• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Vaksin Aktif Newcastele Disease-Infectious Bronchitis Terhadap Performance Ayam Pedaging

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Vaksin Aktif Newcastele Disease-Infectious Bronchitis Terhadap Performance Ayam Pedaging"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH VAKSIN AKTIF

NEWCASTLE

DISEASE-INFECTIOUS BRONCHITIS

TERHADAP

PERFORMANCE

AYAM PEDAGING

MUHYAR NAWAWI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK

CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Vaksin Aktif Newcastle Disease-Infectious Bronchitis Terhadap Performance Ayam Pedaging adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka pada bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

(4)

ABSTRAK

MUHYAR NAWAWI. Pengaruh Vaksin Aktif Newcastle Disease - Infectious Bronchitis Terhadap Performance Ayam Pedaging dibimbing oleh SRI MURTINI dan RETNO DAMAJANTI SOEJOEDONO.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui performance ayam yang divaksin dengan vaksin aktif ND-IB (LaSota H-120). Penelitian menggunakan 80 ekor ayam pedaging dan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 40 ekor ayam vaksinasi dan 40 ekor ayam tidak divaksinasi. Pada hari kedua kelompok ayam vaksinasi divaksin dengan vaksin aktif ND-IB (LaSota H-120). Pada hari ke 14 ayam dibagi menjadi 6 kelompok dan ditantang virus sesuai kelompok perlakuan. Kelompok vaksinasi menjadi K1, K2, dan K3. Kelompok tidak divaksinasi menjadi K4, K5, dan K6. K1 dan K4 tidak ditantang virus ND dan IB. K2 dan K5 ditantang virus ND. K3 dan K6 ditantang virus IB. Setiap hari dilakukan perhitungan konsumsi pakan dan setiap minggu dilakukan penimbangan bobot badan. Hasil penelitian menunjukkan vaksin tidak berpengaruh terhadap bobot badan dan kerja vaksin kurang optimal dalam melindungi ayam dari infeksi ND sehingga ketika ditantang dengan virus ND ayam menunjukkan gejala sakit dan memiliki bobot badan yang lebih rendah. Nilai FCR ayam yang divaksin memiliki nilai yang lebih besar daripada ayam tanpa vaksinasi. Berdasarkan nilai IP menunjukkan bahwa performance ayam yang divaksinasi tidak lebih baik daripada ayam tanpa vaksinasi.

Kata kunci: Ayam pedaging, FCR, performance, LaSota H-120, vaksin

ABSTRACT

MUHYAR NAWAWI. The Effect of Newcastle Disease-Infectious Bronchitis Live Vaccine on the Performance of Broiler Chickens. Supervised by of SRI MURTINI and RETNO DAMAJANTI SOEJOEDONO

(5)

virus. The food convertion ratio of the vaccinated group of broilers were higher compared to the unvaccinated ones. The IP of vaccinated chickens were unsignificant different with unvaccinated groups.

(6)
(7)

PENGARUH VAKSIN

NEWCASTLE

DISEASE-INFECTIOUS BRONCHITIS

TERHADAP

PERFORMANCE

AYAM PEDAGING

MUHYAR NAWAWI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Pengaruh Vaksin Aktif Newcastele Disease-Infectious Bronchitis Terhadap Performance Ayam Pedaging

Nama : Muhyar Nawawi

NRP : B04090004

Disetujui oleh

Dr drh Sri Murtini, MSi Pembimbing I

Prof Dr drh Retno D Soejoedono, MS Pembimbing II

Diketahui

drh Agus Setiyono, MS PhD APVet Wakil Dekan

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang diangkat untuk skripsi ini adalah Pengaruh Vaksin Newcastle Disease dan Infectious Bronchitis Terhadap Performance Ayam Pedaging

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr drh Sri Murtini, M Si selaku dosen pembimbing skripsi I dan Prof Dr drh Retno D Soejoedono, MS selaku dosen pembimbing skripsi II dan dosen pembimbing akademik, atas segala bimbingan, nasihat, dorongan, kritik, dan saran yang telah diberikan selama penelitian dan penulisan skripsi ini. Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada drh. Okti Nadya Poetri, drh. Ni Luh Putu Ika Mayasari, drh. Linatul Musyafa’ah, drh. Vivi Maryuni, Mega Sary, SKH, Pak Nur, Mas Wahyu, dan Pak Lukman, atas bantuan, dorongan, masukan selama pengumpulan dan pengolahan data.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, adik dan kakak atas doa dan dukungan yang diberikan selama ini. Selanjutnya ungkapan terima kasih penulis ucapkan kepada teman sepenelitian (Wilyanti, Filuth, Jati, Yuliani, Chiko, Denny) serta sahabat-sahabat terdekat (Puri, Tanti, Rocky, Kevin, Ica, Ina Cu’mala, Widy, Pucan, Echa, Rany). Ucapan terima kasih disampaikan juga kepada teman-teman seangkatan Geochelone 46 yang sama-sama berjuang dalam menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun sebagai evaluasi bagi penulis. Terlepas dari kekurangan yang ada, semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian 5

