Pengembangan Jasa Pengolahan Tanah Sawah
Secara Mekanis di Kabuapten Kuningan
SKRIPSI
DIYANTI WEDA SARI F14103060
2007
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Diyanti Weda Sari. F14103060.Pengembangan Jasa Pengolahan Tanah Sawah Secara Mekanis di kabupaten Kuningan. Di bawah bimbingan : Dr. Ir. Eduard Namaken Sembiring, MS. 2007.
RINGKASAN
Kabupaten Kuningan yang dominan penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, mempunyai luas lahan sawah 29.550 ha, dengan 368 unit traktor roda dua. Luas lahan sawah dibagi dengan jumlah unit traktor roda dua yang ada, maka setiap 1 unit traktor roda dua melayani 80 ha sawah per musim. Data teknis pengukuran lapangan, menghasilkan 1 unit traktor roda dua hanya mampu melayani mengolah tanah 13,52 ha/musim. Hal ini bisa menjadi peluang yang baik untuk membuka jasa pengolahan tanah independen (mandiri) dengan menggunakan traktor roda dua.
Nilai KLE pembajakan terdapat pada traktor Kubota yaitu 0,1 ha/jam dan nilai KLE pembajakan terkecil yaitu pada kerbau desa Panawuan (point 5 tabel 3) sebesar 0,037 ha/jam. Perbedaaan nilai ini disebabkan oleh beberapa hal yang salah satunya adalah keterampilan operator dalam mengolah tanah dan keras/lunaknya tanah yang diolah.
Nilai KLE penggaruan terdapat pada traktor Yanmar TF 85 yaitu 0,068 ha/jam dan nilai KLE penggaruan terkecil yaitu pada traktor roda dua Yanmar TF 65 sebesar 0,048 ha/jam.
Efisiensi lapang yang cukup tinggi disebabkan pola pengolahan yang memungkinkan tidak diperlukannya pengulangan lintasan. Disamping itu operator cukup terampil.
Nilai indeks kelunakan yang didapat dari pengukuran kurang dari 50 %. Hal ini menunjukkan bahwa permukaan atas bola golf berada antara ketinggian 1 cm hingga kedalaman 1 cm dari permukaan lumpur. Hal ini sangat cocok untuk tanaman padi.
Nilai penyusutan untuk traktor roda dua Yanmar TF85 yang harga awalnya Rp.15.500.000,- dan umur ekonomi 10 tahun adalah Rp. 1.550.000,-/tahun. Sedangkan untuk Kubota dan Yanmar TF65 yang harga awalnya Rp.14.000.000,- dan umur ekonomi 10 tahun adalah Rp. 140.000,- /tahun. Dan untuk Yanmar Bima 8000 yang harga awalnya Rp.12.500.000 dengan umur ekonomi 10 tahun adalah Rp. 125.000,- /tahun.
Besarnya bunga modal dengan suku bunga 15 % untuk masing-masing
Biaya Tidak Tetap (BTT) yang didapat dari pengukuran adalah Rp.173.199,26,-/ha – 207.804.2,-/ha pada tahun pertama sampai dengan tahun ketiga, dimana harga solar Rp.2300,-/liter. Dan Rp.200.670.16,-/ha – 243.804.19,-/ha pada tahun keempat sampai dengan tahun kelima, dimana harga solar Rp.4300,-/liter. Sedangkan upah yang diterima operator dihitung tiap jamnya sebesar Rp.117.800,-/ha.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 28 Juni 1985 di Jakarta. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak I. D. K. Suardiana dan Ibu Wasrini. Pendidikan Dasar diselesaikan pada tahun 1997 di SDN 9 Kuningan, pendidikan menengah dimulai tahun 1997-2000 di SLTPN 4 Kuningan dan pendidikan menengah atas dimulai tahun 2000-2003 di SMUN 3 Kuningan.
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memudahkan jalan kepada hamba-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Peluang Jasa Pengembangan Alat Pengolahan Tanah Sawah Secara Mekanis Di Kabupaten Kuningan. Skripsi ini merupakan hasil penelitian yanng dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Mei 2007 di wilayah Kabupaten Kuningan. Penulis menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan dalam penulisan skripsi maupun dala hal operasional selama penelitian sehingga penelitian-penelitian lanjutan akan sangat bermanfaat untuk perkembangan penelitian ini.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT atas segala cinta dan rida-Nya, tanpa itu semua tidak akan berlimpah kenikmatan yang dirasakan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Bapak Dr. Ir. Eduard Namaken Sembiring, MS sebagai dosen pembingbing akademik yang telah mencurahkan perhatian dan waktunya untuk membingbing, mengarahkan, dan membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini dan juga selama penulis berada dalam pendidikan di IPB.
3. Bapak Ir. Parlaungan Rangkuti, MSi dan Bapak Ir. Susilo Sarwono sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukkan yang berharga bagi penulis, menjadikan skripsi ini lebih baik dari sebelumnya.
4. I. D. K. Suardiana dan Wasrini yang tak pernah putus doa dan cinta kasihnya yang tidak akan terbayarkan oleh uang dan tak tergantikan oleh waktu. Hanya menjadi anak kebanggaan mungkin bisa membuat papa dan mama tersenyum.
6. Adik-adikku, Chandri atas pengetikan dan pengolahan data, dan si bungsu Astri atas doa dan waktunya mau menemani dalam pengetikan.
7. Temanku, Slamet Eka Dani yang membantu dalam pengolahan data ekonomi.
8. Teman-teman mesin 40 dan TEP 40 lainnya yang memberikan doa pada penulis untuk segera lulus.
9. Untuk semua yang namanya tidak bisa disebutkan disini satu persatu, atas doa dan cintanya pada penulis. Kritik dan saran selalu penulis tunggu untuk perbaikan dan pendewasaan berpikir.
Bogor,
DAFTAR ISI
A. Keadaan Umum Kabupaten Kuningan ...3
B. Keadaan Umum Lokasi Penelitian ...4
C. Sumber Daya di bidang Pertanian ...5
D. Sawah ...8
E. Kinerja Teknis Alat dan Mesin Pengolahan Tanah Pertanian...11
F. Potensi Pengembangan Mekanisasi Pertanian ...16
G. Kerjasama dengan Dinas Terkait ...20
H. Kebutuhan dan Analisis Usaha Jasa Alsintan ...23
BAB III : METODA PENELITIAN ...27
A. Jenis dan Waktu Penelitian ...27
B. Metoda Penelitian ...27
C. Analisa Data ...28
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ...30
A. Keadaan Lahan Sawah Kabupaten Kuningan...30
B. Perkembangan Mekanisasi Pertanian ...30
C. Kapasitas Lapang ...31
D. Analisa Biaya Pengolahan Tanah ...37
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ...40
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Luas Kabupaten Kuningan Menurut Penggunaannya...4
Tabel 2. Tenaga dan gaya tarik yang Dihasilkan Beberapa Hewan...7
Tabel 3. Rekapitulasi Alat dan Mesin Pertanian Kabupaten Kuningan Tahun 2003...17
Tabel 4. Kapasitas Lapang Pembajakan Traktor Roda Dua...32
Tabel 5. Kapasitas Lapang Pembajakan Kerbau...32
Tabel 6. Kapasitas Penggaruan Traktor Roda Dua...34
Tabel 7. Pelumpuran...37
Tabel 8. Biaya Tidak tetap Pengolahan Tanah dengan Traktor Roda Dua...38
Tabel 9. Analisis Biaya...39
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Posisi Pengambilan Contoh Suspensi Air-Tanah Hasil Pelumpuran dan Posisi
Tanah dalam Tabung Plastik……….…...13
Gambar 2.Posisi Bola Golf Ketika Dijatuhkan Kedalam Lumpur...14
Gambar 3. Struktur Organisasi UPJA...21
Gambar 4. Petak Percobaan Untuk Kapasitas Lapang...28
Gambar 5. Pembajakan dengan Menggunakan Traktor Roda Dua...33
Gambar 6. Pembajakan dengan Menggunakan Hewan...33
Gambar 7. Penggaruan dengan Menggunakan Traktor Roda Dua...34
Gambar 8. Penggaruan dengan Menggunakan Hewan...35
Gambar 9. Tanah yang dicangkul Setelah Dibajak dengan Hewan...35
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Kabupaten Kuningan...2
Lampiran 2. Penghitungan Biaya Tetap dan Biaya Tidak Tetap...3
Lampiran 3. Luas Kabupaten Kuningan menurut Kecamatan & Penggunaan tahun 2005 ...9
Lampiran 4. Luas daerah, Jumlah Penduduk dan Rata-Rata Kepadatan Penduduk Tahun 2005...10
Lampiran 5. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan Tahun 2005...11
Lampiran 6. Data Teknis Traktor...12
Lampiran 7. Data Ekonomi Traktor...38
Pengembangan Jasa Pengolahan Tanah Sawah
Secara Mekanis di Kabuapten Kuningan
SKRIPSI
DIYANTI WEDA SARI F14103060
2007
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Diyanti Weda Sari. F14103060.Pengembangan Jasa Pengolahan Tanah Sawah Secara Mekanis di kabupaten Kuningan. Di bawah bimbingan : Dr. Ir. Eduard Namaken Sembiring, MS. 2007.
RINGKASAN
Kabupaten Kuningan yang dominan penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, mempunyai luas lahan sawah 29.550 ha, dengan 368 unit traktor roda dua. Luas lahan sawah dibagi dengan jumlah unit traktor roda dua yang ada, maka setiap 1 unit traktor roda dua melayani 80 ha sawah per musim. Data teknis pengukuran lapangan, menghasilkan 1 unit traktor roda dua hanya mampu melayani mengolah tanah 13,52 ha/musim. Hal ini bisa menjadi peluang yang baik untuk membuka jasa pengolahan tanah independen (mandiri) dengan menggunakan traktor roda dua.
