1
Dewasa ini berbagai kasus sosial masyarakat ditegah proses
pembangunan nasional sangat merebak, yang mana dengan tujuan
pembangunan nasional tersebut dapat dilihat dengan terwujudnya
masyarakat yang selaras, serasi, dan seimbang antara kemajuan lahiriah
dan batiniahnya serta merata diseluruh tanah air.1
Hal di atas itu masih jauh dari kata terwujud, bahkan masih jauh
sekali. Dengan terjadinya banyak kasus-kasus yang memprihatinkan.
Bayangkan, hati siapa yang tidak miris jika melihat anak baru lulus SD
harus bekerja. Hati siapa yang tak luluh bila dihadapkan dengan seorang
anak perempuan yang menjadi korban perkosaan laki bejat atau
laki-laki iseng yang jahat? Apa yang terpikir di kepala kita jika ada seorang
ayah atau ibu membunuh anaknya sendiri? Anak yang dilacurkan, anak
yang diperdagangkan, buruh anak, anak korban perdofilia, siswa yang
putus sekolah, anak jalanan, anak korban tindak kekerasan, anak korban
pelecehan, dan serangan seksual dan anak korban kerusuhan.2 Disisi lain
juga begitu banyak kisah-kisah yang sangat menyedihkan dan
memprihatinkan. Bagaimana tidak seorang anak berusia 10 tahun yang
tega membunuh anak yang berusia 3 tahun. Kisah tersebut menjadi
1
M. Muhtaram, Membangun Sikap Mental Berwawasan Profetik Dalam Pembangunan Nasional, Jurnal Suhuf, No. 01 Tahun V -1998, (Pabelan; UMS., 1998). hlm. 117-118.
2 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, (Jakarta; Kencana Prenada Media Group, 2010),
peringatan kepada orang tua yang tidak membimbing dan menumbuhkan
kecerdasan spiritual dalam jiwa anaknya.3Penderitaan-penderitaan
semacam ini akan mengakibatkan frustasi dalam hidupnya. Karena dari
sinilah awal hidup yang tidak bermakna.4 Pada dasarnya sisi kelam dari
sejarah perjalanan bangsa yang sering terlupakan atau sengaja dilupakan
karena kita terperangkap dan lebih tertarik berbicara masalah-masalah
politik daripada mengenai persoalan anak yang dianggap tidak populer dan
merupakan urusan intern keluarga perkeluarga.5
Menarik dari permasalahan-permasalahan yang ada disinilah
pentingnya peranan suatu pendidikan. Baik itu pendidikan dalam lingkup
keluarga, sekolah maupun masyarakat. Membicarakan masalah pendidikan
bagaikan membicarakan benang kusut atau lingkaran setan. Tidak dapat
ditentukan secara tegas dimana pangkalnya dan dimana ujungnya.
Masalahnya terdapat dimana-mana, dan juga dimana-mana terdapat
masalah. Tidak dapat dipastikan masalah mana yang menjadi prioritas,
karena semuanya prioritas dan mendesak untuk dipecahkan. Demikian
rumitnya, maka tidak terlalu berlebihan kalau dikatakan seperti benang
yang kusut atau lingkaran setan.6
Wilayah pendidikan akan semakin menarik, menarik untuk dikaji
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan zamannya. Pendidikan
3 Trianto Safaria, Spritual Intelegence ” Metode Pengembangan Kecerdasan Spritual
Anak, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), hlm. 4.
4
M. Muhtaram, Membangun Sikap Mental...., hlm. 122.
5Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak..., hlm. 358-359.
6Baharuddin, Aktualisasi Psikologi Islami, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2005), Cet-1,
merupakan lahan yang luas untuk dikaji dan dikembangkan.7 Karena
lembaga-lembaga sosial, pendidikan, keagamaan, bertugas menjaga dan
mempertahankan perilaku atau suatu kebiasaan masyarakat. Anak-anak
dilahirkan ke dalam masyarakat itu seperti dilahirkan ke dalam lingkungan
fisiknya.8 Oleh karenanya usaha dalam meneropong persoalan pendidikan
yang berada disekeliling kita, yang seolah sudah termasuk dalam kata
bahaya, merupakan agenda yang mendesak untuk segera dicarikan solusi
penyelesaiannya secara lebih efektif dan efesien. Karena dengan
pendidikan kita dapat meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala
aspek kehidupan. Pendidikan juga sebagai usaha yang sadar akan
dibutuhkan untuk menyiapkan anak manusia demi mewujudkan perannya
dimasa yang akan datang.9
Pendidikan juga mengandung banyak arah dan pengertian, aspek
yang luas dan pengertian yang menyeluruh. Diantara arah dan
pengertiannya adalah; pendidikan individu, pendidikan keluarga,
pendidikan masyarakat, dan pendidikan kemanusiaan. Pada setiap
pendidikan tersebut, dapat dibagi lagi menjadi beberapa jenis pendidikan.
