METODE UJI T
TERHADA
PE
RAT
DEPARTEMEN
FA
INSTI
I TOLERANSI PADI (Oryza sativa
L
AP SALINITAS PADA STADIA
PERKECAMBAHAN
RATIH DWI HAYUNINGTYAS A24050113
N AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
TITUT PERTANIAN BOGOR
2010
L.)
METODE UJI TOLERANSI PADI (Oryza sativa
L.)
TERHADAP SALINITAS PADA STADIA
PERKECAMBAHAN
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Ratih Dwi Hayuningtyas A24050113
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
RATIH DWI HAYUNINGTYAS. Metode Uji Toleransi Padi (Oryza sativa L.) terhadap Salinitas pada Stadia Perkecambahan. (Dibimbing oleh FAIZA C. SUWARNO DAN SUWARNO)
Penelitian ini bertujuan mencari metode yang cepat, murah dan tepat untuk pengujian toleransi padi terhadap salinitas dan menyeleksi genotipe padi yang toleran terhadap salinitas pada stadia perkecambahan yang dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih dan Rumah kaca Leuwikopo, IPB Bogor.
Penelitian ini terdiri dari dua pelaksanaan percobaan yaitu percobaan di Laboratorium dan di Rumah kaca. Percobaan di Laboratorium terdiri dari tiga tahap, sedangkan percobaan di Rumah kaca terdiri dari satu tahap. Tahap 1 di Laboratorium merupakan percobaan pendahuluan untuk mencari metode uji yang dapat membedakan varietas toleran dan peka terhadap salinitas dimana konsentrasi garam yang digunakan bervariasi. Tahap dua merupakan pengujian toleransi varietas padi toleran dan peka pada empat metode yang berpotensi dengan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial, dua faktor, yaitu varietas padi dan metode uji. Varietas padi (A) terdiri dari dua varietas yaitu varietas padi toleran dan varietas padi peka terhadap salinitas, sedangkan metode uji (B) terdiri dari empat jenis metode uji. Tahap ketiga dari percobaan di Laboratorium adalah seleksi 54 genotipe padi dengan menggunakan satu metode terpilih dari percobaan sebelumnya. Percobaan di Rumah kaca merupakan pengujian toleransi salinitas 54 genotipe padi pada stadia bibit. Konsentrasi garam yang digunakan pada percobaan ini adalah 4000 ppm dan bibit padi yang digunakan berumur dua minggu.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain 3 varietas padi peka (IR 64, Batanghari, Widas) dan 3 varietas padi toleran (Pokkali, Lalan, Dendang) terhadap salinitas, 54 genotipe padi yang belum diketahui peka atau tidaknya terhadap salinitas, NaCl (garam dapur), berbagai media tanam (arang sekam, humus daun bambu, serbuk gergaji, cocopit, pasir, tanah liat, zeolit, dan kompos).
Alat-alat yang digunakan adalah bak plastik berukuran 35 cm x 30 cm x 10 cm, plastik mika berukuran 15 cm x 10 cm x 5 cm, oven, timbangan, pengayak media tanam. Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah panjang akar, panjang tajuk, panjang bibit, bobot kering akar, bobot kering tajuk, bobot kering bibit, panjang tanaman, persentase daun mati dan jumlah tanaman mati.
Judul :METODE UJI TOLERANSI PADI (Oryza sativaL.)
TERHADAP SALINITAS PADA STADIA PERKECAMBAHAN
Nama : RATIH DWI HAYUNINGTYAS
NRP : A24050113
Menyetujui Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Faiza C. Suwarno, MS Dr. Suwarno
NIP : 19521008 198103 2 001 NIP : 19520909 198103 1 003
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr NIP : 19611101 198703 1 003
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kendal, Propinsi Jawa Tengah pada tanggal 8 Juni
1987 sebagai anak terakhir dari dua bersaudara dari pasangan Sugiyarto, S.Sos
dan Sri Wahyuni, SPd.
Penulis memulai pendidikan formal saat masuk TK Aisyah 02 Kendal pada
tahun 1992 dan lulus pada tahun 1993. Tahun 1999 penulis lulus dari SDN
Langenharjo 01 Kendal, kemudian pada tahun 2002 penulis menyelesaikan studi
di SLTPN 2 Kendal. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN I Kendal pada tahun
2005. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui
jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) sebagai mahasiswa Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi pengurus Organisasi
Mahasiswa Daerah Kendal (2006/2007) dan tergabung dalam berbagai
Kepanitiaan Kegiatan di lingkungan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Selain itu, penulis juga menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Agronomi (2006–
KATA PENGANTAR
Segala Puji Bagi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa atas nikmat dan
karuniaNya yang tiada berujung, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini. Skripsi berjudul “ Metode Uji Toleransi Padi (Oryza sativaL.) terhadap Salinitas pada Stadia Perkecambahan”ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Departemen Agronomi dan
Hortikultura , Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Penyusunan skripsi ini
tak lepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Dr. Ir. Faiza C. Suwarno, MS dan Dr. Suwarno selaku dosen pembimbing
skripsi atas semua bantuan, motivasi dan perhatian yang telah diberikan
selama kegiatan penelitian maupun penyusunan skripsi.
2. Ir. Heni Purnamawati, MSc selaku pembimbing akademik yang telah
memberi berbagai masukan dan motivasi dalam kegiatan akademik selama
penulis menyelesaikan studi di Departemen Agronomi dan Hortikultura.
3. Ir. Abdul Qadir, MSt selaku dosen penguji skripsi atas saran-saran yang
telah diberikan dalam rangka perbaikan penyusunan skripsi ini.
4. Bapak dan ibuku tersayang, mbak Rista serta seluruh keluarga besarku
atas doa, kasih sayang, perhatian dan motivasi yang tiada hentinya untuk
penulis.
5. Supartopo, AMd dan pihak Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Muara
Bogor atas bantuan yang telah diberikan demi kelancaran penyusunan
skripsi ini.
6. Teman-temanku semua, AGH ‘42, Malya, Ummah, Rere, Siti, Rifka,
Warno, Rosma, Uci, Riska, Santi, mbak Wiwik dan lainnya yang tidak
bisa penulis sebutkan, semoga sukses untuk kita semua.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis persembahkan
skripsi ini, semoga bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Januari 2010
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang... 1
Tujuan... 2
Hipotesis... 2
TINJAUAN PUSTAKA ... 3
Botani Tanaman Padi ... 3
Karakteristik Tanah Salin... 4
Pengaruh Stres Garam (NaCl) Terhadap Tanaman ... 4
BAHAN DAN METODE ... 8
Waktu dan Tempat ... 8
Bahan dan Alat ... 8
Metode Penelitian... 8
I. Pengujian Toleransi Salinitas Padi pada Stadia Perkecambah-an di Laboratorium………... 8
II. Pengujian Toleransi Salinitas 54 Genotipe Padi pada Stadia Bibit di Rumah kaca………...10
Pelaksanaan Penelitian... 11
I. Pengujian Toleransi Salinitas Padi pada Stadia Perkecamba-han Di Laboratorium... 11
II. Pengujian Toleransi Salinitas Padi pada Stadia Bibit di Ru-mah kaca... .... 11
Pengamatan... .... 12
HASIL DAN PEMBAHASAN………... 14
Pengujian Toleransi Salinitas di Laboratorium………. 14
Pengujian Toleransi Salinitas Varietas Toleran dan Varietas Peka Padi pada Empat Metode Uji yang Berpotensi……….. 15
Korelasi Antara Peubah Rumah kaca dan Laboratorium…………... 22
Simulasi Seleksi Padi Toleran Salinitas……… 24
KESIMPULAN DAN SARAN... . 29
DAFTAR PUSTAKA ... 30
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Standar Evaluasi Skor (SES) Kerusakan Tanaman Padi
menurut Penilaian Visual Akibat Keracunan Garam……… ….. 7
2. Metode pada Pengujian Pedahuluan dan Respon Genotipe
Toleran dan Pekaterhadap Salinitas……….... 15
3. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Varietas Padi (2 varietas) dan Metode (4 metode) terhadap Masing-masing Peubah yang
Diamati……….. 17
4. Pengaruh Metode Uji terhadap Semua Peubah yang Diamati
pada Rataan Masing-masing Kelompok Varietas……….. 18
5. Selisih antara Varietas Toleran dan Peka pada Masing-masing
Peubah yang Diamati di Laboratorium……… 19
6. Rekapitulasi Korelasi antara Peubah Pengujian di Laboratorium
dengan Peubah di Rumah Kaca……… 24
7. Simulasi Seleksi Hasil Pengujian Laboratorium danRumah kaca….. 26
8. Klasifikasi/ Pengelompokan Genotipe Padi terhadap Tingkat
Toleransi Salinitas……… 26
9. Kisaran Nilai Tingkat Toleransi Padi terhadap Salinitas………… ….. 27
10. Dua Genotipe Padi Toleran Salinitas pada Pengujian Rumah kaca
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Hasil Pengujian Pendahuluan pada Berbagai Media Tanam dan
Konsentrasi Garam………..……. 14
2. Pertumbuhan Genotipe Toleran dan Peka pada Media Tanah dengan Konsentrasi NaCl 8000 ppm dibandingkan
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Sidik Ragam Pengaruh Varietas padi (2 varietas) dan
Metode (4 metode)terhadap Panjang Akar di Laboratorium……… 34
2. Sidik Ragam Pengaruh Varietas padi (2 varietas) dan
Metode (4 metode) terhadap Panjang Tajuk di Laboratorium……… 34
3. Sidik Ragam Pengaruh Varietas padi (2 varietas) dan
Metode (4 metode) terhadap Panjang Bibitdi Laboratorium……… 34
4. Sidik Ragam Pengaruh Varietas padi (2 varietas) dan
Metode (4 metode) terhadap Berat Kering Akardi Laboratorium… 35
5. Sidik Ragam Pengaruh Varietas padi (2 varietas) dan
Metode (4 metode) terhadap Berat Kering Tajukdi Laboratorium…. 35
6. Sidik Ragam Pengaruh Varietas padi (2 varietas) dan
Metode (4 metode) terhadap Berat Kering Bibitdi Laboratorium…... 35
7. Sidik Ragam Pengaruh Varietas padi (2 varietas) dan
Metode (4 metode) terhadap Jumlah Tanaman Mati di
Laboratori-um……….. 36
8. Sidik Ragam Pengaruh Genotipe (54 genotipe) terhadap
Persentase Daun Mati di Rumah kaca………... . 36
9. Sidik Ragam Pengaruh Genotipe (54 genotipe) terhadap
Panjang Tanaman di Rumah kaca………... 36
10. Hasil Pengelompokan Genotipe terhadap Tingkat Toleransi Salinitas pada Peubah Persentase Daun Mati di Rumah kaca
dan Peubah Jumlah Tanaman Mati di Laboratorium……… 37
11. Contoh Simulasi Seleksi Pengujian di Laboratorium dan
Rumah kaca……… 39
12. Daftar Nama 54 Genotipe Padi yang Digunakan untuk
METODE UJI T
TERHADA
PE
RAT
DEPARTEMEN
FA
INSTI
I TOLERANSI PADI (Oryza sativa
L
AP SALINITAS PADA STADIA
PERKECAMBAHAN
RATIH DWI HAYUNINGTYAS A24050113
N AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
TITUT PERTANIAN BOGOR
2010
L.)
