• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTIAL LEARNING DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS PROSEDUR KOMPLEKS PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTIAL LEARNING DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS PROSEDUR KOMPLEKS PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTIAL LEARNING

DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP KEMAMPUAN

MENULIS TEKS PROSEDUR KOMPLEKS PADA

SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 MEDAN

TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

BASUKI RACHMAT SINAGA

NIM 2123111007

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Basuki Rachmat Sinaga, NIM 2123111007, Pengaruh Model Pembelajaran Experiential Learning dengan Media Audiovisual terhadap Kemampuan Menulis Teks Prosedur Kompleks Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Medan Tahun Pembelajaran 2016/2017. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia/S1 Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran experiential learning dengan media audiovisual terhadap kemampuan menulis teks prosedur kompleks pada siswa kelas x SMA Negeri 5 Medan Tahun Pembelajaran 2016/2017 yang terdiri dari 9 kelas dengan jumlah siswa 360 orang. Sampel yang diambil adalah 40 orang. Instrumen yang digunakan untu k menjaring data adalah tes uraian. Penelitian ini bersifat eksperimen dengan model one group pre-test post-test design. Distribusi data yang diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan menulis teks prosedur kompleks sebelum menggunakan model pembelajaran experiential learning dengan media audiovisual berada dalam kategori kurang dengan nilai rata-rata sebesar 57,62. Kemampuan menulis teks prosedur kompleks sesudah menggunakan model embelajaran experiential learning dengan media audiovisual berada dalam kategori baik dengan nilai rata-rata sebesar 80,27. Berdasarkan perhitungan uji normalitas menunjukkan bahwa data pre-test dan data post-test berdistribusi normal. Hajil uji homogenitas membutikan bahwa sampel berasal dari populasi yang homogen. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji “t”. Hasil perhitungan uji “t” pada taraf signiikan 5% diperoleh thitung lebih besar dari ttabel yaitu 10,58 2,02, maka

hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Hal ini

membuktikan bahwa model pembelajaran experiential learning dengan media audiovisual berpengaruh signifikan terhadap kemampuan menulis teks prosedur kompleks siswa kelas X SMA Negeri 5 Medan Tahun Pembelajaran 2016/ 2017.

Kata Kunci: Experiential Learning, Media Audiovisual, Teks Prosedur

(7)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan

anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini

berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Experiential Learning dengan Media

Audiovisual Terhadap Kemampuan Menulis Teks Prosedur Kompleks Pada Siswa

Kelas X SMA Negeri 5 Medan Tahun Pembelajaran 2016/2017.” Penulisan

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan pada Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas

Negeri Medan.

Penulis menerima berbagai masukan dan dukungan dari berbagai pihak,

baik segi material maupun spiritual. Oleh karena itu, rasa hormat dan ucapan

terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd., Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni.

3. Drs. Syamsul Arif, M.Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.

4. Trisnawati Hutagalung, S.Pd., M.Pd., Sekretaris Jurusan Bahasa dan

Sastra Indonesia dan Dosen Penguji..

5. Fitriani Lubis, S.Pd., M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia.

6. Prof. Dr. Khairil Ansari, M.Pd., Dosen Pembimbing Skripsi.

7. Dr. Mutsyuhito Solin, M.Pd., Dosen Pembimbing Akademik.

8. Drs. Sanggup barus, M.Pd., Dosen Penguji.

9. Bapak/Ibu Dosen serta Staf Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia,

(8)
(9)

iii

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Batasan Masalah ... 11

D. Rumusan Masalah ... 12

E. Tujuan Penelitian ... 13

F. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 15

A. Landasan Teoretis ... 15

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 16

2. Hakikat Model Pembelajaran Experiential Learning ... 16

a. Pengertian Model Experiential Learning ... 10

b. Karakteristik Experiential Learning ... 17

c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Experiential Learning ... 18

d. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Experiential Learning ... 19

