TUGAS AKHIR
PERBANDINGAN MEKANISME BANDWIDTH REQUEST
PADA WIMAX TERHADAP KUALITAS VIDEO
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro
Oleh
Muhammad Fadl-lan Dwika NIM : 100402024
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR
PERBANDINGAN MEKANISME BANDWIDTH REQUEST
PADA WIMAX TERHADAP KUALITAS VIDEO
Disusun Oleh :
Muhammad Fadl-lan Dwika 100402024
Disetujui Oleh : Pembimbing Tugas Akhir
Suherman,S.T.,M.Comp.,Ph.D NIP. 197802022003121001
Diketahui Oleh :
Ketua Departemen Teknik Elektro FT USU
Ir. SURYA TARMIZI KASIM, M.Si. NIP. 19540531 198601 1 002
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
Worldwide interoperabily for Microwave Access (WiMAX) merupakan teknologiBroadband Wireless Access(BWA) yang memiliki kecepatan akses data yang tinggi dengan cakupan area yang cukup luas. IEEE 802.16 WirelessMAN
merupakan standar untuk sistem BWA. WiMAX didesain untuk memenuhi
kebutuhan Quality of Service (QoS) pada hubungan uplink maupun downlink. Perangkat user pada WiMAX subscriber station (SS) sebanyak 4 (empat) melakukan bandwidth request sebelum mengirim data. Base station (BS) memerima request dan mengalokasikan bandwidth kepada SS. Kemudian SS megirimkan data sesuai alokasi yang diberikan oleh BS. Tugas Akhir ini
mengevaluasi dan membandingkan metode-metodebandwidth request.
Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan membangun simulasi
menggunakan aplikasiNetwork Simulator 2 (NS-2)versi 2.29 yang berjalan dalam
system Windows XP dengan menggunakancygwin. Hasil simulasi dianalisis untuk mendapatkan parameter packet delay, packet loss, jitter, Peak Signal to Noise Ratio(PSNR).
Hasil simulasi menunjukkan bahwa masing-masing mekanisme:
contention request, piggybacking, dan unicast polling mengalami packet delay
sebesar: 0.049 detik, 0.022 detik dan 0.793 detik. Sementara untuk parameter
packet loss sebesar: 12.83%, 3.58% dan 25.56%, nilaijittersebesar: 0.017 detik, 0.005 detik dan 0.165 detik, kemudian nilai PSNRsebesar: 32.1 dB, 37.4 dB dan 24.9 dB.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas Berkah dan
Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul:
PERBANDINGAN MEKANISME BANDWIDTH REQUEST PADA WIMAX TERHADAP KUALITAS VIDEO
Tugas akhir ini merupakan bagian dari penelitian Bapak Suherman, Ph.D
dan kurikulum yang harus diselesaikan untuk memenuhi persyaratan
menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata Satu (S-1) di Departemen Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
Selama penulis menjalani pendidikan di kampus hingga diselesaikannya
Tugas Akhir ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan serta dukungan
dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
terimakasih yang tulus dan sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si sebagai Ketua Departemen Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Rahmad Fauzi, ST, MT sebagai Sekretaris Departemen Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Suherman, Ph.D sebagai Dosen Pembimbing Tugas Akhir penulis
yang selalu bersedia memberikan bantuan yang sangat dibutuhkan oleh
penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
4. Bapak Ir. Arman Sani, MT sebagai Dosen Wali penulis yang membantu
penulis selama menyelesaikan pendidikan di kampus USU.
5. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Departemen Teknik Elektro FT-USU.
6. Kedua orang tua penulis atas semangat dan doanya kepada penulis dengan
7. Kepada saudara penulis M. Hafidh Rizkin, yang tak henti-hentinya
memberikan dukungan penuh, doa, dan nasihat bagi penulis.
8. Kepada saudari Yayang Rindu Kinanti, yang terus memberikan motivasi
dukungan, doa, dan nasihat bagi penulis.
9. Seluruh sahabat penulis Fatih Silmi Muhammad, Deny Destian Harahap,
Diky Ikhsan Nasution, Robby Maulana, Riki Mahyudin, Mulia Maulana,
Nurul Ismi, Puti Mayang Sari, Nur Adila Lubis, Dwi Purnama Sari, Dewi
Riska, Yola, teman-teman stambuk 2010 lainnya, bang Niko, bang Reza
dan bang Rudi atas kebersamaan dan dukungan yang diberikan selama
penulis bergelut di kampus.
10. Seluruh senior dan junior di Departemen Teknik Elektro, atas dukungan
dan bantuan yang diberikan kepada penulis.
11. Semua orang yang pernah mengisi setiap detik waktu yang telah dilalui
bersama penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Tanpa mereka,
pengalaman penulis tidaklah lengkap.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangannya.
Kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan Tugas Akhir ini sangat
penulis harapkan.
Kiranya Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terimakasih
Medan, Juli 2015
Penulis
DAFTAR ISI
a. Wireless Personal Area Network (WPAN). ... 5
b. Wireless Local Area Network (WLAN) ... 5
c.Wireless Metropolitan Area Network (WMAN) ... 6
d. Wireless Wide Area Network (WWAN) ... 6
2.3 Transmisi Data... ... 6
2.3.1 Mode Pentransferan... 7
2.3.2 Mode Transmisi... 8
2.3.3 Media Transmisi... 10
III. WIMAX DAN PEMBANGUN SIMULASI... 14
3.4 Quality of Service (QoS) ... 19
3.5 Network Simulator-2 ... 21
3.5.1 Kelebihan NS ... 21
3.5.2 Menjalankan Skrip NS ... 21
3.5.3 Komponen Pembangun NS ... 22
3.5.4 Bahasa TCL dan OTCL ... 23
3.5.5 Output Simulasi NS ... 23
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 36
5.1 Kesimpulan ... 36
5.2 Saran... 36
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1Jenis Jaringan Wireless Berdasarkan Jangkauan ... 4
Gambar 2.2Bluetooth Personal Area Network ... 5
Gambar 2.3Jaringan WLAN... 5
Gambar 2.4Jaringan WMAN... 6
Gambar 2.5Mode Transfer Paralel ... 7
Gambar 2.6Mode Transfer Serial ... 8
Gambar 2.7Transmisi Asinkron ... 9
Gambar 2.8Transmisi Sinkron... 9
Gambar 3.1Mekanisme Alokasi dan Alokasi Bandwidth Request ... 17
Gambar 3.2Komponen Pembangun NS ... 22
Gambar 3.3Struktur Framework EvalVid ... 24
Gambar 3.4Topologi Point-to-Multipoint ... 26
Gambar 3.5Pemodelan Parameter Jaringan Simulasi ... 27
Gambar 3.6Diagram Alir Simulasi ... 29
Gambar 4.1Hasil Simulasi Packet Delay ... 31
Gambar 4.2Hasil Simulasi Packet Loss ... 32
Gambar 4.3Hasil Simulasi Jitter ... 33
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1ITU-T QoS Classes .... ... 30
Tabel 4.1Hasil Simulasi Packet Delay.... ... 32
Tabel 4.2Hasil Simulasi Packet Loss ... 33
Tabel 4.3Hasil Simulasi Jitter ... 34
ABSTRAK
Worldwide interoperabily for Microwave Access (WiMAX) merupakan teknologiBroadband Wireless Access(BWA) yang memiliki kecepatan akses data yang tinggi dengan cakupan area yang cukup luas. IEEE 802.16 WirelessMAN
merupakan standar untuk sistem BWA. WiMAX didesain untuk memenuhi
kebutuhan Quality of Service (QoS) pada hubungan uplink maupun downlink. Perangkat user pada WiMAX subscriber station (SS) sebanyak 4 (empat) melakukan bandwidth request sebelum mengirim data. Base station (BS) memerima request dan mengalokasikan bandwidth kepada SS. Kemudian SS megirimkan data sesuai alokasi yang diberikan oleh BS. Tugas Akhir ini
mengevaluasi dan membandingkan metode-metodebandwidth request.
Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan membangun simulasi
menggunakan aplikasiNetwork Simulator 2 (NS-2)versi 2.29 yang berjalan dalam
system Windows XP dengan menggunakancygwin. Hasil simulasi dianalisis untuk mendapatkan parameter packet delay, packet loss, jitter, Peak Signal to Noise Ratio(PSNR).
Hasil simulasi menunjukkan bahwa masing-masing mekanisme:
contention request, piggybacking, dan unicast polling mengalami packet delay
sebesar: 0.049 detik, 0.022 detik dan 0.793 detik. Sementara untuk parameter
packet loss sebesar: 12.83%, 3.58% dan 25.56%, nilaijittersebesar: 0.017 detik, 0.005 detik dan 0.165 detik, kemudian nilai PSNRsebesar: 32.1 dB, 37.4 dB dan 24.9 dB.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Worldwide interoperabily for Microwave Access (WiMAX) merupakan
teknologi Broadband Wireless Access (BWA) yang memiliki kecepatan akses data yang tinggi dengan cakupan area yang cukup luas. IEEE 802.16 WirelessMAN
merupakan standart untuk sistem. WiMAX didesain untuk memenuhi kebutuhan Quality of Service (QoS) pada hubungan uplink maupun downlink [1].
Pada standar IEEE 802.16 terdapat mekanisme bandwidth request yang digunakan untuk mengakomodasi berbagai persyaratan QoS dalam trafik yang heterogen. Protokol request digunakan untuk alokasi bandwidth uplink antara
Base Station (BS) dan Subscriber Station (SS). Pada saat SS ingin mengirim data,
SS terlebih dahulu mengirimkan bandwidth request ke BS. BS menerima request
tersebut dan menentukan apakah terdapat bandwidth yang cukup untuk memenuhi request bandwidth tersebut [2].
Pada Tugas Akhir ini mekanisme bandwidth request pada WiMAX
dilakukan melalui simulasi dengan menggunakan Network Simulator-2 (NS-2). Adapun topologi yang digunakan adalah point-to-multipoint yaitu terdapat satu
BS dan terdapat 4 (empat) SS. Jenis trafik yang akan diukur adalah berupa trace video, WiMAX yang berkecepatan tinggi dapat mentransmisikan berbagai jenis
video. Kemudian parameter yang akan diteliti adalah packet delay, jitter, packet
1.2 Perumusan Masalah
Untuk memfokuskan pembahasan tugas akhir ini, maka pembahasan masalah dirumuskan pada hal - hal sebagai berikut:
1. Bagaimana cara mensimulasikan transmisi video secara wireless dengan WiMAX.
2. Apa saja paremeter yang mempengaruhi QoS.
3. Bagaimana pengaruh bandwidth request WiMAX terhadap kualitas video.
1.3 Tujuan Penelitian
Tugas Akhir ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh bandwith request terhadap kualitas video dengan jaringan WiMAX.
1.4 Pembatasan Masalah
Adapun pembahasan tugas akkhir ini dibatasi pada:
1. Evaluasi sistem transmisi video melalui WiMAX dilakukan melalui simulasi, dalam hal ini network simulator- 2 (NS-2) digunakan.
2. Topologi jaringan yang dikaji adalah topologi point-to-multipoint. Topologi yang berisi banyak topologi tidak dibahas.
3. Adapun parameter yang diukur berupa packet delay, packet loss, jitter, dan peak signal to noise ratio (PSNR).
4. Evaluasi dilakukan dengan menempatkan sumber video pada sisi subscriber
station dengan jumlah node 4 (empat).
1.5 Metode Penelitian
1. Studi pustaka menggunakan beberapa literatur berupa buku-buku teks dan jurnal nasional maupun internasional.
1.6 Sistematika Pembahasan
BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan secara singkat secara singkat latar belakang, tujuan penelitian
pembatasan masalah dan metodologi.
BAB II DASAR TEORI
Memberikan teori dasar untuk penyelesaian proyek akhir ini. Teori dasar yang
diberikan meliputi: WiMAX, QoS, Bandwidth Request, NS-2, modul WiMAX, modul tambahan Evalvid untuk NS-2 dan parameter kinerja yang akan diukur.
BAB III PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai perancangan sistem jaringan, spesifikasi
perangkat dan komponen yang dibutuhkan, tahapan instalasi dan implementasi.
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini membahas hasil penelitian yang dilakukan dan analisa terhadap hasil yang
diperoleh.
BAB V KESIMPULAN
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Umum
Teknologi wireless adalah teknologi nirkabel yang dapat melakukan hubungan komunikasi tanpa menggunakan media kabel tetapi dengan
menggunakan gelombang elektromagnetik. Berbagai jenis teknologi wireless saat ini telah berkembang untuk membantu manusia untuk dalam berkomunikasi [3]. Terdapat berbagai jenis teknologi wireless seperti: infrared, bluetooth, radio
frekuensi, wireless LAN, dll.
2.2 Konsep Wireless
Jaringan wireless dapat menghubungkan suatu perangkat komunikasi yang
satu ke perangkat yang lain tanpa menggunakan kabel. Jaringan wireless memiliki berbagai jenis tetapi umumnya digolongkan ke dalam empat jenis berdasarkan jangkauannya. Gambar 2.1 menunjukkan empat jenis jaringan wireless
berdasarkan jangkauannya [4].
a. Wireless Personal Area Network (WPAN)
WPAN merupakan teknologi personal area network seperti bluetooth dan infrared. Jaringan ini memungkinkan hubungan peralatan personal dalam suatu
area sekitar 30 feet (1 feet=12 inch). Namun infrared membutuhkan hubungan langsung dan jangkauan yang lebih pendek. Gambar 2.2 menunjukkan bluetooth personal area network [4].