METODE UJI TOLERANSI PADI (Oryza sativa
L.)
TERHADAP SALINITAS PADA STADIA
PERKECAMBAHAN
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Ratih Dwi Hayuningtyas A24050113
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
RATIH DWI HAYUNINGTYAS. Metode Uji Toleransi Padi (Oryza sativa L.) terhadap Salinitas pada Stadia Perkecambahan. (Dibimbing oleh FAIZA C. SUWARNO DAN SUWARNO)
Penelitian ini bertujuan mencari metode yang cepat, murah dan tepat untuk pengujian toleransi padi terhadap salinitas dan menyeleksi genotipe padi yang toleran terhadap salinitas pada stadia perkecambahan yang dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih dan Rumah kaca Leuwikopo, IPB Bogor.
Penelitian ini terdiri dari dua pelaksanaan percobaan yaitu percobaan di Laboratorium dan di Rumah kaca. Percobaan di Laboratorium terdiri dari tiga tahap, sedangkan percobaan di Rumah kaca terdiri dari satu tahap. Tahap 1 di Laboratorium merupakan percobaan pendahuluan untuk mencari metode uji yang dapat membedakan varietas toleran dan peka terhadap salinitas dimana konsentrasi garam yang digunakan bervariasi. Tahap dua merupakan pengujian toleransi varietas padi toleran dan peka pada empat metode yang berpotensi dengan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial, dua faktor, yaitu varietas padi dan metode uji. Varietas padi (A) terdiri dari dua varietas yaitu varietas padi toleran dan varietas padi peka terhadap salinitas, sedangkan metode uji (B) terdiri dari empat jenis metode uji. Tahap ketiga dari percobaan di Laboratorium adalah seleksi 54 genotipe padi dengan menggunakan satu metode terpilih dari percobaan sebelumnya. Percobaan di Rumah kaca merupakan pengujian toleransi salinitas 54 genotipe padi pada stadia bibit. Konsentrasi garam yang digunakan pada percobaan ini adalah 4000 ppm dan bibit padi yang digunakan berumur dua minggu.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain 3 varietas padi peka (IR 64, Batanghari, Widas) dan 3 varietas padi toleran (Pokkali, Lalan, Dendang) terhadap salinitas, 54 genotipe padi yang belum diketahui peka atau tidaknya terhadap salinitas, NaCl (garam dapur), berbagai media tanam (arang sekam, humus daun bambu, serbuk gergaji, cocopit, pasir, tanah liat, zeolit, dan kompos).
Alat-alat yang digunakan adalah bak plastik berukuran 35 cm x 30 cm x 10 cm, plastik mika berukuran 15 cm x 10 cm x 5 cm, oven, timbangan, pengayak media tanam. Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah panjang akar, panjang tajuk, panjang bibit, bobot kering akar, bobot kering tajuk, bobot kering bibit, panjang tanaman, persentase daun mati dan jumlah tanaman mati.
Judul :METODE UJI TOLERANSI PADI (Oryza sativaL.)
TERHADAP SALINITAS PADA STADIA PERKECAMBAHAN
Nama : RATIH DWI HAYUNINGTYAS
NRP : A24050113
Menyetujui Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Faiza C. Suwarno, MS Dr. Suwarno
NIP : 19521008 198103 2 001 NIP : 19520909 198103 1 003
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr NIP : 19611101 198703 1 003
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kendal, Propinsi Jawa Tengah pada tanggal 8 Juni
1987 sebagai anak terakhir dari dua bersaudara dari pasangan Sugiyarto, S.Sos
dan Sri Wahyuni, SPd.
Penulis memulai pendidikan formal saat masuk TK Aisyah 02 Kendal pada
tahun 1992 dan lulus pada tahun 1993. Tahun 1999 penulis lulus dari SDN
Langenharjo 01 Kendal, kemudian pada tahun 2002 penulis menyelesaikan studi
di SLTPN 2 Kendal. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN I Kendal pada tahun
2005. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui
jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) sebagai mahasiswa Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi pengurus Organisasi
Mahasiswa Daerah Kendal (2006/2007) dan tergabung dalam berbagai
Kepanitiaan Kegiatan di lingkungan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Selain itu, penulis juga menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Agronomi (2006–
KATA PENGANTAR
Segala Puji Bagi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa atas nikmat dan
karuniaNya yang tiada berujung, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini. Skripsi berjudul “ Metode Uji Toleransi Padi (Oryza sativaL.) terhadap Salinitas pada Stadia Perkecambahan”ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Departemen Agronomi dan
Hortikultura , Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Penyusunan skripsi ini
tak lepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Dr. Ir. Faiza C. Suwarno, MS dan Dr. Suwarno selaku dosen pembimbing
skripsi atas semua bantuan, motivasi dan perhatian yang telah diberikan
selama kegiatan penelitian maupun penyusunan skripsi.
2. Ir. Heni Purnamawati, MSc selaku pembimbing akademik yang telah
memberi berbagai masukan dan motivasi dalam kegiatan akademik selama
penulis menyelesaikan studi di Departemen Agronomi dan Hortikultura.
3. Ir. Abdul Qadir, MSt selaku dosen penguji skripsi atas saran-saran yang
telah diberikan dalam rangka perbaikan penyusunan skripsi ini.
4. Bapak dan ibuku tersayang, mbak Rista serta seluruh keluarga besarku
atas doa, kasih sayang, perhatian dan motivasi yang tiada hentinya untuk
penulis.
5. Supartopo, AMd dan pihak Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Muara
Bogor atas bantuan yang telah diberikan demi kelancaran penyusunan
skripsi ini.
