• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis keterkaitan permasalahan tata ruang dengan kinerja perkembangan wilayah (Studi kasus kota Bandar Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis keterkaitan permasalahan tata ruang dengan kinerja perkembangan wilayah (Studi kasus kota Bandar Lampung)"

Copied!
300
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KETERKAITAN PERMASALAHAN TATA RUANG

DENGAN KINERJA PERKEMBANGAN WILAYAH

(Studi Kasus Kota Bandar Lampung)

ENDANG WAHYUNI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Keterkaitan Permasalahan Tata Ruang dengan Kinerja Perkembangan Wilayah adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor , Oktober 2006

Endang Wahyuni

Nrp A 253050064

(3)

ABSTRAK

ENDANG WAHYUNI. Analisis Keterkaitan Permasalahan Tata Ruang dengan Kinerja Perkembangan Wilayah (Studi Kasus Kota Bandar Lampung). Dibimbing oleh H.R. Sunsun Saefulhakim da n Yayat Supriatna.

Berbagai permasalahan penataan ruang di Kota Bandar Lampung menunjukkan bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung yang disusun tahun 2004 belum memiliki kontribusi positif terhadap penyelesaian permasalahan tata ruang. Hal ini kemungkinan disebabkan karena terjadi inkonsistensi dalam penataan ruang. Penelitian ini mencoba untuk melihat konsistensi penataan ruang serta kaitannya dengan kinerja perkembangan wilayah.

Metode yang digunakan untuk melihat konsistensi penyusunan RTRW dengan pedoman adalah analisis tabel pembandingan dilanjutkan dengan analisis logika verbal. Untuk mengetahui apakah penyusunan RTRW sudah memperhatikan kesinergian dengan wilayah sekitarnya (Inter-Regional Context) dilakukan map overlay dilanjutkan dengan analisis logika verbal. Untuk mengetahui kinerja perkembangan wilayah dilakukan Principal Components Analysis (PCA) dilanjutkan dengan analisis Spatial Durbin Model. Metode ini merupakan pengembangan dari model regresi sederhana yang telah mengakomodasikan fenomena -fenomena autokorelasi spasial, baik dalam variabel tujuan maupun dalam variabel penjelasnya. Selanjutnya untuk mengetahui keterkaitan konsistensi, permasalahan tata ruang dan kinerja perkembangan wilayah digunakan analisis logika verbal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyusunan RTRW di Kota Bandar Lampung, sekitar 79% telah mengacu kepada pedoman yang berlaku. Dokumen tersebut mendapat legalitas hukum melalui Perda No 4 Tahun 2004. Berbagai permasalahan penataan ruang menunjukkan inkonsistensi yang relatif besar dalam pelaksanaa n dan pengendalian. Faktor eksternal relatif tetap. Menurut pedoman, dengan kondisi tersebut RTRW tidak perlu direvisi, tetapi perlu meningkatkan sosialisasi kepada seluruh stakeholder, melengkapi aspek-aspek yang belum diatur ke dalam rencana sektoral serta menjadikannya sebagai pedoman pembangunan.

Hasil analisis juga menunjukkan bahwa inkonsistensi dalam penataan ruang menyebabkan berbagai permasalahan yang berakibat pada menurunnya kinerja perkembangan wilayah. Demikian juga penataan ruang yang tidak memperhatikan konstelasi dengan wilayah sekitarnya (Inter-Regional Context) menyebabkan kinerja perkembangan yang buruk. Kondisi ini berlaku secara umum, sehingga konsistensi dalam penataan ruang menjadi sangat penting untuk diperhatikan dalam rangka optimalisasi pencapaian tujuan penataan ruang.

(4)

ANALISIS KETERKAITAN PERMASALAHAN TATA RUANG

DENGAN KINERJA PERKEMBANGAN WILAYAH

(Studi Kasus Kota Bandar Lampung)

ENDANG WAHYUNI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Tesis : Analisis Keter kaitan Permasalahan Tata Ruang dengan Kiner ja Perkembangan Wilayah (Studi Kasus Kota Bandar Lampung)

Nama : Endang Wahyuni

NIM : A 253050064

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. H.R. Sunsun Saefulhakim, M.Agr Ketua

Ir. Yayat Supriatna, MURP Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya atas ridho-Nya karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2006 ini adalah penataan ruang, dengan judul Analisis Keterkaitan Permasalahan Tata Ruang dengan Kinerja Perkembangan Wilayah (studi kasus Kota Bandar Lampung).

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. Ir. H.R. Sunsun Saefulhakim, M.Agr dan Ir. Yayat Supriatna, MURP selaku komisi pembimbing.

2. Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr selaku Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah, beserta segenap staf pengajar dan staf manajemen Program Studi Perencanaan Wilayah.

3. Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita, M.Sc selaku dosen penguji luar komisi. 4. KOMJEN Sjacroedin ZP selaku Gubernur Lampung dan Dr. Ir. Harris

Hasyim, MA selaku Kepala Bappeda Provinsi Lampung, atas ijin, nasehat, dukungan dan segala bentuk perhatian yang selalu diberikan.

5. Pimpinan dan staf Pusbindiklatren Bappenas atas kesempatan beasiswa yang diberikan kepada penulis.

6. Sahabat-sahabat PWL, baik kelas khusus maupun reguler angkatan 2005 atas segala dukungan dan kerjasamanya.

7. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

Akhirnya, terima kasih yang setinggi-tingginya atas dukungan, doa dan pengertian dari suami, anak-anak dan orang tua tercinta.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2006

Endang Wahyuni

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung pada tanggal 17 Juni 1975 sebagai anak pertama dari pasangan Sadiman dan Supriati. Tahun 1993 penulis lulus dari SMA Xaverius Pringsewu (Lampung) dan pada tahun yang sama melanjutkan pendidikannya pada Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Penulis menamatkan pendidikan pada Januari Tahun 1998.

Tahun 1999, penulis diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil dan ditempatkan pada Bappeda Provinsi Lampung Bidang F isik dan P rasarana Wilayah sampai saat ini. Pada tahun 2005, penulis memperoleh beasiswa program 13 bulan dari Pusat Pembinaan Pendidikan dan Latihan Perencanaan, Bappenas untuk melanjutkan pendidikan S2 di IPB pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah. Saat ini penulis telah menikah dengan Ahmad Su’udi, ST, MT dan dikaruniai satu bidadari cantik bernama An-N isaa Ahmad dan satu jagoan manja yang bernama Deva Ahmad.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ………. DAFTAR GAMBAR ………. DAFTAR LAMPIRAN ……….

viii ix

x

PENDAHULUAN

Latar Belakang ……….………..…... 1

Perumusan Masalah ……….…..…... 3

Tujuan Penelitian ………... 9

TINJAUAN PUSTAKA Kota ……….………..…... 10

Penataan Ruang …..……….…..…... 11

Penataan Ruang Wilayah Kota ………... 12

Manajemen Kota di Negara Berkembang ..……….……. 17

Ketimpangan Pembangunan ………...………. 18

Analisa Spasial ………....………. 19

Sistem Informasi Geografis ……….………. 20

KERANGKA BERFIKIR METODE PENELITIAN Ruang Lingkup ………. 27

Pengumpulan Data ….……….………... 36

Analisis Proses Penyusunan RTRWK Bandar Lampung …... 37

Analisis Konsistensi RTRW dalam Inter-Regional Context …... 38

Analisis Kinerja Perkembangan Wilayah …...………... 39

Principal Components Analysis ..…...………... 43

(9)

Keadaan Umum Kota Bandar Lampung …..………... 47

Penataan Ruang Kota Bandar Lampung ………... 49

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsistensi Penyusunan Tata Ruang dengan Pedoman yang Berlaku .... 52

Konsistensi proses penyusunan dengan pedoman ………... 52

Konsistensi inter-regional context ………....………... 53

Konsistensi proses pertumbuhan ekonomi ...….…..………… 57

Konsistensi rencana penanganan lingkungan kota …...….………… 58

Konsistensi dalam Pemanfaatan Ruang ……….…………... 61

Konsistensi dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang …...…... 64

Analisis Perkembangan Wilayah ……….. 72

Indeks komposit perkembangan wilayah ………….…………..……... 72

Indeks komposit prasarana dasar kota ………..……... 75

Indeks komposit fisik wilayah ………..……... 76

Model perkembangan w ilayah ……….………... 78

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan …. ……….………... 84

Saran ……….... ……….………... 86

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

1 Keterangan nomor dan nama desa ...……... 35

2 Rancangan tabel analisis proses penyusunan RTRW ...……... 32

3 Variabel infrastruktur dasar kota... 40

4 Variabel fisik wilayah ... 40

5 Variabel perkembangan wilayah ... 41

6 Rancangan tabel PCA …...…..……….... 43

7 Rancangan co ntiguity matrix W terhadap ketetanggaan ...………….... 46

8 Jumlah dan kepadatan penduduk perkelurahan di Kota Bandar Lampung .…………... 48

9 Matriks analisis proses perencanaan tata ruang Kota Bandar Lampung... 52

(11)

ANALISIS KETERKAITAN PERMASALAHAN TATA RUANG

DENGAN KINERJA PERKEMBANGAN WILAYAH

(Studi Kasus Kota Bandar Lampung)

ENDANG WAHYUNI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Keterkaitan Permasalahan Tata Ruang dengan Kinerja Perkembangan Wilayah adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor , Oktober 2006

Endang Wahyuni

Nrp A 253050064

(13)

ABSTRAK

ENDANG WAHYUNI. Analisis Keterkaitan Permasalahan Tata Ruang dengan Kinerja Perkembangan Wilayah (Studi Kasus Kota Bandar Lampung). Dibimbing oleh H.R. Sunsun Saefulhakim da n Yayat Supriatna.

Berbagai permasalahan penataan ruang di Kota Bandar Lampung menunjukkan bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung yang disusun tahun 2004 belum memiliki kontribusi positif terhadap penyelesaian permasalahan tata ruang. Hal ini kemungkinan disebabkan karena terjadi inkonsistensi dalam penataan ruang. Penelitian ini mencoba untuk melihat konsistensi penataan ruang serta kaitannya dengan kinerja perkembangan wilayah.

Metode yang digunakan untuk melihat konsistensi penyusunan RTRW dengan pedoman adalah analisis tabel pembandingan dilanjutkan dengan analisis logika verbal. Untuk mengetahui apakah penyusunan RTRW sudah memperhatikan kesinergian dengan wilayah sekitarnya (Inter-Regional Context) dilakukan map overlay dilanjutkan dengan analisis logika verbal. Untuk mengetahui kinerja perkembangan wilayah dilakukan Principal Components Analysis (PCA) dilanjutkan dengan analisis Spatial Durbin Model. Metode ini merupakan pengembangan dari model regresi sederhana yang telah mengakomodasikan fenomena -fenomena autokorelasi spasial, baik dalam variabel tujuan maupun dalam variabel penjelasnya. Selanjutnya untuk mengetahui keterkaitan konsistensi, permasalahan tata ruang dan kinerja perkembangan wilayah digunakan analisis logika verbal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyusunan RTRW di Kota Bandar Lampung, sekitar 79% telah mengacu kepada pedoman yang berlaku. Dokumen tersebut mendapat legalitas hukum melalui Perda No 4 Tahun 2004. Berbagai permasalahan penataan ruang menunjukkan inkonsistensi yang relatif besar dalam pelaksanaa n dan pengendalian. Faktor eksternal relatif tetap. Menurut pedoman, dengan kondisi tersebut RTRW tidak perlu direvisi, tetapi perlu meningkatkan sosialisasi kepada seluruh stakeholder, melengkapi aspek-aspek yang belum diatur ke dalam rencana sektoral serta menjadikannya sebagai pedoman pembangunan.

Hasil analisis juga menunjukkan bahwa inkonsistensi dalam penataan ruang menyebabkan berbagai permasalahan yang berakibat pada menurunnya kinerja perkembangan wilayah. Demikian juga penataan ruang yang tidak memperhatikan konstelasi dengan wilayah sekitarnya (Inter-Regional Context) menyebabkan kinerja perkembangan yang buruk. Kondisi ini berlaku secara umum, sehingga konsistensi dalam penataan ruang menjadi sangat penting untuk diperhatikan dalam rangka optimalisasi pencapaian tujuan penataan ruang.

(14)

ANALISIS KETERKAITAN PERMASALAHAN TATA RUANG

DENGAN KINERJA PERKEMBANGAN WILAYAH

(Studi Kasus Kota Bandar Lampung)

ENDANG WAHYUNI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(15)

Judul Tesis : Analisis Keter kaitan Permasalahan Tata Ruang dengan Kiner ja Perkembangan Wilayah (Studi Kasus Kota Bandar Lampung)

Nama : Endang Wahyuni

NIM : A 253050064

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. H.R. Sunsun Saefulhakim, M.Agr Ketua

Ir. Yayat Supriatna, MURP Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

(16)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya atas ridho-Nya karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2006 ini adalah penataan ruang, dengan judul Analisis Keterkaitan Permasalahan Tata Ruang dengan Kinerja Perkembangan Wilayah (studi kasus Kota Bandar Lampung).

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. Ir. H.R. Sunsun Saefulhakim, M.Agr dan Ir. Yayat Supriatna, MURP selaku komisi pembimbing.

2. Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr selaku Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah, beserta segenap staf pengajar dan staf manajemen Program Studi Perencanaan Wilayah.

3. Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita, M.Sc selaku dosen penguji luar komisi. 4. KOMJEN Sjacroedin ZP selaku Gubernur Lampung dan Dr. Ir. Harris

Hasyim, MA selaku Kepala Bappeda Provinsi Lampung, atas ijin, nasehat, dukungan dan segala bentuk perhatian yang selalu diberikan.

5. Pimpinan dan staf Pusbindiklatren Bappenas atas kesempatan beasiswa yang diberikan kepada penulis.

6. Sahabat-sahabat PWL, baik kelas khusus maupun reguler angkatan 2005 atas segala dukungan dan kerjasamanya.

7. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

Akhirnya, terima kasih yang setinggi-tingginya atas dukungan, doa dan pengertian dari suami, anak-anak dan orang tua tercinta.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2006

Endang Wahyuni

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung pada tanggal 17 Juni 1975 sebagai anak pertama dari pasangan Sadiman dan Supriati. Tahun 1993 penulis lulus dari SMA Xaverius Pringsewu (Lampung) dan pada tahun yang sama melanjutkan pendidikannya pada Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Penulis menamatkan pendidikan pada Januari Tahun 1998.

Tahun 1999, penulis diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil dan ditempatkan pada Bappeda Provinsi Lampung Bidang F isik dan P rasarana Wilayah sampai saat ini. Pada tahun 2005, penulis memperoleh beasiswa program 13 bulan dari Pusat Pembinaan Pendidikan dan Latihan Perencanaan, Bappenas untuk melanjutkan pendidikan S2 di IPB pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah. Saat ini penulis telah menikah dengan Ahmad Su’udi, ST, MT dan dikaruniai satu bidadari cantik bernama An-N isaa Ahmad dan satu jagoan manja yang bernama Deva Ahmad.

(18)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ………. DAFTAR GAMBAR ………. DAFTAR LAMPIRAN ……….

viii ix

x

PENDAHULUAN

Latar Belakang ……….………..…... 1

Perumusan Masalah ……….…..…... 3

Tujuan Penelitian ………... 9

TINJAUAN PUSTAKA Kota ……….………..…... 10

Penataan Ruang …..……….…..…... 11

Penataan Ruang Wilayah Kota ………... 12

Manajemen Kota di Negara Berkembang ..……….……. 17

Ketimpangan Pembangunan ………...………. 18

Analisa Spasial ………....………. 19

Sistem Informasi Geografis ……….………. 20

KERANGKA BERFIKIR METODE PENELITIAN Ruang Lingkup ………. 27

Pengumpulan Data ….……….………... 36

Analisis Proses Penyusunan RTRWK Bandar Lampung …... 37

Analisis Konsistensi RTRW dalam Inter-Regional Context …... 38

Analisis Kinerja Perkembangan Wilayah …...………... 39

Principal Components Analysis ..…...………... 43

(19)

Keadaan Umum Kota Bandar Lampung …..………... 47

Penataan Ruang Kota Bandar Lampung ………... 49

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsistensi Penyusunan Tata Ruang dengan Pedoman yang Berlaku .... 52

Konsistensi proses penyusunan dengan pedoman ………... 52

Konsistensi inter-regional context ………....………... 53

Konsistensi proses pertumbuhan ekonomi ...….…..………… 57

Konsistensi rencana penanganan lingkungan kota …...….………… 58

Konsistensi dalam Pemanfaatan Ruang ……….…………... 61

Konsistensi dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang …...…... 64

Analisis Perkembangan Wilayah ……….. 72

Indeks komposit perkembangan wilayah ………….…………..……... 72

Indeks komposit prasarana dasar kota ………..……... 75

Indeks komposit fisik wilayah ………..……... 76

Model perkembangan w ilayah ……….………... 78

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan …. ……….………... 84

Saran ……….... ……….………... 86

DAFTAR PUSTAKA

(20)

DAFTAR TABEL

1 Keterangan nomor dan nama desa ...……... 35

2 Rancangan tabel analisis proses penyusunan RTRW ...……... 32

3 Variabel infrastruktur dasar kota... 40

4 Variabel fisik wilayah ... 40

5 Variabel perkembangan wilayah ... 41

6 Rancangan tabel PCA …...…..……….... 43

7 Rancangan co ntiguity matrix W terhadap ketetanggaan ...………….... 46

8 Jumlah dan kepadatan penduduk perkelurahan di Kota Bandar Lampung .…………... 48

9 Matriks analisis proses perencanaan tata ruang Kota Bandar Lampung... 52

(21)

