• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program pengembangan agroindustri pengelolaan minyak kelapa sawit dalam menunjang perekonomian kota Dumai Provinsi Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Program pengembangan agroindustri pengelolaan minyak kelapa sawit dalam menunjang perekonomian kota Dumai Provinsi Riau"

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)

, .

I

-

ZAFRUL ILYAS, Dampak Agroindustri Pengolahan Minyak Kelapa Sawit 1-

p p p r! Terhadap Perekonomian Kota Dumai, dibawah bimbingan Anny Ratnawati

b u u b

a 3 3 3 sebagai ketua komisi dan Lusi Fausia Eabagai anggota.

z s s z

Hampir semua CPO dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit yang berada di Propinsi Riau dan sebagian Propinsi Sumatra Utara diekspor melalui Pelabuhan Dumai dengan rata-rata nilai ekspor setiap tahun 2,9 juta ton, Untuk meningkatkan nilai tambah dari CPO sejak tahun 1995 Pemerintah Kota Dumai mengembangkan industri hilir dari CPO tersebut, akan dapat meningkatkar! perekonomian Kota Dumai disamping itu dapat meyerap tenaga kerja.

Kajian ini bertujuan ~ n t u k menganalisis profil agroindustri pengolahan @nyak kelapa sawit, menganalisis dampak terhadap perekonomian dan

menganalisis distribusi pendapatan masyarakat, P)

x Metoda kajian untuk profil agroindustri pengolahan minyak kelapa sawit eemakai teori basis kuoesion lokalisasi, kuoesien spesialisasi, indeks material Wdangkan untuk dampak terhadap perekonomian menggunakan efek ggnggandaan pendapatan dan kerja, adapun distribusi pendapatan memakai gdek gini ratio.

Data yang dipergunakan adalah data primer dan data sekunder dengan &engambil sampel masyarakat di sekitar lokasi agroindustri pengolahan minyak &wit Kota Dumai secara random sebanyak seratus lima puluh kepala keluarga.

Hasil kajian menunjukkan profil agroindustri pengolahan minyak kelapa Qwit merupakan sektor basis, berorientasi ke pasar menyebar pada Jua Fcamatan dan tidak ada spesialisasi produksi. Sedangkan dampak terhadap erekonomian Kota Dumai adalah positif mempunyai efek penggandaan endapatan terhadap daerah sebesar 27,02 dan efek penggandaan tenaga kerja gebesar 1,51 dengan pertumbuhan kesempatan kerja sebesar 4,60%. Adapun dstribusi pendapatan masyarakat baik kerena nilai indeks gini ratio (IGR) &besar 0,44.

(2)

PROGRAM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI

PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT

DALAM MEWNJANG PEREKONOMIAN KOTA DUMA1 PROPINSI RIAU

%q

?

ZAFRUL ILYAS

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHlR DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini

s a p

menyatakan bahwa tugas akhir Program Pengembangan Agroindustri Pengolahan Minyak Kelapa Sawit dalam Menunjang Perekonomian Kota Durnai Propinsi Riau. Adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tifiggi nlatiG pun. Sun~ber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbikan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam dafiar pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.

Bogor, November 2005

(4)

ZAFRUL ILYAS, Dampak Agroindustri Pengolahan Minyak Kelapa Sawit Terhadap Perekonomian Kota Dumai, dibawah bimbingan Anny Ratnawati sebagai ketua komisi dan Lusi Fausia Ssbagai anggota.

Hampir semua CPO dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit yang berada di Propinsi Riau dan sebagian Propinsi Sumatra Utara diekspor melalui Pelabuhan Dumai dengan rata-rata nilai ekspor setiap tahun 2,9 juta ton, Untuk meningkatkan nilai tambah dari CPO sejak tahun 1995 Pemerintah Kota Dumai mengembangkan industri hilir dari CPO tersebut, akan dapat meningkatkar! perekonomian Kota Dumai disamping itu dapat meyerap tenaga kerja.

Kajian ini bertujuan ~ n t u k menganalisis profil agroindustri pengolahan minyak kelapa sawit, menganalisis dampak terhadap perekonomian dan menganalisis distribusi pendapatan masyarakat,

Metoda kajian untuk profil agroindustri pengolahan minyak kelapa sawit memakai teori basis kuoesion lokalisasi, kuoesien spesialisasi, indeks material sedangkan untuk dampak terhadap perekonomian menggunakan efek penggandaan pendapatan dan kerja, adapun distribusi pendapatan memakai indek gini ratio.

Data yang dipergunakan adalah data primer dan data sekunder dengan mengambil sampel masyarakat di sekitar lokasi agroindustri pengolahan minyak sawit Kota Dumai secara random sebanyak seratus lima puluh kepala keluarga.

Hasil kajian menunjukkan profil agroindustri pengolahan minyak kelapa sawit merupakan sektor basis, berorientasi ke pasar menyebar pada Jua kecamatan dan tidak ada spesialisasi produksi. Sedangkan dampak terhadap perekonomian Kota Dumai adalah positif mempunyai efek penggandaan pendapatan terhadap daerah sebesar 27,02 dan efek penggandaan tenaga kerja sebesar 1,51 dengan pertumbuhan kesempatan kerja sebesar 4,60%. Adapun distribusi pendapatan masyarakat baik kerena nilai indeks gini ratio (IGR)

sebesar 0,44.

(5)

O Hak Cipta mflik Zafntl Ilyas, Tahun 2006 Hak Cipta dilindungi

(6)

PROGRAM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI

PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWlT

DAMM MENUNJANG PEREKONOMIAN KOTA DUMA1

PROPlNSl RlAU

ZAFRUL ILYAS

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Manajemen Pembagunan Daerah

SEKOLAHPASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

Judul Tugas Akhir

:

Program Pengembangan Agroindustri Pengolahan Minyak

Kelapa Sawit dalarn Menunjang Perekonomian Kota Dumai

Propinsi Riau

Nama

:

Zafrul Ilyas

NIM

:

A.015GlGi25

DISETUJUI

KOMISI PEMBIMBING

Dr. Ir. Annv Ratnawati. MS

K e t u a

U

Ir. Lusi Fauzia, I d ~ c

A n g g o t a

Ketua Program Studi

(8)

PRAKATA

Penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, kerena akhirnya Tugas Akhir ini dapat diselesaikan. Kajian ini adalah sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah Sekolah Pascasa jana Jnstitut Pertaniaan Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besamya terutama kepada B a p a ~ cr.ii. Y u s ~ a r : Syaiikat &.Ec selakii keiua program stuai Manejemen Pembangunan Daerah yang memberikan perhatian cukup besar dan berbagai pengarahan selama penulis mengikuti Pendidikan Pascasarjana. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Ibu Dr.lr. Anny Ratnawati. MS, sebagai ketua pembimbing dan Ibu Ir. Lusi Fausia M.Ec, sebagai anggota pembimbing yang telah membimbing dan memberikan masukan kepada penulis sejak penyusunan dan pembuatan proposal saat penuiisan awal sampai penyelesaian tugas akhir ini

.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah rnembantu penyelesaian penelitian ini baik selama melakukan penelitian di lapangan (Kota Dumai) mau pun selama penulisan dan penyelesaian tugas akhir di Bogor.

Akhirnya peneliti berharap semoga hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan yang berrnanfaat bagi pembaca.

Bogor, November 2005

(9)

Penulis dilahirkan di Desa Airtiris, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar Propinsi Riau pada tanggal 3 Maret 1954 dari pasangan H.llyas Majid dan H. Rahmia, Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 1964 di Airtiris, Kabupaten Kampar Propinsi Riau. Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Menegah Pertama (SMP) di Kabupaten Kampar tahun 1968, dan menyelesaikan Sekolah Menegah Atas (SMA) di Kota Bangkinang pada tahun 1973, serta menyelesaikan pendiaikan Strata Satu, Sajana Perkebunan pada Sekolah Tinggi Perkebunan Yogyakarta pada tahun 1980.

(10)

DAFTAR

IS1

...

DAFTAR TABEL iii

...

DAFTAR GAMBAR iv

...

DAFTAR LAMPIRAN v

I

.

PENDAHULUAN

...

1 1

.

1. Latar Belakang

...

1

...

1.2. Perumusan Masalah 4

...

1.3. Tujuan Kajian 5

...

1.4. Manfaat Kajian 5

...

II

.

TINJAUAN PUSTAKA 6

...

2.1 Pengembangan Agroindustri 7

2.2 PerekonomianWlayah

...

8 2.3 Pengembangan Ekonomi Daerah

...

9

IV

.

METODA KAJIAN

...

...

4.1

.

Lokasi Kajian

4.2. Pengumpulan dan Jenis Data

...

...

4.3. Analisa Data

...

4.3.1 Kuosien Lokasi

...

4.3.2 Kuosien Lokalisasi

...

4.3.3 Kuosien Spesialisasi

4.3.4 lndeks Material (Bahan Baku)

...

4.3.5 Angka Penggandaan (Multiplier) dan Penggandan

Tenaga Kerja

...

4.3.6 Pertumbuhan Kqsernpatan Kerja

...

4.3.7 Penggadaan (Multiplier) dan Efek Penggandaan

(Efek Multiplier) Pendapatan

...

...

4.3.8 Distribusi Pendapatan

V

.

DlSKRlPSl WlLAYAH DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DUMA1

...

24

...

5.1. Keadaan Fisik Wilayah Dumai 24

5.2. Keadaan Ekonomi

...

25

...

5.3. Keadaan Demografi 27

5.4. Profil lndustri

...

30 5.5. Kebijakan Tata Ruang

...