6. Teman-temanku semua, AGH ‘42, Malya, Ummah, Rere, Siti, Rifka,
Warno, Rosma, Uci, Riska, Santi, mbak Wiwik dan lainnya yang tidak
bisa penulis sebutkan, semoga sukses untuk kita semua.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis persembahkan
skripsi ini, semoga bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Januari 2010
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang... 1
Tujuan... 2
Hipotesis... 2
TINJAUAN PUSTAKA ... 3
Botani Tanaman Padi ... 3
Karakteristik Tanah Salin... 4
Pengaruh Stres Garam (NaCl) Terhadap Tanaman ... 4
BAHAN DAN METODE ... 8
Waktu dan Tempat ... 8
Bahan dan Alat ... 8
Metode Penelitian... 8
I. Pengujian Toleransi Salinitas Padi pada Stadia Perkecambah-an di Laboratorium………... 8
II. Pengujian Toleransi Salinitas 54 Genotipe Padi pada Stadia Bibit di Rumah kaca………...10
Pelaksanaan Penelitian... 11
I. Pengujian Toleransi Salinitas Padi pada Stadia Perkecamba-han Di Laboratorium... 11
II. Pengujian Toleransi Salinitas Padi pada Stadia Bibit di Ru-mah kaca... .... 11
Pengamatan... .... 12
HASIL DAN PEMBAHASAN………... 14
Pengujian Toleransi Salinitas di Laboratorium………. 14
Pengujian Toleransi Salinitas Varietas Toleran dan Varietas Peka Padi pada Empat Metode Uji yang Berpotensi……….. 15
Korelasi Antara Peubah Rumah kaca dan Laboratorium…………... 22
Simulasi Seleksi Padi Toleran Salinitas……… 24
KESIMPULAN DAN SARAN... . 29
DAFTAR PUSTAKA ... 30
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Standar Evaluasi Skor (SES) Kerusakan Tanaman Padi
menurut Penilaian Visual Akibat Keracunan Garam……… ….. 7
2. Metode pada Pengujian Pedahuluan dan Respon Genotipe
Toleran dan Pekaterhadap Salinitas……….... 15
3. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Varietas Padi (2 varietas) dan Metode (4 metode) terhadap Masing-masing Peubah yang
Diamati……….. 17
4. Pengaruh Metode Uji terhadap Semua Peubah yang Diamati
pada Rataan Masing-masing Kelompok Varietas……….. 18
5. Selisih antara Varietas Toleran dan Peka pada Masing-masing
Peubah yang Diamati di Laboratorium……… 19
6. Rekapitulasi Korelasi antara Peubah Pengujian di Laboratorium
dengan Peubah di Rumah Kaca……… 24
7. Simulasi Seleksi Hasil Pengujian Laboratorium danRumah kaca….. 26
8. Klasifikasi/ Pengelompokan Genotipe Padi terhadap Tingkat
Toleransi Salinitas……… 26
9. Kisaran Nilai Tingkat Toleransi Padi terhadap Salinitas………… ….. 27
10. Dua Genotipe Padi Toleran Salinitas pada Pengujian Rumah kaca
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Hasil Pengujian Pendahuluan pada Berbagai Media Tanam dan
Konsentrasi Garam………..……. 14
2. Pertumbuhan Genotipe Toleran dan Peka pada Media Tanah dengan Konsentrasi NaCl 8000 ppm dibandingkan
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Sidik Ragam Pengaruh Varietas padi (2 varietas) dan
Metode (4 metode)terhadap Panjang Akar di Laboratorium……… 34
2. Sidik Ragam Pengaruh Varietas padi (2 varietas) dan
Metode (4 metode) terhadap Panjang Tajuk di Laboratorium……… 34
3. Sidik Ragam Pengaruh Varietas padi (2 varietas) dan
Metode (4 metode) terhadap Panjang Bibitdi Laboratorium……… 34
4. Sidik Ragam Pengaruh Varietas padi (2 varietas) dan
Metode (4 metode) terhadap Berat Kering Akardi Laboratorium… 35
5. Sidik Ragam Pengaruh Varietas padi (2 varietas) dan
Metode (4 metode) terhadap Berat Kering Tajukdi Laboratorium…. 35
6. Sidik Ragam Pengaruh Varietas padi (2 varietas) dan
Metode (4 metode) terhadap Berat Kering Bibitdi Laboratorium…... 35
7. Sidik Ragam Pengaruh Varietas padi (2 varietas) dan
Metode (4 metode) terhadap Jumlah Tanaman Mati di
Laboratori-um……….. 36
8. Sidik Ragam Pengaruh Genotipe (54 genotipe) terhadap
Persentase Daun Mati di Rumah kaca………... . 36
9. Sidik Ragam Pengaruh Genotipe (54 genotipe) terhadap
Panjang Tanaman di Rumah kaca………... 36
10. Hasil Pengelompokan Genotipe terhadap Tingkat Toleransi Salinitas pada Peubah Persentase Daun Mati di Rumah kaca
dan Peubah Jumlah Tanaman Mati di Laboratorium……… 37
11. Contoh Simulasi Seleksi Pengujian di Laboratorium dan
Rumah kaca……… 39
12. Daftar Nama 54 Genotipe Padi yang Digunakan untuk
PENDAHULUAN
Latar belakang
Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya
bermata pencaharian sebagai petani dan menjadikan beras sebagai makanan
pokoknya. Kesuburan tanah merupakan salah satu faktor yang dapat digunakan
sebagai modal utama untuk peningkatan produktivitas padi, namun justru
lahan-lahan yang subur ini menjadi semakin berkurang akibat meluasnya areal
perumahan dan kawasan industri yang dibangun. Dalam upaya peningkatan beras
nasional, perlu dilakukan suatu usaha yaitu pemanfaatan lahan-lahan marginal
yang masih cukup banyak terdapat di Indonesia. Pemanfaatan lahan marginal,
seperti lahan pasang surut, belum diupayakan secara optimal untuk memenuhi dan
mempertahankan kebutuhan pangan nasional. Areal pasang surut di Indonesia
diperkirakan mencapai 20.11 juta ha, dimana 2.07 juta lahan potensial, 6.71 juta
ha sulfat masam, 19.89 juta ha lahan gambut dan 0.44 juta ha lahan salin (Tim
Sintesis Kebijakan, 2008). Diperkirakan peningkatan produksi padi ke depan
akan menghadapi tantangan yang semakin kompleks berkaitan dengan adanya
cekaman biotik (hama, penyakit, dan gulma) maupun cekaman abiotik (unsur
hara, iklim, dan lingkungan). Salah satu cekaman lingkungan yang menjadi
kendala dalam penurunan produksi beras nasional adalah adanya cekaman
salinitas. Lahan salin merupakan salah satu lahan marginal yang dapat
dikembangkan menjadi areal persawahan yang produktif. Menurut Sembiring dan
Gani (2004), banyak petani kita berpindah menjadikan lahan padinya menjadi
usaha perikanan dan pembuatan garam bahkan ada pula yang sampai
meninggalkannya akibat adanya cekaman salinitas tersebut.
Salinitas merupakan cekaman abiotik yang dapat mempengaruhi
produktivitas dan kualitas tanaman. Pertumbuhan akar, batang dan luas daun
berkurang karena ketidakseimbangan metabolik yang disebabkan oleh keracunan
ion NaCl, cekaman osmotik dan kekurangan hara (Sembiring dan Gani, 2004).
daerah-daerah kering, curah hujan di daerah tersebut lebih sedikit dibandingkan
evapotranspirasinya.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini
menurut Balai Penelitian dan pengembangan Pertanian, Deptan (1993) adalah
dengan mengurangi terjadinya intrusi air garam dan mengusahakan serta
menanam varietas-varietas yang toleran terhadap salinitas. Menurut Sadjad
(1993), metode seleksi untuk memilih varietas yang toleran dapat dilakukan
langsung di lapang maupun di laboratorium. Sadjad menambahkan, untuk
mengetahui pertumbuhan benih pada kondisi lapang dan lingkungan dimana benih
ditanam dapat dilakukan pada fase perkecambahan yaitu dengan menganalisis
viabilitas benih. Viabilitas benih pada kondisi suboptimum (salinitas) dapat
dideteksi dan dilakukan di rumah kaca atau di laboratorium dengan
mengecambahkan benih pada media yang dapat dikontrol dan lebih praktis seperti
pada kertas, pasir maupun media tanam yang lain. Berbagai teknik pengujian
untuk mengidentifikasi toleransi varietas telah digunakan dan cukup banyak
varietas yang telah ditemukan (Suwarno, 1983 dan Sulaiman, 1980).
Pengujian-pengujian yang telah dilakukan ini membutuhkan waktu lama sehingga perlu
dilakukan suatu penelitian untuk mendapatkan suatu metode yang paling tepat dan
mudah untuk mengetahui toleransi padi terhadap salinitas pada stadia
perkecambahan. Diharapkan dengan pengujian ini, dapat dihasilkan suatu metode
yang tepat, cepat dan mudah sehingga sifat toleransi padi terhadap salinitas dapat
diketahui lebih dini.
Tujuan
1. Mencari metode yang tepat, cepat dan mudah untuk pengujian toleransi
padi terhadap salinitas pada stadia perkecambahan.
2. Menyeleksi genotipe padi yang toleran terhadap salinitas pada stadia
perkecambahan.
Hipotesis
1. Terdapat metode yang tepat, cepat dan mudah untuk menguji toleransi
2. Terdapat genotipe-genotipe padi yang toleran terhadap salinitas melalui
pengujian metode yang terpilih.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai November 2009
bertempat di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan
Hortikultura dan Rumah kaca Leuwikopo, IPB, Darmaga, Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan- bahan yang digunakan adalah 3 varietas padi peka (IR 64, Widas,
Batanghari), 3 varietas padi toleran (Lalan, Pokkali, Dendang) terhadap salinitas,
54 genotipe padi yang belum diketahui peka atau tidaknya terhadap salinitas,
NaCl (garam dapur), dan berbagai media tanam (arang sekam, humus daun
bambu, serbuk gergaji, cocopit, pasir, tanah liat, zeolit, dan kompos). Benih yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Balai Besar Penelitian Tanaman
Padi di Muara, Bogor.
Alat-alat yang digunakan antara lain adalah bak plastik berukuran 35 cm
x 30 cm x 10 cm, plastik mika berukuran 15 cm x 10 cm x 5 cm, oven, timbangan,
pengayak media tanam, kertas label, alat tulis, dan kamera digital.
Metode Penelitian
I. Pengujian Toleransi Salinitas Padi pada Stadia Perkecambahan di
Laboratorium
Percobaan ini terdiri dari tiga tahap yaitu :
a. Percobaan Pendahuluan Toleransi Padi pada Berbagai Media Tanam
dan Konsentrasi NaCl
salinitas. Dari semua metode uji yang dilakukan, dipilih empat metode yang berpotensi dapat membedakan varietas peka dan toleran terhadap salinitas dengan peubah - peubah pengamatan meliputi jumlah tanaman mati, tinggi tanaman dan warna bibit.
b. Pengujian Toleransi Varietas Padi yang Toleran dan Peka pada Empat
Metode Uji yang Berpotensi
Setelah mendapatkan media tanam dan konsentasi NaCl yang
berpotensi membedakan varietas peka dan toleran, dilakukan percobaan dengan
menggunakan model Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial
dua faktor, yaitu varietas padi (A) dan metode uji (B). Varietas padi (A) yang
digunakan yaitu 3 varietas toleran dan 3 varietas peka terhadap salinitas
sedangkan metode uji (B) terdiri dari empat jenis metode, yaitu M1 = media
humus daun bambu dengan 4000 ppm NaCl, M2 = media cocopit dengan 6000
ppm NaCl, M3 = media pasir dengan 4000 ppm NaCl, dan M4 = media tanah
dengan 8000 ppm NaCl. Setiap satuan percobaan diulang tiga kali sehingga total
satuan percobaan yang dilakukan adalah 36 satuan percobaan. Benih padi
direndam selama 24 jam kemudian ditanam pada media sesuai dengan perlakuan
konsentrasi garam yang diberikan. Setiap ulangan ditanam sebanyak 25 butir
benih padi.