DAFTAR GAMBAR

1 Sudut Kota Tanjung Karang Bandar Lampung ...…...………. 5

2 Sudut Kota Telukbetung Bandar Lampung ...………….…..…. 6

3 Eksploitasi Gunung Kunyit ...…..…. 7

4 Konversi Gunung Camang-1 ...…... 7

5 RTRW dalam sistem perencanaan pembangunan ....…..…...…... 15

6 Kerangka berfikir ……….……..……... 25

7 Perbandingan proses penataan ruang ……..………..……...…..……….. 26

8 Peta jaringan jalan Kota Bandar Lampung …………...…...……….. 31

9 Peta hidrologi bagian wilayah Kota Bandar Lampung …………..…….. 32

10 Peta geologi bagian wilayah Kota Bandar Lampung …………..……… 33

11 Peta kelas lereng bagian wilayah Kota Bandar Lampung …………..… 34

12 Peta administrasi Kota Bandar Lampung …………..……..…..……….. 36

13 Kerangka proses tujuan pertama ...…..………. 37

14 Kerangka proses tujuan kedua ...………. 38

15 Kerangka proses tujuan ketiga ...………. 39

16 Bagan alir tujuan ketiga ...………. 40

17 Peta kesesuaian rencana TGT Kota Bandar Lampung dengan Kabupaten Lampung Selatan ... 55 18 Kawasan kumuh di Telukbetung ... 58

19 Lingkup pengendalian pemanfaatan ruang ... 66

20 Struktur kelembagaan BKPRD... 67

21 Plot of eigenvalues perkembangan wilayah ... 73

22 Scutter plot perkembangan wilayah ... 73

23 Peta pola spasial perkembangan wilayah ... 74

24 P eta P ola spasial prasarana dasar ... 76

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Tabel Lampiran 1 Data perkembangan wilayah ... 91

Tabel Lampiran 2 Hasil PCA perkembangan wilayah ………... 96

Tabel Lampiran 3 Data prasarana dasar kota ………. 100

Tabel Lampiran 4 Keterangan kelompok pelanggan PDAM ………. 102

Tabel Lampiran 5 Data fisik wilayah ………. 103

Tabel Lampiran 6 Keterangan geologi bagian wilayah Kota Bandar

Lampung ... 106

Tabel Lampiran 7 Regresi perkembangan wilayah ……… 109

Tabel Lampiran 8 Matriks analisis proses perencanaan tata ruang

Kota Bandar Lampung ……….. 111

Tabel Lampiran 9 Model-model perkembangan wilayah ………... 120 Tabel Lampiran 10 Matriks hubungan konsistensi penataan ruang dengan

kinerja perkembangan wilayah ……… 121

Tabel Lampiran 11 Matriks pengendalian pemanfaatan ruang 122

Gambar Lampiran 1 Diagram penyusunan RTRW Kota ……….. 123

(23)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan daerah seyogyanya dilakukan melalui penataan ruang secara lebih terpadu dan terarah, agar sumberdaya yang terbatas dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Salah satu upaya untuk mencapai hal tersebut adalah melalui keterpaduan dan keserasian pembangunan dalam matra ruang yang tertata secara baik. Untuk itu dibutuhkan penataan ruang, baik dalam proses perencanaan, pema nfaatan maupun pengendalian pemanfaatan ruang sebagai satu kesatuan sistem yang tidak terpisahkan, dan dilaksanakan secara terpadu, sinergi serta berkelanjutan.

Perencanaan tata ruang merupakan proses penyusunan rencana tata ruang wilayah yang mencakup wilayah administratif/pemerintahan (seperti provinsi, kabupaten dan kota) dan atau wilayah fungsional/kawasan (seperti Daerah Aliran Sungai (DAS), kawasan lindung, kawasan perkotaan, dan kawasan perdesaan) yang tercermin dalam Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Pemanfaatan ruang merupakan wujud operasionalisasi rencana tata ruang melalui penatagunaan tanah, sedangkan pengendalian pemanfaatan ruang tercermin dalam dokumen pengendalian pemanfaatan ruang yang mengatur mekanisme pengawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan ruang berdasarkan mekanisme perijinan, pemberian insentif dan disinsentif, pemberian kompensasi, mekanisme pelaporan, mekanisme pemantauan, mekanisme evaluasi dan mekanisme pengenaan sanksi.

(24)

Tujuan lain dari penataan ruang adalah untuk mengatur hubungan antara berbagai kegiatan dengan fungsi ruang guna tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas. Dengan kata lain penataan ruang diharapkan dapat mengefisienkan pembangunan dan meminimalisasi konflik kepentingan dalam pemanfaatan ruang. Perencanaan tata ruang kawasan perkotaan secara sederhana dapat diartikan sebagai kegiatan merencanakan pemanfaatan potensi dan ruang perkotaan serta pengembangan infrastruktur pendukung yang dibutuhkan untuk mengakomodasikan kegiatan sosial ekonomi yang diinginka n (Budiharjo, 1997) .

Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak di ujung Tenggara Pulau Sumatera dan merupakan pintu gerbang Pulau Sumatera dari arah Jawa. Kondisi ini menjadikan ibukota Provinsi Lampung tersebut memiliki peran yang sangat strategis, baik dalam skala nasional, regional maupun provinsi. Secara nasional berdasarkan Peraturan Pemerintah (P P) Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) Kota Bandar Lampung ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional dan salah satu dari tiga kawasan andalan yang ada di Provinsi Lampung. Dalam skala provinsi, selain berfungsi sebagai pusat pemerintahan Provinsi Lampung, K ota Bandar Lampung ditetapkan sebagai Pusat Pelayanan Primer bagi wilayah-wilayah sekitarnya di wilayah Provinsi Lampung. Dengan peran-peran tersebut diharapkan kota ini dapat memberikan pelayanan yang optimal, baik bagi penghuni setempat maupun bagi kawasan-kawasan disekitarnya. Kondisi tersebut dimungkinkan dengan adanya dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung yang pertama kali disusun pada tahun 1994 dan disusun kembali pada tahun 2003 serta mendapat legalitas hukum melalui Perda No 4 Tahun 2004. P ada kenyataannya, selama kurun waktu tersebut sampai saat ini telah terjadi berbagai permasalahan dalam penataan ruang. Dengan kata lain RTRW yang ada kurang mampu memberikan kontribusi penyelesaian terhadap berbagai permasalahan kota, antara lain berupa kemiskinan penduduk kota, kemacetan, konversi lahan, kesemrawutan, kekumuhan, dan keterbatasan open space.

(25)

perencanaan, aspek pemanfatan maupun dalam aspek pengendalian pemanfaatan ruang. Konsistensi dalam aspek perencanaan dapat dilihat pada proses teknis penyusunan RTRW dikaitkan dengan pedoman/ketentuan yang berlaku.

Konsistensi dalam pemanfaatan ruang terlihat dari kesesuaian antara aktivitas penggunaan ruang dengan RTRW. Sementara perkembangan wilayah dipengaruhi adanya kekuatan untuk perubahan (forces of changes) yang diidentifikasi diakibatkan oleh perbedaan karakteristik fisik wilayah dan konfigurasi ruang infrastruktur dasar kota. Infrastruktur dasar kota merupakan urat nadi kehidupan suatu wilayah/kota dan keberadaannya sangat diperlukan untuk memacu pertumbuhan wilayah dan mendorong pertumbuhan wilayah secara optimal, sehingga sangat berperan dalam menentukan kinerja perkembangan suatu wilayah. Sebagai ilustrasi adalah suatu kawasan terisolasi, dengan adanya kebijakan pemerintah membangun infrastruktur dasar (air bersih, jalan, listrik dan telepon), maka dengan sendirinya di kawasan tersebut akan tumbuh dan berkembang be rbagai aktivitas, baik permukiman maupun aktivitas komersial yang dapat dibangun oleh swasta maupun masyarakat.

Perumusan Masalah

Penataan ruang merupakan kerangka yang menentukan peluang dan batasan dalam pembangunan, sehingga pelaksanaan kegiatan pemba ngunan seharusnya mengacu pada rencana tata ruang, yang di dalamnya memuat strategi optimasi untuk mencapai tujuan dan mem perhatikan kendala -kendala dalam mewujudkan tujuan-tujuan tersebut. Dengan demikian rencana tata ruang dimaksud dapat dijadikan sebagai acuan dan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan.

Dalam perjalanannya, sebagaimana kota pada umumnya, Bandar Lampung menghadapi berbagai permasalahan penataan ruang. Permasalahan tersebut antara lain meliputi:

Kemiskinan

(26)

pengangguran dan diperburuk lagi dengan situasi perekonomian nasional yang sedang terpuruk, banyak hal yang pada waktu situasi normal tidak terasa menjadi beban, saat ini dirasakan sebagai beban yang sangat berat. Jika dibanding sebelum krisis pertengahan Juli 1997, jumlah pengangguran saat ini mengalami peningkatan yang cukup tajam, tingkat pendapatan masyarakat mengalami penurunan dan sektor riil belum sepenuhnya berjalan normal. Kemiskinan merupakan sumber berbagai permasalahan di Kota Bandar Lampung.

Konversi lahan

Berdasarkan data pemberian ijin pengambilan air tanah bagi industri yang dikeluarkan Dinas Pertambangan Tahun 2004 dan 2005, menunjukkan banyaknya kasus konversi lahan dari rencana peruntukan sebagaimana ditetapkan dalam RTRW Kota Bandar Lampung. Konversi lahan terjadi baik dari aktivitas non industri (permukiman, komersial dan jasa) menjadi industri maupun sebaliknya. Kondisi tersebut menunjukkan terjadinya inkonsistensi dalam pemanfaatan ruang.

Penurunan kualitas sarana prasarana dasar permukiman

Peningkatan jumlah penduduk di kawasan perkotaan berimplikasi terhadap peningkatan jumlah per umahan dan permukiman yang menuntut pemenuhan kebutuhan sarana prasarana dasar permukiman. Permasalahan yang sering terjadi di samping keterbatasan pendanaan untuk pengadaan sarana prasarana dasar permukiman tersebut adalah sarana penunjang yang sudah tersedia seringkali belum dimanfaatkan sepenuhnya dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan sarana prasarana yang sudah dibangun (Marquez dan Maheepala , 1996) . Kondisi ini menyebabkan terjadinya penurunan kualitas dan kuantitas sarana prasarana dasar permukiman di perkotaan.

Kriminalitas

(27)

masyarakat perkotaan yang cenderung ‘egoisme’, sehingga ‘tingkat kepedulian’ dan ‘empati’ masyarakat terhadap sesama semakin menurun.

Keadaan lingkungan fisik perkotaan (urban setting) yang kurang memadai (kesemrawutan tata ruang)

Permasalahan pertanahan di Kota Bandar Lampung yang semakin rawan disebabkan karena keterbatasan lahan, sementara tuntutan pemenuhan kebutuhan lahan semakin meningkat secara cepat. Hal ini menyebabkan semakin tingginya nilai lahan. Akibatnya kawasan-kawasan terbuka atau kawasan konservasi dikonversi untuk aktivitas yang secara ekonomi jauh lebih menguntungkan, yaitu aktivitas komersial dan jasa. Dalam penggunaan ruang, kawasan-kawasan ini berorientasi pada maksimalisasi keuntungan finansial dan kurang memperhatikan aspek sosial, seperti pembangunan lahan parkir bagi konsumennya, sehingga di kawasan tersebut sangat rentan dengan berbagai permasalahan. Salah satu contoh adalah masalah kemacetan lalu lintas di pusat perbelanjaan Bambu Kuning Plaza.

Gambar 1 Sudut kota Tanjung Karang - Bandar Lampu ng

(28)

area) seperti sempadan sungai, sempadan jalan, sempadan rel kereta api dan kawasan ilegal lainnya sebagai tempat tinggal. Bahkan muncul kecenderungan hadirnya kawasan-kawasan kumuh (slum area) di berbagai sudut pusat kota.

Gambar 2 Sudut kota Telukbetung - Bandar Lampung

Keterbatasan open space

(29)

Gambar 3 Eksploitasi Gunung Kunyit

Eksploitasi gunung atau bukit saat ini marak terjadi di Kota Bandar Lampung seperti terlihat pada Gunung Kunyit dan Gunung Camang yang terletak di pusat kota. Kedua bukit hijau tersebut saat ini kondisinya semakin gundul akibat aktivitas penambangan batu kapur di Gunung Kunyit oleh swasta dan masyarakat lokal serta pengerukan tanah di Gunung Camang yang dilakukan oleh swasta.

(30)

Tanah hasil pengerukan di Gunung Camang selanjutnya digunakan untuk reklamasi pantai di sepanjang tepi jalan Yos Sudarso Telukbetung yang masih berlangsung sampai saat ini, sementara gunung yang telah dikepras tersebut dikonversi untuk pembangunan perumahan. Kondisi ini menyebabkan pusat kota yang semula masih cukup asri dengan adanya beberapa kawasan hijau, dalam perkembangannya akan menjadi kawasan gersang akibat padatnya kawasan terbangun

Berbagai permasalahan tersebut menunjukkan bahwa penataan ruang yang ada belum mampu menjawab berbagai permasalahan yang terjadi. Kondisi tersebut kemungkinan disebabkan karena adanya inkonsistensi, baik dalam proses perencanaan, pemanfaatan maupun pengendalian pemanfaatan ruang.

Dari beberapa uraian diatas, dapat dirumuskan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah proses penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung sudah mengacu pada pedoman dan ketentuan teknis yang berlaku?

Pedoman pokok penyusunan RTRW: Undang-undang (UU) Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang; Peraturan Pemerintah (PP ) Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN); Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah (Kepmenkimpraswil) Nomor 327/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang; Peraturan Daerah (Perda) Nomor 5 Tahun 2001 tentang Penataan Ruang Wilayah Provinsi Lampung.

2. Apakah proses penyusunan rencana tata ruang selain berbasis wilayah administratif juga memperhatikan aspek kawasan fungsional dalam konteks keterkaitan dengan wilayah sekitarnya (Inter -Regional Context)?

Konsep regional planning, yaitu merencanakan wilayah dengan

(31)

3. Bagaimana hubungan antara konsistensi penataan ruang, konfigurasi ruang infrastruktur dasar kota dan kondisi/karakteristik fisik wilayah terhadap kinerja perkembangan wilayah?

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis konsistensi penyusunan Rencana Tata R uang Wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung dikaitkan dengan pedoman dan ketentuan yang berlaku.

2. Menganalisis konsistensi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung ditinjau dari aspek keserasian tata ruang dengan wilayah sekitarnya (konsistensi perencanaan Inter-Regional Context).

(32)

TINJAUAN PUSTAKA

Kota

What is a city but its people. Itulah kata bijak William Shakespeare mengenai gambaran sebuah kota. Sebuah kota sudah tentu merupakan gambaran orang-orang yang berdomisili di dalamnya. Bagaimana orang-orang yang tinggal didalamnya, maka itulah sebenarnya wajah kota. Kota adalah kumpulan orang-orang yang berdomisili dalam jangka waktu lama maupun sementara. Sebuah kota tidak akan nyaman jika orang-orangnya tidak menciptakan kenyamanan bagi lingkungannya. Kota yang baik dan berkesan adalah kota-kota dimana masyarakatnya memberikan kenyamanan terhadap eksistensi lingkungannya. Jadi dengan membicarakan kenyamanan berarti sebuah kota adalah kumpulan nilai-nilai yang dianut masyarakatnya (Budiharjo, 1997) .

Fungsi kota sebagai pusat pelaya nan (service center) membawa konsekuensi areal kota akan dipenuhi oleh kegiatan-kegiatan komersial dan sosial, selain kawasan perumahan dan permukiman. Pembangunan ruang kota bertujuan untuk: (1) Memenuhi kebutuhan masyarakat akan tempat berusaha dan tempa t tinggal, baik dalam kualitas maupun kuantitas; (2) Memenuhi kebutuhan akan suasana kehidupan yang memberikan rasa aman, damai, tenteram dan sejahtera. (Budiharjo, 1997).

(33)

Penataan Ruang

Disadari bahwa ketersediaan ruang itu sendiri tidak terbatas. Bila pemanfaatan ruang tidak diatur dengan baik, kemungkinan besar terjadi inefisiensi dalam pemanfaatan ruang dan penurunan kualitas ruang serta dapat mendorong kearah adanya ketidakseimbangan pembangunan antar wilayah serta kelestarian lingkungan hidup. Oleh karena itu diperlukan penataan ruang untuk mengatur pemanfaatannya berdasarkan besaran kegiatan, jenis kegiatan, fungsi lokasi, kualitas ruang dan estetika lingkungan. Oleh karena pengelolaan subsistem yang satu akan berpengaruh pada subsistem yang lain, yang pada akhirnya akan mempengaruhi sistem ruang secara keseluruhan, pengaturan ruang menuntut dikembangkannya suatu sistem keterpaduan sebagai ciri utamanya. Seiring dengan maksud tersebut, maka pelaksanaan pembangunan, baik ditingkat pus at maupun tingkat daerah harus sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Dengan demikian pemanfaatan ruang tidak bertentangan dengan rencana tata ruang yang sudah ditetapkan (Sastrowihardjo et al., 2001).

(34)

pencapaian tujuan dari pembangunan. Belum lagi jika harus dikaitkan dengan masalah polarisasi kemampuan yang berkembang di masyarakat dalam menikmati pemerataan manfaat pembangunan (Sastrowihardjo e t a l., 2001).

Penataan Ruang Wilayah Kabupaten/Kota

Menurut UU 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, ruang dide finisikan sebagai wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya. Sedangkan wilayah didefinisikan sebagai ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur yang terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional. Lebih lanjut pengertian wilayah terbagi menjadi dua, yaitu wilayah yang batas dan sistemnya ditentuka n berdasarkan aspek administratif disebut wilayah pemerintahan dan wilayah yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsional disebut kawasan. Dengan demikian penyusunan RTRW harus memperhatikan aspek administratif dan kawasan fungsional.

Kawasan terbagi menjadi dua, yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung meliputi hutan lindung, kawasan bergambut, kawasan resapan air, sempadan pantai, sempadan kawasan sekitar waduk/danau, sungai, sekitar mata air, kawasan suaka alam, kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan dan kawasan rawan bencana. Kawasan budidaya adalah kawasan hutan produksi, kawasan pertanian, kawasan permukiman, kawasan industri, kawasan berikat, kawasan pariwisata, kawasan tempat pertahanan keamanan.

(35)

yang lebih tinggi, dalam hal ini Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Provinsi (UU 24 Tahun 1992) .

Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Penataan ruang merupakan kebijakan dinamis yang mengakomodasikan aspek kehidupan pada suatu kawasan, dimana setiap keputusan merupakan hasil kesepakatan berbagai pihak sebagai bentuk kesinergian kepentingan. Menurut UU tersebut, penataan ruang disusun berasaskan: (a) Pemanfaatan ruang bagi semua kepentingan secara terpadu, berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang dan berkelanjutan. (b) keterbukaan, persamaan, keadilan dan perlindungan hukum.

Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan ruang dalam wujud struktur dan pola pemanfaatan ruang. Adapun yang dimaksud struktur pemanfaatan ruang adalah susunan unsur-unsur pembentuk lingkungan secara hierarkis dan saling berhubungan satu dengan lainnya, sedangkan yang dimaksud dengan pola pemanfaatan ruang adalah tata guna tanah, air, udara, dan sumberdaya alam lainnya dalam wujud penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah, air, udara dan sumberdaya alam lainnya. Rencana tata ruang merupakan produk kebijakan koordinatif dari berbagai pihak yang berkepentingan, baik pemerintah maupun masyarakat, sehingga penyusunannya harus bertolak pada data, informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang berlaku (Sastrowihardjo e t a l., 2001).

(36)

mewujudkan penggunaan tanah yang pada saat ini tidak sesuai dengan rencana tata ruang menjadi sesuai dan serasi dengan rencana tata ruang.

Terkait dengan perencanaan, penyusunan RTRW diharapkan dapat mengakomodasikan berbagai perubahan dan perkembangan di wilayah

perencanaan. RTRW kabupaten/kota disusun berdasarkan perkiraan

kecenderungan dan arahan perkembangannya untuk memenuhi kebutuhan pembangunan di masa depan sesuai dengan jangka waktu perencanaannya. Tujuan dari perencanaan tata ruang wilayah adalah mewujudkan ruang wilayah yang memenuhi kebutuhan pembangunan dengan senantiasa berwawasan lingkungan, efisien dalam alokasi investasi, bersinergi dan dapat dijadikan acuan dalam penyusunan program pembangunan untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat.

Sasaran dari perencanaan tata ruang wilayah (Perda Nomor 5 Tahun 2001 tentang RTRW Provinsi Lampung) adalah:

a. Terkendalinya pembangunan di wilayah, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat;

b. Terciptanya keserasian antara kawasan lindung dan kawasan budidaya;

c. Tersusunnya rencana dan keterpaduan program-program pembangunan di wilayah;

d. Terdorongnya minat investasi masyarakat dan dunia usaha di wilayah;

e. Terkoordinasinya pembangunan antar wilayah dan antar sektor pembangunan. Fungsi dari rencana tata ruang wilayah (Perda Nomor 5 Tahun 2001 tentang RTRW Provinsi Lampung) adalah:

§ Sebagai matra keruangan dari pembangunan daerah;

§ Sebagai dasar kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang di daerah;

§ Sebagai alat untuk mewujudkan keseimbangan perkembangan antar wilayah dan antar kawasan serta keserasian antar sektor ;

§ Sebagai alat untuk mengalokasikan investasi yang dilakukan pemerintah, masyarakat dan swasta;

§ Sebagai pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang kawasan; § Sebagai dasar pengendalian pemanfaatan ruang dan pemberian izin lokasi.

(37)

Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) kabupaten/kota menjadi dasar dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) kabupaten/kota. Selain itu RTRW kabupaten/kota perlu dirinci dalam rencana yag lebih detail, yaitu Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Rencana Teknik Ruang (RTR).

Keterangan:

[image:37.612.133.533.173.562.2]

= Produk yang saat ini belum tersedia, tetapi dimungkinkan tersedia Sumber: RTRW Provinsi Lampung tahun 2000

Gambar 5 RTRW dalam sistem perencanaan pembangunan

Pemanfaatan ruang adalah rangkaian program kegiatan pelaksanaan pembangunan yang memanfaatkan ruang menurut jangka waktu yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang. Dengan kata lain pemanfaatan ruang

RPJP NASIONAL

RPJP PROVINSI

RPJP KAB/KOT

RTRW NASIONAL

RTRW KWS TERTENTU NASIONAL

RTRW PROVINSI

RPJM PROVINSI

RTRW KWS TERTENTU PROVINSI

RTRW KAB/KOTA

RTRW KWS TERTENTU KAB/KOTA

RDTR KAWASAN

RENCANA TEKNIK RUANG (RTR)

(38)

merupakan usaha memanifestasikan rencana tata ruang ke dalam bentuk program-program pemanfaatan ruang oleh sektor-sektor pembangunan yang secara teknis didasarkan pada pola pengelolaan tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara dan tata guna sumberdaya alam lainnya, misalnya hutan, perkebunan dan pertambangan. Di dalam pemanfaatan ruang tersebut, batas-batas fisik tanah diatur dan dimanfaatkan secara jelas oleh penatagunaan tanah. Dari usaha pemanfaatan ruang ini diharapkan dapat tercapai keseimbangan lingkungan serta mencerminkan pembangunan yang berwawasan lingkungan.

Tujuan pemanfaatan ruang adalah pemanfaatan ruang secara berdaya guna dan berhasil guna untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan secara berkelanjutan melalui upaya-upaya pemanfaatan sumberdaya alam didalamnya secara berdaya guna dan berhasil guna, keseimbangan antar wilayah dan antar sektor, pencegahan kerusakan fungsi dan tatanan serta peningkatan kualitas lingkungan hidup (PP 47 Tahun 1997).

Pemanfaatan ruang diselenggarakan secara bertahap melalui penyiapan program kegiatan pelaksanaan pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang yang akan dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama, sesuai dengan rencana tata ruang ya ng telah ditetapkan. Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan agar pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan melalui kegiatan pengawasan dan penertiba n pemanfaatan ruang.

(39)

Menurut PP 47 Tahun 1997 tentang RTRWN, kawasan andalan didefinisikan sebagai bagian dari kawasan budidaya yang diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut dan kawasan di sekitarnya. P usat Kegiatan Nasional (PKN) didefinisikan sebagai kota yang mempunyai potensi sebagai pintu gerbang ke kawasan-kawasan internasional, pusat ekonomi perkotaan (jasa & industri) nasional dan simpul transportasi yang melayani nasional dan atau beberapa provinsi. Pusat Kegiatan Wilayah/Regional (PKW/PKR) adalah kota sebagai pusat aktivitas ekonomi perkotaan (jasa dan industri) regional dan simpul transportasi yang melayani provinsi dan beberapa Kabupaten di sekitarnya.

Manajemen Kota di Negara Berkembang

Kemurnian konsep manajemen kota adalah mengkompilasi berbagai isu perkotaan dalam kaitannya dengan masalah kelembagaan, untuk dapat menghasilkan suatu strategi yang tepat dan tanggap terhadap struktur pelaksanaan yang terintegrasi dalam suatu manajemen kota. Pengujian proses manajemen kota harus dilihat sebagai provision infrastruktur. Hal ini tidak akan hanya mendukung perkembangan ekonomi, tetapi juga distribusi spasial dari pertumbuhan kota (McGill, 1998).

Arti sebenarnya dari manajemen kota adalah:

• Perencanaan untuk menyediaka n dan memelihara infrastruktur serta pelayanan kota.

• Memberikan keyakinan bahwa pemerintah kota dalam keadaan baik secara organisasional maupun finansial.

Substansi esensi dari manajemen kota adalah:

• Pengembangan lokasi yang efisien

• Tersedianya air bersih

• Sanitasi yang baik

• Jalanan yang terpelihara

• Penertiban/minimalisasi permukiman ilegal

(40)

Keluaran-keluaran tersebut harus dapat dirasakan dampaknya oleh masyarakat, misalnya berkurangnya kemiskinan dan tercapainya kondisi lingkungan yang semakin baik. Hal inilah yang saat ini menjadi fokus dari program manajemen kota (McGill,1998).

Ketimpangan Pembangunan

Menurut Anwar (2005), beberapa hal yang menyebabkan terjadinya disparitas antar wilayah adalah: 1) perbedaan karakteristik limpahan sumberdaya alam (resource endowment); 2) perbedaan demografi; 3) perbedaan kemampuan sumberdaya manusia (human capital); 4) perbedaan potensi lokasi; 5) perbedaan dari aspek aksesibilitas dan kekuasaan dalam pengambilan keputusan; dan 6) perbedaan dari aspek potensi pasar. Faktor-faktor di atas menyebabkan perbedaan karakteristik wilayah ditinjau dari aspek kemajuannya, yaitu: 1) wilayah maju; 2) wilayah sedang berkembang; 3) wilayah belum berkembang; dan 4) wilayah tidak berkembang.

(41)

tetapi tidak dapat berkembang karena tidak memiliki kesempatan dan cenderung dieksploitasi oleh wilayah yang lebih maju. Wilayah ini dicirikan oleh tingkat kepadatan penduduk yang jarang dan kualitas sumberdaya manusia yang rendah, tingkat pendapatan yang rendah, tida k memiliki infrastruktur yang lengkap, dan tingkat aksesibilitas yang rendah (Anwar, 2005).

Indikator lain dalam perkembangan wilayah adalah tingkat interaksi antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Wilayah yang lebih berkembang pada dasarnya mempunya i tingkat interaksi yang lebih tinggi dibanding daerah lain yang belum berkembang. Interaksi ini sendiri terjadi karena adanya faktor aksesibilitas daerah itu ke daerah lain. Kemudahan akses ini menjadi faktor yang cukup penting dalam mendukung perkembanga n suatu wilayah. Wilayah dengan akses yang lebih baik akan menyebabkan tingkat interaksi yang tinggi dengan wilayah lain sehingga menjadi lebih cepat berkembang. Faktor lain yang mendorong perkembangan wilayah adalah lokasinya, terutama terhadap pusat ekonomi atau pemerintahan. Lokasi yang berdekatan dengan pusat umumnya akan lebih terpacu perkembangannya, dan umumnya akan sangat terpegaruh oleh pusat dibanding wilayah-wilayah yang relatif lebih jauh dan akan lebih berkembang menjadi hinterland yang menyangga wilayah pusat (Anwar, 2005).

Analisa Spasial

(42)

berupa nilai-nilai atribut maupun lokasi-lokasi geografis obyek-obyek dimana atribut-atribut melekat di dalamnya.

Berdasarkan proses pengumpulan informasi kuantitatif yang sistematis, tujuan analisis spasial adalah :

1. Mendeskripsikan kejadian-kejadian di dalam ruangan geografis (termasuk deskripsi pola) secara cermat da n akurat.

2. Menjelaskan secara sistematik pola kejadian dan asosiasi antar kejadian atau obyek di dalam ruang, sebagai upaya meningkatkan pemahaman proses yang menentukan distribusi kejadian yang terobservasi.

3. Meningkatkan kemampuan melakukan prediksi atau pengendalian kejadian-kejadian di dalam ruang geografis.

Para perencana dapa t menggunakan sebuah model sebagai alat untuk mempermudah melakukan analisis spasial. Dengan pendekatan sebuah model akan mempermudah penggambaran dalam menganalisis suatu obyek serta kejadian untuk tujuan diskripsi, penjelasan, peramalan dan untuk keperluan perencanaan. Model spasial adalah model yang digunakan untuk mengolah data spasial dan data atribut/variabel. Menurut Wegener, terdapat tiga kategori model spasial, yaitu model skala, model konseptual dan model matematik. Model skala adalah model yang merepresentasikan kondisi fisik yang sebenarnya, seperti data ketinggian. Model konseptual adalah model yang menggunakan pola -pola aliran dari komponen-komponen sistem yang diteliti dan menggambarkan hubungan antar kedua komponen tersebut. Model matematik digunakan dalam model konseptual yang merepresentasikan beberapa komponen dan interaksinya dengan hubungan matematik (Wegener, 2001).

Sistem Informasi Geografis

(43)

dalam menganalisis data yang bereferensi geografis, yaitu masukan, keluaran, manajemen data (penyimpanan da n pemanggilan data) serta analisis dan manipulasi data (Prahasta , 2005).

SIG memungkinkan pengguna untuk memahami konsep-konsep lokasi, posisi, koordinat, peta, ruang dan permodelan spasial secara mudah. Selain itu dengan SIG pengguna dapat membawa, meleta kkan dan menggunakan data yang menjadi miliknya sendiri kedalam sebuah bentuk (model) representasi miniatur permukaan bumi untuk kemudian dimanipulasi, dimodelkan atau dianalisis baik secara tekstual, secara spasial maupun kombinasinya (analisis melalui query atribut dan spasial), hingga akhirnya disajikan dalam bentuk sesuai dengan kebutuhan pengguna (Prahasta, 2005).

Teknologi SIG akan mempermudah para perencana dalam mengakses data, menampilkan informasi-informasi geografis terkait dengan substansi perencanaan dan meningkatkan keahlian para perencana serta masyarakat dalam menggunakan sistem informasi spasial melalui komputer. SIG dapat membantu para perencana dan pengambil keputusan dalam memecahkan masalah-masalah spasial yang sangat kompleks. Salah satu contoh aplikasi SIG adalah dalam Sistem Pendukung Keputusan (DSS). Dalam sistem ini SIG digunakan untuk mengevaluasi skenario pertumbuhan/perkembangan kota. DSS akan mengevaluasi pelaksanaan Tata Guna Tanah (TGT) dan infrastruktur serta memberikan alternatif solusi terbaik untuk mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi (Marquez, 1996).

(44)

dapat diulang kapan saja, oleh siapa saja, dan hasilnya dapat disajikan dalam berbagai bentuk sesuai dengan kebutuhan pengguna.

(45)

KERANGKA BERFIKIR

Menurut UU 24 Tahun 1992, penataan ruang didefinisikan sebagai rangkaian proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Tujuan dari pe nataan ruang wilayah adalah terwujudnya pemanfaatan ruang yang berkualitas, berdaya guna dan berhasilguna untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan melalui upaya -upaya optimalisasi dan efisiensi dalam penggunaan ruang, kenyamanan bagi penghuninya, peningkatan produktifitas kota, sehingga mampu mendorong sektor perekonomian wilayah dengan tetap memperhatikan aspek kesinergian, keberkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Sebagai salah satu kota dengan peran strategis Pusat Kegiatan Nasional (PKN), perkembangan fisik ruang Kota Bandar Lampung relatif lebih cepat dibandingkan wilayah di sekitarnya . Dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi, yaitu mencapai angka 1,57% pertahun (Provin si 1,02% pertahun) berdampak pada peningkatan kebutuhan dan konflik dalam penggunaan lahan untuk berbagai a ktivitas kota, sehingga menyebabkan terjadinya pergeseran penggunaan ruang-ruang kota. Permasalahan yang sering terjadi adalah ketersediaan lahan/ruang kota yang semakin terbatas untuk menampung aktivitas dan fasilitas perkotaan. Akibat selanjutnya dari permasalahan tersebut adalah semakin meningkatnya permasalahan kemacetan, berkembang kawasan-kawasan kumuh, kesemrawutan tata ruang, konversi lahan dan keterbatasan open space

(46)

memberikan pelayanan kepada penghuninya, serta akan terjadi penurunan kualitas lingkungan. Kota bukan lagi menjadi hunian yang nyaman dan akan semakin tidak bersahabat dengan lingkungan.

Dalam jangka panjang inefisiensi ini akan dapat menurunkan kinerja perkembangan wilayah. Penurunan kinerja yang terjadi secara terus menerus akan mengarah pada kehancuran dan kematian wilayah tersebut. Kemungkinan penurunan kinerja perkembangan wilayah akan diperparah dengan permasalahan kesenjangan/disparitas wilayah yang semakin mengemuka di Kota Bandar Lampung. Berbagai permasalahan tersebut menunjukkan bahwa tujuan penataan ruang di Kota Bandar Lampung belum tercapai secara optimal atau dengan kata lain penataan ruang belum berjalan secara optimal. Kemungkinan penyebab maupun akar permasalahan dari kondisi tersebut dapat berasal dari sisi perencanaan, pemanfaatan maupun dari sisi pengendalian. Dalam penelitian ini kajian akan difokuskan pada sisi perencanaan, khususnya terkait dengan substansi dokumen perencanaan

Kajian penelitian difokuskan pada tiga tujuan, yaitu pertama, mengetahui konsistensi penyusunan rencana tata ruang Kota Bandar Lampung, dikaitkan dengan pedoman penyusunan dan ketentuan yang berlaku. Analisis yang digunakan untuk tujuan ini adalah analisis pembandingan tabel dilanjutkan dengan analisis logika verbal. Dari analisis ini akan diperoleh informasi apakah penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung sudah sesuai/mengacu pa da ketentuan/pedoman yang berlaku.

Kedua, mengetahui konsistensi rencana tata ruang Kota Bandar Lampung ditinjau dari aspek keserasian tata ruang dengan wilayah sekitarnya ( Inter-Regional Context). Analisis yang digunakan adalah map overlay yang dilanjutka n dengan analisis logika verbal. Dari analisis ini akan diperoleh informasi apakah perencanaan ruang Kota Bandar Lampung sudah memperhatikan aspek kawasan fungsional dan kesinergian dengan ruang sekitarnya (konsistensi perencanaan

Inter-Regional context).

(47)
[image:47.612.133.512.64.653.2]

Gambar 6 Kerangka berfikir

Penataan Ruang Kota Bandar Lampung

Kajian Dokumen RTRW

• Analisis Konsistensi Pemanfaatan Ruang • Analisis Perkemb.

Wilayah (Infrastr. Dasar Kota & Fisik Wilayah) Analisis Kesesuaian

Penyusunan dengan Pedoman

Kesimpulan Penataan Ruang

• Kesesuaian dengan Pedoman

• Konsistensi Perencanaan Inter-Regional Context • Konsistensi Pemanfaatan Ruang & Implikasi Terhadap

Kinerja Perkembangan Wilayah

Pengendalian

Tata Guna Tanah (TGT) Aktual

Pemanfaatan

Permasalahan

(Kekumuhan, Kesemrawutan, Konversi Lahan & Keterbatasan Openspace)

Berbagai Permasalahan Inefisiensi

Penataan Ruang Belum Optimal Perencanaan

Dokumen RTRW

Analisis Konsistensi dgn Wilayah sekitar (Inter-

(48)

Peranan infrastruktur dasar kota dalam penataan ruang adalah untuk memacu pertumbuhan wilayah dan mendorong pertumbuhan wilayah secara optimal. Analisis yang digunakan adalah map overlay, analisis logika verbal, PCA dan Spa tial Durbin Model.

Dari analisis pertama dan kedua yang dilakukan, dapat disimpulkan apakah dokumen RTRW Kota Bandar Lampung sudah cukup representatif untuk menjadi sebuah dokumen perenca naan. Jika belum konsisten/sesuai, maka akan disusun rekomendasi sebagai bahan masukan jika Pemda akan melakukan revisi RTRW. Sedangkan jika sudah cukup representatif, maka jika terjadi penyimpangan dalam pemanfaatan ruang atau berbagai permasalahan dalam penataan ruang, kemungkinan hal tersebut bukan lagi disebabkan oleh kesalahan dokumen perencanaan, melainkan kemungkinan dari aspek pengendalian penataan ruangnya. Untuk mengetahui hal tersebut, diperlukan penelitian lanjutan oleh pihak lain.

[image:48.612.137.511.364.613.2]

Vs

Gambar 7 Perbandingan proses penataan ruang

Konsistensi Inkonsistensi

Ruang yang teratur, bersinergi, efisien &

berkualitas

Konflik penggunaan ruang, kesemrawutan

& inefisiensi

Penurunan Kualitas Ruang

Kelumpuhan/ Kematian wilayah Percepatan

(49)

METODE PENELITIAN

Ruang Lingkup

Dalam penelitian ini ada dua aspek yang ruang lingkupnya perlu dispesifikasikan, yaitu ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah.

Ruang lingkup materi

Menurut UU 24 Tahun 1992, penataan ruang terdiri dari proses perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang. Mengingat adanya berbagai keterbatasan, terutama keterbatasan data dan waktu, maka dalam penelitian ini kajian difokuskan pada aspek perencanaan, khususnya proses teknis penyusunan RTRW. Adapun data yang digunakan dalam penelitian, seluruhnya bersumber dari data skunder. Kajian penelitian difokuskan pada tiga analisis dengan masing-masing batasan studi sebagai berikut:

Pertama, analisis konsistensi proses penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung dikaitkan dengan pedoman penyusunan dan ketentuan yang berlaku, yang meliputi: UU 24 Tahun 1992; PP 47 Tahun 1997; Kepmen Kimpraswil No 327/KPTS/M/2002; Perda 5 Tahun 2001. Adapun pedoman teknis penyusunan yang digunakan adalah Kepmen Kimpraswil No 327/KPTS/M/2002. Menurut kepmen tersebut, proses teknis penyusunan RTRW Kota meliputi:

1. Penentuan arah pengembangan

Ø Tinjauan terhadap batas wilayah perencanaan

Ø Tinjauan terhadap aspek ekonomi, sosial, budaya, daya dukung dan daya tampung lingkungan serta fungsi pertahanan keamanan.

Ø Tinjauan terhadap faktor -faktor determinan, yaitu UU 24/1992, RTRWN, RTRWP, Propeda Provinsi, Propeda Kota dan Rencana Sektoral.

2. Identifikasi potensi dan masalah pembangunan

Ø Perkembangan sosial kependudukan

Ø Prospek pertumbuhan ekonomi

Ø Daya dukung fisik dan lingkungan

(50)

3. Perumusan RTRW Kota Bandar Lampung

Ø Perumusan visi, misi dan tujuan pembangunan kota

Ø Perkiraan kebutuhan pengembangan

Ø Perumusan RTRW

4. Penetapan RTRW

Ø Penetapan Perda

Ø Penambahan substansi dalam Perda (pedoman perijinan, pedoman

pengawasan dan pedoman penertiban)

Kedua, analisis konsistensi penyusunan rencana tata ruang Kota Bandar Lampung dengan wilayah sekitarnya untuk melihat keserasian dan kesinergian pemanfaatan ruang. Analisis yang dig unakan adalah map overlay antara peta rencana pemanfaatan ruang Kota Bandar Lampung dengan peta rencana pemanfaatan ruang Kabupaten Lampung Selatan.

Ketiga, analisis keterkaitan antara konsistensi penataan ruang dengan kinerja perkembangan wilayah di kota Bandar Lampung, serta keterkaitan antara perkembangan wilayah dengan konfigurasi ruang infrastruktur dasar kota dan kondisi/karakteristik fisik wilayah. Untuk mengidentifikasi kondisi fisik wilayah dilakukan overlay antara peta administrasi Kota Bandar Lampung dengan peta hidrologi, kemiringan tanah dan peta geologi.

Variabel-variabel yang digunakan dalam analisis ketiga meliputi:

a. Variable -variabel ukuran perkembangan wilayah

(51)

kapasitasnya (Rustiadi et a l., 2004). Dalam penelitian ini, makna pembangunan diasumsikan sama dengan perkembangan.

UNDP mende finisikan pembangunan sebagai proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk dengan tujuan akhir adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Parameter kesejahteraan masyarakat diukur dari Inde ks Pembangunan Manusia (Human Development Index) dengan variabel tingkat pendidikan, angka harapan hidup dan daya beli.

Paradigma pembangunan manusia mencakup 2 sisi (Rustiadi et a l., 2004), yaitu:

• Formasi kapabilitas manusia (perbaikan taraf kesehatan, pendidikan & keterampilan)

• Pemanfaatan kapabilitas untuk kegiatan yang bersifat produktif, cultural,

social dan politik.

Kedua aspek tersebut diperlukan secara berimbang.

Indikator kinerja pembangunan wilayah dari aspek tujuan pembangunan (Rustiadi et a l., 2004 ) meliputi:

Growth (pertumbuhan, produktifitas & efisiensi) = tujuan ekonomi

Equity (pemerataan, kea dilan dan keberimbangan) = tujuan sosial

Sustainability (keberlanjutan) = lingkungan

Mengingat variabel-variabel tersebut sulit diperoleh sampai unit desa (unit analisis terkecil dalam penelitian ini), maka dilakukan berbagai pendekatan-pendekatan untuk mengukur kinerja perkembangan wilayah dengan tetap memperhatikan aspek ekonomi, sosial, budaya , dan lingkungan. Dari berbagai pendekatan tersebut, maka yang digunakan sebagai indikator perkembangan wilayah dalam penelitian ini meliputi:

• Fisik Ruang

Ø Luas wilayah (Ha)

Ø Luas kawasan budidaya (Ha)

Ø Luas kawasan terbangun (Ha)

• Ekonomi

Ø Jumlah keluarga (KK)

(52)

Ø Jumlah penerimaan daerah (APD) (rupiah)

Ø Jumlah pengeluaran daerah (rupiah)

Ø Jumlah industri (unit)

Ø Jumlah pasar (unit)

Ø Jumlah mini market/super market (unit)

Ø Jumlah warung/toko (unit)

Ø Jumlah restoran (unit)

Ø Jumlah bank (unit)

Ø Jumlah KUD (unit)

Ø Jumlah hotel (unit)

• Sosial

Ø Jumlah penduduk (jiwa)

Ø Jumlah keluarga penerima kartu sehat (KK)

Ø Jumlah korban kriminalitas meninggal (jiwa)

Ø Jumlah korba n kriminal luka -luka (jiwa)

Ø Jumlah sarana pendidikan (TK, SD, SLTP, SLTA dan PT/Akademi)(unit)

Ø Jumlah sarana kesehatan (RS, puskesmas, poliklinik, praktek dokter, praktek bidan) (unit)

Ø Jumlah sarana ibadah (masjid, langgar/surau, gereja, pura, vihara) (unit)

• Budaya

Ø Jumlah sarana hiburan (bioskop, diskotik, alun-alun, tempat penyewaan VCD, dan rumah bilyard). (unit)

• Trasportasi

Ø Jumlah pelabuhan (unit)

Ø Jumlah stasiun kereta api (unit)

Ø Jumlah terminal (unit)

b. Variabel-variabel infrastruktur dasar k ota

(53)

wilayah. Variabel infrastruktur dasar kota yang digunakan dalam penelitian ini adalah infrastruktur esensial dalam percepatan perkembangan wilayah:

• Panjang jalan (nasional, provinsi, kabupaten, dan lokal) (hektometer)

• Jumlah pelanggan listrik (KK)

• Jumlah pelanggan air bersih (KK)

[image:53.612.133.504.194.431.2]

• Jumlah pelanggan telepon (KK)

Gambar 8 Peta jaringan jalan Kota Bandar Lampung

c. Variabel fisik wilayah

Variabel fisik wilayah yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Hidrologi

(54)

simpanan. Produktifitas akuifer didefinisikan sebagai kemampuan akuifer menghasilkan air bawah tanah dalam jumlah tertentu.

Klasifikasi produktifitas air bawah tanah menurut Kepmen tersebut adalah sebagai ber ikut:

Ø Air tanah langka atau akuifug atau lapisan kebal air adalah suatu lapisan kedap air yang tidak mampu mengandung dan meneruskan air.

Ø Akuifer produktif atau akuitar atau lapisan lambat air adalah suatu lapisan sedikit lulus air yang tidak mampu melepaskan air dalam arah mendatar, tetapi melepaskan air cukup berarti ke arah vertikal.

[image:54.612.156.499.322.527.2]

Ø Akuifer dengan produktifitas rendah atau akuiklud atau lapisan kedap air adalah suatu lapisan jenuh air yang mengandung air tetapi tidak mampu melepaskannya dalam jumlah berarti.

Gambar 9 Peta hidrologi bagian wilayah Kota Bandar Lampung

Ø Akuifer dengan produktifitas sedang atau akuifer bocor adalah akuifer yang dibatasi di bagian atasnya oleh lapisan lambat air dan di bagian bawahnya oleh lapisan kedap air; muka air bawah tanah pada akuifer ini disebut muka pisometrik yang mempunyai tekanan lebih besar dari tekanan udara luar.

(55)

bawahnya oleh lapisan kedap air; muka air bawah tanah pada akuifer ini disebut muka pisometrik yang mempunyai tekanan lebih besar dari tekanan udara luar.

Ø Akuifer dengan produktifitas tinggi adalah akuifer yang dibatasi di bagian atasnya oleh muka air bertekanan sama dengan tekanan udara luar (1 atmosfer) dan di bagian bawahnya oleh lapisan kedap air; muka air bawah tanah pada akuifer ini disebut muka air preatik.

2. Geologi

Keterangan geologi secara lebih rinci terdapat dalam Tabel Lampiran 6.

Ø Aluvium (Ha)

Ø Batuan granit tak terpisahkan (Ha)

Ø Endapan gunung api muda (Ha)

Ø Formasi campang (Ha)

Ø Formasi lampung (Ha)

Ø Formasi tarahan (Ha)

[image:55.612.142.491.254.608.2]

Ø Sekis way galih (Ha)

Gambar 10 Peta geologi bagian wilayah Kota Bandar Lampung

3. Kelerangan

Ø 0 – 2 %

(56)

Ø 20% – 40 %

[image:56.612.141.495.83.344.2]

Ø > 40 %

Gambar 11 Peta kelas lereng bagian wilayah Kota Bandar Lampung

Ruang lingkup wilayah

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah administratif Kota Bandar Lampung, mencakup seluruh kecamatan yang ada, yaitu 13 kecamatan dan 98 desa/kelurahan. Unit analisis terkecil yang digunakan dalam penelitian ini adalah desa/kelurahan. Secara geografis Kota Bandar Lampung berada pada posisi 50°20’ - 50°30’ LS dan 105°28’ - 105°37’ BT dengan luas wilayah daratan 19.220 Ha.

Batas-batas administratif Kota Bandar Lampung a dalah:

• Sebelah utara : Kecamatan Natar (Kabupaten Lampung Selatan).

• Sebelah selatan : Teluk Lampung.

• Sebelah timur : Kecamatan Tanjung Bintang (Kab. Lampung Selatan)

(57)

Tabel 1 Keterangan nomor urut dan nama desa/kelurahan

Kecamatan Nomor Ds/Kel Nama Desa/Kel Kecamatan Nomor Ds/Kel Nama Desa/Kel

Telukbetung Brt 1 Sukamaju 50 Enggal

2 Keteguhan 51 Pelita

3 Kota Karang 52 Palapa

4 Perwata 53 Kaliawi

5 Bakung 54 Kelapa Tiga

6 Kuripan 55 Tanjung Karang

7 Negri Olok Gading 56 Gunung Sari

8 Sukajaya 57 Pasir Gintung

Telukbetung Sel 9 Gedung Pakuon 58 Penengahan

10 Talang Tj Karang Barat 59 Susunan Baru

11 Pesawahan 60 Sukadana Ham

12 Telukbetung 61 Suka Jawa

13 Kangkung 62 Gedung Air

14 Bumi Waras 63 Segala Mider

15 Pecohraya 64 Gunung Terang

16 Sukaraja Kemiling 65 Sumber Agung

17 Geruntang 66 Kedaung

18 Ketapang 67 Pinang Jaya

19 Way Lunik 68 Beringin Raya

Panjang 20 Srengsem 69 Sumber Rejo

21 Panjang Selatan 70 Kemiling Permai

22 Panjang Utara 71 Langkapura

23 Pidada Kedaton 72 Sukamenanti

24 Way Laga 73 Sidodadi

25 Way Gubak 74 Surabaya

26 Karang Maritim 75 Per Way Halim

Tj Karang Timur 27 Rawa Laut 76 Kedaton

28 Kota Baru 77 Labuan Ratu

29 Tanjung Agung 78 Kampung Baru

30 Kebon Jeruk 79 Sepang Jaya

31 Sawah Lama Rajabasa 80 Rajabasa Raya

32 Sawah Brebes 81 Gedung Meneng

33 Jaga Baya I 82 Rajabasa

34 Kedamaian 83 Rajabasa Jaya

35 Tanjung Raya Tanjung Seneng 84 Labuhan Dalam

36 Tanjung Gading 85 Tanjung Seneng

37 Campang Raya 86 Way Kandis

Telukbetung Utr 38 Kupang Kota 87 Per Way Kandis

39 Gunung Mas Sukarame 88 Sukaram e

40 Kupang Teba 89 W Halim Permai

41 Kupang Raya 90 Gunung Sulah

42 Pahoman 91 Way Dadi

43 Sumur Batu 92 Harapan Jaya

44 Gulak Galik Sukabumi 93 Jagabaya II

45 Pengajaran 94 Jagabaya III

46 Sumur Putri 95 Tanjung Baru

47 Batu Putu 96 Kalibalok Kencn

Tj Karang Pusat 48 Durian Payung 97 Sukabumi Indah

49 Gotong Royong 98 Sukabumi

(58)

Gambar 12 Peta administrasi Kota Bandar Lampung

Pengumpulan Data

Seluruh data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data sekunder. Sumber data untuk masing-masing tujuan adalah sebagai berikut:

• Konsistensi penyusunan RTRW dengan pedoman yang berlaku. Seluruh pedoman penyusunan RTRW diperoleh di Bappeda Provinsi Lampung. Dokumen RTRW Kota Bandar Lampung beserta Perda No 4/2004 tentang RTRW Kota Bandar Lampung diperoleh dari Bappeda Kota Bandar Lampung.

• Konsistensi RTRW Kota Bandar Lampung ditinjau dari aspek keserasian dengan ruang wilayah sekitarnya (Inter-Regional Context). Peta rencana pemanfaatan ruang Kota Bandar Lampung diperoleh dari Bappeda Kota Bandar Lampung, sedangkan peta rencana pemanfaatan ruang Kabupaten Lampung Selatan diperoleh dari Bappeda Kabupaten Lampung Selatan.

(59)

Analisis Proses Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung

Untuk mengetahui kesesuaian antara proses penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung dengan pedoman penyusunan dan ketentuan yang berlaku dilakukan analisis pe mbandingan tabel proses penyusunan dengan pedoman. Dari hasil analisis tersebut akan diketahui konsistensi proses penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung. Jika konsisten, maka akan dilakukan analisis logika verbal untuk menghasilkan suatu kesimpulan. Jika hasil analisis menunjukkan inkonsisten, maka akan dilakukan analisis logika verbal untuk menghasilkan suatu saran dan rekomendasi untuk mencari solusi terbaik.

Ya Tidak

Gambar 13 Kerangka proses tujuan pertama

Pengumpulan Dokumen RTRW Kota Bandar Lampung & Pedoman Penyusunan RTRWK

Analisis Logika Verbal Analisis Logika Verbal

Saran/Rekomendasi Kesimpulan

Teknis Penyusunan RTRW Dokumen RTRW Kota Bandar Lampung

Analisis Pembandingan

Pedoman Penyusunan

• UU 24/1992

• PP 47/1997

• KEPMEN KIMPRASWIL 327/2002

• PERDA 5/2001

(60)

Tabel 2 Rancang an tabel analisis proses penyusunan RTRW

No Aspek Ketentuan Pelaksanaan Keterangan Prosentase

1 2 3 4

Analisis Konsistensi RTRW dalam Inter-Regional Context

Untuk mengetahui konsistensi rencana pemanfaatan ruang Kota Bandar Lampung dengan wilayah sekitarnya (Inter-Regional Context) dilakukan dengan menggunakan metode tumpang tindih (map overlay) antara peta rencana pemanfaatan ruang Kota Bandar Lampung dengan peta rencana pemanfaatan ruang Kab

Gambar

Gambar 5  RTRW dalam sistem perencanaan pembangunan
Gambar 6  Kerangka berfikir
Gambar 7  Perbandingan proses penataan ruang
Gambar 8  Peta jaringan jalan Kota Bandar Lampung
+7

Referensi

Dokumen terkait