33 5.6. Kebijakan Pengembangan Agroindustri Pengolahan

...

Minyak Kelapa Sawit 36

(11)

5.6.2 Prioritas Daerah ...

5.6.3 Program dan Kegiatan Prioritas Daerah ... ...

V1

.

HASlL DAN PEMBAHASAN

...

6.1

.

Hasil Kajian

...

6.2. Analisa Profil Agroindustri Pengolahan Minyak Kelapa Sawit

...

6.2.1. Kucisien Lokasi (LQ)

...

6.2.2. Kuosien Lokalisasi

...

6.2.3. Kuosien Spesialisasi

...

6.2.4. FaMor Bahan Baku

6.3. Agroindustri Pengolahan minyak Kelapa Sawit

Terhadap Perekonomian Kota Dumai

...

6.3.1. Penggandaan daii Perkumbuha!? Kessmpa?=n

Keda

...

6.3.2. Penggandaan (Multiplier) dan Efek Pendapatan

(multiplier) Pendapatan

...

...

6.3.3. Distribusi Pendapatan

...

VII

.

RANCANGAN PROGRAM PEGEMBANGAN KOMODlTl CPO

7.1. Konsep Dasar Pengembangan Agroindustri

...

...

7.1

.

1 Upstream Agribisnis

...

7.1.2 Downstream Agribisnis

...

7.1.3 Supporting Institution

7.2. Program Pengembangan Agroindustri Hilir

...

7.2.1. Sosialisasi Program Pengembangan

...

7.2.2. Aplikasi Pengembangan Program

...

...

VIII

.

KESIMPULAN DAN SARAN

...

8.1 Kesimpulan

8.2 Saran

...

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman 1

.

Jumlah Produksi lndustri Pengolahan Besar dan Menengah di Kota

Dumai Berdasarkan Tahun 2000

...

2 2

.

Nama Kecamatan

.

Kelurahan dan Jumlah Sampel Kajian

...

I 6 3

.

Tujuan. Jenis dan Sumber Data. Metode Analisis dan Output Kajian

Agroindustri Pengolahan Minyak Kelapa SawIt

...

17 4

.

Jumlah Kecamatan. Desa RWlRK dan RT Tahun 2001 di Kota

Dumai

...

24 5

.

Laju Pertumbuhan PDRB Dumai Tahun 1998-2001

...

25 6

.

Distribusi Presentase PDRB Dumai Tahun 1998-2001

...

26 7

.

Banyak Penduduk Kota Dumai Menurut Kecamatan Atas Dasar

Sensus Penduduk Tahun 1999-2000

...

27

...

8

.

Presentase Penduduk Menurut Mata Pencaharian 28 9

.

Jurniah Penduduk. Tenaga Kerja dan Tenaga Kerja lndustri di Kota

Dumai Tahun 1998-2001

...

29 10

.

Jumlah lndustri Berdasarkan Kelompok lndustri di Kota Dumai Tahun

1998-2001

...

30 11

.

Pertumbuhan Perusahaan. Tenaga Kerja Output lndustri Tahun

1998-2001 (%)

...

30 12

.

Jumlah Bahan Baku Yang Diolah Agroindustri Pengolahan Minyak

...

Kelapa Sawit Tahun 1999 -2002 31

13

.

Jumlah Produksi Agroindustri Pengolahan Minyak Kelapa Sawit Tahun 1999

.

2002

...

31

...

14

.

Jumlah Ekspor CPO dan Turunannya Melalui Pelabuhan Dumai

32

...

15

.

Rencana Pembagian ClVilayah Kota Dumai 33

16

.

Jumiah Perusahaan Ilndustri di Kota Dumai Menurut Jenis Usaha Tahun 2001

...

38 17

.

Jumlah lndustri Pengolahan Besar dan Menegah di Kota Dumai

Berdasarkan Klasifikasi Kelompok lndustri Tahun 2002

...

39 18

.

Jumlah Tenaga Kerja lndustri Pengolahan Besar dan Menegah di

Kota Dumai Berdasarkan Klasifikasi Kelompok lndustri Tahun 2002

..

41

...

.

19 Kuosieon Lokasi (LQ) lndustri Kota Dumai Tahun 2002 41

...

.

(13)

21

.

Kuosien Spesialisasi lndustri Kota Dumai Tahun 2002 ... 45 22. Nilai lndeks Material Berdasarkan Klasifikasi Kelompok lndustri

Tahun 1999

-

2002 di Kota Dumai ... 43

23. Nilai Efek Multiplier Tenaga Kerja Sektor lndustri Kota Dumai Tahun 2002

...

47 24. Analisis Efek Multiplier Pendapatan Jangka Pendek Agroindustri

Perkebunan Dumai Tahun 2002

...

49 25. Pendapatan Rata-Rata Penduduk di Daerah Agroindustri
(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 . Proses Agroindustri

...

7

...

2

.

Segi Tiga Weber 10

...

3

.

Alur Kerangka Kajian 15

5

.

Kuna Pendapatan Masyarakat di Sekitar Agroindustri Minyak Kelapa Sawit

...

52 6

.

Keterkaitan Antar Klaster dalam Sektor lndustri CPO sebagai

...

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halarnan

1. Peta Lokasi Kota Durnai

...

67

2. Analisis Kuoesion Lokasi Agroindustri Miilyak Knlapa Sawit Kota Duma!

...

68

3. Analisis Kuoesion Lokalisasi ( Penyebaran ) Lokasi Agroindustri Minyak Kelapa Sawit

... ...

70

4. Analisis Kuosieon Kuoesion Spesialisasi Agroindustri Minyak Kelapa Sawit Kote Dumai

...

72

5. Jumlah Bahan Baku (Input) dan Produksi (Output) Perkebunan Per Kecarnatan Tahun 1999 sld 2002 Kota Durnai

...

73

6. Nilai lndeks Material Agroindustri Pengolahan Minyak Kelapa Sawit

..

74

7. Jumlah Bahan Baku (Input) dan Produksi (Output) dalam Rupiah Agroindustri Kehutanan per Kecamatan Tahun 1999 sld 2002 Kota Dumai

...

75

8. Penggandaan dan Perturnbuhan Kesempatan Kerja

...

76

9. Analisa Efek Multiplier Pendapatan Agroindustri Kota Dumai

...

..

....

77

10. lndeks Gini ratio Distribusi Pendapatan rnasyarskat

...

78
(16)

I.

PENDAHULUAN

1 .I. Latar Belakang

Berbagai kerjasama ekonomi yang mengarah pada liberalisasi

perdagangan sepetti AFTA (tingkat Asia Tenggara), APEC (tingkat Asia Pasifik)

serta WTO (tingkat dunia)-masih menghadapi iantangan besar karena fenomena

asimetri yang dilakukan negara-negara maju. Perdagangan internasional tentu

saja tidak hanya sekedai pergerakan barang dan jasa karena perbedaan

keuntungan komparatif di negara-negara yang ada di dunia, melainkan juga

hubungan diplomasi serta pergaulan ekonomi dan politik antar negara.

Perdagangarl intemasional secara teoritis dapat menciptakan nilai tambah bagi

negara peserta, untuk memperbaiki tingkat pertumbuhan ekonomi dan

kesejahteraan warganya.

Pe rjanjian AFTA yang merupakan perdagangan bebas antar negara

ASEAN merupakan perjanjian yang paling cepat diimplementasikan, yaitu tahun

2003, bahkan untuk beberapa komoditas tertentu telah dilakukan sejak tahun

2002.

Dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, Indonesia termasuk

negara yang lambat dalam perkembangan. Dengan demikian sektor industri yang

berbasis produk pertanian harus dikembangkan lebih jauh dengan pertimbangan

bahwa kontribusi sektor pertanian sangat dominan dalam pembentukan produk

domestik bruto. Di sisi lain dari perkembangan global yang terjadi saat ini,

pembangunsn daerah harus dilakukan sesuai dengan kemampuan daerah itu

sendiri, dalam bentuk keunggulan komparatif dan sekaligus kompetitif teihadap

produk yang dihasilkan.

Salah satu sektor perekonomian yang mendapat perhatian dalam dekade

ini adalah sektor industri pengolahan yang berbasis pertanian dan terbukti dalam

masa krisis ekonomi sektor tersebut mampu cukup bertahan dalam goncangan

ekonomi. Di samping itu sektor industri yang berbasis pertanian sangat berkaitan

langsung dengan pembangunan wilayah.

Demikian pula di Kota Dumai pada saat ini telah banyak muncul berbagai

industri kecil, menengah dan besar tidak terkecuali industri yang yang mengolah

hasil pertanian, khususnya agroindustri perkebunan yang mengolah bahan baku

(17)

datm menun+ng e k s p non migas. Haf ini tertihat &Fi. jumtah ekspor CP3 dan produk tunrnanrrya serta industri ksyu dan sejenisnya dimma pada

tatrun

1999 sampai dengan 2002, idustri tersebut mengalami pertmiwhan yang relatif baik. Pada Tabd 1 dapat dWat perkembangan produksi industri pc3ngiW%an di Kota Durnai.

Tabel 1. Jumlah Produksi lndustri Pengolaban Besar dan Menengah di Kota Dumai EWdasarkan Tahun 2002

i I I I 1

Sumber : Dinhutbun Dumai d a h BPS Kota Durnai Tahun 2002

I

No

/-

1

Dari Tabel 1 di atas terlihat bahwa industri pengolahan CPO mengalami

perkcmhgan

.lyang rdatif baik jika

dtbandingkan

industri pengdahan kayu. Hal ini disebabkan oleh semakin menurunnya produksi Mi hutan industri yang ada di wikyah Kota Dumai.

