PEMBERIAN WAFER SUPLEMEN PAKAN MENGANDUNG DAUN
LAMTORO (
Leucaena leucocephala
) UNTUK MENINGKATKAN
PERFORMA DOMBA LOKAL
SUDARSIH
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemberian Wafer Suplemen Mengandung Daun Lamtoro (Leucaena leucocephala) untuk Meningkatkan Performa Domba Lokal adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Sudarsih
ABSTRAK
SUDARSIH. Pemberian Wafer Suplemen Pakan Daun Lamtoro (Leucaena leucocephala) untuk Meningkatkan Performa Domba Lokal. Dibimbing oleh YULI RETNANI dan IDAT GALIH PERMANA.
Produksi hijauan untuk ternak ruminansia berfluktuatif dan bergantung pada musim. Pemberian hijauan saja tidak cukup untuk meningkatkan produktivitas ternak, maka wafer suplemen pakan adalah salah satu alternatif. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan performa domba lokal dengan pemberian wafer suplemen pakan. Penelitian ini menggunakan 12 ekor domba lokal dengan rataan bobot badan 24.54±10.51 kg, menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 3 kelompok sebagai ulangan. Perlakuan terdiri dari P0 = ransum basal + 0% wafer suplemen pakan (kontrol); P1 = ransum basal + 5% wafer suplemen pakan; P2 = ransum basal + 10% wafer suplemen pakan; P3 = ransum basal + 15% wafer suplemen pakan. Parameter yang diukur adalah konsumsi bahan kering, konsumsi protein kasar, pertambahan bobot badan harian, konversi pakan, dan Income Over Feed Cost (IOFC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi bahan kering, konsumsi protein kasar, pertambahan bobot badan harian, konversi pakan dan IOFC nyata (p<0.05) dipengaruhi oleh perlakuan. Pemberian wafer suplemen pakan hingga level 15% mampu meningkatkan performa domba lokal.
Kata kunci : domba, efisiensi pakan, performa, suplemen pakan, wafer.
ABSTRACT
SUDARSIH. Wafer Feed of Leucaena leucocephala to Increase Performance of Local Sheep. Supervised by YULI RETNANI and IDAT GALIH PERMANA.
Forage production for ruminant is fluctuative and it depend on season. Forage supply is not enough to increase livestock productivity, so wafer of fed supplement is one of alternative. This research was aimed to increase performance of local sheep with wafer of feed supplemented. This research used 12 heads of local sheep with initial body weight were 24.54±10.51 kg and allocated to Randomized Block Design (RBD) with 4 treatments and 3 blocks of replicate. Treatments were P0 = basal diet + 0% wafer of feed supplement (control); P1 = basal diet + 5% wafer of feed supplement; P2 = basal diet + 10% wafer of feed supplement; P3 = basal diet + 15% wafer of feed supplement. Results showed significantly affect (p<0.05) for dry matter consumption (g head-1 day-1), crude protein consumption (g head-1 day-1), body weight gain (g head-1 day-1), feed efficiency and income overfeed cost (Rp). Wafer feed supplements up to the level of 15% were able to increase performance of local sheep.
Judul Skripsi : Pemberian Wafer Suplemen Pakan Mengandung Daun Lamtoro (Leucaena leucocephala) untuk Meningkatkan Performa Domba Lokal
Nama : Sudarsih
NIM : D24100023
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Yuli Retnani, MSc Pembimbing I
Dr Ir Idat Galih Permana, MSc Agr Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul Pemberian Wafer Suplemen Pakan Mengandung Daun Lamtoro (Leucaena leucocephala) untuk Meningkatkan Performa Domba Lokal berhasil diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Penulisan skripsi ini berdasar pada keinginan penulis untuk menggali potensi hasil ikutan pohon lamtoro yaitu daun lamtoro (Leucaena leucocephala) sebagai salah satu alternatif suplemen pakan ternak yang dijadikan ke dalam bentuk wafer. Hal tersebut dilakukan karena penulis melihat pemanfaatan daun lamtoro belum terlalu optimal. Penulis menyusun skripsi ini berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret hingga Mei 2014.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skipsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik, saran, dan masukan yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa mendatang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan informasi baru dalam dunia peternakan dan dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xii
PENDAHULUAN 1
METODE 2
Bahan 2