Bahan dan Alat Penelitian 5

Metode Penelitian 5

Teknik Vaksinasi 5

Peubah yang Diamati 6

Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bobot Badan 6

Feed Cinversion Ratio 7

Persentase Daya Hidup 9

Indeks Performance 9

KESIMPULAN 10

DAFTAR PUSTAKA 10

(13)

DAFTAR TABEL

1 Pembagian kelompok ayam berdasarkan perlakuan yang diberikan 5 2 Rataan bobot badan ayam setiap minggu pada setiap kelompok

perlakuan 7

3 Pertambahan bobot badan ayam setiap minggu pada setiap

kelompok perlakuan 7

4 Total konsumsi pakan ayam setiap minggu pada setiap kelompok

perlakuan 8

5 Nilai FCR ayam setiap minggu pada setiap kelompok perlakuan 8 6 Persentase daya hidup ayam setiap minggu pada setiap kelompok

perlakuan 9

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kepadatan dan jumlah penduduk yang sangat tinggi. Hal ini berdampak pada tingginya daya konsumsi protein hewani masyarakatnya, oleh karena itu tingkat konsumsi pangan asal hewan setiap tahun cenderung meningkat. Salah satu pangan asal hewan yang paling banyak dikonsumsi dan tingkat konsumsi oleh masyarakat Indonesia tergolong tinggi adalah daging ayam (Deptan 2010). Selain karena harganya lebih murah dibanding daging dari hewan yang lain, daging ayam juga sebagai sumber protein yang sangat penting karena mengandung asam amino esensial bagi tubuh manusia seperti Lisina, Metionina, Sisteina, dan Triptofan (Yunilas 2005).

Daging ayam yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia pada umumnya berasal dari ayam jenis pedaging. Ayam pedaging (broiler) merupakan ayam yang telah mengalami seleksi genetik sebagai penghasil daging dengan pertumbuhan yang cepat sehingga waktu pemeliharaannya lebih singkat, pakan lebih efisien dan produksi daging tinggi (Jaelani 2011). Ayam ini memiliki keunggulan diantaranya :

• Ukuran badan relatif besar, padat, kompak dan berdaging penuh, sehingga disebut juga sebagai ayam tipe berat.

• Produktivitas jumlah telur yang dihasilkan relatif rendah.

• Bergerak lebih lambat dan tenang.

• Biasanya lebih lambat mengalami dewasa kelamin.

• Pertumbuhan cepat.

Selain memiliki keunggulan, ayam pedaging juga memiliki kelemahan yaitu mudah terserang penyakit.

Penyakit yang sering menyerang ayam pedaging adalah Newcastle Disease (ND) dan Infectious Bronchitis (IB). Kedua penyakit tersebut merupakan penyakit ayam yang sangat cepat menular dan menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan ayam. Penyakit ND dilaporkan sebagai penyakit endemis di beberapa negara sejak tahun 1926 (Hewajuli dan Dharmayanti 2011). Begitu juga dengan IB yang telah teridentifikasi dan tersebar di seluruh dunia (Sulaiman dan Roberts 2011). Oleh karena itu diperlukan tindakan pencegahan terhadap kedua penyakit tersebut salah satunya dengan vaksinasi. Bahri dan Kusumaningsih (2005) menyatakan bahwa 93.36% vaksin ayam di Indonesia diperuntukkan untuk pencegahan penyakit ND dan IB.

(15)

2

dan proventrikulus. Tingkat morbiditas dan mortilitasnya bisa mencapai 50-100% (Kencana et al 2012). Penyakit ini dapat dicegah dengan meningkatkan daya tahan tubuh ayam melalui manajemen pemeliharaan yang baik, serta melakukan vaksinasi ND secara teratur (Wibowo dan Amanu 2010).

Terdapat 2 jenis vaksin ND yaitu vaksin ND inaktif/killed vaccine dan vaksin ND aktif. Vaksin ND inaktif merupakan vaksin yang mengandung virus ND yang sudah diinaktifkan (dimatikan), sedangkan vaksin ND aktif adalah vaksin yang mengandung virus yang masih hidup atau masih aktif, tetapi sifat virusnya sudah tidak virulen lagi sehingga merangsang ayam untuk membentuk antibodi (Sudaryani 2003).