3. Media Audiovisual ... 21

a. Pengertian Media ... 21

b. Media Audiovisual... 22

c. Media Video ... 23

(10)

iv

a. Pengertian Menulis ... 24

b. Fungsi ... 24

c. Tujuan Menulis ... 25

5. Teks Prosedur Kompleks ... 26

a. Pengertian Teks Prosedur Kompleks ... 26

b. Struktur Teks Prosedur Kompleks ... 27

c. Ciri Kebahasaaan Teks Prosedur Kompleks... 29

d. Contoh Teks Prosedur Kompleks ... 31

e. Aspek/Kriteria Penilaian Keterampilan Menulis Teks Prosedur Kompleks ... 37

B. Kerangka Konseptual ... 38

C. Hipotesis Penelitian ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 41

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

B. Populasi dan Sampel ... 42

a. Populasi Penelitian ... 42

b. Sampel Penelitian ... 43

C. Metode Penelitian... 44

D. Desain Penelitian ... 45

E. Desain Penelitian ... 32

F. Jalannya Eksperimen ... 47

G. Instrumen Penelitian... 50

H. Teknik Analisis Data ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61

A. Hasil Penelitisn ... 61

B. Analisis Data ... 64

C. Uji Persyaratan Analisis Data ... 73

(11)

v

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 81

A. SIMPULAN ... 81

B. SARAN... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(12)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Populasi Siswa Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Medan ... 43

Tabel 3.2 Desain Eksperimen One Group Pre-test dan Post-test ... 46

Tabel 3.3 Jalannya Eksprimen ... 48

Tabel 3.4 Aspek/kriteria Penilaian Kemampuan Menulis Teks Prosedur

Kompleks ... 51

Tabel 3.5 Kategori Penilaian ... 54

Tabel 4.1 Data Hasil Menulis Teks Prosedur Komplek Sebelum Menggunakan Model Pembelajaran Experiential Learning dengan Media Audiovisual (Pre-test) ... 50

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Sebelum Penggunaan Model Pembelajaran Experiential Learning dengan Media Audiovisual ... 61

Tabel 4.3 Identifikasi Kecenderungan Hasil Sebelum Penggunaan Model Pembelajaran Experiential Learning dengan Media Audiovisual ... 63

Tabel 4.4 Data Hasil Menulis Teks Prosedur Komplek Sesudah Menggunakan Model Pembelajaran Experiential Learning dengan Media Audiovisual (Post-test) ... 64

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Sesudah Penggunaan Model Pembelajaran Experiential Learning dengan Media Audiovisual ... 66

Tabel 4.6 Identifikasi Kecenderungan Hasil Sesudah Penggunaan Model Pembelajaran Experiential Learning dengan Media Audiovisual ... 67

Tabel.4.7 Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Experiential Learning dengan Media Audiovisual Terhadap Kemampuan Menulis Teks Prosedur Kompleks Siswa SMA Negeri 5 Medan... ... 68

Tabel 4.8 Uji Normalitas Data Sebelum Menggunakan Model Pembelajaran Experiential Learning dengan Media Audiovisual (Pre-test) ... 70

(13)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus Bahasa Indonesia Kelas X ... 85

Lampiran 2 RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) ... 86

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa (Pre-test)... 101

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa (Post-test)... 102

Lampiran 5 Tabel Z Distribusi Normal... 103

Lampiran 6 Nilai Kritis L untuk Uji Liliefors... 106

Lampiran 7 Tabel F ... 108

Lampiran 8 Tabel Distribusi t... 109

Lampiran 9 Hasil Pre-test... 100

Lampiran 10 Hasil Post-test... 104

(14)

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia merupakan satu bentuk alat komunikasi dan

sebagai alat pemersatu bangsa. Bahasa Indonesia juga merupakan salah

satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Pengajaran

bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu sarana

mengupayakan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia secara

terarah. Maka dari itu proses pengajaran bahasa Indonesia diharapkan

siswa mempunyai kemampuan yang memadai untuk menggunakan bahasa

Indonesia secara baik dan benar.