Ternak ... 2
Ransum ... 2
Alat 3 Waktu dan Lokasi Penelitian 3 Prosedur Penelitian 3 Pembuatan Wafer Suplemen Pakan ... 3
Persiapan Kandang... 4
Pengelompokan Ternak ... 4
Pemeliharaan ... 4
Rancangan Percobaan dan Analisis Data 4 Perlakuan... 4
Rancangan Percobaan ... 4
Analisis Data ... 4
Peubah yang Diamati ... 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Wafer Suplemen Pakan Mengandung Daun Lamtoro 6
Konsumsi Bahan Kering 7
Konsumsi Protein Kasar 8
Pertambahan Bobot Badan Harian 9
Konversi Pakan 9
Perhitungan IOFC 10
SIMPULAN DAN SARAN 11
Simpulan 11
Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
LAMPIRAN 14
RIWAYAT HIDUP 17
DAFTAR TABEL
1 Kandungan nutrisi bahan pakan penelitian 3
2 Konsumsi pakan domba selama penelitian 6
3 Konsumsi protein kasar selama penelitian 7
4 Pertambahan bobot badan harian domba 9
5 Konversi pakan penelitian 10
6 Perhitungan IOFC domba selama penelitian 11
DAFTAR GAMBAR
1 Bentuk Fisik Wafer Suplemen Pakan mengandung Daun Lamtoro 6
2 Cara Pemberian Wafer Suplemen Pakan 6
DAFTAR LAMPIRAN
1 ANOVA pertambahan bobot badan harian 14
2 Uji jarak berganda Duncan pertambahan bobot badan harian 14
3 ANOVA konsumsi bahan kering 14
4 Uji jarak berganda Duncan konsumsi bahan kering 15
5 ANOVA konsumsi protein kasar 15
6 Uji jarak berganda Duncan konsumsi protein kasar 15
7 ANOVA konversi pakan 15
8 Uji jarak berganda Duncan konversi pakan 16
9 ANOVA IOFC 16
PENDAHULUAN
Kebutuhan akan konsumsi daging sebagai salah satu pangan sumber protein hewani semakin meningkat seiring dengan peningkatan populasi penduduk. Namun, peningkatan kebutuhan ini belum diiringi dengan peningkatan penyediaan daging yang mencukupi. Domba termasuk salah satu komoditi ternak yang ikut berperan dalam pemenuhan kebutuhan daging di Indonesia. Berdasarkan Data Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan pada tahun 2011 secara nasional populasi ternak domba mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebanyak 9.93% menjadi 11.79 juta ekor (Ditjennak 2012). Kendala yang sering ditemui diantaranya masih rendahnya produktivitas domba akibat kualitas pakan yang rendah dan kuantitasnya yang tidak memadai, sehingga perlu adanya teknologi pakan yang mampu menunjang kebutuhan ternak.
Pakan merupakan salah satu faktor penentu produktivitas ternak, sehingga ketersediaan pakan yang berkualitas baik merupakan persyaratan untuk pengembangan ternak di suatu wilayah (Retnani et al. 2010). Pakan ruminansia terdiri dari hijauan sebagai sumber serat. Hijauan merupakan bahan pakan pokok ternak ruminansia yang pada umumnya terdiri atas daun-daunan yang berasal dari rumput-rumputan, tanaman biji-bijian atau jenis kacang-kacangan (BPMPT 2011). Pemberian pakan berupa hijauan saja tidak mampu meningkatkan atau memaksimalkan produksi ternak. Selain karena sifat hijauan yang voluminous (bulky) juga ketersediaannya yang berfluktuasi (Retnani et al. 2010) sehingga perlu adanya teknologi pengolahan pakan yang membuat pakan lebih tahan lama dan mudah disimpan serta memiliki palatabilitas tinggi. Menurut Tangendjaja (2009) teknologi pakan mencakup semua teknologi mulai dari penyediaan bahan pakan sampai ransum diberikan kepada ternak. Wafer suplemen pakan merupakan salah satu teknologi pengolahan pakan yang menggunakan teknologi sederhana sehingga mudah diterapkan.
ASAE (1994) menyebutkan bahwa wafer merupakan suatu bahan yang memiliki dimensi (panjang, lebar, dan tinggi) dengan komposisi terdiri dari beberapa serat yang sama atau seragam. Menurut Retnani (2011) bahan yang digunakan untuk pembuatan pakan ternak berbentuk wafer ini bisa berasal dari hijauan pakan berupa rumput, limbah pertanian dan perkebunan serta konsentrat yang berasal dari biji-bijian. Pakan wafer yang terdiri atas bahan-bahan penguat, sumber mineral, vitamin dan protein merupakan suplemen pakan lengkap yang sangat dibutuhkan ternak untuk meningkatkan produktivitasnya (Retnani 2011). Menurut Trisyulianti et al. (2003) pembuatan wafer merupakan suatu bentuk pakan yang memiliki bentuk fisik kompak dan ringkas sehingga diharapkan dapat memudahkan dalam penanganan dan transportasi, serta memiliki kandungan nutrisi yang lengkap dan menggunakan teknologi yang relatif sederhana sehingga mudah diterapkan.
