• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Redenominasi terhadap Permintaan Konsumen dalam Kondisi Perekonomian Inflasi Rendah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Redenominasi terhadap Permintaan Konsumen dalam Kondisi Perekonomian Inflasi Rendah"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH REDENOMINASI TERHADAP

PERMINTAAN KONSUMEN PADA KONDISI

PEREKONOMIAN INFLASI RENDAH

MUHAMMAD KUNTO ADI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengaruh Redenominasi terhadap Permintaan Konsumen pada Kondisi Perekonomian Inflasi Rendahadalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

Muhammad Kunto Adi

(4)

ABSTRAK

Muhammad Kunto Adi. Analisis Pengaruh Redenominasi terhadap Permintaan Konsumen pada Kondisi Perekonomian Inflasi Rendah. Dibimbing oleh Bambang Juanda.

Redenominasi adalah penyederhanaan nilai mata uang dengan mengurangi digit (angka nol) tanpa mengurangi nilai mata uang tersebut.Tujuan dari penelitian ini adalah melihat pengaruh redenominasi terhadap perubahan harga, jumlah transaksi,serta nilai transaksi pada kondisi perekonomian inflasi rendah dan juga mengkaji alternatif kebijakan untuk mengatasi pengaruh redenominasi.Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari hasil percobaan ekonomi.Alat analisis yang digunakan adalah menggunakan uji T serta analisis deskriptif. Redenominasi meningkatkan jumlah transaksi pada barang elastis karena adanya kecenderungan penurunan harga,sedangkan barang inelastis akan mengalami penurunan jumlah transaksi karena adanya kecenderungan kenaikan harga.Redenominasi meningkatkan harga pada saat pertumbuhan rendah serta menurunkan harga pada saat pertumbuhan tinggi untuk barang elastis.Redenominasi meningkatkan nilai transaksi untuk barang elastis serta menurunkan nilai transaksi untuk barang inelastis.

Kata kunci:Redenominasi, Rancangan Percobaan, Uji T.

ABSTRACT

MUHAMMAD KUNTO ADI. Analysisof Redenomination Effect on Consumer Demand in Economic Conditions of Low Inflation. Supervised by Bambang uanda.

Redenomination is a simplification of the currency by reducing the digit (number zero) without reducing the value of the currency . The purpose of this study is to see the influence of redenomination to price changes, quantity, and value of transactions in economic condition of low inflation and also to find counter the effects of alternative policies redenomination. Data used are primary data obtained from the results of an economic experiment. Analysis tool used is using T test and descriptive analysis.. Redenominationincrease the number oftransactionsingoodselasticbecause ofthe declining trend ofprices, while theinelasticgoodswill decreasethe number of transactionsbecause ofthe increasing trend ofprices.Redenominasi increase the price at the time of low growth and lower the price at the time of high growth for elastic goods.Redenominationalsoincrease the value oftransactionsforelastic goodsand decrease the value oftransactionsforinelastic goods.

(5)

ANALISIS PENGARUH REDENOMINASI TERHADAP

PERMINTAAN KONSUMEN PADA KONDISI

PEREKONOMIAN INFLASI RENDAH

MUHAMMAD KUNTO ADI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi :Analisis Total Factor Productivity Sektor Industri Beberapa Wilayah di Indonesia

Nama : Sonya Puspa Triani NIM : H14090032

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi :Analisis Pengaruh Redenominasi terhadap Permintaan Konsumen dalam Kondisi Perekonomian Inflasi Rendah

Nama : Muhammad Kunto Adi

NIM : H14090097

Disetuui Oleh

Prof.Dr. Ir.Bambang Juanda, M, Si Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir.Dedi Budiman Hakim, M.Ec Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah pelaksanaan kebijakan redenominasi, dengan judul Analisis Pengaruh Redenominasi terhadap Permintaan Konsumen dalam Kondisi Perekonomian Inflasi Rendah.

Pada kesempatan ini, penulis ucapkan terima kasih kepada orang tua dan keluarga penulis, yakni Bapak Whisnu Eko Putro, S.T dan Ibu Muninggar Tresnosari, S.Akun. Selain itu, penulis juga ucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, M. Si selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, saran, dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

2. Para dosen, staf, dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis.

3. Bapak Adit, Bu Luh, Pak Asep,selaku mahasiswa PWD atas saran dan bimbingannya.

4. Teman-teman satu bimbingan, Rheza Prasetya,Ria Rizkiani, dan Mellida Rahmat Gustini, Andika Pambudi, dan Danti Astrini telah banyak memberikan bantuan, saran, kritik, motivasi, dan dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

5. Sahabat penulis Gina Annisa, Jajang Arif, DimasPrasetya, Adrian Wator, Bronson Marpaung, Ardi Subekti, Bram A, Widy Purnama, Fuad, SetyaRheza, Farhana yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis.

6. Seluruh keluarga Ilmu Ekonomi 45, 46, 47, dan 48 terima kasih atas doa dan dukungannya.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN Error! Bookmark not defined. 

Latar Belakang 1 

Perumusan Masalah 3 

Tujuan Penelitian 4 

Manfaat Penelitian 4 

Ruang Lingkup Penelitian 4

Tinjauan Pustaka 5 

Konsep Elastisitas Harga 5 

Perubahan Nilai Rupiah 5 

Keterkaitan Redenominasi dengan Perilaku Pelaku Ekonomi 6 

Percobaan Ekonomi 7

Percobaan Ekonomi Dalam Kajian Kebijakan Ekonomi 8 

Penelitian Terdahulu 9 

Kerangka Pemikiran 10

Hipotesis 11

METODE 11 

Jenis dan Sumber Data 11 

Rancangan Simulasi Percobaan 11 

Prosedur Percobaan 13

Metode Analisis 13

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 

Implikasi Kebijakan Redenominasi terhadap Perubahan Harga 15  Implikasi Kebijakan Redenominasi terehadap Perubahan Jumlah Transaksi 19 Implikasi Kebijakan Redenominasi terehadap Perubahan Nilai Transaksi 22 Alternatif Kebijakan untuk Mengatasi Dampak Redenominasi 25

SIMPULAN DAN SARAN 26 

(10)

Saran 26 

DAFTAR PUSTAKA 27 

LAMPIRAN 29

(11)

DAFTAR TABEL

1 Inflasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia 1  2 Penjabaran kondisi perlakuan dalam simulasi percobaan ekonomi 12 3 Hipotesis untuk uji nilai tengah beda dua populasi 14  4 Hasil uji-tperubahan harga pada kondisi pertumbuhan ekonomi

rendah dan tinggi 15

5 Hasil uji-tperubahan harga pada barang elastis dan inelastis 16 6 Hasil uji-tperubahan harga untuk barang elastis dalam kondisi

pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi 17

7 Hasil uji-tperubahan harga untuk barang inelastis dalam kondisi

pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi 17

8 Hasil uji-tperubahan jumlah transaksi pada kondisi pertumbuhan

ekonomi rendah dan tinggi 18

9 Hasil uji-tperubahan jumlah transaksi pada barang elastis dan

inelastis 19 10 Hasil uji-tperubahan jumlah transaksi untuk barang inelastis dan

elastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi 21 11 Hasil uji-tperubahan nilai transaksi pada kondisi pertumbuhan

ekonomi rendah dan tinggi 22 

12 Hasil uji-tperubahan nilai transaksi pada barang elastis dan inelastis 23 13 Hasil uji-tperubahan nilai transaksi untuk barang elastis dalam

kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi 24 14 Hasil uji-tperubahan nilai transaksi untuk barang inelastis dalam

kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi 24

DAFTAR GAMBAR

1 Skema kerangka pemikiran penelitian 10

2 Perbandingan perubahan harga pada kondisi pertumbuhan ekonomi

rendah dan tinggi 15

3 Perbandingan perubahan harga pada barang elastis dan inelastis 16 4 Plot data perubahan harga untuk barang elastis pada kondisi

pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi 17

5 Perbandingan perubahan harga pada barang elastis dan inelastis pada kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi 18 6 Perbandingan perubahan jumlah transaksi pada kondisi pertumbuhan

ekonomi rendah dan tinggi 19

7 Plot data perubahan jumlah transaksi pada barang elastis dan inelastis 20 8 Perbandingan perubahan jumlah transaksi pada barang elastis dan

inelastis 20 9 Perbandingan perubahan jumlah transaksi pada barang elastis dan

inelastis pada kondisip pertumbuhanekonomi rendah dan tinggi 21 10 Perbandingan perubahan nilai transaksi pada kondisi pertumbuhan

ekonomi rendah dan tinggi 22

(12)

13 Perbandingan perubahan nilai transaksi pada barang elastis daninelastis pada kondisi pertumbuhan ekonomirendah dan tinggi 25

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data hasil percobaan 29 

2 Hasil uji kesamaanragam 29

3 Hasil uji beda dua nilai tengah 33 

4 Daftar unit cost danunit value 36

5 Instruksi percobaan 38 

6 Lembar keputusan 46

7 Plot data 48 

(13)
(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Redenominasi adalah penyederhanaan nilai mata uang dengan mengurangi digit (angka nol) tanpa mengurangi nilai mata uang tersebut. Redenominasi ini dinilai tidak akan memberikan dampak terhadap masyarakat karena daya belinya tetap sama.Tujuan dari redenominasi ini antara lain menyederhanakan pecahan uang agar lebih efisien dan nyaman dalam melakukan transaksi serta mempersiapkan kesetaraan ekonomi secara regional dengan negara lain.