Kehadiran industri ini tidak hanya berperan dalam ekspor, disamping itu juga menciptakan nilai tambah industri dan perluasan lapangan kerja di Kota Dumai. Hasil sensus penduduk tahun

2000,

jumlah penduduk kota Dumai bequmbh 174.706 j h

dengan

rincian bahwa

sebesru

65.663

jiwa merupakan

angkatan keja

atau

s e k k 37,58 persen. Dari

@ah

angkatan kerja tersebut, yang bekerja sebesar 58.858 jiwa atau 89.63 persen sedangkan yang

rnencari

pekerjaan sebanyak

6.805

orang atau 10.37 persen. Jwnlah tenaga kerja

y m g

terserap

pada

industri

pengolahan

besar &n

menengah

yang berbasis pada sektor pertanian ini sekitar 1.685 jiwa atau s e k i 19.12 persen dari total tenaga kerja industri di Kota Dumai.

Secara umum perkembangan

sektor

industri dapat rnengakibatkan te rjadinya kesenjangan ekonomi, disamping kemajuan yang telah dicapai. Untuk itu dalarn meningkatbn peranan industri di Kata Dumai perhatian pada pembukaan tapangan keja dan rneningtratkan efrspor

dan

nitai tarnbatr dari industri tersebut perhr mendapat perhatian.

Tahun 1999

Prduksi lndustri Pengoiahan

. -

CPO (ton)

f

Kayu

(M3)

(18)

Saragih (2000) mengemukakan bahwa dengan adanya globalisasi ekonomi, memungkinkan terjadinya aliran faktor produksi seperti tenaga kerja, modal atau keunggulan faktor sumber daya bawaan negqra lain. Hal ini dapat dikatakan bahwa keunggulan komparatif suatu negara atau daerah akan semakin kabur, meskipun memiliki sumber daya yang melimpah.

Salah satu tujuan dari pembangunan industri adalah untuk memacu pertumbuhan ekonomi sebagai syarat perbaikan kesejahteraan masyarakaf dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Dalam perkembangannya industri mempunyai dampak positif seperti pernbangunan terhadap wilayahtkota.

Alternatif bagi pengembangan suatu wilayah adalah dengan penciptaan suatu pusat pertumbuhan. Penciptaan pusat pertumbuhan ini sebaiknya memperhatikan keuntungan komparatif yang dimiliki daerah yang bersangkutan, dilain pihak juga juga harus dapat rnemanfaatkan kaitan antar industri.

Strategi pusat pertumbuhan dapat diterapkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang optimum, maka konsentrasi investasi tempat yang dipilih untuk menjadi pusat pertumbuhan akan lebih efektif dari pada investasi yang mate. Selain itu penghematan ekstern akan lebih modal terjadi pada investasi yang terkonsentrasi secara spesial dari pada yang tersebar.

Konsep kota industri merupakan salah satu jalan keluar dan upaya menghadapi kendala pengembangan sektor industri. Kota industri ini dititikberatkan untuk menyediakan segala kebutuhan industri di kawasan itu antara lain meliputi bahan baku, tenaga kerja, transportasi, fasilitas umum dan sosial, pelabuhan yang lancar, serta pemukiman.

Dumai sebagai kota yang mulai berkembang dengan aktivitas perekonomian yang mengalami peningkatan, yang sekaligus juga mendorong meningkatnya migrasi yang ditandai dengan pertumbuhan penduduk yang selalu meningkat. Pertumbuhan penduduk yang pesat akan menimbulkan berbagai masalah, seperti penyediaan tapangan keja, masalah perumahan, masalah pertanahan, masalah infrastruktur, masalah kriminalitas, masalah kependudukan dan masalah lingkungan. Permasalahan ini mendorong Pemerintah Kota Dumai melakukan usaha penataan wilayah antara lain melalui pemekaran wilayah Kecamatan menjadi lima wilayah Kecamatan.

(19)

Ha dan kawasan industri Lubuk Gaung yang berlokasi di Dumai Barat dan Bukit Kapur.

Pengembangan Kota Dumai dimaksudkan untuk dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sehingga kehidupan sosial dan skonomi dapat lebih mendorong kegiatan yang berkaitan dengan daerah lain terutama daerahdaerah yang secara langsung berdekatan dengan Kota Dumai.

1.2. Perurnusan Masalah

Apabila dilihat dari perkembangan jumlah angkatan kerja di Kota Dumai pada tahun 2000 sebesar 65.663 jiwa dan yang bekerja sebesar 58.858 jiwa dengan demikian masih terdapat sebanyak 6.805 jiwa yang belum memperoleh kesempatan kerja atau pekerjaan. Jumlah angkatan keja yang relatif besar tersebut merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh Kota Dumai. Relatif besarnya jurnlah angkatan kerja sebagai akibat dari besarnya pertumbuhan penduduk. Untuk itu kehadiran industri di Kota Dumai diharapkan dapat membuka lapangan kerja baru bagi angkatan kerja.

Jika dilihat perkembangan industri yang ada, kecenderungannya semakin membaik namun di lain pihak terlihat bahwa keberadaan industri tersebut belum sepenuhnya seperti yang diharapkan yakni perluasan kesempatan kerja bagi penduduk di Kota Dumai, dengan demikian dapat merupakan hambatan bagi pencapaian pertumbuhan ekonomi wilayah.

Berdasarkan pandangan diatas masalah yang perlu mendapat perhatian dalam pembangunan industri di Kota Dumai apakah dengan kehadiran industri besar dan menengah telah membuka kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat serta perkembangan wilayah secara keseluruhan. Disamping itu apakah industri tersebut memberikan kontribusi pendapatan yang cukup bagi penerimaan daerah, produk domestik regional bruto.

Dari uraian di atas dapat diperkirakan perrnasalahan yang muncul yaitu : 1. Bagaimana profil industri besar dilihat dari jenis industri yang ada dan

seberapa besar penyerapan tenaga kerja yang terjadi di industri tersebut. 2. Dengan adanya industri tersebut, bagaimana dampak yang diberikan

terhadap pembangunan daerahl wilayah Kota Dumai

(20)

I .3. Tujuan Kajian

Seiring dengan heberapa permasalahan yang cfihadapj, maka beberapa

tujuan kajian yang ingin dicapai yaitu: tujuan utarna gdalnh ufituk menyusun

rancangan program pengembangan agroindustri mirqqk kelapa sawit dalam

perekonomian Kota Dumai. Sedangkan tujuan khusug :

1. Menganalisis profil dan jenis agroindustri pengolahan minyak ketapaaa*

2. Menganalisis dampak agroindustri pengolahan minyak kelapa sawit terhadap perekonomian Kota Durnai

3. Menganalisis distribusi pendapatan masyarakat di sekitar agroindustri

pengolahan minyak kelapa sayit

I .4. Manfaat Kajian

1. Merupakan masukan bag! para pengambil keputusan di daerah rnaupun

pusat dalam perencanaaq pemhangunan daerah, terutarna yang berkaitan

secara langsung di sektqr industri

2. Alternatif bagi rnasyarqbat ( s e w swasta) dalarn rnempertimbngkan jenis investasi yang akan dikecnban@c~n

(21)

2.1 Pengembangan Agroindustri

Agroindustri merupakan sektor yang dapat tumbuh yang positif selama tejadinya krisis ekonomi sementara sektor yang lain terpuruk dalam pertumbuhannya. Lebih jauh lagi agroindustri memiliki potensi yang besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan masyarakat, menyerap tenaga kerja, meningkatkan pemerataan pembangunan dan mempercepat pembangunan daerah. Lebih jauh mengatakan bahwa agroindustri adalah a leading sector dalam perekonomian nasional Indonesia (Saragih, 2001).

Agroindustri merupakan bagian dari agribisnis dan dalam agribisnis teraapat 3 unsur yaitu, (Handaka dan Paramawati, 2002) :

1. lndustri Hulu pertanian, yakni industri-industri yang menghasilkan sarana produksi (input) pertanian. Termasuk didalam industri ini adalah industri kimia seperti pupuk, pestisida dan obat-obat untuk komoditas pertanian, industri perbenihanlpembibitan serta industri alat dan mesin pertanian

2. Budi daya pertanian dalarn arti luas, mencakup aspek budidaya atau produksi tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, perternakan dan perikanan. Pertanian dimulai dari persiapan seperti pengolahan lahan hingga panen.

3. lndustri hilir atau agroindustri, yakni kegiatan industri pengolahan hasil pertanian menjadi produk olahan, bbik produk antara (Intermediate product) maupun produk akhir (final product).

Dengan diberlakukannya otonomi daerah, masing-masing daerah harus semakin memahami potensi daerahnya masing-masing, tidak semua daerah harus menjadi penghasil berbagai komoditas namun lebih fokus bila tiap daerah membangun agroindustrinya berdasarkan keunggulan komoditas lokalnya.

(22)

Masukkan (input) Proses (Agroindustri) :

Teknologi -Produk primer

Proses perlakuan -Produk antara

-

I

-

I

Garnbar 1. Proses Agioindustri Kebijakkan Pemerintah ( PusaVDaerah)

2.2 Perekonomian Wilayah

Kernarnpuan ekonorni suatu daerah tidak terlepas dari sumber daya yang dirniliki, baik surnber daya alarn rnaupun sumber daya rnanusia. Sumber daya yang tersedia tersebut harus dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan daerah rnaupun rnasyarakat secara keseluruhan.