Lamtoro merupakan leguminosa yang mudah beradaptasi dan bisa tumbuh dengan baik di lahan yang kritis karena memiliki perakaran yang panjang (Jones
2
dengan level 10% mampu meningkatkan pertambahan bobot badan harian 69% lebih tinggi dari pedet sapi bali yang hanya diberi pakan konvensional (Retnani et al. 2013). Lamtoro termasuk hijauan yang bernilai gizi tinggi namun pemanfaatannya sebagai pakan ternak pemberiannya perlu dibatasi, karena lamtoro mengandung beberapa anti nutrisi seperti mimosin, asam sianida (HCN) dan tanin (Jones et al. 1984). Pada ruminansia mimosin dapat diubah menjadi 3 hidroxy-4(H)-pyridone (DHP) bersifat goitrogenik dan jika tidak didegradasi dapat menimbulkan rendahnya level thyroxine dalam serum darah, ulceration dari oesophagus dan retikulorumen, saliva berlebihan dan pertambahan bobot badan rendah, khususnya bila diberikan lebih dari 30% dalam ransum. Adanya zat antinutrisi dalam hijauan lamtoro tidak mengurangi nilai manfaatnya sebagai pakan hijauan yang berkualitas. Salah satu cara mengurangi resiko keracunan pada ternak ruminansia yaitu dengan pencampuran daun lamtoro dengan hijauan pakan lainnya. Cara lain yaitu dengan proses pemanasan (pengeringan atau pelayuan) dan perendaman dalam air panas (Askar 1997).
Penggunaan daun lamtoro telah banyak dimanfaatkan untuk ternak ruminansia sebagai pengganti hijauan, namun adanya kandungan antinutrisi menjadikan penggunaan daun lamtoro dibatasi. Teknologi pengolahan pakan berbentuk wafer diharapkan mampu mengurangi kandungan antinutrisi tersebut sehingga tidak memberikan efek negatif pada ternak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis peningkatan performa domba lokal yang diberi wafer suplemen pakan dengan level pemberian 5%, 10% dan 15%.
METODE
Bahan
Ternak
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah domba lokal jantan. Domba yang diamati berjumlah 12 ekor, umur 1 tahun dengan rataan bobot badan 24.54±10.51 kg.
Ransum
3 Tabel 1 Kandungan nutrisi bahan pakan penelitian (dalam bahan kering)
Nutrien Ransum basal* Wafer*
* Analisa dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (2014); BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen, TDN = Total Digestible Nutrient; ** Rumus perhitungan TDN menurut Hartadi et al. (1990): TDN(%) = 37,937– 1,018 (SK) – 4,886 (LK) + 0,173(BETN) + 1,042(PK) + 0,015(SK)2– 0,058(LK)2 + 0,008(SK)(BETN) + 0,119(LK)(BETN) + 0,038(LK)(PK) + 0,003(LK)2 (PK)
Alat
Kandang yang digunakan adalah kandang individu berbentuk panggung. Kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minum. Peralatan yang digunakan adalah timbangan digital pakan kapasitas 3±0.1 kg dan timbangan digital domba kapasitas 50±0.01 kg.
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Maret sampai Mei 2014. Pemeliharaan domba dilakukan di Mitra Tani Farm (MT Farm), berlokasi di Jl. Manunggal 51 No 39 RT 04/05 Desa Tegal Waru, Kecamatan Ciampea, Bogor dengan rata-rata ketinggian minimum 190 m dan maksimum 330 m di atas permukaan laut. Rata-rata suhu bulanan 26 ᵒC dengan suhu terendah 21.8 ᵒC dan tertinggi 30.4 ᵒC dengan kelembaban udara 70%. Rata-rata curah hujan tahunan sekitar 3500-4000 mm dengan curah hujan terbesar bulan Desember dan Januari (Pemerintah Kota Bogor, 2011). Analisis sampel pakan dan wafer dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Prosedur Penelitian
Pembuatan Wafer Suplemen Pakan (Retnani 2011)
Pembuatan wafer suplemen pakan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: daun lamtoro yang sudah diambil dipisahkan antara daun dengan batang daun. Daun yang sudah terpisah kemudian dijemur di bawah sinar matahari. Daun lamtoro yang sudah kering kemudian digiling sampai halus menggunakan mesin giling (hammermill), sehingga dihasilkan tepung daun lamtoro. Kemudian bahan-bahan dicampurkan secara manual hingga homogen. Bahan-bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan wafer suplemen pakan terdiri dari daun lamtoro yang sudah dihaluskan, bungkil kelapa, bungkil kedelai, molasses, premix, CaCO3, urea
4
Persiapan Kandang
Dua minggu sebelum dimulai pemeliharaan dilakukan persiapan dan pembuatan wafer suplemen pakan, pembuatan kandang individu, persiapan bahan dan peralatan. Sebanyak 12 ekor domba lokal jantan disiapkan dengan umur 1 tahun dan rataan bobot badan 24.54±10.51 kg.