Nilai KLE pembajakan terdapat pada traktor Kubota yaitu 0,1 ha/jam dan nilai KLE pembajakan terkecil yaitu pada kerbau desa Panawuan (point 5 tabel 3) sebesar 0,037 ha/jam. Perbedaaan nilai ini disebabkan oleh beberapa hal yang salah satunya adalah keterampilan operator dalam mengolah tanah dan keras/lunaknya tanah yang diolah.
Nilai KLE penggaruan terdapat pada traktor Yanmar TF 85 yaitu 0,068 ha/jam dan nilai KLE penggaruan terkecil yaitu pada traktor roda dua Yanmar TF 65 sebesar 0,048 ha/jam.
Efisiensi lapang yang cukup tinggi disebabkan pola pengolahan yang memungkinkan tidak diperlukannya pengulangan lintasan. Disamping itu operator cukup terampil.
Nilai indeks kelunakan yang didapat dari pengukuran kurang dari 50 %. Hal ini menunjukkan bahwa permukaan atas bola golf berada antara ketinggian 1 cm hingga kedalaman 1 cm dari permukaan lumpur. Hal ini sangat cocok untuk tanaman padi.
Nilai penyusutan untuk traktor roda dua Yanmar TF85 yang harga awalnya Rp.15.500.000,- dan umur ekonomi 10 tahun adalah Rp. 1.550.000,-/tahun. Sedangkan untuk Kubota dan Yanmar TF65 yang harga awalnya Rp.14.000.000,- dan umur ekonomi 10 tahun adalah Rp. 140.000,- /tahun. Dan untuk Yanmar Bima 8000 yang harga awalnya Rp.12.500.000 dengan umur ekonomi 10 tahun adalah Rp. 125.000,- /tahun.
Besarnya bunga modal dengan suku bunga 15 % untuk masing-masing
Biaya Tidak Tetap (BTT) yang didapat dari pengukuran adalah Rp.173.199,26,-/ha – 207.804.2,-/ha pada tahun pertama sampai dengan tahun ketiga, dimana harga solar Rp.2300,-/liter. Dan Rp.200.670.16,-/ha – 243.804.19,-/ha pada tahun keempat sampai dengan tahun kelima, dimana harga solar Rp.4300,-/liter. Sedangkan upah yang diterima operator dihitung tiap jamnya sebesar Rp.117.800,-/ha.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 28 Juni 1985 di Jakarta. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak I. D. K. Suardiana dan Ibu Wasrini. Pendidikan Dasar diselesaikan pada tahun 1997 di SDN 9 Kuningan, pendidikan menengah dimulai tahun 1997-2000 di SLTPN 4 Kuningan dan pendidikan menengah atas dimulai tahun 2000-2003 di SMUN 3 Kuningan.
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memudahkan jalan kepada hamba-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Peluang Jasa Pengembangan Alat Pengolahan Tanah Sawah Secara Mekanis Di Kabupaten Kuningan. Skripsi ini merupakan hasil penelitian yanng dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Mei 2007 di wilayah Kabupaten Kuningan. Penulis menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan dalam penulisan skripsi maupun dala hal operasional selama penelitian sehingga penelitian-penelitian lanjutan akan sangat bermanfaat untuk perkembangan penelitian ini.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT atas segala cinta dan rida-Nya, tanpa itu semua tidak akan berlimpah kenikmatan yang dirasakan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Bapak Dr. Ir. Eduard Namaken Sembiring, MS sebagai dosen pembingbing akademik yang telah mencurahkan perhatian dan waktunya untuk membingbing, mengarahkan, dan membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini dan juga selama penulis berada dalam pendidikan di IPB.
3. Bapak Ir. Parlaungan Rangkuti, MSi dan Bapak Ir. Susilo Sarwono sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukkan yang berharga bagi penulis, menjadikan skripsi ini lebih baik dari sebelumnya.
4. I. D. K. Suardiana dan Wasrini yang tak pernah putus doa dan cinta kasihnya yang tidak akan terbayarkan oleh uang dan tak tergantikan oleh waktu. Hanya menjadi anak kebanggaan mungkin bisa membuat papa dan mama tersenyum.
6. Adik-adikku, Chandri atas pengetikan dan pengolahan data, dan si bungsu Astri atas doa dan waktunya mau menemani dalam pengetikan.
7. Temanku, Slamet Eka Dani yang membantu dalam pengolahan data ekonomi.
8. Teman-teman mesin 40 dan TEP 40 lainnya yang memberikan doa pada penulis untuk segera lulus.
9. Untuk semua yang namanya tidak bisa disebutkan disini satu persatu, atas doa dan cintanya pada penulis. Kritik dan saran selalu penulis tunggu untuk perbaikan dan pendewasaan berpikir.
Bogor,
DAFTAR ISI
A. Keadaan Umum Kabupaten Kuningan ...3
B. Keadaan Umum Lokasi Penelitian ...4
C. Sumber Daya di bidang Pertanian ...5
D. Sawah ...8
E. Kinerja Teknis Alat dan Mesin Pengolahan Tanah Pertanian...11
F. Potensi Pengembangan Mekanisasi Pertanian ...16
G. Kerjasama dengan Dinas Terkait ...20
H. Kebutuhan dan Analisis Usaha Jasa Alsintan ...23
BAB III : METODA PENELITIAN ...27
A. Jenis dan Waktu Penelitian ...27
B. Metoda Penelitian ...27
C. Analisa Data ...28
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ...30
A. Keadaan Lahan Sawah Kabupaten Kuningan...30
B. Perkembangan Mekanisasi Pertanian ...30
C. Kapasitas Lapang ...31
D. Analisa Biaya Pengolahan Tanah ...37
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ...40
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Luas Kabupaten Kuningan Menurut Penggunaannya...4
Tabel 2. Tenaga dan gaya tarik yang Dihasilkan Beberapa Hewan...7
Tabel 3. Rekapitulasi Alat dan Mesin Pertanian Kabupaten Kuningan Tahun 2003...17
Tabel 4. Kapasitas Lapang Pembajakan Traktor Roda Dua...32
Tabel 5. Kapasitas Lapang Pembajakan Kerbau...32
Tabel 6. Kapasitas Penggaruan Traktor Roda Dua...34
Tabel 7. Pelumpuran...37
Tabel 8. Biaya Tidak tetap Pengolahan Tanah dengan Traktor Roda Dua...38
Tabel 9. Analisis Biaya...39
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Posisi Pengambilan Contoh Suspensi Air-Tanah Hasil Pelumpuran dan Posisi
Tanah dalam Tabung Plastik……….…...13
Gambar 2.Posisi Bola Golf Ketika Dijatuhkan Kedalam Lumpur...14
Gambar 3. Struktur Organisasi UPJA...21
Gambar 4. Petak Percobaan Untuk Kapasitas Lapang...28
Gambar 5. Pembajakan dengan Menggunakan Traktor Roda Dua...33
Gambar 6. Pembajakan dengan Menggunakan Hewan...33
Gambar 7. Penggaruan dengan Menggunakan Traktor Roda Dua...34
Gambar 8. Penggaruan dengan Menggunakan Hewan...35
Gambar 9. Tanah yang dicangkul Setelah Dibajak dengan Hewan...35
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Kabupaten Kuningan...2
Lampiran 2. Penghitungan Biaya Tetap dan Biaya Tidak Tetap...3
Lampiran 3. Luas Kabupaten Kuningan menurut Kecamatan & Penggunaan tahun 2005 ...9
Lampiran 4. Luas daerah, Jumlah Penduduk dan Rata-Rata Kepadatan Penduduk Tahun 2005...10
Lampiran 5. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan Tahun 2005...11
Lampiran 6. Data Teknis Traktor...12
Lampiran 7. Data Ekonomi Traktor...38
Pengembangan Jasa Pengolahan Tanah Sawah Secara
Mekanis di Kabuapten Kuningan
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
Diyanti Weda Sari F14103060
2007
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Pengembangan Jasa Pengolahan Tanah Sawah Secara
Mekanis di Kabuapten Kuningan
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
Diyanti Weda Sari F14103060
Dilahirkan pada tanggal 28 Juni 1985 Di Jakarta
Tanggal lulus : Menyetujui :
Bogor,
Dosen Pembimbing Akademik
Dr. Ir. Eduard Namaken Sembiring MS NIP. 130 367 111
Ketua Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dukungan mekanisasi pertanian akan menjadi agenda pembangunan pertanian yang perlu diperhatikan jika dikaitkan dengan program revitalisasi pertanian, yang mengisyaratkan kepada tiga pilar utama yaitu ketahanan pangan, pengembangan agribisnis, dan kesejahteraan rakyat. Sektor pertanian selalu dikaitkan dengan ketiga hal tersebut, karena merupakan sumber mata pencaharian
yang sangat dominan bagi lebih dari 50 % penduduknya (Anonim, 2004).
Mekanisasi pertanian sebagai supporting systems mempunyai peran vital untuk ikut mendukung revitalisasi pertanian dalam arti yang luas, antara lain memberikan citra pertanian Indonesia yang kuat dan tidak berkesan kumuh, mampu menjadi harapan sebagian besar masyarakat yang menggantungkan
hidupnya pada sektor ini sekaligus menyediakan pangan yang cukup bagi seluruh masyarakat dan menghasilkan devisa bagi tumbuhnya perekonomian negara dengan teknologi yang dibutuhkan. Karena itu, revitalisasi pertanian tidak dapat terpisah dari pembangunan infrastuktur, kelembagaan, sumber daya manusia, pengembangan investasi dan permodalan teknologi termasuk mekanisasi
pertanian.