Model linier yang digunakan untuk pengujiannya adalah :
Yijk= µ + Ai + Bj + (AB)ij + Ck + εijk
Keterangan :
Yijk = nilai pengamatan pada perlakuan metode uji ke-i, varietas padi ke-j dan
kelompok ke-k
µ = nilai rataan umum
Ai = pengaruh perlakuan varietas padi ke i (i = 1, 2, dan 3)
Bj = pengaruh perlakuan metode uji ke-j (j = 1, 2, 3, 4,)
Ck = pengaruh kelompok ke-k ( k = 1, 2, 3)
(AB)ij = pengaruh interaksi perlakuan varietas padi ke-i dan metode uji ke-j
ε ijk = pengaruh galat percobaan dari perlakuan varietas padi ke-i, metode uji
c. Pengujian Toleransi terhadap Salinitas 54 genotipe Padi pada Satu
Metode Uji yang Terpilih
Setelah mendapatkan metode uji yang terbaik yaitu M4 (media tanah
dengan konsentrasi garam 8000 ppm) kemudian dilakukan pengujian toleransi
salinitas pada 54 genotipe padi. Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor yaitu
genotipe padi (α). Genotipe padi yang digunakan sebanyak 54 genotipe dan setiap
satuan percobaan diulang tiga kali sehingga total satuan percobaan yang
digunakan adalah 162 satuan percobaan. Benih padi direndam selama 24 jam
kemudian ditanam pada media tanah dengan konsentrasi garam 8000 ppm.
Model linier yang digunakan untuk pengujiannya adalah :
Yij = µ + αi + βj + εij
Keterangan :
Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan genotipe padi ke-i dan kelompok
ke-j
µ = nilai tengah umum
αi = pengaruh perlakuan genotipe padi ke-i (i = 1, 2, 3, 4,..., 54)
βj = pengaruh kelompok ke-j (j = 1, 2, 3)
εij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan genotipe padi ke-i dan
kelompok ke-j
II. Pengujian Toleransi Salinitas 54 genotipe Padi pada Stadia Bibit di Rumah
kaca
Percobaan ini mengikuti metode standar pengujian yang biasa dilakukan
oleh para pemulia padi dalam proses seleksi toleransi padi terhadap salinitas
dimana konsentrasi garam yang digunakan adalah 4000 ppm. Rancangan
percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
(RKLT) dengan satu faktor yaitu genotipe padi (α). Genotipe padi yangdigunakan
sebanyak 54 genotipe, dimana setiap satuan percobaan terdiri dari 2 bibit padi
Model linier yang digunakan adalah :
Yij = µ + αi + βj + εij
Keterangan :
Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan genotipe padi ke-i dan kelompok
ke-j
µ = nilai tengah umum
αi = pengaruh perlakuan genotipe padi ke-i (i = 1, 2, 3, 4,..., 54)
βj = pengaruh kelompok ke-j (j = 1, 2, 3)
εij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan genotipe padi ke-i dan
kelompok ke-j
Pelaksanaan Penelitian
I. Pengujian Toleransi Salinitas Padi pada Stadia Perkecambahan di
Laboratorium
Percobaan pendahuluan dilakukan dengan menanam varietas toleran dan peka terhadap salinitas pada berbagai media tanam dan konsentrasi garam. Peubah pengamatan dapat bervariasi antar metode uji dan pengamatan tersebut dilakukan sampai terlihat adanya perbedaan antara varietas peka dan toleran.
Setelah mendapat beberapa metode uji (media tanam dan konsentrasi
garam) yang berpotensi membedakan varietas toleran dan varietas peka terhadap
salinitas, dilakukan percobaan selanjutnya guna mendapatkan satu metode uji
yang paling tepat berdasarkan hasil analisis statistik yang digunakan. Media
tanam disiram dan diaduk sampai merata dengan larutan garam sesuai dengan
perlakuan konsentrasi garam yang diberikan. Setiap media tanam, ditanam 25
benih toleran dan 25 benih peka salinitas yang telah direndam air terlebih dahulu
selama 24 jam. Satu metode uji yang terpilih dari hasil analisis statistik kemudian
digunakan untuk menguji toleransi 54 genotipe padi terhadap salinitas pada stadia
perkecambahan.
Pengujian toleransi 54 genotipe padi dilakukan dengan menanam benih
garam yang terpilih (metode uji). Setiap satuan percobaan menggunakan 25 butir
benih.
II. Pengujian Toleransi Salinitas Padi pada Stadia Bibit di Rumah kaca
Percobaan ini dilakukan dengan menanam bibit padi yang telah berumur dua minggu pada bak plastik dengan ukuran 35 cm x 30 cm x 10 cm dan berisi tanah 5 kg kering angin per bak yang telah diberi 4 liter larutan garam berkonsentrasi 4000 ppm. Tinggi genangan pada bak plastik tetap dipertahankan setiap hari. Tanah yang digunakan dalam percobaan ini berasal dari kebun percobaan Sawah Baru yang belum pernah dipupuk. Pengamatan dilakukan setelah tanaman berumur enam minggu dimana perbedaan antara varietas peka dan toleran sudah jelas terlihat secara visual, bahkan tanaman peka sudah mati (Sulaiman, 1980).
Pengamatan
Pengamatan pada Stadia Perkecambahan di Laboratorium :
Pengamatan yang dilakukan pada percobaan pendahuluan adalah
banyaknya tanaman mati dan panjang tanaman. Pengamatan yang dilakukan pada
percobaan pengujian toleransi padi pada empat metode yang berpotensi adalah :
1. Panjang Akar (PA)
Panjang akar merupakan panjang dari ujung akar sampai pangkal akar
dengan satuan centimeter.
2. Panjang Tajuk (PT)
Panjang tajuk diukur mulai dari pangkal tajuk sampai ujung tajuk
dengan satuan centimeter.
3. Panjang Bibit (PB)
Panjang bibit diperoleh dari penjumlahan panjang tajuk dengan panjang akar dengan satuan centimeter.
4. Berat Kering Bibit (BKB)
Merupakan penjumlahan dari berat kering tajuk dan berat kering akar
yang telah dioven pada suhu 600C selama 3x24 jam dengan satuan
miligram.
Merupakan berat kering akar tanaman padi yang telah dioven pada
suhu 600C selama 3x24 jam dengan satuan miligram.
6. Berat Kering Tajuk (BKT)
Merupakan kering tajuk tanaman padi yang telah dioven pada suhu
600C selama 3x24 jam dengan satuan miligram.
7. Jumlah Tanaman Mati (JTM)
Merupakan jumlah tanaman yang mati pada akhir pengamatan.
Analisis data yang digunakan pada percobaan ini adalah menggunakan
Model Rancangan Kelompok Lengkap Teracak untuk melihat pengaruh masing
faktor tunggal serta interaksinya terhadap masing- masing peubah yang diamati.
Kriteria pemilihan metode yang digunakan berdasarkan hasil analisis statistik dan
dilanjutkan dengan selisih nilai rataan antara varietas toleran dan peka terhadap
salinitas dengan memperhitungkan efisiensi dari segi ekonomi maupun
kemudahan dalam aplikasinya.
Pengamatan pada Stadia Bibit di Rumah kaca :
1. Panjang Tanaman (Ptan)
Merupakan penjumlahan panjang tajuk dengan panjang akar dari tanaman padi dengan satuan centimeter.
2. Gejala Salinitas (Jumlah Tanaman Mati dan Jumlah Daun yang Rusak)
Gejala yang ditimbulkan akibat pengaruh cekaman garam pada tanaman
padi diantaranya adalah 1) berkurangnya kecepatan perkecambahan; 2)
berkurangnya tinggi tanaman dan jumlah anakan; 3) pertumbuhan akar jelek; 4)
sterilitas biji meningkat; 5) kurangnya bobot 1000 gabah dan kandungan protein
total dalam biji karena penyerapan Na yang berlebihan; dan 6) berkurangnya
penambatan N2secara biologi dan lambatnya mineralisasi tanah. Selain itu,secara
morfologi daun akan menjadi kuning (klorosis) dan tepi daun mati atau mengering
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian Toleransi Salinitas di Laboratorium
Pengujian Toleransi Padi pada Berbagai Media Tanam dan Konsentrasi Garam
Hasil pengamatan secara visual pada pengujian pendahuluan menunjukkan
bahwa dari 26 metode yang diujikan terdapat 4 metode yang dapat
memperlihatkan perbedaan antara varietas yang toleran dengan varietas yang peka
terhadap salinitas. Metode-metode yang dapat memperlihatkan perbedaan antara
varietas yang toleran dan varietas yang peka salinitas adalah metode
menggunakan humus daun bambu dengan konsentrasi NaCl 4000 ppm, metode
menggunakan cocopit dengan konsentrasi NaCl 6000 ppm, metode menggunakan
pasir dengan konsentrasi NaCl 4000 ppm, dan metode menggunakan tanah
dengan konsentrasi NaCl 8000 ppm.