Vaksin aktif ND dibedakan menjadi vaksin lentogenik dan vaksin mesogenik berdasarkan jenis virus yang digunakannya. Vaksin lentogenik terdiri atas strain F, strain B1 (Hitchner), dan strain La Sota. Strain F menggunakan virus dengan tingkat virulensi yang paling rendah, diberikan untuk DOC (Day Old Chicken) secara intranasal, intraokular ataupun melalui tetes mulut (Soedijar et al 2002). Strain B1 diberikan melalui air minum atau spray diberikan pada anak ayam umur 1–5 hari diikuti dengan vaksinasi strain La Sota 2 minggu setelahnya. Strain La Sota merupakan tipe vaksin yang paling banyak digunakan. Strain ini diberikan pada anak ayam umur 4–5 hari dapat melalui intranasal, intramuskular pada otot dada, air minum, dan spray (Kencana et al. 2012).

Vaksin ND mesogenik merupakan vaksin yang memiliki efek patogen berupa infeksi ND pascavaksinasi membuat vaksin ini jarang digunakan tetapi vaksin jenis ini memberikan kekebalan dalam jangka waktu yang lama. Terdapat 3 jenis vaksin yang termasuk vaksin ND mesogenik yaitu strain Mukteswar, strain Komarov-Hartforshire, dan strain Roakin. Strain Mukteswar diberikan pada ayam yang telah mendapatkan vaksin lentogenik sebelumnya. Strain Komarov dan strain Hartforshire bersifat cukup patogen terutama pada ayam dengan tingkat kekebalan yang rendah atau yang sedang mengalami stress. Strain Komarov diberikan intramuskular sedangkan strain Hartforshire diberikian intramuskular dan subkutan (Sudaryani 2003).

Infectious Bronchitis (IB) merupakan penyakit ayam yang sangat menular yang disebabkan oleh virus yang memiliki genom RNA utas tunggal dan dari famili Coronaviridae (Cavanagh dan Syed 2003). Penyakit ini pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun 1931 sebagai penyakit saluran pernapasan ayam yang sangat menular. Virus ini selain menyerang saluran pernafasan, juga dapat menyerang saluran reproduksi (oviduct) dan ginjal (Jordan 1994). Penyakit ini menimbulkan kerugian yang cukup tinggi bagi usaha peternakan ayam karena penambahan berat badan dan efisiensi pakan sangat rendah. Kerugian akibat tidak efisiennya produksi tersebut lebih besar di bandingkan dengan kerugian akibat kematian. Masa inkubasi penyakit ini adalah 18–36 jam. Ayam yang terinfeksi melalui saluran trakea dari udara yang membawa virus IB memerlukan waktu 24 jam. Sementara itu, penyebaran secara alami berlangsung selama 36 jam (Fadilah dan Polana 2005).

(16)

3

akan menampakkan gejala klinis terinfeksi IB dalam jangka waktu 48 jam. Penularan biasanya melalui kontak langsung antara ayam dan ayam atau melalui udara, manusia, dan burung yang terkontaminasi virus IB. Penularan IB juga bisa melalui peralatan atau pakan (Fadilah dan Polana 2005)

Infeksi IB bisa bersifat asimptomatis atau tidak menunjukkan gejala klinis yang khas (Ternagda et al. 2011). Gejala klinisnya mirip dengan penyakit saluran pernafasan atau penyakit saluran reproduksi yang lain (Jordan 1994). Gejala klinis yang biasa ditunjukkan ayam berupa batuk, bersin, ngorok, di bagian hidung dan rongga sinus terdapat cairan berlendir, serta di daerah trakea dan bronchi berwarna merah dan terdapat lendir atau sumbatan/eksudat berdarah (Boroomand et al. 2012). Selain itu terjadi airsacculitis bersamaan dengan munculnya penyakit sekunder (secondary bacterial infection). Penyakit ini dapat menurunkan produksi ayam petelur hingga 50%. Penyakit juga dapat menyebabkan pendarahan di ovarium dan terdapat lesio di oviduct. Telur yang dihasilkan dari ayam yang terkena penyakit ini memiliki ciri kerabang telur yang abnormal, tipis, kasar, mengkerut membentuk lingkaran, dan memiliki kualitas yang buruk, putih telur mengandung air (Fadilah dan Agustin 2005)

Upaya pencegahan penyakit IB biasanya dilakukan dengan cara vaksinasi. Vaksinasi akan efektif apabila digunakan vaksin dengan serotipe virus IB penyebab wabah (Indriani dan Darminto 2001). Kegagalan vaksinasi terhadap penyakit ini sering terjadi akibat vaksin yang diberikan tidak mengandung serotipe virus IB penyebab wabah atau karena infeksi IB disebabkan oleh serotipe virus IB yang baru (Yan et al. 2013). Oleh karena itu kontrol penyakit ini sangat bergantung pada peningkatan resistensi ayam melalui vaksinasi dan upaya pengenalan terhadap serotipe virus IB yang ada di lingkungan.