Pengelompokan Ternak
Pengelompokkan dilakukan berdasarkan bobot badan dimana setiap kelompok dipilih secara random untuk menentukan perlakuan. Domba diurutkan berdasarkan bobot badan dimulai dari yang terkecil sampai terbesar. Kemudian Tujuan pengelompokkan yaitu untuk memperkecil keragaman antar kelompok. Pemeliharaan
Perlakuan terdiri dari ransum basal dan wafer suplemen pakan. Ransum basal diberikan secara Ad libitum kepada semua domba penelitian. Ransum basal terdiri dari campuran konsentrat komersil dan kangkung kering dengan rasio 60:40. Pakan yang diberikan berdasarkan kebutuhan total bahan kering yaitu 3% dari bobot badan (NRC 2006). Sebelum diberikan, ransum basal ditimbang terlebih dahulu dan keesokan harinya sisa pakan dari pemberian sebelumnya juga ditimbang untuk mengetahui konsumsi pakan harian. Selain pakan, air minum juga diberikan secara Ad libitum.
Wafer suplemen pakan diberikan 0% (kontrol)untuk kelompok domba P0, 5% (50 g ekor-1 hari-1) untuk kelompok domba P1, 10% (100 g ekor-1 hari-1) untuk kelompok domba P2, dan 15% (150 g ekor-1 hari-1) untuk kelompok domba P3. Level pemberian wafer ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Retnani et al. (2013) yang diterapkan pada pedet sapi bali. Wafer suplemen pakan sebagai perlakuan dicobakan selama tiga minggu sebelum penelitian. Penimbangan domba dilakukan setiap satu minggu sekali untuk diketahui pertambahan bobot badan harian.
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Perlakuan
Perlakuan yang diberikan adalah :
P0 = Ransum basal + 0% wafer suplemen pakan (kontrol) P1 = Ransum basal + 5% wafer suplemen pakan
P2 = Ransum basal + 10% wafer suplemen pakan P3 = Ransum basal + 15% wafer suplemen pakan Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 3 kelompok sebagai ulangan, setiap perlakuan masing-masing terdiri dari 3 ekor domba. Model matematik yang digunakan adalah sebagai berikut
5 Keterangan :
Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
µ = Nilai rataan umum
τi = Pengaruh perlakuan ke-i βj = Pengaruh kelompok ke-j
εij = Galat perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
Analisis Data
Analisis statistik penelitian ini menggunakan analisis keragaman (ANOVA) dengan pola rancangan acak kelompok (RAK) 4x3 yaitu empat perlakuan pakan dan tiga kelompok ternak berdasarkan berat badan awalnya dan ANOVA untuk mengetahui pengaruh pakan perlakuan. Apabila terdapat perbedaan yang nyata diantara perlakuan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (Steel dan Torrie 1995). Software Statistical Package for the Social Science (SPSS) digunakan untuk uji statistik.
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini antara lain konsumsi pakan yang terdiri dari konsumsi bahan kering dan konsumsi protein kasar, pertambahan bobot badan harian, konversi pakan, dan perhitungan income over feed cost
(IOFC).
Konsumsi bahan kering (BK). Konsumsi bahan kering diperoleh dengan cara menghitung selisih % bahan kering (BK) pemberian dengan % bahan kering (BK) sisa pakan yang diberikan dibagi lama penelitian.
Konsumsi protein kasar. Konsumsi protein kasar diperoleh dengan cara menghitung konsumsi ransum yang diberikan dikalikan dengan % kandungan protein ransum dibagi lama penelitian.
Pertambahan bobot badan harian (PBBH). Pertambahan bobot badan domba diketahui dengan penimbangan bobot hidup setiap satu minggu sekali.
Konversi pakan. Konversi pakan merupakan rasio pakan yang dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu dibandingkan dengan pertambahan bobot badan yang dihasilkan selama penelitian.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Wafer Suplemen Pakan mengandung Daun Lamtoro
Wafer merupakan suatu bahan yang memiliki dimensi (panjang, lebar, tinggi) dengan komposisi terdiri dari beberapa serat yang sama atau seragam (ASAE 1994). Bentuk fisik wafer suplemen pakan mengandung daun lamtoro ini memperlihatkan bentuk wafer persegi dan padat serta beraroma khas hijauan dan berwarna kecoklatan (Gambar 1). Bentuk ini sangat menguntungkan karena mempermudah dalam transportasi, penyimpanan, dan penanganan pemberian ke ternak sehingga dapat meningkatkan konsumsi pakan. Bersifat suplemen karena ternak hanya diberikan dengan taraf level 5%, 10% dan 15%. Tujuannya untuk meningkatkan nilai gizi ransum basal yang diberikan sehingga dapat meningkatkan performa domba. Pada awal penelitian, wafer diberikan kepada ternak dengan cara dihaluskan agar memudahkan ternak untuk beradaptasi dengan wafer. Wafer diberikan pada pagi hari sebelum diberikan pakan utama. Setelah domba dapat beradaptasi dengan baik, cara pemberian wafer tidak perlu dihaluskan dan dapat habis dikonsumsi dalam waktu kurang lebih lima menit (Gambar 2).