Var. Toleran Var. Peka Var. Peka Var. Toleran
Var. Toleran Var. Peka Var. Peka Var.Toleran
Keterangan : M1 = Humus daun bambu dengan 4000 ppm NaCl; M2 = Cocopit dengan 6000 ppm NaCl; M3 = Pasir dengan 4000 ppm NaCl; M4 = Tanah 8000 dengan ppm NaCl
Gambar 1. Hasil Pengujian Pendahuluan pada Berbagai Media Tanam dan Konsentrasi Garam
M1 M2
Perbedaan antara varietas toleran dan peka terhadap salinitas pada
masing-masing metode berbeda-beda. Pada media humus daun bambu dengan
4000 ppm NaCl (M1) varietas toleran terlihat lebih tinggi dibandingkan varietas
peka. Pada media cocopit dengan 6000 ppm NaCl (M2) perbedaannya terlihat
pada jumlah tanaman, dimana varietas yang peka lebih banyak mati dibandingkan
varietas yang toleran. Metode-metode yang telah diuji dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Metode pada Pengujian Pendahuluan dan Respon Genotipe Toleran dan Peka terhadap Salinitas
No Metode Hasil
1 Arang Sekam + 2 gram NaCl/1 L air (2000 ppm)
-2 Arang Sekam + 3 gram NaCl/1 L air (3000 ppm)
-3 Arang Sekam + 4 gram NaCl/1 L air (4000 ppm)
-4 Humus Daun Bambu + 2 gram NaCl/1 L air (2000 ppm)
-5 Humus Daun Bambu + 4 gram NaCl/1 L air (4000 ppm) √(M1)
6 Zeolit + 1 gram NaCl/1 L air (1000 ppm)
-7 Zeolit + 2 gram NaCl/1 L air (2000 ppm)
-8 Zeolit + 3 gram NaCl/1 L air (3000 ppm)
-9 Zeolit + 4 gram NaCl/1 L air (4000 ppm)
-10 Zeolit + 5 gram NaCl/1 L air (5000 ppm)
-11 Cocopit+ 2 gram NaCl/1 L air (2000 ppm)
-12 Cocopit+ 4 gram NaCl/1 L air (4000 ppm) √(M2)
13 Cocopit+ 6 gram NaCl/1 L air (6000 ppm)
-14 Serbuk Gergaji+ 2 gram NaCl/1 L air (2000 ppm)
-15 Serbuk Gergaji+ 4 gram NaCl/1 L air (4000 ppm)
-16 Serbuk Gergaji+ 6 gram NaCl/1 L air (6000 ppm)
-17 Kompos+ 2 gram NaCl/1 L air (2000 ppm)
-18 Kompos+ 4 gram NaCl/1 L air (4000 ppm)
-19 Kompos+ 6 gram NaCl/1 L air (6000 ppm)
-20 Kompos+ 8 gram NaCl/1 L air (8000 ppm)
-21 Pasir+ 2 gram NaCl/1 L air (2000 ppm)
-22 Pasir+ 4 gram NaCl/1 L air (4000 ppm) √(M3)
23 Tanah+ 2 gram NaCl/1 L air (2000 ppm)
-24 Tanah+ 4 gram NaCl/1 L air (4000 ppm)
-25 Tanah+ 6 gram NaCl/1 L air (6000 ppm)
-26 Tanah+ 8 gram NaCl/1 L air (8000 ppm) √(M4)
Tinggi tanaman dan ujung daun yang mengeriting merupakan perbedaan
antara varietas toleran dan peka pada media pasir dengan 4000 ppm NaCl (M3),
sedangkan pada media tanah dengan 8000 ppm NaCl (M4) perbedaan antara
varietas toleran dan peka terlihat pada tinggi tanaman, dimana varietas peka lebih
rendah dibandingkan varietas toleran dan jumlah tanaman yang mati pada varietas
peka lebih banyak dibandingkan varietas toleran. Perbedaan konsentrasi garam
yang digunakan dalam penelitian ini disebabkan karena perbedaan respon varietas
toleran dan peka dalam menghadapi cekaman salinitas pada media tumbuh yang
berbeda. Pada awal percobaan, semua media tumbuh diberikan konsentrasi garam
dengan kisaran yang sama yaitu 0 ppm sampai 4000 ppm. Beberapa media pada
konsentrasi garam 4000 ppm, belum terlihat perbedaan antara varietas toleran dan
peka, sehingga dilakukan penambahan konsentrasi garam sampai pada 8000 ppm.
Pada media arang sekam dan serbuk gergaji, bibit yang dihasilkan
berwarna putih kekuningan. Hal ini diduga pada media arang sekam mengandung
unsur silikat dan kalium tinggi yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
Selain itu, ketika akan digunakan sebagai media perkecambahan, serbuk gergaji
tidak disterilkan terlebih dahulu sehingga diduga banyak terdapat mikroorganisme
maupun zat-zat beracun bagi tanaman. Pada media zeolit, dihasilkan bibit yang
tinggi dan abnormal (berwarna kuning). Benih yang ditanam pada media kompos
terlihat banyak yang mati pada varietas toleran maupun peka.
Pengujian Toleransi Salinitas Varietas Toleran dan Varietas Peka Padi pada Empat Metode yang Berpotensi
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa faktor tunggal metode
berpengaruh sangat nyata pada peubah panjang akar, panjang tajuk, panjang bibit,
serta berat kering akar, dan berpengaruh nyata pada jumlah tanaman mati
sedangkan untuk berat kering tajuk dan berat kering bibit menunjukkan pengaruh
yang tidak nyata (Tabel 3). Faktor tunggal grup varietas hanya berpengaruh nyata
pada peubah panjang tajuk, sedangkan untuk peubah lainnya menunjukkan hasil
yang tidak berbeda nyata. Interaksi antara kedua faktor tunggal menunjukkan
Tabel 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Varietas Padi (2 varietas) dan Metode (4 metode) terhadap Masing-masing Peubah yang Diamati
Sumber db KT (F)
PA PT PB BKA BKT BKB JTM
U 2 0.1379938 6.49 2.28 0.0000347 0.10069238 0.158 14.12 (1.1tn) (2.71tn) (0.43tn) (1.09tn) (1.74tn) (2.29tn) (2.02tn) M 3 4.691 84.19 189.65 0.00067 0.101049 0.141 25.971
(37.55**) (35.12**) (35.5**) (21.17**) (1.75tn) (2.05tn) (3.72*) V 1 0.00445 10.72 11.02 0.00001504 0.026339 0.0001 12.127
(0.04tn) (4.47*) (2.06tn) (0.47tn) (0.46tn) (0tn) (1.74tn) MxV 3 0.13526 2.69 3.86 0.0238 0.0238 0.000032 17.967
(1.08tn) (1.12tn) (0.72tn) (0.82tn) (0.41tn) (0tn) (2.57tn) Galat 14 0.12492 2.39 5.34 0.00032 0.057877 0.069 6.983
Keterangan : U = Ulangan, M = Metode, V = Varietas, MxV = Interaksi antara Metode dan Varietas, PA = Panjang Akar, PT = Panjang Tajuk, PB = Panjang Bibit, BKA = Berat Kering Akar, BKT = Berat Kering Tajuk, BKB = Berat Kering Bibit, JTM = Jumlah Tanaman Mati, nilai dalam ( ) adalah nilai Fhitung 0.05 I 0.01, ** = berbeda nyata pada taraf 1%, * = berbeda nyata pada taraf 5%
Hasil Uji Lanjut dari Tabel 3 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4
menunjukkan bahwa peubah jumlah tanaman mati pada M4 berbeda nyata dengan
M1, M2 dan M3. Pada peubah berat kering akar terlihat bahwa M1 tidak berbeda
nyata dengan M2 dan M4, sedangkan M2 berbeda nyata dengan M3 dan M4,
meskipun demikian M4 memiliki selisih nilai terbesar antara varietas toleran dan
peka dibandingkan M1 dan M2 yaitu 6.81 mg.
Pada peubah panjang akar terlihat bahwa M3 berbeda nyata dengan M1,
M2, dan M4. M1 tidak berbeda nyata dengan M2 dan M4, namun M4 memiliki
selisih nilai terbesar antara varietas toleran dan peka dibandingkan M1 dan M2
yaitu 0.34 cm. Pada peubah panjang tajuk, keempat metode menunjukkan hasil
yang berbeda nyata dan M4 memiliki selisih nilai terbesar antara varietas toleran
dan peka dibandingkan ketiga metode yang lainnya yaitu 1.06 cm. Faktor tunggal
grup varietas menunjukkan hasil yang berbeda nyata hanya pada peubah panjang
tajuk. Diduga pada peubah lainnya belum dapat membedakan grup varietas
toleran dan grup varietas peka pada metode yang digunakan. Pada peubah panjang
bibit M4 menunjukkan hasil yang berbeda nyata dibandingkan ketiga metode
Tabel 4. Pengaruh Metode Uji terhadap Semua Peubah yang Diamati
pada Rataan Masing-masing Kelompok Varietas
Metode
(M) Varietas Toleran Varietas Peka Rataan
M
T1 T2 T3 Rataan P1 P2 P3 Rataan
Jumlah Tanaman Mati
M1 11.33 2.67 2 5.33 3.67 5.33 4.33 4.44 4.89a
M2 9.33 2.33 3.33 5 4.67 5.33 4.33 4.78 4.89a
M3 7.67 7 2 5.56 7.33 18 2.33 9.22 7.39a
M4 6.33 6 5.33 5.89 12.7 10.3 11 11.33 8.61b
Berat Kering Akar
M1 4.63 36.13 7.7 16.1 12.5 11 23.67 15.17 15.635bc
M2 19.4 38.37 6.27 21.3 23.2 26.7 23.73 24.5 22.9b
M3 43.4 33.37 29.5 35.4 27.9 20.2 51.2 33.1 34.25a
M4 17.6 17.63 3.5 12.9 9.03 4.1 5.13 6.09 9.5c
Berat Kering Tajuk
M1 61.13 134.03 72.7 89.3 34.1 100 130.7 88.3
-M2 54.9 103.97 24.5 61.1 41.4 59.3 85.47 62
-M3 123 275.13 117 172 122 209 169.2 167
-M4 32.9 42.53 28.3 34.57 6.6 27.7 34.6 23
-Berat Kering Bibit
M1 65.8 170.2 80.4 105.4 46.57 111.07 154.4 104
-M2 74.3 142.3 30.8 82.4 64.54 85.97 109.2 87
-M3 166 308.5 146 207.4 150.1 228.9 220.4 200
-M4 50.5 60.16 31.8 47.78 15.63 31.77 39.73 29
-Panjang Akar
M1 5.99 2.96 3.81 4.26 3.83 3.47 4.69 4 4.13b
M2 1.89 3.72 6 3.87 2.82 3.23 5.23 3.8 3.81b
M3 5.84 8.45 4.58 6.29 6.6 11.03 4.81 7.5 6.89a
M4 0.94 3.88 1.18 2 2.56 0.41 2.02 1.7 1.83b
Panjang Tajuka)
M1 8.62 11.48 14.5 11.54 11.34 9.81 13.31 11 11.52a
M2 6.43 9.75 7.44 7.87 6.84 5.88 9.88 7.5 7.7b
M3 11 11.38 10.9 11.1 9.52 10.15 11.62 10 10.77c
M4 4.51 6.36 4.27 5.05 3.59 3.28 3.1 4 4.52d
Rataan Varietas 8.89a 8.4b
Panjang Bibit
M1 14.6 14.43 18.3 15.79 15.18 13.28 18 15 15.64ab
M2 8.31 13.47 13.5 11.74 9.67 9.11 15.11 11 11.52b
M3 16.8 19.83 15.5 17.39 14.12 19.17 16.43 18 17.65a
[image:33.612.128.525.129.703.2]Keterangan : MI = media humus daun bambu (4000 ppm), M2 = media cocopit (6000ppm),M3 = media pasir (4000 ppm), M4 = media tanah (8000 ppm), angka-angka pada kolom dan baris yang sama yang diikuti huruf sama menunjukkan perlakuan yang tidak berbeda nyata menurut Uji DMRT pada taraf 5%, a) = grup varietas toleran dan grup varietas peka
Secara umum peubah jumlah tanaman mati pada rataan varietas peka
memiliki nilai yang lebih besar dibanding varietas toleran namun pada M1
(humus daun bambu dengan konsentrasi garam 4000 ppm) dan M2 (cocopit
dengan konsentrasi garam 6000 ppm) terlihat bahwa kelompok varietas yang
toleran memiliki nilai rataan yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok
varietas yang peka. Hal ini diduga karena penurunan daya berkecambah (DB)
benih dari varietas Pokkali (varietas toleran) dan media yang terlalu lembab
sehingga benih dan tanaman mengalami kematian. Metode M4 memiliki selisih
nilai perbedaan terbesar antara varietas peka dan toleran dibanding metode
lainnya yaitu untuk varietas peka sebesar 11.33 sedangkan varietas toleran sebesar
5.89 (Tabel 4). Selisih rataan yang besar pada M4 ini memperlihatkan perbedaan
antara varietas peka dan toleran salinitas, dimana varietas peka tidak mampu
mengatasi cekaman salinitas yang diberikan seperti pada varietas toleran.
Suwarno dan Solahuddin (1983) menyatakan bahwa penyerapan air oleh benih
menurun dengan meningkatnya tekanan osmosis pada larutan tanah akibat
pemberian garam. Menurut Hayward dan Wadleigh dalam Suwarno (1983),
kerusakan tanaman padi pada fase perkecambahan mencakup dua mekanisme
yaitu : (1) tekanan osmotik media yang tinggi sehingga benih sulit menyerap air,
dan (2) pengaruh racun dari ion-ion yang menyusun garam itu sendiri.
Berbeda dengan peubah jumlah tanaman mati, secara umum peubah berat
kering akar, berat kering tajuk, berat kering bibit, panjang akar, panjang tajuk dan
panjang bibit pada varietas yang toleran memiliki nilai rataan yang lebih besar
dibandingkan dengan varietas yang peka. Hal ini sesuai dengan penelitian Yahya
dan Adib (1992) yang menyatakan bahwa peningkatan taraf salinitas pada media
secara nyata akan menekan pertumbuhan vegetatif pada tanaman seperti tinggi
tanaman, jumlah daun, diameter batang, bobot kering tajuk dan akar, luas daun,
bobot kering daun, dan jumlah akar primer serta menyebabkan terjadinya
abnormalitas pada daun seperti perubahan warna daun dan nekrosis terutama pada
ujung daun. Sunarto (2001) menambahkan penyiraman dengan larutan garam
bobot kering akar dan tajuk kedelai sampai 50%. Penurunan pertumbuhan
vegetatif pada varietas peka ini disebabkan akibat bekurangnya air yang tersedia
dan peningkatan daya racun NaCl. Ion-ion Na+ dan Cl- akan tertimbun dalam
jaringan tanaman dalam jumlah besar sehingga meracuni tanaman.
Pada peubah berat kering akar, rataan genotipe toleran dan peka pada
metode M4 memiliki rataan yang paling kecil dibandingkan metode lainnya, yaitu
12.9 mg pada varietas toleran dan 6.09 mg pada varietas peka (Tabel 4). Hal ini
diduga pada M4 cekaman salinitas yang diberikan berdampak lebih besar pada
kedua varietas tersebut. Metode M4 memperlihatkan perbedaan antara varietas
toleran dan peka pada berat kering akar, dimana selisih rataannya lebih besar
antara kedua kelompok varietas tersebut dibandingkan metode lainnya yaitu
sebesar 6.81 mg (Tabel 5). Begitu juga pada bobot kering tajuk dan bibit, terlihat
selisih rataan yang lebih besar antara kelompok varietas toleran dan peka pada
metode tanah dengan 8000 ppm NaCl dibanding metode lainnya yaitu 11.57 mg
[image:35.612.127.501.444.575.2]pada peubah bobot kering tajuk dan 18.38 mg pada peubah bobot kering bibit
(Tabel 5).
Tabel 5. Selisih antara Varietas Toleran dan Peka pada Masing-masing Peubah yang Diamati di Laboratorium
Keterangan : PA = Panjang Akar, PT = Panjang Tajuk, PB = Panjang Bibit, BKA = Berat Kering Akar, BKB = Berat Kering Bibit, BKT = Berat Kering Tajuk,
JTM = Jumlah Tanaman Mati, MI = media humus daun bambu (4000 ppm), M2 = media cocopit (6000 ppm), M3 = media pasir (4000 ppm), M4 = media tanah (8000 ppm).
Metode M4 juga memperlihatkan perbedaan selisih yang lebih besar
antara varietas toleran dan peka pada peubah panjang tajuk, panjang akar dan Peubah yang
Diamati M1 M2 M3 M4
PA (cm) 0.26 0.11 -1.2 0.34
PT (cm) 0.05 0.34 0.67 1.06
PB (cm) 0.31 0.45 -0.53 1.4
BKA (mg) 0.4 -3.2 2.3 6.81
BKT (mg) 1 -0.9 5 11.57
BKB (mg) 1.4 -4.17 7.3 18.38
panjang bibit. Dibandingkan dengan peubah panjang tajuk dan panjang bibit,
perbedaan panjang akar varietas toleran dan peka pada M4 lebih kecil nilainya
yaitu 0.34 mg (Tabel 5). Perbedaan yang kecil ini diduga karena M4 mempunyai
struktur media yang lebih rapat dan padat dibandingkan metode lainnya. Menurut
Yahya dan Adib (1992), kondisi fisik media akan mempengaruhi pertumbuhan
akar pada tanaman karena sifak fisik ini berkenaan dengan ketersediaan air dan
kelancaran sirkulasi udara dalam media yang dibutuhkan dalam proses
pembentukan akar.
Metode M4 lebih dapat memperlihatkan perbedaan antara varietas yang
toleran dan peka terhadap salinitas diduga karena media tanah mempunyai
struktur kerapatan dan kepadatan yang cukup tinggi dibandingkan dengan media
lainnya. Struktur fisik yang seperti ini akan menyebabkan larutan garam yang
berada didalam media tanah dapat diikat oleh tanah sehingga varietas yang toleran
dan peka lebih dapat memperlihatkan kemampuannya dalam menghadapi
cekaman garam.
Secara visual, perbedaan antara varietas toleran dan peka salinitas juga
terlihat. Benih varietas yang peka terlihat lebih banyak yang mati dibandingkan
benih yang toleran. Selain itu, tinggi tanaman varietas yang peka juga lebih
rendah dibanding genotipe yang toleran (Gambar 2).