Sejak tahun 1923, setidaknya sudah 50 negara yang telah melakukan redenominasi, diantaranya ada yang dianggap sukses dan gagal. Negara-negara yang dianggap berhasil menerapkan redenominasi adalah Turki, Rumania, Polandia, dan Ukraina. Sementara, negara-negara yang gagal meredenominasi mata uang diantaranya adalah Brazil, Israel, Rusia, Korea Utara, dan Zimbabwe. Ada beberapa negara yang melakukan redenominasi dalam beberapa tahap, seperti Brazil dan Serbia Montenegro sebanyak empat kali serta Israel dan Argentina sebanyak enam kali. Salah satu indikator keberhasilan penerapan redenominasi adalah tingkat inflasi setelah kebijakan tersebut diterapkan. Sebagai contoh, tingkat inflasi di Turki dan Rumania menjadi lebih rendah (satu digit/creeping

inflation) dan stabil dibandingkan sebelumnya. Redenominasi akan dianggap

gagal jika mengalami hiperinflasi setelah kebijakan diterapkan.

Wacana mengenai penyederhanaan dan penyetaraan nilai Rupiah atau disebut redenominasi di Indonesia sendiri dilontarkan oleh Gubernur Bank Indonesia (BI), Darmin Nasution, pada tanggal 3 Agustus 2010. Redenominasi yang direncanakan tersebut akan menghilangkan tiga angka nol pada nilai uang, barang, maupun upah.. Karena yang berubah hanya nilai nominal uang sedangkan nilai riil tetap, maka diharapkan tidak akan ada penurunan daya beli masyarakat (nilai uang terhadap barang) melalui penyederhanaan nilai mata uang.

Tabel 1. Inflasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia Tahun

Pertumbuhan

Ekonomi(%) Inflasi (%)

2002 5,34 11,87

2003 3,90 6,58

2004 4,25 6,24

2005 5,45 10,45

2006 6,10 13,10

2007 6,56 6,40

2008 6,71 9,77

2009 4,64 4,81

2010 6,93 5,13

2011 6,45 5,35

(15)

2

Alasan melakukan redenominasi adalah untuk penyederhanaan dalam pencatatan nilai transaksi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin cepat akan meningkatkan perputaran uang dengan nilai yang makin meningkat. Peningkatan ini berdampak pada pencatatan digit yang makin banyak di setiap transaksi yang terjadi sehingga menyulitkan sejumlah pihak dalam pencatatan keuangannya, karena software yang tersedia saat ini hanya mampu mencatat 11 digit angka .

Nilai nominal yang terlalu besar seolah-olah mencerminkan bahwa di masa lalu negara pernah mengalami inflasi yang tinggi atau pernah mengalami kondisi fundamental perekonomian yang kurang baik (Kesumajaya, 2011). Jika suatu negara mengalami hal yang demikian, maka masyarakat akan kurang percaya untuk memegang mata uang domestik serta rendahnya kredibilitas kebijakan pemerintah baik fiskal maupun moneter. Selain sebagai alat pembayaran, mata uang diyakini juga merupakan salah satu simbol kedaulatan atau sovereignity

sebuah bangsa dan negara. Oleh karena itu, mata uang perlu dihormati secara nasional maupun internasional. Saat ini Rupiah memiliki pecahan tertinggi sebesar Rp 100.000, kedua tertinggi setelah mata uang Vietnam yang mencetak 500.000 Dong. Lalu, jika terus mengalami inflasi yang tinggi tiap tahunnya maka diperkirakan akan butuh pecahan Rp 200.000 bahkan Rp 1.000.000. Jika hal itu terjadi maka nilai uang terhadap barang akan semakin rendah (Amir, 2011).

Rencana untuk melaksanakan redenominasi di Indonesia sekarang ini dinilai sudah tepat. Ini dikarenakan kondisi-kondisi makroekonomi di Indonesia yang sudah stabil setelah krisis global tahun 2008-2009 dimana variabel makroekonomi seperti inflasi dan pertumbuhan ekonomi mengalami perubahan . Kondisi ini dapat dilihat pada Tabel 1.1 dimana inflasi pada tahun 2009 turun menjadi 4,81% setelah pada tahun 2008 sebesar 9,78%. Hal yang sama terjadi terhadap pertumbuhan ekonomi dimana pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 naik menjadi sebesar 6,93% setelah sebelumnya sebesar 4,65%.

Penetapan redenominasi tentu akan mempengaruhi berbagai dimensi, baik sisi ekonomi, politik maupun kemasyarakatan. Efek tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama lain karena bersifat saling mempengaruhi. Redenominasi dapat memicu inflasi apabila terjadi efek psikologi dalam masyarakat dimana mereka terserang kepanikan sehingga akan ada spekulasi menyimpan barang dan menaikkan harga. Hal ini terjadi apabila tidak dilakukan sosialisi secara menyeluruh. Kepanikan masyarakat tersebut akan mendorong masyarakat untuk tidak memegang Rupiah dan lebih memilih untuk membelanjakan uang mereka menjadi aset. Dengan demikian akan berlaku hukum supply-demand yang mendorong terjadinya kenaikan harga aset-aset tersebut. Selain itu kepanikan tersebut bisa mendorong masyarakat untuk lebih memilih memegang mata uang asing yang lebih terpercaya. Keadaan ini tentu akan membuat nilai rupiah terdepresiasi. Rupiah yang terdepresiasi bermakna bahwa nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing menjadi lebih rendah dan mengindikasikan daya saing dalam negeri menurun dibandingkan asing. Redenominasi juga dapat menyebabkan inflasi dikarenakan adanya pembulatan ke atas atau ke bawah apabila tidak terdapat pecahan kecil untuk mata uang baru.

(16)

3 barang-barang inelastis seperti makanan pokok karena para penjual cenderung untuk menaikkan harganya demi meraih keuntungan yang lebih besar. Penjual dapat melakukan ini karena walaupun mereka meningkatkan harganya, konsumen tetap akan membelinya karena barang-barang tersebut merupakan kebutuhan pokok mereka. Inflasi akibat adanya pembulatan keatas ini dapat mengganggu stabilitas nasional. Hal ini disebabkan makanan pokok seperti beras merupakan komoditi yang menyangkut nasib sebagian besar masyarakat.

Walaupun saat ini Bank Indonesia bersama pemerintah sudah dalam tahap penyusunan RUU Redenominasi, masih banyak kalangan yang menganggap RUU Perubahan Harga Rupiah tidak perlu menjadi prioritas. Pro dan kontra terhadap wacana kebijakan redenominasi mencerminkan suatu spekulasi publik terhadap ketidakpastian dampak yang akan terjadi jika dilakukan redenominasi pada mata uang Rupiah, terutama terkait dengan potensi terjadinya inflasi akibat pembulatan ke atas. Perdebatan ini sulit untuk dipecahkan dengan metode survey atau kajian data sekunder, karena data belum ada di lapang. Oleh karena itu, kajian mengenai dampak yang akan ditimbulkannya perlu dikaji secara ilmiah melalui metode percobaan. Metode percobaan adalah cara yang sangat baik untuk membangkitkan data yang kualitasnya lebih baik dari metode survey dan mampu mengendalikan faktor-faktor yang mengganggu hubungan sebab akibat (Juanda, 2010). Dalam metode percobaan, interaksi antara para pelaku ekonomi dalam membuat keputusan dapat memberikan gambaran mengenai dampak kebijakan redenominasi, karena menurut Juanda (2010) data hasil percobaan akan lebih mudah diinterpretasi dalam menyimpulkan hubungan sebab akibat dibandingkan data hasil survey atau data historis (sekunder).

Perumusan Masalah

Ketika suatu negara berencana menerapkan redenominasi, ada tiga faktor penting yang menjadi pertimbangan yaitu: nilai tukar, tingkat inflasi, dan bentuk pemerintahan. Dari ketiga faktor tersebut, tingkat inflasi yang tinggi merupakan faktor utama (most dominant driving factor) yang mendorong suatu negara memutuskan untuk melakukan redenominasi mata uang (Suhendra dan Handayani, 2012). Jika negara mengalami hiperinflasi, pemerintah akan sulit dalam mendapatkan kepercayaan dari pasar domestik dan internasional. Tingkat inflasi yang tinggi akan menyebabkan semakin rendahnya nilai mata uang, sehingga akan dibutuhkan denominasi (nilai) mata uang yang besar dalam setiap transaksi perekonomian. Dengan kata lain, inflasi yang tinggi menjadi indikasi ketidakmampuan pemerintah dalam menyeimbangkan anggaran dan bank sentral dalam melakukan kebijakan moneter.

(17)

4

Berdasarkan pemaparan tersebut,maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh kebijakan redenominasi terhadap perubahan harga rata-rata, perubahan jumlah transaksi, perubahan nilai transaksi pada kondisi ekonomi inflasi rendah?

2. Alternatif kebijakan apakah yang perlu ditempuh pemerintah dan bank sentral untuk mengantisipasi dampak yang ditimbulkan akibat redenominasi mata uang Rupiah?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah disampaikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis pengaruh kebijakan redenominasi terhadap perubahan harga rata-rata, perubahan jumlah transaksi, perubahan nilai transaksi pada kondisi ekonomi inflasi rendah.