Perkembangan mekanisasi pertanian tidak terlepas dari peranan industri alat dan mesin pertanian (alsintan) swasta. Oleh karena titik berat pengembangan komoditas di Indonesia adalah padi, maka industri alsintan di Indonesia yang
tergolong besar didominasi oleh industri alsintan untuk padi seperti pompa air, traktor tangan, threser, pengering dan penggilingan padi serta peralatan sederhana seperti sprayer, sabit dan cangkul. Meskipun demikian, banyak industri alsintan dalam negeri yang memproduksi mesin-mesin pertanian di luar padi seperti alsintan untuk pengolahan produk perkebunan yang tidak tercatat dalam statistik
(Anonim, 2004).
sangat jelas terlihat pada usaha tani padi di Indonesia. Sebagai contoh, penggunaan hand tractor dan power threser sebagai pengganti tenaga manusia dan ternak (Anonim, 2004).
Alsintan mempunyai peran dan potensi sangat strategis karena kontribusinya dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi sumberdaya, disamping peningkatan kualitas melalui prosesing dan diversifikasi produk yang menghasilkan nilai tambah tinggi dalam mendukung program pengembangan agribisnis. Jika diterapkan dengan benar dan tepat akan memberikan kontribusi
positif untuk pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelajutan dan terdesentralisasi. Dengan mempertimbangkan peran dan strategis tersebut, maka wajar jika pemerintah melakukan intervensi dalam pengembangan alsintan (Anonim, 2004).
Salah satu bentuk intervensi pemerintah adalah dengan mengembangkan
alsintan melalui pola usaha pelayanan jasa alsintan (UPJA) agar petani mampu mengakses, menggunakan alsintan tanpa membeli atau memiliki sendiri. Pelaksanaan UPJA dengan bantuan Sector Project Loan-Overseas Economic Coorporation Fund (SPL-OECF) dari pemerintah Jepang, dilakukan melalui pola kerjasama oparesional (KSO) oleh kelompok tani UPJA, yang terdiri dari manajer
dan beberapa orang operator sesuai dengan jenis alsintan yang dikelola. Fungsi dan tugasnya adalah memberi pelayanan jasa alsintan kepada petani, mendayagunakan alsintan baik untuk pengolahan tanah, pengairan maupun penanganan pasca panen, serta memanfaatkan alsintan seoptimal mungkin sesuai
dengan prinsip-prinsip ekonomi agar dapat memberikan hasil usaha yang maksimal dari pendayagunaan alsintan tersebut (Anonim, 2002).
B.Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah :
II.TINJAUAN PUSTAKA
A. Keadaan Umum Kabupaten Kuningan
Kabupaten Kuningan terletak pada titik koordinat 108˚ 23' - 108˚ 47' Bujur Timur dan 6˚ 47' - 7˚ 12' Lintang Selatan. Sedangkan ibu kotanya terletak pada titik koordinat 6˚ 47' - 7˚ 50' Lintang Selatan dan 105˚ 20' -108˚ 40' Bujur Timur. Dilihat dari posisi geografisnya terletak dibagian timur Jawa Barat berada pada lintasan jalan regional yang menghubungkan kota Cirebon dengan wilayah
Priangan Timur dan sebagai jalan alternatif jalur tengah yang menghubungkan Bandung-Majalengka dengan Jawa Tengah. Secara administratif berbatasan dengan :
• Sebelah Utara :Kabupaten Cirebon
• Sebelah Timur :Kabupaten Brebes (Jawa Tengah)
• Sebelah Selatan :Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Cilacap (Jawa
Tengah)
Tabel 1. Luas Kabupaten Kuningan menurut penggunannya tahun 2005
Pengairan sederhana PU 2936 3442 4388
Pengairan non PU 4217 4375 3627
Tadah hujan 8471 8543 8464
Jumlah 29550 29550 29790 2 Lahan bukan sawah
Pekarangan 9961 9959 10113
Tegalan/kebun 16356 16356 16291
Ladang/huma 11444 11444 13254
Penggembalaan 1651 1651 16524
Kolam 535 535 534
Tanah kering 77512 73519 70838
Tanah lainnya 535 4528 7209
Hutan negara dan hutan rakyat 32580 31136 26192
Perkebunan 2434 6735 6554
Lain-lain 3084 4528 7209
Jumlah 156092 160391 174718
Total 185642 189941 204508
Sumber : Kuningan Dalam Angka 2005-2006
B. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Pengukuran performasi teknis traktor roda dua dilakukan di Kecamatan Luragung dengan luas lahan sebesar 1.084 ha, dengan jumlah penduduk 38.340 jiwa (tahun 2005) terdiri dari 19.491 laki-laki dan 18.849 perempuan maka kepadatan penduduknya 885,86 jiwa/km2. Tanaman pangan yang banyak
dibudidayakan adalah padi sawah (2.601 ha), padi gogo (76 ha), jagung (138 ha) dan lain-lain (Kuningan Dalam Angka, 2005-2006).
Selain di Kec. Luragung dilakukan pengukuran di Kec. Lebakwangi dengan luas lahan sebesar 1.034 ha, dengan jumlah penduduk 41.044 jiwa (tahun 2005) terdiri dari 20.733 laki-laki dan 20.311 perempuan maka kepadatan
adalah padi sawah (2.346 ha), padi gogo (0 ha), jagung (54 ha) dan lain-lain (Kuningan Dalam Angka, 2005-2006).
Terakhir dilakukan pengukuran di Kec. Garawangi dengan luas lahan
sebesar 1.000 ha, dengan jumlah penduduk 38.987 jiwa (tahun 2005) terdiri dari 19.442 laki-laki dan 19.945 perempuan maka kepadatan penduduknya 1380,56 jiwa/km2. Tanaman pangan yang banyak dibudidayakan adalah padi sawah (22188 ha), padi gogo (104 ha), jagung (40 ha) dan lain-lain (Kuningan Dalam Angka, 2005-2006).
C. Sumber Daya di Bidang Pertanian
Ada enam sumber daya untuk pertanian, yaitu manusia, ternak, air, angin, listrik, dan motor bakar. Sampai sekarang yang paling banyak digunakan adalah daya manusia, ternak dan motor bakar. Sedangkan daya air, angin, dan daya listrik
penggunaanya terbatas pada pekerjaan-pekerjaan stasioner. Alat pertanian dan sumber tenaganya dijumpai dalam masyarakat petani di Indonesia bervariasi dari yang sederhana sampai yang modern menggunakan tenaga manusia, ternak dan motor.
1. Manusia
Menurut Moens (1978), kemampuan kerja manusia dibedakan dalam tiga kategori, yaitu kemampuan perseptif (kemampuan untuk mengumpulkan informasi), kemampuan mental (kemampuan untuk mengolah informasi menjadi
keputusan), dan kemampuan fisik (kemampuan untuk melakukan tugas-tugas fisik). Dalam pengolahan tanah kemampuan yang diperhitungkan adalah kemampuan fisiknya. Selama melakukan tugas-tugas fisik manusia menggunakan tubuhnya, tulang dan sendi. Tenaga ini berasal dari energi makanan yang dikonsumsi dan kemampuan vitalisasi jantung serta paru-paru.
14,2 MJ energi yang diserap seorang laki-laki sehat berumur 20-39 tahun setiap hari, hanya tersedia energi untuk bekerja sebesar 5,77 MJ atau 1,61 kWh. Ini berarti kemampuan fisisknya 0,2 kW, bila ia bekerja 8 jam per hari. Untuk waktu
kerja yang singkat kemampuan tadi dapat bertambah hingga 1,5 kW (Moens, 1978).
Pada prakteknya kemampuan manusia untuk bekerja sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya dan desain alat yang digunakan. Hal itu akan memudahkan efisiensi mekanis, hingga diperkirakan tenaga manusia terpakai
didalam pekerjaan-pekerjaan bidang pertanian hanya 0,04 kW untuk beberapa jam kerja per-hari (Moens,1978).
2. Ternak
Sumber tenaga berikutnya setelah tenaga manusia dirasakan tidak
memadai lagi adalah tenaga hewan. Hewan yang biasa digunakan untuk keperluan ini adalah kerbau, sapi, dan kuda. Seperti juga pada manusia, tenaga hewan juga berasal dari konsumsi makanan dan oksigennya. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan kerja hewan adalah ( Moens, 1978 ) :
a. Sifat-sifat tubuh, yaitu berat, distribusi berat, kekuatan tulang, otot,
sendi dan kapasitas konsumsi makanan dan oksigennya.
b. Karakteristik (watak) hewan untuk bekerja : kemauan, temperamen,
dan tempo.
c. Pemeliharaan : jenis dan jumlah makanan, kandang dan perawatan
kulit serta kukunya. d. Latihan.
e. Jenis dan kualitas makanan hewan yang digunakan.
Moens (1978) menyatakan bahwa pada umumnya gaya tarik yang dihasilkan hewan adalah sekitar 10% dari berat badannya untuk waktu kerja
sebesar 10 hp. Pada tabel 1. terlihat hasil penelitian tentang tenaga tarik beberapa hewan tarik.
Tabel 2. Tenaga dan gaya tarik yang dihasilkan beberapa hewan ( Moens, 1978)
Jenis hewan Berat badan ( kg )
Dalam pengolahan tanah dengan cara apapun tenaga manusia tidak dapat
dilepaskan. Untuk daerah Subang dan sekitarnya, pengolahan tanah sawah siap tanam seluas satu hektar memerlukan hewan sebanyak 21 hari kerja-ekor dan manusia sebayak 2.525 hari kerja-orang (Kasryno., 1984).