Gambar 1. Bentuk Fisik Wafer Suplemen Pakan mengandung Daun Lamtoro
7 Konsumsi Bahan Kering
Konsumsi pakan secara umum akan meningkat seiring dengan meningkatnya bobot badan, karena pada umumnya kapasitas saluran pencernaan meningkat dengan semakin meningkatnya bobot badan (Ensminger et al. 1990). Penelitian ini menghasilkan konsumsi bahan kering total yang signifikan. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap konsumsi bahan kering (Tabel 2). Artinya perlakuan dengan pemberian wafer suplemen pakan mengandung daun lamtoro meningkatkan proses metabolisme dikarenakan adanya kecukupan nutrisi dari wafer tersebut sehingga meningkatkan konsumsi bahan kering. Hal ini membuktikan pernyataan Ensminger (1990) bahwa suplemen pakan adalah pakan yang digunakan untuk meningkatkan nilai gizi dari pakan basal. Berdasarkan NRC (2006) kebutuhan bahan kering domba dengan bobot badan 20 sampai 30 kg yaitu 590 sampai 1,030 g. Nilai konsumsi bahan kering ransum yang diberi wafer suplemen pakan berkisar antara 954 sampai 1,320 g ekor-1 hari-1 dibanding dengan domba yang tidak diberi wafer suplemen pakan hanya mengkonsumsi ransum basal sebanyak 834 g ekor-1 hari-1. Peningkatan konsumsi ini dipengaruhi dari pemberian wafer suplemen pakan. Wodzicka et al. (1993) menyatakan bahwa suplementasi pakan diberikan untuk menambah nilai gizi pakan sesuai dengan kebutuhan ternak serta meningkatkan palatabilitas, berdasarkan keadaan fisiologis dan performan produksi. Coleman dan Lawrence (2000) menjelaskan keuntungan pakan olahan berbentuk wafer adalah meningkatkan densitas pakan sehingga mengurangi keambaan, mengurangi tempat penyimpanan, menekan biaya transportasi, memudahkan penanganan dan penyajian pakan. Densitas yang tinggi akan meningkatkan konsumsi pakan dan mengurangi pakan yang tercecer.
Tabel 2. Konsumsi bahan kering selama penelitian (g ekor-1 hari-1)
Perlakuan Kelompok Rataan
1 2 3
Konsumsi bahan kering ransum basal
P0 826.41 901.18 775.87 834.49±63.04
P1 799.92 905.16 1022.02 909.03±111.10
P2 1217.91 803.10 1006.74 1009.25±207.42
P3 1501.59 926.41 1130.36 1186.12±291.62
8
Konsumsi Protein Kasar
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian wafer suplemen pakan mengandung daun lamtoro mampu meningkatkan konsumsi protein kasar disbanding dengan perlakuan kontrol (tanpa pemberian wafer suplemen pakan. Pemanfaatan protein selain terkait dengan level pemberian pakan juga terkait dengan bobot badan ternak. Konsumsi protein kasar penelitian tercantum pada Tabel 3.
Tabel 3. Konsumsi protein kasar selama penelitian (g ekor-1 hari-1)
Perlakuan Kelompok Rataan wafer suplemen pakan; huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata tiap perlakuan (p<0.05); * wafer dikonsumsi habis.
9 Pertambahan Bobot Badan Harian
Pengukuran pertambahan bobot badan digunakan untuk mengukur sejauh mana pakan tersebut dapat dimanfaatkan oleh ternak selain untuk kebutuhan hidup pokok. Menurut NRC (2006) pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain konsumsi total protein yang diperoleh setiap hari, jenis kelamin, umur, keadaan genetik, lingkungan, kondisi fisiologis ternak dan tata laksana pemeliharaan. Pertambahan bobot badan harian selama penelitian tercantum dalam Tabel 4.
Tabel 4. Pertambahan bobot badan harian domba (g ekor-1 hari-1)
Perlakuan Kelompok Rataan wafer suplemen pakan; huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata tiap perlakuan (p<0.05).