2. Mengkaji kebijakan apakah yang perlu ditempuh pemerintah dan bank sentral untuk mengantisipasi dampak yang ditimbulkan akibat redenominasi mata uang Rupiah.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Bagi penulis, penggunaan metode percobaan ekonomi ini dapat memberikan pembelajaran terkait dampak dari redenominasi terhadap perekonomian. Mengingat data lapang terkait redenominasi ini belum tersedia, dampak redenominasi ini sulit dipecahkan dengan metode survey atau kajian terhadap data sekunder

2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan terkait dampak kebijakan redenominasi serta dapat menjadikan penelitian ini sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya terkai redenominasi.

3. Bagi pemerintah , diharapkan pemerintah dapat membuat keputusan yang tepat terkait pelaksanaan redenominasi

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi oleh sejumlah asumsi tertentu. Penjelasan mengenai asumsi-asumsi tersebut akan dijelaskan dalam metode penelitian. Adapun runag lingkup dalam penelitian ini, antara lain :

1. Data yang digunakan akan diperoleh dari data primer hasil metode percobaan (eksperimen) dan peserta percobaan berasal dari kalangan mahasiswa

2. Percobaan ini mengkaji faktor pertumbuhan ekonomi serta elastisitas. Penelitian ini dibatasi oleh dua faktor saja karena adanya keterbatasan dana maupun waktu

(18)

5 4. Redenominasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kebijakan

penghapusan tiga angka nol

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Elastisitas Harga

Kepekaan perubahan jumlah barang yang diminta yang terjadi apabila faktor yang mempengaruhinya berubah dapat diketahui dengan menggunakan suatu ukuran yang disebut elastisitas. Elastisitas harga adalah pengukuran tentang derajat kepekaan relatif dari jumlah barang yang diminta sebagai akibat dari adanya perubahan tingkat harga.

Secara umum, nilai elastisitas harga dari permintaan dapat dibagi menjadi: a) Inelastis (Ep < 1) : perubahan permintaan lebih kecil daripada perubahan harga. b) Elastis (Ep > 1) : perubahan permintaan lebih besar daripada perubahan harga. c) Elastis uniter (Ep = 1) : kenaikan harga menyebabkan penurunan permintaan barang tersebut dengan proporsi jumlah yang sama.

d) Inelastis uniter (Ep=0) : penetapan harga berapapun, orang akan membeli dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan.

e) Elastis tak terhingga: perubahan harga sedikit saja menyebabkan perubahan permintaan tak terbilang besarnya.

Faktor –faktor yang mempengaruhi elastisitas anatara lain :

a) Tingkat substitusi dimana semakin sulit mencari substitusi suatu barang maka barang tersebut semakin inelastis. Contohnya beras bagi masyarakat Indonesia sulit dicari substitusinya sehingga beras adalah barang inelastis, b) Jumlah pemakai dimana semakin banyak orang yang mengkonsumsi suatu

barang maka barang tersebut akan makin inelastis.

c) Proporsi kenaikan harga terhadap pendapatan konsumen dimana bila proporsi tersebut besar maka permintaannya akan cenderung elastis

d) Jangka waktu dimana jangka waktu atas permintaan suatu barang memiliki pengaruh terhadap elastisitas

Perubahan Nilai Rupiah

a) Redenominasi

(19)

6

positifkelipatan 10, seperti 10, 100, 1.000, dan seterusnya. Prosedur ini dapat disebut sebagai "penghilangan nol"

Sebelum berlangsung secara keseluruhan, redenominasi rupiah akan dilakukan dalam 3 tahapan kegiatan, yaitu tahap persiapan, tahap transisi/ paralelisasi dan tahap phasing out. Ketiga tahapan ini akan memerlukan waktu sekitar 6 tahun. Tahap pertama adalah tahap persiapan di mana kegiatan utama adalah penyusunan RUU Redenominasi hingga disahkan menjadi UU dan rencana pencetakan uang dan distribusinya, penyesuaian infrastruktur dan teknologi informasi sistem pembayaran, akuntansi serta komunikasi kepada seluruh lapisan masyarakat. Tahap selanjutnya yaitu transisi dilakukan dengan penukaran secara bertahap Rupiah “lama” dan Rupiah “baru”. “Ada dua mata uang yaitu Rupiah “lama” dan Rupiah “baru” yang diberlakukan. Terakhir, tahap phasing out di mana seluruh transaksi menggunakan Rupiah “baru”. “Saat dilakukan pengembalian mata uang Rupiah dengan kata “baru” menjadi Rupiah

b) Sanering

Sanering adalah pemotongan nilai uang terhadap harga barang sehingga daya beli masyarakat menurun. Dalam perjalanan sejarah, Pemerintah Indonesia tercatat pernah melakukan kebijakan sanering pada tanggal 19 Maret 1950 (dikenal dengan istilah “Gunting Syafrudin”), 25 Agustus 1959 dan 13 Desember 1965. Kondisi perekonomian nasional pada saat itu sangat buruk, tercermin dari Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) yang sangat rendah, inflasi sangat tinggi dan investasi merosot tajam. Salah satu mekanisme kebijakan sanering yang berlaku mulai tanggal 25 Agustus 1959 adalah:

1. Penurunan nilai uang kertas Rp 500 dan Rp 1.000 menjadi Rp 50 dan Rp 100. 2. Pembekuan sebagian simpanan pada Bank (giro dan deposito) sebesar 90% dari jumlah simpanan di atas Rp 25.000, dengan ketentuan bahwa simpanan yang dibekukan akan diganti menjadi simpanan jangka panjang oleh pemerintah (Perpu No.3 Tahun 1959 tanggal 24 Agustus 1959).

Kebijakan sanering tersebut memberikan beberapa dampak di bidang moneter, seperti menurunkan jumlah uang beredar, meningkatkan keuntungan pemerintah yang kemudian digunakan untuk mengurangi kerugian kas negara, dan mengurangi likuiditas bank-bank. Namun, likuiditas bank yang berkurang membuat pemberian kredit bank terhadap perusahan produksi, distribusi dan ekspor-impor menjadi berkurang, sehingga berimplikasi pada kenaikan harga barang dan biaya hidup. Dengan demikian kebijakan sanering pada tahun 1959 tersebut dianggap gagal karena justru memperburuk keadaan ekonomi, yakni terjadinya hyper-inflasi.

Keterkaitan Redenominasi dengan Perilaku Pelaku Ekonomi

(20)

7 Redenominasi juga akan membuat konsumen menyusun kembali manajemen strategi uang mereka untuk beradaptasi dengan mata uang baru terutama ketika diperkenalkan mata uang yang baru khususnya ketika mata uang yang baru dan mata uang yang lama dipergunakan secara bersama-sama, atau lebih tepatnya pada masa transisi.

Sementara itu Money/Euro Illution memperlihatkan persepsi harga dalam denominasi baru yang lebih kecil dan mata uang yang lebih rendah daripada ketika dinyatakan dalam bentuk mata uang yang lama jika memiliki nilai nominal yang lebih tinggi. (Gamble, Garling, Charlton & Ranyard, 2002). Hal ini menunjukkan bahwa individu menyesuaikan diri dengan mata uang baru dengan nilai nominal yang lebih kecil, setidaknya, mereka mengalami kesulitan dalam memahami nilai sebenarnya dari barang dan jasa. Efek money Illusion pun dapat terjadi pada barang-barang yang harganya murah atau kenaikan harganya hanya beberapa koin sen saja. Apabila ketersediaan koin sen tidak dicukupi oleh pemerintah, konsumen akan cenderung membiarkan kenaikan harga tersebut tanpa menuntut adanya uang kembalian dari penjual, hal tersebut disebut trivialization.

Kasus trivalization dapat dilihat pada Ghana dimana tingkat inflasinya meningkat sebesar lima persen satu tahun setelah redenominasi. Salah satu faktor penyebab kegagalan redenominasi di Ghana adalah 70 persen uang beredar yang di Ghana berada di luar sistem perbankan.Transaksi tunai di Ghana lebih dominan dibandingkan dengan transaksi melalui perbankan. Kondisi ini diperparah oleh pemerintah yang belum juga dapat mengganti mata uang yang baru dengan mata uang yang lama setelah dua tahun redenominasi. Mehdi dan Reza (2012) juga mengungkapkan bahwa pengurangan nilai nominal mata uang akan mempunyai pengaruh secara psikologi dan sosial. Ketika mata uang memiliki nilai nominal yang rendah, maka masyarakat akan merasa mata uang tersebut bernilai kuat.

Percobaan Ekonomi

Ekonomi adalah ilmu sosial yang terus berkembang. Sejak Adam Smith meletakkan landasan teori ekonomi modern, ada beberapa konsep atau pendekatan pemikiran dan analisis yang telah dikembangkan oleh pakar ekonomi untuk menganalisis fenomena ekonomi. Salah satu diantaranya, dalam tiga dekade terakhir yang menurut penulis akan membawa revolusi dalam ilmu ekonomi adalah berkembangnya inovasi teknik-teknik dalam ekonomi eksperimental

(eksperimental economics)

Dalam perkembangan metode percobaan ekonomi, muncul suatu teori yang disebut induced-value theory yang dikembangkan oleh Ekonom V.L. Smith pada tahun 1976 (Juanda, 2009). Ide dasar dari teori ini adalah bahwa penggunaan media imbalan yang tepat memungkinkan experimenter atau peneliti untuk memunculkan karakteristik pelaku ekonomi tertentu dan karakteristik bawaannya menjadi tidak berpengaruh lagi (irrelevant). Apabila karakteristik dasar pelaku ekonomi (experimental unit) sama atau homogen maka peneliti dapat melakukan percobaan karena prinsip dasar ”pengendalian lingkungan” sudah dilakukan.