Semuanya bertujuan untuk membangun masyarakat yang utama dan umat
yang ideal.
Pendidikan anak merupakan salah satu bagian dari pendidikan
individu yang diajarkan Islam untuk mempersiapkan dan membentuknya
7 Hujair A. H. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam Membangun Masyarakat Madani
Indonesia, (Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2003), hlm. 4.
8 Oman Sukmana, Perilaku Beragama Dalam P erspektif Psikologi Modern Dan Islam,
Jurnal Ilmiah No. 24 TH. X Mei-Agustus, (UMM: Bestari, 1987). hlm. 5.
menjadi sosok yang bermanfaat dan manusia yang baik di dalam
kehidupan.10 Tidak diragukan lagi bahwa manusia sejak anak manusia
yang pertama dilahirkan di dunia, telah dilakukan usaha pendidikan,
manusia telah mendidik anak-anaknya kendatipun dalam bentuk yang
sangat sederhana. Dengan demikian dapat dikatakan secara sadar maupun
tidak sadar, telah terjadi sepanjang zaman, dan mempunyai peranan yang
sangat penting dalam kemajuan hidup manusia.11
Pada abad modern ini, di mana masalah yang dihadapi pendidikan
sangat kompleks, maka bentuk, sistem maupun tujuan pendidikan jelas
berbeda dengan dunia yang masih diliputi oleh suasana hidup yang
premitif. Bahkan dinegara-negara berkembang tujuan pendidikan mereka
tetap menunjukan lebih banyak perbedaan daripada persamaan. Hal itu
dikarenakan setiap bangsa memiliki pandangan filsafat yang berbeda.
Negara komunis sangat berbeda dengan negara kapitalis. Akan tetapi
tujuan-tujuan itu sudah ditetapkan maka sudah menjadi tugas pendidik
dalam melaksanakan pendidikan yang diarahkan dalam mencapai
tujuannya. Setiap kegiatan mengarah kepada adanya suatu perubahan,
maka pendidikan merupakan suatu proses kearah perubahan. Dalam hal
pendidikan yang menjadi objek adalah tingkah laku manusia, maka tujuan
10
Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta Selatan; Khatulistiwa Press, 2015), Cet-2, hlm. Xxii.
11Asip F Pranata, dkk, Peran Psikologi di Indonesia, (Yogyakarta; Yayasan Pembina
pendidikan menginginkan perubahan tingkah laku manusia ketaraf
perkembangan yang lain.12
Secara umum manusia-manusia yang menjadi tujuan pendidikan
adalah manusia yang belum dewasa, manusia-manusia yang masih dalam
taraf pertumbuhan, yaitu manusia yang masih dalam bentuk anak-anak.13
Pada generasi dahulu, anak dijaga namun tidak didengar pendapatrnya.
Mereka tidak boleh berbicara kecuali disuruh. Bahkan perilaku sedikit
kasar betul-betul tidak dapat ditoleransi, dan biasanya dihukum dengan
cepat dan berat melalui tamparan dimuka, pukulan dipantat, atau dengan
cacian dengan sedikit kasar dengan maksud agar anak-anak merasa malu.
Hal ini terdapat standar ganda dalam kebiasaan penghukuman anak
dengan memukul pantat, orang tua dapat bicara banyak hal yang mereka
inginkan kepada anak-anaknya, namun sebaliknya justru anak-anak tidak
diberi kebebasan untuk berbicara. Bentuk pernyataan orang tua misalnya “
Kerjakan seperti apa yang mama bilang, bukan seperti yang mama
lakukan! ”, ini disebut otoriter yang berlebihan.14
Sebaliknya ada orang tua
yang permisif dalam mendidik anaknya, orang tua berusaha mendidik
anaknya dengan sebaik mungkin, namun terlalu pasif ketika pada saat
penetapan batasan-batasan dan menanggapi terhadap kepatuhan anak.
Sehingga anak begitu bebas dan tidak terkontrol.15
12Asip F Pranata, dkk., Peran Psikologi di Indonesia..., hlm. 94. 13Ibid., hlm. 95.
14
Don Fleming Mark Ritts, Mengatasi Prilaku Negative Anak memahami kepribadian, komunikasi, dan perangai anak anda,(Jogjakarta; Think, 2007), Cet-1, hlm. 13.
15 Lawrence E. Shapiro, Mengajarkan Emotional Intellegence Pada Anak-Anak, (Jakarta:
Begitu banyaknya permasalahan dan dampak yang diakibatkan
oleh orang tua khususnya dan para pendidik pada umumnya jika
mengabaikan suatu batasan-batasan wilayah, baik batasan menjadi orang
tua atau pendidik dan wilayah yang menuntut hak anak dalam
perkembangannya. Oleh karena itu, dalam segi perubahan tingkah laku
terdapat titik temu antara tugas-tugas psikologi dan tugas pendidikan.