Belajar berbahasa merupakan belajar berkomunikasi. Menurut

Thomspson (2003:1), “Komunikasi merupakan fitur mendasar dari

kehidupan sosial dan bahasa merupakan komponen utamanya. Pernyataan

tersebut menyaratkan kegiatan berkomunikasi tidak dapat dilepaskan dari

kegiatan berbahasa.” Pembelajaran bahasa juga ditujukan untuk

menumbuhkan kebanggaan dalam berbahasa. Namun, dewasa ini para

siswa kurang memiliki motivasi untuk menggunakan bahasa Indonesia.

Karena kurang memiliki motivasi maka kebanggaan menggunakan bahasa

Indonesia juga menurun, bahkan implikasinya terasa dalam pencapaian

prestasi belajar yang kurang membanggakan. Kondisi ini memerlukan

(15)

2

kebanggaan berbahasa Indonesia menjadi tumpuan bangsa Indonesia

kelak.

Secara umum keterampilan berbahasa meliputi empat aspek, yaitu

kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek

tersebut saling berkaitan satu sama lain. Pada dasarnya belajar bahasa

diawali dengan menyimak, berangsur-angsur meniru, dan

mengucapkannya kembali. Kemudian memahami bahasa tersebut dalam

bentuk tulisan, yaitu dengan belajar membaca. Pada tahap akhir

kemampuan mengembangkan bahasa tulisan yang disebut dengan menulis

(Tarigan, 1986:1).

Sehubungan dengan itu, Nurgiyantoro (2012: 423) menyatakan

“Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa untuk

menuangkan ide dalam bentuk tulisan.” Menulis sebagai wujud kemahiran

berbahasa mempunyai manfaat yang besar bagi kehidupan manusia,

khususnya para siswa. Pada saat menulis, siswa dituntut berpikir untuk

menuangkan gagasan secara tertulis berdasarkan pengetahuan dan

pengalaman yang dimiliki. Aktivitas tersebut memerlukan kesungguhan

untuk mengolah, menata, dan mempertimbangkan secara kritis gagasan

yang akan dituangkan dalam bentuk tulisan.

Untuk meningkatkan minat belajar siswa, khususnya dalam hal

menulis tidaklah mudah. Itu sangat bergantung pada kesiapan siswa untuk

(16)

3

harus mampu menciptakan situasi yang kondusif serta memberikan

kegiatan yang menarik sebagai proses untuk memulai pelajaran (Indriana,

2012:94).

Komponen yang mempengaruhi proses pembelajaran adalah siswa,

guru, tujuan pembelajaran, materi, strategi, media dan pendekatan serta

evaluasi. Jika salah satu komponen tersebut kurang maksimal, maka

pengaruhnya adalah proses pembelajaran pun menjadi kurang maksimal

pula. Kreativitas guru dalam menyampaikan materi yang dibawakan serta

penggunaan media atau strategi sangat berpengaruh terhadap ketertarikan

siswa dalam belajar.

Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 diarahkan

pada pembelajaran berbasis teks. Pembelajaran ini dilaksanakan dengan

menerapkan prinsip bahwa (1) bahasa hendaknya dipandang sebagai teks,

bukan semata-mata kumpulan kata atau kaidah kebahasaan, (2)

penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk

kebahasaan untuk mengungkapkan makna, (3) bahasa bersifat fungsional

yaitu penggunaan bahasa yang tidak pernah dapat dilepaskan dari konteks

karena bentuk bahasa yang digunakan itu mencerminkan ide, sikap, nilai,

dan ideologi penggunanya, dan (4) bahasa merupakan sarana pembentukan

kemampuan berpikir manusia. Dengan prinsip itu, perlu disadari bahwa

setiap teks memiliki struktur tersendiri yang satu sama lain berbeda.

Sementara itu, struktur teks merupakan cerminan struktur berpikir

(17)

4

dikuasai siswa makin banyak pula struktur berpikir yang dapat digunakan

siswa dalam kehidupan sosial dan akademiknya. Hanya dengan cara itu,

siswa akan dapat mengonstruksi ilmu pengetahuan, yaitu melalui

mengobservasi, mempertanyakan, mengasosiasikan, menganalisis, dan

menyajikan hasil analisis secara memadai.