(21)

8

1. Monotonicity adalah pelaku percobaan harus selalu menyukai imbalan yang

lebih besar.

2. Salience adalah imbalan yang diterima pelaku tergantung dari tindakan mereka

dalam percobaan sesuai aturan yang mereka fahami.

3. Dominance : adanya dominansi kepentingan pelaku di dalam percobaan,yaitu

mereka lebih mengutamakan imbalan dan mengabaikan hal-hal lain.

Friedman dan Sunder (1994) mengemukakan bahwa percobaan ekonomi dilakukan di dalam lingkungan yang terkontrol.Lingkungan ekonomi terdiri dari pelaku ekonomi bersama aturan yang berlaku atau institusi sebagai tempat berinteraksi antar pelaku ekonomi. Pelaku ekonomi mungkin sebagai pembeli dan penjual, dan institusi mungkin merupakan tipe pasar tertentu.

Dalam percobaan ekonomi diberikan instruksi percobaan yang terdiri dari deskripsi tentang ketentuan percobaan, pilihan-pilihan, dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan subjek penelitian (pelaku percobaan), serta aturan penentuan pemberian imbalan kepada subjek, yang tergantung pada tindakan mereka (Friedman dan Sunder,1994). Lembar instruksi percobaan diberikan kepada subjek penelitian pada saat percobaan akan dilaksanakan sehingga subjek penelitian jelas memahami prosedur percobaan dan aturan yang berlaku. Dalam instruksi percobaan ini juga dapat dilengkapi dengan contoh ilustrasi yang sederhana yang akan lebih memperjelas permasalahan bagi subjek percobaan.

Dalam penelitian dibidang ekonomi dengan metode percobaan, kelompok masyarakat yang sering kali menjadi subjek penelitian berasal dari kelompok mahasiswa (Friedman dan Sunder, 1994). Alasan penggunaan mahasiswa sebagai sumber penelitian yaitu :

1. Kelompok ini dinilai paling siap untuk masuk ke dalam kelompok eksperimen. 2. Latar belakang kelompok ini berasal dari kampus, dimana dari kampus inilah

sebagian besar peneliti muncul

3. Biaya imbangan (opportunity cost) yang rendah

4. Merupakan salah satu cara untuk mengurangi pengaruh eksternal yang dapat menjadi variabel pengganggu dalam penelitian.

Ilmu ekonomi sendiri baru benar-benar mulai dianggap sebagai

experimental science dalam waktu yang relatif lama. Hal ini terjadi terutama

setelah penghargaan hadiah Nobel tahun 1994 bidang ekonomi diberikan kepada ekonom yang karyanya berkaitan dengan experimental economics, yaitu John Nash dan Reinhard Selten. Mereka dinilai dapat memberikan inspirasi bahwa metode eksperimen juga dapat dilakukan di bidang ekonomi. Setelah itu perkembangan experimental economics tumbuh semakin pesat. Bahkan dalam cakupan lebih luas (makro) beberapa ekonom pernah mencobanya. Berbagai kebijakan ekonomi makro atau moneter dapat pula dicobakan dulu dalam percobaan.

Percobaan Ekonomi dalam Kajian Kebijakan Ekonomi

(22)

9 Bank Century dan kebijakan menutup Bank Century oleh pemerintah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penutupan Bank Century menyebabkan dampak sistemik yang relatif sangat rendah. Pengaruh sistemik yang cukup besar akan ditimbulkan jika penutupan bank bermasalah pada saat krisis tersebut dilakukan pada bank bermasalah yang berukuran besar. Dalam kondisi normal (tidak adannya gejolak krisis), penutupan bank bermasalah berukuran kecil seperti Bank Century tidak akan menimbulkan dampak sistemik. Tekanan dan potensi kegagalan bank sangat rendah karena stabilitas ekonomi dalam kondisi normal masih terjaga sehingga kepercayaan nasabah terhadap perbankan tidak mengalami penurunan.

Penelitian lainnya dalam mengkaji suatu kebijakan dengan metode percobaan adalah kajian tingkat kepatuhan pajak dalam sistem pemungutan pajak

selfassessment yang diberlakukan di Indonesia (Juanda, 2010). Penelitian ini

mengkaji bagaimana pengaruh peluang pemeriksaan, denda dan tingkat pendidikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT), dengan mengendalikan faktor-faktor lainnya diusahakan sama (ceteris paribus). Faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kepatuhan Wajib Pajak sulit dilakukan jika menggunakan rancangan survei karena adanya pengaruh lingkungan atau objek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan Makin tinggi peluang pemeriksaan pajak dan makin besar denda akan berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. Selain itu, Juanda (2010) juga menyatakan tingkat kepatuhan membayar pajak untuk “pelaku eksperimen” mahasiswa Strata 1 lebih tinggi dibandingkan tingkat kepatuhan mahasiswa Pascasarjana yang memiliki pengetahuan relatif tinggi. Selanjutnya, makin tinggi penghasilan Wajib Pajak, maka tingkat kepatuhannya makin rendah.

Penelitian Terdahulu

Dzokoto et al (2010) dengan metode kualitatif menemukan kehadiran money illusion di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di Ghana setelah dilaksanakannya kebijakan redenominasi mata uang. Penelitian ini menunjukkan bahwa redenominasi memberikan impilkasi terhadap perubahan dalam memberikan nilai kepada diri sendiri (misalnya dalam hal gaji), kecenderungan untuk meremehkan kenaikan harga, perubahan dalam kebiasaan dalam pengeluaran, kecenderungan untuk lebih murah hati dalam memberikan sumbangan. Ini semua diakrenakan kecenderungan untuk melihat dari nilai nominalnya bukan dari nilai riilnya.

(23)

10

Lianto dan Suryaputra (2012) melakukan penelitian untuk mengetahui dampak dari implementasi redenominasi di Indonesia berdasarkan perspektif masyarakat Indonesia. Dari data yang diperoleh dengan metode survey sebanyak 100 orang yang paham akan redenominasi dan dianalisis menggunakan Structural Equation Modelling, terlihat bahwa dampak terbesar dari redenominasi adalah dapat meningkatkan kredibilitas Indonesia di mata negara lain. Temuan lainnya adalah masyarakat Indonesia menganggap redenominasi akan dapat menguntungkan mereka. Jika redenominasi sukses diimplementasikan, mata uang Rupiah akan menjadi semakin kuat dan menambah kepercayaan diri masyarakat terhadap mata uangnya

Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian sebelumnya, secara sederhana penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak kebijakan redenominasi Rupiah terhadap permintaan konsumen pada kondisi perekonomian inflasi rendah yang pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap kinerja perekonomian di Indonesia. Hal ini karena perilaku permintaan konsummen pada dasarnya merupakan salah satu penentu pergerakan perekonomian di suatu negara.

Perubahan permintaan konsumen diamati dengan menggunakan metode percobaan ekonomi (experimental economics). Respon-respon yang dihasilkan dari percobaan ekonomi inilah yang menggambarkan perubahan permintaan konsumen.

dari percobaan ekonomi inilah yang menggambarkan perubahan permintaan konsumen.

Gambar 1 Skema kerangka pemikiran penelitian Gambar 1 Skema kerangka pemikiran penelitian

(24)

11 Hipotesis

Berdasarkan teori-teori, studi-studi terdahulu, serta skema kerangka pemikiran di atas, dapat diajukan beberapa hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Untuk harga rata-rata, pada pertumbuhan rendah mengalami kenaikan

sebaliknya pada pertumbuhan tinggi. Pada barang elastis mengalami penurunan, sebaliknya pada barang inelastis

2. Untuk jumlah transaksi, pada pertumbuhan rendah mengalami penurunan sebaliknya pada pertumbuhan tinggi. Pada barang elastis mengalami kenaikan, sebaliknya pada barang inelastis

3. Untuk nilai transaksi, pada pertumbuhan rendah mengalami penurunan sebaliknya pada pertumbuhan tinggi. Pada barang elastis mengalami kenaikan, sebaliknya pada barang inelastis

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data primer. Pengumpulan data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui simulasi percobaan (eksperimen) ekonomi.Dimana data primer yang dikumpulkan merupakan gambaran respons dari para subjek penelitian (pelaku simulasi) sebagai pelaku ekonomi dalam percobaan yang dapat dilihat dari keputusan-keputusan yang dibuat oleh para pelaku percobaan.

Rancangan Simulasi Percobaan

Percobaan ini dilakukan pada kondisi perekonomian inflasi rendah dimana dalam hal ini dicerminkan dari nilai unit cost yang lebih rendah dari pada kondisi perekonomian saat inflasi tinggi. Percobaan untuk kondisi perekonomian pada saat inflasi tinggi sendiri dilakukan oleh Arimurthi (2013).

Pecobaan ini merupakan simulasi kegiatan perekonomian untuk melihat pengaruh atau respons dari redenominasi mata uang terhadap perubahan perilaku produsen dan konsumen. Adapun respons perubahan perilaku produsen dan konsumen dapat dilihat dari perubahan harga rata-rata, perubahan jumlah transaksi, perubahan nilai transaksi Percobaan ekonomi dalam penelitian ini melibatkan 48 pelaku percobaan (experimental subject) yang dibagi ke dalam 4 kombinasi perlakuan. Faktor-faktor yang akan dilihat pengaruhnya terhadap respons yang diamati, adalah:

1. Tingkat pertumbuhan, terdiri dari dua taraf yaitu: 1) pertumbuhanrendah; dan 2) pertumbuhantinggi

2. Elastisitas, terdiri dari dua taraf yaitu :1) elastis; dan 2) inelastis.

(25)

12

yang permintaannya akan meningkat secara signifikan apabila ada perubahan harga sedikit saja, sebaliknya barang inelastis permintaan barang tidak akan berubah secara signifikan walaupun ada perubahan harga yang besar.