Gambar 2.2 Bluetooth Personal Area Network
b. Wireless Local Area Network (WLAN)
WLAN merupakan jaringan area lokal tanpa kabel tanpa kabel yang
menggunakan frekuensi radio sebagai media transmisinya untuk memberikan koneksi jaringan ke seluruh pengguna di area sekitarnya. Teknologi WLAN ini mempunyai banyak kegunaan contohnya pengguna mobile bisa mengakses
internet dengan banyak hal seperti e-mail, browsing, memutar video, bermain game dll [4]. Gambar 2.3 menunjukkan jaringan WLAN [4].
c. Wireless Metropolitan Area Network (WMAN)
Teknologi ini mendukung koneksi dari berbagai jaringan dalam suatu area yang cukup luas seperti kota metropolitan atau dapat menghubungkan beberapa
jaringan WLAN. Contoh dari jaringan WMAN adalah WiMAX. Gambar 2.4 menunjukan jaringan WMAN [4].
Gambar 2.4 Jaringan WMAN
d. Wireless Wide Area Network (WWAN)
WWAN meliputi teknologi dengan daerah jangkauan yang luas seperti selular
2G, Cellular Digital Packet Data (CDPD), Global System for Mobile Communications (GSM) [4].
2.3 Transmisi Data
Transmisi data yang menggunakan gelombang elektromagnetik dapat dikaji melalui mekanisme pendekatan-pendekatan. Salah satu kegunaan sistem
transmisi data adalah penggunaan sistem wireless yang lebih tepat sebagai media pembawa informasi [5].
dari 8,16 atau 32 bit, dimana biasanya untuk mewakili satu karakter digunakan 8
bit [6].
2.3.1 Mode Pentransferan
Terdapat 2 mode pentransferan yaitu mode pentransferan paralel dan mode
seri.
a. Mode Paralel
Pada mode ini dapat dilakukan bila jarak antara perangkat yang berkomunikasi berada sangat dekat, sehingga panjang kabel yang menghubungkan kedua perangkat pendek. Mode ini membuat delay yang minimal dalam
pentransferan dari masing-masing elemen data. Gambar 2.5 menunjukkan mode transfer paralel [6].
b. Mode Seri
Mode ini digunakan bila masing-masing perangkat komunikasi berjarak cukup jauh. Biasanya digunakan sepasang kawat karena alasan biaya dan
perubahan delay transmisi dalam sebuah kabel. Gambar 2.6 menunjukkan mode transfer serial [6].
Gambar 2.6 Mode Transfer Serial
2.3.2 Mode Transmisi
Bagi peralatan penerima, untuk mengkodekan kembali pola-pola bit yang
diterima dengan benar maka penerima harus mengetahui:
1. Bit rate yang digunakan (lamanya waktu tiap-tiap sel bit).
2. Awal dan akhir dari setiap elemen (karakter atau byte). 3. Awal dan akhir dari tiap-tiap blok pesan lengkap atau frame.
Ketiga hal diatas masing-masing dikenal dengan sinkronisasi bit atau
karakter dan sinkronisasi byte atau karakter dan sinkronisasi blok atau frame. Pada umumnya sinkronisasi dilakukan dengan satu dari dua cara. Cara yang digunakan
biasanya ditransmisikan secara independen dan receiver mesinkronkan kembali
awal dari setiap karakter baru yang diterimanya. Transmisi seperti ini disebut Transmisi Asinkron. Pada gambar 2.7 memperlihatkan transmisi asinkron
sederhana [6].
Gambar 2.7 Transmisi Asinkron
Jika data yang ditransmisikan tersusun dari blok data yang lengkap yang
masing-masing berisi banyak byte atau karakter, maka clock transmitter dan receiver haruslah serempak dalam interval waktu yang panjang. Transmisi seperti
ini disebut Transmisi Sinkron. Pada gambar 2.8 memperlihatkan transmisi sinkron [6].
2.3.3 Media Transmisi
Pentransmisian sinyal listrik diantara dua peralatan membutuhkan medium transmisi yang biasanya dalam bentuk saluran transmisi. Umumnya saluran
transmisi sendiri dari dari sepasang konduktor (penghantar) atau kawat. Namun demikian pentransmisian biasa juga dilakukan dengan melewatkan berkas cahaya melalui fiber glass atau biasa juga dengan gelombang elektromagnetik melalui
ruang bebas. Jenis medium transmisi yang digunakan adalah sangat penting karena ia menentukan laju maksimum digit-digit biner perdetik (bps) yang dapat
ditransmisikan [6].
2.4 Parameter Kinerja
Baik atau buruknya suatu kualitas suatu algoritma penjadwalan dapat
ditentukan dengan menetapkan parameter-parameter pengukuran. Parameter dimaksud agar dalam menganalisa efektivitas suatu algoritma penjadwalan dapat dilakukan dari sudut pandang yang sama [7]. Beberapa parameter QoS yang
digunakan pada Tugas Akhir ini antar lain: packetloss, delay, jitter, dan PSNR. Setalah mengetahui nilai-nilai yang didapat dari setiap pengukuran, maka kita dapat menetapkan bahwa jaringan tersebut berkualitas atau tidak.
a. Packet Loss
Suatu Kondisi dimana seluruh paket yang hilang dengan seluruh paket yang
dikirimkan mulai dari sumber atau dalam perjalanan. Salah satu penyebab paket loss adalah antrian yang melebihi kapasitas buffer pada setiap node. Persamaan
2.1 merupakan rumus untuk mencari packetloss [8].
b. Delay
Dapat diartikan sebagai keterlambatan dalam transmisi atau total waktu tunda suatu paket yang diakibatkan oleh proses transmisi dari titik asal ke
tujuannya. End-to-end delay terdiri dari dua bagian, yaitu fixed network delay dan variable delay [9]. Fixed network delay terdiri dari tiga bagian, yaitu :
- Delay Propagasi
Delay propagasi adalah waktu yang dibutuhkan untuk merambatkan paket data/informasi melalui media transmisi dari server ke client. Delay propagasi
tergantung antara sumber dan tujuan ataupun antara sumber dengan hop terdekat, dan juga dipengaruhi oleh jenis saluran yang dilewatinya. Delay propagasi akan
menjadi masalah yang serius pada hubungan jarak jauh [9]. - Delay Serialisasi
Delay serialisasi disebut juga sebagai delay transmisi. Delay transmisi
adalah waktu yang dibutuhkan perangkat untuk menyinkronkan paket pada tingkat output yang ditentukan. Keterlambatan transmisi ini adalah fungsi dari bandwidth
dan ukuran paket.
- Delay processing
Delay processing adalah delay yang terjadi saat proses coding, compression, decompression dan decoding. Sedangkan variabel network delay
terdiri:
- Queuing delay
Queuing delay adalah delay akibat waktu tunggu paket sampai dilayani
pada trunk [10].
Packet delay adalah delay yang disebabkan oleh waktu yang diperlukan
untuk proses pembentukan IP dari informasi user. Delay ini hanya terjadi sekali saja yaitu di sumber informasi [11]. Adapun jenis delay yang diteliti pada Tugas
Akhir ini adalah paket delay. Persamaan 2.2 menunjukkan cara mencari nilai delay [12].