Vaksin yang digunakan untuk vaksinasi IB harus mengandung serotipe virus IB yang ada di lingkungan sehingga akan menstimulasi perlindungan dari virus IB tersebut (Darminto 1999). Vaksin IB yang beredar di pasaran pada umumnya menggunakan virus IB dengan serotipe Massachusettes dan sebagian kecil dengan serotipe Connecticut (Indriani dan Darminto 2001). Kemungkinan serotipe dan varian lain perlu digunakan untuk memberikan perlindungan yang mencukupi. Vaksin yang digunakan harus disesuaikan dengan umur dan tipe ayam serta tempat peternakan berada. Pemberian vaksin hidup dapat dilakukan melalui spray, tetes mulut, intranasal, intraokular untuk DOC dan melalui air minum, tetes mulut, intraokular atau spray aerosol untuk unggas yang dewasa. Metode vaksinasi dengan teknik spray sebaiknya diberikan kepada unggas yang telah divaksinasi sebelumnya karena bahaya yang diasosiasikan dengan penetrasi virus ke dalam paru-paru melalui penyemprotan aerosol (Jordan 1994).

(17)

4

peternakan. Standar IP yang baik ialah di atas 300 (Riza 2009). Oleh karena itu, semakin tinggi nilai IP maka semakin berhasil suatu peternakan pedaging tersebut. Faktor yang memengaruhi nilai IP adalah bobot badan, nilai FCR, deplesi populasi dan umur ayam tersebut. Nilai IP dapat diketahui dengan menggunakan rumus :

Feed Conversion Ratio (FCR) atau Rasio Konversi Pakan adalah perbandingan konsumsi pakan dengan pertambahan bobot badan (Achmanu et all. 2011). Konversi pakan juga merupakan salah satu standar dalam berproduksi yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk efisiensi penggunaan pakan oleh ternak (Muharlien et all. 2011). Pertambahan bobot badan ternak yang tinggi akan mempengaruhi nilai konversi pakan tersebut. Pertambahan bobot ternak yang tinggi ditunjang dengan ransum yang cukup kandungan gizinya (Jaelani 2011).

Nilai FCR dapat ditentukan dengan menggunakan rumus :

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh vaksin aktif ND-IB pada performance ayam pedaging.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil uji dan gambaran pengaruh vaksin ND-IB terhadap performance pada ayam pedaging.

BAHAN

DAN

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2012 selama 3 minggu berturut-turut. Penelitian ini bertempat di kandang Unit Pengelola Hewan Laboratorium (UPHL) Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

Bahan dan Alat Penelitian Hewan Coba

(18)

5

dari kelompok vaksin dan tidak diberikan vaksin ditantang dengan virus ND dan IB.

Bahan

KMnO4, Formalin, NaCl fisiologis, alkohol 70%, virus IB isolat lapang dari

Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH) dan ND isolat lapang dari Laboratorium Mikrobiologi Medik Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Vaksin uji ND-IB lived (LaSota H-120) yang diberikan intraokular dan intranasal pada hari pertama.

Alat

Pipet tetes 100 µl, kandang litter, dan timbangan

Metode Penelitian

Sebelum ditempati kandang terlebih dahulu didesinfeksi dengan KMnO4

sebanyak 20 gr yang dicampur Formalin 37% sebanyak 40 cc untuk setiap 1m3 luas kandang dan lantai diberikan litter. Pada hari pertama ayam dibagi dalam 2 kelompok besar yaitu 40 ekor ayam divaksinasi dan 40 ekor ayam tidak divaksinasi. Pada hari ke-14 ayam dibagi menjadi 6 kelompok berdasarkan perlakuan yang dilakukan yang terdiri dari 20 ekor ayam divaksin dan tidak ditantang virus (K1), 10 ekor ayam divaksin dan ditantang virus ND (K2), 10 ekor ayam divaksin dan ditantang virus IB (K3), 20 ekor ayam tidak divaksin dan tidak ditantang (K4), 10 ekor ayam tidak divaksin dan titantang virus ND (K5), dan 10 ekor ayam tidak divaksin dan ditantang virus IB (K6).

Tabel 1 Pembagian kelompok ayam

Kelompok I

(40 ekor vaksin ND-IB)

II

(40 ekor tidak vaksin ND-IB)

KI K2 K3 K4 K5 K6

Pada hari ke-14, sebanyak 10 ekor ayam dari masing-masing kelompok I dan II ditantang dengan virus ND dosis 109 EID50/ 0.5 ml/ ekor dan IB dosis 106

EID50/ 0.5 ml/ ekor. Sekali dalam seminggu dilakukan pencatatan pertambahan

bobot badan, konsumsi pakan, dan jumlah ayam yang mati, lalu dilakukan perhitungan terhadap nilai FCR dan IP ayam pada masing-masing kelompok.