Pernbangunan ekonorni rnerupakan bagian penting dari pernbangunan nasional dengan tujuan akhir adalah meningkatkan kesejahteraan rnasyarakat yang dapat diukur antara rnelalui tingkat pendapatan ril perkapita yang tinggi, (Tarnbunan, 1996). Disarnping itu pernbangunan juga dapat dilihat secara regionallwilayah dan pendekatan yang dilakukan dalarn pembangunan suatu wilayah dapat dilihat rnelalui pendekatan sektoral maupun pendekatan regional. Pendekatan sektoral lebih rnepitikberatkan kepada sektor apa yang akan dikembangkan, sedangkan pendekatan regional lebih melihat kepada daerah rnana yang akan dikernbangkan. Dari kedua pendekatan tersebut, pada urnumnya dilakukan secara bersarnaan sesuai dengan prioritas yang akan dilakukan.

Dalam ruang lingkup kegiatan ekonomi pada umumnya diperhatikan adalah beberapa kornponen yaitu :

1. Bahan baku (lokal input) yang tersedia, yakni bahan baku yang tidak dapat dipindahkan seperti : lahan yang tersedia, iklim pelayanan umurn, dan lain sebagainya.

2. Permintaan lokal, yaitu adanya permintaan terhadap output yang tidak dapat dipindahkan seperti tenaga kerja lokal

(23)

2.3 Pengembangan Ekonomi Daerah

Menurut Hischman dalam Streeten (1976) bahwa pad? prinsipnya pengembangan atau lebih tepatnya pefl~fpbuhan ekonomi merupakan suatu proses yang tidak seimbang. Selanjutnya ia mengatakan bahwa hubungan antar kedua sektor akan menimbulkan trickle down effect, suatu mekanisme dimana hasil yang dicapai oleh sektor unggulan akan merembes ke sektor lainnya.

Keberadaan sektor industri dalam pencapaian pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan salah satu sektor yang dapat diandalkan, meskipun tidak secara khusus sektor industri merupakan tulang punggung dari kemajuan daerahlwilayah. Perkembangan perekonomian daerahlwilayah harus dilihat secara menyeluruh dan kemampuan dari satu sektor harus dapat memberikan efek terhadap kemajuan sektor lainnya, terutama sekali dampak yang ditimbulkan dari suatu sektor secara eksplisit akan menyentuh kehidupan masyarakat seperti tingkat pendapatan, kesempatan kerja, produksi dan distribusi barang dan jasa.

Pada kurun waktu pertengahan tahun 1990-an, sektor industri sangat berperan dalam pencapaian pertumbuhan ekonomi dari beberapa daerahlwilayah di Indonesia. Namun disisi lain kemampuan sektor tersebut masih belum memiliki keunggulan kompetitif, ha1 ini terlihat dari lemahnya sektor tersebut terhadap gejolak perekonomian yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 dengan te rjadinya krisis ekonomi.

Sektor yang sang@ dominan dalam pembentukkan PDB di Indonesia adalah sektor pertqnigg dan saat ini telah terjadi perubahan paradigma pembangunan pertanian dari menghasilkan produk primer menjadi produk olahan (Baharsyah, 1999). Dengan latar belakang jumlah penduduk yang terbesar masih bekerja pada basis pertanian, maka industrialisasi yang ditempuh harus berbasis pertanian (agroindustri) yang dapat menunjang pembangunan regional.

(24)

Djojodipuro (1992) tentang teori lokasi yang berkaitan dengan industri menyatakan bahwa terdapat beberapa faktQr yang menentukan dalam penentuan suatu lokasi yakni, biaya transpofl dan biaya tenaga kerja serta kekuatan aglomerasi atau deglomerasl.

Teori lain yang juga berhubunggp dengan kemampuan suatu daerahlwilayah dengan adanya sektor yang berf<emampuan untuk menggerakan perekonomian wilayah adalah teori Basis Ekonomi. Teori ini menjelaskan tentang kemampuan suatu daerahlwilayah dalam suatu sektor terhadap perkembangan wilayah, dirnana teori basis ini menyederhanakan perekonomian wilayah menjadi dua sektor kegiatan, yaitu sektor basis dan sektor bukan basis dan juga wilayah dibagi menjadi wilayah yang bersangkutan dan wilayah lain.

Ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan untuk melihat seberapa jauh keberadaan suatu industri bagi pendapatan masyarakat dan pengembangan wilayah, yaitu melalui pendekatan teoritis maupun pendekatan empiris.

Teori tentang industri yang berkaitan dengan wilayah yang dikemukakan oleh Glasson, 1977 yang bertumpu kepada pendekatan :

a. Biaya minirr~um terhadap faktor- faktor

b. Analisis pasar yang berdasarkan kepada permintaan c. Keuntungan maksimal (profit maximum)

Disamping teori yang dikemukan diatas ada beberapa tokoh lain seperti Weber yang melihat kedypukan industri dalam suatu wilayah yang melihat kepada pendekatan segi \iqa lokasi, dimana titik keseimbangan dari kedudukan industri terletak pad3 titik optimum sumber bahan baku dan konsumen. Dalam pendekatan ini dikemukakan bahwa pemilihan tempat berdirinya industri oleh psmilik modal adalah dengan terdapatnya biaya yang minimum terhadap biaya transportasi dan biaya tenaga kerja yang merupakan faktor regional umum (Sihotang 1977).

(25)

X Ketqpngan :

T = Lokasi optimum

MI

dan M2 = Sumber bahan baku

Mk = Pasar

y,x,z = Bobot input-output

a,b,c = Jarak input-output

Gambar 2. Segi Tiga Lokasi Weber

Dari gambar tersebut untuk menenr~kan apakah lokasi optimum lebih dekat dengan kepasar atau bahan baku, Werber merumuskannya sebagai berikut :

Bobot bahan baku lokal IM =

---

Bobot produk akhir Jika :

IM > 1 lndustri berorientgsi pada bahan baku IM <I lndustri berorientasi ke pasar

IM = lndeks Material

Teori dan analisa yarq berkaitan dengan wilayah juga dikemukakan oleh Walter dalam Sihotang, 1977 di dalam teorinya dengan mengembangkan konsep aglomerasi dengan mengikuti klasifikasi faktor-faktor aglomerasi yang telah di identifikasi yaitu :

1. Faktor skala usaha ekonomis yaitu suatu besaran skala usaha yang ekonomis dari suatu perusahaan tertentu sebagai akibat dari perluasan perusahaan di lokasi

2. Faktor lokasi yang ekonomis yaitu lokasi yang ekonomis bagi sekelompok perusahaan industri yang sejenis sebagai akibat dari peningkatan produksi total pada satu lokasi

[image:25.520.136.464.13.202.2]
(26)

Sedangkan Struk dalam Tambunan (1990) melihat tempat industri berada kepada zona kota dan keuntungan. Menurutnya penyebaran industri dibagi dalam tiga wilayah yaitu

a. Central Zone (wilayah inti kota) di sekitar CBD

b. lnternediate Zone (wilayah peralihan kota) dipertengahan kota c. Outer Zone (wilayah pinggiran kota) diluar kota

Di wilayah inti kota, luas lahan relatif sempit sehingga sering menimbulkan persoalan antara satu kegiatan dengan kegiatan lain dan dampaknya adalah harga lahan semakin tinggi, namun jenis indusiri sangat tinggi. Di wilayah peralihan, lahan yang ada relatif lebih luas dan kepadatan penduduk relatif rendah, disini industri menempati areal yang lebih luas. Sedangkan yang luas dipinggiran kota memungkinkan industri menempati areal yang luas hanya saja keragaman industri IePih rendah dibandingkan dengan di dalam kota.

Menurut Richardson dalam Sihotang, 1977 beberapa teknik analisa regional yaitu multiplier regional, ekonomi basis, analisa input output, analisis biaya dan manfaat. Dari beberapa konsep tersebut salah satu konsep yang dapat menjelaskan pertumbuhan ekonomi wilayah adalah dengan konsep basis ekonomi.

Teknik ini merupakan ptqndekatan yang dapat menjelaskan pertumbuhan wilayah melalui kajian sektor industri basis, dengan demikian konsep basis ekonomi ini dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan daerah (wilayah) terutama untuk peqyvbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja wilayah melalui efek multiplier.

Glasson dalam Sihotang, 1977 mengemukakan bahwa kegiatan sektor basis dalam suatu daerah akan menambah permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor basis dan akan menaikkan volume kegiatan pada sektor non bssis. Dengan demikian kegiatan sektor basis mempunyai peranan sebagai penggerak pertama dimana setiap perubahan dalam aktivitas ekonomi tersebut akan mempunyai efek pengganda terhadap perubahan perekonomian suatu wilayah.

(27)

dan mengekspornya dengan tetap mempertimbangkan faktor keunggulan komparatif wilayah tersebut terhadap wilayah lain.

(28)

Ill. KERANGKA

PEMIY(RAN

Keberadaan sektor industri dalam pen~apaian pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan salah satu sektor yang dapat diandalkan. Meskipun tidak secara khusus sektor industri merupakan tulang punggung dari kemajuan daerah. Perkembangan perekonomian daerah harus dilihat secara menyeluruh dan kemampuan dari satu sektor harus dapat memberikan efek terhadap sektor iain, ieruiama sekali dam pa^ yang dit~mbuikan dari suatii sekto~ secata eksplisi: akan menyentuh kehidupan masyarakat seperti tingkat pendapatan, kesempatan kerja, produksi, dan distribusi barang dan jasa.

Pada kurun waktu pertengahan sebelum tahun 1990, sektor industri sangat berperan dalam pencapaian pertumbuhan ekonomi dari beberapa daerah di Indonesia, namun disisi lain kemarnpudn sektor tersebut belum didasarkan kepada keunggulan kompetitif ha1 ini terlihat dari lemahnya sektor tersebut terhadap gejolak perekonomian yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 dengan terjadinya krisis akonomi.