Sebagai tenaga pengolah tanah, hewan memiliki kelebihan, antara lain : kekuatan tenaganya fleksibel, beradaptasi untuk pekerjaan tarik, traksinya baik
untuk keadaan basah maupun kering, dapat berkembang biak, bahan makanannya dapat diproduksi tanah pertanian, dan murah untuk daerah yang bank rumput. Disamping itu hewan juga mempunyai kekurangan, antara lain : tak tahan berulang untuk pekerjaan berat, tak efisien untuk bekerja pada cuaca panas atau
dingin, kecepatan dan kemampuan kerjanya rendah, memerlukan perioda istirahat yang cukup lama, memerlukan makanan dan pemeliharaan walaupun tidak bekerja, memerlukan relatif banyak ruang untuk kandang, dan sukar diatur bila jumlahnya banyak ( Katu dan Sitompul, 1970).
3. Traktor
Penggunaan traktor senagai sumber tenaga pengolahan tanah dan kegiatan pertanian lain secara luas makin disukai. Hal ini karena traktor mempunyai beberapa keunggulan, antara lain :
a. Dapat mempersingkat waktu pengolahan tanah,
d. Mampu beroperasi pada tanah berat serta memberikan kenyamanan yang
lebih besar.
Kemampuan traktor ditentukan oleh tenaga efektif motor, konstruksi
traktor, implemen yang digunakan dan kondisi kerjanya.
D. Sawah
Sistem persawahan Indonesia bukanlah semata-mata diperlukan untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Dengan perkembangan yang telah
berlangsung ribuan tahun, sistem persawahan telah memelihara keberlangsungan sistem produksi dan lingkungan hidup dan juga mewariskan nilai-nilai budaya dari generasi ke generasi. Namun demikian, aksistensi sistem persawahan menghadapi berbagai ancaman sejalan dengan makin rusaknya sumber daya alam akibat pendekatan pembangunan yang bersifat eksploitatif. Lahan sawah di daerah
padat penduduk seperti Jawa mengalami konversi menjadi lahan untuk berbagai keperluan (Pasandaran, 2006 ).
Konversi lahan sawah merupakan ancaman yang serius terhadap ketahanan pangan nasional karena dampaknya bersifat permanen. Lahan sawah yang telah dikonversi ka penggunaan lain di luar pertanian sangat kecil
peluangnya untuk berubah kembali menjadi lahan sawah. Demikian pula upaya untuk membangun sawah baru di luar Jawa tidak dengan sendirinya dapat mengkompensasi kehilangan produksi di Jawa, karena diperlukan waktu yang lama untuk membangun lahan persawahan dengan tingkat produktivitas yang
tinggi (Pasandaran, 2006).
Sistem persawahan di Indonesia merupakan warisan budaya yang telah berlangsung sejak lama. Sawah tadah hujan diduga sudah ada sejak 1600 tahun SM di lembah-lembah atau dataran banjir suatu DAS (Van Setten der Meer 1979; Ward 1985). Sistem irigasi yang ditambahkan pada sawah tadah hujan baru terjadi
Luas lahan sawah di Jawa pada tahun 2003 sebesar 3,33 juta ha, 1,53 juta (45,84 %) diantaranya lahan sawah irigasi teknis. Jenis lahan sawah irigasi teknis yang terluas terdapat di provinsi Jawa Timur (0,65 juta ha). Diikuti oleh Jawa
Barat dan Jawa Tengah (0,39 juta ha), Banten (84,97 ribu ha), D. I. Yogyakarta (18,52 ribu ha), dan D. K. I. Jakarta (1,38 ribu ha), (Survei Pertanian Luas lahan Menurut Penggunaannya Di Indonesia 2003, 2004).
Lahan sawah irigasi setengah teknis di Jawa hanya seluas 0,41 juta ha. Luas lahan tersebut di Jawa Barat sekitar 0,13 juta ha, Jawa Timur hampir sama
dengan Jawa Tengah yaitu sekitar 0,12 juta ha, D. I. Yoyakarta seluas 22,99 ribu ha, Banten seluas 19,25 ribu ha sedangkan D. K. I. Jakarta hanya memiliki 1,19 ribu ha lahan sawah irigasi setengah teknis (Survei Pertanian Luas lahan Menurut Penggunaannya Di Indonesia 2003, 2004).
Provinsi Jawa Barat memiliki lahan sawah irigasi sederhana/desa yang
terluas dibandingkan dengan provinsi lainnya di Jawa, yaitu 0,26 juta ha. Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, D. I. Yogyakarta dan D. K. I. Jakarta masing-masing memiliki luas 0,19 juta ha; 0,11 juta ha; 44,23 ribu ha; 6,68 ribu ha dan 2,19 ribu ha lahan sawah irigai sederhana/desa (Survei Pertanian Luas lahan Menurut Penggunaannya Di Indonesia 2003, 2004).
Selain sawah dengan sistem irigasi, terdapat lahan sawah tadah hujan, pasang surut, dan lainnya. Luas lahan sawah tadah hujan di Jawa mencapai 0,78 juta ha. Lahan sawah pasang surut dan lainnya masing-masing seluas 3,28 ribu ha dan 7,92 ribu ha (Survei Pertanian Luas lahan Menurut Penggunaannya Di
Indonesia 2003, 2004).
1. Macam-macam sawah
Areal persawahan menurut pengairannya dapat dibagi dalam beberapa golongan (Survei Pertanian, 2003) :
a. Sawah Berpengairan Teknis
terdiri dari saluran induk, sekunder, dan tersier serta bangunannya dibangun, dikuasai dan dipelihara oleh pemerintah.
b. Sawah Berpengairan Setengah Teknis
Sawah berpengairan teknis, akan tetapi pemerintah hanya akan menguasai bangunan penyadap untuk dapat mengatur dan mengukur pemasukan air, sedangkan jaringan selanjutnya tidak diukur dan dikuasai pemerintah. c. Sawah Berpengairan Sederhana
Sawah yang memperoleh pengairan dimana cara pembagian dan
pembuangan airnya belum teratur, walaupun pemerintah sudah ikut membangun sebagian dari jaringan tersebut (misalnya biaya membuat bendungannya).
d. Sawah Tadah Hujan
Sawah yang pengairannya tergantung pada air hujan. e. Sawah Pasang Surut
Sawah yang pengairannya tergantung pada air sungai yang dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut.
2. Pengolahan tanah sawah
Pengolahan tanah adalah tindakan mekanis untuk memanipulasi atau menyiapkan tanah yang bertujuan untuk menyiapkan keadaan fisik tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman (Baver et, al., 1972). Pengolahan tanah merupakan bagian proses terberat dari keseluruhan proses budidaya, dimana
proses ini mengkonsumsi energi sekitar 1/3 dari keseluruhan energi yang dibutuhkan dalam proses budidaya pertanian. Cara pengolahan tanah akan berpengaruh terhadap hasil pengolahan dan konsumsi energinya (Hunt,1978).
Pengolahan tanah yang sempurna untuk budidaya tanaman padi sawah adalah pengolahan tanah dimana bongkah-bongkah besar dipecah-pecah
yang berarti pula makin banyak koloid tanah itu, makin banyak zat hara yang melekat pada tubuh koloid itu dapat dicairkan oleh air yang cukup, akibat lanjutannya ialah bahwa makin banyak zat hara yang tersedia untuk diserap oleh
akar tanaman dan dengan sendirinya hasilnya akan lebih tinggi.
E. Kinerja Teknis Alat dan Mesin Pengolahan Tanah Pertanian
1. Pelumpuran
Pelumpuran merupakan suatu proses dimana tanah mengalami kehilangan struktur granular, hal ini disebabkan oleh air yang berlebih dan penanganan atau pengolahan yang berlebih pada tanah (Koga, 1992). Pengolahan tanah sawah (pelumpuran) secara mekanis di Indonesia dilakukan dengan mengaplikasikan
bajak singkal, bajak piring, atau glebeg, dan atau bajak rotari yang ditarik traktor roda dua (traktor tangan).
Fungsi pelumpuran tanah sawah (Koga,1992) adalah :
a. Menghaluskan tanah pada lapisan olah untuk menyiapkan penanaman bibit atau penanaman langsung pada kondisi lahan tergenang air.
b. Mencampur pupuk dengan tanah pada lapisan olah.
c. Membuat permukaan tanah rata sehingga tebal genangan air dan
pertumbuhan padi seragam. d. Mengurangi gulma.
e. Mengurangi laju perkolasi sehingga dapat menghemat pemakaian air dan
pupuk.
Terbentuknya lumpur tanah sawah dapat dilakukan dengan 3 metode pelumpuran, yaitu :
a) Pembajakan tanah – penggenangan – penggaruan tanah berulang-ulang
hingga terbentuk lumpur,
b) Penggenangan – pengglebegan tanah berulang-ulang hingga terbentuk
c) Penggenangan – pembajakan rotari berulang-ulang hingga terbentuk
lumpur.