Dalam pendidikan, psikologi menyediakan jalan baik yang lurus maupun
yang berbelok-belok, baik yang memintas maupun yang tidak, beserta
rambu-rambu lalu lintasnya untuk menunjukan mana jalan yang
seyogyanya ditempuh dan mana yang seharusnya tidak dilalui.16
Pestalozzi seorang tokoh pendidikan dari Swiss mengatakan “
pendidikan harus bertitik tolak pada sifat dasar anak, di mana
sifat-sifat dasar ini berkembang menurut hukum-hukum tertentu. Tugas utama
dari guru ialah membimbing kearah perkembangan yang wajar.”17 Proses
pendidikan dalam keluarga berjalan secara alamiah dan kultural.
Interaksinya tidak mempunyai kurikulum yang terdapat dalam buku
maupun secara sistematis, namun harus berjalan dengan ketentuan yang
terdapat dalam syari‟at Islam. Pedidikan menempati suatu hal yang wajib
bagi kelangsungan rumah tangga yang harmonis. Sehingga posisi
pendidikan dalam keluarga menjadi kebutuhan mendasar (basic need)
sebagai pondasi untuk melanjutkan proses pendidikan melanjutkan
pendidikan selanjutnya diluar rumah. Pola asuh sebagai orang tua ataupun
pendidik juga dituntut untuk dapat melihat situasi dan kondisi serta
perkembangan anak. Seperti orang tua memberikan memberikan tugas
kepada anaknya tentang tanggung jawab di rumah, kebebasan dalam
pergaulan dan lain-lainnya.18
Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari keadaan manusia.
Oleh karena itu tentunya akan berhubungan pula dengan ilmu-ilmu yang
lainnya yang berkaitan dengan manusia. Salah satunya adalah dengan
pendidikan, kedua ilmu ini tidak bisa dipisahkan. Karena satu sama
lainnya berhubungan sangat erat. Pendidikan (pedagogik) merupakan
cabang ilmu yang bertujuan untuk membimbing manusia sejak ia lahir di
dunia ini. Atas hal tersebutlah, pendidikan akan sukses bila mendasarkan
pada psikologi, maka psikologi mempunyai tugas dalam menunjukan
perkembangan manusia sepanjang hidupnya.19
Dunia pendidikan Islam, telah terjadi kondisi yang aneh tapi
nyata. Karena, pendidikan Islam yang telah berkembang dengan baik
baik secara teoritis maupun praktis. Namun, ternyata tidak dilandasi
dengan perkembangan psikologi Islam. Pendidikan Islam selama ini
banyak mendasarkan teori dan konsepnya pada psikologi barat. Sebut
saja sebagai contoh Psikoanalisa dan Behaviorisme, yang mana kedua
aliran tersebut dalam memandang manusia berbeda dengan Islam.20
18Musmuallim, Pendidikan Islam di Keluarga, (studi pemikiran Hasanlanggulung dan
Abdurrahman an-Nahlawi), Tesis, 2014 UIN Sunan Kalijaga, hlm. 6.
19Nurussakinah Daulay, Pengantar Psikologi dan Pandangan Al-Qur’an Tentang
Psikologi, (Jakarta: Prenadamidia, 2014), hlm. 69. 20
Islam adalah agama yang selalu up to date, baik sistem
hukum-hukum dan ideologinya. Seperti yang ditulis oleh filosuf besar Inggris
Bernand Shaw;
“Agama Muhammad merupakan patokan tertinggi karena padanya
ada dinamika yang luar biasa. Ia adalah agama yang unik, yang memiliki flekssibilitas kuat dalam menghadapi aneka ragam corak kehidupan. Seorang seperti Muhammad jika memegang atas kendali dunia modern pasti berhasil memecahkan problema yang
ada.”21
Masalah yang ada dalam pendidikan Islam, psikologi Islam akan
menjadi hal yang penting dalam memandang anak manusia dan bisa
membantu dalam menemukan sebuah solusi. Oleh karena itu, menurut
pemikiran Zakiyah Daradjat dalam pengkhususan pada anak bahwa
masalah pemeliharaan dan pengasuhan anak adalah yang menyangkut
perlindungan kesejahteraan anak itu sendiri dalam upaya meningkatkan
kualitas anak pada pertumbuhannya, dan mencegah penelantaran serta
perlakuan yang tidak adil untuk mewujudkan anak sebagai manusia
seutuhnya, tangguh, cerdas dan budi luhur, maka tempat bernaung bagi
seorang anak adalah orang tua. Karena orang tua adalah pendidik utama
dan pertama bagi anak-anak mereka. Dengan demikian bentuk pertama
pendidikan dalam keluarga yakni pada orang tua.22
Zakiah Daradjat adalah tokoh yang menekankan konsep
pendidikan kesehatan mental (mental hygiene) dengan teori ilmu jiwa
agama (psychology of religion)nya. Menurut Zakiah Daradjat, konsep
21
Abdullah Nashih „Ulwan, Tarbiayatul Aulad Pendidikan Anak dalam Isla m..., hlm. 145.