Sektor agroindustri yang ada di Kota Dumai pada saat krisis ekonomi menyentuh sebagian besar kehidupan masyarakat Kota Dumai di Ptopinsi Riau. Untuk itu kemampuan sektor pertanian lebih diarahkan kepada industri pengolahan hasil pertanian yAhg cukup memberikan pengaruh terhadap peningkatan pendapatan masyatakat.

Salah satu jenis [flustri yang memberikan pengaruh yang signifikan pada saat itu adalah industri rjengolahan hasil-hasil pertanian atau agroindustri, seperti industri pengolahan perkebunan (kelapa sawit), industri pengolahan hasil hutan (kayu), industri pengolahan kelapa dan berbagai industri pengolahan lainnya yang berbasis h?sil pertanian, secara langsung telah memberikan pengaruh bagi peningkatan kehidupan masyarakat yang sebagian besar masyarakat yang bergantung kehidupannya kapada sektor pertanian.

(29)

Dari perrnasalahan yang ada di atas periu dilakukan evaluasi terhadap

agroindustri pengolanan minyak sawit dengan menganalisis agroindustri tersebut

dengan teknik Location question, spesialisasi, indeks material dan menganalisis

ekonomi wilayah (kota) dengan teknik multiplier tenaga kerja, efek multiplier

pendapatan, multiplier pendapatan, dan distribusi pendapatan, sehingga dapat

diketahui berpotensi atau tidaknya untuk dikembangkan.

Apabila agroindustri minyak sawit berpotensi untuk dikembangkan, maka

harus disesuaikan dengan kebijakan daerah yang telah tertuang dalam rencana

stratzgis (RENST!X4) Pembangunan Kcta Duxai Tahun 2001-2005. Maka salah

satu strategi pengembangan industri lebih di arahkan kepada industri yang

berbasis pada keunggulan komparatif dan kompetitif, terutama pada skala

industri menengah dan kecil yang berbasis pada industri pengolahan hasil-hasil

pertanian dan ha1 ini terbukti relatif lebih mampu bertahan dalam menghadapi

gejolak perekonomian. Kenyataan yang terjadi dari perkembzngan suatu wilayah

dengan kegiatan industri yang dominan adalah lokasi industri yang berada di

pusat kota akan mengalami aglomerasi dan ha1 ini tentunya akan berpengaruh

positif dan negatif terhadap wilayah tersebut. Perkembangan selanjutnya dari

adanya dampak positif, maka peran pemerintah dalam kebijakan yang strategis

sangat diperlukan. Dengan tujuan akhir adalah memberikan rekomendasi

pengembangan agroindustri minyak sawit kepada pemerintah daerah, yang

diarahkan untuk menjawab permasalahan. Untuk lebih jelasnya Bagan Alur

Kerangka Metodologi Penelitian dapat dilihat pada Gambar 3 berikut di

(30)

Analisis Agroindl-lstri Location Questien Spesialisasi Lokalisasi lndek Material

C

' knalisis Ekonomi Wilayah

(Kotal

Multiplier Tenaga kerja Effek Multiplier

Pendapatan

Multiplier Pendapatan Distribusi Pendapatan

I

Perrnasalahan Pengembangan

,

Agroindustri Minyak sawit

P~tensi Pengembangan broindustri Minyak Sawit

a

[image:30.514.22.435.41.574.2]

Pengembangan Agroindustri Minyak

(31)

IV. METODE KAJiAN

4.1 Lokasi Kajian

Wilayah kajian meliputi seluruh wilayah/Kota Dumai, dengan alasan pemilihan Dumai sebagai wilayah kajian adalah bahwa Kota Dumai merupakan salah satu kota di Propinsi Riau yang terrnasuk dalam kegiatan agroindustri yang sangat potensial dimasa yang akan datang. Disamping itu Kota Dumai merupakan pelabuhan ekspor terbesar di wilayah daratan Riau dengan pertimbangan prasarana dan sarana pelabuhan yang memadai.

4.2 Pengumpulan dan Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam kajian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan bantuan kuesioner kepada para responden, dimana yang menjadi responden dalam kajian ini adalah masyarakat di sekitar lokasi Agroindustri pengolahan minyak sawit. Dapat di lihat pada Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Nama Kecamatan, Kelurahan dan Jumlah Sampel untuk Kajian

Dari Tabel 2 diatas diambil sampel kecamatan adalah Kecamatan Dumai Timur dengan kelurahan Bulu Kasap dan kecamatan Bukit Kapur dengan Kelurahan Kayti Kapur, kerena didaerah ini terdapat agroindustri pengolahan minyak kelapa sawit. Dari setiap kelurahan ditetapkan populasi dengan kriteria kepala keluarga mempunyai pekerjaan bidang jasa, perdagangan dan buruh yang berhubungan langsung dengan agroindustri pengolahan minyak kelapa sawit. Dari populasi tersebut diambil sebagai responden secara random sampling untuk Kelurahan Bulu Kasap sebanyak 60 kepala keluarga, dan Kelurahan Kayu Kapur sebanyak 90 kepala keluarga.

I No 1

2

Kecamatan Dumai Timur Bukit Kapur

Jumlah

Kelurahan Bulu Kasat, Kayu Kapur Sumber : Data Primer Diolah

604

150

Populasi 229 357

(32)

Data seitunckr diperofeh dari inslansi-instansi anbra laifi Dinas

Penndustrian dan Perdagsngan, Bappeko Dumai, Rmerhbh Kota Oumai dm

Kantor Sbtistik D u d serta pihak fain yang terkait dengan kajian ini.

4.3. Analiis Data

Didatam mefakukan kajian ini, target yang akan dicapai dengan mefahi beberapa analisis data diantaranya adalah arialisis deskriptif dan analisis

kusntitatif. Anaiisis desktitif yang dibksanakan addah untuk memperoleh gambarar! mengenai penyerapan tenaga ke ja, pendapaian

:*.i!syan,

iokasi industri, jenis industri dan hal lain yang tidak dijebkan secara kuantitatif. Sedangkan anakisi Inmntitatif yang ditalrukan adatatr

metatui

bebetapa cam

dapat di lihat pada Tabel 3 berikut ini:

Tabel 3. Tujltan, Jenis dan Sumber Data, Metode Analisis dan Output Kajian Program Pertgembangan Agroindustri Peqpfahan Minyak Kebpa

Sawit di Kata Durnai

4.3.1. Kuosien Wi (Location Qm&mf

=

LQ)

Kuosien tokasi adaM untuk merrentukan apakat~

selrtor

indushi tersetnR

termasuk dahm kegiatan basis atau bukan basis. Tidak meratanya penyebaran

M r i d i K d a D w n a i ) t a n g p a d a w n u m r v y a h a n ) r a ~ a s i p a d a b e b e m p a

kewnatan saja. Ini m e n g i r u i i i bahwa produk industri rnerupakan komoditi

-

Output

W o r basis

Spestaltsaa

produk

Penyebaran Iokasi

* Kedekatan

pasarbahan baku

6 Penyerapan

tenaga ke rja sektor lain Penambatran pendapatan daerah Ketimpangan pendapatan masyarakat No 7 2 3 Sumber data l0sW1 Pemerintah Swasta

6 hstansi

Pemerintah ~Swasta ~~a dengan masyarakat Metode analibis UxaIim quotient

a Kwsien

S~esiatisasl KuOsien

Lokalisasi

lndeks

material

r Mukiptier efek

Tenaga ke rja

Mult@ijr efek

pendapatan

ttukks Gini

Ratio Tujuan Menganabs~s profil agroindustn Mengsnatisis dampak agroindustn terhadap monomian Menganatisis distribusi pendapatan rnasyamkat Jenis Data

JumW fenaga ' ke rja

Produksi dan bahan baku

6 Pmduksi dan

bahan baku Jumlah tenaga kerja

.

~endapatan daerah
(33)

ekspor. Dengan demikian dampak komoditi ekspor terhadap wilayah produsen

dapat ditelaah dengan konsep basis ekonomi. Berdasarkan konsep ini

pendapatan dari sektor basis akan memberikan dampak positif yang luas dahm

pertumbuhan ekonomi wilayahlkota.

Kuosien tokasi dihitung dengan rumus sebagai berikut :

SiINi

.

Si/S

LQi = - atau

-

...

S/N Ni/N

Dimana :

LQi = Besaran kuosien lokasi industri

Si = Jumlah ten@a kerja agroindustri pengolahan minyak kelapa sawit di Kecamatan j

S = Jumlah seluruh tenaga kerja industri di Kecamatan j

Ni = Jumlah tenaga kerja di agroindustri pengotahan minyak kelapa sawit i di Kota Dumai

N = Jurnlah seluruh tenaga kerja industri di Kota Dumai Dimana :

LQ > 1 menyatakan industri i merupakan sektor basis dan wilayah yang bersangkutan mempunyai kemampuan lebih dari padd wilayah, secara

keseluruhan, artinya wilayah tersebut mempunyai potenii &lam

memproduksi suatu kegiatan tdientu.

LQ =1 menyatakan wilayah yang b & ~ & n ~ k u t a n mempunyai kemampuah sama dengan wilayah secara keseluruhan, artinya wilayah yang bersangKCdan

memperlihatkan kecendrungan sebagd! polbnsi suatu wilayah dalam

kegiatan tertentu.