Media tanam merupakan media yang digunakan untuk menumbuhkan
tanaman/bahan tanaman, tempat akar atau bakal akar akan tumbuh dan
berkembang. Disamping itu media tanam juga digunakan tanaman sebagai tempat
berpegangnya akar, agar tajuk tanaman dapat tegak kokoh berdiri di atas media
tersebut dan sebagai sarana untuk menghidupi tanaman. Tanaman mendapatkan
makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangannya dengan cara
menyerap unsur-unsur hara yang terkandung dalam media tanam. Menurut
Soepardi (1983), media merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman sebagai tempat tumbuh, media perakaran dan sumber
unsure hara. Karakteristik media tanam sebagai tempat tumbuh yang terpenting
menurut Acquaah dalam Susilawati (2007) adalah mempunyai kemampuan
memegang air yang baik, mempunyai aerasi dan drainase yang baik, mempunyia
mendukung tanaman. Media tanam yang digunakan harus disesuaikan dengan
jenis tanaman yang akan ditanam. Setiap komoditas tanaman mempunyai
kesesuaian media tumbuh yang berbeda. Bahkan dalam satu komoditas yang
sama, terkadang setiap fase pertumbuhan juga mempunyai kesesuaian terhadap
media tanam yang berbeda pula.
Media humus daun bambu sebagai media pertama (M1) merupakan media
yang mudah lapuk dan lembab sehingga dapat memacu pertumbuhan cendawan
maupun penyakit. Pada media humus, banyak diperoleh akar-akar bibit padi yang
busuk. Media humus daun bambu juga memiliki tingkat porositas yang rendah
sehingga akar tanaman tidak mampu menyerap air dengan kuat. Pada media
cocopit (M2), sebelum digunakan dioven terlebih dahulu dengan tujuan sterilisasi
(membunuh cendawan-cendawan yang ada dalam media). Pada saat digunakan
untuk penelitian, diduga media terlalu lembab sehingga menyebabkan akar
tanaman banyak yang menjadi busuk dan beberapa benih juga terlihat ditumbuhi
cendawan. Pada saat digunakan sebagai media perkecambahan padi, secara visual
bibit terlihat berwarna kuning. Hal ini diduga cocopit mengandung zat tanin yang
diketahui sebagai zat yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Cocopit
dapat menyimpan air yang banyak, sehingga apabila digunakan sebagai media
tanam harus dicampur dengan media lain agar kelebihan air tersebut dapat
dibuang.
Berbeda dengan M1 dan M2, media pasir (M3) sangat sedikit menyerap
air (kemampuan memegang airnya sangat kecil, sehingga akan berpengaruh pada
frekuensi pemberian air). Pori-pori yang berukuran besar (pori-pori makro) pada
pasir menyebabkan pasir menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses
penguapan. Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir
sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air, dan apabila digunakan sebagai
media perkecambahan benih padi diduga akan membutuhkan pasir dalam jumlah
yang banyak. Hal inilah yang menyebabkan pasir jarang digunakan sebagai media
tanam secara tunggal. Pasir biasa dicampur dengan media tanam yang lain pada
penggunaannya, karena sifat pasir yang tidak dapat mengikat air.
Dibandingkan dengan metode yang lain, metode dengan menggunakan
padi dan dapat menggambarkan kondisi yang mirip dengan kondisi salinitas di
lapang. Media cocopit, pasir, dan humus lebih cocok digunakan sebagai campuran
media tanah karena media-media tersebut mempunyai kelemahan masing-masing,
sehingga dalam penggunaanya perlu dicampur dengan media tanam yang laian
agar kelemahan-kelemahan tersebut dapat dikurangi. Menurut
penelitian-penelitian tentang media tanam, media cocopit, humus daun bambu maupun pasir
banyak digunakan sebagai media tanam untuk tanaman hias. Jika dilihat dari segi
ekonomi, media tanah diduga lebih mudah diperoleh dengan biaya yang cukup
murah dibandingkan media yang lain.
Korelasi antara Peubah Rumah Kaca dan Laboratorium
Korelasi menunjukkan keeratan hubungan peubah (Gomez dan Gomez,
1995). Teknik korelasi merupakan teknik analisis yang melihat kecenderungan
pola dalam satu variabel berdasarkan kecenderungan pola dalam variabel yang
lain. Hal ini berarti ketika satu variabel memiliki kecenderungan untuk naik maka
kita akan melihat kecenderungan dalam variabel yang lain apakah juga naik atau
turun atau tidak menentu. Jika kecenderungan dalam satu variabel selalu diikuti
oleh kecenderungan dalam variabel lain, dapat dikatakan bahwa kedua variabel
ini memiliki hubungan atau korelasi. Penelitian ini menggunakan peubah
persentase daun mati dari pengujian di rumah kaca sebagai peubah pembanding
karena peubah ini secara nyata dapat membedakan varietas toleran dan peka
terhadap salinitas dan sudah biasa digunakan pada proses seleksi tanaman padi
terhadap salinitas, sedangkan dari pengujian di laboratorium digunakan peubah
jumlah tanaman mati. Tabel 6 menunjukkan bahwa peubah panjang bibit, panjang
akar, berat kering akar, berat kering tajuk dan berat kering bibit dari pengujian
laboratorium tidak berkorelasi dengan persentase daun mati dari pengujian rumah
kaca, seharusnya peubah-peubah ini mempunyai korelasi negatif dengan
persentase daun mati dari pengujian di rumah kaca, dimana semakin banyak
persentase daun mati di rumah kaca, peubah-peubah tersebut akan semakin kecil.
Peubah jumlah tanaman mati di laboratorium mempunyai korelasi positif dan
sangat nyata dengan peubah persentase daun mati di rumah kaca dengan nilai
laboratorium berkorelasi negatif dan nyata dengan peubah persentase daun mati
dari pengujian di rumah kaca dengan nilai koefisien korelasinya sebesar 0.28473.
[image:39.612.170.437.158.358.2]Keterangan : A = Varietas yang Toleran; B = Varietas yang Peka; C = Varietas yang Toleran; D = Varietas yang Peka
Gambar 2. Pertumbuhan Genotipe Toleran dan Peka pada Media Tanah dengan Konsentrasi NaCl 8000 ppm dibandingkan dengan Kontrol;
Peubah di laboratorium tersebut mempunyai hubungan yang erat dengan peubah
di rumah kaca. Diduga semakin banyak tanaman yang mati dan semakin rendah
tinggi tanaman pada pengujian di laboratorium akan menunjukkan semakin
banyak persentase daun matinya pada pengujian rumah kaca.
Tabel 6. Rekapitulasi Korelasi antara Peubah Pengujian di Laboratorium dengan Peubah di Rumah Kaca
Peubah di Laboratorium Peubah di Rumah kaca
PDM Ptan
JTM 0.43394** -0.21251tn
PA -0.00645tn 0.00768tn
PT -0.28473* 0.32929*
PB 0.00432tn -0.13257tn
BKA 0.0675tn 0.0098tn
BKT 0.00357tn 0.00765tn
BKB -0.0098tn 0.0458tn
A B
C
[image:39.612.134.507.577.709.2]Keterangan : PDM = Persentase Daun Mati, PTan = Panjang Tanaman, JTM = Jumlah Tanaman Mati, PA = Panjang Akar, PT = Panjang Tajuk, PB = Panjang Bibit, BKA = Berat Kering Akar, BKT = Berat Kering Tajuk, BKB = Berat Kering Bibit, ** = berbeda nyata pada taraf 1%, tn = tidak nyata
Korelasi antara peubah dari kedua pengujian ini menunjukkan bahwa ada
hubungan keeratan hubungan antara peubah-peubah tersebut, dimana peubah yang
ada di laboratorium secara tidak langsung dapat menggambarkan keadaan peubah
yang ada pada pengujian rumah kaca.
Simulasi Seleksi Padi Toleran Salinitas
Seleksi merupakan cara cepat untuk mendapatkan genotipe yang
mempunyai adaptasi terhadap lingkungan ekstrim seperti salinitas (Hermiati,
2001). Hasanah (2006) menambahkan bahwa seleksi berkaitan erat dengan
pemilihan varietas, sedangkan salah satu tujuan dari pemilihan varietas adalah
untuk mendapatkan varietas-varietas unggul yang dapat disebarkan dan
dianjurkan kepada petani dalam waktu singkat. Simulasi seleksi padi toleran
salinitas ini dilakukan dengan membandingkan antara genotipe paling toleran dari
hasil pengujian di laboratorium dengan genotipe paling toleran di rumah kaca.
Contoh simulasi seleksi antara kedua pengujian dapat dilihat pada Daftar
Lampiran 11. Persentase jumlah genotipe yang sama antara kedua pengujian
menunjukkan kemampuan pengujian di laboratorium dapat menggambarkan hasil
pengujian di rumah kaca. Pada Tabel 7 terdapat persentase jumlah genotipe yang
dibandingkan (intensitas seleksi), jumlah genotipe yang sesuai, dan kesesuaian
antara kedua pengujian.
Pasangan peubah yang disimulasiseleksikan pada penelitian ini adalah
peubah persentasae daun mati dari pengujian di rumah kaca dengan peubah
jumlah tanaman mati dari pengujian di laboratorium. Simulasi antara peubah ini
pada intensitas 50% memiliki nilai kesesuaian yang terbesar yaitu 59.62%.