22Mahmud, dkk, Pendidikan Islam dalam Keluarga,sebuah panduan lengkap bagi para
kesehatan mental meneliti dan mempelajari mekanisme jiwa, yang
menimbulkan penyakit penyakit yang pada dasarnya bukan karena
kerusakan organik pada tubuh, akan tetapi karena kondisi jiwa yang
tergambar dari gangguan emosi (emotional disturbances).23 Perasaan
tertekan, gugup, kecewa, gelisah, cemas, ketegangan batin atau tidak
tenang, konflik dan sebagainya yang terkenal juga dengan psikosomatik
(jasmani sakit karena jiwa).24Nashih Ulwan menyebutkan bahwa
faktor-faktor terpenting yang harus dihindari oleh para pendidik dan orang tua
dari murid-murid dan anak-anaknya adalah sifat-sifat; rasa minder (kurang
percaya diri), sifat penakut atau pengecut, sifat rasa rendah diri, sifat hasud
atau iri kepada orang lain, dan sifat marah.25
Ruang sebuah peta pemikiran yang telah ada, khususnya pemikiran
Islam yang ada di Indoesia kontemporer. Zakiyah sudah layak ditempatkan
sebagai salah satu pendukung gagasan islamisasi ilmu pengetahuan, yang
mana Zakiyah dalam bidang psikologi sebagai ilustrasinya. Semangat
Zakiyah dalam mengintegraskan Islam dengan psikologi terlihat pada
jalannya yang memandang bahwa pada dasarnya ilmu pengetahuan
modern “bebas nilai” dan bersifat universal, yang dilakukan oleh Zakiyah
adalah bukan bagaimana menciptakan konsep psikologi Islam yang secara
epistemologi yang benar-benar berbeda dengan konsep psikologi sekuler,
akan tetapi hanya memberikan etis-spiritual dalam melakukan
23
Zakiah Daradjat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), Cet IV, hlm. 97.
24
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), Cet XVII, hlm. 37.
praktik psikologi. Atau dengan istilah lain bahwasanya Zakiyah tidak
melakukan dekonstruksi terhadap landasan epistimologis psikologi
sekuler, tetapi hanya menempatkan Islam sebagai faktor komplementer
bagi proses terbentuknya manusia modern yang sehat jasmaninya maupun
rohani, yang mana Zakiyah belum menempatkan al-Qur‟an sebagai
landasan teoritis dan paradigmatik bagi perumusan psikologi Islam.26
Demikianlah sekiranya tidak berlebihan, penelitidalam kesempatan
ini akan menuangkan sedikit tentang pemikiran Zakiyah yang berkaitan
dengan pendidikan khususnya tetang gagasan beliau yang berkaitan
dengan pendidikan anak dalam perspektif psikologi Islam. Bagaimana
psikologi Islam itu memandang pendidikan anak menurut pemikiran
Zakiyah Daradjat. Sehingga menghasilkan anak-anak yang sehat dan kuat
baik dalam jasmaninya maupun rohaninya, mencetak insan yang shalih
dan shalihah.Sebagai landasan awal untuk menjadikan generasi
masyarakat yang bermoralkan Islam.
Berdasarkan dari masalah-masalah tersebut, penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian tentangpemikiran Zakiyah tentang Pendidikan
Anak dalam Perspektif Psikologi Islam. Dengan harapan penelitian ini
dapat memberikan konstribusi bagi perkembangan wacana keilmuan
tentang pendidikan anak.
26 Zakiyah berarti disini hanya sampai pada level aksiologi pada dimensi spritual manjadi
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, sekiranya dapat diidentifikasikan
rumusan masalah sebagai berikut;
1. Bagaimana deskripsi pemikiran Zakiyah Daradjat tentang pendidikan
anak ?
2. Bagaimana pendidikan anak perspektif psikologi Islam menurut
Zakiyah Daradjat?
3. Bagaimana implikasi pendidikan anak perspektif psikologi Islam
dalam pendidikan Islam?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
a. Mendeskripsikan pemikiran Zakiyah Daradjat tentang pendidikan
anak.
b. Memahami pemikiran Zakiyah Daradjat tentang konsep
pendidikan anak dalam perspektif psikologi Islam.
c. Mengetahui implikasi konsep pendidikan anak perspektif
psikologi Islam dalam pendidikan Islam, baik itu secara langsung
maupun tidak langsung.
2. Manfaat penelitian
a. Manfaat akademik
1. Menambah khazanah keilmuan dan wawasan tentang
pentingnya pendidikan anak dalam perspektif psikologi
2. Mengetahui implikasi pendidikan anak perspektif psikologi
Islam dalam pendidikan Islam.
3. Mengetahui perbandingan pemikiran Zakiyah Daradjat
tentang pendidikan dalam anak perspektif psikologi Islam.
b. Manfaat praktis
1. Sumbangan bagi pendidikan atau tenaga kependidikan, orang
tua murid, masyarakat dan sebagaimana yang berhubungan
langsung dengan dunia pendidikan.