Teknik Vaksinasi

(19)

6

Peubah yang Diamati 1. Bobot Badan/body weight (BW)

Setiap minggu bobot badan ayam ditimbang mulai dari kedatangan pertama hingga akhir penelitian.

BW =

2. Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan diketahui dari jumlah pakan yang diberikan dikurangi dengan sisa pakan pada hari berikutnya. Perhitungan jumlah konsumsi pakan dilakukan setiap hari.

3. Tingkat Kematian (M)

Tingkat kematian dihitung menggunakan rumus :

M =

× 100%

4. FCR (Feed Conversion Ratio)

FCR dihitung dengan menggunakan rumus :

FCR =

5. IP (Indeks Performance)

IP dihitung dengan menggunakan rumus :

IP =

× 100

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan statistik yaitu dengan menguraikan dan memberikan keterangan mengenai data yang diperoleh dan data diolah dengan analisis ragam (ANOVA) dilanjutkan dengan uji Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bobot Badan

(20)

7

memiliki tingkat keganasan yang rendah. Selain itu hal ini mengindikasikan bahwa vaksin telah direspon baik oleh tubuh ayam dan tidak menyebabkan efek stres karena bobot badan dan pertambahan bobot badan ayam sama antara kelompok divaksinasi dengan tidak divaksinasi. Hal yang sama ditunjukkan pada penelitian sebelumnya oleh Zamani et al (2007) dengan vaksin ND-IB. Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Talebi et al (2005) yang mengunakan vaksin IB menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan ayam tidak divaksinasi lebih besar dibanding ayam yang divaksinasi sebelumnya. Berbeda juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Riza (2009) dan Baisa (2011) tetapi dengan vaksin yang berbeda menunjukkan bahwa program vaksinasi dapat meningkatkan bobot badan ayam.

Pada minggu ketiga bobot badan dan pertambahan bobot badan ayam antara kelompok hewan yang ditantang virus ND baik yang divaksinasi dan tidak divaksinasi sebelumnya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0.05). Namun antara kelompok yang ditantang virus ND dengan kelompok tanpa tantangan virus terdapat perbedaan yang nyata (P<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa vaksin tidak memiliki pengaruh terhadap bobot badan dan pertambahannya. Hal yang sama terjadi pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Telebi et al (2008) yang menggunakan vaksin ND-IBD. Hal ini juga mengindikasikan bahwa infeksi virus ND dapat menyebabkan bobot badan ayam menjadi lebih rendah. Lebih rendahnya bobot badan ayam ini terjadi akibat metabolisme tubuh ayam tidak berjalan dengan optimal akibat terjadinya kerusakan beberapa organ tubuh ayam akibat infeksi virus ND sehingga fungsi sistem organ tubuh ayam menjadi terganggu (Alexander 2003).

Tabel 2 Hasil pengamatan rataan bobot badan ayam (gram)

Minggu

Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf P<0.05

Tabel 3 Pertambahan bobot badan ayam

Minggu ke-

Pertambahan bobot badan ayam (gram) pada kelompok

K1 K2 K3 K4 K5 K6

1 176.63±21.72a 176.63±21.72a 176.63±21.72a 172.63±20.88a 172.63±20.88a 172.63±20.88a

2 340±38.99a 340±38.99a 340±38.987a 340±46.48a 340±46.48a 340±46.48a

3 361.38±119.90bc 287.5±155.22ab 456±93.30c 388.95±157.41bc 194.28±124.10a 415±83.34c Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang

nyata pada taraf P<0.05

Feed Conversion Ratio (FCR)

(21)

8

2011). Adapun data hasil perhitungan total konsumsi pakan dan nilai FCR ayam selama percobaan tersaji dalam Tabel 4 dan 5.

Tabel 4. Total konsumsi pakan ayam (gram)

Minggu ke-

Total konsumsi pakan/ekor/minggu pada kelompok

K1 K2 K3 K4 K5 K6

1 265±0.011 265±0.011 265±0.011 259±0.010 259±0.010 259±0.010 2 476±0.009 476±0.009 476±0.009 478±0.010 478±0.010 478±0.010 3 786±0.026 579±0.030 653±0.020 491±0.097 669±0.026 655±0.023

Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa total konsumsi semua kelompok ayam mengalami peningkatan. Pada minggu pertama hingga kedua semua kelompok memiliki total konsumsi pakan yang hampir sama. Penelitian sebelumnya menunjukkan hal yang sama (Telebi et al. 2008) dengan menggunakan vaksin ND-IBD. Berbeda pada minggu ketiga terlihat bahwa terdapat perbedaan konsumsi pakan pada setiap kelompok yang menunjukkan bahwa tantangan virus dan vaksin yang diberikan mempengaruhi konsumsi pakan ayam.