Salah satu pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks dalam

Kurikulum 2013 yaitu pembelajaran teks prosedur kompleks yang

merupakan Kompetensi Dasar (KD) yang harus dikuasai oleh setiap siswa

di kelas X SMA/SMK. Dengan Kompetensi Dasar (KD) 4.2 Memproduksi

teks prosedur kompleks yang koheren sesuai dengan karakteristik teks yang

akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan. Memproduksi adalah

menghasilkan; mengeluarkan hasil (Depdiknas, 2008:1103). Dalam hal ini

siswa dituntun untuk memproduksi sebuah tulisan. Tulisan yang akan

dibuat siswa adalah teks prosedur kompleks.

Teks prosedur adalah teks yang berisi langkah-langkah atau

tahapan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan (Kemdikbud,

2014:36). Dalam pembelajaran menulis teks prosedur kompleks, siswa

dituntut untuk mengetahui struktur teks, isi teks, ciri-ciri teks, syarat teks,

dan cara menulis teks prosedur kompleks. Setelah siswa mengetahui

hal-hal tersebut, siswa dituntut untuk lebih kreatif dalam menuangkan

gagasan-gagasan dan idenya dalam menulis teks prosedur kompleks.

(18)

5

diharapkan sudah menjadi sebuah teks prosedur kompleks yang baik

dengan memenuhi struktur dan kaidah teks prosedur kompleks.

Namun, mengingat teks prosedur kompleks adalah teks yang baru

muncul dalam pelajaran bahasa indonesia kelas X Kurikulum 2013, masih

banyak siswa yang bingung akan pengertian dan struktur teks prosedur

kompleks. Pengetahuan siswa tentang unsur-unsur dan langkah-langkah

dalam menulis teks prosedur kompleks pun masih tertukar dengan

unsur-unsur dan langkah-langkah dalam teks prosedur biasa. Jika pengetahuan

siswa masih rendah mengenai teks prosedur kompleks, maka

kemungkinan untuk menghasilkan teks prosedur kompleks yang baik akan

sulit dicapai.

Pembelajaran menulis telah lama menjadi satu masalah dalam

sistem pembelajaran bahasa Indonesia. Trimantara (2005:2) menyatakan,

“Beberapa faktor yang menyebabkan tidak tercapainya pembelajaran

menulis adalah 1) rendahnya tingkat penguasaan kosa kata sebagai akibat

rendahnya minat baca, 2) kurangnya penguasaan keterampilan

mikrobahasa, seperti penggunaan tanda bahasa, kaidah-kaidah penulisan,

penggunaan kelompok kata, penyusunan klausa dan kalimat dengan

struktur yang benar, sampai penyusunan paragraf, 3) kesulitan menemukan

metode pembelajaran menulis sesuai dengan kondisi dan kemampuan

siswa, serta 4) ketiadaan atau keterbatasan media pembelajaran menulis

yang efektif.” Sehubungan dengan itu, Graves (dalam Yunus, 2009:14)

(19)

6

dia menulis, merasa tidak berbakat menulis, dan merasa tidak tahu

bagaimana harus menulis.”

Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Aulia Ratna Sari dalam

pembelajaran menulis teks prosedur kompleks pada siswa kelas X SMA

Negeri 6 Yogyakarta pada Tahun Pembelajaran 2014/2015.” Dalam

penelitian tersebut nilai rata-rata siwa pada kondisi awal sebesar 58,6

dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sebesar 70. Pada siklus I nilai

rata-rata siswa sebesar 66,7, dan pada siklus II sebesar 73,7. Masalah

penelitian diambil dari pengalaman empiris bahwa kemampuan siswa

dalam menulis masih rendah.