∑
c. Jitter
Jitter adalah variasi dari delay atau variasi waktu kedatangan paket diterminal tujuan. Adapun penyebab jitter, diantaranya adalah peningkatan trafik
secara tiba-tiba sehingga menyebabkan penyempitan bandwidth dan menimbulkan antrian. Selain itu, kecepatan terima dan kirim paket dari setiap node juga dapat menyebabkan jitter. Untuk menghitung jitter terlihat dipersamaan 2.3.
d. Peak Signal to Noise ratio (PSNR)
PSNR adalah perbandingan antara nilai maksimum dari sinyal yang diukur
dengan besarnya derau yang berpengaruh pada sinyal tersebut. PSNR biasanya diukur dalam satuan decibel (db). PSNR digunakan untuk mengetahui perbandingan kualitas citra cover sebelum dan sesudah disisipkan pesan. Mean
Square Error (MSE) adalah nilai error kuadrat rata-rata antara citra asli (cover-image) dengan citra hasil penyisipan (stego-(cover-image). Pada dasarnya rekonstruksi
gambar diperlukan perbandingan antara gambar hasil rekonstruksi dengan gambar asli [13]. PSNR dapat dinyatakan dengan persamaan 2.4.
MSE adalah sebagai mean square error yang dinyatakan dalam persamaan 2.5.
∑ ∑ ( )
Dimana Cmax2 dapat dinyatakan dengan persamaan 2.6.
BAB III
WiMAX DAN PEMBANGUN SIMULASI
3.1 Umum
WiMAX adalah sebuah teknologi wireless broadband yang menyediakan
solusi mendukung bandwidth yang lebih tinggi dan beberapa kelas layanan dengan berbagai kualitas kebutuhan pelayanan [1]. Teknologi ini banyak
memberikan keunggulan dari teknologi sebelumnya baik dari kecepatan, jangkauan, kualitas layanan dan juga tetap baik pada kondisi Non Line of Sight (NLOS), aplikasinya baik untuk fixed, nomadic, portable maupun mobile [2].
Pada bab ini menjelaskan bagaimana cara mengambil data dengan mensimulasikan metode bandwidth request dengan NS-2. Pada WiMAX terdapat
bagian uplink dan downlink, dimana pada sisi uplink terdapat mekanisme bandwidth request yang akan dibahas. Sebuah video trace digunakan sebagai
sumber trafik yang diproses, untuk menyelidiki bagaimana pengaruh bandwidth
request terhadap kualitas video tersebut, dibangun sebuah simulasi dengan NS-2. Untuk menguji kinerja bandwidth request, parameter seperti packet delay, packet loss, jitter, dan PSNR dihitung dari data. Adapun mekanisme bandwidth request
yang dibandingkan adalah polling, piggyback dan contention request.
3.2 Standart WiMAX
IEEE 802.16 merupakan standard dari WiMAX yang digabungan dengan
ETSI HiperMAN. Dari awal terbentuknya standard IEEE 802.16 bekerja direntang frekuensi 10-66 GHz, tetapi kemudian IEEE mengembangkan 802.16a
rendah yaitu sebesar 2-11 GHz, dimaksud agar mudah diatur, dan tidak
memerlukan Line of Sight (LOS). WiMAX dapat mencakup area sekitar 50 km dan kecepatan pengiriman data sebesar 70 Mbps [14]. Kemudian WiMAX terus
mengalami perkembangan hingga memiliki beberapa varian pada standartnya,yaitu :
a. Standar IEEE 802.16
Standar 802.16 beroperasi pada rentang frekuensi 10–66GHz, memungkinkan komunikasi NLOS dari BS ke MS dengan adaptive modulation dan teknologi
Orthogonal frequency-division multiplexing (OFDM). Standar ini juga telah
menerapkan teknik error correction, transmit-receive diversity, dan power control, serta sistem penjaminan kualitas layanan, QoS [15].
b. IEEE 802.16a
Menggunakan frekuensi 2-11 GHz, dapat digunakan untuk daerah NLOS. Standart ini mulai dikenalkan pada januari 2003. Terdapat 3 bagian pada physical
layer didalam 802.16a, yaitu :
- Wireless MAN-SC : menggunakan format modulasi single carrier.
- Wireless MAN-OFDM : menggunakan OFDM dengan 256 poin Fast Fourier Transform (FFT).
- Wireless MAN-OFDMA : mengunakan Orthogonal Frequency Division Multiple Access (OFDMA) dengan 2048 point Fast Fourier Transform
(FFT) [16].
c. IEEE 802.16d
Standar ini merupakan gabungan 802.16 dan 802.16a dengan beberapa
operasinya 11 GHz. Standar ini telah dikenalkan pada 24 Juni 2004. Terdapat dua
pilihan dalam tranmisi pada 802.16d yaitu Time Division Duplex (TDD) maupun Frequency Division Duplex (FDD) [16].
d. IEEE 802.16e
IEEE 802.16e-2005 merupakan standart yang digunakan untuk aplikasi portable dan mobile, standart ini telah difinalisasi di akhir tahun 2005. Terdapat
perbedaan dengan standart sebelumnya, maka antara standart 802.16d dan 802.16e tidak bisa dilakukan interoperability sehingga diperlukan hardware
tambahan bila akan mengoperasikan 802.16e [16].
3.3 Bandwidth Request
Ketika SS membutuhkan bandwidth untuk koneksi, ia akan mengirimkan
pesan yang berisi permintaan langsung ke BS. QoS untuk sambungan didirikan pada pembentukan koneksi dan dicari oleh BS. Pada awal jaringan difungsikan, pada umumnya request bandwidth dilakukan dengan mengirim paket request
bandwidth yang berada dalam subframe uplink. Besarnya paket bandwidth request adalah 6 byte. SS menggunakan Uplink subframe untuk mentransmisikan informasi termasuk bandwidth request pada BS. Jumlah paket yang akan
ditransmisikan menententukan besarnya ukuran dari uplink subframe [17].
SS menerapkan mekanisme bandwidth request untuk alokasi bandwidth uplink
pada BS. Permintaan bandwidth akan tetap dilakukan pada setiap basis koneksi
yang terbentuk. Request bandwidth dapat dilakukan dengan mengirim paket request bandwidth dalam uplink sub-frame atau dengan menumpangkan
Pada uplink WiMAX terdapat mekanisme bandwidth request, yang mana
bandwidth tersebut menyediakan jalur untuk paket yang dikirim dari SS ke BS.
Paket yang dikirim akan melalui tahapan yang dibedakan melalui jenis paket yang
akan dilewatkan. Hal ini begitu penting karena saat ini sudah banyak jenis data dan data tersebut sudah dikelompokkan berdasarkan kelas masing-masing. Penyediaan jalur yang tepat akan memudahkan penggunakan mengirim dan
menerima paket. Seperti melewatkan jenis paket berupa video, maka bandwidth harus lebar. Jadi pada uplink frame disisi bandwidth request jenis paket akan
mempengaruhi jenis request sekaligus dialokasikan berdasarkan jenis request. Adapun jenis request tersebut adalah polling-based bandwidth request, piggyback request adaptation, dan contention-based banwidth request. Pada gambar 3.1
menunjukkan mekanisme dan alokasi bandwidth request.