2. Stimulan dan masukan yang dapat menjadi starting point bagi
peneliti lain untuk mengkaji dan mengembangkan penelitian
ini baik secara lebih mendetail maupun penelitian dari aspek
yang berbeda.
D. Telaah Pustaka
Penelitiberupaya melakukan kajian ini dengan mensurvei beberapa
penelitian tentang pemikiran Zakiyah Daradjat, hal ini supaya
penelitidapat membedakan dengan penelitian-penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya.
Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Iwan Janu Kurniawan
mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Agama Islam
tahun 2012 dengan judul “Pemikiran PROF. DR. Zakiyah Daradjat
Tentang Pendidikan Islam Dalam Perspektif Psikologi Agama” yang
menjelaskan bahwa Psikologi agama akan meneliti, menelaah,
orang atau mekanisme yang bekerja dalam diri seseorang, karena cara
berpikir, bersikap, bereaksi dan bertingkah laku yang tidak dapat
dipisahkan dari keyakinannya, sebab keyakinan itu terkotegori dalam
konstruksi kepribadiannya. Dengan begituterhindar dari gejala-gejala
gangguan jiwa dan penyakit jiwa. Peranan agama sangatlah urgen, agama
berfungsi sebagai terapi bagi jiwa yang gelisah dan terganggu, sebagai alat
pencegah terhadap kemungkinan gangguan kejiwaan.
Mahasiswa Universitas Muhammmadiyah Surakarta tahun
2007Titik Snain Muflihah dalam sebuah skripsinya yang berjudul
“Pemikiran Zakiah Daradjat tentang peran agama dalam pembinaan
mental”, menjelaskan bahwa unsur-unsur yang terpenting dalam
menentukan corak kepribadian seseorang di kemudian hari adalah
nilai-nilai yang diambil dari lingkungan, terutama keluarga sendiri. Nilai-nilai-nilai
yang dimaksudkan adalah nilai-nilai agama, moral dan sosial. Nilai-nilai
yang positif yang tidak akan mengalami perubahan adalah nilai-nilai
agama, sedangkan nilai-nilai yang sosial dan moral yang didasarkan bukan
pada agama, akan sering mengalami perubahan, sesuai dengan
perkembangan dengan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu,
mental(kepribadian) yang hanya terbina dari nilai sosial dan
nilai-nilai moral saja dan akan mungkin berubah dan goncang itu, akan
membawa kepada kegoncangan jiwa, apabila perubahan itu terjadi.
Penelitian oleh Fatmawati UIN Suska 2004 dalam sebuah
Pemikiran Zakiah Daradjat)”, menjelaskan bahwa pendidikan agama pada
usia remaja merupakan usaha untuk memperkuat nilai-nilai agama pada
remaja harus dilakukan sejak dini, sehingga dalam sikap dan perbuatannya
selalu terkontrol oleh norma-norma agama.
Tesis tahun 2011 tentang, Peran Orang Tua Dalam Menumbuhkan
Minat Baca Anak (Perspektif Psikologi Islam), oleh Abdurrahman Kiay
Demak UIN Kali Jaga, menjelaskan bahwa orang tua menjadi penentu
atas terbentuknya minat baca anak karena proses pendidikan pertama
adalah dikeluarga, sebab minat itu sendiri bukan suatu yang dimiliki anak
begitu saja, melainkan sesuatu yang dapat dikembangkan sehingga orang
tua menjadi motivator bagi sang anak. Dalam perspektif psikologi Islam
langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah dengan cara
menerapkan prinsip-prinsip psikologi Islam yang berdasarkan Al-Qur‟an
dan Al-Hadist. Dengan mengedepankan dorongan relegius untuk
membangkitkan semangat anak membaca dengan menggunakan bahasa
cinta kepada Allah, anak juga terdorong untuk mengenal Allah, membaca
karena Allah dan merasakan keagunganNya.
Tesis Khairillah tentang “ Pendidikan Karakter dan Kecerdasan
Emosi” tahun 2014 IAIN Antasari yang menyatakan bahwa formulasi
Zakiah Daradjat dalam pendidikan karakter harus mengedepankan
beberapa 3 faktor yang merupakan unsur interrelasi dan interkoneksi yang
penelitiformulasi dengan: Faktor figur (orang tua, guru). Sebagai orang
hubungan baik antara ayah dan ibu atau sebaliknya, memperlakukan
semua anak dengan adil, membiasakan anak dengan praktek ibadah,
menampilkan keshalihan dan ketaatan kepada anak, menampilkan
keteladanan. Adapun kecerdasan emosi menurut Zakiah Daradjat dengan
konsep kesehatan mentalnya bisa disimpulkan: Sabar dan tenang sebagai
jabaran dari Self awareness (kesadaran tentang diri, mengetahui kondisi
pondasi dan kekuatan diri) menekankan sisi membangun pondasi jiwa agar
selalu berisi dengan kesehatan mental dan kekuatan jiwa. Husnuzhan
(berprasangka baik), sebagai jabaran dari Self regulation (mengelola diri),
ketika sesuatu tidak berjalan sesuai rencana maka ia akan mengadakan
koreksi diri dengan mengedepankan prasangka baik.