Sehubungan dengan itu, menurut penelitian yang dilakukan oleh

Zuzan Maria Rezeki Tampubolon di SMA Negeri 20 Medan Tahun

Pembelajaran 2014/2015, pada kegiatan menulis teks prosedur kompleks

ditemukan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia guru masih

menggunakan media pembelajaran yang kurang bervariasi dan menarik,

sehingga siswa cepat merasa bosan pada saat mengikuti proses

pembelajaran. Adapun dalam penelitiannya hasil yang diperoleh sebelum

eksperimen dalam kategori cukup dengan nilai rata-rata 62,83, nilai

tertinggi 80 dan nilai terendah yaitu 45. Kemampuan siswa dalam menulis

teks prosedur kompleks siswa sesudah eksperimen masuk dalam kategori

baik dengan nilai rata-rata 82,55 nilai tertinggi 90 dan nilai terendah yaitu

(20)

7

Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis dengan salah satu

guru mata pelajaran bahasa indonesia SMA Negeri 5 Medan, Ibu B.A

Harianja, S.Pd., penulis dapat mengetahui gambaran dalam pembelajaran

teks prosedur kompleks minat belajar siswa yang rendah, kebanyakan

siswa malas dalam menulis teks. Dalam menulis teks prosedur kompleks,

siswa hanya mampu menuliskan rangakain teks yang belum lengkap

berdasarkan strktur dan ciri kebahasaannya. Salah satu masalah klasik

yang tak pernah hilang adalah kegiatan menulis masih dirasa sebagai hal

yang sulit untuk siswa. Selain itu, kondisi siswa yang menurut guru sulit

untuk diatur dan lambat menerima pembelajaran, memaksa guru banyak

melakukan teknik ceramah. Berdasarkan alasan-alasan tersebut

menyebabkan rendahnya nilai siswa dalam menulis teks prosedur

kompleks. Adapun nilai rata-rata yang diperoleh siswa dalam menulis teks

prosedur kompleks adalah 72,5 dari nilai KKM 75.

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan pada siswa kelas

X MIA 5, SMA Negeri 5 Medan dapat diketahui bahwa kemampuan siswa

dalam menulis teks prosedur kompleks belum mumpuni atau dapat

dikatakan rendah. Siswa cenderung sulit menuangkan ide dan gagasannya

ke dalam tulisan, terlebih jika siswa diminta untuk menuliskan sebuah

tulisan yang sifatnya memberikan informasi kepada pembaca. Sebagian

besar siswa melakukan kesalahan akibat keterbatasan referensi. Selain itu,

dalam pembelajaran di kelas, penggunaan metode, teknik, media, dan

(21)

8

membuat siswa menjadi bosan. Guru juga kurang memberikan motivasi

belajar dan penekanan bahwa bisa menulis teks prosedur kompleks itu

penting dan bisa berguna bagi diri siswa sendiri dan orang lain.

Pentingnya keterampilan menulis bagi siswa, membuat guru yang

memegang peranan penting. Perlu adanya perbaikan dan upaya

peningkatan dalam pembelajaran yang bertujuan untuk mengaktifkan

siswa dalam kegiatan belajar agar memperoleh hasil belajar yang baik.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi

pembelajaran tersebut adalah dengan melakukan inovasi. Inovasi tersebut

beruoa pengunaan dan pengembangan model pembelajaran. Adapun

model pembelajaran yang akan digunakan penulis yaitu model

pembelajaran experiential learning dengan dibantu penggunaan media

video agar menarik minat siswa untuk belajar.

Pembelajaran dengan model experiental learning diperkenalkan

oleh David Kolb yang mendefinisikan belajar sebagai proses bagaimana

pengetahuan diciptakan melalui perubahan bentuk pengalaman. Model ini

disebut juga dengan model pembelajaran berbasis pengalaman yang

mendefinisikan belajar sebagai proses mengkonstruksikan pengetahuan

melalui transformasi pengalaman. Belajar dari pengalaman mencakup

keterkaitan antara berbuat dan berpikir. Menurut Atherton (dalam

Fathurrohman, 2015:128) “Pada konteks belajar pembelajaran berbasis

pengalaman dapat dideskripsikan sebagai proses pembelajaran yang

(22)

9

pemahaman baru atau proses belajar. Pembelajaran berbasis pengalaman

memanfaatkan pengalaman baru dan reaksi pembelajar terhadap

pengalamannya untuk membangun pemahaman dan transfer pengetahuan,

keterampilan, dan sikap.”