3.3.1 Polling-Based Bandwidth Request
Menurut ketersediaan bandwidth, ada tiga jenis polling yaitu: unicast, multicast, dan broadcast. Metode unicast polling hanya dapat digunakan jika BS
memiliki cukup bandwidth untuk diberikan ke seluruh masing-masing SS[3]. Jika bandwidth yang diminta tidak mencukupi, maka beberapa SS harus melewati
pemilihan oleh multicast polling atau broadcast polling, dengan algoritma yang
digunakan dalam multicast atau broadcast polling dimaksud agar kemungkinan terjadi perebutan besar bandwidth dapat dikurangi. Dengan demikian maka
metode bandwidth request dapat digunakan sebagai mekanisme peningkatan kualitas QoS pada masing-masing SS [17].
3.3.2 Piggyback Request Adaptation
Pada saat SS mengirimkan suatu paket hal yang mungkin terjadi adalah perebutan bandwidth. Hal ini dapat diminimalkan dengan cara “piggyback” atau menumpangkan paket bandwidth request ke paket yang sedang dikirim. Ternyata
hal ini dapat meningkatkan troughput karena setiap paket bandwidth request ditumpangkan ke paket lain yang sedang dikirim. Tetapi untuk mendapatkan troughput maksimum, maka perlu untuk mempertahankan backlog data yang
membawa paket dari awal dan memastikan SS mampu untuk menjamin memuatan data secara maksimal [19]. Mekanisme piggyback merupakan salah satu
keunggulan yang dimiliki oleh WiMAX.
3.3.3 Contention-Based Bandwidth Request
MAC layer pada IEEE 802.16 telah menerapkan aturan untuk skema
ditetapkan dibagian slot subframe UL. Periode contention dibagi menjadi integer
jumlah dari peluang transmisi. Setiap peluang transmisi hanya memungkinkan untuk mengirim satu request bandwidth. Jika lebih dari itu dengan peluang
transmisi yang sama, maka tabrakan terjadi. Karena pada sisi SS sama sekali tidak merasakan bahwa saluran UL yang digunakan menyebabkan tabrakan atau saling timpang tindih, karena SS hanya dapat mengetahui keberhasilan transmisi dari
request bandwidth yang dikirimnya melalui respon yang diterima dalam bentuk
bandwidth di frame yang berikutnya.
Sebuah stasiun yang tidak menerima tanggapan atas permintaan bandwidth dalam tenggang waktu tertentu (maksimal 10 ms) mengasumsikan bahwa tabrakan
terjadi atau sumber daya tidak tersedia di BS. Dalam kedua kasus, karena SS tidak dapat menentukan penyebabnya, maka diasumsikan kembali bahwa tabrakan telah terjadi dan untuk menyelesaikan tabrakan yang terjadi maka digunakan prosedur back-off biner eksponensial [20].
3.4 Quality of Service (QoS)
Teknologi WiMAX merupakan teknologi yang dilengkapi fitur-fitur Qos. Jenis-jenis QoS disesuaikan dengan permintaan penggunaan pada saat awal
perangkat di set-up, jika tidak BS akan melakukan perubahan tipe layanan sesuai dengan permintaan dari pengguna. Tidak hanya itu WiMAX juga mampu
memantau keadaan kanal transmisi (air interface) secara real time agar bandwidth yang di berikan ke pengguna tetap seperti yang diharapkan [16]. QoS dapat
Unsolicited Grant Service (UGS), Real-time Polling Service (rtPS), Non-Real
Time Polling Service (nrtPS), Best Effort (BE).
1. Unsolicited Grant Service (UGS)
UGS berfungsi untuk layanan yang membutuhkan jaminan transfer data dengan prioritas paling utama. Layanan dengan ktiteria UGS memiliki cirri-ciri yang membutuhkan jaminan real time dan baik digunakan untuk layanan yang
sensitif terhadap throughput, maksimum latency dan jitter Contoh: untuk aplikasi VoIP.
2. Real-time Polling Service (rtPS)
Lebih tepat untul layanan yang sensitif terhadap throughput dan latency
tetapi dengan toleransi yang lebih longgar bila dibandingkan dengan UGS. Contoh: aplikasi MPEG video dan video conference.
3. Non-Real Time Polling Service (nrtPS)
Efektif untuk aplikasi non real-time yang mebutuhkan jaminan terhadap performansi. Contohnya untuk layanan non real time seperti aplikasi video dan audio streaming.
4. Best Effort (BE)
membutuhkan jaminan kecepatan data (best effort). Tidak ada jaminan (requirement) pada rate atau delaynya. Contohnya untuk aplikasi internet (web
browsing), email, FTP [21].
Pada WiMAX ada sebagian fitur yang manjamin proteksi QoS yang kuat
QoS WiMAX tetap memungkinkan penyedia layanan mengatur trafik atas dasar
persetujuan layanan pelanggan pada basis link-by-link [22].
3.5 Network Simulator 2
Network simulator (NS) awalnya dibangun sebagai varian dari real
network simulator pada tahun 1989 di UCB (University of California Berkeley).
Pada tahun 1995 pembangunan network simulator dibangun didukung oleh
Defense Advenced Research Project Agency (DARPA) melalui Virtual Internet Testbed (VINT) Project, yaitu sebuah tim riset gabungan yang terdiri dari tenaga ahli [23].
3.5.1 Kelebihan NS
Terdapat beberapa keuntungan dalam menggunakan NS dalam melakukan proses simulasi dalam hal membantu menganilis riset atau tugas perkuliahan. NS dilengkapi dengan tool validasi yaitu tool yang digunakan sebagai penguji validasi
yang terdapat pada NS [23].
Dengan menggunakan NS simulasi yang dibuat jauh lebih mudah
dilakukan dari pada menggunakan softwere seperti Delphi atau C++. NS sendiri bersifat open source yang membuat pengguna NS dengan mudah
mengembangkannya.
3.5.2 Menjalankan Skrip NS
Cara membuat skrip simulasi NS sangat sederhana, skrip ini bisa dibuat
Untuk menjalankan simulasi tersebut cukup dengan masuk kedalam folder
dan mengetikkan NS serta nama file berformat tcl simulasi yang ingin dijalankan contohnya [root@accessnet your_folder]# ns simulasi.tcl [23].
3.5.3 Komponen Pembangun NS
Sebelum membangun simulasi melalui NS-2 hendaknya kita mengenal komponen pembangun NS. Pada masing-masing komponen terdapat juga fungsi
yang digunakan untuk keperluan pembuatan simulasi. Komponen pembangun NS ditunjukkan seperti gambar 3.2.
Gambar 3.2 Komponen Pembangun NS [24]
NS-2 juga dapat digunakan untuk mensimulasikan protokol jaringan
(TCPs/UDP/RTP), Traffic behavior (FTP, Telnet, CBR, dan lain-lain), Queue management (RED, FIFO, CBQ), algoritma routing unicast (Distance Vector,
Link State) dan multicast (PIM SM, PIM DM, DVRMP, shared tree dan Bidirectional Shared Tree), aplikasi multimedia yang berupa layered video, quality of service video-audio dan transcoding. NS juga mengimplementasikan
IP, Wireless LAN), bahkan simulasi hubungan antar node jaringan yang
menggunakan media satelit [24].
3.5.4 Bahasa TCL dan OTCL
a. TCL
Tcl (Tool Command Language) merupakan string-based command language, bahasa Tcl diciptakan oleh John Ousterhout sekitar tahun 1980-an. Tcl
didesain sebagai “perekat” yang membangun softwere building block menjadi
suatu aplikasi. Adapun dasar-dasar dalam membuat bahasa Tcl adalah syntax dasar, variable dan array, repetisi (loop), perintah kondisional, comment, dan
prosedur.
Nama prosedur, build in command, variable dan array bersifat case
sensitive, artinya andai nama prosedur dan variabel sama, keduanya tidak akan
saling konflik saat simulasi dijalankan [23].
b. OTCL
OTCL (Object Oriented TCL) merupakan ekstensi tambahan dari Tcl yang
membuat fungsi object oriented pada Tcl agar dapat didefeniskan dan class Otcl dapat digunakan.
3.5.5 Output Simulasi NS
Saat simulasi yang dijalankan berakhir, maka NS akan membuat satu atau lebih file keluaran berupa text-based yang berisi detail hasil simulasi. Ada dua
3.6 Evaluation Video (EvalVid)
Evaluation Video (EvalVid) adalah metode pengukuran kualitas video yang dikembangkan oleh University of Berlin, Telecommunication Network
Group. Didalam Evalvid terdapat framework dan berbagai tool yang dapat
digunakan sebagai pengevaluasi video baik yang ditransmisikan lewat jaringan komunikasi yang nyata ataupun simulasi. Evalvid biasa digunakan untuk
menghitung kualitas video berdasarkan perhitungan PSNR dari frame-by-frame. EvalVid memiliki struktur modular, sehingga memudahkan pengguna untuk
mengganti codec dan memungkinkan untuk terjadinya pertukaran jaringan. Pada Gambar 3.3 menggambarkan struktur framework EvalVid [25].
Gambar 3.3 Struktur Framework EvalVid
Framework evaluasi ini berisi transmisi yang lengkap dari video digital mulai dari source video, reordering pada source, encoding, paketisasi, transmisi
jaringan, reduksi jitter oleh buffer play-out, decoding, hingga video yang diterima oleh end-user. Data yang diperoleh dari evaluasi akan diproses pada arus
file-file ini digunakan untuk memperoleh hasil yang diinginkan, misalnya, loss
rate, jitter, dan kualitas video [25].
Evaluasi data dilakukan disisi pengirim, sehingga informasi dari penerima
harus dipindahkan kesisi pengirim. Teori praktisnya, video baku yang terkompresi sangat besar, misalnya ukuran video tersebut 680 MB untuk 3 menit PDA-screen. Di sisi lain EvalVid ini merekontruksi video yang akan ditampilkan dari informasi
yang tersedia di sisi pengirim. Informasi tambahan yang diperlukan pada sisi penerima adalah file yang yang di tandai dengan waktu di setiap paket yang
diterima [25].
3.7 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penulisan Tugas Akhir ini adalah
melalui studi literatur terhadap bandwidth request yang ada. Metode yang dilibatkan dalam evaluasi kinerja adalah mekanisme yang umum digunakan dalam sub-frame uplink bandwidth request WiMAX yang terkait dengan video.
Selanjutnya metode evaluasi kinerja mekanisme bandwidth request adalah melalui simulasi. Simulasi dirancang dengan menggunakan bahasa pemrograman network simulator 2 (NS-2) melalui perangkat lunak Linux Ubuntu.
3.8 Topologi Jaringan
Topologi yang digunakan adalah point-to-multipoint, yaitu terdapat satu BS yang melayani beberapa SS. Pada penelitian ini terdapat empat SS yang
ditetapkan, tiap SS akan melakukan proses dari mekanisme bandwidth request.. SS mengirimkan video menggunakan WiMAX ke BS, dan kemudian BS
adalah NS-2 dengan tambahan modul QoS included WiMAX untuk simulasi
jaringan, dan Evalvid untuk evaluasi kualitas video [2]. Pada gambar 3.4 menunjukkan skema sederhana dari topologi jaringan point-to-multipoint.
Gambar 3.4 Topologi Point-to-Multipoint
3.9 Pemodelan dan Asumsi
Disini terlihat apa saja yang dimodelkan pada simulasi jaringan WiMAX
dan apa saja asumsi-asumsi yang dibuat agar tercapai hasil yang diinginkan. Pemodelan dibuat dengan motode-metode pendekatan saja yang dibuat sesuai
dengan asumsi-asumsi yang sudah ditentukan.
3.9.1 Pemodelan
Pemodelan jaringan dilakukan berdasarkan MAC-Layer dan Phy-layer, dimana pada simulasi akan ditetapkan parameter-parameternya. Pada MAC-layer
mengatur parameter QoS dan kontrol penjadwalan yang diletakkan pada sisi BS. Sedang pada Phy-layer diatur topologi, modulasi dan bandwidth. Kemudian
wireless node juga mengatur parameter berupa tipe kanal, model propagasi radio,
network interface, tipe MAC, link layer, jenis antena, dan routing protocol. Pada
Gambar 3.5 Pemodelan Parameter Jaringan Simulasi
3.9.2 Asumsi
Pada simulasi diasumsikan dengan jumlah BS satu dan terdapat empat user (SS). Besar coverage area BS adalah 1000m, sedang pada saat simulasi berjalan
terdapat 4 kondisi SS dilakukan secara acak/random yaitu kondisi dimana SS hanya diam ditempat kemudian mengirimkan data, lalu ada kondisi SS sedang berjalan dengan kecepatan 5km/h kemudian mengirimkan data, lalu kondisi SS
sedang berada didalam tram dengan kecepatan 16km/h kemudian mengirimkan data, dan yang terakhir SS sedang berada didalam bus dengan kecepatan 16km/h kemudian mengirimkan data. Pada keadaan tersebutlah SS mengirimkan suatu
paket data ke BS, dimaksudkan apakah keadaan dimana saat mengirimkan data pada kondisi-kondisi tersebut berpengaruh pada hasil yang diperoleh.
jarak dan kecepatan dapat berpengaruh pada paket delay dan loss yang diharapkan
tidak terlalu jauh berbeda pada SS tertentu dengan SS yang lainnya. Adapaun besar bandwidth adalah 30% untuk downlink dan 70% uplink, dimana SS meminta
bandwidth pada BS yang hanya bisa dilakukan pada kondisi uplink.