Beberapa tulisan tersebut di atas belum ada yang secara detail
mengaitkan antara pendidikan anak yang dikaitkan dengan psikologi Islam
yang merupakan dimensi, yang mencakup dari empat dimensi, melengkapi
atas ruanglingkup dari psikologi modern saat ini, oleh karena itu penelitian
ini sudah selayaknya tampil dalam upaya mengapresiasi, menghargai dan
memperkenalkan pemikiran Zakiah Daradjat, sehingga akan dapat
menghasilkan pemikiran Zakiah Daradjat tentang bagaimana pendidikan
anak perspektif psikologi Islam, yang cara tersendiri dalam mendidik
anak-anak agar memiliki kecakapan untuk mengharmonisasi dan
E. Kerangka Teoritik
Penelitian ini akan sedikit banyak membicarakan masalah
pendidikan anak dan juga psikologi Islam. Oleh karena itu, peneliti
melandaskan teori pada ahli pendidikan dan psikologi. Untuk melandaskan
teori psikologi peneliti mengambil dari beberapa tokoh diantaranya adalah;
Ustman Najati, Dadang Hawari, Hanna Djumhana Bastaman, Baharuddin,
Yadi Purwanto, Fuad Nasori, dan lain-lainnya. Sedangkan pada teori
pendidikan peneliti mengambil dari beberapa tokoh, yaitu; Abdullah
Nashih Ulwan, Lawrence E. Shapiro, Muhammad Muhammad Badri,
Munif Chatib, Abuddin Nata, dan lain-lainnya yang sekiranya relevan
untuk dipadukan dan dielaborasikan dalam sebuah kerangka teori
khususnya dalam pembahasan pendidikan dalam perspektif psikologi
Islam.
Peneliti melandaskan teorinya pada tokoh-tokoh tersebut
dikarenakan pendapat-pendapat yang mereka tuangkan sangat dekat pada
pokok permasalahan yang berkenaan dengan pendidikan anak dan juga
masalah psikologi Islam. Sehingga peneliti tertarik pada pemikiran
mereka, dan dapat digunakan untuk dijadikan sebagai landasan teori dalam
penelitian ini, dan juga digunakan untuk menganalisis pemikiran Zakiyah
Daradjat tentang pendidikan anak dan psikologi Islam. Disamping itu
Zakiyah merupakan generasi awal dalam pengembangan pendidikan dan
Selain itu, terlihat jelas dalam pemikiran, terdapat perbedaan yang
sangat menonjol antara psikologi Islam dan Barat adalah persoalan tentang
manusia, yang mana dari perbedaan tersebut melahirkan dinamika teori
yang berkembang. Psikologi Islam membangun konsep teori tentang
manusia berdasarkan pada Al-Qur‟an dan Hadist.27Sedangkan pendidikan
adalah kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari manusia. Menjadi perlu
dalam sistem pendidikan khususnya pendidikan Islam, harus memahami
terlebih dahulu tentang konsep manusia dalam al-Qur‟an.28 Pendidikan
Islam adalah usaha yang secara aktif menumbuhkembangkan seluruh
potensi manusia baik itu potensi jamani maupun potensi ruhani. Potensi
manusia meliputi seluruh organ fisik manusia yang nyata, dan potensi
ruhani bersifat spiritual.29
Seorang anak akan tumbuh kembang dengan baik apabila ia
memperoleh pendidikan yang paripurna (komperehensif), agar kelak
menjadi manusia yang berguna bagi masyarakat, bangsa, dan negara, serta
agama. Anak yang demikian adalah anak yang sehat dalam arti luas, yaitu
sehat fisiknya, emosionalnya, inteletualnya,
mental-sosialnya, serta mental spiritualnya. Pendidikan harus dilakukan sedini
mungkin baik dalam keluarga (dirumah) maupun diluar rumah, atau dalam
formal maupun non formal,30 seperti yang dijelaskan oleh Ali ibn Abi
Thalib sebagai berikut; yang artinya; Didiklah anak-anakmu, sebab
27
Baharuddin, Aktualisasi Psikologi Islam..., hlm. 58. 28
Ibid., hlm. 131. 29
Ibid.,hlm. 133.