Pada Tabel 8 terlihat bahwa hasil pengujian di laboratorium dan di rumah
kaca terlihat perbedaan jumlah genotipe yang toleran salinitas, dimana pada
pengujian rumah kaca jumlah genotipe yang toleran salinitas untuk peubah
persentase daun mati sebanyak 8 genotipe sedangkan pada pengujian di
Suwarno (1983) menyatakan bahwa untuk berkecambah, tanaman padi
sangat toleran terhadap salinitas, sedangkan pada saat berkecambah tanaman padi
menjadi peka. Kepekaan ini akan menghambat pertumbuhan tanaman padi
selanjutnya, sehingga genotipe yang peka akan terlihat terhambat
pertumbuhannya dibanding genotipe yang toleran salinitas.
KaddahdalamSuwarno (1983) menambahkan bahwa pada awal fase bibit
tanaman padi sangat peka terhadap salinitas, kemudian meningkat toleransinya
selama fase pertumbuhan vegetatif dan menjadi toleran pada fase bunting dan
pemasakan. Ismail (1988) juga menyatakan bahwa tanaman padi menjadi peka
selama dua periode pada saat tahap pertumbuhannya. Tahap pertama adalah
ketika tahap perkecambahan dan fase kedua adalah pada saat awal bibit padi dan
[image:41.612.127.508.355.494.2]kepekaan ini berakhir pada saat tahap pembungaan dan penyerbukan.
Tabel 7. Simulasi Seleksi Hasil Pengujian Laboratorium dan Rumah Kaca
Keterangan : JTM = Jumlah Tanaman Mati pada Pengujian Laboratorium, PDM = Persentase Daun Mati pada Pengujian Rumah kaca
Tabel 8. Klasifikasi/ Pengelompokan Genotipe Padi terhadap Tingkat Toleransi Salinitas
Keterangan : PDM = Persentase Daun Mati, JTM = Jumlah Tanaman Mati
Intensitas seleksi (%)
Jumlah Genotipe
Terpilih
Jumlah Genotipe yang Sesuai Kesesuaian (%)
JTM vs PDM
1 1 0 0
5 3 1 33.33
10 6 3 50
30 17 10 58.82
50 27 16 59.62
Tingkat Toleransi Pengujian di Rumah kaca Pengujian di Laboratorium
PDM JTM
Sangat Toleran (1) 1 0
Toleran (3) 7 3
Sedang (5) 15 7
Peka (7) 16 13
[image:41.612.129.515.581.685.2]Penilaian reaksi tanaman terhadap salinitas dilakukan secara visual
berdasarkan skala IRRI. Terdapat keragaman reaksi antar genotipe terhadap kadar
garam tinggi pada media tumbuh. Pengelompokan genotipe pada pengujian di
rumah kaca dan di laboratorium didasarkan kisaran nilai rataan dari
masing-masing peubah yang didapat dari pengurangan nilai tertinggi dengan nilai
terendah dari 54 genotipe yang diuji dan dibagi menjadi lima kelompok yaitu
sangat toleran (1), toleran (3), sedang (5), peka (7) dan sangat peka (9). Kriteria
sangat toleran (1) ini dapat dideskripsikan pertumbuhan tanaman normal dan tidak
ada gejala pada daun, untuk kriteria toleran (3) dapat dideskripsikan jika
pertumbuhan tanaman mendekati normal tetapi terdapat sedikit ujung daun yang
berwarna tampak keputihan dan menggulung. Deskripsi untuk toleransi yang semi
toleran (5) adalah pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, beberapa daun
menggulung dan hanyan sedikit yang terlihat toleran, untuk toleransi peka (7)
dapat dideskripsikan pertumbuhan tanaman terhenti dimana sebagian daun kering
dan beberapa tanaman mati, sedangkan untuk tingkat toleransi sangat peka (9)
dapat didekripsikan bilamana semua tanaman mati atau kering. Tabel 9
menunjukkan kisaran nilai untuk menunjukkan tingkat toleransi padi terhadap
salinitas masing-masing peubah pada pengujian di laboratorium dan pengujian di
[image:42.612.134.505.505.692.2]rumah kaca.
Tabel 9. Kisaran Nilai Tingkat Toleransi Padi terhadap Salinitas
Pengujian Peubah yang
Diamati Kisaran nilai
Tingkat Toleransi
Laboratorium JTM 0–2.4 sangat toleran
2.5–4.8 toleran
4.9–7.2 sedang
7.3–9.6 peka
> 9.6 sangat peka
Rumah kaca PDM 0 - 14% sangat toleran
15% dan 28% toleran
29% dan 42% sedang
43% dan 56% peka
> 56% sangat peka
Berdasarkan hasil pengelompokan tingkat toleransi salinitas pada
pengujian di rumah kaca dan laboratorium terdapat dua genotipe padi yang toleran
terhadap salinitas (Tabel 10). Genotipe-genotipe tersebut adalah genotipe
[image:43.612.128.512.212.268.2]B10551E–KN–1–1 dan genotipe B10551E–KN–62–2.
Tabel 10. Dua Genotipe Padi Toleran Salinitas pada Pengujian Rumah kaca dan Laboratorium
Keterangan : PDM = Persentase Daun Mati pada Pengujian di Rumah kaca, JTM = Jumlah Tanaman Mati pada Pengujian di Laboratorium
Kedua genotipe padi ini diseleksi di Kuningan dan berasal dari persilangan
Memberamo/ Pucuk// C101A51///B9154E – PN – 1 – 1 – 1 – 1. Menurut
Sulaiman (1980), salah satu tetua dari kedua genotipe ini yaitu varietas Pucuk
merupakan varietas padi asal Kalimantan Selatan yang dinilai toleran terhadap
kadar garam tinggi dan dinilai lebih toleran dari varietas Pokkali (kontrol toleran)
berdasarkan persentase daun mati (nekrosis) maupun secara visual.
Genotipe Tingkat Toleransi
(PDM)
Tingkat Toleransi (JTM)
Hasil Tingkat Toleransi
B10551E–KN–1–1 sangat toleran toleran toleran
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian, dari 26 metode yang diuji terdapat 4 metode
yang dapat memperlihatkan perbedaan antara varietas yang toleran dan varietas
yang peka terhadap salinitas. Metode tersebut adalah media humus daun bambu
dengan konsentrasi NaCl 4000 ppm, media cocopit dengan konsentrasi NaCl 6000
ppm, media pasir dengan konsentrasi NaCl 4000 ppm, dan media tanah dengan
konsentrasi NaCl 8000 ppm. Metode pengujian menggunakan media tanah dengan
konsentrasi NaCl 8000 ppm merupakan metode yang paling dapat membedakan
toleransi salinitas diantara tiga metode lainnya.
Metode pengujian menggunakan media tanah dengan konsentrasi NaCl
8000 ppm dapat digunakan untuk menyeleksi genotipe padi yang toleran terhadap
salinitas dengan peubah jumlah tanaman mati dan panjang tajuk. Berdasarkan
simulasi seleksi, metode tersebut menunjukkan kesesuaian yang rendah
dibandingkan metode standar (metode menggunakan bak plastik di rumah kaca)
pada intensitas seleksi rendah (5%). Kesesuaian terbesar antara 54 genotipe dari
pengujian rumah kaca dan laboratorium diperoleh pada saat intensitas seleksi 50%
yaitu sebesar 59.62%. Kesesuaian hasil pengelompokan tingkat toleransi salinitas
antara pengujian di rumah kaca dan laboratorium menunjukkan bahwa dari 54
genotipe padi yang diuji terdapat dua genotipe yang toleran terhadap salinitas
yaitu genotipe B10551E–KN–1–1 dan genotipe B10551E–KN–62–2.
Saran
1. Metode tanah berkonsentrasi garam 8000 ppm dapat digunakan dalam
proses seleksi awal toleransi padi terhadap salinitas namun masih
belum dapat mewakili seluruh genotipe padi.
2. Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan media tanam yang
lain agar semakin banyak alternatif metode yang dapat digunakan
untuk menyaring genotipe-genotipe padi yang toleran terhadap
DAFTAR PUSTAKA
Bintoro, M. H. 1983. Pengaruh NaCl terhadap pertumbuhan tanaman terung cv. Senryo dan cv. Akanasu. Bul. Agron. XIV (3) : 31-49.
Bintoro, M. H. 1983. Pengaruh NaCl terhadap pertumbuhan beberapa kultivar tomat. Bul. Agron. XIV (1) : 13-29.
Bintoro, M. H. 1989. Toleransi Tanaman Jagung Terhadap Salinitas. Disertasi. Fakultas PascaSarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 96hal.
BPPP. 1993. Petunjuk Teknis Pengelolaan Sistem Usahatani di Lahan Pasang Surut, Proyek Penelitian Pertanian, Lahan Pasang Surut dan Rawa – Swamps II. Departemen Pertanian. Jakarta. 97 hal.
Cheaney, R. L. and P. R. Jennings. 1973. Fields Problems of Rice in Latin America. CIAT. Columbia. 91p.
Deptan. 1983. Pedoman Bercocok Tanam : Padi Palawija Sayur-Sayuran. Bimas. 280 hal.
Dobermann, A. And T. Fairhurst. 2000. Rice. Nutrient disorders & nutrient management. International Rice Research Institute. IRRI. Potash & Phosphate Institute of Canada. p : 139-144.
Donahue, R.L., R.W. Miller and J. C. Shickluna. 1983. Soil, an introduction to soils and plant growth. Prentice Hall., Inc. Englewood Cliff, New Jersey. 664p.
Falah, M.A.F. 20