Lumpur yang terbentuk dapat dinilai berdasarkan parameter kualitas hasil pelumpuran, yaitu :
a. a.Indeks pelumpuran (puddling index, IP)
IP = [(Vs/Vt) x 100%]...(1)
Dimana :
Vs = volume tanah dalam tabung setelah diendapkan 48 jam, cc Vt = volume total contoh suspensi air-tanah dalam tabung, cc Waktu atau saat pengam
Gambar 1. Posisi pengambilan contoh suspensi air-tanah hasil pelumpuran dan posisi tanah dalam tabung plastik.
b. Indeks kelunakan tanah hasil pelumpuran (softness of puddled soil index,
IK)
IK diukur dengan cara sebagaimana yang telah diperkenalkan oleh Sawamura et al. (1986). Bola golf dijatuhkan dari ketinggian 1 meter diatas permukaan lumpur. Kelunakan tanah hasil pelumpuran yang cocok untuk tanaman padi adalah kekuatan tanah dimana permuakaan atas bola golf berada antara
ketinggian 1 cm hingga kedalaman 1 cm dari permukaan lumpur. Atas dasar inilah maka IK dikatakan semakin tinggi apabila ketinggian atau kedalaman permukaan atas bola golf semakin mendekati 0 cm dari permukaan lumpur. Adapun untuk menghitung indeks kelunakan tanah hasil pelumpuran digunakan persamaan yang
diperoleh hasil modifikasi keterangan Sawamura et al. (1986).
IK = (1 – 0.1 │PGB│ / A) x 100% ...(2)
Dimana :
│PGB│ = nilai mutlak posisi permukaan atas bola golf terhadap permukaan lumpur, cm
A = nilai penyesuaian posisi bola golf terhadap permukaan lumpur (=1cm).
Permukaan lumpur
Tanah tak terolah Kedalaman
olah
Tabung plastik
Air
Gambar 2. Posisi bola golf ketika dijatuhkan kedalam lumpur.
Parameter-parameter tersebut penting untuk diukur dan dipahami karena akan sangat menentukan kualitas hasil penanaman bibit-bibit padi sawah, dan kualitas pertumbuhan dan produktivitas hasil panen padi di sawah.
2. Slip Roda Traktor
Slip adalah ukuran gerak relatif permukaan kontak dari alat traksi atau alat transport dengan permukaan pendukungnya ( Sakai et al., 1998 ). Besarnya slip dipengaruhi oleh beban pada roda traksi, jenis , ukuran dan kondisi roda traksi serta jenis dan kondisi tanah. Slip yang terjadi pada roda traksi traktor dapat
diketahui dari pengurangan kecepatan traktor pada saat beroperasi dengan beban dibandingkan dengan kecepatan operasi tanpa beban. Slip roda traktor dapat dihitung menggunakan persamaan :
S = (1 – S1/S0) x 100%...(3)
Dimana :
S1 = jarak tempuh aktual pada N putaran roda traktor, m S0 = jarak tempuh teoritis (S = 0%) pada N putaran roda, m
S0 = π D N ...(4)
Dimana :
D = diamter roda penggerak traktor, m
PGB
N = banyaknya putaran roda penggerak traktor sejauh S1, putaran
3. Kapasitas Lapang Pengolahan Tanah
Kapasitas lapang merupakan kemampuan mesin dalam mengolah tanah.
Kapasitas lapang terdiri dari kapasitas lapang teoritis dan kapasitas lapang efektif. Kapasitas lapang teoritis sebuah implemen adalah nilai luasnya lahan yang terolah oleh mesin dengan kinerja 100 % yang berubungan dengan kecepatan maju dan menutupi 100 % dari lebar kerja.
KLT = (LT x VT)...(5)
Dimana :
LT = Lebar olah tanah teoritis, m VT = Kecepatan maju teoritis, m/det
VT = VA / (1 – S )...(6)
Sedangkan kapasitas lapang efektif merupakan kemampuan mesin dalam mengolah sebidang tanah per satuan waktu, dapat diketahui dengan menggunakan
persamaan :
KLE =A / T...(7)
Dimana :
A = Luas tanah terolah, ha
T = Waktu lapang total (waktu efektif + waktu hilang), jam
Setelah mengetahui kapasitas lapang, maka akan didapatkan efisiensi lapang dengan menggunakan persamaan :
EF =
KLT KLE
Dimana :
EF = Efisiensi lapang, %
KLE = Kapasitas lapang efektif, ha/jam
KLT = Kapasitas lapang teoritis, m2/jam
F. Potensi Pengembangan Mekanisasi Pertanian
Pemanfaatan berbagai alat dan mesin pertanian di Kabupaten Kuningan sebagai sesuatu hal yang mendasar. Hal ini didasarkan pada kondisi lahan sawah
yang mencapai 29.550 ha, dan ketinggian wilayah yang terbagi dua yaitu, dataran tinggi yang berada di bagian barat dan utara dan dataran rendah yang berada di timur dan selatan membuat Kabupaten Kuningan memiliki potensi pertanian tanaman dataran tinggi maupun rendah. Hal ini dapat terjadi karena curah hujan yang tinggi dan persediaan air tanah dalam jumlah yang besar sehingga
memungkinkan tercapai produksi pertanian yang optimal di Kabupaten Kuningan. Pengembangan mekanisasi pertanian khususnya traktor pertanian di Kabupaten Kuningan akan lebih efisien dan ekonomis untuk diarahkan pada optimalisasi lahan tanaman pangan dengan kondisi topografi datar atau kemiringan lebih kecil dari 15 %.
Saat ini wilayah Kabupaten Kuningan memiliki 368 buah traktor tangan, disamping itu terdapat pompa air sebanyak 118 buah, hand sprayer 48.437 buah, power thresher 34 buah, alat pengering (dryer) 17 buah, unit penggilingan padi
649 buah, unit pembuatan tapioka 9 buah, alat penepung beras 127 buah, pemipil
13 Unit Penggilingan Padi 17 - 17 Dinas Pertanian
Sumber : Inventarisasi Alat dan Mesin Pertanian Kabupaten Kuningan, 2003 Keterangan :
B : Baru R : Rusak
Untuk dapat menentukan pemetaan pengembangan mekanisasi pertanian ini digunakan beberapa kriteria yang menjadi tolak ukur kesiapan suatu wilayah terhadap pengembangan alat dan mesin pertanian meliputi :
1. Faktor Utama
Penggunaan traktor tangan sangat efisien untuk lahan sawah yanng sudah
Masyarakat wilayah Kabupaten Kuningan yang tingkat pendidikannya cukup tinggi mempengaruhi cara pandang masyarakat tersebut akan pentingnya alat dan mesin pertanian (traktor) beserta manfaat dari penggunaan traktor bagi
kemajuan dan keberhasilan usaha pertanian.
Peranan Dinas Pertanian yang memiliki kemampuan teknis dan peka akan kebutuhan petaninya dengan dibentuknya UPJA. Setelah UPJA dirasa tidak berhasil, akan dibentuk BUMA, yaitu Bantuan Uang Muka Alsintan yang sangat membantu petani yang belum mampu untuk memiliki traktor tangan sendiri.
Konsep yang hampir sama dengan UPJA namun beberapa bagian yang tidak berhasil dari UPJA diperbaiki yang diharapkan usaha ini akan berhasil.
Bengkel, pandai besi, suku cadang yang tidak terlalu jauh dari daerah pertanian lahan sawah cukup banyak dijumpai guna mendukung operasi di lapangan. Kemampuan penyewa untuk membayar ongkos sewa alat dan mesin
pertanian cukup tinggi, hal ini dapat dilihat dari tingkat upah yang mencapai Rp.630.000,- setiap satu ha pengolaha tanah.
2. Faktor Pendukung
Keadaan Kabupaten Kuningan dinilai cukup memenuhi persyaratan
operasional oenggunaan traktor yaitu sebagian besar lahan sawah di Kabupaten Kuningan merupakan lahan bersih dari tunggul/akar dan batu-batuan/kerikil, kemiringan lahan yang lebih kecil dari 15 % memungkinkan penggunaan traktor roda dua dapat dikembangkan secara besar-besaran dan sangat cocok untuk
pembudidayaan lahan sawah sehingga dibutuhkan banyak unit traktor tangan. Bengkel, pandai besi, suku cadang yang tidak terlalu jauh dari daerah pertanian lahan sawah cukup banyak dijumpai guna mendukung operasi di lapangan. Kemampuan penyewa untuk membayar ongkos sewa alat dan mesin pertanian cukup tinggi, hal ini dapat dilihat dari tingkat upah yang mencapai
G. Kerjasama dengan Dinas Terkait
Alsintan mempunyai peran dan potensi sangat strategis karena kontribusinya dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi sumber daya, di
samping peningkatan kualitas melalui prossesing dan diversifikasi produk yang menghasilkan nilai tambah tinggi dalam mendukung program pengembangan agribisnis. Jika diterapkan dengan benar dan tepat akan memberikan kontribusi positif untuk pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi (Handaka, 2001). Dengan
mempertimbangkan peran dan potensi yang sangat strategis tersebut, maka wajar jika pemerintah melakukan intervensi dalam pengembangan alsintan.
1. UPJA
Salah satu bentuk intervensi pemerintah adalah dengan mengembangkan
alsintan melalui pola usaha pelayanan jasa alsintan (UPJA) agar petani mampu mengakses, serta menggunakan alsintan tanpa membeli atau memiliki sendiri. Pelaksaan UPJA dengan bantuan Sector Project Loan-Overseas Economic Coorperation Fund (SPL-OECF) dari pemerintah Jepang, dilakukan melaui pola
kerjasama operasional (KSO) oleh kelompok tani UPJA, yang terdiri dari manajer
dan beberapa orang operator sesuai dengan jenis alsintan yang dikelola. Fungsi dan tugasnya memberi pelayanan jasa alsintan kepada petani, mendayagunakan alsintan baik untuk pengolahan tanah, pengairan maupun penanganan pasca panen, serta memanfaatkan alsintan seoptimal mungkin sesuai dengan
prinsip-prinsip ekonomi agar dapat memberikan hasil usaha yang maksimal dari pendayagunaan alsintan tersebut.
UPJA hanya bertahan selama 3 tahun di Kabupaten Kuningan. Traktor yang telah mengalami kerusakan dengan limitnya pemeliharaan menyebabkan tidak adanya pendapatan bagi kelompok tani yang tergabung dalam UPJA.
Gambar 3. Struktur Organisasi UPJA
2. BUMA
Bantuan Uang Muka Alsintan (BUMA) adalah upaya pemerintah dalam membantu Kelompok Tani/UPJA untuk memiliki alsintan traktor roda dua dengan uang muka sebesar 25 % dari harga pembelian di daerah. Dana BUMA ini
merupakan anggaran Departemen Pertanian yang dialokasikan pada Dinas Pertanian Provinsi Tahun 2007. Untuk mendukung keberhasilannya diperlukan dana pendamping pembinaan yang meliputi : sosialisasi, identifikasi dan seleksi Kelompok Tani/UPJA calon penerima BUMA dan evaluasi di daerah yang bersangkutan (Provinsi/Kabupaten/Kota). Dana tersebut dapat dialokasikan
melalui APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota dan ditetapkan oleh Dinas Pertanian Tingkat Provinsi.
a. Kriteria Kelompok Tani/UPJA Penerima BUMA
Kriteria Kelompok Tani/UPJA penerima BUMA yaitu sebagai berikut : 1) Kelompok Tani/UPJA yang mengelola usaha tani tanaman pangan atau
jasa penyewaan alsintan dengan luasan sekurang-kurangnya 20 Ha setiap musim.
2) Kelompok Tani/UPJA mampu dan mau melunasi sisa pembayaran baik
melalui angsuran/cicilan maupun secara tunai.
3) Kelompok Tani/UPJA yang aktif, berpengalaman dan mempunyai
organisasi yang kuat, serta mempunyai kegiatan yang produktif. 4) Kelompok Tani/UPJA sebaiknya memiliki tabungan kelompok. 5) Kelompok Tani/UPJA tidak mempunyai tunggakan kredit.
Pemerintah Dinas Pertanian Bank
b. Mekanisme Pemberian BUMA
Mekanisme pemberiam BUMA dilakukan sebagai berikut :
1) Dinas Pertanian Kabupaten/Kota melakukan identifikasi calon penerima
BUMA (traktor roda dua) dan menganalisa serta verifikasi secara obyektif bahwa calon penerima BUMA memenuhi kriteria yang dipersyaratkan. 2) Dinas Pertanian Provinsi menetapkan Kelompok Tani/UPJA atas dasar
usulan dari Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.
3) Dinas Pertanian Provinsi bersama-sama Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
dapat memfasilitasi kerjasama antara pihak terkait dan Kelompok Tani/UPJA.
c. Sisa Pembayaran
Untuk mengatasi sisa pembayaran sebesar 75 % dapat diupayakan sumber pendanaannya melalui :
1) Swadaya
Kelompok Tani/UPJA membayar tunai sisa pembayaran (75 %) melalui dana sendiri.
2) Rekomendasi Pemerintah Daerah
Gubernur/Bupati/Walikota atas nama Pemerintah Daerah memberikan
rekomendasi kepada Bank agar dapat memberikan pelayanan dalam bentuk kredit sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3) Lembaga Keuangan di Daerah
Lembaga-lembaga keuangan di daerah dapat menyediakan kredit
pembelian alsintan. Ketentuan pengembalian pinjaman diatur sesuai ketetapan yang disepakati antara Kelompok Tani/UPJA dan Lembaga Keuangan di Daerah.
4) Kemitraan dengan Produsen
Kemitraan dengan produsen dapat dilakukan oleh Kelompok Tani/UPJA.
Ketentuan pembelian alsintan tersebut diatur sesuai ketetapan yang disepakati antara Kelompok Tani/UPJA dengan produsen.
5) Pemanfaatan Fasilitas Skim Pelayanan Pembiayaan Pertanian (SP3)
kredit/pembiayaan dari bank pelaksana melalui “mekanisme bagi resiko” (risk-sharing). SP3 diharapkan dapat membantu Kelompok Tani/UPJA yang selama ini kesulitan mengakses Lembaga Keuangan/Perbankan,
khususnya dalam mengambil alih resiko yang mungkin timbul dari usaha pertanian, dengan menggunakan pola executing (keputusan kredit berada pada bank pelaksana).
6) Fasilitas Tambahan Uang Muka Oleh Pemerintah Daerah
Agar beban nilai angsuran Kelompok Tani/UPJA menjadi lebih ringan,
sebagai akibat bunga pinjaman bersifat komersial (15 % - 18 % per tahun) diharapkan Pemerintah Daerah dapat memfasilitasi tambahan uang muka kepemilikan alsintan.
H. Kebutuhan dan Analisis Usaha Jasa Alsintan
1. Analisis Usaha
Analisis uasaha bisa dijadikan sumber acuan untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh. Komponen yang digunakan dalam analisis usaha adalah analisis pendapatan, analisis Revenue-Cost dan Payback period. Menurut
Soeharto (2002) pendapatan adalah jumlah bayaran yang diterima dari penjualan barang dan jasa, dimana pendapatan dapat dihitung dengan mengalikan kuantitas barang yang terjual dengan harga satuannya. Analisis Revenue-Cost Ratio adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh setiap rupiah biaya yang
digunakan dapat memberikan nilai penerimaan sebagai manfaat (Sugiarto et al 2000). Payback period merupakan metoda yang mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali, dimana satuan hasilnya bukan persentase tetapi satuan waktu (bulan, tahun, dan sebagainya) (Husnan, 1994). Bila payback period lebih pendek atau kecil ketimbang jangka waktu umur ekonomi proyek maka, usulan
2. Analisis Biaya
Untuk dapat memperkirakan biaya produksi maka dilakukan suatu analisis biaya dari proses produksi sehingga akan didapat biaya produksi persatuan output
produk. Prestasi dari suatu mesin dapat dilihat dari biaya produksinya. Semakin rendah biaya produksinya semakin tinggi keuntungan yang akan diperoleh.
Biaya mesin dan alat pertanian terdiri atas dua komponen yaitu biaya tetap (fixed costs) dan biaya tidak tetap (variable costs). Biaya tetap meliputi : biaya
penyusutan, biaya bunga modal dan asuransi, pajak, biaya bangunan dan garasi.
Sedangkan biaya tidak tetap meliputi : biaya bahan bakar, biaya pelumas, biaya perbaikan dan pemeliharaan, biaya operator dan biaya hal-hal khusus. Penghitungan biaya tersebut menggunakan buku Ekonomi Teknik (Pramudya, B dan Dewi, N, 1992) sebagai di perlihatkan pada lampiran 2.
3. Analisis Finansial
Analisis kelayakan usaha adalah penelitian tantang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil (Husnan, 1994). Menurut Kadariah et al. (1978) untuk memutuskan layak atau tidaknya suatu proyek dilaksanakan adalah dengan menentukan NPV (Net Present
Value), Net B/C (Net Benefit-Cost Ratio) dan IRR (Internal Rate of Return).
Net Present Value merupakan nilai sekarang dari keuntungan bersih yang
akan diperoleh pada masa yang akan datang. NPV yang positf menunjukan bahwa PV penerimaan > PV pengeluaran. Karena itu NPV yang positif berarti investasi
yang diharapkan akan meningkatkan kekayaan pemodal ( Husnan, 2004). Secara persamaan NPV dapat dirumuskan sebagai berikut :
NPV =
∑
Bt : Benefit kotor tahunan Ct : Biaya kotor tahunan i : Tingkat suku bunga
n : Umur ekonomis suatu usaha
Net Benefit-Cost Ratio merupakan penilaian yang dilakukan untuk melihat
beberapa kali lipat manfaat yang akan diperoleh dari biaya yang dikeluarkan dan merupakan perbandingan atau rasio jumlah bersih sekarang yang negatif ( Gray et al. 1993). Untuk dapat menggunakan ukuran-ukuran berdiskonto kemanfaatan proyek, maka harus dipertimbangkan dan dipilih tingkat diskonto mana yang
digunakan untuk menghitung nilai manfaat sekarang neto (Gittinger 1986). Net B/C menggunakan persamaan :
Net B/C =
Bt : Benefit kotor tahunan Ct : Biaya kotor tahunan i : Tingkat suku bunga
n : Umur ekonomis suatu usaha
Internal Rate of Return merupakan tingkat discount rate (suku bunga)
yang menjadikan NPV proyek sama dengan nol (Kadariah, Karlina, Gray 1978). IRR menunjukan kemampuan suatu proyek memperoleh tingkat pengembalian dari investasi yang ditanam selama berlangsungnya proyek. Suatu usaha dikatakan layak apabila memenuhi kriteria kelayakan yaitu, apabila NPV > 0, Net B/C > 1,
dan IRR > i (suku bunga). IRR menggunakan persamaan berikut :
Dimana :
i : Tingkat bunga yang menghasilkan NPV+ I’ : Tingkat bunga yang menghasilkan NPV-
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Waktu Penelitian
Jenis penelitian yang telah dilakukan berupa studi kasus pengolahan tanah di Kecamatan Luragung, Kecamatan Lebakwangi, dan di Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan sebagai lokasi sampel. Penelitian dilakukan selama empat bulan yaitu dari bulan Februari 2007 sampai dengan bulan Mei 2007.
B. Metoda Penelitian
Penelitian dilakukan melalui dua tahap, tahap yang pertama adalah pengumpulan data dan selanjutnya tahap kedua yaitu pengolahan atau analisa data.
1. Pengumpulan Data
Pengambilan data meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dilakukan melalui pengukuran dilapangan dan hasil wawancara dengan petani. Performansi teknis yang diukur kapasitas lapang dan pemakaian bahan bakar, sedangkan performansi ekonomi adalah upah dan biaya pengolahan tanah.
Sedangkan data sekunder sebagai penunjang dan pelengkap berupa luas lahan sawah yang diolah dan tidak terolah, ketersediaan alat dan mesin pertanian (traktor) yang diambil dari beberapa instansi yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain Dinas Pertanian Kabupaten Kuningan, Kantor Badan Pusat Statistik
Kabupaten Kuningan, dan literatur yang berhubungan dan mendukung penelitian ini.
2. Metode Penganmbilan Contoh
Metode pengambilan contoh yang digunakan adalah pengambilan contoh
C. Analisa Data 1. Analisis Finansial
Untuk menilai kalayakan usaha jasa pengolahan tanah secara mekanis di
Kabupaten Kuningan dapat digunakan beberapa kriteria. Tiga cara yang paling banyak digunakan sesuai persamaan 9, 10, 11.
2. Pengukuran Kapasitas Lapang Pengolahan Tanah
Metode untuk pengukuran kapasitas lapang baik untuk pembajakan
maupun penggaruan sebagai berikut :
a. Lahan yang akan dijadikan tempat percobaan diukur luasnya (P x L). b. Untuk memudahkan pengukuran, tancapkan patok pada sebelah sisi
lahan.
c. Ikat roda traktor dengan tali rapia untuk memudahkan pengukuran
banyaknya putaran roda penggerak traktor sejauh S1.
d. Waktu mulai pengolahan dicatat, begitu pula setelah selesai pengolahan
(T).
e. Waktu tempuh (t) traktor ketika putara roda bergerak lima kali tersebut diukur (dilakukan 5 kali ulangan).
f. Lebar olah diukur (l)
g. Waktu hilang dalam pengolahan untuk perbaikan, berputar/belok, slip
dan sebagainya diukur.
3. Asumsi yang digunakan pada perhitungan biaya tetap dan biaya tidak tetap :
a. Umur ekonomi traktor 10 tahun dengan nilai sisa 10% dari harga beli. b. Umur ekonomi bangunan 20 tahun dengan nilai sisa 10 % dari biaya
investasi.
c. Besarnya bunga modal yang digunakan 15 %.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Lahan Sawah Kabupaten Kuningan
Luas lahan sawah di Kabupaten Kuningan pada tahun 2003 adalah 29.790 ha. Luas yang sama terjadi pada tahun 2004. Namun pada tahun 2005 terjadi penurunan luas sawah yaitu 29.550 ha. Sedangkan luas bukan sawah pada tahun 2003 adalah 174.718 ha, yang kembali menurun pada tahun 2004 yaitu 160.391
ha. Dan penurunan terjadi pada tahun 2005 yaitu menjadi 156.092 ha. Penurunan yang terjadi pada lahan sawah maupun bukan sawah banyak sekali kemungkinannya. Penurunan luas lahan sawah akan berdampak terhadap produksi padi, hal ini terlihat dari produksi padi pada tahun 2004 sebanyak 355.902 ton menurun pada tahun 2005 menjadi 353.618 ton (Kuningan Dalam Angka
2005-2006).
B. Perkembangan Mekanisasi Pertanian
1. Peningkatan Penggunaan Traktor Tangan
Peluang peningkatan mekanisasi pertanian masih terbuka pada beberapa aktifitas/kegiatan usaha tani, antara lain : pada pengolahan tanah untuk lahan kering, rawa dan lebak, penanaman, pemeliharaan tanaman, irigasi pompa air, panen, perontokan, penanganan pascapanen (pengeringan dan penggilingan). Pada
traktor tangan penggunaannya mulai meningkat sekitar tahun 1970-an akibat perkembangan intensifikasi padi sawah berupa penggunaan varietas unggul berumur pendek, anjuran penanaman serentak dan jadwal irigasi yang singkat, sehingga tenaga kerja yang ada terpaksa tersebar ke seluruh wilayah. Kekurangan tenaga kerja pada saat demikian mendorong para petani mengatasi masalah
2. Peluang Jasa Pengolahan Tanah di Kabupaten Kuningan
Kabupaten Kuningan yang dominan penduduknya bermata pencaharian
sebagai petani, mempunyai luas lahan sawah 29.550 ha dengan luas lahan sawah terluas ada di Kecamatan Ciawigebang, yaitu 2.090 ha. Dan sawah-sawah luas lainnya yaitu, Kecamatan Cibingbin (1.490 ha), Kecamatan Cimahi (1.300 ha), Kecamatan Maleber (1.180 ha), Kecamatan Pancalang (1.140 ha), Kecamatan Cilimus (1.110 ha), Kecamatan Luragung (1.080 ha), Kecamatan Ciwaru (1.050
ha), Kecamatan Cigandamekar (1.040 ha), Kecamatan Lebakwangi (1.030 ha), Kecamatan Subang (1.020 ha), dan Kecamatan Garawangi (1.000 ha).
Dengan luas lahan sawah yang demikian, maka Kabupaten Kuningan membutuhkan alat dan mesin pertanian yang memadai untuk menghasilkan padi yang berkualitas dan mencukupi bagi penduduk Kabupaten Kuningan yang
berjumlah 1.069.448 jiwa (lampiran 5). Setidaknya sampai dengan tahun 2003 Kabupaten Kuningan hanya memiliki 368 unit traktor roda dua, lampiran 7. Jika kita bagi luas lahan sawah dengan jumlah unit traktor roda dua yang ada di Kabupaten Kuningan, maka setiap 1 unit traktor roda dua bisa mengolah tanah 80 ha. Padahal dari data teknis yang didapat dari pengukuran lapangan, 1 unit traktor
roda dua hanya bisa mengolah tanah 13,52 ha/musim. Hal ini bisa menjadi peluang yang baik untuk membuka jasa pengolahan tanah independen (mandiri) dengan mengguakan traktor roda dua.
C. Kapasitas Lapang
Pengukuran kapasitas lapang dilakukan pada lahan sawah per petak sesuai kepemilikan per petani dengan pola sirkular. Data hasil pengukuran dapat dilihat pada lampiran 8. Perhitungan kapasitas lapang teoritis (KLT) adalah dengan mengalikan kecepatan maju dengan lebar pengolahan. Kapasitas lapang efektif
1. Kapasitas Lapang Pembajakan
Kapasitas lapang pembajakan memiliki nilai yang lebih besar bila
dibandingkan dengan kapasitas lapang penggaruan. Hal ini dapat dimengerti karena pada kondisi pembajakan kondisi lahan lebih berat jika dibandingkan pada saat penggaruan. Dari lampiran 8 dapat diperoleh kapasitas lapang pembajakan pada traktor roda dua dan kerbau dan disajikan pada tabel 4 dan 5 di bawah ini.
Tabel 4. Kapasitas Lapang Pembajakan Traktor Roda Dua
No Traktor KLT
Tabel 5. Kapasitas Lapang Pembajakan Kerbau
No Desa KLT
Dari tabel 4 dan 5 dapat di lihat, nilai Kapasitas Lapang Teoritis pembajakan terbesar adalah pada traktor roda dua Yanmar TF85, yaitu 0,109
Gambar 5. Pembajakan dengan menggunakan traktor roda dua
Gambar 6. Pembajakan dengan menggunakan kerbau
2. Kapasitas Lapang Penggaruan
a. Kapasitas Lapang Penggaruan Pada Traktor Roda Dua
Kapasitas lapang penggaruan memiliki nilai yang lebih kecil bila dibandingkan dengan kapasitas lapang pembajakan. Dari tabel 6 dapat diperoleh
Tabel 6. Kapasitas Lapang Penggaruan Traktor Roda Dua
No Traktor KLT (ha/jam)
KLE (ha/jam)
Efisiensi (%) 1 Yanmar TF 85 0,462 0,068 13,95 2 Yanmar TF 65 0,563 0,048 8,90 3 Yanmar Bima 8000 0,441 0,070 17,04
4 Kubota 0,664 0,058 8,744
Dari tabel 6 dapat di lihat, nilai Kapasitas Lapang Teoritis penggaruan terbesar adalah pada traktor roda dua Kubota, yaitu 0,664 ha/jam dan nilai KLT terkecil yaitu pada traktor Yanmar Bima 8000 sebesar 0.441 ha/jam. Sedangkan nilai KLE penggaruan terdapat pada traktor Yanmar TF 85 yaitu 0,068 ha/jam dan nilai KLE penggaruan terkecil yaitu pada traktor roda dua Yanmar TF 65 sebesar
0,048 ha/jam.
Gambar 7. Penggaruan dengan menggunakan traktor roda dua
b. Kapasitas Lapang Penggaruan Pada Hewan
Kapasitas penggaruan pada hewan di Kabupaten Kuningan menggunakan kerbau betina. Menurut petani, kerbau betina memiliki tenaga yang lebih kuat dibandingkan kerbau jantan. Umumnya, setelah pembajakan selesai, karbau
Gambar 8. Penggaruan dengan menggunakan kerbau
Gambar 9. Tanah yang dicangkul setelah dibajak dengan hewan
3. Efisiensi Lapang
Efisiensi lapang pembajakan yang cukup tinggi disebabkan pola pengolahan yang dilakukan dari lintasan ke lintasan mempunyai jarak yang cukup jauh. Sehingga ada beberapa cm tanah yang tidak terbajak namun langsung
Gambar 10. Penyebab nilai efisiensi pembajakan tinggi
4. Kapasitas Lapang Pengolahan Tanah
Kapasitas pengolahan tanah adalah penjumlahan antara kapasitas lapang pembajakan dengan kapasitas lapang penggaruan. Waktu efektif pembajakan
adalah 12,34 jam/ha dan waktu efektif penggaruan adalah 15,62 jam/ha. Dari waktu efektif keduanya dapat diketahui bahwa waktu efektif pengolahan tanah yaitu 27,96 jam/ha. Dari hasil wawancara dengan petani, diketahui bahwa dalam satu hari hanya 7 jam waktu efektif dan dalam satu musim hanya 54 hari efektif yang digunakan untuk mengolaha tanah siap tanam. Dari data primer tersebut
dapat diketahui jumlah luas lahan sawah yang dapat diolah dalam satu musim, yaitu 13,52 ha.
5. Pelumpuran
a. Indeks Pelumpuran
Nilai indeks pelumpuran yang didapat menunjukkan nilai lumpur yang tercipta setelah dilakukan pengolahan tanah (bajak dan garu). Tingkat persentase lumpur lebih dari 50 % menunjukkan nilai lumpur yang pekat yang baik untuk pertumbuhan padi. Sedangkan presentase lumpur yang kecil menunjukkan tanah yang masih encer sehingga tidak baik untuk pertumbuhan padi. Nilai indeks
pengulangan lintasan pada saat penggaruan, namun indeks lumpur yang dihasilkan tinggi sehingga baik untuk tanaman padi.
b. Indeks Kelunakan
Nilai indeks kelunakan yang didapat dari pengukuran kurang dari 50 %. Hal ini menunjukkan bahwa permukaan atas bola golf berada antara ketinggian 1 cm hingga kedalaman 1 cm dari permukaan lumpur. Hal ini sangat cocok untuk tanaman padi. Sebagaimana terlihat pada tabel 7.
Tabel 7. Pelumpuran
D. Analisa Biaya Pengolahan Tanah 1.Biaya Tetap
Dalam analisis biaya, penyusutan dihitung dengan metode garis lurus. Perhitungan biaya penyusutan dengan metode garis lurus yaitu biaya penyusutan yang besarnya sama/tetap untuk setiap waktu berjalan selama masa pemakaian.
Berdasarkan hasil perhitungan biaya tetap (Lampiran 10) didapatkan besarnya nilai penyusutan untuk traktor roda dua Yanmar TF85 yang harga awalnya Rp.15.500.000,- dan umur ekonomi 10 tahun adalah Rp. 1.550.000,-/tahun. Sedangkan untuk Kubota dan Yanmar TF65 yang harga awalnya Rp.14.000.000,- dan umur ekonomi 10 tahun adalah Rp. 140.000,- /tahun. Dan
untuk Yanmar Bima 8000 yang harga awalnya Rp.12.500.000 dengan umur ekonomi 10 tahun adalah Rp. 125.000,- /tahun.
Besarnya bunga modal dengan suku bunga 15 % untuk masing-masing type traktor adalah Rp.1.278.750,- /tahun (Yanmar TF85); Rp. 1.155.000,- /tahun
2.Biaya Tidak Tetap
Pemakaian bahan bakar (solar) berdasarkan literatur adalah 0,90 liter/jam untuk singkal dan garu. Harga solar ditetapkan Rp.2300,-/liter untuk tahun 2005
ke bawah dan Rp. 4300,-/liter untuk tahun 2006 keatas. Sehingga biaya yang dikeluarkan untuk bahan bakar adalah Rp.2070,-/jam dan Rp.3870,-/jam.
Pemakaian minyak pelumas adalah 2,8 liter/jam dan untuk pelumas transmisi 5,5 liter/jam. Harga minyak pelumas Rp.17.500,-/liter dan Rp.25.000,-/liter untuk pelumas transmisi. Sehingga besarnya biaya pelumas adalah
Rp.490,-/jam dan Rp 285,-Rp.490,-/jam. Upah operator disepakati antara pemilik dan operator adalah Rp.7.068,-/jam. Besarnya biaya tidak tetap dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Biaya Tidak Tetap Pengolahan Tanah dengan Traktor Roda Dua.
No.
Type Traktor Biaya Tidak Tetap Satuan
1 2 3 4 5 Rp/ha
1 Yanmar TF85 207.804.2 207.804.2 207.804.2 243.804.19 243.804.19 Rp/ha
2 Kubota 207.504.19 207.504.19 207.504.19 243.504.19 243.504.19 Rp/ha
3 Yanmar TF65 172.920.16 172.920.16 172.920.16 202.920.16 202.920.16 Rp/ha
4 Yanmar Bima 8000 173.199.26 173.199.26 173.199.26 202.670.16 202.670.16 Rp/ha
Dari tabel 8 dapat dilihat Biaya Tidak Tetap (BTT) adalah Rp.173.199,26,-/ha – 207.804.2,-Rp.173.199,26,-/ha pada tahun pertama sampai dengan tahun ketiga, dimana harga solar Rp.2300,-/liter. Dan Rp.200.670.16,-/ha – 243.804.19,-/ha pada tahun
keempat sampai dengan tahun kelima, dimana harga solar Rp.4300,-/liter. Sedangkan upah yang diterima operator dihitung tiap jamnya sebesar Rp.117.800,-/ha.
3.Biaya Total
Tabel 9. Analisis Pendapatan Per Tahun Biaya Total 1 16690984,14 14252488,14 13522228,14 14396488,14
2 16690984,14 14252488,14 13522228,14 16437688,14
3 14252488,14 13798678,14 16437688,14
4 16293688,14 13798678,14
5 16293688,14
Pendapatan 1 10299583,48 3943702,77 14878223,77 11957662,71 2 10299583,48 3943702,77 14878223,77 9916462,71
3 3943702,77 14610773,77 9916462,71
4 1902502,77 14610773,77 c.Yanmar Bima 8000 = Rp. 28.400.451.91 d. Kubota = Rp. 26.354.150.85
Pendapatan = Penerimaan – Biaya Total
4.Analisa Finansial
Dari hasil analisi kelayakan dengan menggunakan data-data : penerimaan
(rp/tahun), pengeluaran (rp/tahun), pendapatan (rp/tahun), DF = 15 % dan 18 %, didapat nilai NPV yang positif, IRR yang lebih besar dari DF (discount factor = tingkat suku bunga), dan B/C ratio yang bernilai lebih dari satu, maka usaha ini layak untuk dikembangkan. Sebagaimana terlihat pada tabel 10.
Tabel 10. Analisa Finansial
No Jenis Traktor NPV (DF = 15 %) NPV (DF = 18 %) B/C Ratio IRR (%)
1
Yanmatr
TF85 7825936,43 1244124,37 1,51 18,56
2
Yanmar
TF65 -2961996,53 3612422,6 0,78 28,66
3
Yanmar
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
1. Jumlah traktor roda dua di Kabupaten Kuningan hanya 368 unit, jumlah ini masih kurang sekali jika dibandingkan dengan luas lahan sawah yang ada di Kabupaten Kuningan seluas 299.550 ha. Mengingat tenaga hewan dan tenaga manusia yang semakin sulit.
2. Usaha jasa pelayanan alat dan mesin pertanian cukup menguntungkan untuk usaha tambahan.
3. Tingkat upah operator yang berlaku di Kabupaten Kuningan adalah Rp.117.800,- per ha dengan patokan tiap jamnya sebesar Rp.7.086,-.
4. Nilai NPV yang positif, B/C ratio yang lebih dari satu, dan nilai IRR yang dominan lebih besar dan tingkat suku bunga menunjukkan usaha jasa
B.Saran
1. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dalam pengolahan lahan,
disarankan agar dilakukan upaya untuk lebih mengembangkan mekanisasi
pertanian khususnya penggunaan traktor tangan di Kabupaten Kuningan.
2. Harga sewa Rp. 630.000,-/ha dengan dua kali pengolahan yaitu pembajakan dan penggaruan cukup menguntungkan dan layak. Harga ini tidak perlu diturunkan, kecuali jika persaingan pasar penyewaan jasa alat dan mesin pertanian ini tinggi.
3. Dalam rangka mencapai penggunaan yang optimal dan efisien, keterampilan dan disiplin operator dalam pengoperasian dan pemeliharaan perlu dibina dan dimonitor secara terus menerus, hali ini menjadi tugas Tim Pembinaan dari Dinas Pertanian.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2004. Survei Pertanian Luas Lahan Menurut Penggunaannya Di
Indonesia. 2003. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Anonim. 2007. Petujuk Pelaksana Bantuan Uang Muka Alsintan (BUMA) Traktor Roda 2 Provinsi Jawa Barat. Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dinas Pertanian Tanaman Pangan. Bandung.
Anonim. Prospek dan Pengembangan Agribisnis. 2004.
Anonim. Pedoman Pelaksanaan UPJA. 2002. Badan Pusat Statistik Indonesia Tahun 2004
Baver, L. D., W. R. Gardener and W. F. Gardner. 1972. Soil Physics (fourth edition). John Wiiley and Son. New York.
Berita Resmi Statistik No.14/VII/16 Februari 2004
Cox, S.W.R. 1988. Engineering Advances For Agriculture And Food.. Inggris : Butterworth & Co Ltd.
Fahmi, Fuad. 2005. Analisis Kinerja Usaha Pelayanan Jasa Alsintan Di Kabupaten Banyumas. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Gray et al . 1993. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Hunt, D. 1978. Farm Power and Machinery Management. IOWA State University Press. IOWA.
Husnan S, Pudjiastuti E. 2000. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Ed ke-4. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN.
Husnan S, Suwarsono. 1994. Studi Kelayakan Proyek. Ed ke-3. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN.
Kadariah, Karlina dan Gray C. 1978. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta :
Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia.