ke dalam kajian ini.
Uraian di atas memperlihatkan bahwa partisipasi politik sebagai suatu
bentuk kegiatan atau aktivitas dapat dilihat dari beberapa sisi. Sehubungan dengan
itu penelitian yang dilakukan penulis adalah menyangkut partisipasi politik atau
keikutsertaan masyarakat pemilih, dikaitkan dengan faktor sosial ekonomi di
Kelurahan Bagan Deli pada Pilgubsu 2013, maka berdasarkan pendapat yang
32
disampaikan oleh Samuel P.Hutington dan Nelson di atas, penulis mengambil
beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur partisipasi politik
masyarakat, yaitu:a) keterlibatan di dalam proses pemilukada, b) alasan dalam
memberikan hak suaranya, c) keikutsertaan seseorang dalam kampanye, dan d)
keterlibatan di dalam tim sukses salah satu kandidat.
1.6.5 Hubungan Tingkat Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik Masyarakat Untuk mencapai suatu negara yang demokratisasi maka dapat diwujudkan
dengan meningkatkan partisipasi politik warga negara tersebut.Namun, pada
kenyataannya kalau kita merujuk pada perkembangan demokratisasi pada
negara-negara dunia ketiga lebih banyak mengalami permasalahan penegakan demokrasi
khususnya, dibanding dengan negara-negara maju lainnya.Dari berbagai
penelitian yang dilaksanakan di negara dunia ketiga banyak terdapat permasalahan
rendahnya wujud demokratisasi, sehingga dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa
negara dunia ketiga adalah negara-negara yang pertumbuhan ekonomi atau tingkat
ekonominya cenderung lebih rendah dibanding dengan negara-negara maju.Hal
ini diperjelas lagi oleh pendapat Lipset dan Lerner bahwa adanya hubungan yang
positif antara pembangunan ekonomi dan demokrasi juga hubungan antara
modernisasi sosio-ekonomi dengan partisipasi politik.33
Tingkat ekonomi suatu negara menjadi faktor atau variabel penentu di
dalam mewujudkan sebuah negara yang demokratis.Perwujudan demokrasi di
dalam sebuah negara ditentukan oleh bagaimana keterlibatan rakyat di dalam
33
pemerintahan sebuah negara. Hal ini akan mengacu pada partisipasi politik
masyarakat, bahwa semakin tinggi partisipasi politik masyarakat maka akan
semakin baik wujud demokratisasi di negara tersebut. Seperti yang diungkapkan
oleh Sastroatmodjo, bahwa partisipasi politik merupakan aspek penting dalam
sebuah tatanan negara demokrasi.34 Maka dapat diartikan bahwa faktor utama perwujudan demokrasi di dalam sebuah negara adalah partisipasi warganya di
dalam proses politik di negara tersebut. Pada gilirannya tingkat kemakmuran
sebuah negara akan mempengaruhi warga negaranya untuk berpartisipasi di dalam
proses politik yang akan berdampak demi terwujudnya demokratisasi.
Dalam konteks mikro, tingkat ekonomi masyarakat akan mempengaruhi
tingkat partisipasi politik masyarakat tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat
Samuel P. Huntington yang menyatakan bahwa terdapat korelasi antara
pembangunan sosial dengan partisipasi politik, dan tingkat status sosial ekonomi
masyarakat.Mereka yang berpendidikan lebih tinggi, berpenghasilan lebih besar,
dan mempunyai status pekerjaan yang lebih tinggi biasanya lebih partisipatif
daripada mereka yang miskin dan tidak berpendidikan.35Selain itu ditegaskan juga oleh Surbakti, bahwa seseorang yang memiliki status sosial dan status ekonomi
yang tinggi diperkirakan tidak hanya memiliki pengetahuan politik, tetapi juga
mempunyai minat dan perhatian pada politik, serta sikap dan kepercayaan pada
pemerintah. Sebaliknya masyarakat yang miskin dalam sumber-sumber ekonomi
akan mengalami kesukaran untuk memenuhi tuntutan dan harapan masyarakatnya
34
Sudjino Sastroatmodjo, op.cit.,hal.67.
35
yang akan menyebabkan timbulnya frustasi dan keresahan yang pada gilirannya
melumpuhkan demokrasi.36 Maka dari ungkapan tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat ekonomi seseorang berkorelasi dan sebagai salah satu variabel yang
menentukan terwujudnya partisipasi politik seseorang tersebut di dalam proses
politik.
1.7Kerangka Konsep
Salah satu aspek yang perlu diwujudkan dalam mencapai pemerintahan
yang demokratis adalah partisipasi politik.Partisipasi politik adalah tindakan
politik yang berasal dari manifestasi sikap politik.Sikap politik adalah suatu reaksi
terhadap penghayatan objek tertentu yang bersifat politik.Maka, partisipasi politik
ditentukan oleh banyak aspek yang mempengaruhinya.Salah satunya adalah aspek
ekonomi. Aspek ekonomi masyarakat selanjutnya,akan membangun suatu
pengetahuan politik, minat dan perhatian pada politik, serta sikap partisipatif atau
apatisnya masyarakat terhadap pemerintah. 37
Aspek ekonomi di dalam masyarakat terdiri dari tingkatan-tingkatan dan
kelas.Tingkatan-tingkatan dan kelas ini yang disebut dengan status
ekonomi.Status ekonomi merupakan kedudukan seseorang di dalam pelapisan
masyarakat berdasarkan kepemilikan kekayaan.Kepemilikan kekayaan bisa
bersifat materi (rumah, tabungan, harta benda, dan lain-lain) dan juga bersifat non
materil (misalnya, pekerjaan, jabatan, tingkat pendidikan, dan lain-lain).
36
Ramlan, Surbakti, op.cit., hal.144,232.
37
Status ekonomi seseorang mempengaruhi sikap politik masyarakat yang
bisa apatis ataupun partisipatif dalam partisipasi politiknya.Frank Linderfeld
mengungkapkan bahwa status ekonomi yang rendah menyebabkan seseorang
cenderung apatis dalam berpolitik.38Sebaliknya, Lipset dan Deutsch berpendapat bahwa tingkat pendapatan yang tinggi, pendidikan yang tinggi, dan status sosial
yang tinggi, cenderung memepengaruhi tingginya partisipasi politik masyarakat
tersebut.39Dengan demikian, dapat diketahui adanya hubungan antara tingkat ekonomi dengan partisipasi politik masyarakat.
Secara skematis kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Gambar 1.1 : Kerangka Konsep
Variabel Bebas (X) Variabel Terikat (Y)
Sumber: diolah dari berbagai sumber
Pada Gambar 1.1 kerangka konsep dapat dilihat variabel bebas, tingkat ekonomi
yang disebut variabel (X) yang terdiri dari sub variabel, yaitu:a) pendapatan, b)
pengeluaran, c) kekayaan, dan d) pekerjaan yang akan dianalisis untuk melihat
38
Rafael Raga Maran, op.cit., hal. 156.
39
Miriam Budiarjo, op.cit., hal.9
r
Keterlibatan dalam proses
kegiatan pemilukada
Alasan pemilih memberikan
hak suaranya
Keterlibatan dalam kampanye
pengaruhnya melalui metode statistik terhadap variabel terikat, partisipasi politik,
yang disebut variabel (Y), meliputi: a) keterlibatan dalam proses pemilukada,
b)alasan pemilih memberikan hak suaranya, c) keterlibatan dalam kampanye, dan
d) keterlibatan dalam tim sukses.
1.8 Hipotesis
Hipotesisadalah kesimpulan sementara terhadap perumusan
masalah.Hipotesis yang baik harus memenuhi dua kriteria, pertama hipotesis
harus menggambarkan hubungan antara variabel, kedua hipotesis harus
memberikan petunjuk bagaimana pengujian hubungan tersebut.40Maka, penulis merumuskan hipotesa dalam penelitian ini, bahwa tingkat ekonomi berkorelasi positif terhadap partisipasi politik masyarakat.
Untuk menguji hipotesis pada penelitian ini, dibutuhkan dua alternatif
hipotesis untuk dirumuskan, maka untuk memenuhi syarat pengujian tersebut
penulis merumuskannya sebagai berikut:
Ho :r = 0 (tidak terdapat hubungan linier signifikan antara tingkat ekonomi
terhadap partisipasi politik masyarakat)
Ha :r ≠ 0 (terdapat hubungan linier signifikan antara tingkat ekonomi terhadap
partisipasi politik masyarakat).
40
1.9 Metode Penelitian
1.9.1 Bentuk dan Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, dengan
format penelitian eksplanasi yaitu penelitian yang ingin melihat hubungan atau
korelasi diantara dua variabel yaitu variabelbebas dan variabel terikat.41 Sebagai variabel bebas (variabel independen) adalah tingkat ekonomi dan variabel terikat
(variabel dependen) adalah partisipasi politik yang akan diuji dengan rumus
statistik.
1.9.2 Lokasi Penelitian
Dalam menganalisis penelitian ini, maka peneliti melakukan penelitian di
tempat yang berlokasi di Lingkungan V, Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan
Medan Belawan, Medan Kota, Provinsi Sumatera Utara.
1.9.3 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari.42Adapun populasi dalam penelitian ini adalah pemilih yang terdaftar dalam Pilgubsu 2013 yang berdomisili di Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli,
Kecamatan Medan Belawan.
41
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, Surabaya: Airlangga University Press, 2001, hal.51.
42
1.9.4 Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.43 Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini, penulis menggunakan rumus Taro Yamane, yaitu:
N = N
N.d2 + 1 ………44
Keterangan:
n= Jumlah Sampel
N= Jumlah populasi
d2= Presisi (tingkat kesalahan penarikan sampel ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 90%)
Adapun jumlah populasi pemilih yang terdaftar dalam Pilgubsu 2013 di
Lingkungan V Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan berjumlah 1.151
orang.
Dari rumus diatas, maka jumlah sampel yang akan diambil adalah:
1151
N = = 92,00 1151 × (0,1)2 + 1
Dengan demikian jumlah responden yang dijadikan obejek penelitian ini
adalah 92 orang.
43
Ibid,
44
1.10Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data yang akan digunakan dalam melakukan
penelitian ini, penulis menggunakan metode, yaitu:
a. Observasi: mengadakan pengamatan langsung untuk memperoleh gambaran
nyata mengenai situasi kondisi sosial dari lokasi yang diteliti,
b. Studi Dokumentasi: meneliti bahan-bahan tulisan dan dokumen kelurahan,
c. Kuesioner tertutup (penyebaran angket): menyebarkan daftar pertanyaan yang
akan ditanyakan kepada responden. Dalam menyebarkan angket penulis
mengunjungi beberapa titik kumpul masyarakat yang tersebar di lokasi
penelitian, misalnya warung, persimpangan jalan, dan tempat peristirahatan
nelayan.
1.11Defenisi Konsep
Konsep adalah unsur penelitian yang terpenting dan merupakan defenisi
yang dipakai oleh para peneliti untuk menggambarkan secara abstrak suatu
fenomena sosial ataupun fenomena alami.Agar tidak menimbulkan kekaburan dan
kesalahan di dalam pengertian konsep yang dipergunakan, maka perlu ditegaskan
batasan-batasan yang dipergunakan dalam tulisan ini.Adapun defenisi konsepyang
dikemukakan disini adalah sebagai berikut.
1.11.1 Status Ekonomi
Tingkatan stratifikasi sosial atau pelapisan sosial kemasyarakatan yang
didasarkan pada penghargaan kepada seseorang di dalam masyarakat dilihat dari
tingkatan-tingkatan kebutuhan dan keinginan manusia yang dipandang di dalam masyarakat,
artinya semakin tinggi penghargaan masyarakat terhadap seseorang dilihat dari
kekayaan seseorang tersebut, maka akan semakin tinggi pula tingkat ekonomi atau
status ekonominya di dalam masyarakat tersebut.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan 4 subvariabel dalam
menentukan status atau tingkat ekonomi seseorang, yaitu: pendapatan,
pengeluaran, matapencaharian/pekerjaan, dan kepemilikan barang berharga. Dari
keempat subvariabel ini akan diklasifikasikan lagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
tingkat ekonomi atas, tingkat ekonomi menengah, dan tingkat ekonomi bawah.
1.11.2 Partisipasi Politik
Kegiatan, keterlibatan, keikutsertaan seseorang warga negara biasa secara
sukarela yang dilakukan secara legal di dalam proses momen politik tertentu yang
diantaranya bertujuan untuk melakukan pemilihan terhadap penguasa atau pejabat
pemerintahan baik ditingkat pusat maupun daerah (lokal) secara langsung maupun
tidak langsung.Penulis menggunakan 4 subvariabel dalam menjabarkan partisipasi
politik, yaitu: a) keterlibatan dalam proses kegiatan pemilukada, b) motif/alasan
dalam memilih, c) keterlibatan dalam kampanye, dan d) keterlibatan dalam tim
sukses.
1.12 Defenisi Operasional
Definisi operasional ialah suatu definisi mengenai variabel yang
dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat
indikator-indikator yang dapat diukur. Dalam penelitian ini yang menjadi defenisi
operasional adalah:
1. Variabel X (variabel bebas) atau variabel pengaruh (independent variable)
adalah variabel penyebab yang diduga, terjadi lebih dahulu. Tingkat status
sosial ekonomi masyarakat (individu) yang diukur dalam penelitian ini
dijelaskan dalam beberapa indikator,yaitu:
a. Tingkat pendapatan, tingkat pendapatan merupakan perolehan materi/imbal
hasil yang diperoleh masyarakat dari hasil pekerjaan tetap dan pekerjaan
tambahan/sampingan.
b.Tingkat pengeluaran (pemenuhan kebutuhan), tingkat pengeluaran yang
dibahas dalam penelitian ini adalah besaran daya beli masyarakat untuk
memenuhi kebutuhannya.
c. Tingkat kekayaan (pemilikan benda berharga), tingkat kekayaan yang
dimaksud adalah berkait dengan pemilikan benda-benda berharga, seperti:
rumah, mobil, tabungan, dan lain-lain.
d. Mata pencaharian/pekerjaan, yang dimaksud dengan mata
pencaharian/pekerjaan dalam penelitian ini adalah seberapa besar mata
pencaharian/pekerjaan, baik itu pekerjaan tetap dan pekerjaan sampingan
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
2. Variabel Y (variabel terikat) atau variabel terpengaruh (dependent variable)
adalah variabel akibat yang diperkirakan terjadi kemudian. Partisipasi politik
a. Keterlibatan dalam kegiatan pemilukada. Keterlibatan dalam kegiatan
pemilukada pada penelitian ini dilihat dari keaktifan seseorang dalam
mengikuti kegiatan pemilukada, intensitas seseorang dalam membicarakan
perihal pemilukada, dan kehadiran seseorang di lokasi TPS (Tempat
Pemungutan Suara) untuk melakukan pencoblosan/pemilihan. Sehingga
dengan demikian dapat diketahui partisipasi seseorang dalam pemilukada.
b.Motif/alasan pemilih memberikan hak suaranya pada pemilukada,
motif/alasan pemilih memberikan hak suaranya dalam penelitian ini dapat
berupa: ikut-ikutan, dimobilisasi oleh orang lain, inisiatif pribadi menyadari
hak sebagai warga negara, atau keinginan untuk memperoleh suatu iklim
pemerintahan yang lebih baik.
c. Keterlibatan dalam kegiatan kampanye, keterlibatan dalam kampanye yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah seberapa aktif masyarakat mengikuti
kampanye suatu kandidat gubernur/wakil gubernur yang akan dipilih.
d.Keterlibatan di dalam tim sukses salah satu kandidat, keterlibatan
masyarakat di dalam tim sukses dalam penelitian ini mengindikasikan
seberapa terlibat dan aktifnya masyarakat dalam keseluruhan kegiatan tim
sukses tersebut.
Defenisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2.
Tabel 1.1:
Operasional Variabel Untuk Variabel X (Tingkat Ekonomi) Variabel Defenisi
Operasional
Subvariabel Indikator Tingkat
2.Pengeluaran Di atas Rp.2.500.000,
Rp.1.500.000
-Rp.2.500.000,
Di bawah Rp. 1.500.000
3. Tingkat Kekayaan
Mempunyai tabungan
Status rumah tempat
tinggal
Struktur rumah tempat
tinggal
Memiliki alat-alat rumah
tangga, seperti: TV, DVD player, mesin cuci, lemari es, komputer, dan lain-lain.
Memiliki kendaraan
bermesin, seperti: mobil, boat, sepeda motor 4. Pekerjaan Jenis pekerjaan yang
ditekuni
Kemampuan pekerjaan yang
ditekuni untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari