• Tidak ada hasil yang ditemukan

Water economic value change analysis caused landuse changing case study in Cidanau Watershed in Banten Province

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Water economic value change analysis caused landuse changing case study in Cidanau Watershed in Banten Province"

Copied!
360
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

ANALISIS PERUBAHAN NILAI EKONOMI AIR

AKIBAT PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN

Studi Kasus Di DAS Cidanau Propinsi Banten

OLEH :

IGNATIUS ADI NUGROHO

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2006

Hak Cipta dilindungi

(3)

Pernyataan Mengenai Tesis dan Sumber Informasi

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Analisis Perubahan Nilai Ekonomi Air Akibat Perubahan Penutupan Lahan : Studi Kasus Di DAS Cidanau Propinsi Banten adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupu tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2006

(4)

RINGKASAN

ANALISIS PERUBAHAN NILAI EKONOMI AIR AKIBAT PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN

Studi Kasus Di DAS Cidanau Propinsi Banten

Cidanau merupakan DAS yang sangat penting di propinsi Banten karena mampu memberikan jasa air yang sangat besar bagi kegiatan pertanian, rumah tangga, perikanan, industri kecil, industri air minum kemasan dan PT Krakatau Tirta Industri sebagai pensuplai air baku untuk kebutuhan industri- industri besar di kota Cilegon. Sebagai penyedia jasa air, DAS Cidanau mengalami tekanan yang amat berat karena perubahan lingkungan DAS, perubahan penggunaan lahan dan bertumbuhnya industri yang membutuhkan air dari DAS. Sementara itu, air yang berasal dari DAS Cidanau seringkali dipandang sebagai barang bebas sehingga memiliki nilai yang amat rendah (intangible goods). Untuk mengetahui besarnya nilai air yang berasal dari DAS Cidanau perlu diketahui nilai air total dari DAS tersebut.

Tujuan penelitian ini terdiri atas beberapa hal, yaitu :

a. Melakukan analisis nilai ekonomi air melalui pendekatan biaya pengadaan air terhadap masing-masing pengguna air, yaitu pertanian, rumah tangga dan industri dalam memanfaatkan jasa air dari DAS Cidanau,

b. Melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan air DAS Cidanau yang dilakukan oleh para pengguna jasa air,

c. Melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan nilai sumberdaya air pada DAS Cidanau secara multiwaktu (temporal) dari tahun 1997 hingga 2004.

(5)

selama tahun 1997 hingga 2004. Sementara itu, untuk mengetahui perubahan penutupan lahan yang terjadi selama tahun 1997 hingga 2004 menggunakan metode Remote Sensing dan GIS. Metode ini sangat efektif dalam menelaah perubahan lingkungan DAS Cidanau secara cepat dengan membandingkan peta-peta tematik yang dihasilkan. Kemudian nilai ekonomi air yang diperoleh dan peta-peta perubahan lingkungan DAS Cidanau tersebut kemudian dianalisis untuk mendapatkan hubungan diantara keduanya.

(6)

ABSTRACT

Water Economic Value Change Analysis Caused Landuse Changing Case Study in Cidanau Watershed in Banten Province

Cidanau is the most important watershed in Banten Province because it has provided economic activity in Serang and Cilegon regions. The users of water services from Cidanau watershed are farmers, households, fisheries, small scale industries, water industries and Krakatau Tirta Industries. Those have been analized to find total economic values of Cidanau water.

The aims of the reaserch are to analize water economic value by market pricing and gathering cost, to analize factors influencing water demand curve, and to analize landuse changes of Cidanau and its relationships with water economic values changes from 1997 to 2004. Landsat imaging and GIS of Cidanau have been used the research.

The methods of the research are use gathering cost and market pricing to find water values from the users. While the GIS and Remote Sensing have been used to detect landuse changes in Cidanau watershed from 1997 to 2004. Both water values and landuse changes have been analized to find relation the others.

(7)

ANALISIS PERUBAHAN NILAI EKONOMI AIR

AKIBAT PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN

Studi Kasus Di DAS Cidanau Propinsi Banten

IGNATIUS ADI NUGROHO

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

DAS Cidanau terletak Kabupaten Serang di Propinsi Banten dan merupakan satu-satunya DAS unik yang berbentuk plato dengan danau di tengah-tengahnya. Danau tersebut bernama Rawa Danau seluas 2.500 hektar. DAS ini melingkupi areal seluas 22.620 hektar dan ditetapkan sebagai kawasan lindung pada tahun 1921 oleh pemerintah kolonial Belanda.

Menurut Setiawan dan Sato (1999), Rawa Danau merupakan penyedia sumber air yang utama bagi pengembangan Kabupaten Serang, khususnya untuk kawasan industri di wilayah Cilegon. Pengelolaan jasa air tersebut diserahkan kepada sebuah perusahaan yang bernama Krakatau Tirta Industri (KTI) yang merupakan anak dari perusahaan Krakatau Steel. KTI berperan besar dalam menyediakan jasa air bagi kebutuhan industri maupun rumah tangga di kawasan tersebut.

Seiring dengan makin pesatnya pembangunan di sektor hilir sehingga meningkatkan permintaan akan air, baik dari sektor rumah tangga maupun industri, menyebabkan peran DAS Cidanau sebagai penyedia air semakin penting. Sementara itu, di sekitar kawasan DAS terjadi juga perubahan-perubahan dalam hal pertambahan jumlah penduduk, penambahan areal sawah maupun kebun pertanian, berkembangnya industri air kemasan dan pabrik pengolahan tempe dan tahu, sehingga me ningkatkan penggunaan air permukaan dan atau air tanah.

(9)

2 berbagai upaya penilaian yang memadai dari sudut ekonomi sumberdaya sehingga air tidak lagi dipandang sebagai barang bebas (Darusman, 2002).

Untuk melakukan penilaian terhadap sumberdaya air sebagai output utama dari DAS Cidanau dibutuhkan berbagai pendekatan yang lengkap. Pendekatan tersebut digunakan untuk menilai jasa-jasa yang diberikan oleh air, sehingga keberadaan air pada DAS Cidanau tidak dapat dipisahkan lagi dalam kegiatan pertanian, rumah tangga maupun industri. Keberadan hutan sebagai komponen penjerap air di DAS Cidanau juga cukup pe nting. Adanya hutan yang terawat dengan baik di sekitar kawasan DAS mampu mempertahankan siklus hidrologis sehingga pasokan air bagi sektor pertanian, rumah tangga maupun industri dapat terjamin.

Dalam melakukan penilaian terhadap sumberdaya, harga pasar merupakan pendekatan yang paling baik. Tetapi pendekatan tersebut sangat cocok digunakan dimana produk yang dinilai telah diterima oleh sistem pasar yang ada dalam bentuk harga pasar dan biasanya produk tersebut memiliki nilai guna langsung, seperti kayu bakar, kayu gergajian, tumbuhan obat dan lain- lain. Sedangkan untuk sumberdaya air, pendekatan nilai guna langsung melalui harga pasar jarang dilakukan sehingga dibutuhkan pendekatan lain yang lebih cocok. Pendekatan biaya pengadaan air, biaya perjalanan untuk menikmati aktifitas rekreasi sumber air panas dan pendekatan faktor pendapatan bersih (residu) dapat juga digunakan untuk menilai jasa-jasa air yang diterima oleh pertanian, rumah tangga maupun industri (James, 1991).

(10)

Perumusan Masalah

Permasalahan yang hendak diajukan pada penelitian ini adalah bahwa nilai sumberdaya air DAS Cidanau dapat didekati melalui para pengguna jasa air tersebut, yaitu pertanian (sawah dan perikanan), rumah tangga dan industri (pabrik air mineral, pabrik tahu dan tempe serta KTI). Hutan rakyat maupun negara dan perkebunan karet yang berfungsi sebagai penjerap air tidak diikutkan dalam penilaian karena peranannya hanya sebagai pendukung tersedianya sumberdaya air dari DAS Cidanau. Sumberdaya air yang hendak dinilai adalah semua sumberdaya air yang berasal dari permukaan (danau dan sunga i) dan air yang berasal dari tanah yang biasa digunakan oleh rumah tangga. Sehingga permasalahan yang hendak dijawab dalam penelitian ini adalah :

1. Seberapa besar nilai sumberdaya air di DAS Cidanau agar dapat mendukung kegiatan pertanian, rumah tangga maupun industri secara lestari,

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai sumberdaya air di DAS Cidanau,

3. Berapakah surplus konsumen yang masih tersedia bagi kegiatan pertanian, rumah tangga dan industri dalam memanfaatkan air dari DAS Cidanau,

4. Dan bagaimanakah perubahan nilai sumberdaya air DAS Cidanau mulai tahun 1997 hingga tahun 2004.

Tujuan Penelitian

Penilaian mengenai sumberdaya air yang dihasilkan oleh DAS Cidanau ini memiliki beberapa tujuan, yaitu :

a. Melakukan analisis nilai ekonomi air melalui pendekatan biaya pengadaan air terhadap masing- masing pengguna air, yaitu pertanian, rumah tangga dan industri dalam memanfaatkan jasa air dari DAS Cidanau,

b. Melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan air DAS Cidanau yang dilakukan oleh para pengguna jasa air,

(11)

TESIS

ANALISIS PERUBAHAN NILAI EKONOMI AIR

AKIBAT PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN

Studi Kasus Di DAS Cidanau Propinsi Banten

OLEH :

IGNATIUS ADI NUGROHO

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2006

Hak Cipta dilindungi

(13)

Pernyataan Mengenai Tesis dan Sumber Informasi

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Analisis Perubahan Nilai Ekonomi Air Akibat Perubahan Penutupan Lahan : Studi Kasus Di DAS Cidanau Propinsi Banten adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupu tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2006

(14)

RINGKASAN

ANALISIS PERUBAHAN NILAI EKONOMI AIR AKIBAT PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN

Studi Kasus Di DAS Cidanau Propinsi Banten

Cidanau merupakan DAS yang sangat penting di propinsi Banten karena mampu memberikan jasa air yang sangat besar bagi kegiatan pertanian, rumah tangga, perikanan, industri kecil, industri air minum kemasan dan PT Krakatau Tirta Industri sebagai pensuplai air baku untuk kebutuhan industri- industri besar di kota Cilegon. Sebagai penyedia jasa air, DAS Cidanau mengalami tekanan yang amat berat karena perubahan lingkungan DAS, perubahan penggunaan lahan dan bertumbuhnya industri yang membutuhkan air dari DAS. Sementara itu, air yang berasal dari DAS Cidanau seringkali dipandang sebagai barang bebas sehingga memiliki nilai yang amat rendah (intangible goods). Untuk mengetahui besarnya nilai air yang berasal dari DAS Cidanau perlu diketahui nilai air total dari DAS tersebut.

Tujuan penelitian ini terdiri atas beberapa hal, yaitu :

a. Melakukan analisis nilai ekonomi air melalui pendekatan biaya pengadaan air terhadap masing-masing pengguna air, yaitu pertanian, rumah tangga dan industri dalam memanfaatkan jasa air dari DAS Cidanau,

b. Melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan air DAS Cidanau yang dilakukan oleh para pengguna jasa air,

c. Melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan nilai sumberdaya air pada DAS Cidanau secara multiwaktu (temporal) dari tahun 1997 hingga 2004.

(15)

selama tahun 1997 hingga 2004. Sementara itu, untuk mengetahui perubahan penutupan lahan yang terjadi selama tahun 1997 hingga 2004 menggunakan metode Remote Sensing dan GIS. Metode ini sangat efektif dalam menelaah perubahan lingkungan DAS Cidanau secara cepat dengan membandingkan peta-peta tematik yang dihasilkan. Kemudian nilai ekonomi air yang diperoleh dan peta-peta perubahan lingkungan DAS Cidanau tersebut kemudian dianalisis untuk mendapatkan hubungan diantara keduanya.

(16)

ABSTRACT

Water Economic Value Change Analysis Caused Landuse Changing Case Study in Cidanau Watershed in Banten Province

Cidanau is the most important watershed in Banten Province because it has provided economic activity in Serang and Cilegon regions. The users of water services from Cidanau watershed are farmers, households, fisheries, small scale industries, water industries and Krakatau Tirta Industries. Those have been analized to find total economic values of Cidanau water.

The aims of the reaserch are to analize water economic value by market pricing and gathering cost, to analize factors influencing water demand curve, and to analize landuse changes of Cidanau and its relationships with water economic values changes from 1997 to 2004. Landsat imaging and GIS of Cidanau have been used the research.

The methods of the research are use gathering cost and market pricing to find water values from the users. While the GIS and Remote Sensing have been used to detect landuse changes in Cidanau watershed from 1997 to 2004. Both water values and landuse changes have been analized to find relation the others.

(17)

ANALISIS PERUBAHAN NILAI EKONOMI AIR

AKIBAT PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN

Studi Kasus Di DAS Cidanau Propinsi Banten

IGNATIUS ADI NUGROHO

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

DAS Cidanau terletak Kabupaten Serang di Propinsi Banten dan merupakan satu-satunya DAS unik yang berbentuk plato dengan danau di tengah-tengahnya. Danau tersebut bernama Rawa Danau seluas 2.500 hektar. DAS ini melingkupi areal seluas 22.620 hektar dan ditetapkan sebagai kawasan lindung pada tahun 1921 oleh pemerintah kolonial Belanda.

Menurut Setiawan dan Sato (1999), Rawa Danau merupakan penyedia sumber air yang utama bagi pengembangan Kabupaten Serang, khususnya untuk kawasan industri di wilayah Cilegon. Pengelolaan jasa air tersebut diserahkan kepada sebuah perusahaan yang bernama Krakatau Tirta Industri (KTI) yang merupakan anak dari perusahaan Krakatau Steel. KTI berperan besar dalam menyediakan jasa air bagi kebutuhan industri maupun rumah tangga di kawasan tersebut.

Seiring dengan makin pesatnya pembangunan di sektor hilir sehingga meningkatkan permintaan akan air, baik dari sektor rumah tangga maupun industri, menyebabkan peran DAS Cidanau sebagai penyedia air semakin penting. Sementara itu, di sekitar kawasan DAS terjadi juga perubahan-perubahan dalam hal pertambahan jumlah penduduk, penambahan areal sawah maupun kebun pertanian, berkembangnya industri air kemasan dan pabrik pengolahan tempe dan tahu, sehingga me ningkatkan penggunaan air permukaan dan atau air tanah.

(19)

2 berbagai upaya penilaian yang memadai dari sudut ekonomi sumberdaya sehingga air tidak lagi dipandang sebagai barang bebas (Darusman, 2002).

Untuk melakukan penilaian terhadap sumberdaya air sebagai output utama dari DAS Cidanau dibutuhkan berbagai pendekatan yang lengkap. Pendekatan tersebut digunakan untuk menilai jasa-jasa yang diberikan oleh air, sehingga keberadaan air pada DAS Cidanau tidak dapat dipisahkan lagi dalam kegiatan pertanian, rumah tangga maupun industri. Keberadan hutan sebagai komponen penjerap air di DAS Cidanau juga cukup pe nting. Adanya hutan yang terawat dengan baik di sekitar kawasan DAS mampu mempertahankan siklus hidrologis sehingga pasokan air bagi sektor pertanian, rumah tangga maupun industri dapat terjamin.

Dalam melakukan penilaian terhadap sumberdaya, harga pasar merupakan pendekatan yang paling baik. Tetapi pendekatan tersebut sangat cocok digunakan dimana produk yang dinilai telah diterima oleh sistem pasar yang ada dalam bentuk harga pasar dan biasanya produk tersebut memiliki nilai guna langsung, seperti kayu bakar, kayu gergajian, tumbuhan obat dan lain- lain. Sedangkan untuk sumberdaya air, pendekatan nilai guna langsung melalui harga pasar jarang dilakukan sehingga dibutuhkan pendekatan lain yang lebih cocok. Pendekatan biaya pengadaan air, biaya perjalanan untuk menikmati aktifitas rekreasi sumber air panas dan pendekatan faktor pendapatan bersih (residu) dapat juga digunakan untuk menilai jasa-jasa air yang diterima oleh pertanian, rumah tangga maupun industri (James, 1991).

(20)

Perumusan Masalah

Permasalahan yang hendak diajukan pada penelitian ini adalah bahwa nilai sumberdaya air DAS Cidanau dapat didekati melalui para pengguna jasa air tersebut, yaitu pertanian (sawah dan perikanan), rumah tangga dan industri (pabrik air mineral, pabrik tahu dan tempe serta KTI). Hutan rakyat maupun negara dan perkebunan karet yang berfungsi sebagai penjerap air tidak diikutkan dalam penilaian karena peranannya hanya sebagai pendukung tersedianya sumberdaya air dari DAS Cidanau. Sumberdaya air yang hendak dinilai adalah semua sumberdaya air yang berasal dari permukaan (danau dan sunga i) dan air yang berasal dari tanah yang biasa digunakan oleh rumah tangga. Sehingga permasalahan yang hendak dijawab dalam penelitian ini adalah :

1. Seberapa besar nilai sumberdaya air di DAS Cidanau agar dapat mendukung kegiatan pertanian, rumah tangga maupun industri secara lestari,

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai sumberdaya air di DAS Cidanau,

3. Berapakah surplus konsumen yang masih tersedia bagi kegiatan pertanian, rumah tangga dan industri dalam memanfaatkan air dari DAS Cidanau,

4. Dan bagaimanakah perubahan nilai sumberdaya air DAS Cidanau mulai tahun 1997 hingga tahun 2004.

Tujuan Penelitian

Penilaian mengenai sumberdaya air yang dihasilkan oleh DAS Cidanau ini memiliki beberapa tujuan, yaitu :

a. Melakukan analisis nilai ekonomi air melalui pendekatan biaya pengadaan air terhadap masing- masing pengguna air, yaitu pertanian, rumah tangga dan industri dalam memanfaatkan jasa air dari DAS Cidanau,

b. Melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan air DAS Cidanau yang dilakukan oleh para pengguna jasa air,

(21)

4

Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat dalam memberikan gambaran yang lebih baik (terkuantifikasi) terhadap jasa-jasa air sebagai nilai guna tak langsung dalam kegiatan pertanian, rumah tangga, industri dan jasa wisata yang disediakan oleh DAS Cidanau. Adanya nilai air yang telah terkuantifikasi ini diharapkan mampu memberikan masukan bagi pengelola jasa air DAS Cidanau dalam mengambil kebijakan agar sumberdaya tersebut dapat berfungsi dengan baik sehingga meningkatkan kesejahteraan manusia sebagai penggunannya.

Kerangka Pemikiran

(22)

Tahapan kerangka pemikiran penelitian pertama (I) :

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian I

Pengguna Air Sawah

Tambak

Rumah tangga

Pabrik tahu-tempe

Air kemasan

KTI

Korbanan Para Pengguna

Air

DAS Cidanau

Nilai Air DAS Cidanau

Data Citra

Landuse DAS Cidanau

Analisis Perubahan

Vegetasi Non

(23)

6 Tahapan kerangka pemikiran kedua (II) :

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Tahap II

Citra Landsat

Jenis-jenis Pengguna lahan

Konsumsi Air

Data Bapedalda Propinsi Banten

Rumah Tangga Industri lokal

Nilai Air untuk setiap Pengguna (luas, Rumah tangga,

industri) Rupiah per unit

Nilai Air DAS 1997

Citra Landsat 1997

Luas

Data rumah tangga

dan industri 1997 KK, unit

Rp/unit x jumlah unit

Nilai Air DAS 2004

Citra Landsat 2004

Data rumah tangga dan industri 2004 Luas

KK, unit

Rp/unit x jumlah unit

NAT 1997 NAT 2004

Interpretasi Perubahan Fisik dan Nilai Air

Tahu-Tempe

Air Kemasan

(24)

TINJAUAN PUSTAKA

Nilai Ekonomi Air DAS Cidanau

Konsep Nilai Sumberdaya

Davis dan Johnson (1987) menyebutkan bahwa penilaian sebagai area subyek merupakan suatu teknik yang memperhatikan atau mencermati hal- hal yang berkaitan dengan pengembangan konsep-konsep dan metodologi- metodologi yang tepat untuk menduga nilai suatu barang dan jasa. Sedangkan appraisal adalah terapan dari teknik -teknik dan metode- metode di atas untuk membuat suatu pendugaan yang spesifik mengenai nilai dari suatu benda atau hal tertentu bagi individu tertentu pada saat itu.

Nilai suatu benda dalam persepsi manusia merupakan sesuatu yang didapatkan pada waktu dan peristiwa tertentu yang ukurannya ditentukan oleh waktu, barang, atau uang dimana seseorang bersedia untuk memberikannya agar memperoleh hasil berupa penggunaan barang atau jasa. Konsep nilai ini terdiri atas tiga macam, yaitu :

a. Nilai pasar, merupakan nilai dimana terjadi pertukaran barang dan jasa pada suatu pasar melalui mekanisme harga pasar. Harga pasar merupakan keput usan yang diambil oleh seorang individu dalam pertukaran barang dan jasa dalam bentuk kesedian membayar,

b. Nilai guna, merupakan nilai dari suatu sumberdaya (barang maupun jasa) yang berguna pada masa yang akan datang, masa kini maupun berguna bagi sejumlah pembeli potensial,

c. Nilai sosial, merupakan nilai dari suatu barang dan jasa yang diberikan atau muncul berdasarkan keputusan para pengambil kebijakan melalui undang-undang atau peraturan pemerintah sehingga sumberdaya tersebut bernilai bagi semua pihak baik saat ini maupun masa datang.

(25)

8 tropika atau jasa-jasa lingkungan yang terdapat di dalamnya secara teratur, misalnya pertanian, suplai air dan aktifitas ekonomi lainnya. Jika fungsi lingkungan dan jasa yang disediakan melalui hutan mengalami gangguan, maka akan mengubah nilai produksi atau konsumsi dari aktifitas tersebut dan kepemilikan yang ada di dalamnya yang dilindungi atau didukung oleh hutan. Perlindungan terhadap sumberdaya air DAS Cidanau sesungguhnya merupakan bagian dari konsep nilai ekonomi total bagi hutan tropika. Konsep ini dapat dibagi kedalam beberapa kategori nilai ekonomi total yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai Ekonomi Total Hutan Tropika

Nilai Guna Langsung Nilai Guna Tidak Langsung Nilai Pilihan Nilai Non Guna

Nilai produksi kayu Perlindungan DAS Kegunaan masa Nilai keberadaan

Nilai produksi non kayu Siklus nutrien depan dari nilai Nilai budaya

Rekreasi dan turisme Reduksi polusi udara guna langsung Keanekaragaman

Tumbuhan obat Fungsi iklim mikro maupun tidak

Genetika tumbuhan Cadangan karbon langsung

Pendidikan Keanekaragaman

Habitat manusia

Nilai Ekonomi Total Hutan Tropika

Sumber : Bann, 2001

Sumberdaya Air DAS Cidanau

(26)

barang publik, (b) memiliki hak guna bersama, untuk pemanfaatannya membutuhkan modal yang besar sehingga tidak terjangkau oleh private sector, (c) memiliki sifat ketergantungan dalam pemanfaatannya sehingga sering menjadi masalah masyarakat umum, (d) dapat dipakai sebagai alat distribusi politik karena menyangkut distribusi manfaat dan biaya, (e) mobilitas air mudah mengalir, menguap dan meresap sehingga sulit upaya untuk mewujudkan dan melaksanakan penegasan hak-hak diatasnya secara eksklusif, (f) sifat penawaran air dapat berubah-ubah tergantung dari waktu, tempat dan kekeringannya, (g) merupakan barang umum, penggunaannya dapat beruntun berupa berubahnya aspek kualitas dan kuantitas (eksternalitas), (h) adanya bulky sehingga menyebabkan biaya transportasi menjadi mahal, (i) multiguna dalam pemanfaatannya (opportunity cost) dan (j) adanya nilai kultural yang melekat dimana air dianggap sebagai anugerah Tuhan. Hal ini menyebabkan sumberdaya air sebagai manfaat intangible dari DAS Cidanau belum dapat dinilai oleh sistem pasar akibat adanya pemahaman dan pengetahuan yang masih rendah terhadap manfaat perlindungan DAS, khususnya manfaat hidrologis. Rendahnya pemahaman dan pengetahuan terhadap manfaat intangible ini menyebabkan belum adanya penilaian ekonomi secara kuantitatif terhadap sumberdaya air padahal air yang dihasilkan oleh DAS Cidanau memiliki manfaat yang tinggi bagi kesejahteraan manusia (Darusman, 2002).

Metode Penilaian Ekonomi Sumberdaya Air

Menurut Davis dan Johnson (1987), konsep penilaian sumberdaya air tidak dapat dilepaskan dari konsep apraisal dimana pada konsep tersebut terdapat beberapa patokan yang digunakan dalam menilai sumberdaya air, yaitu : bukti adanya pasar (harga pasar), dihitung berdasarkan nilai bersih bagi penggunaan sekarang, nilai residual turunan, kuantifikasi pasar, biaya penggantian dan pertimbangan para ahli.

a. Kenyataan pasar (Market evidence)

(27)

10 b. Nilai Bersih bagi Penggunaan Sekarang

Untuk menentukan apakah lahan, kayu, air dan aset-aset lainnya merupakan nilai yang berguna bagi seorang individu, maka menggunakan satu atau lebih rencana tertentu perlu dilakukan oleh calon penggunanya. Rencana tersebut akan memerlukan sebuah daftar perkiraan dari kegiatan pengeluaran dan penerimaan yang dihubungkan dengan rencana yang sudah disepakati. Pemberian asumsi menge nai harga, biaya-biaya, teknologi, interest rate dan lain- lain merupakan sebuah analisis finansial dari setiap usulan penggunaan rencana yang dapat diduga melalui nilai bersih sekarang. Nilai bersih sekarang merupakan nilai ekonomi dari suatu aset atau sumberdaya dimana untuk penggunaannya memerlukan rencana -rencana tertentu sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan yang berkaitan dengan guna dari sumberdaya tersebut. Ketika harga pasar tidak tersedia (market evidence), pendekatan nilai bersih bagi penggunaan sekarang biasanya digunakan untuk membuat pendugaan terbaik berikutnya.

d. Nilai Residual Turunan

Nilai air yang digunakan untuk kegiatan produksi biasanya dihitung menggunakan pendekatan nilai residual turunan untuk penilaian materi- materi yang dihasilka n (air mineral kemasan) dan input- input produksi lainnya. Pendekatan tersebut pertam-tama menetapkan nilai jual dari produk yang dibuat oleh pabrik dan kemudian dilakukan pengurangan terhadap semua biaya pembuatan dan bahan baku yang digunakan sehingga me ninggalkan residu atau sisa terhadap air maksimum yang digunakan yang dapat dibayarkan untuk bahan baku yang digunakan.

e. Kuantifikasi Pasar

(28)

permintaan dan penawaran secara statistik yang dinyatakan secara tidak langsung melalui harga-harga yang diamati pada jumlah yang dijual, sehingga dapat dijelaskan secara logis. Hasil persamaan tersebut juga dapat digunakan untuk peramalan, jika kita menganggap orang-orang akan berekasi pada masa yang akan datang sebagaimana mereka telah melakukannnya pada masa sebelumnya dan tidak ada peristiwa-peristiwa seperti perang dan depresi ekonomi yang terjadi. Teknik-teknik ekonometrika secara jelas dibatasi untuk menghasilkan apa yang hendak dijual di pasar dan untuk rekaman historis yang baik yang sungguh-sungguh mampu menjaga harga, jumlah yang dijual, dan faktor- faktor pasar lainnya.

f. Biaya Penggantian

Pada kasus-kasus kerusakan, pencurian atau kehilangan aset barang dan jasa, pendekatan penilainnya adalah untuk menentukan biaya penggantian langsung melalui barang-barang yang sebanding. Kerusakan barang-barang yang dimiliki oleh seseorang, kemudian membutuhkan biaya untuk membeli barang yang baru merupakan biaya penggantian. Barang-barang baru tersebut berada dalam manfaat kompensasi yang tetap ketika jasa-jasa yang ada yang digunakan merupakan barang-barang yang tidak dapat ditemukan di pasar. Biaya penggantian merupakan konsep yang sukar untuk digunakan bagi penggantian barang-barang yang langka.

Pendekatan biaya penggantian bukanlah pendekatan yang secara luas digunakan pada bidang kehutanan karena vegetasi atau lahan tidak dapat digantikan secara tiba-tiba pada lahan yang sama yang telah hilang. Konsep ini hanya bekerja secara baik pada perlengkapan-perlengkapan, struktur dan kepemilikan lain yang dapat bergerak, yang mudah dikenali dan dijual secara luas pada pasar yang ada.

g. Penetapan Para Ahli

(29)

12 Masyarakat, pejabat pemerintaha n, pelayan publik, para profesional dan para anggota dewan dapat dipandang sebagai orang-orang yang ahli (expert) dan dapat menawarkan pendapatnya pada nilai dari sesuatu. Hal ini merupakan sesuatu yan gmasuk akal unmtuk menganggap bahwa para pejabat dan anggota dewan yang terpilih telah dipilih karena mereka merupakan bagian atau cerminan nilai dari para pemilih mayoritas. Sebagai tambahan, mereka juga bertanggungjawab terhadap masyarakat. Para pejabat, anggota dewan dan orang-orang yang diangkat secara politis membuat penetapan-penetapan nilai melalui keputusan mereka. Jika sistem politik dapat diterima, sehingga alasan-alasan yang dapat dibuat bahwa penetapan nilai bersama (kesepakatan) dari para politisi yang dipilih merupakan kuantifikasi sosial terbaik dan nilai non pasar lainnya yang tersedia.

(30)

menyebutkan bahwa kesedian membayar industri di kota Cilegon terhadap air yang dihasilkan oleh DAS Cidanau sebesar Rp 10 – 3.500/m3. Roslinda (2002) juga menyebutkan bahwa faktor jarak juga berperanan bagi pertanian maupun rumah tangga di desa-desa sekitar Hutan Pendidikan Gunung Walat dalam memberikan nilai dari air yang digunakan. Sedangkan penelitian mengenai manfaat hidrologis Gunung Gede Pangrango bagi sektor pertanian maupun rumah tangga di Kabupaten Sukabumi, Kodya Bogor,dan Kabupaten Bogor menunjukan nilai yang sangat besar, berkisar Rp 13,34 milyar sampai dengan Rp 3,47 trilyun (Fahada, Yustiana dan Ibrahim, 1992).

(31)

14 Tabel 2. Beberapa Studi Penilaian Ekonomi Sumberdaya di Indonesia tahun 1992-1999

Tahun Lokasi Sponsor Metode

1992 TN Taka Bone, Sulsel Saywer/thesis Pendekatan NPV dari perikanan sebesar Rp 103,43 M.Sc. produksi miliar selama 20 tahun dengan tingkat

diskon 5 %

1992 Bintuni Bay, Papua Jack Ruitenbeek/ Harga bayangan, Nilai TEV dari produksi lokal yang dapat EMDI Pendekatan produksi dan tidak dapat dipasarkan

masing-masing sebesar Rp 5.1 juta dan Rp 9 juta /tahun/kepala rumah tangga 1993 TN Gn Gede-Pangrango Darusman/IPB Model ekonometrik Rp 280 juta/ha/tahun

Jawa Barat berdasarkan manfaat hidrologis aliran sungai

1995 TN Gn Gede-Pangrango Adi Susmianto/ Pendekatan TN ini mempengaruhi 13 sektor ekonomi Jawa Barat Thesis M.Sc. pengeluaran dengan total pengeluaran sebesar

Rp 471 juta dari output atau penjualan, Rp 80 juta dari pendapatan dan 155 pekerja

1996 TN Bunaken, Sulut Saunders/NRMP/ Trevel Cost Nilai rekreasi sebesar Rp 9.8 miliar per

USAID tahun

1996 TN Bunaken, Sulut Saunders/NRMP/ Contingent valuation Nilai perlindungan diperkirakan sebesar USAID 9.6 miliar per tahun

1996 TN Bunaken, Sulut Saunders/NRMP/ Pendekatan Nilai ekonomi perikanan sebesar $ 3.8 USAID produksi juta/tahun bagi nelayan penuh waktu

dan $ 330.000 bagi nelayan paruh waktu

1996 TN Bukit Baka Kalteng Saunders/NRMP/ Contingent valuation Nilai perlindungan diperkirakan sebesar dan Kalbar USAID Rp 10 miliar/tahun

1996 Sungai Ciliwung Saunders/NRMP/ Contingent valuation Manfaat ekonomi dari membaiknya Jakarta USAID kualitas air sungai Ciliwung

(32)

Lanjutan Tabel 2.

1997 Siberut dan Ruteng Kramer et al/ADB Pendekatan Kesediaan turis membayar untuk produktifitas, biaya mendukung konservasi dan budaya perjalanan dan tradisional P. Siberut sebesar $ 23. Contingent valuation Manfaat ekonomi perlindungan air di

Ruteng Flores sebesar $ 35/kepala rumah tangga/tahun

1998 Kebakaran Hutan WWF/EEPSEA Produktifitas, kesehatan, Kerugian ekonomi sebesar $ 4.5 miliar Indonesia pengeluaran dan benefit

transfer (penggunaan studi kasus di negara lain untuk dijadikan acuan nilai ekonomi)

1998 TN Gn. Leuser Elfian/WWF dan Pendekatan produktifitas Nilai ekonomi air untuk irigasi, industri, CIFOR dan pengeluaran dan kebutuhan sehari-hari diperkirakan

bernilai sebesar $ 4.3 juta/tahun 1999 Kepulauan Togean Cannon/NRMP/ Pendekatan produktifitas Dengan tingkat diskon sebesar 5 %

Sulawesi Tengah USAID dan pengeluaran selama 25 tahun, NPV dari ekowisata dan kehutanan sebesar Rp 5.3 miliar dan Rp 4.1 miliar. Nilai ekonomi dan perikanan tradisional antara Rp 36.3 miliar s/d Rp 196 miliar

Sumber : WWF dan NRMP, 2000

(33)
[image:33.596.88.540.143.347.2]

16 Tabel 3. Hasil Penilaian Ekonomi Kawasan Konservasi Rio Bravo dengan Metode

Ekonomi Spasial (US$ per sel)

Modal Alami Minimum Maksimum Rata-Rata

Rempah-rempahan 0 - 00 0 - 34 0 - 036

Getah-getahan 0 - 00 0 - 47 0 - 102

Produk non kayu 0 - 00 112 - 36 26 - 654

Tumbuhan obat 0 - 00 446 - 41 244 - 586

Material genetik 0 - 00 3 - 40 1 - 311

Jasa wisata 0 - 00 755 - 10 0 - 340

Penyerapan karbon 0 - 53 360 - 49 249 - 784

Konservasi tanah 0 - 53 444 - 50 4 - 751

Pengendalian banjir 2 - 65 10 - 60 3 - 303

Nilai Keberadaan (CV) 0 - 02 1 - 729 0 - 524

Nilai Keberadaan (PfB) 36 - 83 36 - 83 36 - 830

Nilai Ekonomi Total (TEV) 43 - 36 2000 - 55 686 - 742

Sumber : Eade dan Moran, 1996

Penggunaan penginderaan jauh dalam penghitungan nilai ekonomi sumberdaya alam semakin penting. Hal ini terlihat dari upaya Pemerintah Singapura dalam menghitung kerugian ekonomi akibat kebakaran hutan yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan. Data tersebut diperoleh dari Centre for Remote Imaging, Sensing and Processing (CRISP) Universitas Nasional Singapura dengan penyesuaian oleh EEPSEA dan WWF untuk wilayah yang terbakar. Hasil yang diperoleh terdiri atas luas total wilayah yang terbakar diperkirakan mencapai 5 juta hektar, yaitu 20 % hutan, 50 % lahan pertanian/perkebunan dan 30 % lahan-lahan yang tidak produktif (Glover, 2002).

SIG dan Penginderaan Jauh

Sistem Informasi Geografis (SIG)

(34)

merupakan alat analitik (analytical tools) yang mampu memecahkan masalah spasial secara otomatis, cepat dan teliti. Pada bidang kehutanan (pengelolaan lingkungan), SIG sangat diperlukan guna mendukung pengambil keputusan untuk memecahkan permasalahan keruangan, mulai dari tahap perencanaan, pengelolaan sampai dengan pengawasan. SIG sangat membantu memecahkan permasalahan yang menyangkut luasan (polygon), batas (line atau arc) dan lokasi (point).

Prahasta (2002) menyebutkan bahwa SIG dapat digunakan untuk bidang-bidang sebagai berikut, yaitu untuk pengelolaan sumberdaya alam (kehutanan, pertanian, DAS dan lain- lain), perencanaan wilayah, kependudukan/demografi, lingkungan, pertanahan, pariwisata, ekonomi, bisnis dan marketing, perpajakan, biologi, telekomunikasi, hidrografi dan kelautan, pendidikan, geologi, pertambangan, dan perminyakan, transportasi dan perhubungan, kesehatan dan militer. Sedangkan SIG sendiri terdiri atas tiga komponen utama, yaitu hardware (PC Desktop, workstation dan multiuser host), software (modul- modul pemasukan, penyimpanan, pemanggilan dan pengeditan : modul analisis, modul display dan modul pencetakan/output) dan brainware/manajemen (Jaya, 2003).

Penginderaan Jauh (Remote Sensing)

Penginderaan jauh (remote sensing) merupakan suatu ilmu yang membahas pengumpulan informasi mengenai suatu objek, kejadian (fenomena), atau area melalui analisis data yang didapat dari pengamatan dengan menggunakan peralatan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kontak langsung dengan objek, kejadian (fenomena) atau area yang diamati. Bidang indraja ini sering menggunakan peralatan-peralatan berupa kamera, scanner, atau sensor-sensor lainnya yang dibawa oleh wahana pengangkut (platform) yang dapat bergerak cepat (Prahasta, 2002).

(35)

18 paling banyak digunakan sebagai alat untuk penginderaan permukaan bumi antara 0.4 – 12 um yang merupakan jangkauan radiasi cahaya tampak hingga inframerah (Richards, 1987).

Resolusi Citra

Ada empat macam resolusi yang digunakan dalam penginderaan jauh, yaitu resolusi spasial, resolusi spektral, resolusi radiometrik dan resolusi temporal. Menurut Jaya (2002) masing- masing resolusi tersebut adalah : (a) Resolusi spasial adalah ukuran terkecil dari suatu bentuk (feature) permukaan bumi yang bisa dibedakan dengan bentuk permukaan di sekitarnya atau yang ukurannya bisa diukur. Misalnya data citra yang diambil dari Landsat memiliki resolusi spasial 30 m x 30 m; (b) Resolusi spektral diartikan sebagai dimensi dan jumlah daerah panjang gelombang yang sensitif terhadap sensor, misalnya citra Landsat TM memiliki resolusi spektral sebesar 7 band dimana masing-masing band memiliki rentang panjang gelombang sendiri-sendiri ; (c) Resolusi radiometrik adalah ukuran sensitifitas sensor untuk membedakan aluran radiasi (radiant flux) yang dipantulkan atau diemisikan dari suatu obyek permukaan bumi, misalnya radian pada panjang gelombang 0.6 -0.7 um akan direkam oleh detektor MSS band 5 dalam bentuk voltage ; dan (d) Resolusi temporal merupakan frekuensi dari suatu sistem sensor merekam suatu areal yang sama (revisit), misalnya Landsat TM mempunyai ulangan overpass 16 hari.

Interpretasi Citra

(36)

Setelah pemilihan band terbaik dilakukan, tahapan berikutnya yang sangat penting dalam penggunaan citra penginderaan jauh adalah klasifikasi. Ada dua jenis klasifikasi, yaitu klasifikasi tak terbimbing (unsupervised classification) dan klasifikasi terbimbing (supervised classification). Klasifikasi tak terbimbing adalah metode klasifikasi dimana piksel-piksel yang berada dalam satu kelompok diberikan sebuah symbol yang menunjukan bahwa piksel-piksel tersebut berada dalam satu klaster atau kelas spektral yang sama. Melalui penggunaan simbol-simbol tersebut maka dapat diperoleh sebuah peta baru. Peta baru tersebut berhubungan dengan citra yang telah diklaster tetapi piksel-piksel yang disajikan dalam simbol kemungkinan berlainan dengan data multispektral asli dari permukaan bumi (Richards, 1987). Jaya (2002) menambahkan bahwa pengklas ifikasian pada metode ini menggunakan algoritme hirarkis (k-mean) atau non hirarkis (isodata). Sedangkan klasifikasi terbimbing adalah suatu metode klasifikasi kuantitatif yang dilakukan dengan memilih sejumlah piksel yang memawakili masing-masing kelas atau kategori yang diinginkan melalui penggunaan training area.

Klasifikasi Citra (Supervised Classification)

Seperti telah disebutkan diatas bahwa klasifikasi secara terbimbing (supervised classification) merupakan suatu metode interpretasi terhadap data citra secara kuantitatif. Metode interpretasi tersebut memiliki beberapa tahapan sebagai berikut :

1. Tentukan sekelompok tipe penutupan lahan yang terdapat pada citra agar dapat dipisah-pisahkan. Sekelompok data tersebut menyimpan sejumlah informasi seperti air, kawasan perkotaan, kawasan pertanian, pegunungan dan lain- lain, 2. Pilihlah piksel-piksel yang mewakili atau prototipe dari setiap kelompok kelas

yang diinginkan. Piksel-piksel tersebut akan membentuk suatu data percobaan. Sekelompok data percobaan dari setiap kelas dapat ditetapkan menggunakan lokasi kunjungan, peta-peta, foto udara atau fotointerpretasi dari produk warna komposit yang dibentuk dari data citra. Biasanya piksel-piksel percobaan untuk kelas yang diberikan akan terletak didalam suatu kawasan yang terdekat pada batas tersebut. Kawasan itu disebut sebagai lapangan percobaan,

(37)

20 persamaan yang akan membatasi pemilahan di dalam lingkup multispektral. Sekelompok parameter bagi kelas yang diberikan kadangkala disebut sebagai signature kelas,

4. Gunakan klasifikasi percobaan, label atau klasifikasikan setiap piksel yang ada pada citra menjadi satu tipe penutupan lahan yang dikehendaki (kelas informasi). Disini seluruh segmen citra yang diminati telah diklasifikasikan secara tertentu. Dimana percobaan pada langkah kedua di atas merupakan syarat bagi pengguna untuk melakukan indentifikasi sekitar 1 % dari piksel-piksel citra yang ada melalui pemahaman yang lain, komputer akan melabelnya dengan klasifikasi, 5. Hasil yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk data tabular atau peta tematik

(kelas) yang merupakan ringkasan hasil dari klasifikasi (Richards, 1987)

Klasifikasi citra secara terbimbing membutuhkan analisis separabilitas, agar dapat menampilkan data percobaan yang telah diambil sehingga adanya kesalahan dalam proses klasifikasi dapat diduga (Swain dan Davis, 1978 dalam Schowengerdt, 1997). Separabilitas juga dapat digunakan untuk menentukan kombinasi tampilan terbaik secara rata-rata dalam membedakan kelas-kelas yang dibuat. Sebagai sebuah alat untuk pemilihan tampilan, ukuran separabilitas dihitung secara khusus untuk semua pasangan kelas yang memungkinkan dan untuk semua kombinasi dari q tampilan yang menghasilkan K total tampilan (Jansen, 1996 dalam Schowengerdt, 1997).

Ada beberapa model klasifier yang dapat digunakan dala m membuat klasifikasi (Thomas, Benning dan Ching, 1987) yaitu :

1. Parallelepiped, merupakan model klasifier yang termudah dan menggunakan sumberdaya komputer yang paling minim dari semua klasifier. Pengguna hanya menentukan rata-rata ± batasan yang dapat diterima untuk kelas sebaran statistik

dan merupakan batasan parallelepiped pada kelas yang terpotong.

(38)

3. Jarak Mahalanobis, merupakan suatu teknik untuk mengetahui interrelasi dari saluran spektral. Teknik klasfikasi yang digunakan yaitu mengevaluasi jarak antara sebuah titik yang terdapat dalam ruang spektral atau ruang tampilan dan posisi rata-rata untuk kelas tersebut. Pendekatan ini hampir sama dengan jarak Euclidean. Kemudian jarak tersebut diubah melalui pemecahan keragaman dari kelas di dalam ruang berdimensi n searah yang sesuai (point to mean).

4. Maximum Likelihood, merupakan teknik klasifier yang memiliki beberapa tahapan, yaitu (a) mempersiapkan suatu fungsi peluang berdimensi n yang menghitung korelasi anta saluran data. Fungs i tersebut mencerminkan korelasi yang terlihat dalam tanda spektral yang ada pada saat itu; (b) mengevaluasi fungsi peluang berdimensi n pada lokasi piksel data dan kemudian menghitungnya dalam nilai yang memungkinkan untuk piksel tersebut ke dalam kelas-kelas tertentu. Selanjutnya perbedaan analisis antara klasifikasi terbimbing dan tak terbimbing disajikan pada Gambar 3.

Klasifikasi tak terbimbing Klasifikasi terbimbing

[image:38.596.151.491.403.672.2]

Gambar 3. Perbedaan Proses Klasifikasi Terbimbing dan Tak Terbimbing (Jaya, 2002)

Rektifikasi

Training area

Uji separabilitas

Klasifikasi citra

Evaluasi akurasi

Rektifikasi

Algoritme : Hirarchical (k-mean)

atau non hirarchical (isodata)

Edit/evaluasi kelas

Klasifikasi citra

(39)

METODOLOGI

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian mengenai penilaian sumberdaya air di DAS Cidanau ini akan dilaksanakan mulai bulan September tahun 2005 sampai dengan bulan Februari tahun 2006 di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Cinangka, Ciomas dan Padarincang di DAS Cidanau. Alasan pemilihan lokasi bagi penelitian ini karena pada ketiga kecamatan tersebut air digunakan bagi kegiatan pertanian sawah, perikanan, rumah tangga dan industri baik industri kecil non formal maupun industri air minum kemasan sehingga sesuai dengan tujuan penelitian. Sedangkan DAS Cidanau merupakan sumber air utama bagi PT KTI dalam memproduksi air bagi kegiatan industri- industri besar di kota Cilegon.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Citra Landsat Cidanau tahun 1997 hingga tahun 2004 untuk melihat sebaran para pengguna jasa air di sekitar DAS Cidanau serta kondisi lingkungannya dan daftar pertanyaan untuk wawancara, sedangkan alat yang digunakan adalah seperangkat komputer, GPS (Global Positioning System) dan program software ERDAS 8.5., Arview 3.2./Arc- info dan Stepwise regression dari Minitab.

Metode Penelitian Jenis Data

(40)

membayar para pengguna jasa air terhadap air yang digunakan (WTP). Semua nilai diatas dihitung selama satu tahun.

Sedangkan data sekunder yang digunakan terdiri atas data citra, peta-peta tematik DAS Cid anau, jumlah penduduk, luas sawah total, jumlah produksi total, penggunaan air total, data vektor batas-batas kecamatan dan lain- lain.

Teknik Pengambilan Data

Pengambilan data terhadap para pengguna jasa air pada lokasi penelitian dilakukan dengan cara stratifikasi sampling. Jumlah responden yang akan diambil diklasifikasikan berdasarkan luas lahan sawah dan balong/kolam yang ada, sedangkan untuk rumah tangga, jumlah responden diklasifikasikan berdasarkan jumlah penduduk yang terdapat pada lokasi penelitian. Untuk industri kecil non formal, air minum kemasan dan KTI menempati jumlah yang sedikit sehingga dapat diambil seluruhnya.

1. Pengambilan n contoh dari N populasi

Jumlah responden n yang akan diambil dari N populasi ditentukan menggunakan formula Slovin (1960) dalam Sudjana (1991), yaitu :

N n = - - - 1 + N.e2

dimana,

n = ukuran contoh N = ukuran populasi

e = nilai kritis (batas kekeliruan) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel populasi)

Sedangkan nilai kritis yang diinginkan dari responden yang diambil adalah sebesar 10 %. Pemilihan responden hanya dibatasi pada desa-desa yang merupakan daerah tangkapan air DAS Cidanau di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Padarincang, Cinangka dan Ciomas.

2. Stratifikasi Sampling

(41)
[image:41.596.85.536.421.547.2]

24 penduduk yang terdapat pada Kecamatan Padarincang, Ciomas, dan Cinangka. Lahan sawah yang terdapat pada lokasi penelitian dibagi ke dalam tiga kelas, yaitu lahan sawah kecil (0 – 250 ha), sedang (251 – 500 ha) dan besar (> 500 ha). Sedangkan balong juga dibagi kedalam tiga kelas luas lahan, yaitu luas balong kecil (0 – 100 ha), sedang (101 – 200 ha) dan besar (> 200 ha). Kelas luas lahan sawah disajikan pada Tabel 4 dan kelas luas lahan balong disajikan pada Tabel 5.

Tabel 4. Kelas Luas Lahan Sawah pada Lokasi Penelitian

No. Kelas Sawah Luas Luas Desa

(Ha) (Ha)

1 Kecil 0 - 250 1588.77 cibojong, cisaat, curuggoong, kadubereuem, kramat laban, cikolelet, padarincang, cinangka, kubang baros, sindang laya, siketug, cisitu, lebak, pondok kahuru, sukabares, sukadana, ujung tebu

2 Sedang 251 - 500 1382.51 batukuwung, bugel, cipayung, rancasanggal 3 Besar > 500 3127.96 barugbug, ciomas, kalumpang

Sumber : Bapedalda Propinsi Banten, 2001

Tabel 5. Kelas Luas Lahan Balong pada Lokasi Penelitian

No. Kelas Balong Luas Luas Desa

(Ha) (Ha)

1 Kecil 0 - 100 22.75 batukuwung, cibojong, ciomas, cipayung, siketug, kadubereum, kramat laban, cikolelet,

cinangka, karang suraga, kubang baros, rancasanggal, sindang laya, sukadana, bantar waru

2 Sedang 101 - 200 0 tidak ada 3 Besar > 200 415.2 barugbug

437.95 Sumber : Bapedalda Propinsi Banten, 2001

(42)

sehingga dimasukan sebagai responden untuk industri. Data mengenai industri yang terdapat di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 7.

Tabel 6. Data Jumlah Penduduk di Lokasi Penelitian

No. Kecamatan Pemukiman (ha) Populasi (orang)

1 Cinangka 462.28 28.043

2 Ciomas 616.1 28.421

3 Padarincang 827.97 55.593

Total 1906.35 112.057

Sumber : Bapedalda Propinsi Banten, 2001

Tabel 7. Data Industri yang Terdapat Pada Lokasi Penelitian

No. Industri Jenis Industri Keterangan

1 Krakatau Tirta Industri (KTI) Air baku industri & PDAM Industri besar

2 PT Lima Heksa Perkasa Air mineral Industri sedang

3 PT Tirtajaya Anugerah Mandiri Air mineral Industri sedang

4 Air Minum Cihujan Air mineral refill Industri kecil

5 Pembuatan tahu tempe Rumah tangga Industri kecil

Sumber : Bapedalda Propinsi Banten, 2001

Selanjutnya, untuk mengetahui jumlah sampel responden untuk masing-masing kelas luas lahan dan jumlah penduduk di lokasi penelitian digunakan dalil alokasi sebanding, yaitu :

Ni

ni = (- - ) n untuk i = 1, 2, 3, … k

N

Pengolahan dan Analisis Data

Untuk mengolah data yang dihasilkan dalam penelitian ini digunakan dua pendekatan, yaitu : pendugaan ekonomi sumberdaya air dan klasifikasi spasial terhadap sumberdaya yang digunakan.

Pendugaan Nilai Ekonomi Sumberdaya Air

(43)

26 Menurut Ibrahim, Yustiana, Fahada dan Sadjati (1992) penghitungan nilai air sebagai manfaat hidrologis memiliki empat model, yaitu model linier, linier-logaritma, logaritma-linier dan logaritma - logaritma. Sedangkan pada penelitian nilai ekonomi air di DAS Cidanau dibatasi hanya menggunakan model linier saja. Tahapan untuk membuat kurva permintaan dari kesediaan membayar para pengguna air adalah sebagai berikut (Roslinda, 2002 dan Widada, 2004) :

1. Menentukan model (kurva) permintaan, yaitu meregresikan permintaan (Y) sebagai variabel terikat dengan harga (biaya pengadaan) dan faktor- faktor sosial ekonomi yang mempengaruhinya sebagai variabel bebas. Model tersebut adalah sebagai berikut :

Y = ß0 + ß1X1 + ß2X2 + …. + ßnXn

dimana Y = permintaan atau konsumsi (satuan/kapita) X1 = harga atau biaya pengadaan (Rp/satuan)

ß0,1,2,..n = intersep

ß1,2,3,..n = koefisien regresi

X2,3,…n = peubah bebas/faktor sosial ekonomi

Penentuan model terbaik dilakukan dengan menggunakan “Stepwise Regression” melalui perangkat lunak Minitab.

2. Menentukan intersep baru ß0’ fungsi permintaan dengan peubah bebas X1 dalam

keadaan faktor lain (X2, X3, … Xn) tetap. Cara penghitungannya adalah sebagai

berikut : Y = ß0 + ß1X1 + ß2X2 + …. + ßnXn

Y = (ß0 + ß2X2 + …. + ßnXn) + ß1X1

Y = ß0’ + ß1X1

3. Menginversi persamaan fungsi asal sehingga X1 menjadi peubah tak bebas dengan Y

sebagai peubah bebas :

Y - ß0’

Y = ß0’ + ß1X1 X1 = - - - -

ß1

(44)

a

U = ? ƒ(Y)? Y 0

dimana U = rata-rata kesediaan membayar nilai ekonomis

ƒ(Y) = fungsi permintaan

a = rata-rata jumlah produk yang dikonsumsi (Y)

5. Menentukan nilai X1 (harga barang/biaya pengadaan) pada saat Y dengan cara

mensubstitusikan nilai Y pada persamaan : Y - ß0’

X1 =

-ß1

6. Menentukan rata-rata nilai yang dikorbankan oleh konsumen dengan cara mengalikan X1 (hasil langkah 5) dengan Y.

7. Menghitung nilai total kesediaan membayar (WTP), surplus konsumen, dan harga yang dibayarkan dengan cara menggandakan nilai pada point 4 dengan pengganda populasi.

(45)

28 X1 B

X1 = ƒ(Y)

X1 A

Y 0 Y1

Keterangan :

0Y1AB = pendugaan nilai manfaat air total bagi konsumen

0Y1AX1 = biaya yang dibayar konsumen

[image:45.596.151.467.119.371.2]

X1AB = surplus konsumen, kesejahteraan konsumen

Gambar 4. Kurva Permintaan Air ( Darusman, 2002)

Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah bahwa permintaan konsumen terhadap sumberdaya air dari DAS Cidanau tergantung dari biaya pengadaan airnya. Sedangkan biaya pengadaan air yang dikeluarkan oleh para pengguna jasa air menentukan nilai ekonomi dari sumberdaya tersebut sehingga nilai ekonomi air yang digunakan oleh para pengguna air cenderung berubah seiring dengan perubahan waktu. Perubahan waktu yang hendak diukur berlangsung selama periode 1997 hingga 2004.

Pengujian Hipotetsis

Hipotesis uji yang diajukan dalam penelitian ini adalah

H0 : ß1 = 0

(46)

dimana,

H0 : Permintaan konsumen terhadap sumberdaya air DAS Cidanau tidak

tergantung dari biaya pengadaan airnya

H1 : Permintaan konsumen terhadap sumberdaya air DAS Cidanau tergantung

dari biaya pengadaan airnya.

Pendugaan Nilai Parameter ß0’ dan ß1

Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002), pendugaan nilai parameter ß0’dan ß1

dapat menggunakan metode kuadrat terkecil yang dapat dikerjakan secara sederhana baik manual maupun dengan komputer, yaitu :

n — — n n n

?

(Xi –

X

)(Yi –

Y

) n

?

XiYi -

?

Xi

?

Yi i = 1 i = 1 i = 1 i = 1

ß

1= b = ———————— = ———————— n — n n

?

(Xi –

X

)2 n

?

Xi2 –

(

? Xi2

)

2

i = 1 i = 1 i = 1

— —

a

= a =

Y

– b

X

Analisis Ragam

Untuk melakukan pengujian terhadap model regresi, maka digunakan analisis ragam. Komponen keragaman dapat diuraikan seperti pada Tabel 8.

Tabel 8 . Analisis Ragam untuk Regresi Linier Sederhana

S K db Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F-hitung Regresi 1 JKR = (n – 1)b2Sx2 KTR = JKR/1 KTR//KTG

Galat n – 2 JKG = (n – 1)(Sy2 – b2Sx2) KTG = JKG/n - 2

Total n - 1 JKT = (n – 1)Sy2

Sumber : Mattjik dan Sumertajaya, 2002

Kriteria Uji :

(47)

30

Koefisien Keragaman (R2)

Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002), keterandalan dari model yang diperoleh dapat dilihat dari kemampuan model menerangkan keragaman nilai peubah Y. Ukuran ini sering disebut dengan koefisien determinasi yang dilambangkan dengan R2. Semakin besar nilai R2 berarti model semakin mampu menerangkan perilaku peubah Y. Kisaran dari nilai R2 mulai dari 0 % sampai dengan 100 %. Besarnya nilai koefisien determinasi dapat dihitung sebagai berikut :

JKR JKT – JKG JKG R2 = ? ? = ? ? ? ? ? = 1 - ? ? ? JKT JKT JKT

Nilai Air Pertanian

Nilai air pertanian yang dihitung hanya air yang digunakan untuk pertanian sawah dan bukan sawah tadah hujan. Pendekatan yang digunakan untuk menghitung nilai air bagi pertanian sawah menggunakan biaya pengadaan, yaitu :

NAPs = HAPr x Ls

? B Ai / Ai

HAPr = - - - n

dimana, NAPs = nilai air pertanian (Rp/tahun)

HAPr = harga air pertanian rata-rata (Rp/ha/tahun) Ls = luas sawah total (ha)

BAi = biaya air untuk responden ke- i (Rp/tahun)

Ai = luas lahan sawah responden ke- i (ha)

n = jumlah responden

Nilai Air Perikanan

(48)

NAPi = HAPi x Le

? B Ai / Ai

HAPr = - - - n

dimana, NAPi = nilai air perikanan (Rp/tahun)

HAPr = harga air perikanan rata-rata (Rp/ha/tahun) Le = luas empang total (ha)

BAi = biaya air untuk responden ke- i (Rp/tahun)

Ai = luas empang responden ke- i (ha)

n = jumlah responden

Nilai Air Rumah Tangga

Nilai air rumah tangga yang dihitung adalah air yang digunakan untuk keperluan mencuci, mandi dan minum dari suatu rumah tangga. Pendekatan yang digunakan melalui biaya pengadaan air bagi rumah tangga, yaitu :

NART = HARTr x JRT

? BARTi

HARTr = - - - n

dimana, NART = nilai air rumah tangga (Rp/tahun)

HARTr = harga air rumah tangga rata-rata (Rp/kapita/tahun) JRT = jumlah Rumah Tangga (kapita)

BARTi = biaya air rumah tangga responden ke- i (Rp)

n = jumlah responden

Nilai Air Industri Kecil

(49)

32 produk yang siap jual. Pendekatan yang digunakan adalah melalui biaya pengadaan air, yaitu :

NAIK = HAIKr x JIK

? BAIKi

HAIKr = - - - n

dimana, NAIK = nilai air industri kecil (Rp/tahun)

HAIKr = harga air industri kecil (Rp/industri/tahun) JIK = jumlah industri kecil (industri)

BAIKi = biaya air industri tahu-tempe responden ke-i (Rp)

n = jumlah responden

Nilai Air Industri Air Kemasan

Nilai air bagi industri air kemasan yang dihitung adalah air yang diambil dari sejumlah mata air, anakan sungai atau sungai di DAS Cidanau, kemudian air tersebut ditampung untuk diproses lebih lanjut menjadi air minum kemasan. Pendekatan yang digunakan adalah melalui harga jual air kemasan di tingkat produsen (pendekatan harga pasar) dimana konsumen akan memiliki reaksi yang sama pada perubahan harga jual air minum kemasan di tingkat produsen dimana konsumen akan melakukan penyesuaian terhadap biaya-biaya lainnya untuk mendapatkan air tersebut (Clawson, 1959 dalam Davis dan Johnson 1987), yaitu :

NAK = HAKr x JIAK

? HAIKi

HAKr = - - - n

dimana, NAK = nilai air industri air ke masan (Rp/tahun)

HAKr = harga air industri air kemasan rata-rata (Rp/industri/th) JIAK = jumlah industri air kemasan (industri)

(50)

n = jumlah konsumen

Nilai Air KTI

KTI merupakan sebuah industri yang paling banyak dalam memanfaatkan jasa air dari DAS Cidanau. Air tersebut ditampung dan diolah menjadi air baku lalu diedarkan ke seluruh industri yang ada di kota Cilegon dan PDAM. Keberadaan KTI sebagai pengelola jasa air utama dari DAS Cidanau sangat penting sehingga keberadaannya perlu diperhitungkan sebagai pengguna jasa air. Pendekatan yang digunakan untuk menghitung nilai air yang dimanfaatkan oleh KTI adalah melalui pendekatan harga jual air ditingkat produsen (harga pasar) dimana setiap konsumen akan memiliki reaksi yang sama terhadap harga air yang ditetapkan oleh KTI sehingga akan mempengaruhi biaya -biaya lainnya untuk mendapatkan air tersebut (Clawson, 1959 dalam Davis dan Johson, 1987), yaitu :

NAKTI = HAIr x JI

?HJ Ai

HAIr = - - - -

n

dimana, NAKTI = nilai air KTI (Rp/tahun)

HAIr = harga air rata-rata KTI (Rp/industri/tahun)

HJAi = harga air KTI untuk konsumen ke-i (Rp/tahun)

JI = jumlah industri

n = jumlah konsumen

Nilai Air Total DAS Cidanau

Nilai air total DAS Cidanau dihitung berdasarkan jumlah nilai air total yang digunakan oleh para pengguna air, yaitu :

NAT = NAPs + NAPi + NART + NAIT + NAK + NAKTI dimana, NAT = nilai air total DAS Cidanau (Rp/tahun)

(51)

34 NART = nilai air rumah tangga (Rp/tahun)

NAIT = nilai air industri tahu-tempe (Rp/tahun) NAK = nilai air industri air kemasan (Rp/tahun) NAKTI = nilai air Krakatau Tirta Industri (Rp/tahun)

Analisis Perubahan Nilai Air DAS Cidanau (1997 - 2004)

Klasifikasi

[image:51.596.120.526.462.746.2]

Klasifikasi terhadap data spasial DAS Cidanau dilakukan untuk mengetahui perubahan nilai air secara multiwaktu mulai tahun 1997 hingga tahun 2004. Klasifikasi dilakukan pada tiga kecamatan yang menjadi obyek penelitian, yaitu : Kecamatan Cinangka, Ciomas dan Padarincang. Ketelitian terhadap hasil klasifikasi dilakukan dengan cara membuat matrik kontingensi atau matrik kesalahan (confusion matrix). Kemudian, dari matriks kontingensi akan dihasilkan producer’s accuracy, user’s accuracy dan kappa accuracy. Hasil klasifikasi akan dinyatakan telah memenuhi syarat jika akurasi yang dihasilkan lebih besar atau sama dengan 85%. Bentuk matriks kontingensi untuk klasifikasi citra disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Bentuk Matriks Kontingensi untuk Klasifikasi Citra

Data Acuan Total baris Producer's Acc

Training Area (Xk+) Xkk/Xk+

A B … D

A Xii

B …..

D Xkk

Total kolom X+k N

User's Acc Xkk/X+k

Diklasifikasi ke Kelas (Data Klasifikasi di Peta)

Xkk

Producer’s accuracy = - - - x 100 % Xk+

Xkk

(52)

r

S Xkk

k

Overall accuracy = - - - - x 100 % N

r r

NS Xkk - S Xk+X+k

k k

Kappa accuracy = - - - x 100 % r

N2 - S Xk+ X+k

k

dimana,

N = jumlah semua piksel yang digunakan untuk pengamatan r = jumlah baris/lajur pada matriks kesalahan (jumlah kelas) Xk+ = ? Xij (jumlah semua kolom pada baris ke- i)

X+k = ? Xij (jumlah semua kolom pada lajur ke-j)

(53)

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Letak Geografis Cidanau

Menurut data Bapedalda Propinsi Banten (2001), DAS Cidanau terletak pada dua kabupaten, yaitu Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang dengan luas 22.260 hektar. Secara geografis Cidanau terletak pada posisi antara 060 07’ 30’’ – 060 18’ 00’’ LS dan 1050 49’ 00’’ – 1060 04’ 00’’ BT yang dibatasi oleh :

Sebelah Utara : Gunung Tukung Gede dan Gunung Saragean Sebelah Timur : Gunung Pule dan Gunung Karang

Sebelah Selatan : Gunung Sangkur, Gunung Aseupan dan Gunung Condong Sebelah Barat : Selat Sunda

[image:53.596.88.416.427.733.2]

Luas wilayah administrasi yang berada di dalam wilayah DAS Cidanau seper ti yang digambarkan pada Tabel 10 adalah sebagai berikut :

Tabel 10. Luas Wilayah Administrasi DAS Cidanau

No. Nama Wilayah Administrasi Persentase

Administrasi Di Wilayah (%) DAS

1 Kecamatan Cinangka

1. Ds. Bantar Waru 1,015.00 227.09 11.27

2. Ds. Cikolelet 1,555.00 600.00 38.69

3. Ds. Cinangka 711.00 556.25 78.23

4. Ds. Karang Suraga 986.00 328.13 33.28

5. Ds. Kubang Baros 1,527.00 843.75 55.26

6. Ds. Rancasanggal 770.00 770.00 100.00

7. Ds. Sindanglaya 455.00 275.00 60.44

Sub Total I 7,019.00 3,600.22 44.90

2 Kecamatan Mancak

1. Ds. Cikedung 1,943.00 1,868.75 96.18

Sub Total II 1,943.00 1,868.75 96.18

3 Kecamatan Pabuaran

1. Ds. Ciherang 586.00 234.38 40.00

2. Ds. Gunungsari 795.00 418.38 52.67

3. Ds. Kadu Agung 841.00 500.13 59.47

4. Ds. Luwuk 652.00 225.00 34.51

Sub Total III 2,874.00 1,377.89 47.96

Luas Wilayah (Ha)

(54)

Lanjutan Tabel 9.

No. Nama Wilayah Administrasi Persentase

Administrasi Di Wilayah (%) DAS

4 Kecamatan Ciomas

1. Ds. Ciketug 478.00 478.00 100.00

2. Ds. Cisitu 452.00 452.00 100.00

3. Ds. Citaman 543.00 543.00 100.00

4. Ds. Lebak 512.00 434.38 84.69

5. Ds. Pondok Kahuru 180.00 180.00 100.00

6. Ds. Suka Bares 615.00 462.50 75.20

7. Ds. Suka Dana 364.00 243.75 66.96

8. Ds. Suka Rena 946.00 98.88 10.45

9. Ds. Ujung Tebu 794.00 794.00 100.00

Sub Total IV 4,884.00 3,686.51 47.96

5 Kecamatan Padarincang

1. Ds. Barugbug 842.00 842.00 100.00

2. Ds. Batukuwung 1,743.00 1,743.00 100.00

3. Ds. Bugel 198.00 198.00 100.00

4. Ds. Cibojong 1,390.00 1,390.00 100.00

5. Ds. Ciomas 471.00 471.00 100.00

6. Ds. Cipayung 808.00 808.00 100.00

7. Ds. Cisaat 270.00 270.00 100.00

8. Ds. Citasuk 1,343.00 1,343.00 100.00

9. Ds. Curug Goong 392.00 392.00 100.00

10. Ds. Kadu Bereuem 927.00 927.00 100.00

11. Ds. Kalumpang 846.00 846.00 100.00

12. Ds. Kramat Laban 151.00 151.00 100.00

13. Ds. Padarincang 1,709.00 1,709.00 100.00

Sub Total V 11,090.00 11,090.00 100.00

6 Kecamatan Mandalawangi

1. Ds. Cikumben 620.00 468.00 75.48

2. Ds. Curuglemo 284.00 71.29 25.10

3. Ds. Panjangjaya 307.00 32.00 10.42

4. Ds. Ramea 573.00 428.00 74.69

Sub Total VI 1,784.00 999.29 56.01

Luas Wilayah (Ha)

KABUPATEN SERANG

KABUPATEN PANDEGELANG

(55)

38

Kondisi Iklim DAS Cidanau

Iklim di Indonesia umumnya adalah beriklim tropis dengan dua musim utama yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Kedua musim ini berlangsung sepanjang tahun dan jarang sekali terdapat musim yang bersifat ekstrim sehingga di Indonesia cocok untuk kegiatan pertanian.

Demikian halnya di wilayah DAS Cidanau memiliki tipe iklim B1 menurut tipe iklim Schmidt dan Ferguson dengan curah hujan rata-rata berkisar antara 23 – 25.9 mm/tahun. Wilayah ini mendapat curah hujan dari dua musim, yaitu angin musim Barat dan angin musim Timur antara bulan November sampai dengan Maret dan bulan Mei sampai dengan Oktober. Sedangkan bulan-bulan kering terjadi pada bulan Agustus sampai dengan September.

Kelembaban nisbi di wilayah DAS Cidanau berkisar antara 77.6 % - 85 % dengan kelembaban terendah terjadi pada bulan Oktober dan tertinggi pada bulan Februari. Lama penyinaran matahari bervariasi antara 31.6 % sampai dengan 78.6 % dengan lama penyinaran terendah terjadi pada bulan Agustus.

Kondisi Tanah dan Geologi

Tanah

Ada empat jenis tanah yang terdapat di wilayah DAS Cidanau, yaitu jenis tanah Aluvial, Regosol, Latosol dang Glei. Tanah Aluvial merupakan jenis tanah yang dihasilkan oleh pengendapan air dan menempati daerah aliran yang berlereng datar sampai berombak ( 0 – 8 %). Bahan induknya tergantung dari bahan asalnya, biasanya mempunyai kedalaman efektif tanah (solum) yang dalam. Tanah ini berpotensi untuk pengembangan tanaman pertanian (sawah) dan perikanan apabila tersedia irigasi sepanjang tahun. Misalnya di Kecamatan Padarincang.

(56)

Tanah Latosol mempunyai solum dangkal sampai dalam dengan warna kuning sampai cokelat. Bahan induk vulkan atau plutonik, bersifat intermedier sampai biasa. Pada umumnya memiliki kesuburan tanah yang rendah sampai sedang sehingga tidak mudah tererosi dan tidak mudah longsor. Sedangkan tanah Glei (aqueptsi) meliputi tanah aluvial yang berupa sub recent deposit dan telah mengalami perkembangan profil yang lanjut dibandingkan dengan tanah aluvial biasa yang diklasifikasikan sebagai Glei Humik rendah, Hidromorfik Kelabu dan Planosol. Untuk daerah-daerah yang mempunyai irigasi yang cukup maka tanah glei ini cocok digunakan untuk padi sawah. Jenis tanah glei biasanya bertekstur ringan di bagian atas dan berat di bagian bawah, juga mempunyai kandungan besi dan mangan yang menyertai warna glei. Pada lahan sawah lapisan permukaan berkonsentrasi kuat dengan kadar air pada bagian bawah bajak membentuk profil, sedangkan persentase kuarsa lebih tinggi pada lapisan bajak.

Geologi

Jenis batuan yang terdapat di wilayah DAS Cidanau terdiri dari batuan vulkanik dan endapan aluvial. Penyebaran jenis batuan tersebut dari yang paling tua hingga yang paling muda adalah sebagai berikut :

1. Lava, Breksi dan Tufa Gunugn Danau

Satuan batuan lava terdapat disebelah Utara DAS Cidanau dengan sifat fisik berwarna kelabu tua hingga kehijauan, berbentuk aliran dan tonjolan, sedangkan breksi mempunyai fragment kerikil hingga bom dari andesit, basal dan berselingan dengan tufa dan lavayang berada di sebelah Timur wilayah tersebut. Penyebarannya di bawah 1 % dari luas wilayah yang ada. Umumnya diduga terbentuk jaman pleistosen awal dan endapan pada lingkungan darat.

2. Tufa Gunung Danau

(57)

40 3. Breksi dan Lava Gunung Tukung

Pengendapan batuan ini tidak selaras dengan tufa Gunung Danau. Lava berstruktur aliran, bersusun andesit, berada pada posisi mendatar dan vertikal serta mempunyai rongga udara. Breksi ini mempunyai fragment berukuran pasir hingga bom dengan massa dasar bahan firoklastik yang lebih halus. Komponennya adalah andesit, basal, kaca, obsidian dan batu apung. Batuan tersebut diendapkan di lingkungan darat dan diduga berumur pleistosen tengah sampai pleistosen akhir. Seberannya terletak di sekitar Gunung Tukung atau Barat Laut Cagar Alam Rawa Danau dengan luasan lebih kurang 15 % dari seluruh luasan wilayah.

4. Breksi dan Tufa Gunung Karang

Breksi gunung api terdiri dari fragment berukuran pasir sampai bom dengan bentuk menyudut tanggung. Komponennya berupa andesit, basal, obdisian dan batu apung dengan massa dasar bahan firiklastik yang lebih halus dan terdapat sisipan lava. Tufa berwarna putih keruh hingga kemerahan, berbutir kasar hingga halus sebagai penyelang breksi gunung api. Sebaran dari breksi dan tufa ini terletak di sebelah Selatan Cagar Alam Rawa Danau dengan luasan 25 % dari seluruh luasan wilayah.

5. Breksi dan Lava Gunung Karang

Satuan batuan ini terletak selaras di atas satuan batuan breksi dan tufa Gunung Karang. Breksi ini mempunyai sifat yang relatif sama dengan yang telah diuraikan di atas. Lava berwarna kelabu tua hingga merah kecoklatan, terdiri dari andesit dan basal mempunyai rongga udara, berstruktur aliran dasar setempat berbentuk lidah diantara breksi gunung api. Sebaran batuan ini di sebelah Tenggara dengan 15 % dari seluruh wilayah. Batuan gunung api karang yang terdiri dari breksi dan lava serta breksi dan tufa ini merupakan hasil erupsi Gunung Karang selama masa Pleistosen akhir hingga Holosen. 6. Lava dan Breksi Gunung Parakasak

(58)

buruk, bomnya tersebar tak teratur dan tidak merata, berselingan dengan tufa atau lava aliran. Sebarannya terletak di sebelah Selatan bagian tengah wilayah dengan luas lebih kurang 17 % dari luas seluruh wilayah.

7. Lava Gunung Parakasak

Lava ini di beberapa tempat menopang di atas satuan lava dan breksi Gunung Parakasak atau sebagai lidah lava pada breksi. Lava ini berwarna kelabu tua, terletak mendatar dan vertikal, retak-retak, berongga udara yang terdiri dari andesit dan basal. Satuan batuan ini terlihat relatif sempit di dekat kota Kecamatan Padarincang dengan luas sekitar 1 % dari luas wilayah.

8. Breksi Gunung Aseupan

Satuan batuan ini mempunyai fragment berukuran pasir sampai bom, dengan komponen andesit, basal, obsidian dan batu apung dengan massa dasar tufa pasiran atau batua piroklastik yang lebih halus. Fragmentnya terpilah buruk, bomnya tersebar tidak teratur dan tidak merata. Batuan ini berselingan dengan tufa atau lava aliran. Proses terbentuknya bersamaan dengan endapan hasil dari Gunung Parakasak, yaitu pada Holosen dan diendapkan pada lingkungan darat. Sebarannya di sekitar Gunung Aseupan atau pada wilayah di sebelah Barat Daya dengan luasan mencapai 15 %.

Topografi dan Bentuk Wilayah

Secara umum keadaan topografi DAS Cidanau berbentuk seperti cawan terbuka, dimana bagian tengahnya terhampar dataran yang dikelilingi oleh bukit -bukit curam di bagian Timur dan Utara. Sedangkan untuk bagian Barat dan Selatan relatif datar. Kelerengan di wilaya h DAS Cidanau dapat dibagi menjadi lima kelas seperti disajikan pada Tabel 11, yaitu :

Tabel 11. Kelas Kelerengan Wilayah DAS Cidanau

Kelas Kelerengan Kemiringan Lereng Persentase Luas

Kemiringan Lereng

1 Datar 0 - 8 % 39.36

2 Landai 8 - 15 % 15.16

3 Agak curam 15 - 25 % 19.19

4 Curam 25 - 40 % 14.63

(59)

42 Pada wilayah yang memiliki topografi datar, sebagian besar air hujan akan meresap ke dalam tanah dan melakukan proses hidrolisa serta pencucian. Tanah permukaan akan lembab dan basah terutama pada lokasi yang memiliki curah hujan besar, jika bahan induk

Gambar

Tabel 3.  Hasil Penilaian Ekonomi Kawasan Konservasi Rio Bravo dengan Metode Ekonomi Spasial (US$ per sel)
Gambar 3.  Perbedaan Proses Klasifikasi Terbimbing dan Tak Terbimbing (Jaya,
Tabel 4.  Kelas Luas Lahan Sawah pada Lokasi Penelitian
Gambar 4.  Kurva Permintaan Air ( Darusman, 2002)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan : Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya depresi pada lansia, yaitu usia, jenis kelamin, gangguan jiwa yang menyertai dan penyakit lainnya

Berdasarkan data yang telah diperoleh, maka prioritas permasalahan yang ditemui pada keluarga Bapak I Gusti Made Sudarma sebagai KK Dampingan mahasiswa adalah

[r]

Objek penelitian ini adalah kalimat imperatif oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar di MTs Muhammadiyah 4 Tawangharjo.. Sumber data pada penelitian ini adalah tuturan guru

[r]

 Siswa dapat menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang. mencerminkan anak sehat, dan dalam

When I know the time is right for me I’ll cross the stream- I have a dream I’ll cross the stream- I have a dream I have a dream, a song to sing. To help me cope

5. Hitamkanlah bulatan pada hurufjawaban yang Anda anggap benar dengan menggunakan pensil 213! 6. Apabila ada jawaban yang Anda anggap salah maka hapuslah jawaban yang salah