Hasil analisis statistik menunjukkan adanya pengaruh nyata (p<0.05) perlakuan terhadap pertambahan bobot badan harian. Rataan pertambahan bobot badan harian domba yang paling tinggi diperoleh dari perlakuan P2 dan P3 masing-masing sebanyak 108.93 dan 147.62 g ekor-1 hari-1. Artinya penambahan level 10% dan 15% wafer suplemen pakan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai dengan yang disebutkan dalam NRC (2006) bahwa domba yang diberi bahan kering sebanyak 3% bobot badan mampu mendapatkan pertambahan bobot badan harian sebesar 100 gram. Penelitian ini menghasilkan pertambahan bobot badan harian domba berkisar antara 77.4 sampai 147.6 g ekor-1 hari-1 dengan level penambahan wafer suplemen pakan. Hasil ini masih lebih tinggi dari penelitian Budisatria (1996) bahwa domba yang diberi rumput gajah Ad libitum dan lamtoro segar 1 kg, menghasilkan pertambahan bobot badan harian 44.4 g ekor-1 hari-1.
Konversi Pakan
10 suplemen pakan, P2 = Ransum basal + 10% wafer suplemen pakan, P3 = Ransum basal + 15% wafer suplemen pakan. Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata tiap perlakuan (p<0.05).
Hasil analisis statistik menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap konversi pakan. Rata-rata konversi pakan dengan level pemberian wafer pakan yang berbeda yaitu 11.44. Hal ini berarti untuk menghasilkan 1 kg pertambahan bobot badan dibutuhkan 11.44 kg BK pakan. Nilai konversi pakan pada perlakuan dengan pemberian wafer suplemen pakan masih berada pada rentang yang disebutkan oleh Gatenby (1986) bahwa konversi pakan domba di daerah tropis berkisar antara 7 sampai 15, artinya untuk menghasilkan 1 kg pertambahan bobot badan dibutuhkan BK pakan sebanyak 7 sampai 15 kg. Terlihat bahwa konversi pakan pada perlakuan tanpa pemberian wafer suplemen pakan (kontrol) sangatlah tinggi, berbeda cukup jauh dengan perlakuan pemberian wafer suplemen pakan. Hal ini disebabkan kualitas pakan yang dikonsumsi oleh domba perlakuan kontrol mengandung sedikit protein kasar sehingga pertambahan bobot badan sedikit. Namun setelah diberi wafer suplemen pakan, konversi pakan domba membaik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pond et al. (1995) yang menyebutkan bahwa semakin baik kualitas pakan yang dikonsumsi ternak, diikuti dengan pertambahan bobot badan yang tinggi maka nilai konversi pakan akan semakin rendah dan akan semakin efisien pakan yang digunakan. Namun, hasil rataan konversi pakan penelitian ini masih terlalu tinggi dibanding NRC (2006) yang menyebutkan bahwa domba yang diberi bahan kering 3% bobot badan dengan PBBH 100 g ekor-1 hari-1 menghasilkan konversi pakan 5,9. Nilai konversi pakan yang semakin kecil menurut Tillman et al. (1998) berarti ternak tersebut semakin efisien dalam memanfaatkan pakan.
Perhitungan IOFC
11
Tabel 6. Perhitungan IOFC domba selama penelitian Perlakuan P3 289 333.00±97 268 123 778.00±22 952 165 555.00±78 997a P0 = Ransum basal + 0% wafer suplemen pakan (kontrol), P1 = Ransum basal + 5% wafer suplemen pakan, P2 = Ransum basal + 10% wafer suplemen pakan, P3 = Ransum basal + 15% wafer suplemen pakan; huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata tiap perlakuan (p<0.05); IOFC = Income over feed cost.
Hasil analisis statistik menunjukkan adanya pengaruh nyata (p<0.05) perlakuan terhadap nilai IOFC domba. IOFC dihitung dari selisih pendapatan dengan pengeluaran. Pendapatan diperoleh dari pendekatan pertambahan bobot badan selama penelitian (28 hari) dengan harga jual domba di pasaran yakni Rp 70.000,- /Kg bobot hidup, sedangkan pengeluaran diperoleh dari biaya pakan dan wafer selama penelitian. Perlakuan pemberian level 15% wafer suplemen pakan menghasilkan nilai IOFC paling tinggi dari perlakuan yang lain. Hal ini dikarenakan pertambahan bobot badan yang tinggi dan nilai konversi pakan yang paling baik. Sedangkan nilai IOFC pada perlakuan tanpa pemberian wafer suplemen pakan (P0) bernilai negatif (-) menunjukkan bahwa biaya pakan yang dikeluarkan melebihi pendapatan yang diperoleh, artinya peternakan merugi. Hal ini disebabkan karena pertambahan bobot badan yang sedikit karena adanya ternak yang bermasalah saat penelitian, seperti sakit mata, diare, sehingga mempengaruhi konsumsi dan daya cerna ransum basal.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pemberian wafer sebagai suplemen pakan domba mampu meningkatkan performa domba 42.09% lebih tinggi dibanding dengan kontrol. Dapat disimpulkan bahwa pemberian wafer suplemen pakan mengandung daun lamtoro dapat diberikan sampai dengan 15% untuk meningkatkan performa domba lokal.
Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
[ASAE Standard] American Society for Agricultural Engineers Standard. 1994.
Wafers, Pellet and Crumbles-Definitions and Methode for Determaining Specific Weight, Durability and Moisture Content. In : Mc Ellhiney, R. R (ed). Feed Manufacturing Tech IV. Arlington (US): American Feed Industry Association.
Askar S. 1997. Nilai Gizi Daun Lamtoro dan Pemanfaatannya sebagai Pakan Ternak Ruminansia. Lokakarya Fungsional Non Peneliti. Bogor (ID): Balai Penelitian Ternak Ciawi.
[BPMPT Bekasi] Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak Bekasi. 2011. Buku Hasil Uji Bahan Pakan. Bekasi (ID): BPMPT.
Budisatria IGS. 1996. Pengaruh cara pemberian daun lamtoro dalam bentuk segar dan bentuk tepung terhadap penampilan domba. Bul. Pet. Vol. 20. hal: 28-36. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
Coleman, R. J. and Lawrence, L.M. 2000. Alfalfa Cubes for Horses. Department of Animal Sciences; Jimmy C. Henning, Department of Agronomy. Kentucky (US): Kentucky Cooperative Extension Service.
[Ditjennak] Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2012. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012. Jakarta (ID): CV. Alnindra
Jones R, Hutton EM, Lessard LG, Hegde N, Crowder LV, Pink FS, Panday KK, Shiekh MI, Bawagan P, Lim G, Chen K, Manidoll C, Benge M. 1984.
Leucaena: Promising Forage and Tree Crop for the Tropicts. Second Edition. Washington (US): National Academy Press.
Kasim. 2002. Performans domba lokal yang diberi ransum komplit berbahan baku jerami padi dan onggok yang mendapat perlakuan cairan rumen [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Noviagama VR. 2002. Penggunaan tepung gaplek sebagai bahan perekat alternatif dalam pembuatan wafer ransum komplit [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[NRC] National Research Council. 2006. Nutrient Requirement of Small Ruminants. Washington DC (US) : The National Academy of Sciences. Pemerintah Kota Bogor. 2011. Letak Geografis Kota Bogor. [Terhubung Berkala].
http://www.kotabogor.go.id [15 Agustus 2014]
Pomeranz Y. 1974. Biochemical, Functional and Nutritive Changes During Storage. Di dalam: C. M. Christensen, editor. Storage of Cereal Chemist. Minnesota (US): St. Paul.
13 Retnani Y. 2011. Proses Produksi Pakan Ternak. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. Retnani Y, Arman C, Said S, Permana I.G, Saenab A. 2013. Wafer as Feed
Supplement Stimulates the Productivity of Bali Calves. CAAS 2013, siap terbit.
Retnani Y, Basymeleh S, Herawati L. 2009. Pengaruh Jenis Hijauan Pakan dan Lama Penyimpanan terhadap Sifat Fisik Wafer. JIIP. Vol. XII No. 4. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Retnani Y, Kamesworo S, Khotidjah L, Saenab A. 2010. Pemanfaatan Wafer Limbah Sayuran Pasar Untuk Ternak Domba. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, 2010 Agustus 2-3; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. hlm 503-510.
Retnani Y, Saenab A, Taryati. 2013. Vegetable Waste as Wafer Feed for Increasing Productivity of Sheep. AJAS. 8 (1): 24-28.
Steel RGD, Torrie JH. 1995. Prinsip Dan Prosedur Statistika. Penerjemah Bambang Sumantri. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka.
Tangendjaja B. 2009. Teknologi pakan dalam menunjang industri peternakan di Indonesia. Pengembangan Inovasi Pertanian 2(3): 192-207. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.
Tillman AD, Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Prawirokusumo S, dan Lebdosukojo S. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-4. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
Trisyulianti E, Suryahadi, Rakhma VN. 2003. Pengaruh penggunaan molasses dan tepung gaplek sebagai bahan perekat terhadap sifat fisik wafer ransum komplit. Med. Pet. Vol. 26 No. 2. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Utomo B, Herawati T, Pranomo D. 2004. Performans Kambing Jawarandu pada
Lahan Marginal di Kabupaten Blora. Seminar Nasional Pemberdayaan Petani Miskin di Lahan Marginal Melalui Inovasi Teknologi Tepat Guna, 2004 September 1; Lombok, Indonesia. Lombok (ID): Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat. hlm 220-226.
Wodzicka TM, Mastika IM, Djajanegara A, Gardiner S, Wiradaya TR. 1993.
Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret Press.
14
LAMPIRAN
Lampiran 1 ANOVA Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)
SK JK db KT Fhit. Sig.
Perlakuan 21528.726 3 7176.242 5.938 0.031 Ulangan 3895.420 2 1947.710 1.612 0.275 Galat 7250.711 6 1208.452
Total 133180.291 12
SK= Sumber Keragaman, JK= Jenis Keragaman, db= derajat bebas, KT= Kuadrat Tengah, Fhit = Fhitung, Sig= Signifikansi
Lampiran 2 Uji jarak berganda Duncan PBBH
Perlakuan N Subset for alpha =.05
1 2
1 3 32.1400
2 3 77.3800 77.3800
3 3 1.0893E2
4 3 1.4762E2
Sig. 0.162 0.054 Lampiran 3 ANOVA Konsumsi Bahan Kering
SK JK db KT Fhit. Sig.
Perlakuan 392729.317 3 130909.772 3.799 0.077 Ulangan 82014.154 2 41007.077 1.190 0.367 Galat 206744.603 6 34457.434
Total 1.395E7 12
15 Lampiran 4 Uji jarak berganda Duncan konsumsi bahan kering
Perlakuan N Subset for alpha =.05
1 2
1 3 8.3449E2
2 3 9.5367E2 9.5367E2
3 3 1.0985E3 1.0985E3
4 3 1.3200E3
Sig. 0.143 0.059
Lampiran 5 ANOVA konsumsi protein kasar
SK JK db KT Fhit. Sig.
Perlakuan 14456.591 3 4818.864 6.897 0.023 Ulangan 1662.455 2 831.228 1.190 0.367 Error 4192.128 6 698.688
Total 334695.090 12
SK= Sumber Keragaman, JK= Jenis Keragaman, db= derajat bebas, KT= Kuadrat Tengah, Fhit = Fhitung, Sig= Signifikansi
Lampiran 6 Uji jarak berganda Duncan konsumsi protein kasar
Perlakuan N Subset for alpha =.05
1 2
1 3 1.1883E2
2 3 1.4388E2
3 3 1.7258E2 1.7258E2
4 3 2.1215E2
Sig. 0.053 0.116 Lampiran 7 ANOVA konversi pakan
SK= Sumber Keragaman, JK= Jenis Keragaman, db= derajat bebas, KT= Kuadrat Tengah, Fhit = Fhitung, Sig= Signifikansi
SK JK db KT Fhit. Sig.
Perlakuan 1170.187 3 390.062 3.168 0.107 Ulangan 42.461 2 21.230 0.172 0.846
Error 738.835 6 123.139
16
Lampiran 8 Uji jarak berganda Duncan konversi pakan
Perlakuan N Subset for alpha =.05
1 2
4 3 9.2567
3 3 10.7267
2 3 14.3433 14.3433
1 3 33.8433
Sig. 0.606 0.075
Lampiran 9 ANOVA IOFC
SK JK db KT Fhit. Sig.
Perlakuan 4.559E10 3 1.520E10 3.890 0.074
Ulangan 1.073E10 2 5.365E9 1.374 0.323
Galat 2.344E10 6 3.906E9
Total 1.703E11 12
SK= Sumber Keragaman, JK= Jenis Keragaman, db= derajat bebas, KT= Kuadrat Tengah, Fhit = Fhitung, Sig= Signifikansi
Lampiran 10 Uji jarak berganda Duncan IOFC
Perlakuan N Subset for alpha =.05
1 2
1 3 -2.6783E3
2 3 7.0730E4 7.0730E4
3 3 1.1378E5 1.1378E5
4 3 1.6556E5
17
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 17 Oktober 1993 dari Bapak Muhamad Sidik dan Ibu Nuraeni. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara yakni Vina Parkhina dan Yuliawati. Tahun 2004 penulis lulus dari SDN Tamansari 02 dan pada tahun 2007 penulis lulus dari MTs R d ’ d kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Rumpin. Setelah lulus pada tahun 2010 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dengan bantuan Beasiswa Bidikmisi. Penulis diterima pada Program
Studi Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di UKM Volly pada tahun 2010-2011. Anggota Biro Kewirausahaan Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (HIMASITER) pada tahun 2011 sampai 2012. Penulis juga pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM-P) pada tahun 2013 dengan judul “L ntah (Hirudo medicinalis) sebagai Media Detoksifikasi Residu Antibiotik pada Hewan
T ”.