Rincian dari jumlah pelaku percobaan adalah sebagai berikut :

1. Pada barang elastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi rendah sebanyak 10 orang

2. Pada barang elastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi tinggi sebanyak 14 orang

3. Pada barang inelastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi rendah sebanyak 10 orang

4. Pada barang inelastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi tinggi sebanyak 14 orang

Kombinasi-kombinasi perlakuan yang dilakukan adalah : 1. Barang elastis pada saat pertumbuhan ekonomi rendah 2. Barang elastis pada saat pertumbuhan ekonomi tinggi 3. Barang inelastis pada saat pertumbuhan ekonomi rendah 4. Barang inelastis pada saat pertumbuhan ekonomi tinggi

Tabel 2 Penjabarankondisi perlakuan dalam simulasi percobaan ekonomi

Elastisitas Elastis Pada simulasi jenis barang yang digunakan adalah barang elasts dimana dalam hal ini adalah mobil ( %∆ Kuantitas ) > %

∆Harga)

Inelastis Pada simulasi jenis barang yang digunakan adalah barang elasts dimana dalam hal ini adalah beras ( %∆ Kuantitas ) < %

∆Harga) Pertumbuhan

Ekonomi

Rendah umlah pelaku ekonomi

berjumlah 10 orang yang terdiri dari 5 penjual dan 5 pembeli

Tinggi Jumlah pelaku ekonomi

berjumlah 14 orang yang terdiri dari 7 penjual dan 7 pembeli Berdasarkan respons yang akan diamati, instruksi percobaan dalam penelitian ini merujuk kepada penelitian Juanda (2000)1 yaitu berbentuk transaksi jual beli barang dengan sistem pasar Posted Offer. Transaksi dengan sistem Post Offer ini tidak terdapat sistem tawar menawar antara penjual dan pembeli, contohnya seperti yang ada di pasar-pasar swalayan. Simulasi percobaan ekonomi ini berdasarkan kepada induced value theory, dimana dengan penggunaan insentif/imbalan yang tepat dan nyata akan memungkinkan pelaku percobaan dapat memunculkan (induced) karakteristik tertentu sesuai dengan tujuan

(26)

13 percobaan. Oleh karena itu data yang diperoleh dari hasil percobaan berasal dari kondisi yang sudah terkontrol/terkendali atau sudah tidak terpengaruh oleh faktor-faktor lain, sehingga data tersebut akan menjadi lebih baik dalam mengkaji dampak suatu kebijakan terhadap perilaku pelaku ekonomi dibandingkan data dari survey (Juanda, 2012).

Prosedur Percobaan

Prosedur percobaan secara umum adalah sebagai berikut :

1) Peserta percobaan diacak oleh peneliti untuk menjadi 5 orang pembeli dan 5 orang penjual (kondisi pertumbuhan ekonomi rendah ) atau 7 orang pembeli dan 7 orang penjual (kondisi pertumbuhan ekonomi tinggi )

2) Peserta percobaan terlebih dahulu membaca dan memahami instruksi percobaan sesuai dengan peranannya masing-masing. Peneliti menjelaskan instruksi secara rinci untuk membantu peserta percobaan yang masih kurang jelas terhadap instruksi yang diberikan

3) Peserta diberikan lembar keputusan sesuai dengan peranannya masing-masing. Setiap peserta diharuskan mencatat setiap transaksi yang dilakukan selama percobaan pada lembar keputusannya setiap ulangan.

4) Pembeli dan penjual mendapatkan unit value dan unit cost masing-masing dimana masing-masing pembelidan penjual mendapat 2 unit value dan 2 unit

cost untuk setiap transaksi.

5) Pada ulangan pertama pembeli akan dipisahkan dengan penjual dimana pembeli akan meninggalkan ruangan. Penjual harus menentukan harga jualnya diatas unit costnya untuk kondisi sebelum redenominasi, setelah itu penjual langsung menentukan harga jual untuk kondisi setelah redenominasi dimana harga jualnya boleh tetap, lebih, atau kurang dari harga sebelum redenominasi. 6) Pembeli diundi urutan pembeliannya untuk kemudian mereka masuk satu per

satu ke ruangan penjual untuk membeli barang. Pembeli harus membeli barang dengan harga di bawah unit value.

7) Masing-masing pembeli dan penjual harus mencatat hasil transaksinya diatas lembar keputusan.

8) Masing-masing peserta percobaan melakukan prosedur yang sama setiap ulangannya, namun kondisi awal ditentukan secara acak oleh peneliti di awal bulan.

9) Pada akhir percobaan (ulangan), peserta mengumpulkan lembar keputusan kepada peneliti

10) Keuntungan yang diperoleh masing-masing peserta percobaan dihitung sesuai dengan transaksi yang terlampir pada lembar keputusan peserta percobaan.

Metode Analisis

a) Analisis Deskriptif

(27)

14

Perbedaan pengaruh itu akan dianalisis oleh peneliti mengenai apa penyebab dari perbedaan tersebut. Contohnya peneliti menjelaskan penyebab perbedaan pengaruh redenominasi terhadap perubahan harga rata-rata dikondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan pertumbuhan ekonomi tinggi.

b) Uji Kesamaan Ragam

Uji ini digunakan untuk melihat apakah suatu contoh (sample) memiliki ragam yang sama atau tidak.Hipotesisi yang digunakan adalah :

H0 : S12(x2-x1)=S22(x2-x1)

H1 : S12(x2-x1)≠S22(x2-x1)

c) Uji Nilai Tengah Beda Dua Populasi

Data yang tetap melanggarasumsi walaupun telah ditransformasi saat pengujian F dapat dilakukan d engan ujit. Uji t untuk menduga nilai tengah beda dua populasi ini dihitung secara manual.Menurut Saefuddin, et al. (2009), membandingkan dua populasi adalahmembandingkan atribut tertentu antara kedua populasi tersebut.

Bila terbuk ragamti sama maka statistik ujinya adalah :

T = X X – µ µ

...

3.1

Sedangkan bila ragamnya tidak sama maka statistik ujinya adalah :

T = X X – µ µ

(28)

15 Tabel 3 Hipotesis untuk uji nilai tengah beda dua populasi

Respons Faktor H0 H1

Perubahan Harga Pertumbuhan µr = µt µr > µt

Elastisitas µe =µin µe <µin

Pertumbuhan pada barang elastis

µr = µt µr > µt

Pertumbuhan pada barang inelastis

µr = µt µr > µt

Perubahan Jumlah Pertumbuhan µr = µt µr <µt

Elastisitas µe =µin µe >µin

Pertumbuhan pada barang elastis

µr = µt µr <µt

Pertumbuhan pada barang inelastis

µr = µt µr<µt

Perubahan Nilai Pertumbuhan µr = µt µr <µt

Elastisitas µe =µin µe >µin

Pertumbuhan pada barang elastis

µr = µt µr <µt

Pertumbuhan pada barang inelastis

µr = µt µr <µt

Ket:

µr : rata-rata pertumbuhan rendah

µt : rata-ratapertumbuhan tinggi

µe : rata-ratabarang elastis

µin : rata-ratabarang inelastis

HASIL DAN PEMBAHASAN

ImplikasiKebijakan Redenominasi terhadap Perubahan Harga

a) Implikasi Kebijakan Redenominasi terhadap Perubahan Harga pada Pertumbuhan Ekonomi Rendah dan Tinggi

Pengaruh kebijakan redenominasi terhadap perubahan harga pada pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi terlihat di Tabel 4 yang menunjukkan bahwa redenominasi memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap perubahan harga rata-rata pada kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0,266, dimana nilai tersebut lebih besar dibandingkan alpha 0,10.

Tabel 4Hasil uji-t perubahan harga pada kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi

Ragam T-Hitung P-value Sama 0,65 0,266

(29)

16

Gambar 2 menunjukkan bahwa pada saat pertumbuhan ekonomi rendah harga rata-rata mengalami penurunan dan pada pertumbuhan ekonomi tinggi juga mengalami penurunan. Penurunan harga pada saat pertumbuhan ekonomi tinggi lebih tinggi daripada pada saat pertumbuhan ekonomi rendah. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan pada kondisi inflasi tinggi oleh Arimurti (2013), pada saat pertumbuhan tinggi harga mengalami kenaikan. Ini mengindikasikan bahwa redenominasi lebih baik dilakukan pada saat pertumbuhan ekonomi tinggi karena dapat menurunkan harga secara signifikan.

Gambar 2 Perbandingan perubahan harga pada kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi

‐0.01971

‐0.63808

‐0.8 ‐0.6 ‐0.4 ‐0.2 0

Pertumbuhan Rendah Pertumbuhan Tinggi

Perubahan 

Harga (%) H

0 : µ1 =

µ2

b) Implikasi Kebijakan Redenominasi terhadap Perubahan Harga pada Barang Elastis dan Inelastis

Pengaruh kebijakan redenominasi terhadap perubahan harga pada barang elastis dan inelastis terlihat di Tabel 5 yang menunjukkan bahwa redenominasi memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap perubahan harga rata-rata pada barang elastis dan inelastis. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0,601, dimana nilai tersebut lebih besar dibandingkan alpha sebesar 0,10.