3.10 Algoritma Simulasi
Simulasi dilakukan berdasarkan pemograman berorientasi objek, dalam
hal ini NS-2 digunakan sebagai media simulasinya. Untuk mempermudah pengiriman video, maka sebelum memulai simulasi terlebih dahulu melakukan proses trace video. Proses trace tersebut bertujuan untuk memisahkan frame I,
frame P, frame B, dan frame H, kemudian frame-frame tersebut dikodekan.
Setelah proses tersebut selesai dilakukan maka dilanjutkan dengan mengatur
parameter-parameter jaringan yang dibutuhkan saat proses simulasi berjalan. Pada saat simulasi berjalan maka file video yang sudah ditrace dipanggil untuk dijadikan sebagai trafik untuk masing-masing user. Kemudian user akan
mengirimkan video tersebut melalui BS dan BS melakukan proses mekanisme bandwidth request didalam simulasi. Pada saat bersamaan dicatat durasi
pengiriman video pada NS-2 dan dicatat juga urutan paket data yang dikirimkan
dan urutan frame video pada transmisi. Dari proses tersebut didapat juga beberapa paket data yang hilang dan beberapa delay waktu pengirman yang terjadi pada
transmisi data. Kemudian untuk mendapatkan nilai PSNR video dievaluasi menggunakan perangkat lunak EvalVid. Pada gambar 3.6 menunjukan Diagram
Gambar 3.6 Diagram Alir Simulasi
Permintaan bandwidth oleh SS dilakukan secara acak, BS akan mengumpulkan permintaan oleh SS dalam frame uplink yang sama. Alokasi
bandwidth tersebut kemudian diteruskan kepada user melalui frame downlink.
User akan menerima trafik video permintaan yang sesuai dengan bandwidth yang
transmisi video. Skenario ini menerapkan mekanisme bandwidth request sebagai
salah satu cara mendapatkan hasil dari penelitian yang diinginkan.
3.11 Evaluasi kinerja
Evaluasi kinerja mekanisme bandwidth yang dilakukan pada Tugas akhir
ini yaitu menggunakan metode simulasi menggunakan bahasa pemrograman NS-2. Adapun parameter evaluasi yang digunakan untuk pengukuran kinerja
mekanisme bandwidth request adalah packet delay, packet loss, jitter dan Peak Signal to Noise Ratio (PSNR).
Evaluasi kinerja dilakukan terhadap data yang diperoleh dari simulasi,
kemudian parameter kinerja dianalisis. Untuk melihat apakah hasil simulasi dinyatakan layak, maka dapat dilihat dari standar yang direkomendasikan oleh
Internatioanl Telecommunication Union (ITU) yaitu ITU-T QoS Classes yang dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Delay (ms) <150 (Baik), 150-400 (Cukup), >400 (Buruk)
Jitter (ms)
0-20 (Baik), 20-50 (Cukup), >50 (Buruk/tidak dapat
diterima)
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Umum
Bab ini menjelaskan analisis kinerja mekanisme bandwidth request yang telah dievaluasi menggunakan metode simulasi pada bab sebelumnya. Bagian
pertama pada bab ini akan membahas analisis kinerja beberapa mekanisme bandwidth request yang sudah populer digunakan.
4.2 Kinerja Mekanisme Bandwidth Request
Dari mekanisme yang populer, penelitian membandingkan mekanisme
bandwidth request tersebut yaitu unicast polling, piggybacking, dan contention
request. Hasil pengukuran parameter kerja untuk masing–masing mekanisme
ditunjukkan dengan jumlah user sebanyak 4. Perhitungan untuk masing-masing nilai packet delay, packetloss, jitter dan PSNR merupakan nilai rata-rata dari hasil simulasi dengan menggunakan proses iterasi sebanyak 985 iterasi, sedangkan nilai
bit rate diambil dari video hasil simulasi. Adapun hasil simulasi parameter packet delay dapat dilihat pada gambar 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Simulasi Packet Delay
Dari hasil simulasi yang dilakukan terlihat bahwa packet delay pada
mekanisme unicast polling lebih besar dibanding lainnya. Dapat dilihat dari hasil packet delay pada mekanisme polling hampir mendekati nilai 1 dibandingkan
mekanisme lainnya. Hal ini dikarenakan pada unicast polling terjadinya perebutan
besar bandwidth dan kanal rentan terjadi. Kemudian hasil simulasi packet loss ditunjukkan pada gambar 4.2.
Gambar 4.2 Hasil Simulasi Packet Loss 0.0
Bit Rate Contention Request Piggybacking Unicast Polling
643 0.048890642 0.021802304 0.792749557
654 0.047880037 0.022829204 0.808525638
662 0.049192216 0.020065069 0.802481991
677 0.056525539 0.021938839 0.809214228
702 0.057387515 0.021013038 0.823760706
726 0.048528957 0.025954867 0.817482128
782 0.059400611 0.024264926 0.83756057
886 0.072001527 0.02576407 0.853943218
972 0.068855226 0.023556714 0.855045666
1203 0.079420432 0.034808505 0.88314599
Tabel 4.2 Hasil Simulasi Packet Loss
Packet Loss
Bit Rate Contention Request Piggybacking Unicast Polling
643 12.83% 3.58% 25.56% loss juga menunjukkan nilai yang cukup tinggi dibanding dengan mekanime lain.
Besar Nilai bit rate berbanding lurus dengan hasil yang ditunjukkan pada masing-masing nilai loss yang didapat. Hal ini terjadi karena pada saat BS melayani SS jenis trafik tetap dan besar bandwidth masih cukup untuk melewatkan traffik
tersebut. Kemudian hasil simulasi jitter ditunjukkan pada gambar 4.3.
Tabel 4.3 Hasil Simulasi Jitter
Jitter
Bit Rate Contention Request Piggybacking Unicast Polling
643 0.01664 0.00493 0.16529
Setiap mekaniseme yang telah dilakukan, saat pengambilan data terlihat bahwa mekanisme piggybacking lah yang lebih unggul. Itu disebabkan karena
data atau trafik yang akan dikirimkan dipilih berdasarkan jenis content kemudian ditumpangkan ke packet data yang lain. Jadi mekanisme tersebut jadi lebih efisien, hal itu terbukti dari setiap nilai yang dihasilkan dari masing-masing
parameter. Kemudian pengukuran kualitas video merupakan tahap terakhir dari simulasi ini, pengukuran dilakukan berdasarkan evaluasi dari perbandingan antara hasil file trace pengirim dan file trace penerima yang dihitung frame demi frame
[2]. Hasil simulasi PSNR terlihat pada gambar dan tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil Simulasi PSNR
Bit Rate CR Piggybacking Unicast Request
643 32.12158038 37.3617893 24.93868729
654 30.67983421 36.49818562 25.53991737
662 30.14582484 37.79030558 25.45905086
677 26.23254181 36.57080268 25.68325251
702 27.43209734 36.22804999 25.87865385
726 20.12513378 33.66853679 26.96880435
782 28.9466806 35.81892977 26.33448997
886 21.56207928 33.52948161 25.48767559
972 16.14164164 32.69442308 26.16327759
1203 12.78652174 34.25225726 24.92739967
1621 23.31975753 34.23588629 12.77464883
Pada kasus ini semakin memperlihatkan bahwa nilai PSNR dari
masing-masing mekanisme bandwidth request yang telah ditetapkan menunjukkan hasil yang berdeda jauh. Disini juga terlihat bahwa mekanisme piggyback masih jauh
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Dari hasil simulasi menunjukkan bahwa mekanisme piggybacking merupakan mekanisme yang unggul dengan nilai packet delay sebesar: 0.022 detik, packet
loss sebesar: 3.58%, jitter sebesar: 0.005 detik, dan PSNR sebesar: 37.4 dB
diikuti dengan contention request dengan nilai packet delay sebesar: 0.049, packet loss sebesar: 12.83%, jitter sebesar: 0.017 detik, PSNR sebesar: 32.1
dB, dan terakhir unicast polling dengan nilai packet delay sebesar: 0.793 detik, packet loss sebesar: 25.56%, jitter sebesar: 0.165 detik, dan PSNR sebesar: 24.9 dB pada bit rate 643.
2. Semakin tinggi bit rate cenderung berbanding lurus dengan nilai parameter packet delay, packet loss, jitter dan PSNR yang didapat.
3. Mekanisme unicast polling untuk mesing-masing parameter packet delay, packet loss, jitter dan PSNR menunjukkan kualitas terendah.
5.2 Saran
1. Untuk penelitian berikutnya agar menambahkan parameter lain seperti throughput.
2. Agar didapat perbandingan dari hasil pengukuran yang berbeda, penelitian
Daftar Pustaka
[1] M. Al-bzoor and K. Elleithy, "Wimax Basics From Phy Layer To Scheduling and Multicasting Approaches", International Journal of Computer Science &
Engineering Survey (IJCSES), vol. 2, 2011.
[2] D. Laksmiati, "Simulasi dan Analisa Kualitas Layanan Trafik Video Streaming pada WiMAX 802.16d", 2009.
[3] M. Arief, "Teknologi Jaringan Tanpa Kabel (Wireless)", Seminar Nasional Teknologi, 2007.
[4] R. Hartono and A. Purnomo, "Wireless Network", 2011.
[5] Y. P. Nugraha, "Transmisi Data Melalui Gelombang Elektromagnetik Dengan Menggunakan Modul Xbee Pro 24-Aci-001", Inovasi Fisika Indonesia 2.03,
2013.
[6] M. Zulfin, "Komunikasi Data", Universitas Sumatera Utara, 2004.
[7] H. Putri, R. Pudji Astuti dan S. Naning Hertiana, "Analisis Dan Simulasi Performansi Mekanisme Bandwidth Request Grant Layanan Streaming Dalam Jaringan WIMAX 802.16e", Laporan Tesis, 2012.
[8] C. Lumezanu, K. Guo, N. Spring and B. Bhattacharjee, "The Effect of Packet Loss on Redundancy Elimination in Cellular Wireless Networks", Proceedings of the 10th ACM SIGCOMM conference on Internet
measurement. ACM, 2010.
Elektro 7.1, 2013.
[10] J. Brevik, D. Nurmi and R. Wolski, "Predicting Bounds on Queuing Delay for Batch-scheduled Parallel Machines", Proceedings of the eleventh ACM SIGPLAN symposium on Principles and practice of parallel programming.
ACM, 2006.
[11] K. Lai and M. Baker, "Measuring Link Bandwidths Using a Deterministic Model of Packet Delay", ACM SIGCOMM Computer Communication Review, 2000.
[12] M. Zaharia and e. al, "Delay scheduling: a Simple Technique for Achieving Locality and Fairness in Cluster Scheduling", Proceedings of the 5th European conference on Computer systems. ACM, 2010.
[13] A. Cheddad, J. Condell, K. Curran and P. Mc Kevitt, "Digital image steganography: Survey and Analysis of Current Methods", Signal Processing
90.3, 2010.
[14] A. Sarif, A. Hidayatno and I. Santoso, "Analisis Kinerja Protokol Tcp pada Sistem WiMAX", Makalah Seminar Tugas Akhir,2011.
[15] E. Rosmaini, "Kualitas Layanan pada Jaringan Nirkabel Worldwide Interoperability for Microwave Access (WiMAX)", 2011.
[16] I. Kurnia Hariman, "Perpormasi Sistem Mobile Wimax Berbasis Low Density Parity Check Code", 2008.
[17] Liu. Cheng-Yueh, Chen. Yaw-Chung, "An Adaptive Bandwidth Request Scheme for QoS Support in WiMAX Polling Services", The 28th
2008.
[18] E.C. Park, "Efficient Uplink Bandwidth Request With Delay Regulation for Real-time Service in Mobile WiMAX Networks", Mobile Computing, IEEE Transactions on 8.9, 2009.
[19] J. M. Westall, Affiliate, I. CS, J. J. Martin, Member and IEEE, "Performance Characteristics of an Operational WiMAX Network", Mobile Computing, IEEE Transactions on 10.7, 2011.
[20] Fallah, Yaser Pourmohammadi, et al, "Analytical Modeling of Contention-Based Bandwidth Request Mechanism in IEEE 802.16 Wireless Networks",
Vehicular Technology, IEEE Transactions on 57.5, 2008.
[21] D. Annisa, H. S. Naning and S. Sumaryo, "Analisa Performansi Mekanisme Bandwidth Request-Grant dalam Jaringan Wimax",2009.
[22] T. Sri Widodo, 2008, "Teknologi Wimax untuk Komunikasi Digital Nirkabel Bidang Lebar", Yokyakarta: Graha Ilmu.
[23] A. Bayu Wirawan dan E. Indarto, 2004, "Mudah Membangun Simulasi dengan Network Simulator-2", Yokyakarta: Andi.
[24] S. Aji Sasongko, Sukiswo and A. Ajulian Zahra, "Analisis Performansi dan Simulasi Protokol Zrp (Zone Routing Protocol) Pada Manet (Mobile Ad Hoc Network) Dengan Menggunakan NS-2", Diss. Universitas Diponegoro, 2012.
[25] J. Klaue, B. Rathke and A. Wolisz, "EvalVid - A Framework for Video Transmission and Quality Evaluation", Computer Performance Evaluation. Modelling Techniques and Tools. Springer Berlin Heidelberg, 2003.
[standards in a NUTSHELL] Signal Processing Magazine,IEEE24.5, 2007.
[27] Johan, "Perbandingan Bit Rate Antara Ofdm-Tdma dengan Ofdma pada Teknologi WiMAX", 2008.