Tabel 5 Nilai FCR ayam dari setiap kelompok

Minggu

Nilai FCR pada minggu pertama dan kedua pada setiap kelompok cenderung sama. Hal ini menunjukkan bahwa vaksin tidak berpengaruh terhadap nilai FCR ayam. Hal yang sama ditunjukkan oleh penelitian Zamani et al (2007). Faktor penentu besarnya nilai FCR adalah total konsumsi dan pertambahan bobot badan. Total konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan ayam pada minggu pertama dan kedua cenderung sama sehingga memiliki nilai FCR yang cenderung sama pula. Berbeda pada minggu ketiga semua kelompok perlakuan memiliki nilai FCR lebih besar dari K4 yang tanpa diberi perlakuan. Nilai FCR yang besar terutama ditunjukkan oleh kelompok yang ditantang dengan virus ND. Hal ini disebabkan total konsumsi pakan oleh ayam pada kelompok tersebut besar dan tidak diimbangi dengan pertambahan bobot badan yang besar sehingga nilai FCR-nya menjadi besar. Baisa (2011) meFCR-nyatakan bahwa FCR merupakan suatu indikator teknis yang dapat menggambarkan tingkat efisiensi pakan. Semakin kecil nilai FCR menunjukkan tingkat efisiensi yang semakin baik, begitu pula sebaliknya. Nilai FCR yang paling kecil pada kelompok ayam tanpa perlakuan sedangkan nilai FCR paling besar ditunjukkan oleh kelompok ayam tanpa vaksinasi dan ditantang virus ND. Hal ini berarti bahwa infeksi virus ND dapat menurunkan efisiensi pakan. Penurunan tersebut terkait dengan fungsi sistem organ ayam tidak berjalan dengan normal akibat infeksi virus ND. Kelompok vaksinasi memiliki nilai FCR yang lebih besar dari kelompok ayam tanpak vaksinasi. Hal ini menunjukkan bahwa vaksin ND-IB yang diberikan dapat menurunkan efisiensi pakan.

(22)

9

dilakukan. Efisiensi pakan pada ayam yang ditantang virus IB tergolong tinggi sebab memiliki nilai FCR yang cenderung kecil. Hal ini mungkin disebabkan keganasan virus IB yang diinfeksikan tergolong rendah sehingga belum mampu mempengaruhi efisiensi pakan.

Persentase Daya Hidup

Persentase daya hidup ayam menunjukkan kemampuan ayam untuk hidup dalam berbagai kondisi yang ada. Baisa (2011) mengatakan bahwa persentase ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, kesehatan yang baik, dan ada tidaknya agen yang infektif. Ayam akan memiliki persentase hidup yang tinggi jika berada dalam kondisi lingkungan dan kesehatan yang baik. Persentase daya hidup ayam tersaji pada Tabel 6.

Tabel 6 Persentase daya hidup ayam

Minggu ke-

Persentase daya hidup(%) pada kelompok

K1 K2 K3 K4 K5 K6

1 100 100 100 100 100 100

2 100 100 100 100 100 100

3 100 60 100 100 30 100

Pada minggu pertama hingga kedua semua kelompok ayam memiliki persentase hidup mencapai 100%. Berbeda pada minggu ketiga, kelompok ayam yang ditantang ND memiliki persentase hidup yang rendah baik yang pada ayam yang divaksin maupun tidak divaksin. Mortalitas ayam yang terinfeksi virus ND dapat mencapai 100% (Alexander 2006). Hasil penelitian Wilyanti (2013) menunjukkan rataan titer antibodi ayam pada kelompok divaksin dan ditantang virus ND (K2) telah mencapai batas minimum perlindungan yaitu 25.00±1.31 sehingga rendahnya persentase daya hidup ayam pada K2 diduga karena keganasan virus ND yang digunakan tergolong tinggi (VVND).

Berkaitan dengan penelitian Annisaa (2013) yang menyatakan bahwa titer antibodi ayam pada kelompok hewan yang ditantang IB tidak mencapai batas minimum perlindungan pada minggu ketiga. sehingga tingginya persentase hidup ayam yang telah divaksin dan ditantang virus IB bukan disebabkan oleh keberhasilan vaksinasi yang telah dilakukan. Rataan titer antibodi yang terbentuk pada kelompok ayam yang divaksin dan ditantang virus IB (K3) hanya mencapai 223.063±214.32 sedangkan titer antibodi minimum perlindungan terhadap virus IB adalah ≥ 838 dengan S/P value ≥ 0.200 (Annisaa 2013). Selain itu, dapat dilihat dari kelompok ayam tanpa vaksinasi dan ditantang virus IB (K6) juga memiliki persentase hidup 100% tanpa dilakukan vaksinasi sebelumnya. Hal ini terjadi karena diduga keganasan virus IB yang digunakan tergolong rendah.

Indeks Performance (IP)

(23)

10

hari ke-21. Data hasil perhitungan indeks performa pasa masing-masing kelompok ayam tersaji pada Tabel 7.