Sehubungan dengan itu Fathurrohman (2015:129) menyatakan,

“Experiential Learning adalah proses belajar, proses perubahan yang

menggunakan pengalaman sebagai media belajar atau pembelajaran bukan

hanya materi yang bersumber dari buku atau pendidik.” Di dalam proses

belajar dengan model ini guru berfungsi sebagai seoarang fasilitator.

Artinya, guru hanya memberikan arah (guide) tidak memberikan informasi

secara sepihak dan menjadi sumber pengetahuan tunggal. Setelah siswa

melakukan suatu aktivitas belajar, selanjutnya siswa akan mengabstraksi

sendiri pengalamannya. Misalnya apa yang dirasakan oleh siswa pada saat

menyelenggarakan pertunjukan, permasalahan yang dihadapi, bagaimana

cara menyelesaikan masalah, dan apa yang dapat dipelajari untuk

memperbaiki diri di masa depan. Jadi, guru lebih menggali pengalaman

siswa itu sendiri.

Untuk itu, kemampuan yang diperlukan untuk menjadi fasilitator

adalah mengobservasi perilaku siswa, menghidupkan suasana aktif

partisipatif, bersikap netral dan percaya atas kemampuan peserta didik

untuk memecahkan persoalannnya sendiri. Dengan demikian,

pembelajaran dengan model Experiental Learning akan menciptakan

(23)

10

manfaat ilmu yang dipelajarinya. Hal tersebut disebabkan siswa

mempraktikkan dan belajar dari pengalamannya.

Menurut Sanjaya (2014:162), “Proses pembelajaran merupakan

proses komunikasi. Dalam suatu proses komunikasi selalu melibatkan tiga

komponen pokok, yaitu komponen pengirim pesan (guru), komponen

penerima pesan (siswa), dan komponen pesan itu sendiri yang biasanya

berupa materi pelajaran.” Kadang-kadang dalam proses pembelajaran

terjadi kegagalan komunikasi. Artinya, materi pelajaran atau pesan yang

disampaikan guru tidak dapat diterima oleh siswa dengan optimal, artinya

tidak seluruh materi pelajaran dapat dipahami dengan baik oleh siswa;

lebih parah lagi siswa sebagai penerima pesan salah menangkap isi pesan

yang disampaikan. Untuk menghindari semua itu, maka guru dapat

menyusun strategi pembelajaran dengan memanfaatkan media dan sumber

belajar. Jadi dalam penelitian ini, peneliti juga memanfaatkan media

pembelajaran audiovisual dalam proses pembelajaran. Penggunaan media

bertujuan agar siswa dapat berpikir kritis, kreatif, memiliki kepekaan, serta

mempertajam daya pikir, dan imajinasinya.

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang diangkat oleh

penulis adalah “Pengaruh Model Pembelajaran Experiential Learning

dengan Media Audiovisual Terhadap Kemampuan Menulis Teks Prosedur

Kompleks pada Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Medan Tahun Pembelajaran

(24)

11

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang muncul

dapat diidentifikasikan sebagai berikut.

(1) Siswa belum mampu menuangkan ide dalam menulis teks prosedur

kompleks.

(2) Minat belajar siswa dalam materi menulis teks prosedur kompleks

rendah.

(3) Rendahnya hasil belajar teks prosedur kompleks.

(4) Penggunaan model yang selama ini dilakukan kurang bervariasi

dan menarik bagi siswa.