mereka dilahirkan untuk hidup dalam suatu zaman yang berbeda dengan
zamanmu,31 kemudian dijelaskan juga oleh Munif Chatib yang mengutip
perkataan Khalil Gibran dari syairnya yaitu sebagai berikut; yang artinya
“Anakmu bukanlah milikmu. Mereka adalah putra-putri Sang Hidup, yang
rindu akan dirinya sendiri. Mereka lahir lewat engkau, tetapi bukan dari
engkau. Mereka ada padamu, tetapi bukanlah dirimu.”32
Sesungguhnya Islam itu sendiri memiliki metode khusus untuk
mendidik dan memperbaiki anak. Jika cara mendidik dengan lemah
lembut, nasehat itu dapat diterima oleh sang anak, maka tidak
diperkenankan bagi orang tuanya unuk berbuat yang lebih atau dengan
mengasingkan sementara. Selanjutnya apabila anak tidak dapat dengan
cara yang lemah lembut, maka cara yang lebih tegas yaitu dengan
membentak atau mengasingkan anak tersebut. Kemudian jika tidak
membuahkan hasil maka terakhir cara yang digunakan adalah boleh
dengan memukul. Namun, memukul dengan syarat yang tidak
membahayakan, dan tetap pada kewajarannya. Karena boleh jadi pendidik
akan dapat memperbaiki33 jiwa si anak dengan cara tersebut dan dapat
31Sulung Nofrianto, 7 Point Menjadi Guru yang Memikat Hati “THE GOLDEN
TEACHER, (Depok; Lingkar Pena Kreativa, 2008),hlm. 165
32 Munif Chatib, Orang Tuanya Manusia “ Melejitkan Potensi dan Kecerdasan dengan
Menghargai Fitrah Setiap Anak, (Bandung: Kaifa PT. Mizan Pustaka, 2015), hlm. 1.
33 Pada hakikatnya hukuman adalah bagian yang sangat kecil dari proses pendidikan
meluruskan perilakunya yang menyimpang,34 sebagaimana telah
disebutkan sebelumnya. Hal ini sama seperti pendidikan yang
menggunakan gaya autoritatif, yaitu mendidik dengan cara menghargai
kemandirian anak-anaknya, akan tetapi menuntut mereka untuk memenuhi
standar tanggung jawab yang tinggi kepada keluarga, teman dan
masyarakat.35
F. Metode Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian ini adalah kualitatif. Menurut Bogdan
dan Taylor Metode penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katat-kata,
catatan-catatan, yang berhubungan dengan makna, nilai serta
pengertian.36
2. Jenis penelitian
Berdasarkan tempat dimana penelitian ini dilakukan, maka
penelitian termasuk jenis penelitian kepustakaan (library research)
dengan analisis data kualitatif, yaitu penelitian yang memfokuskan
pembahasan padaliteratur-literatur baik berupa buku, jurnal, makalah,
maupun tulisan-tulisan lainnya.37
34 Abdullah Nashih Ulwan, 2015, Tarbiyatul Aulad Pendidikan..., hlm. 24. 35 Lawrence E. Shapiro, Mengajarkan Emotional Intellegence ..., hlm. 28. 36
Kaelan, Metodelogi Penelitian Kualitatif Interdisipliner bidang sosial, budaya, filsafat, seni, agama dan humaniora, (Yogyakarta; Paradigma, 2012), Cet-1, hlm. 5.
37Sudarno Shobron, dkk., Pedoman Penulisan Tesis MpdI, MPI, MHI, (Pabelan; Sekolah
3. Metode Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan phenomenologis, mendekati secara mendalam suatu fakta
yang menyita perhatian masyarakat luas karena keunikan dari fakta
tersebut terhadap masyarakat.38 Khususnya yaitu pada seorang tokoh
wanita yang bernama Zakiyah Daradjat, yang mana pemikiran dan
sumbangsihnya dalam dunia pendidikan begitu luas dan sangat
berpengaruh, terlebih lagi dalam dunia pendidikan Islam pada abad
modern saat itu.
4. Sumber data
Pengambilan data penelitimenggunakan cara yakni
mendokumentasi39 pemikiran-pemikiran dari Zakiyah daradjat tentang
pendidikan anak dalam perspektif psikologi Islam.
a. Data primer
Sumber data primer ialah beberapa karya Zakiyah Daradjat,
yaitu;
1) Zakiyah Daradjat, Perawatan Jiwa Untuk Anak-Anak, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1976).
2) Zakiyah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental,
(Jakarta; CV. Haji Masagung, 1988)
3) Zakiyah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Toko Gunung
Agung, 2001).
4) Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang,
1986).
b. Data Skunder
Data skunder adalah karya-karya ilmiah yang berkenaan
dengan pemikiran Prof. Dr. Zakiyah Daradjat, khususnya adalah
pemikiran tentang pendidikan anak dalam perspektif psikologi
Islam. Adapun data skunder penelitian ini adalah;
1) Husni Rahim dkk., Perkembangan Psikologi Agama &
Pendidikan Islam di Indonesia, 70 tahun Prof. Dr. Zakiyah
Daradjat, (Ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999).
2) Dan beberapa sumber lain yang berkaitan tentang pendidikan
anak dalam perspektif psikologi Islam pemikiran Zakiyah
Daradjat.