Tabel 7 Nilai IP ayam pada setiap kelompok

Minggu

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Riza (2009) menyatakan bahwa nilai IP ayam yang baik adalah diatas 300, dapat dilihat bahwa performa ayam yang baik ditunjukkan oleh kelompok ayam divaksin dan ditantang IB (K3) dan kelompok tanpa perlakuan (K4) yaitu 328.545 dan 353.936, sedangkan nilai IP terendah ditunjukkan kelompok ayam tanpa vaksinasi dan ditantang virus ND. Nilai IP ayam berbanding lurus dengan bobot hidup rata-rata dan persentase daya hidupnya (Baisa 2011). Hal ini yang menyebabkan nilai IP pada K5 sangat rendah karena memiliki persentase hidup hanya 30%. Selain itu rendahnya nilai IP juga terjadi sebagai akibat reaksi tubuh ayam terhadap virus baik yang berasal dari vaksin atau dari tantangan yang diberikan sehingga metabolisme tubuh ayam tidak bekerja secara optimal. Hal ini menunjukkan bahwa vaksin yang diberikan tidak mampu meningkatkan performance ayam menjadi lebih baik dan akan lebih buruk jika ditantang dengan virus ND. Tingginya nilai IP pada kelompok ayam yang ditantang IB bukan disebabkan oleh vaksinasi yang diberikan sebelumnya sebab terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh Annisaa (2013) menyatakan titer antibodi IB pada ayam tersebut tidak mencapai batas minimum perlindungan.

KESIMPULAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa vaksin yang digunakan tidak efektif dalam mempertahankan performance ayam terutama terhadap ayam dengan infeksi ND karena memiliki nilai IP yang rendah yaitu di bawah 300.

DAFTAR

PUSTAKA

Achmanu, Muharlien, Salaby. 2011. Pengaruh lantai kandang (rapat dan renggang) dan imbangan jantan-betina terhadap konsumsi pakan, bobot telur, konversi pakan dan tebal kerabang pada burung puyuh. J Ternak Tropika. 12(2):1-14.

(24)

11

Alexander DJ. 2003. Newcastle Disease, Other Avian Paramyxoviruses, and Pneumovirus Infection. Di dalam: Saif YM, Editor. Diseases of Poultry. Iowa(US): Blackwell Publ. Ed ke-11.

Annisaa FLN. 2013. Studi kemampuan vaksin aktif ND-IB: pembentuk kekebalan dan perlindungan terhadap paparan virus IB pada ayam pedaging [skripsi]. Bogor(ID): Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Bahri S, Kusumahningsih A. 2005. Potensi, peluang, dan strategi pengembangan vaksin hewan di Indonesia. J Litbang Pertanian, 24(3).

Baisa Y. 2011. Gambaran kinerja ayam pedaging yang divaksinasi dengan berbagai tingkat dosis vaksin IBD Blend Strain Winterfield 2512 [skripsi]. Bogor(ID): Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Boroomand Z, Asasi K. Mohammadi A. 2012. Pathogenesis and tissue distribution of avian Infectious Brochitis virus isolate IRFBV32 (793/B serotype) in experimentally infected broiler chickens. The Scientific World Journal, 2012(1-6).

Cavanagh D, Syed AN. 2003. IB. Di dalam: Saif YM, editor. Diseases of Poultry. Iowa(US): Blackwell Publ. Ed ke-11.

Cook JKA, Jackwood M, Jones RC. 2012. The long view: 40 years of Infectious Bronchitis research. Avian Pathology, 41(3):239-250.

Darminto. 1999. Pengembangan vaksin Infectious Bronchitis inaktif isolat lokal. J. Ilmu Ternak dan Veteriner, 4(2):113-120.

[DEPTAN] Departemen Pertanian. 2010. Konsumsi Daging Menurut Jenis Daging dan Daging Olahan Perkapita [Internet]. [diunduh 2012 April 5]. Tersedia pada:http://www.deptan.go.id /infoeksekutif/ nak /eis_nak 2011/Kons_Daging_Jenis_Olahan_10.pdf.

Fadilah R, Polana A. 2005. Aneka Penyakit pada Ayam dab Cara Mengatasinya. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.

Hewajuli DAH, Dharmayanti NLPI. 2011. Patogenitas virus Newcatle Disease pada ayam. Wartazoa, 21(2).

Jaelani A. 2011. Performans ayam pedaging yang diberi enzim beta mannanase dalam ransum yang berbasis bungkil inti sawit. Media Sains. 3(2):228-237. Jordan FTW. 1994. Infectious Bronchitis. Jordan FTW, editor. Poultry Diseases.

London (GB): Bailliere Tindall. Ed ke-3.