(5) Penggunaan media yang ada selama ini kurang menarik bagi siswa.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah dapat

diungkapkan bahwa topik penelitian ini mempunyai masalah yang luas,

sehingga perlu adanya pembatasan masalah agar diungkapkan dalam

penelitian ini. Adapun pembatasan masalah ini diambil dari identifikasi

masalah (4) dan (5) yaitu penggunaan model dan media pembelajaran

yang kurang bervariasi dan menarik. Dalam penelitian ini model

pembelajaran yang digunakan adalah experiential learning yang dibantu

(25)

12

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah dalam

penelitian yang dilakukan terlihat di bawah ini.

(1) Berapakah nilai rata-rata menulis teks prosedur kompleks siswa

kelas X SMA Negeri 5 Medan Tahun Pembelajaran 2016/2017

sebelum menggunakan model pembelajaran experiential learning

dengan media audiovisual?

(2) Berapakah nilai rata-rata menulis teks prosedur kompleks siswa

kelas X SMA Negeri 5 Medan Tahun Pembelajaran 2016/2017

sesudah menggunakan model pembelajaran experiential learning

dengan media audiovisual?

(3) Apakah ada pengaruh model pembelajaran experiential learning

dengan media audiovisual terhadap kemampuan menulis teks

prosedur kompleks siswa kelas X SMA Negeri 5 Medan Tahun

Pembelajaran 2016/2017?

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan

sebagai berikut.

(1) Untuk mengetahui nilai rata-rata menulis teks prosedur

kompleks siswa kelas X SMA Negeri 5 Medan Tahun

Pembelajaran 2016/20176 sebelum menggunakan model

(26)

13

(2) Untuk mengetahui nilai rata-rata menulis teks prosedur

kompleks siswa kelas X SMA Negeri 5 Medan Tahun

Pembelajaran 2016/2017 sesudah menggunakan model

pembelajaran experiential learning dengan media audiovisual.

(3) Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh model

pembelajaran experiential learning dengan media audiovisual

terhadap kemampuan menulis teks prosedur kompleks siswa

kelas X SMA Negeri 5 Medan Tahun Pembelajaran 2016/2017.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penilian untuk skripsi ini yaitu manfaat

teoretis dan praktis.

1. Manfaat Teoretis

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memperkaya model

pembelajaran inovatif dalam dunia pendidikan dan menjadi sebuah

upaya untuk meningkatkan pembelajaran menulis teks prosedur

kompleks. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan alternatif

untuk menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia

di sekolah umumnya dan untuk pembelajaran menulis teks prosedur

kompleks khususnya melalui model pembelajaran experiential

(27)

14

2. Manfaat Praktis

(1) Sebagai masukan dan pengembangan wawasan guru bahasa dan

sastra Indonesia untuk melihat kemampuan siswa dalam menulis

teks prosedur kompleks.

(2) Hasil penelitian ini tidak hanya mempermudah siswa dalam

menulis, akan tetapi juga memberikan pengalaman menarik

terutama dalam proses kreatif menulis siswa.

(3) Penelitian ini akan membentuk pengabdian dan penerapan dari

ilmu yang didapat, memberikan pengalaman kepada peneliti, serta

memberikan informasi kepada masyarakat terutama dalam bidang

(28)

81

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pengujian hipotesis

tentang pengaruh model pembelajaran Experiential Learning dengan Media

Audiovisual terhadap kemampuan menulis teks prosedur kompleks oleh siswa

kelas X SMA Negeri 5 Medan, maka berdasarkan data tersebut dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan Menulis Teks Prosedur Kompleks Siswa Kelas X SMA

Negeri 5 Medan Tahun Pembelajaran 2016/2017 sebelum Menggunakan

Model Pembelajaran Experiential Learning dengan Media Audiovisual

tergolong pada kategori kurang dengan nilai rata-rata 57,62.

2. Kemampuan Menulis Teks Prosedur Kompleks Siswa Kelas X SMA

Negeri 5 Medan Tahun Pembelajaran 2016/2017 sesudah Menggunakan

Model Pembelajaran Experiential Learning dengan Media Audiovisual

tergolong pada kategori baik dengan nilai rata-rata 80,27.