Tabel 5Hasil Uji-t perubahanh pada barang elastis dan inelastis

Ragam T-Hitung P-value Sama 0,26 0,601

Sumber: Lampiran 2 dan Lampiran 3

(30)

17

‐0.20187

‐0.45592

‐0.5 ‐0.45 ‐0.4 ‐0.35 ‐0.3 ‐0.25 ‐0.2 ‐0.15 ‐0.1 ‐0.05 0

Elastis Inelastis

Perubahan  Harga (%)

H0 : µ1 =

µ2

Gambar 3 Perbandingan perubahan harga pada barang elastis dan inelastis c) Implikasi Kebijakan Redenominasi terhadap Perubahan Harga pada Barang Elastis dan Inelastis dalam Kondisi Pertumbuhan Ekonomi Rendah dan Tinggi

Pengaruh kebijakan redenominasi terhadap perubahan harga pada barang elastis pada kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi terlihat di Tabel 6 yang menunjukkan bahwa redenominasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga rata-rata pada barang elastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0,080, dimana nilai tersebut lebih kecil dibandingkan alpha sebesar 0,10. Tabel 4.4 menunjukkan bahwa redenominasi memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap perubahan harga rata-rata pada barang inelastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0,522, dimana nilai tersebut lebih vesar dibandingkan alpha sebesar 0,10.

Tabel 6Hasil uji-t perubahan harga untuk barang elastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi

Ragam T-Hitung P-value Sama 1,72 0,080

Sumber: Lampiran 2 dan Lampiran 3

Tabel 7Hasil uji-t perubahan harga untuk barang inelastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi

Ragam T-Hitung P-value Sama -0,06 0,522

(31)

18

Signifikansi untuk barang elastis ini terlihat dari gambar 4 dimana pada saat pertumbuhan rendah harga cenderung meningkat. Pada saat pertumbuhan tinggi sebaliknya harga cenderung menurun.

P e r t u m b u h a n T i n g g i P e r t u m b u h a n R e n d a h

P e r t u m b u h a n T i n g g i P e r t u m b u h a n R e n d a h

1 , 0

0 , 5

0 , 0

- 0 , 5

- 1 , 0

- 1 , 5

- 2 , 0 1 , 0

0 , 5

0 , 0

- 0 , 5

- 1 , 0

- 1 , 5

- 2 , 0

P

e

ru

b

a

h

a

n

H

a

rg

a

(

%

)

I n d i v i d u a l V a l u e P l o t o f P e r t u m b u h a n R e n d a h ; P e r t u m b u h a n T i n g g i

Gambar 4Plot dataperubahan harga untuk barang elastis pada kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi

Gambar 5 menunjukkan bahwa pada barang elastis harga rata-rata mengalami kenaikan pada saat pertumbuhan ekonomi rendah dan pada pertumbuhan ekonomi tinggi harga rata-rata juga mengalami penurunan dimana hal ini sudah sesuai hipotesis awal.Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan pada kondisi inflasi tinggi oleh Arimurti (2013), barang elastis mengalami penurunan harga pada saat pertumbuhan rendah dan kenaikan harga pada saat pertumbuhan tinggi.

(32)

19

Gambar 5 Perbandingan perubahan harga pada barang elastis dan inelastis pada kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi

0.47322

‐0.51264

‐0.87696

‐0.3992

‐1 ‐0.8 ‐0.6 ‐0.4 ‐0.2 0 0.2 0.4 0.6

Elastis Inelastis

Perubahan  Harga ( %)

Pertumbuhan Rendah  Pertumbuhan Tinggi

Elastis H0 : µ1 =

µ2

Inelastis H0 : µ1 =

µ2

ImplikasiKebijakan Redenominasi terhadap Perubahan Jumlah Transaksi

a) Implikasi Kebijakan Redenominasi terhadap Perubahan Jumlah Transaksi pada Pertumbuhan Ekonomi Rendah dan Tinggi

Pengaruh kebijakan redenominasi terhadap perubahan jumlah transaksi pada pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi terlihat di Tabel 8 yang menunjukkan bahwa redenominasi memiliki pengaruh yang tidahs ignifikan terhadap perubahan jumlah transaksi pada kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0,435, dimana nilai tersebut lebih besar dibandingkan alpha sebesar 0,10.

Tabel 8Hasil T-test Perubahan Jumlah Transaksi pada Kondisi Pertumbuhan Ekonomi Rendah dan Tinggi

Ragam T-Hitung P-value Sama -0,17 0,435

Sumber: Lampiran 2 dan Lampiran 3

(33)

20

Gambar 6 Perbandingan Perubahan Jumlah Transaksi pada Kondisi Pertumbuhan Ekonomi Rendah dan Tinggi

‐2.3601

‐4.2328

‐4.5 ‐4 ‐3.5 ‐3 ‐2.5 ‐2 ‐1.5 ‐1 ‐0.5 0

Pertumbuhan Rendah Pertumbuhan Tinggi

Perubahan  Jumlah (%)

H0 : µ1 =

µ2

b) Implikasi Kebijakan Redenominasi terhadap Perubahan Jumlah Transaksi pada Barang Elastis dan Inelastis

Pengaruh kebijakan redenominasi terhadap perubahan jumlah transaksi pada barang elastis dan inelastis terlihatdi Tabel 9 menunjukkan bahwa redenominasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan jumlah transaksi pada barang elastis dan inelastis. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0,089, dimana nilai tersebut lebih kecil dibandingkan alpha sebesar 0,10.

Tabel 9Hasil uji-t perubahan jumlah transaksi pada barang elastis dan inelastis

Ragam T-Hitung P-value Beda 1,57 0,089

Sumber: Lampiran 2 dan Lampiran 3

(34)

21

I ndividual Value Plot of Elastis; I nelastis

Gambar 7Plot dataperubahan jumlah transaksi pada barang elastis dan inelastis Gambar 8 menunjukkan bahwa pada barang elastis jumlah transaksi mengalami kenaikan sedangkan pada barang inelastis jumlah transaksi mengalami penurunan. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal dan juga teori dimana pada barang elastis jumlah transaksi mengalami kenaikan dikarenakan harga yang mengalami penurunan,selain karena hukum permintaan juga disebabkan oleh fenomena money illusion sehingga pembeli merasa barang menjadi jauh lebih murah Sebaliknya pada barang inelastis jumlah transaksi mengalami penurunan yang dikarenakan adanya kenaikan harga. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan pada kondisi inflasi tinggi oleh Arimurti (2013), jumlah transaksi tidak mengalami perubahan pada barang elastis dan mengalami penurunan pada barang inelastis.

Gambar 8 Perbandingan Perubahan Jumlah Transaksi pada Barang Elastis dan Inelastis

(35)

22

Pengaruh kebijakan redenominasi terhadap perubahan jumlah transaksi pada barang elastis pada kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi terlihat di Tabel 10 yang menunjukkan bahwa redenominasi memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap perubahan jumlah transaksi pada barang inelastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0,435, dimana nilai tersebut lebih besar dibandingkan alpha sebesar 0,10.

Tabel 10Hasil uji-t perubahan jumlah transaksi untuk barang inelastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi

Ragam T-Hitung P-value Sama -0,18 0,435

Sumber: Lampiran 2 dan Lampiran 3

Gambar 9 menunjukkan bahwa pada barang elastis jumlah transaksi mengalami kenaikan pada saat pertumbuhan ekonomi rendah dan pada pertumbuhan ekonomi tinggi jumlah transaksi tidak mengalami perubahan.Pada barang inelastis jumlah transaksi mengalami penurunan pada saat pertumbuhan ekonomi rendah dan pada pertumbuhan ekonomi tinggi juga mengalami penurunan jumlah transaksi.

Gambar 9 Perbandingan perubahan jumlah transaksi pada barang elastis dan inelastis pada kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi

0.0417

‐4.7619 0

‐3.7037

‐6 ‐5 ‐4 ‐3 ‐2 ‐1 0 1

Elastis Inelastis

Perubahan  Jumlah (%)

Pertumbuhan Rendah Pertumbuhan Tinggi

Elastis H0 : µ1 =

µ2

Inelastis H0 : µ1 =

µ2

ImplikasiKebijakan Redenominasi terhadap Perubahan Nilai Transaksi

(36)

23

Pengaruh kebijakan redenominasi terhadap perubahan nilai transaksi pada pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi terlihat di Tabel 11 menunjukkan bahwa redenominasi memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap perubahan nilai transaksi pada kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0,678, dimana nilai tersebut lebih besar dibandingkan alpha sebesar 0,10

Tabel 11Hasil uji-t perubahan nilai transaksi pada kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi

Ragam T-Hitung P-value Sama 0,48 0,678

Sumber: Lampiran 2 dan Lampiran 3

Gambar 10 menunjukkan bahwa baik pada saat pertumbuhan ekonomi rendah maupun pada saat pertumbuhan ekonomi tinggi nilai transaksi transaksi mengalami penurunan. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal dan juga teori sehingga hal inilah yang membuat menjadi tidak signifikan.Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan pada kondisi inflasi tinggi oleh Arimurti (2013), pada saat pertumbuhan rendah nilai transaksi mengalami kenaikan tetapi pada pertumbuhan tinggi tetap mengalami penurunan.

Gambar 10 Perbandingan perubahan nilai transaksi pada kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi

‐0.2277

‐2.4278

‐3 ‐2.5 ‐2 ‐1.5 ‐1 ‐0.5 0

Pertumbuhan Rendah Pertumbuhan Tinggi

Perubahan 

Nilai Transaksi µ H0 : µ1 =

2

b) Implikasi Kebijakan Redenominasi terhadap Perubahan Nilai Transaksi pada Barang Elastis dan Inelastis

(37)

24

redenominasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan nilai transaksi pada barang elastis dan inelastis. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0,077, dimana nilai tersebut lebih kecil dibandingkan alpha sebesar 0,10.

Tabel 12Hasil uji-t perubahan nilai transaksi pada barang elastis dan inelastis

Ragam T-Hitung P-value Sama 1,54 0,077

Sumber: Lampiran 2 dan Lampiran 3

Signifikansi untuk barang elastis ini terlihat dari gambar 11 dimana pada barang elastis nilai transaksi cenderung meningkat. Pada saat pertumbuhan tinggi sebaliknya nilai transaksi cenderung menurun.

Inelastis

I ndividual Value Plot of Elastis; I nelastis

(38)

25

Gambar 12 Perbandingan perubahan nilai transaksi pada barang elastis dan inelastis

1.9059

‐4.5614

‐5 ‐4 ‐3 ‐2 ‐1 0 1 2 3

Elastis Inelastis

Perubahan  Nilai Transaksi

H0 : µ1 =

µ2

c) Implikasi Kebijakan Redenominasi terhadap Perubahan Nilai Transaksi pada Barang Elastis dan Inelastis dalam Kondisi Pertumbuhan Ekonomi Rendah dan Tinggi

Pengaruh kebijakan redenominasi terhadap perubahan harga pada barang elastis pada kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi terlihat di Tabel 13 yang menunjukkan bahwa redenominasi memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap perubahan nilai transaksi pada barang elastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0,824, dimana nilai tersebut lebih besar dibandingkan alpha sebesar 0,10. Tabel 14 menunjukkan bahwa redenominasi memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap perubahan nilai transaksi pada barang inelastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0,443, dimana nilai tersebut lebih vesar dibandingkan alpha sebesar 0,10.

Tabel 13Hasil uji-t perubahan nilai transaksi untuk barang elastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi

Ragam T-Hitung P-value Beda 1,20 0,824

Sumber: Lampiran 2 dan Lampiran 3

Tabel 14Hasil uji-t perubahan nilai transaksi untuk barang inelastis dalam kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi

Ragam T-Hitung P-value Sama -0,15 0,443

(39)

26

Gambar 13 menunjukkan bahwa pada barang elastis nilai transaksi mengalami kenaikan pada saat pertumbuhan ekonomi rendah dan pada pertumbuhan ekonomi tinggi nilai transaksi mengalami penurunan dimana hal ini tidak sesuai hipotesis awal.Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan pada kondisi inflasi tinggi oleh Arimurti (2013), barang elastis mengalami penurunan nilai transaksi pada saat pertumbuhan rendah dan kenaikan pada saat pertumbuhan tinggi.

Gambarr 13 juga menunjukkan bahwa barang inelastis mengalami penurunan nilai transaksi pada saat pertumbuhan ekonomi rendah dan pertumbuhan ekonomi tinggi. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan pada kondisi inflasi tinggi oleh Arimurti (2013), barang inelastismengalami kenaikan nilai transaksi pada saat pertumbuhan rendah.

Gambar 13 Perbandingan perubahan nilai transaksi pada barang elastis dan inelastis pada kondisi pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi

‐6 ‐4 ‐2 0 2 4 6

Elastis Inelastis

Perubahan  Nilai Transaksi 

Pertumbuhan Rendah Pertumbuhan Tinggi

Elastis H0 : µ1 =

µ2

Inelastis H0 : µ1 =

µ2

Alternatif Kebijakan untuk Mengatasi Dampak Redenominasi

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan pemerintah agar kebijakan redenominasi ini dapat berhasil serta tidak memberikan dampak negatif. Salah satunya yang perlu dilakukan pemerintah adalah sosialisasi kepada publik dan edukasi secara intensif. Kegiatan sosialisasi dan edukasi kepadamasyarakat dilakukan secara intensif, bertahap, dan terencana oleh bank sentral danpemerintah untuk memberikan informasi yang cukup kepada publik terkait denganredenominasi. Kegiatan sosialisasi ini penting agar masyarakat tidak menyamakan redenominasi dengan sanering.

(40)

27 mempertahankan kebijakan yang disiplin dan ketatseperti memperkecil budget defisit (cenderung tidak ekspansif).

Pemerintah harus dapat menciptakan trust dimasyarakat terhadap pemerintah. Karena bila tidak maka akan terjadi ketakutan dikalangan masyarakat seperti ketakutan akan adanya kelebihan jumlah uang yang beredear akibat pencetakan uang sehingga sebelum redenominasi dilakukan sudah akan ada kenaikan harga terlebih dahulu. Dalam hal ini mekanisme pencetakan uang baru yang dilakukan oleh Bank Indonesia harus jelas serta transparan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kebijakan redenominasi meningkatkan harga pada saat pertumbuhan ekonomi rendah dan sebaliknya pada saat pertumbuhan ekonomi tinggi redenominasi menurunkan harga untuk barang elastis. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan pada kondisi inflasi tinggi oleh Arimurti (2013), barang elastis mengalami penurunan harga pada saat pertumbuhan rendah dan kenaikan harga pada saat pertumbuhan tinggi.

Kebijakan redenominasi meningkatkan jumlah transaksi untuk barang elastis dan menurunkan jumlah transaksi untuk barang inelastis.Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan pada kondisi inflasi tinggi oleh Arimurti (2013), jumlah transaksi tidak mengalami perubahan pada barang elastis dan mengalami penurunan pada barang inelastis.

Kebijakan redenominasi juga meningkatkan nilai transaksi pada barang elastis dan menurunkan nilai transaksi pada barang inelastis. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan pada kondisi inflasi tinggi oleh Arimurti (2013), nilai transaksi juga mengalami peningkatan pada barang elastis dan juga menurunkan nilai transaksi pada barang inelastis

Kebijakan redenominasi harus didukung oleh sosialisasi kepada publik, pembangunan stabilitas perekonomian, serta penciptaan trust di masyarakat terhadap pemerintah terkait dengan mekanisme penciptaan uang. Hal ini harus dilakukan agar kebijakan redenominasi dapat berhasill

.

Saran

1. Kebijakan redenominasi ini sebaiknya dilakukan dalam kondisi perekonomian yang bagus, yaitu pada saat pertumbuhan ekonomi tinggi

2. Kebijakan redenominasi ini harus lepas dari kepentingan-kepentingan politik tertentu agar kebijakan ini dapat berjalan optimal.

3. Peneliti berharap sebaiknya ada penelitian selanjutnya yang memiliki desain program simulasi yang mampu melibatkan banyak responden tapi juga harus didukung oleh fasilitas intranet yang memadai.

(41)

28

DAFTAR PUSTAKA

Amir A. 2011. Redenominasi Rupiah dan Sistim Keuangan.JurnalParadigmaEkonomika. Vol.1, No.4 Oktober 2011.

Arimurti RP. 2013. Analisis Pengaruh Kebijakan Redenominasi terhadap Permintaan Konsumen dalam Kondisi Ekonomi dengan Tingkat Inflasi Tinggi [skripsi]. Bogor [ID] : Institut Pertanian Bogor.

Juanda B. 2000. Percobaan Ekonomi untuk Mengkaji Pengaruh Informasi Serta Jumlah Penjual dan Pembeli dalam Transaksi Pasar. November 2000. Jurnal Ekonomi Vol 7, III, Universitas Borobudur.

_______________. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis.IPB Press.Bogor

_______________. 2009. Ekonometrika Permodelan dan Pendugaan.IPB Press.Bogor

_______________. 2011. Ekonomi Eksperimental untuk Pengembangan Teori Ekonomi dan Pengkajian Suatu Kebijakan.Di dalam: Orasi Guru BesarIPB, 25 September 2010

_______________. 2012. Experimental Economics in Indonesia: Lesson Learned and Best Practices. Di dalam: Workshop on Experimental Economics, Bogor 6 September 2012

Juanda B, Fitri N,Fardillah F, dan Manik MPD. 2010. Analisis Perbandingan Dampak KebijakanMenyelamatkan Bank Century dengan kebijakan MenutupBank Century dengan Metode Eksperimen. DepartemenIlmuEkonomi, FEM-IPB, Bogor

Iona D. 2005.The National Currency Re-denomination Experience in Several Countries: A Comparative Analysis. International Multidisciplinary Symposium UniversitariaSimpro, 2005

Kesumajaya I.W.W. 2011.Redenominasi Mata Uang Rupiah Merupakan Bagian dari Tugas Bank Indonesia untuk Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistim Pembayaran di Indonesia.GaneCSwaraVol 5 No.1, Pebruari 2011 Lianto J ,Suryaputra R. 2012. The Impact of Redenomination in Indonesia from

Indonesian Citizens’ Perspective. Procedia - Social and Behavioral Sciences 40 (2012): 1 – 6

Mankiw N.G. 2010. Makroekonomi: Edisi 6. Erlangga, Jakarta

MehdiS , Reza M. 2012. An investigating Zeros Elimination of the National Currency and Its Effect on National Economy (Case study in Iran).