5. Objek penelitian dan subjek penelitian
Peneliti menjadikan objek penelitian ini adalah pemikiran
Zakiyah Daradjat tentang pendidikan anak dalam perspektif psikologi
Islam. Sedangkan yang menjadi subjeknya adalah buku-buku
karangan beliau yang berkenaan dengan pendidikan anak dalam
perspektif psikologi Islam.
Penelitian ini merupakan penelitian library research, maka
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pengumpulan data literer yaitu dengan mengumpulkan dokumentasi
bahan-bahan pustaka yang berkesinambungan (koheren) dengan objek
pembahasan yang diteliti
7. Validitas Data
Peneliti dalam menguji data penelitimenggunakan cara
credebelity (derajat kepercayaan) yaitu dengan membandingkan antara
temuan dengan teori yang ada serta hasil dari perbandingan tersebut
akhirnya mendapat derajat kepercayaan.40
8. Analisis Data
Peneliti dalam mengolah data yaitu dengan melakukan
kategorisasi dalam menuangkan hasil penelitian kedalam penulisan
tesis. Yaitu dapat dilihat sebagai berikut;
a. Analisis deskriptif (descriptive analysis)
Penelitidalam menghimpun dan menjabarkan data dari
sumber data, yaitu dengan cara metode diskriptif pemikiran dari
Zakiyah Daradjat yaitu dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya
tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum
atau generalisasi,41 yakni dengan acuan pada kerangka teoritik yang
telah ada, sehingga dalam pendekskripsiannya tersusun secara rapi
dan mengarah kepada konteks yang diteliti oleh penulis.
b. Analisis isi (content analysis)
Penelitidalam menganalisis pemikiran dari seorang tokoh
yang bernama Zakiyah Daradjat menggunakan analisiscontent
analysis yaitu pengolahan data dengan cara pemilahan tersendiri
berkaitan dengan pembahasan dari beberapa gagasan atau
pemikiran para tokoh pendidikan yang kemudian didiskripsikan,
dibahas dan dikritik selanjutnya dikategorikan dengan data yang
diperoleh dan diklasifikasikan untuk dipaparkan dan dianalisis
secara langsung dengan pendekatan logika deduktif, yaitu
penelitiberusaha mengambil suatu kesimpulan berdasarkan
fakta-fakta umum menjadi sesuatu yang khusus,42agar data tersebut dapat
memberikan gambaran dan penjelasan yang komprehensif. Dan
kemudian Mengkomparasikan pemikiran Zakiah Daradjat dengan
tokoh lain agar bisa diperoleh konsep atau pemikiran yang ideal.
G. Sistematika Pembahasan
Sistematika laporan penelitian ini terdiri dalam beberapa bab dan
sub-bab, yang peneliti susun ke dalam lima bab, ini merupakan uraian
41Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R dan D, (Bandung; Alfabeta,
2010), hlm.147.
42Menurut Meleong, peneliti bertindak sebagai perencana, pengumpul data, analisis,
singkat tentang isi bab secara garis besar yang mencakup semua materi
penelitian, di antaranya:
Laporan penelitian tesis ini diawali dengan bab I, berisi
pendahuluan yang meliputi; latar belakang masalah dari opini maupun
fakta yang ada dalam lingkup pendidikan, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, telaah pustaka, kerangka teoritik, metode penelitian
dan sistematika pembahasan.
Kerangka teoritik umum yang dipakai untuk menganalisis data
diperoleh dalam penelitian dan juga untuk sebagai acuan dalam
mengidentifikasi gagasan dari Zakiyah Daradjat diletakkan dibab II. Teori
tersebut adalah, pertama; membahas tentang pendidikan baik itu
pengertian dan tujuan, dan juga berbagai pola asuh didik terhadap peserta
didik, kedua; sedikit membahas pandangan manusia menurut psikologi
barat dan islam, disini lebih menekankan pada ruang lingkung psikologi
Islam, sehingga akan lebih mendalam ketika bagaimana Islam memandang
manusia itu sendiri, dan ketiga; adalah tentang penjabaran dari penerapan
ruang lingkup psikologi Islam, agar didapat pembahasan yang semestinya
dalam pendidikan anak dalam perspektif psikologi Islam.
Data-data penelitian ini ada pada bab III yang memuat biografi dan
deskripsi gagasan Zakiyah Daradjat tentang tema-tema pendidikan anak
yaitu; potensi dasar anak, pola asuh anak, dan juga tentang pendidikan
Kemudian pada bab IV menjelaskan tentang analisis data
penelitian yang didapat dari karya-karya Zakiyah Daradjat, dengan tema
yang berkaitan dengan pendidikan anak dalam perspektif psikologi Islam.
Disini peneliti menganalisis pemekiran beliau dengan pemikiran dari
tokoh-tokoh lain yang telah ada dikerangka teoritik. Selanjutnya adalah
analisis implikasi dari pendidikan anak perspektif psikologi Islam dalam
pendidikan Islam.
Tesis ini diakhiri dengan bab V sebagai penutup dari rangkaian
sistematika laporan penelitian, yang terdiri dari; kesimpulan, saran dan