LQ < 1 mehyatakan industri i bukan sektor basis dan wilayah yang bgrsangkutan mempunyai kemampuan lokal, artinya dalam kegiatan tertentu wilayah

tersebut mempunyai produksi dibawah wilayah secara keseluruhan.

4.3.2. Kyosien Lokalisasi

Kuosien lokalisasi adalah indikator untuk mengetahui apakah industri

tersebut menyebar secar& merata atau tidak dalam suaty wilayahlKota.

(34)

Dimana:

a = i<uosien lokalisasi diperoleh dengan menjumlahkan a yang bertanda positif dengan nilai 0 < a < 1 artinya :

a = 1 apabila agroindustri pengolahan minyak kelapa sawit berkumpul di satu wilayah

cr < 1 apabila agroindustri pengolahan minyak kelapa sawit tidak berkumpul di satu wilayah

Si = Jumlah tenaga kerja agroindustri pengolahan minyak kelapa sawit ; di Kecamatan j

Ni

=

Jumlah tenaga kerja agroindustri pengolahan minyak kelapa sawit i di Kota Dumai

t s i

= Total tenaga keja semua industri di Kecarnatan j

i = l

n

Ni = Total tenaga kerja industri di Ksta Dumai

1=1

n = Jumlah jenis industri di wilayah kajian.

4.3.3. Kuosien Spesialisasi

Dengan adanya aglomerasi industri, maka dapat diketahui tingkat spesialisasi industri pada masing-masing wilayah kajian dan perhitungannya adalah sebagai berikut :

n n

pi

=

(~iz

~ i )

-

( ~ i x

~ i )

. . .

.

.

.

. . .

.

. . .

.

. .

. .

. . .

.

. . .

.

.

.

. . .

.

. . .

.

. . .

.

.

. .

i=l i=l

(3)

pi

= Kuosien spesialisasi diperoleh dengan menjumlahkan

pi

yang bertanda

positif dengan harga 0 >

pl

> lartinya adalah

pi =

1 Apabila industri di wilayah kajian ada spesialisasi

pi

< 1 Apabila industri di wilayah kajian tidak ada spesialisasi

Si = Jumlah tenaga kerja agroindustri pengolahan minyak kelapa sawit i di Kecamatan j

(35)

CSi = Total tenaga kerja semua agroindustri pengolahan minyak kelapa sawit di

n

Z N i

=

ibtai tenaga kerja industri di Kota Dumai

r=l

4.3.4 lndeks Material (Faktor Bahan baku)

lndeks material dapat menentukan apakah agroindustri pengolahan minyalc kelapa sawit lebih dekat dengan sumber bahan baku atall dengan pasar, maka dapat diczri dengan formula sebagai berikut :

Im = lndeks material

A = Jumlah bahan baku (CPD ) B = Jumlah produksi akhir Dirnana :

Im > 1 agro industri pengolahan minyak kelapa sawit dekat dengan bahan baku Im < 1 agro industri pengolahan rninyak kelapa sawit dekat dengan pasar

4.3.5. Penggandaan (Multiplier) dan Efek Penggandaan Tenaga Kerja

Digunakan untuk memproyeksi jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oieh perekonomian, khususnya sektor basis.

Formulanya

Dimana:

K = Pengganda

X = Jumlah Tenaga Ke ja yang Terserap dalam SeMor Basis Y = Jumlah Tenaga Kerja yang Terserap dalam SeMor Non Basis

4.3.6. Pertumbuhan Kesempatan Kerja

Digunakan untuk memprediksi jumlah total kesempatan kerja di wilayah Jurnlah Tenaga Keja yang Terserap dalam Sektor yaitu

(36)

Dimana:

B = Perubahan jumlah tenaga kerja dalam kegiatan basis k = Multiplier Tenaga Kerja

T = Perubahan ji~mlah seluruh tenaga kerja di sektor basis dan non basis.

4.3.7. Penggandaan (Multiplier) dan Efek Penggandaan (Efek Multiplier) Pendapatan

Perhitungan efek multiplier pendapatan agroindustri pengolahan minyak kelapa sawii jangka pendek (MS) mengacu kepada petunjuk Budiharsono (1969').

Diamana :

MS = Efek multiplier pendapatan jangka pendek YN = Pendapatan sektor non basis

Y = Pendapatan wilayah Kota Dumai

Efek multiplier ini dapat digunakar~ untuk meramalkan perubahan dalam total pendapatan wilayah Kota Dumai (Y) atas dasar analisa jangka pendek dengan formula sebagai berikut :

Dimana :

Y = Pendapatan wilayah kota Dumai Yb

=

Pendapatan sektor basis

Yn = Pendapatan sektor non basis

4.3.8. Distribusi Pendapatan

(37)

dan ordinat menggambarkan persentase atau persentil pendapatan. Selanjutnya ditarik diagonal bersudut 45 derajat sebagai batas. Dan besar tingkat kernerataan dan ketidakmerataan ini dihitung dari luas wilayah yang dibentuk oleh sua?u fungsi yang menggarnbarkan tingkat pendapatan masyarakat dan garis diagonal 45 derajat. Persamaan matematis untuk menghitung IGR ini adalah sebagai berikut:

100

I G = %

ir-

f ( x ) ...

. . (9)

n=l

Dimana :

IG = lndeks Gini

f ( x ) = fungsi yang menggambarkan persentase pendapatan

penduduk berdasarkan persentase jumlah penduduk.

lndeks Gici mempunyai selang antara 0 dan 1. Bila lndeks Gini bernilai 0 berarti distribusi masyarakat berada pada tingkat yang sangat merata, sedangkan bila nilai 1 berarti distribusi pendapatan berada pada tingkat yang sangat timpang. Todaro (1997) menyatakan bahwa bila Koefisien Gini kerada di antara 0,2 sampai 0,35 maka distribusi pendapatan masyarakat dikatakan merata. Bila Koefisien Gini berada di antara 0,35 sampai 0,5 maka distribusi pendapatan dikatakan tidak merata. Bila Koefisien Gini berada di antara 0,5 sampai 0,7 maka dikatakan distribusi pendapatan sangat tidak merata. Lebih jauh dapat digambarkan dalam Kurva Lorentz:

(B)

Kesejahteraan Secara Kumulatif

(%I

(0)

Jumlah Responden Kurnulatif (%) (*)

Gambar 4. Kurva Lorentz dan Perkiraan Koefisien Gini

[image:37.518.46.446.0.715.2]
(38)

V. DESKRIPSI WlLAYAH DAN KEBlJAKAN

PEMERINTAH KOTA DUMA1

5.2. Keadaan Fisik Wilayah

Kota Dumai yang terletak di pesisir timur pantai Sumatera atau tepatnya mempakan salah satu kota di wilayah Propinsi Riau dengan luas wilayah 1.727,38

KmZ

dengan batas administrasi sebagai berikut :

;u Sebelah Ll'ira beri>atasan dengan Seiai Rupai

9 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bengkalis 9 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bengkalis

>

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hilir

Kondisi sebahagian dari daratan rendah yang terletak dibagian Utara dan sebagian daratan yang tinggi terletak di sebebh Selatan, dengan fenis tanah umumnya terdiri dari jenis organosol humus dan podzolik merah kuning. Jenis tanah organosol adalah jenis taneh yang miskin unsur hara tetapi sesuai untuk tanaman kelapa, padi dan sagu. Jenis tanah podzolik yang berasal dari aluvial merupakan jenis tanah yang h i k untuk

bercocok

tanam, sedangkan jenis tanah podzolik merah kuning sesuai untuk perkebunan.

Luas Oumai skitar 230.699 Ha, yang terdiri dari lahan terbangun dart lahan tidak terbangun. Lahan terbangun terdiri dari beberapa jenis fungsi yang meliputi lahan perumahan dan industri sekitar 3.976 Ha, sedangkan lahan tidak terbangun terdiri dari pertanian, perkebunan, hutan dan lahan terbuka.

Dari kondisi lahan tersebut dapat terlihat bahwa penggunaan lahan di Kota Dumai retatif belum mengalami perkembangan fisik yang signifikan, dimana luas i~utan yang yang masih ada sekitar terjadi kebakaran 4%. Kondisi Lahan di Kota Dumai hampir 60% mNpak817 gmbot m a n kedalarnan 2 sampai 7 meter. Kondisi ini yang rneyebabkan sepanjang musin kemarau terbakar.

(39)
[image:39.514.24.443.23.658.2]

Tabel 4. Jumlah Kecamatan, DesaIKelurahan, RWIRK dan RT Tahun 2001 di Kota Dumai

Dari Tabel 4 tertihat dengan jelas bahwa dua wilayah kecarnatan yakni Kecamatan Dumai Barat dan Dumai T i u r merupakan wilayah yang terpadat jumlah penduduk dan luas wilayah relatif lebih kecil dibandicgkan dengan tiga kecarnatan lainnya. Dari jumlah penduduk yang terkonsentrasi pada dua kecamatan tersebut dapat diindikasikan bahwa konserrtrasi kegiatan ekonomi maupun fasilitas yang tersedia lebih cendrung pada kedua wilayah tersebut.

Jumiah Penduduk (Jim)

21.122 2. Medang Kampai

3. Sungai Sembilan 4. Oumai Barat 5. Dumai Timur

Total

5.2. Keadaan Ekonomi

Sebagai kota yang baru tumbuh dan berkembang serta awal dari pelaksanaan Otonomi Daerah, Kota Dumai bangkit dengan kegiatan industri yang berska!a besar dan menengah serta akses ke berbagai daerah dan manca negara melalui transportasi darat, laut dan udara telah menambah M i i t a s ekonomi.

Stnrktw p e r e k m i a n Kota Dumai yang

lebih

didominasi oleh MOT transportasi dan komunikasi dan sektor perdagangan telah memberikan penganrh pada sektw Jain d m sektor tersebut telah memberikao sumkmgan yang besar bagi perekmmian Kota Dumai secara langsung.

Tingkat pertumbuhan ekonorni suatu daerah dapat dilihat dari pertumbuhan Produk Domistik Regional Brutonya. Pertumbuhan ekonomi Kota Dumai selama rentang waktu 5 tahun terakhir telah menunjukkan kecendrungan yang positif, meskipun sebelurnnya terjadi krisis ekonomi. Secara sektoral perkembangan PDRB Kota Dumai setelah terjadinya krisis ekonorni dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.

Luas wilayah (Km2) Kecamatan hsdKeiurAan

Sumber : BPS Kota Durnai Tahun 2002 1. Bukit Kapur

5.613

18.677 63.220 69.493 178.125

1

I 4 5 10 9 32

4 I 250

(40)
[image:40.518.28.441.35.719.2]

Tabel 5 Laju Perturnbuhan PDRB Durnai Tahun 1998

-

2001

I

2. Pertarnbangan dan Galian I 14.61

i

10.77

i

433

1

6,091

I I

3. lndustri pengolahan 8,15

(

10,53

1

9.97

1

10,62

1 1 I I

4. Listrik dan Air Bersih

[

6,19

1

12,05

]

1,07

1

5,26

I I I I

5. Bangunan

i

-25,"

1

5,78

1

5.87

/

6.12

1

I I I

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran

I

434

1

5.90

1

6.49

1

7.24

8. Keuangan

1

-26,89

1

-55,19

1

-54,43

1

-1 18,75

I I I ,

7. Transportasi dan Kornunikasi

I

Produk Domistik Regional Bruto 1,02

1

4.28

1

5,06

I

4.96

1

16.90

1

8.62

1

7,55

1

7,81

I I I I

I I I I I

Surnber : BPS Kota Dumai tahun 2002 9. Jasa

Dari Tabel 5 diatas terlihat bahwa laju perturnbuhan PDRB selarna 4 6.95

I

7,75

1

2,41

1

5,23

tahun secara urnurn inengalami perbaikan. Narnun jika dilihat per sektor lapangan usaha perturnbuhannya rnasih fluktuatif. Laju pertumbuhan sektor yang rnasih negati terjadi hanya pada sektor keuangan. Sektor tersebut sangat rentan sekati dengm gejolak ekonomi terutama pada fembaga perbankan.

Dari sernbilan sektor lapangan usaha tersebut hanya sektor perdagangan, hotel dm

restoran

yang mengalami tingkat pertwnbuhan yang lebih baik, ha1 ini diduga berkaitan dengan nilai ekspor barang hasil pertanian yang mengalami peningkatan akibat dari nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, terutarna dollar Arnarika Serikat yang cukup tinggi. Jika dilihat lebih jauh lagi struktur perekonornian Kota Durnai berdasarkan kontribusinya terhadap pernbentukkan PDRB, temyata bahwa sektor unggulannya adalah sektor perdagangan, transportasi dan komunikasi dan sektor jasa (Tabel 6).
(41)
[image:41.514.22.460.28.708.2]

H

Tabel 6 Distribusi Persentase PDRB Dumai Tahun 1998-2001

Tahun

Lapangan Usaha

t

1998

1

1999

1

2000

1

2001 1. Pertanian

-?

7,44

1

7,66

1

7,86

1

8,17

Kemampuan sektor pertanian dalam merespon gejolaklkrisis ekonomi dapat dikatakan lebih kuat dan mampu menciptakan produksi yang lebih dibandingkan dengan sektor lain meskipun perannya relatif kecil. Hal ini menandakan bahwa sektor pertanian harus lebih mendapat perhatian dimasa yang akan datang dan perlunya strategi pembangunan pertanian yang terpadu dan terkait dengan sektor lainnya.

2. Pertambangan dan Galian 3. lndustri pengolahan 4. LisMk dan Air Bersih 5. Bangunan

6. P~rdagangaflotel dan Restoran 7. Transportasi dan Komunikasi 8. Keumgan

9. Java

Pr&

Domistik Regional

Bmto

5.3.

Keadaan

Demografi

Ada kecendrungan

yzng

te jadi di Kota Durnai di sisi kependudukan yaitu semakin besarnya pertambahan jumlah penduduk dalarn waktu sepuluh tahun terakhir. Kecendrungan ini'antara lain disebabkan oleh semakin terbukanya wilayah Kota Dumai terhadap migran yang rnasuk, terutama oleh penduduk yang mernang melakukan migrasi dengan motif ekonomi yaitu perubahan dalam pernenuhan tingkat pendapatan. Dari perkembangan jurnlah penduduk tersebut pada iabel 7 berikut ini dapat dilihat perkembangan penduduk antar sensus p e n d w .

Sumber : BPS Kota Dumai Tahun 2002

1,28 337 1 , w 4 1 n

22,28 26,76 5,51 11,83 100,00 1 1,12 3.23 1,53 18,lO 28,21 24,89 0.45 14,82 400,OO-

(42)

Tabel 7. Banyak Penduduk Kota Dumai Menurut Kecamatan Atas Dasar Sensus PendudukTahun1990dan2000

t

Tahun

Kecamatan 1990

-1

2000

I I I

Sumber : BPS Kota Dumai Tahun 2002

Laju Pertumbuhan

,

1. BukitKapw

2. Dumai Barat

Melihat perkembangan penduduk Kota Dumai antar sensus 1990 dan 2000 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan relatif Wsar bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan Propinsi Riau, sekitar tiga persen. Laju Pertumbuhan penduduk terbesar tejadi di Kecamatan Bukit Kapur mencapai 6,80%, sedangkan di dua kecamatan pertumbuhannya retatif kecil

Besainya pertumbuhan penduduk di Kecamatan Buki Kapur, disebabkan 21 369

50.845

salah satunya adalah dari besamya migrm masuk dengan tujuan p e w k k a n kehidupan dan faktor ekcnomi seperti tersedianya peluang keja di sektor industri. Sedangkan pada dua

kecarnatan

lainnya

thgkat

pertumbuhannya relatif kecil, salah satu faktomya adalah terlaksana dengan baik program keluarga berencana dan tingkat kesehatan yang semakin baik bagi rnasyarakat atau dapat juga dikatakan bahwa tingkat kelahiran yang rendah dari ibu usia muda.

Hal yang mendapat perhatian dari proses pertumbuhan penduduk di Kota 42.402

62.817

Dumai adalah kebijakan dalam penataan ruang dan perluasan wilayah. Tahun 1990 wilayah perkotaan di Kota Dumai terkonsentrasi pada tiga kecamatan

dengan

beberapa

wilayah pinggirannya.

Namun

pada tahun 1999 Sei SemMan

Sr8Q 2,14

dan Medang Kampai sudah tergabung dalam wilayah Kota Dumai, ha1 ini

disebabkan

oleh semakin

besamya podah

penduduk dan tejadinya pengembangan beberapa wilayah dan kemudahan akses dari satu tempat ke tempat yang lain (hinterland) di Kota Dumai. Pada saat ini boleh dikatakan bahwa Indonesia secara umum berada dalam kondisi transisi demografi, dimana tingkat tingkat kelahiran yang tinggi menuju ketingkat kelahiran yang rendah. Hal ini merupakan suatu pertanda atau penting karena akan memberikan efek terhadap keberlanjutan pembangunan dalam ha1 ini pembangunan ekonomi. [image:42.514.35.440.9.721.2]
(43)

belum terwujud. FaMor dari pemerataan kesempatan kerja inilah yang mendorong terjadinya migrasi terutama di daerah perkotaan.

Dumai akan menjadi daya tarik bagi pendatang barn terutama dengan alasan ekonomi dan kondisi ini akan tetap terjadi selama rnasih ada rencana pembangunan seperti pembangunan kawasan induslri dan diikuti oleh pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik untuk masuknya migrasi ke Kota

Dumai. Oleh karena itu pengembangan witayah barn atau pusat pertMnbuhan baru penting dilakukan tidak hanya oleh Kota Dumai namun juga terhadap wilayah disekitar Dumai yang

berbatasan

s e w a lan~sung

(kabupa!en/kota).

[image:43.514.34.437.8.695.2]

Pada iirnumnya mata pencaharian penduduk menurut lapangan usaha di Kota Dumai masing-masing terdistribusi pada sektor perdagangan, yaitu sekitar 25,10%, jasa 20,96% dan lainnya 22,10%. Pada Tabel 8 berikut ini dapat dilihat mata pencaharian penduduk Kota Dumai hasil sensus penduduk tahun 2000.

Tabel 8. Persentase Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota Durnai Tahun 2000

No 1.

2.

3.

I3i-I

Lainnya

I

22.10 Mata Pencaharian

Pertanian

L I

Persentase 12.27

-

-

P

-

Perikanan

-

Peternakan

-

Lainnya industri Perdagangan 4.

5.

Melihat Tabel 8 diatas terlihat bahwa sektor perdagangan merupakan 1.15 0.71 0.14 5.02 6.51 25.10

1 I

mata pencaharian penduduk tert3esar di Kota Dumai yakni sekiiar 25,10%, jasa Jasa

Angkutan

Jumlah

20,96% dan lainnya 22,10%.

20.96 4.23

(44)

5.4. Profil lndustri

Keberadaan industri disuatu tempat merupakan salah satu bahagian dari semakin besamya perkembangan penduduk yang ditandai oleh tingkat migrasi masuk ke daerah tersebut. Sementara itu daya tarik Kota Dumai sebagai pusat kegiatan industri yang berorientasi ekspor di wiiayah Propinsi Riau dengan infrastruktur transportasi khususnya pelabuhan, telah menjadikan Kota Dumai &gai satah satu piiihm dari beberapa witayah sekitarnya datarn kegiatan lalu lintas eksporlimpsr.

-

K&j&an

ma

s&w

Mwtri

diwatMtan pada terc@tsrnya nilai bmbah

dari produk yang dihasilkan terhadap peningkatan pendapatan wilayah Kota Dumai. Disarnping itu juga dengan kehadiran industri akan memberikan penciptaan lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat. Dengan kata lain bahwa industri juga telah mendorong sektor lainnya ikut berkernbang. Pada Tabel 9 berikut ini perkembangan penduduk, tenaga kerja dan tenaga kerja industri di Kota Dumai.

Tabel 9. Jumlah Penduduk, Tenaga Kerja dan Tenaga Ke rja lndustri di Kota Dumai Tahun 1998-2001

L I 1 I I

Sumber : Dinas Perindag Dumai dalam BPS Kota Dumai Tahun 2002

Pada Tabel 9 diatas dapat Wet bahwa

dafi

selwuh tenaga ke ja yang bekerja pada sektor perekonornian, persentase yang bekeja di sektor industri

Tahun 1998

hanya sebesar 14,64%. Jika dilihat lebih jauh lagi persentase untuk hdustri besar dan menengah relatif lebih kecil yakni hanya sekiar 4,32% dan ini membuktikan bahwa kesenpatan ke rja yang tersedia di sektor industri besar dan menengah sangat terbatas. Hal ini menyebabkan sektor industri besar dan menegah

Tenaga Kerja 51.91 5 Jumlah Penduduk

154.099

merupakan industri dalam bentuk teknologi

Tenaga Kerja lndustri 7.601

(45)

Tabl10 Jumlah lndustri Berdasarkan Kelompok lndustri di Koh Dumai Tahun 1998-2001

v

I

Tahun t

Kelompok industri

Dari Tabel 10 diatas terlihat bahwa selama 4 tahun masing-masing I

2 3

kelompok industri tersebut mengalami peningbtan dalam jumlah yang relz!ir besar. Jumlah industri yang cukup signifikan adalah kelompok lndustri Hasil

L ~ , A A e s i n ~ K i m i s ! IndustriAneka

lndustri Hasil Pertanian & Kehutanan

Pertanian dan Kehutanan, pada tahun 1998 jumlah industri hanya mencapai 176 Total

unit namun pada tahun 2001 mengalami peningkatan sebesar 220 unit. 20

9 176

Besamya ketompok industri

hasil

pertanian dan kehutanan di Kota Dumai, Sumber : Dinas Perindag Dumai dalam BPS Kota Dumai Tahun 2002

205

mengindikasikan bahwa faktor sumber bahan baku yang tersedia baik di dalam

50

22 189

maupun Muar Kota Dumai merupgkan faMoF penentu dari besamnya k e h p o k 241

industri tersebut berkembang.

66 22 203

selama tahun 1998-2001 dalam persentase pertumbuhannya menunjukkan 78 98 ,

220 291

peningkatan, namun ada kecendrungan menurun dalam tenaga ke rja dan output

396

yang dihasilkan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini.

[image:45.514.23.440.0.734.2]

Pertumbuhan kesempatan keja (dicerminkan dalam pertumbuhan Tabel 11 Pertumbuhan Perusahaan, Tenaga Kecja dan Output lndustri

Tahun 19982001 (%)

perusahaan) dari Tabel 11 diatas menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan Tahun

1998 1999 2000 2001

industri mengalami peningkatan yang cukup signifikan namun pertumbuhan kesempatan kerja mengalami penurunan dari tahun 1998-2001. Hal ini

Sumber : Dinas Perindag Durnai dalam BPS Kota Dumai Tahun 2002 Perusahaan I~dustri

622 27,32 11,49 36,08

menunjukkan bahwa industri yang muncuVdidirikan

adatah

industri padat modal dan padat teknologi.
(46)

Agroindustri perkebunan yang ada dikota Dumai di dominasi oleh Agro industri pengolahan minyak kelapa sawit, bahan bakunya berupa CPO dan PKO. Adapun jumlah bahan baku yang diolah dapat di lihat pada Tabel

12

berikut ini:

Tabel

12.

Jumlah Bahan Baku yang Di'olaii oleh Agroindustri Pengolahan Minyat Sawit

1999

sampai dengan

2002

(Ton)

Bahan baku kebutuhan agro industri minyak sawn tersebut di datangkan dari PKS-PKS yang berada di kabupaten-kabupaten Propinsi Riau dan sebagian Propinsi Sumatra Utara, sebagian besar merupakan milik perusahaan- perusahaan agroindustn pengolahan rninyak kelapa sawit yang berada di Kota Dumai

.

Agr~industri pengotahan minyak ketapa sawit merupakan agroindustri hitir dari minyak CPO dan PKO, adapun produksinya dapat di lihat pada Tabel

13.

jenis

produksi

ymg dihasifkm

oleh

egroindustri

tersebut m p a k a n t u r ~ t a n dari

minyak CPO dan PKO dalam bentuk minyak goreng, minyak inti, olien dan saterin yang dipergunakan untuk konsumsi, farmasi, kosmetik dan industri lainnya.

Jumlah

1.303.820

5.088.000

-a- -

TebeJ 13. Amkh

Pcoduksi

Agroinduski

Pengolahan

Jlllinyak Kelapa

Sawit T a b

1999

sampai dengan

2002

(Ton)

Sumber : Dishutbun KO! Dumai dalam BPS Kota Dumai Tahun

2002

2001

355.273

1.360.00

2000

298.809

1.360.000

Sebagian besar produksinya di Ekspor ke Eropa, Timur Tengah, Asia, dan pemasaran dalam negei dapat di lihat pada Tabel 14 berikut ini:

2002

394.478

1.360.000

1999

255.266

f-.248.00

No

1 2

No

1 2

Tabel 14 Jumlah Ekspor CPO

dan

fwunannya melakri PelaQuhan Dumai (Ton) Kecamatan

Buki Kapur

- Dumai Timur

f

/

No

I

Kecamatan

[

1999

1

2000

I

2001

I

2002

Suinber : Dishutbun Kota Dumai dalam BPS Kota Dumai Tahun

2002

Kecamatan BukitKapur Dumai Timur 1099 114.34

1.338.520

2000

134.737

1.346.400

I

1

I

Clude Palm Oil 2

1

Turunan

2001

159.420

1.188.000

I 2002

178.147

1.267.200

Jumlah

1.706.203

1.940.891

1.1

83.474

1.454.808

Jumlah

586.644

5.037.120

(47)

5.5. Kebijakan Tata Ruang

Pada awalnya Kota Dumai secara administrasi Pemerintahan hanya brbentuk Kota Administratif dan berdasarkzn dengan Undang-undang Pernerintah No 16 tanggal 20 April Tahun 1999 status Durnai dirubal: rnenjadi Kota Dumai. Dari perubahan status Kota tersebut dan antisipasi perkembangan yang akan data, Pemerintah Kota Durnai rnelakukan beberapa kebijakan diantaranya adalah penyusunan dokumen tata twang witayah Kota Dumai yang bertujuan untuk rnengatur pernanfaatan twang secara -efektii dan efsien agar terdapatnya keterpdan dalam pemhngunan.

Dilatarbelakangi oleh adanya potensi dan problematika yang te jadi, rnaka diharapkan pada masa yang akan datang beberapa pernasalahan yang ada di Kota Durnai dapat dikurangi. Dari beberapa potensi yang dapat di identifikasi antara lain: posisi geografis yang menguntungkan, pelabuhan yang dipunyai, potensi pengembangan agroindustri, jurnlah penduduk dan kepariwisataan. Dernikian pula dilihat dari beberapa persoalan yang ada yang rnernberikan darnpak temadap perkemban

Gambar

Gambar 2. Segi Tiga Lokasi Weber
Gambar 3. Bagan Alur Kerangka Metodologi Penelitian
Gambar 4. Kurva Lorentz dan Perkiraan Koefisien Gini
Tabel 4. Jumlah Kecamatan, DesaIKelurahan, RWIRK dan RT Tahun 2001
+7

Referensi

Dokumen terkait

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. 89) analisis data adalah “proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “ PENGEMBANGAN PROGRAM KETERLIBATAN ORANGTUA DALAM PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA SETTING.

Taman wisata, kawasan alam atau lanskap yang kecil atau tempat yang menarik dan mudah dicapai pengunjung, dimana nilai pelestarian rendah atau tidak akan terganggu oleh

Pdt/PL : Sidang jemaat, Tuhan berkenan hadir dalam ibadah Pembukaan Bulan Misi GKPB, marilah kita merendahkan hati dihadapanNya dan bersama-sama mengucapkan demikian : PL +

WONG PING FOO KLINIK KESIHATAN CHERAS BARU, JALAN 16, KAMPUNG CHERAS BARUOFF JALAN KUARI, 59200 KUALA LUMPUR.

Selama ini proses pembelajaran penjasorkes di SD Negeri 3 Peliatan masih dikembangkan secara konvensional yaitu dengan pendekatan yang berbasis pada aktivitas guru, dimana

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kedalaman gerusan dan pola gerusan yang terjadi di sekitar abutmen pada kondisi aliran jernih (clear-water scour) untuk saluran

Title Sub Title Author Publisher Publication year Jtitle Abstract Notes Genre URL.. Powered by