European Journal of Experimental Biology, 2012, 2 (4):1137-1143

Mosley L. 2005. Dropping Zeros, Gaining Credibility? Currency Redenomination in Developing Nations. 2005 Annual Meeting of The American Political Science Association, WashingtonDC

Suhendra E, Handayani SW. 2012. Impacts of Redenomiantion on Economics Indicators.International Conference on Eurasian Economies 2012

Dzokoto V, Mensah E, Asante M, Hennaku A. 2010. Deceiving Our Minds : A Qualitative Exploration of The Money Illusion in Post –redenomination Ghana. J Consum Policy (2010) 33:339–353.

(42)

29 Wibowo B. 2013. Ilusi Nilai Uang Redenominasi. Harian Bisnis Kontan, Kamis

21 Februari 2013

(43)

30

Lampiran 1 Data Hasil Percobaan P

R : Pertumbuhan Rendah T : Pertumbuhan Tinggi E : Elastis

In : Inelastis

Lampiran 2 Uji Kesamaan Ragam

1. Faktor Pertumbuhan untuk Perubahan Harga 90% Confidence Intervals -

CI for

(44)

31

CI for

Distribution CI for StDev Variance of Data Ratio Ratio

Normal (0,573; 2,895) (0,328; 8,378) Continuous ( *; *) ( *; *) Tests

Test

Method DF1 DF2 Statistic P-Value F Test (normal) 5 5 1,660,592

Levene's Test (any continuous) 1 10 0,03 0,859 3. Faktor Pertumbuhan untuk Perubahan Nilai Transaksi

90% Confidence Intervals CI for

Distribution CI for StDev Variance of Data Ratio Ratio

Normal (0,738; 3,728) (0,545; 13,901) Continuous ( *; *) ( *; *) Tests

Test

Method DF1 DF2 Statistic P-Value F Test (normal) 5 5 2,75 0,291 Levene's Test (any continuous) 1 10 0,370,556 4. Faktor Elastisitas untuk Perubahan Harga

90% Confidence Intervals CI for

Distribution CI for StDev Variance of Data Ratio Ratio

Normal (0,241; 1,217) (0,058; 1,482) Continuous (0,228; 3,064) (0,052; 9,388) Tests

Test

(45)

32

5. Faktor Elastisitas untuk Perubahan Jumlah Transaksi

90% Confidence Intervals CI for

Distribution CI for StDev Variance of Data Ratio Ratio

Normal (0,003; 0,017) (0,000; 0,000) Continuous ( *; *) ( *; *)

Tests

Test

Method DF1 DF2 Statistic P-Value F Test (normal) 5 5 0,000,000 Levene's Test (any continuous) 1 10 2,420,151

6. Faktor Elastisitas untuk Perubahan Nilai Transaksi

90% Confidence Intervals CI for

Distribution CI for StDev Variance of Data Ratio Ratio

Normal (0,312; 1,576) (0,097; 2,484) Continuous ( *; *) ( *; *)

Tests Test

Method DF1 DF2 Statistic P-Value F Test (normal) 5 5 0,490,455 Levene's Test (any continuous) 1 10 0,430,525

7. Faktor Pertumbuhan pada Barang Elastis untuk Perubahan Harga

90% Confidence Intervals CI for

(46)

33 Normal (0,271; 5,151) (0,074; 26,536)

Continuous ( *; *) ( *; *)

Tests Test

Method DF1 DF2 Statistic P-Value F Test (normal) 2 2 1,400,835

Levene's Test (any continuous) 1 4 0,010,933

8. Faktor Pertumbuhan pada Barang Elastis untuk Perubahan Nilai Transaksi

90% Confidence Intervals

Distribution CI for StDev CI for Variance of Data Ratio Ratio

Normal (2,083; 39,580) (4,340; 1566,569) Continuous ( *; *) ( *; *)

Tests Test

Method DF1 DF2 Statistic P-Value F Test (normal) 2 2 82,450,024 Levene's Test (any continuous) 1 4 1,110,351

9. Faktor Pertumbuhan pada Barang Inelastis untuk Perubahan Harga

90% Confidence Intervals CI for

Distribution CI for StDev Variance of Data Ratio Ratio

Normal (0,166; 3,163) (0,028; 10,002) Continuous ( *; *) ( *; *)

Tests

Test

(47)

34

10. Faktor Pertumbuhan pada Barang Inelastis untuk Perubahan Jumlah Transaksi

CI for

Distribution CI for StDev Variance of Data Ratio Ratio

Normal (0,295; 5,604) (0,087; 31,408) Continuous ( *; *) ( *; *)

Tests Test

Method DF1 DF2 Statistic P-Value F Test (normal) 2 2 1,650,754 Levene's Test (any continuous) 1 4 0,030,869

11. Faktor Pertumbuhan pada Barang Inelastis untuk Perubahan Nilai Transaksi

90% Confidence Intervals CI for

Distribution CI for StDev Variance of Data Ratio Ratio

Normal (0,260; 4,933) (0,067; 24,334) Continuous ( *; *) ( *; *)

Tests

Test

Method DF1 DF2 Statistic P-Value F Test (normal) 2 2 1,280,877 Levene's Test (any continuous) 1 4 0,000,948 Lampiran 3 Uji Beda Dua Nilai Tengah

1. Faktor Pertumbuhan untuk Perubahan Harga

Two-sample T for Pertumbuhan Rendah vs Pertumbuhan Tinggi

N Mean StDev SE Mean Pertumbuhan Rendah 6 -0,02 1,49 0,61 Pertumbuhan Tinggi 6 -0,64 1,80 0,73

Difference = mu (Pertumbuhan Rendah) - mu (Pertumbuhan Tinggi) Estimate for difference: 0,618

(48)

35 T-Test of difference = 0 (vs >): T-Value = 0,65 P-Value = 0,266 DF = 10

Both use Pooled StDev = 1,6526

2. Faktor Pertumbuhan untuk Perubahan Jumlah Transaksi

Two-sample T for Pertumbuhan Rendah vs Pertumbuhan Tinggi

N Mean StDev SE Mean Pertumbuhan Rendah 6 -2,36 5,84 2,4 Pertumbuhan Tinggi 6 -1,85 4,54 1,9

Difference = mu (Pertumbuhan Rendah) - mu (Pertumbuhan Tinggi) Estimate for difference: -0,51

90% upper bound for difference: 3,64

T-Test of difference = 0 (vs <): T-Value = -0,17 P-Value = 0,435 DF = 10

Both use Pooled StDev = 5,2303

3. Faktor Pertumbuhan untuk Perubahan Nilai Transaksi

Two-sample T for Pertumbuhan Rendah vs Pertumbuhan Tinggi

N Mean StDev SE Mean Pertumbuhan Rendah 6 -0,23 9,69 4,0 Pertumbuhan Tinggi 6 -2,43 5,84 2,4

Difference = mu (Pertumbuhan Rendah) - mu (Pertumbuhan Tinggi) Estimate for difference: 2,20

90% upper bound for difference: 8,54

T-Test of difference = 0 (vs <): T-Value = 0,48 P-Value = 0,678 DF = 10

Both use Pooled StDev = 8,0017

4. Faktor Elastisitas untuk Perubahan Harga

Two-sample T for Elastis vs Inelastis

N Mean StDev SE Mean Elastis 6 -0,20 1,13 0,46 Inelastis 6 -0,46 2,09 0,85

Difference = mu (Elastis) - mu (Inelastis) Estimate for difference: 0,254

90% upper bound for difference: 1,586

T-Test of difference = 0 (vs <): T-Value = 0,26 P-Value = 0,601 DF = 10

Both use Pooled StDev = 1,6812

5. Faktor Elastisitas untuk Perubahan Jumlah Transaksi

Two-sample T for Elastis vs Inelastis

Gambar

Tabel 1. Inflasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia
Gambar 1 Skema kerangka pemikiran penelitian Gambar 1 Skema kerangka pemikiran penelitian
Tabel 2  Penjabarankondisi perlakuan dalam simulasi percobaan ekonomi
Tabel 3 Hipotesis untuk uji nilai tengah beda dua populasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kontribusi pemikiran- pemikiran keagamaan Cak Nur ini, lebih mempertajam dan memperkayai perkembangan khazanah dunia

Dari hasil identifikasi melalui metode observasi, interview dengan pengajar serta beberapa siswa SMPN 1 Arjosari diperoleh suatu kesimpulan awal bahwa kegiatan

Angka KMnO 4   bertujuan untuk mengetahui zat organik dalam sampel,maka kebutuhan oksigen yang diperlukan dapat ditentukan sehingga didapatkan  pengenceran yang

Hotel Cemerlang yang menyediakan jasa penginapan, makanan, minuman dan jasa-jasa lainnya disediakan untuk konsumen dengan selalu berusaha memberikan pelayanan dan fasilitas

Kegiatan belajar merupakan inti dari kegiatan proses pendidikan secara keseluruhan di sekolah. Siswa sebagai pelajar akan banyak dihadapkan pada persoalan-persoalan

Kemudian sistem memproses di proses 2.0 yaitu proses input, apabila profil, candi, desa, kuliner, dan berita valid maka akan di simpan di tabel masing- masing.. User melakukan

Dari penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa hasil akurasi tertinggi didapatkan saat menggunakan metode klasifikasi Support Vector Machine (SVM) dengan

Setelah mengamati gambar dan berdiskusi, siswa mampu menyajikan gagasan pokok dan gagasan pendukung yang diperoleh dari teks visual dengan percaya diri.. Setelah membaca teks,