3. Model pembelajaran Experiential Learning dengan Media Audiovisual

mempunyai pengaruh terhadap kemampuan memproduksi teks prosedur

siswa kelas X SMA Negeri 5 Medan tahun Pembelajaran 2016/2017. Hal

ini dapat dilihat dari hasil yang diperoleh t0 lebih besar dari ttabel yaitu

(29)

82

B. Saran

Berdasarkan simpulan tersebut, maka saran yang dapat diberikan

adalah sebagai berikut.

1. Untuk guru bidang studi bahasa Indonesia dapat menjadikan model

pembelajaran Experiential Learning dengan Media Audiovisual sebagai

salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan menulis teks

prosedur komplek karena model pembelajaran Experiential Learning

dengan Media Audiovisual terbukti berpengaruh dalam meningkatkan

kemampuan menulis teks prosedur kompleks.

2. Perlunya dilakukan penelitian lanjutan oleh peneliti lain guna memberi

masukan yang konstruktif bagi dunia pendidikan pada pembelajaran

berbasis teks dalam kurikulum 2013.

3. Penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan bagi peneliti lain dalam

(30)

83

DAFTAR PUSTAKA

Alwi Hasan, dkk. 2004. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, Azhar. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Asra, Darmawan Riana. 2007. Komputer dan Media Pembelajaran di SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional.

Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Djamarah, Zain, 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Fathurrohman, Muhammad. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Arr-ruz Media

Indriana, Dina. 2012. Mengenal Ragam Gaya Pembelajaran Efektif. Yogyakarta: DIVA Press.

Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Medan Persada

Kemendikbud. 2013. Bahasa Indonesia: Buku Guru Ekspresi Diri dan Akademik.Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

____________. 2013. Bahasa Indonesia: Buku Siswa Ekspresi Diri Dan Akademik. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Mahsun. 2014. Teks Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013. Jakarta Rajawali Press

Nurgiyantoro.2012. Penilaian dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Priyatni, Endah Tri. 2013. Desain Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Sanjaya, Wina. 2014. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Prenada Media

(31)

84

Prastowo, Andi. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press

Sriyanti, Maya. 2013. “Keefektifan Metode Pembelajaran Berbasis

Pengalaman(Experiential Learning) dalam Pembelajaran Menulis Narasi Ekspositoris pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Seyegan

Sleman”. Skripsi S1. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

FBS, UNY.

Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Statistika Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo

Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuanlitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suparno dan Yunus, Moh. 2009. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka

Tampubolon, Zuzan Maria. 2015. Pengaruh Media Gambar Terhadap Kemampuan Menulis Teks Prosedur Kompleks pada Siswa Kelas X SMA Negeri 20 Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015. Universitas Negeri Medan: FBS

Tarigan, H.G. 1986. Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa.

Thompson. N. 2003. Communication and Language. New York: Macmillan

Referensi

Dokumen terkait

Dua kelas kesesuaian medan tersebut terdiri kelas II (sesuai) dan kelas III (sedang). -faktor yang menguntungkan adalah kemiringan lereng, tingkat erosi, gerak massa batuan, lama

The Financing Instrument for Development Cooperation under which EC development assistance to Indonesia is provided, has as its main objective the eradication of poverty in the

Tujuan penyusunan KTSP adalah agar sekolah (para guru) mampu dan berani menyusun dan mengembangkan kurikulum sesuai dengan mata ajar yang menjadi tanggungjawabnya di sekolah,

NO Nama Guru Mata Pelajaran Kelas Januari Minggu ke… Februari minggu ke… Maret minggu ke… April minggu ke… Keterangan... Choirur Rosyidin Miftahul Huda Ainun Naim Arifin Ali

CATATAN DISKUSI DAN KONSULTASI GURU.. Nama

PENGUMPULAN DATA & INFORMASI PENDUKUNG AKREDITASI. SDN JATIBENING

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan (1) implementasi nilai kedisiplinan pendidikan karakter yang diterapkan di SMA Kristen Widya Wacana melalui aturan atau tata

Penelitian dilakukan dengan intervensi pemberian cuka apel sebagai menu tambahan pada lansia dengan pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah intervensi agar