Kencana GAY, Astawa NM, Mahardika IGNK, Gorda IW. 2012. Penyebaran virus vaksin ND pada sekelompok ayam pedaging yang tidak divaksinasi dan dipelihara bersama ayam yang divaksinas. Buletin Veteriner. 4(2):109-117. Kencana GAY, Kardena IM. Mahardika IGNK. 2012. Peneguhan diagnosis

penyakit Newacatle Disease lapang pada ayam buras di Bali menggunakan teknik RT-PCR. J. Kedokteran Hewan, 6(1).

Muharlien, Achmanu, R Rachmawati. 2011. Meningkatkan Produksi Ayam Pedaging Melalui Pengaturan Proporsi Sekam, Pasir dan Kapur Sebagai Litter. J. Ternak Tropika. 12(1): 38-45.

Soedijar, Lestari I. Salam C. 2002. Comparison between HI titers of ND immune serum from eye-drop and intra-nasal routes in SPF chicken. J. Sain Vet, 20(2). Sudaryani T. 2003. Tehnik Vaksinasi dan Pengendalian Penyakit Ayam. Jakarta

(ID): Penebar Swadaya.

(25)

12

Riza F. 2009. Pengaruh vaksinasi Infectious Bursal Disease inaktif terhadap konerja ayam pedaging [skripsi]. Bogor(ID): Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Telebi A, Amirzadeh B, Mokhtari B, Gahri H. 2008. Effect of a multi-starin probiotic (PrimaLac) on performance and antibody responses to Newcastle Disease virus and Infectious Bursal Disease virus vaccination in broiler chickens. Avian Patology, 37(5):509-5012.

Telebi A, Pourbakhsh SA, Dorostkar K. 2005. Effects of vaccination routes against IB on performance and immune responses of broiler chickens. Journal of Poultry Science, 4(10):795-798.

Ternagda Z, Yougbaré I, Kam A, Tahita MC, Ouduedraogo JB. 2011. Prevalence of Infectious Bronchitis and Newcastle disease virus among domestic and wild birds in H5N1 outbreaks areas. J Infect Dev Ctries, 5(8):565-570.

Wibowo MH, Amanu S. 2010. Perbandingan beberapa program vaksinasi penyakit Newcastle pada ayam buras. J Sain Vet, 28(1).

Wilyanti. 2013. Studi kemampuan vaksin ND-IB lived: pembentuk kekebalan dan perlindungan terhadap paparan virus Newcastle Disease pada ayam pedaging [skripsi]. Bogor(ID): Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Yan f, zhao Y, Hu Y, Qiu J, Lei W, Ji W, Li X, Wu Q, Shi X, Li Z. 2003.

Protection of chickens against Infectious Bronchitis virus with a multivalent DNA vaccine and boosting with an inactivated vaccine. J Vet Sci, 14(1):53-60.

(26)

13

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Polewali pada tanggal 16 Agustus 1991 sebagai anak kedua dari empat bersaudara pasangan Bapak Nawawi Yusuf dan Ibu Dahyana. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN 026 Polewali tahun 2003. Pada tahun 2006 penulis menyelesaikan pendidikan di SMPN 1 Polewali. Lalu penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Polewali dan lulus tahun 2009. Selama masa sekolah di SMAN 1 Polewali, penulis aktif dalam organisasi Pioneer English Conversation Club, OSIS, dan pernah menjabat sebagai ketua Majelis Permusyawaratan Kelas (MPK) periode 2007-2008. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Gambar

Tabel 2 dan 3 menunjukkan bahwa rataan bobot badan ayam dan pertambahan Berdasarkan analisa statistik dari data hasil pengamatan yang disajikan pada bobot badannya pada minggu pertama hingga ketiga antara kelompok ayam yang divaksinasi dan tidak divaksinas

Referensi

Dokumen terkait

a) Untuk menentukan Kadar Aspal Optimum dengan metode Australia pada campuran aspal porus yang menggunakan aspal konvensional penetrasi 60/70. b) Untuk membandingkan karakteristik

Berdasarkan dari tiap butir pertanyaan pada penelitian terdahulu yang sudah dilakukan oleh peneliti, maka akan dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai

Berdasarkan hasil penelitian “percepatan tanah maksimum dan Mikrozonasi dari percepatan tanah diwilayah Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul Berdasarkan Pengukuran

Contoh peta dinamis antara lain peta jaringan jalan ( Marah Uli, 2007:5). Peta, selain disajikan dalam bentuk lembaran terpisah dapat juga dikumpulkan dalam satu buku.

Penelitian Ramos et al (2016) meyebutkan bahwa karyawan dengan usia tua (lebih berpengalaman) adalah yang paling tangguh dan terikat dengan pekerjaanya, hal ini

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antifungi ekstrak lengkuas merah, jahe, dan kunyit terhadap aktivitas jamur Candida albicans.. Selain itu juga